BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI PEKANBARU Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Riau, Kode Pos 28284 Telepon. (0761)73701 – 674791 Fax. (0761)73701 email: [email protected] BMKG Analisis Hujan Lebat pada tanggal 7 Mei 2016 di Pekanbaru Abstrak Tanggal 7 Mei 2016 telah terjadi kejadian hujan sangat lebat dalam waktu kurang lebih 2 jam di wilayah Pekanbaru sekitar pukul 16.05 - 18.20 WIB, dan menyebabkan terganggunya aktifitas masyarakat di sekitarnya selama beberapa saat. Dari data pengamatan curah hujan terbaca akumulasi curah hujan 24 jam di wilayah Pekanbaru termasuk dalam kategori ekstrim (>50 mm/hr atau > 20mm/2 jam) (lihat gambar 1). Hal itu, juga terbukti dari pantauan citra satelit MTSAT dan citra radar cuaca dimana terlihat daerah liputan awan Cumulonimbus di wilayah Riau bagian tengah sejak pukul 15.00 hingga pukul 18.00 WIB. Pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut dipengaruhi oleh adanya daerah pertemuan angin yang terlihat dari analisa arus angin/streamline pagi jam 07.00 WIB dan sirkulasi lokal atau Tropical Edy pada analisis aruas angin/streamline pukul 19.00 WIB. Adanya proses pemanasan (konvektivitas) selama beberapa hari terakhir yang cukup intensif pada siang menyebabkan adanya akumulasi hujan dalam tempo singkat. Selain itu adanya fenomena angin kencang yang menyertai hujan menjadi cukup unik karena awan yang terjadi membentuk garis panjang yang lebih dari 50 Km dan mengindikasikan adanya fenomena squallines. Dalam analisis ini juga memaparkan kondisi cuaca buruk yang terjadi pada tanggal 7 Mei 2016 termasuk ke dalam fenomena MCS (Mesoscale Convective System) karena fenomena squallline merupakan salah satu indikator adanya MCS. I. Pendahuluan Terjadi banjir setelah hujan di beberapa titik di Kota Pekanbaru. Hujan lebat di Pekanbaru terjadi pada hari Sabtu, 7 Mei 2016. Hujan yang terjadi terpantau dalam kategori lebat merata di wilayah Kota Pekanbaru dengan durasi waktu yang singkat. Hujan yang terjadi dari pukul 16.40 s/d pukul 19.15 pagi dengan nilai curah hujan terukur 65.6 mm/24 jam. Gambar 1. Data curah hujan Riau tanggal 7 Mei 2016 II. Analisis Meteorologi a. Suhu Muka Laut Gambar 2. Profil Suhu Muka Laut tanggal 7 Mei 2016 Sumber : http://polar.ncep.noaa.gov/sst/oper/global_sst_oper0.png Data model analisa Suhu Muka Laut (Sea Surface Temperature) sejak tanggal 7 Mei 2016 pukul 07.00 WIB menunjukkan bahwa Suhu Muka Laut di Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia Barat Sumatera masih cukup hangat berkisar ≥28 - 32°. Kondisi ini mendukung suplai uap air yang cukup besar untuk pertumbuhan awan hujan di wilayah Riau daratan. Dan mempercepat terjadinya penguapan yang proses lanjutannya adalah terbentuk awan yang banyak mengandung uap air. b. Pola Tekanan Rendah Tekanan Rendah Gambar 3. Pola tekanan rendah tgl 7 Mei 2016 pukul 07.00 WIB (sumber : TXLAPS, BOM) Analisa isobar terlihat tekanan rendah terlihat masih aktif di BBS yaitu di wilayah Australia secara umum rata-rata dari hasil analisa isobar di atas tekanan udara berkisar 1010 mb. c. Pola Angin / streamline Daerah pertemuan angin Gambar 4. Pola angin 3000 feet tgl 7 Mei 2016 pukul 07.00 WIB (sumber : TXLAPS, BOM) Daerah pertemuan angin dan sirkulasi Eddy Gambar 6. Pola angin (Streamline) tgl 7 Mei 2016 pukul 19.00 WIB (sumber : TXLAPS, BOM) Analisa pola angin 3000 feet adanya pumpunan angin / pertemuan massa udara di wilayah Riau bagian Utara dan adanya sirkulasi Eddy di Riau bagian Utara yang terpantau dari jam 19.00 WIB. Kondisi ini menunjukkan bahwa penumpukan massa udara di wilayah Riau didukung oleh keberadaan Sirkulasi Eddy yang bergerak dari timur masuk ke wilayah Riau. Kondisi penumpukan massa udara mempengaruhi terjadinya peningkatan aktifitas konveksi yang membuat potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut semakin besar. d. Citra Satelit