Analisa Pengaruh Kebijakan Free Trade WTO Terhadap

advertisement
MAKALAH POLITIK INTERNASIONAL
Analisa Pengaruh Kebijakan Free Trade WTO Terhadap Terciptanya
Ketimpangan Ekonomi Global
Studi Kasus: Perbandingan Perekonomian India dengan Amerika Serikat
Disusun Oleh:296289/23821
Dewi Andita Sari
09/280167/SP/23162
Noriko Adhyanti
09/281785/SP/23313
Nadya Primahafni
09/280412/SP/23198
Sestyo Ndaru Wicaksono
09/280870/SP/23272
Ayu Prihastini
09/282999/SP/23637
Karina Saraswati
10/296289/SP/23824
Ibnu Khairudin
10/297107/SP/23827
Dika Yulianawati
10/304894/SP/24330
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam membahas politik internasional, isu globalisasi sering dikaitkan dengan
pembangunan dan kemiskinan. Globalisasi yang menciptakan dunia yang ‘tanpa batas’
(borderless) ini dapat dilihat dalam berbagai bentuk, misalnya dengan perdagangan bebas. Saat
ini sebagian besar negara di dunia melakukan perdagangan bebas, di mana tarif dan hambatan
lain dikurangi bahkan dihapuskan, serta dinaungi oleh organisasi internasional bernama World
Trade Center (WTO). Organisasi ini memiliki aturan-aturan tertentu yang bersifat mengikat dan
harus dipatuhi oleh seluruh negara anggotanya.
Globalisasi melalui perdagangan bebas saat ini menjadi isu yang hangat diperbincangkan,
terutama dari segi dampaknya. Perdagangan bebas menjadi wacana utama selepas Perang Dunia
I dan II karena dianggap dapat meningkatkan perdamaian dunia dan menyejahterakan
masyarakat. Pada kenyataannya, perdagangan bebas yang diwadahi oleh WTO memang
menguntungkan beberapa pihak, tetapi masih ada aktor lain yang mengalami kesulitan dalam
mempraktikkannya, bahkan terkena efek negatif berupa kemiskinan. Dua contoh negara anggota
yang mengalami dampak positif dan negatif dari perdagangan bebas WTO yang akan menjadi
bahasan dalam tulisan ini ialah Amerika Serikat (AS) dan India. AS merupakan negara maju
yang sangat kuat perekonomiannya serta gencar sekali mempromosikan perdagangan bebas.
Banyak sekali perusahaan multinasional AS yang meraup keuntungan dari aktivitas ini.
Sedangkan India adalah negara berkembang yang saat ini mulai muncul sebagai salah satu
kekuatan ekonomi baru. Namun ternyata masalah kemiskinan masih menghantui negara ini,
terutama yang disebabkan oleh perdagangan bebas. Dua negara anggota WTO tersebut
menggambarkan keadaan ketimpangan global (global inequality) sebagai akibat dari globalisasi,
di mana terdapat jarak dan kesenjangan antara negara kaya dengan negara miskin, negara maju
dengan negara berkembang, negara di bagian ‘Utara’ dengan di bagian ‘Selatan’ (North and
South divide), dan sebagainya. Tulisan ini pun dibuat untuk mengetahui bagaimana dan sejauh
mana kebijakan perdagangan WTO berdampak pada meningkatnya ketimpangan global.
1
1.2 Rumusan Masalah
Dalam tulisan ini yang akan menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimana dampak
kebijakan perdagangan bebas WTO dalam meningkatnya ketimpangan global?”
1.3 Landasan Konseptual
Dalam menganalisis tulisan ini, landasan konseptual yang digunakan adalah:
1. Ketimpangan Global (Global Inequality)
Ketimpangan global mengacu pada sejauh mana pendapatan dan kekayaan didistribusikan secara
merata di antara penduduk dunia.1 World Bank mengukur ketimpangan tersebut berdasarkan
GDP per kapita, yang dimuat dalam World Development Reports tahunan oleh institusi tersebut.2
2. Globalisasi
Definisi globalisasi menurut World Bank adalah meningkatnya saling ketergantungan antar
negara yang dihasilkan dari peningkatan integrasi perdagangan, keuangan, penduduk, dan ide-ide
yang tergabung dalam satu pasar global. Yang menjadi elemen utama dalam integrasi tersebut
adalah perdagangan internasional dan investasi lintas-negara.3
3. World System Theory
Merupakan suatu pandangan neo-Marxist yang melihat negara-negara di dunia terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu:
a. Core areas: Negara-negara yang terhitung maju secara pendapatan ekonomi, teknologi, dan
produksi yang lebih bervariasi dalam jumlah besar
b. Peripheral areas: Negara-negara yang perekonomiannya rendah, kemajuan teknologi masih
minim, produksi yang dilakukan cenderung sederhana
1
Inequality.org, World/Global Inequality, <http://inequality.org/global-inequality/>, diakses 12 April 2012
A. Heywood, Global Politics, Palgrave Macmillan, Hampshire, 2011, p. 362
3
World Bank, Globalization and International Trade,
<http://www.worldbank.org/depweb/beyond/beyondco/beg_12.pdf>, diakses 12 April 2012
2
2
c. Semi-peripheral areas: Negara-negara yang secara ekonomi merupakan perpaduan antara core
areas dengan peripheral areas4
1.4 Argumentasi Utama
Tulisan ini dibuat dengan argumentasi utama bahwa kebijakan perdagangan WTO tidak
sepenuhnya menguntungkan bagi seluruh negara anggota. WTO yang mempromosikan
perdagangan bebas tersebut memiliki aturan-aturan yang harus dipenuhi oleh seluruh negara
anggota, padahal dalam praktiknya masih ada saja kesulitan bagi negara berkembang untuk
mengejar kemampuan negara yang lebih maju dalam mengimplementasikan kebijakan WTO.
