1 PENDAHULUAN Ada banyak penelitian yang menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan diantaranya yang dilakukan oleh Makaryawati (2002), Carlson dan Bathala (1997) dalam Rahayu (2010). Teori yang mendasari penelitian yang menguji pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan adalah semakin tinggi kinerja keuangan, yang biasanya diproksikan dengan rasio keuangan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Melalui rasio-rasio keuangan tersebut dapat dilihat seberapa berhasilnya manajemen perusahaan mengelola aset dan modal yang dimilikinya, hal ini bisa dilihat dari pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Menurut Fakhruddin (2008:4) peningkatan laba merupakan salah satu faktor penting bagi terciptanya keunggulan daya saing perusahaan secara berkelanjutan dan pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan harga saham. Peningkatan harga saham merupakan wujud apresiasi investor terhadap kinerja perusahaan serta keyakinan akan peningkatan kinerja ke depan. Perusahaan-perusahaan di Indonesia saat ini tidak hanya dituntut untuk mencari keuntungan laba semata, tetapi perusahaan saat ini dituntut pula untuk memperhatikan tanggung jawab sosial di masyarakat seperti yang tertera pada UU Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dapat digambarkan sebagai tindakan yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial atau lingkungan sekitar perusahaan berada. Pengembangan program-program sosial perusahaan dapat berupa bantuan fisik, pelayanan kesehatan, beasiswa, dan sebagainya (Nugroho, 2007 dalam Dahli dan Siregar, 2008). Kepedulian perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial secara berkelanjutan diharapkan akan mendapat respons positif dari para investor pasar modal 1 terhadap nilai pasar ekuitas perusahaan. Pelaku pasar menilai bahwa perusahaanperusahaan yang memiliki kepedulian sosial secara berkelanjutan memiliki reputasi bagus dan peluang bertumbuh akan lebih baik dibanding perusahaan-perusahaan lain yang tidak memilikinya. Kesediaan dan komitmen perusahaan untuk menjadi “perusahaan sosial” secara berkelanjutan akan meningkatkan reputasi atau citra perusahaan. Semakin besar kepedulian perusahaan pada CSR dan mengungkapkannya dalam pelaporan perusahaan, semakin besar pengaruh positifnya terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan (Lako, 2010: 85 dan 221) Menurut Kusumadilaga (2010) semakin banyak bentuk pertanggung jawaban yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungan disekitarnya, maka image dan citra perusahaan akan dipandang baik di mata para stakeholder (pelanggan, pegawai, masyarakat luas). Para investor lebih berminat pada perusahaan yang memiliki citra yang baik, karena semakin baik perusahaan maka loyalitas konsumen untuk membeli produk-produk perusahaan akan semakin tinggi, juga akan menaikan laba perusahaan melalui peningkatan penjualan. Menurut Rahayu (2010) penilaian prestasi suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan itu untuk menghasilkan laba. Laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam pencapaian nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Rahayu (2010) menyatakan bahwa ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, penyebabnya dimungkinkan karena buruknya kondisi perekonomian akibat adanya krisis global pada tahun 2008. Menurut Nurainun dan Sinta (2007) profitabilitas yang diukur dengan rasio Return on Equity (ROE) dan kebijakan deviden yang di ukur dengan Devidend per Share (DPS) secara bersama-sama mempunyai 2 pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan rasio Price to Book Value (PBV) pada perusahaan perdagangan, jasa, dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hanafi dan Halim (1996) dalam Yuniasih dan Wirakusuma (2007) menyatakan bahwa ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham. Semakin besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. Hal ini berdampak terhadap peningkatan nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Ulupui (2007), Makaryawati (2002), Carlson dan Bathala (1997) dalam Rahayu (2010) menemukan hasil bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Oleh karena itu, ROA merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun, hasil yang berbeda diperoleh oleh Kaaro (2002) dalam Suranta dan Pratana (2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa ROA justru berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Namun, hasil yang berbeda diperoleh oleh Sasongko dan Wulandari (2006) dalam Yuniasih dan Wirakusuma (2007) yang memeriksa pengaruh EVA dan rasio profitabilitas antara lain; ROA, ROE, ROS, EPS, BEP terhadap harga saham. