strategi kepala sekolah dalam mengembangkan

advertisement
STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM
MENGEMBANGKAN SARANA DAN PRASARANA UNTUK
MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI MTS
PONPES DARUL MUTTAQIEN PARUNG BOGOR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Ika Oktavianti
NIM 1112018200017
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Skripsi berjudul Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Sarana dan
Prasarana Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MTs Ponpes Darul
Muttaqien Parung Bogor disusun oleh IKA OKTAVIANTI Nomor Induk
Mahasiswa 1112018200017, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian
Munaqasah pada tanggal 03 Januari 2017 di hadapan dewan penguji. Karena itu,
penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S I (S.Pd) dalam bidang Manajemen
Pendidikan.
Jakarta, 13 Januari 2017
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd
NIP. 19661009 199303 1 004
Penguji I
Dr. Jejen Musfah, MA
NIP. 19770602 200501 1 004
jt/ ;-17-
Penguji II
10/
Dra. Nurdelima Waruwu, M. Pd
NIP. 19671020 200112 2 001
Mengetahui,
s Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan
Prasarana untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Ponpes MTs Darul
Muttaqien Parung Bogor disusun oleh Ika Oktavianti, NIM. 1112018200017,
Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan
dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang
munaqasah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 07 Desember 2016
Yang Mengesahkan,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Fathi Ismail, MM
Drs. Ali Nordin, M.Pd
NIP. 150 183 109 00
NIP. 19550601198103 1 005
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Ika Oktavianti
NIM
: 1112018200017
Jurusan I Prodi
: Manajemen Pendidikan
Alamat
: Kp. Rawa Bebek RT 09/010 No. 13 Kota Baru, Bekasi
Barat, Bekasi, J awa Barat 1713 9
MENYATAKANDENGANSESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan
Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Ponpes
MTs Darul Muttaqien Parung-Bogor adalah benar hasil karya saya sendiri
dibawah bimbingan dosen:
Nama Pembimbing I
:Dr. Fathi Ismail, MM
NIP
: 150 183 109 00
Nama Pembimbing 2
: Drs. Ali Nurdin, M.Pd
NIP
: 19550601 198103 1 005
Program Studi
: Manajemen Pendidikan
Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, 07 Desember 2016
Ika Oktavianti
ABSTRAK
Ika Oktavianti (NIM: 1112018200017). Strategi Kepala Sekolah dalam
Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien Parung Bogor.
Kepala Sekolah sebagai seorang Manajer harus mempunyai strategi
dalam mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan, karena salah satu
indikator yang paling mudah diukur untuk mengetahui suatu sekolah itu bermutu
atau tidak, dapat dilihat dari kelengkapan sarana dan prasarana pendidikannya
dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan penjelasan tentang
strategi kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana serta dampak
atau pengaruhnya terhadap mutu pembelajaran, dimana manfaat lain dari
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan, yang nantinya akan
mengabdikan dirinya di dunia pendidikan baik menjadi pendidik maupun kepala
sekolah.
Penelitian ini menggunakan Pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif, di mana data dikumpulkan melalui teknik wawancara, studi dokumen
dan observasi. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, kemudian penulis
memaparkan data yang diperoleh sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan.
Berdasarkan hasil penelitian, Strategi Kepala MTs Ponpes Darul
Muttaqien dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan
Mutu Pembelajaran telah berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dari adanya
kesesuaian standar sarana dan prasarana yang telah ditetapkan dengan kondisi
sarana dan prasarana yang sebenarnya. Hal ini berdampak terhadap peningkatan
mutu pembelajaran dilihat dari prestasi akademik dimana rata-rata nilai raport
siswa pada dua tahun terakhir berada pada kategori sangat baik dan prestasi non
akademik dimana siswa/I meraih juara I di berbagai lomba seperti pidato dan
olahraga pada tahun 2015.
Kata Kunci: Strategi Kepala Sekolah, Sarana dan Prasarana, Mutu Pembelajaran.
i
ABSTRACT
Ika Oktavianti (NIM: 1112018200017). The Principal Strategy in Developing
Facilities and Infrastructure to Improve The Quality of Learning at MTs
Ponpes Darul Muttaqien.
Principal as a manager must have a strategy to develop the educational
facilities and Infrastructure. Because, as one of the most easily measured
indicators to determine the school’s qualification, can be seen from the
completeness of its facilities and infrastructure to support the learning process in
schools.
The purpose of this study is to get an explanation of the principal strategy
in developing facilities and Infrastructure, and the impact or influence on the
quality of learning, which is another benefit of this research was expected to
contribute positively to the students of Education Management, that will be devote
himself in the world of education either educators or principals.
This research uses a qualitative approach with descriptive method, data
were collected through interview, observation and documentation studies. After
the required data were collected, then the authors presented the obtained data in
accordance with the facts on the ground.
Based on the results of the research, the principal strategy MTs Ponpes
Darul Muttaqien in developing facilities and infrastructure to improve the quality
of learning has been going well. This is evident from their standard conformity
infrastructure that has been set by the condition of the actual infrastructure. In the
case an impact on improving the quality of learning visits of academic
achievement where the average value of students in the two years ago in the very
good category and non academic achievements which students won in various
competitions such as speech and sports in 2015.
Keywords: Principal Strategy, Facilities and Infrastructure, Quality of Learning.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat,
dan hidayah yang diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, para sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.
Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Strategi Kepala Sekolah dalam
Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran
di MTs Ponpes Darul Muttaqien Parung Bogor” penulis menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan namun demikian penulis
berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari kekurangan tersebut.
Tidak dipungkiri selama proses penyusunan penulis banyak menerima
bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu. Semoga atas
bantuan yang diberikan senantiasa mendapatkan pahala dan keridhoan Allah
SWT. Khususnya kepada:
1.
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd, Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan izin atas penyusunan skripsi ini.
3.
Rusydy Zakaria, M. Ed, M. Phil, Dosen Pembimbing Akademik yang telah
bersedia meluangkan waktu dan kesabarannya untuk membimbing penulis
terkait kegiatan akademik selama perkuliahan dan membantu penulis dalam
menyelesaikan masalah-masalah akademik selama penulis menempuh
pendidikan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Dr. Fathi Ismail, MM, Dosen pembimbing pertama yang bersedia dikunjungi
rumahnya oleh penulis dan selalu meluangkan waktu untuk membimbing, dan
memberikan semangat penulis hingga selesainya skripsi ini. Semoga Allah
selalu memberikan kesehatan dan keberkahan dalam hidupnya. Amiin.
iii
5.
Drs. Ali Nurdin, M. Pd, Dosen pembimbing kedua yang selalu memberikan
semangat dan doa agar skripsi penulis cepat selesai serta mempermudah
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6.
Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosendosen di Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah banyak memberikan ilmu
dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Semoga amal
baik mereka mendapatkan ridho Allah SWT.
7.
Abdullah Hudri, SS, M. Pd, Kepala MTs Ponpes Darul Muttaqien, yang
dengan ramah menerima, mengizinkan, serta sangat membantu penulis dalam
mengumpulkan data ketika melakukan penelitian di MTs Ponpes Darul
Muttaqien sehingga penelitian ini berjalan dengan cepat dan lancar. Semoga
Allah SWT selalu memberikan keberkahan dalam hidupnya. Amiin.
8.
Bapak dan ibu guru MTs Ponpes Darul Muttaqien, serta bagian tata usaha
yang sangat ramah dalam memberikan informasi yang penulis butuhkan
dalam skripsi ini. Khususnya kepada: Heri Hasary, S.Pd.I, Darojat, S.Pd.I,
Maria Ulfah, S.Pd, Siti Hajar, S.Pd, Muhammad Maasur, S.Pd.I, Samuji S.Pd,
Ismuhu, dan siswa/i yang telah bersedia diganggu waktu belajarnya untuk
melengkapi informasi yang penulis butuhkan.
9.
Ayah tersayang Sadih dan Mama tercinta Purwanti terima kasih atas
ketulusan dan kesabarannya yang telah mendidik dan menasehati untuk terus
berusaha dalam meraih apapun yang diinginkan, menjadi orang tua terhebat
yang selalu mendukung penulis baik materil dan moril, menyertai langkah
penulis dengan doa terbaik, dan selalu menguatkan ketika mengalami masa
sulit sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik.
10. Adikku tersayang Dinda Armanita, serta sepupuku Ashrafil Ardifiar, , Pawas
Ulwan, Jihan Cahaya Aulia, Jodi Rizki Alfaro, Ahmad Sofian dan (alm)
Muhamad Fadilllah terimakasih untuk selalu mendukung, menghibur, dan
memberikan semangat kakak selama proses penyusunan skripsi ini.
11. Paman dan Bibiku tersayang yaitu Endang Sriyanti, Yulianti, Darussalam,
Darmawangsa, Ari Oktaviar dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan
iv
satu persatu yang selalu memberikan dukungan materil dan moril sejak awal
penulis kuliah hingga akhirnya selesai dalam penyusuan skripsi ini.
12. Sahabat-sahabatku tersayang (Syarifatul Hilwa, Nurfitriani, Septi Nurhikmah,
Nuning Yulistika, Zurqotunnajah, Rizka Choirunnisa dan adikku Atina
Mahdiyya Theofani) yang selalu memberikan keceriaan, menemani ketika
aku sakit, saling berbagi masalah serta saling mendukung dan menguatkan
dalam usaha menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
13. Kepada seluruh teman-teman angkatan 2012 Manajemen Pendidikan mulai
dari grup romli bimbingan skripsi, hayaters, power rangers, maupun bunglon
MP A yang telah menemani berproses dan berjuang bersama penulis selama
kuliah di UIN Jakarta. Semoga Allah selalu memberikan kemudahan dan
kesempatan untuk meraih cita-cita yang kita inginkan.
14. Kepada seluruh kakak, rekan sejawat, dan adikku tersayang di Pojok Seni
Tarbiyah (POSTAR) khususnya Elemen Degung Sunda Tarbiyah, Terima
kasih telah menerima penulis sebagai bagian dari keluarga besar kalian serta
memberikan perhatian dan cinta yang banyak untuk penulis selama ini.
Semoga segala kebaikan yang telah dilakukan selama ini mendapat
balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin ya rabbal alamien
Pada akhirnya, Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis, dan umumnya bagi semua pembaca. Penulis sadar betul dalam
penyusunan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis berharap
adanya saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk perbaikan
pelaksanaan penelitian mendatang maupun kemajuan penulis ke depannya.
Jakarta, 07 Desember 2016
Penulis
Ika Oktavianti
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................. 6
D. Perumusan Masalah .............................................................. 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................ 7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Strategi Kepala Sekolah
1. Pengertian Kepala Sekolah ............................................... 8
2. Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah ................................... 8
3. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah .............................. 10
4. Pengertian Strategi ........................................................... 12
5. Analisis SWOT ................................................................. 13
6. Implementasi Strategi ....................................................... 16
7. Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana
dan Prasarana Pendidikan ................................................. 18
B. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan
1. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan ................... 20
2. Jenis-Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan .................. 21
3. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ................ 23
vi
4. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan .................. 27
5. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan .............. 29
6. Standarnisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan ............. 30
C. Mutu Pembelajaran
1. Pengertian Mutu Pembelajaran ........................................ 35
2. Mutu Pembelajaran dilihat dari Aspek Sarana dan
Prasarana .......................................................................... 38
2.1 Mutu Sarana dan Prasarana ....................................... 38
2.2 Strategi Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan
di Madrasah ............................................................... 39
D. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................. 41
E. Kerangka Berpikir ................................................................. 44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 46
B. Metode Penelitian .................................................................. 47
C. Sumber Data .......................................................................... 47
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 48
E. Teknik Analisis Data ............................................................. 49
F. Kisi-Kisi Instrumen ............................................................... 50
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTs Darul Muttaqien .............................. 55
1. Sejarah MTs Darul Muttaqien .......................................... 55
2. Profil MTs Darul Muttaqien ............................................ 56
3. Visi dan Misi MTs Darul Muttaqien ................................ 56
4. Tujuan dan Program MTs Darul Muttaqien .................... 57
5. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Madrasah ... 57
6. Data Pendidik dan Tendik MTs Darul Muttaqien ............ 61
7. Data Peserta Didik MTs Darul Muttaqien ........................ 61
8. Data Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien .......... 62
vii
9. Data Prestasi Siswa/I MTs Darul Muttaqien .................... 64
B. Deskripsi dan Analisis Data
1. Tugas dan Fungsi Kepala MTs Darul Muttaqien ............. 66
2. Gaya Kepemimpinan Kepala MTs Darul Muttaqien ....... 67
3. Menyusun Rencana Kebutuhan MTs Darul Muttaqien .... 72
4. Strategi Kepala Sekolah dalam Perencanaan Pengadaan
Sarana dan Prasarana Kepala MTs Darul Muttaqien ...... 77
5. Strategi Kepala Sekolah dalam Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana Kepala MTs Darul Muttaqien .......................... 85
6. Dampak Pengembangan Sarana dan Prasarana terhadap
Mutu Pembelajaran di MTs Darul Muttaqien .................. 89
7. Strategi Peningkatan Mutu dilihat dari Aspek Sarana
dan Prasarana di MTs Darul Muttaqien ........................... 98
C. Temuan Hasil Penelitian ....................................................... 102
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 104
B. Saran ....................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 106
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tahap Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana ............... 34
Tabel 2.2
Hasil Penelitian yang Relevan ................................................... 41
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................... 46
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Wawancara ................................................ 50
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Observasi ................................................... 52
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Studi Dokumen ......................................... 53
Tabel 4.1
Data Peserta Didik MTs Darul Muttaqien ................................. 62
Tabel 4.2
Data Kondisi Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien
Tabel 4.3
Data Prestasi Siswa/I MTs Darul Muttaqien ............................. 65
Tabel 4.4
Hasil Raport kelas VIII dan IX pada Tahun Ajaran 2014-2015
64
dan 2015-2016 ........................................................................... 90
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerangka Kerja Analisis SWOT ............................................ 16
Gambar 4.1
Ruang Perpustakaan .............................................................. 80
Gambar 4.2
Laboratorium IPA ................................................................. 80
Gambar 4.3
Laboratorium Komputer ........................................................ 81
Gambar 4.4
Lapangan Sepak Bola ............................................................ 81
Gambar 4.5
Gedung Yaman ...................................................................... 88
Gambar 4.6
Ruangan Kelas ...................................................................... 88
Gambar 4.7
Suasana Olimpiade MIPA, IPS, dan PAI Putra dan Putri
MTs Darul Muttaqien Tahun 2016 ....................................... 97
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 :
Pedoman dan Hasil Wawancara
Lampiran 2 :
Ujian Referensi
Lampiran 3 :
Lembar Uji Referensi
Lampiran 4 :
Lembar Hasil Check list Studi Dokumen
Lampiran 5 :
Lembar Hasil Observasi Kondisi Sarana dan Prasarana
Lampiran 6 :
Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 7 :
Surat Izin Penelitian MTs Darul Muttaqien
Lampiran 8 :
Surat Keterangan Telah Penelitan di MTs Darul Muttaqien
Lampiran 9 :
Struktur Organisasi MTs Darul Muttaqien
Lampiran 10 : Data Guru/Staff Pengajar MTs Darul Muttaqien
Lampiran 11 : Data Prestasi Akademik dan Non Akademik MTs Darul Muttaqien
Lampiran 12 : Data Keadaan Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien
Lampiran 13 : Laporan Hasil Notulen Evaluasi Bidang Sarana dan Prasarana
Lampiran 14 : Rencana Program Kerja Kepala Madrasah Tahun 2016-2017
Lampiran 15 : Laporan Program Kerja Kepala Madrasah Tahun 2016-2017
Lampiran 16 : Laporan Hasil Pengadaan Barang Inventaris Tahun 2016-2017
Lampiran 17 : Laporan Hasil Pemeliharaan Rutin Fasilitas Tahun 2016-2017
Lampiran 18 : Pedoman Kerja Wakabid dan TU Sarana dan Prasarana
Lampiran 19 : Data Leger Raport siswa/i kelas VIII dan IX tahun ajaran 20142015 dan 2015-2016
Lampiran 20 : Data Hasil Penghitungan Leger Raport siswa/i kelas VIII dan IX
tahun ajaran 2014-2015 dan 2015-2016
Lampiran 21 : Hasil Dokumentasi MTs Darul Muttaqien
Lampiran 22 : Contoh Surat Izin Permohonan Penggunaan Laboratorium
Lampiran 23 : Contoh Berita Acara Penggunaan Laboratorium
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini
adalah rendahnya mutu pendidikan khususnya mutu pembelajaran. Faktor
penyebabnya antara lain: lemahnya kepemimpinan kepala sekolah, rendahnya
kinerja guru dan staff, terbatasnya sarana dan prasarana, kurangnya Sumber
Daya Manusia (SDM) yang kompeten, pelayanan yang kurang memadai dan
faktor-faktor lainnya yang dapat menjadi penghambat tercapainya mutu
pendidikan.
Para pakar pendidikan sering kali menegaskan bahwa guru
merupakan sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan
program pendidikan. Oleh karena itu, peningkatan mutu performa guru
mutlak dilakukan secara terus menerus dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan. Namun, tidak berarti bahwa keberadaan unsur-unsur lainnya
tidak begitu penting bagi peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan khususnya pembelajaran di sekolah
perlu adanya layanan yang profesional dibidang sarana dan prasarana bagi
guru dan kepala sekolah sehingga memudahkan mereka dalam melaksanakan
tugasnya secara efektif dan efisien. Oleh karena itulah, perlu adanya
manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang baik untuk menunjang
teraktualisasinya mutu pembelajaran di sekolah.1
Menurut UU. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
nasional menyatakan bahwa “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal
menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan
1
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2010), Cet. 2, h. 1.
1
2
intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”.2 Namun, pada
realitanya
sekolah
masih
mengalami
beberapa
kendala
dalam
mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan. Kendala-kendala dalam
pengembangan sarana dan prasarana antara lain: keterbatasan biaya,
kelebihan sarana dan prasarana yang sebenarnya tidak urgent dibutuhkan
sekolah, ketersediaan jumlah sarana dan prasarana pendidikan dalam
menunjang pembelajaran tidak sebanding dengan jumlah siswa dan guru di
sekolah tersebut serta tersedianya sarana dan prasarana tetapi tidak sesuai
dengan kebutuhan peserta didik sehingga sarana dan prasarana tersebut hanya
tersimpan di dalam gudang dan lama kelamaan menjadi rusak sebelum
digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran di Sekolah.
Masalah atau kendala ini dapat terjadi karena kurangnya kesadaran
seluruh komponen yang ada di Sekolah mengenai pentingnya pengembangan
sarana dan prasarana pendidikan secara tepat, khususnya Kepala Sekolah.
Pada kenyataannya, belum banyak Kepala Sekolah yang mampu mengelola
sarana dan prasarana pendidikan secara tepat. Padahal, salah satu indikator
yang paling mudah diukur untuk mengetahui suatu sekolah itu bermutu atau
tidak, dapat dilihat dari kelengkapan sarana dan prasarana pendidikannya
dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah. Semakin baik dan lengkap
sarana dan prasarana pendidikan yang terdapat di suatu sekolah maka
persepsi masyarakat terhadap mutu sekolah tersebut juga akan semakin baik.
Dengan
diberlakukannya
desentralisasi
pendidikan
berarti
pemerintah memberikan kesempatan kepada sekolah untuk berinisiatif dan
berkarya sesuai dengan kemampuan lembaga pendidikan atau sekolah
masing-masing termasuk dalam pengembangan sarana dan prasarana. Dengan
adanya kebijakan ini diharapkan sekolah dapat mengembangkan segala
potensi yang dimiliki sekolahnya dengan sebaik mungkin dalam rangka usaha
memajukan pendidikan di Indonesia, karena yang paling tahu kekurangan,
kelebihan, dan kebutuhan suatu sekolah hanyalah sekolah itu sendiri. Jika
sarana dan prasarana sekolah dikelola oleh orang yang mempunyai
kemampuan untuk mengelola sarana dan prasarana secara tepat maka
2
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan
Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Kaukaba. 2012), Cet. 1, h. 155.
3
kegiatan pembelajaran di sekolah akan berlangsung secara optimal karena
adanya sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran di sekolah
tersebut. Selain itu, diperlukan adanya partisipasi seluruh warga sekolah
dalam pengembangan sarana dan prasarana yang akan diadakan atau
ditambahkan jumlahnya agar pengembangan ini tidak sia-sia dan sesuai
dengan kebutuhan pemakainya baik guru, siswa, ataupun karyawan di
Sekolah tersebut.
Kepala Sekolah sebagai seorang Manajer harus mempunyai strategi
dalam mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan. beliau harus
mempunyai kemampuan dasar dalam menyusun analisis kebutuhan dan
perencanaan sarana dan prasarana pendidikan sehingga adanya kesesuaian
antara kebutuhan sekolah dengan sarana dan prasarana yang ingin
ditambahkan. Selain itu, peran Kepala Sekolah dalam mengikutsertakan guru
dan siswa dalam perencanaan sarana dan prasarana pendidikan juga sangat
dibutuhkan karena sarana dan prasarana ini nantinya yang akan menunjang
aktivitas mereka selama berada di lingkungan sekolah. Jadi, strategi kepala
sekolah dalam melibatkan baik secara langsung maupun tidak pihak guru dan
siswanya akan mempengaruhi tingkat keberhasilan pengembangan sarana dan
prasarana di suatu sekolah.
Untuk mengetahui secara lebih konkretnya mengenai pengembangan
sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, maka penulis melakukan
observasi awal di Pondok Pesantren Modern Darul Muttaqien pada jenjang
Madrasah Tsanawiyah. Persepsi yang berkembang dalam masyarakat
mengenai pondok pesantren adalah bahwa suatu pondok pesantren dapat
berkembang dengan baik walaupun dengan sarana dan prasarana yang minim
contohnya adalah fenomena pesantren salafi yang sukses mencetak hafidz dan
hafidzah Al-Qur’an meskipun hanya bermodalkan kitab kuning dan dengan
media pembelajaran yang seadanya. Tetapi bukankah di era globalisasi dan
modernisasi ditambah lagi dengan kenyataan bahwa Indonesia telah
memasuki pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), kita membutuhkan
generasi-generasi muda yang mempunyai kompetensi dan keterampilan yang
beragam tetapi tetap memiliki karakter yang kuat dan akhlak yang mulia
4
sehingga mampu bersaing di dunia internasional. Selain itu, landasan agama
yang kuat menjadi poin yang sangat penting bagi generasi muda indonesia
agar tidak mudah jatuh dalam budaya asing yang menyimpang dari ajaran
agama Islam. Oleh karena itu, Pesantren dalam era sekarang ini harus lebih
membuka dirinya dengan perubahan positif seperti adanya pengembangan
sarana
dan
prasarana
untuk
menunjang
proses
pembelajaran
dan
mempermudah guru maupun karyawan dalam menjalankan tugas mengajar
maupun kegiatan administratif. Hal ini sejalan dengan Hadis yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim yaitu: “Tiap orang yang dilahirkan
membawa fitrah, ayah dan ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani,
atau Majusi.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis ini diisyaratkan bahwa pendidikan islam memiliki
tanggungjawab mengupayakan agar membimbing manusia untuk senantiasa
mewujudkan kecenderungan yang baiknya dan menghindari dari mengikuti
kecenderungan yang buruk.3 Jadi, pada era Globalisasi yang semakin tak
terkendali dan krisis karakter dalam diri generasi muda saat ini, Peran
Pesantren modern dalam mencetak generasi muda yang berakhlak mulia,
berkepribadian yang kuat dan keterampilan yang beragam sangat dibutuhkan.
Oleh karena itu, kurikulum pesantren modern saat inilah yang dianggap
sesuai dan mampu menjawab tuntutan masa depan akan sosok penerus bangsa
yang cerdas dalam pikiran, tutur kata, tindakan maupun hati nuraninya.
Dalam menjawab tantangan ini, pesantren juga harus bekerja keras dalam
memenuhi segala kebutuhan peserta didik akan ilmu pengetahuan, teknologi,
kepribadian, dan keagamaan.
Setelah melakukan observasi awal di MTs Darul Muttaqien pada
tanggal 04 November 2015 melalui wawancara secara langsung dengan
Wakasek Bidang Sarana dan Prasarana yaitu Ustad Heri Hasary diperoleh
informasi bahwa program-program pengembangan sarana dan prasarana
secara tertulis di MTs Darul Muttaqien belum ada. Adapun kendala yang
dihadapi sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana adalah
keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh Yayasan. Sebab, dana yang
3
. Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Prenada Media Grup,
2016), Cet. 1, h. 137-138.
5
diperoleh hanya berasal dari uang awal masuk santri, dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) dan uang SPP bulanan santri. Pihak yayasan
sama sekali tidak melakukan kerjasama dengan pihak luar untuk memperoleh
bantuan dana karena mereka memiliki prinsip “Selama masih bisa
menggunakan dana dari pihak pesantren sendiri, jangan pernah berharap
bantuan dari orang lain yang belum tentu bersedia membantu memenuhi
kebutuhan pesantren”.
Kendala berikutnya yaitu kesulitan dalam menentukan milik dari
suatu jenjang pendidikan karena pada hakekatnya semua milik pesantren,
sehingga tidak ada yang namanya milik salah satu jenjang pendidikan. Hal ini
menyulitkan pihak MTs dan MA ketika menghadapi akreditasi dari
Pemerintah. Oleh karena itu, setiap ada lembaga akreditasi yang akan menilai
salah satu jenjang pendidikan baik MTs maupun MA, maka sekolah akan
mempersiapkan diri membuat dokumen-dokumen yang diperlukan seolaholah itu adalah milik MTs atau MA.
Masalah lainnya adalah sering kali terjadi perbedaan pendapat atau
konflik antara Kepala Sekolah dengan Kepala Yayasan Darul Muttaqien. sulit
untuk mencapai kesepakatan antara Kepala Sekolah dan Kepala Yayasan
terkait pengambilan keputusan penting baik untuk pengembangan sarana dan
prasarana maupun sektor lainnya pada suatu jenjang pendidikan.4
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan
Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MTs
Ponpes Darul Muttaqien Parung Bogor’’.
4
Hasil wawancara dengan Bapak Heri Hasary, Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana dan
Prasarana, Pada hari Rabu, 04 November 2015, Pukul 10.00 WIB, di Ruang TMI Darul
Muttaqien.
6
B. Identifikasi Masalah
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan Pengembangan Sarana
dan Prasarana Pendidikan antara lain faktor kepemimpinan, kemampuan
manajerial, kerjasama antara seluruh warga sekolah, budaya sekolah,
lingkungan masyarakat, masalah finansial dan peraturan pemerintah.
Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi antara lain:
1. Terbatasnya anggaran dalam Pengembangan Sarana dan Prasarana.
2. Lemahnya
komunikasi
dan
koordinasi
Kepala
Sekolah
dalam
Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
3. Rendahnya Partisipasi warga sekolah dalam Pengembangan Sarana dan
Prasarana.
4. Lemahnya Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan.
5. Lemahnya SDM dalam Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
C. Pembatasan Masalah
Mengacu pada identifikasi di atas maka fokus penelitian dapat dibatasi
tinjauannya pada:
1. Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana
Pendidikan.
2. Dampaknya terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah.
D. Perumusan Masalah
Dari identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut: “Bagaimana Strategi Kepala Sekolah dalam
Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien Parung Bogor?”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk Menjelaskan Strategi Kepala Sekolah
dalam Pengembangan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien Parung Bogor.
7
F. Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah:
1. Manfaat Akademis: Hasil Penelitian diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman penulis tentang standar kemampuan
manajerial yang harus dimiliki oleh kepala sekolah, kontribusi
kemampuan manajerial tersebut dalam mengembangkan sarana dan
prasarana pendidikan, serta pengaruh sarana dan prasarana terhadap mutu
pembelajaran di sekolah.
2. Manfaat umum: hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan, evaluasi
serta
menambah
paradigma
baru
bagi
Sekolah
dalam
upaya
mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan dengan memanfaatkan
keterlibatan seluruh komponen yang ada di sekolah, khususnya Kepala
Sekolah yang merupakan seorang manajer dalam upaya pengembangan
sarana dan prasarana pendidikan ini sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai sesuai dengan kriteria yang diharapkan.
3. Manfaat untuk pembaca : sebagai salah satu sumber untuk memperkaya
pemahaman para pelaksana di lapangan. Khususnya Kepala Sekolah,
tenaga pendidik dan kependidikan yang terlibat langsung maupun tidak
langsung dalam upaya pengembangan sarana dan prasarana pendidikan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. STRATEGI KEPALA SEKOLAH
1. Pengertian Kepala Sekolah
Studi keberhasilan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala
sekolah adalah seseorang yang menentukan titik pusat dan irama sekolah.
Jadi, mereka merupakan orang yang banyak mengetahui tugas-tugas mereka
dan menentukan irama di sekolah. Sebelum menjelaskan peran kepala
sekolah lebih jauh, perlu diketahui bahwa ada dua buah kata kunci yang
dapat dipakai sebagai landasan untuk memahami tugas dan fungsi kepala
sekolah. Menurut KBBI yang dikutip oleh Wahjosumidjo dalam bukunya,
Kedua kata tersebut adalah „kepala‟ dan „sekolah‟. Kata „kepala‟ dapat
diartikan „ketua‟ atau „pemimpin‟ dalam suatu organisasi atau sebuah
lembaga. Sedangkan „sekolah‟ adalah sebuah lembaga dimana menjadi
tempat menerima dan memberi pelajaran.
Dengan demikian secara
sederhana kepala
sekolah dapat
didefinisikan sebagai “seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas
untuk memimpin suatu sekolah dimana terjadi interaksi antara guru yang
memberi pelajaran dan murid menerima pelajaran”.1
Jika melihat dari definisi dan teori di atas, dapat disimpulkan
bahwa kepala sekolah adalah seseorang yang diberi tugas tambahan untuk
memimpin suatu sekolah yang didalamnya terjadi proses kegiatan belajar
mengajar antara guru yang memberi pelajaran dan siswa yang menerima
pembelajaran.
2. Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah
Agar visi dan misi sekolah dapat tercapai perlu ditunjang oleh
kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan roda kepemimpinannya.
Meskipun pengangkatan kepala sekolah tidak sembarangan, bahkan
1
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik
Permasalahannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, 2010), Cet. 7, h. 83.
8
dan
9
diangkat dari guru yang sudah berpengalaman atau mungkin yang sudah
lama menjabat sebagai wakil kepala sekolah.2
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah telah dijelaskan bahwa seorang kepala
sekolah harus menguasai lima dimensi kompetensi kepala sekolah yang
terdiri dari komponen kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan
sosial beserta aspek-aspek dari masing komponen tersebut agar kepala
sekolah dapat menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pemimpin di
sekolah sehingga visi, misi, dan tujuan sekolah dapat tercapai sesuai dengan
yang diharapkan.3
Dinas pendidikan juga telah menetapkan bahwa kepala sekolah
harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer,
administrator, dan supervisor (EMAS). Dalam perkembangan selanjutnya,
berdasarkan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman dalam
paradigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus
mampu berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor,
leader, innovator, motivator, figur, dan mediator (EMASLIM-FM).
Dengan demikian pekerjaan kepala sekolah semakin hari semakin
meningkat dan akan selalu meningkat sesuai dengan perkembangan
pendidikan yang diharapkan. Semua fungsi itu harus dipahami oleh kepala
sekolah dan yang lebih penting adalah bagaimana kepala sekolah mampu
mengamalkan dan menjadikan hal tersebut dalam bentuk tindakan nyata di
sekolah. Pelaksanaan peran, fungsi dan tugas tersebut tidak dapat dipisahkan
satu sama lain, karena saling terkait dan saling mempengaruhi, serta
menyatu dalam pribadi seorang kepala sekolah yang profesional. Kepala
sekolah yang demikianlah yang akan mampu mendorong visi menjadi aksi
dalam paradigma baru manajemen pendidikan.4
2
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), Cet. 12, h. 98.
