KORELASI ANTARA INTENSITAS SHALAT TAHAJUD DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SANTRIWAN SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL HUDA SUSUKAN KAB. SEMARANG TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd I) Oleh SAPARUDIN 12110003 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015 i ii KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id email : [email protected] PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelahdikoreksidandiperbaiki, makaskripsisaudara: Nama : Saparudin NIM : 121 10 003 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam Judul : KORELASI ANTARA INTENSITAS SHALAT TAHAJUD DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SANTRIWAN PESANTREN SANTRIWATI AL HUDA SEMARANG TAHUN 2015 Telah kami setujuiuntukdimunaqosahkan. iii DI PONDOK SUSUKAN KAB. KORELASI ANTARA INTENSITAS SHALAT TAHAJUD DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SANTRIWAN SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL HUDA SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 DISUSUN OLEH NAMA SAPARUDIN NIM 12110003 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tangal 11 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji iv KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id email : [email protected] PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Saparudin NIM : 121 10 003 Fakultas : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karyasaya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuanorang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kodeetik ilmiah. v MOTTO Artinya yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram (Q.S ARa‟d 28). vi PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Bapak Supriyanto dan ibu Tukini tercinta yang telah memeberikan dukungan serta do‟a tiap malam yang tak pernah putus, aku berjanji akan menjadi anak yang berbakti kepadamu. 2. Buat kakak ku tercinta (M Syukroni) untuk bersegeralah menikah dan menjadi keluarga yang mawadah warrohmah 3. Buat adeku tersayang (Abdul Rozaq) semoga diberikan kelancaran dan kemudahan dalam setiap aktivitasnya. 4. Teruntuk seseorang yang kelak menjadi pendamping dalam hidupku 5. Buat temen seperjuangan yang tak dapat kusebut satu-persatu, kalian semua adalah inspirasi dalam hidupku. 6. Buat nenek ku tersayang yang telah pulang ke rarmutullah semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT. 7. Buat keluarga semua yang ada di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Papua dan Sumatra trimakasih atas do‟annya dan semoga sehat selalu semuanya. 8. Keluarga kecil KKN POSKO 45 Duwaan Jumoyo Salam yakni (Ihsan, Hanif, Ifa, Ratna, Wulan, Aufa, Alfi) lanjutkan perjuangan kalian semua, semoga berhasil. vii KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang telah mencurahman rahmat, taufiq, hidayah, memberikan kekuatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa zaman jahiliyyah menuju zaman islamiyyah dan semoga kelak di hari akhir kita mendapatkan syafaatnya, Amin. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Korelasi Antara Intensitas Shalat Tahajud Dengan Kecerdasan Emosional Santriwan Santriwati Di Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kabupaten Semarang Tahun 2015 ”. Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah berjasa dan senantiasa memberikan dukungan, bimbingan, arahan, motivasi serta do‟a sehingga skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi,M.Pd. selaku DekannFakultas Tarbiyah IAIN Salatiga. 3. Bapak Rasimin, SPd.I, M.Pd Selaku Ketua JurusanStudi Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN SALATIGA. 4. Bapak Dr. Zakiyuddin M.Ag selaku dosen pembimbing Akademik. 5. Ibu Muna Erawati S.Psi., M.Si yang telah membimbing dan memberikan pengarahan sampai selesai dalam penulisan skripsi. viii 6. Semua bapak dan ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal pengetahuan pelayanan pada penulis. 7. Kedua orang tua penulis, Bapak Supriyanto dan Ibu Tukini yang tak henti-hentinya dalam mensubsidi penulis dalam bentuk finansial. 8. Untuk Kakakku Muhammad Syukroni dan Adiku Abdul Rozaqyang selalu mendo’akan sehingga skripsi telah selesai dengan lancar. 9. Untuk teman-teman yang telah menemani mencari sepada motorku, bang agus, gus tamam, kang tri, mba ikoh serta pak ma’mun. 10. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya penulis hanya bisa berdo’a, semoga semua amal dan kebaikannya dapat diterima disisi Allah sebagai amal yang sholeh dan mendapatkan balasan yang sebaikbaiknya, Amin. Demikian kiranya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi wacana keilmuan baru bagi para pembaca. Dan sebagai manusia biasa penulis menyadari akan banyaknya kekurangan, maka kritik dan saran para pembaca sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Salatiga, 12 Februari 2015 Penulis Saparudin NIM: 121 10 003 ix ABSTRAK Saparudin. 2015. Korelasi antara intensitas shalat tahajud dengan kecerdasan emosional santriwan santriwati Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab. SemarangTahun 2015.Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam.Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muna Erawati, S.Psi., M.Si. Kata kunci :Intensitas Shalat Tahajud, Kecerdasan Emosional Latar belakang penelitian ini adalah shalat merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah karena dengan shalatlah hidup akan di mudahkan oleh-Nya atas segala permasalahan-permasalahan yang yang terjadi, lebih-lebih shalat lima waktu yang tidak boleh di tinggalkan dalam keadaan apapun. Shalat Tahajud merupakan kebutuhan dalam menghadapi problem kehidupan yang sangat kompleks sehingga kehadiran Alllah di malam hari sangat di butuhkan untuk memberikan ketenangan dalam jiwa yang telah menganggap mampu memecahkan masalah tanpa adanya intervensi dari Allah. Jika mempunyai keinginan dan tujuan yang sangat besar dan juga mempunyai persiapan dan pengetahuan yang diperlukan,di tambah dengan mempunyai kecerdasan emosional, maka segala tujuan pasti akan tercapai. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui korelasi intensitas shalat tahajud dengan kecerdasan emosional santriwan santriwati Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab. Semarang. Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana aktivitas shalat tahajud santriwan santriwati Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab. Semarang?, 2) Bagaimanakah kecerdasan emosional yang di miliki santriwan santriwati Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab. Semarang?, 3) Adakah korelasi antara intensitas shalat tahajud dengan kecerdasan emosional santriwan santriwati Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab. Semarang? Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.Pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi.Sampel penelitian 50 santri.Data penelitian dianalisis dengan menggunakan rumus prosentase dan rumus product moment untuk menguji hipotesis penelitian. Setelah dilakukan penelitian secara sistematik di lokasi penelitian dapat diketahui bahwa pada intensitas shalat tahajud santriwan santriwati Pondok Pesantren Al Huda yang menunjukkan kategori tinggi 17 responden atau 34%, yang menunjukkan kategori kategori sedang ada 33 responden atau 66% dan yang berada pada kategori rendah ada 0%. Kecerdasan emosional santriwan santriwati Pondok Pesantren Al Huda yang menunjukkan kategori tinggi ada 19 responden atau 38%, yang menunjukkan kategori sedang ada 31 responden atau 62% dan yang berada pada kategori rendah ada 0%. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara intensitas shalat tahajud dengan kecerdasan emosional santriwan santriwati Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab. Semarang terlihat dari hasil analisis statistik bahwa rxy hitung (0,31) lebih besar dari rxy tabel 0,279 dengan taraf signifikansi 5% dengan N=50. x DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL i HALAMAN LOGO ii PERSETUJUAN PEMBIMBING iii HALAMAN PENGESAHAN iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN v MOTTO vi PERSEMBAHAN vii KATA PENGANTAR viii ABSTRAK ix DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah 6 C. Tujuan Penelitian 7 D. Hipotesis 7 E. Kegunaan Penelitian 8 F. Definisi Operasional 9 G. Metode Penelitian 12 H. Sistematika Penulisan Skripsi 18 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Shalat Tahajud 20 1. Pengertian Shalat Tahajud 20 xi 2. Keutamaan shalat tahajud 22 3. Etika shalat tahajud 23 4. Waktu paling utama shalat tahajud 23 5. Rahasia shalat tahajud 24 6. Hukum shalat tahajud 27 B. Kecerdasan Emoaional 28 1. Pengaertian kecerdasan emosional 28 2. Ciri-ciri kecerdasan emosional 31 3. Macam-macam kecerdasan 31 4. Macam-macam emosi 33 5. Beberapa manfaat kecerdasan emosional 38 C. Korelasi Antara Intensitas Shalat Dengan Kecerdasan Emosional 41 BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 47 1. Sejarah Singkat berdirinya PP Al Huda Susukan 47 2. Letak Georgafis 51 3. Visi dan Misi 52 4. Struktur Organisasi Kepengurusan PP Al Huda 52 5. Kurikulum dan Materi PP Al Huda 53 6. Tata Tertib PP Al Huda 55 7. Ustad/Pengajar 56 8. Sarana dan Fasilitas PP Al Huda 56 B. Laporan Data Penelitian 1. Data Responden 57 2. Data Hasil Angket Tentang Intensitas Shalat Tahajud 61 3. Data Hasil Angket Tentang Kecerdasan Emosional 62 xii BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pendahuluan 65 1. Data Intensitas Shalat Tahajud 65 2. Data Kecerdasan Emosional 68 B. Analisis Pengolahan Data 71 C. Analisis Uji Hipotesis 77 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 80 B. Saran-saran 81 Daftar Pustaka Lampiran-lampiran xiii DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Daftar Nama Responden .......................................................... 57 Tabel 3.2 Instrumen Angket Intensitas Shalat Tahajud ........................... 60 Tabel 3.3 Instrumen Angket Kecerdasan Emosional................................ 62 Tabel 4.1 Interval IntensitasShalat Tahajud ............................................. 68 Tabel 4.2Iinterval Kecerdasan Emosional ............................................... 71 Tabel 4.3 Nilai Product Moment ............................................................. 