Respon Beberapa Sifat Kimia Dan Hasil Tanaman

advertisement
Respon Beberapa Sifat Kimia dan Hasil Tanaman Kakao terhadap
Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati
Idaryani dan Sahardi
BPTP Sulawesi Selatan
Jl. Perintis Kemerdekaan Km-17,5
E-mail : [email protected]
Abstrak
Peningkatan produktivitas dan produksi kakao tidak terlepas dari usaha pemeliharaan tanaman
yang baik. Pemupukan merupakan salah satu upaya pemeliharaan tanaman dengan tujuan
memperbaiki kesuburan tanah melalui cara penambahan unsur hara, baik makro maupun mikro
yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao. Tujuan kegiatan adalah untuk
mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati terhadap sifat kimia
tanah dan hasil tanaman kakao. Pengkajian dilakukan di Kabupaten Luwu pada bulan AprilNopember 2014. Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7
perlakuan dan diulang sebanyak tiga kali. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pemberian pupuk
organik (kompos) dan pupuk hayati dapat meningkatkan kemasaman (pH) tanah dan sifat kimia
tanah serta hasil tanaman kakao. Hasil tanaman kakao tertinggi diperoleh pada perlakuan
pemberian Kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr yaitu 54,5 buah sedangkan hasil tanaman kakao
yang terendah diperoleh pada perlakuan Kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr, yaitu 31,5 buah.
Kata kunci : kakao, pupuk organik, pupuk hayati
Pendahuluan
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas andalan nasional
dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia terutama dalam penyediaan lapangan kerja,
sumber pendapatan petani dan sumber devisa negara. Luas areal kakao Indonesia pada tahun 2007
adalah 1.461.889 ha, yang didominasi oleh perkebunan rakyat (92,34%), melibatkan sebanyak
1.400.646 kk dengan produksi 779.816 ton, sehingga menempatkan Indonesia sebagai produsen
kakao kedua didunia setelah Pantai Gading (Ivory Coast ) (Tambunan, 2009).
Sulawesi Selatan merupakan pemasok/produsen utama kakao Indonesia, diikuti Sulawesi
Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat. Dari ke empat propinsi tersebut, Sulawesi
Selatan merupakan propinsi dengan pertumbuhan tertinggi yang mencapai 8,6% (Suryani dan
Zulfebriansyah, 2007). Namun dalam kurun waktu lima tahun terakhir, sejak tahun 2004
tampaknya produksi dan produktivitas kakao setiap tahun semakin menurun, dari tahun 2004
poduksi dan produktivitas masing-masing sebesar 184.470 ton dan 1.066 ton/ha, dan tahun 2007
baik produksi maupun produktivitas menurun masing-masing menjadi 117.119 ton dan 677 ton/ha,
demikian pula volume ekspor tahun 2004 sebesar 200.531 ton menjadi 132.286 ton pada tahun
2007 (DISBUN, 2008). Bahkan kinerja ekspor kakao Sulawesi Selatan pada Januari tahun 2008
merosot hingga 71.72% menjadi 4.34 juta USD dibanding bulan sama tahun sebelumnya sebesar
15.35 juta USD (BPS SulSel, 2008).
Peningkatan produktivitas dan produksi kakao tidak terlepas dari usaha pemeliharaan
tanaman yang baik. Pemupukan merupakan salah satu upaya pemeliharaan tanaman dengan tujuan
memperbaiki kesuburan tanah melalui cara penambahan unsur hara, baik makro maupun mikro
yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao. Dalam upaya mencapai
1502
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
produktivitas yang tinggi sesuai potensi genetiknya, maka pemupukan merupakan faktor penentu
utama khususnya pada keseimbangan dosis dan jenis pupuk yang digunakan dan bukan tingkat
dosis yang tinggi (Wachar dan Kadarisman, 2007).
