pengaruh perawatan metode kanguru terhadap stres fisiologis pada

advertisement
i
PENGARUH PERAWATAN METODE KANGURU
TERHADAP STRES FISIOLOGIS PADA
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DI RSUD SUKOHARJO
Skripsi
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
ENDHAH SULISTYOWATI
NIM. ST14020
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
PENGARUH PERAWATAN METODE KANGURU TERHADAP STRES
FISIOLOGIS PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DI RSUD SUKOHARJO
Oleh :
ENDHAH SULISTYOWATI
NIM. ST14020
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 6 Februari 2016 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan.
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Happy Indri H., S.Kep., NS., M.Kep.
Sunardi, SKM., M.Kes.
NIK. 201284113
Penguji
Ika Subekti Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep.
NIK. 201189097
Surakarta,
Februari 2016
Ketua Program Studi S-1 Keperawatan.
Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep.
NIK. 200680021
ii
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : ENDHAH SULISTYOWATI
NIM
: ST 14020
Dengan ini menyatakan bahwa:
1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar akademik (sarjana), baik di STIkes Kusuma Husada Surakarta
maupun diperguruan tinggi lain.
2) Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan
masukan Tim Penguji.
3) Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan
gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai
dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, Februari 2016
Yang membuat pernyataan
Endhah Sulistyowati
ST14020
iii
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan anugrahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
Skripsi dengan judul “Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Stress
Fisiologis Pada Bayi Berat Lahir Rendah Di RSUD Sukoharjo”. Dalam
penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan serta dukungan dari berbagai
pihak. Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menempuh studi lanjut S-1.
2. Ibu Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns.,M.kep. selaku ketua prodi S-1 Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakta.
3. Ibu Happy Indri Hapsari, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing utama yang
telah meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan petunjuk kepada
penulis.
4. Bapak Sunardi. SKM.,M.Kes. selaku pembimbing pendamping yang telah
meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan petunjuk kepada penulis.
5. Ibu Ika Subekti Wulandari,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Penguji skripsi yang
telah meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan petunjuk kepada
penulis.
iv
v
6. Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan RSUD Kabupaten Sukoharjo yang
telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Para ibu yang telah bersedia menjadi responden penelitian demi kelancaran
skripsi ini.
8. Rekan-rekan seperjuangan Program Transfer Prodi S-1 Keperawatan STIkes
Kusuma Husada Angkatan II yang selalu memberikan bantuan dan dukungan.
9. Rekan-rekan bangsal NICU yang banyak memberi dukungan.
10. Suami dan anak-anak ku, serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu
memberi dukungan dan selalu mendoakan penulis.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga jasa dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis selalu
mendapat balasan dengan balasan yang lebih baik dan berlipat ganda.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan
kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari
berbagai pihak. Terima kasih.
Surakarta,
Februari 2016
Penulis
v
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................
iii
KATA PENGANTAR ............................................................................
iv
DAFTAR ISI ..........................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
x
ABSTRAK .............................................................................................
xi
ABSTRACT ...........................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................
4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................
4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori ......................................................................
6
2.2. Stres Fisiologis .....................................................................
10
2.3. Perawatan Metode Kanguru ..................................................
18
2.4. Keaslian Penelitian ...............................................................
24
2.5. Kerangka Teori ......................................................................
26
2.6. Kerangka Konsep .................................................................
26
2.7. Hipotesis ...............................................................................
26
vi
vii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................
28
3.2. Populasi dan Sample .............................................................
29
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................
31
3.4. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran ..........
32
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengupulan Data ............................
33
3.6. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data ....................................
35
3.7. Etika Penelitian .....................................................................
39
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Analisa Univariat ..................................................................
41
4.2 Analisa Bivariat ....................................................................
43
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Stress fisiologis pada bayi berat lahir rendah sebelum dilakukan
perawatan metode kanguru di RSUD Sukoharjo ....................
46
5.2. Stress fisiologis pada bayi berat lahir rendah sesudah dilakukan
perawatan metode kanguru di RSUD Sukoharjo ....................
49
5.3. Pengaruh perawatan metode kanguru terhadap stres fisiologis pada
bayi berat lahir rendah sebelum dan sesudah dilakukan perawatan
metode kanguru di RSUD Sukoharjo .....................................
51
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ..........................................................................
59
6.2. Saran ...................................................................................
60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian ...................................................................
24
Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, Cara Ukur, Hasil Ukur dan Skala
Pengukuran ..............................................................................
32
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Stres Fisiologis pada Bayi Berat Lahir Rendah
Sebelum Dilakukan PMK di RSUD Sukoharjo ........................
41
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Stres Fisiologis pada Bayi Berat Lahir Rendah
Sesudah Dilakukan PMK di RSUD Sukoharjo .........................
42
Tabel 4.3. Distribusi Pengaruh PMK terhadap Rata-rata Keseluruhan Suhu Tubuh,
Frekuensi Denyut Jantung, Saturasi Oksigen pada Bayi BLR Sebelum
dan Sesudah Mendapat Perawatan Metode Kanguru (PMK) di RSUD
Sukoharjo Tahun 2015 .............................................................
44
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Kerangka Teori .......................................................
26
Gambar 2.2. Skema Kerangka Konsep ....................................................
26
ix
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat ijin studi pendahuluan
Lampiran 2 Surat persetujuan ijin pendahuluan
Lampiran 3 Surat ijin penelitian
Lampiran 4 Surat permohonan menjadi responden
Lampiran 5 Persetujuan menjadi responden
Lampiran 6 Lembar observasi
Lampiran 7 Data penelitian dan Hasil SPSS
Lampiran 8 Lembar konsultasi
Lampiran 9 Dokumentasi
Lampiran 10 SOP
Lampiran 11 Jadwal Penelitian
x
xi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
Endhah Sulistyowati
Pengaruh Perawatan Metode Kangguru terhadap Stress Fisiologis pada Bayi
Berat Lahir Rendah di RSUD Sukoharjo
Abstrak
Bayi berat lahir rendah (BBLR) yang mendapat perawatan di inkubator
dengan kondisi lingkungan di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) berupa
kebisingan, pencahayaan, bau-bauan, penggunaan alat dan prosedur dapat
menimbulkan stress fisiologis. Salah satu cara memberikan kenyamanan pada
bayi berat lahir rendah adalah dengan Perawatan metode kangguru (PMK).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perawatan metode kangguru
terhadap stress fisiologis pada bayi berat lahir rendah di RSUD Sukoharjo.
Penelitian menggunakan rancangan quasi eksperiment dengan desain
penelitian kuantitatif dengan pendekatan pre and post test without control. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sehingga diperoleh 48
bayi berat lahir rendah di NICU RSUD Sukoharjo. Analisis data menggunakan
Wilcoxon Signed Rank Test.
Hasil penelitian ini didapatkan rerata suhu tubuh BBLR sebelum
perlakuan sebesar 32,25C dan rerata sesudah perlakuan sebesar 36,66C, rerata
frekuensi denyut jantung sebelum perlakuan 96,25x/menit dan sesudah perlakuan
123,91x/menit, rerata saturasi oksigen sebelum perlakuan 86,69% dan sesudah
perlakuan 94,52%. Perawatan Metode Kanguru mempunyai pengaruh yang
bermakna terhadap peningkatan suhu tubuh, frekuensi denyut jantung, dan
saturasi oksigen ke arah normal (p value 0,000 p < 0,05). Terdapat pengaruh
perawatan metode kanguru terhadap stres fisiologis pada bayi berat lahir rendah
sebelum dan sesudah dilakukan Perawatan Metode Kanguru di RSUD Sukoharjo.
Penelitian ini diharapkan bisa menerapkan perawatan metode kanguru
untuk menurunkan stress fisiologis pada BBLR
Kata Kunci : Stress fisiologis, bayi berat lahir rendah, perawatan metode kanguru
Daftar Pustaka : 61 (1994 – 2015)
xi
xii
BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA SURAKARTA SCHOOL OF HEALTH
2016
Endhah Sulistyowati
THE INFLUENCE OF KANGAROO MOTHER CARE TREATMENT
METHOD TO PHYSIOLOGICAL STRESS AT LOW BIRTH WEIGHT
INFANT IN RSUD SUKOHARJO
ABSTRACT
Low Birth Weight Infant getting treatment in incubator by the condition
of environment in Neonatal Intensive Care Unit (NICU) in the form of noise,
illumination, aromatique, usage of appliance and procedure can generate the
physiological stress. One oj' giving the infant comfortable at low birth weight
infant with kangaroo mother care. This study purpose to knowing the influence
of kangaroo mother care treatment method to physiological stress at low birth
weight infant in RSUD Sukcharjo.
The study was using quation experiment with quantitative design by pre
and post test without control approach. The sample taking technique was using
purposive sampling so obtained 48 low birth weight infants in NICU RSUD
Sukoharjo. The data analyze was using Wilcoxon Signed Rank Test.
This study result was got temperature of body temperature average at low
birth weight infant bejore treatment have equal to 32,2oC and after treatment
have average equal to 36,66oC average of heart beat frequency before treatment
96,25x/minute and after treatment 123,91x/minute, average of saturasi oxygen
saturation before treatment 86,69% and after treatment 94, 52%. Treatment of
Kangaroo Mother Care have the influence having a meaning to make-up of body
temperature, heartbeat frequency, and oxygen saturation up at normal (p value
0,000 < 0,05). There were influences of kangaroo mother care to physiological
stress at low birth weight infants before and after done kangaroo mother care in
RSUD Sukoharjo.
This research was expected can give the influence concerning kangaroo
mother care to physiological stress at low birth weight infants
Key word
Reference
: physiological stress, low birth weight infants, kangaroo mother
care
: 61 (1994 - 2015)
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan
usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan
didalam rahim menjadi diluar rahim (Potter & Perry, 2005) Berat lahir adalah
indikator yang penting dan reliabel bagi kelangsungan hidup neonatus dan bayi,
baik ditinjau dari segi pertumbuhan fisik dan perkembangan status mental.
Berat lahir juga dapat digunakan sebagai indikator umum untuk mengetahui
status kesehatan, gizi, dan sosial ekonomi dari negara maju dan negara
berkembang.
Berat bayi lahir rendah adalah berat bayi lahir kurang dari 2500gram atau
5,5 pounds ( Unicef & WHO, 2004 ). Menurut Litbang, Depkes (2013) masih
terdapat 10,2% bayi dengan berat badan lahir rendah. Presentase ini menurun
dari Litbang Depkes 2010 sebesar 11.1% dan untuk di Indonesia prevalensi
tertinggi terdapat di Papua (7,6%), sedangkan yang terendah di Maluku (0,8%).
Untuk Jawa Tengah (10%), dan untuk daerah Sukoharjo khususnya di RSUD
Sukoharjo BBLR menempati urutan pertama kematian bayi dengan 47%,
dengan rujukan dari luar rumah sakit 21% dan yang lahir di RSUD Sukoharjo
26%.
Sehingga perlu adanya cara untuk menaikan suhu bayi salah satu cara
yaitu perawatan metode kanguru.
1
2
Bayi berat lahir rendah cenderung mengalami hipotermi (Priya, 2004).
Hal ini disebabkan karena tipisnya lemak subkutan pada bayi sehingga sangat
mudah dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Hipotermi merupakan penyebab
kematian bayi yang cukup tinggi, (Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI 2007). Angka Kematian Neonatal (AKN) berumur 0-6hari adalah 19 per
1000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1000
kelahiran hidup.
Pada umumnya bayi berat lahir rendah harus dirawat dalam incubator
(Priya, 2004). Tindakan medis ini dilakukan pada bayi berat lahir rendah yang
mengalami hipotermi. Perawatan bayi dalam inkubator menyebabkan adanya
pemisahan ibu dengan bayi berat lahir rendah. Ibu yang memiliki bayi prematur
atau bayi berat lahir rendah ditemukan kurang percaya diri dalam merawat
bayinya dibandingkan dengan ibu yang memiliki bayi berat lahir cukup
(William’s, 2010).
Selain perawatan di inkubator, kondisi lingkungan di Neonatal Intensive
Care Unit (NICU) berupa kebisingan, pencahayaan, bau-bauan, penggunaan
alat dan prosedur yang dapat menimbulkan stress dan nyeri sangat
berkontribusi terhadap morbiditas (Symington, & Pinelli, J, 2006). Bayi baru
lahir sering terpapar dengan sejumlah prosedur yang menyebabkan nyeri, baik
prosedur diagnostik, prosedur terapeutik, maupun pemasangan alat untuk
monitoring parameter fisiologis. Semua tindakan ini bisa menimbulkan stress
pada bayi. Dampak jika bayi stress adalah perubahan pada fungsi fisiologis
bayi, seperti hipotermi, denyut jantung meningkat, frekuensi pernapasan akan
3
menyebabkan kejadian apneu berulang, presentase hemoglobin yang diikat oleh
oksigen (SpO2) cenderung menurun (Gitto, E., Pellegrino, S. 2012).
Salah satu cara memberikan kenyamanan pada bayi berat lahir rendah
adalah dengan Perawatan metode kangguru (PMK). PMK adalah suatu metode
perawatan bayi berat lahir rendah dengan meletakkan bayi diantara kedua
payudara ibu sehingga terjadi kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi.
(Priya, 2004). Kelebihan PMK untuk menstabilkan suhu tubuh, memberikan
kehangatan, meningkatkan durasi tidur, mengurangi tangisan bayi, dan untuk
kebutuhan kalori, mempercepat peningkatan berat badan dan perkembangan
otak. Manfaat lain yaitu meningkatkan hubungan emosional ibu dan bayi,
meningkatkan keberhasilan menyusui dan mempersingkat lama rawat (Kenner,
C., & McGrath, J.M. 2010).
Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan melakukan
pengecekan terhadap bayi berat lahir rendah menggunakan metode PMK di
RSUD Sukoharjo didapatkan data bayi lahir secara keseluruhan pada bulan Juni
2015 ada 73 bayi dengan jumlah bayi berat lahir rendah ada 38 bayi, dan pada
bulan Juli 2015 jumlah keseluruhan bayi ada 80 bayi dengan jumlah bayi berat
lahir rendah ada 35 bayi jadi jumlah bayi berat lahir rendah pada bulan Juni dan
Juli 2015 adalah 73 bayi. Bahwa di RSUD Sukoharjo PMK sudah pernah
terpapar, tetapi belum maksimal diaplikasikan, karena beban kerja perawat
yang cukup tinggi, dan juga belum adanya keaktifan dari ibu-ibu dengan bayi
berat lahir rendah karea kurangnya pengetahuan tentang PMK. Bayi- bayi
dalam incubator dari 4 bayi, 3 bayi yang tidak di tunggu ibu dengan 1 bayi
yang ditunggu ibu di dapatkan hasil bahwa bayi yang ditunggu dan selalu
4
melakukan PMK secara kontinue perkembangan pada bayi lebih cepat. Peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh perawatan metode kangguru
terhadap stress fisiologis pada bayi berat lahir rendah.
1.2 Rumusan Masalah
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dari masalah yang
didapatkan dari latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah “Adakah pengaruh perawatan metode kangguru terhadap
stress fisiologis pada bayi berat lahir rendah di RSUD Sukoharjo”?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum:
Untuk mengetahui pengaruh perawatan metode kangguru
terhadap stress fisiologis pada bayi berat lahir rendah di RSUD
Sukoharjo.
1.3.2 Tujuan khusus:
1. Melihat gambaran stres fisiologis pada bayi berat lahir rendah
sebelum di lakukan PMK di RSUD Sukoharjo.
2. Melihat gambaran stress fisiologis bayi pada bayi berat lahir rendah
setelah dilakukan PMK di RSUD Sukoharjo.
3. Menganalisis pengaruh perawatan metode kanguru terhadap stres
fisiologis pada bayi berat lahir rendah sebelum dan sesudah
dilakukan PMK di RSUD Sukoharjo.
5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya ibu yang
memiliki bayi berat lahir rendah, mengenai pengaruh perawatan metode
kangguru terhadap stress fisiologis pada bayi berat lahir rendah.
1.4.2 Manfaat bagi institusi pendidikan
Dengan adanya penelitian ini dapat digunakan oleh institusi
pendidikan untuk memberikan informasi tentang pengaruh perawatan
metode kangguru terhadap stress fisiologis pada bayi berat lahir rendah.
1.4.3 Manfaat bagi peneliti
Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dari hasil yang telah
dilakukan.
1.4.4 Manfaat bagi peneliti lain
Untuk peneliti lain dapat mengembangkan penelitian ini dengan
variabel lain.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR)
1. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang ketika
dilahirkan mempunyai berat badan kurang dari 2500 gram. Berat lahir
yang rendah dapat disebabkan oleh kelahiran prematur atau retardasi
pertumbuhan intrauteri. ( Hockenberry dan Wilson, 2007) mengatakan
bahwa BBLR adalah seorang bayi yang berat lahirnya kurang dari 2500
gram tanpa memperhatikan usia gestasi ( WHO, 1961 dalam Surasmi,
2003). Mengatakan bahwa BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang atau sama dengan 2500 gram. Berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir. Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa BBLR adalah bayi yang
lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram tanpa
memandang masa kehamilannya.
2. Faktor Penyebab
Kelahiran dengan berat lahir rendah disebabkan oleh banyak
faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor janin, ibu dan plasenta.
Faktor penyebab berat lahir rendah yang berasal dari keadaan janin
antara lain berupa kelainan kromosom, malformasi organ, dan infeksi.
6
7
Adapun faktor penyebab yang berasal dari ibu meliputi usia kehamilan
remaja atau kehamilan pada usia lebih dari 35 tahun, kehamilan kembar,
riwayat kehamilan dengan berat badan rendah dan gizi buruk, riwayat
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah sebelumnya, inkompetensi
servik, penyakit hipertensi, penyakit kronis, anemia, infeksi, riwayat
merokok, konsumsi alkohol, serta penyalahgunaan obat. Faktor
penyebab lain berasal dari plasenta, seperti defek plasenta dan tali pusat
( Lissauer & Fanaroff, 2009; Kosim et al., 2010).
3. Klasifikasi.
BBLR
dikelompokkan
menjadi
prematuritas
murni
dan
dismaturitas. Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk
usia kehamilan. Sedangkan dismaturitas adalah bayi dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk usia kehamilan, hal ini
menunjukkan bahwa bayi tersebut mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin (Surasmi, Handayani, & Kusuma, 2003).
2.1.2 Kehidupan extra uterin
BBLR memiliki permukaan tubuh yang relatif luas, kulit tipis
transparan dan jaringan lemak subkutan yang kurang, serta pusat
pengaturan suhu tubuh yang belum matang, karena itu BBLR mudah
mengalami kehilangan panas tubuh yang dapat mengakibatkan terjadinya
hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi baru lahir dapat terjadi
melalui proses konduksi, evaporasi, konveksi dan radiasi. Hasil penelitian
8
Miller, Lee dan Gould (2011) mengatakan bahwa hipotermi banyak
terjadi pada BBLR dan dikaitkan dengan terjadinya perdarahan
intraventrikular dan kematian.
Selain pusat pengaturan suhu tubuh yang belum matang BBLR
juga memiliki daya tahan tubuh yang lemah dan pembentukan antibodi
yang belum sempurna karena cadangan imunoglobulin maternal yang
menurun. Hal ini menyebabkan BBLR beresiko terhadap infeksi. Infeksi
dapat terjadi melalui beberapa cara diantaranya melalui plasenta (infeksi
intrauterin), selama persalinan (infeksi intrapartum) dan pada periode
neonatal misalnya dari ibu, lingkungan rumah sakit atau petugas
kesehatan (infeksi postnatal). Salah satu tanda adanya infeksi adalah
peningkatan suhu tubuh, oleh karena itu tindakan yang dilakukan adalah
mencegah terjadinya kehilangan panas. Perlindungan terhadap infeksi
merupakan hal yang penting untuk BBLR (Symington dan Pinelli, 2006).
2.1.3 Adaptasi Bayi
Manusia merupakan mahluk hidup yang senantiasa berinteraksi
dengan
stimulus
lingkungan
secara
terus
menerus
sepanjang
kehidupannya. Interaksi dengan lingkungan dimulai sejak manusia berada
dalam kandungan yang dikenal sebagai periode janin dan akan
berlangsung sepanjang kehidupan. Didalam kandungan janin hidup dalam
lingkungan yang hangat, gelap dan penuh cairan. Jenis suara yang dikenal
janin secara konstan adalah denyut jantung dan suara napas ibu (Behrman
& Vaughan, 1994). Namun ketika periode janin ini berakhir, lingkungan
9
yang dihadapi adalah lingkungan diluar kandungan yang sangat berbeda.
Periode ini disebut sebagai periode bayi dimana bayi akan terpapar
dengan kondisi lingkungan yang berubah-ubah seperti dalam hal
pencahayaan, suhu, suara dan sebagainya. Pada periode ini pula,
ketergantungan janin pada ibu melalui hubungan dengan plasenta akan
berbagai macam asupan nutrisi, pertukaran oksigen, karbondioksida dan
darah berakhir dan bayi memulai kemandiriannya (Behrman & Vaughan,
1994; Bobak, Lowdermilk, & Jansen, 2005).
2.1.4 Kegagalan adaptasi
Pada bayi berat lahir rendah, terlebih pada bayi berat lahir sangat
rendah, dan lahir pada usia gestasi kurang dari 37 minggu, kemampuan
untuk melakukan interaksi yang adaptif dengan lingkungan seringkali
mengalami hambatan sebagai akibat imaturitas sistem organ ( Bobak,
Lowdermilk, & Jansen, 2005). Kondisi ini membuat bayi membutuhkan
dukungan perawatan intensif untuk menunjang kehidupan.
Maguire, et al. (2008) mengatakan bahwa pemanfaatan teknologi
dalam perawatan intensif telah mengantarkan perawatan intensif menjadi
suatu jenis perawatan yang dilengkapi dengan berbagai macam prosedur
tindakan dan fasilitas perawatan terkini telah menunjukkan keberhasilan
dalam penurunan angka mortalitas bayi-bayi yang di rawat.
10
2.2 Stres Fisiologis
Namun ternyata diketahui bahwa kemajuan teknologi dalam lingkungan
perawatan intensif ini disisi lain juga sekaligus memberikan dampak negatif
yaitu menjadi stres karena memberikan stimulasi yang berlebihan bagi bayi-bayi
yang sedang menjalani perawatann (Als et al., 1994; Symington & Pinelli,
2006). Sumber stres tersebut berasal dari prosedur pengobatan, perawatan, dan
pemeriksaan lain yang dilakukan serta beberapa fasilitas penunjang yang
digunakan.
2.2.1 Stres Fisologis Bayi
Adapun sumber stress tersebut berupa pencahayaan ruang perawatan
(Bowen 2009 ); penggantian popok; nyeri yang disebabkan oleh prosedur
invasif dan pelepasa plester; kebisingan yang ditimbulkan oleh inkubator,
ventilator, peralatan monitoring, percakapan para staf diruang perawatan,
serta suara buka tutup pintu inkubator (Als et al., 1994). Selain itu adanya
perpisahan dengan orang tua juga menjadi sumber stress lainnya dalam
lingkungan perawatan intensif ini ( Lissauer & Fanaroff, 2009).
Maguire, et al. (2008) mengungkapkan bahwa bayi berat lahir rendah
belum
memiliki kemampuan untuk meregulasi setiap stimulus yang
berlebihan yang datang dari lingkungan . Kondisi lingkungan dan
aktivitas perawatan yang demikian menyebabkan bayi mengalami
hipoksemia dan periode apnu, nyeri, ketidaknyamanan, serta adanya
peningkatan level hormon stres ( Maguire et al., 2008, Als, et al. 1986,
dalam Symington & Pinelli, 2006) mengemukakan bahwa adanya
11
perubahan fisiologis tubuh berupa peningkatan denyut nadi dan
penurunan saturasi oksigen dapat menjadi parameter stres yang dialami
bayi akibat stimulus lingkungan perawatan yang berlebihan.
Adapun sumber stres lainnya berasal dari pencahayaan ruang
perawatan. Bowen (2009) melaporkan bahwa pencahayaan yang terang di
ruang perawatan intensif memberikan stimulasi yang berlebihan dan
menyebabkan fungsi fisiologis bayi menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan
fungsi fisologis ini diamati dari adanya perubahan denyut nadi, saturasi
oksigen, tekanan darah dan pergerakan tubuh. Blatz (2001) juga
melaporkan bahwa pencahayaan terang dan kontinue di ruang perawatan
intensif berkontribusi terhadap terjadinya retinopathy of prematurity,
yaitu kerusakan vaskularisasi retina.
Demikian juga dengan kebisingan di ruang perawatan. Rata-rata
intensitas suara di ruang perwatan intensif adalah 50-90 desibel (dB).
Kenner & McGrath (2004), Blatz (2001) menyebutkan bahwa kebisingan
di ruang perawatan dapat merusak struktur auditori dan menyebabkan
gangguan fungsi fisiologi dan pola perilaku bayi. Gangguan tersebut
ditandai dengan terjadinya hipoksia, apnue, bradikardi, perilaku tidurterjaga yang irreguler, agitasi serta peningkatan tekanan intrakranial dan
tekanan darah (De Paul & Chamber, 1995, dalam Blatz, 2001; Kenner &
McGrath, 2004; Hockenberry &Wilson, 2007).
Penanganan atau handling seperti tindakan pengobatan, perawatan,
dan berbagai prosedur pemeriksaan lainnya juga menjadi sumber stres
12
bagi bayi berat lahir rendah. Hasil observasi yang dilakukan Murdoc dan
Darlow (1984, dalam Westrup et al., 2000) di ruang perawatan neonatal
intensif menyebutkan bahwa bayi mendapatkan penanganan atau
handling sebanyak lebih dari 200 kali dalam periode 24 jam. Penanganan
atau handling ini berkontribusi terhadap terjadinya hipoksemia (Klauss &
Fanaroff, 1987), nyeri dan ketidaknyamanan, mengganggu periode tidur,
serta meningkatkan level hormon stres (Murdoch & Darlow, 1984, dalam
Westrup et al., 2000).
Westrup, et al. (2000) mengatakan bahwa lingkungan perawatan
intensif yang menyebabkan stres pada bayi dapat diamati dengan
terjadinya periode istirahat dan tidur bayi yang lebih pendek karena
seringkali terjaga. Padahal diketahui bahwa fase tidur dan istirahat bagi
anak, khususnya bayi merupakan fase yang sangat penting untuk tumbuh
dan berkembang karena selama fase tidur terjadi sekresi hormon
pertumbuhan dan imunitas tubuh (Ward, Clarke, & Linden, 2009). Selain
itu, terjadi pula pembentukan memori dan jalur-jalur memori jangka
panjang serta preservasi plastisitas saraf otak sehingga otak mengalami
maturasi. Berperan dalam proses belajar, adaptasi, respon, dan regulasi
stimulus yang datang dari lingkungan yang mempersiapkan anak untuk
dapat melakukan berbagai tugas perkembangan selanjutnya (Graven &
Brown, 2008; Ward, Clarke, & Lindenn, 2009).