Hal tersebut berdampak kepada ketimpangan global, negara yang masih berkembang tidak
mampu bersaing dengan negara yang lebih maju, pada akhirnya menimbulkan masalah
kemiskinan sebagai efek buruk globalisasi.
4
Hewyood, p. 367
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peraturan di WTO mengenai Perdagangan Bebas
World Trade Organization (WTO) adalah sebuah rezim internasional yang mengawasi
aturan perdagangan internasional, termasuk di dalamnya kebijakan perjanjian perdagangan
bebas, penyelesaian sengketa perdagangan antar anggota dan sebagai forum negosiasi negara
anggota.5 Tujuan didirikannya WTO sendiri adalah untuk membantu negara anggota melakukan
perdagangan dengan lancar dan sebebas mungkin. Perdagangan bebas tersebut terjalin dengan
menghapus bea masuk (tariff) dan tindakan seperti larangan impor atau kuota yang selektif untuk
membatasi jumlah.6 Peraturan dan perjanjian di dalam WTO merupakan hasil negosiasi dan
sudah ditandatangani oleh negara anggota WTO, sehingga hal ini berarti pemerintah negaranegara anggota WTO mempunyai kontrak yang mengikat untuk menjaga kebijakan perdagangan
mereka dalam batas yang telah disepakati.
Perjanjian perdagangan dalam WTO melingkupi perdagangan yang berhubungan dengan
pertanian, tekstil dan pakaian, perbankan, telekomunikasi, belanja pemerintah, standart industri
dan kemanan produk, peraturan sanitasi makanan, kekayaan intelektual, dll. Prinsip – prinsip
perdagangan internasional dalam WTO yang harus dipatuhi oleh negara anggotanya menyangkut
perdagangan bebas, antara lain : 7
1. Trade without discrimination
a. Most Favoured Nation ( MFN )
5
Profil : World Trade Organization, (online), diakses dari
<http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/country_profiles/2429503.stm>, pada tanggal 12 April 2012.
6
Understanding The WTO : Who We Are, (online), diakses dari
<http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/who_we_are_e.htm>, pada tanggal 12 April 2012.
7
Understanding The WTO : Basics – Pinciples of the trading system, (online), diakses dari
<http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/fact2_e.htm>, pada tanggal 12 April 2012.
4
MFN adalah prinsip perdagangan dalam WTO yang mengatur tentang pemberian
perlakuan yang sama antar mitra perdagangan, tanpa pengecualian antara semua negara
anggota WTO (tidak memandang negara yang kaya atau miskin, kuat atau lemah). Hal ini
berarti MFN mengatur bahwa setiap negara anggota WTO harus menurunkan atau
menghilangkan hambatan perdagangan di negaranya dan membuka pasar dalam negeri.
Prinsip ini berlaku bagi semua perdagangan barang atau jasa dan diatur dalam artikel
pertama GATT, pasal 2 GATS, dan pasal 4 TRIPS.
b. National treatment
Yaitu memperlakukan produk impor sama dengan produk lokal (paling tidak setelah
barang impor tersebut memasuki pasar nasional).
2. Freer Rider : gradually, through negotiation
Menurut WTO, kebijakan tentang perdagangan bebas ditujukan untuk terjadinya persaingan
yang adil, terbuka, dan tidak terdistorsi. Menurunkan hambatan perdagangan adalah salah
satu cara yang paling efektif untuk mendorong perdagangan. Tetapi, tidak semua negara
dapat dengan mudah untuk menyesuaikan peraturan WTO dengan peraturan dalam
negerinya. Untuk itu WTO memperbolehkan negara anggota untuk melakukan penyesuaian
secaa bertahap melalui “liberalisasi progresif”.
