BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Bola Mata Bola mata

advertisement
15 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Bola Mata
Gambar 1 : Anatomi Bola Mata
Bola mata mempunyai bentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. bagian
depan bola mata (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat
bentuk dengan 2 lengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh tiga lapis
jaringan yaitu sklera, jaringan uvea dan retina.
Sklera merupakan bagian terluar yang terdiri dari jaringan ikat yang kenyal yang
melindungi bola mata.Kornea merupakan bagian terdepan dari sklera yang bersifat
Universitas Sumatera Utara
16 transparent yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.Kelengkungan kornea
lebih besar dibanding kelengkungan sklera.
Jaringan uvea pula merupakan jaringan vaskular yang terdiri atas iris ,badan siliar, dan
koroid. Pada iris terdapat 3 susunan otot yang dapat mengatur jumlah sinar masuk
kedalam bola mata yang disebut pupil.Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis,
sedangkan sfingter iris dan otot siliar dipersarafi oleh parasimpatis.Otot siliar yang
terletak di siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang
terletak di belakang iris menghasilkan cairan akuos humor,yang dikeluarkan melalui
trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera. (Ilyas,2010)
Lapisan ketiga yaitu retina, terletak paling dalam dan mempunyai tebal 1mm yang
terdiri atas susunan sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris
yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak.
Di bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat macula lutea
(bintik kuning) yang berdiameter 1-2 mm yang mempunyai fungsi penting untuk tajam
penglihatan.Di bagian tengah makula lutea pula terdapat bercak mengkilat yang
merupakan reflex fovea.Secara spesifiknya terdapat 120 juta sel batang yang berfungsi
sebagai alat pengenal kehadiran sinar dan 6 juta sel keruncut yang mengenal frekuensi
sinar.
Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada badan siliar
melalui Zonula Zinn. Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk
lensa didalam mata dan bersifat bening. Lensa terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk
seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.
2.2 Media Penglihatan
Mata merupakan media penglihatan. Sinar yang memasuki mata yang berkumpul di
kornea dan kemudian lensa bertindak sebagai pemfokus sinar yang mengumpul sinar ke
titik pada retina, sehingga objek terlihat jelas. Kejadian pembentukan bayangan di retina
Universitas Sumatera Utara
17 terjadi akibat dari proses pembiasan sinar dari kornea dan lensa. Yang mempengaruhi
pembiasan sinar yang masuk ke dalam mata adalah kornea, lensa dan panjang bola
mata.(Ilyas 2006)
Kornea dengan kelengkungannya merupakan tempat pembiasan sinar terkuat pada mata.
Lensa pula mempunyai daya bias lensa langsung pada retina dan merupakan media
penglihatan yang berubah kekuatan biasnya dengan mencembung. Lensa akan
mencembung saat berakomodasi. Bila salah satu faktor ini tidak bersesuaian, maka sinar
tidak dapat difokuskan pada retina menjadikan rangsangan yang dihantar ke otak
menjadi kabur. (Ilyas,2008)
Bila objek mendekati mata pula, lensa akan mengubah bentuknya sehingga bayangan
masih dapat dibentuk di retina(Waddel1,2000).Fenomena yang terjadi hasil dari sifat
elastik lensa ini disebut sebagai akomodasi. Akomodasi melibatkan lensa, serat zonula
dan otot siliar. (Lang & Spraul, 2000)
Protein larut dari lensa di kelilingi oleh kapsul tipis yang elastik yang mempunyai
bagian posterior yang mempunyai radius 6.0mm lebih lengkung dari bagian anterior
yang mempunyai radius 10.0mm. Oleh kerana itu, elastisitas intrinsik dari kapsul lensa
cenderung untuk membuat lensa mengasumsikan bentuk bulat. Namun, ini dicegah oleh
tarikan dari serat zonule bila mata tidak berakomodasi. Elastisitas dari jaringan bagian
dalam lensa progresif menurun sesuai dengan usia karena adanya penumpukan protein
tidak larut. (Lang & Spraul, 2000)
Serat zonula yang menjalar masuk ke dalam akuator lensa dan menghubungkan lensa
dengan badan siliar. Serat ini memegang lensa dalam posisi tetap dan mengirim tarikan
dari otot siliar kepada lensa. Kontraksi dari otot siliar dapat mengurangkan tegangan
serat zonula yang membuat lensa mencapai bentuk sferis( radius 5,3mm) sesuai dengan
konfigurasi fisik lensa. Deformasi ini meningkatkan kuasa refraktif menyebabkan fokus
mata berubah ke lapangan pandang dekat,maka obyek yang dekat akan kelihatan jelas.
