17 BABII KARAKTERISTIK MASYARAKAT KUANTAN SINGINGI 1. Gambaran Umum Koto Baru adalah salah satu daerah yang ada d i Kecamatan Singingi. Kelurahan ini terletak dekat dengan pusat pemerintahan Taluk Kauntan ibukota Kuantan Singingi, dengan demikian mudah dijangkau dan terjangkau oleh seluruh masyarakat yang heiniak bepergian ke daerah i n i Beberapa tahun laiu daerah i n i masih belum banyak dilirik masyarakat dcm investor, sehingga daerah m i terkesan masih banyak semak belukar dan rawa-rawa yang belum diolah. Namun dalam dasawarsa terakhir ini, daerah ini sudah demikian maju pesat, d i mana d i daerah i n i kini sudah tumbuh berbagai perumahan, pertokoan, perkantoran dan pusat-pusat perdagangan. Dari kondisi seperti itu, maka Koto Baru menuiiki posisi yang sangat strategis. Letak Koto Baru yang berdekatan dengan pusat kota memberikan akses kemudahan dalam berbagai hal, misal pendidikan, perdagangan dan lain sebagainya yang menguntungkan bagi anggota masyarakatnya. Secara kultural penduduk asli Koto Baru pada hakekatnya adalah orang Meiayu. Namim seiring dengan kemajuan dan maraknya pembangunan dewasa iiu, sekarang penduduk Koto Baru sudah beragam dan multi etnis. Jumlali penduduk Koto Baru sampai aJdiir tahun 2002 berjumlah 22.985 jiwa. Persebaran penduduk d i Kecamatan Singingi tidak merata. Peruiuduk lebih terkonsentrasi 18 pada kawasan pusat-pusat Kegiatan. Daerah yang paling banyak dipilih sebagai lokasi permukiman dan pusat kegiatan adalah Koto Baru. Sesuai dengan arah dan tujuan penelitian iru yang akan meiKoba mencari jawaban tentang apresiasi dan resistensi kaum ibu terhadap kearifan lokal dalam proses kehamilan, maka arah penelitian i n i ditujukan kepada K K pasangan yang tengah hamil atau masih memiiiki anak balita. Data berupa seperti itu dalam pelacakan ke beberapa Pos Yandu dan Puskesmas Kecamatan tidak selalu ada dan mudah diperoieh. Untuk melakukan hunting sumber peiwlitian, dilakukan door to door melalui beberapa R T / R W yang mengetahui warganya tergolongan memiiiki balita atau kini tengah hanul atau melalui data PUS yang ada d i beberapa Pos Yandu d i Kecamatan Singingi, khususnya d i Koto Bam. Selanjutnya, dari hasil penelitian lapangan yang dilakukan d i daerah Kelurahan Koto Baru, diperoieh responden sejumlah 51 KK yang terdiri. Berdasarkan hasil pelacakan diperoieh informasi pekerjaan, lapangan, mengenai beberapa hal antara karakteristik responden lain umur, etius, peiKlidikan, dan jumlah anak. Lebih jelas mengenai hal itu berikut datanya disajikan: 2. Umar dan Usia K a w i n Perfama. Selain masalah pendidikan dan pekerjaan, salah satu variabel lain yang sering digunakan untuk meiihat karakteristik subyek penelitian yang jadi ukuran dalam satu penelitieuv umur seringkali dqadikan patokan utama. Karena dari umur diasumsikan akan terlihat spesifiksitas seseorang, selain 19 umur juga seringkali memberikan indikasi akan pengalaman, pola hidup dan cara pandang terhadap sesuatu hal dari seseorang termasuk dalam perencanaan keluarga, juga apresiasinya terhadap tabu dan mitos kehamilan. Oleh karenanya berdasarkan hal i t u , maka umur responden berhasil dilacak dan diperoieh serta selai^utnya dikombinasikan dengan usia kawin pertamanya untuk masing-masing responder\. Untuk meiihat hal itu berikut disajikan datanya: Tabel 2.1 Umur dan Usia Kawin Pertama dirinci Berdasarkan Jenis BCelamin No Jumlah Anak Sekarang Jenis Kelamin dan Usia Kawin Pertama 20 - 22thn 23-25 thn L P L P 26-30 thn L P Total/% 1 1. Sedang hamil anak ke 1 6 7 4 2 1 - 20/39% 2. 1 2 5 6 - 6 - 19/37% 3. 