POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG GAMBARAN PERILAKU KEKERASAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI 07 IKUR KOTO KEC. KOTO TANGAH Karya Tulis Ilmiah Diajukan ke Program Studi DIII Keperawatan Padang PoliteknikKesehatanKemenkes Padang sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Oleh : RESHA PERMATA NIM. 1231102322 JURUSAN D III KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG TAHUN 2015 KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PADANG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015 RESHA PERMATA Gambaran Tindakan Kekerasan Pada Anak Usia Sekolah Di SD Negeri 07 Ikur Koto Kec.Koto Tangah Padang Tahun 2015 xi + 49 halaman + tabel + lampiran ABSTRAK Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima sebanyak 642 laporan kekerasan terhadap anak sejak Januari hingga April 2014. Komisi Nasional Perlindungan Anak memprediksi kasus kekerasan terhadap anak pada tahun 2015 akan mengalami peningkatan. Kota Padang merupakan salah satu daerah yang banyak memunculkan kekerasan anak dengan jumlah kasus 50 kasus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tindakan kekerasan pada anak usia sekolah di SD Negeri 07 Ikur Koto Kec.Koto Tangah Padang. Desain penelitian adalah deskriptif. Populasi adalah siswa/siswi kelas 3, 4 dan 5 di SD Negeri 07 Ikur Koto berjumlah 75 orang dan semua populasi dijadikan sampel penelitian. Pengumpulan data dengan cara wawancara , analisis data dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitian didapatkan 98,7% anak mengalami perilaku kekerasan fisik. Kekerasan emosional yang dialami anak yaitu sebanyak 94,7%, selanjutnya 46,7% anak mengalami perilaku kekerasan seksual. Tidak ada anak yang mengalami perilaku pengabaian. Anak mengatakan pelaku kekerasan paling banyak dilakukan oleh ibu, yaitu kekerasan fisik 54,7%, selanjutnya kekerasan emosional 45,3% juga dilakukan oleh ibu. Pelaku kekerasan seksual yang dialami siswi paling banyak dilakukan oleh teman laki-laki, yaitu 16%. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan perawat di wilayah kerja puskesmas Ikur Koto melalui pimpinan puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan ibu dan guru tentang perilaku kekerasan pada anak dan tumbuh kembang anak. Diharapkan juga kepada peneliti selanjutnya untuk meniliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kekerasan pada anak usia sekolah. Kata Kunci : Tindakan Kekerasan, Anak Usia Sekolah Daftar Bacaan 21 (2008 - 2015) Alhamdulillah…ya Allah… Aku yakin Engkau akan memberikan yang terbaik untuk ku Engkaulah penerang disaat ku merasakan gelap Dan Engkau selalu memberikan hidayah di setiap kesulitan ku Terima Kasih ya Allah… Perjalanan ku belum berhenti sampai di sini ya Allah… Selalu tuntun dan bimbinglah aku, agar aku menjadi orang yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain…. Amin ya rabbal’alamin… Esha persembahkan sebuah karya kecil ini untuk kedua orang tua Trima kasih Ama Terimakasih Apa Yang slalu tiada henti mendoakan Esha dan memberikan semua yang terbaik agar Esha menjadi anak yang berhasil dan membanggakan… Kebahagiaan Dan Gelar ini untuk amaapa … Trima kasih juga untuk adik akak yang paling tampan Farid, Ivan Adik kesayangan bebeb Fadlan dan yaya, Makasi udah selalu ganggu , bikin kesaal tapi slalu rindu kalau jauh :’( Buat pembimbing Terbaik yang pernah ada Ibu Hj. Efitra, S.Kp.M.Kes dan Ibu Heppi Sasmita M.Kep.Sp.Jiwa Atas semua bimbingan, arahan dan kesabaran dari Ibu Akhirnya KTI ini selesai… Special thank’s to buat pria yang hobinya marah marah bikin kesal ssakit hati tapi lucu ngangenin suka nasehatin adik ini itu Terimakasih Uda “Luthfi Naufal Yusar” Yang selalu ada buat adik Semoga semua impian kita bisa tercapai ya mbung kesayangan “amin” Tetap jadi pasangan yang gila yaak NO JAIM JAIM :D Special thanks to lagi buat semua kesayangan Eshak, Risa Fadhilah makasi banyak gapuaaak buat semangatnya yang gag pernah henti ngomel kalau eshak Malas haha Nindia , Winda, Septila, Fikri, Bg Agus , Konco Hadi, Timakasi buat semua kebahagiaan dan Support yang kalian beri. Dasen timakasih juga buat nasehatnya semangatnya, teman curhat paling baik yang ada di poltekkes yang selalu nanya “AMAN SHA” haha.. Ucapan maaf buat Mutia yang selalu eshak curi monyetnya huhuuu :p Buat Teman 3c dan Kepang12 makasi kebersamaannya selama 3 tahun ini Makasi buat perhatiannya juga saat esha sedang lalai bikin Kti dan Gosip hangatnya yang gg bisa dilupain haha… Tia Fira Sandy Lenny dan Semua Keluarga Besar CV Maafin esha ya yang slalu sibuk, Makasi udah sabar nungguin esha buat ngumpul bareng Kalian memang gag pernah ada gantinya.. Tetap Jadi Satu Keluarga Guys .. So… Hidup adalah perjuangan, tidak ada hidup tanpa perjuangan Ingatlah dengan kekuatan yang besar, akan datang juga tanggung jawab yang besar Keep Going and Never Quit !!! The Champion is Never Quit guys ….. Bye : Resha Permata ( Eshak ) 123110322 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Biodata Nama : Resha Permata Tempat Tanggal Lahir : Padang, 8 Februari 1994 Agama : Islam Status : Belum Kawin Alamat : Rt 03/Rw 01 No.49 Ikur Koto Padang Nama Orang Tua Ayah : Basyaruddin Ibu : Rusmiati Riwayat Pendidikan No. Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun 1. TK TK Al Ikhlas 2000 2. SD SD Angkasa I Lanud Padang 2006 3. SMP SMPN 7 Padang 2009 4. SMA SMAN 7 Padang 2012 5. D III Keperawatan POLITEKNIK KESEHATAN 2015 KEMENKES PADANG KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan do’a dan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan berkat serta Rahmat dan karunia-Nya, penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan oleh peneliti walaupun menemui kesulitan maupun rintangan. Penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan suatu rangkaian dari proses pendidikan secara menyeluruh di Program Studi D. III Jurusan Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang, dan sebagai prasyarat dalam menyelesaikan pendidikan D.III Keperawatan pada masa akhir pendidikan. Judul Karya Tulis Ilmiah ini “Gambaran Perilaku Kekerasan Pada Anak Usia Sekolah Di SD Negeri Ikur Koto Kec.Koto Tangah Padang Tahun 2015 “. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada, sehingga peneliti merasa masih belum sempurna, baik dalam isi maupun dalam penyajiannya. Untuk itu peneliti terbuka atas kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya atas segala bimbingan dan pengarahan dari Ibu Hj.Efitra,S.Kp.M.Kes selaku pembimbing 1 yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan serta masukan dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini serta Ibu Heppi Sasmita,M.Kep.Sp.Jiwa selaku pembimbing 2 yang juga memberikan arahan kepada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini maupun berbagai pihak yang peneliti terima, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan terima kasih ini peneliti tujukan kepada : 1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang. 2. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan kemenkes RI Padang. 3. Ns. Idrwati Bahar, S.Kep.M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan Politeknik Kesehatan kemenkes RI Padang dan Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama menjadi mahasiswi. 4. Staf Dosen Program Studi Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal penelitian. 5. Kepada Guru SD Negeri 07 Ikur Koto 6. Kepada “Ibu dan Ayah” tersayang yang telah memberikan dorongan, semangat, doa restu dan kasih sayang. Tiada kata yang dapat Ananda utarakan selain doa semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. 7. Teman - temanku yang senasib dan seperjuangan Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang Program Studi Keperawatan Tahun 2012. Terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan. Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT, Amin. Padang, Juni 2015 Resha Permata DAFTAR ISI LEMBARAN PERSETUJUAN…………………………………………….. i LEMBARAN PENGESAHAN....................................................................... ii KATA PENGANTAR..................................................................................... iv DAFTAR ISI.................................................................................................... vi DAFTAR TABEL............................................................................................ viii DAFTAR BAGAN.......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. A. Latar Belakang................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah............................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian............................................................................. 5 1. Tujuan umum....................................................................... 5 2. Tujuan khusus...................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian........................................................................... 6 E. Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 6 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN……………………………………. A. Perilaku Kekerasan Pada Anak Usia Sekolah.................................. 