3
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah.
4
Mulyasa. loc. cit.
10
Selain itu, Kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sangat
ditentukan oleh kapasitasnya dalam melakukan tugas-tugas administratif
dengan
proses
kerja
menurut
prosedur
administrasi
yang
benar.
Pengembangan kapasitas kepala sekolah sangat penting diarahkan pada
kemampuannya melakukan audit program dan kegiatan sekolah yang telah
direncanakan sebelumnya.5
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seiring dengan
perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat modern tidak dapat
dipungkiri bahwa kompetensi dan fungsi seorang kepala sekolah dalam
memimpin sekolahnya akan lebih beragam dan banyak bukan hanya
EMASLIM-FM saja. Oleh karena itu, alangkah lebih baiknya jika para
kepala
sekolah
terus
mengupdate
informasi
dan
mengupgrade
kemampuannya untuk menjawab tantangan masa depan dan masyarakat
yang terus berubah agar sekolah yang dipimpinnya menjadi sekolah yang
bermutu dan unggul dibandingkan dengan yang lainnya.
3. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Keberhasilan sekolah merupakan keberhasilan dari kepala sekolah
dan keberhasilan kepala sekolah merupakan keberhasilan sekolah.6 Salah
satu syarat mutlak kriteria keberhasilan sekolah yaitu diperlukan adanya
kepemimpinan kepala sekolah yang efektif sehingga tujuan dan mutu
pembelajaran dapat berjalan sesuai rencana. Seperti yang telah diketahui
bahwa proses kepemimpinan kepala sekolah berkaitan dengan gaya
kepemimpinan yang digunakannya. Dari berbagai gaya kepemimpinan
kepala sekolah, gaya kepemimpinan situasional cenderung lebih fleksibel
dalam kondisi operasional sekolah. Gaya kepemimpinan ini dipilih karena
adanya anggapan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan kepala sekolah yang
5
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran: Dalam Proses Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2010), Cet. 1, h. 121.
6
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, 2010), Cet. 7, h. 101.
11
terbaik, melainkan tergantung dari kondisi dan situasi yang dihadapi sekolah
saat itu.7
Setiap gaya kepemimpinan yang ada seperti gaya kepemimpinan
otokratis, pseudo demokratis, demokratis, ataupun kharismatik mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam implementasinya di
sekolah sehingga akan sulit untuk menentukan mana yang terbaik. oleh
karena itu kepemimpinan situasionallah yang dianggap paling sesuai bagi
kepala sekolah untuk mengatasi berrbagai masalah dan pengambilan
keputusan dari berbagai kondisi dan situasi yang dihadapi sekolah.
Selain itu, adapun aspek kunci peran kepemimpinan dalam
pendidikan yaitu memberdayakan para guru untuk memberi mereka
kesempatan secara maksimum guna mengembangkan belajar siswanya.
Stanley Spanbaeur dalam Sailis yang dikutip oleh Rohiat di dalam bukunya
menyatakan
pendapatnya
mengenai
kepemimpinan
kepala
sekolah.
Kesimpulan Spanbauer ialah:
a. Libatkan guru dan semua staff dalam aktivitas penyelesaian
masalah.
b. Tanyakan kepada para guru bagaimana mereka berpikir
mengenai sesuatu dan bagaimana suatu proyek akan dilakukan
bukan mengatakan apa yang akan terjadi.
c. Berbagilah informasi manajemen sebanyak mungkin untuk
membantu komitmen mereka.
d. Tanyakan kepada staff sistem dan prosedur mana yang menjadi
penghambat dalam memberikan mutu kepada pelanggan
mereka.
e. Menerapkan komunikasi yang sistematis dan terus menerus
antar setiap orang yag terlibat dalam sekolah.
f. Mengembangkan keahlian dalam penyelesaian konflik, masalah
dan negosiasi ketika menampilkan toleransi yang lebih besar
bagi apresiasi konflik.
g. Menjadi model, dengan cara menampilkan karakteristik
personalitas yang diharapkan, menghabiskan waktu untuk
berkeliling serta mendengarkan guru dan pelanggan lainnya.
h. Belajar untuk lebih menjadi pelatih daripada seorang BOS. 8
7
Mulyasa, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), Cet. 3, h. 20.
8
Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), Cet. 2, h. 37-38.
12
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa indikator
kepemimpinan kepala sekolah efektif yang harus dimiliki dan dipahami oleh
seorang pemimpin di sekolah merupakan kunci dari keberhasilan sekolah.
Karena keberhasilan sekolah tergantung bagaimana metode kepemimpinan
yang dilakukan kepala sekolah. Semakin baik kepemimpinan kepala sekolah
maka akan semakin baik pula mutu sekolah tersebut. Selain itu, seperti yang
telah disimpulkan Spanbaeur bahwa kemampuan kepala sekolah dalam
memberdayakan guru dan staffnya juga menjadi kunci atau poin penting
untuk mencapai keberhasilan dalam memimpin suatu sekolah.
4. Pengertian Strategi
Agar strategi yang telah direncanakan berjalan secara efektif dan
sesuai dengan visi dan misi sekolah, maka kepala sekolah harus mengetahui,
menyadari, dan memahami tiga hal: (a) mengapa pendidikan yang bermutu
dibutuhkan di sekolah, (b) apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan
mutu sekolah, (c) bagaimana mengelola sekolah secara efektif untuk
mencapai prestasi yang tinggi. Kemampuan dalam menjawab pertanyaan
inilah yang dijadikan tolak ukur standar kelayakan apakah seseorang dapat
menjadi kepala sekolah yang efektif atau tidak.9
Menurut Bracker Secara etimologis, pengertian strategi bersumber
dari kata Yunani Klasik, yakni “strategos” (jenderal) yang pada dasarnya
diambil dari pilahan kata-kata Yunani untuk “pasukan” dan “memimpin.”.
Penggunaan kata kerja Yunani yang berhubungan dengan “strategos” ini
dapat diartikan sebagai “perencanaan dan pemusnahan musuh-musuh
dengan menggunakan cara yang efektif berlandaskan sarana-sarana yang
dimiliki”.10
Sementara,
Learned,
Christensen,
Andrews,
dan
Guth
mengemukakan bahwa Strategi merupakan alat untuk menciptakan
9
Mulyasa, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),
Cet. 3, h. 22.
10
Faisal Afiff dan Ismeth Abdullah (eds.), Manajemen Strategi Keorganisasian
Publik, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), Cet. 1, h. 53.
13
keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu fokus strategi adalah
memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada.11
Pengertian lain mengenai Strategi menurut Argyris (1985),
Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1977) yaitu respons secara terus
menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta
kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi.12
Kesimpulan dari berbagai Konsep mengenai “strategi” di atas
adalah suatu alat atau acuan untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan
dan menciptakan keunggulan dalam bersaing yang dilakukan secara terus
menerus dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kekuatan dan
kelemahan yang terdapat di lingkungan internal serta peluang dan ancaman
yang terdapat di lingkungan eksternal suatu organisasi/intansi.
Jadi, Strategi kepala sekolah merupakan suatu alat atau acuan yang
diterapkan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin di suatu sekolah untuk
mencapai tujuan yang diharapkan dengan mempertimbangkan kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh sekolah tersebut.
5. Analisis SWOT
SWOT merupakan singkatan dari: Strengths (kekuatan) yang
merupakan kondisi internal positif yang memberikan keuntungan. Weakness
(kelemahan) merupakan kondisi internal negatif yang dapat merendahkan
penilaian terhadap organisasi. Opportunities (peluang) adalah kondisi
sekarang atau masa depan yang menguntungkan organisasi. Threats
(ancaman) adalah kondisi eksternal organisasi baik sekarang maupun di
masa mendatang yang tidak menguntungkan organisasi.13 Tools ini
menyediakan kerangka kerja analisis suatu organisasi yang dapat
mengembangkan dan mengubah strateginya.14
11
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2014), Cet. 8, h. 3.
12
Ibid., h. 4.
13
. Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan: Konsep & Prinsip
Pengelolaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), Cet.1, h. 160.
14
. Nanang Fattah, Manajemen Stratejik Berbasis Nilai, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2015), Cet.1, h. 78.
14
Analisis-analisis
yang
menggunakan
pendekatan
SWOT
merupakan suatu bentuk lompatan pemikiran yang menawan dalam upaya
merumuskan strategi apa yang diperlukan, karena SWOT menganalisis
keadaan organisasi sekarang dan sekaligus menghadirkan kemungkinan
penginventarisasian alternatif-alternatif strategis yang menawarkan jaminan
terbaik bagi penciptaan suatu kreativitas nilai ke masa depan.15 Tetapi tidak
dapat dipungkiri bahwa alat analisis ini juga memperoleh sejumlah kritik
sebagaimana disebutkan Wheelen dan Hunger sebagai berikut:
a. Analisis SWOT menghasilkan daftar peluang, ancaman,
kekuatan, dan kelemahan yang sangat panjang.
b. Analisis SWOT sering kali menggunakan kata-kata atau frasa
yang mengandung arti ambigu/mendua.
c. Faktor yang sama dapat ditempatkan dalam dua kategori,
misalnya kekuatan bisa juga sekaligus dianggap kelemahan
perusahaan.
d. Hasil analisis SWOT sering kali tidak memiliki keterkaitan
secara logis dengan implementasi strategis.16
Analisis SWOT dalam dunia pendidikan dapat digunakan untuk
melihat kekuatan dan kelemahan di dalam sekolah, sekaligus memantau
peluang dan tantangan yang dihadapi sekolah. Analisis SWOT adalah salah
satu tahap dalam manajemen strategik yang merupakan pendekatan analisis
lingkungan. Analisis SWOT menyediakan informasi bagi para pengambil
keputusan yang dapat dijadikan sebagai dasar dan pertimbangan dalam
mengambil suatu keputusan atau tindakan. Jika keputusan itu diterapkan
secara efektif akan memungkinkan sekolah untuk mencapai tujuannya.
Organisasi sekolah juga harus mengambil manfaat dari kekuatannya secara
optimal dan berusaha untuk mengatasi kelemahannya agar terhindar dari
kerugian baik waktu maupun anggaran.
15
. Faisal Afiff dan Ismeth Abdullah (eds.), Manajemen Strategik Keorganisasian
Publik, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), Cet. 1, h. 148.
16
Ismail Solihin, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga, 2012), h, 164-165.
15
Analisis SWOT dalam penyelenggaraan sekolah dapat membantu
pengalokasian sumber daya seperti anggaran, sarana dan prasarana, sumber
daya manusia, fasilitas sekolah, potensi lingkungan, dan sebagainya yang
lebih efektif. Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan
dengan membuat matriks SWOT.17
Adapun contoh dari penggunaan strategi yang dihasilkan dari
matriks SWOT sebagai berikut:
a. Strategi Strength-Oppurtinity
Strategi ini menggunakkan kekuatan pesantren untuk meraih
peluang-peluang yang ada di luar pesantren. Dengan demikian, jika
pada hasil analisis ternyata diketahui bahwa pesantren memiliki
banyak kelemahan, maka pesantren harus segera mengatasinya agar
menjadi kuat. Sedangkan, jika pesantren menghadapi banyak
ancaman, pesantren harus berusaha menghindarinya dan konsentrasi
pada berbagai peluang yang ada.
b. Strategi Weakness-Oppurtinity
Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan
pesantren dengan memanfaatkan peluang-peluang. Mungkin saja,
pesantren kesulitan memanfaatkan peluang-peluang yang ada karena
banyaknya kelemahan internal pesantren.
c. Strategi Strength-Threat
Melalui strategi ini, pesantren harus berupaya untuk menghindari
atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman.
d. Strategi Weakness-Threat
Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara
mengurangi kelemahan serta mengurangi ancaman.18
17
Kompri, Manajemen Pendidikan - Jilid 3, (Bandung : Alfabeta, 2015), Cet. 1, h. 258.
Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan: Konsep & Prinsip
Pengelolaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), Cet. 1, h. 165.
18
16
ENVIRONMENTAL SCAN
External Analysis
Internal Analysis
Strength
Weaknes
s
Opportunnity
Threats
SWOT MATRIX
Gambar 2.1
Kerangka Kerja Analisis SWOT 19
6. Implementasi Strategi
Implementasi strategi dalam manajemen sekolah melibatkan upaya
besar yang bertujuan mentransformasikan tujuan strategi ke dalam aksi yaitu
penyelenggaraan program sekolah. Betapapun hebatnya suatu strategi,
apabila tidak diimplementasikan tentu saja strategi itu tidak akan bermakna
bagi pengembangan sekolah.20 Langkah implementasi ini juga dijadikan
ajang pembuktian bagi suatu strategi apakah sudah optimal atau belum.
Dalam penerapan strategi/pengimplementasian suatu strategi maka perlu
dilakukan hal sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi misi, arah dan sasaran organisasi
Kepala sekolah harus menetapkan misi sekolah secara utuh dengan
melibatkan pemilik, pelanggan, dan pegawai sebagai konstituen
organisasi. Selain itu, sasaran yang akan ditetapkan juga harus
dapat terukur sehingga arah dapat ditentukan secara lebih jelas.
b. Mengidentifikasi assessment lingkungan eksternal organisasi.
Dalam hal ini, kepala sekolah harus memperhatikan kondisi yang
sedang terjadi dan kemungkinan perubahan yang akan terjadi,
termasuk pada organisasi sekolah lain yang serupa sehingga
19
. Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan
Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Kaukaba, 2012), Cet. 1, h. 167.
20
Kompri, Manajemen Pendidikan - Jilid 3, (Bandung : Alfabeta, 2015), Cet. 1, h. 255.
17
sekolah
dapat
mengambil
keputusan
yang
tepat
dalam
mengembangkan sekolahnya.
c. Mengidentifikasi assessment lingkungan internal organisasi
Selain memperhatikan kondisi dari lingkungan eksternal sekolah,
kepala sekolah juga harus mengetahui kemampuan dan kondisi
internal dari sekolah yang dipimpinnya. 21
d. Merumuskan strategi
Dalam tahap ini, kepala sekolah harus mempersiapkan strategi
alternatif, memilih strategi dan memutuskan strategi apa yang akan
digunakan.
e. Melaksanakan strategi
Suatu strategi dapat dikatakan berhasil, jika penerapannya sesuai
dengan yang direncanakan.
f. Mengendalikan strategi
Untuk mengetahui atau melihat sejauh mana efektivitas dari
implementasi strategi, maka diperlukan evaluasi strategi guna
memperbaiki kekurangan atau kesalahan yang terjadi.22
Penerapan merupakan hasil dari suatu perencanaan. Sehingga
sebelum melakukan proses perencanaan maka perlu dilakukan analisis untuk
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh
sekolah. Dalam menerapkan strategi juga diperlukan pengawasan sehingga
apa yang diterapkan sesuai dengan apa yang telah direncanakan
sebelumnya.
Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa strategi yang
dilakukan oleh kepala sekolah harus berdasarkan hasil analisis SWOT yang
terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh
sekolah sehingga strategi tersebut dapat memberikan dampak positif
terhadap kemajuan sekolah.
21
. Ibid., h. 245.
. Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan: Konsep & Prinsip
Pengelolaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), Cet. 1, h. 158.
22
18
7. Strategi
Kepala
Sekolah
dalam
Mengembangkan
Sarana
dan
Prasarana Pendidikan
Sasaran
dari
pengembangan
sarana
dan
prasarana
adalah
terwujudnya sarana dan prasarana pendidikan di sekolah yang sesuai
Standar Nasional Pendidikan yaitu dengan memanfaatkan dana yang ada
atau mencari terobosan lain dalam penambahan dana untuk (1)
perbaikan/pengadaan/pembangunan gedung dan ruangan sesuai dengan
kebutuhan sekolah, (2) pengadaan/perbaikan/penambahan peralatan praktik
laboratorium
IPA,
Bahasa,
dan
Komputer,
(3)
pengadaan/perbaikan/penambahan modul, buku, referensi, manual, diktat,
majalah, jurnal, dll, (4) pengadaan/perbaikan/penambahan media pendidikan
pada semua mata pelajaran, (5) peningkatan perawatan sarpras sekolah (6)
pengadaan/perbaikan/penambahan
sarana
pengadaan/perbaikan/penambahan
sarpras,
TU,
(8)
(7)
Pelaksanaan
pelaksanaan
evaluasi
pengembangan sarpras, (9) dan sebagainya sesuai dengan sasaran dan
program.
Masalah yang dihadapi untuk mencapai sasaran tersebut berdasarkan
analisis SWOT adalah (1) kurang efektifnya koordinasi antar warga sekolah,
(2) rendahnya pemahaman karyawan/guru dalam pemanfatan teknologi
informasi atau lab di sekolah, (3) rendahnya dana atau anggaran yang
dimiliki oleh sekolah, (4) lemahnya pemahaman sekolah terkait sarana dan
prasarana yang dibutuhkan sekolah.
Strategi yang dapat dilakukan oleh sekolah berdasarkan analisis
masalah di atas untuk mewujudkan sasaran dari pengadaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana antara lain: (1) membentuk tim khusus,
(2) melaksanakan workshop/pelatihan secara internal di sekolah, (3)
melakukan kerjasama dengan Komite Sekolah, (4) melakukan kerjasama
dengan lembaga/instansi lain, khususnya dalam pengadaan sarpras, (5)
mengadakan kunjungan ke sekolah lain, (6) melakukan kerjasama dengan
19
LPTI/perguruan
tinggi,
(7)
melakukan
usaha/industri, (8) dan sebagainya.
kerjasama
dengan
dunia
23
Dalam proses manajemen sarana dan prasarana, perencanaan
gedung sekolah termasuk perencanaan untuk fasilitas merupakan pekerjaan
yang kompleks dan makan waktu serta memerlukan terbentuknya hubungan
kerja sama yang akrab dengan masyarakat. Oleh sebab itu, perencanaan
gedung sekolah memerlukan kepemimpinan kepala sekolah yang dinamis.
Kepala sekolah mempunyai tanggungjawab yang signifikan untuk
mengkoordinasikan bahan-bahan masukan/input dari para guru, peserta
didik, orang tua, dan warga setempat.24
Selain itu, dalam melakukan perencanaan sarana dan prasarana
pendidikan. seorang kepala sekolah mempunyai peranan yang strategis.
Kepala sekolah dituntut untuk serba bisa, karena bukan saja harus
memiliki pengetahuan yang memadai mengenai bangunan sekolah,
melainkan juga banyak pengetahuan mengenai perabot dan perlengkapan.
Kepala sekolah bersama-sama dengan staff menyusun daftar kebutuhan
sekolah, kemudian mempersiapkan perkiraan tahunan untuk untuk
diusahakan penyediaannya sesuai dengan kebutuhan. Menyimpan dan
memelihara serta mendistribusikan kepada guru-guru yang bersangkutan,
dan menginventarisasi alat/sarana tersebut pada akhir tahun pelajaran.25
Demikian banyak dan kompleksnya sumber daya sekolah yang
harus dibina oleh kepala sekolah, sehingga betapa penting peranan
kepemimpinan kepala sekolah di dalam merencanakan dan memelihara
fasilitas sekolah. Merencanakan fasilitas yang baru maupun yang
diperbarui memerlukan keterlibatan secara tepat dari para guru, siswa, dan
masyarakat sehingga fasilitas sekolah dirasakan bermanfaat, dapat dipakai
dan fleksibel.
23
Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), Cet. 2, h. 90.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, 2010), Cet. 7, h. 328.
25
Wahyu Sri Ambar, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta: CV.
Multi Karya Mulia, 2007), Ed. 1, h. 39.
24
20
B. PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
1. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan
Berikut di bawah ini dijelaskan tentang pengertian sarana dan prasarana
pendidikan menurut para ahli yaitu:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah memberikan
gambaran secara umum mengenai pengertian sarana pendidikan yaitu sarana
pendidikan diartikan sebagai semua fasilitas yang menunjang proses belajar
mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan termasuk personil dan
kurikulum.26
Ibrahim Bafadal mengungkapkan bahwa sarana pendidikan adalah
semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung
digunakan dalam proses pendidikan di Sekolah.
Sementara menurut pendapat Mulyasa, Pada hakikatnya, sarana
pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar
mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-alat dan media
pengajaran.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sarana
pendidikan adalah semua fasilitas atau peralatan yang digunakan secara
langsung sebagai penunjang kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Selanjutnya, Pengertian prasarana pendidikan menurut Mulyasa
adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, ruang kantor, kantin,
tempat parkir, toilet, dan sebagainya.27
Sementara secara etimologis prasarana berarti alat tidak langsung
untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, maka prasarana pendidikan
adalah alat yang tidak langsung digunakan untuk mencapai tujuan
26
27
1, h. 212.
Ibid., h. 6.
Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2015), Cet.
21
pendidikan. misalnya: bangunan sekolah, lapangan olahraga, asrama guru,
dan sebagainya.28
Membahas mengenai sarana dan prasarana ini, maka tidak bahas
secara terpisah melainkan langsung disatukan saja, karena antara sarana dan
prasarana mempunyai hubungan yang sangat erat dan sulit untuk dipisahkan
atau dibedakan.29 Sebagai contoh taman sekolah merupakan salah satu
prasarana di sekolah karena secara tidak langsung menunjang proses
pembelajaran. Lain halnya jika taman sekolah tersebut digunakan untuk
pembelajaran biologi maka komponen tersebut akan berubah menjadi sarana
pendidikan
karena
dimanfaatkan
secara
langsung
untuk
proses
pembelajaran. jadi, suatu fasilitas dapat berubah menjadi sarana ataupun
prasarana pendidikan tergantung dari pemanfaatan secara langsung ataupun
tidak fasilitas tersebut dalam menunjang proses pembelajaran.30
2. Jenis-Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan
Secara garis besar, sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Lahan, yaitu sebidang tanah yang dijadikan tempat untuk
mendirikan bangunan sekolah.
b. Ruangan, yaitu tempat yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran, administrasi, dan penunjang pembelajaran.
c. Perabot, yaitu seperangkat kursi, meja, lemari dan sejenisnya yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan atau aktivitas yang
dilakukan di sekolah.
d. Alat, yaitu sesuatu yang digunakan untuk membantu pelaksanaan
kegiatan tertentu di sekolah.
e. Bahan praktik, yaitu semua jenis bahan alami atau buatan yang
digunakan untuk kegiatan praktik di sekolah.
f. Bahan ajar, yaitu seluruh sumber bacaan yang berisi ilmu
pengetahuan untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang
mencakup modul, buku pegangan, buku pelengkap, buku sumber,
dan buku bacaan.
g. Sarana olahraga, baik yang di luar maupun di dalam ruangan.31
28
Wahyu Sri Ambar ., op. cit. h. 7.
Kompri, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2014),
Cet. 1, h. 193.
30
Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan secara Mandiri,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media 2011), Cet. 1, h. 252.
31
Kompri., op. cit., h. 194.
29
22
Secara lebih rinci Sarana dan prasarana pendidikan dapat digolongkan
sebagai berikut :
Ditinjau dari Fungsinya Terhadap Proses Belajar Mengajar (PBM)
a. Berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan).
Contoh: tanah, halaman, pagar, tanaman, gedung/bangunan.
b. Berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap
PBM, seperti alat pelajaran, alat peraga, alat praktik, dan media
pendidikan.
Ditinjau dari Jenisnya antara lain:
a. Fasilitas fisik atau fasilitas materiil, yaitu segala sesuatu yang
berwujud benda mati atau dibendakan yang mempunyai peran untuk
memudahkan atau melancarkan suatu usaha, seperti kendaraan, mesin
tulis, komputer, perabot, alat peraga, model, media, dan sebagainya.
b. Fasilitas nonfisik, yaitu sesuatu yang bukan benda mati atau kurang
dapat disebut benda atau dibendakan, yang mempunyai peranan untuk
memudahkan atau melancarkan suatu usaha seperti manusia, jasa, dan
uang.
Ditinjau dari Sifat Barangnya antara lain:
a. Barang bergerak atau barang berpindah /dipindahkan, dikelompokkan
menjadi barang habis pakai dan barang tidak habis pakai.
b. Barang habis pakai adalah barang yang susut volumenya ketika
dipergunakan, dan dalam jangka waktu tertentu barang tersebut dapat
susut terus hingga habis atau tidak berfungsi lagi, seperti kapur tulis,
tinta, kertas, spidol, penghapus, sapu, dan sebagainya. (Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 225/MK/V/1971 tanggal 13 April 1971).
Sementara Barang tidak habis pakai adalah barang-barang yang dapat
dipakai berulang kali serta tidak susut volumenya ketika digunakan
dalam jangka waktu yang realatif lama, tetapi tetap memerlukan
perawatan agar selalu siap pakai untuk pelaksanaan tugas, seperti
mesin tulis, komputer, mesin stensil, kendaraan, perabot, media
pendidikan dan sebagainya.
23
c. Barang tidak bergerak adalah barang yang tidak berpindah-pindah
letaknya
atau
tidak
bisa
dipindahkan,
seperti
bangunan/gedung, sumur, menara air dan sebagainya.
tanah,
32
3. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dimulai dari tahap
perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, dan pengawasan. Dalam suatu hadis
Rasullullah SAW bersabda bahwa “Kebenaran yang tidak diatur
(diorganisasi) dapat dikalahkan oleh kebatilan yang diatur (diorganisasi)
dengan baik”. Dari hadis ini sudah jelas bahwa sesuatu yang tidak
direncanakan dengan baik meskipun hal tersebut mempunyai tujuan yang
baik maka hasilnya tidak akan maksimal begitupun sebaliknya. Konsep ini
juga dapat ditransformasikan dalam pengembangan sarana dan prasarana
pendidikan, meskipun tujuan pengadaan suatu barang itu mempunyai tujuan
yang baik yaitu menunjang pembelajaran di sekolah tetapi apabila tidak
direncanakan dengan baik dan pertimbangan yang matang maka dapat
mengakibatkan kerugian yang besar bagi sekolah.33
Untuk menyusun suatu program Pengembangan Sarana dan
Prasarana Pendidikan, diperlukan persiapan dan perencanaan yang matang
dan teliti agar program tersebut dapat berjalan dengan sukses sesuai dengan
harapan seluruh pihak baik yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam membuat perencanaaan ini, urutan dalam mengembangkan
program Sarana dan Prasarana itu dapat diutarakan sebagai berikut:
a. Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa
Dalam proses belajar yang dimaksud dengan kebutuhan adalah
kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang kita
inginkan dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang
mereka miliki sekarang. Sebelum program dibuat kita harus meneliti
32
Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2015), Cet. 1,
h. 214.
33
Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Prenada Media
Grup, 2016), Cet. 1, h. 266.
24
dengan baik pengetahuan awal dan prasyarat yang dimiliki siswa yang
menjadi sasaran program kita. Penelitian ini biasanya dapat dilakukan
dengan tes. Bila tes ini tidak dapat dilakukan karena keterbatasan biaya,
waktu, maupun alasan lainnya pengembangan program sedikitnya harus
memiliki asumsi-asumsi mengenai pengetahuan dan keterampilan
prasyarat yang harus dimiliki siswa serta pengetahuan awal yang diduga
telah dimiliki oleh siswa.
b. Perumusan Tujuan
Tujuan dapat dijadikan acuan ketika kita mengukur apakah
tindakan kita betul atau salah, ataukah tindakan kita berhasil atau gagal.
Dalam proses belajar mengajar tujuan instruksional merupakan faktor
yang sangat penting. Tujuan dapat memberi arah kemana siswa akan
pergi, bagaimana ia harus pergi kesana, dan bagaimana ia tahu bahwa
telah sampai ke tempat tujuan. Tujuan ini merupakan pernyataan yang
menunjukkan perilaku yang harus dapat dilakukan siswa setelah ia
mengikuti proses instruksional tertentu.
c. Pengembangan Materi Pelajaran
Dalam proses belajar mengajar, jika tujuan instruksional jelas dan
kita telah mengetahui kemampuan dan keterampilan apa yang diharapkan
dapat dilakukan siswa, maka langkah selanjutnya adalah kita harus
memikirkan bagaimana caranya supaya siswa memiliki kemampuan dan
keterampilan tersebut. apa yang harus dipelajari atau pengalaman belajar
apa yang harus dilakukan siswa supaya tujuan instruksional tersebut
tercapai? Kepada setiap tujuan itu pertanyaan yang sama harus diajukan
yaitu kemampuan apa yang harus dimiliki siswa sebelum siswa memiliki
kemampuan yang dituntut oleh tujuan khusus ini? Dengan cara ini kita
akan mendapatkan sub kemampuan dan sub keterampilan serta sub-sub
kemampuan dan keterampilan yang telah kita identifikasi akan
memperoleh bahan instruksional terperinci yang mendukung tercapainya
tujuan itu.
25
d. Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan
Dalam setiap kegiatan instruksional, kita perlu mengkaji apakah
tujuan instruksional dapat dicapai atau tidak pada akhir kegiatan
instruksional itu. Untuk keperluan tersebut kita perlu mempunyai alat
yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa. Alat
pengukur keberhasilan siswa ini perlu dirancang dengan seksama dan
seyogyanya dikembangkan sebelum program pengembangan sarana dan
prasarana
dilakukan
atau
sebelum
kegiatan
belajar
mengajar
dilaksanakan menggunakan sarana dan prasarana baru yang telah
direncanakan. Alat ini dapat berupa tes, penugasan, ataupun daftar cek
perilaku.34
Jika urutan program pengembangan sarana dan prasarana ini dapat
dilakukan dengan tepat oleh sekolah maka perencanaan akan berjalan
dengan efektif sehingga peningkatan mutu dapat tercapai sesuai dengan
harapan sekolah tersebut.
Dalam mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan, kegiatan
yang harus diperhatikan adalah perencanaan sarana dan prasarana
pendidikan. Perencanaan sarana dan prasarana dapat didefinisikan sebagai
keseluruhan
proses
perkiraan
secara
matang
rancangan
mengenai
pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan
perlengkapan
yang sesuai dengan
kebutuhan pendidikan.35
Untuk
mengetahui jumlah kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
suatu unit kerja maka diperlukan data dan informasi yang lengkap mengenai
sarana dan prasarana yang telah tersedia dan yang seharusnya ada sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Selain itu, diperlukan data hasil proyeksi
penduduk usia sekolah yang akan ditampung menjadi siswa baru di sekolah
tersebut di masa mendatang, hal ini dapat mengurangi resiko kelebihan
34
Arief. S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Jakata, 2010), Cet. 14, h. 99-114.
35
Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan secara
Mandiri, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet. 1, h. 251.
26
ataupun kekurangan sarana dan prasarana ketika siswa baru masuk ke
sekolah tersebut.36
Proses perencanaan ini harus dilakukan dengan cermat dan teliti
dengan mempertimbangkan karakteristik sarana dan prasarana yang
dibutuhkan, jumlah, jenis, dan kendala (manfaat yang didapatkan), beserta
harganya. “Jones(1969) menjelaskan bahwa perencanaan pengadaan
perlengkapan pendidikan di sekolah harus diawali dengan analisis jenis
pengalaman pendidikan yang diprogramkan di sekolah”.37 Analisis tersebut
sejalan dengan yang dikatakan oleh Boeni Sukarna yang dikutip oleh
Ibrahim Bafadal yaitu:
a. Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah
yang diajukan oleh setiap unit kerja dan/atau
menginventarisasi kekurangan perlengkapan sekolah.
b. Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk
periode tertentu, misalnya untuk satu triwulan atau satu tahun
ajaran.
c. Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan
perlengkapan yang tersedia sebelumnya. Dalam hal ini,
perencana mencari informasi yang akurat mengenai
perlengkapan yang telah tersedia untuk dijadikan acuan untuk
mendaftar semua perlengkapan yang dibutuhkan tetapi belum
tersedia.
d. Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran
sekolah yang tersedia. Jika dana yang tersedia tidak
mencukupi untuk semua pengadaan perlengkapan yang
dibutuhkan, maka perlu diadakan seleksi terhadap kebutuhan
perlengkapan yang urgent untuk didaftar dan didahulukan
pengadaanya.
e. Jika ternyata masih melebihi anggaran yang tersedia perlu
diadakan seleksi lagi dengan melihat skala prioritas dari daftar
kebutuhan perlengkapan yang urgent untuk diadakan.
f. Penetapan rencana pengadaan akhir.38
Selain itu, adapun manfaat yang dapat diperoleh dari Perencanaan
sarana dan prasarana pendidikan yaitu: dapat membantu dalam menentukan
tujuan,
36
meletakkan
dasar-dasar
dan
menetapkan
langkah-langkah,
Matin Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan: Konsep dan
Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2016), Cet. 1, h. 7.
