Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2: 522

advertisement
a
Jurn
h M ah
a
wa
sis
lmia
lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2: 522 - 535 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Keterwakilan Anggota Legislatif Perempuan Dalam Perumusan Qanun
Jinayat Provinsi Aceh
(Suatu Kajian Terhadap Peran Anggota Legislatif Perempuan di Dewan
Perwakilan Rakyat Aceh)
Syahnaz Oriza Keumala, Adwani
([email protected], [email protected])
Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsyiah
ABSTRAK
Pada 27 September, DPRA mengesahkan Qanun Jinayat, Pengesahan Qanun
Jinayat banyak mengundang kontroversi. Salah satunya datang dari aliansi
kebangsaan untuk kebebasan beragama dan berkeyakinan (AKKBB). Didalam
perumusan qanun jinayat banyak mengandung diskriminasi terhadap perempuan
dan anak-anak, perlu adanya keterwakilan perempuan yang memadai, namun
dalam kenyataannya bahwa perumusan qanun tersebut di DPRA masih sangat
minim keterlibatan perempuan sebagai suatu keterwakilan rakyat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peluang dan kendala yang dihadapi peran perempuan
dalam membuat Qanun Jinayat di DPRA. Untuk mengetahui, mengidentifikasi
dan menganalisis peran perempuan dalam produktivitas Qanun Jinayat pada
DPRA periode 2009-2014. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data diperoleh melalui sumber
data primer dan data skunder, data primer melalui penelitian lapangan yaitu
dengan wawancara informan. Sedangkan data skunder melalui penelitian
kepustakaan yaitu dengan dokumen-dokumen, buku-buku dan bacaan-bacaan
terkait. Hasil penelitian menunjukkan Peran perempuan dalam proses penyusunan
Qanun Jinayat di DPRA antara lain sama-sama membahas, menjelaskan, dan
bertanya hal apa saja yang menyangkut dalam merugikan perempuan,
memberikan ide dalam perumusan qanun, selalu hadir dalam rapat perumusan
Corresponding Author : [email protected]
JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 2. №. 2, Mei 2017: 522 - 535
522
a
Jurn
h M ah
a
wa
sis
lmia
lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2: 522 - 535 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
qanun jinayat, dan mau menyibukan diri dan berperanaktif. Adapun Faktor yang
menjadi hambatan perempuan dalam mewakili suara perempuan pada Qanun
Jinayat di DPRA adalah perempuan tidak memiliki peran yang terlalu besar dalam
menyusun Qanun Jinayat di Banda Aceh hal tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor hambatan yaitu kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap perempuan,
adanya doktrin agama yang mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam
pemilihan, dan keterwakilan perempuan yang belum sampai 30% di DPRA.
Kepada anggota legislatif perempuan dalam penyusunan qanun jinayat agar dapat
lebih memperhatikan masalah yang dapat membuat perempuan merasa
diskriminasi karena bagi perempuan akan melekat dalam hidupnya stigma negatif
di tengah masyarakat bila dia melakukan pelanggaran.
