HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL

advertisement
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA
SISWA SMA NEGERI 1 KAYANGAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Herman Widodo, Made Piliani, Dan Sarilah
Bimbingan dan Konseling, FIP IKIP Mataram
Email: [email protected]
Abstrak: Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk
melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dari lingkungan. Sedangkan interaksi
sosial merupakan salah satu cara individu untuk memelihara tingkah laku sosial individu sehingga
individu tetap dapat bertingkah laku sosial dengan individu lain. Adapun Rumusan masalah dalam
penelitian ”Apakah ada Hubungan Antara Konsep Diri dengan Interaksi Sosial Pada Siswa SMA
Negeri 1 Kayangan Tahun Pelajaran 2013/2014”. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah ingin mengetahui ada atau tidak ada Hubungan Antara Konsep Diri dengan
Interaksi Sosial Pada Siswa SMA Negeri 1 Kayangan Tahun Pelajaran 2013/2014. Sedangkan jumlah
populasi 303, sedangkan penentuan sampel penelitian menggunakan 20%. Karena jumlah populasi
dalam penelitian ini 303 orang siswa. Jadi 303:100x20=60. Sehingga jumlah sampel penelitian adalah
60 orang dan penentuan sampel sampel menggunakan propetional random sampling. Metode yang
digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah metode angket sebagai metode pokok.
Sedangkan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik dengan rumus
korelasi product moment. Hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hipotesis
alternatif (Ha) yang diajukan dinyatakan diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak. Sebab nilai r yang
diperoleh dalam penelitian ini lebih besar dari pada nilai r yang ada dalam tabel taraf signifikansi 5%
koefisien product moment, (0.913 > 0.254). Sehingga Ada Hubungan antara Konsep Diri dengan
Interaksi Sosial Pada Siswa SMA Negeri 1 Kayangan Tahun Pelajaran 2013/2014. Kesimpulan yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah : “Ada Hubungan antara Konsep Diri dengan Interaksi Sosial
Pada Siswa SMA Negeri 1 Kayangan Tahun Pelajaran 2013/2014” Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada korelasi yang “Signifikan” antara tingkat konsep diri dengan interaksi sosia.
Saran kepada peneliti lain diharapkan agar mengadakan peneitian yang labih mendalam dan lebih luas,
khususnya mengenai hal-hal yang belum terungkap dalam penelitian ini.
Key Words: Konsep Diri, Intraksi Sosial.
PENDAHULUAN
Konsep diri dalam kehidupan sehari-hari memang merupakan hal yang sangat utama dalam
interaksi sosial, dengan terujudnya konsep diri maka interaksi sosial antara individu yang satu
dengan individu yang lain semakain terwujud dengan baik, maka yang disebut dengan
Konsep Diri (Self Concept) adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain ( Stuarg and Sudeen, 1998 ). Secara umum penilaian tentang konsep diri dibagi
menjadi dua bagian, yaitu: (1) Konsep Diri Yang Bersifat Positif (2) Konsep Diri Yang
Bersifat Negatif. Salah satu ciri individu yang memiliki konep diri yang bersifat positif adalah
mampu menerima dan mencintai diri sendiri apa adanya, sedangkan konsep diri yang bersifat
negatif adalah tidak mampu menerima dan mencintai diri sendiri apa adanya (Rahmat, 2005)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulakan bahwa konsep
diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang
dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain dan gambaran
yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang
diperoleh dari interaksi dari lingkungan. Adapun indikator konsep diri adalah (1) Ide (2)
Pendirian (3) Kepercayaan (4) Pikiran
Dengan terwujudnya ide, pikiran maka interaksi sosial mulai bertambah lancar
sehingga akan mencapai satu tujuan karena saling mempengaruhi satu dengan yang lain
sehingga yang disebut dengan Interaksi Sosial adalah salah satu cara individu untuk
memelihara tingkah laku sosial individu tersebut sehingga individu tetap dapat bertingkah
laku sosial dengan individu lain. Interaksi sosial dapat pula meningkatkan jumlah/kuantitas
dan mutu/kualitas dari tingkah laku sosial dengan individu lain di dalam situasi sosial.
(Slamat Santoso, 2010). Pendapat lain mengatakan bahwa Interaksi Sosial adalah suatu
hubungan anatara individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi,
mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Hal ini
sebenarnya merupakan yang besar bagi manusia, sebab dengan adanya dua macam fungsi
yang dimiliki itu timbullah kemajuan-kemajuan dalam hidup bermasyarakat (Abu Ahmadi,
2007)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa interaksi
sosial adalah salah satu cara individu untuk memelihara tingkah laku sosial individu tersebut
sehingga suatu hubungan anatara individu atau lebih, di mana kelakuan individu yang satu
mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
Adapun indikator Interaksi Sosial adalah (1) Tingkah Laku (2) Mempengaruhi Individu (3)
Memperbaiki Kelakuan Individu.