74 xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna, karena mempunyai unsur-unsur jasmaniah dan rohaniah.Seringkali manusia menjalani kehidupanya di dunia tidak selamanya memperoleh ketentraman dan ketenagan jiwa. Tapi sebaliknya, sering di hadapkan berbagai persoalan yang timbul, baik fisik maupun psikis.Shalat membuat orang tidak lupa diri, menghalau kekawatiran serta rasa takut dan menjaga keseimbangan serta ketenangan jiwa(Bahnasi, 2004:49) Shalat merupakan identitas kaum muslim dalam hidupnya, suatu ibadah yang dilakukan mendekatkan diri kepada Allah. Shalat membuat hati tenang dengan sujud dan rukuk dalam setiap shalat sebagai simbol bahwa manusia makhluk yang lemah dan Allah satu-satunya sandaran hidup. Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang shalatnya kokoh, maka bisa dipastikan dia akan semakin kokoh memegang kewajiban yang lain. Shalat sebagai sarana munajat kepada Allah SWT yang menciptakan alam semesta. Shalat merupakan ruh bagi jiwa seorang muslim, ibadah yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan bukan hanya kewajiban. Shalat akan menjadi media komunikasi hamba dengan Allah yang tidak membutuhkan jarak apalagi sinyal. Dengan shalat seseorang bisa mengungkap segala 1 bentuk kebutuhan, kesulitan yang mendera dirinya, bahkan mendapat manfaat sehat,baik sehat rohani Maupun jasmani. (Latif, 2014:11). Tahajud berasal dari kata hujud atau hajdah yang berarti “tidur” atau “bangun dari tidur”. Oleh karenanya, tahajud diartikan sebagai shalat malam yang dilakukan pada waktu orang-orang sedang tidur lelap atau yang di lakukan pada waktu malam ketika seseorang bangun dari tidurnya (Waid, 2011:2-3) Shalat tahajud adalah shalat sunah yang dikerjakan tengah malam hari diantara shalat isya dan shalat subuh serta dilaksanakan setelah tidur dahulu meskipun hanya sebentar (Nazam & Aji, 2013:7).. Sebagaimana dalil Al-Qur;an surat Al-Isra ayat 79 Artinya: “Dan pada sebagian malam hari, bershalat tahajudlah kamu sebagai ibadah tambahan bagimu, semoga tuhanmu mengangkat ketempat terpuji”(Q.S Al-Isra:79). Shalat bisa menjadikan pengobatan alternatif. Penyenbuhan dengan shalat tahajud akan mampu menyembuhkan kecemasan dan menimbulkan perasan tenang serta menyembuhkan segala penyakit yang ada dalam tubuh. Bacaan shalat tahajud dimalam hari yang di lakukan dengan khusyuk akan membekas didalam hati, itulah yang mampu menyembuhkan penyakit kejiwaan. Namun yang paling mendasar di dalam shalat tahajud yang akan 2 menyembuhkan segala bentuk penyakit kejiwaan adalah siakp pasrah kita kepada sang Khaliq. Shalat sebenarnya untuk kebahagiaan dan kesehatan manusia sendiri.Karena shalat mengandung aspek kesehatan.Semakin rajin dan khusyuk dalam melaksanakan shalat, maka semakin sehat dan bahagia sendirinya. Dengan melakukan shalat tahajud dengan keheningan seseorang akan merasa dekat dengan pencipta. Shalat tahajud yang dilakukan di penghujung malam yang sunyi bisa mendatangkan ketenangan dan kurang resiko terkena penyakit dan shalat tahajud terjamin kesehatanya baik secara fisik maupun mental (Nazam & Aji, 2013:50). Shalat bukan hanya perbuatan fisik (dimulai dari takbirotul ikhram dan diakhiri dengan salat), akan tetapi selalu melibatkan “pekerjaan” hati untuk senantiasa pasrah, rindu, cinta, mengiba, dan sifatnya penghambaan dari diri kita kepada Allah swt. Disamping itu manusia memiliki kecerdasan yang luar biasa, manusia mempunyai berbagai kecerdasan yang bisa menjadikan manusia itu bisa dapat mengontrol emosi diri sendiri dan orang lain serta mengetahui bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan maksimal etis sebagai kekuatan pribadi. Dari segi etimologi, emosi barasal dari akar kata bahasa latin „movere‟ yang berarti‟ mengerakan, bergerak.‟ Kemudian ditambah dengan awalan „e‟ untuk memberi arti „ bergerak menjauh.‟ Makna ini menyiratkan 3 kesan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Orang yang takut akan berusaha melakukan sesuatu untuk melindungi dirinya, misal lari terbirit-birit. Seseorang ketika malu akan menutupi muka sebagai ekpresi rasa tak ingin dilihat orang. Para ahli psikologi telah berupaya mendefinisikan emosi dengan mendasarkan pada pengalaman dan penelitian terhadap manusia dan hewan, kendati masih banyak menemukan banyak kendala.Kendala itu menurut Goleman (1997:411), khusus dipicu oleh jenis-jenis emosi yang sangat beragam hingga perbendaharaan kata yang kita miliki untuk menyebutkan tidak sepadan. Emosi dijelaskan secara berbeda oleh psikolog yang berbeda, namun semua sepakat bahwa emosi adalah bentuk yang kompleks dari organisme, yang melibatkan perubahan fisik dari karakter yang luas dalm bernafas, denyut nadi, produksi kelenjar, dsb dan dari sudut mental adalah suatu keadaan senang atau cemas, yang di tandai adanya perasaan yang kuat, dan biasanya dorongan menuju bentuk nyata dari suatu tingkah laku. Apabila emosi itu sangat kuat akan terjadi sejumlah gangguan terhadap fungsi intelektual, tingkat asosiasi dan kecenderungan terhadap tindakan yang bersifat tidak terpuji (Darwis, 2006:16-17). Emosi adalah suatu gejolak psiko-biologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku.Emosi dirasakan secara psiko-biologis karena terkait langsung dengan jiwa dan fisik. Ketika emosi bahagia 4 meledak-ledak ia secara psikis memberi kepuasan, tetapi secara fisiologis membuat jantung berdebar-debar atau langkah kaki secara ringan (Darwis, 2006:18). Emosi manusia telah di gambarkan langsung dalam Al Qur‟an bersama peristiwa yang sedang terjadi, misalnya gambaran dalam kondisi bahagia, marah, takut, benci, kaget, atau dalam keadaan yang lain. Terdapat kesan kuat pada ayat-ayat tersebut adanya perbedaan yang tajam antara emosi positif dan negative.Hal ini tampaknya dimaksudkan sebagai motivasi agar manusia selalu mengedepankan emosi positif dalam kehidupan individual dan sosial, yakni emosi yang dapat mengantar manusia meraih kebahagiaan duniawi dan ukhrawi (Darwis, 2006:19). Menurut Howard Gardner dalam melakukan identifikasi terhadap kecerdasan mengunakan beberapa macam kriteria, yaitu (a) pengetahuan mengenai perkembangan individu yang normal dan yang superior, (b) informasi mengenai kerusakan otak, (c) studi mengenai orang-orang eksepsional seperti individu yang luar biasa pintar, juga individu idiot savant, dan orang-orang autistik, (d) data psikometrik, dan studi pelatihan psikologis. Gardner mengatakan bahwa berbagai inteligensi yang telah diidentifikasikan bersifat universal sekalipun secara budaya tampak berbeda (Azwar, 2006:41). Tujuh macam kecerdasan telah berhasil diidentifikasi oleh Gardner adalah Kecerdasan Linguistik, Kecerdasan Matematik-Logis, Kecerdasan 5 Spatial, Kecerdasan Musik, kecerdasan Kelincahan Tubuh, Kecerdasan personal dan Kecerdasan Intrapersonal (Azwar, 2006:42-43). Masyarakat umumnya mengenal inteligensi sebagai istilah yang mengambarkan kecerdasan, kepintaran ataupun kemampuan untuk memecahkan problem yang di hadapi. Pandangan awam sebagaimana yang dipaparkan di atas, walaupun tidak memberikan arti yang jelas tentang inteligensi namun pada umumnya tidak berbeda dari makna inteligensi sebagaimana yang dimaksudkan oleh para ahli. Apapun definisinya, makna inteligensi memang mendeskripsikan kepintaran dan kebodohan (Azwar, 2006:2). Dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian di Pondok Pesantren Al_Huda Susukan Kab.Semarang dengan judul “KORELASI ANTARA INTENSITAS SHALAT TAHAJUD DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SANTRI DI PONDOK PESANREN AL HUDA SUSUKAN KAB. SEMARANG TAHUN 2015 B. Rumusan Masalah 6 Berdasarkan uraian latar belakang dalam penelitian tersebut, maka terbentuklah rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana variasi intensitas shalat tahajud santriwan santriwati di Pondok Pesantren Al-Huda Susukan Kab. Semarang? 2. Bagaimana variasi kecerdasan emosional santriwan santriwati di Pondok Pesantren Al-Huda Susukan Kab. Semarang? 3. Adakah korelasi antara intensitas shalat tahajud dengan kecerdasan emosional santriwan santriwati di Pondok Pesantren AL-Huda Susukan Kab. Semarang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penulis mempunyai tujuan dalam penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui intensitas shalat tahajud santriwan santriwati Pondok Pesantren Al-Huda Susukan Kab. Semarang. 2. Untuk mengetahui kecerdasan emosional santriwan santriwati Pondok Pesantren Al-Huda Susukan Kab. Semarang. 3. Untuk mengetahui adakah korelasi antara intensitas shalat tahajud dengan kecerdasan emosional santriwan santriwati Pondok Pesantren AlHuda Susukan Kab.Semarang 7 D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002:64). Dari pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan atau kesimpulan yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, yang mungkin benar atau mungkin salah. Hipotesis ini akan diterima jika salah dan akan ditolak jika salah. Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Ada korelasi antara intensitas shalat tahajud dengan kecerdasan emosional santriwan santriwati Pondok Pesantren Al-Huda Susukan Kab. Semarang". E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini, di harapkan dapat memberikan manfaat, baik dari segi teoritik maupun praktik yang berguna untuk memberikan sumbangan pelaksanaan penelitian. 1. Manfaat Teoretik Manfaat teoretik yang pertama yaitu menambah wawasan tentang shalat tahajud dan kecerdasan emosional.Manfaat yang kedua yaitu 8 memberikan manfaat tentang shalat tahajud dan kecerdasan emosional di kalangan santriwan santriwati Pondok Pesantren Al-Huda Susukan Kab. Semarang. 2. Manfaat praktis a. Dengan penelitian ini diharapkan santriwan santriwati dapat menjalanka shalat tahajud sehingga ketika di luar pondok akan terbiasa melaksanakan shalat tahajud. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang pentingya melaksanakan shalat tahajud kepada masyarakat agar dapat mengetahui arti pentingnya shalat tahajud terhadap kecerdasab emosional. D. