BAB II LANDASAN TEORI A. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Bank Islam atau di Indonesia disebut Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat makro maupun mikro. Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah, sistem zakat, bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif dan yang non produktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil) dan penggunaan uang sebagai alat tukar. Sementara itu, nilai-nilai mikro yang harus di miliki oleh pelaku perbankan syariah adalah sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh Rosulullah SAW, yaitu shidiq, amanah, tablig dan fatonah (Ascarya, 2007:30) Pertaatmaja dan Antonio menjelaskan bahwa, “Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, yaitu bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Hal 12 13 ini dapat juga diartikan sebagai bank yang dalam operasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara islam. Bank yang beroperasi pada prinsip-prinsip syariah islam adalah tata cara itu dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Sedangkan bank yang tatacara operasinya mengacu pada Al-Qur’an dan Hadits adalah bank yang tata cara operasinya mengikuti suruhan dan larangan yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadits. Sesuai dengan suruhan itu maka yang dijauhi adalah praktek-praktek yang mengandung unsur riba sedang yang yang diikuti adalah praktek-praktek usaha yang di lakukan di zaman Rosulullah SAW atau bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya tetapi tidak di larang oleh beliau” (Karnaen Pertaatmaja et all, 1992:1-2). Susilo, Triandaru dan Totok (2000:110) mendefinisikan Bank Syariah sebagai bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan menggunakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Dari ketiga pengertian yang dijelaskan diatas maka dapat di simpulkan bahwa Bank Islam adalah bank yang dalam menjalankan operasinya berdasarkan atas prinsip-prinsip syariah yang bebas dari riba dan menggunakan prinsip jual beli serta sesuai dengan ajaran Rosulullah SAW. 14 2. Asas dan Tujuan Bank Syariah Asas operasional bank syariah berdasarkan pasal 2 UU No. 21 tahun 2008, disebutkan bahwa perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Selanjutnya terkait dengan tujuan bank pembangunan nasional yakni dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Menurut Hidayat (2008), sebagai suatu sistem keuangan yang berdasarkan syariat Islam, maka menurutnya, arah dan tujuan didirikannya keuangan Islam mestilah untuk mewujudkan tujuan syariah (maqasid al-syari’ah). Secara umum, tujuan syariah dikategorikan kepada pendidikan (tarbiyah), keadilan (adalah), dan kesejahteraan umat (maslahatul ammah). Berikut adalah tujuan dari bank syariah menurut Warkum Sumintro (2004): a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara Islam khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat. b. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana. 15 c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha. d. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi diakibatkan adanya inflasi, menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan. 3. Fungsi Bank Syariah Dalam beberapa literatur perbankan syariah, bank syariah dengan beragam skema transaksi yang dimiliki dalam skema non-riba memiliki setidaknya empat fungsi, yaitu (www.banksyariah.net, diakses tanggal 6 Maret 2013) a. Fungsi manajer investasi Fungsi ini dapat dilihat pada segi penghimpunan dana oleh bank syariah, khususnya dana mudharabah. Dengan fungsi ini bank syariah betindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana (shahibul maal) dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyaluran yang produktif, sehingga dana yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang akan dibagi hasilkan antara bank syariah dan pemilik dana. b. Fungsi investor Dalam penyaluran dana, bank syariah berfungsi sebagai investor (pemilik dana). Sebagai investor, penanaman dana yang yang dilakukan pada sektorsektor yang produtif dengan resiko yang minim dan tidak melanggar ketentuan 16 bank syariah. Selain itu, dalam menginvestasikan dana bank syariah harus menggunakan alat investasi yang sesuai dengan syariah. c. Fungsi sosial Fungsi sosial bank syariah merupakan sesuatu yang melekat pada bank syariah. d. Fungsi jasa keuangan Fungsi jasa keuangan yang dijalankan oleh bank syariah tidaklah berbeda dengan bank konvensional, seperti memberikan layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, letter of credit, letter of guarantee, dan lain sebagainya. 4. Prinsip Dasar Perbankan Syariah Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah (www.slideshare.net, diakses tanggal 6 Maret 2013): a. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah) Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Syafi’I Antonio, 2001). Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu: Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) Wadiah yad adh-dhamanah (Guarantee Depositor) 17 b. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing) Al-Murabahah Al-Musharakah c. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah) Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). d. Prinsip Sewa (Al-Ijarah) Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: Ijarah, sewa murni. Ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa. e. Prinsip Jasa (Fee-Based Service) Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. 5. Kegiatan Bank Syariah Berikut adalah kegiatan bank syariah (Booklet Perbankan Indonesia, Vol 4, Maret 2007): 18 1. Melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi, antara lain : a. Giro berdasarkan pinsip wadiah; b. Tabungan berdasarkan prinsip wadiah dan atau mudharabah; c. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah. 2. Menyalurkan dana melalui: a. Prinsip jual beli berdasarkan akad meliputi : murabahah; istishna; salam; b. Prinsip bagi hasil berdasarkan akad antara lain : mudharabah; musyarakah; c. Prinsip sewa menyewa berdasarkan akad antara lain : ijarah; ijarah muntahiya bittamlik; d. Prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qardh e. Melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan berdasarkan akad antara lain : wakalah; hawalah; kafalah; rahn. 19 3. Membeli, menjual dan/atau menjamin atas risiko sendiri surat-surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata (underlying transaction) berdasarkan Prinsip Syariah; 4. Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh Pemerintah dan/atau BI; 5. Menerbitkan surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah; 6. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan atau nasabah berdasarkan Prinsip Syariah; 7. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah; 8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga berdasarkan prinsip wadiah yad amanah; 9. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah; 10. Memberikan fasilitas Letter of Credit (L/C) berdasarkan Prinsip Syariah; 11. Memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan Prinsip Syariah; 12. Melakukan kegiatan usaha kartu debet, charge card berdasarkan Prinsip Syariah; 13. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan akad wakalah; 14. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan Bank sepanjang disetujuioleh Bank Indonesia dan mendapatkan fatwa Dewan Syariah Nasional. 15. Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdasarkan akad sharf; 20 16. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain dibidang keuangan berdasarkan Prinsip Syariah seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan; 17. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan Prinsip Syariah untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya dengan ketentuan sebagaimana ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan 18. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun berdasarkan Prinsip Syariah sesuai ketentuan dalam perundang-undangan dana pensiun yang berlaku. 19. Bank Syariah dalam melaksanakan fungsi sosial dapat bertindak sebagai penerima dana sosial antara lain dalam bentuk zakat, infaq, shadaqah, waqaf, hibah dan menyalurkannya sesuai syariah atas nama Bank atau lembaga amal zakat yang ditunjuk oleh pemerintah. B. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efesien dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan. Untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada 21 laporan keuangan disamping data-data non keuangan lain yang bersifat sebagai penunjang. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam manghasilkan arus kas dari sumber dana yang ada. Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan, perlu dilibatkan analisa dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif (Sucipto, 2003). Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2000:415). Pengukuran kinerja menurut Hongren (1993: 372) mempunyai tujuan untuk mengukur kinerja bisnis dan manajemen dibandingkan dengan goal atau sasaran perusahaan. Dengan kata lain, pengukuran kinerja merupakan alat bagi manajemen untuk mengendalikan bisnisnya. Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Laporan keuangan berupa neraca, rugi-laba, arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan digunakan investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan deviden dimasa mendatang dan resiko atas penilaian tersebut (Weston dan Brigham, 1993). Melalui laporan tersebutlah stakeholders dapat mengetahui kondisi suatu 22 perusahaan dalam periode tertentu dan dengan demikian pengukuran kinerja keuangan dari laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan kekayaan pemegang saham. C. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan akhir dari proses akuntansi dimana dalam proses tersebut semua transaksi yang terjadi akan dicatat, diklasifikasikan, diikhtisarkan untuk kemudian disusun menjadi suatu laporan keuangan. Didalam laporan keuangan itu akan terlihat data kuantitatif dari harta, utang, modal, pendapatan dan biaya-biaya dari perusahaan yang bersangkutan. Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (2002, 2) adalah sebagai berikut: “laporan keuangan merupakan bagian dari proses laporan keuangan, laporan keuangan biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.” 