EKSPLORASI BAKTERI LISIS SEBAGAI AGENS

advertisement
EKSPLORASI BAKTERI LISIS SEBAGAI AGENS
PENGENDALIAN HAYATI PENYAKIT AKAR PUTIH
(Rigidoporus lignosus (KLOZTCH) IMAZEKI) PADA
TANAMAN KARET
IYUN
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Eksplorasi Bakteri
Lisis sebagai Agens Pengendalian Hayati Penyakit Akar Putih (Rigidoporus
lignosus (Kloztch) Imazeki) pada Tanaman Karet adalah benar karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Iyun
NIM A34110002
ABSTRAK
IYUN. Eksplorasi Bakteri Lisis sebagai Agens Pengendalian Hayati Penyakit
Akar Putih (Rigidoporus lignosus (Kloztch) Imazeki) pada Tanaman Karet.
Dibimbing oleh WIDODO.
Karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditas ekspor penting
asal Indonesia. Salah satu penyebab turunnya produksi karet adalah penyakit akar
putih yang disebabkan oleh cendawan Rigidoporus lignosus. Penelitian ini
bertujuan untuk eksplorasi dan seleksi bakteri lisis dari rizosfer tanaman karet
yang berpotensi sebagai agens pengendali hayati penyakit akar putih (R. lignosus).
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium WiSH, Dramaga, Bogor dan
Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB
pada Desember 2014 sampai Maret 2015. Bakteri yang diperoleh adalah 251
isolat terdiri atas 118 isolat selulolitik, 68 isolat selulolitik dan kitinolitik, dan 65
isolat non selulolitik dan non kitinolitik. Isolat bakteri lisis yang bersifat non
patogenik berjumlah 147 berdasarkan reaksi hipersensitif pada tanaman tembakau.
Isolat non patogenik yang mampu menghambat R. lignosus secara in vitro
sebanyak 30. Berdasarkan total skor indeks lisis, zona hambat, dan hambatan
pertumbuhan radial, 13 isolat potensial sebagai agens pengendalian hayati R.
lignosus.
Kata kunci: antagonis, kitinolitik, selulolitik, Rigidoporus lignosus.
ABSTRACT
IYUN. Lysis Bacterial Exploration for Biological Control Agens of White Root
Disease (Rigidoporus Lignosus (Kloztch) Imazeki) on Rubber Plant. Supervised
by WIDODO.
The hevea rubber (Hevea brasiliensis) is one of the important commodity in
Indonesia for export purposes. One of the obstacles to be limiting in the
production of hevea rubber is white root fungus disease caused by Rigidoporus
lignosus. The purpose of this study was to explore and select a lysis bacteria from
hevea rubber rhizosphere which have the potential as biological control agent of
the disease. This research had been conducted in laboratory Wish, Dramaga,
Bogor and laboratory Mycology, Departement of plant protection, faculty of
agriculture, IPB on December 2014 until March 2015. Of the 251 isolates
obtained in this study, 118 isolates on has the ability as cellulolytic, 68 isolates are
cellulolytic and chitinolytic, and 65 isolates did have both of these properties. Out
of the isolates that have lysis properties, 147 (79%) were not pathogenic based on
the hypersensitivity test in tobacco plants. Among of those non-pathogenic
isolates, 30 isolates could inhibit the radial growth R. lignosus in vitro testing.
Based one the score of lysis index, inhibition zone, and growth inhibition, 13
isolates might be potential as biological control agents of R. lignosus.
Keywords: antagonist, chitinolytic, cellulolytic, Rigidoporus lignosus.
©
Hak Cipta milik IPB, tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
EKSPLORASI BAKTERI LISIS SEBAGAI AGENS
PENGANDALIAN HAYATI PENYAKIT AKAR PUTIH
(Rigidoporus lignosus (KLOZTCH) IMAZEKI) PADA
TANAMAN KARET
IYUN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Eksplorasi Bakteri Lisis sebagai Agens
Pengendalian Hayati Penyakit Akar Putih (Rigidoporus lignosus (Kloztch)
Imazeki) pada Tanaman Karet”. Penulisan tugas akhir penelitian ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Widodo, M.S. selaku dosen
pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan, pengetahuan, saran,
arahan, dan masukan kepada penulis. Terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Aunu
Rauf, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk
menyempurnakan penulisan tugas akhir ini. Terima kasih kepada Dr. Ir. Hermanu
Triwidodo, M.Sc. yang telah memberi saran, semangat dan dukungan dalam
pelaksanaan tugas akhir ini. Terima kasih kepada orang tua dan kakak yang selalu
mendoakan dan memberikan semangat dalam belajar. Ucapan terima kasih juga
ditujukan kepada teman-teman, khususnya rekan-rekan WiSH (Pak Din-din, Pak
Adi tox’s, Asep, Mbak Saksak, Bu Diana, Kak Ali Wafa, Bang Rudi, Mas
Wildan, Mba Dila, Listihani, Phor Bho Ayuwati, Siti Rizka Sagala), Mulvia
Juniasari (IKK 48), Rudi Andul Gani (AGH 48), Riosena Eka Nursidiq (THP 48),
Nurlailatul Yuktiani (INTP 48) dan teman-teman Proteksi Tanaman 48 (PTN
sejati) yang tidak bisa disebutkan satu per satu serta pihak lain yang mendukung
terlaksananya tugas akhir penulis.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas akhir
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Bogor, Agustus 2015
Iyun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Viii
DAFTAR GAMBAR
Viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
BAHAN DAN METODE
3
Tempat dan Waktu
3
Alat dan Bahan
3
Metode Penelitian
3
Isolasi Bakteri Lisis
3
Uji Hipersensitif Isolat Bakteri Lisis
4
Uji Indeks Lisis
4
Uji Antagonis Isolat Lisis terhadap R. lignosus
5
Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Penapisan Isolat Bakteri berdasarkan Sifat Kitinolitik dan Selulolitik
7
Uji Hipersensitif Isolat Bakteri Lisis
8
Indeks Lisis
9
Uji Antagonis Isolat Bakteri Lisis berdasarkan Zona Hambat
10
Hubungan antara Indeks Lisis dengan Zona Hambat
11
Isolat Bakteri Lisis Potensial
13
SIMPULAN DAN SARAN
16
Simpulan
16
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
20
RIWAYAT HIDUP
39
viii
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Uji sifat kitinolitik dan selulolitik isolat bakteri hasil isolasi
Uji hipersensitif isolat bakteri lisis
Uji indeks lisis
Uji antagonis isolat bakteri lisis berdasarkan zona hambat
Uji chi square antara indeks lisis dengan zona hambat
Seleksi isolat bakteri lisis potensial sebagai agens pengendalian hayati
R. lignosus
7
9
9
10
11
14
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
7
8
Uji sifat kitinolitik isolat bakteri hasil isolasi di media agar kitin
Uji sifat selulolitik isolat bakteri hasil isolasi di media agar CMC
Uji indeks kitinolitik (a) dan indeks selulolitik (b)
Uji antagonis isolat bakteri lisis terhadap R. lignosus berdasarkan zona
hambat
Uji hipersensitif isolat bakteri lisis pada daun tembakau
Mikroskopis R. lignosus tanpa perlakuan isolat bakteri lisis (kontrol)
perbesaran 400 kali
Mikroskopis R. lignosus dengan perlakuan isolat bakteri lisis pada
perbesaran 400 kali
4
4
5
6
8
12
12
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
Uji sifat kitinolitik dan selulolitik isolat bakteri hasil isolasi
Uji hipersensitif isolat bakteri lisis
Uji indeks lisis dan uji antagonis isolat bakteri lisis
Uji khi kuadrat indeks selulolitik terhadap zona hambat di media PDA
Uji khi kuadrat indeks selulolitik terhadap zona hambat di media
Campuran
Uji khi kuadrat indeks kitinolitik terhadap zona hambat di media PDA
Uji khi kuadrat indeks kitinolitik terhadap zona hambat di media
Campuran
21
24
26
37
37
38
38
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang
mempunyai peran penting sebagai komoditas ekspor. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (2013), ekspor karet dalam bentuk remah tahun 2008 sampai 2013
cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2009 dan 2012 ekspor karet menurun
dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan tersebut sebesar 11.58% dan 3.93%
dengan nilai ekspor 2 544.8 dan 3 685.7 juta US$. Penurunan tersebut salah
satunya disebabkan oleh penurunan produksi yang dipengaruhi luas lahan dan
kendala lain dalam pengelolaan perkebunan.
Kendala dalam pengelolaan perkebunaan karet terutama masalah penyakit.
Penyakit yang umum ditemukan pada perkebunan karet di antaranya penyakit
akar putih, penyakit akar merah, penyakit akar cokelat, penyakit akar hitam,
kanker bercak, jamur upas, dan penyakit daun Colletotrichum sp. (Semangun
2000). Penyakit akar putih yang disebabkan oleh Rigidoporus lignosus merupakan
penyakit utama. Patogen tersebut menginfeksi akar tanaman mulai dari
persemaian, tanaman belum menghasilkan, tanaman menghasilkan sampai
tanaman tua. Kehilangan hasil akibat penyakit tersebut mencapai 3% sampai 5%
pada perkebunan besar dan 5% sampai 15% pada perkebunan rakyat (Balitri
2014).
Pengendalian yang perlu dilakukan untuk menekan kehilangan hasil akibat
penyakit akar putih tidak hanya efektif tetapi juga ramah lingkungan, salah
satunya dengan pengendalian hayati. Pengendalian hayati dilakukan melalui
mekanisme pengendalian dengan melemahkan atau membunuh patogen tanaman
secara langsung, kemampuan kompetisi ruang dan nutrisi, memproduksi
antibiotik, memproduksi enzim untuk melawan komponen sel patogen, dan
menginduksi respon ketahanan inang (Agrios 2005).
Pengendalian hayati melalui mekanisme produksi enzim yang melisis
dinding sel patogen dan bahan organik sumber nutrisi patogen dapat dilakukan
untuk pengendalian penyakit akar putih (R. lignosus). R. lignosus yang dinding
selnya tersusun atas kitin dapat dilisis oleh bakteri kitinolitik. Bahan organik
sebagai sumber nutrisi bagi R. Lignosus yang bersifat parasit fakultatif bisa dilisis
oleh bakteri selulolitik. Bakteri kitinolitik didasarkan pada kemampuan
menghasilkan enzim kitinase (Nildayanti 2011). Bakteri selulolitik didasarkan
pada kemampuan menghasilkan enzim selulase (Meryandini et al. 2009). Bakteri
yang dilaporkan memiliki aktivitas kitinase di antaranya Pseudomonas
fluorescens dan Bacillus spp. (Giyanto et al. 2009). Bakteri yang dilaporkan
memiliki aktivitas selulase di antaranya Cellulomonas sp., Cellvibrio sp.,
Cytophaga sp., dan Micrococcus sp. (Ekawati et al. 2012).
