Respon Beberapa Sifat Kimia dan Hasil Tanaman Kakao terhadap Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Idaryani dan Sahardi BPTP Sulawesi Selatan Jl. Perintis Kemerdekaan Km-17,5 E-mail : [email protected] Abstrak Peningkatan produktivitas dan produksi kakao tidak terlepas dari usaha pemeliharaan tanaman yang baik. Pemupukan merupakan salah satu upaya pemeliharaan tanaman dengan tujuan memperbaiki kesuburan tanah melalui cara penambahan unsur hara, baik makro maupun mikro yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao. Tujuan kegiatan adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati terhadap sifat kimia tanah dan hasil tanaman kakao. Pengkajian dilakukan di Kabupaten Luwu pada bulan AprilNopember 2014. Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan diulang sebanyak tiga kali. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati dapat meningkatkan kemasaman (pH) tanah dan sifat kimia tanah serta hasil tanaman kakao. Hasil tanaman kakao tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian Kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr yaitu 54,5 buah sedangkan hasil tanaman kakao yang terendah diperoleh pada perlakuan Kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr, yaitu 31,5 buah. Kata kunci : kakao, pupuk organik, pupuk hayati Pendahuluan Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan petani dan sumber devisa negara. Luas areal kakao Indonesia pada tahun 2007 adalah 1.461.889 ha, yang didominasi oleh perkebunan rakyat (92,34%), melibatkan sebanyak 1.400.646 kk dengan produksi 779.816 ton, sehingga menempatkan Indonesia sebagai produsen kakao kedua didunia setelah Pantai Gading (Ivory Coast ) (Tambunan, 2009). Sulawesi Selatan merupakan pemasok/produsen utama kakao Indonesia, diikuti Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat. Dari ke empat propinsi tersebut, Sulawesi Selatan merupakan propinsi dengan pertumbuhan tertinggi yang mencapai 8,6% (Suryani dan Zulfebriansyah, 2007). Namun dalam kurun waktu lima tahun terakhir, sejak tahun 2004 tampaknya produksi dan produktivitas kakao setiap tahun semakin menurun, dari tahun 2004 poduksi dan produktivitas masing-masing sebesar 184.470 ton dan 1.066 ton/ha, dan tahun 2007 baik produksi maupun produktivitas menurun masing-masing menjadi 117.119 ton dan 677 ton/ha, demikian pula volume ekspor tahun 2004 sebesar 200.531 ton menjadi 132.286 ton pada tahun 2007 (DISBUN, 2008). Bahkan kinerja ekspor kakao Sulawesi Selatan pada Januari tahun 2008 merosot hingga 71.72% menjadi 4.34 juta USD dibanding bulan sama tahun sebelumnya sebesar 15.35 juta USD (BPS SulSel, 2008). Peningkatan produktivitas dan produksi kakao tidak terlepas dari usaha pemeliharaan tanaman yang baik. Pemupukan merupakan salah satu upaya pemeliharaan tanaman dengan tujuan memperbaiki kesuburan tanah melalui cara penambahan unsur hara, baik makro maupun mikro yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao. Dalam upaya mencapai 1502 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016 produktivitas yang tinggi sesuai potensi genetiknya, maka pemupukan merupakan faktor penentu utama khususnya pada keseimbangan dosis dan jenis pupuk yang digunakan dan bukan tingkat dosis yang tinggi (Wachar dan Kadarisman, 2007). Unsur-unsur hara utama yang perlu ditambahkan pada pemupukan tanaman kakao meliputi nitrogen, fosfor, kalium, dan magnesium. Pada umumnya unsur-unsur tersebut diperoleh dari penambahan pupuk anorganik. Hasil penelitian Angkapradipta et al. (1988) menunjukkan bahwa pemberian pupuk Urea dan TSP berpengaruh terhadap pertumbuhan kakao lindak tanaman belum menghasilkan pada tanah latosol yang ditunjukkan oleh pertumbuhan panjang dan lilit batang. Akan tetapi menurut Abdoellah (1996) pemberian pupuk anorganik saja bukanlah jaminan untuk memperoleh hasil maksimal tanpa diimbangi pupuk organik, karena pupuk organik mampu berperan terhadap perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, yang pada akhirnya