Kata Kunci :Peran Perempuan, Qanun Jinayat
ABSTRACT
On September 27, DPRA Passed Qanun Jinayat (Islamic Criminal Law). The
approval of this law by the Aceh Provincial Legislative Council has attracted
controversies, one of which was voiced by the National Alliance for Freedom of
Faith and Religion (AKKBB). The draft of Qanun Jinayat contains lots of
discrimination elements against women nd children. There is still a need for
sufficient representation of women, but in reality, the drafting process of the
qanun atProvincial Legislative Council bore little involvement of women as part
of people representation. Therefore, this study was aimed at knowing
opportunities and challenges faced in terms of promoting women’s roles in the
drafting of Qanun jinayat at the DPRA in the period of 2009-2014. This is a
qualitative research using descriptive approach. The research uses primary and
secondary data. Primary data were collected
from field research based on
interviews with informants. Secondary data were obtained from library research
Keterwakilan Anggota Legislatif Perempuan Dalam Perumusan Qanun Jinayat
Provinsi Aceh (Suatu Kajian Terhadap Peran Anggota Legislatif Perempuan di
Dewan Perwakilan Rakyat Aceh) (Syahnaz Oriza Keumala, Adwani)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 522 - 535
523
Jurn
a
h M ah
a
wa
sis
lmia
lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2: 522 - 535 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
by studying documents, books, and relevant literatures. The results of the research
show that women play roles in the drafting of QanunJinayat at the Aceh
Provincial Legislative Council in, among others, discussing, explaning,
questioning anything potensial for women disadvantage, offering their argument
and ideas for the Qanun draft, attending the meetings, and actively participating
and involving themselves. Factors impeding the roles of women in offering their
voices in the drafting of Qanun jinayat at the Aceh Provincial Legislative Council
include lack of public confidence in women, religious doctrines influencing the
public’s mind in the election, and lack women’s representation in the Aceh
Provincial Legislative Council which is less than 30%. It is recommended that in
the drafting of Qanun Jinayatfemale legislative members pay more attention to
issues potentially discriminatingagainst women as in the society negative stigma
will stick for a women for the rest of her life when she is found to commit a
crime/an offense.
Keywords: Women’s Roles, Qanun Jinayat
PENDAHULUAN
Pada 15 Agustus 2005, Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka
(GAM) menandatangani MoU Helsinki sebagai tanda berakhirnya konflik yang
telah berlangsung selama tiga dekade. Selama bertahun-tahun konflik tersebar
dalam berbagai tingkat dan lingkup, tapi jika dilihat secara keseluruhan maka
akan sampai pada bentuk kekejaman yang berlangsung secara masif termasuk
pembunuhan terhadap sepuluh ribu penduduk sipil, penahanan ilegal yang tidak
terhitung jumlahnya, penyiksaan, perkosaan, serta pembakaran rumah penduduk
maupun fasilitas umum.
Pada bulan Agustus 2006, DPR mengesahkan UU tentang Pemerintahan
Aceh (UUPA), dengan memasukkan implementasi dari berbagai ketetapan yang
Keterwakilan Anggota Legislatif Perempuan Dalam Perumusan Qanun Jinayat
Provinsi Aceh (Suatu Kajian Terhadap Peran Anggota Legislatif Perempuan di
Dewan Perwakilan Rakyat Aceh) (Syahnaz Oriza Keumala, Adwani)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 522 - 535
524
Jurn
a
h M ah
a
wa
sis
lmia
lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2: 522 - 535 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
disepakati dalam MoU Helsinki. UUPA ini lebih progresif karena menjamin
perlindungan dan kesetaraan perempuan. Pogres ini tidak lepas dari peran
komponen kelompok perempuan di Aceh yang sudah terlibat intensif sejak awal
perancangan UU tersebut.
Secara spesifik, isu perempuan disebutkan dalam pasal-pasal, tentang
tugas gubernur dan walikota/bupati, pendirian dan kepengurusan partai lokal serta
kewajiban semua komponen di Aceh untuk melindungi hak perempuan dan
melakukan pemberdayaan perempuan. Lebih dari itu, keterlibatan perempuan
secara aktif dalam proses-proses reformasi hukum mendorong pemerintah dan
komponen masyarakat lainnya untuk mengurus keadilan gender dalam setiap
pembuatan qanun yang dimandatkan dalam UUPA, baik dari segi proses maupun
substansi dari qanun itu sendiri.
Keterlibatan perempuan dalam kepemimpinan dan pemerintahan Aceh
bukan hal baru. Di Negara kita, ketentuan mengenai keterlibatan perempuan
dalam ranah politik mulai diperhitungkan sejak diberlakukannya UU 12/2003
tentang pemilu. Undang-undang ini menyebutkan pentingnya afirmasi bagi
partisipasi politik perempuan dalam menetapkan jumlah 30% dari seluruh calon
partai politik pada parlemen ditingkat nasional maupun lokal. Kemudian wacana
keterwakilan perempuan ini mulai diperhatikan dengan pengesahan UU 2/2008
tentang partai politik oleh DPR, di sini secara tegas dinyatakan bahwa pendirian
dan pembentukan partai politik menyertakan 30% keterwakilan perempuan.