2 2 5 2 3 - - 12/24% Jumlah 10 17 12 5 7 - 51 (20%) (33%) (23%) (14%) - (10%) (100%) Sumber: Data Primer, 2004 Dari tabel d i atas menunjukkan bahwa umur responden waktu dilakukan penelitian dalam melakukan perkawinan pertama umumnya berkisar 20 - 22 tahun dengan rata-rata usia kawin pertaii\a laki-laki berkisa ( 10%), sedangkan untuk kaum wanitanya sebanyak 33 %. 20 Dari informasi yang dapat diambii dari amatan tabel d i atcis, terlihat bahwa jarak kelahiran anak dalam keluarga mereka sebagain terliliat cukup rapat Buktinya dalam kurun waktu usia perkawinan mereka yang relatif muda/baru, sebagian dari mereka telah ada yang memiiiki paritas anak 2 orang. Artinya, bahwa rata-rata jarak kelahiran anak antara yang satu dengan laiimya bila diukur dengan waktu lamanya perkawinan mereka yang baru berumur 3 tahun, maka jarak kelahirannya adalah 1 tahun imtuk 1 paritas aiuik dengan masa kehamilan normal selama sembilan bulan. Jarak kelahiran seperti i n i sebenamya ditinjau dari segi kesehatan cukup membahayakan resiko ibu melahirkan. Selain juga secara fisik si ibu akan mengalami kelelahan dalam mengurus anak akibat jarak yang rapat dan produksi ASI ekslusifpun untuk si bayi menjadi berkurang masa menyusuinya. Fenomena dengan usia ini dapat dimaklumi bila kemudian kita bandingkan lagi pertama kawin mereka, bahwa mereka umumnya melaksanakaruinya dalam rentangan usia 20-22 tahun. Bila demikian apa makiianya ?. Jawabannya adalah, paling tidak maknanya tingkat pendidikan mereka juga rendah, karena bila mereka dalam usia demikian telah melaksanakan pernikahan, artinya mereka tidak berkesempatan lagi mengenyam jTendidikan tinggi dan memperoleh pekerjaan yang iayak. Maka wajar bila angka kematian ibu (AKI) d i daerah Singingi tergolong tinggi untuk ukuran daeral\ Riau. Namun bila kita kaji lebih jauh dari amatan tabel d i atas temyata usia kawin respwnden antara kaum laki-laki dan kaum perempuan ada perbedaaiv d i 21 mana kaum perempuan lebih cepat menikah ketimbang kaum laki-laki, bahkan bila kita lihat dari sajian tabel d i atas, untuk kaum k k i - l a k i ada yang baru m u k i menikfih pada saat usia 26-30 tahun yang meiKapai 14 %, sedang untuk kaum perempuan pada rentangan usia demikian tidak ada yang mekkukan pernikahan ketika itu. Berdasarkan lemuan lapangan yang d e m i k k n iru, bila d i k k u k a n pelacakan lebih jauh, dapat disimpulkan beberapa hal, antara k i n : 1. Masih adanya anggapan bahwa b i k perempuan sudah berusia 20 tahunan, sudah dianggap dewasa dan harus segera menikah. Maka wajar bila u s k kawin pertama bagi kaum perempuan lebih cepat ketimbang kaum k k i - k k L 2. Usia pasangan suami istri yang ditemui dalam penelitian ini, umumnya suami lebih tua ketimbang istrinya, maka wajar bila usia kawin pertama kaum k k i - l a k i lebih tinggi b i k dibandingkan dengan usia kawii\ pertama kaum perempuan. Kemudian b i k kita lihat usia rata-rata kawin pertama mereka ini secara umum, ada beberapa hal yang dapat ditarik kesimpulan; 1. Telah sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan N o . l Tahun 1974, d i mana dinyatakan perkawinan bagi bahwa kki-kki usk minimal untuk adakh 19 tahun. melangsungkan Namun bila bandingkan dengan program KB temyata belum sesuai kita d i nxana 22 dinyatakan bahwa untuk laki-laki sebaiknya perkawinan dilakukan ketika berumur 25 tahuri. 