INFLUENCE OF NET PROFIT MARGIN, ROA, AND FINACIAL LEVERAGE ON INCOME SMOOTHING IN PUBLIC COMPANIES CONSUMER GOODS INDUSTRY SECTOR AND INFRASTRUCTURE, UTILITIES & TRANSPORTATION SECTOR MARIANAH PADANG Undergraduate Program, Economy Faculty, 2010 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords: Income Smoothing, Net Profit Margin, Return on Assets, Financial Leverage. ABSTRACT The objective of this research is to identify factors which have an influence on income smoothing. This research involved public companies of consumer goods industry sector and infrastructure, utilities & infrastructure sector. The sample here consists of 48 company’s consumer goods industry sector and infrastructure, utilities & transportation sectors listed in Indonesia Stock Exchange during five years; from 2004 to 2008, with a subsample of 144 financial statements. Based on the results of multivariate analysis whether simultaneously or separately to the three independent variables, can be known that the variable Margin Net Profit, Return on Assets, and Financial Leverage did not significantly affect the income smoothing. 1 2 Abstrak : Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba. Penelitian melibatkan perusahaan publik sektor konsumsi dan sektor infrastruktur, kegunaan & transportasi. Sampel terdiri dari 48 perusahaan sektor industri barang konsusmsi dan sektor infrastruktur, kegunaan & transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun dari tahun 2004 – 2008, dengan subsampel sebanyak 144 laporan keuangan. Hasil pengujian univariate menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara net profit margin, ROA, dan financial leverage terhadap perataan laba. Sedangkan untuk hasil pengujian multivariate menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara net profit margin, ROA, dan financial leverage terhadap perataan laba. Kata kunci : Perataan Laba, Net Profit Margin, Return On Asset, Financial Leverage. PENDAHULUAN Mengingat perusahaan yang telah go public adalah milik masyarakat umum yang telah menanamkan modalnya, maka perusahaan yang bersangkutan wajib menginformasikan hasilhasil yang telah dicapai dalam bentuk laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan informasi yang penting bagi investor maupun calon-calon investor karena dari laporan keuangan inilah dapat dilihat secara tersurat kinerja dari suatu perusahaan. Salah satu informasi yang penting dalam proses pengambilan keputusan adalah laba. Pentingnya informasi laba ini disadari betul oleh pihak manajemen perusahaan sehingga manajemen melakukan disfuncional behavior (perilaku tidak semestinya). Perilaku yang dilakukan manajemen sangatlah beragam bahkan tidak sedikit dari mereka yang mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru dalam rangka menangani masalah-masalah yang muncul akibat perubahaan yang ada. Jadi tidaklah mengherankan jika banyak dari perusahaan tersebut melakukan suatu mekanisme/strategi dalam rangka mencapai tujuan tertentu yang dinamakan earning management. Salah satu pola dari earning management adalah income smoothing atau perataan pengasilan/laba. Praktik perataan laba merupakan fenomena yang umum terjadi sebagai usaha manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan (Nasir dkk., 2002). Tindakan perataan laba adalah suatu sarana yang dapat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan untuk mengurangi fluktuasi pelaporan penghasilan dan memanipulasi variabel-variabel akuntansi. Adanya informasi atas laba bersih suatu perusahaan melalui berbagai cara akan memberikan dampak yang cukup berpengaruh terhadap tindak lanjut para pengguna informasi yang bersangkutan, tidak terkecuali penerapan perataan laba oleh suatu perusahaan, sehingga hal ini perlu diwaspadai oleh pengguna laporan keuangan, karena informasi yang diperoleh telah mengalami penambahan atau pengurangan yang dapat meyesatkan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Faktor-faktor yang digunakan penulis dalam penelitian ini dan diduga dapat mendorong perataan laba yaitu net profit margin, ROA, dan financial leverage. Melalui persoalan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui tentang : 1. Apakah Net Profit Margin berpengaruh terhadap perataan laba ? 