BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya kajian terhadap erosi di SubDistrito/Kecamatan Atabae, karena informasi tentang erosi tanah sangat penting untuk rencana pemanfaatan lahan yang lebih sesuai sehingga dapat menhindari dampak negatif yang akan timbul akibat penggunaan lahan yang salah. Informasi tentang erosi diperlukan selain untuk mengantisipasi dampak, juga sebagai informasi awal untuk memprediksi erosi yang telah, sedang atau yang akan terjadi sehingga dalam penggunaan lahan dapat memilih sistem yang lebih sesuai dalam arti luas guna menjaga produktivitas lahan yang berkelanjutan. Dampak yang di timbulkan oleh erosi dapat berupa dampak langsung ditempat terjadinya erosi maupun dampak langsung diluar tempat terjadinya erosi. Dampak langsung pada tempat terjadinya erosi, (1) hilang atau terkikisnya lapisan tanah atas (top soil) yang subur dan baik untuk perkembangan perakaran tanaman; (2) hilangnya unsur hara dan kerusakan struktur tanah; (3) peningkatan penggunaan energi untuk produksi; (4) kemerosotan produktivitas tanah; (5) pemiskinan petani penggarap atau pemilik tanah (Arsyad, 1989) Dampak langsung di luar tempat terjadinya erosi adalah (1) pelumpuran dan pendangkalan alur-alur sungai; (2) pendangkalan saluran irigasi; (3) tertimbunnya lahan pertanian dan jalan; (4) hilangnya mata air dan memburuknya kualitas air; (5) kerusakan ekosistem perairan laut (matinya terumbu karang) dan (6) meningkatnya frekuensi dan masa kekeringan (Rahim, 2000). Permasalahan erosi yang terjadi di SubDistrito/Kecamatan Atabae adalah akibat dari sistem pembukaan lahan pertanian baru dengan cara menebang pepohonan dan membakar pada lahan yang akan dijadikan kebun sehingga lahan menjadi gundul dan pada saat awal musim hujan tanah sangat mudah tererosi. Kebiasaan buruk masyarakat berupa pembakaran hutan dan semak belukar, lahan yang hendak dijadikan kebun ataupun lahan-lahan tidur mengakibatkan rusaknya fungsi tanah sebagai media penyerapan air dan pada 1 akhirnya aliran permukaan (run off) menjadi lebih tinggi pada saat turun hujan. Dampak susulan akibat tingginya aliran permukaan ini telah menimbulkan banjir di daerah penelitian pada tahun 2009 dan 2010 (Direktorat Penanganan Bencana Alam Timor-Leste 2008). Secara umum proses terjadinya erosi dipengaruhi oleh faktor : (1) sumber energi (hujan dan limpasan permukaan), (2) kemiringan lereng, (3) karakteristik tanah, dan (4) tutupan serta pengelolaan tanah (Morgan, 1986) dalam (Rahim, 2000). Dari keempat faktor yang disebutkan diatas secara spesifik terdapat dua faktor yaitu faktor manusia dan resistensi/erodibilitas tanah yang paling dominan berpengaruh terhadap terjadinya erosi tanah di SubDistrito/Kecamatan Atabae. Faktor pertama adalah faktor manusia yang selalu berusaha merubah pola penutupan tanah dari pola alami menjadi pola buatan manusia sehingga menyebabkan percepatan erosi tanah yang kita kenal dengan istilah erosi dipercepat/accelerated erotion (Rahim, 2000). Faktor yang kedua adalah faktor resistensi tanah (erodibiltas tanah). Tanah di SubDistrito Atabae merupakan tipe tanah yang tergolong miskin unsur hara, solum tanah tipis, kontak langsung dengan batuan atau yang disebut tanah litosol (Kementerian Pertanian TimorLeste, 2008) dalam (Gomes, 2009). Curah hujan yang terjadi di daerah penelitian kecil yaitu 1000 mm/th tetapi bisa mengakibatkan erosi yang cukup nyata, hal ini dikarenakan kondisi morfologi yang kasar dan tingkat kemiringan lereng antara (15-30%) berbukit hingga sangat terjal (45%). Wilayah SubDistrito Atabae merupak daerah tropis namun sering mengalami musim kering yang panjang yaitu mulai dari bulan April sampai November, sedangkan musim hujan hanya berlangsung selama 3-4 bulan (Desember hingga Maret). Jumlah curah hujan tahunannya adalah 1000 mm dan rata-rata curah hujan bulanan kurang dari 100 mm (Pemerintah Daerah Tingkat I Timor-Timur, 1994). Berdasarkan jumlah hujan tahunan dan intensitas curah hujan bulanan yang ada, penulis dapat memperkirakan bahwa kemungkinan pengaruh hujan terhadap proses terjadinya erosi di daerah penelitian tergolong kecil, namun kenyataan di lapangan erosi tetap terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa adanya 2 variasi kepekaan tanah terhadap erosi. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, kandungan bahan organik, kedalaman lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah (Arsyad, 1989). Bouyoucus (1935) dalam (Arsyad, 1989) mengatakan bahwa tanah yang mempunyai nisbah/bandingan rendah (presentase liat atau clay tinggi) umumnya kurang peka terhadap erosi dari pada yang mempunyai rasio tinggi (presentase liat/clay rendah). Variasi erodibilitas tanah yang ada di SubDistrito Atabae sangat di pengaruhi oleh faktor aktivitas manusia dan faktor topografi (kemiringan lereng). Faktor manusia menjadi pengaruh yang lebih dominan karena tindakan pemanfaatan lahan yang kurang memperhatikan masalah konservasi tanah dan pelestarian lingkungan. Tindakan manusia yang mempunyai pengaruh besar terhadap erodibilitas tanah di SubDistrito Atabae adalah sistem pembukaan dan pengolahan tanah dengan cara membakar. Akibat dari pengolahan tanah dengan sistem bakar tersebut, semua bahan organik (mulsa) penutup permukaan tanah ikut hilang terbakar. Hilangnya bahan organik tersebut akan mempengaruhi padat atau remahnya suatu struktur tanah. Semakin padatnya struktur tanah tentu akan berpengaruh buruk pada tingkat