terhadap produksi kakao. Pengelolaan bahan organik tanah sudah waktunya mendapat perhatian dalam perbaikan tingkat kesuburan tanah, peningkatan efisiensi pupuk, serta peningkatan produksi tanaman. Bahan organik berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pada dasarnya kandungan bahan organik dalam tanah dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk organik seperti limbah hasil pertanian yang telah dikomposkan. Tanaman kakao umumnya dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah tergantung pada sifat fisik dan kimia tanahnya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao. Kemasaman tanah (pH), kadar bahan organik, unsur hara, kapasitas absorbsi dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sedangkan sifat fisik yang meliputi kedalaman efektif, tinggi permukaan air tanah, drainase, srtuktur dan konsistensi tanah. Berdasarkan hal tersebut telah dilakukan pengkajian mengenai pengaruh penggunaan pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati terhadap sifat kimia tanah dan hasil tanaman kakao. Tujuan penelitian adalah untuk memberikan informasi yang berguna dalam usaha meningkatkan produksi dan mutu kakao melalui perbaikan sifat kimia dan kesuburan tanah. Metodologi Pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Luwu sebagai salah satu daerah sentra produksi kakao di Sulawesi Selatan, yang berlangsung dari bulan April – Nopember 2014. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan jumlah perlakuan sebanyak 7 dan diulang tiga kali, sehingga jumlah plot yang digunakan sebanyak 21. Setiap perlakuan diaplikasikan pada 24 pohon kakao, dan setiap plot diambil tanaman sampel sebanyak 8 pohon. Perlakuan yang dicobakan adalah: P1 = Kompos 5 kg + Pupuk hayati 15 gram per pohon P2 = Kompos 5 kg + Pupuk hayati 30 gram per pohon P3 = Kompos 5 kg + Pupuk hayati 15 gram per pohon + Pestisida nabati P4 = Kompos 5 kg + Pupuk hayati 30 gram per pohon + Pestisida nabati P5 = Kompos 5 kg + Pupuk hayati 15 gram per pohon + Bio urine P6 = Kompos 5 kg + Pupuk Hayati 30 gram per pohon + Bio Urine P7 = Pupuk Urea 250 + NPK 300 kg/ha, sesuai rekomendasi setempat (Kontrol) Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016 1503 Parameter yang diamati adalah : 1. Analisis tanah (pH, C-organik, N-total, dan C/N) Analisis tanah pada awal penelitian dilakukan dengan menganalisis sampel tanah secara komposit dari 21 petak percobaan. Pada akhir penelitian sampel tanah diambil lagi pada masing-masing petak perlakuan dan dilakukan secara komposit per ulangan 2. Analisis jaringan tanaman (N, P, K, Ca, Mg, dan Na) Analisis jaringan tanaman dilakukan dengan menganalisis salah satu bagian tanaman yaitu daun kakao pada masing-masing petak perlakuan dan dilakukan secara komposit per ulangan 3. Hasil tanaman kakao Hasil tanaman kakao yaitu jumlah buah yang diperoleh selama 5 bulan pengamatan Analisis ragam dengan univariat (Anova) dilakukan terhadap data pengamatan dari variabel kimia tanah dan jaringan tanaman serta hasil kakao. Jika dari analisis ragam terdapat keragaman yang berbeda nyata, dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil dan Pembahasan Hasil Analisis Tanah Hasil analisis tanah sebelum percobaan menunjukkan bahwa tanah lokasi percobaan memiliki kandungan bahan organik dan N yang sangat rendah, secara rinci hasil analisis tanah lokasi percobaan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis tanah awal pada lokasi kajian No 1 2 3 4 5 Unsur Kandungan Textur - Pasir (%) - Debu (%) - Liat (%) pH (H2O) Bahan Organik - C (%) - N (%) - C/N (%) Extract HCl 25% - P2O5 (mg/100 gram) - K2O (mg/100 gram) Nilai Tukar Kation - Ca (mg/100 gram) - Mg (mg/100 gram) - K (mg/100 gram) - Na (mg/100 gram) - KTK (mg/100 gram) 19 35 46 6,25 0,63 0,12 5 34 7 30,53 5,40 0,13 1,49 29,03 Hasil analisis sifat fisik tanah menunjukkan bahwa tekstur tanah termasuk kategori tanah lempung liat berdebu dengan kandungan pasir 19%, debu mencapai 35%, dan kandungan liat mencapai 46%. pH tanah (H2O) agak masam (6,25), C-organik sangat rendah (0,63%), N-organik rendah (0,12%) , nisbah C/N rendah (5), P-HCl sedang (34 mg/100 g), dan K-HCl sangat rendah (7 mg/100g). Ca sangat tinggi (30,53), Mg tinggi (5,40), K rendah (0,13), Na sangat tinggi (1,49), dan KTK tinggi (29,03). Berdasarkan data hasil analisis laboratorium untuk sampel kesuburan tanah (Tabel 1), diperoleh gambaran umum bahwa tingkat kesuburan tanah ini tergolong relatif rendah. Jika dilihat 1504 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016 dari tingkat pengelolaannya, maka tanah ini termasuk yang sulit diolah dan memerlukan masukan teknologi yang sedang sampai dengan tinggi untuk mencapai kualitas dan kuantitas yang tinggi (optimum). Liat yang dominan menunjukkan bahwa terjadi pencucian yang intensif, dan terhadap basa-basa berjalan lebih lanjut. Salah satu faktor yang dapat digunakan untuk mengetahui idealnya produktivitas tanah adalah kandungan bahan organik (C organik). Hasil analisis menunjukkan bahwa C organik pada lokasi kegiatan tergolong sangat rendah, sehingga input bahan organik diharapkan akan menunjang usaha perbaikan tanah-tanah miskin. Kemasaman Tanah (pH) Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa setiap perlakuan pemberian berbagai taraf dosis pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati memberikan pengaruh yang nyata dan meningkatkan kemasaman (pH) tanah. Hal ini diduga disebabkan karena dosis pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati yang digunakan mampu meningkatkan pH tanah. Pemberian pupuk organik (kompos) dapat merubah pH tanah, hal ini diduga karena anion organik yang dihasilkan asam organik melalui proses dekomposisi mampu menetralkan Al. Hal ini sejalan dengan pendapat Hardjowigeno (1995) bahwa pada beberapa tanah masam, pupuk organik dapat meningkatkan pH tanah, karena pupuk organik mampu menetralkan Al dengan membentuk Al-organik melalui asam humik yang terkandung pada setiap pupuk organik yang bertindak sebagai penyangga tanah, sehingga dapat memberikan fleksibilitas perubahan reaksi tanah, sedangkan H+ yang terdapat pada misel tanah tetap sehingga pH tanah yang terukur meningkat. pH tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian Kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr sedangkan pH terendah diperoleh pada perlakuan pemberian Urea 250 gr + NPK 300 gr (kontrol). Tabel 2. Pengaruh pemberian kompos dan pupuk hayati terhadap kemasaman (pH) tanah. Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 (kontrol) Rata-rata pH 6,26 a 6,50 d 6,45 c 6,33 b 6,30 b 6,26 a 6,25 a Keterangan : Angka yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5%. Kandungan N, P, K, C, dan C/N Berdasarkan hasil analisis statistik pemberian pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati memberikan pengaruh yang nyata terhadap P, K, C, dan C/N, dan tidak berpengaruh nyata terhadap N. Berdasarkan data kandungan unsur hara dalam tanah, terlihat bahwa secara umum pemberian kompos, pupuk hayati yang dikombinasikan dengan pestisida nabati memberikan kandungan hara yang cenderung lebih tinggi, baik nitrogen, posfat, kalium, dan karbon dalam tanah dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk organik (pemberian pupuk anorganik) atau perlakuan kombinasi antara kompos+pupuk hayati+bio urine. Demikian juga halnya dengan kadar karbon organik yang terdapat di dalam tanah setelah akhir pengkajian lebih tinggi pada perlakuan (3) atau pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr + pestisida nabati. Kandungan N tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian kompos 5 kg ditambah pupuk hayati Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016 1505 (baik dosis 15 gr maupun 30 gr) yang dikombinasikan dengan pestisida nabati. Diduga pupuk hayati yang digunakan mengandung N yang tinggi telah menyumbangkan unsur N-nya ke dalam tanah. Kandungan N tanah sebesar 0,12 % termasuk dalam kategori rendah sebelum diberikan perlakuan, dan pada akhir