Penyusunan Kurikulum Sebagai Salah Satu

advertisement
Kalbiscentia,Volume 3 No. 2, Agustus 2016
ISSN 2356 - 4393
Penyusunan Kurikulum Sebagai Salah Satu
Implementasi Manajemen Pengetahuan di Lembaga
Pendidikan Tinggi
Julia Loisa
Sistem Informasi, Universitas Bunda Mulia Jakarta
Jalan Lodan Raya No. 2 Jakarta 14430
Email: [email protected]
Abstract: This research aims to overcome the obstacles that are often faced by a higher education institution.
One of the obstacle is when the employees who are also the owner of the intellectual capital move into another
department or to another agency by applying the concept of knowledge management that related to the curriculum
construction. Furthermore, the research approach used are library research / literature study about knowledge
management, conducting observation and interview with program managers. The result shown that a study
program can produce an integrated and systematic curriculum at every stage of the preparation of the curriculum.
All stages of the curriculum should be documented as a set of plans and arrangements regarding learning outcomes
of graduates, study materials, processes, and assessments used to guide the implementation of study program..
Keywords: knowledge management, intellectual capital, curriculum design, knowledge management
life cycle
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengatasi kendala yang kerap dialami lembaga pendidikan tinggi
jika pemilik intelektual dan para pelakunya mengemban tugas lain pada lembaga yang sama maupun
berbeda dengan menggunakan konsep manajemen pengetahuan dalam kaitannya dengan penyusuan
kurikulum. Pendekatan yang digunakan adalah dengan melakukan studi pustaka mengenai manajemen
pengetahuan, observasi dan interview dengan pengelola program studi perihal penyusunan kurikulum.
Hasil penelitian ini adalah program studi menghasilkan kurikulum yang terintegrasi dan sistematis pada
setiap tahap penyusunan kurikulum. Semua tahapan penyusunan kurikulum harus didokumentasikan
sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai capaian pembelajaran lulusan, bahan kajian,
proses, dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan program studi .
Kata kunci: manajemen pengetahuan, modal intelektual, penyusunan kurikulum, siklus manajemen
pengetahuan
I. PENDAHULUAN
Perubahan lingkungan global menjadi salah satu
faktor perubahan pada lingkungan bisnis dan
organisasi. Menurut Thomas Friedman pada bukunya
The World is Flat, secara umum peradaban manusia
terbagi pada 3 (tiga) era: (1) Globalisasi 1.0 (1492
– 1800); ditandai dengan penemuan benua Amerika
oleh Christopher Columbus; (2) Globalisasi 2.0
(1800 – 2000); ditandai dengan penemuan mesin uap
oleh James Watt dan menjadi cikal bakal era industri;
dan (3) Globalisasi 3.0 (2000- sekarang); ditandai
dengan penggunaan teknologi informasi semakin
merata, di mana pengetahuan mudah diperoleh dan
mudah pula menjadi kadaluarsa, sehingga disebut
dengan era pengetahuan. [1]. Pada era pengetahuan,
perkembangan teknologi semakin canggih mampu
72
mengambil alih pekerjaan administrasi dan fisik,
seperti kemampuan pengolahan data dan kemampuan
produksi yang saat ini telah digantikan oleh mesin.
Manusia menjadi sangat tergantung pada alat
komunikasi dan komputer dalam berbagai aspek
kehidupannya. Perubahan kedua hal tersebut
mengakibatkan manusia harus mengubah peran dan
kompetensinya dalam pekerjaan menjadi seorang
karyawan berpengetahuan, sedangkan manusia yang
tidak siap dengan perubahan akan menjadi korban
dan ketinggalan zaman.
Seorang karyawan berpengetahuanlah yang bisa
mengembangkan ide, inovasi, melakukan perubahan
pada organisasi, sehingga organisasi yang tanggap
biasanya melakukan investasi dan memelihara
karyawan karena dianggap asset yang berharga. Asset
yang berharga itu disebut dengan modal intelektual
Julia Loisa, Penyusunan Kurikulum Sebagai Salah Satu Implementasi Manajemen...
sebagai produk dari pembelajaran individu, berbagi
pengetahuan, pembelajaran di dalam komunitas,
dan serangkaian aktivitas lainnya yang mampu
melahirkan ide-ide sangat cerdas.
Tantangan
pertama
adalah
bagaimana
organisasi mampu menciptakan suasana dan budaya
keorganisasian yang dapat menfasilitasi atau
memotivasi proses transformasi pengetahuan dalam
organisasi, sehingga melahirkan pengetahuan tacit
dan eksplisit. Tantangan kedua, setelah ide dan inovasi
tersebut berkembang dengan subur adalah bagaimana
organisasi mampu menangkap ide tersebut menjadi
sebuah pengetahuan eksplisit dalam organisasi.
