1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pentingnya kajian terhadap erosi di SubDistrito/Kecamatan Atabae, karena
informasi tentang erosi tanah sangat penting untuk rencana pemanfaatan lahan
yang lebih sesuai sehingga dapat menhindari dampak negatif yang akan timbul
akibat penggunaan lahan yang salah. Informasi tentang erosi diperlukan selain
untuk mengantisipasi dampak, juga sebagai informasi awal untuk memprediksi
erosi yang telah, sedang atau yang akan terjadi sehingga dalam penggunaan lahan
dapat
memilih sistem yang lebih sesuai dalam arti luas guna menjaga
produktivitas lahan yang berkelanjutan.
Dampak yang di timbulkan oleh erosi dapat berupa dampak langsung
ditempat terjadinya erosi maupun dampak langsung diluar tempat terjadinya erosi.
Dampak langsung pada tempat terjadinya erosi, (1) hilang atau terkikisnya lapisan
tanah atas (top soil) yang subur dan baik untuk perkembangan perakaran tanaman;
(2) hilangnya unsur hara dan kerusakan struktur tanah; (3) peningkatan
penggunaan energi untuk produksi; (4) kemerosotan produktivitas tanah; (5)
pemiskinan petani penggarap atau pemilik tanah (Arsyad, 1989)
Dampak langsung di luar tempat terjadinya erosi adalah (1) pelumpuran
dan pendangkalan alur-alur sungai; (2) pendangkalan saluran irigasi; (3)
tertimbunnya lahan pertanian dan jalan; (4) hilangnya mata air dan memburuknya
kualitas air; (5) kerusakan ekosistem perairan laut (matinya terumbu karang) dan
(6) meningkatnya frekuensi dan masa kekeringan (Rahim, 2000).
Permasalahan erosi yang terjadi di SubDistrito/Kecamatan Atabae adalah
akibat dari sistem pembukaan lahan pertanian baru dengan cara menebang
pepohonan dan membakar pada lahan yang akan dijadikan kebun sehingga lahan
menjadi gundul dan pada saat awal musim hujan tanah sangat mudah tererosi.
Kebiasaan buruk masyarakat berupa pembakaran hutan dan semak
belukar, lahan yang hendak dijadikan kebun ataupun lahan-lahan tidur
mengakibatkan rusaknya fungsi tanah sebagai media penyerapan air dan pada
1
akhirnya aliran permukaan (run off) menjadi lebih tinggi pada saat turun hujan.
Dampak susulan akibat tingginya aliran permukaan ini telah menimbulkan banjir
di daerah penelitian pada tahun 2009 dan 2010 (Direktorat Penanganan Bencana
Alam Timor-Leste 2008).
Secara umum proses terjadinya erosi dipengaruhi oleh faktor : (1) sumber
energi (hujan dan limpasan permukaan), (2) kemiringan lereng, (3) karakteristik
tanah, dan (4) tutupan serta pengelolaan tanah (Morgan, 1986) dalam (Rahim,
2000). Dari keempat faktor yang disebutkan diatas secara spesifik terdapat dua
faktor yaitu faktor manusia dan resistensi/erodibilitas tanah yang paling dominan
berpengaruh terhadap terjadinya erosi tanah di SubDistrito/Kecamatan Atabae.
Faktor pertama adalah faktor manusia
yang selalu berusaha merubah pola
penutupan tanah dari pola alami menjadi pola buatan manusia sehingga
menyebabkan percepatan erosi tanah yang kita kenal dengan istilah erosi
dipercepat/accelerated erotion (Rahim, 2000). Faktor yang kedua adalah faktor
resistensi tanah (erodibiltas tanah). Tanah di SubDistrito Atabae merupakan tipe
tanah yang tergolong miskin unsur hara, solum tanah tipis, kontak langsung
dengan batuan atau yang disebut tanah litosol (Kementerian Pertanian TimorLeste, 2008) dalam (Gomes, 2009). Curah hujan yang terjadi di daerah penelitian
kecil yaitu 1000 mm/th tetapi bisa mengakibatkan erosi yang cukup nyata, hal ini
dikarenakan kondisi morfologi yang kasar dan tingkat kemiringan lereng antara
(15-30%) berbukit hingga sangat terjal (45%).
Wilayah SubDistrito Atabae merupak daerah tropis namun sering
mengalami musim kering yang panjang yaitu mulai dari bulan April sampai
November, sedangkan musim hujan hanya berlangsung
selama 3-4 bulan
(Desember hingga Maret). Jumlah curah hujan tahunannya adalah 1000 mm dan
rata-rata curah hujan bulanan kurang dari 100 mm (Pemerintah Daerah Tingkat I
Timor-Timur, 1994).
Berdasarkan jumlah hujan tahunan dan intensitas curah hujan bulanan
yang ada, penulis dapat memperkirakan bahwa kemungkinan pengaruh hujan
terhadap proses terjadinya erosi di daerah penelitian tergolong kecil, namun
kenyataan di lapangan erosi tetap terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
2
variasi kepekaan tanah terhadap erosi. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi
adalah tekstur, struktur, kandungan bahan organik, kedalaman lapisan tanah, dan
tingkat kesuburan tanah (Arsyad, 1989). Bouyoucus (1935) dalam (Arsyad,
1989) mengatakan bahwa tanah yang mempunyai nisbah/bandingan rendah
(presentase liat atau clay tinggi) umumnya kurang peka terhadap erosi dari pada
yang mempunyai rasio tinggi (presentase liat/clay rendah).
Variasi erodibilitas tanah yang ada di SubDistrito Atabae sangat di
pengaruhi oleh faktor aktivitas manusia dan faktor topografi (kemiringan lereng).