Selain diketahui dapat menyebabkan gangguan pada periode tidur
dan istirahat, stimulus yang berlebihan dari lingkungan perawatan intensif
13
ini ternyata juga memberikan dampak buruk terhadap perkembangan otak
bayi yang juga imatur (Perlman, 2001). Hal ini didukung pula dari apa
yang dikemukakan oleh Als, Duffy dan Mc Anulty (1990)
yang
mengungkapkan bahwa lingkungan perwatan intensif memberikan
aktivasi yang tidak menguntungkan bagi perkembangan otak bayi berat
lahir rendah yaitu menghambat diferensiasi dan perkembangan cabangcabang persarafan. Keadaan ini merupakan ancaman bagi kehidupan
selanjutnya karena sesungguhnya periode kehidupan dua tahun pertama
seorang anak merupakan periode emas sekaligus kritis bagi pencapaian
pertumbuhan perkembangannya. Dalam periode ini otak berkembang
sangat pesat, merupakan suatu periode dimana pembentukan hubunganhubungan saraf berlangsung cepat (Depkes RI, 2006; Lissauer &
Fanaroff, 2009). Otak anak (balita) berbeda dengan orang dewasa. Sifat
otak anak lebih plastis sehingga sangat mudah untuk menerima stimulus
atau rangsangan yang datang dari lingkungan. Apabila stimulus yang
diterima adekuat maka akan berdampak baik bagi pertumbuhan dan
perkembangannya. Namun akan terjadi sebaliknya apabila stimulus yang
didapat kurang atau justru berlebihan (Kenner & McGrath, 2004; Depkes
RI, 2006).
2.2.2 Dampak Stres fisiologis Bayi
BBLR membutuhkan nutrisi yang optimal. Intake nutrisi yang
adekuat penting untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh
menurun akan lebih banyak energi yang digunakan untuk memproduksi
14
panas dan terjadi peningkatan konsumsi oksigen. Namun BBLR memiliki
mekanisme pencernaan yang belum sepenuhnya berkembang. Bayi
prematur pada umumnya sudah dapat mengisap dan menelan, namun
belum terkoordinasi dengan baik hingga usia gestasi 32-34 minggu dan
belum sepenuhnya sinkron dalam 36-37 minggu usia gestasi. Selain itu
kemampuan untuk mencerna protein atau mengabsorbsi nutrisi dan tidak
maturnya sistem enzym mempengaruhi fungsi metabolik pada BBLR.
Oleh karena itu pemberian nutrisi dapat diberikan secara bertahap sesuai
dengan kondisi bayi. Berdasarkan permasalahan yang ada pada BBLR
perlu dilakukan upaya untuk mengatasi masalah- masalah BBLR, salah
satunya adalah PMK.
2.2.3 Perubahan Homeostasis
Penilaian Fungsi Fisiologis: Saturasi Oksigen, Denyut Nadi dan
Suhu Tubuh. Als, et al. (1986, dalam Symington dan Pinelli, 2006)
menyebutkan bahwa parameter yang dapat diamati pada bayi berat lahir
rendah sebagai akibat yang berlebihan dari lingkungan perawatan adalah
perubahan fungsi fisiologis tubuh berupa penurunan saturasi oksigen,
peningkatan denyut nadi dan penurunan suhu tubuh.
Deskripsi dari penilaian fungsi fisiologis saturasi oksigen, denyut
nadi, dan suhu tubuh ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
2.2.3.1 Saturasi Oksigen
Saturasi oksigen didefinisikan sebagai prosentase jumlah
hemoglobin yang teroksigenasi di dalam darah (Brooker, 2005;
15
Hockenberry & Wilson, 2007). Saturasi oksigen juga merupakan
gambaran aliran oksigen dalam tubuh yang sangat penting bagi
optimalnya fungsi jantung dan organ tubuh lainnya karena oksigen
merupakan bahan bakar metabolisme. Sekitar 97% oksigen yang
ditransportasikan
ke
dalam
aliran
darah
berikatan
dengan
hemoglobin di dalam sel darah merah dan sebanyak 3% lainnya
larut dalam plasma. Hemoglobin yang mengikat jumlah maksimum
oksigen dalam setiap molekulnya disebut sebagai
kondisi
tersaturasi (Walsh, 2002). Nilai normal saturasi oksigen berada
dalam rentang antara 90-99% ( Kattwinkel et al., 2006). Berikut ini,
beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi kadar saturasi
oksigen (Walsh, 2002; Berman et al., 2009) seperti:
b. Kadar hemoglobin
Pada kondisi dimana kadar hemoglobin rendah seperti anemia,
nilai saturasi oksigen dapat menjadi rendah karena oksigen tidak
dapat diikat oleh hemoglobin sel darah merah dalam jumlah
yang mencukupi.
c. Sirkulasi
Sistem sirkulasi berperan dalam transportasi darah dan oksigen
sehingga pada kondisi dimana sistem sirkulasi mengalami
gangguan seperti halnya pada penyakit jantung, perdarahan,
anemia, dan penyakit pada sistem pernapasan (paru-paru), akan
16
turut berpengaruh terhadap ikatan oksigen dan hemoglobin
dalam darah.
2.2.3.2
Denyut Nadi
Denyut nadi merupakan gambaran dari setiap denyut
jantung yang memompakan sejumlah darah ke dalam arteri
(Walsh, 2002). Frekuensi denyut jantung berperan dalam
mempertahankan curah jantung. Rentang nilai normal denyut
nadi pada bayi, termasuk bayi berat lahir rendah, berada antara
100-160 kali setiap menitnya ( Saifuddin et al., 2006). Beberapa
faktor dapat mempengaruhi denyut nadi ini seperti latihan fisik,
berada dalam wilayah dengan tekanan atmosfir yang rendah,
kondisi emosional, penyakit jantung dan demam ( Walsh, 2002;
Gill & O’Brien, 2003). Gill & O’Brien (2003) menyatakan
bahwa setiap peningkatan suhu tubuh sebesar 1derajat Celsius,
seperti pada kondisi demam, akan meningkatkan denyut nadi
sebesar 10 kali setiap menitnya.
Adapun mengenai alat yang dapat dipergunakan untuk
mengukur nilai saturasi oksigen dan denyut nadi ini adalah
oksimeter nadi (pulse oxymetri). Pulse oxymetri merupakan alat
ukur non invasif untuk mengukur kadar saturasi oksigen darah
arteri (Walsh, 2002; Berman et al., 2009). Area pemasangan
sensor pulse oxymetri dapat pada ujung jari, hidung, daun
telinga, dahi, atau sekitar tangan dan kaki pada bayi baru lahir
17
(neonatus). Sensor pulse oxymetri terdiri dari: a) dua dioda
pemancar
cahaya
(dioda
merah
dan
inframerah)
yang
mentransmisikan cahaya melalui kuku, darah vena, darah arteri,
dan jaringan; b) fotodetektor yang diletakkan langsung didepan
dioda. Hemoglobin yang yang tersaturasi akan lebih banyak
mengabsorbsi cahaya inframerah, sedangkan hemoglobin yang
tidak tersaturasi lebih banyak mengabsorbsi cahaya merah.
Jumlah cahaya inframerah dan merah yang diabsorbsi oleh
hemoglobin yang tersaturasi dan tidak tersaturasi dalam darah
arteri akan diukur oleh fotodetektor dan dilaporkan sebagai
presentase saturasi oksigen ( Berman et al., 2009)
2.2.3.3 Suhu tubuh
Suhu tubuh normal pada bayi baru lahir yang diukur pada
aksilla adalah 36,5-37,5oCelsius, sedangkan suhu ruangan
dipertahankan 24-26o Celsius (WHO, 2009). Salah satu ciri dari
bayi berat lahir rendah adalah mempunyai suhu tubuh yang tidak
stabil dan cenderung hipotermi (suhu <36,5oCelsius). Stres
dingin dapat meningkatkan angka kematian dan menghambat
pertumbuhan,
sedangkan
hipertermia
dan
suhu
tubuh
berfluktuasi dapat menimbulkan apneu.
Suhu tubuh yang cenderung hipotermi disebabkan oleh
produksi panas yang kurang dan kehilangan panas yang tinggi.
Panas kurang diproduksi karena sirkulasi yang belum sempurna,
18
respirasi masih lemah, konsumsi oksigen yang rendah, otot yang
belum aktif, serta asupan makan yang kurang. Mekanisme
kehilangan panas dapat terjadi melalui konduksi, evaporasi,
konveksi dan radiasi (PERINASIA, 2003).
Hipotermi dapat mengakibatkan komplikasi jangka
pendek berupa asidosis, hipoglikemia dan gangguan pembekuan
darah serta peningkatan resiko untuk distres pernapasan.
Hipotermi yang terjadi secara terus menerus atau berkelanjutan
ini dapat menimbulkan terjadinya edema sklera, perdarahan
hebat dan ikterus (PERINASIA, 2003).
Menjaga dan mempertahankan suhu lingkungan yang
hangat pada bayi berat lahir rendah sangat dibutuhkan dan
efisien
untuk
metabolisme
tubuh
yang
diukur
melalui
pengurangan kalori dan konsumsi oksigen. Penurunan kalori dan
asupan
oksigen
memperbaiki
pada
pengontrolan
perubahan
fisiologis,
suhu
dan
tubuh
akan
mengakibatkan
pertumbuhan bayi lebih cepat.
2.3 Perawatan Metode Kanguru
2.3.1 Pengertian Perawatan Metode Kanguru
Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah suatu metode perawatan
bayi baru lahir dengan meletakkan bayi diantara kedua payudara ibu
sehingga terjadi kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi (Arora, 2008).
19
Bobak (2005) mengatakan bahwa PMK merupakan praktik menggendong
bayi prematur yang hanya mengenakan popok dan topi pada dada telanjang
ibu (atau ayah). Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
PMK adalah suatu metode yang dilakukan pada BBLR secara kontak
langsung antara kulit ibu dan bayi. Hasil penelitian Moniem dan Morsy
(2011) tentang efektifitas kanguru terhadap BBLR menunjukkan bahwa
PMK dapat meningkatkan hubungan ibu dan bayi serta memberikan efek
positif terhadap berat badan bayi. Penelitian lain dilakukan oleh Priya
(2004). Tentang PMK untuk BBLR. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa PMK adalah salah satu intervensi untuk BBLR dan mempengaruhi
fisiologis serta perilaku BBLR.
PMK pertama kali diperkenalkan oleh Ray dan Martinez di
Bogota, Columbia pada tahun 1979 sebagai cara alternatif perawatan BBLR
ditengah tingginya angka BBLR dan terbatasnya fasilitas kesehatan yang
ada. Metode ini meniru binatang berkantung kanguru yang bayinya lahir
memang sangat prematur, dan setelah lahir disimpan dikantung perut
ibunya untuk mencegah kedinginan sekaligus mendapatkan makanan
berupa air susu induknya. PMK sangat bermanfaat bagi bayi berat lahir
rendah, baik selama perawatan di rumah sakit maupun di rumah. PMK pada
umunya diberikan pada bayi dengan berat badan lahir kurang dari atau
sama dengan 1800 gram, BBLR, bayi yang tidak memiliki kegawatan
pernapasan dan sirkulasi dan bayi tidak mempunyai kelainan kongenital
yang berat.
20
2.3.2 Manfaat Perawatan Metode Kanguru
Bobak (2005) mengatakan bahwa BBLR memiliki lebih sedikit
massa otot, lebih sedikit lemak coklat, lebih sedikit lemak subkutan untuk
menyimpan panas, dan sedikit kemampuan untuk mengontrol kapiler kulit.
Sehingga BBLR mudah mengalami kehilangan panas tubuh dan berisiko
terjadi hipotermia sehingga membutuhkan upaya untuk mempertahankan
suhu yang netral (36,5C -37,3o C)
PMK dapat mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi
melalui kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi secara konduksi dan
radiasi. Dimana suhu tubuh ibu merupakan sumber panas yang efisien dan
murah juga dapat memberikan lingkungan yang hangat pada bayi. Selain itu
juga pernapasan bayi menjadi lebih teratur, denyut jantung bayi lebih stabil,
bayi dapat menetek lebih lama dan waktu tidur bayi lebih lama, sehingga
pemakaian kalori menjadi lebih berkurang dan kenaikan berat badan
menjadi lebih baik.
Selain itu PMK meningkatkan interaksi dan menguatkan hubungan
serta ikatan emosional orang tua-bayi. Ibu menjadi lebih percaya diri dalam
merwat bayinya, hubungan bayi-ibu lebih baik, dan ibu dapat menyusui
lebih lama sehingga merangsang peningkatan produksi ASI. Ayahpun
memiliki peran yang besar dalam perawatan bayinya dan meningkatkan
hubungan antara ayah dan bayi. Charpak, Giron, Cristo, Calume, dan RuizPelaes pada tahun 2008 elakukan penelitian tentang PMK, lingkungan
rumah dan keterlibatan ayah pada tahun pertama kehidupan.Hasil penelitian
21
menunjukkkan bahwa PMK memiliki dampak positif dilingkungan rumah
dimana kedua orang tua harus terlibat sebagai pengasuh langsung dalam
pelaksanaan PMK.
2.3.3 Komponen Perawatan Metode Kanguru
Pada awalnya, PMK terdiri dari 3 komponen, yaitu: kontak kulit ke
kulit (skin-to-skin contact). Pemberian ASI atau breastfeeding, dan
dukungan terhadap ibu (support). Literatur terbaru menambahkan satu
komponen lagi menjadi terdiri dari 4 komponen , yaitu posisi kanguru
(kangaroo position), nutrisi (kangaroo nutrition), dukungan (kangaroo
support), dan pemulangan (kangaroo discharge) (Health Technology
Assessment (HTA) Indonesia, 2008).
Posisi Kanguru ( Kangaroo Position ) adalah kontak kulit ke kulit
antara ibu dan bayi yang diberikan secara selang seling atau terus menerus
dan dapat dimulai segera setelah lahir atau saat kondisi bayi sudah stabil.
Pada posisi kanguru menempatkan bayi pada posisi tegak didada ibunya,
diantara kedua payudara ibu, tanpa busana. Bayi dibiarkan telanjang hanya
mengenakan popok, kaos kaki dan topi sehingga terjadi kontak kulit bayi
dan ibunya. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi
sedikit tengadah (ekstensi). Ibu mendekap bayi yang hanya memakai
popok, topi dan kaos kaki. Posisi tungkai dan tangan bayi fleksi seperti
posisi “kodok”. Bayi mendapatkan sumber panas dan kehangatan dari kulit
ibu secara alami dan terus menerus ( HTA Indonesia, 2008 ).