Unsur-unsur hara utama yang perlu ditambahkan pada pemupukan tanaman kakao meliputi
nitrogen, fosfor, kalium, dan magnesium. Pada umumnya unsur-unsur tersebut diperoleh dari
penambahan pupuk anorganik. Hasil penelitian Angkapradipta et al. (1988) menunjukkan bahwa
pemberian pupuk Urea dan TSP berpengaruh terhadap pertumbuhan kakao lindak tanaman belum
menghasilkan pada tanah latosol yang ditunjukkan oleh pertumbuhan panjang dan lilit batang.
Akan tetapi menurut Abdoellah (1996) pemberian pupuk anorganik saja bukanlah jaminan untuk
memperoleh hasil maksimal tanpa diimbangi pupuk organik, karena pupuk organik mampu
berperan terhadap perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, yang pada akhirnya terhadap
produksi kakao.
Pengelolaan bahan organik tanah sudah waktunya mendapat perhatian dalam perbaikan
tingkat kesuburan tanah, peningkatan efisiensi pupuk, serta peningkatan produksi tanaman. Bahan
organik berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pada dasarnya
kandungan bahan organik dalam tanah dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk organik seperti
limbah hasil pertanian yang telah dikomposkan.
Tanaman kakao umumnya dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah tergantung pada sifat
fisik dan kimia tanahnya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao.
Kemasaman tanah (pH), kadar bahan organik, unsur hara, kapasitas absorbsi dan kejenuhan basa
merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sedangkan sifat fisik yang meliputi kedalaman
efektif, tinggi permukaan air tanah, drainase, srtuktur dan konsistensi tanah.
Berdasarkan hal tersebut telah dilakukan pengkajian mengenai pengaruh penggunaan pupuk
organik (kompos) dan pupuk hayati terhadap sifat kimia tanah dan hasil tanaman kakao. Tujuan
penelitian adalah untuk memberikan informasi yang berguna dalam usaha meningkatkan produksi
dan mutu kakao melalui perbaikan sifat kimia dan kesuburan tanah.
Metodologi
Pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Luwu sebagai salah satu daerah sentra produksi
kakao di Sulawesi Selatan, yang berlangsung dari bulan April – Nopember 2014. Pengkajian
dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan jumlah perlakuan
sebanyak 7 dan diulang tiga kali, sehingga jumlah plot yang digunakan sebanyak 21. Setiap
perlakuan diaplikasikan pada 24 pohon kakao, dan setiap plot diambil tanaman sampel sebanyak 8
pohon. Perlakuan yang dicobakan adalah:
P1 = Kompos 5 kg + Pupuk hayati 15 gram per pohon
P2 = Kompos 5 kg + Pupuk hayati 30 gram per pohon
P3 = Kompos 5 kg + Pupuk hayati 15 gram per pohon + Pestisida nabati
P4 = Kompos 5 kg + Pupuk hayati 30 gram per pohon + Pestisida nabati
P5 = Kompos 5 kg + Pupuk hayati 15 gram per pohon + Bio urine
P6 = Kompos 5 kg + Pupuk Hayati 30 gram per pohon + Bio Urine
P7 = Pupuk Urea 250 + NPK 300 kg/ha, sesuai rekomendasi setempat (Kontrol)
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
1503
Parameter yang diamati adalah :
1. Analisis tanah (pH, C-organik, N-total, dan C/N)
Analisis tanah pada awal penelitian dilakukan dengan menganalisis sampel tanah secara
komposit dari 21 petak percobaan. Pada akhir penelitian sampel tanah diambil lagi pada
masing-masing petak perlakuan dan dilakukan secara komposit per ulangan
2. Analisis jaringan tanaman (N, P, K, Ca, Mg, dan Na)
Analisis jaringan tanaman dilakukan dengan menganalisis salah satu bagian tanaman yaitu
daun kakao pada masing-masing petak perlakuan dan dilakukan secara komposit per ulangan
3. Hasil tanaman kakao
Hasil tanaman kakao yaitu jumlah buah yang diperoleh selama 5 bulan pengamatan
Analisis ragam dengan univariat (Anova) dilakukan terhadap data pengamatan dari variabel
kimia tanah dan jaringan tanaman serta hasil kakao. Jika dari analisis ragam terdapat keragaman
yang berbeda nyata, dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.