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahpahaman pada judul skripsi di atas, maka penulis akan memaparkan penegasan istilah sebagai berikut: 1. Korelasi Antara Intensitas Shalat Tahjud 9 Intensitas adalah ukuran kekuatan keadaan tingkat seseorang, tolak ukur yang kemudian menjadi kebiasaan-kebiasaan seseorang dalam melakukan kegiatan (Poerwadarminta, 1991:437). Shalat merupakan identitas kaum muslim dalam hidupnya, suatu ibadah yang dilakukan mendekatkan diri kepada Allah. Shalat membuat hati tenang dengan sujud dan rukuk dalam setiap shalat sebagai simbol bahwaa manusia makhluk yang lemah dan Allah satu-satunya sandaran hidup (Latif, 2014:11). Tahajud segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini tidak ada yang terjadi secara tiba-tiba.Artinya, segala sesuatu pasti ada sejarahnya.Kalau Al-Qur‟an kita kenal dengan asbabul nuzul, artinya latar belakang yang menyebabkan suatu ayat atau surah Al-Qur‟an itu turun.Termasuk dalam hal ini adalah shalat tahajud.Shalat tahajud memiliki latar belakang tersendiri mengapa ada dan harus dilaksanakan.Shalat tahajud pertama kali disyariatkan setelah Nabi mendapatkan wahyu pertama di Gua Hira. Nabi dinyatakan oleh Allah dalam surah Al-Muzamil (yang berselimut), yang diturunkan ketika Nabi SAW menggeletar dalam selimut beliau mendapat wahyu pertama (Tabroni, 2009:39) Tahajud berasal dari kata hujud atau hajdah yang berarti “tidur” atau “bangun dari tidur”. Tahajud diartikan sebagai shalat malam yang dilakukan pada waktu orang-orang sedang tidur lelap atau yang di 10 lakukan pada waktu malam ketika seseorang bangun dari tidurnya (Waid, 2011:2-3). Adapun indikator intensitas shalat tahajud a sampai d diperoleh dari Nazam dan Aji (Nazzam & Aji, 201 3:13-15) sedangkan indikator f dan g dikutip dari Kholidah (Kholidah, 2010). a. Istiqomah shalat tahajud b. Melaksanakan shalat tahajud pada waktu yang paling utama c. Jumlah rekaat shalat tahajud d. Melaksanakn shalat witir di penghujung shalat tahajud. e. Sikap dalam melaksanakan shalat tahaju (senang, semangat dan menikmati) f. Melaksanakan shalat tanpa ada paksaan g. Ruku dan sujud dengan tenang 2. Kecerdasan Emosional Kecerdasan dalam hal ini penulis mengartikan bahwa sudah merupakan perubahan bentuk dasarnya, yaitu berasal dari kata dasar “cerdas” dan mendapati imbuhan ke-an. 11 Cerdas berarti sempurna akal budinya (pandai, tajam pikiran). Kecerdasan adalah perkembangan akal budi seperti: kepandaian, ketajaman pikiran (Poerwadaminta, 1997:363). Definisi emosi itu bermacam-macam, seperti” keadaan bergejolak”, “gangguan keseimbangan” respon kuat dan tak beraturan terhadap stimulus”. Ada satu hal yang sama yaitu bahwa setiap definisi tersebut keadaan emosional itu menujukan penyimpangan dari keadaan yang normal. Keadaan yang normal adalah keadaan yang tenang atau keadaan seimbang fisik dan sosial. Meskipun keadaan yang tenang itu dianggap sebagai keadaan yang normal, namun dalam kehidupan modern keadaan emosional itu lebih mewarnai sifat seseorang.Dalam kehidupan modern, emosi itu perlu sekali difahami karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkah laku, kepribadian dan kesehatan (Dimyati, 1990:163). Emosi adalah perasaan tertentu yang bergejolak dan dialami seseorang serta berpengaruh pada kehidupan manusia.Bahkan, pada beberapa budaya emosi dikaitkan dengan sifat marah seseorang (Prawira, 2012:159). Definisi kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana 12 hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa (Goleman, 1996:45). Adapun indikator kecerdasan emosional sebagai berikut: a. Mengenali emosi diri b. Mengola emosi c. Memotivasi diri sendiri d. Mengenali emosi orang lain e. Membina hubungan (Goleman, 1997:58-59. G. Metode Penelitian Kebenaran dalam penelitian dapat diterima apabila ada bukti-bukti yang nyata dengan prosedur-prosedur yang jelas dan sistematis serta dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah. Hal-hal yang perlu dipaparkan berkaitan dengan metode penelitiah ini adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Dalam pendekatan ini, pendekatan yang diterapkan peneliti adalah pendekatan kuntitatif.Pendekatan kuatitatif lebih menekankan pada penelitian yang melibatkan data untuk menguji hipotesis yang berkaitan 13 dengan status dan kondisi obyek yang diteliti pada saat melakukan penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakanpendekatan kuantitatif, sedang rancangan penelitian ini adalah penelitian korelasi. Penelitian korelasi adalah penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005:247).Penelitian hanya mencari Korelasi dari variabel X, yaitu Intensitas shalat tahajud terhadap variable Y, yaitu kecerdasan emosional. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Al Huda, Petak, Sidoarjo, Susukan Kab.semarang yang dilaksanakan pada tangal 5-25 Februari 2015. 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010: 117).Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah 14 santriwan santriwati di Pondok Pesantren AL Huda Susukan yang berjumlah 50 santri. b. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2010:174).Penentuan sampel dimaksudkan untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.Dengan generalisasi adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yamg berlaku bagi populasi (Arikunto, 2010:175). Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa: “Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.”. Teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan di dalam penelitian ini adalah “Sampel Purposive “ artinya di tetapkan berdasarkan kriteria sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun kriteria sampel sebagai brikut: a. Santri Pondok Pesantren Al Huda, b. Kelas 7 & 8 c. Menetap di pondok 15 4. Metode Pengumpulan data a. Metode Angket Angket adalah cara pengumpulan data dengan mempergunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden (Sandjaya, 2006:149). Metode ini digunakan untuk mencari data tentang intensitas shalat tahajud dan juga kecerdasan emosional yang ditujukan kepada obyek yang diteliti yaitu santri. Dan menganalisis bagaimana intensitas shalat tahajud dan kecerdasan emosional santriwan santriwati Pondok Pesantren Al-Huda Susukan Kab. Semarng b. Metode Dokumentasi Dukumentasi yaitu kumpulan data mengenai sesuatu yang berupa catatan, buku, surat kabar, notulen, agenda dan sebagainya (Suharsini Arikunto, 1996:236). Metode ini digunakan meliputi sejarah singkat, letak geografis, struktur organisasi, dan sebagainya. 5. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur variabel yang diamati (Sugiyono, 2011:102). Instrumen yang akan digunakan peneliti untuk mengetahui hubungan korelasi antara 16 intensitas shalat tahajud dengan kecerdasan emosional santriwan santriwati Pondok Pesantren Susukan Kab. Semarang. Angket Intensitas Shalat Tahajud di gunakan untuk mencari variabel intensitas shalat tahajud sesuai dengan indikator keprilakuan dengan melakukan pengskoran yang ditetapkan dengan cara memberikan nilai pada jawaban sebagai berikut: a. Selalu di bobot 4 b. Sering di bobot 3 c. Kadang di bobot 2 d. Hampir tidak pernah di bobot1 N O 1 2 3 4 5 Tabel I.I Tabel Indikator Intensitas Shalat Tahajud INDIKATOR KEPRILAKUAN NO ITEM JUMLA H Selalu melaksanakan shalat tahajud 1,2 2 Melaksanakan shalat tahajud pada 3,4 2 waktu yang paling utama Jumlah rakaat banyak 5,6 2 Melaksanakan shalat witir di 7,8 2 penghujung shalat tahajud Bersemangat dalam melaksanakan 9,10 2 shalat tahajud Angket Kecerdasan Emosional digunakan untuk mencari data tentang variabel kecerdasan emosional sesuai indikator keperilakuan 17 dengan melakukan pengskoran yang ditetapkan dengan cara memberikan nilai pada jawaban sebagai berikut: a. Selalu di bobot 4 b. Sering di bobot 3 c. Kadang di bobot 2 d. Hampir tidak pernah di bobot 1 Tabel I.2 Kecerdasan Emosinal NO INDIKATOR KEPRILAKUAN 1 Mengenali emosi diri 2 Menglola emosi 3 Memotivasi diri 4 Mengenali emosi orang lain 5 Membina hubungan 6. NO ITEM 1,6,11 2,7,12 3,8,13 4,9,14 5,10,15 JUMLAH 3 3 3 3 3 Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, setelah data semuanya terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data atau mengolahnya. Adapun langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut: 1) Analisis Pendahuluan Dalam analisis pendahuluan ini, penulis mengadakan perhitungan awal dari data yang terkumpul dengan menggunakan teknik persentase dengan rumus sebagai berikut: 18 Ket : P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah responden 2). Analisi uji hipotesisi Untuk mengetahui intensitas shalat tahajud terhadap kecerdasan emosional maka dalam penelitian digunakan teknik analisis uji hipotesis dengan rumus product moment: Keterangan : rxy = Koefisien korelasi product moment (X dan Y) X = Variabel pengaruh (intensitas shalat tahajud) Y = Variabel terpengaruh (kecerdasan emosional) N = Jumlah objek yang diteliti ∑ = Sigma xy = perkalian antara X dan Y 19 Dalam analisis uji hipotesis yaitu perhitungan dari rxy atau hasil perhitungan product moment dibandingkan dengan r tabel. Jika rxy < r tabel maka hipotesis nihil/ ditolak, dan rxy > r tabel maka di terima. Dari uji analisis tersebut maka dapat diketahui apakah ada pengaruh yang signifikan atau tidak. E. Sistimatika Penulisan Dalam skripsi yang penulis susun terdiri dari 5 bab yang rinciannya sebagaiberikut: Bab I : Pendahuluan Dalam bab ini akan dibicarakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II : Kajian Pustaka Pada bab kajian pustaka ini, berbagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, khususnya berkaitan dengan variabel penelitian. Yaitu teori-teori tentang shalat tahajud, teori-teori tentang kecerdasan emosional. Bab III : Laporan Hasil Penelitian 20 Dalam bab ini, dicantumkan tentang gambaran umum lokasi dan obyek penelitian dan laporan data penelitian. Lokasi dalam penelitian ini adalah dilakukan di Pondok Pesantren Al-Huda Susukan Kab.Semarang Tahun 2014.Dengan menjadikan santri menjadi objek penelitian dalam intensitas shalat tahajud terhadap kecerdasan emosional. Bab IV : Analisis Data Pada bab analisis data akan dilakukan analisis terhadap data yang terkumpul dengan melakukan analisis pendahuluan, analisis pengolahan data, analisis uji hipotesis. Yaitu dengan mendeskripsikan hasil interview, dokumen serta angket tentang pengaruh intensitas shalat tahajud terhadap skecerdasan emosional, kemudian menganalisis hubungan antar teori dengan observasi, dokumen serta angket. Bab V : Penutup Dalam bab penutup ini berisi kesimpulan, pesan dan saran. 