Undang-undang ini kemudian dipertegas kembali melalui UU 10/2008 tentang
Pemilihan Umum yang lebih tegas menjelaskan keterwakilan pada pengurusan
partai, bakal calon legislatif. (Ivo Nilasari, 2012: 150)
Pada 27 September 2014, Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA)
mengesahkan Qanun Jinayat. Qanun ini mendapatkan persetujuan secara aklamasi
dalam Sidang Paripurna DPRA yang dihadiri oleh separuh anggota dewan dari 69
anggota parlemen Aceh. Politikus dari Fraksi Partai Aceh, Tgk. Muhammad
Harun mengatakan persetujuan itu didasarkan atas pertimbangan hukum jinayat
Keterwakilan Anggota Legislatif Perempuan Dalam Perumusan Qanun Jinayat
Provinsi Aceh (Suatu Kajian Terhadap Peran Anggota Legislatif Perempuan di
Dewan Perwakilan Rakyat Aceh) (Syahnaz Oriza Keumala, Adwani)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 522 - 535
525
Jurn
a
h M ah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2: 522 - 535 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
a
wa
sis
lmia
lI
FISIP
merupakan bagian dari pelaksanaan syariat Islam di Aceh dan sangat dinantikan
oleh rakyat Aceh. Qanun tersebut sempat diajukan DPRA pada 2009, pada
periode kepemimpinan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf. Namun, saat itu Irwandi
menolak untuk menyetujui Qanun tersebut. Pada tahun ini, setelah kepemimpinan
Irwandi selesai, DPRA mencoba untuk membawa kembali rancangan Qanun
untuk disahkan Pemerintah Aceh. Qanun tersebut akhirnya ditandatangani oleh
Gubernur Aceh Zaini Abdullah. (https:m.tempo.co/read/news.com, 29/04/16)
Dibawah Qanun Jinayat, masyarakat Aceh dilarang untuk melakukan
tindakan yang dianggap melanggar Syariah Islam. Hal itu termasuk larangan
bermesraan seperti bersentuh-sentuhan, berpelukan, berpegangan tangan dan
berciuman dengan orang diluar muhrim di tempat tertutup dan terbuka meskipun
didasari dengan klausul suka sama suka. Selain itu, masyarakat Aceh juga
dilarang untuk melakukan zina atau hubungan seksual di luar pernikahan. Qanun
tersebut memperbolehkan hukuman cambuk hingga 200 kali dan penjara hingga
200 bulan. Masyarakat juga boleh memilih antara hukuman cambuk atau
membayar hukuman denda mulai 200 hingga 2.000 gram emas. Qanun ini juga
diberlakukan
bagi
masyarakat
Aceh
non
muslim.
(https:m.tempo.co/read/news.com, 29/04/16)
Dilihat dari jumlah penduduk Aceh, jumlah ini didominasi jenis kelamin
perempuan. Dilihat dari hasil Pemilu kenapa dengan jumlah perempuan yang
besar tidak menghasilkan suara untuk perempuan juga. Ternyata cita-cita untuk
mengatasi permasalahan perempuan di Aceh juga tidak didukung kelompok
perempuan itu sendiri. Keterlibatan perempuan di kancah politik dianggap tabu di
Aceh. kekurangan diatas menjadi bahan evaluasi bagi anggota DPRA untuk
membuat Qanun yang lebih bagus kedepannya. Bagi anggota DPRA yang
perempuan juga menjadi tanggung jawab untuk membuat Qanun Jinayat yang
tidak mendiskriminasi perempuan. Peran anggota legislatif perempuan di DPRA
sangat dibutuhkan supaya produk hukum yang tidak mendiskriminasikan kaum
perempuan.