KAJIAN LITERATUR
Para ahli psikologi mempunyai pendapat yang beragam tentang konsep diri. Diantaranya
menurut William H. Ftts (1971:138) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek
penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame
of refrence) dalam berintraksi dengan lingkungan. Ia menjelaskan konsep diri secara
fenomenologis, dan mengatakan bahwa ketika individu memper-sepsikan dirinya, bereaksi
terhadap dirinya, memberikan arti dan penilaian serta membentuk abtraksi tentang dirinya
berarti ia menunjukan suatu kesadran diri (self awarenees) dan kemampuan terhadap dunia di
luar dirinya. Diri secara keseluruhan (total self) seperti yang di alami individu disebut juga
diri fenomenal (Snygg & Combs, 1949,dalam Fitts, 1971). Diri fenomenal ini adalah diri yang
diamati, dialami dan dinilai oleh individu sendiri, yaitu diri yang ia sadari. Keseluruhan
kesadarn atau persepsi ini merupakan gambaran atau keonsep diri individu.
Fitts juga mengatakan bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku
seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang, kita lebih mudah meramalkan dan
memahami tingkah laku orang tersebut. Pada umumnya tingkah laku individu berkaitan
dengan gagasan-gagasan tentang dirinya sendiri. Jika seseorang mempersepsikan dirinya
sebagai orang yang inferior dibandingkan dengan orang lain, walaupun hal ini belum tentu
benar, biasanya tingkah laku yang ia tampilkan akan berhubungan dengan kekurangan yang
dipersepsinya secara subjektif tersebut.
Interaksi sosial merupakan salah satu cara individu untuk memelihara tingkah laku
sosial individu tersebut sehingga individu dapat bertingkah laku sosial dengan individu lain.
Interaksi sosial dapat pula meningkatkan jumlah/kualitas dan mutu/kualitas dari tingkah laku
sosial individu sehingga individu makin matang di dalam bertingkah laku sosial dengan
idividu lain dalam stuasi sosial, Santoso (2010: 157).
Walgito dan Bonner, (dalam Mahmudah, 2010: 67). Menjelaskan bahwa interaksi
sosial adalah suatu relasi antara dua atau lebih individu manusia, dimana individu yang satu
mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki individu yang lain atau sebaliknya. Pendapat
tersebut diperkuat oleh pakar teori interaksi Homans, (dalam Ningsih, 2010: 9)
mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu
tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya.
Berdasarkan berbagai pendapat dari para ahli tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa interaksi sosial merupakan suatu proses hubungan interpersonal yang dialami antara
dua orang atau lebih bersifat timbal balik yang saling mempengaruhi, mengubah,
memperbaiki kelakukan individu yang lain.
Proses perkembangan interaksi sosial berlangsung dari tahap yang sangat sederhana
yaitu dimulai dari hubungan antara ibu dan anak ketika berusia dua bulan yang ditandai
dengan balasan senyuman bayi kepada ibunya hingga seorang individu memasuki lingkungan
sekolah dengan mengembangkan interaksi sosial dengan teman sebayanya seperti menaati
peraturan yang berlaku agar individu tetap diterima kelompoknya dan memasuki masa remaja
dimana interaksi sosial menjadi kebutuhan karena adanya kepentingan terhadap pergaulan.
METODE
Sehubung dengan metode pengumpulan data dalam penelitian ini, maka metode
pengumpulan data yang digunakan metode angket sebagai metode pokok, metode
dokumentasi dan metode wawancara sebagai metode bantu.
1. Metode Angket
Adapun pengertian angket adalah “Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya. Atau hal-hal
yang diketahui” (Walgito, 1998:124). Pendapat lain mengatakan: “Angket adalah suatu
metode pengumpulan data dengan cara mengajukan suatu daftar pernyataan tertulis kepada
sejumlah individu, dan idividu yang diberikan daftar pertanyaan tersebut diminta untuk
memberikan jawaban secara tertulis pula” (Mardalis, 2001: 45).
Dari kedua pendapat di atas tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
metode angket dalam penelitian ini adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara
mengajukan serangkaian pertanyaan tertulis kepada idividu (responden) dan individu yang
diberikan serangkaian pertanyaan tersebut diminta untuk menjawabnya secara tertulis.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan
sebagainya (Arikunto, 2002: 206). Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan
(life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar,
misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya
misalnya karya seni, yang berupa gambar, patung, film, dan lain-lain (Sugiyono, 2010:
240).