Sebaliknya, bila otot siliar tidak berkontraksi, tegangan pada lensa menjadi lebih hebat
dan lensa menjadi datar. Hal ini dapat menurunkan kuasa refraktif dan menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
18 fokus mata berubah ke lapangan pandang jauh, maka obyek yang jauh akan kelihatan
jelas pula. (Lang & Spraul, 2000)
2.3 Kelainan Refraksi
Kelainan refraksi adalah kejadian yang dapat terjadi apabila bayangan tegas tidak dapat
dibentuk pada retina.Pada kelainan refraksi terjadi ketidak seimbangan sistem optik
pada mata sehingga bayangan kabur dihasilkan. Pada mata yang normal, kornea dan
lensa akan membelokkan sinar pada titik fokus yang berada tepat pada sentral retina.
Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola
mata. Pada kelainan refraksi, sinar tidak dapat dibias tepat pada bintik kuning tetapi
dibias pada depan atau belakang bintik kuning malahan tidak terletak pada satu titik
yang
tajam. Kelainan refraksi dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu miopia,
hipermetropia dan astigmat. (Ilyas & Yulianti, Ilmu Penyakit Mata Edisi 4, 2011)
Pertumbuhan okular adalah penting dalam kejadian kelainan refraksi. Seperti yang
diketahui, panjang mata saat bayi dilahirkan adalah sekitar 17mm. Hal ini menjadikan
bayi baru lahir sering mengalami hipermetropia. Kemudian hingga usia 6 tahun, mata
akan memanjang dalam sekitar 5 mm dan akan kehilangan 4 diopters kekuasaan kornea
dan 20 diopters kekuatan lensa. Dalam populasi umum, dominasi emmetropi dan
acquired myopia dalam kalangan anak usia 6 tahun hanya 2 %. Pada anak 8 sampai10
tahun, terjadi pemanjangan anteroposterior sumbu mata dengan penipisan dari lensa dan
perataan dari kornea yang mengarah ke emmetropia. Akan tetapi, menjelang usia 15
tahun,dimana pertumbuhan mata hanya terjadi dalam sekitar 1 mm, prevalensi miopia
akan meningkat sebanyak 7 kali lipat kepada 15% .(Ellwein,2000)
2.3.1 Miopia
Universitas Sumatera Utara
19 Miopia atau rabun jauh adalah kelainan refraksi yang terjadi akibat dari kornea atau
lensa berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang maka titik fokus sinar yang sinar
yang dibiaskannya akan terletak di depan retina. Miopia biasanya dapat terjadi dalam 5
bentuk yaitu ;
1. Miopia axial yang terjadi akibat dari kenaikan anteroposterior panjang bola mata
2. Miopia kurvatural yang terjadi akibat dari peningkatan kelengkungan kornea,
lensa atau keduanya.
3. Miopia posisi terjadi oleh penempatan anterior lensa kristal mata.
4. Miopia indeks yang dapat terjadi akibat dari kenaikan indeks bias lensa kristal
yang terkait dengan nuclear sclerosis.
5. Miopia karena akomodasi yang berlebihan terjadi pada pasien dengan kejang
akomodasi.