37
Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2015), Cet. 1,
h. 217.
38
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2004), Cet. 2, h. 29.
27
menghilangkan ketidakpastian, dapat dijadikan dasar atau pedoman untuk
melakukan pengawasan, pengendalian dan bahkan juga penilaian atau tolak
ukur agar nantinya kegiatan berjalan dengan efektif dan efisien.39 Dari
keseluruhan uraian diatas mengenai perencanaan sarana dan prasarana
pendidikan maka dapat ditegaskan bahwa Untuk menyusun suatu program
Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan, diperlukan persiapan dan
perencanaan yang matang dan teliti agar program tersebut dapat berjalan
dengan sukses sesuai dengan harapan seluruh pihak baik yang terlibat secara
langsung maupun tidak langsung.40
4. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Proses selanjutnya adalah pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan. Dalam konteks persekolahan, pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan adalah segala kegiatan yang dilakukan dengan cara menyediakan
keperluan barang atau jasa berdasarkan hasil dari perencanaan untuk
menunjang kegiatan pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efisien
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan anak didik dan
mempertimbangkan manfaat yang akan diperoleh dari pengadaan tersebut di
masa mendatang.41
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan fungsi
operasional kedua dalam manajemen sarana dan prasarana setelah
perencanaan. Fungsi ini pada hakikatnya merupakan serangkaian kegiatan
untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan
kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu
maupun
tempat,
dengan
harga
dan
sumber
yang
dapat
dipertanggungjawabkan.42 Agar usaha pengadaan suatu barang sesuai
dengan apa yang diharapkan maka rencana yang disusun harus berjalan
39
Wahyu Sri Ambar, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta: CV.
Multi Karya Mulia, 2007), Ed. 1, h. 21.
40
Arief S Sadiman, dkk., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), Cet. 14, h. 99.
41
Wahyu Sri Ambar,, op. cit., h. 46-47.
42
Matin, Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan: Konsep
dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2016), Cet. 1, h. 21.
28
dengan hati-hati. Adapun tahap-tahap dalam mengadakan perencanaan
kebutuhan alat pelajaran antara lain:
a. Mengadakan analisis terhadap materi pelajaran mana yang
membutuhkan alat atau media dalam menyampaiannya. Hasil
analisisnya berupa daftar alat atau media yang dibutuhkan dan
dilakukan oleh guru bidang studi.
b. Apabila kebutuhan yang diajukan ternyata melebihi
kemampuan daya beli atau daya pembuatan, maka harus
diadakan seleksi menurut skala prioritas terhadap alat-alat yang
mendesak pengadaannya dan kebutuhan lain dapat dipenuhi
pada masa mendatang.
c. Mengadakan inventarisasi terhadap alat atau media yang telah
tersedia. Alat yang telah tersedia di reinventarisasi, jika
ditemukan alat yang harus diperbaiki atau diubah sebaiknya
dipisahkan agar dapat diperbaiki oleh ahlinya.
d. Mengadakan seleksi terhadap alat atau media yang masih dapat
dimanfaatkan dengan metode reparasi, modifikasi maupun
tidak.
e. Mencari dana (bila belum ada). Dalam tahap ini dilakukan
kegiatan perencanaan tentang bagaimana cara memperoleh
dana baik rutin maupun tidak rutin.
f. Menunjuk beberapa orang yang memenuhi kriteria yang
mumpuni untuk melaksanakan pengadaan alat atau media.43
Jika tahapan perencanaan kebutuhan telah selesai, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan Prosedur Pengadaan barang di sekolah yang
pada umumnya melalui prosedur antara lain:
a. Menganalisis kebutuhan dan fungsi barang .
b. Mengklasifikasikan barang tersebut.
c. Membuat proposal pengadaan barang yang ditujukan kepada
pemerintah bagi sekolah negeri dan pihak yayasan bagi sekolah
swasta.
d. Bila disetujui, selanjutnya akan ditinjau dan dinilai
kelayakannya untuk mendapat persetujuan dari pihak yang
dituju.
e. Setelah dikunjungi dan disetujui maka barang akan dikirim ke
sekolah yang mengajukan permohonan pengadaan barang
tersebut.44
Selain beberapa tahapan di atas, adapula beberapa alternatif yang
dapat dijadikan pilihan sebagai cara pengadaan sarana dan prasarana
sekolah diantaranya yaitu:
43
Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan secara
Mandiri, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet. 1, h. 259-260.
44
Wahyu Sri Ambar, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta: CV.
Multi Karya Mulia, 2007), Ed. 1, h. 49.
29
a. Dropping dari Pemerintah. Hal ini merupakan bantuan yang
diberikan pemerintah kepada sekolah. Bantuan ini sifatnya
terbatas sehingga pengelola sarana dan prasarana pendidikan
di sekolah tetap harus mengusahakan dengan cara lain.
b. Pengadaan sarana dan prasarana sekolah dengan cara membeli
baik secara langsung maupun melalui pemesanan terlebih
dahulu.
c. Permintaan sumbangan dari wali murid atau pengajuan
proposal bantuan pengadaan sarana dan prasarana sekolah ke
lembaga-lembaga sosial yang tidak mengikat.
d. Pengadaan perlengkapan dengan cara menyewa atau
meminjam ke tempat lain.
e. Pengadaan perlengkapan sekolah dengan cara menukar barang
yang dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan sekolah.45
Selain itu, perlu diketahui bahwa jenis sarana yang disediakan di
sekolah dan cara pengadministrasiaannya mempunyai pengaruh yang besar
terhadap program pembelajaran. Tanggung jawab seorang kepala sekolah
dalam hal ini berkaitan dengan pengadaan sarana dan prasarana,
penyimpanan, pemeliharaan, dan pendistribusian. Sementara seorang guru
mempunyai andil dalam pengadaan sarana pendidikan mengingat bahwa
guru lebih banyak berhubungan dengan sarana pengajaran. Pengadaan
barang kadang memerlukan keterlibatan guru karena semua barang yang
dipergunakan dalam pembelajaran harus sesuai dengan rancangan kegiatan
belajar mengajar dan hanya gurulah yang mengetahui prioritas dari barang
yang dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran tersebut.46
5. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Setelah sarana prasarana tersedia, langkah berikutnya yaitu
melakukan
pemeliharaan
terhadap
sarana
dan
prasarana
tersebut.
Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan ini adalah kegiatan untuk
melaksanakan pengurusan dan pengaturan sarana dan prasarana agar selalu
dalam keadaan baik dan siap digunakan secara berdayaguna dan berhasil
guna dalam mencapai tujuan pendidikan.47 Di sekolah, kegiatan tersebut
berguna untuk menjaga agar perlengkapan yang dibutuhkan oleh personel
45
Kompri, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2014), Cet. 1,
h. 201.
46
Wahyu Sri Ambar,, op. cit., h. 50-51.
Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga
Mandiri, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet. 1, h. 268-269.
47
Pendidikan
secara
30
sekolah dalam kondisi siap pakai sehingga akan membantu kelancaran
proses pembelajaran.
Ditinjau dari sifat ataupun waktunya, terdapat beberapa macam
pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, yaitu:
a. Pemeliharaan yang bersifat pengecekan, pencegahan, perbaikan
ringan, dan perbaikan berat.
b. Pemeliharaan
sehari-hari
(membersihkan
ruang
dan
perlengkapannya) dan
c. Pemeliharaan berkala, seperti pengecetan dinding, pemeriksaan
bangku, genteng, dan perabotan lainnya.48
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan
pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan antara lain:
a. Untuk mengoptimalkan usia pakai peralatan. Dari segi iaya hal ini
sangat penting, karena jika membeli suatu peralatan akan jauh
lebih mahal dibandingkan dengan merawatnya.
b. Untuk menjamin kesiapan operasional peralatan untuk mendukung
kelancaran pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang optimal.
c. Untuk menjamin ketersediaan peralatan yang diperlukan melalui
pengecekan secara rutin dan teratur.
d. Untuk
menjamin
keselamatan
orang
atau
siswa
yang
menggunakan alat tersebut.49
6. Standarnisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pemerintah melalui menteri pendidikan menerbitkan Peraturan
Pemerintah No. 24 tahun 2007 tentang Standar sarana dan prasarana.
Standar sarana dan prasarana berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang
ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan,
48
Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2015), Cet.
1, h. 219.
49
Matin Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan: Konsep
dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2016), Cet. 1, h. 92.
31
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan
berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.50
Untuk memenuhi standar sarana dan prasarana, sekolah harus
melakukan upaya-upaya pemenuhan antara lain pengadaan sarana dan
prasarana, merenovasi sarana dan prasarana, meningkatkan perawatan
sarana dan prasarana, dan meningkatkan keamanan sarana dan prasarana.51
Kebanyakan dari lembaga sekolah hanya berfokus terhadap
pemenuhan standar nasional pendidikan yang pada akhirnya mengabaikan
proses-proses pengelolaan, seperti diskusi, menentukan prioritas, membagi
tanggung jawab, dan lainnya. Asalkan standar terpenuhi, pengelolaan sarana
dan prasarana sudah efektif dan efisien. Padahal, belum tentu sarana
prasarana ysng diadakan itu mendesak untuk dipenuhi atau jangan-jangan
tidak begitu menunjang dalam proses pembelajaran.
Analogi yang tepat dari standar sarana dan prasarana ini adalah
seperti membangun sangkar emas dan kemudian baru dicarikan isinya.
Padahal, isi (substansi) ini yang sangat penting bagi sebuah proses
pembelajaran, bukan megahnya sarana dan prasarana. Pemerintah sepertinya
memang mengesampingkan substansi pengembangan sarana dan prasarana
yang sesuai dengan perkembangan peserta didik melainkan lebih
memfokuskan pemerataan sarana dan prasarana bagi sekolah di Indonesia
tanpa memperhatikan apa yang sebenarnya diperlukan oleh sekolah tersebut.
Sehingga, dana APBN yang diberikan oleh pemerintah untuk pembangunan
sekolah menjadi sia-sia tanpa membawa perubahan yang signifikan terhadap
mutu pendidikan di Indonesia.52 Berikut ini akan diuraikan standar sarana
dan prasarana minimum yang harus dipenuhi pada jenjang Sekolah
Menengah Pertama yaitu:
50
Rusdiana, op. cit., h. 211.
Teguh Triwiyanto, & Ahmad Yusuf Sobri, Panduan Mengelola Sekolah Bertaraf
Internasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010) , Cet.1, h. 111-112
51
52
Ibid., h. 113-114.
32
a. Ruang Kelas di Sekolah Menengah Pertama
Ruang kelas adalah ruang yang berfungsi sebagai tempat
kegiatan pembelajaran teori dan praktik yang tidak memerlukan
peralatan khusus dan/atau peralatan khusus yang mudah dihadirkan.
Banyak ruang kelas di satu SMP minimum sesuai dengan banyak
rombongan belajar, kapasitas maksimum 32 peserta didik, rasio
minimum 2 m2/peserta didik dan untuk rombongan belajar kurang dari
15 orang luas ruang kelas minimum 30 m2 dan lebarnya 5 m, memiliki
fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk
membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan,
memiliki pintu yang memadai sehingga memudahkan peserta didik dan
guru keluar ruangan jika terjadi bahaya dan dapat dikunci dengan baik
ketika tidak digunakan.
Ruang kelas minimum harus dilengkapi dengan sarana antara
lain: 1 buah kursi/peserta didik, 1 buah meja/peserta didik, 1 buah kursi
guru/guru, 1 buah meja guru/guru, 1 buah lemari/ruang, 1 buah papan
pajang/ruang, 1 buah papan tulis/ruang, 1 buah tempat sampah/ruang, 1
buah tempat cuci tangan/ruang, 1 jam dinding/ruang, dan 1 soket
listrik/ruang.53
b. Ruang Laboratorium IPA di Sekolah Menengah Pertama
Ruang laboratorium IPA adalah ruang yang digunakan untuk
melakukan pecobaan-percobaan sehubungan dengan pelajaran IPA.
Ruang tersebut mampu menampung minimum satu rombongan belajar.
Rasio minimum luas ruang adalah 2,4 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang maka luas
minimum adalah 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan
18 m2. Lebar minimum 5 m dilengkapi fasilitas pencahayaan yang
53
Matin Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan: Konsep
dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2016), Cet. 1, h. 158.
33
memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan, dan
tersedia air bersih.
Ruang laboratorium IPA harus dilengkapi sarana sebagai alat
bantu pendukung kegiatan pembelajaran sebagai berikut: 1 buah kursi/
peserta didik ditambah 1 buah/guru, 1 buah meja/7 peserta didik, 1 buah
meja demonstrasi /lab, 1 meja persiapan/lab, 1 lemari alat/lab, 1 buah
bak cuci/2 kelompok ditambah 1 buah di ruang persiapan, 6 buah mistar,
jangka sorong, stopwatch, thermometer 1000C, gelas ukur, batang
magnet, garpu tala, dynamometer, model molekul sederhana, pembakar
sepirtus, cawan penguapan, kaca pembesar, dan pelat tetes, 30 buah
gelas kimia, 3 buah timbangan, massa logam, dan balok kayu, 1 buah
model/gambar tubuh manusia, pencernaan manusia, peredaran darah
manusia, sistem pernapasan manusia dan organ vital manusia lainnya, 1
buah papan tulis/lab, alat pemadam kebakaran, peralatan P3K, tempat
sampah, jam dinding.dan peralatan lainnya sesuai dengan standar.54
c. Ruang Perpustakaan di Sekolah Menengah Pertama
Ruang perpustakaan merupakan tempat kegiatan peserta didik
dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka
sekaligus tempat petugas perpustakaan mengelola perpustakaan. Luas
minimum perpustakaan sama dengan ruang kelas dan lebar minimum 5
m, dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk
membaca buku, terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai dan
dilengkapi sarana seperti 1 eksemplar buku teks pelajaran/peserta didik,
buku referensi 20 judul/sekolah, sumber belajar lain 20 judul/sekolah, I
set rak buku, 1 buah rak majalah dan surat kabar/sekolah, 15 buah meja
baca/sekolah, 15 buah kursi baca/sekolah, 1 buah meja sirkulasi/petugas,
dan peralatan lainnya sesuai dengan standar perpustakaan.55
54
55
Ibid., h. 162-163.
Ibid., h. 159-161.
34
d. Tempat Bermain/Berolahraga di Sekolah Menengah Pertama
Tempat bermain/berolahraga adalah tempat yang berfungsi
untuk area bermain, berolahraga, melaksanakan pendidikan jasmani,
upacara dan kegiatan ekstrakurikuler. Rasio minimum luas tempat
bermain/berolahraga adalah 3 m2/peserta didik. Untuk sekolah yang
memiliki peserta didik kurang dari 334, luas minimum tempat
bermain/berolahraga adalah 1000 m2.
Tempat bermain/berolahraga harus berada pada lokasi yang
tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas, tidak digunakan
sebagai tempat parkir, memiliki permukaan yang datar, tidak terdapat
pohon, saluran air dan benda-benda lain yang menggangu kegiatan
olahraga. Sarana di tempat bermain/berolahraga ini harus dilengkapi
dengan 1 buah tiang bendera dan benderanya/sekolah, 1 set peralatan
bola voli, sepak, basket, senam, dan atletik/sekolah.56
Tabel 2.1
Tahap Perencanaan dan Pengadaan Sarana Prasarana 57
No
1
2
3
4
5
Alat Pelajaran
Merencanakan kebutuhan buku,
alat praktik, bahan praktik, dan
alat laboratorium berdasarkan
kurikulum yang berlaku dengan
memerhatikan jumlah siswa.
Mendiskusikan
jenis
alat
pelajaran yang dibeli dan yang
dapat dikembangkan sendiri
Alat Peraga
Menyusun
kebutuhan
alat peraga menurut
jenisnya
dengan
memerhatikan jumlah
siswa.
Mendiskusikan jenis alat
peraga yang dibeli dan
yang
dapat
dikembangkan.
Media Pengajaran
Menyusun
dan
menentukan
kebutuhan
media
pengajaran
Mendiskusikan jenis
media
pengajaran
yang dibeli dan yang
dapat dikembangkan
sendiri.
Menyusun prioritas alat yang Menyusun prioritas alat Menyusun prioritas
akan diadakan.
peraga
yang
akan media
pengajaran
diadakan.
yang akan diadakan.
Mencatat fasilitas perpustakaan Menetapkan
Menetapkan
dengan cermat dan tertib.
penanggung jawab alat penanggung jawab
peraga.
media pengajaran
Menetapkan penanggungjawab
laboratorium dan perpustakaan.
56
Ibid., h. 172-173.
Teguh Triwiyanto, & Ahmad Yusuf Sobri, Panduan Mengelola Sekolah Bertaraf
Internasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010) , Cet.1, h. 113.
57
35
C. MUTU PEMBELAJARAN
1. Pengertian Mutu Pembelajaran
Mutu dalam pendidikan bukanlah barang melainkan layanan, di
mana mutu harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan, dan keinginan
semua pihak/pemakai dengan fokus utamanya terletak pada peserta didik.
Mutu pendidikan berkembang seirama dengan tuntutan kebuttuhan hasil
pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang
melekat pada wujud pengembangan kualitas sumber daya manusia. 58 Mutu
yang diharapkan tidak akan terjadi begitu saja. Mutu tersebut harus
direncanakan dengan matang. Mutu perlu menjadi sebuah bagian penting
dalam strategi sebuah institusi dan untuk meraihnya wajib menggunakkan
pendekatan yang sistematis dengan menggunakkan proses perencanaan yang
matang.59
Mutu pembelajaran dapat dilihat dari sejauhmana kemampuan
sumber daya sekolah dalam mentransformasikan beragam jenis masukan
dan situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu dari peserta didik,
sehingga pembelajaran yang bermutu dapat terwujud sesuai dengan harapan
semua praktisi pendidikan dan masyarakat pada umumnya. Pengembangan
mutu dalam sektor pendidikan ini sesungguhnya mengadopsi berbagai
konsep (walaupun yang paling dominan adalah konsep mutu dalam bidang
industri).60
Oemar Malik berpendapat bahwa pengertian mutu dapat dilihat dari
dua sisi, yaitu segi normatif dan deksriptif. Dalam arti normatif, mutu
ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria) intrinsik dan ekstrinsik.
Berdasarkan kriteria intrinsik, mutu pendidikan merupakan produk
pendidikan, yakni manusia yang terdidik sesuai standar ideal. Berdasarkan
kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik tenaga
58
Sofan Amri, Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar & Menengah,
(Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2013), Cet. 1, h. 18.
59
Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), Cet. 2, h. 52.
60
Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet. 1, h. 325.
36
kerja terlatih. Dalam artian deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan
senyatanya, misalkan hasil tes prestasi siswa.61
Sementara, Crosby menyatakan bahwa mutu adalah conformance
to requirement, yaitu sesuai dengan yang diisyaratkan atau distandarkan.
Jadi, suatu produk dapat dikatakan bermutu jika sesuai dengan standar atau
kriteria yang telah ditentukan baik dari segi input, proses maupun
outputnya.62
Menurut Edward Sallis sebagaimana dikutip oleh Sri Minarti
bahwa mutu dapat dipandang sebagai sebuah konsep yang absolut sekaligus
relatif. Dalam definisi absolut, sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari
standar yang sangat tinggi dan tidak dapat diungguli. Sedangkan mutu yang
relatif dipandang sebagai suatu yang melekat pada sebuah produk sesuai
dengan kebutuhan pelanggannya.63
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mutu
adalah terpenuhinya standar atau kriteria dari harapan pelanggan terhadap
suatu produk. Dengan kata lain, Suatu produk dapat dikatakan bermutu jika
sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggannya.
Selanjutnya, kata pembelajaran berasal dari kata belajar berarti
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Dalam bahasa sederhana kata
belajar dimaknai sebagai menuju kearah yang lebih baik dengan cara runtut
atau sistematis.64
Menurut Smith, R.M sebagaimana yang dikutip oleh Anisah
Basleman bahwa pembelajaran tidak dapat didefinisikan dengan tepat
karena banyak digunakan dalam berbagai hal. Pembelajaran digunakan
untuk menunjukkan: “(1) pemerolehan dan penguasaan tentang apa yang
telah diketahui mengenai sesuatu, (2) penyuluhan dan penjelasan mengenai
61
Ibid., h. 328-329.
Abdul Haris dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2012), Cet. 2, h. 85.
63
Sri Minarti, op. cit., h. 326.
64
Nurul Aini, “Mutu Pembelajaran Akuntansi”, Skripsi pada Sekolah SMK Negeri 50
Jakarta, Jakarta, 2016, h. 8, tidak dipublikasikan.
62
37
arti pengalaman seseorang, atau (3) suatu proses pengujian gagasan yang
terorganisasi yang relevan dengan masalah. Dengan kata lain, pembelajaran
digunakan untuk menjelaskan suatu hasil, proses, atau fungsi”.
Sementara,
Konsensus
Knowles
mengemukakan
bahwa
pembelajaran merupakan suatu proses tempat perilaku diubah, dibentuk,
atau dikendalikan. Jika istilah pembelajaran ini digunakan untuk
menyatakan fungsi maka tekanannya diletakkan pada aspek-aspek penting
tertentu (seperti motivasi) yang diyakini dapat membantu hasil belajar.65
Pendapat lain juga diungkapkan oleh Muhammad Surya bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.66
Dari beberapa pendapat di atas mengenai pembelajaran dapat
dipahami bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan
seseorang untuk mengubah, membentuk atau mengendalikan suatu perilaku
secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Dalam uraian sebelumnya, mutu diartikan sebagai terpenuhinya
standar atau kriteria dari harapan pelanggan terhadap suatu produk.
Sementara, pembelajaran diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan
seseorang untuk mengubah, membentuk atau mengendalikan suatu perilaku
secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Berdasarkan teori analisis dapat disimpulkan, bahwa mutu
pembelajaran adalah segala aktivitas atau proses pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa untuk mengubah suatu perilaku dalam rangka
65
Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 1, h. 12-13.
66
Asep Herry Hernawan, Asra dan Laksmi Dewi, Belajar dan Pembelajaran Sekolah
Dasar, (Bandung: UPI Press, 2007), Cet. 1, h. 3.
38
mencapai standar atau kriteria yang telah ditetapkan sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Pembelajaran bermutu ini akan bermuara pada kemampuan guru
dalam menyampaikan pelajaran kepada siswanya. Untuk menyampaikan
materi dengan baik ini diperlukan suatu media yang dapat membantu siswa
dalam memahami suatu pelajaran. Oleh karena itulah, keberadaan suatu
sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran sangatlah dibutuhkan
dalam rangka menunjang mutu proses pembelajaran di sekolah.
2. Mutu Pembelajaran dilihat dari Segi Sarana dan Prasarana Pendidikan
2.1. Mutu Sarana dan Prasarana
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu proses belajar mengajar
sangat kompleks karena melibatkan banyak faktor yang saling terkait
satu sama lain. Salah satunya adalah keberadaan sarana dan prasarana
pendidikan yang memadai. Meskipun hanya sebagai faktor penunjang
dalam pembelajaran tetapi kontribusinya tidak dapat diabaikan dalam
usaha meningkatkan mutu proses dan hasil proses belajar mengajar di
kelas.
Fasilitas belajar dalam jumlah yang memadai di suatu institusi
pendidikan, berkontribusi besar dalam memfasilitasi guru dan peserta
didik dalam proses pembelajaran di kelas. Tanpa adanya fasilitas yang
memadai maka interaksi antara guru dan peserta didik tidak akan berjalan
optimal. Selain itu, apabila infrastruktur suatu institusi pendidikan kurang
memadai dan memenuhi syarat, maka akan berpengaruh juga terhadap
interaksi pembelajaran di sekolah. Misalnya, suatu sekolah telah
memiliki gedung sebagai tempat pembelajaran, tetapi tidak tersedia
dalam jumlah memadai sesuai dalam jumlah peserta didiknya akan
berdampak terhadap interaksi belajar mengajar yang tidak optimal.67
67
Abdul Haris dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2012), Cet. 2, h. 111.
39
Ada beberapa kondisi Lingkungan fisik sekolah yang dapat
mempengaruhi mutu pembelajaran di sekolah diantaranya adalah: Ruang
kelas tidak terlalu penuh sesak dengan banyaknya siswa, para siswa
merasa nyaman dan aman berada di sekolah, keteraturan pada ruang
kelas, ruang kelas dan lapangan sekolah teratur, ruang kelas yang
menarik, tingkat kebisingan sekolah yang rendah, ruang tempat
pembelajaran dan aktivitas mencukupi. serta kepemilikan buku dan
media pengajaran para guru cukup.
Sementara, Kondisi lingkungan fisik yang berlawanan dan dapat
menghambat proses pembelajaran, yaitu: Ruang kelas terlalu penuh sesak
dengan banyaknya siswa, terjadinya tindak kekerasan pada siswa di
sekolah, ketidakteraturan ruang kelas, ketidakteraturan lapangan sekolah,
ruang kelas yang kotor dan tidak terawat, tingkat kebisingan sekolah
yang tinggi, ruang tempat pembelajaran dan aktivitas tidak mencukupi,
serta Keterbatasan dan minimnya buku dan media pengajaran yang
dimiliki guru.68
2.2. Strategi Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan di Madrasah
Strategi peningkatan mutu dan relevansi madrasah ini dilakukan
dalam 4 (empat) Aspek yaitu: kurikulum, guru dan tenaga kependidikan
lainnya, sarana pendidikan, serta kepemimpinan madrasah. Strategi yang
dimaksudkan dalam memperbaiki mutu pembelajaran berupa usaha dan
kegiatan yang dilakukan kepala sekolah secara memadai untuk meraih
keberhasilan dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Dalam hal ini
kepala sekolah melipatkan gandakan usaha dan memaksimalkan
usahanya didalam membuat keputusan, merumuskan tujuan, membuat
kebijakan, menyusun program, menggunakan sumber daya agar usahanya
dalam meningkatkan mutu pendidikan dapat berhasil. Suatu penelitian
menunjukkan bahwa kepala sekolah memahami dengan baik dalam
membuat keputusan untuk memilih tindakan yang tepat, kapan, kepada
siapa dan bagaimana supervisi pengawasan professional semestinya
68
Depdiknas, Pengembangan Kultur Sekolah, 2009, h. 17-18.
40
dilakukan. Selain itu, keberhasilan kepala sekolah menggunakan
pengawasan professional sebagai supervisi dalam usaha meningkatkan
mutu, dapat dipengaruhi oleh ketepatannya dalam memilih strategi
dengan membaca keadaan di sekolahnya.69
Di dalam skripsi ini, penulis fokus terhadap kajian Strategi
peningkatan mutu dan relevansi madrasah dari aspek ketiga yaitu
pengadaan dan pendayagunaan sarana dan prasarana pendidikan di
madrasah. Pengadaan dan pendayagunaan sarana dan prasarana
pendidikan di madrasah ini meliputi : (a) menjamin tersedianya buku
pelajaran, buku teks, dan buku-buku lainnya, satu buku untuk untuk
setiap peserta duduk; (b) melengkapi kebutuhan ruang belajar, (c)
mengefektifkan pengelolaan dan pendayagunaan sarana dan prasarana
pendidikan yang dikaitkan dengan sistem insentif; (d) menyediakan dana
pemeliharaan
yang
memadai
untuk
pemeliharaannya;
(e)
mengembangkan lingkungan madrasah sebagai pusat pembudayaan dan
pembinaan peserta didik.70
69
Dadang Suhardan, Supervisi Profesional: Layanan dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 4, h. 146-147.
70
Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan
Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Kaukaba, 2012), Cet. 1, h.
140-141.
41
C. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Tabel 2.2
Hasil Penelitian yang Relevan
No
Penelitian Relevan
1.
Nama
: Zaiyadi Abdillah
Tahun
: 2013
Universitas : UNIVERSITAS BENGKULU
Judul
: Kinerja Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri Dalam
Meningkatkan Mutu Sekolah (Studi Deskriptif Kualitatif
di SMA Negeri 8 Seluma).
Hasil
: Hasil penelitian tesis ini menunjukkan bahwa kinerja
kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan
berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada walaupun
terdapat kendala yang dihadapi tetapi kepala sekolah
berusaha mengatasi kendala tersebut.
Persamaan
: Persamaan penelitian terletak pada fokus penelitian yaitu
mengetahui
peran
kepala
sekolah
dalam
upaya
peningkatan mutu di sekolah.
Metode yang digunakan Kualitatif Deskriptif dan teknik
pengumpulan
datanya
menggunakkan
wawancara,
observasi dan studi dokumentasi.
Perbedaan
: Yang membedakan dengan skripsi penulis ialah:
1. Penulis
memfokuskan
pada
strategi
kepala
sekolah dalam mengembangkan sarana prasarana.
2. Penulis hanya mengambil salah satu aspek mutu
pendidikan yaitu mutu pembelajaran sebagai
variabel bebas di penelitian ini. Sementara
Zaiyadi
variabel
cakupannya
yaitu
bebasnya
mutu
lebih
luas
pendidikan
lagi
yang
didalamnya membahas mutu yang dilihat dari
42
berbagai aspek atau indikator mutu.
2.
Nama
: Sri Wulandari
Tahun
: 2013
Universitas : UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Judul
: Kinerja Kepala Sekolah dalam Pengelolaan Sarana dan
Prasarana Pendidikan di MTs Khazanah Kebajikan
Pondok Cabe Ilir Pamulang.
Hasil
: Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
adanya
musyawarah dan koordinasi antara kepala sekolah
dengan guru-guru, karyawan, serta siswa/i dalam
mengelola sarana dan prasarana pendidikan di sekolah.
Persamaan
: Persamaan penelitian terletak pada fokus utama yaitu
Peran Kepala Sekolah dalam mengelola sarana dan
Prasarana Pendidikan.
Perbedaan
: Yang membedakan dengan skripsi penulis ialah:
1. Penulis menggunakan variabel peningkatan mutu
pembelajaran sebagai dampak pengembangan
sarana dan prasarana pendidikan yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah.
2. Responden
dalam
pengumpulan
data
yang
dilakukan oleh Sri adalah kepala sekolah, guru,
staf, dan siswa/i. sedangkan penulis melakukan
penelitian dengan respondennya yaitu Kepala
Sekolah, Wakasek Bidang Sarana dan Prasarana,
Tata Usaha Bidang Sarana dan Prasarana, Guru
Mata Pelajaran dan Siswa/I
3.
Nama
: Dhiza Namira Fatihany
Tahun
: 2015
Universitas
: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Judul
: Implementasi Rencana Strategi Sarana Prasarana di
SMPN 5 Tangerang Selatan.
Hasil
: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan sarana
43
dan prasarana di sekolah tersebut belum terlaksana
dengan baik sehingga suasana di Sekolah menjadi kurang
kondusif.
Persamaan
: Persamaan penelitian terletak pada fokus utama yaitu
menjadikan strategi sebagai suatu rencana dalam
mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan.