Untuk menjawab tantangan kedua biasanya
organisasi menerapkan sistem internal dengan bantuan
sistem informasi. Tantangan yang sama terjadi
juga pada lingkungan akademik di sebuah lembaga
pendidikan tinggi, di mana produk sebuah pendidikan
tinggi adalah kurikulum, sistem pengajaran, dan
proses pembelajaran yang sangat tergantung pada
pengetahuan intelektual para pelakunya. Kendala
yang kerap dialami lembaga pendidikan tinggi
adalah kala pemilik intelektual dan para pelakunya
mengemban tugas lain pada lembaga yang sama
maupun berbeda. Akibatnya, pewarisnya hanya
mampu menebak maksud dari pendahulunya. Oleh
sebab itu, tulisan ini akan membahas implementasi
manajemen pengetahuan di lingkungan lembaga
pendidikan tinggi dalam hal penyusunan kurikulum
di Universitas XYZ di Jakarta Utara.
A. Siklus Manajemen Pengetahuan
Siklus manajemen pengetahuan terdiri dari
penangkapan, penciptaan, kodifikasi, berbagi, menilai,
aplikasi, dan penggunaan kembali pengetahuan
(capture, creation, codification, sharing, accessing,
application, and reuse).
Salah satu pendekatan yang menggambarkan
siklus manajemen pengetahuan ini adalah menurut
Bukowitz and Williams yang menjelaskan bagaimana
organisasi menghasilkan, mempertahankan, dan
menyebarkan secara stratejik kumpulan pengetahuan
yang mampu menciptakan nilai bagi organisasi. [2]
Gambar. 1 The Bukowitz and Williams KM Cycle,
Dalkir, Kimiz, (2005),
Tahap Pertama, get adalah mencari informasi
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan,
membuat keputusan, dan menemukan inovasi.
Pada tahapan ini termasuk mengetahui sumber
pengetahuan dan cara mengakses pengetahuan
tersebut baik pengetahuan eksplisit atau pengetahuan
tacit. Artinya, seorang pengguna pengetahuan tidak
hanya terhubung pada pengetahuannya saja, tetapi
juga pada sumber pengetahuannya.
Tahap kedua, use adalah bagaimana
menggunakan
pengetahuan
tersebut
untuk
menghasilkan inovasi organisasi. Pada tahap ini,
yang lebih tepat adalah penggunaan pengetahuan
itu dari pada terlalu fokus pada menghasilkan suatu
inovasi baru.
Tahap ketiga, learn adalah proses pembelajaran
dari pengalaman sebagai sarana menciptakan
keunggulan bersaing. Organisasi belajar dari
pengalaman yang gagal maupun sukses. Pada tahap
pembelajaran ini adalah transisi setelah organisasi
mencari dan mengaplikasikan pengetahuan (get
and use) dengan menciptakan suatu hal baru dari
pengetahuan tersebut, jika tidak pengetahuan tersebut
hanya sebagai bagian dari “gudang” pengetahuan.
Tahap keempat, constribute adalah tahapan
seseorang menuliskan apa yang telah mereka pelajari
pada knowledge base (pangkalan pengetahuan)
organisasi. Pada tahap ini pengetahuan seseorang
menjadi tersedia secara eksplisit dalam organisasi.
Namun, bukan hanya sekedar mempublikasikan
apa yang diketahui oleh seseorang, tetapi termasuk
kontribusi pengetahuan mengenai pengalaman sukses
dan gagal, sehingga seseorang tidak akan mengalami
kegagalan yang sama. Manajemen memori organisasi
yang baik harus terdiri dari mempertahankan atribusi,
membutuhkan otorisasi publikasi pengetahuan,
menyediakan mekanisme umpan balik, dan
menelusuri penggunaan kembali pengetahuan.
Salah satu penghargaan terhadap kontribusi adalah
memberikan pengakuan atas popularitasnya,
misalnya berdasarkan jumlah kutipan yang mengacu
pada tulisan tersebut.
Tahap kelima, assess adalah tahapan evaluasi
modal intelektual dan mengharuskan organisasi
mendefinisikan pengetahuan yang kritis dan
memetakan modal intelektual saat ini terhadap
kebutuhan pengetahuan masa depan. Organisasi perlu
mengembangkan ukuran yang memperhitungkan
peningkatan pangkalan pengetahuan dan manfaat
berinvestasi modal intelektual. Teori organisasi
perlu dilibatkan agar dapat menangkap dampak
pengetahuan terhadap kinerja organisasi, termasuk
73
Kalbiscentia,Volume 3 No. 2, Agustus 2016
mengidentifikasi modal dengan bentuk yang lain
seperti modal insani (kompetensi), modal pelanggan
(relasi dengan pelanggan), modal keorganisasian
(pangkalan pengetahuan, proses bisnis, infrastuktur
teknologi, nilai, norma, dan budaya organisasi).
Penilaian ini perlu menempatkan bagaimana
kelenturan organisasi yang mempu mengubah
pengetahuannya menjadi produk dan jasa yang bernilai
bagi pelanggan. Serangkaian kerangka, proses, dan
ukuran yang mengevaluasi basis pengetahuan harus
dimasukkan semuanya ke dalam proses manajemen
secara keseluruhan.
Tahap keenam, build / sustain adalah
memastikan modal intelektual masa depan organisasi
mampu membuat organisasi tetap layak dan mampu
berkompetisi . sumber daya harus dialokasikan untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan pengetahuan , dan
mereka harus disalurkan sedemikian rupa untuk
menciptakan pengetahuan baru dan memperkuat
pengetahuan yang ada.
