PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA SBI, NILAI TUKAR DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR PROPERTY DAN REAL ESTATE DENGAN PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL Sri Mona Octafia Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh tingkat suku bunga SBI, nilai tukar dan jumlah uang beredar terhadap indeks harga saham sektor property dan real estate dengan menggunakan Error Correction Model untuk periode 1998:1 – 2010:12. Hasil dari uji kointegrasi memperlihatkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang atau ekulibrium diantara tingkat suku bunga SBI, nilai tukar, jumlah uang beredar dan indeks harga saham sektor property dan real estate. Dalam jangka pendek, tingkat suku bunga SBI dan nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham sektor property dan rela estate dan jumlah uang beredar berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap indeks harga saham sektor property dan real estate. Dalam jangka panjang, tingkat suku bunga SBI dan jumlah uang beredar berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham sektor propety dan real estate, sedangkan nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham sektor property dan real estate. Kata Kunci: Indeks harga saham sektor property dan real estate, tingkat suku bunga SBI, nilai tukar, jumlah uang beredar (M2) dan error correction model. ABSTRACT This study aims to verify the impac of interest rate, exchange rate and money supply on the property and real estate sector composite index by using Error Correction Model (ECM) for 1998:1-2010:12 period. The result of cointegration test shows that there is a long-term or equilibrium relationship between interest rate, exchange rate, money supply and property and real estate sector composite index. In the short term, interest rate and exchange rate to be significant and negative determinant of the property and real estate sector composite index and money supply not be significant and positive of the property and real estate composite index. In the long term, interest rate and money supply to be significant and positive determinant of the property and real estate sector composite index, and exchange rate to be significant and negative determinant of the property and real estate sector composite index. Keyword : Property and real estate sector composite index, interest rate, exchange rate, money supply (M2) and error correction model. Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, kebutuhan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai perkembangan bursa juga semakin meningkat. Salah satu informasi yang diperlukan tersebut adalah indeks harga saham sebagai cerminan dari pergerakan harga saham (Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2008: 2). Indeks harga saham dibagi atas delapan macam, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Sektoral, Indeks LQ-45, Jakarta Islamic Index (JII), Indeks Kompas100, Indeks Papan Utama, Indeks Papan Pengembangan dan indeks individual. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan salah satu dari indeks sektoral. Semua saham yang tercatat di BEI diklasifikasikan kedalam sembilan sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEI, yang diberi nama JASICA (Jakarta Industrial Clasification). Salah satunya adalah sektor properti dan real estate, dimana sektor ini merupakan indikator penting untuk menganalisis kesehatan ekonomi suatu negara (Achmad, 2009). Sehingga ketika perekonomian 1 suatu negara dalam kondisi yang sehat maka kondisi perusahaan di negara tersebut pun dalam keadaan yang baik. Ketika perusahaan memiliki profitabilitas yang bagus maka akan banyak investor membeli saham yang menyebabkan harga saham perusahaan akan meningkat yang tercermin dari indeks harga saham gabungan. Dalam berinvestasi dalam bentuk saham seorang investor selalu memperhatikan faktorfaktor yang mempengaruhi harga saham yang akan dibelinya (Oksiana, 2007). Faktor-faktor tersebut adalah risk and return yang harus dihadapi oleh investor. Return merupakan sesuatu yang memotivasi investor dalam melakukan investasi. Sedangkan risiko (risk) merupakan perbedaan return yang diharapkan dengan return aktual yang terjadi. Risiko yang akan dihadapi oleh investor dalam manajemen modren dibagi atas dua yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis, merupakan risiko yang berkaitan dengan kondisi pasar secara keseluruhan. Risiko tidak sistematis, merupakan risiko yang berkaitan dengan kondisi perusahaan (Eduardus, 2001: 47). Risiko sistematis erat kaitannya dengan faktor-faktor makroekonomi seperti inflasi, suku bunga, kurs, pertumbuhan ekonomi, dan