Perbedaan
: Yang membedakan dengan skripsi penulis ialah:
1. Penulis menggunakan variabel peningkatan mutu
pembelajaran sebagai dampak pengembangan
sarana dan prasarana pendidikan yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah.
2. Penulis memfokuskan peran kepala sekolah juga
dalam
mengelola
sarana
prasarana
meningkatkan mutu pembelajaran.
Dari beberapa hasil penelitian terdahulu terdapat beberapa
kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Akan tetapi
dari penelitian tersebut tidak ada yang benar-benar sama dengan masalah
yang akan diteliti sehingga mencegah terjadinya duplikasi dari hasil
penelitian terdahulu.
untuk
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs Darul Muttaqien yang terletak di Jalan
Raya Parung Bogor KM 41 Jabon Mekar Parung Bogor Provinsi Jawa Barat.
Adapun waktu pelaksanaan dimulai dari bulan Oktober 2015 sampai dengan
Oktober 2016 dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No
Kegiatan
2015-2016
Okt
Nov
Feb
Jun
Sept
Okt
√
√
√
1.
Pengesahan
Proposal Skripsi
√
2.
Memberikan Surat
Izin Observasi.
√
3.
Konsultasi dengan
dosen pembimbing.
√
√
4.
Observasi di MTs
Darul Muttaqien.
√
√
5.
Memberikan surat
izin penelitian
6.
Pengumpulan data
√
7.
Pengolahan /
Analisis data
√
√
46
47
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakkan Pendekatan kualitatif dengan metode
deksriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang
menggambarkan secara apa adanya mengenai kondisi atau fenomena yang ada
di lapangan tanpa dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak
mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut.1 Data yang terkumpul akan
diklasifikasikan menurut jenis, sifat atau kondisinya jika datanya telah
lengkap baru dapat ditarik sebuah kesimpulan.2
Metode Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan obyek
penelitian atau keadaan pada saat itu, untuk mengkaji permasalahan pada saat
penelitian ini dilakukan. penelitian ini berusaha mendeksripsikan dan
menginterpretasikan apa adanya sesuai dengan yang terjadi di lapangan dan
dibandingkan dengan teori yang relevan. Penggunaan metode deskriptif dalam
penelitian ini dengan tujuan untuk menggambarkan kondisi sarana dan
prasarana sekolah, kondisi mutu pembelajaran di sekolah, strategi kepala
sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana, dan kendala-kendala
yang dialami kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana
untuk meningkatkan mutu pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien.
C. Sumber Data
Berdasarkan kebutuhan penelitian di MTs Ponpes Darul Muttaqien
maka sumber data yang diperoleh adalah dari pihak-pihak yang terkait
didalamnya antara lain:
1. Kepala Sekolah.
2. Wakasek bidang Sarana dan Prasarana.
3. Tata Usaha Bidang Sarana dan Prasarana.
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: PT.
Alfabeta, 2011) , Cet. 13, h. 9.
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2013), Cet. 15, h. 3.
48
4. Guru yang dibatasi pada lima rumpun mata pelajaran yang diwakili oleh
lima guru yaitu Guru Bahasa (1 Orang), Guru IPA (1 Orang), Guru IPS (1
Orang), Guru Agama (1 orang), dan Guru Keterampilan (1 Orang).
5. Siswa kelas VIII dan IX yang dilihat dari nilai raport, data prestasi dan
wawancara langsung.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Teknik ini digunakan untuk menggali data mengenai Strategi Kepala
Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana Pendidikan dan
Pengaruh/dampaknya terhadap Mutu Pembelajaran. Metode ini digunakan
untuk memperoleh data yang tidak dapat dilihat melalui observasi ataupun
studi dokumen yang berkaitan dengan motivasi, kendala, peluang maupun
tantangan yang dihadapi sekolah. Wawancara yang dilakukan peneliti
dilakukan bersifat terbuka, responden tahu bahwa mereka sedang
diwawancarai dan mengetahui pula maksud dari wawancara tersebut.
Selain itu, Wawancara ini juga dapat dilakukan secara terstruktur, semi
terstruktur, dan tidak terstruktur tergantung kondisi di lapangan dan data
yang dibutuhkan pada saat penelitian berlangsung.3
2. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk mengamati dan mencatat seluruh aspek
yang berkaitan dengan fokus masalah yang akan diteliti yaitu
Kepemimpinan Kepala sekolah dan Kondisi fisik sarana dan prasarana
agar data yang diperoleh lebih lengkap.4
3
. Sugiyono, op. cit., h. 233.
Ibid., h. 230.
4
49
3. Studi Dokumentasi
Dalam Penelitian Kualitatif, Metode dokumentasi berupa dokumen dapat
dijadikan sebagai pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan
wawancara.5 Studi dokumentasi dilakukan dengan menemukan informasi
tertulis yang berkaitan fokus penelitian yaitu Tugas Pokok dan Fungsi
Kepala
Sekolah,
hasil
diskusi
rapat
atau
evaluasi
pada
akhir
semester/tahun ajaran baru terkait sarana dan prasarana, Rencana Program
Semester/Tahunan di bidang sarana dan prasarana, Laporan hasil
pengadaan sarana dan prasarana, Laporan pemeliharaan sarana dan
prasarana, Hasil Raport siswa dan Data prestasi yang diraih siswa agar
data yang telah diperoleh lebih kredibel.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode
tertentu. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Analisis data melalui reduksi data berarti memfokuskan pada hal-hal yang
penting, membuat kategori berdasarkan macam atau jenisnya, dan
membuang data yang tidak diperlukan. Dengan demikian, data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya
bila data tersebut diperlukan.
2. Data Display (Penyajian data)
Setelah data direduksi, Langkah selanjutnya adalah mendisplay data.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.
Dalam langkah ini dilakukan penyajian dengan menghubungkan antar
5
Ibid., h. 240.
50
kategori dan memisahkan pola yang berbeda sesuai jenis atau macamnya.
Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
telah dipahami.
3. Conclusion Drawing / verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan hanya bersifat
sementara, dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
dan mendukung kesimpulan tersebut pada tahap pengumpulan data
selanjutnya. Sebaliknya, jika Kesimpulan ini didukung oleh bukti-bukti
yang kuat dan valid ketika penulis kembali ke lapangan untuk
mengumpulkan data maka kesimpulan tersebut dapat dikatakan kredibel.6
F. Kisi-Kisi Instrumen
Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan penulis, maka
diperlukan kisi-kisi instrumen yang terkait dengan “Strategi Kepala Sekolah
dalam
Mengembangkan
Sarana
dan
Prasarana
Pendidikan
untuk
Meningkatkan Mutu Pembelajaran”. Adapun Kisi-kisi Instrumen sebagai
berikut:
1. Kisi-Kisi Instrumen Wawancara
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Wawancara
No
Variabel
Aspek/Dimensi
Indikator
Penelitian
1.
Strategi
Sekolah
Kepala A. Pengembangan Sarana 1. Kondisi
dalam
Mengembangkan
6
Ibid., h. 247-252.
dan Prasarana.
- Perencanaan.
eksternal
prasarana.
internal
dan
sarana
dan
51
Sarana
Prasarana
dan
- Pengadaan.
- Pemeliharaan.
2. Membentuk tim khusus
terkait perencanaan dan
pengadaan
sarana
dan
prasarana.
3. Mengadakan
rapat
koordinasi
terkait
perencanaan sarana dan
prasarana.
4. Melakukan
dengan
kerjasama
pihak
khususnya
lain
dibidang
pengadaan
sarana
dan
prasarana.
5. Melakukan
pelatihan/workshop
terhadap staff atau guru di
sekolah
khususnya
dibidang
sarana
dan
prasarana.
6. Melakukan
pengadaan
sarana
prasarana
dan
sekolah.
7. Melakukan
sarana
penambahan
dan
prasarana
sekolah.
8. Melakukan
terhadap
perawatan
sarana
dan
prasarana milik sekolah.
52
9. Melakukan
terhadap
perbaikan
sarana
dan
prasarana milik sekolah.
10. Membentuk unit usahausaha
tertentu
yang
dikelola oleh yayasan atau
sekolah.
2.
Peningkatan
Mutu
Pembelajaran
B. Mutu Pembelajaran
1. Kondisi
mutu
pembelajaran
- Kondisi mutu.
khususnya
dalam aspek sarana dan
- Dampak mutu.
prasarana.
- Strategi peningkatan
2. Dampak
positif
pengembangan sarana dan
mutu
prasarana.
3. Dampak
negatif
pengembangan sarana dan
prasarana.
4. Rencana jangka panjang
terkait
pengembangan
sarana dan prasarana.
2. Kisi-Kisi Instrumen Observasi
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Observasi
No
Variabel Penelitian
1.
Strategi Kepala Sekolah
Dimensi/Aspek yang diamati
1.1 Gaya
Kepemimpinan
Kepala Sekolah.
53
2.
Mutu Pembelajaran
1.1 Kondisi
kelas
tempat
sebagai
Pembelajaran
berlangsung.
1.2 Kondisi Fisik Lingkungan
Sekolah.
3.
Kisi-Kisi Instrumen Studi Dokumen
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Studi Dokumen
No
Dokumen
1.
Profil Sekolah
2.
Visi dan Misi Sekolah
3.
Tugas Pokok dan Fungsi Kepala
Sekolah
4.
Struktur Organisasi Sekolah
tahun 2016-2017.
5.
Data Guru dan Staff tahun 20162017.
6.
Data Inventaris Sarana dan
Prasarana tahun ajaran 20162017.
7.
Laporan Hasil Pengadaan Sarana
dan Prasarana tahun ajaran
Ada
Tidak Ada
Ket
54
2016-2017
7.
Laporan Hasil Pemeliharaan
Sarana dan Prasarana tahun
ajaran 2016-2017
8.
Data Nilai Raport/Hasil Belajar
Siswa kelas VIII dan IX (dua
semester terakhir) pada dua
tahun terakhir.
9.
Laporan hasil rapat pada akhir
Semester/Tahun ajaran bidang
Sarana dan Prasarana
Pendidikan tahun 2015-2016.
10.
Data rencana program
Semester/Tahunan bidang
Sarana dan Prasarana
Pendidikan tahun 2016-2017
11.
Laporan program kerja Kepala
Sekolah periode 2016-2017.
12.
Pedoman kerja Wakasek Bidang
Sarana dan Prasarana.
13.
Data prestasi siswa/I dari tahun
ajaran 2012-2016.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTS Darul Muttaqien
1. Sejarah MTs Darul Muttaqien
MTs Darul Muttaqien merupakan salah satu jenjang pendidikan
berbasis pesantren yang bernaung di bawah Yayasan Darul Muttaqien.
Pondok Pesantren Darul Muttaqien ini terletak di wilayah Desa Jabon
Mekar Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Resmi berdiri
sebagai lembaga pesantren pada tanggal 18 Juli 1988.
Sejarah berdirinya Darul Muttaqien terkait erat dengan pemberian
tanah wakaf seluas 1,8 ha oleh pemiliknya H. Mohamad Nahar (alm.),
seorang mantan wartawan senior Kantor Berita Antara kepada KH. Sholeh
Iskandar (alm) ketua BKSPPI (Badan Kerjasama Pondok Pesantren seIndonesia) pada tahun 1987. Niat pemberian tanah wakaf sebagaimana
pernah disampaikan Alm. H. Mohamad Nahar agar didirikan lembaga
pendidikan Islam (pondok pesantren) yang standar, baik dari segi kualitas
pendidikannya, pelayanan maupun manajemen pengelolaannya. Niat ini
muncul sebagai rasa keprihatinan dan keterpanggilan melihat kenyataan
lulusan pesantren belum memiliki kualitas yang standar, masih jauh dari
harapan.
Dari rangkaian sejarah berdirinya, awalnya Darul Muttaqien
berafiliasi pada Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta. Namun, berdasarkan
pertimbangan dan kepentingan yang lebih luas, terkait dengan kemandirian
dan efektifitas organisasi, maka didirikanlah Yayasan Darul Muttaqien pada
tanggal 29 Januari 1992, dengan H. Muhammad Nahar sebagai ketua.
Sejak berdirinya, dari tahun ke tahun Pondok Pesantren Darul
Muttaqien telah mengalami kemajuan yang cukup signifikan baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Saat ini, Pesantren Darul Muttaqien berdiri di
55
56
atas lahan kurang lebih 15 hektar dengan KH. Mad Rodja Sukarta sebagai
Pimpinannya.
2. Profil MTs Darul Muttaqien
Hingga saat ini kegiatan pendidikan yang dikembangkan Yayasan
Darul Muttaqien meliputi Raudhotul Althfal, SD Islam Terpadu, SMP
Islam Terpadu, TMI (Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah)
Berasrama, Taman Pendidikan Qur’an, dan Diniyah Takmiliah. Berikut ini
akan dipaparkan identitas/profil salah satu jenjang pendidikan yang
terdapat di Yayasan Darul Muttaqien.
Nama Madrasah
: MTs Darul Muttaqien
Status Madrasah
: Swasta
Status Akreditasi
: A
Alamat
: Jl. Raya Parung Bogor KM 41 Desa Jabon Mekar
Parung Bogor Kode Pos 16330 Provinsi Jawa Barat
Telepon
: (0251) 8615522
Website
: darul-muttaqien.com
Email
: info.darul-muttaqien.com
3. Visi dan Misi
Visi : Menjadi Madrasah Tsanawiyah berstandar nasional yang mampu
mencetak generasi islami yang berprestasi.
Misi :
a. Menyelenggarakan pendidikan yang berstandar nasional.
b.
Melaksanakan Manajemen Berbasis Madrasah.
c. Menumbuhkembangkan perilaku siswa yang berlandaskan aqidah dan
syari’at Islam.
d. Menciptakan lingkungan, kondisi dan proses pendidikan yang islami.
e. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan efektif.
f. Menyelenggarakan pembelajaran dengan mengembangkan
PAIKEM/CTL.
g. Menyelenggarakan pengembangan diri yang sesuai dengan kebutuhan,
minat dan bakat siswa.
57
4. Tujuan dan Program MTs Darul Muttaqien
Tujuan Utama MTs Darul Muttaqien
a. Menanamkan aqidah shohihah dan akhlaq karimah.
b. Meningkatkan intelektualitas.
c. Membentuk sikap mandiri.
d. Mengembangkan keterampilan hidup.
Program Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien
a. Pelaksanaan KBM yang efektif, kreatif dan menyenangkan.
b. Pembinaan aqidah, ibadah dan akhlaq secara intensif.
c. Penciptaan suasana islami di lingkungan madrasah.
d. Pengembangan intelektualitas.
e. Peningkatan motivasi belajar dan prestasi.
f. Pengembangan kurikulum.
g. Pengembangan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris.
h. Pengembangan kemandirian dan keterampilan hidup.
5. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Madrasah
Berikut ini adalah Analisis lingkungan menggunakan Analisis SWOT
mengenai kondisi MTs Ponpes Darul Muttaqien antara lain:
5.1 Kekuatan (Strengths)
a. Lokasi sekolah strategis karena berada di daerah yang mudah
dijangkau siswa dan jauh dari keramaian sehingga cocok untuk
dijadikan tempat belajar dan mengajar.
b. Berada di lingkungan yang islamis yaitu dalam pondok pesantren
sehingga sangat cocok bagi masyarakat yang ingin membentuk
karakter anak mereka menjadi anak yang berakhlak mulia.
58
c. Mayoritas masyarakat di sekitar lingkungan Madrasah beragama
islam sehingga situasi dan kondisinya semakin mendukung dalam
menciptakan lingkungan yang islamis bagi santri.
d. Lahan yang dimiliki oleh yayasan dikelilingi oleh pepohonan
rindang dan sangat bersih sehingga warga sekolah merasa nyaman
berada di dalam lingkungan pondok pesantren.
e. Lahan yang dimiliki yayasan sangat luas sehingga memungkinkan
pembangunan gedung-gedung baru untuk menunjang aktivitas
pembelajaran di sekolah.
f. Sistem sanitasinya baik dan berada di daerah bebas banjir.
g. Ruang kelas untuk belajarnya telah memenuhi standar minimal
ruang kelas yang ditetapkan oleh Pemerintah.
h. Gedung sekolah sudah memenuhi standar sarana dan prasarana.
i. Sarana pendukung KBM sudah cukup baik.
j. Tersedia fasilitas yang cukup memadai;
k. Lahan parkir yang luas.
l. Adanya rapat rutin mengenai sarana dan prasarana.
m. Adanya tim khusus di bawah naungan pesantren yang melakukan
perawatan dan perbaikan rutin sarana dan prasarana di sekolah.
n.
Memiliki perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana
pertahun.
o. Adanya pemberdayaan guru dan staff sebagai penanggungjawab
laboratorium.
p. Adanya kerjasama yang baik antara staff tata usaha dengan office
boy dalam perawatan dan perbaikan sarana dan prasarana.
59
5.2. Kelemahan (Weakness)
a. Dana yang dimiliki yayasan terbatas sehingga tidak semua
permintaan madrasah dapat dipenuhi.
b. Banyak guru yang belum paham mengenai cara penggunaan ruang
laboratorium dan teknologi informasi secara tepat.
c. Kurangnya kesadaran guru terkait pentingnya kontribusi mereka
dalam pengembangan sarana dan prasarana.
d. Lemahnya SDM yang memahami manajemen sarana dan prasarana.
e. Kurang kreatifnya guru dalam menggunakan media pembelajaran
untuk kegiatan belajar dan mengajar.
f. Kebutuhan sarana dan prasarana belum 100% terpenuhi di bidang
studi tertentu.
g. Kurangnya kesadaran siswa dalam memelihara sarana dan prasarana
di sekolah.
h. Waktu pengadaan dan pemeliharaan yang terkadang tidak tepat
waktu atau tertunda.
i. Kurangnya alat-alat praktik dan CD-CD pembelajaran di ruang
laboratorium dan multimedia.
j. Kurangnya buku-buku referensi umum di perpustakaan.
k. Ruangan lab yang tidak difungsikan dengan baik
l. Tidak adanya jadwal penggunaan laboratorium kecuali lab komputer
pada awal tahun ajaran baru sehingga guru harus mengikuti prosedur
penggunaan lab jika ingin menggunakan ruangan lab untuk KBM.
60
5.3. Peluang (Oppurtinities)
a. Penduduk usia sekolah di sekitar lingkungan sekolah banyak bahkan
banyak juga penduduk usia sekolah yang berasal dari luar daerah.
b. Daya beli atau kondisi ekonomi masyarakat berada pada kelas
menengah
sedikit
ke
atas
karena
pekerjaanya
rata-rata
wirausahawan, pegawai negeri dan pegawai swasta di kantor.
c. Penggunaan
media
sosial
yang
semakin
tinggi
sehingga
memudahkan untuk mempromosikan sekolah kepada seluruh
masyarakat Indonesia.
d. Adanya kecenderungan masyarakat yang lebih memilih sekolah
berbasis pesantren modern sebagai tempat untuk menuntut ilmu
pengetahuan sekaligus membentuk karakter dan memperdalam ilmu
agama anak-anak mereka.
e. Kerjasama dengan pihak lain untuk pengadaan dan penambahan
sarana dan prasarana.
f. Penggunaan lahan yang masih kosong untuk unit usaha pesantren.
g. Dukungan pemerintah daerah dalam melengkapi sarana dan
prasarana.
5.4. Ancaman (Threats)
a. Banyak sekolah lain yang berbasis pesantren di daerah Bogor.
b. Semakin mudahnya budaya luar atau asing masuk ke Indonesia.
c. Lemahnya pengadministrasian dokumen-dokumen penting sekolah.
d. Keberadaan teknologi yang semakin canggih tetapi tidak sesuai
dengan budaya pesantren.
e. Keterlambatan bantuan dari pemerintah (BOS)
61
6. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan MTs Darul Muttaqien
MTs Darul Muttaqien dikepalai oleh Abdullah Hudri, SS, M.Pd
yang dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh wakil bidang kesiswaan
yaitu Abdul Hasan, M.Pd, wakil bidang sarana dan prasarana yaitu Darojat,
S. Pd.I dan wakil bidang akademik yaitu Heri Hasary, S.Pd.I. Jumlah
Tenaga pendidik keseluruhannya adalah 55 orang yang terdiri dari 29 guru
laki-laki dan 26 guru perempuan. Pendidik di MTs Darul Muttaqien
memiliki latar belakang pendidikan minimal sarjana (S1), bahkan terdapat 2
pendidik yang telah menyelesaikan studi magister (S2). Pendidik di MTs
Darul Muttaqien juga merupakan orang yang telah memiliki pengalaman
dalam bidang pendidikan agama karena mayoritas adalah tamatan pondok
pesantren dan eksak yang berasal dari perguruan tinggi dalam dan luar
negeri seperti Al-Azhar Cairo Mesir, UIN Jakarta, UMJ, UNJ, IPB, Gajah
Mada, UIK Bogor, STAIS, UT, Universitas Paramadina dan Perguruan
tinggi lainnya. Jika dilihat secara umum, mayoritas dari tenaga pendidik di
MTs ini adalah lulusan dari perguruan tinggi islam. Adapun tenaga
kependidikan di MTs Darul Muttaqien berjumlah 6 orang yang terdiri dari
Kepala TU, Bendahara TU, dan 4 Staff TU. Untuk posisi Kepala TU dan
Bendahara TU dijabat oleh mereka yang telah menempuh pendidikan
sarjana (S1), sementara semua staff TUnya merupakan lulusan Madrasah
Aliyah saja. Untuk lebih jelasnya mengenai data pendidik dan tenaga
kependidikan dapat dilihat di data guru MTs Darul Muttaqien tahun 20162017 pada halaman lampiran.
7. Data Peserta Didik MTs Darul Muttaqien
Pada tahun pelajaran 2016 / 2017 ini, jumlah peserta didik
seluruhnya berjumlah 833 orang yang terbagi menjadi 29 Rombel yaitu
kelas VIIA – VIIL, VIIIA – VIIIH, dan IXA – IXI. Dengan rincian sebagai
berikut:
62
Tabel 4.1
Data Siswa MTs Darul Muttaqien Tahun 2016/2017
Kelas
Jenis kelamin
Jumlah
VII
VIII
IX
Laki-laki
198
144
140
482
Perempuan
150
82
119
351
Jumlah
348
226
259
833
Sumber: Data Pokok MTs Darul Muttaqien Tahun 2016-2017
Untuk Ruang Kelas karena MTs Darul Muttaqien berbasis
Pesantren maka untuk kegiatan belajar mengajar dan aktivitasnya dipisah
antara siswa laki-laki dan perempuan. Adapun untuk kegiatan belajar
mengajar siswa laki-laki terdiri dari VIIA-VIIG, VIIIA-VIIIE, dan IXA1XE. Sementara, kelas siswi perempuan terdiri dari VIIH-VIIL, VIIIFVIIIH, dan IXF-IXI.
Berdasarkan ekonomi keluarga, peserta didik rata-rata berasal dari
lingkungan menengah sedikit ke atas, dilihat dari biaya yang harus
dikeluarkan oleh orang tua untuk menyekolahkan anaknya di MTs Darul
Muttaqien yang jika dikatakan mahal masih banyak sekolah lain yang lebih
mahal dan jika dikatakan murah banyak juga orang tua yang tidak mampu
menyekolahkan anaknya di MTs Darul Muttaqien. Jika dilihat dari segi
pendidikan rata-rata orang tua peserta didik umumnya rata-rata sudah
menempuh pendidikan S1 (Sarjana) dan pekerjaannya mereka jika
dipersentasekan sekitar 60% telah mempunyai usaha sendiri (wiraswasta),
dan 40% nya adalah pegawai negeri dan pegawai swasta.
8. Data Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien
MTs Darul Muttaqien memiliki total lahan seluas 160000 m2 dari
total keseluruhan Yayasan Darul Muttaqien yang terdiri dari 11959 m2 lahan
63
bangunan, 204 m2
luas halaman, 200 m2 luas lapangan olahraga dan
upacara, serta 500 m2 luas kebun.
Jumlah bangunannya sebanyak 40 lokal yang terdiri dari Ruang
Kegiatan belajar peserta didik terdiri dari 29 Rombel dengan kondisi yang
baik, 1 Ruang Perpustakaan dengan kondisi baik, 4 laboratorium komputer
dengan kondisi baik, 1 laboratorium MIPA dengan kondisi baik, 1
Laboratorium bahasa dengan kondisi baik, 2 Laboratorium PAI dengan
kondisi baik, 2 Ruang Multimedia dengan kondisi baik dan beberapa sarana
penunjang seperti sarana olahraga, sarana kesenian, ruang kepala sekolah,
ruang guru, ruang tata usaha, ruang UKS, ruang BK, ruang OSIS, ruang
Gudang, Aula, Asrama, Kamar Mandi, dan halaman/taman.
Untuk penggunaan Laboratorium karena yang menggunakannya
bukan hanya satu kelas saja melainkan digunakan oleh semua kelas di MTs
Darul Muttaqien dan menghindari terjadinya bentrok ketika pemakaian
ruangan tersebut maka dibuatlah jadwal pemakaian ruang laboratorium baik
Lab Komputer, IPA, Bahasa, MIPA, maupun PAI. Agar guru dapat
menggunakan ruangan laborotorium tersebut, guru mata pelajaran yang
ingin melaksanakan pembelajaran disana harus mengisi surat permohonan
penggunaan lab, selanjutnya pihak penanggungjawab lab akan memeriksa
jadwal penggunaan lab tersebut apakah pada hari dan waktu yang guru
ajukan sudah ada yang akan menggunakannya atau belum. Jika belum ada
yang akan menggunakan lab pada hari itu, maka surat permohonan guru
tersebut akan diterima dan guru dapat menggunakan ruang sesuai dengan
hari dan waktu yang diajukan. Pada saat guru menggunakan lab tersebut,
guru wajib mengisi berita acara yang tersedia sebagai bukti bahwa guru
tersebut telah menggunakan lab pada hari dan waktu yang telah
dijadwalkan. Selanjutnya, penanggungjawab lab menandatangi berita acara
yang telah diisi oleh guru yang bersangkutan. Jika ingin mengetahui contoh
surat permohonan dan berita acara penggunaan lab dapat dilihat pada
halaman lampiran.
64
Selanjutnya, untuk lebih jelasnya mengenai kondisi sarana dan
prasarana di MTs Darul Muttaqien dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Data Kondisi Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien
No
Nama Fasilitas
Luas
(m2)
Jumlah
Daya
Tampung
Kondisi
Jadwal
Pemakaian
A
Fasilitas
Pembelajaran
1
Ruang Kelas Belajar
8 x 9,5
30
35
Baik
Setiap KBM
2
Ruang Lab. Bahasa
8 x 9,5
1
35
Baik
Kondisional
3
Ruang Lab. Komputer
8 x 9,5
4
35
Baik
Setiap KBM
4
Ruang Lab. PAI
8 x 9,5
2
35
Baik
Kondisional
5
Ruang Lab. MIPA
8 x 9,5
1
35
Baik
Kondisional
6
Ruang Perpustakaan
8 x 9,5
1
± 100
Baik
Kondisional
7
Ruang Multimedia
8 x 9,5
2
35
Baik
Kondisional
B
Fasilitas Penunjang
1
Ruang Pertemuan/Aula
1
± 2500
Baik
Kondisional
2
Ruang Kesenian
8 x 9,5
2
20
Baik
Kondisional
3
Lapangan Sepak Bola
40 x 80
1
± 2500
Baik
Setiap Sore
4
Lapangan Basket
15 x 29
1
± 100
Baik
Setiap Sore
5
Asrama
8 x 9,5
14
16
Baik
Setiap Hari
6
Kamar Mandi
1,5 x 1,25
40
1
Baik
Setiap Hari
Sumber: Data Pokok MTs Darul Muttaqien Tahun 2016-2017
9. Data Prestasi Siswa/I MTs Darul Muttaqien
Meskipun
bersekolah
di
lingkungan
pesantren
yang
mengedepankan pelajaran keagamaan tetapi tidak menjadi batasan bagi
santri untuk berprestasi sesuai dengan potensi, minat dan bakat yang
dimilikinya bahkan pihak madrasah memberikan ruang atau wadah bagi
mereka yang ingin mengembangkan diri dan membuktikan bahwa mereka
65
mampu bersaing dan berprestasi baik di tingkat kabupaten, kota, provinsi
maupun nasional. Berikut ini adalah tabel Prestasi akademik dan non
akademik terbaik yang diraih oleh siswa/i di MTs Darul Muttaqien pada
tahun 2015 silam, antara lain:
Tabel 4.3
Data Prestasi Siswa/I MTs Darul Muttaqien
No
Nama Kejuaraan
Peringkat
Thn
Tempat
Tingkat
Kegiatan
A.
Prestasi Akademik
1.
Pidato B. Inggris
Juara 1
2015
2.
Pidato B. Arab
Juara 2
2015
3.
Pidato B. Indonesia
Juara 1
2015
KKM Parung
4.
Olimpiade PAI
Juara 2
2015
KKM Parung
5.
Olimpiade MIPA
Juara 2
2015
KKM Parung
B.
Prestasi Non Akademik
1.
Volly Ball
Juara 1
2015
KKM Parung
2.
Wushu
Juara 1
2015
DKI Jakarta
3.
Bulu Tangkis
Juara 1
2015
KKM Parung
4.
Tenis Meja
Juara 1
2015
KKM Parung
5.
Atletik
Juara 1
2015
KKM Parung
PP Darunnajah
Jakarta
PP Darunnajah
Jakarta
Nasional
Nasional
KKM
Parung
KKM
Parung
KKM
Parung
KKM
Parung
Se DKI
KKM
Parung
KKM
Parung
KKM
Parung
Sumber: Data Pokok MTs Darul Muttaqien Tahun 2016-2017
B. Deskripsi dan Analisis Data
Berikut ini disajikan deskripsi dan analisis data penelitian yang berkaitan
dengan strategi kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana
untuk meningkatkan mutu pembelajaran di MTs Darul Muttaqien. Secara rinci
hasil temuan penelitian di lapangan diperoleh melalui instrumen penelitian yang
berupa hasil wawancara terhadap Kepala Sekolah, Wakasek Bidang Sarana dan
66
Prasarana, Tata Usaha Bidang Sarana dan Prasarana, Guru Mata Pelajaran dan
Siswa/I.
1. Tugas dan Fungsi Kepala MTs Darul Muttaqien
MTs Darul Muttaqien merupakan salah satu sekolah yang berada di
daerah Parung Bogor, yang dipimpin oleh Abdullah Hudri, SS, M.Pd. Kepala
Madrasah sebagai seseorang yang diberikan amanah dan tanggung jawab untuk
memimpin dan mengelola proses pendidikan di Madrasah mempunyai tugas
yang sangat beragam. Agar madrasah dapat bermutu maka sangat dibutuhkan
kepala madrasah yang mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Beragam
dan besarnya tanggung jawab yang diemban oleh seorang kepala madrasah
dapat
dilihat
dari
kepemimpinannya.
tugas
dan
fungsinya
dalam
menjalankan
roda
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak
Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien bahwa:
“Tugas kepala Madrasah secara umum adalah mengelola secara
keseluruhan lembaga pendidikan formal dalam hal ini madrasah.
Pengelolaan ini mencakup delapan standar pendidikan nasional. Kalau
Fungsinya sebagai manajer, supervisor, edukator, konselor. Secara umum
Kepala Madrasah berfungsi sebagai penanggung jawab berjalannya
lembaga pendidikan dari mulai perencanaan sampai dengan evaluasi dan
pelaporan”.