Bakteri lisis dapat diperoleh dengan melakukan eksplorasi pada daerah
rizosfer tanaman karet. Menurut Amaria et al. (2013), mikroorganisme
menguntungkan sangat melimpah jumlahnya baik yang berada di sekitar
perakaran (rizosfer) maupun jaringan tanaman (endofit). Rizosfer adalah habitat
mikroorganisme yang banyak berperan dalam pengendalian hayati. Selain itu,
rizosfer merupakan daerah utama dimana akar tumbuhan terbuka terhadap
patogen. Jika terdapat mikroorganisme antagonis pada daerah ini maka patogen
2
akan berhadapan selama menyebar dan menginfeksi akar. Mikroba antagonis ini
sangat potensial dikembangkan sebagai agens pengendali hayati (Weller 1988).
Oleh karena itu, eksplorasi bakteri lisis dilakukan pada rizosfer tanaman karet.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi dan menyeleksi bakteri lisis dari
rizosfer tanaman karet yang berpotensi sebagai agens pengendali hayati penyakit
akar putih (R. lignosus).
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah diperoleh bakteri lisis
yang berpotensi menghambat pertumbuhan patogen R. lignosus sebagai dasar
pengendalian hayati penyakit akar putih pada tanaman karet.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium WiSH, Dramaga, Bogor dan
Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB.
Sampel tanah diambil dari perkebunan karet berumur 28 tahun. Perkebunan
tersebut merupakan milik Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia
yang terletak di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Bogor, Jawa
Barat. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 sampai Maret 2015.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain bor, sekop, pisau, plastik, rotary shaker,
vortex mixer, alat gelas (cawan petri, tabung reaksi, dan labu erlenmeyer),
autoklaf, kompor, pembakar bunsen, panci, timbangan, laminar flow, sudip, micro
pipet, eppendorf, jarum inokulasi, alat suntik, microwave, oven, penggaris, alat
tulis, dan kamera. Bahan yang digunakan pada penelitian antara lain media agar
kitin, agar carboxy methyl cellulose (CMC), tryptone soya agar (TSA), potato
dextrose agar (PDA), nutrient agar (NA), media campuran (PDA dan NA dengan
perbandingan 1:1 v/v), luria broth (LB), gliserol 40%, tembakau, alkohol 70%,
spirtus, air aquades, aluminium foil, sil, tisue, kapas, dan isolat R. lignosus koleksi
Laboratorium Klinik Tanaman, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, IPB.
Metode Penelitian
Isolasi Bakteri Lisis
Sampel tanah diambil dari rizosfer pada 5 tanaman karet dengan
menggunakan bor tanah (diameter 5 cm) pada kedalaman 10 cm sampai 20 cm.
Pengeboran dilakukan 3 titik pada setiap tanaman. Sampel tanah yang diperoleh
kemudian dikompositkan. Tanah hasil komposit tersebut ditimbang sebanyak 10 g
untuk dilakukan metode pengenceran. Metode tersebut dilakukan dengan cara,
tanah yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang berisi 90
ml air aquades. Selanjutnya dihomogenkan menggunkan alat rotary shaker selama
2 jam dengan kecepatan 100 rpm. Suspensi tanah diencerkan secara seri dengan
cara mencampurkan 1 ml suspensi dengan 9 ml air aquades sampai pengenceran
tingkat 10-7. Suspensi diambil 0.1 ml pada pengenceran 10-5, 10-6, dan 10-7 untuk
dibiakkan dalam media agar kitin, dan agar CMC dengan masing-masing 2
ulangan. Komposisi media agar kitin terdiri atas 0.2 g koloidal kitin, 0.3 g
KH2PO4, 0.7 g K2HPO4, 0.5 g MgSO47H2O, 0.01 g FeSO47H2O, 0.001 g ZnSO4,
0.001 g MnCl2, 1.5 g agar, dan 100 ml air aquades (Singh et al. 1999). Komposisi
media agar CMC terdiri atas 0.05 g KH2PO4, 0.2 g CMC, 0.025 g MgSO4, 0.2 g
gelatin, 0.02 g congo-red, 1.5 agar, dan 100 ml air aquades. Congo-red
digunakan sebagai indikator degradasi selulosa pada media CMC untuk penapisan
bakteri selulolitik (Gupta et al. 2012).
Hasil biakan di media agar kitin diamati selama 4 hari setelah inkubasi
(HSI), dan biakan pada media agar CMC diamati selama 3 HSI. Koloni yang
tumbuh dan membentuk zona bening di media agar kitin merupakan bakteri
4
kitinolitik dan di media agar CMC merupakan bakteri selulolitik. Isolat bakteri
yang diperoleh ditumbuhkan di media TSA untuk dimurnikan hingga diperoleh
isolat tunggal. Isolat tersebut disimpan di media LB berdasarkan metode
Kuklinsky-Sobra et al. (2004). Isolat disimpan di dalam eppendorf 1 ml berisi
media LB yang ditambah 40% gliserol (v/v) dengan perbandingan 1:1 (v/v).
Setelah itu, isolat disimpan pada suhu -20 oC. Semua isolat bakteri yang telah
diisolasi diuji kembali di media agar kitin dan agar CMC untuk mengetahui isolat
yang bersifat non kitinolitik dan non selulolitik, kitinolitik, selulolitik, serta
kitinolitik dan selulolitik. Uji sifat kitinolitik ditunjukkan oleh gambar 1
sedangkan sifat selulolitik ditunjukkan oleh gambar 2. Pengujian tersebut
dilakukan dengan cara, isolat diteteskan pada kertas saring di atas media selektif.
Satu petri digunakan untuk menguji 10 sampai 12 isolat. Setiap isolat yang di uji
diberi kode supaya tidak tertukar kemudian diamati pada 4 HSI. Isolat yang
dipilih untuk penapisan berikutnya adalah isolat yang memiliki sifat lisis.
Gambar 1 Uji sifat kitinolitik isolat bakteri
hasil isolasi di media agar kitin
Gambar 2 Uji sifat selulolitik isolat hasil
isolasi di media agar CMC
Uji Hipersensitif Isolat Bakteri Lisis
Isolat bakteri lisis yang disimpan di media lauria broth (LB) diambil
sebanyak 0.1 ml kemudian dimasukkan pada 0.9 ml media LB. Setelah itu,
dihomogenkan pada kecepatan 100 rpm selama 24 jam. Suspensi bakteri tersebut
disuntikkan tanpa menggunakan jarum pada bagian lamina bawah daun tembakau.
Pengujian setiap isolat bakteri dilakukan 2 kali ulangan. Media LB disuntikkan
sebagai kontrol negatif. Pengamatan dilakukan 2 HSI. Bakteri patogenik akan
menunjukkan gejala nekrotik pada daun tembakau sedangkan bakteri non
patogenik tidak menunjukkan gejala nekrotik (Kusumadewi 2011).
Uji Indeks Lisis
Isolat bakteri lisis diukur indeks lisisnya (Gambar 3). Indeks lisis
merupakan perbandingan antara diameter zona bening dengan diameter koloni
(Muharni dan Widjajanti 2011; Gupta et al. 2012 ). Pengujian indeks kitinolitik
dilakukan dengan menumbuhkan isolat bakteri kitinolitik di media agar kitin
(Gambar 3.a) sedangkan pengujian indeks selulolitik
dilakukan dengan
menumbuhkan isolat bakteri selulolitik pada media agar CMC (Gambar 3.b).
Isolat yang tumbuh diukur diameter zona bening dan diameter koloni pada 4 HSI.
Indeks lisis yang peroleh kemudian diberi skor dengan rentang nilai berdasarkan
5
nilai indeks tertinggi. Skor 0 (tidak ada indeks lisis), 1 (0<x≤1), 2 (1<x≤2), 3
(2<x≤3), dan 4 (3<x≤4).
SK9
9
SK2
3
SK2
3
SK2
3
SK18
SK23
SK15
9
SK23
S5
Gambar 3 Uji indeks kitinolitik (a) dan indeks selulolitik (b). Tanda panah
menunjukkan diameter koloni bakteri, dan tanda panah kiri kanan
menunjukkan diameter zona bening
Uji Antagonis Isolat Bakteri Lisis terhadap R. lignosus
Uji antagonis isolat bakteri lisis terhadap R. lignosus dilakukan dengan
menggunakan metode dual culture pada media PDA dan media campuran. R.
lignosus yang berumur 4 sampai 6 hari dengan diameter 7 mm diinokulasikan di
tengah cawan petri berdiameter 90 mm dan empat isolat bakteri lisis digoreskan di
sekitarnya dengan jarak 30 mm (Chernin et al. 1995). Uji antagonis ini
ditunjukkan oleh gambar 4. Zona hambat disekitar koloni diukur pada 4 HSI
kemudian diberi skor berdasarkan Zivkovic et al. (2010). Skor 0 (tidak ada zona
hambat), 1 (0 mm<x≤5 mm), 2 (5 mm<x≤10 mm), 3 (10 mm<x≤15 mm), dan 4
(15 mm<x≤20 mm).
a
R
b
d
c
Gambar 4 Uji antagonis isolat bakteri lisis terhadap R. lignosus berdasarkan zona
hambat. R adalah cendawan R. Lignosus. a, b, c, dan d adalah empat
isolat bakteri lisis yang berbeda.
6
Isolat bakteri lisis yang mempunyai kemampuan membentuk zona hambat
terhadap R. lignosus selanjutnya diuji persentase penghambatan pertumbuhan
radialnya berdasarkan Kusumowardani (2008). Koloni R. lignosus yang
berdiameter 7 mm diinokulasikan di tengah cawan petri berdiameter 90 mm dan
satu isolat bakteri lisis digoreskan di sekitarnya dengan jarak 30 mm. Setiap isolat
diuji dengan 3 kali ulangan. Uji antagonis ini ditunjukkan oleh gambar 5.
Pengamatan dilakukan dengan mengukur jari-jari miselium R. lignosus yang
menjauhi dan mendekati isolat bakteri lisis pada 4 HSI untuk mengetahui
penghambatan pertumbuhan radial.