22
Nutrisi ( Kangaroo nutrition ) merupakan salah satu manfaat PMK,
yaitu meningkatkan pemberian ASI secara langsung maupun dengan
pemberian ASI perah. Ibu bayi dapat menyusui bayinya saat bayi bangun
dari tidur sambil terus dilakukan PMK. Hal ini dapat merangsang
peningkatan volume ASI (HTA Indonesia, 2008)
Dukungan (Kangaroo support) merupakan bentuk bantuan secara
fisik maupun emosi, baik dari tenaga kesehatan maupun keluarganya, agar
ibu dapat melakukan PMK untuk bayinya (HTA Indonesia, 2008).
Pemulangan (Kangaroo discharge) adalah membiasakan ibu
melakukan PMK sehingga pada saat ibu pulang dengan bayi, ibu tetap
melakukan PMK bahkan melanjutkannya dirumah. Metode ini merupakan
salah satu teknologi tepat guna yang sederhana, murah dan dapat digunakan
apabila fasilitas untuk perawatan BBLR sangat terbatas.
2.3.4 Pelaksanaan Metode Kanguru
Pelaksanaan PMK dimulai secara bertahap dari perawatan
konvensional ke PMK yang terus-menerus (Depkes, 2008). Pelaksanaan
PMK dilakukan secara intermiten dan kontinyu. PMK intermiten
maksudnya PMK tidak diberikan sepanjang waktu, tetapi hanya dilakukan
jika ibu mengunjungi bayinya yang masih dalam perawatan di inkubator
dengan durasi minimal satu jam secara terus menerus selama satu hari.
Metode ini dilakukan di Unit Perawatan Khusus (level II) dan intensif
(level III). Sedangkan PMK kontinyu kondisi bayi harus dalam keadaan
stabil dan bayi harus dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen.
23
PMK diberikan sepanjang waktu dan dapat dilakukan di unit rawat
gabung, atau ruangan yang dipergunakan untuk PMK.
Setelah bayi pulang dari rumah sakit, pelaksanaan PMK secara
kontinyu bisa dilanjutkan dirumah. Ibu dapat menggendong bayinya
selama 24 jam sambil melakukan aktivitas di rumah.
2.3.5 Pengaruh PMK pada Fungsi Fisiologis Bayi.
2.3.5.1 Pengaruh PMK pada Suhu Tubuh bayi.
Panas tubuh ibu akan berpindah melalui kontak kulit dari
dada ibu ke kulit tubuh bayi, sehingga menjaga bayi tetap hangat.
Selimut atau penutup tubuh ibu dan bayi, diharapkan dapat
menjaga bayi dari suhu lingkungan sekitarnya (Dodd, 2003).
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa PMK mempengaruhi
stabilitas pengukuran suhu tubuh, frekuensi jantung, respirasi dan
saturasi oksigen ( Ludington-Hoe, et al., 1996 dalam Dodd, 2003).
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa PMK sangat baik
untuk mencegah bayi berat lahir rendah mengalami hipotermi.
Observasi perubahan suhu tubuh bayi berat lahir rendah sangat
dianjurkan, karena ada kemungkinan bayi menjadi kepanasan. Bayi
berat
lahir
rendah
yang
kepanasan
akan
mengakibatkan
peningkatan metabolisme dan asupan oksigen, penurunan efisiensi
metabolisme, dan mempengaruhi kestabilan fisiologis tubuh (Ibe,
et al., 2004).
24
2.3.5.2 Pengaruh PMK pada frekuensi denyut jantung
Penelitian yang menggunakan alat monitor kontinyu,
menemukan bahwa selama perawatan menggunakan metode
kanguru, laju frekuensi denyut jantung bayi relatif lebih stabil dan
konstan (Ludington-Hoe, et al., dalam PERINASIA, 2003).
2.3.5.3 Pengaruh PMK pada saturasi Oksigen
Hasil penelitian menyebutkan bahwa PMK dapat menaikkan
level saturasi oksigen secara signifikan (Priya, 2004). Hasil
penelitian lain juga melaporkan PMK menjaga kestabiolan saturasi
oksigen. PMK secara bermakna mengurangi frekuensi napas dan
meningkatkan saturasi oksigen. Hal ini dapat disebabkan oleh
posisi bayi yang tegak, sehingga dipengaruhi oleh gravitasi bumi
dan
berefek
pada
ventilasi
dan
perfusi.
Posisi
tegak
mengoptimalkan fungsi respirasi (Ali et, al., 2009).
2.4 Keaslian Penelitian
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian
Peneliti
Tahun
Lina Marliyani 2010
Judul
Desain
Sampel
Hasil
Gambaran Deskriptif dan
Tenaga
Sebagian besar
pengetahuan pengambilan kesehatan yang tenaga kesehatan
dan sikap sampel secara bekerja di
memiliki
tenaga
total sampling
ruang
pengetahuan baik
kesehatan
perinatologi
(62,5%), dan
terhadap
sejumlah 16 memiliki sikap yang
pelaksanaan
orang
baik dalam
pelaksanaan metode
metode
kanguru (81,3%),
kanguru di
serta pelaksanaan
ruang
perinatologi
metode kanguru oleh
RSUD
tenaga kesehatan
Banjarbaru
sebanyak 68,75%)
25
Yane Melisia
Lukman
Nuniek
Wulansari
2010
Pengetahuan
Deskriptif
24 ibu bayi
Sebagian besar
dan Sikap Ibu kuantitatif yang memiliki
responden (16
yang Memiliki
dengan
BBLR yang responden, 66,7%)
BBLR Tentang pengambilan
dirawat di
memiliki tingkat
PMK di Ruang sampel secara
pengetahuan tentang
Ruang
Perinatologi
accidental
Perinatologi PMK yang kurang,
RS. Al Islam
sampling
sebanyak 8
Bandung
responden (33,3%)
memiliki
pengetahuan baik.
Sementara untuk
sikap, sebagian besar
ibu memiliki sikap
yang tidak
mendukung terhadap
PMK yaitu sebanyak
14 responden
(58,3%), dan 10
responden (41,7%)
memiliki sikap
mendukung terhadap
PMK.
2011
Deskripsi
Deskriptif 10 bayi BBLR 57% responden
perawatan kuantitatif dan dengan berat
perawat belum
BBLR dengan pengambilan badan 1250- melaksanakan PMK
sampel secara 1800 gram
metode
sesuai protap,
tanpa
kanguru dan total sampling
82% faktor
efeknya pada untuk sampel memandang
predisposisi
BBLR di
perawat, usia gestasi dan responden BBLR
Ruang
consecutive 14 perawat di karena faktor ibu,
Perinatologi sampling untuk
Ruang
100% responden
RSUP Dr. sampel BBLR Perinatologi
BBLR tidak
Kariadi
RSUP Dr.
mengalami
Semarang
Kariadi
peningkatan energi,
Semarang
100% responden
BBLR tidak
menunjukkan
peningkatan
imaturitas
imunologis, 80%
responden BBLR
mendapatkan ASI,
100% responden
BBLR
pergerakannya lebih
aktif dan berat
badannya meningkat
setelah PMK
26
2.5 Kerangka Teori
Faktor Penyebab :
- Faktor janin
- Ibu
- Plasenta
Stress Fisiologis
Bayi
BBLR
- Perubahan Homeostasis
- Suhu
- Frekuensi Denyut
- Saturasi Oksigen
Kehidupan Extra
Uterine
Dampak
Energi
Adaptasi
Perawatan Metode
Kanguru
Gagal Adaptasi
Gambar 2.1. Skema Kerangka Teori
Sumber: Symington, & Pinelli, J, 2006
2.6.Kerangka Konsep
Stress Fisiologi
Sebelum PMK
Stress Fisiologi
Setelah Perlakuan PMK
PMK
Gambar 2.2. Skema Kerangka Konsep
2.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan sebagai jawaban sementara atas
pertenyaan penelitian dimana penyataan ini harus diuji validitasnya secara
27
empiris (Sastroasmoro & Ismael, 2010). Adapun hipotesis dalam penelitian ini
meliputi:
Ha: Ada pengaruh pemberian perawatan metode kanguru terhadap fungsi
fisiologis bayi berat lahir rendah.
Ho: Tidak ada pengaruh pemberian perawatan metode kanguru terhadap
fungsi fisiologis bayi berat lahir rendah.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
quasi experiment. Quasi experiment dapat didefinisikan penelitian yang menguji
coba suatu intervensi pada sekelompok subjek dengan atau kelompok
pembanding namun tidak dilakukan rondomisasi untuk memasukkan subjek ke
dalam kelompok perlakuan atau kontrol (Sugiyono, 2013).
Desain penelitian yang digunakan kuantitatif dengan pre and post test
without control (control diri sendiri). Karena pada desain penelitian ini, peneliti
hanya melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding. Kelompok
subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi
setelah intervensi (Nursalam, 2008). Efektifitas perlakuan dinilai dengan cara
membandingkan nilai post test dengan pre test. Alasan menggunakan metode ini
adalah lebih dekat dengan responden dan data yang dihasilkan jelas dan efektif.
Tujuan rancangan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung, dan saturasi oksigen, sebelum dan sesudah dilakukan
perawatan metode kanguru. Pertimbangan menggunakan satu kelompok dengan
perlakuan tanpa menggunakan kelompok kontrol disebabkan bahwa perbedaan
fungsi fisiologis bayi terlihat jelas dengan menggunakan alat yang sama pada
subyek yang sama yaitu bayi berat lahir rendah sebelum dan sesudah perawatan
28
29
metode kanguru. Adapun skema desain pre and post test without control sebagai
berikut:
RI
01
X
02
Gambar. 3.1 Desain Penelitian pre and post test without control
Keterangan:
RI : Responden penelitian bayi berat lahir rendah
01: Fungsi fisiologis bayi berat lahir rendah yang meliputi suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung, saturasi oksigen sebelum dilakukan perawatan
metode kanguru.
02: Fungsi fisiologi bayi berat lahir rendah yang meliputi suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung, saturasi oksigen sesudah dilakukan perawatan
metode kanguru.
X: Intevensi, perawatan metode kanguru
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek /
subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2013). Populasi adalah setiap objek yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini populasinya
adalah semua bayi berat lahir rendah yang sedang menjalani perawatan di
30
ruang NICU RSUD Sukoharjo. Jumlah keseluruhan populasi bayi dalam
Bulan September – Oktober 2015 yang peneliti ambil dari data rekam
medis bayi berat lahir rendah adalah 100 bayi.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subjek peneliti malalui sampling (Nursalam, 2008).
Tehnik pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnik
Sampling menggunakan Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah
tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009)
berupa kriteria inklusi dan eksklusi.
persyaratan
yang
harus
dipenuhi
Kriteria inklusi merupakan
oleh
sampel
sehingga
dapat
diikutsertakan dalam penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2010). Adapun
kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:
1. Bayi dengan riwayat berat lahir rendah yaitu bayi dengan berat 1500
gram - < 2500 gram. Di RSUD Sukoharjo banyak pasien dengan berat
badan seperti yang peneliti buat.
2. Bayi yang lahir pada usia gestasi lebih dari 35 minggu sampai dengan
37 minggu. Kejadian di RSUD Sukoharjo banyak yang lahir sebelum
waktunya
3. Bayi dirawat dalam inkubator dan tidak menggunakan ventilasi
mekanik. Lebih aman dan nyaman untuk ibu, bayi.
Kriteria eksklusi adalah kondisi yang menyebabkan subjek
penelitian memenuhi kriteria inklusi namun tidak dapat diikutsertakan
dalam penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2010).
31
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu:
1. Bayi yang mengalami sindrom distres pernapasan.
2. Bayi dengan penyakit kardiovaskular.
3. Bayi yang sedang mendapat fototerapi.
4. Bayi yang mempunyai masalah pada ibu-nya (Baby Blues).
Berdasarkan kriteria inklusi tersebut diatas maka diperoleh sampel
sebanyak 48 bayi.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang NICU RSUD Sukoharjo. Rumah
sakit ini merupakan rujukan dalam penanganan masalah kesehatan ibu dan
anak. Rumah sakit ini sudah menggalakkan perawatan metode kanguru
tetapi belum maksimal.
3.3.2 Waktu Penelitian
Pada waktu penelitian dibagi menjadi 3 tahap, meliputi penyusunan
proposal, pengumpulan data, dan pelaporan hasil penelitian. Penyusunan
proposal telah dimulai sejak awal juli 2015, pengambilan data dilakukan
bulan Juli 2015-Agustus 2015. Analisis data dilakukan setelah surat ijin
penelitian ada.
32
3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
No
1
2.
Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Cara Ukur, Hasil Ukur dan
Skala Pengukuran
Variabel
Definisi operasional
Alat ukur
Hasil ukur
Skala
dan cara
ukur
Variabel
bebas:
Perawatan
Pelaksanaan perawatan
Alat ukur:
metode
metode kanguru oleh ibu lembar
kanguru
yang memiliki bayi berat observasi
lahir rendah, dengan
Cara ukur:
meletakkan bayi didada
memberikan
ibu sehingga kontak
intervensi
langsung kulit bayi,
pemberian
sedangkan bayi hanya
PMK pada
menggunakan diapers
bayi berat
dan penutup kepala
lahir rendah
(topi). Pelaksanaan
yang
metode kanguru selama
menjalani
60 menit, sehari
perawatan
dilakukan 2x PMK
di ruang
selama 3 hari.