Lebih lanjut Beliau mengatakan bahwa ada banyak hal yang harus
dimiliki secara pasti oleh kepala madrasah baik dari segi dari sikap, kualifikasi,
maupun kompetensi apabila ingin lembaga pendidikan ini berjalan dengan baik
dan lebih baik lagi ke depannya. Secara teori, kompetensi dan kualifikasi
kepala sekolah sudah dijelaskan oleh Pemerintah dalam Permendiknas nomor
13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Hanya saja menurut
beliau untuk di MTs Darul Muttaqien ini, seorang Kepala Madrasah penting
mempunyai kesungguhan bekerja sepenuh hati, fokus dan kuat dalam
berkomunikasi secara verbal dengan para wakamad, TU, terlebih kepada guru.
Selain itu, Kepala Madrasah juga harus konsisten dengan keteladanan yang
67
baik dalam segala hal, khususnya dalam menjalankan tata tertib yang mengikat
dirinya dan guru secara umumnya.1
Pendapat Kepala MTs Darul Muttaqien diatas, sedikit berbeda dengan
teori yang dikemukakan oleh E.Mulyasa dalam buku “Menjadi Kepala Sekolah
Professional” yang mengatakan bahwa tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai
edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator,
figur, dan mediator (EMASLIM-FM). Perbedaan keduanya terletak pada tugas
kepala sekolah sebagai administrator, innovator, leader, dan figur.2
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tugas dan fungsi
kepala sekolah sangat beragam mulai dari sebagai edukator, manajer,
administrator, supervisor, leader, innovator, motivator, figur, dan mediator
(EMASLIM-FM). Bahkan untuk di MTs Darul Muttaqien selain fungsi
tersebut, kepala sekolahnya harus mempunyai kesungguhan bekerja sepenuh
hati, fokus dan kuat dalam berkomunikasi secara verbal baik dengan wakamad,
TU, dan guru. Selain itu, harus konsisten dengan keteladanan yang baik dalam
segala hal, khususnya dalam menjalankan tata tertib yang mengikat dirinya
dan guru secara umumnya. Tugas dan fungsi yang diemban kepala sekolah ini
harus sejalan dengan kompetensi dan kualifikasi diri yang dimilikinya sehingga
kepala sekolah tersebut mampu mengatasi berbagai masalah dan menjawab
tantangan masa depan pendidikan yang dihadapi oleh madrasah khususnya
kendala atau tantangan dalam pengembangan sarana dan prasarana.
2. Kepemimpinan Kepala MTs Darul Muttaqien
Setiap kepala sekolah pasti memiliki gaya kepemimpinan yang
berbeda dalam mengembangkan sarana dan prasarana untuk meningkatkan
mutu pembelajaran. Begitupun halnya dengan Kepala MTs Darul Muttaqien
yaitu Abdullah Hudri, SS, M.Pd yang bekerja berdasarkan target dan tujuan
1
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien
pada hari Minggu, 16 Oktober 2016
2
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), Cet. 12, h. 98.
68
yang jelas serta sesuai dengan prosedur yang berlaku. Beliau lebih condong
kepada gaya kepemimpinan Demokrasi akan tetapi keputusan akhirnya
diputuskan sendiri oleh Kepala Madrasah.
Terkait dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah, Bapak Abdullah
Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien mengatakan bahwa:
“Secara teori, saya tidak mengiblat ke salah satu gaya kepemimpinan
tertentu. Saya memimpin dengan target dan tujuan yang jelas yang sudah
diamanahkan kepada saya. Saya bekerja lebih senang berdasarkan
prosedur, saya suka bermusyawarah meminta pendapat wakil-wakil saya,
guru, atau tata usaha untuk menyelesaikan permasalahan yang kami hadapi
di lapangan. Hanya saja saya paham bahwa segala keputusan pada
akhirnya harus saya sendiri yang memutuskan dan saya yang
bertanggungjawab atas berjalannya keputusan itu di lapangan”.3
Gaya kepemimpinan kepala sekolah ini dipandang oleh wakil kepala
madrasah, Tata Usaha, dan beberapa guru efektif digunakan oleh kepala
madrasah di MTs Darul Muttaqien. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan
oleh salah satu wakilnya di sekolah yaitu Bapak Heri Hasary wakil kepala
sekolah bidang kurikulum yang juga guru mata pelajaran pendidikan agama
islam yang berpendapat bahwa:
“Beliau adalah sosok Kepala Sekolah yang senang akan perubahan demi
kemajuan guru dan murid-muridnya, Bersikap proaktif dan mempunyai
komunikasi yang baik, Memiliki kemampuan manajemen sekolah yang
cukup baik, delegatif dan konsultatif dan Insya Allah Efektif karena pasti
Kepala Sekolah memiliki manajemen yang sangat baik untuk mengelola
sekolah ini”.4
Senada dengan pendapat Ibu Siti Hajar guru mata pelajaran IPA tentang
gaya kepemimpinan kepala madrasah. Beliau mengatakan: “Sosok Kepala
Sekolah Darul Muttaqien khususnya MTs adalah seorang Kepala Sekolah yang
memiliki kemampuan manajemen sekolah dan memiliki sikap delegatif,
partisipatif, dan konsultatif. Gaya kepemimpinan beliau Insya Allah efektif,
3
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada
hari Minggu, 16 Oktober 2016.
4
Hasil Wawancara bersama Bapak Hery Hasary Guru PAI pada hari Minggu, 16
Oktober 2016.
69
karena pada dasarnya setiap Kepala Sekolah harus memiliki kemampuan dalam
manajemen sekolah”.5
Meskipun rata-rata mengatakan bahwa kepala sekolah mempunyai
kemampuan manajemen yang baik, delegatif, dan konsultatif. Tetapi terdapat
jawaban yang cukup berbeda diungkapkan oleh Ibu Maria Ulfah guru mata
pelajaran IPS/PKN mengenai gaya kepemimpinan kepala sekolah. Beliau
mengatakan bahwa:
“Beliau adalah orang yang Bertanggungjawab. tegas, memiliki wawasan
manajemen sekolah, demokratis, dan kharismatik. Gaya kepemimpinannya
analitis, karena ketika mengambil keputusan selalu berdasarkan proses
analisis secara logika dari informasi yang ada. Asertif, Karena agresif
dalam memberikan perhatian untuk pengendalian personal guru dan lebih
terbuka dalam konflik dan kritik sehingga sangat efektif
kepemimpinannya”.6
Sejalan dengan pendapat Bapak Samuji guru olahraga yang
mengemukakan bahwa: “Kepala Sekolah orangnya tegas dan komitmen. Gaya
kepemimpinannya Efektif diterapkan di sekolah kami”.7
Pendapat lain dikemukakan oleh Bapak Ismuhu S staff Tata Usaha
bidang Sarana dan Prasarana di MTs Darul Muttaqien bahwa: “Kepala Sekolah
menurut saya adalah sosok yang tegas tapi bersahabat tidak membedakan
jabatan, sehingga para bawahannya tidak merasa canggung dan dapat bekerja
dengan nyaman dan gaya kepemimpinan beliau efektif digunakan di sekolah
ini”.8
Dari Hasil observasi yang penulis lakukan di MTs Darul Muttaqien
jika dilihat dari interaksi dan komunikasi dengan wakasek, guru, staff, dan
siswa, Beliau adalah orang yang ramah, tegas, terbuka pemikirannya, penuh
5
Hasil Wawancara bersama Ibu Siti Hajar Guru IPA pada hari Minggu, 16 Oktober
6
Hasil Wawancara bersama Ibu Maria Ulfah Guru IPS pada hari Minggu, 16 Oktober
2016.
2016.
7
Hasil Wawancara bersama Bapak Samuji Guru Olahraga pada hari Minggu, 16
Oktober 2016.
8
Hasil Wawancara bersama Bapak Ismuhu TU Bidang Sarana dan Prasarana pada hari
Minggu, 16 Oktober 2016.
70
perhatian terhadap bawahannya, mempertimbangkan pendapat bawahannya,
selalu bekerja dengan mengutamakan keteladanan dan kesesuaian dengan
prosedur yang berlaku,
serta bertanggungjawab terhadap jabatan yang
diembannya.9
Selain itu, siswa dan siswi di MTs Darul Muttaqien juga memberikan
pendapat mereka mengenai kepemimpinan kepala madrasah yang salah satunya
dikemukakan oleh Salman Harris Andryana siswa yang juga Wakil Ketua
Kelas VIII-C bahwa: ”Kepala sekolah disini itu baik, tegas, suka menjaga
kebersihan dan kalau ada sampah sedikit saja pasti langsung disuruh
bersihkan”.10
Sedikit berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Yuliko
Hana Zahiah Wakil siswi yang juga Ketua Kelas IX-F bahwa “Orangnya baik,
ramah dan selalu memberitahu kalau kita itu belajar bukan hanya sekedar
mengejar nilai bagus saja tetapi yang terpenting kita paham pelajarannya
tersebut”.11
Gaya kepemimpinan Kepala MTs Darul Muttaqien ini juga diterapkan
dalam mekanisme pengambilan keputusan kepala madrasah yang terkait
dengan pengembangan sarana dan prasarana untuk meningkatkan mutu
pembelajaran di MTs Darul Muttaqien antara lain:
a. Kepala madrasah menganalisa dan mengamati masalah di lingkungan
madrasah secara langsung baik melalui keliling lingkungan madrasah
ataupun menanyakan kepada guru dan karyawan mengenai kendalakendala yang mereka alami.
b. Dari hasil pengamatan dan analisa itu, selanjutnya akan didiskusikan
dengan petugas apakah itu wakamad, TU atau guru mengenai segala
sesuatunya yang berkenaan dengan situasi kondisi tersebut sekaligus
berkenaan dengan analisa kepala madrasah sebelum mengambil suatu
keputusan.
9
Hasil Observasi tidak terstrukur mengenai gaya kepemimpinan kepala sekolah pada
tanggal 04 s/d 30 Oktober 2016.
10
Hasil Wawancara bersama Salman Harris Andryana Siswa Kelas VIII-C pada hari
Minggu, 16 Oktober 2016.
11
Hasil Wawancara bersama Yuliko Hana Zahiah Siswi Kelas IX-F pada hari Minggu,
16 Oktober 2016.
71
c. Keputusan akhir diputuskan sendiri oleh Kepala Madrasah dengan
mempertimbangkan pendapat dari bawahannya dan hasil analisa beliau
sendiri.
d. Pada situasi dan kondisi yang mendesak, kepala madrasah akan
memutuskan segala sesuatunya sendiri dengan cepat tanpa berdiskusi
lagi dengan bawahannya.
e. Kepala madrasah akan mengawasi dan bertanggungjawab atas
berjalannya keputusan yang telah beliau buat.12
Kemampuan kepala madrasah dalam mengambil keputusan ini
tercermin dari kemampuannya dalam mengambil keputusan yang selalu
melibatkan bawahannya walaupun pada situasi tertentu kepala madrasah
mengambil keputusan sendiri. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Stanley Spanbaeur dalam Sailis yang dikutip oleh Rohiat dalam bukunya
menyatakan secara mendalam pendapatnya tekait kepemimpinan. Kesimpulan
Stanley Spanbauer ialah:
a. Libatkan guru dan semua staff dalam aktivitas penyelesaian masalah.
b. Tanyakan kepada para guru bagaimana mereka berpikir mengenai
sesuatu dan bagaimana suatu proyek akan dilakukan bukan
mengatakan apa yang akan terjadi.
c. Berbagilah informasi manajemen sebanyak mungkin untuk membantu
komitmen mereka.
d. Tanyakan kepada staff sistem dan prosedur mana yang menjadi
penghambat dalam memberikan mutu kepada pelanggan mereka.
e. Menerapkan komunikasi yang sistematis dan terus menerus antar
setiap orang yag terlibat dalam sekolah.
f. Mengembangkan keahlian dalam penyelesaian konflik, masalah dan
negosiasi ketika menampilkan toleransi yang lebih besar bagi apresiasi
konflik.
g. Menjadi model, dengan cara menampilkan karakteristik personalitas
yang diharapkan, menghabiskan waktu untuk berkeliling serta
mendengarkan guru dan pelanggan lainnya.
h. Belajar untuk lebih menjadi pelatih daripada seorang BOS.13
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mekanisme pengambilan
keputusan Kepala MTs Darul Muttaqien sudah baik dan sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Spanbaeur dalam Sailis. Akan tetapi memang tidak
12
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien
pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.
13
Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), cet. 2, h. 37-38.
72
bisa
dipungkiri
bahwa
seorang
kepala
madrasah
harus
mampu
mempertimbangkan segala kemungkinan dalam mengambil keputusan terkait
madrasah dan bertanggungjawab penuh atas berjalannya keputusan tersebut,
baik keputusan itu disepakati secara musyawarah maupun oleh kepala
madrasah sendiri.
3. Menyusun Rencana Kebutuhan MTs Darul Muttaqien
Langkah awal sebelum melakukan perencanaan pengadaan sarana dan
prasarana adalah Menyusun rencana kebutuhan sekolah. Dalam hal ini, Kepala
Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien selalu melibatkan wakasek bidang
sarana dan prasarana selaku penanggungjawab operasional, Tata Usaha bidang
Sarana dana Prasarana selaku pelaksana, Guru Mata Pelajaran dan Siswa/I
selaku Pengguna/Pemakai dalam menyusun rencana kebutuhan terkait sarana
dan prasarana yang perlu diadakan, diperbaiki, ditambah, ataupun dipelihara
untuk menunjang mutu pembelajaran di Madrasah.
Terkait Keterlibatan pihak yang terkait dalam Penyusunan Rencana
Kebutuhan sarana dan prasarana ini, Bapak Hudri Kepala MTs Darul
Muttaqien mengatakan:
“… Dengan mensosialisasikan situasi dan kondisi sarpras madrasah
selama tahun ini kepada seluruh warga sekaligus rencana-rencana
pengembangan sarpras yang akan dilakukan madrasah. saya melibatkan
mereka dalam rapat rutin sebelum tahun ajaran baru dimulai dan didalam
rapat tersebut semua yang ada dalam ruangan tersebut memiliki hak untuk
berbicara terkait kendala atau masalah sarpras yang mereka alami sendiri
atau temukan selama tahun ajaran ini …”.14
Pernyataan kepala sekolah ini didukung dengan adanya data dokumen
berupa hasil rapat evaluasi dan rencana bidang sarana dan prasarana yang rutin
dilakukan sebelum tahun ajaran baru dimulai. Dari data dokumen hasil rapat
evaluasi tahun ajaran 2015-2016 diketahui bahwa kondisi cat tembok di
berbagai ruang sudah kotor dan perlu dicat ulang dan papan tulis di dalam
14
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada
hari Minggu, 16 Oktober 2016.
73
kelas sebagian sudah rusak dan harus diganti. Untuk menyelesaikan masalah
ini maka rencana program bidang sarana dan prasarana tahun ajaran 2016-2017
yaitu Merehab Kelas yang salah satunya adalah pengecatan dinding yang kotor
dan melengkapi standar sarpras ruang kelas yang salah satunya adalah
pengadaan papan tulis baru. Untuk data yang lebih lengkap mengenai data hasil
notulen rapat evaluasi dan rencana program sarana dan prasarana dapat dilihat
dihalaman lampiran.15
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh salah satu wakilnya di
sekolah yaitu Bapak Darojat wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana
yang juga guru mata pelajaran TIK terkait keterlibatan bawahan dalam
menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana. Beliau berpendapat bahwa:
“Ya, beliau selalu melibatkan bawahan dan mempertimbangkan saran/masukan
dari bawahannya dalam pengembangan sarana dan prasarana. Jika ada masalah
terkait sarpras biasanya beliau berdiskusi dengan saya secara individual
maupun melalui rapat mingguan yang ada di Madrasah sebelum membuat
keputusan”.16
Senada dengan Pendapat Bapak Ismuhu S staff Tata Usaha bidang
Sarana dan Prasarana di MTs Darul Muttaqien mengatakan bahwa: “Kepala
Sekolah selalu melibatkan Tata Usaha bagian sarpras dalam tiap keputusannya
yang berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan dan setiap keputusan
adalah hasil musyawarah dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, dan
Kepala Tata Usaha ”.17
Sementara, Bapak Muhammad Maasur guru mata pelajaran Bahasa
Inggris mengatakan bahwa: “Iya, guru dilibatkan biasanya akan dibahas dalam
15
Hasil Notulen Rapat Madrasah, Evaluasi Bidang Sarana Prasarana Tahun 2015-2016
dan Rencana Program Bidang Sarana dan Prasarana pada tanggal 01 Juni 2016.
16
Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat Wakil Bidang Sarana dan Prasarana pada
hari Minggu, 16 Oktober 2016.
17
Hasil Wawancara bersama Bapak Ismuhu TU Bidang Sarana dan Prasarana pada
hari Minggu, 16 Oktober 2016.
74
rapat sebelum tahun ajaran baru dan seluruh guru wajib ikut karena ini akan
membahas untuk satu tahun ke depan …”.18
Meskipun rata-rata mengatakan bahwa Kepala MTs Darul Muttaqien
selalu melibatkan semua pihak yang terkait dalam menyusun rencana
kebutuhan sarana dan prasarana. Tetapi terdapat jawaban yang sedikit berbeda
diungkapkan oleh Ibu Maria Ulfah guru mata pelajaran IPS/PKN yang
mengatakan bahwa: “Ya, karena Kepala Sekolah sangat terbuka pada
informasi, kritik, dan saran sehingga selalu mempertimbangkan pendapat dari
guru dalam pengembangan sarana dan prasarana”.19
Pendapat lain dikemukakan oleh Bapak Heri Hasary guru mata
pelajaran pendidikan agama islam mengatakan bahwa: “ Ya, melibatkan guru.
misalnya dalam merencanakan sarana dan perlengkapan yang menunjang dan
sangat dibutuhkan untuk kemajuan mata pelajaran di sekolah. Contohnya:
Pembelian DVD, Alat Praktek MIPA, dan lain-lain”.20
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepala
MTs Darul Muttaqien selalu melibatkan bawahannya dalam menyusun rencana
kebutuhan sarana dan prasarana khususnya guru melalui rapat evaluasi rutin
sebelum tahun ajaran mulai yang diikuti oleh wakasek bidang sarana dan
prasarana, TU bidang sarana dan prasarana, dan guru mata pelajaran serta
hasilnya akan dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun rencana program
pengembangan sarana dan prasarana selama satu tahun ajaran ke depan. Selain
itu, kepala madrasah juga memberikan kesempatan bagi guru ataupun staff
untuk mengajukan pengadaan media atau alat pembelajaran yang mereka
butuhkan dalam rangka meningkatkan kinerja mereka di madrasah pada
pertengahan tahun ajaran jika mereka memang membutuhkannya. Berikutnya,
18
Hasil Wawancara bersama Bapak Muhammad Maasur Guru Bahasa Inggris pada hari
Minggu, 30 Oktober 2016.
19
Hasil Wawancara bersama Ibu Maria Ulfah Guru IPA pada hari Minggu, 16 Oktober
2016.
20
Hasil Wawancara bersama Bapak Heri Hasary Guru PAI pada hari Minggu, 16
Oktober 2016.
75
Kepala madrasah akan mempertimbangkan apakah permintaannya dapat
diproses atau tidak dengan melihat kondisi keuangan madrasah, melihat
urgensi kebutuhan alat/media tersebut bagi staf/guru yang mengajukannya dan
prioritas kebutuhan sarana dan prasarana madrasah. Jika nanti permintaan guru
atau staf disetujui, kepala madrasah akan menuntut peningkatan hasil kinerja
mereka dengan adanya perubahan atau perbedaan yang positif dari sebelum
dan sesudah mereka menggunakkan media atau alat yang telah mereka ajukan
sehingga pengadaan alat atau media yang disetujui oleh madrasah tidak
menjadi sia-sia dan memberikan manfaat nyata bagi sekolah dalam rangka
peningkatan kinerja dan mutu madrasah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak
Hudri kepala MTs Darul Muttaqien bahwa:
“… Saya tidak pernah mempersulit guru yang membutuhkan media
baik itu buku referensi maupun VCD-VCD pelajaran, saya hanya
mengonfirmasi
kepada
mereka
apakah
mereka
benar-benar
membutuhkannya, kapan rencananya media tersebut akan digunakan,
bagaimana cara pembeliannya apakah mereka yang beli sendiri lalu
kuitansinya dilaporkan kepada pihak bendahara madrasah ataukah dari
bendahara madrasah bersama guru tersebut yang beli media tersebut.
Tetapi saya tetap mengawasi benar tidak mereka butuh itu kemudian lihat
kemungkinan harganya jika masih bisa dipenuhi maka saya akan setujui
permintaan tersebut… .21
Selain itu, biasanya kepala madrasah melakukan kunjungan kelas dan
berkeliling ke lingkungan madrasah untuk menguatkan mengenai sarpras yang
dibutuhkan madrasah dari hasil laporan wakamad, guru, atau TU.
Hal ini sejalan dengan pendapat M. Aufa Rafqi L siswa yang juga
Ketua Kelas VIII-C mengenai kunjungan kepala MTs Darul Muttaqien. Aufa
mengatakan “Kadang-kadang, biasanya mengecek keadaan kelas. Ada gurunya
21
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada
hari Sabtu, 22 Oktober 2016.
76
atau tidak, bersih atau tidak. Kalau kotor biasanya suruh bersih-bersih dahulu
baru bisa belajar jadi belajarnya agak telat”.22
Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Salman Harris
Andryana siswa yang juga Wakil Ketua Kelas VIII-C bahwa “Terkadang dan
biasanya mendadak. Biasanya kepala sekolah memeriksa keadaan kelas ada
gurunya atau tidak, mengecek kelas bersih kalau kelasnya ga bersih kita suruh
bersihin kelas dahulu baru bisa belajar”.23
Pendapat lain dikemukakan oleh Juva Salma Chotika siswi sekaligus
Ketua Kelas IX-I bahwa: “Terkadang, itu biasanya sekedar ngontrol-ngontrol
saja dan tidak tentu waktunya lebih sering ustad-ustad yang sudah ditugaskan
yang mengontrol ke kelas”.24
Pernyataan siswa/i ini di dukung dengan adanya data dokumentasi
berupa Laporan Program Kerja MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 2016-2017
yang menunjukan bahwa Kepala MTs Darul Muttaqien telah melakukan kun
Jones jungan kelas melalui kegiatan mengontol kebersihan madrasah yang
dilakukan rutin setiap satu bulan minimal sekali dari bulan Juli hingga Agustus
2016 ini.25
Uraian di atas terkait penyusunan rencana kebutuhan sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh (1969) menjelaskan bahwa perencanaan
pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah harus diawali dengan analisis
jenis pengalaman pendidikan yang diprogramkan di sekolah. Analisis tersebut
menurut Sukarna (1987) yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal adalah sebagai
berikut:
a. Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang
diajukan oleh setiap unit kerja dan/atau menginventarisasi kekurangan
perlengkapan sekolah.
22
Hasil Wawancara bersama M. Aufa Rafqi L Siswa Kelas VIII-C pada hari Minggu,
16 Oktober 2016.
23
Hasil Wawancara bersama Salman Harris Andryana Siswa Kelas VIII-C pada hari
Minggu, 16 Oktober 2016.
24
Hasil Wawancara bersama Juva Salma Chotika SiswI Kelas IX-I pada hari
Minggu, 16 Oktober 2016.
25
Laporan Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 2016-2017 dari
bulan Juli - September.
77
b. Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk periode
tertentu, misalnya untuk satu triwulan atau satu ajaran.
c. Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan
perlengkapan yang tersedia sebelumnya.
d. Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah
yang tersedia.
e. Memadukan rencana (daftar) kebutuhan perlengkapan yang urgen
dengan dana atau anggaran yang tersedia. Dengan demikian perlu
diadakan seleksi lagi dengan melihat skala prioritas.
f. Penetapan rencana pengadaan akhir.26
Dilihat dari kesesuaian antara teori, hasil wawancara dan studi
dokumen mengenai penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana di MTs Darul
Muttaqien dapat dikatakan sudah baik karena kepala madrasah selalu berusaha
untuk melibatkan bawahannya terutama guru sebagai pengguna karena
merekalah yang paling tahu apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja
mereka. Akan tetapi, alangkah lebih baiknya jika semua guru turut hadir dan
berpartisipasi aktif dalam rapat rutin sebelum tahun ajaran baru agar semua
aspirasi
mereka
terkait
pengembangan
sarana
dan
prasarana
dapat
tersampaikan dengan baik. Selain itu, guru juga harus lebih aktif dalam
mengajukan segala media atau alat pelajaran yang mereka butuhkan. Sehingga,
kepala madrasah dapat menyesuaikan media atau alat yang akan dibeli dengan
kebutuhan guru-guru tersebut. Khususnya pada pengadaan buku karena kepala
madrasah biasanya hanya melakukan pengadaan buku secara umum untuk
menambah koleksi buku di perpustakaan bukan buku sumber referensi guru.
Diharapkan
untuk
buku
sumber
referensi
dalam
menunjang
proses
pembelajaraan, guru sendirilah yang aktif untuk mendiskusikannya dengan
kepala madrasah terkait kebutuhan pengadaan buku referensi tersebut.
4. Strategi Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana MTs Darul
Muttaqien
Strategi kepala madrasah dalam Perencanaan Pengadaan Sarana dan
Prasarana di MTs Darul Muttaqien adalah mengajukan permintaan terkait
26
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2004), Cet. 2, h. 29.
78
sarana dan prasarana kepada pihak yayasan berdasarkan hasil analisis SWOT
yang telah dilakukan. Sementara, untuk keputusannya disetujui atau tidak,
murni keputusan dari Pihak Yayasan Darul Muttaqien. Oleh karena itu,
biasanya kepala madrasah akan melakukan pertimbangan mengenai dana yang
dimiliki Yayasan saat itu dengan dana yang dibutuhkan untuk sarana dan
prasarana yang diajukan. Kepala madrasah cenderung mengajukan pengadaan
sarana dan prasarana terhadap yayasan yang kira-kira dapat disetujui oleh
yayasan dan jika menurut pertimbangan beliau, sarana dan prasarana tersebut
tidak akan disetujui maka pihak madrasah tidak akan mengajukannya kepada
pihak yayasan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak
Hudri kepala madrasah bahwa:
“Saya suka dengan yayasan itu, ketika memang ada sesuatu yang harus
ditangani oleh yayasan itu misalnya pengecetan karena kelasnya sudah
mulai kotor biasanya mereka mengiyakan permintaan kita walaupun
melihat situasi dan kondisi terlebih dahulu. biasanya yayasan mempunyai
pertimbangan sendiri mengenai sekolah mana yang lebih membutuhkan
pengadaan atau perbaikan segera. Makanya juga kalau meminta suatu
pengadaan ya saya pertimbangkan dahulu mana yang kira-kira dapat
dipenuhi oleh yayasan jika kira-kira tidak dapat dikabulkan oleh yayasan
ya lebih baik tidak usah diajukan”.27
Lebih lanjut Bapak Hudri mengatakan bahwa satu bulan minimal dua
kali diselenggarakan rapat bersama yayasan yang diikuti oleh semua kepala
madrasah di setiap jenjang yang berada dibawah naungan Yayasan Darul
Muttaqien dan Pihak Rumah Tangga Pesantren yang membahas mengenai
situasi dan kondisi masing-masing madrasah, evaluasi kinerja kepala madrasah,
dan mengemukakan kendala-kendala yang dialami madrasah yang dipimpinnya
dalam kurun waktu tertentu dan pada rapat inilah madrasah juga dapat
mengajukan proposal pengadaan sarana dan prasarana madrasah yang
27
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada
hari Sabtu , 22 Oktober 2016.
79
dipimpinnya selain melalui membuat janji bertemu langsung dengan pihak
yayasan secara mandiri.28
Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Darojat wakil
kepala bidang sarana dan prasarana MTs Darul Muttaqien, yaitu: “Yayasan
mendukung setiap program pengadaan sarana dan prasarana berdasarkan
analisis kebutuhan dengan mempertimbangkan kondisi keuangan Yayasan”.29
Kepala MTs Darul Muttaqien lebih banyak berperan dalam
perencanaan sarana dan prasarana di Madrasah khususnya pada pengadaan
sarana dan prasarana yang sifatnya besar seperti Pengadaan gedung baru,
pemeliharaan gedung, rehabilitasi ruangan-ruangan dan pengadaan lain yang
sifatnya besar. Meskipun begitu, kepala madrasah juga melakukan pengadaan
sarana
dan prasarana
yang berhubungan
langsung dengan kegiatan
pembelajaran dan skalanya tidak terlalu besar seperti Pengadaan Alat Tulis
Kantor, Pengadaan Alat Kebersihan, Pengadaan buku-buku referensi dan alat
elektronik,
Pengadaan
media
pembelajaran
seperti
CD-CD
untuk
pembelajaran, bahkan terkadang jika dana dari yayasan tidak mencukupi untuk
perbaikan ruangan-ruangan atau fasilitas biasanya pihak madrasah yang akan
menutupi atau mengcover kekurangan dana tersebut.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala
MTs Darul Muttaqien bahwa :
“Hal-hal yang sifatnya rutinitas yang kita lakukan untuk menunjang
kinerja dan pembelajaran misalnya Pengadaan ATK tiap bulan ataupun
semester, Pengadaan alat kebersihan setiap awal semester, pengadaan
buku-buku referensi dan komputer jika dibutuhkan, pengadaan yang
sifatnya rutin tahunan seperti pengadaan papan tulis ataupun lemari di
kelas. Selain itu, adapun pengadaan media pembelajaran jika dibutuhkan
oleh guru. Sementara untuk pengembangan sarpras berskala besar itu
menjadi tanggungjawab pesantren seperti pengecetan sekolah setiap tahun
28
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien
pada hari Minggu, 30 Oktober 2016.
29
Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat Wakil Bidang Sarana dan Prasarana pada
hari Minggu, 16 Oktober 2016.
80
ajaran baru, pengadaan gedung baru, pergantian keramik atau atap sekolah
itu menjadi tanggungjawab pihak pesantren” .30
Adanya pengadaan sarana dan prasarana yang dilakukan madrasah ini
didukung dengan adanya data dokumen berupa Laporan Program Kerja Kepala
MTs Darul Muttaqien tahun 2016-2017 yang menunjukan pada bulan Agustus
- September program pengadaan alat-alat tambahan ekskul, Menambah koleksi
buku referensi untuk perpustakaan madrasah, dan penambahan fasilitas
olahraga telah terealisasi dengan baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di
halaman lampiran.31
Pernyataan di data dokumen tersebut dibuktikan dengan adanya
laporan hasil pengadaan barang inventaris MTs Darul Muttaqien pada tahun
2016-2017 yang menunjukkan bahwa pihak madrasah telah melakukan
pengadaan sarana dan prasarana berupa peralatan ATK, peralatan Olahraga,
CD sebagai media pembelajaran, dan beberapa peralatan atau faslitas yang
dibutuhkan di beberapa ruangan di MTs Darul Muttaqien.32
Selain data dokumen di atas, Berikut ini penulis akan memperlihatkan
beberapa potret Kondisi Sarana dan Prasarana di MTs Darul Muttaqien. Jika
ingin mengetahui Potret kondisi sarana dan prasarana lebih lengkap dapat
dilihat di halaman lampiran.
Gambar 4.1 Ruang Perpustakaan
30
Gambar 4.2 Lab. MIPA
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien
pada hari Sabtu , 22 Oktober 2016.
31
Laporan Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien tahun ajaran Kepala MTs Darul
Muttaqien 2016-2017 dari bulan Juli - September.
32
Laporan Hasil Pengadaan Barang Inventaris MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 20162017.
81
Gambar 4.3 Lab Komputer
Gambar 4.4 Lapangan Sepak Bola
Gambar 4.1 adalah potret ruang perpustakaan MTs Darul Muttaqien.
ruangan tersebut dalam kondisi baik yang mampu menampung sebanyak ± 100
siswa/i dan dapat digunakan secara kondisional tergantung terhadap jadwal
yang telah ditetapkan dan bukanya mengikuti jam pelajaran madrasah.