8 1. Konsep Perilaku................................................................... a. Pengertian Perilaku........................................................ 8 b. Penyebab Seseorang Berperilaku Tertentu……............ 8 2. Perilaku Kekerasan a. Pengertian…………………………………………….. 10 b. Bentuk Kekerasan Pada Anak………………………. 11 c. Penyebab Terjadinya Kekerasan Pada Anak…………..12 d. Faktor Resiko Kekerasan Pada Anak………………….13 e. Dampak Kekerasan Pada Anak Usia Sekolah…………14 3. Anak Usia Sekolah………………………………………... a. Pengertian Anak Usia Sekolah………………………... 15 b. Perkembangan Usia Sekolah………………………….. 16 B. Alur Pikir……………………………….......................................... 17 C. Definisi Operasional…………………………….…………………18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………….. A. Desain Penelitian.............................................................................. 22 B. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 22 C. Populasi dan Sampel........................................................................ 22 D. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 23 E. Teknik Pengolahan Data…............................................................. 24 F. Analisa Data………...…………………………………………….. 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian…………………………………………………….. 26 B. Pembahasan………………………………………………………... 35 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………… 48 B. Saran………………………………………………………………. 48 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL Tabel 2.1 : Definisi Operasional Gambaran Kekerasan Pada Anak Usia Sekolah Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan kekerasan Fisik Di SD Negeri 07 Ikur Koto Tahun 2015 Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Bentuk Kekerasan Fisik Di SD Negeri 07 Ikur Koto Tahun 2015 Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan kekerasan Emosional Di SD Negeri 07 Ikur Koto Tahun 2015 Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Bentuk Kekerasan Emosional Di SD Negeri 07 Ikur Koto Tahun 2015 Tabel 4.5 Seksual : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan kekerasan Di SD Negeri 07 Ikur Koto Tahun 2015 Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Bentuk Perilaku Kekerasan Seksual Di SD Negeri 07 Ikur Koto Tahun 2015 Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan Pengabaian Di SD Negeri 07 Ikur Koto Tahun 2015 Tabel 4.8 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pelaku Kekerasan Fisik Di SD Negeri 07 Ikur Koto Tahun 2015 Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pelaku Kekerasan Emosional Di SD Negeri 07 Ikur Koto Tahun 2015 Tabel 4.10 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pelaku Kekerasan Seksual Di SD Negeri 07 Ikur KotoTahun 2015 DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Alur Pikir Penelitian...................................................... 18 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A : Jadwal kegiatan penelitian Lampiran B : Kisi-kisi Kuisioner Lampiran C : Permohonan calon responden Lampiran D : Format persetujuan responden Lampiran E : Kuesioner penelitian Lampiran F : Master Tabel Lampiran G : Output Pengolahan SPSS Lampiran H : Populasi Penelitian Lampiran I : Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran J : Surat Izin Penelitian Dinas Pendidikan Kota Padang Lampiran K : Lembar Konsultasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Perlindungan Anak (UU No.23 Th 2002 ), anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih ada dalam kandungan.1 Dunia anak-anak berbeda dengan dunia orang dewasa. Peran keluarga sangat besar pada masa pertumbuhan awal. Pada masa ini, hampir setiap perilaku dan kebiasaan dalam keluarga menjadi pusat perhatian anak. Namun, seringkali anak menerima perlakuan yang tidak baik. Seperti perilaku kekerasan yang diterima anak baik dari keluarga, tempat pendidikan, ataupun teman sebaya.1 Kekerasan pada anak adalah segala perlakuan pada anak yang mengancam kesejahteraan anak baik fisik, psikologis, maupun sosial . Kekerasan terhadap anak bersifat universal – begitu umum dan tertanam dalam diri masyarakat dan seringkali tak terlihat dan diterima sebagai norma – menurut data baru yang belum pernah terjadi sebelumnya yang disajikan oleh PBB pada hari Kamis (4/9). Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk anak-anak, UNICEF, merilis laporan mengenai kekerasan yang terjadi terhadap anak-anak di dunia. Data yang diambil dari 190 negara menunjukkan anak-anak menjadi korban kekerasan fisik (21,9%), seksual, dan emosional. Secara umum, enam dari sepuluh anak telah mengalami kekerasan. 2 Laporan ini menemukan bahwa sekitar dua pertiga dari anak-anak di seluruh dunia antara usia 2 dan 14 (hampir 1 miliar) mengalami hukuman fisik oleh pengasuh mereka secara teratur. Namun, hanya sekitar sepertiga dari orang dewasa di seluruh dunia percaya bahwa hukuman fisik semacam ini diperlukan untuk benar menaikkan atau mendidik anak. Susan Bissell, Kepala Perlindungan Anak di UNICEF mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa data penting menunjukkan jika ada satu aspek umum dari masyarakat manusia sekarang, itu adalah kenyataan bahwa kekerasan yang luar biasa dilakukan terhadap anak-anak.2 Meskipun UU RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah ditetapkan dan diundangkan, sebagaimana diatur dalam Pasal 4 UndangUndang Perlindungan Anak bahwa : “ Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”, tetapi kekerasan pada anak masih terus terjadi.1 Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima sebanyak 642 laporan kekerasan terhadap anak sejak Januari hingga April 2014. Untuk kasus kekerasan fisik sebanyak 142 kasus, kekerasan emosional sebanyak 41 kasus dan kekerasan seksual 459.3 Selain itu juga terjadi penelantaran atau pengabaian yang dilakukan orang tua kepada anak. Komnas Perlindungan Anak mencatat ada sekitar 2.5 juta anak yang tidak menamatkan pendidikan dasar 9 tahun dengan berbagai alasan. 50 juta bayi memulai hidup mereka tanpa identitas legal yang akan mengakibatkan mereka akan menghadapi diskriminasi pelayanan pendidikan.4 Fenomena perlakuan salah dan tidak wajar adalah permasalahan yang dihadapi anak-anak, yang terjadi di lingkungan keluarga, komunitas, sekolah, maupun tempat bermain. Kekerasan pada anak menjadi salah satu ancaman paling nyata di dunia anak, pelaku adalah orang yang dikenal baik anak. Usia korban berusia 6-15 tahun. Sebanyak 50 % korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).5 Banyak cara yang diterapkan orang tua dalam mendidik anak. Ada yang mengutamakan kasih sayang, komunikasi yang baik dan pendekatan yang lebih bersifat afektif. Ada pula yang menggunakan kekerasan sebagai salah satu metode dalam menerapkan kepatuhan dan pendisiplinan anak, kekerasan baik fisik maupun psikis. Hasil penelitian KPAI ternyata sebanyak 17 % kekerasan terhadap anak juga terjadi disekolah. 6 Berdasarkan Komnas Perlindungan Anak tahun 2012, jumlah pelaku kekerasan tertinggi dilakukan oleh ayah tiri. Kekerasan fisik yang dilakukan oleh ayah tiri sebanyak 91 kasus, kekerasan seksual 129 kasus dan kekerasan emosional 6 kasus. Sementara kekerasan fisik yang dilakukan ayah kandung 86 kasus, 17 kasus kekerasan seksual, dan kekerasan emosional 20 kasus. Selain itu , jumlah kekerasan yang dilakukan ibu kandung ada 32 kasus.7 Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Limpapeh Rumah Nan Gadang Sumbar, Nevi Irwan Prayitno mengatakan meningkatnya angka kekerasan terhadap anak. Pada tahun 2013 terdapat 13 kasus kekerasan terhadap anak, kondisi terakhir Oktober 2014 tercatat 7 kasus kekerasan terhdap anak. Kondisinya semakin memprihatinkan, namun yang terungkap kepermukaan sangat sedikit, ibarat gunung es.8 Kota Padang merupakan daerah yang banyak memunculkan kekerasan dengan jumlah kasus 50 kasus. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Armalis,IS pada tahun 2012 terdapat 45 orang (54,9%) mengalami kekerasan fisik, 56 orang (68,3%) mengalami kekerasan emosional.9 Penyebab kekerasan pada anak dipengaruhi beberapa faktor, yaitu pengaruh keluarga, pengaruh ekonomi, maupun pengaruh genetika dan faktor lingkungan termasuk sekolah. Kekerasan dalam keluarga terjadi disebabkan peran orang tua yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pandangan yang keliru tentang posisi anak dimana anak sering dianggap tidak tahu apa-apa, sehingga anak harus menurut dengan kemauan orang dewasa didalam rumahnya. Tekanan ekonomi dalam rumah tangga juga kerap kali menimbulkan kekerasan terhadap anak.10 Data dari Dinas Pendidikan Kota Padang tahun 2015, terdapat satu kecamatan yang memiliki jumlah siswa Sekolah Dasar terbanyak, yaitu Kec.Koto Tangah sebanyak 16.780 siswa. Data pasti tentang perilaku kekerasan pada anak usia sekolah tidak ada, sehingga penulis memilih salah satu Sekolah Dasar yang ada di Kec.Koto Tangah dengan lokasi berada di pinggiran kota yang mayoritas orang tua dengan pendidikan rendah dan masih menjadikan kekerasan sebagai hukuman untuk mendidik anak.11 Studi awal yang penulis lakukan di SD Negeri 07 Ikur Koto, didapatkan bahwa 3 dari 6 anak yang penulis wawancarai mengatakan pernah mengalami kekerasan berupa dihardik, dicubit, dimarahi, dipukul oleh keluarganya, teman, ataupun guru. Selanjutnya, dari 6 anak yang diwawacarai terdapat 3 anak yang pernah tinggal kelas. Pendidikan dari orang tua masing-masing anak pun tergolong rendah dan semua anak mengatakan bahwa orangtua mereka masih menggunakan kekerasan sebagai hukuman untuk mendidik anak. Berdasarkan latar belakang, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Gambaran Perilaku Kekerasan Pada Anak Usia Sekolah di SD Negeri 07 Ikur Koto Kec. Koto Tangah tahun 2015. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian adalah bagaimana gambaran perilaku kekerasan pada anak usia sekolah di SD Negeri 07 Ikur Koto Kec. Koto Tangah tahun 2015 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran perilaku kekerasan pada anak usia sekolah di SD Negeri 07 Ikur Koto Kec. Koto Tangah tahun 2015 2. Tujuan Khusus a. Diketahui distribusi frekuensi perilaku kekerasan fisik yang dialami anak di SD Negeri 07 Ikur Koto Kec. Koto Tangah tahun 2015 b. Diketahui distribusi frekuensi perilaku kekerasan emosional yang dialami anak di SD Negeri 07 Ikur Koto Kec. Koto Tangah tahun 2015 c. Diketahui distribusi frekuensi perilaku kekerasan seksual yang dialami anak di SD Negeri 07 Ikur Koto Kec. Koto Tangah tahun 2015 d. Diketahui distribusi frekuensi perilaku kekerasan pengabaian yang dialami anak di SD Negeri 07 Ikur Koto Kec. Koto Tangah tahun 2015 e. Diketahui distribusi frekuensi pelaku kekerasan pada anak di SD Negeri 07 Ikur Koto Kec. Koto Tangah tahun 2015 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Kegiatan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian khususnya tentang gambaran perilaku kekerasan pada anak usia sekolah di SD Negeri 07 Ikur Koto Kec. Koto Tangah. 2. Bagi Instansi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baru dan diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan dan peniliti selanjutnya. 3. Bagi Instansi Tempat Penelitian Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru di di sekolah untuk melakukan tindakan dan mencegah tindakan perilaku kekerasan anak usia sekolah. E. Ruang Lingkup Perilaku kekerasan akan berdampak luas bagi anak, baik fisik, psikologis dan sosial. Peneliti hanya meneliti gambaran perilaku kekerasan yang meliputi distribusi frekuensi anak yang mendapat perlakuan kekerasan, bentuk perilaku kekerasan yang dialami seperti kekerasan fisik, emosional dan pengabaian dan pelaku kekerasan pada anak, seperti orangtua, guru, anggota keluarga, teman. Populasi adalah seluruh siswa SD Negeri 07 Ikur Koto Kec.Koto Tangah tahun 2015. Desain penelitian adalah deskriptif, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan analisis data dengan distribusi frekuensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kekerasan Pada Anak Usia Sekolah 1. Konsep Perilaku a. Pengertian Perilaku James P.Chaplin (2006) mengatakan bahwa, perilaku adalah kumpulan dari reaksi, perbuatan, aktivitas, gabungan, gerakan, tanggapan dari jawaban yang dilakukan seseorang, seperti proses berpikir, bekerja, hubungan seks dan sebagainya. Pavlov (dalam Wordworth dan Marquis, 1971) mengatakan bahwa, perilaku adalah keseluruhan atau totalitas kegiatan akibat belajar dari pengalaman sebelumnya dan dipelajari melalui proses penguatan dan pengkondisian.12 Soekidjo Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku adalah totalitas dari penghayatan dan aktivitas yang memengaruhi proses perhatian, pengamatan, pikiran, daya ingat, dan fantasi seseorang. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah totalitas dari penghayatan dan reaksi yang langsung terlihat (overt behavior) atau yang tak tampak (covert behavior).12 b. Penyebab Seseorang Berperilaku Tertentu Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya empat alasan pokok, 13yaitu : 1) Pengetahuan 2) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas setelah memperoleh pengalaman, tangan atau kakinya kena api. 3) Kepercayaan Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. 4) Sikap Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain. 5) Nilai Di dalam suatu masyarakat apa pun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat. Perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku manusia terjadi melalui proses, yaitu respons.14 2. Perilaku Kekerasan a. Pengertian Kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/ trauma, kerugian psikologis, kelainan perkembangan, dan bahkan kematian. Perilaku kekerasan adalah menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai atau merusak secara social.15 Kekerasan terhadap anak adalah suatu tindakan yang membuat orang lain disakiti, tindakan secara fisik mental seksual, baik disengaja maupun tidak oleh orang lain, keluarga, orangtua pendidik. Jadi, kekerasan terhadap anak adalah semua bentuk perlakuan salah secara fisik atau emosional, penganiayaan seksual, penelantaran atau eksploitasi secara komersial atau lainnya yang mengakibatkan gangguan nyata ataupun potensial terhadap perkembangan, kesehatan, dan kelangsungan hidup anak ataupun terhadap martabatnya dalam konteks hubungan yang bertanggung jawab, kepercayaan atau kekuasaan.10 Batas-batas kekerasan menurut Undang-undang Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002 ini, tindakan yang bisa melukai secara fisik maupun psikis yang berakibat lama, dimana akan menyebabkan trauma pada anak kecacatan fisik akibat dari perlakuan itu.6 b. Bentuk Kekerasan Pada Anak Kebanyakan orang berpikir bahwa kekerasan pada anak hanya meliputi kekerasan fisik dan kekerasan seksual. Padahal ada beberapa macam tindakan kekerasan yang lain, yaitu emosional dan diabaikan. Pengertian dari berbagai tindakan kekerasan tersebut menurut Depkes RI (2007) 10 dan Zainal (2008) 1 adalah sebagai berikut : 1) Kekerasan secara fisik (physical abuse) Kekerasan secara fisik adalah ketika anak mengalami pukulan, tamparan, gigitan, pembakaran, atau kekerasan fisik lainnya.Seperti bentuk kekerasan lainnya, kekerasan secara fisik berlangsung dalam waktu yang lama. Secara sengaja dan paksa dilakukan terhadap bagian tubuh anak yang bisa menghasilkan ataupun tidak menghasilkan luka fisik pada anak.10 Jenis ini seringkali terjadi atas nama disiplin.1 Kekerasan pada hukuman fisik terhadap anak-anak menurut Hukum Islam adalah apabila memukul anak yang melalaikan sholat atau melanggar peraturan disiplin, menimbulkan bekas atau melampaui batas kepatutan. Hukuman fisik berupa pukulan ringan yang tidak berbekas dan tidak di tempat yang sensitif, bukan merupakan kekerasan.16 2) Kekerasan secara seksual (sexual abuse) Ketika anak diikutsertakan dalam situasi seksual dengan orang dewasa atau anak yang lebih tua. Hal yang termasuk disini adalah penyalahgunaan anak untuk pornografi, pelacuran, diperkosa, disodomi, diraba-raba pahanya, diraba-raba alat kelaminnya, dipakasa melakukan oral sex, dipaksa bekerja diwarung reman-remang atau bentuk eksploitasi seksual lainnya.10 3) Kekerasan secara emosional (emotional abuse) Meliputi serangan terhadap perasaan dan harga diri anak.Ketika anak secara teratur diancam, diteriaki, dipermalukan, diabaikan, disalahkan atau salah penanganan secara emosional lainnya, seperti membuat anak menjadi lucu, memanggil namanya dan selalu dicari-cari kesalahannya adalah bentuk kekerasan emosional. Perlakuan kejadian ini juga sering luput dari perhatian, padahal kejadian ini bisa sangat sering karena biasanya terkait pada ketidakmampuan atau kurang efektifnya orangtua, guru, orang dewasa dalam menghadapi anak.1 4) Penelantaran anak (neglect) Penelantaran anak adalah kegagalan dalam menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya, seperti : kesehatan, pendidikan, perkembangan emosional, nutrisi, rumah atau tempat bernaung, dan keadaan.