Miopia dapat dikoreksi dengan pemakaian lensa minus atau negatif yang ukuran
teringannya sesuai untuk mengurangkan kekuatan daya pembiasan di dalam mata
(Ilyas,2006). Lensa cekung (lensa minus) adalah seperti dua prisma ditempatkan puncak
ke puncak. Sinar yang melewati lensa ini akan di simpangkan sehingga bayangan akan
terbentuk di atas retina. (Waddell,2000)
2.3.2 Hipermetropia
Hipermetropia atau rabun dekat kekuatan yang tidak sesuai antara panjangnya bola mata
dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah mengakibatkan titik fokus sinar
terletak di belakang retina.Hipermetropia aksial dapat terjadi akibat dari ada
pemendekan aksia bola mata.Sekitar 1mm pemendekan anteroposterior diameter mata
menghasilkan 3 dioptres dari hipermetropia.Hipermetropia kurvatural pula adalah
kondisi yang kornea atau lensa mempunyai lengkung yang lebih datar dari yang normal
dan mengakibatkan penurunan kekuatan refraksi mata.Kenaikan sekitar 1 mm dalam
radius kelengkungan menghasilkan 6 dioptres pada hipermetropia. Pada hipermetropia
refraktif ,terdapat indeks bias yang kurang pada sistem optik mata yang membuat sinar
difokuskan di belakang retina.
Universitas Sumatera Utara
20 Hipermetropia dapat dikoreksi dengan penggunaan lensa positif atau plus. Sebuah lensa
cembung yaitu lensa plus adalah seperti dua prisma ditempatkan basis dasar. Sinar
melewati lensa cembung akan berkumpul dan fokus sinar akan digeser di dalam mata ke
depan ke daerah bintik kuning atau makula lutea, menjadikan bayangan yang terbentuk
di retina lebih jelas. Contohnya , jika cahaya paralel dibawa ke fokus pada 1 meter,
lensa dikatakan memiliki kuasa 1 dioptri. Maka ,jika fokus adalah pada 1/2 meter, 2
dioptres, dan pada 1/3 meter lensa akan mempunyai kuasa 3 dioptres. ( Waddell,2000)
2.3.3 Astigmat
Pada astigmat, mata menghasilkan suatu bayangan dengan titik atau garis fokus
multipel. Berkas sinar tidak hanya difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina
akan tetapi pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelainan
kelengkungan permukaan kornea. (Ilyas & Yulianti, Ilmu Penyakit Mata Edisi 4, 2011).
Selain dari kelainan kornea,lensa kristalina juga memberi peran dalam menyebabkan
astigmat. (Riordan-Eva & P.Whitcher, 2007)
Kelainan astigmat dapat dikoreksi dengan penggunaan lensa silindris. Lensa ini sering
juga dikombinasi dengan lensa sferis. Hal ini adalah karena otak mampu beradaptasi
terhadap distorsi penglihatan yang disebabkan oleh kelainan astigmat yang tidak
terkoreksi, kacamata baru memperbaiki kelainan dapat menyebabkan disorientasi
temporer,terutamanya akibat bayangan yang tampak miring. (Riordan-Eva &
P.Whitcher, 2007)
Sebuah lensa silindris memiliki kekuatan yang berbeda dalam sumbu vertikal dan
horizontal. Oleh kerana itu, sinar yang melewati lensa silindris tidak akan terfokus pada
hanya satu titik, tapi membentuk dua titik fokus yaitu satu untuk horizontal dan satu
yang lainnya untuk vertical. (Waddell, 2000)
2.4 Cara Koreksi Penglihatan
2.4.1 Kacamata
Universitas Sumatera Utara
21 Gambar 2: Kacamata
Kacamata adalah perangkat optik yang terdiri dari lensa yang dipasang pada bingkai
kacamata. Kacamata merupakan metode paling umum,murah dan mudah diresep pada
