BAB II LANDASAN TEORI A. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Bank Syariah
1.
Pengertian Bank Syariah
Bank Islam atau di Indonesia disebut Bank Syariah merupakan lembaga
keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui
aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip
syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak
lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat makro
maupun mikro. Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah,
sistem zakat, bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif dan yang non
produktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan
meragukan (gharar), bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil) dan
penggunaan uang sebagai alat tukar. Sementara itu, nilai-nilai mikro yang harus di
miliki oleh pelaku perbankan syariah adalah sifat-sifat mulia yang dicontohkan
oleh Rosulullah SAW, yaitu shidiq, amanah, tablig dan fatonah (Ascarya,
2007:30)
Pertaatmaja dan Antonio menjelaskan bahwa, “Bank Islam adalah bank
yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, yaitu bank yang tata cara
beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Hal
12
13
ini dapat juga diartikan sebagai bank yang dalam operasinya itu mengikuti
ketentuan-ketentuan syariah islam khususnya yang menyangkut tata cara
bermuamalat secara islam. Bank yang beroperasi pada prinsip-prinsip syariah
islam adalah tata cara itu dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan
mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas
dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Sedangkan bank yang tatacara
operasinya mengacu pada Al-Qur’an dan Hadits adalah bank yang tata cara
operasinya mengikuti suruhan dan larangan yang tercantum dalam Al-Qur’an dan
Hadits. Sesuai dengan suruhan itu maka yang dijauhi adalah praktek-praktek yang
mengandung unsur riba sedang yang yang diikuti adalah praktek-praktek usaha
yang di lakukan di zaman Rosulullah SAW atau bentuk-bentuk usaha yang telah
ada sebelumnya tetapi tidak di larang oleh beliau” (Karnaen Pertaatmaja et all,
1992:1-2).
Susilo, Triandaru dan Totok (2000:110) mendefinisikan Bank Syariah
sebagai bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam
rangka penyaluran dananya memberikan dan menggunakan imbalan atas dasar
prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.
Dari ketiga pengertian yang dijelaskan diatas maka dapat di simpulkan
bahwa Bank Islam adalah bank yang dalam menjalankan operasinya berdasarkan
atas prinsip-prinsip syariah yang bebas dari riba dan menggunakan prinsip jual
beli serta sesuai dengan ajaran Rosulullah SAW.
14
2.
Asas dan Tujuan Bank Syariah
Asas operasional bank syariah berdasarkan pasal 2 UU No. 21 tahun 2008,
disebutkan bahwa perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.
Selanjutnya terkait dengan tujuan bank pembangunan nasional yakni dalam
rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan
rakyat.
Menurut Hidayat (2008), sebagai suatu sistem keuangan yang berdasarkan
syariat Islam, maka menurutnya, arah dan tujuan didirikannya keuangan Islam
mestilah untuk mewujudkan tujuan syariah (maqasid al-syari’ah). Secara umum,
tujuan syariah dikategorikan kepada pendidikan (tarbiyah), keadilan (adalah), dan
kesejahteraan umat (maslahatul ammah). Berikut adalah tujuan dari bank syariah
menurut Warkum Sumintro (2004):
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara Islam
khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari
praktek-praktek
riba
atau
jenis-jenis
usaha/perdagangan
lain
yang
mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut selain
dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap
kehidupan ekonomi rakyat.
b. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan
pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang
amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana.
15
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang
berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada
kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha.
d. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank syariah
akan mampu menghindari pemanasan ekonomi diakibatkan adanya inflasi,
menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan.
3.
Fungsi Bank Syariah
Dalam beberapa literatur perbankan syariah, bank syariah dengan beragam
skema transaksi yang dimiliki dalam skema non-riba memiliki setidaknya empat
fungsi, yaitu (www.banksyariah.net, diakses tanggal 6 Maret 2013)
a. Fungsi manajer investasi
Fungsi ini dapat dilihat pada segi penghimpunan dana oleh bank syariah,
khususnya dana mudharabah. Dengan fungsi ini bank syariah betindak sebagai
manajer investasi dari pemilik dana (shahibul maal) dalam hal dana tersebut
harus dapat disalurkan pada penyaluran yang produktif, sehingga dana yang
dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang akan dibagi hasilkan antara
bank syariah dan pemilik dana.
b. Fungsi investor
Dalam penyaluran dana, bank syariah berfungsi sebagai investor (pemilik
dana). Sebagai investor, penanaman dana yang yang dilakukan pada sektorsektor yang produtif dengan resiko yang minim dan tidak melanggar ketentuan
16
bank syariah. Selain itu, dalam menginvestasikan dana bank syariah harus
menggunakan alat investasi yang sesuai dengan syariah.
c. Fungsi sosial
Fungsi sosial bank syariah merupakan sesuatu yang melekat pada bank syariah.
d. Fungsi jasa keuangan
Fungsi jasa keuangan yang dijalankan oleh bank syariah tidaklah berbeda
dengan bank konvensional, seperti memberikan layanan kliring, transfer,
inkaso, pembayaran gaji, letter of credit, letter of guarantee, dan lain
sebagainya.
4.
Prinsip Dasar Perbankan Syariah
Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya
berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan
prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun
prinsip-prinsip bank syariah adalah (www.slideshare.net, diakses tanggal 6 Maret
2013):
a. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain,
baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja si penitip menghendaki (Syafi’I Antonio, 2001). Secara umum
terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:
Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository)
Wadiah yad adh-dhamanah (Guarantee Depositor)
17
b. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
Al-Murabahah
Al-Musharakah
c. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana
bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat
nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank,
kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga
sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin).
d. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas
barang itu sendiri. Al-ijarah terbagi kepada dua jenis:
Ijarah, sewa murni.
Ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli,
dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir
masa sewa.
e. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank.
5.
Kegiatan Bank Syariah
Berikut adalah kegiatan bank syariah (Booklet Perbankan Indonesia, Vol
4, Maret 2007):
18
1. Melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
investasi, antara lain :
a. Giro berdasarkan pinsip wadiah;
b. Tabungan berdasarkan prinsip wadiah dan atau mudharabah;
c. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.
2. Menyalurkan dana melalui:
a. Prinsip jual beli berdasarkan akad meliputi :
murabahah;
istishna;
salam;
b. Prinsip bagi hasil berdasarkan akad antara lain :
mudharabah;
musyarakah;
c. Prinsip sewa menyewa berdasarkan akad antara lain :
ijarah;
ijarah muntahiya bittamlik;
d. Prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qardh
e. Melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan berdasarkan akad antara
lain :
wakalah;
hawalah;
kafalah;
rahn.
19
3. Membeli, menjual dan/atau menjamin atas risiko sendiri surat-surat berharga
pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata (underlying
transaction) berdasarkan Prinsip Syariah;
4. Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh
Pemerintah dan/atau BI;
5. Menerbitkan surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah;
6. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan atau nasabah berdasarkan
Prinsip Syariah;
7. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan
melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga berdasarkan Prinsip
Syariah;
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga
berdasarkan prinsip wadiah yad amanah;
9. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk kepentingan
pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah;
10. Memberikan fasilitas Letter of Credit (L/C) berdasarkan Prinsip Syariah;
11. Memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan Prinsip Syariah;
12. Melakukan kegiatan usaha kartu debet, charge card berdasarkan Prinsip
Syariah;
13. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan akad wakalah;
14. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan Bank sepanjang disetujuioleh
Bank Indonesia dan mendapatkan fatwa Dewan Syariah Nasional.
15. Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan akad sharf;
20
16. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain
dibidang keuangan berdasarkan Prinsip Syariah seperti sewa guna usaha,
modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian
dan penyimpanan;
17. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan Prinsip Syariah
untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan dengan syarat harus menarik
kembali penyertaannya dengan ketentuan sebagaimana ditetapkan oleh Bank
Indonesia; dan
18. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun
berdasarkan Prinsip Syariah sesuai ketentuan dalam perundang-undangan
dana pensiun yang berlaku.
19. Bank Syariah dalam melaksanakan fungsi sosial dapat bertindak sebagai
penerima dana sosial antara lain dalam bentuk zakat, infaq, shadaqah, waqaf,
hibah dan menyalurkannya sesuai syariah atas nama Bank atau lembaga amal
zakat yang ditunjuk oleh pemerintah.
B.
Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi yang
mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu melalui
aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efesien dan
efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis
terhadap terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan.
Untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada
21
laporan keuangan disamping data-data non keuangan lain yang bersifat sebagai
penunjang. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan
dalam manghasilkan arus kas dari sumber dana yang ada.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan
individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu
untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan, perlu dilibatkan analisa dampak
keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya
dengan menggunakan ukuran komparatif (Sucipto, 2003).
Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan perusahaan
yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi dan karyawan berdasarkan
sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi,
2000:415). Pengukuran kinerja menurut Hongren (1993: 372) mempunyai tujuan
untuk mengukur kinerja bisnis dan manajemen dibandingkan dengan goal atau
sasaran perusahaan. Dengan kata lain, pengukuran kinerja merupakan alat bagi
manajemen untuk mengendalikan bisnisnya.
Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan
secara periodik. Laporan keuangan berupa neraca, rugi-laba, arus kas, dan
perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang
posisi keuangan perusahaan. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan
digunakan investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan deviden dimasa
mendatang dan resiko atas penilaian tersebut (Weston dan Brigham, 1993).
Melalui laporan tersebutlah stakeholders dapat mengetahui kondisi suatu
22
perusahaan dalam periode tertentu dan dengan demikian pengukuran kinerja
keuangan dari laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan
kekayaan pemegang saham.
C.
Laporan Keuangan
1.
Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan akhir dari proses akuntansi dimana dalam
proses tersebut semua transaksi yang terjadi akan dicatat, diklasifikasikan,
diikhtisarkan untuk kemudian disusun menjadi suatu laporan keuangan. Didalam
laporan keuangan itu akan terlihat data kuantitatif dari harta, utang, modal,
pendapatan dan biaya-biaya dari perusahaan yang bersangkutan.
Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (2002, 2) adalah
sebagai berikut:
“laporan keuangan merupakan bagian dari proses laporan keuangan,
laporan keuangan biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya,
sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain
serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.”
23
2.
