3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Manajemen Risiko

advertisement
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manajemen Risiko
Risiko adalah Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada
pencapaian tujuan (AS/NZS 4360:2004) dan Efek dari ketidakpastian tujuan (ISO
31000:2009).
Manajemen risiko adalah Budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk
mewujudkan peluang peluang sambil mengelola efek yang tidak diharapkan.
(AS/NZS
4360:2004).
Kegiatan
terkoordinasi
untuk
mengarahkan
dan
mengendalikan organisasi berkaitan dengan risiko. (ISO 31000:2009).
Secara garis besar, proses manajemen risiko dapat dijelaskan seperti ilustrasi
berikut ini:
Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko
3
2.1.1 Identifikasi Risiko
Identifikasi
risiko
adalah proses
menemukan,
mengenal,
dan
mendeskripsikan risiko (ISO 31000:2009). Hal pertama yang perlu
dilakukan untuk mengelola risiko adalah mengidentifikasinya.
Jika kita tidak dapat mengidentifikasi/mengenal/mengetahui, tentu saja
kita tidak dapat berbuat apapun terhadapnya. Identifikasi risiko ini terbagi
menjadi dua, yaitu identifikasi risiko proaktif dan identifikasi risiko
reaktif.
Identifikasi risiko proaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan
dengan cara proaktif mencari risiko yang berpotensi menghalangi rumah
sakit mencapai tujuannya. Disebut mencari karena risikonya belum
muncul dan bermanifestasi secara nyata. Metode yang dapat dilakukan
diantaranya: audit, inspeksi, brainstorming, pendapat ahli, belajar dari
pengalaman rumah sakit lain, FMEA, analisa SWOT, survey, dan lainlain.
Identifikasi risiko reaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan
setelah risiko muncul dan bermanifestasi dalam bentuk insiden/gangguan.
Metoda yang dipakai biasanya adalah melalui pelaporan insiden.
Tentu saja, lebih baik kita memaksimalkan identifikasi risiko proaktif,
karena belum muncul kerugian bagi organisasi. Bagi rumah sakit, cara
paling mudah dan terstruktur untuk melakukan identifikasi adalah lewat
setiap unit. Setiap unit diminta untuk mengidentifikasi risikonya masingmasing. Setelah terkumpul, seluruh data identifikasi itu dikumpulkan
menjadi satu dan menjadi identifikasi risiko rumah sakit.
2.1.2 Analisa Risiko
Analisa risiko adalah proses untuk memahami sifat risiko dan
menentukan peringkat risiko (ISO 31000:2009). Setelah diidentifikasi,
risiko dianalisa. Analisa risiko dilakukan dengan cara menilai seberapa
sering peluang risiko itu muncul; serta berat-ringannya dampak yang
ditimbulkan (ingat, definisi risiko adalah: Peluang terjadinya sesuatu yang
4
akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan). Analisa peluang dan
dampak ini paling mudah jika dilakukan dengan cara kuantitatif. Caranya
adalah dengan memberi skor satu sampai lima masing-masing pada
peluang dan dampak. Makin besar angka, peluang makin sering atau
dampak makin berat. Setelah skor peluang dan dampak/konsekuensi kita
dapatkan, kedua angka itu kemudian dikalikan. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan peringkat. Mengapa perlu peringkat? Tentu saja, risiko perlu
diberi peringkat, untuk mendapatkan prioritas penanganannya. Makin
tinggi angkanya, makin tinggi peringkatnya dan prioritasnya.
2.1.3 Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara hasil analisa
risiko dengan kriteria risiko untuk menentukan apakah risiko dan/atau
besarnya dapat diterima atau ditoleransi (ISO 31000:2009). Sedangkan
kriteria risiko adalah kerangka acuan untuk mendasari pentingnya risiko
dievaluasi (ISO 31000:2009). Dengan evaluasi risiko ini, setiap risiko
dikelola oleh orang yang bertanggung jawab sesuai dengan peringkatnya.
Dengan demikian, tidak ada risiko yang terlewati, dan terjadi
pendelegasian tugas yang jelas sesuai dengan berat – ringannya risiko.