penderita kelainan refraksi untuk membantu memulihkan penglihatan. Antara aspek
yang penting dari kacamata adalah :
1. Bahan lensa
a. Crown glass yang mempunyai indeks bias 1,5223 yang umum
digunakan untuk kacamata. Lensa ini dibentuk sehingga mencapai
kelengkungan yang tepat dan kemudiannya dipoles sementara
menunggu pemotongan akhir lensa supaya cocok dengan bingkai yang
dipilih. (Khurana, 1996)
b. Lensa resin yang dibuat dari allyl diglycol carbonate adalah lensa
alternatif bagi crown glass. Lensa ini ringan, tidak mudah dipecahkan
dan tahan gores. (Khurana, 1996)
c. Lensa plastik mudah tersedia dengan metode percetakan. Lensa ini
ringan dan tidak mudah pecah tetapi mempunyai kekurangan mudah
tergores dan melentur. (Khurana, 1996)
d. Lensa Triplex merupakan lensa yang ringan. Lensa ini akan pecah tapi
tidak menjadi serpihan. (Khurana, 1996)
2. Bentuk lensa
a. Lensa meniskus digunakan untuk membuat kacamata untuk kelainan
refraksi dalam derajat kecil atau sedang. Lensa dibentuk dengan standard
Universitas Sumatera Utara
22 kelengkungan posterior cekung dan koreksi sferis ditambah ke
permukaan anterior lensa. (Khurana, 1996)
b. Lensa bentuk lentikular diguna untuk plus dan minus tinggi. Lensa tipe
ini bersifat koreksi pada bagian tengah dan permukaan perifernya sejajar
antara satu sama lain. (Khurana, 1996)
c. Lensa asferis digunakan untuk membuat lensa aphakic plus tinggi
dengan memodifikasi kelengkungan lensa perifer untuk mengurangi
penyimpangan dan memberikan visual perifer yang lebih baik.( Khurana,
1996)
2.4.2
Lensa Kontak
Gambar 3: Lensa Kontak
Lensa kontak merupakan lensa tipis yang diletakkan di dataran depan kornea
untuk memperbaiki kelainan refraksi dan pengobatan. Lensa tipis ini
mempunyai diameter 8 hingga 10 mm dan dapat dipakai dengan nyaman
karena ia terapung pada selaput bening.
Terdapat dua jenis lensa kontak yaitu lensa kontak keras dan lensa kontak
lunak. Lensa kontak keras telah tersedia untuk sekitar 30 tahun. Namun,
mereka tidak nyaman untuk memakai dan membutuhkan penjagaan rapi.
Atas alasan ini, lensa lunak menjadi lebih populer, karena mudah untuk
memenuhi dan ditoleransi dengan baik.
Secara optik, lensa kontak berfungsi dalam cara yang sama seperti kacamata
dengan membantu untuk memfokuskan bayangan tajam pada retina. Lensa
Universitas Sumatera Utara
23 ini mengoreksi kelainan refraksi dengan mengubah kelengkung permukaan
anterior mata. Perbedaan kelengkungan antara depan dan belakang lensa
dapat menimbulkan satu daya yang dikenal sebagai daya refraksi total.
Kebanyakan penggunaan lensa kontak adalah atas alasan kosmetik. Lensa
kontak sangat populer pada pasien yang bersedia untuk mentolerasi
ketidaknyamanan
apapun
atau
ketidaknyamanan
dalam
rangka
meningkatkan penampilan mereka. Lensa kontak juga digunakan oleh
olahragawan yang menemukan bahwa kacamata kabut dengan keringat dan
menyebabkan keterbatasan terhadap aktiviti olahraga manakala penggunaan
lensa kotak jgau banyak pada mereka yang merasa kurang menarik dengan
penampilan berkacamata. Lensa kontak lunak kadang-kadang digunakan
sebagai
terapi
untuk
pembalut
ulkus
kornea
yang
gagal
untuk
menyembuhkan atau mencegah ketidaknyamanan dari gangguan epitel
kornea kronis.Lensa kontak keras pula, secara spesifiknya diindikasi untuk
koreksi astigmat ireguler.