I
(a)
(a)
(a)
R
R2
R1
Gambar 5 Uji antagonis isolat bakteri lisis berdasarkan persentase penghambatan
pertumbuhan radial pada 1 HSI (a) dan 4 HSI (b)
Persentase hambatan pertumbuhan radial dihitung dengan rumus:
R1−R2
Penghambatan pertumbuhan radial = R1 x100%
Keterangan:
R1 adalah jari-jari miselium R. lignosus yang menjauhi isolat bakteri lisis
R2 adalah jari-jari miselium R. lignosus yang mendekati isolat bakteri lisis
Persentase pertumbuhan radial diberi skor berdasarkan Zivkovic et al.
(2010). Skor 0 (tidak ada penghambatan), 1 (0%<x≤25%), 2 (25%<x≤50%),
3 (50%<x≤75%), dan 4 (75%<x≤100%).
Seleksi Isolat Bakteri Lisis Potensial
Seleksi isolat bakteri lisis non patogenik dilakukan berdasarkan total skor
indeks lisis, zona hambat, dan penghambatan pertumbuhan radial. Isolat dengan
total skor lebih besar dari total skor rata-rata isolat dikategorikan sebagai isolat
bakteri lisis potensial.
Analisi Data
Data yang diperoleh diolah menggunakan Microsoft Office Excel 2007
kemudian dianalisis secara deskriptif dan uji khi kuadrat untuk data tertentu. Uji
khi kuadrat dilakukan berdasarkan Agresti (2007).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Bakteri berdasarkan Sifat Kitinolitik dan Selulolitik
Kitinolitik adalah kemampuan untuk menghasilkan enzim kitinase (Haliza
dan Suhartono 2012). Selulolitik adalah kemampuan untuk menghasilkan enzim
selulase (Nuntavun et al. 2014). Kitinase merupakan enzim yang dapat
mendegradasi atau melisis kitin. Kitinase dapat diperoleh dari berbagai
mikroorganisme antara lain virus, bakteri, cendawan, serangga, tumbuhan tingkat
tinggi, dan hewan (Haliza dan Suhartono 2012). Selulase adalah enzim yang dapat
mendegradasi selulosa. Mikroorganisme yang mampu mendegradasi selulosa
antara lain bakteri, cendawan, dan beberapa protozoa anaerobik (Perez et al.
2002). Umumnya baik mikroba penghasil kitinase maupun selulase melakukan
hidrolisis substrat secara ekstraseluler (Haliza dan Suhartono 2012; Gupta et al.
2012). Hidrolisis substrat secara ekstraseluler artinya enzim dihasilkan di dalam
sel tetapi dikeluarkan (sekresi) ke media pertumbuhan (substrat). Oleh sebab itu,
mikroba penghasil kitinase dan selulase dapat diperoleh dengan menggunakan
substrat yang mampu menginduksi enzim tersebut.
Enzim yang dihasilkan oleh bakteri memiliki fungsi yang berbeda
dibandingkan dengan cendawan. Enzim yang dihasilkan bakteri berfungsi dalam
hal nutrisi sedangkan cendawan berfungsi untuk melisis dinding sel yang tersusun
atas glukan, menyimpan karbohidrat, memperoleh nutrisi, dan menguraikan
kalosa pada tanaman (Soesanto 2008).
Bakteri yang berhasil diisolasi dari rizosfer tanaman karet berjumlah 251
isolat. Isolat ini dikelompokkan kedalam empat sifat, yaitu non kitinolitik dan non
selulolitik, kitinolitik, selulolitik, serta kitinolitik dan selulolitik. Pengelompokkan
dilakukan berdasarkan uji sifat kitinolitik dan selulolitik. Bakteri yang mampu
menghasilkan enzim kitinase disebut bakteri kitinolitik (Nildayanti 2011). Bakteri
yang mampu menghasilkan enzim selulase disebut bakteri selulolitik (Meryandini
dan Wahyu 2009). Kemampuan bakteri untuk menghasilkan enzim ini
ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening di sekitar koloni bakteri pada
media selektif. Hal ini sesuai dengan Nildayanti (2011) dan Ekawati et al. (2012)
yang menyatakan bahwa bakteri kitinolitik membentuk zona bening pada media
agar kitin sedangkan bakteri selulolitik membentuk zona bening pada media agar
carboxy methyl cellulose (CMC).
Tabel 1 Uji sifat kitinolitik dan selulolitik bakteri hasil isolasi
Sifat isolat bakteri
Kitinolitik
Selulolitik
+
+
+
+
Total
Jumlah isolat
65
118
0
68
251
Persentase jumlah isolat
26
47
0
27
100
Hasil uji sifat lisis terdapat isolat bakteri yang memiliki satu sifat lisis, yaitu
kitinolitik atau selulolitik, dan dua sifat lisis, yaitu kitinolitik dan selulolitik
(Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa bakteri dapat menghasilkan satu atau lebih
8
enzim. Bakteri yang dilaporkan menghasilkan satu enzim adalah Pseudomonas
fluorescens dan Bacillus sp. (Giyanto 2009). Bakteri tersebut menghasilkan
enzim kitinase. Bakteri yang dilaporkan menghasilkan dua enzim adalah
Pseudomonas sp. (Sindhu dan Dadarwal 2001). Bakteri tersebut menghasilkan
enzim kitinase dan selulase.
Penapisan pertama diperoleh bakteri non kitinolitik dan non selulolitik
sebanyak 65 isolat (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa isolat bakteri yang diuji
tidak semuanya dapat menghasilkan enzim kitinase dan selulase. Isolat tersebut
kemungkinan tidak dapat menghasilkan enzim atau menghasilkan enzim lain.
Enzim lain yang mungkin dihasilkan di antaranya glukanase karena menurut
Soesanto (2008), enzim pengurai dinding sel selain kitinase adalah glukanase.
Isolat bakteri yang hanya bersifat kitinolitik tidak diperoleh pada penapisan
pertama. Semua isolat bakteri yang bersifat kitinolitik dapat membentuk zona
bening di media agar CMC atau mampu menghasilkan enzim selulase sehingga
bersifat kitinolitik dan selulolitik. Tidak semua isolat bakteri selulolitik dapat
membentuk zona bening di media agar kitin atau tidak menghasilkan ezim
kitinase sehingga diperoleh isolat yang hanya bersifat selulolitik. Bakteri baik
yang bersifat selulolitik maupun selulolitik dan kitinolitik sebanyak 186 isolat.
Isolat bakteri yang digunakan untuk penapisan berikutnya adalah isolat yang
memiliki sifat lisis (Tabel 1). Isolat yang tidak dipilih bukan berarti tidak
memiliki potensi sebagai agens pengendalian hayati tetapi penapisan dalam
penelitian ini berdasarkan mekanisme lisis oleh enzim kitinase dan selulase. Isolat
bakteri non kitinolitik dan non selulolitik memiliki potensi sebagai agens
pengendalian hayati dengan mekanisme lain. Agens hayati memiliki banyak
mekanisme dalam mengendalikan patogen tanaman. Menurut Sinaga (2006),
agens antagonis berpotensi pengendalikan patogen dengan cara menekan
inokulum, mencegah kolonisasi, melindungi perkecambahan biji dan akar
tanaman dari infeksi patogen. Selain itu, secara langsung dapat menghambat
patogen dengan sekresi antibiotik, kompetisi ruang dan nutrisi, dan menginduksi
ketahanan tanaman.
Uji Hipersensitif Isolat Bakteri Lisis
Uji hipersensitif digunakan untuk mengetahui patogenisitas isolat bakteri
lisis. Uji hipersensitif dilakukan pada tanaman tembakau. Wick (2010)
menyatakan bahwa uji hipersensitif pada tanaman tembakau merupakan cara yang
cepat dan praktis untuk mengetahui patogenisitas suatu kultur bakteri.
(a)
(b)
Gambar 6 Uji hipersensitif isolat bakteri kitinolitik dan selulolitik pada daun
tembakau: bakteri non patogenik (a), dan bakteri patogenik (b)
9
Isolat bakteri non patogenik tidak menunjukkan gejala nekrotik pada daun
tembakau (Gambar 6.a) sedangkan isolat bakteri patogenik menunjukkan gejala
nekrotik (Gambar 6.b). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kusumadewi (2011)
yang menyatakan bahwa bakteri patogenik akan menunjukkan gejala nekrotik
pada daun tembakau sedangkan bakteri non patogenik tidak menunjukkan gejala
nekrotik. Menurut Agrios (2005), gejala nekrotik pada daun merupakan
mekanisme pertahanan tanaman dari infeksi patogen melalui reaksi hipersensitif.
Reaksi hipersensitif menyebabkan hancurnya semua membran seluler yang
berkontak dengan bakteri patogen yang diikuti dengan pengeringan dan nekrosis
jaringan daun yang terinfeksi bakteri tersebut.
Tabel 2 Uji hipersensitif isolat bakteri lisis
Sifat isolat bakteri
Selulolitik
Selulolitik dan kitinolitik
Total
Patogenik
Jumlah
Persentase
10
5
29
16
39
21
Non patogenik
Jumlah
Persentase
110
59
37
20
147
79
Hasil uji hipersensitif isolat bakteri lisis menunjukkan reaksi non patogenik
dan patogenik (Tabel 2). Jumlah bakteri lisis bersifat patogenik sebanyak 39 isolat
(21%) dan non patogenik sebanyak 147 isolat (79%). Isolat bakteri yang bersifat
non patogenik dipilih untuk penapisan berikutnya.
Indeks Lisis
Besarnya aktivitas kitinolitik dan selulolitik isolat bakteri lisis dapat
ditentukan dengan menghitung indeks lisis. Indeks lisis merupakan perbandingan
antara diameter zona bening dengan diameter koloni (Muharni dan Widjajanti
2011; Gupta et al. 2012). Zona bening yang dibentuk oleh isolat bakteri lisis
merupakan daerah hidrolisis di sekitar koloni bakteri baik pada media agar kitin
maupun agar CMC. Besarnya zona bening yang terbentuk berkorelasi positif
dengan kemampuan bakteri untuk menghidrolisis.
Tabel 3 Uji indeks lisis
Skor indeksa
1
2
3
4
Total
a
Kitinolitik
Jumlah
Persentase
1
3
34
92
2
5
0
0
37
100
Selulolitik
Jumlah
Persentase
0
0
41
28
88
60
18
12
147
100
Skor indeks lisis: 0 (tidak ada indeks lisis), 1(0<x≤1), 2 (1<x≤2), 3 (2<x≤3), dan 4 (3<x≤4).
Isolat bakteri lisis yang diuji memiliki indeks yang berbeda (Tabel 3).