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa hanya EPS yang berpengaruh terhadap harga saham. Menurut Rahayu (2010) disamping kinerja keuangan yang akan dilihat investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan, adanya pengungkapan item CSR dalam laporan keuangan diharapkan akan menjadi nilai plus yang akan menambah kepercayaan para investor, bahwa perusahaan tersebut akan terus berkembang dan berkelanjutan. Para konsumen akan lebih mengapresiasi perusahaan yang mengungkapkan CSR dibanding dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan 3 CSR. Selain membangun image yang baik di mata para stakeholder karena kepedulian perusahaan terhadap sosial lingkungan, maka loyalitas konsumen untuk membeli produk-produk perusahaan akan semakin tinggi dan juga akan menaikkan laba perusahaan melalui peningkatan penjualan. Dengan demikian diharapkan tingkat profitabilitas terutama nilai ROE akan ikut meningkat, hal ini akan berdampak positif terhadap nilai perusahaan. Di dalam penelitian Yuniasih dan Wirakusuma menggunakan sampel sebanyak 27 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2006. Yuniasih dan Wirakusuma menggunakan ROA sebagai proksi dari variabel kinerja keuangan, 78 item pengungkapan CSR sebagai proksi dari variabel CSR. Hasil penelitian menunjukan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, demikian juga dengan pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi terbukti berpengaruh positif pada hubungan antara ROA dan nilai perusahaan yang berarti bahwa selain melihat kinerja keuangan, pasar juga memberikan respon terhadap pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. Bursa Efek Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) pada tanggal 8 Juni 2009 meluncurkan sebuah indeks saham baru yang dinamakan Indeks SRIKEHATI yang berisikan saham-saham perusahaan setelah memenuhi kriteria dan tahapan seleksi dan dinyatakan peduli terhadap lingkungan hidup dan sosial. http://bisnis.vivanews.com/news/read/63858-bei_luncurkan_indeks_sri_kehati. Kedua hal tersebut juga merupakan faktor yang perlu diungkap terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Peran serta dan kepedulian perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan, seperti pengolahan limbah, pelestarian lingkungan hidup, pemberian 4 beasiswa pendidikan, memberi bantuan kepada masyarakat yang terkena bencana alam, dan lain-lain merupakan hal-hal yang perlu diungkapkan kepada masyarakat luas. Dengan adanya pengungkapan aspek tanggung jawab sosial perusahaan tersebut diharapkan akan mempengaruhi penilaian masyarakat termasuk investor terhadap perusahaan. Maka penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan yang sahamnya terpilih menjadi anggota indeks SRIKEHATI. Penelitian ini mereplikasi penelitian yang di lakukan oleh Yuniasih dan Wirakusuma (2007), akan tetapi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah variabel ROE sebagai proksi dari kinerja keuangan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apakah kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang terpilih menjadi anggota indeks SRIKEHATI? (2) Apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility dapat memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility nantinya dapat memoderasi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan yang terpilih menjadi anggota indeks SRIKEHATI. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pembaca khususnya investor dan calon investor mengenai relevansi dari pengungkapan informasi CSR sebagai variabel pemoderasi antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. 5 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan Munawir (1998) dalam Rahayu (2010). Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan analisis rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis, yaitu: (Rita, dkk. 2009:49) 1. Rasio Likuiditas Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek. Rasio likuiditas terdiri dari: Current ratio, Quick Ratio, dan Net Working Capital. 2. Rasio Solvabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas terdiri dari: Debt Rasio, debt to Equity Rasio, Long Term Debt to equity Rasio, long Term Debt to Capitalization Ratio, Times Interest Earned, Cash Flow Interest Coverage, Cash Flow to Net Income, dan Cash Return on Sales. 3. Rasio Aktivitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan harta yang dimilikinya. Rasio Aktivitas terdiri dari: Total Asset Turnover, Fixed Asset Turover, Account Raceivable Turnover, inventory Turnover, Average Collection Period, dan Day’s Sales in Inventory. 6 4. Rasio Profitabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio Profitabilitas terdiri dari: Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity, dan Operating Ratio. 5. Rasio Pasar Rassio ini menunjukkan informasi penting perusahaan dan diungkapkan dalam basis per saham. Rasio pasar terdiri dari: Devidend Yield, Deviden Per Share, Deviden Payout Ratio, Price earning Ratio, Earning Per Share, Book Value Per Share, dan Price to Book Value. Dari kelima rasio tersebut, ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham. Semakin besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. Hal ini berdampak terhadap peningkatan nilai perusahaan. Return on Equity (ROE) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) rasio profitabilitas yang penting bagi para investor, karena Return on Equity (ROE) merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam rangka melakukan tugasnya yakni menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi para pemilik modal (Husnan dan Pudjiastuti, 2007:74). Menurut (Rita, dkk. 2009:49), Return on Equity (ROE) diperoleh dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak terhadap total modal sendiri. 7 Dari rumus di atas maka dapat dikatakan bahwa faktor yang menentukan tingkat Return on Equity (ROE) adalah jumlah laba bersih setelah pajak dan jumlah total modal sendiri. Jika jumlah laba bersih yang didapat perusahaan tinggi sementara jumlah total modal sendiri perusahaan rendah maka tingkat Return on Equity (ROE) akan tinggi. Namun sebaliknya apabila jumlah laba bersih yang didapat perusahaan rendah sementara jumlah total modal sendiri perusahaan tinggi maka tingkat Return on Equity (ROE) akan rendah. 