2. Apakah Return On Assets berpengaruh terhadap perataan laba? 3. Apakah Financial Leverage berpengaruh terhadap perataan laba? 3 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Definisi Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang nantinya akan menjadi bahan informasi bagi para pemakainya, dan digunakan sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Di samping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggungjawaban atau accountability. Sekaligus menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. 2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Menurut APB Statement No.4 yang berjudul Basic Concepts and Accounting Principles Underlying Financial Satement Business Enterprises, laporan keuangan memiliki beberapa tujuan, diantaranya yaitu : 1. Tujuan Khusus : Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP. 2. Tujuan Umum : a. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi, dan kewajiban perusahaan. b. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba. c. Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. d. Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban. e. Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakaian laporan. 3. Tujuan Kualitatif : a. Relevance, Memilih informasi yang benar-benar sesuai dan dapat membantu pemakai laporan dalam proses pengambilan keputusan. b. Understandability, Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya. c. Verifiability, Hasil akuntansi harus dapat diperikasa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama. d. Neurality, Laporan akuntansi itu bersifat netral kepada pihak-pihak yang berkepentingan (bukan hanya pihak tertentu saja, melainkan semua pihak yang membutuhkan). e. Timeliness, Laporan akuntansi hanya bermanfaat bagi pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat. f. Comparability, Informasi akuntansi harus dapat dibandingkan, maksudnya informasi akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baiknya untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lainnya. g. Completeness, Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencangkup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai. 2.1.3 Jenis Laporan Keuangan 4 Sedangkan dalam definisi laporan keuangan menurut peraturan BAPEPAM nomor : VIII.G.7 tentang pedoman penyajian laopran keuangan dijelaskan bahwa laporan keuangan terdiri dari : 1. Neraca 2. Laporan Laba Rugi 3. Laporan Perubahan Ekuitas 4. Laporan Arus Kas 5. Catatan Atas Laporan Keuangan 2.2 Laba 2.2.1 Pengertian Laba Menurut SAK (Standar Akuntansi Keuangan No. 1 paragraf 92) Penghasilan merupakan kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Penghasilan yang dimaksud dalam penelitian ini mencangkup laba (penghasilan positif) dan rugi (penghasilan negatif). 2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan Laba merupakan informasi yang penting dalam suatu laporan keungan, karena laba mempunyai tujuan sebagai berikut : a. Perhitungan pajak, berfungsi sebagai DPP yang akan diterima negara. b. Menghitung deviden yang akan dibagikan kepada pemilik dan yang akan ditahan dalam perusahaan. c. Menjadi pedoman dalam menentukan kebijaksanaan investasi dan pengambilan keputusan. d. Menjadi dasar dalam peramalan laba maupun dalam kejadiaan ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang. e. Menjadi dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi. f. Menilai prestasi/kinerja perusahaan/segmen perusahaan/divisi. 2.2.3 Informasi Laba Informasi laba harus dilihat dalam kaitannya dengan persepsi dalam pengambilan keputusan. Hal ini didukung oleh FSAB yang menerbitkan SFAC No.1 yang menyatakan bahwa sasaran utama pelaporan keuangan adalah informasi tentang persepsi-persepsi perusahaan yang disajikan melalui pengukuran laba dan komponem-komponemnya. Menurut SFAC informasi laba memiliki manfaat dalam menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba dan menaksir resiko dalam investasi. Berhasil atau tidaknnya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen untuk melihat kemungkinan atau kesempatan dimasa yang akan datang. Informasi akuntansi keuangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah informasi laba yang merupakan informasi akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan suatu perusahaan 2.3 Manajemen Laba (Earning Management) Perataan laba terkait sangat erat dengan konsep manajemen laba. Menurut Arthur Levitt (2004) dalam Hall (2002) menyebutkan bahwa manajemen laba didefinisikan sebagai suatu praktik pelaporan earnings yang lebih merefleksikan keinginan manajemen daripada performa keuangan perusahaan. 