23 2. Fungsi Laporan Keuangan Pada dasarnya laporan keuangan mempunyai fungsi untuk memberikan informasi mengenai laporan keuangan dari hasil kegiatan suatu perusahaan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Secara keseluruhan fungsi dari laporan perbankan adalah (kk.mercubuana.ac.id, diakses tanggal 6 Maret 2013): a. Informasi dalam pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan laporan keuangan keuangan bertujuan menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan yang rasional. b. Informasi dalam menilai prospek arus kas. Pelaporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat mendukung investor/pemilik dana, kreditur, dan pihak-pihak lain dalam memperkirakan jumlah, saat, dan ketidakpastian dalam penerimaan kas dimasa depan atas deviden, bagi hasil, dan hasil dari penjualan, pelunasan (redemption), dan jatuh tempo dari surat berharga atau pinjaman. c. Informasi atas sumber daya ekonomi. Pelaporan keuntungan bertujuan memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi bank (economi resources), kewajiban bank untuk mengalihkan sumber daya tersebut kepada entitas lain atau pemilik saham, serta kemungkinan terjadinya transaksi, dan peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan sumber daya tersebut. 24 d. Informasi mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, serta informasi mengenai pendapatan dan pengeluaran yang tidak sesuai dengan prinsip syariah dan bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya. e. Informasi untuk membantu pihak terkait didalam menentukan zakat bank atau pihak lainnya. f. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan bank terhadap tanggung jawab amanah dalam mengamankan dana, mengenvestasikannya pada tingkat keuntungan yang rasional, serta informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh pemilik dan pemilik rekening investasi. g. Informasi mengenai pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat. 3. Unsur-Unsur Laporan Keuangan Perbankan Berdasarkan PSAK No.101, laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut: 1. Neraca Neraca adalah daftar kekayaan atau asset entitas yang dilaporkan. Neraca ini melaporkan berapa nilai dari kekayaan entitas pada tanggal tertentu. Neraca ini menggambarkan posisi keuangan perusahaan berupa kekayaan (aktiva) dan darimana sumber kekayaan itu berasal, apakah dari hutang atau kewajiban, dana syirkah dan modal atau ekuitas (pasiva). PSAK 101 mengatur tentang penyajian Laporan Neraca sebagai berikut : 25 a. Neraca adalah laporan posisi keuangan per tanggal tertentu. b. Neraca secara umum disajikan berdasarkan lancar tidaknya atau likuiditasnya. c. Neraca terdiri dari komponen : aset, kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas. d. Pos pos dikelompokkan berdasarkan fungsi dan kelancarannya. Lancar tidaknya tergantung pada jatuh tempo realisasi atau periode satahun atau siklus usaha normal. e. Pos pos neraca pada umumnya diukur dengan nilai historis atau penilaian kembali yang diatur PSAK. f. Catatan atas neraca harus disajikan sebagai tambahan informasi untuk memenuhi persyaratan “full disclosure” atau kelengkapan informasi penyajian sesuai PSAK atau pertimbangan lainnya. Neraca entitas syariah disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca, minimal mencakup pos-pos berikut: a. kas dan setara kas; b. piutang usaha dan piutang lainnya; c. aset keuangan, persediaan; d. investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas; e. aset tetap dan aset tak berwujud; f. hutang usaha dan hutang lainnya; g. hutang pajak; 26 h. dana syirkah temporer; i. hak minoritas; dan j. modal saham dan pos ekuitas lainnya. Pos, judul, dan sub-jumlah lain disajikan dalam neraca apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan posisi keuangan entitas syariah secara wajar. 2. Laporan Laba Rugi Laporan Laba Rugi entitas syariah disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut: a. pendapatan usaha; b. bagi hasil untuk pemilik dana; c. beban usaha; d. laba atau rugi usaha; e. pendapatan dan beban non usaha; f. laba atau rugi dari aktivitas normal; g. pos luar biasa; h. beban pajak; dan i. laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. Pos, judul dan sub jumlah lainnya disajikan dalam laporan laba rugi apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila 27 penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja keuangan entitas syariah secara wajar. 3. Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas berguna untuk melihat : a. Kemampuan perusahaan memberikan informasi tentang kualitas likuiditas perusahaan dan menarik kas dari kegiatan operasionalnya. b. Dari mana kas atau dana diperoleh untuk membiayai investasi dan operasional perusahaan. c. Apa yang dilakukan perusahaan dalam bidang pembiayaan atau pendanaannya. d. Melihat struktur pengelolaan kasnya. e. Mengetahui besaran arus kas masuk dan keluar perusahaan. Laporan Arus Kas berisi informasi : a. Saldo kas pada awal dan akhir periode. b. Arus (sumber dan penggunaan) kas yang berasal dari kegiatan operasional perusahaan. c. Arus (sumber dan penggunaan) kas yang berasal dari kegiatan investasi. d. Arus (sumber dan penggunaan) kas yang berasal dari kegiatan pendanaan. 