Hasil dan Pembahasan
Hasil Analisis Tanah
Hasil analisis tanah sebelum
percobaan menunjukkan bahwa tanah lokasi percobaan
memiliki kandungan bahan organik dan N yang sangat rendah, secara rinci hasil analisis tanah
lokasi percobaan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis tanah awal pada lokasi kajian
No
1
2
3
4
5
Unsur
Kandungan
Textur
- Pasir (%)
- Debu (%)
- Liat (%)
pH (H2O)
Bahan Organik
- C (%)
- N (%)
- C/N (%)
Extract HCl 25%
- P2O5 (mg/100 gram)
- K2O (mg/100 gram)
Nilai Tukar Kation
- Ca (mg/100 gram)
- Mg (mg/100 gram)
- K (mg/100 gram)
- Na (mg/100 gram)
- KTK (mg/100 gram)
19
35
46
6,25
0,63
0,12
5
34
7
30,53
5,40
0,13
1,49
29,03
Hasil analisis sifat fisik tanah menunjukkan bahwa tekstur tanah termasuk kategori tanah
lempung liat berdebu dengan kandungan pasir 19%, debu mencapai 35%, dan kandungan liat
mencapai 46%. pH tanah (H2O) agak masam (6,25), C-organik sangat rendah (0,63%), N-organik
rendah (0,12%) , nisbah C/N rendah (5), P-HCl sedang (34 mg/100 g), dan K-HCl sangat rendah
(7 mg/100g). Ca sangat tinggi (30,53), Mg tinggi (5,40), K rendah (0,13), Na sangat tinggi (1,49),
dan KTK tinggi (29,03).
Berdasarkan data hasil analisis laboratorium untuk sampel kesuburan tanah (Tabel 1),
diperoleh gambaran umum bahwa tingkat kesuburan tanah ini tergolong relatif rendah. Jika dilihat
1504
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
dari tingkat pengelolaannya, maka tanah ini termasuk yang sulit diolah dan memerlukan masukan
teknologi yang sedang sampai dengan tinggi untuk mencapai kualitas dan kuantitas yang tinggi
(optimum). Liat yang dominan menunjukkan bahwa terjadi pencucian yang intensif, dan terhadap
basa-basa berjalan lebih lanjut.
Salah satu faktor yang dapat digunakan untuk mengetahui idealnya produktivitas tanah
adalah kandungan bahan organik (C organik). Hasil analisis menunjukkan bahwa C organik pada
lokasi kegiatan tergolong sangat rendah, sehingga input bahan organik diharapkan akan
menunjang usaha perbaikan tanah-tanah miskin.
Kemasaman Tanah (pH)
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa setiap perlakuan pemberian berbagai taraf dosis
pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati memberikan pengaruh yang nyata dan meningkatkan
kemasaman (pH) tanah. Hal ini diduga disebabkan karena dosis pupuk organik (kompos) dan
pupuk hayati yang digunakan mampu meningkatkan pH tanah. Pemberian pupuk organik
(kompos) dapat merubah pH tanah, hal ini diduga karena anion organik yang dihasilkan asam
organik melalui proses dekomposisi mampu menetralkan Al. Hal ini sejalan dengan pendapat
Hardjowigeno (1995) bahwa pada beberapa tanah masam, pupuk organik dapat meningkatkan pH
tanah, karena pupuk organik mampu menetralkan Al dengan membentuk Al-organik melalui asam
humik yang terkandung pada setiap pupuk organik yang bertindak sebagai penyangga tanah,
sehingga dapat memberikan fleksibilitas perubahan reaksi tanah, sedangkan H+ yang terdapat pada
misel tanah tetap sehingga pH tanah yang terukur meningkat. pH tertinggi diperoleh pada
perlakuan pemberian Kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr sedangkan pH terendah diperoleh pada
perlakuan pemberian Urea 250 gr + NPK 300 gr (kontrol).