Faktor manusia menjadi pengaruh yang lebih dominan karena tindakan
pemanfaatan lahan yang kurang memperhatikan masalah konservasi tanah dan
pelestarian lingkungan. Tindakan manusia yang mempunyai pengaruh besar
terhadap erodibilitas tanah di SubDistrito Atabae adalah sistem pembukaan dan
pengolahan tanah dengan cara membakar. Akibat dari pengolahan tanah dengan
sistem bakar tersebut, semua bahan organik (mulsa) penutup permukaan tanah
ikut hilang terbakar. Hilangnya bahan organik tersebut akan mempengaruhi padat
atau remahnya suatu struktur tanah. Semakin padatnya struktur tanah tentu akan
berpengaruh buruk pada tingkat permeabilitas tanah untuk meloloskan air ke
lapisan tanah yang lebih dalam. Berkurangnya permeabilitas tanah akan
mengakibatkan tingginya limpasan permukaan yang pada akhirnya dapat
mengikis atau melepaskan partikel-partikel tanah dari ikatan agregatnya serta
mengangkutnya ke tempat lain (Bannet, 1939) dalam (Suripin, 2001)
Sistem bercocok tanam lahan berpindah-pindah mengakibatkan luas lahan
kritis semakin bertambah, hal ini tentu akan berdampak pada rusaknya tekstur dan
struktur tanah, hilangnya bahan organik yang berguna untuk memperbaiki kondisi
fisik tanah. (Kartasapoetra dkk., 1985).
Sebagai tahap awal untuk mengurangi dampak erosi di SubDistrito
Atabae, maka penelitian ini mengangkat tema PREORITAS KONSERVASI
TANAH DAN PENGELOLAAN LAHAN BERDASARKAN TINGKAT
ERODIBILITAS TANAH DI SUBDISTRITO/KECAMATAN ATABAE
DISTRITO/KABUPATEN BOBONARO, TIMOR-LESTE sebagai judul
skripsi S1
3
1.2 Permasalahan Penelitian
Kajian/penelitian tentang erosi tanah di Timor Leste masih sangat minim,
terutama di SubDistrito Atabae.
Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya
pengetahuan masyarakat tentang erosi dan tingkat kesadaran masyarakat dalam
bidang konservasi tanah. Masyarakat masih menerapkan sistem bercocok tanam
secara tradisional dalam setiap kegiatan pertanian sehingga mengakibatkan
terjadinya degradasi lahan dan kerusakan lingkungan di SubDistrito Atabae terus
betmabah (Kementerian Pertanian Timor-Leste, 2005).
Penelitian tentang erosi secara umum dan penelitian tentang erodibilitas
secara khusus di daerah atau negara lain sudah banyak di laksanakan dengan
menggunakan metode penilaian erodibilitas tanah, salah satunya adalah metode
Universal Soil Loss Equation (USLE) yang menggambarkan nilai erodibilitas (K)
sebidang tanah di daerah tertentu. Pada awalnya, nilai K hanya digunakan pada
skala yang lebih sempit. Penggunaan nilai K pada skala yang lebih luas (wilayah
DAS ataupun regional) belum dikaji secara mendetil, terutama hubungannya
dengan karakteristik fisik bentuklahan.
Terkait dengan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini dapat
dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
1.
bagaimana distribusi potensi erodibilitas tanah di daerah penelitian ?
2.
bagaimana petani dapat mengetahui metode konservasi yang sesuai
dan mau melakukan konservasi lahan yang baik untuk pengendalian
erosi ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1.
mengetahui distribusi potensi eorsi tanah berdasarkan tingkat
erodibilitas tanah di daerah penelitian
2.
mengetahui metode konservasi yang sesuai guna memulihkan
kembali lahan-lahan yang terancam rusak.
4
1.4 Studi Pustaka
1.4.1. Pengertian, proses dan bentuk erosi tanah
Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan
permukaan tanah atas baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin.
Ada tiga tahapan erosi, pertama pelepasan partikel tunggal dari agregat
tanah, yang kedua pengangkutan tanah oleh media alami seperti aliran air
dan angin. Pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak lagi cukup
untuk mengangkut partikel tanah, maka akan terjadi tahap yang ketiga
yaitu pengendapan (Suripin, 2001).
Percikan air hujan merupakan faktor utama yang mengakibatkan
terlepasnya partikel tanah dari satuan agregatnya. Pada saat butiran air
hujan mengenai permukaan tanah yang gundul, partikel tanah dapat
terlepas dan terlempar sampai beberapa meter ke udara. Pada lahan datar
partikel-partikel tanah akan menyebar secara merata ke segala arah, tetapi
untuk lahan miring penyebaran partikel-partikel tanah lebih dominan ke
arah bawah mengikuti arah lereng. Pertikel-partikel tanah yang terlepas ini
akan menyumbat pori-pori tanah sehingga akan menurunkan kapasitas dan
laju infiltrasi tanah itu sendiri. Aliran permukaan (run off) dapat
meningkatkan kekuatan (energi) untuk melepas dan kemudian mengangkut
partikel-partikel yang telah terlepas baik oleh percikan air hujan maupun
oleh adanya aliran permukaan itu sendiri (Suripin, 2001).
Endarto, (2007) mengatakan erosi merupakan gaya menoreh dan gaya
melebar air yang mengalir di atas permukaan tanah dan jika berlangsung
dalam waktu lama maka akan membentuk lembah-lembah.
Tinggi
rendahnya erosi tergantung pada tenaga air dan daya tahan tanah terhadap
pengikisan. Pengikisan tanah pada hakikatnya tidak termasuk erosi internal
(ke dalam penampang tanah) tetapi hanya pengikisan dan pengangkutan
tanah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Di daerah tropis erosi
terutama disebabkan oleh air hujan. Erosi air timbul apa bila aksi dispersi
dan tenaga pengangkut oleh air hujan yang mengalir ada di permukaan
atau di dalam tanah.
5
Erosi terjadi minimal dengan satu tahapan yakni dispersi oleh butiran
hujan atau oleh air limpasan. Tahapan erosi meliputi (1) benturan butirbutir hujan dengan tanah, (2) percikan tanah oleh butir hujan ke semua
arah, (3) penghancuran bongkah tanah oleh butiran hujan, (4) pemadatan
tanah, (5) penggenangan air di permukaan, (pelimpasan air karena adanya
penggenangan dan kemiringan lahan, (7) pengangkutan partikel terpercik
atau masa tanah yang di dispersi oleh air limpasan (Rahim, 2000)
Erosi merupakan proses penghanyutan partikel-partikel tanah oleh
kekuatan aliaran air permukaan dan angin, baik itu terjadi secara alamiah
ataupun sebagai akibat perbuatan manusia. Erosi secara alamiah (geologic
erosion) tidak menimbulkan musibah berat bagi kehidupan manusia dan
keseimbangan lingkungan, karena kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi hanya kecil saja. Hal ini dikarenakan partikel-partikel tanah yang
dipindahkan atau terangkut seimbang dengan tanah yang terbentuk di
daerah-daerah yang lebih rendah. (Kartasapoetra, dkk., 1985).