Indeks kitinolitik terdiri atas skor 1 sampai 3 sedangkan indeks selulolitik terdiri
atas skor 1 sampai 4. Skor indeks yang paling banyak dimiliki oleh isolat bakteri
kitinolitik adalah 2 sedangkan isolat bakteri selulolitik adalah 3. Hasil pengujian
ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan indeks lisis yang disebabkan oleh
perbedaan aktivitas enzim dari masing-masing isolat. Menurut Susi (2002),
besarnya aktivitas enzim kitinolitik dipengaruhi oleh jumlah monomer N-
10
asetilglukosamin. N-asetilglukosamin dihasilkan dari proses hidrolisis kitin
dengan memutus ikatan 1.4 homopolimer N-asetilglukosamin. Semakin banyak
jumlah monomer N-asetilglukosamin yang dihasilkan maka akan semakin besar
zona bening yang terbentuk di sekitar koloni. Pada bakteri selulolitik, besarnya
aktivitas enzim dipengaruhi oleh tiga enzim selulosa yang terdiri dari endo-1.4-βglukanase, ekso-1.4-β-glukanase (selobiohidrolase), dan 1.4- β-glukosidase.
Ketiga enzim ini bekerja secara sinergis memecah selulosa menjadi glukosa. Endo
glukanase bekerja secara acak sepanjang rantai selulosa menghasilkan situs baru
untuk selobiohidrolase dengan cara memotong bagian amorphous. Eksoglukanase
melepas selobiosa dengan memotong bagian ujung rantai selulosa kristalin.
Glukosidase berperan menghidrolisis selobiosa menjadi glukosa. Semakin banyak
selulosa yang dihidrolisis menjadi glukosa maka zona bening yang terbentuk
semakin luas (Meryandini et al. 2009; Nur et al. 2008; Perez et al. 2002).
Uji Antagonis Isolat Bakteri Lisis berdasarkan Zona Hambat
Uji antagonis isolat bakteri lisis terhadap R. lignosus dilakukan pada media
PDA dan campuran yang diamati berdasarkan zona hambat (Tabel 4). Zona
hambat merupakan jarak antara R. lignosus dengan bakteri lisis setelah beberapa
hari diinkubasi pada biakan ganda (dual culture). Zona hambat yang terbentuk
menunjukkan adanya mekanisme antagonis dari isolat bakteri lisis. Menurut
Ferniah et al. (2004), bakteri antagonis memiliki beberapa mekanisme dalam
menghambat cendawan patogen. Pertama, bakteri menghasilkan senyawa bioaktif
yang merusak komponen struktural cendawan patogen. Perusakan komponen
struktural cendawan terjadi oleh enzim-enzim hidrolitik, misalnya kitinase yang
dihasilkan oleh bakteri kitinolitik. Ke dua, senyawa bioaktif yang dapat
mempengaruhi permeabilitas membran sel cendawan sehingga transportasi zat-zat
yang diperlukan untuk metabolisme terganggu. Ke tiga, senyawa yang dihasilkan
bakteri dapat berfungsi sebagai inhibitor suatu enzim pada cendawan. Jika enzim
cendawan tersebut berperan dalam metabolisme yang penting maka aktivitas
enzimatis sel akan terganggu sehingga mengakibatkan pertumbuhan cendawan
tertekan. Ke empat, senyawa yang menghambat sintesis protein cendawan.
Sintesis protein yang terganggu menyebabkan cendawan kekurangan protein
sehingga pertumbuhannya terhambat.
Tabel 4 Uji antagonis isolat bakteri lisis berdasarkan zona hambat
Skor zona hambata
0
1
2
3
4
5
Total
Jumlah isolat
PDA
132
8
5
2
0
0
147
Campuran
126
4
16
1
0
0
147
a
Skor zona hambat: 0 (tidak ada zona hambat), 1 (0 mm<x≤5 mm), 1 (5 mm<x≤10 mm), 3 (10
mm<x≤15 mm), dan 4 (15 mm<x≤20 mm) (Zivkovic et al. 2010).
Sebagian besar isolat bakteri lisis pada uji antagonis tidak mampu
membentuk zona hambat (Tabel 4). Isolat bakteri lisis mampu membentuk zona
11
hambat hingga skor 3. Skor zona hambat yang paling banyak dimiliki isolat di
media PDA adalah 1 sedangkan di media campuran adalah 2. Besarnya zona
hambat ini dipengaruhi beberapa faktor. Menurut Dewi (2011), zona hambat yang
dibentuk bakteri kitinolitik dan selulolitik terhadap cendawan patogen dipengaruhi
jumlah enzim yang dihasilkan, nutrisi medium, dan waktu inkubasi. Pengaruh
nutrisi medium dapat dilihat dari jumlah isolat yang membentuk zona hambat di
media campuran lebih banyak dibandingkan dengan di media PDA. Hal ini
disebabkan oleh media PDA merupakan media umum yang nutrisinya lebih sesuai
untuk pertumbuhan cendawan sedangkan media campuran nutrisinya sesuai untuk
pertumbuhan bakteri maupun cendawan. Isolat bakteri yang mampu menghambat
di media PDA termasuk isolat yang memiliki kemampuan antagonis tinggi karena
pada lingkungan yang tidak terlalu mendukung untuk pertumbuhannya, bakteri
tersebut bisa menghambat cendawan patogen. Tidak semua isolat bakteri yang
mampu menghambat di media PDA dapat menghambat di media campuran karena
media campuran tidak hanya memenuhi nutrisi bagi bakteri tetapi juga cendawan.
Hal ini menyebabkan kemampuan antagonis bakteri meningkat dan kemampuan
cendawan patogen untuk melawan isolat bakteri tersebut juga meningkat.
Hubungan antara Indeks Lisis dengan Zona Hambat
Hasil analisis khi kuadrat pada tabel 5 menunjukkan bahwa χ2 hitung lebih
kecil dibandingkan dengan χ2 tabel, artinya indeks lisis isolat tidak ada hubungan
dengan kemampuan untuk membentuk zona hambat atau kemampuan antagonis
terhadap R. lignosus. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya isolat bakteri lisis
yang tidak memiliki kemampuan antagonis (Tabel 4).
Tabel 5 Uji khi kuadrat antara indeks lisis dengan zona hambat
Zona hambat
Indeks
PDA
a
PDA dan NA
χ hitung
χ2 tabel
χ hitung
χ tabel
Kitinolitik
2.024
26.296
3.745
26.296
Selulolitik
2.780
26.296
3.097
26.296
2
a
2
2
2
Analisis hubungan antara indeks lisis dengan zona hambat menggunakan χ pada taraf nyata
α=5%.
Menurut Giyanto et al. (2009), isolat yang memiliki aktivitas kitinolitik
belum tentu memiliki sifat antagonis terhadap cendawan patogen. Hal tersebut
disebabkan oleh perbedaan struktur pada substrat yang digunakan. Struktur kitin
pada sel cendawan lebih kompleks dibandingkan dengan koloidal kitin yang
digunakan sebagai sumber karbon dalam uji indeks kitinolitik (Novitasari 2013).
Isolat bakteri selulolitik yang tidak membentuk zona hambat disebabkan oleh R.
lignosus yang tidak tersusun oleh selulosa melainkan kitin dan glukan (Walker
dan White 2005).
Zona hambat oleh isolat bakteri lisis kemungkinan disebabkan oleh
mekanisme lain. Mekanisme antagonis antara lain hiperparasit, antibiosis, lisis,
gangguan kimia, kompetisi, dan induksi ketahanan inang (Pal dan Gardener
2006). Mekanisme antibiosis dan lisis ditunjukkan dengan adanya zona hambat.
12
Mekanisme lisis isolat bakteri lisis yang tidak berkorelasi dengan zona hambat
menunjukkan bahwa mekanisme lain yang mungkin terjadi adalah antibiosis.
Antibiosis adalah mekanisme antagonis bakteri dengan menghasilkan
senyawa antibiotik yang menghambat pertumbuhan atau mematikan patogen.
Antibiotik merupakan senyawa organik metabolit sekunder yang dihasilkan oleh
mikroba dengan berat molekul rendah dan bersifat toksin bagi mikroba lain.
Senyawa ini dalam konsentrasi rendah sangat berbahaya bagi pertumbuhan dan
keaktifan metabolisme patogen atau mikroba lain (Soesanto 2008). Menurut
Zivkovic (2010) antibiotik yang dihasilkan oleh bakteri antagonis dapat
menembus sel cendawan patogen dan menghambat aktivitasnya.
Gambar 7 R. lignosus tanpa perlakuan isolat bakteri lisis (kontrol) dengan
perbesaran 400 kali. Hifa tidak mengalami malformasi
(a)
(c)
(d)
(b)
(d)
Gambar 8 R. lignosus dengan perlakuan isolat bakteri SK008 (a), S018 (b),
S076 (c), dan S085 dengan perbesaran 400 kali. R. lignosus mengalami
malformasi atau perubahan bentuk berupa hifa yang membesar
13
Adanya mekanisme lain berupa antibiosis ditunjukkan oleh hasil
pengamatan mikroskopis R. lignosus pada perbesaran 400 kali (Gambar 7 dan 8).
Pengamatan tersebut bertujuan melihat bentuk hifa R. lignosus setelah 4 HSI baik
tanpa perlakuan isolat bakteri lisis (kontrol) maupun perlakuan bakteri lisis. Hifa
R. lignosus tanpa perlakuan bakteri lisis tidak mengalami malformasi (Gambar 7)
sedangkan hifa yang diberi perlakuan bakteri lisis mengalami malformasi
(Gambar 8). Hifa yang pertumbuhannya terhambat tidak mengalami lisis dan
dinding selnya terurai. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi mekanisme
antagonis berupa lisis oleh enzim karena menurut Soesanto (2008), mekanisme
lisis oleh enzim bakteri pada dinding sel cendawan ditandai oleh terurainya
dinding sel.
Malformasi pada hifa R. lignosus yang diberi perlakuan bakteri lisis
disebabkan oleh rusaknya struktural sel. Menurut Rahman et al. (2007), miselium
cendawan patogen yang tertekan antibiotik bakteri antagonis akan mengalami
malformasi karena antibiotik yang menembus sel cendawan patogen akan
menyebabkan protoplasma rusak. Adanya kerusakan pada hifa akan menekan
pertumbuhan R. lignosus sehingga isolat bakteri tersebut bisa digunakan sebagai
agens hayati.