4. Laporan Perubahan Ekuitas Entitas syariah harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan: a. laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan; 28 b. setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait diakui secara langsung dalam ekuitas; c. pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait; d. transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik; e. saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya; dan f. rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. Perubahan ekuitas entitas syariah menggambarkan peningkatan atau penurunan aset bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan entitas syariah selama periode yang bersangkutan. 5. Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat Investasi terikat adalah investasi yang bersumber dari pemilik dana investasi terikat dan sejenisnya yang dikelola oleh bank sebagai manajer investasi berdasarkan mudharabah muqayyadah atau sebagai agen investasi. 29 Investasi terikat bukan merupakan aktiva maupun kewajiban bank karena bank tidak mempunyai hak untuk menggunakan atau mengeluarkan investasi tersebut serta bank tidak memiliki kewajiban mengembalikan atau menanggung resiko. Keuntungan atau kerugian investasi terikat sebelum dikurangi bagian keuntungan manajer investasi adalah jumlah kenaikan atau penurunan bersih nilai investasi terikat selain kenaikan yang berasal dari penyetoran atau penurunan yang berasal dari penarikan. Dalam hal bank bertindak sebagai manajer investasi dengan akad mudharabah muqayyadah, bank mendapatkan keuntungan sebesar nisbah atas keuntungan investasi. Jika terjadi kerugian maka bank tidak memperoleh imbalan apapun. Apabila dalam investasi tersebut terdapat dana bank maka bank menanggung kerugian sebesar bagian dana yang diikutsertakan. Dalam hal bank bertindak sebagai agen investasi, imbalan yang diterima adalah sebesar jumlah yang disepakati tanpa memperhatikan hasil investasi. Entitas syariah mengatur Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat sebagai berikut : a. Laporan perubahan dana investasi terikat memisahkan dana investasi berdasarkan sumber dana dan memisahkan investasi berdasarkan jenisnya b. Bank syariah menyajikan laporan perubahan dana investasi terikat sebagai komponen utama laporan, yang menunjukkan bahwa : 30 Saldo awal dana investasi terikat Jumlah unit investasi yang diterima dan unit investasi yang diterbitkan bank syariah selama periode laporan Dana investasi yang diterima dan unit investasi yang diterbitkan bank syariah selama periode laporan Penarikan atau pembelian kembali unit investasi selama periode laporan Keuntungan atau kerugian dana investasi terikat Bagian bagi hasil milik bank dari keuntungan investasi terikat jika bank syariah berperan sebagai pengelola dana atau imbalan bank jika bank syariah berperan sebagai agen investasi Beban administrasi dan beban tidak langsung lainnya yang dialokasikan oleh bank ke dana investasi terikat Saldo akhir dana investasi terikat Jumlah unit investasi pada setiap jenis investasi dan nilai per unit pada akhir periode 6. Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil Bank syariah diharuskan menyusun Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil guna mengetahui pendapatan tunai yang diterima bank syariah. Pendapatan tunai bank syariah akan digunakan sebagai dasar untuk bagi hasil kepada para deposannya. Tentang laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil, Lampiran PSAK 101 (2007) telah mengaturnya berikut ini. Bank syariah menyajikan Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil yang merupakan rekonsiliasi antara pendapatan bank syariah yang menggunakan dasar akrual 31 dengan pendapatan yang dibagihasilkan kepada pemilik dana yang mengguanakan dasar kas. Perbedaan dasar pengakuan tersebut mengharuskan bank syariah menyajikan Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil sebagai bagian komponen utama laporan keuangan. Dalam Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil, bank syariah menyajikan: a. Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib; b. Penyesuaian atas: pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib periode berjalan yang kas atau setara kasnya belum diterima; pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib periode sebelumnya yang kas atau setara kasnya diterima di periode berjalan; c. Pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil; d. Bagian bank syariah atas pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil; e. Bagian pemilik dana atas pendapatan yang tersedia untuk bagi hasil: bagi hasil yang sudah didistribusikan ke pemilik dana; bagi hasil yang belum didistribusikan ke pemilik dana.(paragraph 13-15, lampiran PSAK 101,2007) 7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat Zakat adalah sebagian dari harta yang wajib dikeluarkan oleh wajib zakat (muzakki) untuk diserahkan kepada penerima zakat (mustahiq). 32 Entitas syariah menyajikan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat sebagai komponen utama laporan keuangan yang menunjukkan : a. Sumber dana zakat: Dari dalam entitas syariah Dari luar entitas syariah b. Penggunaan dana zakat Fakir Miskin Riqab Orang yang terlilit hitang ( gharim ) Muallaf Fiisabilillah Orang yang dalam perjalanan ( ibnu sabil ) Amil c. Kenaikan atau penurunan dana zakat d. Saldo awal dana zakat e. Saldo akhir dana zakat Unsur dasar Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat meliputi sumber dana, penggunaan dana selama suatu jangka waktu, serta saldo dana zakat yang menunjukkan dana zakat yang belum disalurkan pada tanggal tertentu. 