5 Menurut Suhendah (2005) earning management adalah suatu konsep yang dilakukan perusahaan dalam mengelola laporan keuangan tampak terlihat memiliki kualitas (quality of financial reporting). Laporan Keuangan yang paling sering dimanipulasi oleh perusahaan adalah laporan laba rugi. Suhendah (2005) mengutip Ayres (1994) yang menyatakan bahwa ada 3 faktor yang dapat dikaitkan dengan munculnya praktik manajemen laba oleh manajer demi menunjukan prestasinya, yaitu : 1. Manajemen akrual (accruals management) 2. Penerapan suatu kebijakan akuntansi yang wajib (adoption of mandatory accounting change). 3. Perubahan akuntansi secara sukarela (voluntary accounting changes). Sedangkan yang termasuk dalam earning management adalah : 1. Discretionary accrual 2. Income smoothing 3. Manipulasi alokasi/biaya 4. Perubahan metode akuntansi dan struktur modal. 2.4 Perataan Laba (Income Smoothing) 2.4.1 Pengertian Perataan Laba Menurut Riahi-Belkaoui (2004) pengertian awal income smoothing ialah moderates yearto-year fluctuations in income by shifting earnings from peak years to less successful periods. Sedangkan pengertian yang lebih modern menurut Riahi-Belkaoui (2004) income smoothing ialah the process of manipulating the time profile of earnings or earning reports to make the reported income less variable, while not increasing reported earnings over the long run Untuk mendapatkan definisi dan gambaran yang lebih jelas mengenai perataan laba, Eckel memberikan pendapat bahwa definisi perataan laba tidak dapat dipisahkan dari tipe perataan laba. Berikut adalah Gambar tipe perataan laba yang diperkenalkan oleh Eckel : Gambar 2.1 Tipe Perataan Laba Smooth Income Stream Intentionally Being smoothed by Management Artificial Smoothing Naturally Smooth Real Smoothing Sumber : Norm Eckel, 1981, The Income Smoothing Hypothesis Rivisited, Abacus, Vol 17 No.1 (Dikutip dari Hanna Meilani Meilani Salno dalam tesis S2, “analisis Perataan Penghasilan (income smoothing) : Faktorfaktor yang mempengaruhi dan kaitannya dengan kinerja saham perusahaan publik di Indonesia”. Program Pasca Sarjana UGM, 1998, hal 14 dan Nani Syahriana dalam penulisan skripsi “analisis perataan laba dan 6 faktor-faktor yang mempengaruhi pada perusahaan manufaktur di BEI (2000-2004)”. Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2006, hal 16. 2.4.2 Jenis-Jenis Perataan Laba Menurut Riahi-Belkaoui (2004), perataan laba dibagi menjadi 2 tipe, yaitu : a. Intentionally atau designed smoothing Ialah keputusan atau pilihan yang dibuat untuk mengatur fluktuasi earnings pada level yang diinginkan. Tipe perataan laba ini disengaja dan mengandung intervensi dari pihak manajemen. Tipe ini dibagi menjadi 2, yaitu perataan laba riil (tindakan manajemen untuk mengendalikan peristiwa ekonomi yang secara langsung dapat mempengaruhi laba dimasa yang akan datang) dan perataan artifisial (tindakan manajemen untuk memanipulasi dengan cara menggeser dan/atau pendapatan dari suatu periode ke periode yang lain). b. Natural Smoothing Tipe aliran ini secara sederhana mempunyai implikasi bahwa sifat proses perolehan laba itu sendiri yang menghasilkan suatu aliran laba yang rata. Tipe perataan laba terjadi begitu saja secara alami tanpa adanya intervensi dari pihak manapun. 2.4.3 Alasan Dilakukannya Perataan Laba Alasan perataan laba menurut Heyworth (1953) bahwa perataan laba dengan tujuan untuk memperbaiki hubungan dengan kreditur, investor, dan karyawan serta meratakan siklus bisnis melalui proses psikologi. Oleh sebab itu, perataan laba dapat dikatakan sebagai suatu sarana yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi variabilitas laba. 2.4.4 Teknik dan Sasaran Perataan Laba Menurut Harahap (2005) Income Smoothing biasanya dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Mengatuh waktu kejadian transaksi b. Memilih prinsip atau metode alokasi c. Mengatur penggolongan antara laba operasi normal dan laba yang bukan dari operasi normal. Teknik-teknik itu memang mungkin untuk dilakukan karena Prinsip Akuntasi Berterima Umum (PABU) memberikan berbagai pilihan dalam mencatat berbagai peristiwa keuangan. Manajemen memiliki keleluasan untuk