Tahap terakhir adalah divest. Organisasi tidak
seharusnya mempertahankan asetnya baik intelektual
maupun fisik jika aset tersebut sudah tidak lagi
memberikan nilai. Organisasi perlu menguji modal
intelektualnya apakah sumber daya yang digunakan
untuk memelihara pengetahuan tersebut lebih bernilai
jika digunakan untuk kepentingan lainnya. Hal ini
melibatkan pemahaman mengapa , kapan, di mana
, dan bagaimana secara resmi melepaskan bagian
dari pangkalan pengetahuan. Analisis biaya dalam
mempertahankan pengetahuan harus dimasukkan ke
dalam praktek standar manajemen.
Tahap pertama hingga keempat terjadi secara
alamiah karena mereka dipicu oleh peluang atau
tuntutan pasar, dan mereka biasanya menghasilkan
pengetahuan yang digunakan sehari-hari untuk
menanggapi tuntutan tersebut. Tahap kelima hingga
terakhir lebih bersifat stratejik yang dipicu oleh
perubahan lingkungan makro. Tahapan ini fokus
pada proses yang menghubungkan modal intelektual
dengan kebutuhan stratejik organisasi.
B. The Choo KM Model
Aktivitas utama pada siklus pengetahuan KM
(The Bukowitz and Williams KM Cycle ) memerlukan
kerangka kerja konseptual untuk beroperasi , jika
tidak aktivitas-aktivitas tidak akan terkoordinasi
dengan baik dan tidak akan menghasilkan manfaat
yang diharapkan KM. Bahwa The Choo SenseMaking KM Model menekankan pada bagaimana
elemen informasi terseleksi dan menjadi bagian dari
tindakan organisasi. Tindakan organisasi merupakan
74
hasil dari penyerapan informasi dari lingkungan
eksternal ke dalam setiap siklus Choo’s Knowledge
Management Model (Sense Making, Knowledge
Creation, dan Decision Making). [2]
Gambar.2 Choo’s (1998) Knowledge
Management Model, Dalkir, Kimiz, (2005),
C. Proses Penyusunan Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai capaian pembelajaran lulusan,
bahan kajian, proses, dan penilaian yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan program studi. [3]
Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan
Tinggi (p5) jika dikaitkan dengan sistem pendidikan
tinggi, maka
kurikulum dirumuskan sebagai
keseluruhan program yang direncanakan, disusun,
dilaksanakan, dan dievaluasi, serta dikembangkan
oleh suatu program studi, dalam rangka menghasilkan
lulusan yang memiliki capaian pembelajaran tertentu
yang direncanakan. Pengertian kurikulum tersebut
diskemakan pada gambar berikut ini [4].
Gambar 3. Paradigma kurikulum sebagai sebuah
program, Kemenristek DIKTI (2016),
Maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum
sebagai sebuat proses yang diawali dari proses
perancangan, diimplementasikan dalam proses
pembelajaran, dan menghasilkan lulusan dengan
capaian yang diharapkan. Penyusunan Kurikulum
harus mempertimbangkan berbagai faktor eksternal
(peraturan
pemerintah,
kebutuhan
industri,
benchmarking perguruan tinggi lain) dan internal
(tracer study, fasilitas, visi misi institusi), termasuk
Julia Loisa, Penyusunan Kurikulum Sebagai Salah Satu Implementasi Manajemen...
analisis perkembangan keilmuan sehingga mampu
menghasilkan lulusan yang diakui oleh masyarakat.
Penyusunan kurikulum terbagi dalah 3 (tiga)
tahap besar yaitu: (1) Penentuan Profil Lulusan
yang kemudian menghasilkan rumusan Capaian
Pembelajaran Lulusan; (2) Pemilihan Bahan Kajian,
membuat Matriks (Capaian Pembelajaran Lulusan dan
Bahan Kajian), yang kemudian menghasilkan konsep
mata kuliah dan besarnya satuan kredit semester
(sks); dan (3) Penyusunan Struktur Kurikulum &
Rancangan Pembelajaran menghasilkan dokumen
kurikulum yang berisi seluruh tahapan penyusunan
kurikulum
Tahapan penyusunan kurikulum tersebut terlihat
pada gambar berikut ini [4]:
selanjutnya. Ketiga, Selection Phase adalah tahapan
di mana individu berusaha untuk menafsirkan alasan
untuk perubahan dengan membuat pilihan. Keempat,
Retention Phase adalah organisasi dilengkapi dengan
informasi yang telah terseleksi pada tahapan sensemaking. Pada tahap sense-making menghasilkan
informasi terseleksi dari lingkungan eksternal yaitu
peraturan pemerintah, kebutuhan pasar dan pemangku
kepentingan, masukan dari para alumni, masukan dari
para pengguna lulusan, dan perkembangan keilmuan
dan teknologi.