Mikroorganime yang dilaporkan mampu menghasilkan antibiotik untuk
menekan patogen tanaman diantaranya antibiotik 2.4-diacetyl-phloroglucinol yang
diproduksi oleh Pseudomonas fluorescens F113 dapat menghambat patogen
Pythium spp. penyebab penyakit rebah kecambah, antibiotik gliotoksin yang
diproduksi oleh Trichoderma virens dapat menghambat patogen Rizoctobia solani
penyebab penyakit busuk akar, antibiotik bacillomycin yang dihasilkan oleh
Bacilus subtilis AU195 dapat menghambat Aspergillus flavus penyebab
kontaminasi afla toksin (Pal dan Gardener 2006). Pada kasus tersebut antibiotik
efektif menekan patogen tanaman baik secara in vitro maupun in planta. Supaya
pengendaliannya efektif maka kuantitas antibiotik yang diproduksi harus cukup
dan senyawa antibiotik yang dihasilkan lebih dari satu.
Isolat Bakteri Lisis Potensial
Bakteri lisis non patogenik yang memiliki kemampuan antagonis terhadap
R. lignosus pada uji in vitro berjumlah 30 isolat (Tabel 6). Isolat tersebut terdiri
atas 17 isolat selulolitik dan 13 isolat bersifat selulolitik dan kitinolitik. Isolat
diseleksi kembali untuk mengetahui isolat yang potensial sebagai agens
pengendalian hayati R. lignosus.
Setiap isolat memiliki kemampuan lisis dan antagonis yang berbeda (Tabel
6). Hasil uji indeks lisis dan kemampuan antagonis dapat dilihat bahwa nilai
indeks yang tinggi tidak selalu diikuti potensi antagonis yang tinggi terhadap R.
lignosus begitupun sebaliknya. Isolat bakteri S085 memiliki skor indeks lisis
tinggi tetapi skor kemampuan antagonisnya rendah, sebaliknya isolat S007
memiliki skor indeks rendah tetapi skor kemampuan antagonis tinggi. Selain itu,
isolat bakteri yang memiliki indeks lisis sama tetapi kemampuan antagonisnya
berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa setiap isolat bakteri lisis memiliki
kemampuan antagonis yang berbeda walaupun kemampuan lisisnya sama. Kamil
et al. (2007), dan Harni dan Amaria (2012) menyatakan bahwa besarnya
kemampuan kitinolitik tidak selalu diikuti dengan potensi antagonis yang tinggi
terhadap penekanan pertumbuhan cendawan patogen karena menurut De Boer et
14
al. (2001), melisis hifa patogen hanya salah satu mekanisme pengendaliaan oleh
bakteri kitinolitik. Oleh sebab itu, kemampuan lisis bakteri tidak berhubungan
dengan sifat antagonisnya.
Tabel 6 Seleksi isolat bakteri lisis sebagai agens pengendalian hayati R. lignosus
Kode
Isolat
Skor zona hambate
Skor penghambatan
pertumbuhan radialf
Kitinolitik
PDA
Campuran
PDA
Campuran
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
0
2
1
2
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
1
2
0
1
0
1
2
1
0
0
0
3
2
0
0
1
1
0
0
0
2
2
2
2
1
0
2
2
2
1
0
2
2
2
1
0
2
2
2
2
2
0
2
2
2
2
0
2
1
1
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
2
1
0
2
0
2
2
1
0
0
0
2
3
0
0
3
3
0
0
0
3
3
2
3
3
0
3
3
3
3
0
3
3
3
2
0
3
3
2
3
3
0
Skor indeksd
Selulolitik
Sa007c
S018
S021
S022
S042
S044
S060
S061
S066
S076
S085
S094
S108
S172
S199
S203
S206
SKb007
SK008
SK009
SK014
SK015
SK016
SK017
SK018
SK023
SK024
SK059
SK060
SK062
Skor rata-rata
2
4
3
3
2
2
3
3
2
3
4
3
4
3
3
3
2
4
2
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
Total
Skor
11
7
6
10
6
6
5
6
7
8
8
8
8
8
8
8
7
10
7
14
10
13
8
9
14
12
9
10
10
10
8.77
a
Huruf S merupakan kode isolat bakteri selulolitik.
Huruf SK merupakan kode isolat bakteri selulolitik dan kitinolitik.
c
Kode isolat yang dicetak tebal merupakan isolat bakteri lisis yang potensial.
d
Skor indeks: 0 (tidak ada indeks lisis), 1(0<x≤1), 2 (1<x≤2), 3 (2<x≤3), dan 4 (3<x≤4).
e
Skor zona hambat: 1 (0 mm<x≤5 mm), 1 (5 mm<x≤10 mm), 3 (10 mm<x≤15 mm), 4 (15 mm<x≤20 mm)
(Zivkovic et al. 2010).
f
Skor penghambatan pertumbuhan radial: 0 (tidak ada penghambatan), 1 (0%<x≤25%), 2 (25%<x≤50%),
3 (50%<x≤75%), dan 4 (75%<x≤100%) (Zivkovic et al. 2010).
b
Kemampuan lisis yang tidak berhubungan dengan sifat antagonis pada isolat
selulolitik disebabkan oleh bakteri selulolitik hanya memiliki mekanisme lisis
pada patogen yang dinding selnya tersusun oleh selulosa. Sindhu dan Dadarwal
(2001) menyatakan bahwa Pseudomonas yang memiliki sifat selulolitik bisa
digunakan untuk mengandalikan cendawan Pythium aphanidermanum
15
(Oomycetes). Cendawan Oomycetes tersebut dinding selnya tersusun oleh
selulosa dan β-glukan (Walker dan White 2005). Selain itu, kemampuan bakteri
selulolitik untuk melisis selulosa banyak diteliti untuk keperluan dekomposisi
bahan organik. Nur et al. (2008) menggunakan bakteri selulolitik untuk
dekomposisi jerami padi, Meryandini et al. (2009) menggunakan bakteri
selulolitik untuk dekomposisi kulit pisang, dan Ekawati et al. (2012)
menggunakan bakteri selulolitik untuk dekomposisi limbah dadu tebu.
Isolat bakteri lisis hasil seleksi merupakan isolat yang mampu menghambat
R. lignosus. Menurut Cook dan Baker (1989), kemampuan antagonis atau
kemampuan menghambat perkembangan dan pertumbuhan organisme lain adalah
salah satu syarat suatu organisme disebut agens hayati. Isolat bakteri lisis yang
menghambat di media PDA dan campuran berbeda jumlahnya. Bakteri selulolitik
yang mampu menghambat di media PDA sebanyak 6 isolat, di media campuran
sebanyak 9 isolat, dan di kedua media sebanyak 2 isolat. Bakteri kitinolitik yang
mampu menghambat di media PDA sebanyak 3 isolat, di media campuran
sebanyak 6 isolat, dan di kedua media sebanyak 4 isolat. Isolat bakteri lisis yang
mampu menghambat di media PDA sebagian besar memiliki skor 2, yaitu
penghambatan pertumbuhan radial sebesar 25% sampai 50%. Skor penghambatan
pertumbuhan radial ini cenderung meningkat ketika di media campuran dengan
skor yang dimiliki sebagian besar isolat adalah 3, yaitu penghambatan
pertumbuhan radial sebesar 50% sampai 75%.
Total skor isolat bakteri lisis terdiri atas skor 5 hingga 14. Skor yang
banyak dimiliki oleh isolat secara berurutan adalah 8, 10, 6, 7, 9, 11, 13, dan 14.
Skor 8 dimiliki oleh 8 isolat, skor 10 dimiliki oleh 6 isolat, skor 6 dan 7 dimiliki
oleh 4, skor 9 dan 14 dimiliki oleh 2 isolat, skor 5, 11, 12, 13 dimiliki oleh 1
isolat. Berdasarkan kriteria seleksi, isolat bakteri lisis non patogenik yang
memiliki total skor lebih dari total skor rata-rata terdiri atas S007, S022, SK007,
SK009, SK014, SK015, SK017, SK024, SK018, SK023, SK059, SK060, dan
SK062. Isolat bakteri lisis tersebut merupakan isolat potensial untuk pengendalian
R. lignosus yang diseleksi berdasarkan total skor indeks lisis, zona hambat, dan
penghambatan pertumbuhan radial.
16
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Bakteri yang diisolasi dari rizosfer tanaman karet berjumlah 251 isolat
dengan jumlah bakteri lisis sebanyak 186 isolat. Jumlah isolat non patogenik yang
mampu menghambat R. lignosus secara in vitro berjumlah 30 isolat. Berdasarkan
total skor indeks lisis, zona hambat, dan penghambatan pertumbuhan radial
diperoleh 13 isolat potensial untuk pengendalian hayati R. lignosus.
Saran
Perlu dilakukan pengujian mengenai umur bakteri yang mampu
menghasilkan enzim lisis secara optimum sehingga pengendalian lebih efektif.
Selain itu, identifikasi isolat bakteri lisis hasil seleksi serta pengujian secara in
planta perlu dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Agrious GN. 2005. Plant Pathology. Ed ke-5. San Diego (US): Elsevier Academi
Press.
Agresti A. 2007. An Intoduction to Categorical Data Analysis. Ed ke-2. New
York (US):Wiley.
Amaria W, Taufiq E, Harni R. 2013. Seleksi dan identifikasi jamur antagonis
sebagai agens hayati jamur akar putih (Rigidoporus lignosus) pada tanaman
karet. Buletin RISTI. 4(1):1-8.
[Balitri] Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar. 2014. Jamur akar putih
(JAP) penyakit berbahaya pada perkebunan karet [Internet]. [diunduh 2014
Sep 06]. Tersedia pada: http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/?p=8667
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Luas areal dan produksi perkebunan rakyat
menurut jenis tanaman, 2000-2013 [Internet]. [diunduh 2014 Sep 12].
Tersedia pada: http://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1025
Boer WD, Gunnewiek PJ, Kowalchul GA, Veen JA. 2001. Growth of chitinolytic
dune soil β-subclass Proteobacteria in response to invading fungal hypae.
Applied and Environmental Microbiology. 67(8):3358-3362. doi:
10.1128/AEM.67.8.3358-3362.2001.
Chernin L, Ismailov Z, Haran S, Chet I. 1995. Chitinolytic Enterobacter
agglomerans antagonistic to fungal plant pathogens. Applied and
Enviromental Microbiology. 61(5):1720-1726.
Cook RJ, Baker KF. 1989. The Nature and Practice of Biological Control of Plant
Pathogen. Minnesota (USA): The American Phytopathological Society.