3. Predictability : through binding and transparency
Ketika suatu negara sudah membuat kesepakatan untuk membuka pasar domestik atas barang
atau jasa, mereka terikat oleh komitmen mereka ini. Sistem ini juga meningkatkan
prediktabilitas dan stabilitas dengan berbagai cara. Salah satu cara yang dilakukan adalah
menghambat penggunaan kuota dan langkah-langkah lain yang digunakan untuk menetapkan
batas jumlah impor.
WTO mengusung perdagangan bebas, karena adanya pertumbuhan yang bagus dalam
perdagangan dan ekonomi dunia sejak berakhirnya Perang Dunia II. Selama periode 25 tahun,
tarif telah dikurangi sampai dengan 5% di negara-negara industri. Akibat penurunan tarif
tersebut, pertumbuhan ekonomi dunia lebih cepat, yaitu kira-kira 8%. Kebijakan perdagangan
liberal (kebijakan yang memungkinkan aliran barang dan jasa yang tak terbatas), mempertajam
5
persaingan, dan memotivasi untuk selalu berinovasi.8 Perjanjian atauu prinsip-prinsip di WTO
diatas adalah perjanjian perdagangan multilateral. Namun, dalam General Agreement on Tarrifs
and Trade (GATT) pasal XXIV dan dalam General Agreement on Trade in Services (GATS) for
Trade in Services and in the Enabling Clause pasal V memperbolehkan negara anggota untuk
melakukan Regional Trade Agreements (RTAs). Dibawah RTAs, pengurangan hambatan
perdagangan hanya berlaku untuk pihak-pihak yang bersepakat.
9
Perjanjian perdagangan
regional di bawah WTO yang meliputi Kesatuan Pabean dan Wilayah Perdagangan Bebas sudah
ditandatangani oleh beberapa negara. Perjanjian perdagangan regional ini berlaku selama masa
transisi yang tujuan akhirnya adalah menciptakan terbentuknya custom union or a free trade
area.
B. Dampak Kebijakan Free Trade WTO terhadap Amerika dan India
A. Amerika Serikat
Tidak bisa dipungkiri bahwa Amerika Serikat adalah salah satu perekonomian nomor
satu di dunia. Pada tahun 2011, diperkirakan nominal PDB Amerika Serikat sekitar seperempat
dari nominal PDB global, yaitu sekitar $ 15 Milyar101. Sebagian besar dari pendapatan tersebut
merupakan kontribusi dari perdagangan internasional AS dengan negara lain. Pada tahun 2012,
negara itu tetap menjadi produsen terbesar di dunia, yang mewakili seperlima dari output
manufaktur global11. Tiga partner dagang utama dari Amerika Serikat ialah Cina, Kanada, dan
Meksiko.
Sebagai anggota WTO, Amerika Serikat merupakan salah satu penyokong ide Free Trade
atau Perdagangan Bebas. Dimana efek positif dari pasar bebas terlihat jelas dalam pertumbuhan
bintang ekonomi AS selama beberapa dekade terakhir. Sejak tahun 1990, perekonomian AS telah
8
Understanding The WTO – Basics – The case for open trade, (online), diakses dari
<http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/fact3_e.htm>, diakses pada tanggal 12 April 2012
9
The World Trade Organization (WTO) & Free Trade Agreements, (online), diakses dari
<http://www.dfat.gov.au/trade/negotiations/wto_agreements.html>, diakses pada tanggal 12 April 2012.
10
Bureau of Economics Analysis, GROSS DOMESTIC PRODUCT: FOURTH QUARTER AND ANNUAL 2011
(THIRD ESTIMATE) CORPORATE PROFITS: FOURTH QUARTER AND ANNUAL 2011 (online), 2012, <
http://www.bea.gov/newsreleases/national/gdp/2012/pdf/gdp4q11_3rd.pdf>, diakses pada 4 April 2012
11
ibid
6
tumbuh lebih dari 23%.12
Dengan adanya penandatangan dan pembentukan North American Free Trade Area (NAFTA)
pada tahun 1993 serta World Trade Organization (WTO) pada tahun 1995, sebagai sebuah forum
untuk menyelesaikan sengketa perdagangan. Sebagai contoh:
•
Jumlah pekerjaan meningkat sebesar 13,4 persen sejak 1991. Hanya 3 persen bagian dari
angkatan kerja yang bekerja paruh waktu yang dikarenakan ketidakmampuan untuk
mencari pekerjaan full-time.