permeabilitas tanah untuk meloloskan air ke lapisan tanah yang lebih dalam. Berkurangnya permeabilitas tanah akan mengakibatkan tingginya limpasan permukaan yang pada akhirnya dapat mengikis atau melepaskan partikel-partikel tanah dari ikatan agregatnya serta mengangkutnya ke tempat lain (Bannet, 1939) dalam (Suripin, 2001) Sistem bercocok tanam lahan berpindah-pindah mengakibatkan luas lahan kritis semakin bertambah, hal ini tentu akan berdampak pada rusaknya tekstur dan struktur tanah, hilangnya bahan organik yang berguna untuk memperbaiki kondisi fisik tanah. (Kartasapoetra dkk., 1985). Sebagai tahap awal untuk mengurangi dampak erosi di SubDistrito Atabae, maka penelitian ini mengangkat tema PREORITAS KONSERVASI TANAH DAN PENGELOLAAN LAHAN BERDASARKAN TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI SUBDISTRITO/KECAMATAN ATABAE DISTRITO/KABUPATEN BOBONARO, TIMOR-LESTE sebagai judul skripsi S1 3 1.2 Permasalahan Penelitian Kajian/penelitian tentang erosi tanah di Timor Leste masih sangat minim, terutama di SubDistrito Atabae. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya pengetahuan masyarakat tentang erosi dan tingkat kesadaran masyarakat dalam bidang konservasi tanah. Masyarakat masih menerapkan sistem bercocok tanam secara tradisional dalam setiap kegiatan pertanian sehingga mengakibatkan terjadinya degradasi lahan dan kerusakan lingkungan di SubDistrito Atabae terus betmabah (Kementerian Pertanian Timor-Leste, 2005). Penelitian tentang erosi secara umum dan penelitian tentang erodibilitas secara khusus di daerah atau negara lain sudah banyak di laksanakan dengan menggunakan metode penilaian erodibilitas tanah, salah satunya adalah metode Universal Soil Loss Equation (USLE) yang menggambarkan nilai erodibilitas (K) sebidang tanah di daerah tertentu. Pada awalnya, nilai K hanya digunakan pada skala yang lebih sempit. Penggunaan nilai K pada skala yang lebih luas (wilayah DAS ataupun regional) belum dikaji secara mendetil, terutama hubungannya dengan karakteristik fisik bentuklahan. Terkait dengan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. bagaimana distribusi potensi erodibilitas tanah di daerah penelitian ? 2. bagaimana petani dapat mengetahui metode konservasi yang sesuai dan mau melakukan konservasi lahan yang baik untuk pengendalian erosi ? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. mengetahui distribusi potensi eorsi tanah berdasarkan tingkat erodibilitas tanah di daerah penelitian 2. mengetahui metode konservasi yang sesuai guna memulihkan kembali lahan-lahan yang terancam rusak. 4 1.4 Studi Pustaka 1.4.1. Pengertian, proses dan bentuk erosi tanah Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Ada tiga tahapan erosi, pertama pelepasan partikel tunggal dari agregat tanah, yang kedua pengangkutan tanah oleh media alami seperti aliran air dan angin. Pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak lagi cukup untuk mengangkut partikel tanah, maka akan terjadi tahap yang ketiga yaitu pengendapan (Suripin, 2001). Percikan air hujan merupakan faktor utama yang mengakibatkan terlepasnya partikel tanah dari satuan agregatnya. Pada saat butiran air hujan mengenai permukaan tanah yang gundul, partikel tanah dapat terlepas dan terlempar sampai beberapa meter ke udara. Pada lahan datar partikel-partikel tanah akan menyebar secara merata ke segala arah, tetapi untuk lahan miring penyebaran partikel-partikel tanah lebih dominan ke arah bawah mengikuti arah lereng. Pertikel-partikel tanah yang terlepas ini akan menyumbat pori-pori tanah sehingga akan menurunkan kapasitas dan laju infiltrasi tanah itu sendiri. Aliran permukaan (run off) dapat meningkatkan kekuatan (energi) untuk melepas dan kemudian mengangkut partikel-partikel yang telah terlepas baik oleh percikan air hujan maupun oleh adanya aliran permukaan itu sendiri (Suripin, 2001). Endarto, (2007) mengatakan erosi merupakan gaya menoreh dan gaya melebar air yang mengalir di atas permukaan tanah dan jika berlangsung dalam waktu lama maka akan membentuk lembah-lembah. Tinggi rendahnya erosi tergantung pada tenaga air dan daya tahan tanah terhadap pengikisan. Pengikisan tanah pada hakikatnya tidak termasuk erosi internal (ke dalam penampang tanah) tetapi hanya pengikisan dan pengangkutan tanah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Di daerah tropis erosi terutama disebabkan oleh air hujan. Erosi air timbul apa bila aksi dispersi dan tenaga pengangkut oleh air hujan yang mengalir ada di permukaan atau di dalam tanah. 5 Erosi terjadi minimal dengan satu tahapan yakni dispersi oleh butiran hujan atau oleh air limpasan. Tahapan erosi meliputi (1) benturan butirbutir hujan dengan tanah, (2) percikan tanah oleh butir hujan ke semua arah, (3) penghancuran bongkah tanah oleh butiran hujan, (4) pemadatan tanah, (5) penggenangan air di permukaan, (pelimpasan air karena adanya penggenangan dan kemiringan lahan, (7) pengangkutan partikel terpercik atau masa tanah yang di dispersi oleh air limpasan (Rahim, 2000) Erosi merupakan proses penghanyutan partikel-partikel tanah oleh kekuatan aliaran air permukaan dan angin, baik itu terjadi secara alamiah ataupun sebagai akibat perbuatan manusia. Erosi secara alamiah (geologic erosion) tidak menimbulkan musibah berat bagi kehidupan manusia dan keseimbangan lingkungan, karena kemungkinan-kemungkinan yang terjadi hanya kecil saja. Hal ini dikarenakan partikel-partikel tanah yang dipindahkan atau