2. Dalam rentang reproduksi sehat menurut Program KB adalah 20-25 tahun untuk kaum perempuan, dalam hal i n i umurtmya telah sesuai namun jarak minimal 2 tahun belum terlaksana dengan baik. 3. Dengan rentangan umur yang demikian itu (20-22 tahun) ketika melangsungkan kawin pertama maka dapat diasumsikan bahwa mereka ketika melangsungkan perkawinan pertamanya umumnya telah mampu menamatkan pendidikan mereka dengan minimal setingkat SLTA. 4. Dengan pendidikan minimal seperti itu untuk masa sekarang, maka akses mereka terhadap berbagai hal menjadi terbatas, seperti misalnya hak untuk mendapat pekerjaan yang layak. Konsekuensinya mereka kini banyak bergelut d i sektor informal dan terbatasnya pengetahuan kesehatan yang baik. Berdasarkan hasil penelitian lapangan sebagaimana d ^ l a s k a n d i muka, jumlah anak yang mereka miUkipun berkisar antara 1-2 orang dan sebagian masih ada yang belum memiiiki anak atau ketika diwawancarai mereka kini tengah hamiL Lebih jelas uraian mengenai hal itu diuraikan dalam subbab berikut iru. 23 3- Jumlah Anak dan Rencana Kepcaiulikan Anak. Berdasarkan hasQ lacakan lapangan jumlah anak yang mereka miliki 1-2 orang dan sebagian ada yang belum memiiiki anak (tengah hamU unhik kelahiran anak pertamanya), Selanjutnya untuk meiihat jumlah anak yang dimiliki para orang hia d i kelurahan Koto Baru dan berapa keinginan rencana jumlah yang mereka miliki, berikut ini disajikan datanya: Tabel Z 2 Jumlah Anak Responden dan Rencana Keinginan Memiiiki Jumlah dan Jenis Kelamin Anak No Jumlah Anak Rencana Jiunlah Anak Yang D i m i l i k i dan Jeius Kelamin Sekarang Yang Diinginkan. D i atas 2 2 1 L P L P Total/% P L 20/39% 1. Belum Puny a (sedang hamil) 4 2 6 7 1 2. 1 3 3 3 2 6 - 19/37% 3. 2 2 3 2 5 - - 12/24% Rata-rata 9 8 13 14 7 51 (100 %) Sumber: Data Primer, 2004 Dari informasi tabel d i atas nyatalah bahwa, tidak ada keluarga yang tidak ingin memiiiki anak dan jumlah anak yang ingin dimilikipun bervariasi, namun variasi itu yang paling banyak adalah cukup 2 saja. H a l i n i dianggap 24 menurut mereka sebagai jumlah yang ideal untuk kondisi sekarang mengingat zaman yang serba susah. Untuk niiai anak kelihatannya tidak ada perbedaan yang signifikan antara keinginan memiiiki anak perempuan atau laki-laki, apapun jenis kelamin unhik masa sekarang sudah dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Namun untuk mereka yang menginginkan jumlah anak satu saja mereka masih merulai anak laki-laki dianggap lebih penting daripada anak perempuan. Namun bila diamati lebih cermat dari sajian data diatas, fenomerta yang dapat ditarik adalah meskipun sebagian dari mereka ada yang hingga kii\i belum memiiiki anak dari hasil perkawinaimya, namun mereka tetap optimis untuk berkeinginan memiiiki sejumlah anak. Fenomena i n i memberikan arti bahwa nilai anak apapun jenis kelaminnya dalam budaya rumah tangga kita d i Indonesia, masih dianggap sebagai sesuatu yang bemilai. Bahkan keberadaan anak masih sering dianggap sebagai perekat dan kontrol perkawirum dalam banyak budaya dan rumah tangga. 4. Pendidikan dan Pekerjaan Masyarakat Selain menelusuri masalgd\ jumlah anak dan usia kawin pertama, faktor pendulikan memiiiki nuansa perbedaan dan sentimen pribadi masing-masing dalam menentukan keinginan ber KB atau memiiiki jumlah anak serta dalam pelaksanaan berbagai mitos dan tabu yang dyalankaiiu Untuk itu, kiranya menjadi reievan pula bila ditelusuri masalah perididikan yang dimiliki para responden. Jenis pendidikan dan pekeq'aan diduga juga cukup mewamai dalam pola orientasi dan keinginan memiiiki jumlah anak serta apresiasi dan resistensinya terhadap 25 mitos dan tabu. Karena diakui bahwa dunia pendidikan dapat mampu merubah pola fikir, pola tindak, dan pola perilaku dalam kehidupan masyarakat Unhik itu, berdasarkan lacakan lapangan d i daerah Koto Baru, data mengenai hal itu berhasil dikumpulkan, sebagai ihistrasi mengenai hal itu berikut pula disajikan datanya: Tabel Z 4 Peiuiidikan dan Pekerjaan Responden (Suami-Istri) No Jenis Pekerjaan Yang Dipilih Pendidikan