Hardiyatmo, (2006) mengatakan bahwa erosi permukaan (surficeal
erosion) merupakan proses pelepasan dan terangkutnya partikel tanah
secara individu oleh tenaga air hujan, angin dan es. Erosi permukaan
berawal dari terpaan air hujan atau gaya-gaya tarikan yang bekerja pada
partikel individu tanah di permukaan. Patikel-partikel tanah yang telah
terlepas dari agregatnya akan di angkut oleh media alami seperti air, angin
dan es kemudian di endapkan pada daerah yang lebih rendah. Ada enama
macam bentuk erosi yaitu :
(1). Erosi lembar (sheet erosion) adalah pengangkutan lapisan tanah yang
merata tebalnya dari suatu bidang permukaan tanah. Penyebab utama
terjadinya erosi lembar (sheet erosion) adalah kekuatan jatuhnya butirbutir hujan dan aliran air di permukaan tanah. Bentuk erosi lembar tidak
secepat mungkin diketahui karena kehilangan lapisan olah tanah terjadi
secara seragam;
(2) Erosi alur (rill erosion) terjadi karena air
terkonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat tertentu di permukaan
tanah sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat
6
tersebut. (3). Erosi parit (gully erosion) proses terjadinya sama dengan
erosi alur, tetapi saluran-saluran yang terbentuk sudah demikian dalam
sehingga tidak mudah untuk dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
Erosi parit dapat berbentuk V atau U, tergantung dari kepekaan erosi
substratanya; (4). Erosi tebing sungai terjadi akibat pengikisan tebing oleh
air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan arus air yang
kuat pada kelokan sungai. Erosi tebing akan lebih hebat terjadi jika
vegetasi penutup tebing telah habis atau jika dilakukan pengolahan tanah
terlalu dekat dengan tebing; (5). Longsor (lanslide) adalah suatu bentuk
erosi yang pengangkutan atau pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat
dalam volume yang besar; (6). Erosi internal adalah terangkutnya butirbutir primer ke dalam tanah melalui celah-celah atau pori-pori tanah
sehingga tanah menjadi kedap air dan udara. Erosi internal mungkin tidak
menyebabkan kerusakan yang berarti karena bagian-bagian tanah tidak
hilang ke tempat lain, dan tanah akan baik kembali jika strukturnya
diperbaiki. Akan tetapi erosi internal menyebabkan menurunnya kapasitas
infiltrasi tanah dengan cepat sehingga aliran permukaan meningkat yang
menyebabkan terjadinya erosi lembar (sheet erosion) atau erosi alur ((rill
erosion) (Arsyad, 1989).
Secara umum proses terjadinya erosi ditentukan oleh faktor iklim terutama
intensitas hujan, kemiringan lereng, karakteristik tanah, vegetasi penutup tanah
dan tataguna lahan (Asdak, 2007).
Tingakat kepekaan atau ketahanan tanah terhadap erosi dapat diubah atau
diusahakan menjadi lebih mantap atau stabil yaitu dengan cara merubah faktorfaktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai K. Adapun faktor yang
berpengaruh nilai K tersebut antara lain : tekstur, struktur, bahan organik dan
permeabilitas tanah (Harjadi dan Indrawati, 1998). Tekstur tanah mencakupi
ukuran butir-butir primer bagian mineral tanah. Butir-butir primer tanah terbagi
dalam liat (clay), debu (silt) dan pasir (sand). Tanah-tanah yang bertekstur kasar
seperti pasir dan pasir berkerikil mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi dan
apa bila tanah tersebut memiliki kedalaman yang cukup maka pada tanah-tanah
7
tersebut tidak akan terjadi erosi. Tanah bertekstur pasir halus juga mempunyai
kapasitas infiltrasi yang tinggi akan tetapi jika terjadi tingginya aliran permukaan
maka partikel-partikel tanah yang halus tersebut mudah terangkut oleh aliran air
permukaan. Pada prinsipnya mudah atau tidaknya suatu tanah dapat tererosi
tergantung pada nilai K tanah tersebut.
Nilai K merupakan nilai yang
menunjukkan kepekaan suatu jenis tanah terhadap tenaga alami seperti terpaan
butiran air hujan dan limpasan permukaan. Semakin besar nilai K maka tanah
semakin mudah tererosi, sebaliknya semakin kecil nilai K maka tanah semakin
tahan terhadap erosi. Tingkat kepekaan atau ketahanan tanah terhadap erosi dapat
diubah atau diusahakan menjadi lebih mantap atau stabil yaitu dengan cara
merubah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai K.
Adapun faktor yang berpengaruh nilai K tersebut antara lain : tekstur, struktur,
bahan organik dan permeabilitas tanah.
Tekstur tanah merupakan petunjuk tentang perbandingan kasar atau
halusnya suatu butir atau fraksi pasir. Hal ini berarti bahwa sedikit saja tanah
tererosi maka lahan tersebut relatif lebih cepat kritis secara ekonomi atau tingkat
produktivitas lahan akan cepat menurun. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan
untuk meningkatan nilai K antara lain : penambahan bahan organik berupa pupuk
kandang atau pupuk hijau atau zat kimiawi, yang akan meningkatkan agregat
tanah dengan menstabilkan struktur serta meningkatkan ukurannya (Harjadi dan
Indrawati, 1998).
Struktur tanah adalah ikatan butir pirmer dengan butir sekunder atau
agregat tanah. Tanah-tanah yang berstruktur kersai atau granuler lebih terbuka
sehingga lebih cepat menyerap air dari pada tanah yang berstruktur dengan
susunan butir-butir primernya lebih rapat. Struktur tanah digunakan untuk
menerangkan susunan partikel-partikel tanah. Struktur tanah terdiri dari struktur
makro dan struktur mikro. Struktur makro adalah susunan agregat-agregat tanah
satu dengan yang lainnya, sedangkan struktur mikro adalah penyusunan butirbutir primer tanah (pasir, lempung, dan liat/clay) menjadi partikel sekunder yang
disebut agregat (Suripin 2001).