Dari kedua pendapat ahli di atas dapat peneliti simpulkan bahwa yang dimaksud dengan
metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
meneliti dan menganalisis dokumen, seperti arsip, catatan, transkrip, dokumen rapat, dan
sebagainya. Dan metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan sebagai metode
pelengkap/bantu untuk melengkapi data yang diperoleh menggunakan angket. Data yang
diperoleh menggunakan dokumen adalah nama-nama dan jumlah siswa yang menjadi
responden/subyek penelitian.
3. Metode Observasi
Di dalam buku metode penelitian, observasi disebut pula dengan pengamatan, meliputi
kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek-dengan menggunakan seluruh alat indra
(Arikunto, 2006 : 133). Secara garis besar observasi dapat dibagi menjadi dua yaitu
sebagai berikut :
a. Partisipasi pengamat sebagai partisipan. Artinya peneliti merupakan bagian dari
kelompok yang diteliti dengan kata lain peneliti sebagai pekerja dalam suatu yang
diteliti.
b. Partisipasi pengamat sebagai non partisipan. Artinya peneliti tidak mempengaruhi
kelakuan orang yang diteliti (Nasution, 2001 : 107).
Jadi observasi yang dilakukan untuk memperoleh data tentang gambaran umum lokasi
penelitian. Dalam penelitian ini, metode observasi dipergunakan hanya sebagai metode
pelengkap.
4. Metode wawancara/interview
Wawancara adalah alat pengumpulan informasi dengan cara mengajukan sejumlah
pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (Margono, 2009: 165). Sedangkan
menurut pendapat ahli lain mengatakan interview atau wawancara adalah sebuah dialog
yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara
(Arikunto, 2006: 227).
Dari beberapa pendapat ahli diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode
wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab/dialog secara
langsung, yang dilakukan oleh pewawancara dengan responden untuk memperoleh
informasi yang diinginkan.
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan
waktu yang kita tentukan. (Margono, 2005 : 118). Sedangkan menurut Nawawi (dalam
Subana, dkk, 2005: 24) dijelaskan bahwa, “populasi adalah keseluruhan objek penelitian
yang dapat terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai
sumber data yang mewakili karakteristik tertentu dalam suatu penelitian”.
Menurut Suharmisi Arikunto (2006: 130), populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga
disebut studi populasi atau studi sensus.
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil
dengan menggunakan cara-cara tertentu. (Margono, 2005: 121) sedangkan menurut Irawan
Soehatono (2000: 57) yang dimaksud dengan sampel adalah suatu bagian dari populasi yang
akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya. Dari pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang dimiliki atau
diteliti dan diambil dengan teknik atau cara tertentu.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 134), bahwa apabila dalam pengambilan sampel
yang jumlah subyeknya besar (lebih dari 100 orang) maka dapat diambil antara 10- 15% atau
20-25% atau lebih tergantung kemampuan peneliti, tapi kalau populasi kurang dari 100 orang
maka akan diambil semuanya.
Berdasarkan pendapat di atas dan mengingat adanya keterbatasan waktu, biaya dan
tenaga. Maka dalam penelitian ini besarnya sampel direncanakan sebesar 20 %. Karena
jumlah populasi dalam penelitian ini 303 orang siswa. Jadi 303 : 100 x 20 = 60. Maka jumlah
sampelnya adalah 60 siswa. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah proportional random sampling. Yaitu teknik pengambilan sampel yang bukan
didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas tujuan tertentu.
Dalam buku Metode Penelitian di jelaskan bahwa “Instrumen penelitian adalah suatu
alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati” (Sugiyono, 2010
: 102). Sedangkan ahli lain- menjelaskan bahwa: ”Instrumen adalah alat pada waktu penelitian
yang menggunakan sesuatu metode” (Arikunto, 2006: 149).
Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan instrumen adalah
alat yang digunakan untuk memperoleh data tentang objek yang diteliti. Dalam penelitian ini,
instrumen yang digunakan adalah berupa angket, yaitu untuk memperoleh data tentang
konsep diri dan interaksi sosial pada siswa SMA Negeri 1 Kayangan Tahun Pelajaran
2013/2014. Dimana dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu konsep diri sebagai
variabel Bebas (X) dan interaksi sosial sebagai variabel Terikat (Y).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil analisa data korelasi product moment diperoleh hasil perhitungan yang
menunjukkan bahwa dengan taraf signifikansi 5%, nilai r hitung lebih besar dari pada r tabel
(r hitung > r tabel) yaitu 0,913> 0.254. Maka hipotesis nol (Ho) yang berbunyi : Ada Hubungan
Antara konsep diri dengan Interaksi Sosial di SMAN 1 Kayangan Tahun Pelajaran
2013/2014, dinyatakan diterima.