Tabel 2. Pengaruh pemberian kompos dan pupuk hayati terhadap kemasaman (pH) tanah.
Perlakuan
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7 (kontrol)
Rata-rata pH
6,26 a
6,50 d
6,45 c
6,33 b
6,30 b
6,26 a
6,25 a
Keterangan : Angka yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada
taraf nyata 5%.
Kandungan N, P, K, C, dan C/N
Berdasarkan hasil analisis statistik pemberian pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati
memberikan pengaruh yang nyata terhadap P, K, C, dan C/N, dan tidak berpengaruh nyata
terhadap N. Berdasarkan data kandungan unsur hara dalam tanah, terlihat bahwa secara umum
pemberian kompos, pupuk hayati yang dikombinasikan dengan pestisida nabati memberikan
kandungan hara yang cenderung lebih tinggi, baik nitrogen, posfat, kalium, dan karbon dalam
tanah dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk organik (pemberian pupuk
anorganik) atau perlakuan kombinasi antara kompos+pupuk hayati+bio urine. Demikian juga
halnya dengan kadar karbon organik yang terdapat di dalam tanah setelah akhir pengkajian lebih
tinggi pada perlakuan (3) atau pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr + pestisida nabati.
Kandungan N tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian kompos 5 kg ditambah pupuk hayati
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
1505
(baik dosis 15 gr maupun 30 gr) yang dikombinasikan dengan pestisida nabati. Diduga pupuk
hayati yang digunakan mengandung N yang tinggi telah menyumbangkan unsur N-nya ke dalam
tanah. Kandungan N tanah sebesar 0,12 % termasuk dalam kategori rendah sebelum diberikan
perlakuan, dan pada akhir pengkajian kandungan N dalam tanah untuk perlakuan pemberian
kompos 5 kg + pupuk hayati (15 gr atau 30 gr) yang dikombinasikan dengan pestisida nabati
mengalami peningkatan yaitu 0,21% dengan kategori sedang. Ini berarti bahwa penambahan
kompos, pupuk hayati, dan pestisida nabati dapat meningkatkan unsur N bagi tanaman.
Kemungkinan akibat hujan pada saat pengkajian dapat membantu mempercepat proses
dekomposisi kompos dan pupuk hayati sehingga ketersediaan N dalam tanah cukup, terutama
yang dilepaskan N dalam bentuk nitrat (Baon dan Abdoellah, 2008). Ditambahkan oleh Baon et
al., (2003) bahwa penambahan pupuk organik dapat meningkatkan kadar N dibandingkan dengan
yang tidak menggunakan bahan organik. Tingginya kandungan N pada tanah yang diberi
perlakuan bahan organik dihubungkan dengan meningkatnya perombakan bahan organik tanah
yang sangat dimungkinkan dengan ketersediaan bahan organik dan lengas tanah.
Tabel 3. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati terhadap Kandungan Unsur
Hara Nitrogen, Posfat, Kalium, dan Karbon Organik dalam Tanah.
Perlakuan
N
P
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7 (kontrol)
0,21
0,21
0,21
0,21
0,19
0,20
0,19
33 c
26 b
23 a
41 d
27 a
27 a
25 b
K
(mg/100 tanah)
18 d
12 b
10 a
12 b
9a
12 b
18 d
C
C/N
2,03 c
1,93 b
2,78 d
1,76 b
1,10 a
1,35 a
2,10 c
10 c
9b
13 c
8b
6a
7a
11 c
Keterangan : Angka yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada
taraf nyata 5%.
Kandungan P tertinggi diperoleh pada perlakuan 4 yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk
hayati 30 gr + pestisida nabati. Tingginya P-total tanah dengan adanya perlakuan tersebut
disebabkan oleh adanya sumbangan langsung dari P yang terkandung dalam ketiga bahan tersebut.