•
Pada Juli 2000, tingkat pengangguran menurun menjadi sepersepuluh dari dari 4 persen
selama hampir setahun. (Tingkat terendah dalam 30 tahun.)13
•
Pertumbuhan ekonomi terus terjadi di Amerika Serikat pada akhir tahun 2000 ini juga:
Antara 1998 dan 1999 saja, jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap meningkat sebesar
2 juta orang.14
12
D.H. Froning, ‘The Benefits of Free Trade: A Guide For Policymakers’ The Heritage Foundation (online), 25
Agustus 2007, <http://www.heritage.org/research/reports/2007/04/why-free-trade-works-for-america>, diakses 7
April 2012
13
ibid
14
ibid
7
Keuntungan dari perdagangan bebas sudah sangat substansial, pada tahun 2007 sekitar $ 12
bilyar hasil perekonomian AS merupakan hasil dari perdagangan bebas. Pada tahun 2005, ekspor
AS ke seluruh dunia mencapai $ 1.2 milyar dan mendukung satu dari lima pekerjaan manufaktur
di Amerika Serikat. Pekerjaan yang langsung berhubungan dengan kegiatan ekspor barang,
berpenghasilan 13-18% lebih banyak dari pekerjaan lain di Amerika Serikat.15 Selain itu, ekspor
hasil pertanian mencapai rekor tertinggi pada tahun 2005 dan pada tahun 2007 merupakan
lapangan pekerjaan untuk 926.000 orang.16
NAFTA sebenarnya telah menghasilkan keuntungan yang signifikan untuk AS dari sejak
awal. Kanada dan Meksiko merupakan mitra perdagangan terbesar pertama dan kedua di
Amerika Serikat, yang bertanggung jawab terhadap sekitar 36% dari semua pertumbuhan ekspor
AS pada tahun 2005.17 Antara tahun 1993 dan 2005 hasil manufaktur dan ekspor pertanian
Amerika Serikat ke Kanada dan Meksiko tumbuh sebesar 133% dan 55%. Setiap hari, NAFTA
negara melakukan transaksi sekitar $ 2,2 miliar pada perdagangan trilateral.
18
Perdagangan ini
mendukung pekerjaan AS, guling produktivitas, dan mendorong investasi.
B. India
India adalah salah satu negara berkembang di dunia yang ikut aktif dalam perdagangan
bebas dunia. Walaupun ada beberapa keuntungan yang didapatkan India, namun India juga
menjadi negara yang banyak mengalami kerugian dari sistem perdagangan bebas ini. India dalam
kurun waktu 2 dekade terakhir berhasil meningkatkan ekonominya pada tingkat tahunan rata-rata
sebesar 7% serta mengurangi kemiskinan sebesar 10%, namun keuntungan ekonomi ini hanya
dirasakan sebagian kecil masyarakat urban India19. 40 persen kaum miskin di dunia masih
15
Office of the U.S. Trade Representative, 2006 Trade Policy Agenda and 2005 Annual Report, March 2006, at
<www.ustr.gov/assets/
Document_Library/Reports_Publications/2006/2006_Trade_Policy_Agenda/asset
_upload_file765_9077.pdf >,
(January 24, 2007), diakses 12 April 2012
16
Ibid
17
U.S. Department of Commerce, "International Economic Accounts."
18
Office of the U.S. Trade Representative, "NAFTA: A Strong Record of Success," March 2006, at
<www.ustr.gov/assets/ Document_Library/Fact_Sheets/2006/asset_upload_file242_9156.pdf >, (January 24, 2007),
diakses 12 April 2012
19
Anupam.M, ‘Social Inequality Threatening India’s Economic Stability’, Fast Company (online), 26 Desember
2006, <http://www.fastcompany.com/blog/anupam-mukerji/social-inequality-threatening-indias-economicstability>, diakses 12 April 2012
8
tinggal di India, 28% penduduk negara itu hidup dibawah garis kemiskinan pada tahun 2006 dan
meningkat menjadi 37,2% pada tahun 2010, dan 75.6% masyarakat hidup dengan pendapatan
dibawah 2 dollar perhari20
21
. Kesenjangan yang dialami masyarakat India diidentifikasi karena
perdagangan bebas telah merusak pasar negara tersebut dan merugikan banyak warga India.
Banyak produk negara besar yang masuk ke negara India dengan kualitas dan harga yang lebih
baik daripada produk lokal di India, hal ini sama sekali tidak memberikan keuntungan kepada
masyarakat India.