mengganti satu metode ke metode lain. Keleluasan untuk memakai teknik-teknik akuntansi dalam mencatat terbukti telah disalahgunakan oleh manajemen untuk melakukan perataan laba. Bahkan Koch (1981) mensinyalir bahwa perataan laba banyak dilakukan dengan mengunakan teknik-teknik akuntansi yaitu dengan merubah kebijakan akuntansi. (Sopa Sugiarto, 2003). Koch (1981) Menyatakan bahwa peratan laba dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. Artificial smoothing, perataan laba yang mengacu pada prosedur akuntansi yang diimplementasikan dimana manajemen melakukan tindakan untuk mengakui biaya dan atau pendapatan dari satu periode ke periode lain (manipulasi melalui metode akuntansi). 2. Real smoothing, Perataan laba yang mengacu pada transaksi aktual yang dilakukan oleh entitas dimana manajemen mempunyai kendali terhadap transaksi yang akan mempengaruhi laba di masa depan (manipulasi melalui transaksi). Foster (1986) mengklasifiksikan unsur-unsur laporan keuangan yang dijadikan dalam praktik perataan laba, yaitu; 1. Unsur Penjualan 7 Saat pembuatan faktur. Misalnya: penjualan yang sebenarnya untuk periode yang akan datang pembuatan fakturnya dilakukan pada periode ini dan dilaporkan sebagai penjualan periode ini. a. Pembuatan pesanan atau penjulan fiktif. b. Downgrading (penurunan) produk. Misalnya dengan cara mengklasifikasikan produk yang belum rusak kedalam kelompok produk yang rusak dan selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih rendah dari harga yang sebenarnya. 2. Unsur Biaya a. Memecah faktur. Misalnya faktur untuk sebuah pembelian/pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian/pesanan dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal berbeda kemudian dilaporkan dalam beberapa periode akuntansi. b. Mencatat prepayment (biaya dibayar dimuka) sebagai biaya. Misalnya melaporkan biaya advertensi dibayar dimuka untuk tahun depan sebagai biaya advertensi tahun ini. 2.4.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Tidak Semua negara melarang dilakukannya perataan laba (Harahap, 2005). Seperti Swedia misalnya, dinegara ini perataan laba diperbolehkan dengan syarat perataan laba dilakukan secara transparan. Banyak peneliti menyatakan bahwa manajer perusahaan cenderung melakukan tindakan praktik perataan laba, karena secara rasional manajer ingin meratakan penghasilan yang dilaporkannya dengan alasan memperkecil tuntutan pemilik perusahaan. Banyak faktor yang telah diuji mempunyai pengaruh terhadap tindakan praktik perataan laba. Namun, dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan tiga faktor yaitu net profit margin, return on assets dan financial leverage. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut : 1. Net Profit Margin Margin laba bersih ini diduga mempengaruhi perataan laba, secara logis margin ini terkait langsung dengan objek perataan laba. Beattie dkk (1994) dalam Hanna Meilani Salno dan Zaki Badidwan (2000), menginvestigasi penggunaan instrumen laporan keuangan, seperti metode depresiasi, perubahaan kebijakan akuntansi dan extraordinary items untuk melakukan perataan laba. Secara logis NPM dapat merefleksikan motivasi manajer untuk melakukan tindakan perataan laba. Laba setelah pajak merupakan laba yang dikembalikan kepada pemilik (pemegang saham) setelah semua biaya dikurangkan, pembayaran bunga diterima atau dibayar dan pajak dilunasi. Rasio NPM mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Rasio ini memberi gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai prosentase dari penjualan. Rasio NPM ini mengukur seluruh efisiensi, baik produksi, administrasi, pemasatan, pendanaan, penantuan harga maupun manajemen pajak. Rasio ini diukur dengan membagi antara laba besih dengan penjualan. 