21 Bab II LANDASAN TEORI A. Shalat Tahajud 1. Pengertian Shalat Tahajud Menurut bahasa Arab, shalat memiliki makna do’a.Doa menurut bahasa Indonesiaartinya pemohon (harapan, pujian). Berdoaadalah memohon segala kebaikan kepada Allah pencipta alam semesta (Poerwadaminta, 1991:80). Sesuai firman-Nya dalam QS. At-Taubah: 103. Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. Sedangkan definisi shalat menurut istilah para fuqaha (ahli fikih) memiliki dua definisi, yaitu istilah secara lahir dan hakiki. Definisi shalat secara lahir adalah ucapan atau perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, dengan beberapa syarat rukunnya (Latif, 2014: 3). 22 Namun, makna dari perkataan dalam shalat bukanlah kalimat yang diucapkan dalam bahasa Indonesia, akan tetapi perkataan yang diucapkan dalam shalat adalah do’a-do’a yang sudah ditentukan dalam setiap gerakan shalat. Istilah shalat secara hakiki ialah suatu jembatan untuk berkomunikasi antara manusia dengan khalik-nya, sehingga shalat menumbuhkan perasaan tenang dan menambah kecintaan kepada Allah yang diungkapkan melalui suatu gerakan dan perkataan dalam shalat. Jadi, shalat menjadi kebutuhan batin yang harus selalu dipenuhi untuk memperoleh ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup di dunia dan akhirat (Latif, 2014:3-4). Tahajud artinya bangun dari tidur atau terbangun pada malam hari. Jadi, yang dimaksud shalat tahajud adalah shalat sunah yang dikerjakan pada waktu malam hari diantara shalat isya dan shalat subuh dan dilaksanakan setelah tidur terlebih dahulu meskipun hanya sebentar. Imam syafi’i berkata: “Shalat malam dan shalat witir baik sebelum maupun sesudah tidur di namakan tahajud. Orang yang melaksanakan shalat tahajud disebut mutahajjid (Nazzam & Aji, 2013:7). Dalil Al-Qur’an yang menganjurkan kita untuk melaksanakan shalat sunah tahajud, di antaranya sebagai berikut: 23 Artinya: Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudahmudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji (Q.S Al-Isra:79). 2. Keutamaan Shalat Tahajud Shalat tahajud (qiyamullail) memiliki keutamaan. Diantaranya sebagai berikut: a. Bagi orang yang mengerjakan shalat malam, ia akan selalu rendah hati. b. Bagi orang yang mengerjakan shalat malam, ia akan meraih dan mendapatkan tempat yang terpuji di sisi Allah swt. c. Orang yang mengerjakan shalat malam, akan menerima segala pemberian dari Allah swt. d. Allah swt, akan meninggikan dan memuliakan martabat. e. Orang yang melaksanakan shalat malam akan diampuni dan dihapus segala dosanya (Nazzam & Aji, 2013:37-40). f. Tanda ketaatan akan kelihatan di mukanya. g. Para hamba yang saleh akan dicintai oleh Allah dan dicintai semua manusia. h. Lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah. i. Akan dijadikan orang yang bijaksana, yakni diberi kemudahan dalam memahami agama (Tabroni, 2009:55). 24 j. Menyebabkan do’a terkabul k. Menjauhkan diri dari kelalaian hati l. Mendatangkan kecintaan Allah (Rif’ah, 2009:19). 3. Etika Shalat Tahajud Ada beberapa etika yang perlu diperhatikan oleh seseorang yang hendak atau sebelum mengerjakan shalat tahajud. Etika itu adalah sebagai berikut: a. Berniat dalam hati ketika hendak tidur agar bangun malam mengerjakan shalat tahajud. b. Membersihkan bekas tidur dari wajahnya, lalu kemudian bersuci dan memandang ke langit sambil berdo’a. c. Hendaknya membangunkan juga suami/istri atau sanak keluarga untuk bersama-sama mengerjakan shalat tahajud. d. Apabila masih merasa mengatuk, sebaiknya shalat tahajudnya dihentikan saja sampai rasa kantuknya hilang. e. Jangan memaksakan diri dan hendaklah shalat tahajud dikerjakan dengan semampunya (Nazzam & Aji, 2013:15-18). 4. Waktu Paling Utama untuk Shalat Tahajud Shalat malam apabila dilaksanakan sesudah tidur, maka itu disebut dengan shalat tahajud. Shalat tahajud adalah kebiasaan orang-orang saleh yang hatinya selalu berdampingan dengan Allah swt (Tabroni, 2009:86). 25 Shalat tahajud dapat dilaksanakan pada waktu setelah shalat Isya hingga Subuh (sepanjang malam). Sepanjang waktu malam itu ada saat-saat yang paling utama yaitu sepertiga malam antara pukul 01.00 sampai dengan 04.00 atau sampai masuknya waktu subuh. Ini adalah saat yang paling utama (Nazzam & Aji, 2013:37-40). 5. Rahasia Shalat Tahajud a. Rahasia Sains Ketika seseorang menggelar sajadah untuk melaksanakan shalat tahajud, maka ia seperti berada dalam kondisi layaknya orang yang sedang melakukan meditasi dan relaksi. Shalat tahajud merupakan salah satu pengobat hati. Hal ini dikarenakan shalat sunah yang dikerjakan di keheningan malam, akan mengantar seseorang yang mengerjakan menjadi lebih dekat dengan Allah swt dan hati yang dekat dengan Tuhanya adalah hati yang tenang dan damai. Hal tersebut sebagaiman dalam Firman Allah swt. Artinya: Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),. (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua 26 itu.dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan (Q.S AlMuzammil 2-4). Menurut Haeri, ketika seseorang hendak memulai shalat, ia berada dalam kondisi layaknya orang yang melakukan meditasi dan relaksasi atas kelenjar pineal. Ini akan menspritualkan intelektual seseorang disertai dengan kemampuan personal untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah swt., serta menjalin hubunganyang harmonis dengan sesamanya. Tak hanya itu, pada sat metahari terbenam, kelenjar pineal mulai bekerja dan memprosuksi hormon melatonim dalam jumlah besar dan mencapai puncaknya pada pukul 02.00 hingga 03.00 dini hari. Hormone inilah yang kemudian menghasilkan turunan asam amino trytophan dalam jumlah yang cukup besar. Tahajud menjadi sarana untuk mempertahankan melatonin dalam jumlah yang stabil. Dengan demikian, yang harus menjadi perhatian adalah bukan kuantitas tidur seseorang untuk memberikan kebugaran pada tubuh, tetapi justru kualitas tidur. Tiga jam waktu yang cukup untuk tidur (Nazzam & Aji, 2013:45-48). b. Terapi untuk Menyembuhkan Segala Penyakit Shalat tahajud bias dijadikan sebagai terapi untuk menghindari dan menyembuhkan segala penyakit yang ada dalam 27 tubuh. Sebagaimana Rasulullah saw., bersabda, “Shalat tahajud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan dan menghindari dari penyakit.” (H.R Tirmidzi). Nabi Muhammad saw., dengan tegas menyatakan bahwa terdapat hubungan erat antara ketekunan seseorang mengamalkan shalat tahajud dan peningkatan dan peningkatan kemampuan pengendalian diri berupa ketenangan. Seseorang yang sering melaksanakan shalat tahajud juga akan terhindar dari stres. Menurut Sholeh, orang stres itu biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan shalat tahajud yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respons imun yang baik, kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker (Nazzam & Aji, 2013:55). Ustad Jeffri Al-Buchori, seorang dai kondang menjelaskan shalat tahajud adalah bentuk koreografi sekaligus olahraga terindah. “Rutinitas shalat- terutama shalat tahajud- jika dilakukan dengan cara yang benar, khusyuk, dan ikhlas, maka ganjaranya berupa pahala tetapi juga segudang manfaat bagi kesehatan,”(Nazzam & Aji, 2013:56). Dilihat dari sisi medis, shalat tahajud dapat mempengaruhi kerja detak jantung dan kelenturan tulang belakang. Penelitian ini 28 dilakukan oleh Rabuthah al Alam Islam, organisasi ilmu-ilmu kedokteran Islam Amerika, asosiasi Islam kedokteran di Kuwait dan Universitas Al-Azhar (Nazzam & Aji, 2013:57). 6. Hukum Shalat Tahajud Dalam literatur fikih, shalat tahajud dikategorikan hukum sunnah muakkad. Artinya sangat dianjurkan dan ditekakankan untuk dilaksanakan. Perlu kita diketahui sejarah munculnya hukum sunnah muakkadah pada shalat tahajud. Sebagaimana diterangkan dalam kitab-kitab tafsir, diantaranya Tafsir Ath-Thabari dan Murah Labid Tafsir An-Nawawi, bahwa perkara yang pertama kali diwajibkan kepada Nabi Muhammad saw setelah menyeru manusia agar mengesakan Allah adalah perintah menjalankan shalat tahajud. Perintah ini berdasarkan firman Allah swt., “Hai orang-orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), yaitu seperduanya tau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdu itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (Q.S. AlMuzzamil:1-4) 29 Namun dirasa kewajiban tahajud itu memberatka kaum mukmin, maka setahun kemudian Allah menghapusnya dan mengantinya dengan kewajiban shalat fardhu liwa waktu yang merupakan buah dari perjalanan Isra’ dan Mi’raj Nabi saw. Sementara itu shalat tahajud diperintahkan kepada kaum mukmin sebagai sebuah perintah yang bersifat sunnah, bukan wajib (Rif’ah, 2009:26-27). B. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Intelligensi atau kecerdasan merupakan kata benda yang menerangkan kata kerja atau kata keterangan. Seseorang menujukan intelligensinya ketika ia bertindak atau berbuat dalam suatu situasi secara “intelligence/cerdas” atau “bodoh”, kecerdasani seseorang tampak dalam caranya orang tersebut berbuat atau bertindak. Kecerdasan merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa yang hanya dimiliki oleh manusia. Kecerdasan diperoleh manusia sejak lahir, dan sejak itu pula potensi kecerdasan ini mulai berfungsi mempengaruhi perkembangan individu, dan manakala sudah berkembang, maka fungsinya semakin berarti bagi manusia yaitu akan mempengaruhi kualitas penyusuaian diri dengan lingkungannya (Sabri, 1993:111). Istilah inteligensi yang padanan katanya “kecerdasan”, walaupun sepintas lalu kelihatan jelas, rupanya tidak mudah dirumuskan , karena 30 tidak semua orang atau bahkan setiap ahli menyatakan hal yang sama untuk istilah tersebut. Namun, para ahli psikologi yang mempelajari perilaku, hampir semuanya mengunakan inteligensi dalam pengertian perilaku pandai (Sobur, 2003:153-154). Dari segi etimologi, emosi berasal dari akar kata bahasa latin ‘movere’ yang berarti’ mengerakan, bergerak.’ Kemudian ditambag dengan awalan ‘e’ untuk memberi arti ‘ bergerak menjauh.’ Makna ini menyiratkan kesan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Orang yang takut akan berusaha melakukan sesuatu untuk melindungi dirinya, misal lari terbirit-birit. Seseorang ketika malu akan menutupi muka sebagai ekpresi rasa tak ingin dilihat orang. Emosi dijelaskan secara berbeda oleh psikolog yang berbeda, namun semua sepakat bahwa emosi adalah bentuk yang kompleks dari organisme, yang melibatkan perubahan fisik dari karakter yang luas dalm bernafas, denyut nadi, produksi kelenjar, dsb dan dari sudut mental adalah suatu keadaan senang atau cemas, yang di tandai adanya perasaan yang kuat, dan biasanya dorongan menuju bentuk nyata dari suatu tingkah laku. Jika emosi itu sangat kuat akan terjadi sejumlah gangguan terhadap fungsi intelektual, tingkat diasosiasi dan kecenderungan terhadap tindakan yang bersifat tidak terpuji (Hude, 2006:16). Definisi emosi itu bermacam-macam, seperti” keadaan bergejolak”, “gangguan keseimbangan” respon kuat dan tak beraturan 31 terhadap stimulus”. Ada satu hal yang sama yaitu bahwa setiap definisi tersebut keadaan emosional itu menujukan penyimpangan dari keadaan yang normal. Keadaan yang normal adalah keadaan yang tenang atau keadaan seimbang fisik dan sosial.Kecerdasan emosi adalah kemampuankemampuan yang berbeda dengan (tetapi juga melengkapi) inteligensi akademik, yakni kapasitas kognotif murni yang diukur dengan IQ (Manz, 2009:90). Meskipun keadaan yang tenang itu dianggap sebagai keadaan yang normal, namun dalam kehidupan modern keadaan emosional itu lebih mewarnai sifat seseorang. Dalam kehidupan modern, emosi itu perlu sekali difahami karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkah laku, kepribadian dan kesehatan (Dimyati, 1990:163). Menurut (Goleman 1995) kecerdasan emosional adalah kekuatan atau kemampuan mengenali perasaan-perasaan kita sendiri dan perasaanperasaan orang lain, memotivasi diri dan mengatur emosi secara baik di dalam diri kita dan hubungan kita dengan orang lain. Emosi adalah perasaan tertentu yang bergejolak dan dialami seseorang serta berpengaruh pada kehidupan manusia. Bahkan, pada beberapa budaya emosi dikaitkan dengan sifat marah seseorang (Prawira, 2012:159). Definisi kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan 32 menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa (Goleman, 1996:45). 2. Ciri-ciri kecerdasan emosional Berdaarkan pengertian kecerdasan emosional diatas, maka diketahui apa yang menjadi ciri-ciri kecerdasan emosional tersebut. Adapun ciri-ciri kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdo’a (Goleman, 1996:45). 3. Macam-macan Kecerdasan Menurut (Gardner, 2006:42-43) untuk melakukan identifikasi terhadap kecerdasan digunakan beberapa kreteria diantaranya sebagai berikut: a. Kecerdasan linguistik Kecerdasan ini banyak terlihat dalam membaca, menulis, dan mendengar. Aktivitas terletak pada bagian tertentu dalam otak. b. Kecerdasan matematik-Logis Kecerdasan yang digunakan yang digunakan untuk memecahkan problem berbentuk logika simbolis dan matematik abstrak. c. Kecerdasan spatial 33 Kecerdasan ini digunakan untuk mencari cara berpindah dari satu tempat ketempat yang lain. Belahan otak sebelah kanan merupakan sumber kecerdasan ini. Sehingga kalau terjadi kerusakan disana maka proses spatial akan terganggu. d. Kecerdasan musik Kecerdasan ini berfungsi dalam menyusun lagu, menyanyi, memainkan alat musik maupun mendengarkan musik. e. Kecerdasan kelincahan tubuh Kecerdasan ini diperlukan dalam aktivitas atletik, menari, berjala, dan semacamnya. Kendali gerak tubuh terletak pada bagian korteks gerak di otak yang sisi-sisinya mengendalikan gerakan bagian tubuh pada sisi yang berlawanan. f. Kecerdasan interpersonal Digunakan dalam berkomunikasi, saling memahami, dan berinteraksi dengan orang lain. Orang yang tinggi kecerdasan interpersonalnya adalah mereka yang meperhatikan perbedaan diantara orang lain, dan dengan cermat dapat mengamati temperamen, suasana hati, motif, dan niat mereka. g. Kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan ini sangat dibutuhkan dalam memahami diri sendiri. Merupakan kepekaan seseorang akan suasana hati dan kecapan sendiri. 34 4. Macam-macam Emosi Jumlah emosi manusia ada ratusan, bersama campuran, variasi, mutasi, dan nuasanya, akan tetapi Goleman (1997:412), mengemukakan delapan jenis emosi yaitu: a. Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, berang, tersingung, bermusuhan, tindak kekerasan dan kebencian patologis. b. Kesedihan: pedih, sedih, muram, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi berat. c. Rasa takut: cemas, takut, gugup, kawatir, waswas, waspada, tidak tenang, ngeri, fobia, dan panik. d. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa puas, kegirangan luar biasa dan mania. e. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih. f. Terkejut: terkesiap, takjub, terpana. g. Jengkel: hina, jijik, mual, benci, tidak suka, mau muntah. h. Malu: ras salah, malu, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur. Menurut Hude (2006:136-207), terdapat beberapa ayat yang mewartakan macam-macam ekspresi dari emosi: a. Ekspresi emosi senang 35 Surat Al-Muthaffifin ayat 22-24 Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga). Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil mendatang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan. Penjelasan: Pada ayat-ayat yang dikutip di atas jelas sekali ungkapan Al-Qur‟an tentang terjadinya perubahan faali dan ekspresi emosi senang pada manusia ketika mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Pada kutipan dua ayat pertama (83:22-24) dijelaskan tentang ekspresi tersebut pada perubahan raut muka yang memancarkan sinar kebahagiaan, wajah berseri-seri, tersenyum, dan gembira. Menurut Thabari (1405H:XXX, 62) kata „musfirah‟ dalam ayat tersebut berasal dari kata „asfar‟ yang berarti wajah cantik (bersinar). Cahaya subuh juga di sebut asfar ketika mulai bersinar, bahkan setiap yang bersinar dikatakan musfir.Wajah yang musfirah adalah wajah berseri-seri yang memantulkan sinar kegembiraan karena kenikmatan (Hude, 2006:139). b. Ekspresi emosi marah 36 mendapatkan sesuatu Surat An Nahl ayat 58-59 Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia memnyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkanya kedalam tanah (hidup-hidup) ?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. Penjelasan: Kedua ayat ini menjelaskan bahwa keterbangkitan emosi marah dapat mengakibatkan perubahan pada raut muka. Perubahan raut muka dalam ayat –ayat tersebut diakibatkan oleh emosi marah yang sangat (kebencian) terhadap apa yang terjadi. Kehadiran seoarang anak perempuan merupakan aib besar bagi keluarga Arab jahiliah, sehingga hal itu tidak diharapkan terjadi.Rekaman Al-Qur‟an menginformasikan bahwa ada perubahan faali yang terekspresikan pada air muka akibat 37 perasan marah saat mendapatkan kabar yang dianggap menghinakan itu. Perubahan raut muka dengan ungkapan muswaddan (hitam pekat) merupakan gambaran kedasyatan emosi marah yang dialami orang saat itu.Dalam lingua franca Indonesia, kondisi semacam itu dibahasakan dengan istilah “merah padam.” Boleh jadi ungkapan merah padam atau hitam pekat Telah mengilhami pembuat alat pemantau stres (stres check) untuk mengunakan warna-warna tersebut (Hude, 2006:165). c. Ekspresi emosi takut Surat Al Baqarah ayat 19 Atau seperti (orang-orang yang di timpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat, mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang kafir. Penjelasan: Perubahahan tingkah laku karena emosi takut biasa diekspresikan dalam raut muka yang pucat pasi, berteriak histeri (scream), loncat dan berlari, merunduk, menutup telinga, menghindar atau tindakan lain. Perubahan faali dapat terjadi berupa denyut nadi meningkat, jantung 38 berdebar-debar, pandangan mata kabur, keluar keringat dingin, dan persediaan terasa lemas. Sesunguhnya, rasa takut adalah hal yang normal dalam kehidupan, asalkan tidak berlarut-larut, terlebih menjadi phobia (fobia) (Hude, 2006:194). d. Ekspresi emosi sedih Surat At Taubah ayat 92 Dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: “aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu.” Lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan. Penjelasan : Sebagaimana telah disingung sebelumnya bahwa ekspresi yang lazim ditampakan oleh kesedihan ialah tangis.Namun, ini tidak berarti bahwa setiap tangis selalu mencerminkan kesedihan, karena tangis pada kenyataanya ada yang dimotivasi kegembiraan, keterharuan, atau bahkan kepur-puraan seperti terjadi pada kisah saudar-saudar Yusuf. 39 Ekspresi lain dari kesedihan antara lain: wajah pucat, dingin, pandangan lesu, tanpa senyum, dan tidak bergairah (Hude, 2006:180). e. Ekspresi emosi benci Surat Al Isra ayat 46 Dan kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam AL Qur‟an, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya. Penjelasan: Ekspresi emosi benci pada ayat 46 adalah berpaling, melengos, membelakangi lawan bicara lantaran kebencian yang menguasai diri mereka. Emosi kebencian dan ketidaksenangan manusia, sebagaiman tergambar dalam Al-Qur‟an, umumnya mengarah kepada kebencian terhadap kebenaran yang datang dari Allah berupa wahyu itu sendiri, keharusan untuk taat, berjihad, berinfak, dan seterusnya. Tema-tema kebencian dalam Al-Qur‟an terhitung sanat sedikit disbanding temaantinimnya, emisal kesenangan (Hude, 2006:207). 5. Beberapa Manfaat Kecerdasan Emosional 40 Perasaan marah, takut, senang, sedih, benci, cinta, antusias, bosan dan sebagainya adalah salah satu bentuk ekspresi dari emosi. Setiap orang pasti pernah mengalami emosi, namun cara mengatasi emosi pada setiap orang pastilah berbeda-beda. Berbicara tentang emosi erat kaitannya dengan kecerdasan emosional (EQ). Kecerdasan emosional (EQ) adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengenali, mengelola dan mengendalikan emosinya. Bagi orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi, emosi yang dirasakannya justru bisa dijadikan motivasi untuk mencapai kesuksesan hidup. Banyak ahli yang percaya bahwa kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi akan memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan seseorang, seperti peningkatan kualitas hidup sehingga bisa merasakan kesuksesan dan kesejahteraan dalam hidup. Selain itu kecerdasan emosional (EQ) juga memiliki banyak manfaat yang lain dalam hidup. Berikut adalah manfaat kecerdasan emosional (EQ). 