Fungsi Laporan Keuangan
Pada dasarnya laporan keuangan mempunyai fungsi untuk memberikan
informasi mengenai laporan keuangan dari hasil kegiatan suatu perusahaan kepada
berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Secara keseluruhan fungsi
dari laporan perbankan adalah (kk.mercubuana.ac.id, diakses tanggal 6 Maret
2013):
a. Informasi dalam pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan laporan
keuangan keuangan bertujuan menyediakan informasi yang bermanfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan yang
rasional.
b. Informasi dalam menilai prospek arus kas. Pelaporan keuangan bertujuan
untuk memberikan informasi yang dapat mendukung investor/pemilik dana,
kreditur, dan pihak-pihak lain dalam memperkirakan jumlah, saat, dan
ketidakpastian dalam penerimaan kas dimasa depan atas deviden, bagi hasil,
dan hasil dari penjualan, pelunasan (redemption), dan jatuh tempo dari surat
berharga atau pinjaman.
c. Informasi atas sumber daya ekonomi. Pelaporan keuntungan bertujuan
memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi bank (economi
resources), kewajiban bank untuk mengalihkan sumber daya tersebut kepada
entitas lain atau pemilik saham, serta kemungkinan terjadinya transaksi, dan
peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan sumber daya tersebut.
24
d. Informasi mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, serta informasi
mengenai pendapatan dan pengeluaran yang tidak sesuai dengan prinsip
syariah dan bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya.
e. Informasi untuk membantu pihak terkait didalam menentukan zakat bank atau
pihak lainnya.
f. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan bank terhadap tanggung
jawab amanah dalam mengamankan dana, mengenvestasikannya pada tingkat
keuntungan yang rasional, serta informasi mengenai tingkat keuntungan
investasi yang diperoleh pemilik dan pemilik rekening investasi.
g. Informasi mengenai pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk pengelolaan dan
penyaluran zakat.
3.
Unsur-Unsur Laporan Keuangan Perbankan
Berdasarkan PSAK No.101, laporan keuangan bank syariah yang lengkap
terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
1. Neraca
Neraca adalah daftar kekayaan atau asset entitas yang dilaporkan. Neraca
ini melaporkan berapa nilai dari kekayaan entitas pada tanggal tertentu. Neraca
ini menggambarkan posisi keuangan perusahaan berupa kekayaan (aktiva) dan
darimana sumber kekayaan itu berasal, apakah dari hutang atau kewajiban,
dana syirkah dan modal atau ekuitas (pasiva). PSAK 101 mengatur tentang
penyajian Laporan Neraca sebagai berikut :
25
a. Neraca adalah laporan posisi keuangan per tanggal tertentu.
b. Neraca secara umum disajikan berdasarkan lancar tidaknya atau
likuiditasnya.
c. Neraca terdiri dari komponen : aset, kewajiban, dana syirkah temporer dan
ekuitas.
d. Pos pos dikelompokkan berdasarkan fungsi dan kelancarannya. Lancar
tidaknya tergantung pada jatuh tempo realisasi atau periode satahun atau
siklus usaha normal.
e. Pos pos neraca pada umumnya diukur dengan nilai historis atau penilaian
kembali yang diatur PSAK.
f. Catatan atas neraca harus disajikan sebagai tambahan informasi untuk
memenuhi persyaratan “full disclosure” atau kelengkapan informasi
penyajian sesuai PSAK atau pertimbangan lainnya.
Neraca entitas syariah disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan
berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar.
Neraca, minimal mencakup pos-pos berikut:
a. kas dan setara kas;
b. piutang usaha dan piutang lainnya;
c. aset keuangan, persediaan;
d. investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas;
e. aset tetap dan aset tak berwujud;
f. hutang usaha dan hutang lainnya;
g. hutang pajak;
26
h. dana syirkah temporer;
i. hak minoritas; dan
j. modal saham dan pos ekuitas lainnya.
Pos, judul, dan sub-jumlah lain disajikan dalam neraca apabila diwajibkan
oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila penyajian tersebut
diperlukan untuk menyajikan posisi keuangan entitas syariah secara wajar.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan Laba Rugi entitas syariah disajikan sedemikian rupa yang
menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian
secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut:
a. pendapatan usaha;
b. bagi hasil untuk pemilik dana;
c. beban usaha;
d. laba atau rugi usaha;
e. pendapatan dan beban non usaha;
f. laba atau rugi dari aktivitas normal;
g. pos luar biasa;
h. beban pajak; dan
i. laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
Pos, judul dan sub jumlah lainnya disajikan dalam laporan laba rugi
apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila
27
penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja keuangan entitas
syariah secara wajar.
3. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas berguna untuk melihat :
a. Kemampuan perusahaan memberikan informasi tentang kualitas likuiditas
perusahaan dan menarik kas dari kegiatan operasionalnya.
b. Dari mana kas atau dana diperoleh untuk membiayai investasi dan
operasional perusahaan.
c. Apa
yang dilakukan
perusahaan dalam
bidang pembiayaan
atau
pendanaannya.
d. Melihat struktur pengelolaan kasnya.
e. Mengetahui besaran arus kas masuk dan keluar perusahaan.
Laporan Arus Kas berisi informasi :
a. Saldo kas pada awal dan akhir periode.
b. Arus (sumber dan penggunaan) kas yang berasal dari kegiatan operasional
perusahaan.
c. Arus (sumber dan penggunaan) kas yang berasal dari kegiatan investasi.
d. Arus (sumber dan penggunaan) kas yang berasal dari kegiatan pendanaan.
4. Laporan Perubahan Ekuitas
Entitas syariah harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai
komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan:
a. laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan;
28
b. setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta
jumlahnya yang berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
terkait diakui secara langsung dalam ekuitas;
c. pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan
terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan terkait;
d. transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik;
e. saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahannya; dan
f. rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio
dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara
terpisah setiap perubahan.
Perubahan ekuitas entitas syariah menggambarkan peningkatan atau
penurunan aset bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan
prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan
keuangan. Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal
dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran
dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari
kegiatan entitas syariah selama periode yang bersangkutan.
5. Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
Investasi terikat adalah investasi yang bersumber dari pemilik dana
investasi terikat dan sejenisnya yang dikelola oleh bank sebagai manajer
investasi berdasarkan mudharabah muqayyadah atau sebagai agen investasi.
29
Investasi terikat bukan merupakan aktiva maupun kewajiban bank karena
bank tidak mempunyai hak untuk menggunakan atau mengeluarkan investasi
tersebut
serta
bank
tidak
memiliki
kewajiban
mengembalikan
atau
menanggung resiko.
Keuntungan atau kerugian investasi terikat sebelum dikurangi bagian
keuntungan manajer investasi adalah jumlah kenaikan atau penurunan bersih
nilai investasi terikat selain kenaikan yang berasal dari penyetoran atau
penurunan yang berasal dari penarikan.
Dalam hal bank bertindak sebagai manajer investasi dengan akad
mudharabah muqayyadah, bank mendapatkan keuntungan sebesar nisbah atas
keuntungan investasi. Jika terjadi kerugian maka bank tidak memperoleh
imbalan apapun. Apabila dalam investasi tersebut terdapat dana bank maka
bank menanggung kerugian sebesar bagian dana yang diikutsertakan.
Dalam hal bank bertindak sebagai agen investasi, imbalan yang diterima
adalah sebesar jumlah yang disepakati tanpa memperhatikan hasil investasi.
Entitas syariah mengatur Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
sebagai berikut :
a. Laporan perubahan dana investasi terikat memisahkan dana investasi
berdasarkan sumber dana dan memisahkan investasi berdasarkan jenisnya
b. Bank syariah menyajikan laporan perubahan dana investasi terikat sebagai
komponen utama laporan, yang menunjukkan bahwa :
30
Saldo awal dana investasi terikat
Jumlah unit investasi yang diterima dan unit investasi yang diterbitkan
bank syariah selama periode laporan
Dana investasi yang diterima dan unit investasi yang diterbitkan bank
syariah selama periode laporan
Penarikan atau pembelian kembali unit investasi selama periode laporan
Keuntungan atau kerugian dana investasi terikat
Bagian bagi hasil milik bank dari keuntungan investasi terikat jika bank
syariah berperan sebagai pengelola dana atau imbalan bank jika bank
syariah berperan sebagai agen investasi
Beban administrasi dan beban tidak langsung lainnya yang dialokasikan
oleh bank ke dana investasi terikat
Saldo akhir dana investasi terikat
Jumlah unit investasi pada setiap jenis investasi dan nilai per unit pada
akhir periode
6. Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil
Bank syariah diharuskan menyusun Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan
Bagi Hasil guna mengetahui pendapatan tunai yang diterima bank syariah.
Pendapatan tunai bank syariah akan digunakan sebagai dasar untuk bagi hasil
kepada para deposannya. Tentang laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi
hasil, Lampiran PSAK 101 (2007) telah mengaturnya berikut ini. Bank syariah
menyajikan Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil yang merupakan
rekonsiliasi antara pendapatan bank syariah yang menggunakan dasar akrual
31
dengan pendapatan
yang dibagihasilkan kepada pemilik dana yang
mengguanakan dasar kas. Perbedaan dasar pengakuan tersebut mengharuskan
bank syariah menyajikan Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil
sebagai bagian komponen utama laporan keuangan. Dalam Laporan
Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil, bank syariah menyajikan:
a. Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib;
b. Penyesuaian atas:
pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib periode
berjalan yang kas atau setara kasnya belum diterima;
pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib periode
sebelumnya yang kas atau setara kasnya diterima di periode berjalan;
c. Pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil;
d. Bagian bank syariah atas pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil;
e. Bagian pemilik dana atas pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil:
bagi hasil yang sudah didistribusikan ke pemilik dana;
bagi hasil yang belum didistribusikan ke pemilik dana.(paragraph 13-15,
lampiran PSAK 101,2007)
7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
Zakat adalah sebagian dari harta yang wajib dikeluarkan oleh wajib zakat
(muzakki) untuk diserahkan kepada penerima zakat (mustahiq).
32
Entitas syariah menyajikan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
sebagai komponen utama laporan keuangan yang menunjukkan :
a. Sumber dana zakat:
Dari dalam entitas syariah
Dari luar entitas syariah
b. Penggunaan dana zakat
Fakir
Miskin
Riqab
Orang yang terlilit hitang ( gharim )
Muallaf
Fiisabilillah
Orang yang dalam perjalanan ( ibnu sabil )
Amil
c. Kenaikan atau penurunan dana zakat
d. Saldo awal dana zakat
e. Saldo akhir dana zakat
Unsur dasar Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat meliputi
sumber dana, penggunaan dana selama suatu jangka waktu, serta saldo dana
zakat yang menunjukkan dana zakat yang belum disalurkan pada tanggal
tertentu.
33
Entitas syariah harus mengungkapkan dalam Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana Zakat, tetapi tidak terbatas pada :
a. Sumber dana zakat yang berasal dari internal entitas syariah
b. Sumber dana zakat yang berasal dari eksternal entitas syariah
c. Kebijakan penyaluran zakat terhadap masing-masing asnaf
d. Proporsi dana yang diklasifikasikan untuk masing-masing penerima zakat
diklasifikasikan atas pihak terkait, sesuai dengan yang diatur dalam PSAK 7
tentang Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa,
dan pihak ketiga
8. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan meliputi
sumber dan penggunaan dana selama jangka waktu tertentu, serta saldo dana
kebajikan yang menunjukkan dana kebajikan yang belum disalurkan pada
tanggal tertentu.