NICU
Variabel
terikat:
Fungsi
fisiologis
-Suhu tubuh Pengukuran suhu tubuh
Alat ukur:
Nilai suhu tubuh Ordinal
pada aksila bayi
Termometer dalam derajat
dan lembar celcius
observasi
- Hipotermi : <
Cara ukur:
36,5oC
melakukan
- Normal : 36,5
pencatatan
– 37,5oC
suhu yang
- Hipertermi :
tertera pada
37,5
alat
Frekuensi
denyut
jantung
Jumlah frekuensi denyut
jantung yang diukur
dalam 1 (satu) menit
Alat ukur:
Pulse
oxymetri
dan lembar
observasi
Cara ukur:
Melakukan
pencatatan
frekuensi
denyut nadi
yang tertera
pada alat
Nilai frekuensi Ordinal
denyut jantung
dalam kali
permenit dalam
angka
- Bradicardi : <
100x/ menit
- Normal : 100
– 160 x/menit
- Tachicardi :
>160x
33
-Saturasi
oksigen
Pengukuran aliran
oksigen ke seluruh tubuh
pulse
oxymetr
Alat ukur:
Pulse
oxymetri
dan lembar
observasi
Cara ukur:
melakukan
pencatatan
nilai
saturasi
oksigen
yang tertera
pada pulse
oxymetri
Nominal
Nilai saturasi
oksigen dalam
presentasi
-Kurang : <90%
- Normal : 90 –
99%
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1 Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan untuk instrumen penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Lembar observasi yang terdiri dari data tentang fungsi fisiologis bayi,
yang terdiri dari suhu tubuh, frekuensi denyut jantung, dan saturasi
oksigen.
2. Alat pengukur suhu dengan termometer digital untuk aksila dan pulse
oxymetri untuk monitor jantung serta saturasi oksigen, Selain peneliti
yang akan melakukan pengukuran bayi, ada 2 orang perawat yang
mendapat pendelegasian dari peneliti untuk
pelaksanaan perawatan
metode kanguru ini.
3.5.2 Cara Pengumpulan Data
1. Data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung
dari studi pendahuluan pada bayi berat lahir rendah. Peneliti
34
bekerjasama dengan penanggung jawab ruang NICU RSUD Sukoharjo
beserta staf perawat mengenai pelaksanaan penelitian. Peneliti
menetapkan responden yang terlibat dalam penelitian sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Peneliti menambahkan 2
asisten penelitian, disaat peneliti tidak ada di tempat penelitian. Peneliti
mulai melakukan pengumpulan data dengan menggunakan lembar
observasi yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
2. Pre test adalah melakukan pengukuran fisiologis bayi sebelum dilakukan
intervensi PMK. Fungsi fisiologis yang perlu dilihat adalah suhu tubuh,
saturasi oksigen, dan denyut jantung bayi. Semua dicatat dilembar
observasi, dan pengukuran fungsi fisiologis bayi dilakukan sebelum
dilakukan PMK, yaitu 2 menit setelah bayi diletakkan dalam incubator.
3. Peneliti melanjutkan dengan pelaksanaan PMK .
a. PMK dilakukan oleh ibu bayi, pelaksanaan PMK dilakukan
diruangan tempat bayi dirawat, karena ada bayi yang terpasang
alat-alat invasif seperti infus, OGT dan oksigen. Pelaksanaan PMK
selama 1 jam atau 60 menit setiap sesi selama 3 hari. Dalam sehari
pelaksanaan PMK dilakukan 2x, pagi dan sore. Ibu diberi motivasi
untuk datang setiap hari
b. Saat pelaksaanaan PMK ada aturan yang harus dijalani, bahwa
PMK tidak boleh terputus minimal 1 jam (60 menit), bila ingin lebih
dari 1 jam diperbolehkan dengan melihat kondisi bayi, dengan
melakukan pengukuran yaitu pengukuran suhu, saturasi oksigen dan
denyut nadi, setelah selesai pelaksanaan PMK.
35
c. Saat pelaksanaan PMK proses menyusui masih bisa berlangsung
karena posisi bayi yang menempel pada ibu
d. Selama ibu membawa bayinya dalam posisi PMK, ibu dapat
melakukan apapun yang ia kehendaki seperti jalan-jalan, berdiri,
duduk, minum.
e. Pada
pelaksanaan
PMK
bayi
dibiarkan
telanjang
hanya
menggunakan popok (diapers), kaos kaki dan topi, sedangkan ibu
tanpa busana bagian atas, Bra ibu dilepas. Ibu hanya menggunakan
baju yang disediakan di ruang NICU. Kemudian bayi diletakkan
diantara kedua payudara ibu, posisi bayi seperti katak yang
menempel di dada ibu, sehingga terjadi kontak kulit bayi dan
ibunya. Pelaksanaan PMK ini dilaksanakan dalam waktu 3 hari.
4. Post Test Pelaksanaan PMK
Setelah dilaksanakan PMK, dilakukan pengukuran fisiologis yang
perlu dilihat adalah suhu tubuh, saturasi oksigen, dan denyut jantung
bayi. Semua dicatat dilembar observasi, dan pengukuran fungsi
fisiologis bayi dilakukan setelah dilakukan PMK, yaitu 2 menit setelah
bayi diletakkan dalam incubator, dan dilaksanakan selama 3 hari.
3.6 Tehnik Pengolahan dan Analisa Data
3.6.1 Tehnik Pengolahan Data
Peneliti melakukan beberapa tahap dalam pengolahan data meliputi
pengecekan data (editing), pemberian kode data (coding), pemprosesan data
(entering), pengolahan data (tabulating) (Sugiyono 2013).
36
1. Pengecekan Data
Dimasukan
untuk
mengevaluasi
kelengkapan
data
yang
dibutuhkan, konsistensi dan kesesuaian kriteria data yang diperlukan
untuk menguji hipotesis atau menjawab tujuan peneliti. Didapatkan saat
penelitian yang digunakan sudah lengkap dan sesuai kriteria data yang
digunakan.
2. Pemberian Kode Data
Merupakan suatu metode
untuk mengobservasi
data
yang
dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk
keperluan analisis terhadap hasil observasi yang dilakukan. Penelitian
ini yang dilakukan coding adalah bayi diberi kode B1, B2, B3 dan
seterusnya, sesuai dengan urutan.
3. Pemprosesan Data
Memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam data komputer,
kemudian diproses hingga mendapatkan hasilnya.
4. Pengolahan Data
Keluaran hasil data merupakan hasil pengolahan data yang sudah
diolah oleh komputer. Hasil pengolahan data ini disajikan dalam bentuk
angka.
3.6.2 Analisa Data
Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Data yang
diperoleh dianalisa dengan menggunakan teknik statistik kuantitatif dengan
menggunakan analisa univariat dan bivariat. Pada penelitian ini
37
menggunakan sistem komputer dalam perhitungan data. Adapun analisis
yang digunakan sebagai berikut:
1. Analisa Univariat
Analisa Univariat adalah analisa untuk melapor tiap variabel dari
hasil penelitian. Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian data
dianalisa menggunakan statistik deskriptif untuk disajikan dalam bentuk
tabulasi, minimum, maksimum dan mean dengan cara memasukan
seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif untuk
melaporkan hasil dalam bentuk distribusi dari masing-masing variabel.
(Notoadmojo,
2005).
Analisa
univariat
juga
digunakan
untuk
menggambarkan nilai mean yang digunakan untuk data yang tidak
dikelompokkan ataupun data yang sudah dikelompokkan, nilai median
yang merupakan nilai yang berada ditengah dari suatu nilai atau
pengamatan yang disusun, serta nilai modus yang digunakan untuk
menyatakan fenomena yang paling banyak terjadi (Hidayat, 2007).
Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti yaitu melihat gambaran strees
fisiologis pada bayi berat lahir rendah sebelum dilakukan PMK di
RSUD Sukoharjo dan melihat gambaran stres fisiologis bayi pada bayi
berat lahir rendah setelah dilakukan PMK di RSUD Sukoharjo.
2. Analisa bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau korelasi. Sebelum dilakukan analisa bivariat
38
dilakukan uji normalitas untuk mengetahui distribusi normal atau
tidaknya data, dalam hal ini peneliti menggunakan Shapiro-Wilk,
dikarenakan jumlah sampel kurang dari 50.
Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa rata-rata suhu
tubuh sebelum dan sesudah PMK mempunyai p value < 0,05. Sehingga
dapat diartikan bahwa data tidak berdistribusi normal. Distribusi data
semua dinyatakan tidak normal maka digunakan analisis Wilcoxon
Signed Rank Test untuk pengujian analisis bivariat.
Sedangkan untuk rata-rata denyut jantung sebelum PMK
mempunyai p value > 0,05; sehingga dapat diartikan data terdistribusi
normal. Namun rata-rata denyut jantung sesudah PMK mempunyai p
value < 0,05; sehingga dapat diartikan data tidak terdistribusi normal.
Distribusi data salah satu data tidak normal maka digunakan analisis
Wilcoxon Signed Rank Test untuk pengujian analisis bivariat.
Rata-rata saturasi oksigen sebelum PMK mempunyai p value <
0,05; sehingga dapat diartikan data tidak terdistribusi normal dan ratarata saturasi oksigen sesudah PMK mempunyai p value > 0,05;
sehingga dapat diartikan data terdistribusi normal. Distribusi data salah
satu data tidak normal maka digunakan analisis Wilcoxon Signed Rank
Test untuk pengujian analisis bivariat.
39
3.7 Etika Penelitian
3.7.1 Etika penelitian dalam penelitian ini antara lain:
1. Informed consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
dalam hal ini ibu bayi berat lahir rendah dengan memberikan lembar
persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian
dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek
bersedia, maka mereka harus menanda tangani lembar persetujuan. Jika
responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.
Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut
antara lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data
yang dibutuhkan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat,
kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dll (Hidayat, 2007).
2. Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2007).
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
40
lainnya.
Semua
informasi
yang
telah
dikumpulkan
dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kekompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Analisa Univariat
4.1.1. Stres Fisiologis pada Bayi Berat Lahir Rendah Sebelum Dilakukan
Perawatan Metode Kanguru (PMK) di RSUD Sukoharjo
Adapun gambaran tentang stress fisiologis pada bayi berat lahir
rendah dengan indikator suhu tubuh, denyut jantung dan saturasi O2
sebelum di lakukan PMK di RSUD Sukoharjo dapat dlihat pada tabel
4.1.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Stres Fisiologis pada Bayi Berat Lahir Rendah
Sebelum Dilakukan PMK di RSUD Sukoharjo
Stress Fisiologis
Frekuensi
(n = 48)
Suhu Tubuh
Hipotermi
48
Denyut Jantung
Bradicardi
42
Normal
6
Saturasi O2
Kurang
48
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS, 2015
Persentase
(100%)
100%
87.5%
12.5%
100%
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa gambaran stress fisiologis
pada 48 BBLR di RSUD Sukoharjo sebelum dilakukan Perawatan
Metode Kanguru dilihat dari suhu tubuh, seluruh bayi sebelum dilakukan
Perawatan Metode Kanguru mengalami hipotermi sebanyak 48 bayi
(100%), dilihat dari denyut jantung diketahui mayoritas bayi mengalami
41
42
bradicardi sebanyak 42 bayi (87.5%) sedangkan dilihat dari saturasi O2
semua bayi mengalami kurang saturasi O2 sebanyak 48 bayi (100%).
4.1.2. Stres Fisiologis pada Bayi Berat Lahir Rendah Sesudah Dilakukan
Perawatan Metode Kanguru (PMK) di RSUD Sukoharjo
Adapun gambaran tentang stress fisiologis pada bayi berat lahir
rendah dengan indikator suhu tubuh, denyut jantung dan saturasi O2
sesudah di lakukan Perawatan Metode Kanguru di RSUD Sukoharjo
dapat dlihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Stres Fisiologis pada Bayi Berat Lahir Rendah
Sesudah Dilakukan PMK di RSUD Sukoharjo
Stress Fisiologis
Frekuensi
(n = 48)
Suhu Tubuh
Hipotermi
10
Normal
38
Denyut Jantung
Normal
48
Saturasi O2
Normal
48
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS, 2015
Persentase
(100%)
20.8%
79.2%
100%
100%
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa gambaran stress fisiologis
pada 48 BBLR di RSUD Sukoharjo sesudah dilakukan Perawatan Metode
Kanguru dilihat dari suhu tubuh, mayoritas bayi sesudah dilakukan
Perawatan Metode Kanguru sebanyak 38 bayi (79,2%) bayi dalam
kondisi suhu tubuh normal. Sedangkan dilihat dari denyut jantung
diketahui semua bayi denyut jantungnya dalam kondisi normal setelah
dilakukan Perawatan Metode Kanguru yaitu sebanyak 48 bayi (100%)
dan dilihat dari saturasi O2 sesudah dilakukan Perawatan Metode Kanguru
43
semua bayi mengalami kondisi saturasi O2 normal sebanyak 48 bayi
(100%).
4.2. Analisa Bivariat
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan Saphiro Wilk
menunjukkan bahwa rata-rata suhu tubuh sebelum Perawatan Metode Kanguru
mempunyai nilai significancy (p) sebesar 0,014 (p<0,05), rata-rata suhu tubuh
sesudah Perawatan Metode Kanguru mempunyai nilai significancy (p) sebesar
0,006 (p<0,05) yang berarti rata-rata suhu tubuh bayi antara sebelum dan
sesudah Perawatan Metode Kanguru memiliki distribusi data tidak normal.
Rata-rata
denyut
jantung
sebelum
Perawatan
Metode
Kanguru
mempunyai nilai significancy (p) sebesar 0,244 (p>0,05) yang berarti rata-rata
denyut jantung bayi antara sebelum Perawatan Metode Kanguru memiliki
distribusi data normal dan rata-rata denyut jantung sesudah Perawatan Metode
Kanguru mempunyai nilai significancy (p) sebesar 0,002 (p>0,05) yang berarti
rata-rata denyut jantung bayi antara sesudah PMK memiliki distribusi data tidak
normal.