(10) Terjadi jika orangtua/wali/pengasuh/orang dewasa tidak menyediakan kebutuhan mendasar bagi anak untuk dapat berkembang normal secara emosional, psikologis, dan fisik.1 c. Penyebab Terjadinya Kekerasan Pada Anak Adapun penyebab kekerasan pada anak menurut Zainal (2008)1, antara lain : 1) Relasi yang tidak seimbang 2) Seksualitas perempuan 3) Kultur : “ anak adalah masa depan” Doktrin privasi (Doctrine of privacy) 5) Pola penyelesaian konflik 6) Ketidakpedulian pemerintah d. 4) Faktor Resiko Kekerasan Pada Anak Faktor resiko terjadinya kekerasan terhadap anak menurut Depkes RI (2007)10dan Zainal (2008)1meliputi : 1) Faktor anak Anak dengan gangguan tumbuh kembang akan rentan terhadap resiko kekerasan, antara lain bisa terjadi pada : a) Bayi premature dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan gangguan perkembangan. b) Cacat fisik c) Gangguan perilaku atau gangguan mental emosional 2) Faktor orang tua atau situasi keluarga a) Riwayat orang tua dengan kekerasan fisik atau seksual pada masa kecil b) Riwayat stress berkepanjangan, depresi dan masalah kesehatan mental lainnya c) Kekerasan dalam rumah tangga d) Pola asuh yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak e) Orang tua tunggal f) Perekenomian keluarga yang rendah10 3) Faktor masyarakat / sosial a) Kemiskinan b) Tingkat pengangguran yang tinggi c) Tingkat kriminalitas yang tinggi d) Dukungan masyarakat yang rendah e) Pengaruh pergeseran budaya f) Layanan sosial yang rendah g) Pengaruh negative media massa h) Kebiasaan di masyarakat memberikan hukuman fisik bagi anak 10 4) Faktor kekerasan terhadap anak disekolah a) Guru yang punya sifat menghukum b) Hubungan antara guru dan siswa kurang baik c) Terlalu banyak siswa dalam satu kelas d) ada kebijakan sekolah yang memperbolehkan penghukuman badan (1) e. Dampak Kekerasan Pada Anak Tindakan kekerasan yang dialami anak-anak sesungguhnya adalah perlakuan yang senantiasa menjadi mimpi buruk yang tak pernah hilang dari benak anak yang menjadi korban.Kekerasan juga terbukti memiliki dampak jangka panjang karena cenderung tersimpan dalam ingatan dan ditekan dalam dunia bawah sadar, namun mewarnai kehidupan anak seterusnya. Beberapa contoh dampaknya adalah sebagai berikut1 : 1) Harga diri negative dan anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri 2) Prestasi cenderung tidak tinggi 3) Gangguan perilaku : ada yang externalizing (agresif, pemarah, berontak, dan sebagainya), namun tak kurang pula yang internalizing (depresi, pendiam, menutup diri) 4) Gangguan penyesuaian diri dan umumnya kurang mampu mengemangkan hubungan yang baik dengan pihak otoritas 5) Bersikap positif terhadap kekerasan dan menganggap kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah yang baik untuk dilakukan 6) Cenderung menjadi pelaku kekerasan di kemudian hari 7) Khusus untuk kekerasan seksual : selain beberapa dampak di atas , kemungkinan juga terjadi gangguan hubungan lawan jenis dan lebih cenderung mengalami gangguan perilaku internalizing.1 3. Anak Usia Sekolah a. Pengertian Anak Usia Sekolah Anak adalah manusia yang baru tumbuh dan berkembang yang memerlukan kasih sayang, baik di sekolah, rumah, maupun di mana saja.1 UU No. 23 Th 2002 mengatakan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih ada dalam kandungan.1 Anak SD adalah suatu masa di mana anak berada dalam rentang usia antara 6-7 tahun. Menurut Nasution seperti dikutip Djamarah (2011 :123) masa usia anak SD (sekolah dasar) sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 tahun hingga kira-kira 11 atau 12 tahun. Disebut masa sekolah karena anak sudah menamatkan TK (taman kanak-kanak) sebagai lembaga persiapan bersekolah yang sebenarnya.14 Menurut UU No.4 Th 1979 tentang kesejahteraan anak dikutip dari Suprajitno (2004), anak sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12 tahun yang masih duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya. Anak usia sekolah adalah anak dengan usia 7 sampai 15 tahun (termasuk anak cacat) yang menjadi sasaran program wajib belajar pendidikan 9 tahun. b. Perkembangan Usia Sekolah 1) Perkembangan biologis Pada usia inipembentukan jaringan lemak lebih cepat perkembangannya daripada otot. 2) Perkembangan psikososial Dalam tahap ini anak mampu melakukan dan menguasai keterampilan yang bersifat teknologi dan sosial. Tahap ini sangat dipegang faktor instrinsik (motivasi, kemampuan, interaksi dengan lingkungan dan teman sebaya) dan faktor ekstrinsik ( penghargaan yang didapat, stimulus dan keterlibatan orang lain). 3) Temperamen Pada usia ini temperamen sering muncul sehingga peran orang tua dan guru sangat besar untuk mengendalikannya, yang perlu diperhatikan orang tua adalah menjadi figur dalam sehari. 4) Perkembangan konsep diri Perkembangan konsep diri sangat dipengaruhi oleh mutu hubungan dengan orang tua, saudara dan sanak keluarga lainnya. Saat ini anakanak membentuk konsep diri yang ideal14 B. Alur Pikir Tumbuh kembang anak dengan perilaku orang tua dan lingkungan yang salah, dapat menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak. Tindakan kekerasan yang sering dialami oleh anak usia sekolah telah menunjukkan adanya pergeseran nilai dalam masyarakat. Bentuk tindakan kekerasan yang dialami oleh anak usia sekolah berupa bentuk tindakan kekerasan fisik (dicubit, dipukuli, ditendang), kekerasan emosional (mengancam, menakutnakuti, mengejek, mendiskriminasi), kekerasan seksual dan penelantaran anak (kurangnya perhatian, penolakan, kegagalan memberikan perawatan psikologis).1 Penyebab kekerasan pada anak terjadi karena relasi yang tidak seimbang, seksualitas perempuan, budaya, pola penyelsaian konflik, ketidakpedulian pemerintah, selain itu terdapat tiga faktor resiko terjadinya kekerasan pada anak yaitu faktor anak, faktor orang tua, faktor masyarakat. Kekerasan pada anak sangat berdampak pada tumbuh kembang anak, prestasi anak yang cenderung tidak tinggi, gangguan perilaku dan lain-lain.10 Bagan 2.1. Kerangka Alur Pikir Penelitian Input Proses Pertumbuhan dan perkembangan anak dengan perilaku orang tua dan lingkungan yang salah : Anak Usia Sekolah - - - Anak mendapat perlakuan kekerasan fisik Anak mendapat perlakuan kekerasan emosional Anak mendapat perlakuan kekerasan seksual Anak ditelantarkan/ dibaikan Output 1. Anak depresi 2. Anak rendah diri 3. Anak mengalami gangguan jiwa 4. Anak melakukan tindakan kekerasan 5. Prestasi anak cenderung tidak tinggi C. Definisi Operasional Tabel 2.1. Gambaran Kekerasan Pada Anak Usia Sekolah No . 1. Variabel Definisi Operasional Bentuk dari suatu tindakan yang dialami oleh anak yang dapat menyebabkan cedara fisik seperti ditampar, dipukul, diikat, tidak diberi makan, diancam dengan benda tajam, dicekik, tubuh dibenturkan, Alat Ukur Kuesion er Cara Ukur Skala Ukur Wawancara Nominal Hasil Ukur 2. Perilaku Bentuk dari suatu kekerasan tindakan yang Emosional dialami oleh anakseperti diusir dari rumah, dihina, dihardik, ditipu, diancam dengan kata-kata kasar, dipermalukan, dilecehkan. Kuesion er Wawancara Nominal 1. diancam 2. dihina 3. dihardik 4.ditipu 5.dipermal ukan 6.disalahka n 7. disumpahi 8. dikatakatai 3. Perilaku kekerasan Seksual Kuesion er Wawancara Nominal 1.dibelai 2.dipeluk 3.diraba 4.disodomi 5.dicium 6.diperkosa 7.dipaksa melihat kegiatan seksual 8.dipaksa menonton Perilaku kekerasan fisik Bentuk dari suatu tindakan yang dialami oleh anak seperti anggota tubuh dibelai secara paksa, dipeluk, disodomi, dicium, diraba-raba pahanya 1. ditampar 2. dipukul 3. diikat 4. dicubit 5. diancam 6. dicekik 7.Dibentur kan 8. disiram 9.dikurun 10.disumpa l film porno 4. Perilaku pengabaia n Bentuk pengabaian yang dialami oleh anak seperti tidak diberi makanan bergizi, tidak diberi tempat tinggal yang memadai, tidak mendapatkan pakaian, tidak mendapat pendidikan Kuesion er Wawancara Nominal 1.diberi makanan 2.tempat tinggal 3.pakaian layak 4.keb.sekol ah 5.perawata n gigi 6.berobat 7.perlengka pan mandi 5. Pelaku Tindakan Kekerasan Orang yang melakukan kekerasan pada anak Kuesion er Wawancara Nominal Pelaku kekerasan pada anak : 1.orang tua 2.anggota keluarga 3.saudara 3.guru 4.teman BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penilitian deskriptif adalah penilitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk melihat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. 17 B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di SD N 07 Ikur Koto. Waktu penelitian mulai bulan Januari sampai dengan Mei 2015. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.17 Populasi dalam penelitian ini adalah semua murid SD kelas 3, 4 dan 5 di SD N 07 Ikur Koto, berjumlah 75 orang. Kelas 1, 2 dan 6 tidak dijadikan populasi karena peneliti tidak mendapatkan izin dari sekolah dengan alasan kelas 1 dan 2 dianggap belum terlalu bisa memahami maksud dari pertanyaan yang ada di kuesioner peneliti, sementara kelas 6 dipersiapkan untuk mengikuti ujian akhir sekolah. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang di teliti.17 Oleh karena populasi sedikit, maka semua populasi dijadikan sebagai subjek penelitian dengan kriteria sebagai berikut : 1) Kriteria inklusi, yaitu siswa/siswi yang bersedia menjadi responden 2) Kriteria eksklusi, yaitu siswa/siswi yang tidak hadir atau sakit saat dilakukan penelitian Berdasarkan kriteria semua siswa/siswi yang terpilih menjadi sampel memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada yang terekslusi. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data a. Data Primer Data primer pada penelitian ini bersumber dari responden yang menjadi sampel penelitian dengan cara wawancara meggunakan kuesioner, yaitu data tentang perilaku kekerasan fisik, perilaku kekerasan emosional, perilaku kekerasan seksual, perilaku pengabaian dan pelaku kekerasan. b. Data Sekunder Data sekunder pada penelitian ini didapat dari sekolah yang bersangkutan, meliputi jumlah murid, pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua. 2. Langkah Pengumpulan Data a. Peneliti mengurus surat izin penelitian ke kampus. b. Peneliti mengurus surat izin penelitian ke Dinas Pendidikan Kota Padang. c. Peneliti meminta izin ke pihak sekolah untuk melakukan penelitian. d. Peneliti meminta izin penelitian kepada tiap-tiap wali kelas (kelas 3, 4 dan 5) di SD Negeri 07 Ikur Koto. e. Sebelum melakukan wawancara (penelitian), peneliti menemui responden yang terpilih, kemudian peneliti berkenalan dengan responden. f. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian g. Peneliti meminta inform consent dari responden h. Peneliti menanyakan semua pertanyaan yang ada di kuesioner kepada responden. 3. Instrument Penelitian Instrument yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui gambaran perilaku kekerasan pada anak usia sekolah. E. Teknik Pengolahan Data Menurut Notoadmodjo (2012) teknik pengolahan data terdiri dari 17 : 1. Penyuntingan data Kegiatan ini untuk merelevansi jawaban. Semua jawaban responden yang diwawancarai lengkap, relevan dan jelas. 2. Pengkodean Data (coding) Memberikan kode pada setiap informasi yang sudah terkumpul pada setiap pertanyaan dalam kuesioner untuk memudahkan dalam pengolahan data.17 Pengkodean dilakukan terhadap semua hasil ukur dari variabel yang diteliti. 1) Perilaku kekerasan fisik, jawaban ya diberi kode (1) dan jawaban tidak diberi kode (0). 2) Perilaku kekerasan emosional, jawaban ya diberi kode (1) dan jawaban tidak diberi kode (0). 3) Perilaku kekerasan seksual, jawaban ya diberi kode (1) dan jawaban tidak diberi kode (0). 4) Perilaku pengabaian, jawaban ya diberi kode (0) dan jawaban tidak diberi kode (1). 5) Pelaku kekerasan a) Perilaku kekerasan fisik : ibu (1), ayah (2), saudara(3), anggota keluarga lain (4), teman (5), guru (6). b) Perilaku kekerasan emosional : ibu (1), ayah (2), saudara(3), anggota keluarga lain (4), teman (5), guru (6). c) Perilaku kekerasan seksual : teman laki-laki (1), teman perempuan (2), saudara (3), anggota keluarga lain (4), orang lain (5), guru (6). d) Perilaku pengabaian : orang tua (1), saudara (2), anggota keluarga lain (3). 3. Memproses Data (entry) Data yang telah diberi kode pada kuesioner, dimasukkan kedalam master tabel untk diproses secara komputerisasi.17 4. Pembersihan Data (cleaning)\ Data yang telah dimasukkan kedalam master tabel setelah diperiksa tidak didapatkan data yang tertinggal, artinya semua data valid. F. Analisa Data Analisa data dilakukan secara univariat, yaitu menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel, seperti distribusi frekuensi anak yang mendapat perlakuan kekerasan, distribusi frekuensi bentuk perilaku kekerasan fisik, distribusi frekuensi bentuk perilaku kekerasan emosional, distribusi frekuensi bentuk perilaku kekerasan penelantaran / diabaikan. Presentasi untuk setiap sub variable yang dinilai secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : P= f x 100 % N Keterangan : P = presentase responden berdasarkan kategori variable f = frekuensi responden berdasarkan kategori variable N = Jumlah semua responden penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil Penelitian tentang “Gambaran Perilaku Kekerasan Pada Anak Usia Sekolah Di SD Negeri 07 Ikur Koto Kec.Koto Tangah Padang Tahun 2015” meliputi perilaku kekerasan fisik, perilaku kekerasan emosional, perilaku kekerasan seksual dan perilaku pengabaian akan di dapaparkan sebagai berikut : 1. Perilaku Kekerasan Fisik a. Tindakan Kekerasan Fisik Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan kekerasan Fisik Di SD Negeri 07 Ikur Koto Tahun 2015 Tindakan Kekerasan Fisik f Persentase(%) Pernah 74 98,7 Tidak Pernah 1 1,3 75 100 Jumlah Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hampir seluruh (98,7%) siswa SD Negeri 07 Ikur Koto mengalami tindakan kekerasan fisik. b. Bentuk Perilaku Kekerasan Fisik Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Bentuk Kekerasan Fisik Di SD Negeri 07 Ikur Koto Tahun 2015 Jenis Ya Tidak Total Kekerasan f (%) f (%) f (%) Fisik Ditampar 53 70,7 75 100 22 29,3 Dipukul 58 77,3 17 22,7 75 100 Diikat 3 4,0 72 96,0 75 100 Dicubit 72 96,0 3 4,0 75 100 Diancam Benda Tajam Dicekik 1 1,3 74 98,7 75 100 4 5,3 71 94,7 75 100 Dibenturkan 18 24,0 57 76,0 75 100 Disiram 26 34,7 49 65,3 75 100 Dikurung 31 41,3 44 58,7 75 100 Disumpal 2 2,7 73 97,3 75 100 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 75 siswa yang diteliti didapatkan kekerasan fisik yang dialami siswa tertinggi adalah kekerasan fisik berupa dicubit yaitu sebanyak 72 siswa (96,0%) dan dipukul yaitu sebanyak 58 siswa (77,3%). 2. Perilaku Kekerasan Emosional a. Tindakan Kekerasan Emosional Table 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan kekerasan Emosional Di SD Negeri 07 Ikur Koto Tahun 2015 Tindakan Kekerasan Emosional f Persentase(%) Pernah 71 94,7 Tidak Pernah 4 5,3 75 100 Jumlah Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hampir seluruh (94,7%) siswa/siswi di SD Negeri 07 Ikur Koto mengalami tindakan kekerasan emosional. b. Bentuk Kekerasan Emosional Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Bentuk Kekerasan Emosional Di SD Negeri 07 Ikur Koto Tahun 2015 Jenis Ya Tidak Total Kekerasan Emosional f (%) f (%) f (%) Diancam kata-kata kasar Dihina 31 41,3 44 58,7 75 100 47 62,7 28 37,3 75 100 Dihardik 59 78,7 16 21,3 75 100 Ditipu 21 28,0 54 72,0 75 100 Dipermalukan 21 28,0 54 72,0 75 100 Disalahkan tanpa sebab Disumpahi 38 50,7 37 49,3 75 100 40 53,3 35 46,7 75 100 Dikata-katai 44 58,7 31 41,3 75 100 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 75 siswa yang diteliti didapatkan kekerasan emosional yang dialami siswa tertinggi adalah kekerasan emosional berupa dihardik yaitu sebanyak 59 siswa (78,7%) dan dihina yaitu sebanyak 47 siswa (62,7%). 3. Perilaku Kekerasan Seksual a. Tindakan Kekerasan Seksual Table 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan kekerasan Seksual Di SD Negeri 07 Ikur Koto Tahun 2015 Tindakan Kekerasan Seksual f Persentase(%) Pernah 35 46,7 Tidak Pernah 40 53,3 75 100 Jumlah Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa 35 (46,7%) siswa/siswi di SD Negeri 07 Ikur Koto mengalami tindakan kekerasan seksual. b. Bentuk Kekerasan Seksual Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Bentuk Kekerasan Seksual Di SD Negeri 07 Ikur Koto Tahun 2015 Jenis Ya Tidak Total Kekerasan Fisik f (%) f (%) f (%) Dibelai 14 18,7 61 81,3 75 100 Dipeluk 9,3 10,7 68 90,7 75 100 Diraba 7 8 67 89,3 75 100 Disodomi 0 0 75 100 75 100 Dicium 16 21,3 59 78,7 75 100 Diperkosa 0 0 75 100 75 100 Dipaksa melihat kegiatan seksual Dipaksa menonton film porno 0 0 75 100 75 100 10 13,3 65 86,7 75 100 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 75 siswa yang diteliti didapatkan kekerasan seksual yang dialami siswa tertinggi adalah kekerasan seksual berupa dicium secara paksa yaitu sebanyak 16 siswa (21,3%)dan dibelai secara paksa yaitu sebanyak 14 siswa (18,7%). 4. Perilaku Pengabaian a. Tindakan Pengabaian Table 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan Pengabaian Di SD Negeri 07 Ikur Koto Tahun 2015 Tindakan Diabaikan f Persentase(%) Pernah 0 0 Tidak Pernah 75 100 75 100 Jumlah Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tidak ada siswa/siswi yang mengalami pengabaian di SD Negeri 07 Ikur Koto. 5. Pelaku Tindakan Kekerasan a. Pelaku Tindakan Kekerasan Fisik Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Bentuk dan Pelaku Kekerasan Fisik Di SD Negeri 07 Ikur Koto Tahun 2015 Bentuk Frekuensi Pelaku Kekerasan Fisik Perilaku Kekerasan Ibu Ayah Saudara Keluar teman Guru Fisik kandung ga f % f % f % f % f % f % Ditampar 10 13,3 4 5,3 3 4,0 1 1,3 2 2,7 2 2,7 Dipukul 34 45,3 7 9,3 10 13,3 1 1,3 6 8,0 0 0 Diikat 2 2,7 0 0 1 1,3 0 0 0 0 0 0 Dicubit 41 54,7 4 5,3 10 13,3 1 1,3 7 9,3 9 12,0 Diancam Benda Tajam Dicekik 1 1,3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1,3 0 0 0 0 0 0 2 2,7 1 1,3 Dibenturkan 3 4,0 0 0 0 0 0 0 13 17,3 2 2,7 Disiram 10 13,3 4 5,3 5 6,7 2 2,7 5 6,7 0 0 Dikurung 21 28,0 5 6,7 5 6,7 0 0 0 0 0 0 Disumpal 1 1,3 0 0 0 0 1 1,3 0 0 0 0 Berdasarkan tabel di atas di dapatkan bahwa kekerasan fisik paling banyak dilakukan oleh ibu dan teman.Selanjutnya, guru yang seharusnya menjadi role model pembelajaran bagi siswa/siswi masih ada yang melakukan perilaku kekerasan. b. Pelaku Tindakan Kekerasan Emosional Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Bentuk dan Pelaku Kekerasan Emosional Di SD Negeri 07 Ikur Koto Tahun 2015 Bentuk Frekuensi Pelaku Kekerasan Emosional Perilaku Kekerasan Ibu Ayah Saudara Keluar Teman Guru Emosional ga f % f % f % f % f % f % Diancam katakata kasar Dihina 12 16 4 5,3 4 5,3 0 0 11 14,7 0 0 2 2,7 2 2,7 0 0 0 0 43 57,3 0 0 Dihardik 34 45,3 11 14,7 4 5,3 3 4 4 5,3 3 4 Ditipu 3 4 0 0 1 1,3 0 0 17 22,7 0 0 Dipermalukan 1 1,3 0 0 0 0 1 1,3 19 25,3 0 0 Disalahkan Tanpa Sebab Disumpahi 8 10,7 1 1,3 2 2,7 0 0 26 34,7 1 1,3 2 2,7 0 0 3 4 0 0 35 46,7 0 0 Dikata-katai 10 13,3 4 5,3 5 6,7 2 2,7 5 6,7 0 0 Berdasarkan tabel di atas di dapatkan bahwa kekerasan emosional paling banyak dilakukan oleh ibu dan teman.Selanjutnya, guru yang seharusnya menjadi role model pembelajaran bagi siswa/siswi masih ada yang melakukan perilaku kekerasan. c. Pelaku Tindakan Kekerasan Seksual Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Bentuk dan Pelaku KekerasanSeksual Di SD Negeri 07 Ikur KotoTahun 2015 Bentuk Frekuensi Pelaku Kekerasan Seksual Perilaku Kekerasan Teman Teman Saudara keluarga Seksual laki-laki Perempuan f % f % f % f % Dibelai 11 14,7 3 4 0 0 0 0 Dipeluk 3 4 3 4 0 0 1 1,3 Diraba 4 5,3 4 5,3 0 0 0 0 Disodomi Dicium 0 12 0 16 0 4 0 5,3 0 0 0 0 0 0 0 Diperkosa Dipaksa Melihat Kegiatan Seksual Dipaksa Menonton Film Dewasa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 8 1 1,3 2 0 1 1,3 Berdasarkan tabel di atas di dapatkan bahwa perilaku kekerasan seksual paling banyak dilakukan oleh teman laki-laki. d. Pelaku Tindakan Kekerasan Pengabaian Berdasarkan data yang di dapat tidak ada orang tua, saudara kandung, anggota keluarga lain yang melakukan pengabaian pada siswa/siswi di SD Negeri 07 Ikur Koto. B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian terhadap 75 siswa didapatkan gambaran umum tindakan kekerasan berdasarkan variabel-variabel penelitian sebagai berikut : 1. Perilaku Kekerasan Fisik Berdasarkan hasil penelitian terhadap 75 siswa didapatkan hampir semua siswa/siswi di SD Negeri 07 Ikur Koto (98,7%) mengalami perilaku kekerasan fisik.Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang di lakukan oleh Arnalis (2012) tentang “Gambaran Kekerasan Fisik dan Kekerasan Emosional Terhadap Anak di SD 09 Berok Padang”hasil penilitian didapatkan 54,9% anak usia sekolah mengalami kekerasan fisik. Perilaku kekerasan fisik adalah bentuk dari suatu tindakan yang dialami oleh anak yang dapat menyebabkan cedara fisik seperti ditampar, dipukul, diikat, diancam dengan benda tajam, dicekik, tubuh dibenturkan dan lain-lain.1 Tingginya angka tindakan kekerasan pada anak ini dapat dilihat dari pertanyaan yang dijawab oleh anak tentang tindakan kekerasan fisik didapatkan 96,0% anak pernah dicubit karena kesalahan yang diperbuatnya, dan 77,3 % anak pernah dipukul karena kesalahan yang diperbuatnya. Tindakan kekerasan fisik berupa dicubit merupakan perilaku kekerasan fisik paling tinggi yang di dapat anak.Hasil penilitian ini hampir sama dengan Penelitian yang dilakukan Indraddin (2009) juga menunjukan angka yang tinggi untuk tindakan kekerasan fisik pada anak usia sekolah berupa dicubit yaitu (55,0%).18 Kekerasan pada anak tidak bisa dilepaskan dari psikologis dan kepribadian anak itu sendiri. Perasaan bahwa dirinya lemah, tidak pandai, tidak berguna, tidak diperhatikan, bisa saja membuat seorang anak mencari perhatian dengan cara yang salah dengan bertingkah yang memancing amarah, agresifitas ataupun hukuman. Hal ini bisa disebabkan karena sikap permisif orang tua, yang biasanya berawal dari sikap orang tua yang merasa tidak dapat efektif untuk menghentikan perilaku menyimpang anaknya dengan cara yang lembut. Sikap yang keras dan penuh tuntutan, dalam hal ini muncul hukum aksireaksi, semakin anak dituntut orang tua semakin tinggi keinginan anak untuk memberontak dengan perilaku agresif. Gagal memberikan hukuman yang tepat, sehingga hukuman justru menimbulkan sikap permusuhan anak pada orang tua dan meningkatkan sikap perilaku agresif anak sehingga orang tua cenderung melakukan kekerasan fisik pada anak.19 Akibat dari tindakan fisik ng dialami anak yang menjadi korban bisa berupa: luka memar, luka-luka simetris di wajah, punggung, dan tungkai. Anak yang mengalami tindakan kekerasan sering menunjukan penarikan diri, ketakutan, atau mungkin juga tingkah laku agresif, emosi yang labil.Mereka juga sering menunjukan gejala depresi, jati diri yang rendah, kecemasan, adanya gangguan tidur, menjadi bersifat keras, dan gangguan stress pascatrauma. Anak yang mendapatkan kejadian kekerasan berulang-ulang dapat mengembangkan pola sikap yang sama dimasa dewasanya.1 Upaya peningkatan perlindungan terhadap anak dari perlakuan tindakan kekerasan fisik diharapkan kepada petugas keamanan, sekolah dan kesehatan untuk lebih memperhatikan tindakan kekerasan yang terjadi pada anak. Kepada keluarga untuk lebih menjaga sikap dan tingkah laku yang dilakukan terhadap anak dan juga lebih memperhatikan kesejahteraan anak. Bagi sekolah diharapkan dapat menerapkan pendidikan tanpa kekerasan di sekolah.Kepada tugas kesehatan terutama perawat diharapkan dapat memberikan pendidikan tentang dampak kekerasan terutama kekerasan fisik pada anak yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak kepada orang tua, guru dan semua pihak yang bertanggung jawab terhadap anak.19 2. Perilaku Kekerasan Emosional Berdasarkan hasil penelitian terhadap 75 siswa didapatkan hampir semua (94,7%) siswa/siswi di SD Negeri 07 Ikur Koto mengalami kekerasan emosional.Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang di lakukan oleh Arnalis (2012) tentang “Gambaran Kekerasan Fisik dan Kekerasan Emosional Terhadap Anak di SD 09 Berok Padang” yang juga menunjukan angka tinggi untuk tindakan kekerasan emosional yang dialami anak usia sekolah yaitu (68,3%). Kekerasan emosional adalah tindakan lisan yang disengaja yang menimbulkan konsekuensi emosional yang merugikan, kekerasan emosional ini secara sengaja tindak memberikan bantuan perkembangan berbicara dan tindakan perilaku yang diperlukan untuk perkembangan yang sehat.1 Bahasa dapat menjadi semacam alat kekerasaan, dimana tingkat kerusakan yang ditimbulkan tidak kalah jika dibandingkan dengan senjata tajam atau alat pemukul.19 Tingginya angka tindakan kekerasan pada anak ini dapat dilihat dari pertanyaan yang dijawab oleh anak tentang tindakan kekerasan emosional didapatkan 78,7% anak pernah dihardik, dan disusul dengan bentuk kekerasan paling tinggi berikutnya adalah bentuk kekerasan emosional dihina yaitu sekitar 62,7%.Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Indraddin (2009) yang menunjukan bahawa kurang dari separo anakyang mengalami perilaku kekerasan emosional berupa dihardik yaitu (29,0%).18 Tingginya angka tindakan kekerasan emosional yang dialami anak dapat menyebabkan anak menjadi generasi yang lemah, seperti agresif, apatis, pemarah, susah tidur, bekas luka dari kekerasan ringan ini meskipun tidak terlihat, namun setiap kata bisa meneteskan darah dan luka di dalam hati.1 Dampak lain yang dapat ditimbulkan bila anak mendapatkan perilaku kekerasan emosional yaitu kurangnya rasa percaya diri, kesulitan membina persahabatan, perilaku merusak, menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat dan alcohol, ataupun kecenderungan bunuh diri. Kekerasan emosional tidak hanya dapat menyebabkan luka psikologis pada anak, namun juga dapat mengakibatkan kerusakan pada otak besar anak.19 Upaya peningkatan perlindungan terhadap anak dari perlakuan tindakan kekerasan emosional yang diharapkan kepada petugas atau perawat agar lebih memperhatikan kesejahteraan anak melalui pendekatan terhadap keluarga dan menghindari perselisihan antar anggota keluarga.Hal ini dapat dilakukan dengan memperkuat fungsi keluarga dimana keluarga merupakan tempat utama bagi anakuntuk berbagi masalah dan memecahkan berbagai masalah yang dialami anak.Selain itu peran perawat dapat berupa tindakan preventif seperti pembinaan pendidikan dalam keluarga, pembinaan pendidikan dalam masyarakat dan berupa tindakan kuratif, sehingga kesejahteraan pada anak dapat tercapai. Pendidik dan semua orang yang ada dalam lingkungan terdekat anak seharusnya menyadari bahwa bukan hukum yang mampu menghentikan melakukan tindakan kekerasan emosional tapi lebih pada sebuah tanggung jawab untuk membentuk anak sehingga anak tumbuh dan berkembang tanpa ada sampah psikis akibat tindakan kekerasan tersebut.19 3. Perilaku Kekerasan Seksual Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 75 siswa didapatkan kurang dari separo (46,7%) siswa/siswi di SD Negeri 07 Ikur Koto yang mengalami kekerasan seksual.Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Indraddin tahun 2009 yang juga menujukan angka yang kurang dari separo untuk anak usia sekolah yang mengalami tindakan kekerasan seksual yaitu (17,0%). Tindakan kekerasan seksual adalah melibatkan anak pada setiap tindakan yang dimaksudkan untuk kepuasan seksual orang dewasa yang mungkin dilakukan oleh anggota keluarga, kenalan, atau orang asing.Pada anak yang mengalami tindakan kekerasan seksual bisa mengalami gejala kejiwaan tergantung pada tingkat kepekaan anak. Pergaulan anak-anak jaman sekarang memang sudah tidak terkontrol lagi.Banyak anak-anak yang dibawah umur telah melakukan hubungan seksual yang seharusnya tidak mereka lakukan.Anak yang mengalami tindakan kekerasan seksual dapat menimbulkan gejala depresi yang disertai dengan rasa malu dan bersalah. Tindak kekerasan seksual juga merupakan factor predisposisi untung berkembangnya gangguan dissociative identity atau gangguan kepribadian ganda.19 Seks merupakan ancaman yang mengikuti perkembangan anak.Banyak hal-hal yang memungkinkan anak menjadi korban pelampiasan seks orang dewasa yang seharusnya melindungi anak, salah satunya faktor media masa.Untuk jangka panjangnya, ketika dewasa nanti dia akan mengalami fobia pada hubungan seks. Bahkan bisa terjadi dampak yang lebih parah, dia akan terbiasa dengan kekerasan sebelum melakukan hubungan seksual. Bisa juga setelah dewasa, anak tersebut akan mengikuti apa yang dilakukan kepadanya semasa kecil.19 Tindakan