Tahap Knowledge Creating adalah tahap
transformasi pengetahuan antar pribadi melalui
diskusi atau kegiatan lainnya. Program studi bersama
dengan tim melakukan sesi diskusi, rapat untuk
menentukan Profil Lulusan, Capaian Pembelajaran
Lulusan, pemilihan bahan kajian, matriks pemetaan
capaian pembelajaran dengan bahan kajian sehingga
menghasilkan daftar mata kuliah dan penentuan
satuan kredit semester (sks) tiap mata kuliah. Tahapan
ini menghasilkan berbagai alternatif pengetahuan
baru dan alternatif solusi dengan segala pertimbangan
resikonya.
Gambar 4. Tahapan perancangan
kurikulum, Kemenristek DIKTI (2016),
D. The Choo Sense-Making KM Model dan
Proses Penyusunan Kurikulum
Tahap The sense-making adalah upaya
memahami informasi yang masuk dari lingkungan
eksternal. Tingkat prioritas dan kepentingan
diidentifikasikan dan digunakan untuk menyaring
informasi. Setiap orang membangun interpretasinya
dengan membandingkan kondisi saat ini dan
pengalaman masa lampau. Pada tahap sense making
ini terdiri dari empat proses mulai dari perubahan
kondisi ensternal hingga menentukan pilihan
informasi mana yang harus ada dalam organisasi.
Pertama, Ecological Change adalah perubahan
pada lingkungan luar yang berdampak terhadap
organisasi. Dalam hal penyusunan kurikulum kondisi
eksternal yang sangat berdampak pada organisasi
adalah perubahan peraturan pemerintah. Kedua,
Enactment Phase di mana individu membangun,
mengatur kembali, dan memusnahkan elemenelemen konten yang bertujuan memperjelas isi
dan isu yang akan digunakan untuk proses seleksi
Gambar 5. Matriks pemetaan capaian
pembelajaran dengan bahan kajian, Kemenristek
DIKTI (2016),
Tahap Decision Making digunakan untuk
mengidentifikasikan dan mengevaluasi berbagai
alternatif yang dihasilkan pada tahap sebelumnya,
yaitu mengambil keputusan dan menghasilkan
dokumen kurikulum baru. Pada tahapan ini distribusi
mata kuliah dan Rencana Pembelajaran Semester
telah ditentukan.
Ketiga tahap model Choo ini masih dibatasi
pada tahap rancangan kurikulum, karena jika
mempertimbangkan Paradigma Kurikulum sebagai
Sebuah Program (gambar 3), maka pembelajaran
merupakan satu proses lain. Kurikulum sebagai
proses terdiri dari proses perancangan dan diikuti
oleh proses pembelajaran.
75
Kalbiscentia,Volume 3 No. 2, Agustus 2016
E. Evaluasi Proses Pembelajaran dan Lulusan
Sebelum pembahasan mengenai proses evaluasi,
perlu batasan jelas antara data, informasi, dan
knowledge. Pada berbagai literature, secara umum
data adalah fakta mentah yang menjadi informasi
ketika data dihubungkan dengan sebuah konteks
dan dikombinasikan sehingga menjadi struktur
bermakna, yang kemudian menjadi knowledge bila
informasi bermakna tersebut dikombinasikan dengan
pengalaman dan berbagai pertimbangan.
Hirarkri data-informasi-knowledge
dilihat
secara terbalik oleh Tuomi bahwa pengetahuan ada
ketika diartikulasi, diungkapkan, dan distrukturisasi
sehingga menjadi informasi, dan kemudian
ditentukan standar interpretasi informasi tersebut
sehingga menjadi data. Oleh sebab itu, menurut
Tuomi data mentah itu tidak ada, karena dipengaruhi
oleh knowledge atau pemikiran tersebut pada proses
identifikasi dan pengumpulan data. [5].
Gambar 5. Hirarki data informasi
Knowledge, Jing Tian Yoshiteru Nakamori
Andrzej P. Wierzbicki, (2009)
Perguruan tinggi dalam mengelola pembelajaran
salah satunya juga wajib melakukan pemantauan
dan evaluasi terhadap kegiatan program studi dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran (SN-Dikti, pasal
39 ayat 3). [3]. Oleh sebab itu diperlukan kegiatan
evaluasi program pembelajaran yang dapat digunakan
sebagai tolok ukur keberhasilan dan perbaikan
mutu pembelajaran atau pengembangan kurikulum
program studi. Sebagai pengelola program studi
wajib melakukan 2 (dua) evaluasi yaitu: (1) Evaluasi
proses pembelajaran (kesuaian proses pembelajaran
dengan capaian pembelajaran mata kuliah); dan
(2) Evaluasi lulusan (kesesuaian kualifikasi lulusan
dengan capaian pembelajaran lulusan).
Evaluasi proses pembelajaran dan lulusan
menjadi bagian penting Knowledge Management Life
Cycle sebagai dasar melalukan perbaikan. Knowledge
yang diharapkan menginterpretasikan informasi yang
diperlukan dan data mentah apa saja yang perlu dicari.
76
F. Siklus Manajemen Pengetahuan dan
Penyusunan Kurikulum
Penyusunan kurikulum hanya menjadi bagian
dari siklus manajemen pengetahuan. Jika dikaitkan
dengan siklus manajemen pengetahuan menurut
Bukowitz dan Williams, maka siklus manajemen
pengetahuan penyusunan kurikulum adalah:
1.