33 Entitas syariah harus mengungkapkan dalam Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, tetapi tidak terbatas pada : a. Sumber dana zakat yang berasal dari internal entitas syariah b. Sumber dana zakat yang berasal dari eksternal entitas syariah c. Kebijakan penyaluran zakat terhadap masing-masing asnaf d. Proporsi dana yang diklasifikasikan untuk masing-masing penerima zakat diklasifikasikan atas pihak terkait, sesuai dengan yang diatur dalam PSAK 7 tentang Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa, dan pihak ketiga 8. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan meliputi sumber dan penggunaan dana selama jangka waktu tertentu, serta saldo dana kebajikan yang menunjukkan dana kebajikan yang belum disalurkan pada tanggal tertentu. Entitas menyajikan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan sebagai komponen utama laporan keuangan yang menunjukkan : a. Sumber dana kebajikan Infak Sedekah Hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku Pengembalian dana kebajikan produktif 34 Denda Pendapatan non halal b. Penggunaan dana kebajikan Dana kebajikan produktif Sumbangan Penggunaan lainnya untuk kepentingan umum c. Kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan d. Saldo awal dana kebajikan e. Saldo akhir dana kebajikan Entitas syariah mengungkapkan dalam catatan atas Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan tetapi tidak terbatas pada : a. Sumber dana kebajikan b. Kebijakan penyaluran dana kebajikan kepada masing - masing penerima c. Proporsi dana yang disalurkan untuk masing - masing penerima dana kebajikan diklasifikasikan atas pihak terkait, sesuai dengan yang diatur dalam PSAK 7 tentang Pengungkapan Pihak - pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa, dan pihak ketiga 9. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Neraca, Laporan Laba Rugi dan Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan, harus berkaitan dengan informasi 35 yang terdapat dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan: a. informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting; b. informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas; Laporan Perubahan Ekuitas; Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat; dan Laporan Penggunaan Dana Kebajikan; c. informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas dan Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, dan Laporan Penggunaan Dana Kebajikan, serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK serta pengungkapan-pengungkapan lain yang menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. D. Kesehatan Bank 1. Pengertian Kesehatan Bank diperlukan untuk 36 Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik dan dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan. Budi Santoso dan Triandaru (2005:51) mengartikan kesehatan bank sebagai “kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku”. Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penelitian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui 37 penilaian faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penialian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional. Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio rasio keuangan bank. Penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil penilaian kuantitatif, penerapan manajemen risiko, dan kepatuhan bank dan saat ini Bank Indonesia juga memiliki metode penilaian kesehatan secara keseluruhan baik dari segi kualitatif dan kuantitatif. 2. Penilaian Kesehatan Bank Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari beberapa segi. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya. Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah dibuat oleh Bank Indonesia. Sedangkan bank-bank diharuskan untuk membuat laporan baik bersifat rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode tertentu. Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar didasarkan pada faktor CAMEL (Capital, Assets Quality, Management, 38 Earning dan Liquidity). Kelima faktor tersebut memang merupakan faktor yang menentukan kondisi suatu bank. Apabila suatu bank mengalami permasalahan pada salah satu faktor tersebut (apalagi apabila suatu bank mengalami permasalahan yang menyangkut lebih dari satu faktor tersebut), maka bank tersebut akan mengalami kesulitan. Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank, tetapi bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing masing jenis bank. Menurut Martono (2010:90), tata cara penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode CAMEL dapat dilihat pada tabel: Tabel 2.1 Bobot CAMEL Uraian Yang Dinilai Capital Assets Management Earnings Liquidity Kecukupan Modal Kualitas Aktiva Produktif Kualitas Manajemen Kemampuan Menghasilkan Laba Kemampuan Menjamin Likuiditas Rasio CAR BDR PPAP Manajemen Modal Manajemen Aktiva Manajemen Umum Manajemen Rentabilitas Manajemen Likuiditas ROA BOPO FDR Nilai Kredit Max 100 Max 100 Max 100 Max 100 Bobot 25 % 25 % 5% 25 % Max 100 Max 100 5% 5% Max 100 Max 100 10 % Penilaian tingkatan kesehatan ditetapkan dalam empat golongan predikat tingkat kesehatan bank, antara lain: Tabel 2.2 Predikat Tingkat Kesehatan Bank Sesuai dengan Nilai Kredit 39 Nilai Kredit 81 s/d 100 66 s/d kurang dari 81 51 s/d kurang dari 66 0 s/d kurang dari 51 Keterangan Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat Sumber: surat edaran Bank Indonesia no. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Menurut Kasmir (2002:185-186), penilaian kesehatan bank dengan metode CAMEL, dimulai dengan penghitungan rasio-rasio dari masing-masing faktor. Penjelasan dari setiap faktor adalah sebagai berikut: 1. Modal (Capital) Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank. Faktor capital atau permodalan digunakan untuk menilai sampai dimana bank memenuhi permodalan bank, kecukupan penyediaan modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Menurut kasmir (2002) capital adalah permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut berdasarkan CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perbandingan rasio tersebut adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) dan sesuai dengan ketentuan Pemerintah CAR tahun 1999 minimum harus 8%. Pengertian Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yaitu pos-pos aktiva yang diberikan bobot risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot risiko yang didasarkan pada golongan nasabah, peminjam atau sifat barang jaminan. Modal terdiri dari: a. Modal Inti Modal inti terdiri dari: 40 Modal disetor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya. Agio saham, yaitu selisih laba setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih sesudah dikurangi pajak yang telah disetujui. Cadangan tertentu, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang telah disisihkan untuk tujuan tertentu. Laba yang ditahan, yaitu laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak, dan belum ditentukan penggunaannya oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau rapat anggota. Dalam hal bank mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun berjalan setelah dikurangi dengan tafsiran hutang pajak. Minority interest, yaitu modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan dengan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. b. Modal Pelengkap Modal pelengkap terdiri dari: Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak. 41 Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Modal kuasi, yaitu modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal atau hutang. Pinjaman subordinasi c. Modal kantor cabang bank asing, yaitu dana bersih kantor cabangnya di luar Indonesia. 2. Kualitas Asset (Asset) Assets Quality atau kualitas aset produktif adalah semua aset dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi aset bank dan kecukupan manajemen Risiko kredit (Bank Indonesia, 2004). Sedangkan menurut Kasmir (2002) quality asset adalah menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian Rasio penyisihan penghapus aktiva produktif (PPAP) terhadap penyisihan penghapus aktiva produktif yang wajib dibentuk (PPAPWD). Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank indonesia. Pada rasio pertama rasio produktif diartikan sebagai semua aktiva dalam rupiah maupun valuta asing yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya, sehingga kredit merupakan salah satu bentuk aktiva produktif . Pengelolaan aktiva produktif adalah bagian 42 dari asset management yang juga mengatur tentang cash reserve (liquidity assets) dan fixed assets (aktiva tetap dan inventaris). Aktiva Produktif yang diklasifikasikan yaitu aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian bagi bank. Pada rasio kedua Penilaian kualitas aktiva produktif dilihat dari rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap penyisihan penghapus aktiva produktif yang wajib dibentuk (PPAPWD). PPAP merupakan cadangan penyisihan dari aktiva produktif yang dibentuk untuk menutup resiko kerugian dari penanaman dana. Aktiva produktif memang berfungsi untuk memperoleh pendapatan utama bank. Sebagai sumber utama, pada asset ini juga terdapat resiko besar. Potensi kerugian yang diakibatkan oleh buruknya tingkat kolekbilitas aset ini dapat membawa kebangkrutan bank oleh karena itu bank wajib membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAPWD) berupa cadangan umum dan khusus dan guna menutupi resiko kemungkinan resiko tersebut (SK Dir Bank Indonesia No. 31/148/KEP/DIR). Dilihat dari ketentuan pembentukan cadangan penyisihan aktiva produktif dapat dikatakan bahwa semakin banyak aktiva produktif yang bermasalah akan semakin besar resiko yang dihadapi bank atau dengan kata lain kualitas aktiva produktif semakin memburuk sehingga cadangan yang harus dibentuk juga semakin besar. Cadangan yang semakin besar akan menurunkan profitabilitas bank. 3. Manajemen (Management) 43 Penilaian faktor ini mencerminkan kemampuan pengurus bank dalam mengelola seluruh aspek operasional bank guna menciptakan praktek bank yang sehat. Hasil penilaian faktor manajemen mencerminkan kemampuan pengurus bank untuk mengidentifikasikan, mengukur, memonitor, dan mengendalikan risiko-risiko yang melekat pada seluruh aktivitas bank, jaminan kondisi keuangan yang aman dan sehat, sistem operasional yang efisien dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Penilaian kualitas manajemen suatu bank dapat dilakukan dengan menghitung rasio-rasio efesiensi usaha. Melalui rasio-rasio efesiensi usaha, tingkat efesiensi yang telah dicapai oleh manajemen bank yang bersangkutan dapat diukur secara kuantitatif. Aspek Manajemen diproksikan dengan Profit Margin, karena seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan bermuara dan mempengaruhi perolehan laba bank tersebut. 