lain-lain. Tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor makro ekonomi yang mempengaruhi harga saham (Mohamad,2006:201). Ketika tingkat suku bunga mengalami peningkatan maka harga saham akan mengalami penurunan. Begitu juga sebaliknya ketika tingkat suku bunga mengalami penurunan maka harga saham akan mengalami peningkatan. Karena dengan tinggi nya tingkat suku bunga orang beralih berinvestasi pada tabungan atau deposito yang mengakibatkan saham tidak diminati sehingga harga saham pun akan turun yang terlihat pada indeks harga saham gabungan. Nilai tukar (exchange rate) juga merupakan faktor makro ekonomi lainnya yang mempengaruhi pergerakan harga saham. Menurut Eduardus (2001:214) penguatan kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi investor. Dimana ketika kurs rupiah terhadap mata uang asing mengalami penguatan maka akan banyak investor berinvestasi pada saham. Hal tersebut dikarenakan penguatan tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian dalam keadaan bagus. Sedangkan ketika kurs rupiah melemah yang berarti mata uang asing mengalami penguatan maka hal tersebut mengindikasikan bahwa perekonomian dalam 2 kondisi yang kurang baik sehingga investor pun akan berpikir dua kali dalam berinvestasi pada saham karena hal tersebut terkait dengan keuntungan atau imbal hasil yang akan mereka dapatkan. Berkurangnya demand akan saham menyebabkan harga saham menjadi turun. Jumlah uang beredar (money supply) merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang bisa mempengaruhi pergerakan harga saham (Mohamad , 2006: 210). Ketika jumlah uang yang beredar di masyarakat mengalami peningkatan maka orang akan cendrung berinvestasi pada saham, karena dengan itu mereka akan mendapatkan keuntungan sesuai yang mereka harapkan. Sedangkan jika mereka berinvestasi pada bank, maka keuntungan yang mereka harapkan tidak akan sesuai dengan yang diinginkan karena pada saat itu suku bunga akan mengalami penurunan. Jumlah uang beredar yang digunakan dalam yang digunakan dalam penelitian ini adalah M2 (uang dalam arti luas). Model koreksi kesalahan yang dipakai adalah model Engle Granger Error Correction Model (EG-ECM), mengansumsikan adaya keseimbangan (equilibrium) dalam jangka panjang antara variabel-variabel ekonomi. Dalam jangka pendek bila pada suatu periode terdapat ketidakseimbangan (disequilibrium), maka pada periode berikutnya dalam rentang waktu tertentu akan terjadi proses koreksi kesalahan sehingga kembali kepada posisi keseimbangan (Florentinus, 2008). Penelitian sejenis telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu diantaranya Florentinus (2008), Achmad (2009), Suramayam (2012) dan Heru (2008) dengan hasil yang beragam sehingga menarik peneliti untuk melakukan penelitian ini. Adapun penelitian menggunakan indeks harga saham sektor properti dan real estate sebagai variabel terikat, tingkat suku bunga SBI, nilai tukar dan jumlah uang beredar sebagai variabel bebas. KAJIAN TEORI Risk and Return Menurut Eduardus (2001: 47), tujuan investor dalam beirnvestasi adalah memaksimalkan return tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dihadapinya. Sedangkan risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya berarti semakin besar risiko investasi tersebut. Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi yaitu: (1) risiko suku bunga, (2) risiko pasar, (3) risiko inflasi, (4) risiko bisnis, (5) risiko finansial, (6) risiko likuiditas, (7) risiko nilai tukar mata uang, dan (8) risiko negara. Risiko Sistematis Menurut Suad (2005: 200), risiko sistematis (systematic risk) merupakan risiko yang mempengaruhi semua (banyak perusahaan). Sedangkan menurut Lukas (2003: 44), risiko sistematis merupakan probabilitas keuntungan perusahaan berada dibawah keuntungan yang diharapkan karena adanya faktor-faktor yang membawa dampak bagi seluruh perusahaan yang berada dalam suatu perekonomian. Jadi dapat disimpulkan bahwa risiko sistematis merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi dipasar dan mempengaruhi semua (banyak) perusahaan. Menurut Bambang dan Cahyani (2009), faktor fundamental makroekonomi: inflasi, tingkat bunga, kurs dan pertumbuhan ekonomi merupakan faktor-faktor yang sangat diperhatikan oleh para pelaku pasa bursa. Perubahan-perubahan yang terjadi pada faktor ini dapat mengakibatkan perubahan-perubahan di pasar modal, yaitu meningkat atau menurunnya harga saham. Volatilitas dari harga-harga saham di pasar modal dapat berpotensi untuk meningkatkan atau menurunkan risiko sistematis. Oleh karena itu, perubahan-perubahan pada faktor makroekonomi dapat berpotensi untuk meningkatkan atau menurunkan risiko sistematis. Tingkat Suku Bunga SBI