Yang Mampu Diselesaikan PNS TNI/ Pedagang Polri Penjual jasa/ Total/% Buruh L P L P L P L P 1. SD - - - - 5 2 4 - 11(21%) Z SLTP 4 2 2 - 4 10 4 - 26(51%) 3. SLTA 1 1 - - 2 2 - - 6(12%) 4. PT/Universitas 6 2 Jumlah 11 4 8(16%) 2 - 11 14 8 - 51/100% Sumber: Data Primer, 2004 Berdasarkan kajian dari tabel d i atas nyatalah bahwa jenis pendidikan mempengaruhi pada pilihan jenis pekerjaan, d i mana semakin rendah pendidikan yang mampu ditamatkan seseorang maka pilihan pekerjaan yang mampu dimasukipun relatif rendah. Hal itu bisa diamati dari jenis pekerjaan buruh dan pedagang d i mana pada sektor i n i nyaris tidak diperlukan pendidikan dan keterampilan tambahaa Sama dengan sektor pekerjaan pedagang yang tkiak juga memerlukan keterampilan yang banyak. 26 Dengan demikian semakin tinggi pendidikan yang mampu diselesaikan maka akan mempengaruhi pula pada pilihan jens fcerja yang ditekuninya. Selanjutnya bila diamati dari sajian data d i atas tadi, tampaknya jenis pekerjaan yang paling u m u m ditekuni ofeh masyarakat d i daerah i n i adalah sebagai pedagang dan kemudian diikuti oleh jenis pekerjaan PNS. Tingginya animo masyarakat untuk menekuni pekerjaan sebagai pedagang dapat dimaklumi pula, d i m a n a etnis etnis M e k y u KuantanSing^iigi memang i i u r i p d a n berasal u s u l d a r i daerah Minangkabau (Sumatera barat) yang memiiiki jrwa wiraswasta yang dominan, sebagaimana diketahui u m u m bahwa budaya Minang identik dengan berjualan dan perdagangan. Sementara unhik jenis pekerjaan sebagai PNS pun, adalah suatu jenis pekerjaan yang cukup banyak digemari dan ditekuni oleh masyarakat karena selain memberikan kepastian pendapatan juga memberikan rasa aman d i hari tua dengan adanya santuan berupa uang pensimx Alasan klasik seperti iru nampaknya masih merupakan suatu alasan vang masih diterima oleh kalangan masyarakat Koto Baru. Oleh sebab itu menjadi wajar pulalah bila umumnya d i daerah inipun jumlah anak yang dimiUkinyapun relatif kecil, selain karena adanya peraturan yang mengharuskan (bagi PNS dan TNI/Polri) unhik memiiiki anak sebatas 3 orang saja (kini telah berubah menjadi 2 orang), juga katena mereka memang sudah mengerti akan susahnya hidup untuk mendidik anak-anaknya, selain juga karerui adanya aturan sebagaimana dqelaskan. 27 5. Kelahiran, Kematian dan Pola Penyakit Anak. Kelahiran merupakan salah satu unsur penting dalam dinamika kependudukan, makin tinggi angka kelahiran akan tneningkatkan pertumbuhan penduduk, sedangkan angka kematian (terutama kematian bayi, balita, ibu hamil dan ibu melahirkan) sering d^adikan indikator derajat kesehatan masyarakat Selanjutnya untuk kematian bayi (AKB) yang berumur kurang dari 28 hari banyak disetabkan oleh prematur dan encephalitis, sedangkan unhik bayi umur d i bawah 1 tahun banyak disebabkan dead on arrival atau death of accident dan ogs enchephalitis. Sebagaimana diketahui bahwa Kecamatan Singingi daerahnya dahulu sebagian merupakan daerah penerima IDT y a i ^ merupakan iiulikator bahwa d i daerah ini banyak mcisyarakatnya yang masih bergelut dengan keiruskiimn. Maka bila mengacu pada data d i atas tidaklah akan jauh berbeda dengan kenyataan d i lapangan. Dan kenyataan berdasarkan informasi dari piheik Puskesmaspun demikian bahwa pola penyakit yang u m u m diderita adalah sama. Sedangkan kematian bayi menurut jumlah data Puskesmas Singingi terbanyak disebabkan oleh diare, dan pada golongan mnur 1-4 tahun (balita) disebabkan oleh DOA (death on arrival atau death of accident). Lebih jelas data mengenai pola kematian bayi d i datanya; Desa Koto Baru Singingi berikut disajikan 28 TabeLZS Pola Kematian Umur 0 < 28 hari, 2003 Nama