terangkut seimbang dengan tanah yang terbentuk di daerah-daerah yang lebih rendah. (Kartasapoetra, dkk., 1985). Hardiyatmo, (2006) mengatakan bahwa erosi permukaan (surficeal erosion) merupakan proses pelepasan dan terangkutnya partikel tanah secara individu oleh tenaga air hujan, angin dan es. Erosi permukaan berawal dari terpaan air hujan atau gaya-gaya tarikan yang bekerja pada partikel individu tanah di permukaan. Patikel-partikel tanah yang telah terlepas dari agregatnya akan di angkut oleh media alami seperti air, angin dan es kemudian di endapkan pada daerah yang lebih rendah. Ada enama macam bentuk erosi yaitu : (1). Erosi lembar (sheet erosion) adalah pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu bidang permukaan tanah. Penyebab utama terjadinya erosi lembar (sheet erosion) adalah kekuatan jatuhnya butirbutir hujan dan aliran air di permukaan tanah. Bentuk erosi lembar tidak secepat mungkin diketahui karena kehilangan lapisan olah tanah terjadi secara seragam; (2) Erosi alur (rill erosion) terjadi karena air terkonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat tertentu di permukaan tanah sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat 6 tersebut. (3). Erosi parit (gully erosion) proses terjadinya sama dengan erosi alur, tetapi saluran-saluran yang terbentuk sudah demikian dalam sehingga tidak mudah untuk dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Erosi parit dapat berbentuk V atau U, tergantung dari kepekaan erosi substratanya; (4). Erosi tebing sungai terjadi akibat pengikisan tebing oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan arus air yang kuat pada kelokan sungai. Erosi tebing akan lebih hebat terjadi jika vegetasi penutup tebing telah habis atau jika dilakukan pengolahan tanah terlalu dekat dengan tebing; (5). Longsor (lanslide) adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutan atau pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat dalam volume yang besar; (6). Erosi internal adalah terangkutnya butirbutir primer ke dalam tanah melalui celah-celah atau pori-pori tanah sehingga tanah menjadi kedap air dan udara. Erosi internal mungkin tidak menyebabkan kerusakan yang berarti karena bagian-bagian tanah tidak hilang ke tempat lain, dan tanah akan baik kembali jika strukturnya diperbaiki. Akan tetapi erosi internal menyebabkan menurunnya kapasitas infiltrasi tanah dengan cepat sehingga aliran permukaan meningkat yang menyebabkan terjadinya erosi lembar (sheet erosion) atau erosi alur ((rill erosion) (Arsyad, 1989). Secara umum proses terjadinya erosi ditentukan oleh faktor iklim terutama intensitas hujan, kemiringan lereng, karakteristik tanah, vegetasi penutup tanah dan tataguna lahan (Asdak, 2007). Tingakat kepekaan atau ketahanan tanah terhadap erosi dapat diubah atau diusahakan menjadi lebih mantap atau stabil yaitu dengan cara merubah faktorfaktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai K. Adapun faktor yang berpengaruh nilai K tersebut antara lain : tekstur, struktur, bahan organik dan permeabilitas tanah (Harjadi dan Indrawati, 1998). Tekstur tanah mencakupi ukuran butir-butir primer bagian mineral tanah. Butir-butir primer tanah terbagi dalam liat (clay), debu (silt) dan pasir (sand). Tanah-tanah yang bertekstur kasar seperti pasir dan pasir berkerikil mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi dan apa bila tanah tersebut memiliki kedalaman yang cukup maka pada tanah-tanah 7 tersebut tidak akan terjadi erosi. Tanah bertekstur pasir halus juga mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi akan tetapi jika terjadi tingginya aliran permukaan maka partikel-partikel tanah yang halus tersebut mudah terangkut oleh aliran air permukaan. Pada prinsipnya mudah atau tidaknya suatu tanah dapat tererosi tergantung pada nilai K tanah tersebut. Nilai K merupakan nilai yang menunjukkan kepekaan suatu jenis tanah terhadap tenaga alami seperti terpaan butiran air hujan dan limpasan permukaan. Semakin besar nilai K maka tanah semakin mudah tererosi, sebaliknya semakin kecil nilai K maka tanah semakin tahan terhadap erosi. Tingkat kepekaan atau ketahanan tanah terhadap erosi dapat diubah atau diusahakan menjadi lebih mantap atau stabil yaitu dengan cara merubah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai K. Adapun faktor yang berpengaruh nilai K tersebut antara lain : tekstur, struktur, bahan organik dan permeabilitas tanah. Tekstur tanah merupakan petunjuk tentang perbandingan kasar atau halusnya suatu butir atau fraksi pasir. Hal ini berarti bahwa sedikit saja tanah tererosi maka lahan tersebut relatif lebih cepat kritis secara ekonomi atau tingkat produktivitas lahan akan cepat menurun. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk meningkatan nilai K antara lain : penambahan bahan organik berupa pupuk kandang atau pupuk hijau atau zat kimiawi, yang akan meningkatkan agregat tanah dengan menstabilkan struktur serta meningkatkan ukurannya (Harjadi dan Indrawati, 1998). Struktur tanah adalah ikatan butir pirmer dengan butir sekunder atau agregat tanah. Tanah-tanah yang berstruktur kersai atau granuler lebih terbuka sehingga lebih cepat menyerap air dari pada tanah yang berstruktur dengan susunan butir-butir primernya lebih rapat. Struktur tanah digunakan untuk menerangkan susunan partikel-partikel tanah. Struktur tanah terdiri dari struktur makro dan struktur mikro. Struktur makro adalah susunan agregat-agregat tanah satu dengan yang lainnya, sedangkan struktur mikro adalah penyusunan butirbutir primer tanah (pasir, lempung, dan liat/clay) menjadi partikel sekunder yang disebut agregat (Suripin 2001). 