8
Bahan organik, bahan organik sangat penting di dalam melindungi tanah
dari pukulan air hujan yang dapat menyebabkan erosi. Bahan organik yang
membentuk humus akan mengikat butir-butir tanah menjadi suatu struktur yang
lebih tahan terhadap pukulan air hujan (Triwilaida, 1997). Bahan organik selain
melindungi permukaan tanah dari pukulan air hujan, juga mempunyai peran untuk
mengurangi aliran permukaan sehingga kecepatan laju aliran permukaan menjadi
lebih lambat dan daya rusaknyapun tidak terlalu besar. Bahan organik yang sudah
mengalami pelapukan mempunyai kemampuan untuk menyerap dan menyimpan
air yang cukup tinggi sampai dua atau tiga kali berat keringnya bahan organik
tersebut. Pengaruh utama bahan organik adalah menghambat aliran permukaan,
meningkatkan tingkat infiltrasi tanah dan memantapkan agregat tanah.
Kedalaman tanah, tanah yang dalam dan permeabel kurang peka terhadap
erosi dari pada tanah yang permeabel tetapi kedalaman tanahnya sangat tipis.
Semakin dalam lapisan kedap air akan semakin banyak air yang dapat diserap
oleh
tanah dengan demikian maka akan mempengaruhi besarnya aliran
permukaan tanah.
Sifat lapisan bawah tanah yang menentukan kepekaan tanah terhadap erosi
adalah permeabilitas lapisan tersebut. Permeabilitas tanah ditentukan oleh tekstur
dan struktur tanah. Tanah yang lapisan bawahnya berstruktur granuler dan
permeabel kurang peka terhadap erosi dibandingkan dengan tanah yang lapisan
bawahnya padat dan permeabilitasnya rendah. (Arsyad, 1989).
1.4.2 Penelitian Sebelumnya
Eguh Budi Santoso, (2005) melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah terhadap Besar Erosi Tanah Di
Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri, dengan tujuan untuk
mengetahui persebaran besar erosi tanah dan menganalisa pengaruh
tindakan konservasi tanah terhadap besar erosi tanah. Data yang
dibutuhkan dalam penelitian tersebut meliputi data primer dan sekunder.
Data primer terdiri atas panjang dan kemiringan lereng, kenampakan erosi,
erodibilitas tanah, bentuk-bentuk konservasi, penutup lahan dan vegetasi.
9
Cara atau metode pengumpulan dan analisis data menggunkan metode
persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) dan uji laboratorium.
Hasil yang didapatkan setelah di klasifikasikan besar erosi tanah di daerah
penelitian erosi sangat rendah seluas 3.509,87 ton/ha/tahun atau sebesar
24,69%, rendah seluas 3.794,73 ha atau sebesar 26,68%, erosi berat
sebesar 1.697,87 atau 16,94%.
Sri Purwanti, (2003) mengadakan Penelitian tentang Pendugaan Besar
Erosi Tanah di Kecamatan Bawang Kabupaten Batang, dengan Tujuan (1)
mengetahui besar erosi tanah serta persebaran erosi tanah di daerah
penelitian dan (2) memetakan besar erosi tanah tiap-tiap satuan lahan. Data
yang di butuhkan adalah Erosivitas, erodibilitas, kemiringan dan panjang
lereng, penutup lahan dan konservasi. Cara atau metode pengumpulan dan
analisis
data menggunkan metode persamaan Universal Soil Loss
Equation (USLE) dan uji laboratorium. Hasil penelitian yang diperoleh
erosi sangat berat dengan luas 1,840,75 ha (15,41%). erosi berat dengan
luas 303,75 ha (2,54%). erosi ringan dengan luas 3,590,5 ha (30,05%) dan
erosi sangat ringan dengan luas 5,299 ha (44,38 %).
Tri Wibowo (2005) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi
Persebaran Erosi Untuk Arahan Konservasi Tanah di Kecamatan
Nguntoronadi, dengan tujuan (1) mengetahui persebaran erosi tanah, (2)
memberikan arahan tindakan konservasi tanah untuk mengurangi
terjadinya erosi. Cara atau metode pengumpulan dan analisis data yaitu
survei dan analisis data menggunakan metode persamaan Universal Soil
Loss Equation (USLE) dan analisis laboratorium. Data yang dibutuhkan
adalah Erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), panjang dan
kemiringan lereng (LS), praktek pengelolaan lahan (P) dan praktek
pengelolaan tanaman (C). Hasil penelitian Peta Geomorfologi Peta
konservasi yang masing-masing berskala 1: 125.000.
Nurul Fitria Sari, ( 2006) melakukan penelitian tentang Evaluasi Besar
Erosi
Tanah dan Konservasi Tanah. Tujuan penelitian adalah
(1)
Mengetahui besar erosi tanah di daerah penelitian (2) Mengetahui
10
bagaimana konservasi yang dapat di gunakan untuk konservasi tanah di
daerah penelitian. Data yang dibutuhkan adalah data primer dan data
sekunder. Data primer meliputi (1) Panjang dan kemiringan lereng, (2)
Kenampakan erosi, (3) Erodibilitas tanah, (4) Bentuk-bentuk konservasi,
(5) Penutup Lahan dan (6) Vegetasi. Cara atau metode pengumpulan dan
analisis data yaitu survei dan analisis data menggunkan metode persamaan
Universal Soil Loss Equation (USLE) dan uji laboratorium.
Yogi Sunarso (2006) melakukan penelitian tentang Analisis Tindakan
Konservasi Tanah di Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen, dengan tujuan
(1) mengetahui tingkat erosi tanah di daerah penelitian (2) menganalisis
pengaruh konservasi tanah yang telah ada dan menentukan konservasi
yang sesuai di daerah penelitian berdasarkan morfologi daerahnya. Data
yang dibutuhkan yaitu Erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), panjang
dan kemiringan lereng (LS), praktek pengelolaan lahan (P), praktek
pengelolaan tanaman (C), dan bentuk konservasi. Cara atau metode
pengumpulan dan analisis data yaitu metode survei dan analisis faktorfaktor pengaruh erosi dengan persamaan Universal Soil Loss Equation
(USLE dan analisis laboratorium. Hasil penelitian Tingkat erosi tanah
yang ada di daerah daerah penelitian mempunyai kelas erosi sangat ringan
hingga sangat berat dengan tingkat erosi 0,1-767,7 ton/ha/th.