Keterwakilan Anggota Legislatif Perempuan Dalam Perumusan Qanun Jinayat
Provinsi Aceh (Suatu Kajian Terhadap Peran Anggota Legislatif Perempuan di
Dewan Perwakilan Rakyat Aceh) (Syahnaz Oriza Keumala, Adwani)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 522 - 535
526
Jurn
a
h M ah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2: 522 - 535 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
a
wa
sis
lmia
lI
FISIP
Di DPRA sendiri dari 81 anggota legislatif terdapat 12 orang anggota
legislatif perempuan. Dan mereka ini menjadi tokoh yang akan mengakomodir
kebutuhan perempuan didalam perancangan peraturan dan Qanun, termasuk
Qanun jinayat. Qanun Jinayat yang disahkan pada 27 september 2014 yang lalu,
merupakan hasil dari produk Pemerintah Aceh bersama anggota eksekutif komisi
G yang mengurus tentang keagamaan dan kebudayaan menjadi konseptor awal
sehingga lahirnya Qanun Jinayat tersebut. Di komisi G sendiri terdapat anggota
legislatif perempuan yang memiliki peran yang besar dalam mengawasi
berjalannya pembentukan Qanun Jinayat tersebut, peran perempuan pada saat
perumusan dan pembahasan qanun sangat penting, karena perempuan di legislatif
mewakili aspirasi perempuan yang ada diluar DPRA, termasuk kehadiran anggota
legislatif perempuan saat diadakannya sidang, serta ada beberapa anggota
legislatif perempuan yang lain yang menjadi penanggung jawab dibidang legislasi
supaya lahirnya Qanun Jinayat tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Badan legislatif (parlemen) yaitu lembaga yang “legislate” atau membuat
undang-undang yang anggota-anggotanya merupakan representasi dari rakyat
dimana pun dia berada (termasuk yang berdomisili di luar negeri) yang dipilih
melalui pemilihan umum. (Rousseau dalam A. Rahman, 2007: 123) yang
melatarbelakangi
adanya
Badan
Legislatif
(parlemen)
adalah
tentang
VolonteGenerale atau General Will yang menyatakan bahwa “rakyatlah yang
berdaulat, rakyat yang berdaulat ini mempunyai suatu kemauan. Kemudian,
Miriam Budiarjo dalam A. Rahman (2007: 123), juga berpendapat bahwa Dewan
Perwakilan Rakyat dianggap merumuskan kemauan rakyat atau kemauan umum
ini dengan jalan mengikat seluruh masyarakat. Undang-undang yang dibuatnya
mencerminkan kebijaksanaan-kebijaksanaan itu.
Keterwakilan Anggota Legislatif Perempuan Dalam Perumusan Qanun Jinayat
Provinsi Aceh (Suatu Kajian Terhadap Peran Anggota Legislatif Perempuan di
Dewan Perwakilan Rakyat Aceh) (Syahnaz Oriza Keumala, Adwani)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 522 - 535
527
Jurn
a
h M ah
a
wa
sis
lmia
lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2: 522 - 535 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Perwakilan dalam konteks teori modern merupakan mekanisme hubungan
antara penguasa dan massa. Dalam Negara yang menggunakan sistim politik
demokrasi modern, demokrasi representatif menjadi logika berpikir prinsip. Yang
berbeda dengan kerangka kerja demokrasi langsung. Ada beberapa keuntungan
ketika demokrasi representatif di jalankan dalam suatu Negara, pertama dengan
bertambahnya jumlah penduduk baik secara kuantitas maupun secara kualitas,
tentu saja mempersulit untuk merealisasikan demokrasi langsung, sehingga
mekanisme sistem perwakilan menjadi penting untuk menghubungkan penguasa
dan massa. Kedua, Negara modern saat ini pada umumnya memiliki teritori yang
tidak kecil.Realitas faktual ini tentu saja mempersulit pemerintah untuk
menjalankan demokrasi langsung. Untuk itu, mau tidak mau menjalankan
demokrasi perwakilan menjadi solusi terbaik. Ketiga, yang juga prinsip, dengan
kualitas penduduk yang meningkat menciptakan juga kompleksitas persoalan di
ranah publik. Masalah-masalah ini saja harus diselesaikan oleh pemerintah.