2.2 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar, seperti halnya penelitian yang pernah dilakukan oleh Nurlela dan Islahuddin (2008) dalam Kusumadilaga (2010), karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi pula kemakmuran pemegang saham. Menurut Weston dan Copeland (2008;244) rasio penilaian perusahaan terdiri dari: 1. Price Earning Ratio Rasio ini menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. 2. Price to Book Value Rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi PBV berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. 8 3. Rasio Tobin’s Q Rasio Tobin’s Q dalam penelitian ini digunakan sebagai indikator penilaian nilai perusahaan. Rasio ini dikembangkan oleh Profesor James Tobin (1967). Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham (MVE) perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan (BVE) Smithers dan Wright (2007:37) dalam Zuraedah (2010). Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun. Book Value Equity (BVE) diperoleh dari selisih total assets perusahaan dengan total kewajibannya. Tobins Q di gunakan dalam penelitian ini karena dapat mengukur nilai pasar saham sebuah perusahaan. Jika q>1 investasi tambahan dalam perusahaan akan masuk akal karena keuntungan yang dihasilkan akan melebihi harga perolehan aktiva perusahaan. Apabila nilai q<1 perusahaan lebih baik menjual asetnya, karena investasi dalam aktiva tidaklah menarik sehingga dapat merugikan para pemegang saham Weston dan Copeland (2008:245) dalam Zuraedah (2010). 2.3 Corporate Social Responsibility Ada banyak pengertian CSR, salah satunya adalah CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan 9 sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial atau lingkungan sekitar perusahaan berada. Perusahaan tidak hanya memandang laba sebagai satu-satunya tujuan dari perusahaan tetapi ada tujuan yang lainnya yaitu kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, karena perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Rachman, Efendi dan Wicaksana 2011:17). Pengungkapan tanggung jawab sosial atau sering disebut sebagai Corporate social Responsibility adalah proses pengkomunikasian efek-efek sosial dan lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan. Kontribusi negatif perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya telah menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat adalah dengan mengungkapkan informasi-informasi mengenai operasi perusahaan sehubungan dengan lingkungan sebagai tanggung jawab perusahaan (Gray et. Al., 1987) dalam Rosmasita (2007). 2.4 Perumusan Hipotesis Investor akan melakukan peninjauan secara luas suatu perusahaan dengan melihat rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi, jika kinerja tinggi maka para investor akan menilai baik perusahaan. Apabila para investor ingin melihat seberapa besar perusahaan menghasilkan return atas investasi yang mereka tanamkan, yang akan dilihat pertama kali oleh para investor yaitu rasio profitabilitas terutama ROE. Menurut Lumban (2010) ROE merupakan rasio yang digunakan para investor untuk melihat sejauh mana perusahaan dapat memberikan keuntungan di masa yang akan datang. Atau dengan kata lain, dengan ROE yang tinggi, perusahaan memiliki peluang untuk 10 memberikan pendapatan yang besar bagi para pemegang saham. Dalam hal ini akan berdampak pada peningkatan harga saham,semakin tinggi harga saham yang diperoleh maka semakin baik pula nilai perusahaan di mata para investor. Harga dan jumlah saham yang beredar akan mempengaruhi nilai Tobins-Q sebagai proksi dari nilai perusahaan, jika harga dan jumlah saham naik, maka nilai Tobins-Q akan naik. Tobins-Q yang lebih dari satu, menggambarkan bahwa perusahaan menghasilkan earning dengan tingkat return yang sesuai dengan harga perolehan asetasetnya Tobins dan Brainad (1997) dalam Rahayu (2010). Penelitaian yang dilakukan Sparta dan Februwaty (2005) menyatakan bahwa ROE memiliki hubungan yang positif terhadap return saham pada tingkat alpha 5%. Penelitian yang dilakukan oleh Ayuk (2006) dalam Handoko (2010) menemukan bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan Return On Equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang akan di ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: ROE berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan Penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hal ini menunjukkan ada faktor lain yang turut mempengaruhi hubungan kinerja keuangan (ROE) terhadap nilai perusahaan. Hasil tersebut mendorong peneliti untuk memasukkan pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi. Disamping kinerja keuangan yang akan dilihat investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan, adanya pengungkapan item CSR dalam laporan keuangan diharapkan akan menjadi nilai plus yang akan menambah kepercayaan para investor, bahwa perusahaan tersebut akan terus berkembang dan berkelanjutan. Para investor akan lebih mengapresiasi perusahaan yang mengungkapkan 11 CSR dibanding dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan CSR. Selain membangun image yang baik di mata para stakeholder karena kepedulian perusahaan terhadap sosial lingkungan, maka loyalitas konsumen untuk membeli produk-produk perusahaan akan semakin tinggi dan juga akan menaikkan laba perusahaan melalui peningkatan penjualan. Dengan demikian diharapkan tingkat profitabilitas terutama nilai ROE akan ikut meningkat, hal ini akan berdampak positif terhadap nilai perusahaan Rahayu (2010). Penelitian ini menggunakan pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi dengan pemikiran bahwa pasar akan memberikan apresiasi positif yang ditunjukkan dengan peningkatan harga saham perusahaan. Peningkatan ini akan menyebabkan nilai perusahaan juga meningkat. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut. H2: Pengungkapan CSR memoderasi pengaruh ROE terhadap nilai perusahaan. 12 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terpilih menjadi anggota indeks SRIKEHATI. Pemilihan sampel penelitian ini didasarkan pada saham yang termasuk Indeks SRIKEHATI periode Mei 2010-Oktober 2010 dan November 2010-April 2011 yaitu: Tabel 3.1 Daftar Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Sumber: NAMA PERUSAHAAN PT Astra Argo Lestari Tbk PT Adhi Karya Tbk PT Aneka Tambang Tbk PT Astra International Tbk PT Bank Central Asia Tbk PT Bank Negara Indonesia Tbk PT Bank Rakyat Indonesia Tbk PT Bank Danamon Tbk PT Berlian Laju Tanker Tbk PT Bank Mandiri Tbk PT Global Medicom Tbk PT XL Axiata Tbk PT Indofood Sukses Makmur Tbk PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk PT Indosat Tbk PT Jasa Marga Tbk PT Kalbe Farma Tbk PT Lippo Karawaci Tbk PT PP London Sumatera Indonesia Tbk PT Medco Energi International Tbk Merck Tbk PT Perusahaan Gas Negara Tbk PT Bank Pan Indonesia Tbk PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PT Holcim Indonesia Tbk PT Semen Gresik (Persero) Tbk PT Timah Tbk PT Telekomunikasi Indonesia Tbk PT United Tracktors Tbk PT Unilever Indonesia Tbk KODE (AALI) (ADHI) (ANTM) (ASII) (BBCA) (BBNI) (BBRI) (BDMN) (BLTA) (BMRI) (BMTR) (EXCL) (INDF) (INTP) (ISAT) (JSMR) (KLBF) (LPKR) (LSIP) (MEDC) (MERK) (PGAS) (PNBN) (PTBA) (SMCB) (SMGR) (TINS) (TLKM) (UNTR) (UNVR) http://economy.okezone.com/read/2011/05/11/278/455727/inilah-25-saham- indeks-sri-kehati 13 3.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara yang berupa laporan keuangan tahunan perusahaan yang terpilih menjadi anggota indeks SRIKEHATI di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 yang diperoleh dari pusat data Universitas Kristen Satya Wacana. 3.3 Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diproksikan dengan return on equity (ROE). Untuk memperoleh nilai ROE tahun 2010, dihitung dengan rumus: x 100 % Dalam penelitian ini nilai ROE diperoleh langsung dari laporan tahunan perusahaan yang terdapat dalam ICMD (Indonesian Capital Market Directory). 3.4 Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan. Tobin’s Q diukur dengan rumus: Dimana : Tobins Q = Nilai perusahaan MVE = Nilai Ekuitas Pasar (MVE=Closing price x jumlah saham beredar) D = Nilai buku dari total hutang BVE = Nilai buku dari total aktiva 14 Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan akhir tahun 2010 dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun yang sama. Book Value Equity (BVE) diperoleh dari selisih total assets perusahaan dengan total kewajibannya. 3.5 Variabel Pemoderasi Variabel pemoderasi dalam penelitian ini adalah pengungkapan CSR. Pengungkapan CSR adalah pengungkapan informasi yang berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan di dalam laporan tahunan tahun 2010. Pengukuran CSR mengacu pada 78 item pengungkapan yang digunakan oleh Siregar (2008). Pengukuran variabel ini dengan indeks pengungkapan sosial, pengungkapan sosial merupakan data yang diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan aktifitas sosialnya yang meliputi 13 item lingkungan, 7 item energi, 8 item kesehatan dan keselamatan kerja, 29 item lain-lain tenaga kerja, 10 item produk, 9 item keterlibatan masyarakat, dan 2 item umum. CSR diukur melalui laporan kegiatannya, yakni dengan metode content analysis yang merupakan suatu cara pemberian skor pada pengukuran pengungkapan sosial laporan tahunan yang dilakukan dengan pengamatan mengenai ada tidaknya suatu item informasi yang ditentukan dalam laporan tahunan, apabila item informasi tidak ada dalam laporan keuangan maka diberi skor 0, dan jika item informasi yang ditentukan ada dalam laporan tahunan maka diberi skor 1. 3.6 Teknik Analisis Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan, serta menguji apakah pengungkapan CSR mempunyai pengaruh terhadap hubungan ROE dan nilai perusahaan. Untuk itu akan digunakan teknik analisis regresi linear. 15 Model persamaan regresi yang akan diuji adalah sebagai berikut: Tobins Q = a + b1 ROE + e Tobins Q = a + b1ROE + b2CSR + b3 ROE.CSR + e Keterangan : Tobins Q : Nilai Perusahaan a : Konstanta b1, b2, b3 : Koefisien regresi ROE : Persentase ROE CSR : Persentase pengungkapan CSR e : Error Menurut Ghozali (2005) ketepatan fungsi regresi tersebut dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya, yang secara statistik dapat diukur dari koefisien determinasi, nilai statistik F, dan nilai statistik t. Sebelum analisis ini dilaksanakan, terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk menghasilkan nilai parameter model penduga yang sah. Nilai tersebut akan terpenuhi jika hasil uji asumsi klasiknya memenuhi asumsi normalitas, serta tidak terjadi heteroskedastisitas dan autokorelasi. 