kekerasan seksual pada anak ini dapat dilihat dari pertanyaan yang dijawab oleh anak tentang tindakan kekerasan seksual didapatkan 21,3% anak pernah dicium secara paksa oleh temannya, dan disusul dengan bentuk kekerasan seksual selanjutnya yaitu sekitar 18,7% anak pernah dibelai secara paksa dan 13,3% anak dipaksa menonton film dewasa.Kekerasan seksual yang dialami anak paling banyak dilakukan oleh teman sebaya, hal ini terjadi karena lingkungan, pergaulan dan kurangnya perhatian orang tua untuk memantau keseharian anak-anaknya seperti apa saja. Upaya mengurangi atau menghilangkan tindakan kekerasan seksual pada anak dapat dilakukan dengan anak harus mendapatkan pendidikan kesehatan terutama mengenai seks yang dimulai dari usia dini sehingga anak tidak mendapatkan informasi yang salah di waktu dewasa nanti. Dan perlu juga ditanamkan kepada anak nilai-nilai kerohanian.Serta sebagai orang tua yang baik seharusnya bisa menjaga apa yang dilihat oleh anak dan apa yang didengar oleh anak-anak yang masih kecilbelum mengerti masalah itu. Bisa jadi apa yang mereka lakukan hanya dianggap sebagai main-main saja. 4. Perilaku Pengabaian Berdasarkan penelitian terhadap 75 siswa didapatkan tidak ada anak yang mengalami pengabaian yang dilakukan orang tua ataupun keluarga lain.Hasil penelitian ini tidak sama dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pada tahun 2012 anak yang diabaikan mencapai angka 20%. Penelantaran anak adalah kegagalan dalam menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya,seperti: kesehatan, pendidikan, perkembangan emosional, nutrisi, rumah atau tempat bernaung, dan keadaan.(10) Hasil penelitian untuk diabaikan dapat digolongkan rendah, karena orang tua masih bertanggung jawab atas kebutuhan anak. Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan yang dijawab oleh anak tentang tindakan diabaikan didapatkan 0% yang tidak pernah diberi makanan bergizi, 0% anak yang tinggal di tempat yang tidak memadai, dan 0% anak tidak diperhatikan kebutuhan sekolahnya. 5. Pelaku Tindakan Kekerasan a. Pelaku Kekerasan Fisik Berdasarkan hasil penelitian terhadap 75 siswa di SD Negeri 07 Ikur Koto didapatkan pelaku kekerasan fisik terhadap anak paling tinggi dilakukan oleh ibu, yaitu berupa dicubit sebanyak 41 orang (54,7 %), sementara kekerasan fisik pada anak berupa dipukul, ditampar, dikurung dan disiram, diikat bahkan diancam benda tajam paling tinggi juga dilakukan oleh ibu. Kekerasan fisik pada anak berupa dibenturkan paling tinggi dilakukan oleh teman sebaya.Banyak kekerasan pada anak justru dilakukan oleh orang terdekat, terutama orang tua.Hal ini karena ada penyebab bawah sadar kekerasan pada anak.Setiap orang tua, sebagaimana juga orang pada umumnya, memang memiliki temperamen yang berbeda-beda.19 Menurut pemerhati anak, Seto Mulyadi kasus kekerasan pada anak yang dilakukan oleh ibu dapat disebabkan karena ibu merupakan orang yang paling dekat dengan anak, ibu yang merasa lebih bertanggung jawab dalam mendidik anak. Selain itu adanya perasaan tertekan bisa jadi dari suami atau keluarganya, bisa juga karena menikahnya terlalu dini sehingga belum ada kesiapan mental menjadi seorang ibu yang tanggung jawabnya berat kepada anak juga menjadi salah satu faktor penyebab ibu melakukan kekerasan pada anak.19 Apabila dilihat dengan lebih dalam, perilaku anak juga sangat bergantung pada usianya, kepribadiannya ataupun perkembangan fisik dan juga emosionalnya.Menghukum anak dengan kasar memang bukan solusi terbaik.Karena meskipun orang tua hanya sesekali saja memukul, mencubit anak tetap saja hal tersebut dapat membuat anak cenderung mudah stress dan juga tidak percaya diri. Dalam islam Rasulullah memperbolehkan memukul anak tidak sholat bukan berarti Rasulullah membolehkan memukul anak pada semua perbuatan.16 Ada Cara yang lebih baik untuk menghukum anak yang benar dan mendidik dibandingkan dengan memukul, yaitu dengan cara mendiamkan ataupun memberikan waktu sendiri untuk dapat merenungi kesalahannya. Setelah beberapa lama, baru ajak anak mengobrol dan tanyakan alasan anak berulah. Memberikan anak tambahan tugas dan melarang anak melakukan beberapa aktivitas favoritnya untuk sementara waktu juga merupakan solusi yang lebih baik.16 b. Pelaku Kekerasan Emoisonal Berdasarkan hasil penelitian terhadap 75 siswa di SD Negeri 07 Ikur Koto didapatkan pelaku kekerasan emosional terhadap anak berupa dihardik (45,3%) dan diancam kata-kata kasar (16,0 %) paling tinggi dilakukan oleh ibu. Kekerasan emosional berupa disumpahi (46,7%), disalahkan tanpa sebab (34,7%), dipermalukan (25,3%) dan ditipu (22,7%) paling tinggi dilakukan oleh teman sebaya.Pada saat memarahi anak bahkan menghardiknya orang tua, guru, ataupun anggota keluarga lain tidak sedang mendidik mereka, melainkan melampiaskan tumpukan kekesalan karena tidak bisa mengatasi masalah dengan baik. Pada saat marah biasanya orang tua emosi dan mengucapkan hal hal yang kelak akan disesali, setelah ini biasanya orang tua akan membolehkan anak melakukan hal-hal yang sebelumnya dilarang. Bila hal ini berlangsung berulang kali, maka anak akan selalu berusaha memancing amarah orang tuanya, anak yang sering dimarahi cenderung tidak jadi lebih baik. Untuk itu yang sebaiknya dilakukan adalah bicara tegas bukan bicara keras, yaitu berbicara pada saat pikiran sedsng rasional bukan pada saat pikiran sedang dikuasai emosi.19 Seorang anak yang melakukan tindakan kekerasan emosional pada temannya, biasanya adalah anak-anak yang memiliki kelebihan dibandingkan temannya, seperti fisik, keberanian sehingga mereka menggunakan kelebihan itu untuk mendapatkan perhatian ataupun pengakuan dari teman-temannya. Penyebab eksternal anak sebagai pelaku kekerasan bisa berasal dari lingkungan anak tersebut, baik lingkungan keluarga ataupun lingkungan yang lebih luas. Oleh karena itu anak harus di didik dengan cara yang benar bukan dengan cara kekerasan karena anak dapat meniru apa yang dia lihat ataupun yang dia alami. 20 c. Pelaku Kekerasan Seksual Berdasarkan hasil penelitian terhadap 75 siswa di SD Negeri 07 Ikur Koto didapatkan pelaku kekerasan seksual terhadap anakberupa dicium yang merupakan kejadian perilaku kekerasan seksual tertinggi dimana pelaku terbesar adalah teman laki-laki, yaitu sebanyak 12 orang (16%). Banyak faktor penyebab kekerasan seksual tersebut terjadi, namun dalam konteks masalah ini dampak penggunaan internet yang tidak sehat menjadi focus penting.Banyak orang tua yang memberikan anaknya gadget dengan pengawasan minim.Akibatnya justru anak-anak dengan leluasamelihat konten untuk orang dewasa atau yang berbau pornografi yang kemudian dapat mendorong terjadinya kekerasan seksual.19 Orang tua disarankan untuk mengajarkan penggunaan internet yang aman, memberikan batasan waktu baginya dalam menggunakan internet, selalu awasi situs-situs yang ia buka. Tekankan keamanan diri sendiri, sampaikan pendidikan seksual secara terbuka namun tidak vulgar sesuai dengan tingkat pemahamannya.19 Pelaku kekerasan pada anak banyak dilakukan oleh orang terdekat anak, maka dari itu diharapkan kepada orang tua untuk tidak dapat melakukan tindakan kekerasan pada anak-anak. Ini dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, kejiwaan anak akan terganggu, dan anak akan melakukan tindakan kekerasan juga disaat dia dewasa nanti.Bagi sekolah, diharapkan menerapkan pendidikan tanpa kekerasan yaitu suatu pendidikan yang ditujukan pada anak dengan menentang melakukannya segala dengan bentuk menjalin kekerasan komunikasi disekolah, yang guru efektif dapat dengan siswa/siswinya dan perawat sekolah melalui program UKS dapat melakukan perawat day care, selain dapat melakukan pemeriksaan secara keseluruhan, mempertahankan kesehatan dan memberikan pendidikan kesehatan pada siswa/siswi disekolah.21 Petugas kesehatan terutama perawat yang ada di lingkungan tersebut dapat memberikan pengarahan dan pengetahuan kepada orang tua, guru dan masyarakat tentang cara pencegahan kekerasan pada anak yaitu dengan meningkatkan kemampuan pengasuhan dan menjaga perlakuan salah tidak terjadi, meliputi perawatan anak dan ayanan yang memadai, serta cara mengontrol emosi.Memberikan perhatian lebih pada keluarga yang beresiko tinggi seperti keluarga yang mempunyai riwayat perilaku kekerasan. Kunjungan perawat kerumah atau bersama tenaga sosial ke masyarakat untuk mengamati dan mengevaluasi kemajuan anak dan situasi lingkungan rumah, kegiatan yang dilakukan berupa self assessment apakah mereka bersiko melakukan kekerasan pada anak di kemudian hari, dan bagi anak yang mengalami korban kekerasan perawat dapat mengarahkan orang tua untuk meningkatkan kemampuan pengasuhan yang menjaga agar perlakuan salah tidak terulang lagi, memberikan konseling dan pelatihan tatalaksana stress.21 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Gambaran Perilaku Kekerasan pada anak usia sekolah di SD Negeri 07 Ikur Koto Kec.Koto Tangah Padang Tahun 2015 yang telah dilakukan, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Lebih dari separo siswa/siswi mengalami perilaku kekerasan fisik. 