2. Return On Assets Archibald (1967) dan Ashari dkk (1994) menyimpulakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat return on assets rendah mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk meratakan labanya, sedangkan White (1970) menemukan bukti bahwa perusahaan yang memiliki nilai ROA yang menurun cenderung pula melakukan tindakan yang sama. Dapat diduga bahwa fluktuasi laba terjadi dapat memberi dampak makin rendah atau menurunnya profitabilitas yang nantinya akan berakibat untuk mendorong manajer untuk melakukan praktik perataan laba. 8 3. Financial Leverage Rasio financial leverage terdiri dari debt to equity ratio (DER) dan debt to total assets ratio (DTAR) (Agus Sabardi, 1994). Penulis dalam penelitian ini menggunakan debt to equity ratio (DER) yang berfungsi untuk menilai banyaknya hutang yang digunakan perusahaan. Semakin rendah rasio tersebut maka makin tinggi tingkat pembelanjaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar tingkat perlindungan kreditur dari kehilangan uang yang dipinjamkan ke perusahaan tersebut. Rasio ini akan berbeda sesuai sifat bisnis dan variabilitas dari aliran kas. Bagi perusahaan yang mempunyai cash flow yang stabil biasanya rasio tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak stabil (Agus Sabardi, 1993). Debt to equity ratio berhubungan dengan hutang yang diberikan kreditur. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kreditur berdasarkan pada laba yang diperoleh perusahaan. Seorang kreditur akan memberikan kredit kepada perusahaan yang menghasilkan laba yang stabil karena laba yang stabil akan memberikan suatu keyakinan bahwa perusahaan tersebut dapat membayar hutangnya dengan lancar. Kreditur lebih cenderung menghindari perusahaan yag menghasilkan laba yang berfluktuasi karena kreditur tidak mau uang yang telah dipinjamkan kepada perusahaan resikonya terlalu besar yaitu tidak tertagih atau tidak kembali, sehingga mendorong perusahaan dalam hal ini manajer untuk melakukan praktik perataan laba. 2.5 Hipotesis Setelah memperoleh hasil uji beda dua rata-rata dan persamaan regresi diadakan pengujian hipotesis dengan rumusan hipotesis sebagai berikut : 1. Hipotesis untuk uji univariate yaitu : Ho1 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara NPM, ROA, dan Financial Leverage diantara perusahaan perata dan bukan perata pada perusahaan publik sektor barang konsumsi dan sektor infrastruktur, kegunaan & transportasi. Ha1 : Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap NPM, ROA, dan Financial Leverage diantara perusahaan perata dan bukan perata pada perusahaan publik sektor barang konsumsi dan sektor infrastruktur, kegunaan & transportasi. 2. Hipotesis untuk uji multivariate a. Pengujian Secara Serentak (Simultan) Ho1 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara NPM, ROA, dan Financial Leverage diantara perusahaan perata dan bukan perata pada perusahaan publik sektor barang konsusmsi dan sektor infrastruktur, kegunaan & transportasi. Ha1 : Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap NPM, ROA, dan Financial Leverage diantara perusahaan perata dan bukan perata pada perusahaan publik sektor barang konsusmsi dan sektor infrastruktur, kegunaan & transportasi. b. Pengujian Secara Terpisah (individual) Ho1 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara NPM dengan perusahaan perata pada perusahaan publik sektor barang konsusmsi dan sektor infrastruktur, kegunaan & transportasi. Ho2 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ROA dengan perusahaan perata pada perusahaan publik sektor barang konsusmsi dan sektor infrastruktur, kegunaan & transportasi. 9 Ho3 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Financial Leverage dengan perusahaan perata pada perusahaan publik sektor barang konsusmsi dan sektor infrastruktur, kegunaan & transportasi. Sedangkan untuk hipotesa alternatif dirumuskan sebagai berikut : Ha1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara NPM dengan perusahaan perata pada perusahaan publik sektor barang konsusmsi dan sektor infrastruktur, kegunaan & transportasi. Ha2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara ROA dengan perusahaan perata pada perusahaan publik sektor barang konsusmsi dan sektor infrastruktur, kegunaan & transportasi. Ha3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Financial Leverage dengan perusahaan perata pada perusahaan publik sektor barang konsusmsi dan sektor infrastruktur, kegunaan & transportasi. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dan sampel penelitian ini adalah perusahaan publik sektor konsumsi dan sektor infrastruktur, kegunaan & transportasi, dengan periode waktu pengamatan dari tahun 2004-2008. 3.2 Teknik Penarikan Sampel Teknik-teknik yang digunakan dalam menganalisa data-data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan sampel sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya (purposive judgment sampling). Tujuan pemilihan sampel dengan persyaratan yang ada dimaksudkan agar mendapatkan data perusahaan yang berkesinambungan. 