8 Bahan organik, bahan organik sangat penting di dalam melindungi tanah dari pukulan air hujan yang dapat menyebabkan erosi. Bahan organik yang membentuk humus akan mengikat butir-butir tanah menjadi suatu struktur yang lebih tahan terhadap pukulan air hujan (Triwilaida, 1997). Bahan organik selain melindungi permukaan tanah dari pukulan air hujan, juga mempunyai peran untuk mengurangi aliran permukaan sehingga kecepatan laju aliran permukaan menjadi lebih lambat dan daya rusaknyapun tidak terlalu besar. Bahan organik yang sudah mengalami pelapukan mempunyai kemampuan untuk menyerap dan menyimpan air yang cukup tinggi sampai dua atau tiga kali berat keringnya bahan organik tersebut. Pengaruh utama bahan organik adalah menghambat aliran permukaan, meningkatkan tingkat infiltrasi tanah dan memantapkan agregat tanah. Kedalaman tanah, tanah yang dalam dan permeabel kurang peka terhadap erosi dari pada tanah yang permeabel tetapi kedalaman tanahnya sangat tipis. Semakin dalam lapisan kedap air akan semakin banyak air yang dapat diserap oleh tanah dengan demikian maka akan mempengaruhi besarnya aliran permukaan tanah. Sifat lapisan bawah tanah yang menentukan kepekaan tanah terhadap erosi adalah permeabilitas lapisan tersebut. Permeabilitas tanah ditentukan oleh tekstur dan struktur tanah. Tanah yang lapisan bawahnya berstruktur granuler dan permeabel kurang peka terhadap erosi dibandingkan dengan tanah yang lapisan bawahnya padat dan permeabilitasnya rendah. (Arsyad, 1989). 1.4.2 Penelitian Sebelumnya Eguh Budi Santoso, (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah terhadap Besar Erosi Tanah Di Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri, dengan tujuan untuk mengetahui persebaran besar erosi tanah dan menganalisa pengaruh tindakan konservasi tanah terhadap besar erosi tanah. Data yang dibutuhkan dalam penelitian tersebut meliputi data primer dan sekunder. Data primer terdiri atas panjang dan kemiringan lereng, kenampakan erosi, erodibilitas tanah, bentuk-bentuk konservasi, penutup lahan dan vegetasi. 9 Cara atau metode pengumpulan dan analisis data menggunkan metode persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) dan uji laboratorium. Hasil yang didapatkan setelah di klasifikasikan besar erosi tanah di daerah penelitian erosi sangat rendah seluas 3.509,87 ton/ha/tahun atau sebesar 24,69%, rendah seluas 3.794,73 ha atau sebesar 26,68%, erosi berat sebesar 1.697,87 atau 16,94%. Sri Purwanti, (2003) mengadakan Penelitian tentang Pendugaan Besar Erosi Tanah di Kecamatan Bawang Kabupaten Batang, dengan Tujuan (1) mengetahui besar erosi tanah serta persebaran erosi tanah di daerah penelitian dan (2) memetakan besar erosi tanah tiap-tiap satuan lahan. Data yang di butuhkan adalah Erosivitas, erodibilitas, kemiringan dan panjang lereng, penutup lahan dan konservasi. Cara atau metode pengumpulan dan analisis data menggunkan metode persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) dan uji laboratorium. Hasil penelitian yang diperoleh erosi sangat berat dengan luas 1,840,75 ha (15,41%). erosi berat dengan luas 303,75 ha (2,54%). erosi ringan dengan luas 3,590,5 ha (30,05%) dan erosi sangat ringan dengan luas 5,299 ha (44,38 %). Tri Wibowo (2005) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Persebaran Erosi Untuk Arahan Konservasi Tanah di Kecamatan Nguntoronadi, dengan tujuan (1) mengetahui persebaran erosi tanah, (2) memberikan arahan tindakan konservasi tanah untuk mengurangi terjadinya erosi. Cara atau metode pengumpulan dan analisis data yaitu survei dan analisis data menggunakan metode persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) dan analisis laboratorium. Data yang dibutuhkan adalah Erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), panjang dan kemiringan lereng (LS), praktek pengelolaan lahan (P) dan praktek pengelolaan tanaman (C). Hasil penelitian Peta Geomorfologi Peta konservasi yang masing-masing berskala 1: 125.000. Nurul Fitria Sari, ( 2006) melakukan penelitian tentang Evaluasi Besar Erosi Tanah dan Konservasi Tanah. Tujuan penelitian adalah (1) Mengetahui besar erosi tanah di daerah penelitian (2) Mengetahui 10 bagaimana konservasi yang dapat di gunakan untuk konservasi tanah di daerah penelitian. Data yang dibutuhkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi (1) Panjang dan kemiringan lereng, (2) Kenampakan erosi, (3) Erodibilitas tanah, (4) Bentuk-bentuk konservasi, (5) Penutup Lahan dan (6) Vegetasi. Cara atau metode pengumpulan dan analisis data yaitu survei dan analisis data menggunkan metode persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) dan uji laboratorium. Yogi Sunarso (2006) melakukan penelitian tentang Analisis Tindakan Konservasi Tanah di Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen, dengan tujuan (1) mengetahui tingkat erosi tanah di daerah penelitian (2) menganalisis pengaruh konservasi tanah yang telah ada dan menentukan konservasi yang sesuai di daerah penelitian berdasarkan morfologi daerahnya. Data yang dibutuhkan yaitu Erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), panjang dan kemiringan lereng (LS), praktek pengelolaan lahan (P), praktek pengelolaan tanaman (C), dan bentuk konservasi. Cara atau metode pengumpulan