2. Lebih dari separo siswa/siswi mengalami perilaku kekerasan emosional. 3. Kurang dari separo siswa/siswi mengalami perilaku kekerasan seksual dengan bentuk kekerasan paling tinggi berupa dicium secara paksa. 4. Tidak ada siswa/siswi mengalami perilaku kekerasan pengabaian. 5. Pelaku tindakan kekerasan fsik, kekerasan emosional, paling tinggi dilakukan oleh ibu, dan pelaku kekerasan seksual tertinggi dilakukan oleh teman laki-laki. B. Saran Gambaran Perilaku Kekerasan pada anak usia sekolah di SD Negeri 07 Ikur Koto Kec.Koto Tangah Padang Tahun 2015 dan melihat hasil yang didapatkan, maka pada kesempatan ini peneliti menyarankan : 1. Bagi Kepala Sekolah a) Disarankan kepada Wali Kelas melalui Kepala Sekolah untuk mengawasi, mengidentifikasi anak sekolah terhadap perilaku kekerasan fisik, emosi, seksual dan pengabaian b) Disarankan untuk melakukan kerjasama dengan orang tua atau wali murid untuk mencegah terjadinya perilaku kekerasan pada anak dengan cara memfasilitasi orang tua untuk mendapatkan informasi tentang bentuk dan dampak perilaku kekerasan pada anak usia sekolah dari ahlinya. c) Disarankan untuk bekerjasama dengan puskesmas yang berada di lingkungan sekolah untuk menggiatkan kegiatan UKS serta memberikan informasi pada anak yang berkaitan dengan perilaku kekerasan. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melanjutkan penelitian dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan pada lansia di rumah tangga, seperti usia, jenis kelamin, serta pendidikan keluarga lansia. DAFTAR PUSTAKA 1. Aqib, zainal.Sekolah Ramah Anak. Bandung : Yrama Widya ; 2008 2. Dennis,Viqiansah .Anak Jadi Korban Kekerasan.[artikel online] . [di akses 7 Januari 2015]. Tersedia dari URL : (http://www.tempo.co/read/news/2014/09/06/116604843/PBB-6-dari-10Anak-Jadi-Korban-Kekerasan) 3. Setywan,David.Kasus Kekerasan Anak.[artikel online]2014.[diakses 30 Desember 2015]. Tersedia dari URL : (www. Kpai.go.id/berita/kpai-2014ada-622-kasus-kekerasan-anak) 4. Redaksi. Penelantaran Anak.[Koran online]2011.[diakses 22 Februari 2015].Tersedia di URL : (www.kompasbali.com) 5. Hamid. Perilaku Kekerasan Pada Anak.[jurnal online] 2012.[di akses 30 Desember 2015]. Tersedia dari URL : (http//www.jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/viewFile/28/28) 6. Adriansyah.Kekerasan Pada Anak Menurut Undang-Undang.[artikel online]2010.[diakses 22 Februari 2015]. Tersedia di RUL : (www.psychology.com ) 7. Muthiara, Ryan. Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (PAHAM) Jakarta.[artikel online]2012.[diakses 22 Februari 2015]. Tersedia di URL : (www.pahamindonesia.com) 8. Redaksi. Tiap Tahun Kekerasan Perempuan dan Anak Meningkat.[Koran online]2014. [di akses 15 Februari 2015]. Tersedia dari URL : (www.harianhaluan.com) 9. Arnalis. Gambaran Kekerasan Fisik dan Kekerasan Emosional Terhadap Anak di SD 09 Berok Padang. [Jurnal online]2012. [ di akses 2 Januari 2015]. Tersedia dari URL : (pilnas.ristek.go.id/jurnal/index.php/record/view/39393) 10. Depkes RI. Pedoman Rujukan Kasus Kekerasan Terhadap Anak. Jakarta ; 2008 11. Dinas Pendidikan Sumatera Barat. Jumlah Siwa Sekolah Dasar di Kota Padang. Data Dinas ; 2014 12. Pieter,Herri Zan dan Lubis,Namora Lumongga. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Jakarta : Kencana ; 2010 13. Notoatmodjo,Soekidjo. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ; 2012 14. Kholid,Ahmad.Promosi Kesehatan.Jakarta : Raja Grafindo Persada ; 2012 15. Djamarah,Syaiuful Bahri.Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi Dalam Keluarga.Jakarta : Rineka Cipta ; 2012 16. Abdullah,A.S. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran.Jakarta : PT.Rineka Cipta 2012 17. Notoatmodjo, Soekidjo.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta ; 2012 18. Indraddin. Hubungan Kekerasan Fisik dan Kekerasan Emosional Terhadap Kesehatan Jiwa Anak Sekolah. [Jurnal online]2009. [ di akses 15 Mei 2015]. Tersedia dari URL : (pilnas.ristek.go.id/jurnal/index.php/record/view/39393) 19. Pudji,Susilowati.Kekerasan Pada Siswa di Sekolah. [artikel online].2008.[di akses 31 Mei 2015]. Tersedia di URL : (www.epsikologi.com) 20. Ardi, Maharani. Hati-hati Menghukum Anak. [artikel online].2011.[diakses 11 Juni 2015]. Tersedia dari URL : (www.toktokwow.com ) 21. Sugiarno, Indra. Pencegahan Kekerasan Pada Anak. [artikel online].2010. [diakses 11 Juni 2015]. Tersedia dari URL : (www.disdik-kepri.com) Lampiran B KISI-KISI KUESIONER Bentuk perilaku kekerasan yang dialami anak jalanan Tujuan Variabel Mengetahui a. Bentuk perilaku Gambaran kekerasan fisik Tindakan yang dialami anak Perilaku usia sekolah Kekerasan b. Bentukperilaku Pada Anak kekerasan Jalanan Di emosional yang Kota Padang dialami anak usia Tahun 2014 sekolah. c. Bentukperilaku kekerasan seksual yang dialami anak usia sekolah d. Bentuk perilaku kekerasan penelantaran/diabai kan yang dialami anak usia sekolah e. Pelaku perilaku kekerasan pada anak usiasekolah Jumlah Item Nomor Item 10 1, 2, 3, 4, 5, 6,7 ,8 ,9, 10 8 11,12,13,14, 15, 16, 17, 18 8 19,20,21,22,23, 24, 25,26 7 27,28,29,30,31,32,33 Disetiap item pertanyaan FORMAT PERSETUJUAN (INFORMED CONCENT) Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan, maka saya memberi izin untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi program studi DIII Jurusan Keperawatan Padang oleh saudari Resha Permata ini dengan judul “Gambaran Perilaku Kekerasan Pada Anak Usia Sekolah Di Sd Negeri 07 Ikur Koto Kec. Koto TangahTahun 2015” Informasi dan data yang saya berikan adalah benar adanya sesuai dengan kenyataan. Demikianlah persetujuan ini saya buat dan tanda tangani tanpa adanya pemaksaan dari pihak manapun. Terima kasih. Padang, Maret 2015 Responden ( ) LAMPIRAN E KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU KEKERASAN PADA ANAK ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI 07 IKUR KOTO KEC. KOTO TANGAH PADANG TAHUN 2015 Identitas Responden : No.Responden Nama Responden : Umur : Jenis Kelamin : Kelas : Identitas Orang Tua Pekerjaa Orang Tua : Ayah : Ibu : Anak ke : ……… Tinggal dengan : Alamat : dari …….bersaudara A. Bentuk Perilaku Kekerasan Fisik Yang Dialami Anak 1. Apakah adik pernah ditampar karena kesalahan yang adik perbuat? a) Ya b) Tidak Pelaku : 2. Apakah adik pernah dipukul karena kesalahan yang adik perbuat? a) Ya b) Tidak Pelaku : 3. Apakah adik pernah diikat karena kesalahan yang adik perbuat? a) Ya b) Tidak Pelaku : 4. Apakah adik pernah dicubit karna kesalahan yang adik perbuat ? a) Ya b) Tidak Pelaku : 5. Apakah adik pernah diancam dengan benda tajam oleh orang lain? a) Ya b) Tidak Pelaku : 6. Apakah adik pernah dicekik karena kesalahan yang adik perbuat? a) Ya b) Tidak Pelaku : 7. Apakah anggota tubuh adik pernah dibenturkan oleh orang lain? a) Ya b) Tidak Pelaku : 8. Apakah adik pernah disiram karena kesalahan yang adik perbuat ? a) Ya b) Tidak Pelaku : 9. Apakah adik pernah dikurung karena kesalahan yang adik perbuat ? a) Ya b) Tidak Pelaku : 10. Apakah adik pernah disumpal karena kesalahan yang adik perbuat ? a) Ya b) Tidak Pelaku : B. Bentuk Perilaku Kekerasan Emosional Yang Dialami Anak 11. Apakah adik pernah diancam dengan kata-kata kasar? a) Ya b) Tidak Pelaku : 12. Apakah adik pernah merasa dihina? a) Ya b) Tidak Pelaku : 13. Apakah adik pernah merasa dihardik? a) Ya b) Tidak Pelaku : 14. Apakah adik pernah merasa ditipu? a) Ya b) Tidak Pelaku : 15. Apakah adik pernah dipermalukan didepan umum? a) Ya b) Tidak Pelaku : 16. Apakah adik pernah disalahkan tanpa sebab ? a) Ya b) Tidak Pelaku : 17. Apakah adik pernah merasa disumpahi tentang hal yang tidak baik? a) Ya b) Tidak Pelaku : 18. Apakah adik pernah dikata-katai dengan kata-kata kasar ? a) Ya b) Tidak Pelaku : C. Bentuk Perilaku Kekerasan Seksual Yang Dialami Anak 19. Apakah anggota tubuh adik pernah dibelai secara paksa oleh lawan jenis/sesama jenis? a) Ya b) Tidak Pelaku : 20. Apakah tubuh adik pernah dipeluk oleh lawan jenis/sesama jenis? a) Ya b) Tidak Pelaku : 21. Apakah tubuh adik pernah diraba? a) Ya b) Tidak Pelaku : 22. Apakah adik pernah disodomi oleh orang lain yang anda kenal? a) Ya b) Tidak Pelaku : 23. Apakah bibir, pipi, atau anggota tubuh anda yang lain pernah dicium secara paksa? a) Ya b) Tidak Pelaku : 24. Apakah orang lain pernah mencoba untuk memperkosa anda? a) Ya b) Tidak Pelaku : 25. Apakah adik pernah dipaksa melihat kegiatan seksual ? a) Ya b) Tidak Pelaku : 26. Apakah adik pernah dipaksa menonton film orang dewasa ? a) Ya b) Tidak Pelaku : D. Bentuk Perilaku Kekerasan Pengabaian Yang Dialami Anak 27. Apakah adik pernah diberi makanan yang sehat, seperti nasi, lauk, sayur ? a) Ya b) Tidak Pelaku : 28. Apakah adik diberi tempat tinggal yang memadai ? a) Ya b) Tidak Pelaku : 29. Apakah adik diberikan pakaian yang layak digunakan ? a) Ya b) Tidak Pelaku : 30. Apakah kebutuhan sekolah adik diperhatikan ? a) Ya b) Tidak Pelaku : 31. Apakah adik pernah mendapatkan perawatan gigi ? a) Ya b) Tidak Pelaku : 32. Apakah adik dibawa berobat saat sakit ? a) Ya b) Tidak Pelaku : 33. Apakah adik diberikan perlengkapan mandi, seperti sabun, sikat gigi, pasta gigi, handuk ? a) Ya b) Tidak Pelaku :