Dari uraian penelitian sebelumnya di atas, peneliti mengacu pada Tri Wibowo
(2005) dan Sri Purwanti, (2003), dalam hal persamaan cara atau metode
pengumpulan dan analisis data.
1.5 Perkiraan erodibilitas tanah
Perkiraan nilai erodibilitas tanah (K) pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE). Persamaan
Universal Soil Loss Equatin adalah salah satu metode yang dikembangkan untuk
memprediksi laju erosi rata-rata pada lahan dengan kemiringan lereng dan pola
hujan tertentu untuk setiap macam jenis tanah, dengan penerapan tindakan
konservasi lahan tertentu. Universal Soil Loss Equation di rancang untuk
11
memprediksi erosi jangka panajang dari erosi lembar (sheet erosion) dan erosi
alur ((rill erosion) di bawah kondisi tertentu (Wischmeier Johnson dan Cross,
1971) dalam (Suripin, 2001).
Erodibilitas/kepekaan tanah adalah sifat-sifat tanah yang menunjukkan
mudah atau tidaknya untuk tererosi. Ada empat sifat utama tanah yang dapat
mempengaruhi erodibilitas tanah yaitu: tekstur, struktur bahan organik dan
permeabilitas tanah. Tinggi rendahnya erodibilitas tanah selain dipengaruhi oleh
empat sifat utama di atas, juga tergantung pula pada kondisi topografi (kemiringan
dan panjang lereng) serta besarnya gangguan manusia.
Erodibilitas tanah merupakan proses/kejadian yang bersifat dinamis
tergantung pada faktor penyebab tingginya nilai erodibilitas tersebut. Salah satu
faktor yang mempengaruhi sifat dinamisnya erodibilitas tanah tersebut adalah
karateristik tanah, karena tanah sering mengalami perubahan pada sifat fisik dan
kimia tanah seiring dengan perubahan waktu dan tataguna lahan atau pola
pertanaman.
Perubahan waktu dan pola tanam merupakan dua hal yang saling terkait
dalam mempengaruhi nilai erodibilitas tanah, karena perubahan waktu
berpengaruh pada proses pelapukan batuan induk menjadi bahan induk tanah,
sedangkan pola tanam dapat mempengaruhi besar kecilnya kandungan organik
tanah yang bisa meningkatkan kestabilan agregat tanah dan meningkatkan
kapasitas infiltrasi tanah. (Asdak 2007)
Suatu bidang tanah resisten atau tidak terhadap tenaga penghancur seperti
curah hujan dan aliran permukaan sangat tergantung pada faktor nilai K Semakin
besar nilai K (0,32-0,64)
maka tanah semakin mudah tererosi, sebaliknya
semakin kecil nilai K (0,10-0,20 maka tanah semakin tahan terhadap erosi
(Sartohadi dkk, 2012).
Upaya yang harus dilakukan untuk memperbaiki nilai K yaitu dengan cara
penambahan bahan organik berupa pupuk kandang atau pupuk hijau dan zat kimia
yang dapat meningkatkan agregat tanah dan menstabilkan struktur tanah (Harjadi
dan Indrawati, 1998). Salah satu bahan organik misalnya seresah sangat penting di
dalam melindungi tanah dari pukulan air hujan yang dapat menyebabkan erosi.
12
Bahan organik yang membentuk humus akan mengikat butir-butir tanah menjadi
suatu struktur yang lebih tahan terhadap pukulan air hujan (Triwilaida, 1997).
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari masing-masing indeks
nilai K pada tanah yang ada di SubDistrito Atabae maka penelitian ini terfokus
untuk mengetahui distribusi potensi erodibilitas tanah di daerah penelitian.
Adapun bagian dari indeks nilai K yang harus di kaji dalam penelitian ini meliputi
struktur tanah, tekstur, kandungan bahan organik dan permeabilitas tanah. Berikut
adalah pengharkatan/pengkelasan struktur tanah
a.
harkat 1 adalah granuler sangat halus (φ < 1 mm)
b.
harkat 2 granuler halus (0<1-2 mm)
c.
harkat 3 granuler sedang (<2-5 mm)
d.
harkat 4 gumpal, lempeng (plate) dan pejal
Harkat permeabilitas tanah dikelompokkan menjadi enam yaitu:
1.
harkat 6 sangat lambat < 0,125 cm/jam
2.
harkat 5 lambat 0,125-0,50 cm/jam
3.
harkat 4 agak lambat 0,50-2,50 cm/jam
4.
harkat 3 sedang 2,50-6,25 cm/jam
5.
harkat 2 agak cepat 6,25-12,5 cm/jam
6.
harkat 1 cepat > 12,5 cm/jam.
Struktur tanah merupakan ikatan butir primer dengan butir sekunder atau
agregat tanah. Susunan butir-butir primer tersebut menentukan tipe struktur.
Tanah-tanah yang berstruktur kersai atau granuler lebih cepat untuk menyerap air
dari pada tanah yang susunan struktur dengan butir-butir primer yang lebih rapat
(Arsyad, 1989).
Tekstur tanah adalah hasil pelapukan batuan dan mineral baik secara fisik
maupun kimia dan menghasilkan partikel dengan berbagai ukuran mulai dari
ukuran batu, kerikil (grevel), pasir, lempung dan liat. Di antara semua ukuran
yang ada, yang menjadi material tanah adalah partikel mineral yang mempunyai
ukuran diameter lebih kecil dari 2 mm. Tekstur tanah merupakan perbandingan
relatif dari berbagai golongan besar partikel tanah dalam suatu masa tanah
(Suripin, 2001)
13
Bahan organik adalah material yang tersusun dari sisa-sisa tanaman,
perakaran atau batang, tumbuh-tumbuhan yang telah mati, kotoran dan lendirlendir termasuk cacing, serangga dan binatang besar yang telah mati. Bahan
organik tanah dapat mempengaruhi sifat fisika dan kimia tanah, biologi (warna,
struktur kestabilan agregat (Sartohadi, dkk 2012).