Sementara, gambar 4.2 adalah potret ruang lab MIPA MTs Darul Muttaqien
yang juga dalam kondisi baik dengan daya tampung hanya 35 siswa/i atau satu
rombongan belajar saja. Jika ingin menggunakan fasilitas lab MIPA ini, guru
harus menulis surat permohonan izin penggunaan lab dan jika sudah
menggunakan ruang lab tersebut, guru juga harus menulis berita acara yang
nantinya diserahkan kepada penanggungjawab lab. Berikutnya, gambar 4.3
adalah potret kondisi Ruang Komputer di MTs Darul Muttaqien yang baik dan
mampu menampung sekitar 35 siswa/I dalam satu ruangan. Jumlah komputer
diruangan ini sesuai dengan jumlah siswa/I dalam satu rombongan belajar dan
jadwal pemakaiannya disesuaikan dengan KBM dan sudah ditentukan
jadwalnya pada awal tahun ajaran sehingga guru tidak harus membuat surat
permohonan penggunaan lab sebelum menggunakan ruangan tersebut. Selain
itu, pada gambar 4.4 terdapat potret kondisi lapangan sepak bola MTs Darul
Muttaqien yang mampu menampung sekitar ± 2500 siswa/I dengan kondisi
baik dan layak pakai. Lapangan ini biasanya digunakan pada sore hari untuk
olahraga, kegiatan ekstrakurikuler siswa/I, upacara, dan pagelaran seni untuk
perayaan hari-hari besar nasional dan islam di MTs Darul Muttaqien.33
33
Hasil Observasi Terstruktur mengenai kondisi fisik sarana dan prasarana di MTs
Darul Muttaqien pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016.
82
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa perencanaan pengadaan
sarana dan prasarana sudah terkoordinasi cukup baik antara pihak yayasan,
kepala madrasah, dan guru-guru di MTs Darul Muttaqien. Akan tetapi, masih
terdapat kendala yang dihadapi oleh pihak madrasah salah satunya adalah dana
atau anggaran yang diberikan oleh yayasan untuk pengembangan sarana dan
prasarana sangat terbatas bahkan pihak madrasah sendirilah yang harus
menutupi kekurangan dana tersebut melalui dana BOS yang dikelola madrasah.
Sumber dana untuk pengembangan sarana dan prasarana baik dari segi
pengadaan, perbaikan, penambahan maupun pemeliharaan berasal dari dana
bantuan Pemerintah berupa dana Badan Operaional Sekolah, bantuan Provinsi
yang bersifat satu paket misalnya pemberian buku-buku pelajaran, dan Komite
sekolah melalui Uang Infaq Awal Tahun dan SPP bulanan siswa/I MTs Darul
Muttaqien. Keuntungan pihak MTs Darul Muttaqien adalah dana BOS dikelola
sendiri oleh madrasah tanpa campur tangan dari Yayasan. Sehingga madrasah
dapat memenuhi kebutuhannya terkait pembelajaran tanpa harus bergantung
pada dana dari Yayasan. Sementara, uang infaq awal tahun dan SPP bulanan
siswa/i MTs Darul Muttaqien dikelola langsung oleh pihak Yayasan Darul
Muttaqien sehingga jika ada kerusakan gedung atau fasilitas lainnya yang
bersifat besar, Madrasah hanya harus melapor ke Yayasan dan selanjutnya
Yayasanlah yang akan mengurus segala kerusakan gedung atau ruangan di
MTs tersebut.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala
MTs Darul Muttaqien bahwa:
“Sumber dana pengadaan sarpras dari orang tua siswa melalui SPP dan
dana bantuan Pemerintah melalui BOS. Dari provinsi juga ada tapi
sifatnya satu paket dan waktunya tidak tentu Bagusnya di Madrasah ini
BOS itu dikelola oleh kepala madrasah jadi kita memiliki kebebasan
dalam menggunakan dana tersebut untuk memenuhi kebutuhan madrasah
dalam menunjang pembelajaran tanpa tergantung dari dana yayasan
bahkan jika yayasan hanya mampu memberikan dana sesuai kemampuan
83
mereka dan ternyata masih kurang untuk pengembangan sarpras maka
biasanya saya yang tangani atau saya tambah dengan dana dari BOS” .34
Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Darojat wakil
kepala bidang sarana dan prasarana MTs Darul Muttaqien, yaitu: “Dana untuk
sarana dan prasarana di MTs kami berasal dari Yayasan, Komite Madrasah,
dan dana BOS”.35
Jadi, dapat diketahui bahwa sumber dana pengembangan sarana dan
prasarana hanya berasal dari Dana BOS, SPP, dan uang infaq awal tahun
siswa/i baru di Mts Darul Muttaqien. Pihak Madrasah tidak mempunyai unit
usaha yang dikelola oleh pihak MTs sendiri, dan di Pesantren hanya terdapat
usaha-usaha yang pengelolaannya dibawah naungan pihak yayasan dan
hasilnyapun tidak hanya digunakan untuk pengembangan sarana dan prasarana
secara keseluruhan tetapi juga untuk kebutuhan yang lainnya. Dana untuk
pengembangan sarana dan prasarana di MTs Darul Muttaqien ini sudah cukup
stabil tetapi alangkah lebih baiknya jika pihak yayasan mengadakan kerjasama
dengan beberapa pihak luar seperti pihak penerbit atau pihak-pihak lain yang
dapat menambah atau mengurangi dana untuk memenuhi kebutuhan sarana dan
prasarana dan alangkah lebih baiknya jika madrasah mempunyai unit usaha
dalam pesantren yang dapat menambah pemasukan Yayasan Darul Muttaqien.
Sementara, untuk menentukan sarana dan prasarana yang terlebih
dahulu dilakukan pengadaannya biasanya pihak madrasah akan melakukan
rapat dengan wakamad bidang sarana dan prasarana dan para guru untuk
menentukan mana yang lebih diprioritaskan untuk didahulukan dilihat dari
jangka waktu dibutuhkannya sarana dan prasarana tersebut.
Adanya penentuan skala prioritas ini didukung dengan adanya data
dokumen berupa Rencana Program kerja kepala MTs Darul Muttaqien yang
menyatakan bahwa rapat kerja madrasah awal tahun termasuk salah satu
program strategis kepala madrasah untuk tahun ajaran 2016-2017. Untuk lebih
34
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien
pada hari Minggu, 30 Oktober 2016.
35
Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat Wakil Bidang Sarana dan Prasarana pada
hari Minggu, 16 Oktober 2016.
84
jelasnya mengenai Rencana Program Kerja Kepala Madrasah dapat dilihat
pada halaman lampiran.36
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala
Madrasah bahwa “Kalau untuk menentukan skala prioritas itu dilakukan pada
saat akhir tahun untuk pengadaan yang skalanya cukup besar. Saya tidak dapat
memutuskan skala prioritas ini sendiri sehingga harus diagendakan dalam rapat
mengenai pengadaan apa yang sifatnya urgent dan mendesak yang harus ada
dalam waktu dekat… ”.37
Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Darojat wakil
kepala bidang sarana dan prasarana MTs Darul Muttaqien, yaitu: “Ya, kami
menentukan skala prioritas mengenai sarpras yang akan didahulukan
pengadaannya di Madrasah ini setiap awal tahun ajaran baru”.38
Selain itu, pernyataan diatas juga dibuktikan dengan adanya data
dokumen berupa Laporan Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien pada
tahun 2016-2017 yang menunjukkan bahwa rapat kerja madrasah awal tahun
yang salah satu agendanya membahas mengenai pengadaan sarana dan
prasarana
yang
mendesak
untuk
diprioritaskan
pengadaannya
telah
terealisasikan pada bulan Juli tahun 2016 ini.39
Adapun pihak-pihak yang ditunjuk oleh Kepala Madrasah sebagai
penanggungjawab dalam pengadaan sarana dan prasarana yaitu wakamad
bidang sarana dan prasarana, bendahara madrasah, dan guru-guru yang telah
ditunjuk untuk operasional pengadaan sarana dan prasarana.
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala
Madrasah bahwa: “Penanggungjawab seluruhnya tentu Kamad, pelaksananya
36
Rencana Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 2016-2017.
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada
hari Sabtu , 22 Oktober 2016.
38
Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat Wakil Bidang Sarana dan Prasarana pada
hari Minggu, 16 Oktober 2016.
39
Laporan Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 2016-2017 dari
bulan Juli - September.
37
85
adalah wakamad bidang sarpras atau TU bidang sarpras. selain itu, saya juga
sering melibatkan guru-guru dalam operasional pengadaan sarpras tetapi itu
hanya tugas tambahan dan di luar jam mengajar mereka”.40
Sedikit berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak
Darojat wakil kepala bidang sarana dan prasarana MTs Darul Muttaqien, yaitu:
“yang bertanggungjawab mengadakan sarpras adalah Wakamad Bidang Sarana
dan Prasarana karena itu memang sudah menjadi tugasnya sebagai wakamad
bidang sarana dan prasarana”.41
Pernyataan Bapak Darojat ini didukung dengan adanya data dokumen
berupa Pedoman kerja wakil bidang sarana dan prasarana MTs Darul
Muttaqien yang menyatakan bahwa tugas seorang wakil bidang sarana dan
prasarana adalah Melaksanakan inventaris barang / alat per unit kerja.42
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perencanaan pengadaan
sarana dan prasarana telah berjalan dengan cukup baik namun alangkah lebih
baiknya jika semua warga sekolah dapat berperan aktif dalam mendukung
program pengembangan sarana dan prasarana yang terdapat di madrasah.
5. Strategi Kepala Sekolah dalam Pemeliharaan Sarana dan Prasarana MTs
Darul Muttaqien
Setelah sarana dan prasarana telah tersedia, langkah selanjutnya
adalah pemeliharaan sarana dan prasarana. Manfaat pemeliharaan sarana dan
prasarana bagi madrasah adalah sarana dan prasarana akan tahan lebih lama
dan dana perbaikan dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang lainnya.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala
Madrasah bahwa: “Manfaat pemeliharaan sarpras pastinya semua sarpras dapat
awet digunakan secara fisik maupun kegunaaannya. Selain itu, dapat
40
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien
pada hari Minggu, 30 Oktober 2016.
41
Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat Wakil bidang sarana dan prasarana pada
hari Minggu, 16 Oktober 2016.
42
Pedoman Kerja Wakabid dan TU Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien tahun
ajaran 2016-2017.
86
mengurangi dana yang harusnya untuk pengadaan sarpras tersebut karena
kondisinya masih baik dan layak jadi dana tersebut bisa dialokasikan untuk
kebutuhan madrasah yang lebih mendesak”.43
Sedikit berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak
Darojat wakil kepala bidang sarana dan prasarana MTs Darul Muttaqien, yaitu:
“ Banyak sekali manfaat yang diperoleh dari pemeliharaan sarana dan
prasarana salah satunya seluruh proses Kegiatan Belajar Mengajar menjadi
lancar karena sarana dan prasarana dalam kondisi yang baik dan siap pakai”.44
Adapun strategi kepala sekolah dalam memelihara sarana dan
prasarana yaitu dengan memaksimalkan kinerja Office Boy dalam memeriksa
kondisi segala sarana dan prasarana sebelum digunakan sambil mereka
melaksanakan tanggungjawabnya untuk menjaga kebersihan madrasah. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala Madrasah bahwa:
“Strategi saya dalam bidang sarpras, pertama harus punya SOP
Pemeliharaan sarpras yang kita miliki agar tetap terjaga dan dalam kondisi
baik. Bila ada kerusakan segera diperbaiki, dan seterusnya. Kemudian,
menetapkan jangka waktu habis pakai sarpras yang dimiliki. Kami pasti
akan mengganti sarpras yang sudah habis waktu pakainya atau minimal
kita memperbaharuinya sehingga masa pakainya menjadi lebih panjang”.45
Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa pemeliharaan sarana dan
prasarana sudah terdapat polanya, kepala madrasah menekankan pada Tata
Usaha ataupun wakamad bidang sarpras bahwa Office Boy bukan hanya
bertanggungjawab
terhadap
kebersihan
sekolah
tetapi
juga
mereka
bertanggungjawab untuk mengecek sarana dan prasarana baik yang terdapat di
ruang kelas maupun di ruang pelayanan seperti ruang guru, TU, dan lain-lain
setiap minggunya apakah ada yang perlu diperbaiki atau tidak. Selain itu,
adapun laporan yang harus dibuat mengenai hasil pengamatan mereka
mengenai apa yang perlu diperbaiki, diganti, ataupun ditambah. Seminggu
43
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri pada hari Minggu, 16 Oktober
44
Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri pada hari Minggu, 16 Oktober
2016.
45
2016.
87
sekali ini biasanya para OB ini dikumpulkan di ruang staff TU bidang sarpras
untuk melaporkan hasil temuan mereka. Nanti staff TU tersebut mencatat hasil
laporan tersebut dan melaporkannya langsung kepada kepala madrasah atau
wakamad. Setelah mendapat laporan tersebut kepala marasah melakukan
pengecekan langsung apakah benar sarpras tersebut perlu diperbaiki, diganti
atau ditambah. Jika sudah disetujui maka selanjutnya TU akan berkoordinasi
dengan Bendahara mengenai cara pengadaannya.46
Pernyataan kepala MTs Darul Muttaqien ini didukung dengan adanya
data dokumen berupa Laporan Program Kerja Program Kerja Kepala MTs
Darul Muttaqien pada tahun 2016-2017 yang menunjukkan pada bulan Juli
2016 telah dilakukan rehabilitasi/renovasi sarpras KBM termasuk pengecetan
dinding meliputi ruang, kamar mandi, lab, lapangan olahraga, dan meubeler.
Sementara, pada bulan September dan Oktober 2016 telah dilakukan perawatan
bulanan sarpras madrasah yang meliputi Alat elektronik, ATK, media
pembelajaran.47
Dari hasil observasi yang penulis lakukan di MTs Darul Muttaqien
mengenai kondisi sarana dan prasarana jika dilihat dari hasil foto kondisi
gedung dan ruangan yang telah di renovasi dan di rehabilitasi hasilnya sudah
terlihat baik dari kondisi cat yang seperti baru lagi dan kondisi meubeler yang
meliputi meja, kursi, papan tulis, dan lemari yang bersih dari coretan-coretan
sehingga gedung dan ruangan menjadi lebih bersih, menarik, nyaman dan rapih
untuk dijadikan tempat Kegiatan Belajar dan Mengajar siswa/I di MTs Darul
Muttaqien. Berikut ini adalah potret gedung dan ruangan yang telah di
rehabilitasi pada awal tahun ajaran 2016-2017.48
46
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien
pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016.
47
Laporan Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 2016-2017 dari
bulan Juli - September.
48
Hasil Observasi Terstruktur mengenai kondisi fisik sarana dan prasarana di MTs
Darul Muttaqien pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016.
88
Gambar 4.5 Gedung Yaman
Gambar 4.6 Ruangan Kelas
Selain itu, Untuk Pemeliharaan sarana dan prasarana di Pesantren
terdapat RTP (Rumah Tangga Pesantren) yang tugasnya adalah memfasilitasi
atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan Pesantren. Jika terjadi masalah atau
kerusakan pada fasilitas madrasah maka pihak madrasah dapat melaporkannya
ke pihak RTP dengan cara menghubungi mereka, nanti mereka akan segera
datang untuk memperbaiki kerusakan tersebut secepat mungkin. RTP ini
membawahi semua lini dari setiap jenjang pendidikan yang dikelola oleh
Yayasan Darul Muttaqien, sehingga semua masalah kerusakan dan perbaikan
yang berada dalam lingkungan pesantren di Yayasan Darul Muttaqien akan
ditangani oleh mereka. Tetapi, terkadang pihak RTP tidak dapat datang
secepatnya ke MTs jika sedang melakukan perbaikan di jenjang pendidikan
lain yang lebih membutuhkan perbaikan segera. Pihak MTs sendiri telah
memaklumi situasi dan kondisi ini, karena memang pihak yayasan mempunyai
pertimbangan mana yang lebih mendesak dan mana yang penting untuk segera
diperbaiki atau direnovasi oleh RTP dan telah disesuaikan pula dengan dana
atau anggaran yang dimiliki oleh Yayasan pada saat itu.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala
Madrasah bahwa:
“Untuk pemeliharaan yang kaitannya dengan milik pesantren atau sarpras
yang berskala besar itu menjadi tanggungjawab pesantren seperti
pengecetan sekolah yang sudah kotor, pengadaan gedung baru, pergantian
keramik atau atap sekolah itu menjadi tanggungjawab pihak pesantren,
saya hanya melaporkan melalui telepon ke pihak Rumah Tangga Pesantren
untuk memperbaikinya pada hari itu juga. Biasanya paling lama 2 atau 3
hari pasti mereka akan datang untuk memeriksa dan memperbaikinya.
Tetapi ya kita memaklumi karena RTP itu bukan hanya mengurusi MTs
89
dan MA saja tetapi seluruh jenjang yang terdapat di Yayasan Darul
Muttaqien ini …. ”.49
Adanya pemeliharaan sarana dan prasarana ini didukung dengan
adanya data dokumen berupa laporan hasil pemeliharaan fasilitas MTs Darul
Muttaqien tahun 2016-2017 yang menunjukkan bahwa pihak MTs Darul
Muttaqien telah menyelesaikan Pengecetan dinding sebanyak 5 gedung yang
tediri dari gedung Madinah, Mekah, Mesir, Jeddah dan Yaman yang dilakukan
secara berkala setiap 6 bulan sekali dengan kondisi cat temboknya sudah kotor
dan setelah diperbaiki dengan dicat ulang tembok gedung tersebut menjadi
bersih dan rapih.50
Jadi, dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa Strategi Kepala
Madrasah dalam memelihara sarana dan prasarana sudah baik, bisa dilihat dari
koordinasi antara pihak MTs Darul Muttaqien dan pihak RTP yang selalu
bersinergi dalam merenovasi atau memperbaiki sarana dan prasana madrasah
yang mengalami kerusakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di MTs
Darul Muttaqien. Akan tetapi, karena bukan hanya Pihak MTs saja yang
membutuhkan perbaikan segera sehingga terkadang laporan perbaikan yang
diajukan madrasah tidak dapat langsung diproses dan dikerjakan hari itu juga
apalagi jika jenjang lain yang juga di kelola oleh Yayasan membutuhkan
perbaikan yang sangat mendesak.
6. Dampak Pengembangan
Sarana dan Prasarana terhadap
Mutu
Pembelajaran di MTs Darul Muttaqien
Salah satu aspek untuk meningkatkan mutu pembelajaran di MTs
Darul Muttaqien adalah adanya sarana dan prasarana pendidikan yang
memadai dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala Madrasah bahwa:
49
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien
pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016.
50
Laporan hasil Pemeliharaan/Perbaikan Rutin Fasilitas MTs Darul Muttaqien tahun
ajaran 2016-2017.
90
“Pembelajaran yang bermutu adalah pembelajaran yang memiliki
perencanaan yang baik dan komprehensif dari mulai memuat detail
pelaksanaan pembelajaran, bagaimana menjalankannya, media atau sarpras
apa yang digunakan sampai evaluasi ketercapaian pembelajaran yang
terukur. Kriteria lainnya adalah ketika pembelajaran dapat dinikmati bukan
hanya oleh guru tetapi juga oleh siswa”.51
Untuk melihat signifikansi mutu pembelajaran di MTs Darul
Muttaqien, penulis telah melakukan analisis terhadap hasil data dokumen
berupa sampel Leger Hasil Belajar Siswa kelas VIII dan IX selama dua tahun
terakhir. Penulis hanya mengambil satu kelas sebagai sampel yang mewakili
beberapa rombongan belajar pada kelas VIII dan IX dan sampel tersebut dipilih
secara acak karena setiap tahunnya siswa/i MTs Darul Muttaqien mengalami
rolling kelas. Untuk lebih jelasnya mengenai data hasil leger raport tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini:52
Tabel 4.4
Hasil Raport kelas VIII dan IX pada tahun ajaran 2014-2015 dan 2015-2016
No
Kelas
Semester
Tahun Ajaran
Jumlah Nilai
Nilai Rata-rata
Keseluruhan
Kelas
1.
VIII
1
2014-2015
42.048
87,60
2
VIII
2
2014-2015
41.468
86,39
3
IX
1
2014-2015
29.981
81,47
4
IX
2
2014-2015
29.591
80,41
5
VIII
1
2015-2016
41.433
89,30
6
VIII
2
2015-2016
39.583
85,31
7
IX
1
2015-2016
42.467
88,47
8
IX
2
2015-2016
41.659
86,79
Sumber Data Leger Raport tahun 2014-2015 dan 2015-2016
Dilihat dari sampel hasil rata-rata nilai raport siswa/i dapat diketahui
bahwa pada semester 1, nilai siswa/i cenderung mengalami peningkatan dan
51
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada
hari Minggu, 16 Oktober 2016.
52
Data Hasil sample Leger Raport siswa/i kelas VIII dan IX Pada tahun ajaran 20142015 dan 2015-2016.
91
sebaliknya di semester 2, nilai siswa/i cenderung mengalami penurunan.
Fenomena hasil ini terjadi baik di kelas VIII maupun IX dan berulang pada
dua tahun berturut-turut. Dilihat dari tabel tersebut, Penurunan nilai rata-rata
paling drastis terjadi pada kelas VIII tahun ajaran 2015-2016 yaitu dari 89,30
menjadi 85,31. Penurunan nilai rata-rata pada kelas VIII tersebut sebanyak
3,99. Sementara, penurunan nilai paling rendah terjadi pada kelas IX tahun
ajaran 2014-2015 yaitu dari 81,47 menjadi 80,41. Penurunan nilainya pada
kelas IX tahun tersebut sebanyak 1,06.53
Hasil analisis yang penulis lakukan dari data wawancara konfirmasi
dengan kepala sekolah, guru mata pelajaran, dan siswa di peroleh informasi
yang beragam penyebab nilai raport siswa yang mengalami peningkatan pada
semester awal dan penurunan pada semester akhir. Dari hasil wawancara
dengan Bapak Abdullah Hudri diperoleh informasi bahwa pada semester satu
siswa tidak banyak dibebani dengan banyak kegiatan-kegiatan di Pesantren
sehingga siswa bisa lebih fokus untuk belajar dan meraih prestasi di kelasnya.
Untuk kelas IX juga pada semester 2 beban mereka menjadi bertambah karena
setelah melaksanakan Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
siswa/i MTs Darul Muttaqien harus mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh
pihak madrasah untuk memperoleh nilai raport kelulusan dari MTs Darul
Muttaqien. Karena bagaimanapun pesantren mempunyai standar kelulusan
yang sedikit berbeda dengan sekolah lain bukan hanya dinilai dari Hasil Ujian
nasional saja tetapi juga dilihat dari hasil penilaian lain yang telah ditetapkan
sesuai dengan kurikulum yang digunakan oleh Pesantren Darul Muttaqien.
Selain itu, menurut pendapat beberapa siswa/i MTs Darul Muttaqien diperoleh
informasi bahwa banyak siswa kelas VIII dan IX yang mengikuti
ekstrakurikuler lebih dari satu dan mereka aktif di dalam ekstrakurikuler
tersebut bahkan banyak yang berprestasi dalam mengembangkan minat dan
bakatnya tersebut sehingga menimbulkan motivasi untuk terus berjuang dan
53
Data Hasil Penghitungan Sampel Leger Raport siswa/i kelas VIII dan IX Pada tahun
ajaran 2014-2015 dan 2015-2016.
92
bersaing dalam mengikuti lomba-lomba yang membutuhkan pelatihan intensif
sehingga nilai raport dikelasnya menjadi menurun.
Banyak faktor yang dapat menjadi alasan atau penyebab dari
fenomena hasil raport siswa ini dan untuk menemukan penyebab yang sesuai
dibutuhkan waktu dan penelitian yang mendalam agar hasil yang diperoleh
dapat dikatakan valid. Namun, dalam hal ini penulis melakukan analisis jika
dilihat dari aspek sarana dan prasarana. peningkatan nilai rata-rata siswa/i pada
semester 1 atau awal tahun ajaran baru dapat terjadi karena pada awal tahun
ajaran baru selalu diadakan pengembangan sarana dan prasarana berdasarkan
hasil evaluasi madrasah selama satu tahun sebelumnya. Pengembangan sarana
dan prasarana ini dilakukan dengan mempertimbangkan pendapat guru-guru
dan karyawan sebagai pengguna sarana dan prasarana di madrasah sehingga
sarana dan prasarana yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan guru,
karyawan dan siswa/i dan hal ini akan berdampak pada peningkatan kinerja
mereka dalam mencapai mutu pembelajaran di madrasah. Misalnya, Setiap
tahun ajaran baru biasanya sekolah melakukan pengadaan buku, media
pembelajaran berupa CD dan alat-alat laboratorium untuk menunjang
pembelajaran siswa/i di MTs Darul Muttaqien.
Selain itu, jika dilihat dari kondisi Sarana dan Prasarana pada awal
tahun ajaran baru semuanya tampak seperti baru karena dinding gedung
sekolah, kamar mandi, dan meubeler dicat ulang sehingga lebih bersih, rapih,
dan cerah. Bukan hanya itu, keramik yang pecah, pintu yang rusak, atap
asramapun diganti dengan yang lebih bagus dan tahan lama. Secara psikologis,
kondisi lingkungan fisik madrasah yang mendukung untuk belajar ini dapat
meningkatkan semangat atau motivasi yang tinggi baik pada guru yang
memberikan pelajaran maupun siswa/i yang menerima pelajaran di kelas untuk
memperoleh prestasi yang tinggi dalam pelajaran sehingga berdampak pada
hasil raport pada semester satu (awal).
93
Berdasarkan standar sarana dan prasarana yang berlaku, sarana dan
prasarana di MTs Darul Muttaqien dapat dikatakan memenuhi standar karena
memenuhi kriteria jumlah peserta didik dalam satu rombel yang tidak lebih
dari 32 orang karena jumlah siswa di sekolah ini dalam satu rombelnya paling
banyak hanya 30 orang. Selain itu, ruang kelas di MTs Darul Muttaqien
memiliki rasio 8 x 9.5 m2 dan dilengkapi oleh sarana dan prasarana sesuai
dengan standar yang berlaku. Untuk ruang perpustakaan juga telah memenuhi
standar karena rasionya sama dengan rasio kelas sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
Analisis ini juga didukung oleh beberapa pendapat dari guru mata
pelajaran yang memandang bahwa media pembelajaran yang memadai ini
berpengaruh bagi motivasi atau semangat belajar siswa/i di kelas sehingga
membuat suasana pembelajaran menjadi lebih variatif dan menyenangkan bagi
mereka yang berdampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa/I di MTs
Darul Muttaqien.
Pengembangan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan
madrasah berdampak cukup besar dalam meningkatkan mutu pembelajaran,
akan tetapi itu bukanlah satu-satunya aspek yang mempengaruhi mutu
pembelajaran masih ada beberapa aspek lainnya yang berpengaruh cukup besar
agar mutu pembelajaran madrasah akan tercapai.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala
Madrasah
mengenai
dampak
sarana
dan
prasarana
terhadap
mutu
pembelajaran. Beliau mengatakan bahwa:
“Peningkatan mutu pembelajaran salah satu aspek yang mempengaruhinya
adalah ketersediaan sarpras yang optimal digunakan dan tepat sasaran.
Dampak positif dari pengembangan sarpras pastilah kalau makin banyak
fasilitas terpenuhi ditambah kreativitas guru atau skill/kemampuan guru
dalam menggunakan fasilitas tersebut maka pembelajaran akan lebih
bermutu. Kalau dikatakan berpengaruh ya berpengaruh, besar atau tidak
94
besar pengaruhnya tetapi apakah satu-satunya tentu saja tidak, masih ada
aspek lain yang harus diperhatikan”.54
Lebih lanjut Beliau mengemukakan bahwa selain dampak positif
tersebut adapun dampak negatif pengembangan sarana dan prasarana yaitu dari
segi anggaran atau dana yang dibutuhkan cukup besar apalagi jika ada
pengadaan dalam skala yang besar pasti akan berpengaruh terhadap anggaran
kebutuhan yang lain tetapi untuk anggaran gaji guru tidak akan berpengaruh.
Jadi sebesar apapun pengadaan yang akan dilaksanakan tidak akan
mempengaruhi kesejahteraan guru karena gaji guru itu mutlak tidak bisa
diganggu gugat.55
Adanya Pengaruh dari pengembangan sarana dan prasarana ini juga
diungkapkan oleh Bapak Ismuhu Tata Usaha bidang sarana dan prasarana.
Beliau mengatakan:
“Sarana dan prasarana ini sangat berpengaruh terutama untuk pelajaran
yang memang sering menggunakan media, jika media tersebut rusak, pasti
pembelajaran tidak dapat dilanjutkan atau terhambat. Selain itu, jika sarana
dan prasarana kurang memadai, maka kinerja tata usaha pun akan menurun
dikarenakan banyaknya pekerjaan yang terbengkalai. Karena untuk
pelaporan atau pengadministrasian dibutuhkan sarana yang baik. Contoh:
Komputer, printer, kertas, dll ”.56
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ibu Maria Ulfah guru
IPS/PKN
mengenai
pengaruh
sarana
dan
prasarana
terhadap
mutu
pembelajaran yaitu: “Pengaruhnya ketika media yang digunakan memadai akan
memberikan motivasi belajar bagi siswa dan kemudahan dalam penyampaian
materi bagi guru sehingga mutu pembelajaran dapat dicapai oleh Madrasah
kami”.57
54
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien
pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016.
55
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien
pada hari Minggu, 30 Oktober 2016.
56
Hasil Wawancara bersama Bapak Ismuhu TU bidang Sarana dan prasarana pada
hari Minggu, 16 Oktober 2016.
57
Hasil Wawancara bersama Ibu Maria Ulfah Guru IPS pada hari Minggu, 16
Oktober 2016.
95
Senada dengan pendapat Ibu Siti Hajar guru IPA yang mengatakan bahwa:
“Akan ada pengaruhnya kelengkapan media dengan mutu pembelajaran.
Semakin lengkap media pembelajaran maka akan semakin baik proses
pembelajaran sehingga akan mempengaruhi hasil dari pembelajaran
tersebut. Selain itu, akan terlihat perbedaan baik motivasi maupun hasil
belajar ketika dalam proses pembelajaran menggunakan media dan tidak
menggunakan media”.58
Meskipun rata-rata guru mengatakan bahwa terdapat pengaruh
ketersediaan sarana dan prasarana terhadap mutu pembelajaran. Adapun
pendapat yang sedikit berbeda dikemukakan oleh Bapak Samuji guru olahraga
mengenai pengaruh sarana dan prasarana terhadap mutu pembelajaran ini
yaitu: “Ketersediaan sarana dan prasarana ini sangat penting untuk menunjang
keberhasilan pendidikan baik bagi guru maupun siswa. Selain itu, dengan
adanya sarana dan prasarana guru dan siswa mudah menyampaikan dan
menyerap materi ajar yang disampaikan”.59
Pendapat lain juga diungkapkan oleh Bapak Muhammad Maasur guru
Bahasa Inggris bahwa “Pengaruhnya pasti besar karena tidak akan jadi
monoton dalam pembelajaran, siswa juga melihat dengan cara yang berbeda
dan lebih mudah memahami materinya karena baik guru dan siswa butuh
sesuatu yang berbeda agar pembelajaran menjadi lebih dinamis”.60
Siswa/I MTs Darul Muttaqien juga memberikan pendapatnya
mengenai pengaruh sarana dan prasarana terhadap mutu pembelajaran. Salah
satunya diungkapkan oleh Salman Harris Andryana Wakil Ketua Kelas VIII-C
bahwa: “Lebih senang kalau pakai alat, karena kalau disuruh ngebayangin
sesuatu kadang-kadang suka tidak dapat juga bayangannnya. Jadi lebih suka
58
Hasil Wawancara bersama Ibu Siti Hajar Guru IPA pada hari Minggu, 16 Oktober
2016.