3.6.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Karena dalam analisis grafik dapat menyesatkan, maka dalam penelitian ini dipilih uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan melihat tingkat signifikansinya. 16 Residual dinyatakan terdistribusi normal jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov >0,05 Ghozali (2005). 3.6.2 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas Ghozali (2005). Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji grafik Plot dan uji statistik Glejser. Uji statistik Glejser dipilih karena lebih dapat menjamin keakuratan hasil dibandingkan dengan uji grafik plot yang dapat menimbulkan bias. Uji Glejser mengusulkan meregrasi nilai absolute residual terhadap variabel independen Gujarati (2003) dalam Ghozali (2005). Interpretasi heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat signifikansi ROE terhadap nilai absolute residual. Gangguan heteroskedastisitas terjadi jika terdapat pengaruh yang signifikan antara ROE terhadap absolute residualnya. Apabila tingkat probabilitas signifikansi ROE < 0.05, maka dapat dikatakan mengandung heteroskedastisitas. 3.6.3 Uji Autokorelasi Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah didalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Pendeteksian ada atau tidaknya autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson. Pengambilan keputusan dapat dilihat melalui tabel autokorelasi berikut ini (Ghozali, 2005). 17 Tabel 3.2 Tabel Autokorelasi Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada keputusan dl Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif Tidak ada keputusan 4 – du Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 - du d du d 4 - dl Sumber: Ghozali, 2005. 3.6.4 Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R² berkisar antara 0-1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005). 3.6.5 Uji Signifikansi/Pengaruh Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F menunjukkan apakah variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel dependennya (Ghozali, 2005). Kriteria pengambilan keputusannya, yaitu: a. Bila F hitung >F tabel atau probabilitas < nilai signifikan ( Sig 0,05), maka hipotesis tidak dapat ditolak, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. b. Bila F hitung <F tabel atau probabilitas > nilai signifikan ( Sig 0,05), maka hipotesis diterima, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. 18 3.6.6 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005). Pada uji statistik t, nilai t hitung akan dibandingkan dengan nilai t tabel, dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Bila t hitung > t tabel atau probabilitas < tingkat signifikansi (Sig < 0,05), maka Ha diterima dan H0 ditolak, variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. b. Bila t hitung < t tabel atau probabilitas > tingkat signifikansi (Sig > 0,05), maka Ha ditolak dan H0 diterima, variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. 3.6.7 Analisis Regresi Moderasi (Moderated Regression Analysis) Tujuan analisis ini untuk mengetahui apakah variabel moderating akan memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Terdapat tiga model pengujian regresi dengan variabel moderating, yaitu uji interaksi (MRA), uji nilai selisih mutlak, dan uji residual (Ghozali, 2005). Dalam penelitian ini akan digunakan uji MRA, hipotesis moderating diterima jika variabel Moderasi CSR (ROE-CSR) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Tobins Q. 19 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 perusahaan yang terpilih menjadi anggota Indeks SRI-KEHATI yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode Mei 2010-Oktober 2010 dan November 2010-April 2011. Hasil dari pengujian statistik deskriptif dari variabel Tobins-Q, ROE, dan CSR tahun 2010 disajikan dalam tabel dibawah ini. Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Tobins-Q 30 .2 5.1 1.517 1.4360 ROE 30 -22.39 81.78 25.4560 17.44273 CSR 30 .23 .59 .3687 .10753 Valid N (listwise) 30 Sumber: Lampiran 4 Dari hasil uji statistik deskriptif pada tabel diatas, didapat informasi sebagai berikut: Variabel Tobins-Q memiliki rentang nilai dari 0,2 hingga 5,1. Niali terendah dimiliki oleh PT. Astra Argo Lestari Tbk, PT. Aneka Tambang Tbk dan PT. PP London Sumatera Indonesia Tbk. Sedangkan nilai tertinggi dimiliki oleh PT. Merck Tbk. Nilai rata-rata Tobins-Q 1,517 dan deviasi standarnya bernilai 1,4360. Tobins-Q yang bernilai lebih dari satu mempunyai arti nilai pasar lebih beasar dari nilai buku sehingga perusahaan menghasilkan earning dengan tingkat return yang sesuai dengan harga perolehan aset-asetnya. Perusahaan yang mempunyai nilai tobins q yang lebih dari satu berjumlah 13 perusahaan dan 17 perusahaan nilai tobins q nya kurang dari satu. Nilai rata-rata ROE menunjukkan nilai 25,4560, sedangkan standar deviasi menunjukkan nilai 17,44273. Variabel ROE memiliki rentang nilai dari -22,39 hingga 81,78. Nilai terendah dimiliki oleh PT. Lippo Karawaci Tbk, sedangkan nilai tertinggi 20 dimiliki oleh PT Medco Energi International Tbk. Nilai ROE sebesar -22,39 yang dimiliki oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk artinya pada tahun 2010 perusahaan tersebut belum bisa menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi para pemilik modal. Sedangkan ROE yang tertinggi sebesar 81,78 yang dimiliki oleh PT. Medco Energi International Tbk artinya perusahaan telah berhasil memberikan keuntungan yang maksimal bagi para pemilik modal. Variabel pengungkapan CSR memiliki rentang nilai dari 0,23 hingga 0,59. Rentang nilai terendah dimiliki oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dan PT. Berlian Laju Tanker Tbk. Rentang nilai tertinggi dimiliki oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Nilai rata-rata dari variabel CSR 0,3687 dan standar deviasinya bernilai 0,10753. Jika di lihat dari rata-rata variabel CSR, dapat diperoleh informasi bahwa rata-rata jumlah item yang diungkapkan oleh para emiten kurang lebih hanya 29 dari 78 item pengungkapan. 