Tanah yang memiliki
kandungan organik tinggi akan menjadi lebih stabil dan lebih mampu untuk
menyerap air dan meningkatkan laju infiltrasi serta mengurangi volume aliran
permukaan yang bisa menyebabkan erosi.
Permeabilitas adalah kemampuan tanah untuk meloloskan air masuk ke
lapisan tanah yang lebih dalam. Permeabilitas sangat terkait dengan kapasitas
infiltrasi tanah hal ini dikarenakan bahwa tanah yang infiltrasi dan permeabilitas
besar misalnya tanah berpasir kemungkinan untuk tererosi sangat kecil di
bandingkan dengan tanah yang bertekstur halus karena tingkat penyerapan air
sangat lambat sehingga curah hujan yang sangat rendahpun dapat menimbulkan
aliran permukaan (run off) (Suripin, 2001).
1.6 Identifikasi Bentuklahan
Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk
topografi yang khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis
pada material batuan dalam skala ruang dan waktu kronologis tertentu.
Berdasarkan pengertian ini, faktor-faktor penentu bentuk lahan (Lf) dapat
dirumuskan sebagai berikut : Lf = f (T, P, S, M, K)
dinama :
Lf
(bentuklahan),
P
(proses alam)
M
(material batuan)
K
(ruang dan waktu kronologis)
T
(topografi)
S
(struktur geologis)
Ada 9 macam klasifikasi bentuklahan (Verstappen 1983) dalam Endarto,
2007) yaitu: 1). bentuklahan asal proses vulkanik (V); 2). bentuklahan asal
14
proses struktural (S); 3). bentuklahan asal proses fluvial; 4). bentuklahan asal
proses solusional (S); 5). betuklahan asal proses denudasional (D); 6).
bentuklahan asal proses eolian (E); 7) bentuklahan asal proses marine (M); 8).
bentuklahan asal proses glasial (G); 9). bentuklahan asal proses organik (O),
1.
Bentuklahan asal proses vulkanik (V), merupakan kelompok besar
satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas gunungapi. Contoh
bentuklahan ini adalah kerucut gunungapi, medan lava, kawah, dan
kaldera.
2.
Bentuklahan asal proses struktural (S), merupakan kelompok besar
satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur
geologis. Pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan,
dan kubah merupakan contoh-contoh untuk bentuklahan asal
struktural.
3.
Bentuklahan asal fluvial (F) merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas sungai. Dataran banjir,
rawa belakang, teras sungai, dan tanggul alam merupakan contohcontoh satuan bentuklahan ini.
4.
Bentuklahan asal proses solusional (K), merupakan kelompok
besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada
batuan yang mudah larut, seperti batu gamping dan dolomite karst
menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa karst, dan logva
merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini.
5.
Bnetuklahan asal proses denudasional (D), merupakan kelompok
besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses degradasi
seperti longsor dan erosi. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain
bukit sisa, lembah sungai, peneplain, dan lahan rusak.
6.
Bentuklahan asal proses eolian (E), merupakan kelompok besar
satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses angin. Contoh satuan
bentuklahan ini antara lain : gumuk pasir barchan, parallel,
parabolik, bintang, lidah, dan transversal.
15
7.
Bentuklahan asal marine (M), merupakan kelompok besar satuan
bentuk lahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga
gelombang, arus, dan pasang-surut. Contoh satuan bentuklahan ini
antara lain ; gisik pantai (beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan
beting gisik (beach ridge). Karena kebanyakan sungai dapat
dikatakan bermuara ke laut, maka seringkali terjadi bentuklahan
yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan proses marine.
Kombinasi kedua proses itu disebut proses fluvio-marine. Contohcontoh satuan bentuk lahan yang terjadi akibatproses fluvio-marine
ini antara lain delta dan estuari.
8.
Bentuklahan asal glasial (G), merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat proses gerakan es (gletser). Contoh
satuan bentuklahan ini antara lain lembah menggantung dan
morine.
9.
Bentuklahan asal organik (O), merupakan kelompok besar satuan
bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme
(flora dan fauna). Contoh satuan bentuklahan ini adalah pantai
mangrove dan terumbu karang. Gambar 1.1
16
Gambar 1.1
Sumber :
Peta bentuklahan daerah penelitian
Peta RBTL Digital Timor-Leste Skala 1:25.000 (2006)
Peta Geologi Digital Timor-Leste Skala 1:100.000
17
1.7 Teknik Konservasi Tanah
Konservasi tanah yaitu penempatan setiap bidang tanah dengan cara penggunaan
yang sesuai kemampuan tanah dan syarat-syarat yang diperlukan sehingga tidak terjadi
kerusakan terhadap tanah.
Konservasi tanah tidak berarti penundaan atau pelarangan penggunaan tanah akan tetapi
perlu menyesuaikan macam penggunaan dan memberikan perlakuan yang sesuai dengan
syarat yang dibutuhkan sehingga tanah bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan (Arsyad,
1989).
Teknik konservasi dibedakan menjadi tiga yaitu: (a) vegetatif; (b) mekanik; dan
(c) kimia. Teknik konservasi mekanik dan vegetatif telah banyak diteliti dan
dikembangkan. Namun mengingat teknik mekanik umumnya mahal, maka teknik
vegetatif berpotensi untuk lebih diterima oleh masyarakat.
Konservasi
tanah
secara
vegetatif
mempunyai
beberapa
keunggulan
dibandingkan dengan teknik konservasi tanah secara mekanis maupun kimia, keunggulan
konservasi vegetatif lain, penerapannya mudah, biaya yang dibutuhkan relatif murah,
mampu menyediakan tambahan hara bagi tanaman, menghasilkan hijauan pakan ternak,
kayu, buah maupun hasil tanaman lainnya.