2.1.4 Penanganan Risiko
Penanganan risiko adalah proses untuk memodifikasi risiko (ISO
31000:2009). Bentuk-bentuk penanganan risiko diantaranya:
1.
Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau
melanjutkan aktivitas yang menimbulkan risiko;
2.
Mengambil atau meningkatkan risiko untuk mendapat peluang (lebih
baik, lebih menguntungkan);
3.
Menghilangkan sumber risiko;
4.
Mengubah kemungkinan;
5.
Mengubah konsekuensi;
5
6.
Berbagi risiko dengan pihak lain (termasuk kontrak dan pembiayaan
risiko);
7.
Mempertahankan risiko dengan informasi pilihan.
2.1.5 Pengawasan (Monitor) dan Tinjauan (Review)
Pengawasan dan tinjauan memang merupakan kegiatan yang umum
dilakukan oleh organisasi manapun. Namun, untuk manajemen risiko ini
perlu dibahas, karena ada alat bantu yang sangat berguna. Alat bantu itu
adalah Risk Register (daftar risiko).
Risk Register adalah Pusat dari proses manajemen resiko organisasi
(NHS). Alat manajemen yang memungkinkan suatu organisasi memahami
profil resiko secara menyeluruh. Ini merupakan sebuah tempat
penyimpanan untuk semua informasi resiko (Risk Register Working Group
2002).
Catatan segala jenis resiko yang mengancam keberhasilan organisasi
dalam mencapai tujuannya (Risk Register Working Group 2002). Ini
adalah ‘dokumen hidup’ yang dinamis, yang dikumpulkan melalui proses
penilaian dan evaluasi resiko organisasi (Risk Register Working Group
2002). Risk register dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Risk register korporat, digunakan untuk risiko ekstrim (peringkat 15
– 25)
2.
Risk register divisi, digunakan untuk risiko dengan peringkat lebih
rendah atau risiko yang diturunkan dari risk register korporat karena
peringkatnya sudah turun. Untuk mengurangi beban administrasi,
risiko rendah (peringkat 1 – 3) tidak perlu dimasukkan ke dalam
daftar.
Risk Register ini bersifat sangat dinamis. Setiap bulan bisa saja
berubah. Perubahan itu dapat berupa:
1.
Jumlahnya berubah karena ada risiko baru teridentifikasi.
6
2.
Tindakan pengendalian risikonya berubah karena terbukti
tindakan pengendalian risiko yang ada tidak cukup efektif.
3.
Peringkat risikonya berubah karena dampak dan peluangnya
berubah.
4.
Ada risiko yang dihilangkan dari daftar risiko korporat, karena
peringkatnya sudah lebih rendah dari 15 (dipindahkan ke risk
register divisi).
2.2 Kasus Penculikan Bayi Valencia di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
2.2.1 Kronologi Penculikan
Pelaku penculikan bayi di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Kota Bandung,
pada Selasa malam, 25 Maret 2014, mengenakan jas dokter berwarna
putih. Menurut orang tua bayi, Tony Manurung, 26 tahun, penculik sempat
menyatakan bayinya harus dirawat. "Pelakunya wanita hitam manis,
matanya agak sipit, tingginya sekitar 165 sentimeter, agak gemuk," kata
Toni ketika menggelar jumpa pers di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Rabu,
26 Maret 2014.
Sewaktu kejadian, kata Toni, penculik mengenakan jas dokter,
kacamata dengan lensa bening dan bingkai hitam, kerudung, serta rok jins
yang panjang dan berenda. "Dia mengaku dokter bagian administrasi."
Penculikan ini terjadi setelah istrinya, Lasmaria Manulang, 23 tahun,
melahirkan bayi perempuan di ruang bersalin kelas III, Alamanda, di RS
Hasan Sadikin pada Selasa pagi, 25 Maret 2014, sekitar pukul 09.30 WIB.
"Setengah jam sebelum melahirkan, istri saya sempat melihat pelaku
mondar-mandir di dekat ruang bersalin. Tapi waktu itu istri saya tidak
curiga," kata Toni.