Dewi RR. 2011. Pengendalian Saprolegnia sp. pada telur gurami (Osphronemus
gouramy) menggunakan isolat bakteri kitinoitik [tesis]. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Ekawati ER, Ni’matuzahroh, Tini S, Agus S. 2012. Eksplorasi dan identifikasi
bakteri selulolitik pada limbah dadu tebu (Saccahrum officinarum L).
Berkala Penelitian Hayati 18(2012):31-34.
Ferniah RS, Pujiyanto S, Purwantisari S. 2004. Potensi bakteri kitinolitik sebagai
agens pengendali kapang Fusarium oxysporium penyebab penyakit busuk
pangkal batang tanaman kentang.
Seminar Nasional Hasil
Penelitian.Yogyakarta (ID): [nama penerbit tidak diketahui]. [halaman tidak
diketahui]. [Internet]. [diunduh 2014 Sep 04]. Tersedia pada:
http://eprints.undip.ac.id/23544/
Giyanto, Ace Suherman, Rustam. 2009. Kajian pembiakan bakteri kitinolitik
Pseudomonas fluorescens dan Bacillus sp. pada limbah organik dan
formulasinya sebagai pestisida hayati (Bio-Pesticide). Di dalam: [tidak
diketahui], editor. Bidang Teknologi dan Rekayasa Non Pangan. Prosiding
Seminar Hasil-hasil Penelitian IPB; 2009 [bulan dan tanggal tidak
diketahui] Bogor. Bogor (ID): [nama penerbit tidak diketahui]. [halaman
tidak diketahui]. [Internet]. [diunduh 2014 Sep 04]. Tersedia pada:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57959/PRO2009_G
YT.pdf?sequence
18
Gupta P, Samant K, Sahu A. 2012. Isolation of cellulose-degrading bacteria and
determination of their cellulolytic potential. International Journal of
Microbiology. 2012(2012):1-5. doi: 10.1155/2012/578925.
Harni R, Amaria W. 2012. Potensi bakteri kitinolitik untuk pengendalian penyakit
busuk pangkal batang lada (Phytophthora capsici). Buletin RISTRI. 3(1):712.
Haliza W, Suhartono MT. 2012. Buletin teknologi Pascapanen Pertanian. 8(1):114.
Kamil Z, Rizk M, Saleh M, Moustafa S. 2007. Isolasi and identification of
rhizosphere soil chitinolytic bacteria and their potential in antifungal
biocontrol. Global Journal of Moleculer Science. 2(2):57-66.
Kuklinsky-Sobral J, Araujo WL, Mendes R, Geraldi IO, Pizzirani-Kleiner AA,
Azevedo JL. 2004. Isolation and characterization of soybean-associated
Bacteria and their potential for plant growth promotion. Enviromental
Microbiology. 6(12):1244-1251. doi:10.1111/j.1462-2920.2004.00658.x.
Kusumadewi EA. 2011. Seleksi Plant growth promoting rhizobacteria untuk
pengendalian hayati penyakit embun bulu (Pseudoperonospora cubensis)
pada tanaman mentimun [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kusumowardani A. 2008. Kajian jenis limbah, suhu, dan lama penyimpanan
terhadap daya tahan dan potensi antagonisme (Pseudomonas fluorescens)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Meryandini A, Wahyu W, Besty M, Titi CS, Nisa R, Hasrul S. 2009. Isolasi
bakteri selulolitik dan karakterisasi enzimnya. Makara, Sains. 13(1): 33-38.
Muharni, Widjajanti H. 2011. Skrining bakeri kitinolitik antagonis terhadap
pertumbuhan jamur akar putih (Rigidoporus lignosus) dari rizosfir tanaman
karet. Jurnal Penelitian Sains. 14(1):51-56.
Nildayanti. 2011. Peran bakteri kitinolitik dan fungi mikoriza arbuskula dalam
pengendalian busuk pangkal batang kelapa sawit [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Novitasari P. 2013. Isolasi dan identifikasi bakteri kitinolitik penghambat
pertumbuhan cendawan patogen asal kokon Cricula trifenestrata [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nuntavun R, Jutaporn S, Pornrapee S. 2014. Cellulolytic bacteria with plant
growth promoting properties as an efficient microbial strategy for
composting. 2014. Malaysian Journal of Microbial. 10(3):174-178.
Nur HS, Meryandini A, Hamim. 2008. Pemanfaatan bakteri selulolitik dan
xilanolitik yang berpotensi untuk dekomposisi jerami padi. Jurnal Tanah
Tropika. 14(1):71-80.
Pal KK, Gardener BM. 2006. Biological control of plant pathogens. The Plant
Health Instructor. 1(2006):1-25. doi: 10.1094/PHI-A-2006-1117-02.
Perez J, Munoz DJ, Martinez J. 2002. Biodegradation and biologycal treatments
of cellulose, hemicellulose and lignin. International Microbiology. 5(edisi
tidak diketahui):53-63.doi:10.1007/s10123-002-0062-3.
Rahman MA, Kadir J, Mahmud TMM, Rahman RA, Begum MM. 2007.
Screening of antagonistic bacteria for biocontrol activities on
Colletotrichum gloeosporioides in papaya. Asian Journal of Plant Science.
6(1): 12-20.
19
Semangun H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Ed ke4. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Sinaga MS. 2006. Dasar-dasar Penyakit Tumbuhan. Ed ke-2. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Sindhu SS, Dadarwal KR. 2001. Chitinolytic and cellulolytic Pseudomonas sp.
antagonistic to fungal pathogens enhances nodulation by Mesorhizobium sp.
Cicer in chickpea. Microbiological Research. 156(2001):353-358.
Singh PP, Shin YC, Park CS, Chung YR. 1999. Biological control of Fusarium
wilt of cucumber by chitinolytic bacteria. Phytopathology. 89(1):93-99.
Susi. 2002. Isolasi kitinase dari Scleroderma columnae dan Trichoderma
harzianum. Jurnal Ilmu Dasar. 3(1):30-35.
Soesanto L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. Ed ke-1.
Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada.
Walker GM, White NA. 2005. Fungi: Biology and Applications. Kavanagh K,
editor. Chichester (UK): John Wiley & Sons Ltd.
Weller DM. 1988. Biological control of soil-borne pathogens in the rhizosphere
with bacteria. Annual Review of Phytopathology. 26 (1988):379-407. doi:
10.1146/annurev.py.26.090188.002115.
Wick R. 2010. Tobacco hypersensitivity: the first test to screen bacteria for
pathogenicity. [internet]. [diunduh 2015 Juni 9]. Tersedia pada:
http://www.npdn.org/webfm_send/1230.
Zivkovic S, Stojanovic S, Ivanovic Z, Gavrilovic V, Popovic T, Balaz J. 2010.
Screening antagonistic activity of microorganisms against Colletotrichum
acutatum and Colletotrichum gloeosporioides. Archives of Biological
Science Belgrade. 62(3):611-623. doi: 10.2298/ABS1003611Z.
20
LAMPIRAN
21
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 4 Maret 1993. Penulis sebagai anak
kesepuluh dari sepuluh bersaudara, dari pasangan Ana dan Ecin. Pendidikan
sekolah menengah ditempuh di SMA Negeri 16 Garut pada program IPA dan
lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan
sarjana di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur undangan. Selama S1, penulis mendapatkan beasiswa
Bidikmisi dari pemerintah. Gelar Sarjana Pertanian (S.P) diperoleh pada tahun
2015.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan dan
kepanitiaan dari Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA),
termasuk menjadi pengurus di divisi Kewirausahaan pada tahun 2013 dan kadiv
divisi Kewirausahaan pada tahun 2014. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan
kepanitiaan Himpunan Mahasiswa Garut di Bogor (HIMAGA) pada tahun 2011
sampai 2013. Penulis pernah menjadi Penanggungjawab Kelompok (PJK)
pengenalan Departemen PTN tahun 2013, konsumsi acara makrab angkatan 48,
kadiv konsumsi Plant protection Event (NPV) tahun 2014. Prestasi yang
diperoleh di bidang akademik yaitu masuk semi final lomba cerdas cermat tingkat
Nasional tahun 2014. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Biologi
Cendawan pada tahun 2014 dan asisten praktikum Pengendalian Terpadu Hama
dan Penyakit Tanaman Perkebunan program diploma pada tahun 2015.
Lampiran 1 Uji sifat kitinolitik dan selulolitik isolat bakteri hasil isolasi
Isolat
Sa001
S002
S004
S005
S006
S007
S009
S010
S013
S016
S017
S018
S019
S020
S021
S022
S023
S024
S028
S029
S030
S031
S032
Selulolitik
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Kitinolitik
-
Isolat
S033
S034
S035
S037
S038
S039
S041
S042
S044
S046
S047
S048
S049
S050
S051
S053
S054
S057
S058
S059
S060
S061
S062
Selulolitik
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Kitinolitik
-
Isolat
S064
S066
S069
S073
S076
S078
S082
S085
S090
S093
S094
S106
S107
S108
S110
S118
S119
S120
S123
S124
S126
S127
S128
Selulolitik
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Kitinolitik
-
Isolat
S129
S130
S132
S133
S136
S138
S141
S142
S143
S144
S145
S149
S150
S151
S157
S159
S160
S162
S164
S165
S166
S167
S170
Selulolitik
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Kitinolitik
-
21
Isolat
S172
S173
S174
S176
S177
S179
S181
S182
S183
S184
S185
S189
S190
S192
S193
S194
S195
S196
S197
S198
S199
S200
S201
Selulolitik
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Kitinolitik
-
Isolat
S203
S204
S206
S207
S208
SKb002
SK003
SK004
SK005
SK006
SK007
SK008
SK009
SK010
SK011
SK012
SK013
SK014
SK015
SK016
SK017
SK018
SK019
Selulolitik
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Kitinolitik
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Isolat
SK020
SK021
SK022
SK023
SK024
SK025
SK026
SK027
SK028
SK029
SK030
SK031
SK032
SK033
SK034
SK035
SK036
SK037
SK038
SK039
SK040
SK041
SK042
Selulolitik
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Kitinolitik
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Isolat
SK043
SK044
SK045
SK046
SK047
SK048
SK049
SK050
SK051
SK052
SK053
SK054
SK055
SK056
SK057
SK058
SK059
SK060
SK061
SK062
SK063
SK064
SK066
Selulolitik
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Kitinolitik
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
22
Isolat
SK067
SK068
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
a
Selulolitik
+
+
-
Kitinolitik
+
+
-
Isolat
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
Selulolitik
-
Kitinolitik
-
Isolat
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
S0K0
Selulolitik
-
Kitinolitik
-
Huruf S merupakan kode isolat bakteri selulolitik.