Sebagai salah satu contohnya adalah di bidang agrikultur, saat ini beberapa produk luar
telah membanjiri pasar agrikultur India, sebagai contohnya adalah keju dari Swiss, apel dari
Selandia Baru, coklat dari Brazil dan biskuit dari Thailand. Produk Impor yang beredar bebas di
India ini adalah salah satu hasil dari kesepakatan India dengan WTO yaitu Agreement on
Agriculture (AoA) yang bertujuan untuk meningkatkan akses pasar untuk makanan asing. Hal ini
jelas merugikan masyarakat India, karena produk-produk dari dunia barat memiliki keungulan
dari harga maupun kualitas. Hal itu disebabkan lebih tingginya subsidi dan teknologi yang
diterapkan negara barat terhadap agrikultur mereka, sehingga produk yang dihasilkan menjadi
lebih baik dan dapat menjadi lebih murah, sedangkan India tidak memberikan subsidi sebesar
negara barat dan para petani masih menggunakan teknik tradisional22. Masalah ini tentu
merupakan masalah besar bagi India, karena sektor Agrikultur adalah sektor terbesar bagi
ekonomi India. Sektor ini telah mempekerjakan 52% dari total angkatan kerja India, sehingga
kesulitan para petani tersebut merupakan kesulitan sebagian besar keluarga di India23. Kesulitan
yang dihadapai oleh petani India ini sangat digambarkan oleh tingkat bunuh diri petani yang
sangat tinggi di India, tercatat sekitar 200ribu petani India bunuh diri sejak tahun 199724
Disisi lain produk ekspor India tidak mendapatkan keuntungan yang cukup besar dari
sistem perdagangan bebas ini. India Pada tahun 2010, India melakukaan Impor barang sebesar
20
United Nations Development Programme, Human Development Indices(online),
<http://hdr.undp.org/en/media/HDI_2008_EN_Tables.pdf>, diakses 12 April 2012
21
United Nations Development Programme, Poverty Reduction(online),
<http://www.undp.org.in/whatwedo/poverty_reduction>, diakses 12 April 2012
22
Third World Network, Flood of Food Imports Could Destroy Indian Agriculture(online),
<http://www.twnside.org.sg/title/flood-cn.htm>, Diakses 12 April 2012
23
Altius Directory, Indian Economy 2012(online), <http://www.altiusdirectory.com/Business/indian-economy.php>,
diakses 13 April 2012
24
BBC News, Report Sought on India Farm Suicides(online), <http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-india16281063>, diakses 13 April 2012
9
322,702 juta US$ dan jasa sebesar 116,906 juta US$, sedangkan ekspor barang sebesar 216,162
juta US$ dan jasa sebesar 109,514 juta US$25. Angka ini mengggambarkan bahwa India kurang
mampu membanjiri pasar dunia, di sisi lain pasar lokal mereka di ekspansi oleh negara lain.
Dalam bidang ekspor, produk mereka yang masih kalah saing dengan produk-produk dunia
barat. Sebagai salah satu contoh adalah Indian Oil Corporation yang bergerak di bidang gas dan
minyak bumi, dan merupakan perusahaan terbesar di India, saat ini memiliki pemasukan sebesar
US$68.83 billion26, masih kalah bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar lainnya seperti
Exxon Mobil yang memiliki pemasukan US$486.429 billion27. Bahkan perusahaan ini disulitkan
dengan banyaknya perusahaan minyak lain yang masuk ke India.
25
The Federation of International Trade Associations, India:Introduction(online),
<http://fita.org/countries/india.html>, diakses 13 April 2012
26
CNN Money, Global 500(online),
<http://money.cnn.com/magazines/fortune/global500/2011/snapshots/6361.html>, diakses pada 13 April
27
United States Exchange and Security Commission, Form 10-K/A(online),
<http://www.sec.gov/Archives/edgar/data/34088/000119312511050134/d10ka.htm>, diakses pada 13 April
10
BAB III
ANALISIS
Dalam politik internasional, kerjasama merupakan hal yang sangat penting dan bisa
menjadi salah satu cara untuk mencapai kepentingan. Salah satu bentuk kerjasama yaitu dalam
bidang perdagangan, pada era globalisasi seperti sekarang ini, sangat intens dilakukan baik oleh
negara maju, maupun negara berkembang untuk meningkatkan perekonomian. Perdagangan
bebas yang merupakan salah satu
gagasan WTO mengusung satu skema baru dalam
perdagangan internasional yaitu perdagangan tanpa hambatan. WTO sebagai salah satu
organisasi internasional memiliki collective system yang harus dipatuhi semua anggotanya.
Anggota-anggota di WTO pun akan mendapatkan keuntungan dengan menyepakati perjanjian
yang ada dalam WTO. Namun, hal ini bukanlah hal yang absolut, bahkan perdagangan bebas
yang diadopsi oleh negara-negara anggota WTO dapat memberi dampak negatif dan kesenjangan
antar negara-negara anggotanya.
India dan Amerika Serikat merupakan anggota WTO dan aktif dalam perdagangan bebas.