dan analisis data yaitu metode survei dan analisis faktorfaktor pengaruh erosi dengan persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE dan analisis laboratorium. Hasil penelitian Tingkat erosi tanah yang ada di daerah daerah penelitian mempunyai kelas erosi sangat ringan hingga sangat berat dengan tingkat erosi 0,1-767,7 ton/ha/th. Dari uraian penelitian sebelumnya di atas, peneliti mengacu pada Tri Wibowo (2005) dan Sri Purwanti, (2003), dalam hal persamaan cara atau metode pengumpulan dan analisis data. 1.5 Perkiraan erodibilitas tanah Perkiraan nilai erodibilitas tanah (K) pada penelitian ini adalah dengan menggunakan persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE). Persamaan Universal Soil Loss Equatin adalah salah satu metode yang dikembangkan untuk memprediksi laju erosi rata-rata pada lahan dengan kemiringan lereng dan pola hujan tertentu untuk setiap macam jenis tanah, dengan penerapan tindakan konservasi lahan tertentu. Universal Soil Loss Equation di rancang untuk 11 memprediksi erosi jangka panajang dari erosi lembar (sheet erosion) dan erosi alur ((rill erosion) di bawah kondisi tertentu (Wischmeier Johnson dan Cross, 1971) dalam (Suripin, 2001). Erodibilitas/kepekaan tanah adalah sifat-sifat tanah yang menunjukkan mudah atau tidaknya untuk tererosi. Ada empat sifat utama tanah yang dapat mempengaruhi erodibilitas tanah yaitu: tekstur, struktur bahan organik dan permeabilitas tanah. Tinggi rendahnya erodibilitas tanah selain dipengaruhi oleh empat sifat utama di atas, juga tergantung pula pada kondisi topografi (kemiringan dan panjang lereng) serta besarnya gangguan manusia. Erodibilitas tanah merupakan proses/kejadian yang bersifat dinamis tergantung pada faktor penyebab tingginya nilai erodibilitas tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi sifat dinamisnya erodibilitas tanah tersebut adalah karateristik tanah, karena tanah sering mengalami perubahan pada sifat fisik dan kimia tanah seiring dengan perubahan waktu dan tataguna lahan atau pola pertanaman. Perubahan waktu dan pola tanam merupakan dua hal yang saling terkait dalam mempengaruhi nilai erodibilitas tanah, karena perubahan waktu berpengaruh pada proses pelapukan batuan induk menjadi bahan induk tanah, sedangkan pola tanam dapat mempengaruhi besar kecilnya kandungan organik tanah yang bisa meningkatkan kestabilan agregat tanah dan meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah. (Asdak 2007) Suatu bidang tanah resisten atau tidak terhadap tenaga penghancur seperti curah hujan dan aliran permukaan sangat tergantung pada faktor nilai K Semakin besar nilai K (0,32-0,64) maka tanah semakin mudah tererosi, sebaliknya semakin kecil nilai K (0,10-0,20 maka tanah semakin tahan terhadap erosi (Sartohadi dkk, 2012). Upaya yang harus dilakukan untuk memperbaiki nilai K yaitu dengan cara penambahan bahan organik berupa pupuk kandang atau pupuk hijau dan zat kimia yang dapat meningkatkan agregat tanah dan menstabilkan struktur tanah (Harjadi dan Indrawati, 1998). Salah satu bahan organik misalnya seresah sangat penting di dalam melindungi tanah dari pukulan air hujan yang dapat menyebabkan erosi. 12 Bahan organik yang membentuk humus akan mengikat butir-butir tanah menjadi suatu struktur yang lebih tahan terhadap pukulan air hujan (Triwilaida, 1997). Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari masing-masing indeks nilai K pada tanah yang ada di SubDistrito Atabae maka penelitian ini terfokus untuk mengetahui distribusi potensi erodibilitas tanah di daerah penelitian. Adapun bagian dari indeks nilai K yang harus di kaji dalam penelitian ini meliputi struktur tanah, tekstur, kandungan bahan organik dan permeabilitas tanah. Berikut adalah pengharkatan/pengkelasan struktur tanah a. harkat 1 adalah granuler sangat halus (φ < 1 mm) b. harkat 2 granuler halus (0<1-2 mm) c. harkat 3 granuler sedang (<2-5 mm) d. harkat 4 gumpal, lempeng (plate) dan pejal Harkat permeabilitas tanah dikelompokkan menjadi enam yaitu: 1. harkat 6 sangat lambat < 0,125 cm/jam 2. harkat 5 lambat 0,125-0,50 cm/jam 3. harkat 4 agak lambat 0,50-2,50 cm/jam 4. harkat 3 sedang 2,50-6,25 cm/jam 5. harkat 2 agak cepat 6,25-12,5 cm/jam 6. harkat 1 cepat > 12,5 cm/jam. Struktur tanah merupakan ikatan butir primer dengan butir sekunder atau agregat tanah. Susunan butir-butir primer tersebut menentukan tipe struktur. Tanah-tanah yang berstruktur kersai atau granuler lebih cepat untuk menyerap air dari pada tanah yang susunan struktur dengan butir-butir primer yang lebih rapat (Arsyad, 1989). Tekstur tanah adalah hasil pelapukan batuan dan mineral baik secara fisik maupun kimia dan menghasilkan partikel dengan berbagai ukuran mulai dari ukuran batu, kerikil (grevel), pasir, lempung dan liat. Di antara semua ukuran yang ada, yang menjadi material tanah adalah partikel mineral yang mempunyai ukuran diameter lebih kecil dari 2 mm. Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif dari berbagai golongan besar partikel tanah dalam suatu masa tanah (Suripin, 2001) 13 Bahan organik adalah material yang tersusun dari sisa-sisa tanaman, perakaran atau batang, tumbuh-tumbuhan yang telah mati, kotoran dan lendirlendir termasuk cacing, serangga dan binatang besar yang telah mati. Bahan organik tanah dapat mempengaruhi sifat fisika dan kimia tanah, biologi (warna, struktur kestabilan agregat (Sartohadi, dkk 2012). Tanah yang memiliki kandungan organik tinggi akan menjadi lebih stabil dan lebih mampu untuk menyerap air dan meningkatkan laju infiltrasi serta mengurangi volume aliran permukaan yang bisa menyebabkan erosi. Permeabilitas adalah kemampuan tanah untuk meloloskan air masuk ke lapisan tanah yang lebih dalam. Permeabilitas sangat terkait dengan kapasitas infiltrasi tanah hal ini dikarenakan bahwa tanah yang infiltrasi dan permeabilitas besar misalnya tanah berpasir kemungkinan untuk tererosi sangat kecil di bandingkan dengan tanah yang bertekstur halus karena tingkat penyerapan air sangat lambat sehingga curah hujan yang sangat rendahpun dapat menimbulkan aliran permukaan (run off) (Suripin, 2001). 1.6 Identifikasi Bentuklahan Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografi yang khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan dalam skala ruang dan waktu kronologis tertentu. Berdasarkan pengertian ini, faktor-faktor penentu bentuk lahan (Lf) dapat dirumuskan sebagai berikut : Lf = f (T, P, S, M, K) dinama : Lf (bentuklahan), P (proses alam) M (material batuan) K (ruang dan waktu kronologis) T (topografi) S (struktur geologis) Ada 9 macam klasifikasi bentuklahan (Verstappen 1983) dalam Endarto, 2007) yaitu: 1). bentuklahan asal proses vulkanik (V); 2). bentuklahan asal 14 proses struktural (S); 3). bentuklahan asal proses fluvial; 4). bentuklahan asal proses solusional (S); 5). betuklahan asal proses denudasional (D); 6). bentuklahan asal proses eolian (E); 7) bentuklahan asal proses marine (M); 8). bentuklahan asal proses glasial (G); 9). bentuklahan asal proses organik (O), 1. Bentuklahan asal proses vulkanik (V), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas gunungapi. Contoh bentuklahan ini adalah kerucut gunungapi, medan lava, kawah, dan kaldera. 2. Bentuklahan asal proses struktural (S), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan, dan kubah merupakan contoh-contoh untuk bentuklahan asal struktural. 3. Bentuklahan asal fluvial (F) merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas sungai. Dataran banjir, rawa belakang, teras sungai, dan tanggul alam merupakan contohcontoh satuan bentuklahan ini. 4. Bentuklahan asal proses solusional (K), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut, seperti batu gamping dan dolomite karst menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa karst, dan logva merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini. 5. Bnetuklahan asal proses denudasional (D), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses degradasi seperti longsor dan erosi. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain bukit sisa, lembah sungai, peneplain, dan lahan rusak. 6. Bentuklahan asal proses eolian (E), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses angin. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain : gumuk pasir barchan, parallel, parabolik, bintang, lidah, dan transversal. 15 7. Bentuklahan asal marine (M), merupakan kelompok besar satuan bentuk lahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain ; gisik pantai (beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach ridge). Karena kebanyakan sungai dapat dikatakan bermuara ke laut, maka seringkali terjadi bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan proses marine. Kombinasi kedua proses itu disebut proses fluvio-marine. Contohcontoh satuan bentuk lahan yang terjadi akibatproses fluvio-marine ini antara lain delta dan estuari. 8. Bentuklahan asal glasial (G), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses gerakan es (gletser). Contoh satuan bentuklahan ini antara lain lembah menggantung dan morine. 9. Bentuklahan asal organik (O), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora dan fauna). Contoh satuan bentuklahan ini adalah pantai mangrove dan terumbu karang. Gambar 1.1 16 Gambar 1.1 Sumber : Peta bentuklahan daerah penelitian Peta RBTL Digital Timor-Leste Skala 1:25.000 (2006) Peta Geologi Digital Timor-Leste Skala 1:100.000 17 1.7 Teknik Konservasi Tanah Konservasi tanah yaitu penempatan setiap bidang tanah dengan cara penggunaan yang sesuai kemampuan tanah dan syarat-syarat yang diperlukan sehingga tidak terjadi kerusakan terhadap tanah. Konservasi tanah tidak berarti penundaan atau pelarangan penggunaan tanah akan tetapi perlu menyesuaikan macam penggunaan dan memberikan perlakuan yang sesuai dengan syarat yang dibutuhkan sehingga tanah bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan (Arsyad, 1989). Teknik konservasi dibedakan menjadi tiga yaitu: (a) vegetatif; (b) mekanik; dan (c) kimia. Teknik konservasi mekanik dan vegetatif telah banyak diteliti dan dikembangkan. Namun mengingat teknik mekanik umumnya mahal, maka teknik vegetatif berpotensi untuk lebih diterima oleh masyarakat. Konservasi tanah secara vegetatif mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan teknik konservasi tanah secara mekanis maupun kimia, keunggulan konservasi vegetatif lain, penerapannya mudah, biaya yang dibutuhkan relatif murah, mampu menyediakan tambahan hara bagi tanaman, menghasilkan hijauan pakan ternak, kayu, buah maupun hasil tanaman lainnya. Konservasi tanah secara vegetatif adalah setiap pemanfaatan tanaman/vegetasi maupun sisa-sisa tanaman sebagai media pelindung tanah dari erosi, penghambat laju aliran permukaan, peningkatan kandungan lengas tanah, serta perbaikan sifat-sifat tanah, baik sifat fisik, kimia maupun biologi (Subagyono, dkk., 2003) Teknik konservasi