4. Rentabilitas (Earning) Earning merupakan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba terhadap asset yang dimiliki perusahaan. Analisa rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Unsur yang dinilai adalah laba sebelum pajak dengan total asset. Sedangkan rentabilitas merupakan kemampuan bank dalam meningkatkan labanya, apakah setiap periode atau untuk mengukur tingkat efesiensi usaha dan profitabilitas 44 yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Bank yang sehat yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat. Penilaian juga dilakukan dengan Rasio laba terhadap total aset (ROA), dan Perbandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi (BOPO). a. ROA (Return On Asset) Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir bila dibandingkan dengan rata-rata volume usaha dalam periode yang sama. Dengan kata lain, ROA ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menggunakan asset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba kotor (Surat Edaran BI No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001). b. BOPO (Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi) Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat perbandingan antara biaya operasional yang ditanggung bank apabila dibandingkan dengan pendapatan operasional yang mampu dihasilkan. Rasio ini diharapkan kecil karena biaya yang terjadi diharapkan dapat tertutupi dengan pendapatan operasional yang dihasilkan pihak bank (Surat Edaran BI No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001). 5. Likuiditas (Liquidity) Pengertian Likuiditas adalah kemampuan menyediakan dana untuk memenuhi panarikan simpanan dan permintaan kredit serta kewajiban lainnya yang telah jatuh tempo. Sebuah bank dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat membayar semua hutang-hutangnya, terutama simpanan 45 tabungan, giro, dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Rasio yang digunakan adalah Financing to Deposito Ratio (FDR). FDR merupakan salah satu indikator kesehatan likuiditas bank. Penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan kecukupan manajemen risiko likuiditas. FDR paling sering digunakan oleh analis keuangan dalam menilai suatu kinerja bank terutama dari seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh bank dengan dana yang diterima oleh bank. E. Krisis Global Menurut istilah krisis berarti genting, gawat atau berbahaya. Sedangkan menurut kamus besar ekonomi, global crisis adalah keadaan tidak menguntungkan bagi perekonomian suatu Negara (Sigit Winarno, 2003:133). Sehingga krisis ekonomi dapat diartikan suatu kondisi perekonomian dimana tidak baiknya atau buruknya suatu kondisi perekonomian hampir di seluruh negara. Krisis ekonomi juga disebut krisis financial. Krisis ekonomi yang terjadi tahun 1998 berpengaruh pada mata uang, pasar saham, dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia. Indonesia, Korea Selatan dan Thailand adalah beberapa negara yang terpengaruh besar oleh krisis ini. Krisis ekonomi ini juga menuju ke kekacauan politk, paling tercatat dengan mundurnya. Krisis ini telah dianalisa oleh para pakar ekonomi karena perkembangannya, kecepatan, dinamismenya, dia 46 mempengaruhi belasan negara, memiliki efek ke kehidupan berjuta-juta orang, terjadi dalam waktu beberapa bulan saja. Gejolak krisis keuangan global telah mengubah tatanan perekonomian dunia. Krisis global yang berawal di Amerika Serikat pada tahun 2007, semakin di rasakan dampaknya ke seluruh dunia, termasuk negara berkembang pada tahun 2008. Sejumlah kebijakan yang sangat agresif di tingkat global telah dilakukan untuk memulihkan perekonomian. Di Amerika Serikat, sebagai episentrum krisis, kebijakan pemerintah baru yang menempuh langkah serius untuk mengatasi krisis, menjadi faktor positif yang dapat mengurangi pesimisme akan resesi yang berkepanjangan dan risiko terjadinya depresi. Sementara itu, kemauan negaranegara industri maju lainnya untuk berkoordinasi dalam kebijakan pemulihan ekonomi juga diharapkan dapat meningkatkan keyakinan pelaku pasar. Namun, proses berbagai lembaga keuangan memperbaiki struktur neracanya (deleveraging) yang diperkirakan masih terus berlangsung, serta dampak umpan balik dari sektor riil ke sektor keuangan, menyebabkan risiko dan ketidakpastian di pasar keuangan global masih tinggi (www.bi.go.id, diakses tanggal 12 Maret 2013). Puncaknya, Senin, 15 September 2008, Lehman Brothers sebuah institusi yang didirikan tiga bersaudara imigran asal Jerman: Henry, Emanuel dan Mayer Lehman sekitar tahun 1847 menyatakan diri