Beberapa saat setelah melahirkan anak keduanya itu, Lasmaria sempat
dikunjungi perempuan tersebut. Waktu itu perempuan tersebut sempat
menanyakan kondisi Lasmaria. Menjelang sore, Lasmaria dan bayinya
dipindahkan ke ruang perawatan Alamanda. Sekitar pukul 16.00,
perempuan itu kembali mengunjungi Lasmaria. Dia kembali menanyakan
7
kondisi kesehatan Lasmaria. Lalu, sekitar pukul 19.15, perempuan itu lagilagi datang. Dia menanyakan waktu kepulangan Lasmaria. Waktu itu Tony
mengatakan bahwa dia, istri, bayi mereka akan pulang esok."Dia juga
meminta KTP saya, tapi dibalikin. Dan saya melihat perubahan raut muka
perempuan itu, seperti kecewa," kata Toni.
Lalu perempuan yang disangka dokter oleh pasangan suami-istri itu
kembali bertanya-tanya kepada Lasmira yang saat itu sedang tiduran.
"Pelaku bertanya ke istri saya, masih mules enggak? Masih menahan
kencing? Dia (pelaku) bilang kencing aja, jangan ditahan," kata Toni.
Perempuan itu kemudian meminta Toni mengantar Lasmira ke kamar
mandi untuk membersihkan noda darah yang masih menempel pada kaki
istrinya tersebut. "Dia memegang bayi dan bilang mau dia bawa ke ruang
perawatan bayi. Karena kami menyangka dia dokter, kami menurut saja
(meninggalkan bayi) terus saya antar istri ke kamar mandi," ujar Toni.
Setelah keluar dari kamar mandi, Toni melihat bayinya sudah tidak ada
di tempat tidur. "Saat itu saya belum curiga. Lalu saya lapor perawat
magang karena selimut bayi tertinggal di kasur." Mendapat laporan itu,
perawat magang bingung karena petugas dari ruang bayi tidak pernah
menyuruh orang mengambil bayi Toni. Perawat itu kemudian panik dan
melapor ke petugas keamanan, yang langsung mengecek rekaman CCTV.
Saat itulah Tony baru sadar bahwa bayinya diculik.
2.2.2 Pembahasan Kasus
Kasus penculikan bayi di rumah sakit merupakan kasus dominan
diantara seluruh kasus penculikan bayi. Dari penelitian, diketahui bahwa
kasus penculikan bayi di rumah sakit menempati peringkat pertama
dengan prosentase 55.6%, selanjutnya penculikan bayi di rumah 35.3%,
dan sisanya di tempat lain. Untuk kejadian di rumah sakit, lokasi
terbanyak adalah di ruang ibu (55%), selanjutnya di ruang bayi, ruang
perawatan anak, dan tempat lain di rumah sakit dengan prosentase yang
kurang lebih sama. Dengan data itu, kita dapat mengambil kesimpulan
8
bahwa rumah sakit, terutama ruang ibu adalah tempat paling rawan untuk
terjadinya kasus penculikan bayi.
Oleh karena itu, kita harus melakukan berbagai upaya agar kasus
tersebut tidak terjadi di rumah sakit kita. Berikut ini adalah hal – hal yang
perlu dilakukan:
1. Segera setelah bayi lahir, dan sebelum bayi dipisahkan dari ibunya,
gelang identitas dipasang.
2. Seluruh staf yang bekerja di RS diharuskan menggunakan kartu
identitas yang masih berlaku. Pada kartu identitas tersebut harus
terdapat nama, nomor karyawan dan pas foto berwarna yang dapat
dilihat dengan jelas.
3. Staf RS dan dokter yang melakukan kontak langsung dengan bayi
harus menggunakan kartu identitas khusus yang hanya dipakai oleh
mereka, dan diketahui oleh orang tua bayi. Lebih baik lagi jika kartu
tersebut sekaligus berfungsi sebagai kartu akses elektronik untuk
dapat membuka pintu di area kamar bayi.
4. Kartu identitas harus dipakai pada pakaian di atas pinggang, sisi depan
ada di bagian depan, identitas pada kartu tidak luntur atau hilang
dengan cara apapun, tidak ditambah asesoris apapun yang dapat
menutupi kartu.