Sedangkan rata-rata saturasi O2 sebelum Perawatan Metode Kanguru
mempunyai nilai significancy (p) sebesar 0,011 (p<0,05) yang berarti rata-rata
saturasi O2 sebelum Perawatan Metode Kanguru memiliki distribusi data tidak
normal dan rata-rata saturasi O2 sesudah Perawatan Metode Kanguru
mempunyai nilai significancy (p) sebesar 0,055 (p<0,05) yang berarti rata-rata
saturasi O2 bayi sesudah Perawatan Metode Kanguru memiliki distribusi data
normal.
44
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa analisis
bivariat yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Ranks Test pada taraf
signifikansi 5%. Hasil analisa Wilcoxon Signed Ranks Test dapat diketahui pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Distribusi Pengaruh PMK terhadap Rata-rata Keseluruhan Suhu
Tubuh, Frekuensi Denyut Jantung, Saturasi Oksigen pada Bayi BLR
Sebelum dan Sesudah Mendapat Perawatan Metode Kanguru (PMK)
di RSUD Sukoharjo Tahun 2015
Variabel
Mean
SD
Suhu Tubuh
Sebelum
35.25
0.32
Sesudah
36.66
0.21
Frekuensi denyut jantung
Sebelum
96.25
3.84
Sesudah
123.91
4.59
Saturasi O2
Sebelum
86.69
1.59
Sesudah
123.91
4.59
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS, 2015
Min-Maks
p-value
34.8 – 36.0
36.1 – 37.0
0.000
87.5 – 105.0
109.9 – 133.6
0.000
81.5 – 89.2
90.5 – 97.2
0.000
Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh nilai
p (0,000) (p < 0,05), yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan suhu
tubuh antara sebelum dan sesudah dilakukan Perawatan Metode Kanguru di
RSUD Sukoharjo dengan kata lain Perawatan Metode Kanguru efektif dapat
meningkatkan suhu tubuh bayi. Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon Signed
Ranks Test diperoleh nilai p (0,000) (p < 0,05), yang berarti bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan denyut jantung antara sebelum dan sesudah dilakukan
Perawatan Metode Kanguru di RSUD Sukoharjo dengan kata lain Perawatan
Metode Kanguru efektif dapat meningkatkan denyut jantung bayi. Berdasarkan
hasil uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh nilai p (0,000) (p <
45
0,05), yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan saturasi oksigen
antara sebelum dan sesudah dilakukan Perawatan Metode Kanguru di RSUD
Sukoharjo dengan kata lain Perawatan Metode Kanguru efektif dapat
meningkatkan saturasi oksigen bayi. Hal ini berarti secara keseluruhan terdapat
perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah BBLR mendapat
Perawatan Metode Kanguru (PMK) pada stress fisiologisnya. Artinya ada
pengaruh perawatan metode kangguru terhadap stress fisiologis pada bayi berat
lahir rendah di RSUD Sukoharjo.
46
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Stres Fisiologis pada Bayi Berat Lahir Rendah Sebelum Dilakukan
Perawatan Metode Kanguru di RSUD Sukoharjo
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas bayi sebelum
diberikan metode Perawatan Metode Kanguru mengalami stress fisiologis
dimana ditinjau dari suhu tubuh semua bayi sebanyak 48 bayi (100%) mengalami
hipotermi, dilihat dari denyut jantung sebanyak 42 bayi (87,5%) bayi mengalami
bradicardi dan dilihat dari saturasi O2 semua bayi sebanyak 48 bayi (100%)
mengalami saturasi O2 kurang.
Hal ini sesuai pendapat Bobak, Lowdermilk & Jansen (2005) bayi
mengalami stress fisiologis setelah berakhirnya periode dimana saat bayi
dilahirkan dengan adaptasi lingkungan yang berbeda. Pada periode ini pula,
ketergantungan janin pada ibu melalui hubungan dengan plasenta akan berbagai
macam asupan nutrisi, pertukaran oksigen, karbondioksida dan darah berakhir
dan bayi memulai kemandiriannya. Dimana pada bayi berat lahir rendah, terlebih
pada bayi berat lahir sangat rendah, dan lahir pada usia gestasi kurang dari 37
minggu, kemampuan untuk melakukan interaksi yang adaptif dengan lingkungan
seringkali mengalami hambatan sebagai akibat imaturitas sistem organ. Kondisi
ini membuat bayi membutuhkan dukungan perawatan intensif untuk menunjang
kehidupan.
46
47
Menurut Maguire, et al. (2008) mengungkapkan bahwa bayi berat lahir
rendah belum memiliki kemampuan untuk meregulasi setiap stimulus yang
berlebihan yang datang dari lingkungan. Kondisi lingkungan dan aktivitas
perawatan yang demikian menyebabkan bayi mengalami hipoksemia dan periode
apnu, nyeri, ketidaknyamanan, serta adanya peningkatan level hormon stres.
Selain itu Als, et al. (1986) dalam Symington & Pinelli (2006) menambahkan
bahwa adanya perubahan fisiologis tubuh berupa peningkatan denyut nadi dan
penurunan saturasi oksigen dapat menjadi parameter stres yang dialami bayi
akibat stimulus lingkungan perawatan yang berlebihan.
Bowen (2009) melaporkan bahwa pencahayaan yang terang di ruang
perawatan intensif memberikan stimulasi yang berlebihan dan menyebabkan
fungsi fisiologis bayi menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan fungsi fisologis ini
diamati dari adanya perubahan denyut nadi, saturasi oksigen, tekanan darah dan
pergerakan tubuh. Kenner & McGrath (2004) dan Blatz (2001) menyebutkan
bahwa kebisingan di ruang perawatan dapat merusak struktur auditori dan
menyebabkan gangguan fungsi fisiologi dan pola perilaku bayi. Gangguan
tersebut ditandai dengan terjadinya hipoksia, apnue, bradikardi, perilaku tidurterjaga yang irreguler, agitasi serta peningkatan tekanan intrakranial dan tekanan
darah (De Paul & Chamber, 1995, dalam Blatz, 2001; Kenner & McGrath, 2004;
Hockenberry &Wilson, 2007).
Respon stres digerakkan oleh suatu area yang terletak pada bagian otak
depan yaitu amigdala. Respon stres ini menstimulasi pelepasan hormon
adernokortikoid dari hipotalamus yang menyebabkan stimulasi aktivitas sistem
48
saraf simpatik, meningkatkan curah jantung, meningkatkan glikolisis dan
glukoneogenesis di hati, mengurangi transport glukosa ke jaringan penyimpanan,
dapat menekan aktivitas sel imun (Ward, Clarke & Linden, 2009) serta adanya
peningkatan hormon stress atau kortisol (Als et, al, 1986 dalam Symington &
Pinelli, 2006; Maguire et al, 2008).
Winkjosastro (2010) menambahkan bahwa salah satu ciri dengan BBLR
(Berat Bayi Lahir Rendah) adalah mengalami hipotermi. Dimana BBLR
mempunyai suhu yang tidak stabil dan cenderung hipotermia. Stress dingin dapat
meningkatkan angka kematian dan menghambat pertumbuhan sedangkan
hipertermia dan suhu yang berfluktuasi dapat menimbulkan apneu. Suhu yang
cenderung hipotermia disebabkan karena produksi panas kurang dan kehilangan
panas yang tinggi. Panas kurang diproduksi karena sirkulasi yang masih belum
sempurna, respirasi masih lemah, konsumsi oksigen yang rendah, otot yang
belum aktif serta asupan makanan yang kurang. Kehilangan panas terjadi akibat
dari permukaan tubuh yang relatif lebih luas dan lemak subkutan yang kurang,
terutama lemak coklat (brown fat). Hipotermia dapat mengakibatkan komplikasi
jangka pendek berupa asidosis, hipoglikemia dan gangguan pembekuan darah
serta peningkatan resiko untuk distress pernapasan. Apabila berkepanjangan
hipotermia dapat menyebabkan edema, sklerema, pernapasan hebat (terutama
perdarahan paru), dan ikterus. Selain itu pada BBLR juga memiliki ciri bayi
mengalami apneu. Kelainan ini terjadi akibat ketidakmatangan paru dan susunan
saraf pusat. Apneu didefinisikan sebagai periode tak bernapas selama lebih dari
20 detik dan disertai bradikardia. Kelainan ini dapat ditemukan pada pemantauan
49
yang teliti dan terus-menerus. Semua bayi dengan masa kehamilan kurang dari
34 minggu harus secara rutin dan terus menerus dipantau sampai apneu itu hilang
selama satu minggu. Pemberian teofilin dapat mengurangi kejadian apneu sekitar
60-90%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebelum dilakukan metode Perawatan
Metode Kanguru mayoritas bayi mengalami stress fisiologis. Adanya stress
fisiologis pada BBLR ini dikarenakan adanya ketidakmatangan organ. Selain itu
adanya perpisahan dengan orang tua (ibu) menjadi sumber stress dalam
lingkungan perawatan intensif. Jika bayi khususnya BBLR mengalami stress
fisiologis maka dapat menyebabkan terganggunya tumbuh kembang bayi.
Apalagi BBLR membutuhkan nutrisi yang optimal. Intake nutrisi yang adekuat
penting untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh menurun akan lebih
banyak energi yang digunakan untuk memproduksi panas dan terjadi peningkatan
konsumsi oksigen. Namun BBLR memiliki mekanisme pencernaan yang belum
sepenuhnya berkembang. Selain itu kemampuan untuk mencerna protein atau
mengabsorbsi nutrisi dan tidak maturnya sistem enzym mempengaruhi fungsi
metabolik pada BBLR.
5.2 Stres Fisiologis pada Bayi Berat Lahir Rendah Sesudah Dilakukan
Perawatan Metode Kanguru di RSUD Sukoharjo
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas bayi sesudah
diberikan metode Perawatan Metode Kanguru sudah tidak mengalami stress
fisiologis dimana ditinjau dari suhu tubuh mayoritas bayi sebanyak 38 bayi
50
(79,2%) mengalami suhu normal dan hanya sebanyak 10 bayi saja (20,8%) masih
mengalami hipotermi meskipun sudah mengalami kenaikan suhu tubuhnya,
dilihat dari denyut jantung sebanyak 48 bayi (100%) bayi mengalami denyut
jantung normal dan dilihat dari saturasi O2 semua bayi sebanyak 48 bayi (100%)
mengalami saturasi O2 normal.
Hal ini sejalan dengan teori Astolfi & Zonda dalam Syamsu (2013),
menyatakan bahwa resiko terjadinya kelahiran bayi prematur antaranya faktor
usia ibu. Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun akan meningkatkan resiko
mengalami persalinan prematur, 64% meningkatkan terjadinya persalinan
prematur pada wanita Itali yang berusia 35 tahun atau lebih, terutama terjadi pada
kehamilan pertama.
Perubahan Heart Rate (HR) atau frekuensi denyut jantung dan saturasi O2
menunjukkan adanya stres fisiologis terhadap stressor lingkungan pada bayi
prematur (Peng et al, 2009). Bayi-bayi preterm yang dirawat di NICU terpapar
stres lingkungan, stres fisiologis dan stres psikologis. Stres lingkungan terjadi
dari
stimulasi
pendengaran
yang
berlebihan,
stres
fisiologis
karena
ketidakmatangan organ dan stres psikologis karena terpisahnya antara ibu dan
bayi (Nyqvist et al, 2010).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan diberikannya metode
Perawatan Metode Kanguru ini ternyata menimbulkan mengurangi adanya stress
fisiologis pada BBLR. Metode Perawatan Metode Kanguru ini merupakan
metode yang dilakukan pada BBLR secara kontak langsung antara kulit ibu dan
bayi. Dimana bayi akan merasakan kehangatan ibunya dan detak jantung ibu.
51
Kedekatan dan kontak secara langsung inilah yang menyebabkan bayi menjadi
tenang, nyaman dipelukan ibunya, sehingga tidak mengalami stress fisiologis.
5.3 Pengaruh Perawatan Metode Kanguru terhadap Stres Fisiologis pada Bayi
Berat Lahir Rendah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Perawatan Metode
Kanguru di RSUD Sukoharjo
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan
terdapat perbedaan yang bermakna stress fisiologis BBLR antara sebelum dan
sesudah mendapat Perawatan Metode Kanguru (PMK), yang artinya ada
pengaruh perawatan metode kangguru terhadap stress fisiologis pada bayi berat
lahir rendah di RSUD Sukoharjo. Terlihat peningkatan respons fisiologis bayi
prematur secara keseluruhan selama 3 hari antara sebelum dan sesudah
Perawatan Metode Kanguru yaitu suhu tubuh bayi, denyut jantung, dan saturasi
oksigen. Secara signifikan, Perawatan Metode Kanguru dapat menaikkan suhu
tubuh bayi prematur ke arah suhu normal sebesar 1,41°C dengan nilai p = 0,000.
Perawatan Metode Kanguru juga secara signifikan dapat meningkatkan denyut
jantung ke arah normal sebesar 27,66 denyut per menit dengan nilai p= 0,000.
Sedangkan, saturasi O2 juga dapat ditingkatkan oleh Perawatan Metode Kanguru
sebesar 7,83% dengan nilai p = 0,000.
Menurut hasil penelitian Astuti dkk (2015) diketahui bahwa setelah
diberikan metode kanguru berat badan bayi mengalami kenaikan, dimana berat
badan bayi memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
Hal ini dikarenakan metode kanguru mampu: 1) meningkatkan hubungan emosi
52
ibu–anak, 2) menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung, dan pernafasan bayi,
3)meningkatkan
pertumbuhan
dan
berat
badan
bayi
dengan
lebih
baik.,4)mengurangi stress pada ibu dan bayi, 5) mengurangi lama menangis pada
bayi, 6) memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi, 7) meningkatkan produksi asi,
8)
menurunkan
resiko
terinfeksi
selama
perawatan
di
rumah
sakit,
9)mempersingkat masa rawat di rumah sakit, dimana kondisi tersebut sangat
mendukung peningatkan berat badan bayi BBLR secara optimal, yaitu adanya
peningkatan produksi ASI dan suhu tubuh yang kondusif.