Penyakit No Jumlah Persentase 7 29^ 4 16,7 3 12,5 83 1. Prematur 2. EiKhephalitis 3. Asphixia 4. Respiratory Failure 2 5 Susp.Sepsis 2 6 Asphixia berat 2 7 G.E 2 8 Febris Convulsi 1 4,2 9 Dehidrasi Berat 1 4,2 24 100 Jumlah 8,3 83 8,3 Sumber : Puskesmas Kec. Singingi,2004 Nyatalah bahwa berdasarkan tabel d i atas terlihat bahwa kematian bayi d i Singingi (termasuk juga Koto Baru) eiKhephalitis, dan asphixia. Berdasarkan ban\'ak disebabkan oleh prematur, keadaan seperti itu, dan dari hasil wawancara dengan beberapa petugas kesehatan d i lapangan bahwa penyebab kematian bayi seperti itu tidak terlepas dari status sosial ekonomi, pendidikan/pengetahuan, budaya dan pola hidup masyarakahiya yang masih rendah. Sebagai contoli, bahwa bayi lahir prematur iebfli banyak disebabkan karena bayi dan ibu hamil yang kurang gizi dan mengalami kelelahan fisik. Kelelahan fisik dan kurangnya konsumsi gizi yang seimbang menyebabkan banyak bayi yang lahir kurang waktunya atau mengalami BBLR. ~ 29 Sedangkan untuk angka CMR (angka kematian anak balita usia 1-4 tahun) pada tahun 2000 adalah 0,28 perseribu balita. CMR banyak disebabkan oleh faktor gizi, sanitasi, penyakit menular, dan kecelakaait Indikator ini juga menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat Koto Baru masih buruk. Sementara untuk M M R / A K I (angka kematian ibu bersalin) pada akhir 2002 adalah 65 perseribu kelaWran hidup. Penyebab kematian ibu bersalin terbanyak disebabkan oleh eklampsia/pre eklampsia dan irtfeksi Dari laporan Puskesmas iru nyatalah bahwa penyebab kesakitan maternal d i Kecamatan i n i banyak disebabkan perdarahan, ekslampsi dan pre ekslampsl. 6. Pelayanan Kesehatan dan Imunisasi. Berbicara masalah kesehatan adalah tidak lengkap bila tidak dibahas mengenai sarana kesehatan yang ada. Berdeisarkan hasil pelacakan data sekvmder diperoieh data mengenai sarana pelayanan kesehatan untuk Kecamatan Singingi sampai tahun 2001/2002 terdapat: 30 Tabel 2.6 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Keterangan Jumlah FasiUtas Kesehatan No 1. Puskesmas 1 Pemerintah 2. Puskesmas Pembantu 2 Pemerintah 3. Puskesmas Keliling Roda 4 (Empat) 2 Pemerintah 4. Posyandu 46 PKK 5. Praktek Dokter Dan Dokter Gigi 5 Swaista 6. Praktek Bklan 15 Swasta 7. Toko Obat Berizin 7 Swasta 8. Pondok Bersalin Desa 11 Desa 9. Pos Obat Desa 13 PKK 10. UKS/UKGS 14 11 Bidan Desa 50 —— •—~ . JUMLAH , , Swasta 166 Sumber: Puskesmas Singingi, 2004 Selanjutnya untuk meliliat bagan yang lebih jelas mengenai keadaan sarana kesehatan yang ada d i Singingi lx;rikut tersajikan grafiknya; 31 Grafik Keadaan Sarana Kesehatan d i Kecamatan Singingi • Puskesmas 11 P u s k e s m a s P e m b a n t u • P u s k e s m a s Keliling Roda 4 (Empat) • Posyandu • Praktek D o k t e r Dan Dokter Gigi • Praktek B k l a n Sumber: Laporan Puskesmas Singingi 2004 Dari data (tabel dan grafik) d i atas terlihat bahwa jumlah sarana kesehatan yang ada d i Kecamatan Singingi berjumlah 166 buah, dan i n i semua terkonsenhrasi hanya pada pusat-pusat kelurahan tertenhi saja sedangkan untuk daerah lain yang d i pinggir Koto Baru masih dirasakan kurang sekali. Bahkan menurut laporan Data Puskesmas keadaan sampai dengan Maret 2004 d i Kecamatan Singingi temyata masih kekurangaii 2 orang bidaix. Dari kenyataan ini terlihat bahwa untuk jenis sarana dan jumlah tenaga kesehatan d i Koto Bam Singingi masih sangat kurang, d i mana jumlah penduduk dan jumlah tenaga kesehatan masih terbatas dan terkonsentrasi hanya pada pusatpusat keramaian saja, sementara unhik daerah pinggiran Singingi masih sangat kurang, bahkan niasih ada yang belum terjangkau oleh sarana kesehatan yang layak.