Entitas menyajikan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
sebagai komponen utama laporan keuangan yang menunjukkan :
a. Sumber dana kebajikan
Infak
Sedekah
Hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku
Pengembalian dana kebajikan produktif
34
Denda
Pendapatan non halal
b. Penggunaan dana kebajikan
Dana kebajikan produktif
Sumbangan
Penggunaan lainnya untuk kepentingan umum
c. Kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan
d. Saldo awal dana kebajikan
e. Saldo akhir dana kebajikan
Entitas syariah mengungkapkan dalam catatan atas Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana Kebajikan tetapi tidak terbatas pada :
a. Sumber dana kebajikan
b. Kebijakan penyaluran dana kebajikan kepada masing - masing penerima
c. Proporsi dana yang disalurkan untuk masing - masing penerima dana
kebajikan diklasifikasikan atas pihak terkait, sesuai dengan yang diatur
dalam PSAK 7 tentang Pengungkapan Pihak - pihak yang Mempunyai
Hubungan Istimewa, dan pihak ketiga
9. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap
pos dalam Neraca, Laporan Laba Rugi dan Laporan Arus Kas, Laporan
Perubahan Ekuitas, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Laporan
Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan, harus berkaitan dengan informasi
35
yang terdapat dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas laporan
keuangan mengungkapkan:
a. informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang
penting;
b. informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
tetapi tidak disajikan di Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas;
Laporan Perubahan Ekuitas; Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat;
dan Laporan Penggunaan Dana Kebajikan;
c. informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar. Catatan atas Laporan
Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam
Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas dan Laporan Perubahan
Ekuitas, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, dan Laporan
Penggunaan Dana Kebajikan, serta informasi tambahan seperti kewajiban
kontinjensi dan komitmen. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup
informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK
serta
pengungkapan-pengungkapan
lain
yang
menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
D.
Kesehatan Bank
1.
Pengertian Kesehatan Bank
diperlukan
untuk
36
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank
yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank
yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan
masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran
lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam
melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Dengan
menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang
baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai
modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik
dan dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan
yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara
likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu
bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang telah
ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada
prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan.
Budi Santoso dan Triandaru (2005:51) mengartikan kesehatan bank
sebagai “kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional
perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan
baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku”.
Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penelitian kualitatif atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui
37
penilaian faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas.
Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kualitatif
setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas
dan signifikansi dari faktor-faktor penialian serta pengaruh dari faktor lainnya
seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional. Penilaian
kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio
rasio keuangan bank. Penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-faktor
yang mendukung hasil penilaian kuantitatif, penerapan manajemen risiko, dan
kepatuhan bank dan saat ini Bank Indonesia juga memiliki metode penilaian
kesehatan secara keseluruhan baik dari segi kualitatif dan kuantitatif.
2.
Penilaian Kesehatan Bank
Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari beberapa segi.
Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi
sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai
pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk
bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan
operasinya. Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah dibuat oleh
Bank Indonesia. Sedangkan bank-bank diharuskan untuk membuat laporan baik
bersifat rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu
periode tertentu.
Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis
besar didasarkan pada faktor CAMEL (Capital, Assets Quality, Management,
38
Earning dan Liquidity). Kelima faktor tersebut memang merupakan faktor yang
menentukan kondisi suatu bank. Apabila suatu bank mengalami permasalahan
pada salah satu faktor tersebut (apalagi apabila suatu bank mengalami
permasalahan yang menyangkut lebih dari satu faktor tersebut), maka bank
tersebut akan mengalami kesulitan.
Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk
semua bank, tetapi bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing
masing jenis bank. Menurut Martono (2010:90), tata cara penilaian tingkat
kesehatan bank dengan menggunakan metode CAMEL dapat dilihat pada tabel:
Tabel 2.1
Bobot CAMEL
Uraian
Yang Dinilai
Capital
Assets
Management
Earnings
Liquidity
Kecukupan Modal
Kualitas Aktiva
Produktif
Kualitas
Manajemen
Kemampuan
Menghasilkan
Laba
Kemampuan
Menjamin
Likuiditas
Rasio
CAR
BDR
PPAP
Manajemen Modal
Manajemen Aktiva
Manajemen Umum
Manajemen Rentabilitas
Manajemen Likuiditas
ROA
BOPO
FDR
Nilai
Kredit
Max 100
Max 100
Max 100
Max 100
Bobot
25 %
25 %
5%
25 %
Max 100
Max 100
5%
5%
Max 100
Max 100
10 %
Penilaian tingkatan kesehatan ditetapkan dalam empat golongan predikat
tingkat kesehatan bank, antara lain:
Tabel 2.2
Predikat Tingkat Kesehatan Bank Sesuai dengan Nilai Kredit
39
Nilai Kredit
81 s/d 100
66 s/d kurang dari 81
51 s/d kurang dari 66
0 s/d kurang dari 51
Keterangan
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
Sumber: surat edaran Bank Indonesia no. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
Menurut Kasmir (2002:185-186), penilaian kesehatan bank dengan metode
CAMEL, dimulai dengan penghitungan rasio-rasio dari masing-masing faktor.