Namun tidak semua masalah dapat disampaikan secara kolektif karena akan
menimbulkan overload tuntutan penyampaian bias jadi tidak seperti apa yang
dirasakan oleh publik ketika komunikasi tidak tersampaikan dengan baik, karena
itu, perlu adanya kelompok yang dapat menyampaikan mengenai persoalanpersoalan yang dirasa tersebut. Implikasi dari semua hal itu maka di butuhkan
sebuah sistem perwakilan yang dapat menghubungkan antara masyarakat struktur
dan masyarakat agensi dalam sebuah konsep perwakilan. AH. Birch (dalam
Adrianus, dkk, 2006: 108-109).
Dalam pengertian umum Peran adalah serangkaian perilaku yang
diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara
formal maupun secara informal, lebih mengarah ke Peran didasarkan pada
preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individuindividu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapanharapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
(Friedman, M, 1998: 286).
Keterwakilan Anggota Legislatif Perempuan Dalam Perumusan Qanun Jinayat
Provinsi Aceh (Suatu Kajian Terhadap Peran Anggota Legislatif Perempuan di
Dewan Perwakilan Rakyat Aceh) (Syahnaz Oriza Keumala, Adwani)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 522 - 535
528
Jurn
a
h M ah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2: 522 - 535 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
a
wa
sis
lmia
lI
FISIP
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Dalam hal ini disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan adalah data
kualitatif, yakni tidak menggunakanalat-alat pengukur. Metode kualitatif
menghasilkan data deskriptif, baik berupa kata-kata ungkapan tertulis maupun
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong. 2002:3).
Menurut Moleong, kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena
melihat individu secara utuh
dan menggunakan latar ilmiah, dengan
menggambarkan fenomena yang terjadi dengan melibatkan seperti wawancara,
observasi dan dokumentasi (Moleong, 2005: 6-8).
Formatdeskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai
kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variable yang timbul dimasyarakat yang
menjadi penelitian itu.Kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu cirri atau
gambaran tentang kondisi, situasi ataupun veriabel tertentu (Burning. 2001: 48).
Secara khusus penelitian deskriptif yang digunakan diartikan sebagai prosedur
pemecahan
masalah
dengan
menggambarkan
keadaan
objek
penelitian
berdasarkan fakta-fakta yang ada atau sebagaimana adanya. Fakta- fakta atau data
yang akan dikumpulkan dan diklasifikasikan kemudian akan dianalisa.
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang suatu situasi dan kondisi latar penelitian.Seorang informan adalah sumber
data yang dibutuhkan oleh penulis dalam sebuah penelitian (Moleong, 2006: 132).
Adapun informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dapat
memberikan informasi terhadap permasalahan yang diteliti. Diantaranya adalah :
1. Anggota DPRA Perwakilan Perempuan - 2 Orang
2. Tokoh Perempuan - 2 Orang
3. Organisasi Perempuan - 1 Orang
4. Komisi Legislatif di DPRA, Komisi VII - 6 Orang
5. Ketua Fraksi - 1 orang
Keterwakilan Anggota Legislatif Perempuan Dalam Perumusan Qanun Jinayat
Provinsi Aceh (Suatu Kajian Terhadap Peran Anggota Legislatif Perempuan di
Dewan Perwakilan Rakyat Aceh) (Syahnaz Oriza Keumala, Adwani)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 522 - 535
529
Jurn
a
h M ah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2: 522 - 535 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
a
wa
sis
lmia
lI
FISIP
Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer
dan data sekunder. Uraian lebih lanjut kedua jenis data tersebut adalah sebagai
berikut.
a) Data primer
Data primer digunakan sebagai data utama yang diperoleh dari
informan. Data tersebut berupa gambaran dan pernyataan yang
mendetail dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disusun dan
diajukan oleh peneliti dalam proses wawancara.
b) Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari berbagai data/laporan instasi yang terkait
serta studi-studi kepustakaan yang berkaitan dengan judul dan tujuan
penelitian.
Teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian ini yaitu
kepustakaan
dan
lapangan.
caramembaca
buku
yangberkaitan
dengan
teks,
Penelitian
jurnal,
penelitian
kepustakaan
peraturan
ini,
dilakukan
dengan
perundang-undangan,
sedangkan
penelitian
dll,
lapangan
dilakukandengan cara wawancara langsung informan yang sudah ditetapkan.
Dalam penelitian ini, penulis menganalisis data secara bertahap. Pertama
dilakukan dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
wawancara, pengamatan lapangan, dan dokumen sehingga dapat ditemukan halhal pokok dari proyek yang diteliti yangberkenaan dengan fokus penelitian.
Kedua, dilakukan dengan merangkum hal-hal pokok yang ditemukan dalam
susunan yang sistematis, yaitu datadisusun dengan cara menggolongkan ke dalam
pola, tema, unit atau kategori sehingga tema sentral dapat diketahui dengan
mudah kemudian diberimakna sesuai materi penelitian. Ketiga, dilakukan
pengujian tentang kesimpulan yang telah diambil dengan data pembandingan
yang bersumberdari hasil pengumpulan data dan penunjang lainnya. Pengujian
inidimaksudkan untuk melihat kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan
Keterwakilan Anggota Legislatif Perempuan Dalam Perumusan Qanun Jinayat
Provinsi Aceh (Suatu Kajian Terhadap Peran Anggota Legislatif Perempuan di
Dewan Perwakilan Rakyat Aceh) (Syahnaz Oriza Keumala, Adwani)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 522 - 535
530
Jurn
a
h M ah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2: 522 - 535 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
a
wa
sis
lmia
lI
FISIP
kesimpulan yang diambil dengan menghubungkan atau mengkomunikasikan
hasil-hasil penelitian dengan teori-teori para ahli.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Aceh semenjak pasca reformasi hingga sekarang telah mendapatkan
payung hukum, mulai dari UU No. 44 tahun 1999 tentang keistimewaan Aceh,
UU No. 18 tahun 2001 tentang otonomi daerah (Pelaksanaan Syariat Islam), UU
No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, dan yang terakhir UU No.11 tahun
2006 tentang pemerintah Aceh. Kota Banda Aceh adalah salah satu kota yang
berada di Aceh dan menjadi ibu kota Provinsi Aceh, Indonesia. Sebagai pusat
pemerintahan, Banda Aceh menjadi pusat segala kegiatan ekonomi, politik, sosial
dan budaya. Kota Banda Aceh merupakan kota Islam yang paling tua di Asia
Tenggara, di mana Kota Banda Aceh merupakan kota dari Kesultanan Aceh.
Pada 27 september Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) mengesahkan
Qanun Jinayat, Qanun ini mendapatkan Persetujuan secara aklamasi dalam sidang
paripurna DPRA, Dibawah Qanun Jinayat masyarakat dilarang untuk melakukan
tindakan yang dianggap melanggar Syariat Islam, Qanun ini menjadi persoalan,
terutama untuk perempuan karna banyak yang menganggap Qanun memunculkan
diskriminasi bahkan berpotensi melahirkan korban dan ini sangat tidak
menggambarkan keadilan untuk perempuan. Perempuan dianggap tidak bisa
menjadi pemimpin karena adanya doktrin agama yang mempengaruhi pola pikir
masyarakat dalam pemilihan.