Konservasi tanah secara vegetatif adalah setiap pemanfaatan tanaman/vegetasi maupun
sisa-sisa tanaman sebagai media pelindung tanah dari erosi, penghambat laju aliran
permukaan, peningkatan kandungan lengas tanah, serta perbaikan sifat-sifat tanah, baik
sifat fisik, kimia maupun biologi (Subagyono, dkk., 2003)
Teknik konservasi tanah secara mekanis atau disebut juga sipil teknis adalah
upaya menciptakan fisik lahan atau merekayasa bidang olah lahan pertanian hingga sesuai
dengan prinsip konservasi tanah sekaligus konservasi air. Teknik ini meliputi: guludan,
pembuatan teras gulud, teras bangku, teras individu, teras kredit, pematang kontur, teras
kebun, barisan batu, dan teras batu. Khusus untuk tujuan pemanenan air, teknik
konservasi secara mekanis meliputi pembuatan bangunan resapan air, rorak, dan embung
(Arsyad, 1989).
Pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi adalah (1) melindungi
permukaan tanah dari terpaan air hujan, menurunkan kecepatan terminal dan
memperkecil diameter air hujan, (2) menurunkan kecepatan dan volume aliran air (3)
menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya melalui sistim perakaran dan seresah
yang dihasilkan dan (4) mempertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap
air (Asdak, 2007).
18
Vegetasi mampu menangkap (intersepsi) butir air hujan sehingga energi
kinetiknya terserap oleh tanaman dan tidak menerpa langsung pada tanah
(Suripin,
2001).
Selain menggunakan vegetasi penutup ada pula teknik konservasi yang lain,
namun hal ini tentu harus disesuaikan dengan kondidi di lapangan. Sebab aplikasi konsep
secara teori di lapangan terkadang tidak sesuai dengan kemampuan ekonomi suatu
masyarakat, teknologi yang diimplementasikan sulit di adopsi karena biayanya terlalu
besar sehingga masyarakat tidak mampu melaksanakannya (Arsyad, 2000).
1.8 Faktor pengelolaan lahan/tindakan konservasi (P)
Kegiatan manusia dikenal sebagai salah satu faktor paling penting terhadap
terjadinya erosi tanah yang cepat dan intensif. Kegiatan-kegiatan manusia kebanyakan
berkaitan dengan perubahan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi, misalnya
perubahan penutup tanah akibat pengundulan/pembabatan hutan untuk permukiman
penduduk, lahan pertanian dan penggembalaan. Perubahan topografi secara mikro akibat
penerapan terasering, penggemburan tanah dengan pengolahan serta pemakaian stabiliser
dan pupuk yang berpengaruh pada struktur tanah (Asdak, 2007)
Mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi erosi tanah di daerah penelitian,
maka upaya pengendalian yang perlu di lakukan adalah dengan cara vegetatif. Cara
vegetatif yaitu upaya pengendalian erosi dengan didasarkan pada fungsi tanaman penutup
permukaan tanah agar dapat menahan terpaan butir-butir air hujan yang jatuh di atas
permukaan tanah. Cara vegetatif ini bisa dilakukan dengan cara (1) penghutanan
kembali/reboisasi dan penghijauan, (2) penanaman tanaman penutup tanah, (3)
penanaman tanaman secara garis kontur, (4) Pergiliran tanaman dan (5) pemulsaan atau
pemanfaatan seresah tanaman (Kartasapoetra, dkk., 1985). Penerapan sistim vegetatif ini
dengan harapan bisa memulihkan/memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan
ilfiltrasi tanah dengan asumsi bahwa kegiatan membakar ladang harus di hentikan agar
seresah/dedaunan dan ranting-ranting yang ada dapat menjadi penahan laju aliran
permukaan (run off) secara sementara sekaligus menjadi cadangan humus/unsur hara bagi
tanaman bila sudah terurai di dalam tanah.
1.9 Kerangka Pemikiran
Erosi merupakan suatu proses penghancuran dan pemindahan partikel-partikel
tanah yang telah terlepas dari satuan agregatnya ke tempat lain oleh tenaga aliran
19
permukaan maupun tenaga angin yang berhembus. Menurut jenisnya erosi ada dua yaitu :
erosi alamiah (geological erosion) dan erosi dipercepat (accelerated erosion).
Erosi normal/erosi geologi (geological erosion) adalah erosi yang terjadi secara
alamih dengan laju yang lambat sehingga memungkinkan terbentuknya tanah yang tebal
dan mampu mendukung pertumbuhan tanaman/vegetasi secara normal. Erosi dipercepat
(accelerated erosion) adalah proses pengikisan dan pengangkutan partikel-partikel tanah
dengan laju yang cepat sehingga menimbulkan kerusakan pada tanah karena tidak ada
keseimbangan antara tanah yang tererosi dan tanah yang terbentuk di tempat kejadian
erosi. Erosi jenis ini terjadi karena pengaruh aktivitas manusia dalam pengelolaan dan
pemanfaatan lahan yang kurang memperhatikan prinsi-prinsip konservasi tanah dan air.
Menurut bentuknya erosi dibedakan dalam enam yaitu: erosi lembar, (sheet
erosion), erosi alur (rill erosion), erosi parit (gully erosion), erosi tebing sungai, longsor
dan erosi internal. Proses terjadinya erosi disebabkan oleh banyak faktor yaitu faktor
iklim (curah hujan), topografi, vegetasi, tanah dan aktivitas manusia. Diantara faktor
penyebab erosi yang disebutkan, faktor tanah merupakan obiek/komponen yang akan
tererosi. Tanah memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyimpan air, tetapi
kemampuan tanah tersebut sangat ditentukan oleh komponen lainnya seperti vegetasi,
topografi (kemiringan dan panjang lereng), kandungan bahan organik dan aktivitas
manusia. Komponen vegetasi, bahan organik, kemiringan dan panjang lereng yang stabil
(tidak
mengalami
kerusakan)
akan
membantu
memperkuat
kondisi
fisik
tanah/menurunkan nilai erodibilitas tanah terhadap erosi.
Erodibilitas adalah mudah atau tidanya suatu tanah untuk mengalami erosi.
Tanah yang memiliki tingkat erodibilitas tinggi (0,33-0,64) lebih mudah untuk tererosi
dibandingkan dengan tanah yang memiliki nilai erodibilitas rendah (0,010-0,32). Karena
erodibilitas tanah merupakan ketahanan suatu tanah terhadap tenaga penglepas dan
pengangkut maka pengetahuan tentang karakteristik fisik tanah mutlak untuk diketahui.