Penjelasan dari setiap faktor adalah sebagai berikut:
1. Modal (Capital)
Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank. Faktor
capital atau permodalan digunakan untuk menilai sampai dimana bank
memenuhi permodalan bank, kecukupan penyediaan modal terhadap Aktiva
Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Menurut kasmir (2002) capital adalah
permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal
minimum bank. Penilaian tersebut berdasarkan CAR (Capital Adequacy Ratio)
yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perbandingan rasio tersebut adalah
rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) dan sesuai
dengan ketentuan Pemerintah CAR tahun 1999 minimum harus 8%. Pengertian
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yaitu pos-pos aktiva yang
diberikan bobot risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot risiko
yang didasarkan pada golongan nasabah, peminjam atau sifat barang jaminan.
Modal terdiri dari:
a. Modal Inti
Modal inti terdiri dari:
40
Modal disetor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya.
Agio saham, yaitu selisih laba setoran modal yang diterima oleh bank
sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba
yang ditahan atau dari laba bersih sesudah dikurangi pajak yang telah
disetujui.
Cadangan tertentu, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang telah
disisihkan untuk tujuan tertentu.
Laba yang ditahan, yaitu laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi
pajak, dan belum ditentukan penggunaannya oleh Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) atau rapat anggota. Dalam hal bank
mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu, maka seluruh kerugian tersebut
menjadi faktor pengurang dari modal inti.
Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun berjalan
setelah dikurangi dengan tafsiran hutang pajak.
Minority
interest,
yaitu
modal
inti
anak
perusahaan
setelah
dikompensasikan dengan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan
tersebut.
b. Modal Pelengkap
Modal pelengkap terdiri dari:
Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari
selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan
dari Direktorat Jenderal Pajak.
41
Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, yaitu cadangan
yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan.
Modal kuasi, yaitu modal yang didukung oleh instrumen atau warkat
yang memiliki sifat seperti modal atau hutang.
Pinjaman subordinasi
c. Modal kantor cabang bank asing, yaitu dana bersih kantor cabangnya di luar
Indonesia.
2. Kualitas Asset (Asset)
Assets Quality atau kualitas aset produktif adalah semua aset dengan
maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Penilaian
kualitas aset dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi aset bank dan
kecukupan manajemen Risiko kredit (Bank Indonesia, 2004). Sedangkan
menurut Kasmir (2002) quality asset adalah menilai jenis-jenis aset yang
dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan membandingkan antara aktiva
produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian Rasio
penyisihan penghapus aktiva produktif (PPAP) terhadap penyisihan penghapus
aktiva produktif yang wajib dibentuk (PPAPWD). Rasio ini dapat dilihat dari
neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank indonesia.
Pada rasio pertama rasio produktif diartikan sebagai semua aktiva dalam
rupiah maupun valuta asing yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk
memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya, sehingga kredit merupakan
salah satu bentuk aktiva produktif . Pengelolaan aktiva produktif adalah bagian
42
dari asset management yang juga mengatur tentang cash reserve (liquidity
assets) dan fixed assets (aktiva tetap dan inventaris). Aktiva Produktif yang
diklasifikasikan yaitu aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang
mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan
kerugian bagi bank.
Pada rasio kedua Penilaian kualitas aktiva produktif dilihat dari rasio
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap penyisihan
penghapus aktiva produktif yang wajib dibentuk (PPAPWD). PPAP
merupakan cadangan penyisihan dari aktiva produktif yang dibentuk untuk
menutup resiko kerugian dari penanaman dana. Aktiva produktif memang
berfungsi untuk memperoleh pendapatan utama bank. Sebagai sumber utama,
pada asset ini juga terdapat resiko besar. Potensi kerugian yang diakibatkan
oleh buruknya tingkat kolekbilitas aset ini dapat membawa kebangkrutan bank
oleh karena itu bank wajib membentuk penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAPWD) berupa cadangan umum dan khusus dan guna menutupi
resiko
kemungkinan resiko
tersebut
(SK Dir Bank
Indonesia
No.
31/148/KEP/DIR). Dilihat dari ketentuan pembentukan cadangan penyisihan
aktiva produktif dapat dikatakan bahwa semakin banyak aktiva produktif yang
bermasalah akan semakin besar resiko yang dihadapi bank atau dengan kata
lain kualitas aktiva produktif semakin memburuk sehingga cadangan yang
harus dibentuk juga semakin besar. Cadangan yang semakin besar akan
menurunkan profitabilitas bank.
3. Manajemen (Management)
43
Penilaian faktor ini mencerminkan kemampuan pengurus bank dalam
mengelola seluruh aspek operasional bank guna menciptakan praktek bank
yang sehat. Hasil penilaian faktor manajemen mencerminkan kemampuan
pengurus bank untuk mengidentifikasikan, mengukur, memonitor, dan
mengendalikan risiko-risiko yang melekat pada seluruh aktivitas bank, jaminan
kondisi keuangan yang aman dan sehat, sistem operasional yang efisien dan
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Penilaian kualitas manajemen suatu bank dapat dilakukan dengan
menghitung rasio-rasio efesiensi usaha. Melalui rasio-rasio efesiensi usaha,
tingkat efesiensi yang telah dicapai oleh manajemen bank yang bersangkutan
dapat diukur secara kuantitatif. Aspek Manajemen diproksikan dengan Profit
Margin, karena seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup
manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum,
manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan bermuara
dan mempengaruhi perolehan laba bank tersebut.
4. Rentabilitas (Earning)
Earning merupakan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba terhadap asset yang dimiliki perusahaan. Analisa rasio
rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat
efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.