4.2 Analisis Data 4.2.1 Pengaruh ROE Terhadap Nilai Perusahaan Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat untuk dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi: uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas pada tabel 4.2 terlihat bahwa nilai Kologorov-Smirnov 1,395 dan signifikansi pada 0,051 hal ini berarti data residul terdistribusi normal dan sudah memenuhi asumsi. 21 Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual 30 ,0000000 1,43397387 ,255 ,255 -,173 1,395 ,051 N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Sumber: Lampiran 4 Dari hasil uji Glejser pada tabel 4.3 diperoleh nilai signifikansi dari ROE yaitu 0,535 di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa data residual tidak mengandung adanya heteroskedastisitas atau sudah memenuhi asumsi. Tabel 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error 1,017 ,270 ,006 ,009 ROE Standardized Coefficients t Beta B ,118 Sig. Std. Error 3,759 ,001 ,627 ,535 a Dependent Variable: AbsUt Sumber: Lampiran 4 Pengujian menggunakan uji Durbin Watson yang hasilnya ditunjukkan pada tabel 4.4 sebagai berikut. Nilai DW sebesar 1,651, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5 %. Didapat nilai dl 1,214 dan du 1,650 untuk n=30 dan k=3. Oleh karena DW hitung > du dan < 4-du, berarti tidak ada autokorelasi antar residual atau sudah memenuhi asumsi. 22 Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary(b) Model 1 R R Square ,053(a) Adjusted R Square ,003 -,033 Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1,45936 1,651 a Predictors: (Constant), ROE b Dependent Variable: TobinsQ Sumber: Lampiran 4 Dari hasil uji menggunakan SPSS pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa koefisien determinasi nilai R2 sebesar 0,003. Hal ini berarti 0,3% variasi Tobins Q yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen ROE. Dengan kata lain variasi variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel independennya. Nilai standard Error of The Estimate (SEE) yang kecil yaitu sebesar 1,4594, membuat model regresi ini tidak tepat digunakan dalam memprediksi variabel dependen atau sudah memenuhi asumsi. Tabel 4.5 Hasil Uji Goodness Fit of Test ROE Terhadap Tobins Q Model Summary(b) Adjusted R Model R R Square Square 1 ,053(a) ,003 -,033 a Predictors: (Constant), ROE b Dependent Variable: TobinsQ Sumber: Lampiran 4 Std. Error of the Estimate 1,45936 Dari hasil output uji statistik F yang terdapat dalam tabel 4.6 dapat diperoleh nilai (F hitung) sebesar 0,080 dan signifikansi pada 0,780. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara silmultan variabel independen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependennya yaitu Tobins Q atau sudah memenuhi asumsi. Tabel 4.6 Hasil Uji ROE Terhadap Tobins Q ANOVA(b) Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares Df ,170 59,632 59,802 a Predictors: (Constant), ROE b Dependent Variable: Tobins-Q 23 1 28 29 Mean Square F ,170 2,130 Sig. ,080 ,780(a) Sumber: Lampiran 4 Dari tabel 4.7 terlihat hasil nilai t (t-hitung) dalam regresi menunjukkan pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. ROE memiliki t hitung sebesar 0,282 dengan signifikansi 0,780, berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan ROE terhadap Tobins Q atau sudah memenuhi asumsi. Tabel 4.7 Hasil Uji t ROE terhadap Tobins Q Coefficients(a) Model 1 Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t B Beta B (Constant) ROE 1,405 Std. Error ,477 ,004 ,016 a Dependent Variable: Tobins-Q Sumber: Lampiran 4 4.2.2 Pengungkapan CSR Memoderasi ,053 Pengaruh ROE Sig. 2,946 Std. Error ,006 ,282 ,780 terhadap Nilai Perusahaan Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat untuk dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi: uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas pada tabel 4.8 terlihat bahwa nilai Kologorov-Smirnov 0,897 dan signifikan pada 0,397 hal ini berarti data residul terdistribusi normal atau sudah memenuhi asumsi. 24 Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize d Residual N 30 Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences Mean ,0000000 Std. Deviation 1,40700248 Absolute ,164 Positive ,164 Negative -,102 Kolmogorov-Smirnov Z ,897 Asymp. Sig. (2-tailed) ,397 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Sumber: Lampiran 4 Dari hasil uji Glejser pada tabel 4.9 diperoleh nilai signifikansi dari ROE yaitu 0,342 dan moderasi CSR 0,361. Hal ini terlihat dari profitabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa data residual tidak mengandung adanya heteroskedastisitas atau sudah memenuhi asumsi. Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas Model 1 (Constant) ROE CSR MODERASI Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t B Beta B -,663 ,027 4,719 -,071 a Dependent Variable: ABSOLUT Sumber: Lampiran 4 Std. Error ,892 ,028 2,510 ,077 ,546 ,578 -,608 Sig. -,744 ,969 1,880 -,930 Std. Error ,464 ,342 ,071 ,361 Pengujian menggunakan uji Durbin Watson yang hasilnya ditunjukkan pada tabel 4.10 sebagai berikut. Nilai DW sebesar 1,699, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5 %. Didapat nilai dl 1,214 dan du 1,650 untuk n=30 dan k=3. Oleh karena DW hitung > du dan < 4-du, berarti tidak ada autokorelasi antar residual atau sudah memenuhi asumsi. 25 Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary(b) Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate ,200(a) ,040 -,071 a Predictors: (Constant), MODERASI, CSR, ROE b Dependent Variable: Tobins Q Sumber: Lampiran 4 Durbin-Watson 1,48596 1,699 Tabel 4.11 menunjukkan besaran R2 sebesar 0,040, hal ini berarti 4% variasi Tobins Q yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen ROE, CSR dan Moderasi CSR. Ketika menjelaskan variasi variabel independen ROE menghasilkan R2 sebesar 0,003, dengan menambah variabel CSR menghasilkan R2 sebesar 0,040 yang meningkat sedikit sebesar ± 0,397. Dengan kata lain variasi variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel independennya atau sudah memenuhi asumsi. Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi ROE, CSR dan Moderasi CSR Model Summary Model 1 R R Square ,200(a) ,040 Adjusted R Square Std. Error of the Estimate -,071 1,48596 a Predictors: (Constant), MODERASI, CSR, ROE b Dependent Variable: Tobins Q Sumber: Lampiran 4 Uji statistik F pada tabel 4.12 menghasilkan F hitung sebesar 0,361 dengan tingkat signifikansi 0,782. Karena profitabilitas signifikansi >0,05, maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi Tobins Q atau dapat dikatakan bahwa ROE, CSR dan Moderasi CSR secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap Tobins Q atau sudah memenuhi asumsi. 26 Tabel 4.12 Hasil Uji Statistik F ROE, CSR, dan Moderasi CSR ANOVA(b) Sum of Squares Df Mean Square Regression 2,392 3 ,797 Residual 57,410 26 2,208 Total 59,802 29 a Predictors: (Constant), MODERASI, CSR, ROE b Dependent Variable: Tobins-Q Sumber: Lampiran 4 Model 1 F Sig. ,361 ,782(a) Dari ketiga variabel yang dimasukkan dalam model regresi yang tampak pada tabel 4.13, tidak ada satupun yang berpengaruh secara signifikan terhadap Tobins Q. Variabel ROE memberikan koefisien parameter 0,011 dengan tingkat signifikansi 0,829, variabel CSR memberikan koefisien parameter 3,275 dengan tingkat signifikan 0,462. Variabel moderasi CSR yang memiliki koefisien parameter -0,027 ternyata tidak signifikan karena nilai Sig. 0,843 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Moderasi CSR tidak mampu mempengaruhi hubungan antara ROE terhadap Tobins Q atau sudah memenuhi asumsi. Tabel 4.13 Hasil Uji Statistik t ROE, CSR, dan Moderasi CSR Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error ,297 Standardized Coefficients t Beta B 1,558 Sig. Std. Error ,190 ,850 ROE ,011 ,050 ,131 ,218 ,829 CSR 3,275 4,385 ,245 ,747 ,462 -,027 a Dependent Variable: Tobins-Q Sumber: Lampiran 4 ,134 -,140 -,201 ,843 MODERASI 4.2.3 Analisis Hubungan Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005:83). Model regresi yang dilakukan menghasilkan R2 yang kecil, artinya bahwa kemampuan 27 variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Oleh sebab itu di cek keeratan hubungan antara variabel ROE terhadap Tobins Q dan Pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi ROE terhadap Tobins Q, yaitu dengan analisis korelasi. Hasil analisis korelasi sebagai berikut: Tabel 4.14 Hasil Uji Analisis Korelasi ! "# # ! "# # ! Sumber: Lampiran 4 Nilai R sebesar 0,053 menunjukkan adanya korelasi yang sangat lemah antara variabel Kinerja Keuangan (ROE) dengan Nilai Perusahaan (Tobins Q). Sehingga wajar kalau hasil regresi antara variabel ROE terhadap Tobins Q menghasilkan R2 yang kecil sebesar 0,003 atau 0,3%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Nilai R sebesar 0,196 menunjukkan adanya korelasi yang sangat lemah antara variabel Pengungkapan CSR dengan Nilai Perusahaan (Tobins Q). Sehingga wajar kalau hasil regresi antara pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi antara variabel ROE terhadap Tobins Q menghasilkan R2 yang kecil sebesar 0,040 atau 4%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 28 4.2.4 Pembahasan Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap Tobins Q. Meskipun ROE yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih mengalami penurunan, ternyata investor tetap mau melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Sayekti dan Wondabio (2007) dalam Cheng dan Christiawan (2011) menyatakan bahwa informasi mengenai laba digunakan oleh investor, tetapi kegunaan informasi laba tersebut bagi investor sangat terbatas sehingga investor juga mempertimbangkan informasi lainnya. Semakin tinggi pengungkapan suatu perusahaan, semakin kecil tingkat ketergantungan investor pada informasi laba perusahaan. Investor dapat memprediksi kinerja perusahaan melalui informasi-informasi yang diungkapkan, tidak hanya tergantung pada nilai laba. Dari hasil pengujian diketahui bahwa pengungkapan CSR tidak mempengaruhi hubungan antara kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Pengungkapan