Sesuai dengan temuan penelitian, peran perempuan dalam proses
penyusunan qanun terlihat dari yang dilakukan oleh ibu Nuraini Maida dalam
komisi G itu beliau aktif dan menyibukkan diri dalam pembuatan qanun
dikarenakan hal tersebut memang sudah menjadi tugas yang harus dilakukannya.
yang lain tidak bisa ikut campur karena bukan bidang atau perempuan yang lain
tidak bisa masuk dalam pembahasan qanun jinayat karena bukan komisinya,
Keterwakilan Anggota Legislatif Perempuan Dalam Perumusan Qanun Jinayat
Provinsi Aceh (Suatu Kajian Terhadap Peran Anggota Legislatif Perempuan di
Dewan Perwakilan Rakyat Aceh) (Syahnaz Oriza Keumala, Adwani)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 522 - 535
531
Jurn
a
h M ah
a
wa
sis
lmia
lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2: 522 - 535 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
karena untuk konteks lain pembahasan qanun ini tidak 100% rumuskan oleh
dewan, namun dewan juga mengumpulkan ide atau pendapat dari masyarakat
melalui rapat yang dilakukan dengan beberapa LSM dan perkawilan rakyat.
Peran perempuan di komisi G sudah berhasil dalam pembuatan qanun
jinayat, tetapi karena jumlahnya hanya satu orang perempuan kurang efektif untuk
mendukung aspirasi perempuan, yang diketahui qanun jinayat banyak di tentang
oleh kaum perempuan dimasyarakat, tetapi walaupun beliau hanya satu orang
perempuan dalam perumusan qanun jinayat, beliau melihat sisi baik dan buruknya
di qanun jinayat agar qanun tersebut dapat diterima masyarakat, beliau selalu ikut
serta dalam rapat agar tidak tertinggal pembahasan yang mengenai perempuan,
sebagaimana yang diketahui qanun ini banyak terjadinya diskriminasi terhadap
perempuan dan anak-anak.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan secara kajian teori dan data dalam penelitian, yang
telah dilakukan sehingga memperoleh data-data secara akurat secara langsung dari
informan. Melalui pembahasan yang telah dibahas secara mendalam dan lengkap
maka diuraikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Peran perempuan dalam proses penyusunan Qanun Jinayat di DPRA
antara lain sama-sama membahas, menjelaskan, dan bertanya hal apa saja
yang menyangkut dalam merugikan perempuan, memberikan ide dalam
perumusan qanun, selalu hadir dalam rapat perumusan qanun jinayat, dan
mau menyibukan diri dan berperan aktif, tetapi peran perempuan tersebut
harus lebih efektif dalam perumusan qanun jinayat, karena qanun jinayat
banyak mengandung diskriminasi terhadap perempuan dan anak-anak.
2. Faktor yang menjadi hambatan perempuan dalam mewakili suara
perempuan pada Qanun Jinayat di DPRA adalah perempuan tidak
memiliki peran yang terlalu besar dalam menyusun Qanun Jinayat di
Keterwakilan Anggota Legislatif Perempuan Dalam Perumusan Qanun Jinayat
Provinsi Aceh (Suatu Kajian Terhadap Peran Anggota Legislatif Perempuan di
Dewan Perwakilan Rakyat Aceh) (Syahnaz Oriza Keumala, Adwani)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 522 - 535
532
Jurn
a
h M ah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2: 522 - 535 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
a
wa
sis
lmia
lI
FISIP
Banda Aceh hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor hambatan yaitu
kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap perempuan, adanya doktrin
agama yang mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam pemilihan, dan
keterwakilan perempuan yang belum sampai 30% di DPRA.
Berdasarkan kesimpulan diatas telah dipaparkan hasil yang dicapai dan
ditemukan dalam penelitian ini. Adapun saran yang diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Disarankan supaya peran anggota perempuan untuk dilibatkan lebih
banyak dalam penyusunan qanun jinayat agar dapat lebih memperhatikan
masalah yang dapat membuat perempuan merasa diskriminasi karena bagi
perempuan akan melekat dalam hidupnya stigma negatif di tengah
masyarakat bila dia melakukan pelanggaran.