Karakteristik fisik tanah yang perlu diketahui yaitu tekstur, struktur, kandungan bahan
organik, kapasitas infiltrasi dan permeabilitas tanah. Erodibilitas tanah sangat penting
untuk diketahui agar tindakan konservasi tanah dapat dilaksnakan secara tepat dan
terarah. Untuk mengetahui nilai erodibilitas tanah bukalah hal yang mudah dan
sederhana, sebab erodibilitas tanah dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat sangat
kompleks.
Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan
yang sesuai dengan kemampuan tanah dan memperlakukannya sesuai dengan syara-syarat
20
yang diperlukan oleh tanah tersebut agar tidak terjadi kerusakan pada tanah (Renne,
1960) dalam (Arsyad, 1989). Koservasi tanah dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu
metode vegetatif, metode mekanik dan metode kimiawi. Konservasi secara vegetatif yaitu
tindakan kosenvasi yang dilakukan dengan menggunakan jenis tanaman yang berfungsi
ganda dimana tanaman tersebut selain berfungsi untuk mengendalikan dan menguragi
laju erosi tanah juga menghasilkan komoditi yang bernilai ekonomis. Metode mekanik
yaitu cara memanipulasi permukaan tanah dengan membangun teras dengan tujuan untuk
mengurangi laju aliran air menuruni lereng bukit dan menahan aliran permukaan agar
memiliki kesempatan yang cukup untuk meresap kedalam tanah.
Konservasi secara kimia merupakan usaha untuk mempertahankan kandungan
bahan organik tanah pada suatu bidang tanah dengan cara pemberian pupuk organik.
Pupuk organik sangat berguna untuk menstabilkan struktur tanah (Sartohadi dkk, 2012).
Morfologi, Lotologi
dan Proses
Bentuklahan
Karakteristik Tanah
Tekstur
Permeabilitas
Struktur
BO
Aktivitas
Manusia
(pertanian)
Prioritas
Konservasi
Erodibilitas
Pemulihan
Gambar : 1.2
Sumber :
Diagram alir kerangka pemikiran
Peneliti, 2013
1.10 Hipotesis
1.
Tingkat Erodibilitas tanah di SubDistrito Atabae tergolong tinggi
21
2.
Erosi yang terjadi di SubDistrito Atabae adalah akibat dari aktivitas manusia
yang melakukan perubahan pada vegetasi penutp lahan dan sistim
pengolahan tanah dengan cara tebas bakar.
1.11 Batasan Operasional
1.
Erodibilitas tanah adalah indikator yang menunjukkan suatu bidang tanah
tersebut tahan atau tidak terhadap pengikisan/penghancuran oleh energi
kinetik air hujan (Suripin, 2001);
2.
Erosi Percikan adalah terlepas dan terlemparnya partikel-partikel tanah dari
masa tanah akibat pukulan butiran air hujan secara langsung pada permukaan
tanah (Arsyad, 1989)
3.
Erosi adalah suatu peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas baik
disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Arsyad 1989);
4.
Erosi lembar adalah pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari
suatu permukaan tanah oleh aliran permukaan (Suripin, 2001);
5.
Erosi alur adalah erosi yang terjadi karena terkonsentrasinya aliran air
permukaan pada suatu tempat tertentu di permukaan tanah sehingga proses
penggerusan tanah banyak terjadi pada tempat tersebut dan membentuk aluralur kecil (Rahim, 2000)
6.
Erosi parit adalah erosi yang terjadi karena terkonsentrasinya aliran
permukaan dengan volume yang lebih besar pada suatu cekungan sehingga
kemampuan gerusnya menjadi lebih besar dan mampu membentuk parit yang
lebih lebar dan dalam (Rahim; 2000)
7.
Tanah
adalah tubuh alam gembur yang menempati sebagian besar
permukaan bumi, mempunyai sifat dan karakteristik fisik, kimia, biologi serta
morfologi yang khas dan serangkaian panjang dalam proses pembentukannya
(Sartohadi dkk, 2012)
8.
Permeabilitas tanah adalah kemampuan batuan atau tanah untuk melakukan
cairan (Purnama, 2010)
9.
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuklahan (landform) yang
membentuk permukaan bumi, di atas dan di bawah permukaan laut dan
menekankan pada cara terjadinya serta perkembanganya dalam konteks
keruangan (Verstappen, 1982) dalam (Endarto, 2007)
22
10.
Indeks faktor erodibilitas (K) adalah nilai kualitatif dari fungsi beberapa
sifat fisik dan sifat kimia tanah yang ditetapkan melalui nomograf erodibilitas
tanah (Suripin 2001)
11.
Tekstur tanah adalah sifat fisik tanah yang merupakan gambaran deskriptif
komposisi ukuran butir-butir partikel-partikel penyusun tanah yang
digolongkan ke dalam tiga ukuran utama (Sartohadi dkk, 2012)
12.
Struktur tanah adalah bagian dari sifat fisik tanah yang membahas
sekelompok partikel tanah yang mengalami koogulasi karena adanya koloid
lempung dan organik (Sartohadi dkk, 2012)
13.
Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan perlakuannya
sesuai dengan syarat-syarat yang diperlakukan agar tidak terjadi kerusakan
tanah (Arsyad, 1989)
14.
Penggunaan lahan adalah campur tangan manusia terhadap lahan guna
memenuhi kebutuhannya secara meterial dan spritual (Widiatmaka, 2007)
15.
Curah hujan adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang
datar,
tidak
menguap,
tidak
meresap,
dan
tidak
mengalir
http://id.wikipedia.org/Klasifikasi iklim .
16.
Bahan organik adalah tanah adalah sisa-sisa tanaman dan hewan yang
menutupi permukaan tanah dan bersifat tidak padu (Sartohadi dkk, 2012)
17.
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk
suatu lokasi di bumi atau di plenet lain http://id.wikipedia.org/Klasifikasi
iklim
18.
Infiltrasi adalah suatu proses meresapnya air hujan dan air lainnya
dipermukaan tanah menuju lapisan air tanah melalui permukaan tanah
(Purnama, 2010)
19.
Rata-rata curah hujan bulanan adalah rata-rata hujan masing-masing bulan
dengan periode minimal 10 tahun http://id.wikipedia.org/Klasifikasi iklim.
23
Download