dan Indek Harga Saham Menurut Reilly and Brown (1997) dalam Achmad (2009) suku bunga adalah harga atas dana yang dipinjam. Sedangkan menurut Bodie, Kane & Marcus (2006: 180) mengatakan bahwa suku bunga merupakan salah satu masukan yang penting dalam keputusan investasi. Jika suku bunga turun maka orang akan cendrung memilih untuk berinvestasi jangak panjang, sedangkan ketika suku bunga mengalami kenaikan maka orang akan cendrung menunda melakukan investasi jangka panjang. Sedangkan menurut Mohamad (2006: 201), kenaikan tingkat bunga memiliki dampak negatif terhadap setiap emiten karena akan meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan laba per saham juga menurun dan akhirnya akan berakibat turunnya harga saham di pasar. Di sisi lain, naiknya suku bunga akan mendorong investor untuk menjual saham dan kemudian menabung hasil penjualan itu dalam deposito. H1: Tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks harga saham. Nilai Tukar dan Indeks Harga Saham Menurut Perry dan Solikin (2003: 69), nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga yang relatif dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Sedangkan menurut Samuelson dan Nordhaus (2004: 305), nilai tukar valuta asing adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain. Menurut Eduardus (2001: 214), menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor bahan baku untuk produksi dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku. Sehingga menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing merupakan sinyal positif bagi para investor. Ketika kurs dollar mengalami penguatan (peningkatan) maka pada saat itu kurs rupiah sedang mengalami penurunan (melemah). Hal tersebut merupakan sinyal negatif bagi para investor. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesa kedua. H2: Nilai tukar (Exchange rate) berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks harga saham. Jumlah Uang Beredar dan Indeks Harga Saham Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004: 186), uang adalah segala sesuatu yang berfungsi sebagai alat tukar yang diterima umum. Uang juga merupakan alat pembayaran, mata uang dan cek yang digunakan apablia kita membeli sesuatu. Namun lebih daripada itu, uang adalah minyak pelumas yang memudahkan pertukaran. Apabila setiap orang percaya dan menerima uang 3 sebagai pembayaran untuk barang dan hutang, maka perdagangan dimudahkan. Menurut Mohamad (2006: 210), jika jumlah uang beredar meningkat, maka harga saham naik. Hal tersebut dikarenakan ketika jumlah uang beredar meningkat maka orang akan cendrung melakukan investasi. Ketika para investor menyimpan uang mereka dalam bentuk investasi saham maka harga saham perusahaan pun akan mengalami peningkatan yang berdampak pada meningkatnya indeks harga saham (pergerakan harga saham). Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesa ketiga. H3: Jumlah Uang Beredar (M2) berpengaruh positif signifikan terhadap indeks harga saham. harga saham. Indeks-indeks di BEI dihitung dengan menggunakan metodologi rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah saham tercatat (nilai pasar) atau Market Value Weighted Average Index (Indonesia Stock Exchange, 2008: 15). Menurut Indonesian Stock Exchange (2008: 3), ada delapan jenis indeks harga saham yaitu : indeks harga saham gabungan, indeks sektoral, indeks LQ-45, Jakarta Islamic Indeks, indeks kompas100, indeks papan utama, indeks papan pengembangan, dan indeks individual. Menurut Eduardus (2001: 214), ada beberapa faktor makro yang mempengaruhi harga saham yaitu: PDB, Inflasi, suku bunga, kurs rupiah, anggaran defisit, investasi swasta serta neraca perdagangan dan pembayaran. Error Correction Model (ECM) Menurut Wing (2009: 10.1) apabila data time series diregresikan, ada kemungkinan tejadi salah satu dari dua kondisi berikut yaitu: terjadi kointegrasi atau regresi lancung (spurious regression). Kointegrasi terjadi apabila variabel bebas dan variabel terikat sama-sama merupakan suatu tren (time series), sehingga masing-masing tidak stasioner. Akan tetapi apabila keduanya di regresi kombinasi linearnya menjadi stasioner. Kointegrasi juga dapat menyebabkan terjadinya regresi lancung. Regresi lancung terjadi apabila antara variabel bebas dan variabel terikat sebenarnya tidak memiliki hubungan apa-apa, sehingga tidak saling mempengaruhi. Model koreksi kesalahan yang diajukan oleh Engle-Granger memerlukan dua tahap (two steps EG). Tahap pertama adalah menghitung nilai residual dari persamaan regresi awal. Tahap kedua adalah melakukan analisis regresi dengan memasukkan residual dari langkah pertama. Oleh karena itu ECM digunakan untuk mengatasi terjadinya regresi lancung. Ada tidaknya regresi lancung (atau regresi yang tidak bermakna) dapat dilihat dari beberapa karakteristik output analisis. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bersifat sensus, dimana penelitian ini meneliti seluruh elemen populasi. Populasi (sampel) dalam penelitian ini adalah saham-saham yang terdaftar dalam indeks harga saham sektor property dan real estate dari Januari 1998 sampai Desember 2010 denga total sampel yaitu 158 bulan pengamatan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan bulanan statistik Bank Indonesia dan situs resmi BI www.bi.go.id, www.finance.yahoo.com. Indeks Harga Saham Jogianto (2009: 100), menyatakan bahwa indeks diperlukan sebagai sebuah indikator untuk mengamati pergerakan harga dari sekuritassekuritas. Indonesia Stock Exchange (2008) juga menyatakan hal yang sama yaitu indeks harga saham merupakan salah satu indikator utama pergerakan harga saham. Maka dapat disimpulkan bahwa untuk melihat kinerja suatu saham bisa diketahui dengan bantuan indeks 4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Indeks Harga Saham Sektor Property dan Real Estate Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Sektor Property dan Real Estate. Indeks merupakan indikator yang digunakan dalam melihat pregerakan harga saham. Indeks harga saham sektor property dan real estate mencerminkan pergerakan harga saham pada sektor property dan real estate. Data nilai Indeks Harga Saham Sektor Property dan Real Estate yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data bulanan, yaitu data bulanan dari periode Januari 1998 sampai Desember 2010. Data Indeks Harga Saham Sektor Property dan Real Estate diperoleh dari indeks harga saham penutupan (closing price) dari sektor property dan real estate. Satuannya adalah poin. Tingkat Suku Bunga SBI Tingkat suku bunga SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan). Data yang digunakan untuk menghitung tingkat suku bunga SBI adalah data bulanan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Tingkat suku bunga SBI dinyatakan dalam bentuk persen (%). Nilai Tukar Nilai tukar (exchange rate) adalah harga relatif suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah kurs tengah (middle rate) antara kurs jual dan kurs beli mata uang nasional terhadap mata uang asing yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada suatu saat tertentu. Nilai tukar yang digunakan adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kurs bulanan dari bulan Januari tahun 1998 sampai bulan Desember 2010 yang dilaporkan oleh Bank Indonesia. Jumlah Uang Beredar (M2) Jumlah uang yang beredar adalah seberapa banyak uang yang beredar ditangan masyarakat. M2 merupakan salah satu komponen dari suplai uang (money supply) dalam arti luas. M2 terdiri dari aset seperti rekening tabungan sebagai tambahan koin, uang kertas, dan deposit yang dapat dicekkan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data M2 bulanan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dari bulan Januari tahun 1998 sampai Desember 2010. Satuan dari M2 adalah dalam jutaan rupiah. Teknik Analisis Dalam penelitian ini metoda yang digunakan dalam menganalisis data adalah error correction model. Persamaan yang digunakan adalah: DLogYt = α0+α1DLogX1+α2DLogX2+α3DLogX3 +α4ECTt+u Keterangan: Yt Indeks Harga Saham Sektor Property dan Real Estate, X1 Tingkat Suku Bunga SBI, X2 Nilai Tukar, X3 Jumlah Uang Beredar (M2), ECT Error Correction Model, dan e Kesalahan (Error). HASIL PENELITIAN Statistik Deskriptif Statistik deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran nilai minimun, maximum, rata-rata (mean), dan simpangan baku (standart deviasi) dari variabel-variabel yang diteliti. Hasil deskriptif dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1 Statistika Deskriptif N IHSG SBI Kurs M2 Min. Max. 158 20,00 251,82 158 6,20 69,57 158 6.726 12.151 158 92.509 2.417.206 Mean SDV. 202,60 14,28 9.270 894.505 47,62 16,42 2.385 216.486 Uji Stasioneritas Data dan Integritas Data Uji stasineritas data pada data keseluruhan variabel dilakukan dengan menentukan apakah keseluruhan data pada masing-masing variabel mengandung pola random walk with drift atau hanya persamaan random walk. Tabel 2 Hasil Uji Stasioneritas Data No Variabel Prob. 1 IHS Sektor Property dan Real Estate 0,0000 2 Tingkat Suku Bunga SBI 0,0000 3 Nilai Tukar (Kurs) 0,0000 4 M2 0,0000 Sumber: Hasil regresi panel dalam program eviews 6 (data diolah tahun 2012) Uji Kointegrasi Persamaan Model OLS untuk Model Indeks Harga Saham Sektor Porperty dan Real Estate dalam jangka panjang Analisis ini digunakan untuk mendapatkan atau mengestimasi residual sehingga bisa dilakukan uji