Sudah seharusnya India dan Amerika Serikat membuka pasarnya dan melaksanakan perdagangan
tanpa diskriminasi sebagaimana yang tertuang dalam prinsip WTO. Amerika Serikat bisa
dikatakan menjadi winner dalam globalisasi. Pendapatan Amerika Serikat pun sebagian besar
diperoleh dari keuntungan melaksanakan perdagangan bebas. Namun, sejak awal apabila kita
merujuk pada pandangan neo-Marxist, Amerika Serikat sudah merupakan negara yang masuk
kategori Core areas yaitu Negara-negara yang terhitung maju secara pendapatan ekonomi,
teknologi, dan produksi yang lebih bervariasi dalam jumlah besar. Ide perdagangan bebas juga
diusung oleh Amerika Serikat, sehingga tentunya sebelum melaksanakan perdagangan bebas,
Amerika Serikat sudah percaya diri,memiliki kesiapan, dan melihat perdagangan bebas ini
sebagai peluang. Berbeda dengan India yang dapat dikategorikan sebagai negara semi-Peripheral
11
areas, yaitu negara yang secara ekonomi merupakan perpaduan antara core areas dengan
peripheral areas28.
Berlandaskan dari pengelompokkan ini kelompok kami percaya bahwa Amerika Serikat
akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dibandingkan India dalam skema perdagangan
bebas WTO. Pendapat ini didukung oleh fakta bahwa, setelah menjadi anggota WTO dan
NAFTA Amerika Serikat mengalami peningkatan pekerjaan dan pada tahun 2007 sekitar $ 12
bilyar hasil perekonomian AS merupakan hasil dari perdagangan bebas. Pada tahun 2005, ekspor
AS ke seluruh dunia mencapai $ 1.2 bilyar dan mendukung satu dari lima pekerjaan manufaktur
di Amerika Serikat. Pekerjaan yang langsung berhubungan dengan kegiatan ekspor barang,
berpenghasilan 13-18% lebih banyak dari pekerjaan lain di Amerika Serikat.29 Selain itu, ekspor
hasil pertanian mencapai rekor tertinggi pada tahun 2005 dan pada tahun 2007 merupakan
lapangan pekerjaan untuk 926.000 orang. Terjadi peningkatan keuntungan dari tahun ke tahun
semenjak Amerika Serikat melaksanakan perdagangan bebas. Dalam hal ini, negara-negara
partner yang melaksanakan integrasi perdagangan dengan Amerika Serikat akan mengalami
ketergantungan dan kemungkinan besar tidak akan mendapat keuntungan sebesar yang Amerika
Serikat dapatkan.
Sedangkan di India, peningkatan pendapatan memang terjadi akan tetapi tidak terlalu
signifikan untuk mengatasi kemiskinan, malah faktanya semakin meningkat. Sebanyak 28%
penduduk negara itu hidup dibawah garis kemiskinan pada tahun 2006 dan meningkat menjadi
37,2% pada tahun 2010, dan 75.6% masyarakat hidup dengan pendapatan dibawah 2 dollar
perhari30 Hal ini membuktikan bahwa perdagangan bebas tampak memberikan keuntungan yang
sangat kecil dan tidak bisa mensejahterakan masyarakat India, sangat berbeda dengan apa yang
terjadi di Amerika Serikat. Prinsip-prinsip perdagangan bebas WTO seperti yang telah
dipaparkan dalam bab sebelumnya pun tidak mampu menciptakan kesetaraan ekonomi dan
stabilitas bagi India.
28
Hewyood, p. 367
29
Office of the U.S. Trade Representative, 2006 Trade Policy Agenda and 2005 Annual Report, March 2006,
<www.ustr.gov/assets/
Document_Library/Reports_Publications/2006/2006_Trade_Policy_Agenda/asset
_upload_file765_9077.pdf >,
(January 24, 2007), diakses pada 12 April 2012.
30
United Nations Development Programme, Human Development Indices(online),
<http://hdr.undp.org/en/media/HDI_2008_EN_Tables.pdf>, diakses 12 April 2012.
12
Pada kenyataannya ketimpangan kompetisi dengan produk-produk yang diimpor dari
barat yang dinilai lebih unggul dan berkualitas, karena barang-barang India di produksi dengan
teknologi yang cenderung sederhana dibanding barang produksi negara kompetitornya seperti
Amerika Serikat. Contohnya saja adalah dalam sektor pertanian. Sektor ini terkena dampak
paling besar dari adanya kebijakan perdagangan bebas. India tidak memberikan subsidi sebesar
negara barat dan para petani masih menggunakan teknik tradisional31 Jadi walaupun India
memiliki teknologi informasi dan telekomunikasi yang sudah canggih namun dalam teknologi
produksi terutama dalam sektor pertanian India masih ketinggalan jauh dibandingkan dengan
negara barat dalam hal ini Amerika Serikat. Hal ini menjadi suatu ketimpangan yang sangat
jelas. Ketimpangan lain terjadi dalam sektor ekspor-impor. India menerima jumlah impor yang
sangat banyak namun tidak bisa mengimbangi jumlah ekspor yang juga semestinya harus tinggi.