Dengan penambahan P tersebut, maka intensitas P dalam larutan tanah juga meningkat. Menurut
Utami dan Handayani (2003), peningkatan P tersedia dapat terjadi karena pelepasan P dari bahan
organik yang ditambahkan, juga karena terjadinya pengaruh tidak langsung bahan organik
terhadap P yang ada dalam kompleks jerapan tanah.
Kandungan K tertinggi diperoleh pada perlakuan 1 yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk
hayati 15 gr. Kalium umumnya banyak diperoleh melalui jaringan tanaman, daun dan tangkai
yang jatuh ketanah akhirnya mati. Dengan didekomposisinya bahan tanaman tersebut, kalium akan
terurai dan masuk ke dalam tanah. Kandungan C dan nisbah C/N tertinggi diperoleh pada
perlakuan 3 yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr + pestisida nabati.
Analisis Jaringan Tanaman
Berdasarkan hasil analisis statistik pemberian pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati
memberikan pengaruh yang nyata terhadap P, K, Ca, dan Na dalam jaringan tanaman, tapi tidak
berpengaruh nyata terhadap N dan Mg pada jaringan tanaman.
Kandungan hara dalam jaringan daun kakao pada umumnya meningkat pada setiap
perlakuan dibandingkan sebelum diberikan perlakuan (analisis awal). Kandungan N tertinggi
1506
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
diperoleh pada perlakuan 6 yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr + bio urine.
Sedangkan kandungan P tertinggi daun diperoleh pada perlakuan 5 yaitu pemberian kompos 5 kg
+ pupuk hayati 15 gr + bio urine. Hal ini diduga karena dengan adanya penambahan bio urine
dapat meningkatkan kadar P pada jaringan tanaman (daun). Selanjutnya umumnya kandungan K,
Ca, dan Mg dalam daun untuk setiap perlakuan sangat rendah meskipun ketiga unsur ini dalam
tanah adalah sangat tinggi dan tinggi. Kandungan Ca tertinggi dalam daun diperoleh pada
perlakuan 2 yaitu pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr, meskipun dengan perlakuan yang
sama kandungan K dalam daun cenderung terendah. Hal ini dimungkinkan karena pada perlakuan
tersebut mengandung unsur K yang tinggi sehingga mengakibatkan unsur K berlebih akibatnya
akan menginterfensi penyerapan dan ketersediaan unsur Ca dan Mg.
Unsur Na merupakan salah satu unsur hara yang sangat diperlukan oleh tanaman kakao.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Baon, et al., 2003 menunjukkan bahwa tanaman kakao
dalam pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan sejumlah tertentu Na dalam kompleks
pertukaran di dalam tanah. Kandungan Na tertinggi diperoleh pada perlakuan 5 yaitu pemberian
kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr + bio urine.
Tabel 4. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik (Kompos) dan Pupuk Hayati terhadap Kandungan
Unsur Hara Nitrogen (N), Posfat (P), Kalium (K), dan Karbon Organik (Ca), Magnesium
(Mg), dan Natrium (Na) pada Jaringan Tanaman
Perlakuan
N
P
K
Ca
Mg
Na
2,61 c
2,85 d
2,56 c
2,37 b
2,07 a
1,80 a
2,30 b
0,62
0,56
0,58
0,51
0,51
0,50
0,54
40 b
45 b
36 a
23 a
93 d
61 c
50 b
(%)
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7 (kontrol)
1,69
1,69
1,64
1,68
1,66
1,70
1,69
0,12 a
0,11 a
0,15 b
0,14 b
0,18 c
0,17 c
0,17 c
1,59 c
0,84 a
1,17 b
1,41 c
1,28 b
1,78 d
1,70 d
Keterangan : Angka yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada
taraf nyata 5%.