kointegrasi. Tabel 3 Hasil Estimasi Model OLS Variabel C LOG(SBI) LOG(KURS) LOG(M2) Coefficient 7,535725 0,201075 -1,332487 0,631320 Prob 0,0019 0,0219 0,0000 0,0000 Sumber: Hasil regresi panel dalam program eviews 6 (data diolah tahun 2012) 5 Uji Diagnosis Uji diagnosis dilakukan agar model penelitian valid dan tidak bias. Asumsi yang harus dipenuhi adalah data terdistribusi secara normal, tidak terjadi autokorelasi, dan heterokedastisitas serta data bersifat linear. Berdasarkan tabel 3 dapat diperoleh persamaan indeks harga saham sektor property dan real estate dalam jangka panjang sebagai berikut: ( )= , − , + , + , ∗ ∗ ( ( ∗ ) ) ( ) Uji Normalitas Uji normalitas dapat dilakukan dengan Jarque-Bera Test. Jika nilai J-B < 2 maka data berdistribusi normal dan jika sebaliknya, apabila nilai J-B > 2 maka data dikatakan tidak berdistribusi normal. Selain itu jika probabilitas > 0.05 maka data berdistribusi normal dan jika sebaliknya, apabila probabilitas < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal. Uji Kointegrasi Dari hasil OLS yang sudah BLUE (best linier un estimation), dapat diperoleh residual dan setelah itu baru dilakukan uji kointegrasi dengan cara melakukan uji stasioneritas data terhadap residual tersebut. Tabel 4 Hasil Uji Kointegrasi terhadap Residual Variable Prob. ECT(-1) 0.0018 14 Series: RESID02 Sample 1998M01 2010M12 Observations 156 12 10 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis 8 Sumber: Hasil regresi panel dalam program eviews 6 (data diolah tahun 2012) 6 4 Jarque-Bera 1.419846 Probability 0.491682 2 Error Correction Model (ECM) Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dinamika jangka pendek variabel tingkat suku bunga SBI, kurs dan jumlah yang beredar (M2) terhadap indeks harga saham sektor properti dan real estate dari kondisi ekuilibriumnya. 0 Coefficient 0.005064 -0.318287 -0.758330 0.008850 -0.055538 Prob. 0.5500 0.0028 0.0000 0.9008 0.0193 6 − , ∗ ∗ ∗ ( (− ) ) 0.25 0.50 0.75 1.00 Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi Berdasarkan hasil olahan data diperoleh persamaan indeks harga saham sektor property dan real estate dalam jangka pendek sebagai berikut: )= , − , − , 0.00 Uji Autokorelasi Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat adanya hubungan antara data (observasi) satu dengan data yang lainnya dalam satu variabel. Setelah dilakukan pengujian awal ternyata data mengalami autokorelasi, untuk mengatasi gejala autokorelasi digunakan metode Breusch-Godfrey. Jika probabilitas > α=5%, berarti tidak ada autokorelasi. Jika probability ≤ α=5%, berarti terjadi autokorelasi. Sumber: Hasil regresi panel dalam program eviews 6 (data diolah tahun 2012) ( -0.75 -0.50 -0.25 Gambar 1 Uji Jarque-Bera Tabel 5 Hasil Estimasi Persamaan Indeks Harga Saham ECM-EG Variable C DLOG(SBI) DLOG(KURS) DLOG(M2) ECT(-1) -2.37e-15 -0.001287 0.969785 -0.859093 0.363364 0.160260 2.659846 ( Prob. F(2,148) 0,1415 Prob. Chi-Square (2) 0,1325 Sumber: Hasil regresi panel dalam program eviews 6 (data diolah tahun 2012) ) Uji Liniearitas Untuk mengetahui apakah data bersifat linear atau tidak digunakan metode Ramsey Test. Jika probabilitas < 0.05 maka model regresi liniear ditolak dan sebaliknya, jika probabilitas > 0.05 maka model regresi liniear diterima. Tabel 7 Hasil Uji Liniearitas Prob. F(1.149) 0.3798 Prob. Chi-Square (2) 0.3696 Sumber: Hasil regresi panel dalam program eviews 6 (data diolah tahun 2012) Uji Heterokedasitas Untuk mendeteksi adanya gejala heterokedasitas digunakan metode Park Test. Apabila ditemukan korelasi yang signifikan (sig < 0,05) antara absolut residual dengan variabel independen lainnya, maka terjadi heterokedasitas. Apabila korelasi tidak signifikan (sig > 0,05) berarti model bebas heterokedasitas. Tabel 8 Hasil Uji Heterokedasitas Variabel Coefficient Prob C 1,657862 0,1346 LOG(SBI) 0,048217 0,2306 LOG(KURS) -0,219859 0,0983 LOG(M2) 0,027527 0,1493 Sumber: Hasil regresi panel dalam program eviews 6 (data diolah tahun 2012) Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit Test) Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) menunjukkan proporsi yang diterangkan oleh variabel independen dalam model terhadap variabel terikatnya, sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini, formulasi model yang keliru dan kesalahan eksperimen. Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.285936 0.266894 0.103089 1.594094 134.7913 15.01629 0.000000 Sumber: Hasil regresi panel dalam program eviews 6 (data diolah tahun 2012) Hasil tersebut memperlihatkan bahwa nilai Adjusted R2 yang diperoleh sebesar 0,266894. Ini berarti bahwa indeks harga saham sektor properti dan real estate dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya yaitu tingkat suku bunga SBI, nilai tukar dan M2 sebesar 27%. Sisanya 73% ditentukan oleh variabel lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini. Diantarnya faktor mikro perusahaan atau faktor makro lainnya. PEMBAHASAN Dari hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat kointegrasi antara variabel tingkat suku bunga SBI, nilai tukar dan jumlah uang beredar terhadap indeks harga saham sektor property dan real estate. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadinya disekuilibrium pada jangka pendek sehingga ada keseimbangan (equilibrium) pada jangka panjang. Dimana jika variabel tersebut berpengaruh signifikan dalam jangka pendek dan jangka panjang, maka akan terjadi keseimbangan dalam jangka panjang. Sedangkan jika yang berpengaruh signifikan hanya dalam jangka pendek saja, maka variabel tersebut tidak akan mengalami keseimbangan dalam jangka panjang. Sebaliknya jika berpengaruh signifikan hanya dalam jangka panjang, maka akan terjadi keseimbangan dalam jangka panjang Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Property dan Real Estate Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program eviews dapat diketahui bahwa dalam jangka pendek indeks harga saham sektor property dan real estate dipengaruhi oleh tingkat suku bunga SBI. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadi diequilibrium pada indeks harga saham sektor property dan real estate yang dipengaruhi oleh tingkat suku bunga SBI. Koefesien korelasi sebesar -0,3183 artinya dalam jangka pendek tingkat suku bunga SBI menurunkan indeks harga saham sektor properti sebesar -0,3183% setiap kenaikan suku bunga SBI sebesar 1%. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Eduardus (2001: 214) yang dipakai dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa tingginya tingkat suku bunga menyebabkan investor akan menarik investasinya pada saham dan memindahkannya investasinya berupa tabungan atau deposito. Karena banyak nya investor menarik investasinya pada saham menyebabkan lebih banyak saham yang beredar di bandingkan yang terjual, sehingga indeks harga saham akan jatuh yang tercermin pada indeks harga saham gabungannya. Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suramayam (2012) yang menyatakan bahwa Suku Bunga SBI 7 berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham gabungan. Tingkat suku bunga yang signifikan disebabkan karena pada kenyataannya semakin tinggi suku bunga, maka akan mendorong investor beralih ke tabungan dan deposito sehingga menjatuhkan harga saham. Sedangkan dalam jangka panjang, tingkat suku bunga SBI juga berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor property dan real estate dengan koefesien sebesar 0,201075 atau sig = 0,0219 < α = 0,05. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Eduardus (2001: 214) yang dipakai dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa tingginya tingkat suku bunga menyebabkan investor akan menarik investasinya pada saham dan memindahkannya investasinya berupa tabungan atau deposito. Karena banyak nya investor menarik investasinya pada saham menyebabkan lebih banyak saham yang beredar di bandingkan yang terjual, sehingga indeks harga saham akan jatuh yang tercermin pada indeks harga saham gabungannya. Hal tersebut dikarenakan, ketika tingkat suku bunga mengalami penurunan, maka permintaan akan sektor properti seperti perumahan, kantor-kantor akan mengalami peningkatan. Meskipun pada awalnya perusahaan yang bergerak disektor properti mengalami kerugian tetapi lama kelamaan mereka akan mengalami keuntungan karena banyaknya permintaan atas sektor ini. Ketika profitabilitas mengalami permintaan, maka harga saham perusahaan pun akan mengalami peningkatan sehingga investor tetap tertarik melakukan investasi pada sektor property dan real estate ini. Sehingga dapat diketahui bahwa terjadi kointegrasi variabel tingkat suku bunga SBI terhadap indeks harga saham sektor property dan real estate. Oleh sebab itu investor tidak perlu takut untuk berinvestasi pada sektor property dan real estate, karena meskipun terjadi ketidakseimbangan pada suatu periode tertentu, maka pada periode berikutnya dalam rentang waktu tertentu akan terjadi proses koreksi kesalahan sehingga kembali kepada posisi keseimbangan. Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Property dan Real Estate Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program eviews dapat diketahui bahwa dalam jangka pendek dengan nilai tukar sebesar -0,7583 atau sig = 0,0000 < α = 0,05 indeks harga saham sektor property dan real estate dipengaruhi oleh 8 nilai tukar. Dimana jika nilai tukar mengalami peningkatan sebesar satu persen maka indeks harga saham akan mengalami penurunan sebesar 0,7583 persen. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Eduardus (2001: 214) yang menyatakan bahwa menguatnya kurs rupiah merupakan sinyal positif bagi investor. Kurs yang signifikan disebabkan karena pada kenyataannya apabila kurs dollar mengalami peningkatan artinya kondisi perekonomian sedang dalam keadaan kurang baik, sehingga para investor takut berinvestasi pada saham. Karena ketika kurs rupiah mengalami penurunan, maka keuntungan dari perusahaanpun akan turun sehingga tingkat keutungan yang disyaratkan oleh investor tidak sesuai yang mereka harapkan. Berkurangnya para investor melakukan transaksi dalam bentuk saham, akan mengakibatkan harga saham turun. Sebaliknya, apabila kurs dollar terhadap rupiah melemah maka investor akan berinvestasi dalam bentuk saham karena pada saat itu kondisi perekonomian dalam keadaan bagus. Selain itu penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Florentinus (2008) yang menyatakan bahwa dalam jangka pendek maupun jangka panjang kurs berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham sektor keuangan. Sedangkan dalam jangka panjang, kurs juga berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks harga saham sektor property dan real estate dengan koefesien sebesar -1,332487 atau sig = 0,0000 < α = 0,05. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Eduardus (2001: 214) yang menyatakan bahwa menguatnya kurs rupiah merupakan sinyal positif bagi investor. Kurs yang signifikan disebabkan karena pada kenyataannya apabila kurs dollar mengalami peningkatan artinya kondisi perekonomian sedang dalam keadaan kurang baik, sehingga para investor takut berinvestasi pada saham. Karena ketika kurs rupiah mengalami penurunan, maka keuntungan dari perusahaanpun akan turun sehingga tingkat keutungan yang disyaratkan oleh investor tidak sesuai yang mereka harapkan. Berkurangnya para investor melakukan transaksi dalam bentuk saham, akan mengakibatkan harga saham turun. Sebaliknya, apabila kurs dollar terhadap rupiah melemah maka investor akan berinvestasi dalam bentuk saham karena pada saat itu kondisi perekonomian dalam keadaan bagus. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa indeks harga saham akan mengalami keseimbangan dalam jangka panjang yang dipengaruhi oleh kurs. Sehingga investor tidak perlu takut untuk berinvestasi pada sektor properti, karena meskipun terjadi ketidakseimbangan pada suatu periode tertentu, maka pada periode berikutnya dalam rentang waktu tertentu akan terjadi proses koreksi kesalahan sehingga kembali kepada posisi keseimbangan. Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Property dan Real Estate Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program eviews dapat diketahui bahwa dalam jangka pendek, jumlah uang beredar tidak berpnegaruh terhadap indeks harga saham sektor property dan real estate. Hal ini terlihat dari probabilitasnya yang tidak signifikan atau sig = 0,9008 > α = 0,05, yang berarti meskipun terjadi kenaikan jumlah uang beredar sebesar satu persen tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan atau penurunan indeks harga saham sektor property dan real estate. Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Mohammad (2006: 210) yang menyatakan bahwa semakin banyak uang yang beredar ditangan masyarakat maka akan semakin tinggi harga saham, karena masyarakat akan mencari cara untuk mengalokasikan dana mereka. Banyaknya uang yang beredar akan menyebabkan suku bunga turun, sehingga orang cendrung tidak memilih investasi dalam perbankan melainkan dalam bentuk saham. Hal tersebut dapat disebabkan karena dalam jangka pendek, masyarakat akan memilih berinvestasi pada sesuatu yang bisa dicaikan dengan mudah dan beresiko kecil, seperti barangbarang berharga mudah untuk diuangkan kembali. Karena dalam jangka pendek, masyarakat akan lebih memilih memenuhi kebutuhan mereka terlebih dahulu, sehingga untuk berinvestasi pada saham yang memiliki resiko yang cukup besar tidak begitu disukai oleh msyarakat. Sedangkan dalam jangka panjang variabel jumlah uang beredar berpengaruh signifikan dengan koefesien sebesar 0,631320 atau sig = 0,0000 < α = 0,05. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mohamad (2006: 210) yang menyatakan bahwa ketika uang yang beredar di dalam masyarakat meningkat, maka orang cendrung berinvestasi pada saham di bandingkan pada tabungan atau deposito sehingga permintaan akan saham pun mengalami peningkatan. Sehingga dapat diketahui meskipun indeks harga saham sektor property dan real estate yang dipengaruhi oleh jumlah uang beredar tidak berpengaruh dalam jangka pendek, tetapi indeks harga saham akan tetap mengalami keseimbangan dalam jangka panjang. Sehingga sebelum berinvestasi investor sebaiknya juga melakukan analisis terhadap perkembangan atau perubahan jumlah uang beredar. KESIMPULAN DAN SARAN Sesuai dengan tujuan penelitian dan hasil penelitian, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1)Tingkat Suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan dalam jangka pendek terhadap indeks harga saham sektor property dan real estate dan berpengaruh positif dan signifikan dalam jangka panjang. (2) Nilai tukar rupiah terhadap dollar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham sektor property dan real estate baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. (3)Jumlah Uang Beredar (M2) tidak berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor property dan real estate dalam jangka pendek dan berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks harga saham sektor property dan real estate dalam jangka panjang. (4) Terdapat kointegrasi antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Sehingga meskipun terjadi ketidakseimbangan dalam jangka pendek, tetapi dalam periode yang akan datang akan terjadi keseimbangan akan variabel terikat tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut: (1) Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel bebas dimana ketiga variabel tersebut adalah faktor makro, sedangkan harga saham juga dipengaruhi oleh faktor non makro, sehingga disarankan analisis harga saham tidak hanya dengan melihat ketiga variabel tersebut tetapi juga memperhatikan variabel lain. (2) Bagi Peneliti selanjutnya, dengan penelitian ini diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Dengan menambahkan periode penelitian terbaru, mengganti objek penelitian pada sektor atau indeks yang lain dan menambah variabel penelitian seperti inflasi, kinerja perusahaan dan 9 faktor fundamental lain. (3)Bagi Investor, dapat lebih memperhatikan faktor fundamental dan variabel ekonomi makro dalam berinvestasi, karena prospek perusahaan sangat tergantung dari keadaan ekonomi secara keseluruhan tanpa mengabaikan faktor mirko ekonomi itu sendiri. DAFTAR PUSTAKA Achmad Ath Thobarry. 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi, dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada BEI Periode Pengamatan 2000-2008). Thesis Magister Manajemen. Universitas Diponegoro. Bambang Sudiyatno dan Cahyani Nuswandhari. 2009. Peran Indikator Ekonomi Dalam Mempengaruhi Risiko Sistematis Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Jakarta. Dinamika Keuangan dan Perbankan Vol.1. Universitas Stikubank Semarang. Bayu (2010). “Potensi Bisnis 2011, Sektor Properti Tumbuh 20 Persen.” SuaraKarya. (8 Januari 2013). Bodie, Zvi, dkk. 2006. Investasi. Jakarta : Salemba Empat. Moch. Doddy Ariefianto. 2012. Ekonometrika Esensi dan Aplikasi Dengan Menggunakan Eviews. Jakarta: Erlangga. Mohamad Samsul. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga. Oksiana Jatiningsih dan Musdholifah. 2007. Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Aplikasi Manajemen Vol. 5. Samuelson, Paul A dan William D Nordhaus. 2004. Ilmu Makro Ekonomi. Jakarta: PT. Media Global Edukasi. 10 Eduardus Tandelilin. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: PT.BPFE. Florentinus Nugro Hardianto. 2008. Pengaruh Variabel Moneter Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Keuangan Di Indonesia: Error Correction Model. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.13. Universitas Parahyangan. Heru Nugroho. 2008. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks LQ-45. Thesis. Universitas Diponegoro Indonesia Stock Excange. 2008. Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia. Jakarta: Indonesia Stock Exchange Building. Insukindro. 1999. Pemilihan Model Ekonomi Empirik Dengan Pendekatan Koreksi Kesalahan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Universitas Gadjah Mada. Joe Hartanto. 2009.”Property Vs Real Estate”. Online. http://www.joehartanto.com/property-vsreal-estate/ . (08 Januari 2013). Jogianto Hartono. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFEYogyakarta. Suad Husnan. 2005. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: AMP YKPN Suramaya Suci Kewal. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economica Vol.8. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi Palembang. Perry Warjino dan Solikin. 2003. Bank Indonesia Bank Sentral Republik Indonesia: Tinjauan Kelembagaan, Kebijakan, Dan Organisasi. Jakarta: PPSK BI. Wing Wahyu Winarno. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika Dengan Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.