1. Menghadapi stres Stres adalah tekanan yang timbul dari beban hidup yang bisa dialami oleh siapa saja. Manfaat memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi antara lain mampu mengatasi stres, menghadapi tekanan stres, dan mampu menahan emosi sehingga tidak akan terlarut dalam stres. 2. Kontrol impuls (menahan diri) Manfaat kecerdasan emosional (EQ) yang kedua adalah mampu melakukan kontrol impuls atau manahan diri. Mampu menunda 41 kesenangan sesaat untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Kemampuan mengontrol impuls menahan diri ibarat suatu seni kesabaran dan rasa sakit atau kesulitan yang ditukar hari ini dengan kesenangan yang jauh lebih besar dimasa depan. 3. Mengelola suasana hati Manfaat kecerdasan emosional (EQ) yang ketiga adalah mampu mengelola suasana hati. Mengelola suasana hati adalah kemampuan emosional yang meliputi kemampuan untuk tetap tenang dalam suasana apapun, mampu menghilangkan kecemasan yang timbul, mengatasi kesedihan, dan mampu mengatasi suasana yang menjengkelkan. 4. Motivasi diri Manfaat kecerdasan emosional (EQ) yang keempat adalah mampu memotivasi diri. Orang yang mampu memotivasi diri akan cenderung sangat produktif dan efektif dalam hal apapun. Ada begitu banyak cara untuk memotivasi diri sendiri, antara lain dengan banyak membaca buku atau artikel positif, tetap fokus pada impian Anda, mengevaluasi diri dan terus melakukan introspeksi diri. 5. Memiliki keterampilan sosial Manfaat kecerdasan emosional (EQ) yang selanjutnya adalah memiliki keterampilan sosial. Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi mampu menjalin hubungan dengan siapapun. Seseorang 42 yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) mudah untuk bergaul, menjadi pribadi yang menyenangkan dan toleransi terhadap orang lain. 6. Mampu memahami orang lain Manfaat kecerdasan emosional (EQ) yang terakhir adalah mampu memahami orang lain. Memahami dan menghormati orang lain adalah landasan dari kecerdasan emosional (EQ). Ini disebut sebagai empati. Keuntungan memahami orang lain adalah memiliki kesempatan untuk menjalin komunikasi dan hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Salah satu aspek penting dari kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan untuk memahami, mengendalikan, mengevaluasi emosi dalam diri sendiri dan orang lain. Misalnya kecerdasan emosional (EQ) pada diri sendiri dapat membantu Anda mengatur dan mengelola emosi Anda, sementara memahami emosi orang lain dapat memunculkan sifat empati terhadap situasi dan kondisi orang lain sehingga mampu menciptakan keberhasilan hubungan Anda dengan orang lain, baik hubungan probadi maupun profesional. C. Korelasi Antara Intensitas Shalat Tahajud dengan kecerdasan Emosional Shalat tahajud adalah shalat sunanah yang memiliki keutamaan (kedudukan ) yang sangat besar diantara shalat sunnah lainnya. Shalat adalah proses mencurahkan berbagai emosi yang membebani jiwa, terutama ditengah-tengah sujud. Shalat tahajud adalah yang paling utama setelah shalat fardhu. Rasulullah saw., bahkan mewajibkan bagi dirinya untuk melaksanakan shalat 43 tahajud sampai kaki beliau bengkak-bengkak. Shalat tahajud memang terasa berat bagi kebanyakan orang. Sehingga orang yang menyempatkan waktu malamnya dengan tahajud adalah orang yang mempunya kadar keikhlasan lebih dan ia tidak menjadi orang yang malas. Aktivitas shalat tahajud maupun ibadah yang meliputi unsur fisik, batin dan spiritual. Ibadah fisik dalam shalat tahajud melibatkan kegiatan jasmaniah dengan melakukan gerakan-gerakan shalat. Aktivitas batin artinya shalat tahajud melibatkan aktivitas mental di mana seseorang dalam situasi dan kondisi yang sunyi, sendiri. Spiritual maksudnya shalat tahajud melibatkan keyakinan akan keparasahan, serta patuh kepada Ketuhanan Yang Maha Esa. Aktivitas tersebut apabila dilakukan secara rutin akan menimbulkan efek yang positif terhadap fisik, mental dan spiritual. Akibatnya jasmani dan ruhani seseoarang akan menjadi lebih sehat. Ketika seseorang sehat jiwa dan raganya maka dia akan dapat mengatasi kendalan-kendala dan problem kehidupan sehari-hari dengan kemampuan mengendalikan diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenal emosi orang lain, memelihara hubungan dengan orang lain. Internal : a. Mengendalikan emosi diri b. Mengelola emosi c. Memotivasi diri Eksternal : 44 a. Mengenal emosi orang lain b. Memelihara hubungan dengan orang lain Shalat tahajud merupakan salah satu media yang begitu istimewa dan luar biasa yang dimiliki oleh umat Islam dalam rangka ber-taqarub kapada Allah swt. Rasulullah saw., sendiri pun tidak pernah meninggalkan shalat tahajud hingga beliau wafat. Beliau mengerjakan shalat tahajud di keheningan malam setiap hari, sampai-sampai kaki beliau bengkak. Begitulah kecintaan beliau terhadap shalat tahajud. Nabi muhammad saw., dengan tegas menyatakan bahwa terdapat hubungan erat antara rajinya seseorang dalam mengamalkan shalat tahajud dan peningkatan kemampuan pengendalian diri berupa ketenangan. Atau dengan kata lain, seseorang yang sering melaksanakan shalat tahajud akan terhindar stress (Nazzam & Aji, 2013:49-50). Shalat tahajud dibiasakan menimbulkan ketenangan jiwa/batinmenetralisisr tekanan (stress) yang dihadapi seseorang latihan mental mengendalikan emosi mengendalikan diri. Indikator kecerdasan emosional: a. Mengenali emosi diri b. Menglola emosi c. Memotivasi diri d. Mengenali emosi orang lain e. Membina hubungan 45 berlatih dalam Istilah pengendalian diri (self-control) banyak disebut dalam berbagai budaya maupun tradisi keagamaan. Menurut pandangan kaum Muslimin, selfcontrol adalah pembatasan diri (self-restraint). Menurut pandangan Kristiani adalah pengendalian dan penghapusan keinginan yang bersifat sensual (carnal desire). Menurut pandangan Hindu, self-control merupakan tindakan ( action) atas keinginan (will) yang dimiliki oleh orang-orang yang bijaksana (Gunarsa, 2004:251). Adapun pengertian pengendalian diri menurut beberapa ahli, di antaranya: a. Menurut Berk dalam (Gunarsa, 2004:251), pengendalian diri adalah kemampuan individu untuk menahan keinginan atau dorongan sesaat yang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma social. b. Menurut Messina & Messina dalam (Gunarsa, 2004:251) menyatakn bahwa pengendalian diri adalah seperangkat tingkahlaku yang berfokus pada keberhasilan mengubah dir pribadi, keberhasilan menangkal pengrusakan diri (self-destructive) perasaan mampu pada diri sendiri, perasan mandiri (autonomy) atau bebas dari pengaruh orang lain, kebebasan menetukan tujuan, kemampuan untuk memisahkan perasaan dan pikiran rasional, serta seperngkat tingkahlaku yang berfokus pada tanggung jawab atas diri pribadi. Dilihat dari istilah pengendalian diri yang disebut dalam berbagai budaya maupun tradisi keagamaan dan pengertian pengendalian diri dari 46 pendapat beberapa ahli, dapat dipahami bahwa pengendalian diri adalah suatu kemampuan yang dimiliki masing-masing individu dalam mengatur tingkah laku atau keinginan baik dari segi jasmani-rohani individu maupun sosial itu dengan seimbang. Malam memberikan kekuatan keheningan yaitu keadaan yang memberikan perasaan damai. Shalat yang dikerjakan dikeheningan malam itu, mengantarkan orang-orang yang menunaikan menjadi lebih dekat dengan Allah. Kekuatan lain yang di berikan oleh malam adalah kekuatan fokus dan introspeksi diri dan cerdas secara emosional. Fokus merupakan salah satu kunci keberhasilan, dan kesuksesan adalah bentuk dari kecerdasan emosi yang matang, sedangkan introspeksi adalah cara untuk menghisab diri sendiri, yakni menghitung dan mengkalkulasi kesalahan-kesalahan yang dimiliki diri sendiri. Semakin banyak seseorang melakukan introspeksi diri semakin terbuka hijab yang menutupi kesadaran dan kecerahan jiwanya. Kecerdasan emosional berkaitan dengan kemampuan dalam mengendalikan diri. Khususnya dalam pergaulan, mampu mengendalikan juga berarti mengola emosi. Artinya kita dapat memahami perasan orang lain, menerima sudur pandang orang lain, menghormati perbedaan dalam cara berperasaan terhadap berbagai hal.Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri dan bertahan terhadap frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak berlebih-lebihan dalam kesenangan, 47 mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati, dan berdo’a. Melaksanakan shalat tahajud menjadikan seseorang lebih tenang dan mensyukuri yang diberikan Allah kepada hambaNya, shalat tahajud juga menumbuhkan kepercayaan diri serta menjaga keseimbangan jiwa dan hal lain yang timbul saat mengahdapi suatu masalah. BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sebelum memasuki pokok permasalahan penyajian data, peneliti memandang perlu untuk menyajikan keadaan obyek peneliti secara umum, yaitu untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut tentang obyek penelitian yang peneliti maksud. Pondok Pesantren Al Huda yang dijadikan penelitian ini adalah salah satu Pondok Pesantren yang ada di Kec. Susukan Kab. Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Adapun untuk mengetahui gambaran secara jelas mengenai Pondok Pesantren Al Huda, maka dapat dilihat keterangan di bawah ini: 1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Al Huda 48 Tegalsari adalah sebuah pondok pesantren yang dirintis oleh Kiai Muhammad Rozi.Beliau adalah putra Kiai Imam Rozi perintis dan pendiri Pesantren Tempursari, Klaten.Kiai Imam Rozi merupakan salah satu pengawal setia Pangeran Diponegoro yang bergelar Singo Manjat. Kiai Imam Rozi kemudian menikahkan putranya dengan wanita salihah dari dusun Petak, desa Sidoharjo, kecamatan Susukan yang merupakan wilayah kabupaten Semarang.Pernikahan itulah yang menjadi awal mula perintisan Pondok Pesantren Al Huda Petak.Beliau mengawali rintisannya dengan pembangunan masjid pada tahun 1806 M. Masjid ini direnovasi yang kedua oleh Syaikh Abdul Djalil.Beliau merupakan pendiri dan pengasuh pertama Pondok Pesantren al Huda.Ketika diasuh oleh Syaikh Abdul Djalil pesantren tersebut mengalami kemajuan yang pesat.Terbukti banyak para santri yang mondok di pesantren ini. Ditengah tengah masyhurnya pesantren ini, beliau dipanggil oleh Sang PemilikNya. Tepatnya pada tanggal 1 Muharram 1320H/1901 M. Beliau memimpin pesantren selama 34 tahun, yaitu mulai tahun 1867sampai 1901 M. Beliau meninggalkan seorang istri dan delapan putra. Syaikh Abdul Djalil dimakamkan di kompleks Pesantren Petak tepatnya sebelah selatan Masjid Petak, dalam usia 79 tahun. Setelah beliau wafat maka digantikan oleh putranya yaitu KH. Djufri Abdul Djalil. Beliau dilahirkan pada tahun 1877 M/1296 H. Sejak kecil beliau sudah digembleng oleh sang ayah dalam berbagai hal. Mulai pengetahuan 49 dasar agama, fiqh, sampai pada tasawuf serta thariqah. Dalam keluarga syaikh Abdul Djalil, ketika itu berlaku tradisi bahwa ketika anak sudah cukup dewasa dan cukup pengetahuan agamanya, maka ia akan di baiat (menjadi pengikut thariqoh). Ditambah memang beliau sejak kecil sudah senantiasa tirakat dan senang dalam hal amalan/ajaran thariqah. Sehingga beliau menjadi mursyid thariqoh setelah Syaikh Abdul Djalil. Pengangkatan KH. Djufri sebagai Mursyid bukan semata mata karena beliau adalah putra Syaikh Abdul Djalil, melainkan karena beliau memang mampu dan terpilih. Beliau diangkat menjadi Mursyid pada usia 24 tahun.KH. Djufri memiliki 7 orang istri,salah satu diantaranya ada yang berasal dari Bani Tamim, Makkah, yaitu Ruqayyah Tamim. Anugrah lain yang diberikan oleh KH. Djufri adalah dari keturunan beliau banyak yang menjadi ulama atau kiai.Termasuk para murid beliau.Juga banyak dari anak turun atau murid yang mendirikan pesantren.Salah satunya yaitu KH.Maesur.Beliau adalah putra ketiga yang meneruskan perjuangan KH.Djufri, dalam memimpin sekaligus juga menjadi pengganti thariqah bapaknya sendiri. Setelah memimpin pondok pesantren selama kurang lebih 60 tahun KH.Djufri dipanggil oleh Yang Maha Kuasa tepatnya pada tanggal 25 Jumadil Awal 1383 H/1962 M. Beliau disemayamkan di samping makam ayah dan ibunya. Generasi ketiga pemimpin Pondok Pesantren Al Huda adalah KH.Maesur. Beliau adalah purta ketiga dari pasangan KH.Djufri dan Nyai Hj. 50 Sufinah(istri kedua). Selain sebagai pengasuh pondok pesantren, beliau juga sebagai Mursyid Naqsyabandiyah Khalidiyah, menggantikan ayahnya. Sebagai penerus ketiga, beliau memang telah dipersiapkan sejak dini.Beliau sejak kecil sudah dididik oleh ayahnya.Selain itu juga oleh para paman beliau, yaitu KH.Hawari dan KH.Hisyam. Kemudian beliau dikirim mondok ke Pondok Pesantren Jampes Kediri, dibawah asuhan Syaikh Ihsan bin Muhammad Dahlan. Setelah beberapa tahun dibawah asuhan Syaikh Ihsan, beliau pulang dan belajar kembali dibawah asuhan sang ayah, KH. Djufri.Selain sebagai Mursyid dan pengasuh Pondok Pesantren, beliau juga sebagai Mubaligh.Beliau juga aktif di organisasi NU, Persis, PPP, dan Jam‟iyyah AhliThariqah Al Mu‟tabarah AnNahdliyyah. Kealiman beliau telah diakui oeh para kiai dan teman temannya.Beliau juga seorang yang tegas bila ada orang yang melakukan kesalahan, baik dalam hal thariqah dan pengalaman agama (fiqh). Setelah memimpin Pondok Pesantren cukup lama, pada tanggal 2 Muharram 2002 beliau dipanggil keharibaan Allah dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Petak. Setelah itu digantikan oleh KH. Adib Maesur, putra tertua dari istri pertama, Nyai Hj. Sunniyati. Riwayat pendidikan beliau dimulai dari ayahanda sendiri kemudian setelah tamat sekolah tingkat pertama, beliau mondok di Pesantren Jenengan, Solo. 51 Di pesantren ini, beliau dibawah asuhan KH. Muhammad Ma‟ruf As Syadzali. Empat tahun dibawah asuhan KH.Ma‟ruf, beliau pindah ke Pesantren Gontor, namun hanya satu tahun.Karena waktu itu Gontor rusuh dan tidak ada aktifitas apapun disana.Pesantren Tebuireng Jombang di Jawa Timur menjadi persinggahan berikutnya dalam menimba ilmu.Pesantren Tebuireng pada masa itu diasuh oleh KH. Yusuf Hasyim Asy‟ari. Setelah itu beliau mengembara ke banyak kiai atau pesantren di Madura. Sebagai pelaksana kegiatan di Petak KH.Adib Maesur selaku pengasuh pesantren juga dibantu oleh KH. Maghfur (sebagai koordinator dalam pembangunan), KH. Sidqon Maesur (sebagai koordinator dalam kemasjidan), dan K. Khusnussyiar ( sebagai koordinator dalam kemadrasahan), dan K. Anhar Maesur (sebagai koordinator daam kesantrian). Sebagai penerus dibidang thariqah adalah KH.Maghfur.Beliau adalah santri dari KH. Muslih bin Abdurrahman, pengasuh Pesantren Futuhiyyah Mranggen, Semarang. Saat ini, Pondok Pesantren AlHuda Petak selain menyelenggarakan Madrasah Diniyyah, mulai tingkat tamhidi (awaliyyah) sampai tingkat Aliyah, juga menyelenggarakan program tahfidhul qur‟an. Program ini diasuh oleh Nyai Ta‟mirotul Birroh dengan dibantu oleh Gus Fathan Adib.Nyai Ta‟miratul Birroh adalah santri dari KH. Ahmad Umar, Pondok Pesantren Al Muayyad Mangkuyudan Solo. Sedangkan Gus Fathan Adib adalah santri dari KH. Mufid Mas‟ud, Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Sleman Jogjakarta. 52 2. Letak Geografis Pondok Pesantren Al Huda adalah sebuah pondok pesantren yang beralamat di dusun petak, kecamatan Susukan kabupaten Semarang Jawa Tengah.Ia terletak di 25 kilometer sebelah selatan timur Salatiga. Susukan merupakan daerah agraris dan memiliki tanah yang sangat subur. Petak Susukan merupakan daerah yang paling timur di Kabupaten Semarang.Sebelah Kabupaten timur berbatasan Boyolali.Sebelah utara dengan Kecamatan berbatasan dengan Karanggede, Kecamatan Suruh.Sebelah selatan Kecamatan Tengaran. 3. Visi dan Misi Visi : “ Melahirkan kader yang santri berwawasan Islam dan membentuk karakter santri yang akhlakul karimah”. Misi : a) Menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT b) Pemeliharaan dan pengembangan tradisi Islam”. c) Menciptakan pribadi santri yang selalu mentaati peraturan baik di rumah, pondok, sekolah, dan masyarakat dalam agama, berbangsa dan bernegara. 4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al Huda Adapun Struktur Organisasi Pondok Pesantren yang tersusun pada tahun ajaran 2014/2015 sebagai berikut: Pengasuh Pondok : Drs. KH. Adib Maesur 53 5. Penasehat : KH. Magfur Ketua : Siti Nur Hidayah Sekretaris : Tutik Kustari Bendahara : Nur Hasanah Sie Pendidikan : Fuadatul Azizah Sie Perlengkapan : Sakinah Sie Keamanan : Eko Puji Winarsih Sie Kebersihan : Mu‟alimatun Kurikulum dan Materi Pondok Pesantren Al Huda Pelaksanaan pendidikan akan berhasil apabila metode yang diterapkan efektif dan terarah dengan baik. Untuk itu pelaksanaan pendidikan di Pondok Pesantren Al Huda memakai metode sebagai beriku: a. Metode Sorogan Metode sorogan merupakan kegiatan pembelajaran bagi para santri yang lebih menitik beratkan pada pengembanga kemampuan perseorangan, dibawah bimbingan seorang kyai atau ustad (Faisal, 2014:85).Di Pesantren Al Hudametode ini dipakai ketika mengaji al Qur‟an, para santri secara bergilir satu persatu untuk mengaji alQur‟an dan disimak oleh Ustadznya. b. Metode Bandongan Metode bandongan disebut juga dengan metode wetonan. Metode bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz terhadap sekelompok santri untuk mendengarkan dan menyimak apa yang dibacanya dari sebuah 54 kitab (Faisal, 2014:85). Di Pondok Pesantren Al Huda metode ini digunakan ketika mengaji kitab kuning, Kyai atau Nyai duduk di depan untuk membacakan dan menjelaskan isi dari kitab yang dipelajari, sedangkan para santri duduk di depan beliau untuk menyimak, mendengarkan sambil ngesahi. c. Metode Hafalan Metode hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan seorang kyai atau ustadz. Pada pesantren Al Huda metode ini biasanya digunakan ketika belajar tajwid, hadits dan nahwu Santri diharuskan untuk menghafal, setelah hafal kemudian dihafalkan di hadapan para santri dan kyai atau ustadz. a. Kelas I/ Takhasussiyah Takhasussiyah adalah madrasah/jenjangpendidikan yang paling dasar dipesantren Al Huda.Yang mengikuti kelas takhasussiyah ini, santri yang masih bersekolah pada tingkat Madrasah Tsanawiyah. Pelajaran yang diberikan antara lain: 1) Nahwu 2) shorof 3) hadits 55 4) fiqh 5) akhlak 6) tauhid 7) Tafsir 8) Tajwid 9) Bahasa Arab b. Kelas II/ Tsanawiyah Pada tingkat tsanawiyah, materi yang diajarkan sama dengan pada tingkat takhasussiyah, hanya saja tingkatannya lebih tinggi. c. Kelas III/ Aliyah Pada tingkat aliyah, materi yang diajarkan juga sama dengan pada tingkat takhasussiyah dan tsanawiyah, tetapi materi yang disampaikan tentu saja tingkatannya lebih tinggi dan materinya lebih banyak, karena pada tingkatan ini yang mengikuti hanya santri yang menuntut ilmu di pesantren 6. Tata Tertib Santri Pondok Pesantren Al Huda a. Kewajiban Santri, antara lain: 1) Para santri wajib taat kepada pengasuh, ustadz dan pengurus. 2) Para santri wajib belajar. 3) Para santri wajib mengikuti kegiatan pesantren/madrasah tanpa kecuali. 4) Para santri wajib mengikuti shalat berjamaah beserta wirinya. 56 5) Para santri wajib membayar iuran yang telah ditetapkan oleh pengurus. 6) Para santri wajib membersihkan lingkungan pesantren dan masjid. 7) Para santri wajib berbusana muslim bila keluar dari pesantren. 8) Para santri saling hormat menghormati satu sama lain dan menerima nasehat dari sesama. b. Larangan santri, antara lain: 1) Para santri dilarang mencuri, bertengkar dan bergaul bebas dengan lawan jenis. 2) Para santri dilarang merusak/mengunakan barang inventaris pondok berupa apa saja. 3) Para santri dilarang memakai barang orang lain tanpa seizinya (ghososb). 4) Para santri dilarang keluar pondok tanpa seizing pengurus 5) Para santri dilarang menemui keluarganya tanpa pengawal pengurus. 6) Para santri dilarang merokok 7) Para santri dilarang menjemur pakaian di teras-teras komplek 8) Para santri dilarang mandi, mencuci di tempat wudhu. 7. Ustadz/ Pengajar 57 Adapun tenaga pendidik (ustadz) Pondok Pesantren Al Huda terdiri dari lulusan pesantren.Adapun nama-nama pengajar Al Falah dapat dilihat pada lampiran. 