Unsur yang dinilai adalah laba sebelum pajak dengan total asset. Sedangkan
rentabilitas merupakan kemampuan bank dalam meningkatkan labanya, apakah
setiap periode atau untuk mengukur tingkat efesiensi usaha dan profitabilitas
44
yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Bank yang sehat yang diukur
secara rentabilitas yang terus meningkat. Penilaian juga dilakukan dengan
Rasio laba terhadap total aset (ROA), dan Perbandingan biaya operasi dengan
pendapatan operasi (BOPO).
a. ROA (Return On Asset)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat laba sebelum pajak dalam 12
bulan terakhir bila dibandingkan dengan rata-rata volume usaha dalam
periode yang sama. Dengan kata lain, ROA ini digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam menggunakan asset yang dimilikinya untuk
menghasilkan laba kotor (Surat Edaran BI No. 3/30/DPNP tanggal 14
Desember 2001).
b. BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat perbandingan antara biaya
operasional yang ditanggung bank apabila dibandingkan dengan pendapatan
operasional yang mampu dihasilkan. Rasio ini diharapkan kecil karena biaya
yang terjadi diharapkan dapat tertutupi dengan pendapatan operasional yang
dihasilkan pihak bank (Surat Edaran BI No. 3/30/DPNP tanggal 14
Desember 2001).
5. Likuiditas (Liquidity)
Pengertian Likuiditas adalah kemampuan menyediakan dana untuk
memenuhi panarikan simpanan dan permintaan kredit serta kewajiban lainnya
yang telah jatuh tempo. Sebuah bank dikatakan likuid apabila bank yang
bersangkutan dapat membayar semua hutang-hutangnya, terutama simpanan
45
tabungan, giro, dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua
permohonan kredit yang layak dibiayai.
Rasio yang digunakan adalah Financing to Deposito Ratio (FDR). FDR
merupakan salah satu indikator kesehatan likuiditas bank. Penilaian likuiditas
merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk memelihara tingkat
likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen risiko likuiditas. FDR
paling sering digunakan oleh analis keuangan dalam menilai suatu kinerja bank
terutama dari seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh bank dengan dana
yang diterima oleh bank.
E. Krisis Global
Menurut istilah krisis berarti genting, gawat atau berbahaya. Sedangkan
menurut
kamus
besar
ekonomi,
global
crisis
adalah
keadaan
tidak
menguntungkan bagi perekonomian suatu Negara (Sigit Winarno, 2003:133).
Sehingga krisis ekonomi dapat diartikan suatu kondisi perekonomian dimana
tidak baiknya atau buruknya suatu kondisi perekonomian hampir di seluruh
negara. Krisis ekonomi juga disebut krisis financial. Krisis ekonomi yang terjadi
tahun 1998 berpengaruh pada mata uang, pasar saham, dan harga aset lainnya di
beberapa negara Asia. Indonesia, Korea Selatan dan Thailand adalah beberapa
negara yang terpengaruh besar oleh krisis ini. Krisis ekonomi ini juga menuju ke
kekacauan politk, paling tercatat dengan mundurnya. Krisis ini telah dianalisa
oleh para pakar ekonomi karena perkembangannya, kecepatan, dinamismenya, dia
46
mempengaruhi belasan negara, memiliki efek ke kehidupan berjuta-juta orang,
terjadi dalam waktu beberapa bulan saja.
Gejolak krisis keuangan global telah mengubah tatanan perekonomian
dunia. Krisis global yang berawal di Amerika Serikat pada tahun 2007, semakin di
rasakan dampaknya ke seluruh dunia, termasuk negara berkembang pada tahun
2008. Sejumlah kebijakan yang sangat agresif di tingkat global telah dilakukan
untuk memulihkan perekonomian. Di Amerika Serikat, sebagai episentrum krisis,
kebijakan pemerintah baru yang menempuh langkah serius untuk mengatasi krisis,
menjadi faktor positif yang dapat mengurangi pesimisme akan resesi yang
berkepanjangan dan risiko terjadinya depresi. Sementara itu, kemauan negaranegara industri maju lainnya untuk berkoordinasi dalam kebijakan pemulihan
ekonomi juga diharapkan dapat meningkatkan keyakinan pelaku pasar. Namun,
proses
berbagai
lembaga
keuangan
memperbaiki
struktur
neracanya
(deleveraging) yang diperkirakan masih terus berlangsung, serta dampak umpan
balik dari sektor riil ke sektor keuangan, menyebabkan risiko dan ketidakpastian
di pasar keuangan global masih tinggi (www.bi.go.id, diakses tanggal 12 Maret
2013).
Puncaknya, Senin, 15 September 2008, Lehman Brothers sebuah institusi
yang didirikan tiga bersaudara imigran asal Jerman: Henry, Emanuel dan Mayer
Lehman sekitar tahun 1847 menyatakan diri bangkrut setelah gagal mendapatkan
opsi Chapter 11 Protection. Protokol ini adalah mekanisme emergensi terhadap
lembaga keuangan di AS yang mengalami masalah likuiditas meminta
pertolongan otoritas moneter di sana. Dari sinilah pelintiran krisis seperti tiupan
47
angin puting beliung Tornado yang imbasnya kemana-mana hingga ke Indonesia
bahkan sampai pula ke satu juta pekerja yang kehilangan pekerjaan (Humas Bank
Indonesia, 2010:3)
Di Indonesia, imbas krisis mulai terasa terutama menjelang akhir 2008.