Huruf SK merupakan kode isolat bakteri selulolitik dan kitinolitik.
b
23
Lampiran 2 Uji hipersensitif isolat bakteri lisis
Isolat
Selulolitik
Uji hipersensitif
+
a
S 001
S017
S002
S018
S004
S019
S005
S020
S006
S021
S007
S022
S009
S023
S010
S024
S013
S028
S016
S029
S030
S031
S032
S033
S034
S035
S037
S038
S039
S041
S042
S044
S046
Isolat
Selulolitik
Uji hipersensitif
+
S047
S048
S049
S050
S051
S053
S054
S057
S058
S059
S060
S061
S062
S064
S066
S069
S073
S076
S078
S082
S085
S090
S093
Isolat
Selulolitik
Uji hipersensitif
+
S094
S106
S107
S108
S110
S118
S119
S120
S123
S124
S126
S127
S128
S129
S130
S132
S133
S136
S138
S141
S142
S143
S144
Isolat
Selulolitik
Uji hipersensitif
+
S145
S149
S150
S151
S157
S159
S160
S162
S164
S165
S166
S167
S170
S172
S173
S174
S176
S177
S179
S181
S182
S183
S184
24
Isolat
Selulolitik
Selulolitik
dan Kitinolitik
a
Uji hipersensitif
+
S185
S189
S190
S192
S193
S194
S195
S196
S197
S198
S199
S200
S201
S203
S204
S206
S207
S208
SKb002
SK031
SK003
SK032
SK004
SK033
SK005
SK034
SK006
SK035
Isolat
Selulolitik
dan Kitinolitik
Uji hipersensitif
+
SK007
SK036
SK008
SK037
SK009
SK038
SK010
SK039
SK011
SK040
SK012
SK041
SK013
SK042
SK014
SK043
SK015
SK044
SK016
SK045
SK017
SK046
SK018
SK047
SK019
SK048
SK020
SK049
SK021
SK050
SK022
SK051
SK023
SK052
SK024
SK053
SK025
SK054
SK026
SK055
SK027
SK056
SK028
SK057
SK029
SK058
Isolat
Selulolitik
dan Kitinolitik
Uji hipersensitif
+
SK030
SK059
SK060
SK061
SK062
SK063
SK064
SK066
SK067
SK068
Huruf S merupakan kode isolat bakteri selulolitik.
Huruf SK merupakan kode isolat bakteri selulolitik dan kitinolitik.
b
25
Lampiran 3 Uji indeks lisis dan uji antagonis isolat bakteri lisis
Selulolitik
Isolat
PDA
Kitinolitik
Daya hambat
Indeks
Zona
hambat
0.00
0.00
0.00
2.07
24.72
8.17
S009
Sa001
d
koloni
(mm)
6.00
d zona
bening
(mm)
7.44
1.24
d
koloni
(mm)
0.00
d zona
bening
(mm)
0.00
S002
7.22
17.61
2.44
0.00
S004
8.20
9.22
1.12
S005
8.78
18.17
S006
7.67
S007
Campuran
Daya hambat
Zona
hambat
r1 (mm)
r1
(mm)
r2 (mm)
%
hambatan
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
3.22
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
9.94
1.22
0.00
0.00
0.00
9.50
35.00
20.33
41.77
9.50
37.67
17.00
54.84
6.89
7.89
1.15
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S010
6.56
7.89
1.20
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S013
7.94
24.61
3.10
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S016
7.60
8.20
1.08
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S017
6.72
9.33
1.39
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S018
6.56
24.44
3.73
0.00
0.00
0.00
3.00
32.00
16.83
47.40
0.00
0.00
0.00
0.00
S019
7.39
22.61
3.06
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S020
6.00
6.28
1.05
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Indeks
r2
(mm)
%
hambatan
26
PDA
Selulolitik
Isolat
Kitinolitik
Daya hambat
Indeks
Zona
hambat
0.00
0.00
0.00
1.01
22.00
6.61
S030
S021
d
koloni
(mm)
8.56
d zona
bening
(mm)
25.22
2.95
d
koloni
(mm)
0.00
d zona
bening
(mm)
0.00
S022
7.39
21.89
2.96
0.00
S023
7.20
7.50
1.04
S024
6.70
6.80
S028
7.50
S029
Campuran
Daya hambat
Zona
hambat
r1
(mm)
r2 (mm)
%
hambatan
2.80
33.00
17.33
45.93
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.00
37.00
22.83
38.23
2.50
38.00
18.67
50.85
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.93
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
20.72
3.13
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
6.61
16.39
2.48
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S031
8.50
20.28
2.39
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S032
6.00
9.00
1.50
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S033
6.00
10.03
1.67
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S034
6.00
8.00
1.33
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S035
6.00
6.17
1.03
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S037
9.72
17.56
1.81
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S038
7.89
8.33
1.06
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Indeks
r1 (mm)
r2
(mm)
%
hambatan
27
Selulolitik
Kitinolitik
S039
d
koloni
(mm)
6.44
d zona
bening
(mm)
8.00
S041
7.61
S042
Isolat
Campuran
PDA
Daya hambat
Indeks
Zona
hambat
0.00
0.00
0.00
1.16
12.11
8.00
S049
Indeks
d koloni
(mm)
1.24
0.00
d zona
bening
(mm)
0.00
18.44
2.42
0.00
6.00
8.28
1.38
S044
6.78
7.83
S046
7.28
S047
Daya hambat
r1
(mm)
r2 (mm)
%
hambatan
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
7.50
1.66
0.00
0.00
0.00
14.11
1.76
0.00
0.00
7.06
16.00
2.27
0.00
S050
7.56
13.94
1.85
S053
15.28
19.06
S054
7.11
S057
Zona
hambat
r1
(mm)
r2
(mm)
%
hambatan
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
10.50
34.67
16.17
53.32
38.00
21.50
43.42
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.25
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
12.39
1.74
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
7.44
7.83
1.05
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S058
7.61
12.72
1.67
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S059
12.06
22.78
1.89
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S060
9.56
22.49
2.35
0.00
0.00
0.00
2.00
37.67
28.67
23.94
0.00
0.00
0.00
0.00
28
Selulolitik
Kitinolitik
S061
d
koloni
(mm)
7.39
d zona
bening
(mm)
16.89
S062
7.78
S064
Isolat
Campuran
PDA
Daya hambat
Indeks
Zona
hambat
0.00
0.00
0.00
1.69
29.89
6.33
S076
Indeks
d koloni
(mm)
2.29
0.00
d zona
bening
(mm)
0.00
21.11
2.71
0.00
7.06
19.78
2.80
S066
9.39
15.83
S069
9.22
S073
Daya hambat
Zona
hambat
r1
(mm)
r2 (mm)
%
hambatan
6.00
34.00
32.67
3.92
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
6.80
39.00
13.33
65.86
3.24
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
18.39
2.90
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
6.78
16.11
2.38
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
6.70
39.00
14.50
62.84
S078
7.61
14.17
1.86
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S082
7.17
11.00
1.53
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S085
10.17
31.00
3.05
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
6.50
24.33
12.67
46.85
S090
7.61
20.89
2.74
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S094
11.17
29.28
2.62
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
6.30
28.00
11.83
57.43
S106
9.22
25.22
2.73
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S107
8.00
23.22
2.90
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
r1 (mm)
r2
(mm)
%
hambatan
29
Selulolitik
Isolat
PDA
Kitinolitik
Daya hambat
Indeks
Zona
hambat
0.00
0.00
0.00
2.78
10.50
6.00
S128
S108
d
koloni
(mm)
8.89
d zona
bening
(mm)
26.78
S118
6.00
S119
Campuran
Indeks
d koloni
(mm)
3.01
0.00
d zona
bening
(mm)
0.00
10.50
1.75
0.00
7.61
20.50
2.69
S124
7.72
21.50
S126
6.00
S127
Daya hambat
Zona
hambat
r1
(mm)
r2 (mm)
%
hambatan
0.00
0.00
0.00
0.00
5.00
41.33
18.50
55.11
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.75
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
17.83
2.97
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
8.56
25.56
2.99
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S129
8.50
25.83
3.04
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S130
8.50
25.17
2.96
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S132
8.33
24.67
2.96
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S136
9.00
25.39
2.82
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S138
8.89
27.11
3.05
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S141
9.00
24.56
2.73
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S142
8.89
23.78
2.68
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
r1 (mm)
r2
(mm)
%
hambatan
30
Selulolitik
Isolat
Campuran
PDA
Kitinolitik
Daya hambat
Indeks
Zona
hambat
0.00
0.00
0.00
2.73
25.11
8.22
S157
S143
d
koloni
(mm)
8.28
d zona
bening
(mm)
26.22
Indeks
d koloni
(mm)
3.17
0.00
d zona
bening
(mm)
0.00
S144
8.94
24.28
2.71
0.00
S145
8.78
24.33
2.77
S149
9.00
24.56
S150
8.78
S151
Daya hambat
Zona
hambat
r1
(mm)
r2 (mm)
%
hambatan
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.86
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
24.22
2.95
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
8.56
23.22
2.71
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S159
8.39
23.56
2.81
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S164
7.89
23.67
3.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S165
8.61
24.78
2.88
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S166
8.11
23.56
2.90
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S167
8.28
23.33
2.82
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S170
8.11
24.22
2.99
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S172
8.00
23.94
2.99
0.00
0.00
0.00
11.00
34.67
25.67
27.27
0.00
0.00
0.00
0.00
r1 (mm)
r2
(mm)
%
hambatan
31
Selulolitik
Isolat
Campuran
PDA
Kitinolitik
Daya hambat
Indeks
Zona
hambat
0.00
0.00
0.00
2.85
25.72
9.06
S182
S173
d