5. Sistim kartu identitas harus digunakan oleh seluruh staf, termasuk
mahasiswa dan staf sementara. Penerbitan seluruh kartu identitas
harus terkendali. Untuk kartu identitas sementara, pengendaliannya
harus dilakukan dengan lebih ketat untuk memastikan kartu identitas
tidak hilang atau dipakai oleh orang yang tidak berhak, atau
disalahgunakan dengan cara apapun.
6. Panduan pencegahan penculikan bayi di RS bagi orang tua harus
dibagikan kepada para orang tua (pertimbangkan juga untuk ditempel
di pintu kamar mandi pasien). Informasi yang sama harus disampaikan
9
kepada seluruh staf dan dokter yang kontak dengan bayi dan pasien
anak.
7. Staf pada semua tingkatan harus mendapat sosialisasi mengenai
melindungi bayi dari penculikan, termasuk, namun tidak terbatas
pada, informasi perihal profil penculik, perilaku tidak wajar, prosedur
pencegahan, dan rencana respon insiden gawat.
8. Untuk melindungi bayi ketika sedang dibawa di dalam faslitas RS, hal
- hal ini harus menjadi perhatian: Hanya staf yang berwenang
(menggunakan
kartu
identitas
khusus,
atau
seseorang
yang
menggunakan gelang identitas yang sama dengan bayi tersebut) yang
diperbolehkan membawa bayi. Bayi tidak boleh ditinggal tanpa
pengawasan langsung. Bayi di antar ke ibunya dengan cara masing –
masing bayi dibawa satu demi satu. Staf RS dilarang membawa
beberapa bayi secara bersamaan sekaligus dalam satu waktu ke ruang
bersalin, ruang bayi, atau tempat lain. Bayi tidak boleh digendong,
tapi diletakkan di dalam kotak bayi beroda.
9. Bayi selalu ditempatkan pada posisi yang terlihat dan dalam
pengawasan langsung dari orang-orang berikut ini: staf RS yang
bertugas, ibu, anggota keluarga lain, atau teman dekat yang ditunjuk
oleh ibu. Mereka diberi pemahaman perihal prosedur yang harus
dipatuhi jika bayi sedang bersama ibu, namun ibunya ingin tidur, ke
kamar mandi, dan / atau dalam pengaruh obat bius.
10. Jika ibu dalam keadaan mengantuk ketika bayi diantar ke ruang
bersalin, staf harus berhati – hati. Ibunya harus dibangunkan terlebih
dahulu sampai sadar penuh sebelum menerima bayi. Dan sebelum
meninggalkan ruangan, staf juga harus memastikan ibu dalam keadaan
sadar penuh. Jika ibu tidak dapat menahan kantuknya, bayi tidak boleh
diserahkan.
11. Pada kondisi rawat gabung, letakkan kotak bayi pada posisi dimana
tempat tidur ibu berada diantara pintu keluar dan kotak bayi.
10
12. Jangan mencantumkan nama lengkap ibu atau bayi atau identitas lain
(alamat rumah, nomor telepon, dan lain - lain) di tempat yang dapat
dilihat oleh pengunjung. Jika diperlukan, gunakan nama keluarga saja.
Jangan tampilkan nama lengkap ibu atau bayi atau identitas lain pada
kotak bayi, ruangan, atau papan pasien. Menempatkan identitas bayi
di tempat yang dapat dilihat pengunjung dapat mengakibatkan bayi
dan keluarganya berada dalam bahaya setelah pulang.
13. Tetapkan kebijakan pengendalian akses untuk unit perawatan (ruang
bayi, ruang bersalin, NICU, ruang anak) untuk memaksimalkan
keamanan. Sebaiknya seluruh pintu masuk di area ini dipasang
perangkat kunci akses elektronik yang hanya dapat dibuka dengan
kartu akses tertentu dan terbatas. Di depan lobby atau pintu masuk,
perintahkan staf keamanan untuk berjaga dan menanyakan kepada
pengunjung perihal ibu yang mana yang akan mereka kunjungi. Jika
pengunjung tersebut tidak mengenal pasien atau tidak dapat
menyebutkan nama, maka ijin berkunjungnya ditolak. Kunjungan di
luar jam berkunjung tidak diperbolehkan. Jika karena satu dan lain hal
ada kunjungan di luar jam berkunjung, maka pengunjung tersebut
harus meninggalkan kartu identitas dan dicatat oleh petugas
keamanan.