Setelah mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 6% sampai dengan triwulan III2008, perekonomian indonesia mulai mendapat tekanan berat pada triwulan IV2008. Hal itu tercermin pada perlambatan ekonomi secara signifikan terutama
karena anjloknya kinerja ekspor. Di sisi eksternal, neraca pembayaran Indonesia
mengalami peningkatan defisit dan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan
signifikan. Di pasar keuangan, selisih risiko (risk spread) dari surat-surat berharga
indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang mendorong arus
modal keluar dari investasi asing di bursa saham, Surat Utang Negara (SUN), dan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Secara relatif, posisi indonesia sendiri secara
umum bukanlah yang terburuk di antara negara-negara lain. Perekonomian
Indonesia masih dapat tumbuh sebesar 6,1% pada 2008. Sementara kondisi
fundamental dari sektor eksternal, fiskal dan industri perbankan juga cukup kuat
untuk menahan terpaan krisis global. Meski demikian, dalam perjalanan waktu ke
depan, dampak krisis terhadap perekonomian indonesia akan semakin terasa
(www.bi.go.id, diakses tanggal 12 Maret 2013).
Semakin terintegrasinya perekonomian global dan semakin dalamnya
krisis menyebabkan perekonomian di seluruh negara akan mengalami
perlambatan pada tahun 2009, Indonesia tak terkecuali. Bank Indonesia
memperkirakan perekonomian Indonesia di tahun 2009 akan tumbuh melemah
48
menjadi sekitar 4,0%, dengan risiko ke bawah terutama apabila pelemahan
ekonomi global lebih besar dari yang diperkirakan. Penurunan pertumbuhan
ekonomi indonesia tersebut bukan sesuatu yang buruk apabila di bandingkan
dengan banyak negara-negara lain yang di perkirakan tumbuh negatif. Oleh
karenanya, upaya Pemerintah dan Bank Indonesia untuk mencegah dampak krisis
ini meluas lebih dalam, melalui kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan sektor
riil, menjadi penting untuk dilakukan di tahun 2009.
F. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu tentang konsep perbandingan
kinerja bank, berikut rinciannya:
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
Peneliti
Thorsten
Beck Asli,
DemirgucKunt, dan
Quarda
Merrouche
(2010)
Judul
Jurnal
Islamic vs.
Conventional
Banking
Indikator
penelitian
Business Model,
Efficiency, Asset
Quality, Stability
Tahun
penelitian
1995-2007
Hasil penelitian
Teori menunjukkan
dampak yang
signifikan dari sifat
ekuitas - seperti
perbankan syariah
untuk orientasi
bisnis, efisiensi,
pengambilan resiko
dan stabilitas, ada
indikasi model bisnis
bank islam tidak
terlalu berbeda
dengan bank
konvensional. Bank
konvensional yang
beroperasi di negara
dengan pangsa yang
lebih besar lebih
hemat dibandingkan
bank syariah tapi
kurang stabil.
49
Peneliti
Marissa
Ardiyana
(2011)
Judul
Skripsi
Analisis
Perbandingan
Kinerja Keuangan
Bank Syariah Dan
Bank
Konvensional
Sebelum, Selama
dan Sesudah Krisis
Global Tahun
2008 Dengan
Metode Camel
Indikator
penelitian
Tahun
penelitian
CAR, KAP,
PPAP, NPM,
ROA, BOPO,
LDR (uji mannwhithney)
2007-2009
Pada uji beda rasio
CAR, ROA dan LDR
mengalami perbedaan
signifikan dimana
pada krisis global
BSM mampu
mempertahankan nilai
maupun pertumbuhan
rasionya dibanding
Bank Mandiri Tbk
(eprints.undip.ac.id,
diakses tanggal 1
Maret 2013)
2004-2008
Tidak ada perbedaan antar
bank syariah apabila
dilihat dari rasio likuiditas,
solvabilitas dan
rentabilitas
(www.gunadarma.ac.id ,
diakses tanggal 15 April
2013).
Hodijah
(2008)
Analisis
Perbandingan
Kinerja Keuangan
Bank Melalui
Pendekatan
Likuiditas,
Solvabilitas dan
Rentabilitas pada
Bank Muamalat,
BSM, dan Bank
Mega Syariah
Ratio likuiditas,
solvabilitas, dan
rentabilitas (one
way ANOVA,
SPSS versi 17)
Isna
Rahmawati
(2008)
Analisis Komparasi
Kinerja Keuangan
antara PT. Bank
Syariah Mandiri
dengan PT. Bank
Rakyat Indonesia
periode 1999-2001
Profitability
1999-2001
ratio, Liquidity
Ratio, Solvability
Ratio
G.
Hasil penelitian
Tahun 1999 BSM dan
BRI tergolong bank yang
kurang likuid, solvable
dan profitable sedangkan
tahun 2000-2001 BSM
tergolong bank yang
kurang likuid tapi cukup
solvable dan profitable
dan BRI tergolong bank
yang likuid, unsolvable
dan profitable
(id.pdfsb.com, diakses
tanggal 16 April 2013)
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka dapat dibuat kerangka
pemikiran teoritis sebagai berikut:
50
Bank Mega Syariah
Bank Muamalat
Bank Syariah Mandiri
Laporan Keuangan
Sebelum Krisis 2008
Laporan Keuangan
Sesudah Krisis 2008
Tahun 2005-2007
Tahun 2009-2011
Rasio Keuangan
CAR
BDR
PPAP
NPM
ROA
Metode Camel
Uji Beda T-Test
Kesehatan Bank
Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran Teoritis
BOP
O
FDR
O
Download