Cuaca Dari pantauan citra satelit cuaca terlihat adanya pertumbuhan awan CB di Pekanbaru sejak pukul 15.00 WIB dan berkembang meluas memanjang dengan panjang kurang lebih 100 Km dari wilayah Riau bagian tengah hingga selatan. Hal ini, menunjukan adanya indikasi proses MCS salah satunya adalah squalsline. Mesoscale Convective System (MCS) adalah sebuah sistem konvektif dalam skala meso yang menyebabkan terjadinya badai yang menjadi terorganisir pada skala yang lebih besar daripada skala lokal, dan biasanya berlangsung selama beberapa jam atau lebih. Jenis MCS adalah MCC dan Squalline, MCC merupakan sistem awan konvektif yang cukup komplek dengan mempunyai karakteristik tertentu dan dapat diamati pada citra satelit inframerah. Daerah tutupan awan dengan diameter lebih dari 300 Km² dengan suhu kurang dari atau sama dengan -32 ° C (-26 ° F) dan proses terjadinya cukup panjang cenderung membentuk semalam, dan umumnya berisi hujan deras, angin, hujan es, petir dan mungkin tornado. Daerah liputan awan CB Gambar 8. Citra Satelit IR Cuaca tgl 7 Mei 2016 pukul 15.00 WIB Daerah liputan awan CB Gambar 9. Citra Satelit IR Cuaca tgl 7 Mei 2016 pukul 15.30 WIB Daerah liputan awan CB Gambar 10. Citra Satelit IR Cuaca tgl 7 Mei 2016pukul 16.00 WIB Gambar 11. Citra Satelit IR Cuaca tgl 7 Mei 2016 pukul 16.30 WIB Daerah liputan awan CB Gambar 12. Citra Satelit IR Cuaca tgl 7 Mei 2016 pukul 17.00 WIB Dari hasil analisis citra satelit menunjukkan adanya pertumbuhan awan CB dengan suhu puncak awan yang cukup dingin yang memanjang dari pukul 15.00 hingga pukul 17.00 WIB yang mengindikasikan adanya fenomena Squallsline yang terjadi memanjang di Pulau Sumatera. Squall line adalah garis badai yang dapat membentuk bersama atau menjelang depan dingin. Squall line biasanya mundur karena pembentukan sistem tekanan tinggi mesoscale yang membentuk dalam wilayah hujan stratiform belakang garis awal. Daerah tekanan tinggi ini terbentuk karena gerakan menurun yang kuat di belakang garis badai , dan bisa datang dalam bentuk downburst . Perbedaan tekanan antara tinggi mesoscale dan tekanan yang lebih rendah sepanjang garis badai menyebabkan angin kencang , yang terkuat dimana baris paling tersingkir. Namun setelah di cek pada jenis awan satelit himawari ternyata awan CB yang terdeteksi bukan merupakan daerah squallsline dikarenakan panjangnya tidak mencapai 100 km Daerah liputan awan CB Gambar 13. Citra Satelit CL Cuaca tgl 7 Mei 2016 pukul 15.00 WIB Daerah liputan awan CB Gambar 15. Citra Satelit CL Cuaca tgl 7 Mei 2016 pukul 16.00 WIB Gambar 17. Citra Satelit WV Cuaca tgl 7 Mei 2016 pukul 15.00 Daerah liputan awan CB Gambar 14. Citra Satelit CL Cuaca tgl 7 Mei 2016 pukul 15.30 WIB Daerah liputan awan CB Gambar 16. Citra Satelit CL Cuaca tgl 7 Mei 2016 pukul 16.30 WIB Gambar 18. Citra Satelit WV Cuaca tgl 7 Mei 2016 pukul 16.00 WIB e. Citra Radar Cuaca Dari pantauan citra radar cuaca awan cumulonimbus tumbuh pada sore hari tepatnya jam 15.00 WIB dan hujan lebat terjadi dari pukul 16.00 – 19.15 WIB intensitasnya lebat. Dari hasil analisa citra radar hasil dari product CMaks TRR (Total Rain Rate) jumlah hujannya cukup lebat mencapai kisaran 50 - >100 mm/2jam. Selain adanya hujan lebat juga disertai dengan angin kencang yang terpantau di Kota Pekanbaru kecepatan terbesar 12 Knots Daerah liputan awan CB Gambar 19. Citra Radar Cuaca tgl 7 Mei 2016 pukul 15.00 WIB Daerah liputan awan CB Gambar 21. Citra Radar Cuaca tgl 7 Mei 2016 pukul 16.00 WIB Daerah liputan awan CB Gambar 20. Citra Radar Cuaca tgl 7 Mei 2016 pukul 15.30 WIB Daerah liputan awan CB Gambar 22. Citra Radar Cuaca tgl 7 Mei 2016 pukul 16.30 WIB Dari hasil analisis citra radar menunjukkan pergerakan awan hujan dari arah utara Kota Pekanbaru pada pukul 15.00 WIB dengan awan relatif memanjang menyerupai fenomena squalline dan masuk di Kota Pekanbaru pada pukul 16.00 hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang mulai turun hingga pukul 19.15. Berikut analisis jumlah presipitasi/endapan yang dihasilkan radar cuaca Gambar 23. Citra Radar Cuaca Product CMax TRR tgl 7 Mei 2016 pukul 16.00 WIB Gambar 23. Citra Radar Cuaca Product Gauge Rainfall tgl 7 Mei 2016 pukul 16.00 WIB Dari hasil analisis jumlah endapan yang terjadi pada kejadian hujan pada tanggal 7 Mei 2016 Product citra radar cuaca Cmax Total Rain Rate dan Gauge Rainfall yang terecord pada radar cuaca menunjukkan curah hujan lebat terjadi di Kota Pekanbaru dengan curah hujan mencapai >50 mm/2jam. Daerah yang mengalami curah hujan terbesar adalah di daerah Kota Pekanbaru bagian utara. Analisis kejadian hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang terdeteksi oleh radar cuaca seperti gambar berikut Daerah Kejadian Gusty Gambar 25. Citra Radar Cuaca Product Gauge tgl 7 Mei 2016 pukul 15.30 WIB Daerah Kejadian Gusty Gambar 26. Citra Radar Cuaca Product Gauge tgl 7 Mei 2016 pukul 16.00 WIB Daerah Kejadian Gusty Gambar 27. Citra Radar Cuaca Product Gauge tgl 7 Mei 2016 pukul 16.30 WIB Dari hasil analisis citra radar cuaca product gust angin kencang terpantau pada pukul 15.30 WIB di Utara Kota Pekanbaru, pada pukul 16.00 mulai membentuk daerah squalline bergerak dari utara masuk kota Pekanbaru tepat pada pukul 16.30, kejadian angin kencang hanya berlangsung secara singkat. f. Data Sinoptik Berdasarkan data pengamatan synoptik hujan petir yang terjadi di mulai pada pukul 15.55 12.15 dengan adanya kecepatan angin kencang terecord pada pukul 16.05 yaitu 12 Knots dari arah utara kondisi ini menunjukkan adanya pergerakan angin dari utara menuju ke selatan namun konsentrasi hujan cenderung lebih banyak di bagian utara Kota Pekanbaru . Tercatat di Kota Pekanbaru terukur hujannya adalah 65.9 pada tanggal 7 Mei 2016 : Gambar 28. Hasil Pantauan cuaca pada pukul 07.00 16.00 WIB Stasiun Meteorologi Pekanbaru Grafik 1. Grafik Kondisi Suhu vs Kelembaban Udara tanggal 7 Mei 2016 Grafik 2. Grafik Kondisi Tekanan Udara tanggal 7 Mei 2016 Dari hasil analisis kondisi permukaan dan lokal terjadi penurunan suhu udara pada pukul 16.00 yang disertai kenaikan Kelembaban Udara yang signifikan pada jam tersebut. selain itu dari hasil analisis tekanan udara sudah terjadi kenaikan suhu udara dari 1003.7 pada jam 15.00 WIB menjadi 1004.4 pada pukul 16.00 WIB, kondisi ini merupakan anomali trend tekanan udara pada kondisi normal kenaikan tekanan udara terjadi pada pukul 17.00 WIB g. Disseminasi informasi informasi tentang kejadian hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang telah diberikan peringatan dini sesuai dengan SOP dari BMKG dan disseminasikan melalui media sosial WA (whatsapp) Gambar 29. Diseminasi Informasi Peringatan Dini III. Kesimpulan : - Kondisi atmosfer yang mempengaruhi terjadinya hujan lebat di Pekanbaru antara lain : 1. Suhu Muka Laut di perairan Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan yang hangat berkisar ≥30 - 34°C sehingga pasokan uap air untuk pertumbuhan awan hujan masih cukup besar karena pergerakan angin permukaan dominan dari arah Barat l hingga utara. 2. Pada saat kejadian tanggal 7 Mei 2016 pukul 07.00 WIB dari analisa angin 3000 feet terdapat adanya daerah pertemuan angin di wilayah Riau. Kondisi ini diperparah dengan adanya sirkulasi Eddy yang terpantau bergerak dari utara ke arah timur sehingga pada jam 19.00 WIB tepat berada diatas wilayah Riau. 3. Kejadian hujan lebat di wilayah Pekanbaru salah satunya dipicu oleh hujan dengan intensitas lebat dalam waktu kurang lebih 2 jam yang terjadi hanya di Kota Pekanbaru (skala lokal) sehingga menepiskan adanya anggapan bahwa kejadian hujan lebat kemarin adalah fenomena squalline atau MCC meskipun terdeteksi di radar cuaca dan satelit cuaca. Pekanbaru, 8 Mei 2016 Seksi Data dan Informasi Kelompok Analisa dan Prakiraan Stasiun Meteorologi Pekanbaru