Get. Mengikuti seminar mengenai Kerangka
Kualifikasi Indonesia (KKNI). Mengikuti acara
sosialisasi SN-Dikti. Mencari sumber eksplisit dan
tacit knowledge.
2. Use. Penyusunan kurikulum tahap 1 hingga tahap 3
sesuai Gambar 4. Rangkuman Proses Penyusunan
Kurikulum
3. Learn. Mempelajari kekurangan kurikulum yang
telah dioperasionalkan dan membuat revisi mata
kuliah maupun kurikulum untuk meminimalkan
kekurangan.
4.Constribute. Seseorang menuliskan apa yang
telah mereka pelajari pada knowledge base
(penyimpanan pengetahuan) organisasi termasuk
konstribusi pengetahuan mengenai pengalaman
sukses dan gagal sehingga seseorang tidak akan
mengalami kegagalan yang sama. Dampak
dari konstribusi tersebut adalah memperkaya
content memori organisasi. Tentunya, untuk
dapat menfasilitasi ini organisasi perlu memiliki
medianya, misalnya content management system,
e-learning, news letter, dan lain sebagainya.
5.Assess. Organisasi menentukan arahan strategi ke
depan dan mengidentifikasi modal capital yang
diperlukan seperti kapital insani(kompetensi),
modal pelanggan (relasi dengan pelanggan),
modal keorganisasian (pangkalan pengetahuan,
proses bisnis, infrastuktur teknologi, nilai,
norma, dan budaya organisasi). Berarti,
Organisasi mendefinisikan pengetahuan yang
kritis dan memetakan modal intelektual saat ini
terhadap kebutuhan pengetahuan masa depan
yang berdampak pada peningkatan konten pada
pangkalan pengetahuan yang bertujuan agar
organisasi mampu mengubah pengetahuannya
menjadi produk dan jasa yang bernilai bagi
pelanggan. Lembaga perguruan tinggi menentukan
visi dan misi, kemudian menentukan strategi
pencapaiannya terutama yang berkaitan dengan
pangkalan pengetahuan.
6. Build/Sustain. Organisasi mengalokasikan sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan modal intelektual
masa depan agar dapat disalurkan kembali untuk
Julia Loisa, Penyusunan Kurikulum Sebagai Salah Satu Implementasi Manajemen...
menciptakan pengetahuan baru dan memperkuat
pengetahuan yang ada.
7.Divest. Organisasi menentukan asset intellectual
mana yang masih perlu dipertahankan dan
dipelihara, sedangkan aset intelektual yang sudah
tidak diperlukan agar dilokalisasikan.
3. Pasca Penyusunan Kurikulum
Pada tahap ini terdiri dari: (a)
Pengkodean
mata kuliah; (b) Penyusuan Rencana Pembelajaran
Semester (RPS); (c) Evaluasi proses pembelajaran;
dan (d) Evaluasi lulusan.
II. METODE PENELITIAN
Jadwal penyusunan kurikulum yang dilakukan
pada Universitas XYZ seperti pada Gambar 6:
Metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan tulisan ini adalah dengan melakukan
studi pustaka yang berkaitan dengan manajemen
pengetahuan dan Pengembangan Kurikulum
berbasis Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN
Dikti). Kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah
mengikuti seminar, mempelajari Panduan Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi, wawancara, dan
pengamatan dengan pengelola program studi di
Universitas XYZ.
A. Tahapan Penyusunan Kurikulum
Berikut ini adalah tahapan penyusunan
kurikulum yang diterjemahkan berdasarkan Panduan
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi (2016)
dan disesuaikan dengan budaya universitas[4]:
1 . Pra Penyusunan Kurikulum
Pada tahap pra penyusunan kurikulum, pihak
universitas menentukan ataupun menyesuaikan
dengan rencana strategi (renstra) universitas untuk
lima hingga sepuluh tahun ke depan dan mempelajari
arahan dari pemerintah, yang menghasilkan kebijakan
universitas dalam hal penyusunan kurikulum: (a)
Fokus kurikulum yang ingin dicapai (diturunkan dari
visi misi universitas); (b) Mata kuliah wajib negara,
mata kuliah wajib universitas dan satuan kredit
semester; (c) Kebijakan operasional terkait standar
pengajaran
2. Penyusunan Kurikulum
Pada tahap penyusunan kurikulum dilakukan
oleh setiap program studi. Pada Universitas XYZ
terdapat 11(sebelas) program studi. Tapahan
penyusunan kurikulum yang dilakukan oleh
setiap program studi adalah: (a) Analisis Internal
& Eksternal: (1)
SWOT & Benchmark: (2)
Perkembangan keilmuwan dan masukan dari
asosiasi (3) Tracer Study, masukan lulusan, dan