pengkajian kandungan N dalam tanah untuk perlakuan pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati (15 gr atau 30 gr) yang dikombinasikan dengan pestisida nabati mengalami peningkatan yaitu 0,21% dengan kategori sedang. Ini berarti bahwa penambahan kompos, pupuk hayati, dan pestisida nabati dapat meningkatkan unsur N bagi tanaman. Kemungkinan akibat hujan pada saat pengkajian dapat membantu mempercepat proses dekomposisi kompos dan pupuk hayati sehingga ketersediaan N dalam tanah cukup, terutama yang dilepaskan N dalam bentuk nitrat (Baon dan Abdoellah, 2008). Ditambahkan oleh Baon et al., (2003) bahwa penambahan pupuk organik dapat meningkatkan kadar N dibandingkan dengan yang tidak menggunakan bahan organik. Tingginya kandungan N pada tanah yang diberi perlakuan bahan organik dihubungkan dengan meningkatnya perombakan bahan organik tanah yang sangat dimungkinkan dengan ketersediaan bahan organik dan lengas tanah. Tabel 3. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati terhadap Kandungan Unsur Hara Nitrogen, Posfat, Kalium, dan Karbon Organik dalam Tanah. Perlakuan N P P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 (kontrol) 0,21 0,21 0,21 0,21 0,19 0,20 0,19 33 c 26 b 23 a 41 d 27 a 27 a 25 b K (mg/100 tanah) 18 d 12 b 10 a 12 b 9a 12 b 18 d C C/N 2,03 c 1,93 b 2,78 d 1,76 b 1,10 a 1,35 a 2,10 c 10 c 9b 13 c 8b 6a 7a 11 c Keterangan : Angka yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5%. Kandungan P tertinggi diperoleh pada perlakuan 4 yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr + pestisida nabati. Tingginya P-total tanah dengan adanya perlakuan tersebut disebabkan oleh adanya sumbangan langsung dari P yang terkandung dalam ketiga bahan tersebut. Dengan penambahan P tersebut, maka intensitas P dalam larutan tanah juga meningkat. Menurut Utami dan Handayani (2003), peningkatan P tersedia dapat terjadi karena pelepasan P dari bahan organik yang ditambahkan, juga karena terjadinya pengaruh tidak langsung bahan organik terhadap P yang ada dalam kompleks jerapan tanah. Kandungan K tertinggi diperoleh pada perlakuan 1 yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr. Kalium umumnya banyak diperoleh melalui jaringan tanaman, daun dan tangkai yang jatuh ketanah akhirnya mati. Dengan didekomposisinya bahan tanaman tersebut, kalium akan terurai dan masuk ke dalam tanah. Kandungan C dan nisbah C/N tertinggi diperoleh pada perlakuan 3 yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr + pestisida nabati. Analisis Jaringan Tanaman Berdasarkan hasil analisis statistik pemberian pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati memberikan pengaruh yang nyata terhadap P, K, Ca, dan Na dalam jaringan tanaman, tapi tidak berpengaruh nyata terhadap N dan Mg pada jaringan tanaman. Kandungan hara dalam jaringan daun kakao pada umumnya meningkat pada setiap perlakuan dibandingkan sebelum diberikan perlakuan (analisis awal). Kandungan N tertinggi 1506 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016 diperoleh pada perlakuan 6 yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr + bio urine. Sedangkan kandungan P tertinggi daun diperoleh pada perlakuan 5 yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr + bio urine. Hal ini diduga karena dengan adanya penambahan bio urine dapat meningkatkan kadar P pada jaringan tanaman (daun). Selanjutnya umumnya kandungan K, Ca, dan Mg dalam daun untuk setiap perlakuan sangat rendah meskipun ketiga unsur ini dalam tanah adalah sangat tinggi dan tinggi. Kandungan Ca tertinggi dalam daun diperoleh pada perlakuan 2 yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr, meskipun dengan perlakuan yang sama kandungan K dalam daun cenderung terendah. Hal ini dimungkinkan karena pada perlakuan tersebut mengandung unsur K yang tinggi sehingga mengakibatkan unsur K berlebih akibatnya akan menginterfensi penyerapan dan ketersediaan unsur Ca dan Mg. Unsur Na merupakan salah satu unsur hara yang sangat diperlukan oleh tanaman kakao. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Baon, et al., 2003 menunjukkan bahwa tanaman kakao dalam pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan sejumlah tertentu Na dalam kompleks pertukaran di dalam tanah. Kandungan Na tertinggi diperoleh pada perlakuan 5 yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr + bio urine. Tabel 4. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik (Kompos) dan Pupuk Hayati terhadap Kandungan Unsur Hara Nitrogen (N), Posfat (P), Kalium (K), dan Karbon Organik (Ca), Magnesium (Mg), dan Natrium (Na) pada Jaringan Tanaman Perlakuan N P K Ca Mg Na 2,61 c 2,85 d 2,56 c 2,37 b 2,07 a 1,80 a 2,30 b 0,62 0,56 0,58 0,51 0,51 0,50 0,54 40 b 45 b 36 a 23 a 93 d 61 c 50 b (%) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 (kontrol) 1,69 1,69 1,64 1,68 1,66 1,70 1,69 0,12 a 0,11 a 0,15 b 0,14 b 0,18 c 0,17 c 0,17 c 1,59 c 0,84 a 1,17 b 1,41 c 1,28 b 1,78 d 1,70 d Keterangan : Angka yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf nyata 5%. Hasil Tanaman Kakao Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah rata-rata buah panen per plot pohon sampel. Jumlah buah panen selama 4 bulan pengamatan menunjukkan bahwa bulan pertama (Mei) jumlah buah tertinggi diperoleh pada perlakuan 4, yaitu pemberian kompos 5 kg+pupuk hayati 30 gr+pesnab yaitu 40 buah sedangkan hasil terendah diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk Urea 250 gr + NPK 300 gr (kontrol) yaitu 12 buah. Pada pengamatan bulan kedua (Juni) dimana pada bulan ini merupakan puncak panen, jumlah buah tertinggi diperoleh pada perlakuan 2, yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr yaitu 136 buah, sedangkan jumlah buah terendah juga diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk Urea 250 gr + NPK 300 gr (kontrol) yaitu 54 buah. Pada pengamatan ketiga (Juli) jumlah buah tertinggi diperoleh pada perlakuan kompos 5 kg+pupuk hayati 30 gr+pesnab yaitu 16 buah. Pada pengamatan keempat (September) jumlah buah tertinggi diperoleh pada perlakuan 2, yaitu pemberian pupuk kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr yaitu 58 buah. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemberian 5 kg kompos yang dikombinasikan dengan pupuk hayati 30 gr dengan atau tanpa pesnab akan meningkatkan jumlah panen buah kakao. Hal ini diduga karena pemberian kompos dan pupuk hayati dengan dosis Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016 1507 tersebut dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman kakao pada lokasi kajian. Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Baon dan Abdoellah, 2002, menyatakan bahwa penambahan bahan organik berupa kompos sebanyak 5 kg dapat meningkatkan hasil buah kakao karena bahan organik merupakan penyedia hara sekunder dan hara tambahan bagi tanaman. Sedangkan menurut pengalaman petani kooperator setelah melalukan pengamatan pada beberapa kali aplikasi perlakuan menyimpulkan bahwa pemberian kompos 5 kg yang dikombinasikan dengan pupuk hayati 30 gr dan pestisida nabati memberikan jumlah buah yang terbanyak (perlakuan ke-4). Tabel 5. Pengaruh pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati terhadap total jumlah buah panen pada empat kali pengamatan. Jumlah buah panen (buah) I (Mei) II III IV (Juni) (Juli) (Sept) 30 60 10 26 12 136 12 58 20 84 10 52 40 82 16 50 28 94 16 48 24 66 10 56 12 54 10 52 Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 (kontrol) Rataan 31,5 54,5 41,5 47 46,5 39 32 Tabel 6. Pengaruh pemberian dan pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati terhadap berat ratarata per buah pada empat kali pengamatan. Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 (kontrol) I (Mei) 386,94 a 405,06 a 421,67 a 400,67 a 441,94 a 443,89 a 342,22 a Berat rata-rata per buah (gr) II (Juni) III (Juli) 448,67 a 455,33 a 419,33 a 423,00 a 478,00 a 459,67 a 392,67 a 385,67 a 433,67 a 468,33 a 372,00 a 409,67 a 427,33 a 422,00 a IV (Sept) 469,33 a 426,67 a 455,00 a 387,67 a 481,67 a 448,33 a 464,00 a Rataan 440,07 418,52 453,59 389,41 456,4 418,47 413,89 Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati dan pestisida nabati berpengaruh nyata terhadap berat per buah, tapi tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan. Berat rata-rata buah kakao yang tertinggi diperoleh pada perlakuan 5, yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr + bio urin yaitu sebesat 456,4 gram. Hal ini disebabkan karena diduga dengan adanya penambahan pupuk hayati yang dikombinasikan dengan Bio urine dapat meningkatkan berat buah kakao. Hal ini dimungkinkan karena kompos dan pupuk hayati banyak mengandung mikroorganisme yang akan menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan yang dapat memacu dan perkembangan akar-akar rambut sehingga daerah-daerah pencarian unsur-unsur hara semakin luas. Dengan demikian maka dapat lebih menambah hara sebagai nutrisi yang dapat ditranslokasikan ke bagian tanaman termasuk buah yang dihasilkan (Tambunan E.R., 2009). Selain itu bio urine merupakan sumber energi dan karbon bagi mikroorganisme tanah yang aktif dalam proses dekomposisi hara bagi tanaman. Pemberian pupuk organik dan bio urine dalam jumlah yang sesuai akan mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro pada tanaman. 1508 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016 Kesimpulan 1. Pemberian pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati dapat meningkatkan kemasaman (pH) tanah dan sifat kimia tanah lainnya sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah 2. Pemberian pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati dapat meningkatkan kandungan hara pada jaringan tanaman 3. Hasil tanaman kakao tertinggi diperoleh pada perlakuan perlakuan pemberian Kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr yaitu 54,5 buah sedangkan hasil tanaman kakao yang terendah diperoleh pada perlakuan Kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr, yaitu 31,5 buah. 4. Berat rata-rata buah kakao tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr + biourin yaitu 1825,61 gram, dan terendah diperoleh pada Kompos 5 kg+pupuk hayati 30 gr+pesnab Daftar Pustaka Abdoellah. S. 1996 Perkembangan Penelitian. Panduan lengkap Kakao. Manajemen Agribisnis dari hulu hingga hilir. Penebar Swadaya. Jakarta Badan Pusat Statistik, 2008. Sulawesi Selatan Dalam Angka. Makassar, Sulawesi Selatan Baon B.J., Abdoellah S., 2002. Status Lengas dan Hara Pertanaman Kopi Robusta Saat Kemarau Akibat Penambahan Pupuk Nitrogen dan Bahan Organik. Pelita Perkebunan. Jurnal Penelitian Kopi dan Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Vol. 18 Nomor 2 Baon B.J., Abdoellah S., Nurkholis, Sugiyono, dan Sri Winarsih. 2003. Produksi Tanaman Kakao dan Status Hara Tanaman Maupun Tanah Akibat Penggantian Pupuk Kalium Klorida dengan Natrium Klorida. Pelita Perkebunan. Jurnal Penelitian Kopi dan Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Vol. 19 Nomor 2 Dinas Perkebunan. 2008. Action plant (Langkah Operasional) Gerakan Pemulihan Produksi dan Kualitas Kakao 300.000 ton pada tahun 2013. Provinsi Sulawesi Selatan. Dinas Perkebunan. 2009. Pemulihan Produksi dan Kualitas Kakao untuk Mendukung Rencana Pengembangan Industri Pengolahan Kakao. Pemerintah Sulawesi Selatan. [DJP] Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008. Pedoman Umum Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional 2009-2011. Departemen Pertanian. Jakarta Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. Utami dan Handayani, 2005. Pengaruh Pemupukan N terhadap Status Lengas Tanah dan Daun Kopi pada Perioede Bulan Kering. Pelita Perkebunan. 12, 83-91 Wachyar, A. dan L. Kadarisman. 2007. Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik Cair dan Pupuk Organik serta Frekuensi Aplikasinya terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao (Theobroma cacao, L) Belum Menghasilkan. Bul. Agronomi. 35 (3): 212-216. Tanbunan TR, 2009. Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016 1509