Dilihat dari suhu tubuh, semua responden bayi mengalami peningkatan
suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan saturasi oksigen setelah pemberian
Perawatan Metode Kanguru , peningkatan respons fisiologis bayi dikarenakan
mayoritas bayi sebelum Perawatan Metode Kanguru respons fisiologisnya masih
rendah. Dengan kata lain, Perawatan Metode Kanguru dapat menormalkan fungsi
fisiologis bayi prematur apabila fungsi fisiologis bayi terlalu tinggi maka
Perawatan Metode Kanguru akan membuatnya menjadi normal, apabila fungsi
fisiologis terlalu rendah maka Perawatan Metode Kanguru akan membuatnya
menjadi naik (menuju ke arah normal). Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang menyebutkan bahwa beberapa manfaat Perawatan Metode
Kanguru adalah stabilisasi suhu tubuh, stabilisasi frekuensi denyut jantung, dan
perilaku bayi yang lebih baik, misalnya tangisan bayi berkurang dan sewaktu
bangun bayi terlihat lebih waspada (PERINASIA, 2008).
Dilihat dari suhu tubuhnya BBLR sesudah diberikan metode Perawatan
Metode Kanguru mayoritas mengalami suhu tubuh normal. Karena banyak
53
dengan metode Perawatan Metode Kanguru mampu meningkat suhu bayi yang
mengalami hipotermia. Dengan menjaga dan mempertahankan suhu lingkungan
yang hangat pada bayi berat lahir rendah sangat dibutuhkan dan efisien untuk
metabolisme tubuh yang diukur melalui pengurangan kalori dan konsumsi
oksigen. Penurunan kalori dan asupan oksigen pada pengontrolan suhu tubuh
akan memperbaiki perubahan fisiologis, dan mengakibatkan pertumbuhan bayi
lebih cepat. Perawatan Metode Kanguru dapat mencegah terjadinya kehilangan
panas pada bayi melalui kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi secara konduksi
dan radiasi. Dimana suhu tubuh ibu merupakan sumber panas yang efisien dan
murah juga dapat memberikan lingkungan yang hangat pada bayi. Selain itu juga
pernapasan bayi menjadi lebih teratur, denyut jantung bayi lebih stabil, bayi
dapat menetek lebih lama dan waktu tidur bayi lebih lama, sehingga pemakaian
kalori menjadi lebih berkurang dan kenaikan berat badan menjadi lebih baik. Hal
ini sesuai dengan pendapat Bobak, Lowdermilk & Jansen (2005) bahwa BBLR
memiliki lebih sedikit massa otot, lebih sedikit lemak coklat, lebih sedikit lemak
subkutan untuk menyimpan panas, dan sedikit kemampuan untuk mengontrol
kapiler kulit. Sehingga BBLR mudah mengalami kehilangan panas tubuh dan
berisiko terjadi hipotermia sehingga membutuhkan upaya untuk mempertahankan
suhu yang netral (36,5C -37,3o C).
Ditambahkan oleh Ibe, et al. (2004) bahwa beberapa penelitian
menyebutkan bahwa Perawatan Metode Kanguru sangat baik untuk mencegah
bayi berat lahir rendah mengalami hipotermi. Observasi perubahan suhu tubuh
bayi berat lahir rendah sangat dianjurkan, karena ada kemungkinan bayi menjadi
54
kepanasan. Bayi berat lahir rendah yang kepanasan akan mengakibatkan
peningkatan metabolisme dan asupan oksigen, penurunan efisiensi metabolisme,
dan mempengaruhi kestabilan fisiologis tubuh.
Menurut hasil penelitian Deswita, dkk (2011), Jan (2011), Syamsu (2013),
Beiranvand, et al (2014) dan Sarparast et al (2015) dan masih banyak peneliti
lain telah membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna dari perawatan
metode kanguru terhadap respons fisiologis bayi prematur seperti peningkatan
suhu tubuh yang semula hipotermia ke arah suhu normal. Jadi Perawatan Metode
Kanguru dapat meningkatkan suhu tubuh bayi, dan mengurangi terjadinya
hipotermia pada bayi prematur dan bayi yang lahir dengan proses caesar. Dengan
mempertahankan suhu lingkungan yang hangat pada bayi prematur sangat
dibutuhan untuk efisiensi metabolisme atau konservasi energi tubuh yang diukur
melalui mengurangan kalori. Penurunan atau penghematan kalori diharapkan
dapat memperbaiki perubahan fisiologis, dan mengakibatkan pertumbuhan yang
lebih cepat pada bayi.
Sedangkan dilihat dari frekuensi denyut jantung diketahui bahwa rata-rata
frekuensi denyut jantung BBLR mengalami perubahan ke arah normal yang
semula mayoritas mengalami bradicardia. Saturasi oksigen cenderung mengalami
penurunan, apabila frekuensi denyut jantung mengalami bradikardi atau
tachikardi. Frekuensi denyut jantung yang lambat atau sangat cepat, akan
mempengaruhi sirkulasi darah keseluruh tubuh. Sirkulasi darah yang tidak
adekuat keseluruh tubuh, terutama bagian perifer, sehingga saturasi oksigen yang
dipantau melalui pulse oxymetri menunjukkan kurang dari 90%. Ludington-Hoe,
55
et al dalam PERINASIA (2008) mengemukakan pendapat bahwa manfaat
Perawatan Metode Kanguru diantaranya mampu sebagai stabilitas suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung dan perilaku bayi lebih baik, misalnya tangisan bayi
berkurang dan sewaktu bangun terlihat lebih waspada Selama perawatan
menggunakan metode kanguru, laju frekuensi denyut jantung bayi relatif stabil
dan konstan. Frekuensi denyut jantung bayi prematur yang mengalami kenaikan
dapat terjadi akibat karena perubahan posisi dari horizontal menjadi posisi
vertikal. Hal ini terjadi akibat pengaruh gaya gravitasi bumi. Menurut peneliti,
bayi prematur cenderung mengalami bradikardi. Perawatan Metode Kanguru
mempunyai pengaruh posistif pada bayi, karena bayi merasakan detak jantung
ibu, sehingga apabila bayi yang mengalami bradikardi akan terstimulasi agar
jantungnya kembali berdenyut mengiringi detak jantung ibu. Suradi dkk (2008)
menambahkan bahwa Kangaroo Mother Care mempunyai manfaat bagi bayi
yaitu terjadi kontak kulit bayi dan ibu membuat suhu tubuh bayi lebihstabil, pola
pernafasan bayi menjadi lebihteratur, denyut jantung bayi lebih stabil, frekuensi
menangis berkurang, lebih sering minum ASI dan lama menyusui lebih panjang
serta kenaikan berat badan lebih baik.
Cong et al (2009) dalam penelitian berpendapat bahwa metode perawatan
kanguru lebih memberikan dampak positif pada frekuensi denyut jantung BBLR
dibandingkan dengan perawatan menggunakan inkubator. Frekuensi denyut
jantung bayi lebih stabil dan metode Perawatan Metode Kanguru lebih membantu
bayi untuk menangani adanya stress fisiologis pada BBLR dikarenakan adanya
prosedur yang menyakitkan kepada bayi bila dengan menggunakan inkubator.
56
Menurut hasil penelitian Almeida et al (2007), Deswita dkk (2011),
Syamsu (2013), Sarparast et al (2015), Sutar et al (2015) dan masih banyak
peneliti lain menemukan hasil bahwa Perawatan Metode Kanguru dapat
meningkatkan frekuensi denyut jantung pada bayi prematur atau BBLR (bayi
berat lahir rendah) ke arah normal atau dengan kata lain dengan metode
Perawatan Metode Kanguru frekuensi denyut jantung bayi menjadi lebih stabil.
Dengan metode Perawatan Metode Kanguru berpengaruh positif terhadap
frekuensi denyut jantung bayi khususnya pada BBLR yang lahir prematur
ataupun dengan operasi sesar.
Stres fisiologis bayi dilihat dari saturasi O2 diketahui bahwa rata-rata
saturasi O2 BBLR mengalami perubahan ke arah normal yang semula semua bayi
dalam kondisi saturasi O2 kurang. Dengan metode Perawatan Metode Kanguru
dapat menjaga kestabilan saturasi oksigen. Perawatan Metode Kanguru secara
bermakna mengurangi frekuensi nafas dan meningkatkan saturasi oksigen. Hal
ini bisa disebabkan oleh posisi bayi yang tegak, sehingga dipengaruhi oleh
gravitasi bumi dan berefek pada ventilasi dan perfusi respirasi. Melalui
Perawatan Metode Kanguru rata-rata saturasi O2 darah mengalami peningkatan
yang semula kurang pada BBLR. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Priya
(2004) yang menyebutkan bahwa Perawatan Metode Kanguru dapat menaikkan
level saturasi oksigen secara signifikan. Hasil penelitian lain juga melaporkan
Perawatan Metode Kanguru menjaga kestabiolan saturasi oksigen. Perawatan
Metode
Kanguru
secara
bermakna
mengurangi
frekuensi
napas
dan
meningkatkan saturasi oksigen. Hal ini dapat disebabkan oleh posisi bayi yang
57
tegak, sehingga dipengaruhi oleh gravitasi bumi dan berefek pada ventilasi dan
perfusi. Posisi tegak mengoptimalkan fungsi respirasi (Ali et, al., 2009). Akibat
adanya perawatan intensif di inkubator menyebabkan bayi mengalami resiko
sindrom stress pernafasan (Respiratory Distress Syndrome (RDS)) (Ladewig,
London, & Davidson, 2014).
Menurut hasil penelitian Deswita dkk (2011), Syamsu (2013), Akhtar et al
(2013), Sarparast et al (2015), Sutar et al (2015), Schindler and Lynn (2015),
Dehghani et al (2015) serta masih banyak peneliti lain menemukan hasil bahwa
selama Perawatan Metode Kanguru saturasi O2 dapat meningkat menuju kearah
normal pada bayi prematur atau BBLR (bayi berat lahir rendah) yang mengalami
kekurangan saturasi O2 atau dengan kata lain dengan metode Perawatan Metode
Kanguru saturasi O2 bayi menjadi lebih stabil. Dengan metode Perawatan Metode
Kanguru berpengaruh positif terhadap saturasi O2 bayi khususnya pada BBLR
yang lahir prematur ataupun dengan operasi sesar.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dengan BBLR diberikan metode
Perawatan Metode Kanguru, ternyata terbukti efektif terhadap tidak terjadinya
stress fisiologis pada bayi. Bayi yang mempunyai suhu tubuh normal, denyut
jantung normal dan saturasi O2 juga dalam kondisi normal, tidak akan mengalami
stress fisiologis. Kondisi bayi yang demikian secara positif berdampak pada
meningkatnya berat badan bayi secara signifikan, memiliki pengaruh positif
dalam meningkatkan perkembang kognitif. Waktu tidur bayi menjadi lebih lama
yang ditandai dengan jumlah waktu terbangun bayi lebih rendah. Dampak bagi
ibu diantaranya adalah mempercepat pengeluaran ASI dan meningkatkan
58
keberhasilan menyusui, stimulasi dini, kasih sayang antara ibu dan anak semakin
meningkat.
Menurunkan infeksi nosokomial dan memperpendek masa rawat inap
sehingga biaya lebih hemat, menurunkan risiko kematian dini pada bayi,
memperbaiki pertumbuhan pada bayi prematur dan memiliki pengaruh positif
perkembangan motorik bayi (Arifah dan Wahyuni, 2010).
Selain itu diperkuat hasil penelitian Kashaninia and Dehghan (2015) dan
Yeo et all (2015) dimana dengan menerapkan metode kanguru pada BBLR maka
dapat menaikkan berat badan bayi secara efektif, mengurangi lama rawat inap
sehingga biaya perawatan lebih murah.
59
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
6.1.1 BBLR sebelum mendapatkan Perawatan Metode Kanguru mengalami
stres fisiologis, dimana rata-rata suhu tubuh BBLR sebesar 35,25oC
dengan standar deviasi sebesar 0.33oC, rata-rata frekuensi denyut jantung
BBLR sebesar 96,25x/menit dengan standar deviasi sebesar 3.84x/menit,
dan rata-rata saturasi O2 BBLR sebesar 86,69% dengan standar deviasi
sebesar 1,59%.
6.1.2 BBLR sesudah mendapatkan Perawatan Metode Kanguru mengalami
kestabilan stres fisiologisnya, dimana rata-rata suhu tubuh BBLR sebesar
36,66oC dengan standar deviasi sebesar 0.2oC, rata-rata frekuensi denyut
jantung BBLR sebesar 123,91x/menit dengan standar deviasi sebesar
4,59x/menit, dan rata-rata saturasi O2 BBLR sebesar 94,52% dengan
standar deviasi sebesar 1,76%.
6.1.3 Terdapat pengaruh perawatan kanguru terhadap stres fisiologis pada bayi
berat lahir rendah sebelum dan sesudah dilakukan Perawatan Metode
Kanguru di RSUD Sukoharjo, dimana Perawatan Metode Kanguru
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap peningkatan suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung, dan saturasi oksigen ke arah normal (p value
(0,000) < 0,05).
59
60
6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan penelitan, maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
6.2.1. Bagi RSUD Sukoharjo
Perawatan Metode Kanguru yang selama ini dilakukan di ruang
NICU RSUD Sukoharjo, bisa dijadikan sebagai tindakan yang rutin
dilakukan kepada bayi prematur bila kondisi bayi memungkinkan untuk
dilakukan Perawatan Metode Kanguru. Sebaiknya ruang NICU
memiliki ruangan khusus untuk melakukan Perawatan Metode
Kanguru, dan mempunyai rumah singgah bagi ibu-ibu yang memiliki
bayi yang masih dirawat diruang NICU, agar ibu-ibu lebih mudah
untuk mengunjungi bayinya yang dirawat.