masukan pengguna lulusan; (b) Penentuan Profil
Lulusan dan deskripsi kemampuannya; (c) Penentuan
Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL); (d) Penentuan
Bahan Kajian (e) Matriks CPL dan Bahan Kajian
menghasilkan mata kuliah dan sks; dan (f) Struktur
Kurikulum & Dokumen Kurikulum
B. Jadwal Penyusunan Kurikulum
Gambar 6. Jadwal penyusunan kurikulum
pada Universitas XYZ
Selanjutnya, tahap pasca penyusunan kurikulum
yang terdiri dari evaluasi proses pembelajaran dan
evaluasi lulusan masih merupakan proyek lanjutan
yang belum diidentifikasikan waktunya
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Seminar dan Pengarahan Umum
Tahap ini termasuk pada tahapan pra
penyusunan kurikulum. Universitas XYZ melakukan
pertemuan yang membahas mengenai: (1) Peraturan
pemerintah yang mendasari penyusunan kurikulum;
(2) Ketentuan Universitas dalam hal: (a) Mata wajib
negara, mata kuliah wajib universitas dan sks-nya;
(b)
Batasan minimum dan maksimum total sks
program studi berdasarkan jenjang pendidikan; (c
Surat Keputusan Rektor tim penyusunan kurikulum
B. Penyusunan Kurikulum oleh Program Studi
1. Analisis Internal dan Eksternal
Berikut ini adalah sebahagian dari analisis
internal dan eksternal pada 11 (sebelas) program studi
di Universitas XYZ adalah:
l Program studi satu
Terkait dengan saran yang diberikan oleh
pengguna lulusan dan alumni, menyatakan bahwa
kemampuan bidang akuntansi keuangan telah cukup
memadai. Namun masih perlu ditingkatkan dalam
hal penguasaan praktik Audit dan praktik Perpajakan
(terutama kemampuan dalam pengisisian e-Fin dan
e-Faktur)
l Program studi dua
Kekuatan: Penguasaan lulusan terhadap
teknologi informasi cukup memadai: Kelamahan:
77
Kalbiscentia,Volume 3 No. 2, Agustus 2016
Jabatan Akademik Dosen masih banyak tenaga
pengajar; Peluang: Banyak tawaran kerjasama;
Ancaman: Luasnya ilmu manajemen
l Program studi tiga
Berdasarkan masukan dari alumni dan pengguna
lulusan, didapat data bahwa bidang ilmu yang banyak
digunakan di tempat kerja adalah Business English
Program studi empat
Perkembangan bidang ilmu atau bidang kajian
saat ini bergeser dari bidang ilmu kajian sastra dan
budaya ke arah kajian penerapan bahasa, kajian
interdisipliner, dan kajian multidisipliner seperti
kajian penerapan bahasa dalam bidang pengajaran,
bidang media massa, bidang bisnis, serta kaitannya
dengan bidang ilmu lain seperti ilmu komunikasi,
ilmu manajeman, dan lain-lain.
l
Program studi lima
Era digital tersebut merambah ke bidang
kehumasan. Dalam berbagai institusi, baik dalam
bentuk korporasi, pemerintahan ataupun nirlaba
mulai menyadari pentingnya pemanfaatan media
sosial sebagai sarana peningkatkan citra institusi,
penanganan krisis lintas sektoral, menunjang kegiatan
pemasaran yang terintegrasi, dan wadah kreativitas
yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah. Hal
ini mutlak dilakukan mengingat persaingan industri
di kancah global memberi ruang yang terbatas dalam
penggunaan anggaran. Oleh karena itu, efisiensi dan
efektivitas dalam aktivitas Public Relations maupun
Marketing Communication menggunakan media
sosial menjadi strategi yang jitu sebagai solusi.
l
Program studi enam
Fenomena perubahan dalam keluarga dan
masyarakat menimbulkan kerentanan psikologis pada
individu, tantangan-tantangan yang dihadapi dalam
bekerja dan berinteraksi dalam masyarakat, membuat
ilmu Psikologi semakin dibutuhkan untuk menangani
klien dan memberikan intervensi psikologis.
Berbagai kesempatan-kesempatan dari perubahan di
masyarakat membuat psikologi menjadi ilmu yang
relevan dan dapat berkolaborasi dengan disiplin ilmu
lainnya, seperti ilmu kesehatan, pendidikan anak dan
remaja, dan manajemen organisasi.
l
Program studi tujuh
Seiring pertumbuhan di sektor industri
pariwisata, di wilayah jabodetabek saja sudah
terdapat (10) sepuluh lembaga pendidikan setingkat
Universitas, Sekolah Tinggi atau Akademi yang
menyelenggarakan program studi di bidang pariwisata
l Program studi delapan
Perkembangan strategi pemerekan (baik
perusahaan maupun perorangan) yang semakin
kompetitif sehingga keberadaan desain komunikasi
visual menjadi salah satu kunci akan kemajuan usaha.