2. Dengan menggunakan Index Smoothing, sampel dipisahkan menjadi 2 kategori, yaitu perusahaan yang melakukan perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba, untuk hasil yang lebih akurat peneliti membagi kriteria periode menjadi 3 kali tahapan pemisahaan, untuk tahun 2004-2006 (tahap 1), tahun 2004-2007 (tahap 2), 2004-2008 (tahap 3). 3. Untuk mengetahui profil responden yang dipilih maka digunakan metode statistik deskriptif yang meliputi rata-rata dan distribusi frekuensi. 4. Melakukan pengujian normalitas dengan menggunakan One Sampel Kolmogorov-Smirnov Test untuk masing-masing variabel independen. 5. Menentukan uji beda rata-rata untuk kelompok perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan kelompok perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba. 6. Melakukan pengujian multivariate secara serentak dan terpisah.Pengujian. 7. Hipotesa Penelitian 3.3 Model Klasifikasi Sampel Jumlah sampel yang telah terseleksi akan diklasifikasikan kembali kedalam kelompok perata ataupun bukan perata laba dengan menggunakan Income Smoothing Index atau lebih dikenal dengan sebutan Indeks Eckel. Berdasarkan income smoothing index, perusahaan 10 diklasifikasikan sebagai perusahaan perata laba bila memperoleh income smoothing kurang dari satu. Dalam Jin dan Machfoedz (1998:180), income smoothing dapat diukur dengan menggunakan Indeks Eckel sebagai berikut: Indeks Perata Laba = CViEarnings CViSales Keterangan : Sales CVi : Coefficients of Variation of Sales Earnings CVi : Coefficients of Variation of Earnings Berdasarkan Indeks Eckel (1981) suatu perusahaan diklasifikasikan kedalam kelompok perata dan bukan perata laba, apabila : earning CVi < CVisales Untuk mendapatkan Coefficients of Variation (CV) dari sales dan earnings dapat dihitung menggunakan rumus, sebagai berikut : σIsales σIearnings CVisales = Xi sales CViearning = Xi earnings Keterangan : σIsales σIearnings : Standar deviation of Sales : Standar deviation of Earnings Xi sales Xi earnings : Means of Sales : Means of Earnings 3.4 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder perusahaan yang terdaftar di BEI adalah sebagai berikut : 1. Total aktiva tahun 2004-2008 2. Laba bersih setelah pajak tahun 2004-2008 3. Penjualan bersih tahun 2004-2008 4. Total hutang tahun2005-2008 5. Total modal tahun 2005-2008 Pengumpulan data diperoleh melalui berbagai sumber baik melalui website maupun pengamatan langsung ke BAPEPAM 3.5 Identifikasi dan Pengukuran Variabel 1. Variabel Tidak Bebas (Dependent Variable) Variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah laba yang diukur dengan menggunakan indeks smoothing. 2. Variabel bebas (Independent Variable) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Net Profit Margin 11 Net Profit Margin adalah rasio yang dihitung dengan membandingkan antara laba bersih dengan penjualan. NPM diukur dengan menggunakan laba bersih setelah pajak dibagi dengan penjualan. b. Return On Assets Return On Assets diikur dengan menggunakan perbandingan antara laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva (Masodah, 2007). c. Financial Leverage Financial Leverage yang digunakan dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan variabel Debt to Equity Ratio. Rasio ini diukur dengan menggunakan perbandingan antara total hutang dengan total modal. 3.6 Alat Analisis Data 1. Statistik Deskriptif Metode statistik ini dengan menggunakan rata-rata (mean) dan standar deviasi yang berguna untuk mengetahui karakteristik dari perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian. 2. Statistik Inferensi Metode statistik ini penulis menggunakan 2 tahap, yaitu: a. Uji Univariate Pengujian univariate dilakukan untuk menguji lebih lanjut secara statistik apakah variabelvariabel independen berbeda secara signifikan diantara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba adan tidak. Adapun tahapan-tahapan pengujian univariate yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) One-Sampel Kolmogorov Smirnov Test Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diuji berdistribusi normal atau tidak. 2) Mann-Whitney Test Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang nyata atau tidak diantara variabel yang diteliti. Uji ini diterapkan pada data yang berdistribusi tidak normal. 