2.4.3
Bedah refraksi
Gambar 4: Prosedur LASIK
Universitas Sumatera Utara
24 LASIK atau Lasik (laser-dibantu di situ keratomileusis) adalah jenis
refractive laser eye surgery dilakukan oleh pakar mata untuk memperbaiki
kerabunan, hipermetropi, dan astigmat. Prosedur umumnya lebih memilih
photorefractive keratectomy, PRK, (juga disebut ASA, lanjutan Surface
Ablation) karena memerlukan waktu pemulihan pasien yang lebih singkat
dan kurang menimbulkan kesakitan pada pasien. Namun, ada kasus di mana
PRK / ASA prosedur yang dibenarkan secara medis sebagai alternatif yang
lebih baik untuk LASIK. Banyak pasien memilih LASIK sebagai alternatif
korektif untuk memakai kacamata atau lensa kontak.
LASIK (laser di situ keratomileusis) merupakan prosedur bedah rawat jalan
digunakan untuk merawat miopi, hipermetropi dan astigmat. LASIK
menggunakan instrumen microsurgical laser dan kembali ke yang bening di
depan mata. Hal ini meningkatkan mata memfokuskan sinar cahaya ke jala
di belakang mata. Dasar untuk semua operasi laser mata adalah untuk
kembali pada kornea sehingga akan mengubah titik fokus mata. Idealnya,
focal point berubah sehingga berfokus pada jala sempurna, seperti biasa
mata. (Ming & J.Constable, 2008)
Proses lasik memiliki dua tahap, yaitu pembuatan flap dan penyinaran laser
untuk mengikis kornea. Sebuah corneal suction ring diletakkan pada bola
mata, membuat mata tetap pada tempatnya supaya ia tidak bergerak. Lalu
mikrokeratom, semacam pisau elektrik, digunakan untuk memotong lapisan
permukaan kornea secara melingkar dan disebut flap. Flap dibuka lalu bola
mata ditembak dengan sinar laser untuk mengikis jaringan atau stroma
kornea. Setelah itu, flap dikembalikan ke tempatnya semula atau ditutup.
(Ming & J.Constable, 2008)
Tiga masalah paling umum dari bedah refraktif adalah undercorrection yaitu
masalah tidak cukup jaringan yang dikeluarkan selama prosedur, diikuti
dengan overcorrection yaitu banyaknya jaringan yang dikeluarkan selama
prosedur dan wrinkling yaitu flap kornea memiliki lipatan kecil atau kerut di
dalamnya bila diganti yang menyebabkan daerah buram visi menjadi kecil.
Universitas Sumatera Utara
25 Tidak semua pasien dapat menjalani prosedur LASIK. Kriteria umumnya antara
lain adalah pasien harus berusia 18 tahun ke atas, kedua mata harus dalam
keadaan sehat, ukuran kacamata stabil minimal selama 6 bulan, tidak sedang
hamil, melepas soft lens selama 14 hari atau hard lens selama 30 hari sebelum
lasik. (Hamzah, 2010)
Efek temporer yang umum dirasakan antaranya adalah silau, sensitif akan
cahaya, perasaan janggal pada bola mata dan yang efek lainnya. Pasien lasik
akan mengalami rasa kering pada mata, ini terjadi selama seminggu setelah
operasi dan diatasi dengan pemberian lubrikan atau tetes mata. (Hamzah, 2010)
Antara
keuntungan
dari
LASIK
pula
adalah
dapat
menghilangkan
ketergantungan pada pemakaian kacamata atau lensa kontak bagi penderita
kelainan refraksi. Selain itu, prosedur operasi adalah singkat, tidak memerlukan
suntikan dan pasien tidak merasa kesakitan. Tiada rawat inap diperlukan karena
penyembuhan dan penglihatan membaik dengan cepat.
LASIK menjanjikan keberhasilan sehingga 90 persen dan kejadian keluhan
rabun kembali setelah operasi adalah sangat sedikit. (Hamzah, 2010)
Universitas Sumatera Utara
Download