CSR seharusnya dapat menjadi pertimbangan investor sebelum berinvestasi, karena didalamnya mengandung informasi sosial yang telah dilakukan perusahaan. Hal ini dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan bagi para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki komitmen CSR dan mengurangi anggapan bahwa penerapan CSR yang berbiaya besar justru mengurangi return yang diharapkan investor. Terdapat indikasi bahwa para investor tidak perlu melihat pengungkapan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan, karena terdapat jaminan yang tertera pada UU Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007, bahwa perusahaan pasti melaksanakan CSR dan mengungkapkannya, karena apabila perusahaan tidak melaksanakan CSR, maka perusahaan akan terkena sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Sehingga dalam UU Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007 mengenai 29 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan disebutkan bahwa perseroan yang menjalan kan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. 30 5 PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (Tobins-Q) dan (2) Pengungkapan informasi CSR tidak dapat memoderasi pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Implikasinya adalah sebaiknya para investor mempertimbangkan faktor selain ROE dan pengungkapn CSR seperti citra perusahaan, ukuran perusahaan, kinerja manajemen, situasi perekonomian, atau situasi politik. Keterbatasan dalam penelitian ini pemilihan sampel atau objek penelitian adalah kelompok yang masuk indeks SRIKEHATI yang merupakan perusahaan-perusahaan yang memiliki kepedulian sosial dan lingkungan, sehingga variasi pengungkapan CSR tidak terlalu bervariasi dan terlalu kuatnya unsur subyektifitas dalam mengungkap CSR yang ada di laporan tahunan perusahaan. Seharusnya penyususnan indikator pengungkapan CSR lebih detail. 31 DAFTAR PUSTAKA Ang, Robert, 2007, “Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to Indonesian Capital Market)”, Penerbit Mediasoft Indonesia, Jakarta. Dahli, L. Dan Siregar, V. S. 2008. “Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2005 dan 2006)”. Simposium Nasional Akuntansi X1. Pontianak. Fakhruddin, Hendy M. 2008, “Go Public, Strategi Pendanaan dan Peningkatan Nilai Perusahaan”, Bogor. Ghozali, Imam, 2005. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Handoko, Yuanita. Skripsi S1. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Responsibility dengan dan Menggunakan Good Pengungkapan Corporate Governance Corporate sebagai Social Variabel Pemoderasi”. Universitas Gunadarma, (2010). http://finance.detik.com/read/2011/05/11/162319/1637483/6/pertumbuhan-indeks-srikehati-capai-25-per-tahun?nd9911043.diunduh 20 Maret 2012 http://jbptunikompp-gdl-noviliales-26532-5-unikom_n-i.pdf.diunduh 28 Februari 2012 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16453/4/Chapter%20II.pdf.diunduh 22 Maret 2012 Isnaeni, Ken Zuraedah. Skripsi S1. “Pengaruh Kinerja Keuanagan Terhadap Nialai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Pemoderasi”. Universitas Pembangunan Nasional UPN Veteran Jakarta, 2010. 32 Kusumadilaga, Rimba. Skripsi S1. “Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di BEI”, Universitas Diponegoro Semarang, (2010). Lako, Andreas. 2010, “Dekonstruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis dan Akuntansi”, Semarang. Cheng, Megawati dan Yulius Jogi Christiawan. 2011. ”Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Abnormal Return”. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol.13, No.1 Mei: 24-36. Nurainun, Bangun dan Sinta Wati, 2007, “Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan Perdagangan, Jasa, dan Investasi yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi Universitas Tarumanegara Jakarta, No. 2 Mei: 107-120. Rachman, Efendi dan Wicaksana, 2011, “Panduan Lengkap Perencanaan Corporate Social Responsibility (CSR)”, PS-Penebar Swadaya, Jakarta. Rahayu, Sri. Skripsi S1. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Menggunakan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur di BEI”. Universitas Diponegoro Semarang, (2010). Rosmasita, 2007. “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Sosial Disclosure) dalam Laporan Keuangan Tahunana Perusahaan Manufaktur Di BEJ”. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Siregar, Baldric, 2008, “ Seminar Peran Akuntan dalam Pengukuran CSR”, Ina Garuda Yogyakarta, 11 Desember 2008. Sparta, Februwaty, 2005, “Pengaruh ROE, EPS, dan OCF Terhadap Harga Saham Industri Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi Universitas Tarumanegara Jakarta, No. 1 Januari. 33 Suranta, Eddy dan Pratana Puspita Merdistusi, 2004, “Income Smoothing, Tobin’s Q, Agency Problems dan Kinerja Perusahaan”. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VII, Bali, 2-3 Desember. Weston, J. Fred dan Copeland, Thomas E, 2008, “Manajemen Keuangan Edisi Kesembilan”, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta. Widayanti, Rita, dkk, 2006. “ Manajemen Keuangan”. Badan Penerbit Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Yuniasih dan Wirakusuma, Made Gede, 2007, “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nialai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Pemoderasi”, Universitas Undayana, Bali. 34 Governance Sebagai Variabel