Hasil Tanaman Kakao
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik (kompos)
dan pupuk hayati tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah rata-rata buah panen per plot pohon
sampel. Jumlah buah panen selama 4 bulan pengamatan menunjukkan bahwa bulan pertama (Mei)
jumlah buah tertinggi diperoleh pada perlakuan 4, yaitu pemberian kompos 5 kg+pupuk hayati 30
gr+pesnab yaitu 40 buah sedangkan hasil terendah diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk
Urea 250 gr + NPK 300 gr (kontrol) yaitu 12 buah. Pada pengamatan bulan kedua (Juni) dimana
pada bulan ini merupakan puncak panen, jumlah buah tertinggi diperoleh pada perlakuan 2, yaitu
pemberian kompos 5 kg + pupuk hayati 30 gr yaitu 136 buah, sedangkan jumlah buah terendah
juga diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk Urea 250 gr + NPK 300 gr (kontrol) yaitu 54
buah. Pada pengamatan ketiga (Juli) jumlah buah tertinggi diperoleh pada perlakuan kompos 5
kg+pupuk hayati 30 gr+pesnab yaitu 16 buah. Pada pengamatan keempat (September) jumlah
buah tertinggi diperoleh pada perlakuan 2, yaitu pemberian pupuk kompos 5 kg + pupuk hayati 30
gr yaitu 58 buah.
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemberian 5 kg kompos yang
dikombinasikan dengan pupuk hayati 30 gr dengan atau tanpa pesnab akan meningkatkan jumlah
panen buah kakao. Hal ini diduga karena pemberian kompos dan pupuk hayati dengan dosis
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
1507
tersebut dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman kakao pada lokasi kajian. Sesuai dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Baon dan Abdoellah, 2002, menyatakan bahwa penambahan
bahan organik berupa kompos sebanyak 5 kg dapat meningkatkan hasil buah kakao karena bahan
organik merupakan penyedia hara sekunder dan hara tambahan bagi tanaman. Sedangkan menurut
pengalaman petani kooperator setelah melalukan pengamatan pada beberapa kali aplikasi
perlakuan menyimpulkan bahwa pemberian kompos 5 kg yang dikombinasikan dengan pupuk
hayati 30 gr dan pestisida nabati memberikan jumlah buah yang terbanyak (perlakuan ke-4).
Tabel 5. Pengaruh pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati terhadap total jumlah buah panen
pada empat kali pengamatan.
Jumlah buah panen (buah)
I (Mei)
II
III
IV
(Juni)
(Juli)
(Sept)
30
60
10
26
12
136
12
58
20
84
10
52
40
82
16
50
28
94
16
48
24
66
10
56
12
54
10
52
Perlakuan
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7 (kontrol)
Rataan
31,5
54,5
41,5
47
46,5
39
32
Tabel 6. Pengaruh pemberian dan pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati terhadap berat ratarata per buah pada empat kali pengamatan.
Perlakuan
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7 (kontrol)
I (Mei)
386,94 a
405,06 a
421,67 a
400,67 a
441,94 a
443,89 a
342,22 a
Berat rata-rata per buah (gr)
II (Juni)
III (Juli)
448,67 a
455,33 a
419,33 a
423,00 a
478,00 a
459,67 a
392,67 a
385,67 a
433,67 a
468,33 a
372,00 a
409,67 a
427,33 a
422,00 a
IV (Sept)
469,33 a
426,67 a
455,00 a
387,67 a
481,67 a
448,33 a
464,00 a
Rataan
440,07
418,52
453,59
389,41
456,4
418,47
413,89
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5%
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati dan pestisida nabati
berpengaruh nyata terhadap berat per buah, tapi tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan. Berat
rata-rata buah kakao yang tertinggi diperoleh pada perlakuan 5, yaitu pemberian kompos 5 kg +
pupuk hayati 15 gr + bio urin yaitu sebesat 456,4 gram. Hal ini disebabkan karena diduga dengan
adanya penambahan pupuk hayati yang dikombinasikan dengan Bio urine dapat meningkatkan
berat buah kakao. Hal ini dimungkinkan karena kompos dan pupuk hayati banyak mengandung
mikroorganisme yang akan menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan yang dapat memacu dan
perkembangan akar-akar rambut sehingga daerah-daerah pencarian unsur-unsur hara semakin luas.