14. Staf RS harus segera melaporkan setiap orang yang tanpa identitas,
tidak dikenal, perilaku atau aktifitas yang mencurigakan, ke perawat
yang bertugas. Perawat tersebut harus segera menghubungi pihak
keamanan.
15. Pada saat pulang, gelang identitas harus ditunjukkan kepada petugas.
Petugas kemudian mencocokkan gelang
yang terdapat
pada
pergelangan tangan dan kaki bayi dengan gelang yang dipakai oleh
ibu dan ayah, atau orang lain yang ditunjuk.
16. Staf RS harus mengantar bayi, ibu, dan keluarganya pada saat pulang
sampai masuk ke dalam mobil. Bayi dibawa menggunakan kotak bayi
beroda. Jika ibu ingin membawa bayi sendiri, ibunya menggunakan
11
kursi roda. Tidak diperbolehkan membawa bayi dengan cara
digendong di lingkungan rumah sakit.
17. Jangan melakukan publikasi berupa pemberitahuan kelahiran ke
media massa. Juga, jangan mengirimkan tanda ucapan selamat yang
terpampang di depan rumah. Hal ini dapat menyebabkan mereka
berada dalam bahaya.
18. Jika menyediakan pelayanan kunjungan rumah, petugas yang datang
ke rumah harus menggunakan kartu identitas yang hanya digunakan
oleh mereka, dikontrol dengan ketat oleh RS, dan diketahui oleh orang
tua. Terapkan sistim dimana orang tua dihubungi sebelum kunjungan,
untuk memberi tahu tanggal dan jam kunjungan, nama petugas yang
datang, dan tanda identitas yang digunakan.
2.2.3 Penjagaan Keamanan Fasilitas
1. Pasang alarm pada seluruh pintu tangga darurat. Terapkan kebijakan
respon atas bunyi alarm, yang mengatur tentang staf yang bertanggung
jawab untuk mematikan dan menyalakan kembali, yang dilakukan
hanya setelah observasi langsung terhadap tangga darurat, serta orang
yang menggunakannya. Sistim alarm sama sekali tidak boleh
dimatikan.
2. Pasang sistim kamera keamanan untuk memantau aktifitas di ruang
bersalin, ruang bayi, NICU, dan ruang rawat anak. Kamera harus
diletakkan di titik - titik strategis agar dapat meliput ruang rawat,
koridor, tangga darurat dan lift; serta dirancang untuk dapat merekam
seluruh wajah pengunjung. Rekaman video harus dipastikan
berfungsi. Masa rekam minimal 1 minggu sebelum ditimpa rekaman
baru.
3. Seluruh pintu ruang bayi harus memiliki perangkat kunci akses
elektronik, tetap terkunci sepanjang waktu, dan hanya dapat dibuka
oleh staf yang memiliki hak akses tertentu dan terbatas. Staf yang
12
berwenang harus ada di dalam ruang bayi sepanjang waktu jika ada
bayi di dalam ruang bayi.
4. Seluruh seragam harus diletakkan di lokasi yang aman dan tidak boleh
dipinjamkan kepada orang yang tidak berwenang. Jika ada ruang
locker dimana staf ganti / meletakkan pakaian, seluruh pintu menuju
ruang tersebut harus memiliki perangkat kunci akses elektronik, hanya
dapat dibuka oleh staf yang memiliki hak akses tertentu dan
terbatas, dan aksesnya diawasi secara ketat sepanjang waktu.
2.2.4 Prosedur Penanganan Penculikan Anak/Bayi
1. Bila ada laporan kehilangan bayi, segera kumpulkan ciri – ciri korban
dan beritahukan kepada pihak keamanan rumah sakit.
2. Pihak keamanan rumah sakit segera melakukan prosedur pengamanan
dengan cara seluruh pintu akses keluar masuk rumah sakit dilakukan
penjagaan secara ketat dan ditutup. Tidak ada seorang pun yang
diperbolehkan keluar atau masuk ke rumah sakit.
3. Pihak keamanan rumah sakit segera menghubungi operator telepon
untuk melakukan Paging Kode PINK.