59
Hasil Wawancara bersama Bapak Samuji guru Olahraga pada hari Minggu, 16
Oktober 2016.
60
Hasil Wawancara bersama Bapak Muhammad Maasur guru Bahasa Inggris pada hari
Minggu, 16 Oktober 2016.
96
pake alat. Tetapi pelajaran yang paling sering pake media ya cuma TIK dan
sudah pasti di lab belajarnya”.61
Senada dengan pendapat Yuliko Hana Zahiah Wakil Ketua Kelas IXF yang mengungkapkan pendapatnya yaitu : “Lebih nyaman pakai alat peraga
dan media kadang-kadang kalau menonton jadi lebih tahu kaya misalnya
materi sejarah begitu nonton langsung sejarahnya jadi lebih masuk materinya.
Kita juga jadi cepat paham kalau belajar ada materi juga tapi pakai media juga
ngajarnya”. 62
Meskipun beberapa siswa/i juga mengemukakan pendapat bahwa
lebih mudah memahami pelajaran jika menggunakan media atau alat tetapi ada
beberapa siswa/I yang berpendapat sebaliknya. Salah satunya diungkapkan
oleh M. Aufa Rafqi L Ketua Kelas VIII-C mengungkapkan bahwa: “Lebih
suka belajar cara manual, ditulis saja begitu di papan tulis kalau gambar malah
tidak paham dan lebih cepat tanggap kalo menghapal. Jadi kalau misalnya
pakai alat/media saya kurang cepat paham malah fokus ke gambarnya saja”.63
Sejalan dengan pendapat Juva Salma Chotika Ketua Kelas IX-I yang
mengemukakan bahwa: “Kalau aku lebih suka buat nulis saja lebih cepat
nanggapnya daripada pakai alat kalau melihat gambar tidak begitu paham.
Terus juga kalau dicatatkan kalau kita lupa bisa lihat catatan buku kita kalau
gambarkan tidak sekedar ingat sebentar dan nanti kalau lupa tidak bisa dilihat
lagi”.64
Selain itu, bukan hanya dari hasil raport siswa/I yang dapat dijadikan
tolak ukur prestasi akademik, pada tahun 2016 ini siswa/I dan guru mata
pelajaran telah bersinergi untuk membantu mengembangkan kemampuan
siswanya agar dapat berprestasi dalam olimpiade MIPA, IPS dan PAI yang
diselenggarakan oleh Pesantren. Olimpiade ini dirancang menjadi lebih
61
Hasil Wawancara bersama Salman Harris Andryana Siswa Kelas VIII-C pada hari
Minggu, 16 Oktober 2016.
62
Hasil Wawancara bersama Yuliko Hana Zahiah Siswi kelas IX-F pada hari Minggu,
16 Oktober 2016.
63
Hasil Wawancara bersama M. Aufa Rafqi L Siswa kelas VIII-C pada hari Minggu,
16 Oktober 2016.
64
Hasil Wawancara bersama Juva Salma Chotika Siswi kelas IX-I pada hari Minggu,
16 Oktober 2016.
97
menarik dengan konsep seperti acara rangking satu yang ditayangkan oleh
salah satu televisi swasta. Olimpiade ini disambut antusias baik oleh guru
maupun siswa/i yang ingin mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka
mengenai mata pelajaran MIPA, IPS, dan PAI. Berikut adalah potret dari
suasana ketika olimpiade MIPA, IPS, dan PAI yang diselenggarakan pada
April tahun 2016 ini.
Gambar 4.7 Suasana Olimpiade MIPA, IPS, dan PAI Putra dan Putri MTs
Darul Muttaqien Tahun 2016.
Jika dilihat dari pendapat dan data prestasi siswa secara akademik
maupun non akademik bahwa pengembangan sarana dan prasarana
memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi mutu pembelajaran. Hal ini
bisa di lihat dari hasil rata-rata raport siswa yang meskipun mengalami
penurunan pada semester 2 di dua tahun ajaran terakhir ini, tetapi rata-rata
nilainya masih di atas 8,00 yang termasuk dalam kategori baik. Agar madrasah
kedepannya
menjadi
lebih
baik
sebaiknya
kepala
madrasah
dapat
memberdayakan guru menjadi lebih kreatif dan inovatif baik dalam hal
pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang
tersedia di Madrasah sehingga pembelajaran di kelas dapat lebih variatif,
menyenangkan, dan semakin mudah dipahami oleh siswa/I dan berdampak
pada peningkatan mutu pembelajaran yang semakin baik.
98
7. Strategi Peningkatan Mutu dilihat dari Aspek Sarana dan Prasarana di
MTs Darul Muttaqien
Untuk meningkatkan mutu pembelajaran, ada beberapa strategi yang
telah diterapkan oleh kepala madrasah melalui aspek pengembangan sarana
dan prasarana di MTs Darul Muttaqien. Bapak Abdullah Hudri mengatakan
bahwa:
Ada
beberapa
strategi
yang
diterapkan
dalam
meningkatkan
mutu
pembelajaran melalui sarana dan prasarana, yaitu:
a. Menganalisa kebutuhan, merencanakan perbaikan dan pengadaan sesuai
situasi dan kondisi madrasah dan menyesuaikan dengan visi, misi dan
tujuan madrasah.
b. Memberdayakan lab Multimedia difasilitasi dan dibuka administrasinya
sehingga guru dapat kapan saja menggunakkan ruangan tersebut.
c. Membuka peluang kepada guru jika mereka ingin mengajukan fasilitas
atau media tertentu yang mereka butuhkan untuk menunjang
pembelajaran dan kinerja mereka. Nanti dipertimbangkan dan pelajari
apakah bisa dipenuhi atau tidak. Jika memang pada saat itu belum ada
uangnya paling tidak tetap akan dipertimbangkan oleh pihak madrasah.
d. Mengadakan pelatihan atau workshop penggunaan laboratorium bahasa
walaupun hasilnya kurang maksimal karena pelatihan tersebut malah
lebih ke pelatihan bahasanya bukan penggunaan lab bahasa.65
e. Pengadaan buku referensi sebanyak 7-10 % dari dana BOS sehingga
diharapkan untuk ke depannya siswa tidak perlu membeli buku lagi
karena kebutuhan buku siswa telah terpenuhi.
f. Melakukan perawatan secara berkala terhadap sarana dan prasarana dan
mengganti sarana dan prasarana yang sudah rusak.
g. Memberdayakan guru untuk menjadi
pendukung yang terdapat di sekolah.
penanggungjawab
fasilitas
h. Mengadakan rapat koordinasi terkait sarana dan prasarana.
i. Melakukan kerjasama dengan pihak lain terkait pengadaan sarana dan
prasarana di sekolah.
65
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien
pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016.
99
Lebih lanjut Bapak Abdullah Hudri mengatakan selain strategi yang
sudah diterapkan oleh kepala MTs Darul Muttaqien di atas, Kepala Madrasah
juga memiliki rencana jangka panjang dalam pengembangan sarana dan
prasarana. Beliau mengatakan:
“ Rencana paling jauh saya ingin semua aktivitas pembelajaran sudah
berbasis IT. Saya inginnya setiap kelas sudah ada infocusnya, soundnya,
bahkan ada PC/Komputernya sudah permanen di kelas sehingga guru ke
kelas hanya tinggal membawa flashdisk saja. Tetapi yang paling penting
adalah adanya teralis karena lingkungannya kan masih kampung bukan
kota dan masyarakat masih dapat bebas keluar masuk lingkungan
pesantren. Sebenarnya jika hanya pengadaan komputer dan proyektor tiap
kelasnya kita masih bisa dilakukan. Selain itu saya ingin akan ada
pelatihan pemanfaatan IT agar guru semakin kreatif dalam menggunakan
media pembelajaran”.66
Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bapak Darojat
mengenai strategi pengembangan sarana dan prasarana. Beliau mengatakan
bahwa:“ Menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity,
Threat). Jadi strategi/upaya kepala sekolah dalam pengembangan sarana dan
prasarana berdasarkan hasil analisis SWOT dan pendapat dari guru dan staf”.
Lebih lanjut beliau mengatakan mengenai Rencana jangka Panjang
madrasah yaitu: “Salah satunya, ingin menyediakan 1 Proyektor untuk setiap
kelas untuk memudahkan proses pembelajaran di kelas dan membuat
pembelajaran menjadi lebih dinamis”.67
Hal ini belum dapat terealisasi dengan baik karena beberapa kendala
seperti yang dikatakan Bapak Abdullah Hudri antara lain:
a. Untuk pemeliharaan dan penjagaannya yang membutuhkan dana yang
cukup besar salah satunya adalah pemasangan teralis di setiap kelas untuk
pengamanan alat-alat tersebut dan harus menambah daya listrik lagi yang
biayanya pasti tidak sedikit dan setiap bulan pasti anggaran untuk bayar
listrik akan semakin besar dan biaya perawatan agar barang elektronik
tersebut tahan lama.
66
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada
hari Minggu, 30 Oktober 2016.
67
Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat wakil madrasah bidang sarana dan
prasarana pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.
100
b. Kendala lainnya jika madrasah melaksanakan pembelajaran berbasis IT
kemungkinan hanya dari sebatas gurunya saja sementara siswanya tetap
manual. hal ini bertentangan dengan peraturan pesantren bahwa siswa
tidak boleh membawa alat elektronik seperti laptop ataupun tablet
sehingga pembelajaran berbasis IT tidak akan berjalan maksimal seperti
yang dilakukan oleh sekolah lain.68
Adapun beberapa harapan di bidang pengembangan sarana dan
prasarana dikemukakan oleh salah satu guru bahasa inggris di MTs Darul
Muttaqien yaitu Bapak Muhammad Maasur. Beliau mengemukakan bahwa:
“Harapan saya untuk sarpras yaitu ditingkatkan lagi kualitas tempatnya
dan media pembelajarannya diperbanyak. Selain itu saya inginnya untuk
pembelajaran bahasa inggris ada kelas tersendiri jadi siswanya yang
menghampiri kelas tersebut bukan guru mata pelajarannya. Selain itu, akan
lebih baiknya di kelas tersebut sudah lengkap dengan fasilitas
pembelajarannya seperti LCD, Proyektor, CD Pembelajaran dan lain-lain
jadi pembelajaran menjadi lebih dinamis dan menyenangkan bagi siswa”.69
Sementara pendapat beberapa guru lain rata-rata sama yaitu ingin
madrasah memilki sarana dan prasarana yang lebih lengkap. Seperti yang
dikemukakan oleh Bapak Darojat wakil kepala sekolah bidang sarana dan
prasarana yang juga guru mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi
mengemukakan bahwa: “Khusus dibidang sarana dan prasarana, semoga
Madrasah kami di masa yang akan datang memiliki sarpras yang lebih lengkap
dan memadai, sehingga proses KBM dapat berjalan lancar dan dapat
memenuhi Standar Nasional Pendidikan”.70
Pendapat lain juga diungkapkan oleh salah satu siswa MTs Darul
Muttaqien Salman Harris Andyana Wakil Ketua Kelas VIII-C mengenai
harapan mengenai pengembangan sarana dan prasana. Salman mengungkapkan
bahwa: “Inginnya ada tambahan medianya jadi kalau ada pelajaran yang suruh
ngebayangin jadi cepat tergambar karena ada medianya begitu. Apalagi kaya
68
Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien
pada hari Minggu, 30 Oktober 2016.
69
Hasil Wawancara bersama Bapak Muhammad Maasur guru Bahasa Inggris pada
hari Minggu, 16 Oktober 2016.
70
Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat Wakil Bidang Sarana dan Prasarana
pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.
101
belajar IPA atau bahasa, kalau di IPA alatnya dibanyakin lagi misalnya gelas
ukur dan kalau bahasa lebih dibanyakin prakteknya biar lebih cepat paham”.71
Pendapat yang sangat berbeda diungkapkan oleh M. Aufa Rafqi L
Ketua Kelas VIII-C yang mengatakan bahwa: “Alat-alat piketnya ditambahin
karena suka ilang ilangan. Kalau di putra baru sehari dikasih biasanya suka
langsung hilang dipakai main dikelas”.72
Harapan dari Kepala Madrasah, wakamad bidang sarana dan
prasarana, guru mata pelajaran dan siswa memang sangat beragam akan tetapi
semua yang mereka ungkapkan adalah harapan positif yang ingin mereka
wujudkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di MTs Darul Muttaqien
menjadi semakin baik dan baik lagi dari tahun ke tahun.
Dari uraian di atas mengenai Strategi kepala sekolah dalam
mengembangkan sarana dan prasarana unuk meningkatkan mutu pembelajaran
telah terlaksana dengan baik dapat dilihat dari kepala madrasah yang selalu
berusaha melibatkan secara aktif wakil kepala sekolah, Tata Usaha, Guru
dalam menentukan sarana dan prasarana yang akan direncanakan, pengadaan
harian sarana dan prasarana, pemeliharaan sarana dan prasarana ataupun
sebagai penanggungjawab atau pengelola harian suatu ruangan baik ruangan
lab, perpustakaan, asrama atau ruangan lain. Selain itu, kepala madrasah juga
selalu terbuka bagi guru atau karyawan yang ingin memberikan pendapatnya
untuk menyediakan suatu sarana dan prasarana untuk menunjang kinerja
mereka dalam rangka meningkatkan mutu madrasah.
Tetapi tidak dipungkiri bahwa kepala MTs Darul Muttaqien lebih
banyak berperan dalam pengembangan sarana dan prasarana yang berhubungan
langsung dengan pembelajaran. Sementara, untuk pengembangan sarana dan
prasarana milik pesantren yang skalanya relatif besar dan membutuhkan dana
yang cukup besar juga seperti gedung atau ruangan, tanggungjawab kepala
71
Hasil Wawancara bersama Salman Harris Andryana siswa kelas VIII-C pada hari
Minggu, 16 Oktober 2016.
72
Hasil Wawancara bersama M. Aufa Rafqi L siswa kelas VIII-C pada hari
Minggu, 16 Oktober 2016.
102
madrasah hanya sebatas melaporkan dan jika ada yang perlu diperbaiki atau
mengajukan proposal pengadaan jika madrasah menginginkan penambahan
gedung atau ruangan baru dalam menunjang aktivitas dan kinerja di madrasah
sehingga standar mutu madrasah dapat terpenuhi. Selain itu, untuk pengadaan
atau pemeliharaan sarana dan prasarana yang sifatnya rutin berjalan
sebagaimana mestinya tanpa harus dirapatkan terlebih dahulu karena bawahan
dari kepala sekolah ini telah memahami tugas dan fungsinya masing-masing
terkait sarana dan prasarana di MTs Darul Muttaqien.
C. Temuan Hasil Penelitian
Dari hasil deskripsi dan analisis data di atas mengenai Strategi Kepala
Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien, penulis menemukan beberapa
hasil penelitian antara lain:
1. Tidak semua guru mata pelajaran terlibat aktif dalam menyusun rencana
kebutuhan sarana dan prasarana. Sebab, dari hasil data dokumen evaluasi
madrasah dibidang sarana dan prasarana pada rapat rutin tahunan yang
diselenggarakan sebelum tahun ajaran baru hanya beberapa guru yang ikut
dan berpartisipasi dalam rapat tersebut. Sehingga, tidak semua aspirasi
guru terkait sarana dan prasarana dapat tersampaikan dengan baik kepada
kepala madrasah padahal merekalah yang paling tahu mengenai sarana
atau media yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan belajar dan
mengajar di kelas sehingga peningkatan mutu pembelajaran dapat tercapai.
2. Kurang optimalnya pemakaian laboratorium MIPA, PAI, Bahasa, dan
ruang multimedia dalam kegiatan belajar dan mengajar di MTs Darul
Muttaqien. Hal ini dikarenakan guru yang kurang kreatif dalam
menggunakan media pembelajaran sehingga dari data laporan penggunaan
laboratorium hanya beberapa guru yang sering menggunakan lab untuk
menunjang KBM di MTs Darul Muttaqien. Selain itu, ruangan
laboratorium ini juga dipakai bersama oleh pihak MTs dan MA di yayasan
Darul Muttaqien sehingga waktu untuk menggunakan ruangan tersebut
103
sangat terbatas dan membuat guru merasa lebih nyaman jika mengajar di
ruang kelas walaupun dengan sarana prasarana yang terbatas.
3. Strategi perencanaan sarana dan prasarana yang kurang tepat dalam
pemberdayaan ruang laboratorium. Sebab, jika ingin menggunakan ruang
laboratorium kecuali laboratorium komputer guru harus membuat surat
permohonan izin penggunaan laboratorium agar tidak bentrok dengan
kelas lain dan jika jadwal yang diminta guru telah diisi oleh guru lain
maka guru tersebut harus menunggu atau mengganti hari lain yang masih
kosong. Hal ini yang menyebabkan beberapa guru lebih memilih untuk
belajar di kelas dibandingkan dengan di laboratorium.
4. Terbatasnya dana atau anggaran yang diberikan oleh yayasan untuk
pengembangan sarana dan prasarana sehingga tidak semua permintaan
pihak MTs Darul Muttaqien dapat dipenuhi bahkan terkadang pihak
madrasah sendirilah yang harus menutupi kekurangan dana untuk
pengembangan sarana dan prasarana tersebut. Hal ini dikarenakan jenjang
pendidikan yang berada dibawah naungan Yayasan Darul Muttaqien
bukan hanya MTs saja. Sehingga, hanya permintaan yang sangat
mendesak menurut pertimbangan yayasan dan sesuai dengan anggaran
yang dimiliki oleh yayasanlah yang dapat disetujui oleh pihak Yayasan
Darul Muttaqien. Sementara, permintaan lainnya yang belum disetujui
tidak tolak hanya saja ditangguhkan terlebih dahulu dan akan dipenuhi jika
tidak ada kebutuhan yang mendesak dan tersedianya dana di yayasan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penulis di MTs Darul Muttaqien maka
dapat disimpulkan bahwa Strategi Kepala MTs Darul Muttaqien dalam
Mengembangkan
Sarana
dan
Prasarana
untuk
Meningkatkan
Mutu
Pembelajaran sudah berjalan dengan baik, hal ini terbukti dari:
1. Hasil analisis SWOT yang menunjukan bahwa kelemahan yang dimiliki
oleh MTs Ponpes Darul Muttaqien adalah terbatasnya dana/anggaran dalam
pengembangan sarana dan prasarana, kurangnya kreativitas guru dalam
penmanfaatan sarana dan prasarana, lemahnya SDM yang memahami
pengembangan sarana dan prasarana, rendahnya partisipasi warga sekolah
dalam pengembangan sarana dan prasarana pendidikan serta terbatasnya
sarana dan prasarana .
2. Strategi kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana
berdasarkan analisis masalah atau SWOT di atas antara lain: Melakukan
kerjasama dengan pihak komite sekolah, lembaga/instansi lain dan dunia
usaha/industri, melaksanakan workshop/pelatihan terhadap guru secara
internal di sekolah, memberikan pelatihan terhadap staff atau guru mengenai
manajemen sarana dan prasarana di dalam sekolah ataupun di lembaga lain ,
meningkatkan kesadaran warga sekolah mengenai pentingnya keberadaan
sarana dan prasarana baik melalui bimbingan, penyuluhan, maupun kegiatan
lainnya, melakukan pengadaan sarana dan prasarana sesuai dengan
kebutuhan sekolah serta melakukan perbaikan dan perawatan sarana dan
prasarana milik sekolah.
3. Pengembangan sarana dan prasarana ini memberikan dampak yang cukup
signifikan terhadap mutu pembelajaran di MTs Darul Muttaqien. Hal ini
dapat dilihat dari kesesuaian standar sarana dan prasarana dengan kondisi
sarana dan prasarana di MTs Darul Muttaqien yang menunjukan bahwa
104
105
jumlah siswa, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, dan lapangan telah
memenuhi standar kriteria minimal yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.
Selain itu, hasil raport siswa dalam kurun waktu dua tahun terakhir juga
menunjukan hasil yang amat baik yaitu berada di atas 8,00.
B. Saran
Meskipun strategi kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan
prasarana sudah berjalan baik dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran
di MTs Darul Muttaqien, namun ada beberapa hal yang dapat disarankan oleh
penulis, antara lain:
1. Untuk Kepala Madrasah, Dalam menerapkan strategi pengembangan sarana
dan prasarana, Kepala Madrasah diharapkan bersikap lebih tegas agar semua
guru mata pelajaran ikut dan aktif dalam menyusun rencana kebutuhan
sarana dan prasarana melalui undangan wajib rapat evaluasi bidang sarana
dan prasarana sebelum tahun ajaran baru dimulai. Selain itu, dalam rangka
pengoptimalan ruang laboratorium MIPA, PAI, Bahasa, dan ruang
multimedia lebih baik dibuat jadwal penggunaannya sebelum tahun ajaran
baru dimulai sehingga penggunaan laboratorium tersebut menjadi lebih
efektif dan efisien.
2. Untuk Guru, Dalam penyusunan rencana kebutuhan sebaiknya guru
menyadari pentingnya partisipasi mereka dalam menentukan prioritas sarana
dan prasarana yang akan direncanakan, sehingga mereka bersedia ikut dan
aktif dalam menyampaikan pendapat mengenai kebutuhannya pada rapat
evaluasi sarana dan prasarana.
3. Untuk Yayasan, Terkait dana atau anggaran yayasan yang terbatas untuk
pengembangan sarana dan prasarana, alangkah lebih baiknya jika pihak
yayasan melakukan kerjasama dengan beberapa donatur baik dari Komite
Sekolah, Pengusaha, maupun Pemerintah Daerah sehingga sarana dan
prasarana pendidikan yang dibutuhkan oleh semua jenjang pendidikan
dibawah naungan yayasan Darul Muttaqien dapat terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan. Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar & Menengah.
Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya. Cet. 1. 2013.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. Cet. 15. 2013.
Aini, Nurul. “Mutu Pembelajaran Akuntansi”. Skripsi pada Sekolah SMK Negeri
50 Jakarta. Jakarta. 2016. tidak dipublikasikan.
Bafadal, Ibrahim. Manajemen Perlengkapan Sekolah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Cet. 2. 2004.
Basleman, Anisah dan Syamsu Mappa. Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. Cet. 1. 2011.
Departemen Pendidikan Nasional. Pengembangan Kultur Sekolah. 2009.
Fattah, Nanang. Manajemen Stratejik Berbasis Nilai. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Cet.1. 2015.
Haris, Abdul dan Nurhayati. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Cet. 2. 2012.
Heene, Aime. Dan Sebastian Desmidt. “Manajemen Strategik Keorganisasian
Publik”. dalam Faisal Afiff, dan Ismeth Abdullah (ed), Bandung: PT.
Refika Aditama. Cet.1. 2010.
Herry, Asep Hernawan. Asra dan Laksmi Dewi. Belajar dan Pembelajaran
Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press. Cet. 1. 2007.
Hidayat, Ara dan Imam Machali. Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan
Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah. Yogyakarta: Kaukaba.
Cet. 1. 2012.
Kompri. Manajemen Pendidikan - Jilid 3. Bandung: Alfabeta. Cet.1. 2015.
------, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta. Cet. 1. 2014
.
Kurniadin, Didin dan Imam Machali. Manajemen Pendidikan: Konsep & Prinsip
Pengelolaan Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Cet.1. 2012.
106
107
Matin, Nurhattati Fuad. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan: Konsep
dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Cet. 1. 2016.
Minarti, Sri. Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan secara
Mandiri. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Cet. 1. 2011.
Mulyasa, E. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Ed.1. Cet. 3. 2013.
------ . Menjadi Kepala Sekolah Professional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Cet. 12. 2011.
Nata, Abuddin. Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Prenada Media
Grup. Cet. 1. 2016.
Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah /Madrasah.
Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. Cet. 8. 2014.
Rohiat. Manajemen Sekolah. Bandung: PT. Refika Aditama. Cet. 2. 2009.
Rusdiana. Pengelolaan Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia. Cet. 1. 2015.
Sadiman, Arief S. dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Cet. 14. 2010.
Sagala, Syaiful. Supervisi Pembelajaran: Dalam Proses Pendidikan. Bandung:
Alfabeta. Cet. 1. 2010.
Solihin, Ismail. Manajemen Strategik. Jakarta: Erlangga. 2012.
Sri Ambar, Wahyu. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Jakarta: CV.
Multi Karya Mulia. Ed. 1. 2007.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT.
Alfabeta. Cet. 13. 2011.
Suhardan, Dadang. Supervisi Profesional: Layanan dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta. Cet. 4. 2010.
Triwiyanto, Teguh & Ahmad Yusuf Sobri. Panduan Mengelola Sekolah Bertaraf
Internasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Cet.1. 2010.
Wahjosumidjo: Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Jakarta. Cet. 7. 2010.
Lampiran 1
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Responden
: Abdullah Hudri, SS, M.Pd
TTL
: Bogor, 06 Desember 1979
Pendidikan
: S1 Bahasa dan Sastra Arab UIN Jakarta 2003
S2 Manajemen Pendidikan UNJ 2015
Jabatan
: Kepala Madrasah MTs Darul Muttaqien
Lama Masa Kerja
: 10 Tahun
Pertanyaan Wawancara
1. Apa saja tugas pokok dan fungsi kepala sekolah?
Jawab:
Tugas kepala madrasah secara umum adalah mengelola secara keseluruhan
lembaga pendidikan formal dalam hal ini madrasah. Pengelolaan ini
mencakup delapan standar pendidikan nasional.
Fungsinya sebagai manajer, supervisor, educator, konselor. Secara umum
Kepala Madrasah berfungsi sebagai penanggung jawab berjalannya lembaga
pendidikan dari mulai perencanaan sampai dengan evaluasi dan pelaporan.
2. Apa saja masalah atau tantangan di bidang pendidikan yang dihadapi oleh
sekolah pada saat ini khususnya di bidang sarana dan prasarana?
Jawab:
Masalah selalu ada, begitu juga tantangan dalam mengelola lembaga ini.
Permasalahan sarana dan prasarana yang saat ini sedang dihadapi adalah
keinginan kami untuk menambah media-media pembelajaran interaktif untuk
kegiatan belajar mengajar dari seluruh mata pelajaran yang ada. Selain itu,
kami juga ingin menyempurnakan sarpras pengajaran,
khususnya berkaitan dengan fasilitas olahraga dan keterampilan. Kami
menginginkan guru menjadi lebih kreatif dan lebih semangat dengan mediamedia, alat-alat, fasilitas-fasilitas pendukung dalam pelaksanaan pengajaran di
kelas maupun di luar kelas.
Tantangannya selain masalah pendanaan yang harus kita rencanakan dan atur
pemasukan dan pengeluarannya untuk memenuhi kebutuhan sarpras tersebut,
begitu juga dengan up grading kompetensi atau kemampuan guru dalam
penggunaan media-media, alat-alat, fasilitas-fasilitas pendukung dalam
pelaksanaan pengajaran tersebut.
3. Apakah gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh bapak? Dan mengapa
memilih gaya tersebut?
Jawab:
Secara teori, saya tidak mengiblat ke salah satu gaya kepemimpinan tertentu.
Saya memimpin dengan target dan tujuan yang jelas yang sudah diamanahkan
kepada saya. Saya bekerja lebih senang berdasarkan prosedur, saya suka
bermusyawarah meminta pendapat wakil-wakil saya, guru, atau tata usaha
untuk menyelesaikan permasalahan yang kami hadapi di lapangan. Hanya saja
saya paham bahwa segala keputusan pada akhirnya harus saya sendiri yang
memutuskan dan saya yang bertanggungjawab atas berjalannya keputusan itu
di lapangan.
4. Sebagai kepala sekolah apakah anda lebih sering melibatkan bawahan dalam
mengambil suatu keputusan atau tidak khususnya dalam mengembangkan
sarana dan prasarana? Dan Langkah apa saja yang dirumuskan sebelum bapak
mengambil keputusan tersebut?
Jawab:
Saya termasuk orang yang suka melihat dan menganalisa masalah lingkungan
madrasah secara langsung. Dari hasil pengamatan dan analisa itu, biasanya
saya bicarakan dengan petugas apakah itu wakamad, TU atau guru mengenai
segala sesuatunya yang berkenaan dengan situasi kondisi tersebut sekaligus
berkenaan dengan analisa saya sebelum saya mengambil suatu keputusan.
5. Menurut anda sikap dan keterampilan dasar apa sajakah yang harus dimiliki
oleh seorang kepala sekolah agar berhasil dalam menjalankan tugasnya
khususnya dalam mengembangkan sarana dan prasarana?
Jawab:
Banyak hal sebenarnya yang harus dimiliki secara pasti oleh kamad dari
sikap, kualifikasi, maupun kompetensi apabila ingin lembaga pendidikan ini
berjalan dengan baik dan lebih baik lagi ke depannya. Secara teori,
kompetensi dan kualifikasi kamad sudah dijelaskan oleh Pemerintah dalam
Permendiknas
nomor
13
tahun
2007
tentang
Standar
Kepala
Sekolah/Madrasah, semuanya itu benar adanya. Hanya saja menurut saya
untuk di MTs Darul Muttaqien ini, Kamad penting mempunyai kesungguhan
bekerja sepenuh hati, fokus dan kuat dalam berkomunikasi secara verbal
dengan para wakamad, TU, terlebih kepada guru. Selain itu, harus konsisten
dengan keteladanan yang baik dalam segala hal, khususnya dalam
menjalankan tata tertib yang mengikat dirinya dan guru secara umumnya.
6. Bagaimanakah strategi/kebijakan yang anda lakukan dalam mengelola atau
mengembangkan sarana dan prasarana?
Jawab:
Strategi saya dalam bidang sarpras, pertama harus punya SOP Pemeliharaan
sarpras yang kita miliki agar tetap terjaga dan dalam kondisi baik. Bila ada
kerusakan segera diperbaiki, dan seterusnya. Kemudian, menetapkan jangka
waktu habis pakai sarpras yang dimiliki. Maksudnya, setiap sarpras pasti
memiliki jangka waktu ketahanan atau kekuatan dalam kondisi baik. Kami
pasti akan mengganti sarpras yang sudah habis waktu pakainya atau minimal
kita memperbaharuinya sehingga masa pakainya menjadi lebih panjang.
Kalau untuk sarpras biasanya kita sudah punya polanya, saya selalu bilang ke
TU ataupun wakamad bidang sarpras bahwa OB disini bukan hanya
bertanggungjawab
terhadap
kebersihan
sekolah
tetapi
juga
mereka
bertanggungjawab untuk mengecek sarana dan prasarana baik yang terdapat di
ruang kelas maupun di ruang pelayanan seperti ruang guru, TU, dan lain-lain
setiap minggunya apakah ada yang perlu diperbaiki atau tidak, jadi mereka itu
tahu apa saja yang harus mereka periksa setiap harinya sebelum kegiatan
sekolah dimulai meskipun tidak tertulis peraturannya dan setiap minggunya
ada laporan yang harus mereka buat mengenai hasil pengamatan mereka
mengenai apa yang perlu diperbaiki, diganti, ataupun ditambah. Seminggu
sekali ini biasanya para OB ini dikumpulkan di ruang staff TU bidang sarpras
untuk melaporkan hasil temuan mereka. Nanti staff TU tersebut mencatat
hasil laporan tersebut dan melaporkannya langsung kepada saya atau
wakamad. Setelah mendapat laporan tersebut saya melakukan pengecekan
langsung apakah benar sarpras tersebut perlu diperbaiki, diganti atau
ditambah. Nanti kalau saya sudah setuju, TU tersebut langsung ke bendahara
madrasah. Nanti mereka yang berdiskusi bagaimana proses membelinya dan
pelaporannya.