Dengan demikian maka dapat lebih menambah hara sebagai nutrisi yang dapat ditranslokasikan ke
bagian tanaman termasuk buah yang dihasilkan (Tambunan E.R., 2009). Selain itu bio urine
merupakan sumber energi dan karbon bagi mikroorganisme tanah yang aktif dalam proses
dekomposisi hara bagi tanaman. Pemberian pupuk organik dan bio urine dalam jumlah yang sesuai
akan mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro pada tanaman.
1508
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
Kesimpulan
1. Pemberian pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati dapat meningkatkan kemasaman (pH)
tanah dan sifat kimia tanah lainnya sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah
2. Pemberian pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati dapat meningkatkan kandungan hara
pada jaringan tanaman
3. Hasil tanaman kakao tertinggi diperoleh pada perlakuan perlakuan pemberian Kompos 5 kg +
pupuk hayati 30 gr yaitu 54,5 buah sedangkan hasil tanaman kakao yang terendah diperoleh
pada perlakuan Kompos 5 kg + pupuk hayati 15 gr, yaitu 31,5 buah.
4. Berat rata-rata buah kakao tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian kompos 5 kg +
pupuk hayati 15 gr + biourin yaitu 1825,61 gram, dan terendah diperoleh pada Kompos 5
kg+pupuk hayati 30 gr+pesnab
Daftar Pustaka
Abdoellah. S. 1996 Perkembangan Penelitian. Panduan lengkap Kakao. Manajemen Agribisnis
dari hulu hingga hilir. Penebar Swadaya. Jakarta
Badan Pusat Statistik, 2008. Sulawesi Selatan Dalam Angka. Makassar, Sulawesi Selatan
Baon B.J., Abdoellah S., 2002. Status Lengas dan Hara Pertanaman Kopi Robusta Saat Kemarau
Akibat Penambahan Pupuk Nitrogen dan Bahan Organik. Pelita Perkebunan. Jurnal
Penelitian Kopi dan Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Vol. 18 Nomor 2
Baon B.J., Abdoellah S., Nurkholis, Sugiyono, dan Sri Winarsih. 2003. Produksi Tanaman Kakao
dan Status Hara Tanaman Maupun Tanah Akibat Penggantian Pupuk Kalium Klorida
dengan Natrium Klorida. Pelita Perkebunan. Jurnal Penelitian Kopi dan Kakao. Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Vol. 19 Nomor 2
Dinas Perkebunan. 2008. Action plant (Langkah Operasional) Gerakan Pemulihan Produksi dan
Kualitas Kakao 300.000 ton pada tahun 2013. Provinsi Sulawesi Selatan.
Dinas Perkebunan. 2009. Pemulihan Produksi dan Kualitas Kakao untuk Mendukung Rencana
Pengembangan Industri Pengolahan Kakao. Pemerintah Sulawesi Selatan. [DJP] Direktorat
Jenderal Perkebunan, 2008. Pedoman Umum Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu
Kakao Nasional 2009-2011. Departemen Pertanian. Jakarta
Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Utami dan Handayani, 2005. Pengaruh Pemupukan N terhadap Status Lengas Tanah dan Daun
Kopi pada Perioede Bulan Kering. Pelita Perkebunan. 12, 83-91
Wachyar, A. dan L. Kadarisman. 2007. Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik Cair dan Pupuk
Organik serta Frekuensi Aplikasinya terhadap Pertumbuhan Tanaman Kakao (Theobroma
cacao, L) Belum Menghasilkan. Bul. Agronomi. 35 (3): 212-216.
Tanbunan TR, 2009. Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
1509
Download