3) Two Independent Sample t-Test Pengujian ini digunakan untuk menguji perbedaan antara sample dengan populasi. Uji ini diterapkan pada data yang berdistribusi normal. b. Uji Multivariate Pengujian multivariate dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini berpengaruh terhadap tindakan praktik perataan laba. Analisis yang digunakan dalam uji ini adalah Regresi Logistik (Logistic Regression Analysis). Model analisis ini dianggap tepat karena variabel dependennya bersifat dikotomus (diukur secara nominal). Menurut Ashari, dkk (1994) model logit yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Status = a +b1 (NPM) + b2 (ROA) + b3 (LEV) Keterangan : Status : Status Perusahaan perata atau bukan perata. 0 untuk satus perusahaan perata dan 1 untuk status perusahaan bukan perata NPM : Net Profit Margin 12 ROA LEV a b1 b2 b3 : Return On Assets : Financial Leverage yang di proksikan dengan Debt To Equity Ratio : Koefisien konstanta : Koefisien variabel NPM : Koefisien variabel ROA : Koefisien variabel Financial Leverage HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel yang terseleksi dengan metode purponsive judgement sampling disajikan pada tabel diberikut : Tabel 1 Seleksi Sampel Keterangan Jumlah 72 Jumlah Populasi Pelanggaran sampel kriteria 1 Perusahaan yang mengalami delisting pada tahun 2004-2008 8 Pelanggaran sampel kriteria 2 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan dalam 2 kurun tahun 2004-2008 Pelanggaran sampel kriteria 3 Perusahaan yang melakukan akuisisi dan merger serta 9 mengalami perubahan sektor industri selama periode pengamatan Pelanggaran sampel krteria 4 Perusahaan yang mengalami kerugian secara berturut-turut 5 selama periode waktu pengamatan (2004-2008) Jumlah sampel yang terseleksi 48 Sumber : Data diolah Setelah sampel perusahaan yang terseleksi diperoleh (48 perusahaan), selanjutnya seluruh sampel diklasifikasikan lebih lanjut kedalam kelompok perata laba dan kelompok bukan perata laba dengan menggunakan indeks smoothing. Kelompok perata laba diberi status 0 dan bukan perata laba diberi status 1. Dari 48 sampel perusahaan yang digunakan diperoleh data sebanyak 30 sample status perata laba, dan 114 sample status bukan perata laba dari 5 tahun periode pengamatan (2004-2008). Uji normalitas dengan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test dilakukan terlebih dahulu untuk menguji normalitas data dari masing-masing variabel independen. Tabel 2 Hasil Pengujian Normalitas Data No Variabel ρ-value Keterangan Distribusi 1 Net Profit Margin 0.000 ρ < 0.05 Tidak normal 2 Return On Asset 0.000 ρ < 0.05 Tidak normal 3 Financial Leverage 0.000 ρ < 0.05 Tidak normal Sumber: Output SPSS 17.0 (data diolah) 13 Dari tabel diatas, diketahui bahwa variabel net profit margin, return on assets, dan financial leverage berdistribusi normal dengan demikian pengujian univariate yang tepat digunakan adalah Mann-Whitney U Test. Tabel 3 Hasil Pengujian Univariate No Variabel Uji ρ-value Keterangan Ho 1 Net Profit Margin Mann-Whitney 0.836 ρ > 0.05 Diterima 2 Return On Asset Mann-Whitney 0.387 ρ > 0.05 Diterima 3 Financial Leverage Mann-Whitney 0.349 ρ > 0.05 Diterima Sumber: Output SPSS 17.0 (data diolah) Dari tabel diatas bahwa variabel net profit margin, return on assets, dan financial leverage memiliki tingkat signifikansi lebih dari 0.05, dengan demikian variabel net profit margin, return on assets, dan financial leverage tidak menunjukan perbedaan yang signifikan pada perusahaan perata dan bukan perata. Untuk menguji lebih lanjut apakah variabel-variabel tersebut berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan sektor industri barang konsusmsi dan sektor infrastruktur, kegunaan & transportasi maka akan dilakukan pengujian multivariate Tabel 5 Hasil Pengujian Multivariate Secara Serentak No Variabel ρ-value Keterangan Ho 1 Net Profit Margin 0.520 ρ < 0.05 Ditolak 2 Return On Asset 0.654 ρ > 0.05 Diterima 3 Financial Leverage 0.872 ρ > 0.05 Diterima Sumber: Output SPSS 17.0 (data diolah) Dari tabel diatas diketahui bahwa dari hasil pengujian multivariate secara serentak untuk ketiga variabel independen yaitu net profit margin, return on asset, dan financial leverage samasama memiliki nilai Sig yang lebih besar dari 0.05, sehingga