Bahkan dalam 6 tahun kebelakang, petani India banyak mengalami kerugian serta frustasi
dan lebih dari tiga ribu petani bunuh diri di Andrha Pradesh. Penyebab potensial yang
menyebabkan hal ekstrim ini terjadi adalah eksploitasi oleh perusahaan agribisnis multinasional
dan kesenjangan ekonomi yang parah.32
Pendukung globalisasi percaya bahwa liberalisasi perdagangan adalah kunci untuk
memerangi kemiskinan di negara berkembang (World Bank 2002; WTO 2000; McCulloch,
Winters & Cirera 2000). Sebagian besar ahli mendefinisikan liberalisasi perdagangan sebagai
penghapusan total atau sebagian hambatan perdagangan seperti kuota dan tarif yang
diberlakukan oleh pemerintah atas barang impor dan ekspor (Marchant & Snell 1997). Hal ini
diyakini bahwa relaksasi hambatan perdagangan akan memfasilitasi perdagangan dan menarik
investasi asing langsung (FDI) yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan akhirnya menyebabkan pengentasan kemiskinan (WTO 2002). Meskipun demikian, laporan
dari UNCTAD (2001) menunjukkan bahwa kemiskinan di negara berkembang terus eksis.
Jumlah orang yang hidup dengan kurang dari satu dolar per hari telah meningkat hampir 50
persen dalam beberapa tahun terakhir dan kesenjangan antara orang kaya dan miskin di negara
berkembang melebar. UNCTAD (2001) menunjukkan bahwa 49 negara paling miskin
31
Third World Network, Flood of Food Imports Could Destroy Indian Agriculture(online),
<http://www.twnside.org.sg/title/flood-cn.htm>, Diakses 12 April 2012.
32
"WTO Kills Farmers": India Free Market Reforms Trigger Farmers' Suicides,
<http://www.globalresearch.ca/index.php?context=va&aid=6522>, diakses 16 April 2012.
13
membentuk 10 persen dari populasi dunia, tetapi menyumbang hanya 0,4 persen dari
perdagangan dunia dan perbedaan ini terus tumbuh pada tingkat yang mengkhawatirkan.33 Data
ini membuktikan bahwa perdagangan bebas yang diyakini berdampak positif untuk mengurangi
global inequality bukan hal yang pasti. Negara berkembang masih jauh dari kesejahteraan
bahkan kemiskinan terus meningkat. Negara berkembang seperti India walau memiliki
pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan tapi masih dibayangi oleh adanya inequality yang
disebabkan oleh ketidaksiapan beberapa sektor dalam menghadapi globalisasi dan perdagangan
bebas.
Fakta-fakta yang telah dipaparkan sebelumnya menggambarkan bagaimana skema
perdagangan bebas WTO menciptakan keadaan yang lebih buruk dalam ketimpangan ekonomi
global, dimana gap semakin lebar dan negara kaya semakin kaya namun negara miskin menjadi
semakin miskin. Perdagangan bebas tidak semata-mata menjadi gerbang bagi negara-negara
berkembang untuk memajukan perekonomiannya dan memperluas akses pasarnya, malah akan
menjadi peluang bagi negara besar untuk memperbesar pengaruh ekonominya. Sehingga dapat
menjawab pertanyaan rumusan masalah kami, Bagaimana dampak kebijakan perdagangan bebas
WTO dalam meningkatnya ketimpangan global?”
33
Dionisio Da Cruz Pereira ,Is trade liberalisation a panacea for poverty?,< http://www.whydev.org/is-tradeliberalisation-a-panacea-for-poverty/> diakses 16 April 2012.
14
KESIMPULAN
Keberadaan globalisasi dan WTO di dunia internasional tidak dapat dipungkiri dapat
mengubah tatanan ekonomi kearah yang lebih baik, namun ternyata tidak semua Negara dapat
menikmati hal tersebut. India sebagai Negara yang menjadi anggota WTO merasakan benar
dampak diberlakukannya kebijakan Free Trade oleh WTO, beberapa sector perekonomian di
India mengalami kemajuan yang sangat pesat terutama bidang jasa. Namun ternyata keberadaan
Free Trade tidak dapat memberikan keuntungan yang sama di semua lini perekonomian India,
dimana sector perekonomian riil belum dapat berjalan secara semestinya. Seperti kebanyakan
Negara-negara berembang lainnya, ketimpangan sosial yang disebabkan oleh adanya globalisasi
sangatlah terasa bila kita bandingkan daerah urban dengan daerah rural di India.