tanah secara mekanis atau disebut juga sipil teknis adalah upaya menciptakan fisik lahan atau merekayasa bidang olah lahan pertanian hingga sesuai dengan prinsip konservasi tanah sekaligus konservasi air. Teknik ini meliputi: guludan, pembuatan teras gulud, teras bangku, teras individu, teras kredit, pematang kontur, teras kebun, barisan batu, dan teras batu. Khusus untuk tujuan pemanenan air, teknik konservasi secara mekanis meliputi pembuatan bangunan resapan air, rorak, dan embung (Arsyad, 1989). Pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi adalah (1) melindungi permukaan tanah dari terpaan air hujan, menurunkan kecepatan terminal dan memperkecil diameter air hujan, (2) menurunkan kecepatan dan volume aliran air (3) menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya melalui sistim perakaran dan seresah yang dihasilkan dan (4) mempertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap air (Asdak, 2007). 18 Vegetasi mampu menangkap (intersepsi) butir air hujan sehingga energi kinetiknya terserap oleh tanaman dan tidak menerpa langsung pada tanah (Suripin, 2001). Selain menggunakan vegetasi penutup ada pula teknik konservasi yang lain, namun hal ini tentu harus disesuaikan dengan kondidi di lapangan. Sebab aplikasi konsep secara teori di lapangan terkadang tidak sesuai dengan kemampuan ekonomi suatu masyarakat, teknologi yang diimplementasikan sulit di adopsi karena biayanya terlalu besar sehingga masyarakat tidak mampu melaksanakannya (Arsyad, 2000). 1.8 Faktor pengelolaan lahan/tindakan konservasi (P) Kegiatan manusia dikenal sebagai salah satu faktor paling penting terhadap terjadinya erosi tanah yang cepat dan intensif. Kegiatan-kegiatan manusia kebanyakan berkaitan dengan perubahan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi, misalnya perubahan penutup tanah akibat pengundulan/pembabatan hutan untuk permukiman penduduk, lahan pertanian dan penggembalaan. Perubahan topografi secara mikro akibat penerapan terasering, penggemburan tanah dengan pengolahan serta pemakaian stabiliser dan pupuk yang berpengaruh pada struktur tanah (Asdak, 2007) Mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi erosi tanah di daerah penelitian, maka upaya pengendalian yang perlu di lakukan adalah dengan cara vegetatif. Cara vegetatif yaitu upaya pengendalian erosi dengan didasarkan pada fungsi tanaman penutup permukaan tanah agar dapat menahan terpaan butir-butir air hujan yang jatuh di atas permukaan tanah. Cara vegetatif ini bisa dilakukan dengan cara (1) penghutanan kembali/reboisasi dan penghijauan, (2) penanaman tanaman penutup tanah, (3) penanaman tanaman secara garis kontur, (4) Pergiliran tanaman dan (5) pemulsaan atau pemanfaatan seresah tanaman (Kartasapoetra, dkk., 1985). Penerapan sistim vegetatif ini dengan harapan bisa memulihkan/memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan ilfiltrasi tanah dengan asumsi bahwa kegiatan membakar ladang harus di hentikan agar seresah/dedaunan dan ranting-ranting yang ada dapat menjadi penahan laju aliran permukaan (run off) secara sementara sekaligus menjadi cadangan humus/unsur hara bagi tanaman bila sudah terurai di dalam tanah. 1.9 Kerangka Pemikiran Erosi merupakan suatu proses penghancuran dan pemindahan partikel-partikel tanah yang telah terlepas dari satuan agregatnya ke tempat lain oleh tenaga aliran 19 permukaan maupun tenaga angin yang berhembus. Menurut jenisnya erosi ada dua yaitu : erosi alamiah (geological erosion) dan erosi dipercepat (accelerated erosion). Erosi normal/erosi geologi (geological erosion) adalah erosi yang terjadi secara alamih dengan laju yang lambat sehingga memungkinkan terbentuknya tanah yang tebal dan mampu mendukung pertumbuhan tanaman/vegetasi secara normal. Erosi dipercepat (accelerated erosion) adalah proses pengikisan dan pengangkutan partikel-partikel tanah dengan laju yang cepat sehingga menimbulkan kerusakan pada tanah karena tidak ada keseimbangan antara tanah yang tererosi dan tanah yang terbentuk di tempat kejadian erosi. Erosi jenis ini terjadi karena pengaruh aktivitas manusia dalam pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang kurang memperhatikan prinsi-prinsip konservasi tanah dan air. Menurut bentuknya erosi dibedakan dalam enam yaitu: erosi lembar, (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), erosi parit (gully erosion), erosi tebing sungai, longsor dan erosi internal. Proses terjadinya erosi disebabkan oleh banyak faktor yaitu faktor iklim (curah hujan), topografi, vegetasi, tanah dan aktivitas manusia. Diantara faktor penyebab erosi yang disebutkan, faktor tanah merupakan obiek/komponen yang akan tererosi. Tanah memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyimpan air, tetapi kemampuan tanah tersebut sangat ditentukan oleh komponen lainnya seperti vegetasi, topografi (kemiringan dan panjang lereng), kandungan bahan organik dan aktivitas manusia. Komponen vegetasi, bahan organik, kemiringan dan panjang lereng yang stabil (tidak mengalami kerusakan) akan membantu memperkuat kondisi fisik tanah/menurunkan nilai erodibilitas tanah terhadap erosi. Erodibilitas adalah mudah atau tidanya suatu tanah untuk mengalami erosi. Tanah yang memiliki tingkat erodibilitas tinggi (0,33-0,64) lebih mudah untuk tererosi dibandingkan dengan tanah yang memiliki nilai erodibilitas rendah (0,010-0,32). Karena erodibilitas tanah merupakan ketahanan suatu tanah terhadap tenaga penglepas dan pengangkut maka pengetahuan tentang karakteristik fisik tanah mutlak untuk diketahui. Karakteristik fisik tanah yang perlu diketahui yaitu tekstur, struktur, kandungan bahan organik, kapasitas infiltrasi dan permeabilitas tanah. Erodibilitas tanah sangat penting untuk diketahui agar tindakan konservasi tanah dapat dilaksnakan secara tepat dan terarah. Untuk mengetahui nilai erodibilitas tanah bukalah hal yang mudah dan sederhana, sebab erodibilitas tanah dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat sangat kompleks. Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah dan memperlakukannya sesuai dengan syara-syarat 20 yang diperlukan oleh tanah tersebut agar tidak terjadi kerusakan pada tanah (Renne, 1960) dalam (Arsyad, 1989). Koservasi tanah dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu metode vegetatif, metode mekanik dan metode kimiawi. Konservasi secara vegetatif yaitu tindakan kosenvasi yang dilakukan dengan menggunakan jenis tanaman yang berfungsi ganda dimana tanaman tersebut selain berfungsi untuk mengendalikan dan menguragi laju erosi tanah juga menghasilkan komoditi yang bernilai ekonomis. Metode mekanik yaitu cara memanipulasi permukaan tanah dengan membangun teras dengan tujuan untuk mengurangi laju aliran air menuruni lereng bukit dan menahan aliran permukaan agar memiliki kesempatan yang cukup untuk meresap kedalam tanah. Konservasi secara kimia merupakan usaha untuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah pada suatu bidang tanah dengan cara pemberian pupuk organik. Pupuk organik sangat berguna untuk menstabilkan struktur tanah (Sartohadi dkk, 2012). Morfologi, Lotologi dan Proses Bentuklahan Karakteristik Tanah Tekstur Permeabilitas Struktur BO Aktivitas Manusia (pertanian) Prioritas Konservasi Erodibilitas Pemulihan Gambar : 1.2 Sumber : Diagram alir kerangka pemikiran Peneliti, 2013 1.10 Hipotesis 1. Tingkat Erodibilitas tanah di SubDistrito Atabae tergolong tinggi 21 2. Erosi yang terjadi di SubDistrito Atabae adalah akibat dari aktivitas manusia yang melakukan perubahan pada vegetasi penutp lahan dan sistim pengolahan tanah dengan cara tebas bakar. 1.11 Batasan Operasional 1. Erodibilitas tanah adalah indikator yang menunjukkan suatu bidang tanah tersebut tahan atau tidak terhadap pengikisan/penghancuran oleh energi kinetik air hujan (Suripin, 2001); 2. Erosi Percikan adalah terlepas dan terlemparnya partikel-partikel tanah dari masa tanah akibat pukulan butiran air hujan secara langsung pada permukaan tanah (Arsyad, 1989) 3. Erosi adalah suatu peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Arsyad 1989); 4. Erosi lembar adalah pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu permukaan tanah oleh aliran permukaan (Suripin, 2001); 5. Erosi alur adalah erosi yang terjadi karena terkonsentrasinya aliran air permukaan pada suatu tempat tertentu di permukaan tanah sehingga proses penggerusan tanah banyak terjadi pada tempat tersebut dan membentuk aluralur kecil (Rahim, 2000) 6. Erosi parit adalah erosi yang terjadi karena terkonsentrasinya aliran permukaan dengan volume yang lebih besar pada suatu cekungan sehingga kemampuan gerusnya menjadi lebih besar dan mampu membentuk parit yang lebih lebar dan dalam (Rahim; 2000) 7. Tanah adalah tubuh alam gembur yang menempati sebagian besar permukaan bumi, mempunyai sifat dan karakteristik fisik, kimia, biologi serta morfologi yang khas dan serangkaian panjang dalam proses pembentukannya (Sartohadi dkk, 2012) 8. Permeabilitas tanah adalah kemampuan batuan atau tanah untuk melakukan cairan (Purnama, 2010) 9. Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuklahan (landform) yang membentuk permukaan bumi, di atas dan di bawah permukaan laut dan menekankan pada cara terjadinya serta perkembanganya dalam konteks keruangan (Verstappen, 1982) dalam (Endarto, 2007) 22 10. Indeks faktor erodibilitas (K) adalah nilai kualitatif dari fungsi beberapa sifat fisik dan sifat kimia tanah yang ditetapkan melalui nomograf erodibilitas tanah (Suripin 2001) 11. Tekstur tanah adalah sifat fisik tanah yang merupakan gambaran deskriptif komposisi ukuran butir-butir partikel-partikel penyusun tanah yang digolongkan ke dalam tiga ukuran utama (Sartohadi dkk, 2012) 12. Struktur tanah adalah bagian dari sifat fisik tanah yang membahas sekelompok partikel tanah yang mengalami koogulasi karena adanya koloid lempung dan organik (Sartohadi dkk, 2012) 13. Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan perlakuannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlakukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Arsyad, 1989) 14. Penggunaan lahan adalah campur tangan manusia terhadap lahan guna memenuhi kebutuhannya secara meterial dan spritual (Widiatmaka, 2007) 15. Curah hujan adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir http://id.wikipedia.org/Klasifikasi iklim . 16. Bahan organik adalah tanah adalah sisa-sisa tanaman dan hewan yang menutupi permukaan tanah dan bersifat tidak padu (Sartohadi dkk, 2012) 17. Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi atau di plenet lain http://id.wikipedia.org/Klasifikasi iklim 18. Infiltrasi adalah suatu proses meresapnya air hujan dan air lainnya dipermukaan tanah menuju lapisan air tanah melalui permukaan tanah (Purnama, 2010) 19. Rata-rata curah hujan bulanan adalah rata-rata hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun http://id.wikipedia.org/Klasifikasi iklim. 23