bangkrut setelah gagal mendapatkan opsi Chapter 11 Protection. Protokol ini adalah mekanisme emergensi terhadap lembaga keuangan di AS yang mengalami masalah likuiditas meminta pertolongan otoritas moneter di sana. Dari sinilah pelintiran krisis seperti tiupan 47 angin puting beliung Tornado yang imbasnya kemana-mana hingga ke Indonesia bahkan sampai pula ke satu juta pekerja yang kehilangan pekerjaan (Humas Bank Indonesia, 2010:3) Di Indonesia, imbas krisis mulai terasa terutama menjelang akhir 2008. Setelah mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 6% sampai dengan triwulan III2008, perekonomian indonesia mulai mendapat tekanan berat pada triwulan IV2008. Hal itu tercermin pada perlambatan ekonomi secara signifikan terutama karena anjloknya kinerja ekspor. Di sisi eksternal, neraca pembayaran Indonesia mengalami peningkatan defisit dan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan signifikan. Di pasar keuangan, selisih risiko (risk spread) dari surat-surat berharga indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang mendorong arus modal keluar dari investasi asing di bursa saham, Surat Utang Negara (SUN), dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Secara relatif, posisi indonesia sendiri secara umum bukanlah yang terburuk di antara negara-negara lain. Perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh sebesar 6,1% pada 2008. Sementara kondisi fundamental dari sektor eksternal, fiskal dan industri perbankan juga cukup kuat untuk menahan terpaan krisis global. Meski demikian, dalam perjalanan waktu ke depan, dampak krisis terhadap perekonomian indonesia akan semakin terasa (www.bi.go.id, diakses tanggal 12 Maret 2013). Semakin terintegrasinya perekonomian global dan semakin dalamnya krisis menyebabkan perekonomian di seluruh negara akan mengalami perlambatan pada tahun 2009, Indonesia tak terkecuali. Bank Indonesia memperkirakan perekonomian Indonesia di tahun 2009 akan tumbuh melemah 48 menjadi sekitar 4,0%, dengan risiko ke bawah terutama apabila pelemahan ekonomi global lebih besar dari yang diperkirakan. Penurunan pertumbuhan ekonomi indonesia tersebut bukan sesuatu yang buruk apabila di bandingkan dengan banyak negara-negara lain yang di perkirakan tumbuh negatif. Oleh karenanya, upaya Pemerintah dan Bank Indonesia untuk mencegah dampak krisis ini meluas lebih dalam, melalui kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan sektor riil, menjadi penting untuk dilakukan di tahun 2009. F. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu tentang konsep perbandingan kinerja bank, berikut rinciannya: Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu Peneliti Thorsten Beck Asli, DemirgucKunt, dan Quarda Merrouche (2010) Judul Jurnal Islamic vs. Conventional Banking Indikator penelitian Business Model, Efficiency, Asset Quality, Stability Tahun penelitian 1995-2007 Hasil penelitian Teori menunjukkan dampak yang signifikan dari sifat ekuitas - seperti perbankan syariah untuk orientasi bisnis, efisiensi, pengambilan resiko dan stabilitas, ada indikasi model bisnis bank islam tidak terlalu berbeda dengan bank konvensional. Bank konvensional yang beroperasi di negara dengan pangsa yang lebih besar lebih hemat dibandingkan bank syariah tapi kurang stabil. 49 Peneliti Marissa Ardiyana (2011) Judul Skripsi Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Dan Bank Konvensional Sebelum, Selama dan Sesudah Krisis Global Tahun 2008 Dengan Metode Camel Indikator penelitian Tahun penelitian CAR, KAP, PPAP, NPM, ROA, BOPO, LDR (uji mannwhithney) 2007-2009 Pada uji beda rasio CAR, ROA dan LDR mengalami perbedaan signifikan dimana pada krisis global BSM mampu mempertahankan nilai maupun pertumbuhan rasionya dibanding Bank Mandiri Tbk (eprints.undip.ac.id, diakses tanggal 1 Maret 2013) 2004-2008 Tidak ada perbedaan antar bank syariah apabila dilihat dari rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas (www.gunadarma.ac.id , diakses tanggal 15 April 2013). Hodijah (2008) Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Melalui Pendekatan Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas pada Bank Muamalat, BSM, dan Bank Mega Syariah Ratio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas (one way ANOVA, SPSS versi 17) Isna Rahmawati (2008) Analisis Komparasi Kinerja Keuangan antara PT. Bank Syariah Mandiri dengan PT. Bank Rakyat Indonesia periode 1999-2001 Profitability 1999-2001 ratio, Liquidity Ratio, Solvability Ratio G. Hasil penelitian Tahun 1999 BSM dan BRI tergolong bank yang kurang likuid, solvable dan profitable sedangkan tahun 2000-2001 BSM tergolong bank yang kurang likuid tapi cukup solvable dan profitable dan BRI tergolong bank yang likuid, unsolvable dan profitable (id.pdfsb.com, diakses tanggal 16 April 2013) Kerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka dapat dibuat kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut: 50 Bank Mega Syariah Bank Muamalat Bank Syariah Mandiri Laporan Keuangan Sebelum Krisis 2008 Laporan Keuangan Sesudah Krisis 2008 Tahun 2005-2007 Tahun 2009-2011 Rasio Keuangan CAR BDR PPAP NPM ROA Metode Camel Uji Beda T-Test Kesehatan Bank Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis BOP O FDR O