2. Disarankan agar hambatan yang dihadapi peran perempuan di DPRA tidak
menjadi hal yang dapat membuat peran perempuan dikalangan LSM
ataupun masyarakat sipil tidak terdiskriminasi terhadap Qanun yang dibuat
oleh anggota DPRA, setidaknya ada komunikasi atau musyawarah yang
lebih terfokus dengan perempuan yang ada diluar DPRA, agar anggota
DPRA lebih mudah dalam membuat Qanun Jinayat.
DAFTAR PUSTAKA
A.
Buku-buku Teks
Abbas, Syahrizal. 2015. Qanun Hukum Jinayat. Aceh
Ali, Faisal. 2013. Identitas Aceh dalam perspektif Syariat dan adat.Aceh.Badan
arsip dan perpustakaan.
Bungaran Antonius, 2010. Otonomi Daerah, Etnonasionalisme, Dan Masa Depan
Indonesia. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia
Keterwakilan Anggota Legislatif Perempuan Dalam Perumusan Qanun Jinayat
Provinsi Aceh (Suatu Kajian Terhadap Peran Anggota Legislatif Perempuan di
Dewan Perwakilan Rakyat Aceh) (Syahnaz Oriza Keumala, Adwani)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 522 - 535
533
Jurn
a
h M ah
a
wa
sis
lmia
lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2: 522 - 535 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Bauer, 1965; Katz &Kahn, 1966, 2003: 54). Selain itu, Robbins (2001: 227)
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Bauer& Pritchard (1985) (2003: 55) Widjaja, A. W. 2000., Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Ivo Nilasari, 2010. Perempuan Aceh dalam Otonomi Daerah Khusus. Jakarta:
Pustaka Obor Indonesia
Jimly Asshiddiqie,M,1998:286. “Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara
Kerlinger (1986: 28) EffendyOnongUchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktek.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Larry Diamond diterjemahkan oleh AinurRofieqStaf Pengajar Jurusan Ilmu
Pemerintahan Universitas Islam “45” Bekasi
Mulyana, Deddy. 2003. Metodelogi Penelitian Kualitatif Paradigma baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
RachmatKriyantono, 2006 Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknis Riset Praktis
Komunikasi. Jakarta: Prenadia Group
RachmatKriyantono, 2006: Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Rakhmat, Jalaluddin., 2011. Psikologi Komunikasi, cetakan kedua puluh tujuh,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Keterwakilan Anggota Legislatif Perempuan Dalam Perumusan Qanun Jinayat
Provinsi Aceh (Suatu Kajian Terhadap Peran Anggota Legislatif Perempuan di
Dewan Perwakilan Rakyat Aceh) (Syahnaz Oriza Keumala, Adwani)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 522 - 535
534
Jurn
a
h M ah
a
wa
sis
lmia
lI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 2: 522 - 535 Mei 2017
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP
Tanti Irawati, Anausa Mengenai Produktivitas Kaum Perempuan Dalam
Menunjukkan Eksistensi Di Era Globalisasi
B. Webside dan Bahan Lain
Saldi Isra, Harian Kompas,29/04/16
http://www.cnnindonesia.com/nasional/29/04/16/12
http://www.hukumpedia.com/JAMILNCERA/peran-perempuan-dalam-duniapolitik-dijamin-undang-undang/29/04/16
https://m.tempo.co/read/news/2014/09/27/058610081/qanun-jinayat-acehdisahkan/29/04/16
Pembangunan Demokrasi Dan Pembangunan Ekonomi – Hubungan Dan
Pengaruhnya Larry Diamond Diterjemahkan Oleh AinurRofieqStaf
Pengajar Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Islam “45” Bekasi
VolonteGenerale atau General Will yang menyatakan bahwa “rakyatlah yang
berdaulat, rakyat yang berdaulat ini mempunyai suatu kemauan.
Keterwakilan Anggota Legislatif Perempuan Dalam Perumusan Qanun Jinayat
Provinsi Aceh (Suatu Kajian Terhadap Peran Anggota Legislatif Perempuan di
Dewan Perwakilan Rakyat Aceh) (Syahnaz Oriza Keumala, Adwani)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 2. Mei 2017 522 - 535
535
Download