7. Apa dasar atau pedoman bapak dalam menentukan kebijakan terkait
pengembangan sarana dan prasarana? Untuk peningkatan layanankah atau
karena ada kelebihan dana?
Jawab:
Kalau dari yayasan pedoman untuk kinerja ada tetapi tidak detail.
Landasannya ada pasti tetapi ya landasan utamanya adalah kita harus bersih,
pelayanan juga harus maksimal, dan hal-hal yang perlu dilakukan ya kita
lakukan. Jadi, landasan hukum itu tidak berpengaruh bagi kita justru yang
berpengaruh itu adalah mindset dalam pikiran kita bahwa pelayanan
semaksimal mungkin untuk pendidikan itu harus dilakukan baik dari segi
kebersihannya, fasilitasnya maupun kebutuhan-kebutuhan mengajar yang lain
diperlukan guru. Saya orangnya cukup terbuka dengan guru-guru, saya bilang
dengan guru-guru butuh apapun baik media pembelajaran atau buku referensi
silahkan konsultasikan dengan saya, kalau misalnya kita belum ada uang
konsultasikan saja dengan saya dahulu tidak apa-apa. Guru butuh apa kan
tidak mungkin mereka beli apapun untuk kebutuhan sekolah tanpa konsultasi
dengan saya. Saya tidak pernah mempersulit guru yang membutuhkan media
baik itu buku referensi maupun VCD-VCD pelajaran, saya hanya
mengonfirmasi kepada mereka apakah mereka benar-benar membutuhkannya,
kapan rencananya media tersebut akan digunakan, bagaimana cara
pembeliannya apakah mereka yang beli sendiri lalu kuitansinya dilaporkan
kepada pihak bendahara madrasah ataukah dari bendahara madrasah bersama
guru tersebut yang beli media tersebut. Tetapi saya tetap mengawasi benar
tidak mereka butuh itu kemudian lihat kemungkinan harganya jika masih bisa
dipenuhi maka saya akan setujui. Meskipun saya tidak terlalu paham tentang
keuangan madrasah tetapi saya tahu kemungkinan anggaran yang dimiliki
oleh madrasah. Jadi, jika menurut pertimbangan saya pengadaan tersebut
masih wajar dan bisa dipenuhi oleh madrasah ya saya akan setujui permintaan
mereka.
8. Bagaimana cara untuk melibatkan dan memberdayakan secara aktif semua
warga sekolah untuk dalam mengembangkan sarana dan prasarana?
Jawab:
Untuk membuat semua warga madrasah aktif dalam mengembangkan sarpras
yaitu pertama dengan mensosialisasikan situasi dan kondisi sarpras madrasah
selama tahun ini kepada seluruh warga sekaliigus rencana-rencana
pengembangan sarpras yang akan dilakukan madrasah. Kemudian, melibatkan
guru, TU atau pegawai madrasah lainnya dalam pemeliharaan sarpras
madrasah tersebut.
9. Siapa saja yang terlibat dalam perencanaan sarana dan prasarana?
Jawab:
Untuk perencanaan sarpras yang terlibat adalah Kepala Madrasah, Wakamad
Bidang Sarana dan Prasarana, TU Bagian Sarana dan Prasarana, dan beberapa
guru yang telah ditunjuk oleh kepala madrasah.
10. Apakah bapak sering mengadakan kunjungan kelas untuk mengetahui kondisi
sarpras dan kebutuhan siswa?
Jawab:
Kunjungan ke kelas adalah pekerjaan rutin harian kamad. Namun, apabila
kamad berhalangan maka akan dikunjungi oleh wakamad atau guru piket yang
mewakili kamad.
11. Strategi apa yang digunakan kepala sekolah dalam perencanaan sarana dan
prasarana apakah bottom-up atau up-bottom?
Jawab:
Terkadang dari bawah ke atas apabila ada aduan dan temuan dari guru atau
wakamad bidang sarpras. Terkadang juga dari atas ke bawah apabila kamad
merasa perlu mengambil langsung keputusan di lapangan.
12. Apa saja pengembangan sarana dan prasarana baik dari segi pengadaan,
perbaikan, penambahan, atau pemeliharaan sarpras yang dilakukan oleh pihak
MTs sendiri?
Hal-hal yang sifatnya rutinitas untuk menunjang kinerja dan pembelajaran
misalnya Pengadaan ATK tiap bulan ataupun semester, Pengadaan alat
kebersihan setiap awal semester, pengadaan buku-buku referensi dan
komputer jika dibutuhkan, pengadaan yang sifatnya rutin tahunan seperti
pengadaan papan tulis ataupun lemari di kelas. Selain itu, adapun pengadaan
media pembelajaran jika dibutuhkan oleh guru. Adapun kegiatan yang
sifatnya pemeliharaan untuk meningkatkan daya tahan suatu fasilitas agar
masa pakainya jauh lebih lama. Jika dipertengahanpun dibutuhkan suatu
pengadaan yang urgent maka akan kita lakukan.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Responden
: Darojat S.Pd.I
TTL
: Bogor, 18 Juni 1979
Pendidikan
: S1Pendidikan
Jabatan
: Wakil Bidang Sarana dan Prasarana
Lama Masa Kerja
: 4 Tahun
Pertanyaan Wawancara
1. Sebagai wakasek sarpras, apa saja tugas bapak yang terkait sarana dan
prasarana?
Jawab:
Merencanakan, mengadakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sesuai
dengan kondisi dan kemampuan Yayasan/Madrasah, mengontrol keadaan
(pemeliharaan) sarana dan prasarana, dan evaluasi kegiatan.
2. Apa saja masalah atau tantangan di bidang pendidikan yang dihadapi oleh
sekolah pada saat ini khususnya di bidang sarana dan prasarana?
Jawab:
Keterbatasan dana Yayasan/Madrasah sehingga tidak semua kebutuhan sarana
dan prasarana yang dibutuhkan dapat diadakan.
3. Menurut Bapak, apakah kepala sekolah lebih sering melibatkan bawahan
dalam mengambil keputusan atau tidak khususnya di bidang sarana dan
prasarana?
Jawab:
Ya, selalu melibatkan bawahan dan mempertimbangkan saran/masukan dari
bawahannya.
Jawab:
4. Bagaimana koordinasi dan komunikasi antara kepala sekolah dengan wakasek
dalam menyukseskan program sekolah khususnya di bidang sarana dan
prasarana?
Jawab:
Secara individual maupun melalui melalui rapat mingguan yang ada di
Madrasah.
5. Bagaimana kebijakan/strategi kepala sekolah dalam mengelola sarana dan
prasarana?
Jawab:
Menggunakan analisis SWOT. Jadi strategi/upaya kepala sekolah dalam
pengembangan sarana dan prasarana berdasarkan hasil analisis SWOT dan
pendapat dari guru dan staf.
6. Dalam mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan, kapan perencanaan
/analisa kebutuhan biasanya dilakukan?
Jawab:
Sebelum Tahun Ajaran Baru melalui rapat rutin tahunan madrasah.
7. Perencanaan sarana dan prasarana apa saja yang dilakukan sekolah dalam
jangka waktu pendek, menengah, dan panjang?
Jangka Pendek:
a. Menginventarisir sarana dan prasarana sekolah secara detail dan rapi.
b. Penanganan 3K lebih baik lagi.
c. Penambahan alat-lat praktek.
d. Pembuatan papan nama setiap gedung.
e. Perbaikan ringan seluruh sarpras.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Responden
: Ismuhu S
TTL
: Bogor, 16 Oktober 1985
Pendidikan
: MI Miftahul Anwar
MTs Darul Muttaqien
MA Darul Muttaqien
Pekerjaan
: Tata Usaha Bidang Sarana dan Prasarana
Pertanyaan Wawancara
1. Apa sajakah tugas Tata Usaha terkait sarana dan prasarana pendidikan?
Jawab :
Tugas Tata Usaha terkait sarana dan prasarana pendidikan adalah
sebagai penanggung jawab atas sarana dan prasarana yang digunakan untuk
pembelajaran. Contohnya: mempersiapkan infocus untuk digunakan guru
dalam proses pembelajaran dan dicatat dalam buku peminjaman barang dan
mengadministrasikan semua barang keluar dan masuk.
2. Bagaimana sosok kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah ini?
Jawab:
Kepala Sekolah menurut saya adalah sosok yang tegas tapi bersahabat
tidak membedakan jabatan, sehinggaa para bawahannya tidak merasa
canggung dan dapat bekerja dengan nyaman.
3. Menurut Bapak, Apakah gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh kepala
efektif jika diterapkan di sekolah?
Jawab:
Menurut saya efektif.
4. Bagaimana harapan anda di masa mendatang terkait mutu pembelajaran
sekolah?
Jawab:
Harapan saya, semoga sekolah menjadi lebih baik lagi.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Responden
: Maria Ulfah S.Pd
TTL
: Bogor, 25 September 1986
Pendidikan
: S1 Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mapel yang diampu
: Guru IPS/PKN
Lama Masa Kerja
: 3 Tahun
Pertanyaan Wawancara
1. Bagaimana sosok kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah ini?
Bertanggungjawab.
tegas,
memiliki
wawasan
manajemen
sekolah,
demokratis, dan kharismatik.
2. Bagaimana gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah? Apakah
efektif jika diterapkan di sekolah?
-
Gaya kepemimpinannya analitis, karena ketika mengambil keputusan
selalu berdasarkan proses analisis secara logika dari informasi yang ada.
-
Sangat efektif kepemimpinannya.
3. Apakah guru dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan sarana dan
prasarana?
Ya, karena Kepala Sekolah sangat terbuka pada informasi, kritik, dan saran.
4. Dalam
perencanaan
kebutuhan,
apakah
kepala
sekolah
selalu
mempertimbangkan pendapat dari guru sebagai pengguna terkait apa yang
mereka butuhkan?
Ya, selalu mempertimbangkan pendapat dari guru.
5. Seberapa pentingkah adanya sarana dan prasarana bagi guru dalam menunjang
pembelajaran di kelas?
Sangat penting karena sarana prasarana merupakan alat atau media dalam
proses pembelajaran.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Responden
: Siti Hajar S.Pd
TTL
: Pandeglang, 17 Oktober 1985
Pendidikan
: S1 Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mapel yang diampu
: Guru IPA
Lama Masa Kerja
: 4 Tahun
Pertanyaan Wawancara
1. Bagaimana sosok kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah ini?
Sosok Kepala Sekolah Darul Muttaqien khususnya MTs adalah seorang
Kepala Sekolah yang memiliki kemampuan manajemen sekolah dan memiliki
sikap delegatif, partisipatif, dan konsultatif.
2. Bagaimana gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah? Apakah
efektif jika diterapkan di sekolah?
Insya Allah efektif, karena pada dasarnya setiap Kepala Sekolah harus
memiliki kemampuan dalam manajemen sekolah.
3. Apakah guru dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan sarana dan
prasarana?
Ya, guru tiap mata pelajaran akan dilibatkan dalam proses perencanaan sarana
dan prasarana tiap mata pelajaran.
4. Dalam
perencanaan
kebutuhan,
apakah
kepala
sekolah
selalu
mempertimbangkan pendapat dari guru sebagai pengguna terkait apa yang
mereka butuhkan?
Ya, Kepala Sekolah akan mempertimbangkan pendapat dari tiap guru mata
pelajaran terkait kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan pada tiap
mata pelajaran.
5. Seberapa pentingkah adanya sarana dan prasarana bagi guru dalam menunjang
pembelajaran di kelas?
Sangat
penting, dengan adanya sarana dan prasarana guru dapat
menyampaikan materi pembelajaran lebih baik.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Responden
: Heri Hasary, S.Pd.I
TTL
: Jakarta, 14 Mei 1975
Pendidikan
: S1 UMJ Cirendeu
Mapel yang diampu
: Guru Pendidikan Agama Islam
Lama Masa Kerja
: 18 Tahun.
Pertanyaan Wawancara
1. Bagaimana sosok kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah ini?
Sosok Kepala Sekolah di Sekolah ini yaitu senang akan perubahan, Bersikap
proaktif dan mempunyai komunikasi yang baik, Memiliki kemampuan
manajemen sekolah yang cukup baik.
2. Bagaimana gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah? Apakah
efektif jika diterapkan di sekolah?
Insya Allah Efektif, karena pasti Kepala Sekolah memiliki manajemen yang
sangat baik untuk mengelola sekolah ini.
3. Apakah guru dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan sarana dan
prasarana?
Ya, Kepala Sekolah akan melibatkan secara efektif dalam proses perencanaan
sarana prasarana tiap mata pelajaran.
4. Dalam
perencanaan
kebutuhan,
apakah
kepala
sekolah
selalu
mempertimbangkan pendapat dari guru sebagai pengguna terkait apa yang
mereka butuhkan?
Ya, misalnya dalam merencanakan sarana dan perlengkapan yang menunjang
dan sangat dibutuhkan untuk kemajuan mata pelajaran di sekolah.
5. Seberapa pentingkah adanya sarana dan prasarana bagi guru dalam menunjang
pembelajaran di kelas?
Sangat penting, dengan adanya sarana prasarana guru dapat mengembangkan
dan menyampaikan materi dengan mudah dan baik.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Responden
: Samuji, S.Pd.I
TTL
: Ponorogo, 21 April 1975
Pendidikan
: S1 Penddikan
Mapel yang diampu
: Guru Penjaskes
Lama Masa Kerja
: 4 Tahun
Pertanyaan Wawancara
1. Bagaimana sosok kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah ini?
Baik dan Bijaksana.
2. Bagaimana gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah? Apakah
efektif jika diterapkan di sekolah?
Tegas dan Komitmen. Efektif
3. Apakah guru dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan sarana dan
prasarana?
Selalu dilibatkan.
4. Dalam
perencanaan
kebutuhan,
apakah
kepala
sekolah
selalu
mempertimbangkan pendapat dari guru sebagai pengguna terkait apa yang
mereka butuhkan?
Selalu.
5. Seberapa pentingkah adanya sarana dan prasarana bagi guru dalam menunjang
pembelajaran di kelas?
Sangat penting untuk menunjang keberhasilan pendidikan baik bagi guru
maupun siswa.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Responden
: Muhammad Maasur
TTL
: NTB, 09 Agustus 1986
Pendidikan
: S1 ISID
Mapel yang diampu
: Guru Bahasa Inggris
Lama Masa Kerja
: 5 Tahun
Pertanyaaan Wawancara
1. Bagaimana sosok kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah ini?
Alhamdulillah bisa memimpin dengan baik, pengertian, dan mampu
menempatkan gurunya sesuai dengan kapasitasnya
2. Bagaimana gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah? Apakah
efektif jika diterapkan di sekolah?
Fleksibel, tegas, dan mendahulukan prioritas daripada yang penting.
3. Apakah guru dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan sarana dan
prasarana?
Kalau guru mungkin hanya dilibatkan pada saat pengajuan sarpras saja, untuk
diterima atau tidak usulan kita tergantung keputusan kepala sekolah.
4. Dalam
perencanaan
kebutuhan,
apakah
kepala
sekolah
selalu
mempertimbangkan pendapat dari guru sebagai pengguna terkait apa yang
mereka butuhkan?
Iya, guru dilibatkan biasanya akan dibahas dalam rapat sebelum tahun ajaran
baru dan seluruh guru wajib ikut karena akan dibahas untuk setahun ke depan.
5. Seberapa pentingkah adanya sarana dan prasarana bagi guru dalam menunjang
pembelajaran di kelas?
Sangat penting, karena alatkan salah satu tujuannya untuk membantu
meningkatkan mutu pembelajaran anak-anak, siswa juga melihat dengan cara
yang berbeda dan lebih mudah memahami dengan materinya.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Nama Siswa/I : Yuliko Hana Zahiah
Kelas
: IX-F
Pertanyaan Wawancara
1. Menurut kalian, kepala sekolah orangnya bagaimana?
Baik, ramah dan selalu memberitahu kita karena beliau kan juga ngajar nahu
kalo kita tuh belajar bukan hanya sekedar mengejar nilai bagus saja tetapi
yang terpenting kita paham pelajarannya tersebut.
2. Apakah kepala sekolah sering melakukan kunjungan ke kelas kalian? Jika iya
biasanya apa yang dilakukan kepala sekolah ketika berkunjung ke kelas?
Sering, kalau ada pelajarannya kadang-kadang juga sering keliling-keliling
kelas juga biasanya suka melihat kelas kita sudah rapih atau belum, guru yang
mengajar masuk atau tidak.
3. Apakah Kalian lebih paham jika belajar menggunakan bantuan media
pembelajaran seperti gambar, sketsa, alat peraga, proyektor atau alat bantu
lainnya atau tidak menggunakkan media atau alat bantu apapun?
Lebih enakan pake alat peraga dan media-media kadang-kadang kan kalau
nonton jadi lebih tahu kaya misalnya materi sejarah gitu nonton langsung
sejarahnya jadi lebih masuk gitu materinya. Kita juga jadi cepet paham kalau
belajar ada materi juga tapi pake media juga ngajarnya
4. Apa harapan untuk sekolah kalian di masa mendatang?
Guru-gurunya lebih semangat lagi dalam mengajar biar muridnya juga jadi
semangat juga belajarnya dan kelasnya dibuat lebih menarik biar kalau dikelas
ga cepet ngantuk.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Nama Siswa/I : Salman Harris Andryana
Kelas
: VIII-C
Pertanyaan Wawancara
1. Menurut kalian, kepala sekolah orangnya bagaimana?
Baik tegas suka menjaga kebersihan dan kalau ada sampah sedikit saja pasti
langsung kita suruh bersihkan.
2. Apakah kepala sekolah sering melakukan kunjungan ke kelas kalian?
Terkadang dan biasanya mendadak. Biasanya kepala sekolah Memeriksa
keadaan kelas ada gurunya atau tidak, mengecek kelas bersih kalau kelasnya
ga bersih kita suruh bersihin kelas dahulu baru bisa belajar.
3. Apakah Kalian lebih paham jika belajar menggunakan bantuan media
pembelajaran seperti gambar, sketsa, alat peraga, proyektor atau alat bantu
lainnya atau tidak menggunakkan media atau alat bantu apapun?
Lebih senang kalau pake alat, karena kalau disuruh ngebayangin sesuatu
kadang-kadang suka ga dapet juga bayangannnya. Jadi lebih suka pake alat.
Tetapi pelajaran yang paling sering pake media ya cuma TIK dan sudah pasti
di lab belajarnya. Kalau di kelas yang sering pakai media biasanya guru piqih
sering bawa boneka domba jika sedang belajar tentang Qurban dan lain-lain.
4. Apa harapan untuk sekolah kalian di masa mendatang?
Pengen ada tambahan medianya jadi kalau ada pelajaran yang suruh
ngebayangin jadi cepet tergambar karena ada medianya gitu. Apalagi kaya
belajar IPA atau bahasa gitu, kalau di IPA alatnya dibanyakin lagi kaya gelas
ukur dan kalau bahasa lebih dibanyakin prakteknya biar lebih cepat paham.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Nama Siswa/I : M. Aufa Rafqi L
Kelas
: VIII-C
Pertanyaan Wawancara
1. Menurut kalian, kepala sekolah orangnya bagaimana?
Baik, suka senyum, ramah, tegas juga.
2. Apakah kepala sekolah sering melakukan kunjungan ke kelas kalian?
Kadang-kadang, biasanya mengecek keadaan kelas. Ada gurunya atau tidak,
bersih atau tidak. Kalo kotor biasanya suruh bersih-bersih dahulu baru bisa
belajar.jadi belajarnya agak telat.
3. Apakah Kalian lebih paham jika belajar menggunakan bantuan media
pembelajaran seperti gambar, sketsa, alat peraga, proyektor atau alat bantu
lainnya atau tidak menggunakkan media atau alat bantu apapun?
Lebih suka belajar cara manual, ditulis aja gitu di papan tulis kalau gambar
malah ga paham dan lebih cepat tanggep kalo menghapal. Jadi kalau misalnya
pakai alat/media saya kurang cepet paham malah fokus ke gambarnya aja.
4. Apa harapan untuk sekolah kalian di masa mendatang?
Alat-alat piketnya ditambahin karena suka ilang ilangan. Kalau di putra baru
sehari dikaseh biasanya suka langsung ilang dipake main dikelas.
PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA
Nama Siswa/I : Juva Salma Chotika
Kelas
: IX-I
Pertanyaan Wawancara
1. Menurut kalian, kepala sekolah orangnya bagaimana?
Orangnya baik, bijaksana, ramah, terus enjoy dan lucu kalo ngajar jadi lebih
cepet paham materinya
2. Apakah kepala sekolah sering melakukan kunjungan ke kelas kalian?
Terkadang itu biasanya cuma ngontrol-ngontrol saja dan ga tentu waktunya
lebih sering ustad-ustad yang sudah ditugaskan yang mengontrol ke kelas.
3. Apakah Kalian lebih paham jika belajar menggunakan bantuan media
pembelajaran seperti gambar, sketsa, alat peraga, proyektor atau alat bantu
lainnya atau tidak menggunakkan media atau alat bantu apapun?
Kalau aku lebih suka buat nulis aja lebih cepet nanggepnya daripada pake alat
kalau liat gambar ga begitu paham. Terus juga kalau dicatatkan kalau nanti
kita lupa bisa liat catatan buku kita kalau gambarkan ngga cuma inget
sebentar dan nanti kalau lupa ga bisa diliat lagi.
4. Apa harapan untuk sekolah kalian di masa mendatang?
Kalau untuk dikelas kayanya sudah cukup deh kalau untuk sekarang.
Lampiran 2
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi yang berjudul
"Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk
Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien ParungBogor" yang disusun oleh Ika Oktavianti, NIM. 1112018200017, Program Studi
Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Telah disetujui kebenarannya oleh dosen
pembimbing skripsi pada tanggal,
Jakarta, 07 Desember 2016
Mengetahui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
WDr. Fathi Ismail, MM
Drs. Ali Nurdin, M.Pd
NIP. 150 183 109 00
NIP. 19550601198103 1 005
Lampiran 3
DAFTAR REFERENSI
Judul
: Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan
Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien
Parung-Bogor.
Nama
: Ika Oktavianti.
NIM
: 1112018200017
Dosen Pembimbing
: 1. Dr. H. Fathi Ismail, MM
2. Drs. Ali Nurdin, M.Pd
Rujukan /Somber
BAB
Ibrahim
Bafadal,
Perlengkapan
Manajemen
Nomor
Footnote
Hal
Skripsi
1
1
Sekolah, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2010),
Cet. 2, h. 1
Ara Hidayat dan Imam Machali,
2
Parafl
Paraf2
»
.AI~
~
~
j1~
~
1
Pengelolaan Pendidikan: Konsep,
Prinsip,
I
Mengelola
dan
Aplikasi
Sekolah
dalam
dan
Madrasah, (Yogyakarta: Kaukaba.
'
2012), Cet. 1, h. 155.
Abuddin Nata, Pendidikan dalam
Perspektif Al-Qur 'an,
(Jakarta:
Prenada Media Grup, 2016), Cet.
3
4
"'\
~
-
1, h. 137-138.
Hasil wawancara dengan Bapak
Heri
Hasary,
Sekolah
Wakil
bidang
4
5
1
8
Kepala
Sarana
dan
Prasarana, pada hari Rabu, 04
November 2015
pukul 10.00
WIB,
TMI
di
Ruang
Darul
Muttaqien.
Kepemimpinan
Wahjosumidjo,
Kepala
Sekolah:
Tinjauan
Teoritik dan Permasalahannya,
(Jakarta:
PT.
Raja
AN
Grafindo
/
Persada Jakarta, 2010),
Cet. 7,
h. 83.
E. Mulyasa,
Menjadi Kepala
2
9
3
9
4
10
5
10
6
10
Sekolah Professional, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2011),
Cet. 12, h. 98.
Permendiknas Nomor 13 Tahun
2007
tentang Standar Kepala
Sekolah.
Mulyasa. loc. cit.
Syaiful
II
Sagala,
Pembelajaran:
Dalam
Supervisi
Proses
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2010), Cet. 1, h. 121.
Wahjosumidjo,
Kepala
Kepemimpinan
Sekolah:
Tinjauan
Teoritik dan Permasalahannya,
(Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada
~
Jakarta, 2010), Cet. 7, h. 101.
Mulyasa,
Manajemen
7
11
~
Kepemimpinan Kepala Sekolah,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2013),
/IN'
/
Cet. 3, h. 20.
Ibid., h. 20-22.
8
__.......,.,
12
- - ·. L
,11},/
~
u ...
/fA/
~
.4Jtl'
~
#/
~
Rohiat,
Manajemen
Sekolah,
9
12
(Bandung: PT. Refika Aditama,
2009), cet. 2, h. 37-38.
Manajemen
Mulyasa,
10
13
Kepemimpinan Kepala Sekolah,
(Jakarta: Bumi Aksara,
Cet. 3,
2013),
h. 22.
Aime Heene, Sebastian Desmidt,
"Manajemen
11
Strategi
Faisal Afiff, dan Ismeth Abdullah
(Bandung:
;'
13
Keorganisasian Publik, ", dalam
(ed.),
/
PT.
Refika
/
Aditama, 2010), Cet. 1, h. 53.
Freddy
Rangkuti,
Ana/isis
12
13
SWOT: Teknik Membedah Kasus
-
Bisnis, (Jakarta: PT Gramedia
'L1 ,_
_JJ.-.1
~
Pustaka Utama, .2014), Cet. 8,
/
h. 3.
Ibid., h. 4.
13
14
.-
Kompri, Manajemen Pendidikan -
Jilid
3,
(Bandung:
Alfabeta,
14
14
-~
~
M-\
/"'¥
r
Lampiran 4
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Lembar Check List Dokumen
Dokumen
Ada
Profil Sekolah
Visi dan Misi Sekolah
Tugas Pokok dan Fungsi Kepala
Sekolah
Struktur Organisasi Sekolah tahun
2016-2017.
Data Guru dan Staff tahun 20162017.
Data Inventaris Sarana dan
Prasarana tahun ajaran 2016-2017.
Laporan Hasil Pengadaan Sarana
dan Prasarana tahun ajaran 20162017
Laporan Hasil Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana tahun ajaran 20162017
Data Nilai Raport/Hasil Belajar
Siswa kelas VIII dan IX (dua
semester terakhir) pada dua tahun
terakhir.
Laporan Hasil rapat pada akhir
Semester/Tahun ajaran bidang
Sarana dan Prasarana Pendidikan
tahun 2015-2016.
Data Rencana Program
Semester/Tahunan bidang Sarana
dan Prasarana Pendidikan Tahun
2016-2017
Laporan Program Kerja Kepala
Sekolah Periode 2016-2017.
Pedoman Kerja Wakasek Bidang
Sarana dan Prasarana.
Data Prestasi siswa/I dari tahun
ajaran 2012-2016.
Contoh Surat Permohonan dan
berita
acara
penggunaan
Laboratorium
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Tidak
Ada
Ket
Lampiran 5
LEMBAR HASIL OBSERVASI KONDISI SARANA DAN PRASARANA
MTs DARUL MUTTAQIEN
TAHUN PENDIDIKAN 2016-2017
No
Nama Fasilitas
Luas (m2)
Jumlah
Daya
Tampung
Kondisi
Jadwal
Pemakaian
A
Fasilitas Pembelajaran
1
Ruang Kelas Belajar
8 x 9,5
30
35
Baik
Setiap KBM
2
Ruang Lab. Bahasa
8 x 9,5
1
35
Baik
Kondisional
3
Ruang Lab. Komputer
8 x 9,5
4
35
Baik
Setiap KBM
4
Ruang Lab. PAI
8 x 9,5
2
35
Baik
Kondisional
5
Ruang Lab. MIPA
8 x 9,5
1
35
Baik
Kondisional
6
Ruang Perpustakaan
8 x 9,5
1
± 100
Baik
Kondisional
7
Ruang Multimedia
8 x 9,5
2
35
Baik
Kondisional
B
Fasilitas Penunjang
1
Ruang Kepala Sekolah
8 x 9,5
1
1
Baik
Setiap Hari KBM
2
Ruang Guru
8 x 9,5
4
25
Baik
Setiap Hari KBM
3
Ruang Tata Usaha
8 x 9,5
1
7
Baik
Setiap Hari KBM
4
Ruang Konseling
8 x 9,5
2
30
Baik
Kondisional
5
Ruang OSIS/OPDM
8 x 9,5
2
30
Baik
Kondisional
6
Ruang UKS
8 x 9,5
2
10
Baik
Kondisional
7
Ruang Pertemuan/Aula
1
± 2500
Baik
Kondisional
8
Ruang Kesenian
8 x 9,5
2
20
Baik
Kondisional
9
Lapangan Sepak Bola
40 x 80
1
± 2500
Baik
Setiap Sore
10
Lapangan Basket
15 x 29
1
± 100
Baik
Setiap Sore
11
Asrama
8 x 9,5
14
16
Baik
Setiap Hari
12
Kamar Mandi
1,5 x 1,25
40
1
Baik
Setiap Hari
13
Halaman/Taman
2,5 m2
9
Baik
-
14
Ruang Gudang
3x3
1
Baik
-
~-
-
Lampiran 7
•
KEMENTERIAN AGAMA
UIN JAKARTA
FITK
FORM (FR)
Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia
No. Dokumen
Tgl. Terbit
No. Revisi:
Hal
FITK-FR-AKD-082
1 Maret 2010
01
1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Nomor: Un.01/F1/KM.01.3/Jh~h./2016
Lamp. : Outline/Permohonan Data
Hal
: Permohonan lzin Penelitian
Jakarta, 26 September 2016
Kepada Yth.
Kepala Sekolah MTs Darul Muttaqien
di
Tempat
Assalamu'alaikum wr. wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Nama
: lka Oktavianti
NIM
: 1112018200017
Jurusan
: Manajemen Pendidikan
Semester
: IX (Sembilan)
Judul Skripsi : Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana
Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MTs Darul Muttaqien.
adalah benar mahasiswi Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang
sedang menyusun Skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di sekolah yang
Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan
melaksanakan penelitian dimaksud.
mahasiswa tersebut
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum tivr. wb.
Tembusan:
1. Dekan FITK
2. Pembantu Dekan Bidang Mahasiswa yang bersangkutan
3. Mahasiswa
BIODATA PENULIS
Ika Oktavianti, lahir di Jakarta, 05 Oktober 1994. Anak pertama
dari dua bersaudara dari pasangan Sadih dan Purwanti. Jenjang
pendidikan yang sudah ditempuh: SDN Kota Baru IV tamat tahun
2006, SMP Negeri 13 Bekasi tamat tahun 2009, SMA Negeri 12
Bekasi tamat tahun 2012, dan meneruskan jenjang pendidikan S1
Jurusan Manajemen Pendidikan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saat SMA penulis lebih aktif pada kegiatan ekstrakurikuler Rohani Islam
(Rohis) dan Pramuka. Aktifitas berorganisasi tidak hanya berlangsung pada saat
penulis SMA. Di kampus mengikuti kegiatan Degung Sunda Tarbiyah di Pojok Seni
Tarbiyah (POSTAR), dengan pengalaman bermain alat musik tradisional ini penulis
dapat berkesempatan mengikuti berbagai pementasan baik di dalam maupun di luar
kampus. Selain itu, penulis juga mendapat pengalaman berorganisasi sekaligus
melestarikan budaya Indonesia yang salah satunya adalah gamelan sunda.
Menimba ilmu di bidang manajemen pendidikan dan berorganisasi,
membuat penulis ingin terus belajar dan belajar untuk hal-hal baru yang belum
penulis ketahui dan terus berupaya untuk selalu menjadi pribadi yang bermanfaat
bagi orang-orang yang berada di sekitar penulis.
Download