Program studi Sembilan
Dalam arah perkembangan yang menuju usaha
pengurangan pemakaian bahan alam dan usaha lain
untuk menjaga lingkungan hidup, keilmuan teknik
industri juga dituntut untuk mampu menguasai
konsep-konsep produksi ramah lingkungan seperti
green manufacturing, green supply chain dan lain
sebagainya.
l
Program studi sepuluh
Sebagaimana didefinisikan oleh Association
for Computing Machinery (ACM), Association
for Information Systems (AIS), dan Association of
Information Technology Professionals(AITP), Sistem
Informasi sebagai disiplin ilmu akademik mencakup
dua area utama yaitu (1) area yang berkaitan dengan
upaya pengembangan sistem dan (2) area yang
berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian,
dan pengelolaan teknologi informasi.
l
Program studi sebelas
Berdasarkan masukan pengguna alumi bahwa
perlu ditingkatkan kemampuan softskill pada
mahasiswa. (sumber pengguna Alumni Accenture,
2014)
l
2. Penentuan Capaian Pembelajaran Lulusan
Panduan Penyusunan Kurikulum wajib
merujuk kepada jenjang kualifikasi KKNI, terutama
yang berkaitan dengan unsur ketrampilan khusus
(kemampuan kerja) dan penguasaan pengetahuan,
sedangkan yang mencakup sikap dan keterampilan
umum dapat mengacu pada rumusan yang telah
ditetapkan dalam SN-Dikti sebagai standar minimal,
yang memungkinkan ditambah sendiri untuk memberi
ciri lulusan perguruan tingginya seperti yang tersaji
dalam berikut ini. [4]
l
78
Gambar7. Rumusan capaian pembelajaran lulusan
program studi, Kemenristek DIKTI (2016)
Julia Loisa, Penyusunan Kurikulum Sebagai Salah Satu Implementasi Manajemen...
3. Penentuan Bahan Kajian
Bahan kajian adalah komponen/materi yang
harus dipelajari/diajarkan untuk mencapai CP yang
direncanakan. Berikut ini adalah sebagian dari bahan
kajian pada 11 (sebelas) program studi di Universitas
XYZ adalah:
Tabel 1. Penentuan bahan kajian
Program Studi
Program Studi Satu
Program Studi Dua
Program Studi Tiga
Program Studi Empat
Program Studi Lima
Program Studi Enam
Program Studi Tujuh
Bahan Kajian
Akuntansi Keuangan; Auditing;
Perpajakan; Akuntansi
Manajemen
Bisnis; Keuangan; SDM; Stratejik;
Ritel; Pemasaran
Teaching; Translation;
Linguistics; Culture; Introduction
to Literature; Skills
Keterampilan Berbahasa;
Linguistik; Budaya; Pengajaran
bahasa; Bahasa Tionghoa dalam
Bisnis; Penerjemahan
Broadcast Production; Broadcast
Journalism; Public Relations;
Marketing; Communication
F&B service; Food Production;
Pastry Production; Liquor and
Wine; Room Front Office;
Housekeeping; Tour; Event
Eksplorasi Visual; Kajian Desain;
Visual Informasi; Visual
Identitas; Visual Persuasi;
Pengolahan Kreativitas; Graphic
Design; 2D Animation; 3D
Animation; Cinematography
Program Studi Sembilan
Teknik-Teknik Optimasi;
Pemodelan Sistem; Teknik
Produksi& Manufaktur;
Perancangan Teknik Industri
Program Studi Sebelas
Gambar 8 menunjukkan matriks yang
menghubungkan CPL dengan bahan kajian, yang
membentuk cikal bakal mata kuliah (R1, R2, dst).
Perspektif Psikologi;
Biopsikologi; Teori Kepribadian;
Perkembangan Manusia;
Kesehatan Mental; Psikologi
Organisasi; Metode Penelitian;
Konseling; Prinsip Pembelajaran;
Perubahan Perilaku
Program Studi Delapan
Program Studi Sepuluh
Gambar 8. Matriks capaian pembelajaran
dan bahan kajian pada Universitas XYZ
Algoritma & Pemrograman; Bisnis
& Manajemen; Pengolahan Data;
Sistem Enterprise; Rekayasa
Perangkat Lunak
Ilmu matematika; Algorithm
dan pemrograman; Sistem
Cerdas; Rekayasa Perangkat
Lunak; Komputer Arsitektur;
Jaringan Komputer;
Kecakapan Hidup
4. Matriks CPL dan Bahan Kajian menghasilkan
mata kuliah dan sks
Penetapan mata kuliah dapat dilakukan dengan
menggunakan pola matriks, yaitu menghubungkan
Capaian Pembelajaran Lulusan (horizontal) dengan
bidang keilmuwan program studi (vertikal).
Gambar 9. Metode penentuan satuan kredit
semester pada Universitas XYZ
Gambar 9 menunjukkan metode penentuan
sks: (1) Isilah materi yang diperlukan untuk bahan
kajian/mata kuliah tertentu; (2) Tentukan bobot yang
diperlukan untuk materi tersebut; (3) Jumlahkan
semua bobot untuk satu bahan kajian/mata kuliah
(total bobot bk); (4) Jumlahkan semua bobot untuk
seluruh mata kuliah pada program studi tersebut
(total bobot prodi); (5) Hitunglah sks: (total bobot
bk / total bobot prodi) x total sks prodi; (6) Lakukan
pembulatan ke atas atau ke bawah untuk menentukan
sks; (7) Jika sks yang diperoleh terlalu besar, maka
bahan kajian bisa dipecah lagi menjadi mata kuliah.
Setelah melalui tahap di atas, maka hasilnya adalah
daftar mata kuliah dengan bobot sks nya.