Ho diterima dan sebaliknya Ha ditolak yang berarti ketiga variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba. Selanjutnya, untuk lebih meyakinkan hasil pengujian multivariate secara serentak, dilakukan pengujian multivariate secara terpisah (backward stepwise). Untuk pengujian multivariate secara terpisah variabel independen yang pertama kali dikeluarkan dari model adalah variabel yang memiliki nilai ρ-value paling besar, dalam hal ini variabel Financial Leverage (dapat dilihat pada hasil pengujian multivariate secara serentak pada Tabel 5) terlihat bahwa variabel Financial Leverage memiliki nilai probabilitas terbesar dan lebih besar dari 0.05. Selanjutnya pada pengujian secara terpisah tahap pertama, analisis dilakukan terhadap kedua variabel Net Profit Margin dan Return On Assets. Berikut adalah tabel untuk hasil pengujian multivariate secara terpisah untuk tahap I : Tabel 4.6 Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap I No Variabel ρ-value Keterangan Ho 1 Net Profit Margin 0.525 ρ > 0.05 Diterima 2 Return On Assets 0.669 ρ < 0.05 Diterima Sumber: Output SPSS 17.0 (data diolah) Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa variabel Return On Assets tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikan yang melebihi 0.05 sehingga 14 variabel ini dikeluarkan dari model. Selanjutnya pada tahap kedua, analisis dilakukan terhadap variabel lainnya yaitu Net Profit Margin. Hasil analisis disajikan pada tabel 4.15 berikut ini: Tabel 4.7 Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap II No Variabel ρ-value Keterangan Ho 1 Net Profit Margin 0.401 ρ > 0.05 Diterima Sumber: Output SPSS 17.0 (data diolah) Hasil pengujian multivariate secara terpisah tahap kedua pada tabel diatas dapat dilihat bahwa variabel Return On Assets memiliki tingkat signifikansi lebih besar dari 0.05 dan karenanya dikeluarkan dari model. Hasil pengujian multivariate secara serentak dan terpisah membuktikan bahwa ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya yaitu variabel Net Profit Margin, Return On Assets, dan Financial Leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pengujian univariate diperoleh hasil bahwa variabel variabel net profit margin, return on assets, dan financial leverage tidak memiliki perbedaan yang signifikan diantara perusahaan perata laba dan bukan perata laba Dari hasil pengujian multivariate baik secara serantak maupun terpisah diperoleh hasil yang sama yang menyatakan bahwa antara variabel net profit margin, return on assets, dan financial leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi yang dimiliki oleh tiap-tiap variabel bebas yang melebihi 0.05. Penelitian yang selanjutnya diharapkan dapat menguji beberapa faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi praktik perataan laba seperti, kebijakan akuntansi, harga saham, kompensasi bagi manajemen, operating leverage, kebangsaan, dan lain-lain. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat menggunakan sample yang lebih besar dan tahun pengamatan yang yang panjang, sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Corolina, dan Juniarti. 2002. http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartemenID=AKU Vernita, Evy Belia. 2009. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Harga Saham Terhadap Tindakan Perataan Laba (Income Smoothing) yang dilakukan oleh Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Jakarta: Universitas Gunadarma. Harahap, Sofyan Safri. 2007. Teori Akuntansi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Ma’ruf, Muhammad. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia 15 Masodah. 2007. Praktik Perataan Laba Sektor Industri Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya dan Faktor yang Mempengaruhinya. Proceeding. Jakarta: Universitas Gunadarma. Prasetyo, Januar Eko, Sri Astuti et al. 2002. Praktik Perataan Laba dan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia. JAAI. Vol.6 .No.2. Syahriana, Nani. 2006. Analisis Perataan Laba dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (2000-2004). Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Wahyono, Teguh. 2009. 25 Model Analisis Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Yusuf, Muhammad & Soraya. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Asing dan Non Asing di Indonesia. JAAI. Vol.8 No.1.