6.2.2. Bagi Perawat di Ruang NICU RSUD Sukoharjo
Diharapkan dapat menjadi dasar dalam pemberian metode Perawatan
Metode Kanguru bagi BBLR di unit NICU. Penelitian ini dapat
dijadikan sebagai bahan kajian bagi perawat tentang manfaat Perawatan
Metode Kanguru, sehingga pada akhirnya dapat diimplementasikan
dalam pemberian asuhan keperawatan pada bayi. Selain itu perawat
dapat lebih mensosialisasikan kepada masyarakat untuk melakukan
perawatan dengan metode Perawatan Metode Kanguru pada BBLR
secara rutin meskipun sudah pulang ke rumah, agar bayi tetap dalam
kondisi stabil dan proses tumbuh kembang berjalan dengan lancar.
61
6.2.3. Bagi Masyarakat
Bagi ibu yang memiliki bayi prematur dapat tetap melakukan
Perawatan Metode Kanguru walaupun bayi sudah dirawat dirumah.
6.2.4. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi calon perawat metode Perawatan Metode Kanguru dapat
dijadikan landasan teori dalam praktek asuhan keperawatan pada
BBLR.
6.2.5. Bagi Peneliti lain
Diharapkan peneliti selanjutnya perlu menambahkan jumlah
sampel yang lebih besar, prosedur penelitian dengan waktu observasi
fungsi fisiologinya lebih ketat pada saat sebelum, selama dan sesudah
Perawatan Metode Kanguru.
62
DAFTAR PUSTAKA
Akhtar K, Haque M, & Khatoon S. 2013. Kangaroo Mother Care: A Simple Method
to Care for Low-Birth-Weight Infants in Developing Countries. Review
Article. J Shaheed Suhrawardy Med Coll, June 2013, Vol.5, No.1: 49-54.
Ali, S.M. Sharma, J., Sharma, R., & Alam. S. (2009). Kangoroo mother care as
compared to conventional car for low birth weight babies. Dicle Tip
Derg/Dicle Med J. 36(3). 155-160, www.proquest.com diunduh tanggal 20
Juli 2015.
Almeida CM , Almeida AFN & Forti EMP. 2007. Effects of Kangaroo Mother Care
on the Vital Signs of Low-Weight Preterm Newborns. Rev. bras. fisioter., São
Carlos, v. 11, n. 1, p. 1-5, Jan./Feb. 2007
Als, H. (1994). Manuual for the naturalistic obsrvation of newborn behavior:
Newborn individualized devolopmental care ang assessment program
(NIDCAP), Symington, A.J., Pinelli, J. (2006). Developmental care for
promoting developmental and preventing morbidity in preterm infants.
Cochrane Library. 2.
Arifah, Siti dan Sri Wahyuni. 2010. Pengaruh Kangaroo Mother Care (KMC) Dua
Jam dan Empat Jam Per Hari Terhadap Kenaikan Berat Badan Lahir Rendah
Bayi Preterm di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Prosiding Seminar
Ilmiah Nasional Kesehatan 35 – 41.
Arora,S. 2008. Kangoroo mother care. Nursing Journal of India. 99 (11) 248-250
www.proquest.com. di unduh 20 Juli 2015.
Astuti, Dyah Puji; Siti Mutoharoh; dan Rina Priyanti. 2015. Pengaruh Penerapan
Metode Kanguru Dengan Peningkatan Berat Badan Bayi Baru Lahir Rendah
(BBLR) Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong. Jurnal Involusi
Kebidanan, Vol. 5, No. 9, Januari 2015, 65-78.
Behrman, R.E., & Vaughan, V.C. (1994). Nelson: Ilmu Kesehatan Anak. (edisi12).
Jakarta: ECG.
Beiranvand, Shourangiz; Fatemeh Valizadeh; Reza Hosseinabadi; and Yadollah
Pournia. 2014. The Effects of Skin-to-Skin Contact on Temperature and
Breastfeeding Successfulness in Full-Term Newborns after Cesarean
Delivery. Research Article. Hindawi Publishing Corporation International
Journal of Pediatrics Volume 2014, Article ID 846486, 7 pages.
Blatz, S. (2001). Experimental study of incubator covers in the neonatal icu: testing
of a mid-range theory for newborn infants. Dissertation. Michigan: Wayne
State University. Diunduh pada 20 juli 2015 dari www.proquest.com.
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (2005). Buku Ajar Keperawatan
Maternitas. (edisi 4). Jakarta: ECG.
63
Bowen, L . ( 2009). The effects of light on the neomote. FANNP NEWS, 20(4), 3-5
Brooker, C. (2005). Ensiklopedi Keperawatan. Jakarta. EGC.
Cong, Xiaomei; Susan M. Ludington-Hoe; Gail McCain; & Pingfu Fu. 2009.
Kangaroo Care modifies preterm infant heart rate variability in response to
heel stick pain: Pilot study. Early Human Development 85 (2009) 561–567
Dehghani, Khadijeh; Zahra Pour Movahed; Hamideh Dehghani; and Khadijeh
Nasiriani. A Randomized Controlled Trial of Kangaroo Mother Care Versus
Conventional Method on Vital Signs and Arterial Oxygen Saturation Rate in
Newborns Who were Hospitalized in Neonatal Intensive Care Unit. Original
Article. Journal of Clinical Neonatology | Vol. 4 | Issue 1 | January-March
2015: 26-31.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan
Obstetri Dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Asuhan Neonatal
Esensial. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Deswita, Besral, dan Yeni Rustina. 2011. Pengaruh Perawatan Metode Kanguru
terhadap Respons Fisiologis Bayi Prematur. Kesmas, Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 5, April 2011: 227-233
Dodd, V.L. (2003). Meternal Confidence Acomparison Between Mothers of Term
And Pretern Anfants by Feeding Method. Canada: Queen’s university.
www.proquest.com. di unduh 20 Juli 2015.
Gitto, E., Pellegrino, S. (2012). Stress response and prosedural pain in preterm
newborn: The role of pharmacological treatments. Eur J Pediatr; 171, 927933.
Health Technology Assessment (HTA) Indonesia. (2008). Perawatan BBLR dengan
metode kanguru. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Diunduh pada tanggal
20 Juli 2015 dari http:/buk.depkes.go.id.
Hidayat, A. Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2007). Wong ‘nursing mcare of infans and
children. St. Louis Missouri: Mosby.
Ibe, O.E., Austin, T., Sulliva, ., Fabanwo, O., Disu, E., & Costello, A.M.D.L. (2004).
A comparison of kangoroo mother car ang conventional incubator care for
thermal regulation of infants< 200 gr in Nigeria using continuous ambulatory
temperatire monitoring. Annals of Tropical Paediatrics, 24 : 245 -251,
www.proquest.com. di unduh 20 Juli 2015.
Jan, Mohammad Ali. 2011. Kangaroo Mother Care: No More Incubator Care. Review
Article. JPMI Vol 18 (2): 325-329.
64
Kashaninia, Z and M. Dehghan. 2015. The Effect of Kangaroo Care on Weight Gain
of Premature Neonates in Hospitalized in Neonatal Intensive Care Units.
Biosciences Biotechnology Research Asia, August 2015. Vol. 12(2), 14051410.
Kenner, C., & Mc Grath, J.M. (2004). Developmental care of newborns & infants: A
guide for health proffessionals. St. Louis: Mosby.
Ladewig, P., London, M., & Davidson, M. (2014). Contemporary maternal-newborn
nursing care (8th ed.). Pearson.
Lisser. T., & Fanaroff, A. 2009. At a glance: Neonatologi. Jakarta: Erlangga.
Litbang, 2013. Pokok-Pokok Hasil Risekdas Indonesia Tahun 2013, diakses tanggal
24 Juni 2015 http: //terbitan litbang depkes.go.id /terbitan/index
php/blb/catalog/book/24.
Ludington, S.M. (1990). Energy conservation during skin-to-skin contact between
premature infants and their mothers. Heart & Lung,19(5). 445-451, dalam
Blatz., S. (2001). Experimental study of incubator covers in the neonatal
icu:testing of a mid-range theory for newborn infants. Dissertation. Michigan:
Wayne State University. Diunduh pada 20 juli 2015 dari www.proquest.com.
Maguire, C.M., Walther, F.J., Zwieten, P.H., Le Cessie, S., Wit, J.M., & Veen, S.
(2008). Effects of basic developmental care on neonatal morbidity,
neuromotor development, and growth at term age of infants who were born
at<32week. Pediatrics. 121, 239-245, diunduh pada tanggal 19 Juli 2015 dari
www. pediatrics.org.
Marliyani, L. (2010). Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan
terhadap pelaksanaan metode kanguru di ruang perinatologi RSUD
Banjarbaru. Karya Tulis Ilmiah. diunduh tanggal 20 Juli 2015.
Mc Grath, J.M., Lutes., Kenner, C., Lott, J.W., & Strodbeck, F.S. (2002).
Commentary: Development care: Acceptable or not?. Newborn & Infant
Nursing Reviews, 2(1), 46-48, diunduh pada tanggal 18 Juli 2015 dari
bwww.nainr.com.
Murdocd. D.R., & Darlow, B.A. (1984). Handling during neonatal intensive care.
Archives of Diease in Childrood, 59, 957-961, dalam Westrup, B., Kleberg,
A., Eichwald, K.V., Stjernqvist, K., & Lagercrantz., H. (2009). A randimized
developmental care ang assesment program in a swedish setting. Pediatrics,
105, 66-72 diunduh pada tanggal 20 juli 2015 dari www.pediatrics. Org.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta., 8889, 145-150.
Nuniek, W., 2011. 65 Karya Tulis Ilmiah. Diunduh tanggal 20 Juli 2015.
65
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Insrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Nyqvist, K.H; Anderson, GC; Bergman, N.; Cattaneo, A., Charpak, N., Davanzo, R.,
Widstrom, A. 2010. Towards Universal Kangaroo Mother Care.
Recommendations and Report from the Firs European Conference and
Seventh International Workshop on Kangaroo Mother Care (no. 99). WileyBlackwell.doi:10.1111/J.1651-2227.2010.01787.X.
Peng,N.H., Bachman, J., Jenkins, R., Chen, CH., Chang, Y.C., Chang, YS., Wang,
TM. 2009. Relationship between Enviromental Stressor and Stress Behavioral
Responses of Preterm Infant in NICU. Journal of Peerinatal and Neonatal
Nursing Vol 23 (4): 363-371.
Perinasia. 2008. Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah Dengan Metode Kanguru.
Jakarta: Perinasia.
Potter, P.A, Perry, A.G.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.
Priya JJ. Kangaroo care for low birth weight babies. Nursing journal of India. 2004
[cited
2009
november
20];
(95)
9:
209-212.
Available
from:http://www.proquest.umi.com.
Proverawati, Atikah dan Cahyo Ismawati. 2010. Berat Badan Lahir Rendah.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sarparast, Leila; Roya Farhadi; Maryam Sarparast; and Shabnam Shafai. 2015. The
Effect of Kangaroo Mother Care on Neonatal Outcomes in Iranian Hospitals:
A Review. Review Article. J Pediatr Rev. 2015 January; 3(1):e195.
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. 2010. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.
Jakarta: Sagung Seto.
Schindler, Natalie and Kathryn Lynn. 2015. Kangaroo Care and Preterm Infants.
Honors Research Project. Spring 2015. University of Akron: Ohio’s
Polytechnic University. IdeaExchange@UAkron.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan R dan D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sulani F. 2009. Masalah pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan bayi berat lahir
rendah (BBLR) di Indonesia dalam Konggres Nasional X Perinasia
Banjarmasin.
Suradi, R., Rohsiswatmo, R., Dewi, R., Endyarni, B. & Rustina, Y. 2008. Perawatan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Dengan Metode Kanguru. Jakarta: HTA
Indonesia.
66
Surasmi A., Handayani S., Kusuma H. (2003). Perawatan Bayi Resiko Tinggi.
Jakarta: EGC.
Sutar, Rangadhar; Suryakanta Baraha; and Prithi Sureka Mummidi. 2015. Effects of
Kangaroo Mother Care on Common Vital Parameters of Preterm Infants.
IJSR - International Journal of Scientific Research. Medical Science Volume :
4 | Issue : 12 | December 2015: 373-375.
Syamsu, Andi Fatmawati. 2013. Pengaruh Perawatan Metode Kanguru terhadap
Fungsi Fisiologis Bayi Prematur dan Kepercayaan Diri Ibu dalam Merawat
Bayi. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing),
Volume 8, No.3, Nopember 2013: 163 – 175.
Symington, A.J., Pinelli, J. (2006). Developmental care for promoting developmental
and preventing morbidity in preterm infants. Cochrane Library. 2.
United Nations Children’s Fund and World Health Organization (WHO). (2004).
Low Birthweight: Country, regional and global estimates. New York :
UNICEF.
Ward, J.P.T., Clarke, R., & Linden, R. 2009. At a Glace: Physiology. Jakarta:
Erlangga.
Wiknjosastro. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Edisi 1. Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka.
Williams Transition to motherhood; a longitudinal study. Infant Mental Health
Journal. 1987 [cited 2010January 20]; 8 (4); 251-265 dalam Doxtator LA.
(2003).
Wong, D.L. Hockenberry-Eaton, M Wilson, D., Winkelstein,M.L. & schawrtz, P.
(2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (edisi 6). Jakarta: EGC.
Yane, M.L. (2010) Pengetahuan dan Sikap Ibu yang Memiliki BBLR Tentang PMK
di Ruang Perinatologi RS. Al Islam Bandung. Karya Tulis Ilmiah. Diunduh
tanggal 20 Juli 2015.
Yeo, Marsha L Campbell; Timothy C Disher; Britney L Benoit and C Celeste
Johnston. 2015. Understanding kangaroo care and its benefits to preterm
infants. Review Article. Pediatric Health, Medicine and Therapeutics 2015:6
15–32.
Download