5. Struktur Kurikulum & Dokumen Kurikulum
Proses penetapan posisi mata kuliah dalam
semester dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
79
Kalbiscentia,Volume 3 No. 2, Agustus 2016
secara serial atau paralel. Pilihan cara serial
didasarkan pada pertimbangan adanya struktur
atau logika keilmuan/keahlian yang dianut, yaitu
pandangan bahwa suatu penguasaan pengetahuan
tertentu diperlukan untuk mengawali pengetahuan
selanjutnya (prasyarat), sedangkan sistem parallel
didasarkan pada pertimbangan proses pembelajaran.
Dalam sistem paralel pendekatan yang digunakan
adalah pembelajaran secara terintegrasi baik keilmuan
maupun proses pembelajaran, akan mendapatkan
hasil belajar yang lebih baik (Panduan penyusunan
kurikulum, p18) [4].
Pada tahap akhir ini, program studi menentukan
distribusi mata kuliah sesuai pendekatannya. Setelah
itu, untuk menghasilkan dokumentasi kurikulum
yang ideal sebagai panduan dalam penyelenggaraan
pendidikan, semua tahap di atas (tahap 1-6)
dirangkaikan menjadi sebuah dokumen sah.
C. Pasca Penyusunan Kurikulum
Mengacu kembali pada Gambar 3. Paradigma
Kurikulum sebagai Sebuah Program, pasca
penyusunan kurikulum adalah tahapan yang
perlu dilakukan untuk menerjemahkan rancangan
kurikulum pada proses pembelajaran dan hasilnya
(luaran), sehingga kegiatan yang perlu dilakukan
pada tahap ini adalah: (1) Pengkodean mata kuliah;
(2) Penyusuan Rencana Pembelajaran Semester
(RPS); (3) Evaluasi proses pembelajaran; dan (4
Evaluasi lulusan.
Tahap pasca penyusunan kurikulum merupakan
langkah selanjutnya untuk melakukan capture
knowledge yang diperlukan bagi sebuah lembaga
pendidikan.
IV. SIMPULAN
1.Jika Human Resource Management (HRM) adalah
tentang mengelola orang secara efektif dan jika
sumber daya manusia yang paling berharga adalah
pengetahuan, maka HRM dan KM sangat erat
kaitannya. Bahkan, HRM dan KM berbagi kegiatan
umum dan tujuan yang sama ketika menciptakan
unit kerja, tim, kerjasama lintas fungsional, serta
proses komunikasi dan jaringan dalam organisasi.
2.
Berarti,
berbicara
mengenai
manajemen
pengetahuan sangat perlu mengetahui arah
pengelolaan sumber daya manusia di dalam
organisasi, lebih jauh lagi perlu mengetahui
kebijakan/arahan stratejik organisasi.
3.
Oleh sebab itu, Implementasi knowledge
management sangat membutuhkan dukungan dari
80
pimpinan organisasi terutama dalam dua aspek:
Membangun/mengubah budaya organisasi dan
Penggunaan dukungan teknologi informasi dalam
implementasi manajemen pengetahuan.
3. Kurikulum merupakan modal intelektual bagi
sebuah perguruan tinggi karena merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
capaian pembelajaran lulusan, bahan kajian,
proses, dan penilaian yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan program studi.
4.Jika manajemen pengetahuan dikaitkan dengan
Gambar 3. Paradigma Kurikulum sebagai Sebuah
Program, maka selain penyusunan kurikulum,
lembaga pendidikan tinggi perlu membedakan
manajemen pengetahuan untuk level proses
pembelajaran.
5.Kelebihan penyusunan kurikulum yang dilakukan
pada Universitas XYZ adalah integrasi setiap tahap
mulai dari pra penyusunan, proses penyusunan, dan
pasca penyusunan sehingga mampu menurunkan
Visi dan Misi Universitas XYZ ke dalam rancangan
kurikulumnya.
6. Kelemahan penyusunan kurikulum yang dilakukan
pada Universitas XYZ adalah setiap tahap
yang dilakukan membutuhkan pemikiran yang
sistematis dan detil, sehingga waktu dan sumber
daya manusia yang dirasakan sangat terbatas.
V. DAFTAR RUJUKAN
[1] K. Rainer, B. Prince, & H. W. R. Reizer. Management
Information System: Moving Business Forward, United
States: John Wiley & Sons, Inc, 2015, 39.
[2] K. Dalkir, Knowledge Management in Theory and
Practice, United States: John Wiley & Sons, Inc. 2005,
32
[3] Peraturan Menteri Riset. Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi . 2015, 5
[4] Kementerian Riset. Teknologi dan Pendidikan Tinggi –
Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan – Dirjen
Pembelajaran,
“Panduan Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi”, 2016 . 5
[5] J. Tian, Y. Nakamori & A. P. Wierzbicki ”Knowledge
management and knowledge creation in academia:
a study based on surveys in a Japanese research
university”, Journal of Knowledge Management, 2009.
Vol. 13 Iss 2 . 2009, pp. 76 – 92
[6] I. Svetlik, E. Stavrou-Costea, “Connecting human
resources management and knowledge management”,
International Journal of Manpower, Vol. 28 Iss 3/4 pp.
2007, 197 – 206
Download