Hal berbeda dirasakan oleh Amerika dimana mereka mendapatkan keuntungan yang lebih
maksimal dari proses perdagangan bebas, terlepas dari adanya krisis ekonomi yang menimpa
Amerika baru-baru ini. Pembahasan kami membuktikan bahwa WTO yang mempromosikan
perdagangan bebas ternyata juga meinmbulkan efek negative bagi negara berkembang dan
mempersulit untuk mengejar kemampuan negara yang lebih maju dalam mengimplementasikan
kebijakan WTO. Hal tersebut kemudian berdampak kepada terjadinay situasi ketimpangan
global.
15
DAFTAR PUSTAKA
PUSTAKA CETAK
A. Heywood, Global Politics, Palgrave Macmillan, Hampshire, 2011.
PUSTAKA ONLINE
World Bank, Globalization and International Trade,
<http://www.worldbank.org/depweb/beyond/beyondco/beg_12.pdf>, diakses 12 April 2012
Inequality.org, World/Global Inequality, <http://inequality.org/global-inequality/>, diakses 12 April 2012
Understanding The WTO – Basics – The case for open trade, (online), diakses dari
<http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/fact3_e.htm>, diakses pada tanggal 12
April 2012
The World Trade Organization (WTO) & Free Trade Agreements, (online), diakses dari
<http://www.dfat.gov.au/trade/negotiations/wto_agreements.html>, diakses pada tanggal 12 April
2012.
Bureau of Economics Analysis, GROSS DOMESTIC PRODUCT: FOURTH QUARTER AND ANNUAL
2011 (THIRD ESTIMATE) CORPORATE PROFITS: FOURTH QUARTER AND ANNUAL 2011
(online), 2012, < http://www.bea.gov/newsreleases/national/gdp/2012/pdf/gdp4q11_3rd.pdf>,
diakses pada 4 April 2012
D.H. Froning, ‘The Benefits of Free Trade: A Guide For Policymakers’ The Heritage Foundation
(online), 25 Agustus 2007, <http://www.heritage.org/research/reports/2007/04/why-free-tradeworks-for-america>, diakses 7 April 2012
Office of the U.S. Trade Representative, 2006 Trade Policy Agenda and 2005 Annual Report, March
2006, at <www.ustr.gov/assets/
Document_Library/Reports_Publications/2006/2006_Trade_Policy_Agenda/asset
_upload_file7
65_9077.pdf >, (January 24, 2007), diakses 12 April 2012
U.S. Department of Commerce, "International Economic Accounts." Office of the U.S. Trade
Representative, "NAFTA: A Strong Record of Success," March 2006, at <www.ustr.gov/assets/
Document_Library/Fact_Sheets/2006/asset_upload_file242_9156.pdf >,
Anupam.M, ‘Social Inequality Threatening India’s Economic Stability’, Fast Company (online), 26
Desember 2006, <http://www.fastcompany.com/blog/anupam-mukerji/social-inequalitythreatening-indias-economic-stability>,
16
United Nations Development Programme, Human Development Indices(online),
<http://hdr.undp.org/en/media/HDI_2008_EN_Tables.pdf>,
Third World Network, Flood of Food Imports Could Destroy Indian Agriculture(online),
<http://www.twnside.org.sg/title/flood-cn.htm>,
Altius Directory, Indian Economy 2012(online), <http://www.altiusdirectory.com/Business/indianeconomy.php>
BBC News, Report Sought on India Farm Suicides(online), <http://www.bbc.co.uk/news/world-asiaindia-16281063>
The Federation of International Trade Associations, India:Introduction(online),
<http://fita.org/countries/india.html>
CNN Money, Global 500(online),
<http://money.cnn.com/magazines/fortune/global500/2011/snapshots/6361.html>
United States Exchange and Security Commission, Form 10-K/A(online),
<http://www.sec.gov/Archives/edgar/data/34088/000119312511050134/d10ka.htm>,
Office of the U.S. Trade Representative, 2006 Trade Policy Agenda and 2005 Annual Report, March
2006, <www.ustr.gov/assets/
Document_Library/Reports_Publications/2006/2006_Trade_Policy_Agenda/asset
_upload_file7
65_9077.pdf >, (January 24, 2007).
United Nations Development Programme, Human Development Indices(online),
<http://hdr.undp.org/en/media/HDI_2008_EN_Tables.pdf>
Third World Network, Flood of Food Imports Could Destroy Indian Agriculture(online),
<http://www.twnside.org.sg/title/flood-cn.htm>
"WTO Kills Farmers": India Free Market Reforms Trigger Farmers' Suicides,
<http://www.globalresearch.ca/index.php?context=va&aid=6522>, diakses 16 April 2012.
Dionisio Da Cruz Pereira ,Is trade liberalisation a panacea for poverty?,< http://www.whydev.org/istrade-liberalisation-a-panacea-for-poverty/>
17
Download