Untuk manguji signifikansi nilai r product moment hasil penelitian, setelah diperoleh nilai r
hitung dengan N=60 dalam penelitian ini adalah sebesar = 0.254, sedangkan r tabel dengan
taraf signifikansi 5% pada N=60 menunjukkan harga r tabel = 0.254 ini menunjukan bahwa
nilai r tabel, atau (r hitung > r tabel) yaitu (0.913 > 0.254) hipotesis alternatif (Ha) diterima
sedangkan hipotesis nihil (Ho) ditolak. Berarti ada hubungan positif yang signifikan antara
konsep diri dengan interaksi sosial.
Pembahasan
Menanamkan sikap pemahaman tentang konsep diri tehadap siswa diharapkan bisa
membentuk sikap pribadi siswa yang utuh, mampu membedakan dirinya dengan orang lain,
dan selalu mengamati dirinya sendiri memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi
yang dialaminya serta memiliki pemonitoran yang baik, artinya mampu membaca situasi
sosial dalam rangka- memahami orang lain terhadap dirinya, serta mampu berinteraksi
terutama dalam kehidupan lingkungan sekolah serta di masyarakat sosial.
Dalam penelitian ini Konsep Diri mempunyai hubungan dengan Interaksi Sosial pada
Siswa. Yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 1 Kayangan
sebanyak 60 orang siswa.
Dari hasil analisa data korelasi product moment diperoleh hasil perhitungan yang
menunjukkan bahwa dengan taraf signifikansi 5%, nilai r hitung lebih besar dari pada r tabel
(r hitung > r tabel) yaitu 0,913> 0.254. Maka hipotesis nol (Ho) yang berbunyi : Tidak Ada
Hubungan Antara konsep diri dengan Interaksi Sosial di SMAN 1 Kayangan Tahun Pelajaran
2013/2014, dinyatakan ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi: Ada Hubungan
Antara konsep diri dengan Interaksi Sosial di SMAN 1 Kayangan Tahun Pelajaran
2013/2014, dinyatakan diterima.
PENUTUP
Setelah dilaksanakan analisis data pada Bab IV diperoleh hasil penelitian atau r hitung
N = 60 dalam penelitian ini adalah sebesar = 0.254, sedangkan r tabel dengan taraf signifikan
5% pada N = 60 menunjukkan harga r table = 0.254 ini menunjukkan bahwa nilai r tabel,
atau (r hitung > r tabel) yaitu (0.913 > 0.254) hipotesis alternatif (Ha) diterima sedangkan
hipotesis nihil (Ho) ditolak. Yang berarti hasil penelitian ini adalah “signifikan”.dengan
demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Ada Hubungan Antara Konsep Diri Dengan
interaksi sosial di SMAN 1 Kayangan Tahun Pelajaran 2012/2013, artinya konsepdiri
dengan interaksi sosial siswa memiliki hubungan signifikan dengan lingkungan di sekolah.
Jadi kesimpulanya adalah sebagai berikut: Ada Hubungan Antara konsep diri Dengan
interaksisosial Pada Siswa SMAN 1 Kayangan Tahun Pelajaran 2012/2013.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan diatas, dapat diajukan beberapa saran
sebagai berikut :
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi kepala sekolah sebagai bahan masukan
dalam menentukan kebijakan untuk mengarahkan guru bimbingan konseling dalam
menunjang konsep diri siswa dalam berinteraksi sosial.
b. Hasil penelitian ini dapat berguna bagi guru bimbingan dan konseling untuk mengetahui
sejauh mana konsep diri siswa dalam berinteraksi sosial di lingkungan sekolah.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa untuk mengetahui
konsep diri dalam berinteraksi sosial.
d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi orang tua untuk selalu mendampingi
dan memberikan arahan terhadap anaknya, mengenai konsep diri dan interaksi sosial.
e. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti lain untuk menggali lebih
dalam tentang hubungan konsep diri dengan interaksi sosial siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, (2007). psikololgi sosial, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Mahmudah, Siti. 2010. Psikologi sosial sebuah pengantari.Malang :UIN maliki Press
(Anggota IKAPI).
Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
________, S. 2009. Dalam buku metodelogi pendidikan. Jakarta: PT.Renika Cipta.
Munawir Yusuf,( 2006). http://www.scribd.com/doc/98046816/MAKALAH-KONSEP-DIRI.
Rahmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakara.
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Download