koloni
(mm)
8.44
d zona
bening
(mm)
23.06
Indeks
d koloni
(mm)
2.73
0.00
d zona
bening
(mm)
0.00
S174
8.28
23.56
2.85
0.00
S176
8.33
23.06
2.77
S177
8.22
23.44
S179
9.00
S181
Daya hambat
Zona
hambat
r1
(mm)
r2 (mm)
%
hambatan
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.86
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
22.94
2.53
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
9.28
23.83
2.57
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S183
8.00
18.28
2.28
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S184
19.94
29.33
1.47
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S189
8.28
22.28
2.69
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S190
8.83
22.67
2.57
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S192
9.17
22.17
2.42
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S193
8.89
23.67
2.66
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S194
9.67
22.89
2.37
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
r1 (mm)
r2
(mm)
%
hambatan
32
Selulolitik
Isolat
Campuran
PDA
Kitinolitik
Daya hambat
Indeks
Zona
hambat
0.00
0.00
0.00
2.90
19.39
7.72
S201
S195
d
koloni
(mm)
17.61
d zona
bening
(mm)
21.78
Indeks
d koloni
(mm)
1.24
0.00
d zona
bening
(mm)
0.00
S196
8.78
22.78
2.59
0.00
S197
8.83
23.11
2.62
S198
7.67
22.22
S199
8.94
S200
Daya hambat
Zona
hambat
r1
(mm)
r2 (mm)
%
hambatan
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.17
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
8.30
40.00
13.50
66.32
23.34
3.02
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
7.89
19.89
2.52
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S203
7.67
20.89
2.72
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
8.00
36.67
15.50
58.10
S204
7.72
21.00
2.72
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S206
8.33
9.83
1.18
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
8.00
38.33
23.00
39.47
S207
8.89
19.50
2.19
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
S208
8.89
17.72
1.99
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
SKb002
7.67
20.33
2.65
6.50
8.00
1.23
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
SK003
7.22
17.83
2.47
6.00
8.50
1.42
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
r1 (mm)
r2 (mm)
%
hambatan
33
Selulolitik
Isolat
Campuran
PDA
Kitinolitik
Daya hambat
Indeks
Zona
hambat
1.19
9.00
6.50
3.30
11.67
6.94
SK010
SK004
d
koloni
(mm)
9.44
d zona
bening
(mm)
26.00
Indeks
d koloni
(mm)
2.75
8.00
d zona
bening
(mm)
9.50
SK005
9.56
16.28
1.70
7.50
SK006
14.11
23.78
1.69
SK007
8.83
29.11
SK008
8.00
SK009
Zona
hambat
Daya hambat
r1
(mm)
r2 (mm)
%
hambatan
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.20
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
8.00
1.23
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
8.00
9.00
1.13
0.00
0.00
0.00
0.00
5.00
1.56
4.44
9.34
1.46
7.00
9.00
1.29
4.50
31.00
18.33
40.65
0.00
0.00
0.00
0.00
21.33
3.07
8.00
10.00
1.25
6.00
27.67
20.67
24.73
7.20
34.67
11.00
68.48
6.78
17.44
2.57
8.00
11.00
1.38
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
SK011
7.17
10.72
1.50
7.50
10.50
1.40
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
SK012
6.94
17.61
2.54
7.00
10.00
1.43
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
SK013
7.22
20.44
2.83
9.00
14.00
1.56
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
SK014
6.78
15.78
2.33
7.00
9.00
1.29
0.00
0.00
0.00
0.00
9.30
34.00
13.00
61.45
SK015
6.83
16.61
2.43
7.00
9.00
1.29
3.30
37.67
22.33
40.74
5.80
39.67
19.00
51.99
SK016
6.78
14.89
2.20
10.00
12.00
1.20
0.00
0.00
0.00
0.00
4.00
40.00
20.00
49.92
SK017
8.17
24.67
3.02
9.00
10.00
1.11
2.80
33.00
23.33
29.12
0.00
0.00
0.00
0.00
r1 (mm)
r2 (mm)
%
hambatan
34
Selulolitik
Isolat
Campuran
PDA
Kitinolitik
Daya hambat
Indeks
Zona
hambat
1.38
11.00
8.00
2.22
16.22
7.83
SK024
SK018
d
koloni
(mm)
6.39
d zona
bening
(mm)
16.67
Indeks
d koloni
(mm)
2.61
8.00
d zona
bening
(mm)
11.00
SK019
7.00
16.56
2.37
9.00
SK020
7.50
17.44
2.33
SK021
12.06
26.78
SK022
9.28
SK023
Daya hambat
Zona
hambat
r1 (mm)
r1
(mm)
r2 (mm)
%
hambatan
5.80
35.00
19.33
44.69
6.50
37.33
17.17
53.59
1.22
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
10.00
1.25
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
8.00
10.00
1.25
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.75
9.00
11.00
1.22
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
17.00
2.17
9.00
11.00
1.22
3.80
29.00
22.33
23.09
8.00
28.17
10.83
60.50
7.44
18.83
2.53
10.00
11.00
1.10
0.00
0.00
0.00
0.00
5.50
36.33
23.17
37.53
SK033
8.00
27.00
3.38
8.50
11.00
1.29
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
SK037
10.00
28.00
2.80
9.00
10.00
1.11
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
SK045
9.00
27.00
3.00
10.00
12.00
1.20
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
SK052
10.00
30.00
3.00
7.00
9.00
1.29
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
SK058
8.72
25.28
2.90
10.00
10.00
1.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
SK059
8.11
24.17
2.98
10.00
12.00
1.20
0.00
0.00
0.00
0.00
5.30
41.33
15.00
63.71
SK060
9.06
25.28
2.79
9.00
11.00
1.22
0.00
0.00
0.00
0.00
6.30
40.00
16.83
57.90
r2 (mm)
%
hambatan
35
Selulolitik
Isolat
PDA
Kitinolitik
Daya hambat
Indeks
Zona
hambat
1.33
11.00
9.50
3.10
24.33
8.83
9.56
SK061
d
koloni
(mm)
7.44
d zona
bening
(mm)
20.72
SK062
7.50
SK063
Indeks
d koloni
(mm)
2.78
9.00
d zona
bening
(mm)
12.00
19.39
2.59
9.50
9.89
27.67
2.80
SK064
7.94
24.67
SK066
10.72
SK067
SK068
a
Campuran
Daya hambat
Zona
hambat
r1
(mm)
r2 (mm)
%
hambatan
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.16
11.50
34.33
21.00
38.74
0.00
0.00
0.00
0.00
15.00
1.58
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
9.00
11.00
1.22
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.27
6.50
14.00
2.15
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
26.67
3.02
6.00
13.00
2.17
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
23.44
2.45
9.00
10.00
1.11
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
r1 (mm)
r2 (mm)
%
hambatan
Huruf S merupakan kode isolat bakteri selulolitik.
b
Huruf SK merupakan kode isolat bakteri selulolitik dan kitinolitik.
36
Lampiran 4 Uji khi kuadrat indeks selulolitik terhadap zona hambat di media PDA
Zona hambat
Indeks
selulolitik
0
п
Eij
χ
1
0.000
0.000
0.000
2
25.85
0.170
3
53.74
4
10.02
Total
89.61
2
2
п
Eij
χ2
3
п
Eij
χ2
4
5
Total
0.000
0.00
0.000
0.000
0.000
0.00
0.000
0.000
0.000
0
0
0
1.517
0.462
1.00
0.006
0.948
0.179
0.00
0.003
0.379
0.379
0
0
41
0.022
3.257
0.067
1.36
0.014
2.035
0.224
1.36
0.006
0.814
0.366
0
0
88
0.005
0.666
0.657
0.68
0.003
0.416
0.167
0.00
0.001
0.167
0.167
0
0
18
1.186
3.4
0.570
1.36
0.912
0
0
147
1
п
Eij
χ
0.000
0.00
0.000
0.000
24.993
0.029
0.68
0.010
0.365
53.644
0.000
3.4
0.075
10.973
0.083
1.36
0.112
5.44
ΣΣχ2 hitung
χ2 tabel
terima Ho
2
2.780
26.296
tidak ada hubungan antara indeks Selulolitik dengan zona hambat
Lampiran 5 Uji khi kuadratselulolitik terhadap zona hambat di media campuran
Zona hambat
Indeks
selulolitik
0
п
Eij
χ2
1
п
Eij
χ2
2
п
Eij
χ2
3
4
5
Total
1
0
0.000
0.000
0.000
0.00
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0
0
0
0
2
25.17
0.163
23.906
0.067
0.68
0.006
0.948
0.076
2.00
0.021
3.023
0.346
0
0
0
41
3
51.02
0.349
51.309
0.002
1.36
0.014
2.035
0.224
7.48
0.044
6.489
0.151
0
0
0
88
4
9.52
0.071
10.495
0.091
1.36
0.003
0.416
2.139
1.36
0.009
1.327
0.001
0
0
0
18
Total
85.71
0.159
3.4
2.439004
10.84
0.4985
0
0
0
147
ΣΣχ hitung
χ2 tabel
terima Ho
2
3.097
26.296
tidak ada hubungan antara indeks selulolitik dengan zona hambat
37
Lampiran 6 Uji khi kuadrat kitinolitik terhadap zona hambat di media PDA
Indeks
selulolitik
0
п
Eij
χ
1
2.7
0.059
2.191
2
72.97
2.014
3
5.41
4
0.00
Total
81.08
2
2
Zona hambat
П
Eij
χ2
3
п
Eij
χ2
4
5
Total
0.135
0.0
0.002
0.073
0.073
0
0
1
4.595
0.036
2.7
0.067
2.481
0.019
0
0
34
0.007
0.270
0.270
0.0
0.004
0.146
0.146
0
0
2
0.000
0.000
0.000
0.0
0.000
0.000
0.000
0
0
0
0.441
2.7
0.238
0.
0
37
1
п
Eij
χ
0.118
0.000
0.008
0.292
0.292
0
0.004
0.135
74.506
0.032
10.810
0.268
9.934
0.077
5
0.124
0.118
4.383
0.241
0.000
0.016
0.584
0.584
0
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0
0.3905
10.81
0.954
5
ΣΣχ2 hitung
χ2 tabel
terima Ho
2
2.024
26.296
tidak ada hubungan antara indeks kitinolitik dengan zona hambat
Lampiran 7 Uji khi kuadrat kitinolitik terhadap zona hambat di media campuran
Zona hambat
Indeks
selulolitik
0
п
Eij
χ
1
3
0.053
1.972
2
65
1.812
3
5
4
0
Total
73
ΣΣχ hitung
χ2 tabel
terima Ho
2
2
2
п
Eij
χ2
3
4
5
Total
0.146
0
0.020
0.730
0.730
0
0
0
1
4.971
0.039
27
0.671
24.811
0.193
0
0
0
34
0.008
0.292
0.292
0
0.039
1.459
1.459
0
0
0
2
0.000
0.000
0.477
0
0.000
0.000
0
0
0
0
0.955
27
0
0
0
37
1
п
Eij
χ
0.269
0
0.004
0.146
67.054
0.072
5
0.134
0.107
3.944
0.545
0
0.000
0.000
0
0.885
5
2
2.382
3.745
26.296
tidak ada hubungan antara indeks kitinolitik dengan zona hambat
38
Download