4. Tim penanggulangan bencana segera berkoordinasi di posko bencana
mengenai status penculikan bayi, memberitahukan ciri – ciri korban,
dan briefing rencana penanggulangan.
5. Dilakukan pencarian di seluruh area rumah sakit.
6. Pihak keamanan rumah sakit bekerja sama dengan pihak kepolisian
terdekat untuk dilakukan penutupan area luar rumah sakit. Apabila
korban tidak berhasil ditemukan didalam area rumah sakit, maka
pihak keamanan dapat memperluas pencarian ke area luar dengan
ruang lingkup yang lebih luas.
7. Pihak rumah sakit menanyakan lagi lebih lanjut kepada unit
keperawatan mengenai cici-ciri lebih detail dari korban untuk
diinformasikan kepada pihak terkait / luar. Informasi keluar hanya
13
boleh dilakukan oleh public relation rumah sakit atas persetujuan
direktur.
8. Pihak keamanan mengamankan area tempat penculikan berlangsung.
9. Pihak keamanan mengamankan rekaman video CCTV minimal
selama 7 hari sebelum kejadian.
2.2.5 Diagram Analisis Manajemen Risiko Klinis
Citra RS
Menurun
Hilang Bayi
Kurangnya
Keamanan Pasien di
Ruang Bayi
Tidak Ada
Komunikasi &
Informasi tentang
Identitas Pegawai
di Rumah Sakit
Tingkatkan
Keamanan
- Penculikan Bayi
Id Card
Pegawai
Ruang Bayi/Dokter/Keamanan Pasien
Gambar 2.2 Diagram Analisis Manajemen Risiko Klinis
14
Kartu Identitas
Khusus
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Risiko berkaitan dengan kondisi yang menyebabkan kerugian. Kondisi ini
senantiasa ada dan menuntut perhatian manajemen untuk mengelolanya dengan
tepat. Inti pembahasan Manajemen risiko meliputi identifikasi atas risiko yang
ada, mengukur beratnya risiko, dan menanganinya dengan pendekatan / strategi
tertentu.
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam
mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian
aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk
mengelolanya
dan mitigasi risiko
dengan
menggunakan
pemberdayaan
/
pengelolaan sumber daya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah
memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek
negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.
Manajemen risiko bukanlah sesuatu yang berjalan begitu saja, melainkan suatu
upaya yang sistematik dan terstruktur serta terus menerus.
3.2 Saran
1. Para Staff RS, Dokter, Perawat, Koasisten (Koas) dan Mahasiswa Magang
diwajibkan memakai ID Card Resmi jika mau masuk ke ruangan termasuk
(Ruang Bayi, Ruang Bersalin, NICU, Ruang Anak).
2. Mengurangi akses pintu masuk di setiap ruangan dan menempatkan Security
di setiap sudut ruangan dan kamera CCTV.
3. Segera Laporkan setiap ada orang yang tanpa identitas, tidak dikenal, perilaku
atau aktifitas yang mencurigakan ke petugas.
4. Segera setelah bayi lahir dan sebelum bayi dipisahkan dari ibunya, gelang
identitas dipasang.
15
5. Pada saat pulang, gelang identitas harus ditunjukkan kepada petugas. Petugas
kemudian mencocokkan gelang yang terdapat pada pergelangan tangan dan
kaki bayi dengan gelang yang dipakai oleh ibu dan ayah, atau orang lain yang
ditunjuk.
6. Petugas harus mengantar bayi, ibu, dan keluarganya pada saat pulang. Jika
ibu ingin membawa bayi sendiri, ibunya menggunakan kursi roda. Tidak
diperbolehkan membawa bayi dengan cara digendong di lingkungan rumah
sakit.
16
DAFTAR PUSTAKA
Risk Management a Journey not a Destination, Kevin W Knight, 2006
CASU and Risk Register Working Group 2002
ISO 31000:2009
AS/NZS 4360:2004
JCHAO Patient Safety, WHO. 2005
www.lean-indonesia.com/kejadian-sentinel penculikan-bayi-di.html di akses 3
April 2015 pukul 19.52 WIB
17
Download