8. Sarana dan Fasilitas Pondok Pesantren Pondok Pesantren Al Huda termasuk pondok yang sudah cukup tua umurnya.Dengan sarana dan prasarana yang bisa dikatakan terbatas dan seadanya, namun para santri maupun ustadz/ustadzah tidak merasa kekurangan dan tetap melaksanakan pendidikan dan pengajaran sebagai suatu keharusan dan misi utama pesantren. Adapun sarana dan prasarana pondok pesantren Al Huda antara lain: a. Empat belas kamar untuk para santri b. Masjid c. Kantor Pusat d. Aula e. Ruang Kelas f. Ruang Tamu g. Mading B. Laporan Data Penelitian 1. Data Responden Daftar nama responden yang peneliti ambil sebagai obyek penelitian adalah 50 santri dari 250 santri yang terdiri dari 16 santri putra dan 34 santri 58 putri adapun jumlah santri putra adalah 115 dan santri putri adalah 135. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 3.1 di bawah ini: Tabel 3.1 Daftar Nama Responden. No Nama Responden Kelas Formal Jenis kelamin 1 Karim VIII MTs N Laki-laki 2 Risfai VIII MTs N Laki-laki 3 Alfi T VIII MTs N Laki-laki 4 Rokhim VIII MTs N Laki-laki 5 Ibnu VIII MTs N Laki-laki 6 Reza VIII MTs N Laki-laki 7 Umar VIII MTs N Laki-laki 8 M. F VII MTs N Laki-laki 9 Khafid VII MTs N Laki-laki 10 Nazil VII MTs N Laki-laki 11 Makmun VIII MTs N Laki-laki 12 Aldi VII MTs N Laki-laki 13 Wildan VII MTs N Laki-laki 14 Tovan VII MTs N Laki-laki 15 Nalqi VII MTs N Laki-laki 16 Nadhif VIII MTs N Laki-laki 59 17 Jannah VII MTs N Perempuan 18 Nurul VIII MTs N Perempuan 19 A.Q.Q VII MTs N Perempuan 20 Sayidatul VII MTs N Perempuan 21 Rohmah VIII MTs N Perempuan 22 Ummi VII MTs N Perempuan 23 Putri VIII MTs N Perempuan 24 Aila VIII MTs N Perempuan 25 Mela VII MTs N Perempuan 26 Maulida VIII MTs N Perempuan 27 Ola VII MTs N Perempuan 28 Fairuza VII MTs N Perempuan 29 Kamila VII MTs N Perempuan 30 Anisa VIII MTs N Perempuan 31 Mifdah VIII MTs N Perempuan 32 Asih VIII MTs N Perempuan 33 Nurila VII MTs N Perempuan 34 Evi VII MTs N Perempuan 35 Hidayah VII MTs N Perempuan 36 Qistiyah VII MTs N Perempuan 37 C.N. A VIII MTs N Perempuan 60 2. 38 M. K. R VIII MTs N Perempuan 39 Kunainah VII MTs N Perempuan 40 A. Y VIII MTs N Perempuan 41 Niswa VII MTs N Perempuan 42 Dina VIII MTs N Perempuan 43 P.P VII MTs N Perempuan 44 Umma VIII MTs N Perempuan 45 Anggun VII MTs N Perempuan 46 Anisatul VIII MTs N Perempuan 47 Nurul K VII MTs N Perempuan 48 Devi VIII MTs N Perempuan 49 Recca VII MTs N Perempuan 50 Erma VII MTs N Perempuan Data Hasil Angket Tentang Intensitas Shalat Tahajud Hasil dari penyebaran angket tentang Intensitas Shalat Tahajud Santriwan Santriwati di Pondok Pesantren Susukan Kab.Semarang Tahun 2015. Maka dapat dilihat dari tabel 3.2 sebagai berikut : No Item Soal Nama Responden 1 2 3 Karim Risfai Alfi T Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 3 3 3 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 3 1 3 2 2 3 3 2 1 1 1 1 61 1 0 2 3 2 1 1 2 1 3 1 2 2 3 1 1 3 2 3 1 1 4 3 2 2 30 30 27 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Rokhim Ibnu Reza Umar M. F Khafid Nazil Makmun Aldi Wildan Tovan Nalqi Nadhif Jannah Nurul A.Q.Q Sayidatul Rohmah Ummi Putri Aila Mela Maulida Ola Fairuza Kamila Anisa Mifdah Asih Nurila Evi Hidayah Qistiyah C.N. A M. K. R Kunainah A. Y 3 2 2 2 3 3 2 3 4 3 3 3 3 2 4 3 1 2 4 2 2 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 4 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 4 4 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 4 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 62 3 2 2 3 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 2 3 3 1 1 1 2 3 2 3 2 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 4 3 1 2 1 3 2 2 1 1 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 1 3 2 2 2 1 3 3 2 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 1 3 1 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 3 1 2 3 3 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 3 2 1 2 2 2 1 1 3 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 4 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 3 3 3 2 1 1 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 3 3 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 4 30 27 28 34 28 26 29 28 27 25 29 28 25 27 26 28 25 27 27 29 28 37 40 31 26 28 29 26 27 28 25 27 28 30 32 32 36 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 3. Niswa Dina P.P Umma Anggun Anisatul Nurul K Devi Recca Erma 2 2 4 4 3 3 4 2 2 4 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 4 4 3 2 2 2 3 3 4 1 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 3 3 2 3 2 1 3 2 2 2 3 2 2 2 4 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 1 3 3 2 3 2 2 2 2 2 4 4 4 4 3 2 4 3 3 2 2 2 2 2 1 2 3 3 3 3 4 4 3 2 2 4 3 3 37 33 39 38 36 35 35 30 39 32 Data Hasil Angket Kecerdasan Emosional Hasil dari penyebaran angket Kecerdasan Emosional Santriwan Santriwati di Pondok Pesantren Susukan Kab. Semarang Tahun 2015. Maka dapat dilihat dari tabel 3.3 sebagai berikut : No Nama Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Karim Risfai Alfi T Rokhim Ibnu Reza Umar M. F Khafid Nazil Makmun Aldi Wildan Tovan No Item 4 3 3 3 4 3 4 4 2 4 3 4 4 3 1 1 1 1 3 1 1 1 3 2 1 1 1 2 4 4 4 2 1 2 4 3 3 2 1 3 4 4 4 2 1 2 3 2 2 3 4 2 3 1 2 3 1 2 1 1 1 1 1 3 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 3 3 1 63 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 3 1 4 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 3 2 2 1 1 Jumlah 1 1 1 3 3 1 1 2 1 3 2 3 2 1 1 1 3 2 3 2 3 1 2 2 3 1 2 1 1 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 3 1 2 1 3 2 2 1 2 2 3 1 4 3 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 2 1 1 29 26 27 26 28 26 25 31 30 30 28 28 29 25 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Nalqi Nadhif Jannah Nurul A.Q.Q Sayidatul Rohmah Ummi Putri Aila Mela Maulida Ola Fairuza Kamila Anisa Mifdah Asih Nurila Evi Hidayah Qistiyah C.N. A M. K. R Kunainah A. Y Niswa Dina P.P Umma Anggun Anisatul Nurul K Devi Recca Erma 2 4 3 4 3 4 2 4 4 2 2 2 2 2 4 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 2 4 2 3 1 1 2 3 4 3 3 3 2 3 4 4 4 4 3 3 4 2 2 2 3 2 3 4 2 4 4 2 3 2 3 3 4 3 4 4 4 3 4 1 1 2 3 2 4 2 2 3 2 4 2 3 1 2 2 2 2 2 4 2 2 4 4 3 2 3 1 2 2 2 1 2 4 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 64 1 1 2 2 2 2 1 2 2 3 3 1 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 4 2 3 3 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 3 1 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 3 2 3 2 1 2 1 1 2 2 2 2 3 3 3 2 1 1 3 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 3 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 4 2 2 2 3 2 2 2 2 1 3 1 1 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 4 2 4 1 2 4 2 4 1 2 2 2 2 3 2 4 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 4 4 2 4 4 4 2 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 2 1 2 3 2 4 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 4 2 2 2 4 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 1 4 2 3 28 30 27 30 28 28 22 30 34 32 33 25 24 30 37 26 35 24 30 30 28 28 32 39 32 30 32 31 33 35 32 33 40 34 33 34 BAB IV ANALISIS DATA Setelah data terkumpul dilakukan analisa data untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Untuk mengetahui pengaruh intensitas shalat tahajud (variable X) dan kecerdasan emosional (variable terpengaruh Y) di Pondok PesantrenAl Huda Susukan Kab. SemarangTahun 2015 yaitu menggunakan rumus product moment. Yaitu sebagai berikut : 𝐫𝐱𝐲 = 𝐗𝐘 − 𝐗𝟐 − 𝐗 𝟐 𝐍 𝐗 𝐘 𝐍 𝐘𝟐 − 𝒀 𝟐 𝑵 Keterangan : rxy = Koefisien korelasi product moment (X dan Y) 65 X = Variabel pengaruh (Shalat Malam) Y = Variabel terpengaruh (Sikap Optimisme) N = Jumlah objek yang diteliti ∑ = Sigma xy = Perkalian antara X dan Y Berdasarkan rumus di atas, maka dilakukan dengan langkah-langkah yaitu: A. Analisis Pendahuluan 1. Analisis Data Tingkat Intensitas Malaksanakan Shalat Tahajud Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat intensitas shalat tahajud.Penulis menggunakan angket sebagai bahan untuk mendapatkan data yang terdiri dari 14 item pertanyaan. Masing-masing pertanyaan memiliki 4 alternatif pilihan jawaban dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jawaban selalu dibobot 4 2. Jawaban sering dibobot 3 3. Jawaban kadang dibobot 2 4. Jawaban hampir tidak pernah dibobot 1 Selanjutnya, analisis ini digunakan untuk mencari nominasi yang didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh dari hasil angket para santriwan 66 santriwati Pondok Pesantren Al Huda Tahun ankatan2014/2015.Nilai yang diperoleh kemudian diklasifikasikan untuk menentukan tingkat intensitas melaksanakan shalat tahajud santriwan santriwati. Dari paparan data jawaban dan pengskoran, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 40 dan nilai terendah 10 . Kemudian untuk mengetahui intervalnya, penulis menggunakan rumus sebagai berikut: 𝐼= 𝑋𝑡−𝑋𝑟 +1 𝑘𝑖 Keterangan: I = interval Xt = nilai tertinggi Xr = nilai terendah Ki = kelas interval Jadi, 50−10 +1 3 = 10 67 Hasil tersebut kemudian dibulatkan menjadi dan dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui berapa banyak santri yang memiliki intensitas melaksanakan shalat tahajud tinggi, sedang, dan rendah. Setelah diketahui berapa banyak intensitas shalat malam yang tinggi, sedang, rendah kemudian dipersentasekan sebagai berikut : a. Untuk intensitas Shalat Tahajud yang memperoleh nilaitinggi sebanyak17 orang. P F 100% N P 17 100% 50 P=34 % b. Untuk Intensitas Shalat Tahajud yang memperoleh nilai sedang sebanyak 33 orang. P F 100% N P 33 100% 50 = 66 % 68 c. Untuk Intensitas Shalat Tahajud yang memperoleh nilai rendah sebanyak 0 orang. P F 100% N P 0 100% 50 =0% Dari hasil persentase dari intensitas shalat tahajud yang dalam kategori baik, cukup dan kurang adalah sebagai berikut : Sebagian besar santri Pondok Pesantren Al Huda dengan subjek sebanyak 50 orang, dalam hal intensitas melaksankan shalat tahajud secara umum berada pada kategori rendah, yaitu pada interval 10-20 dengan jumlah subjek sebanyak 0 orang dengan presentase 0%. Sedangkan sisanya yaitu untuk kategori tinggi sebanyak 17 orang dengan presentase 34%. Kategori sedang sebanyak 33 orang dengan presentase 66%. Sebagaimana tertera pada tabel 4.1. No 1 2 3 Kategori Tinggi Sedang Rendah Jumlah Interval 31-40 21-30 10-20 Jml Subjek 17 33 0 50 2. Analisis Data Kecerdasan Emosional 69 Presentase 34% 66% 0% 100% Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui kecerdasan emosional.Penulis menggunakan angket sebagai bahan untuk mendapatkan data yang terdiri dari 14 item pertanyaan. Masing-masing pertanyaan memiliki 4 alternatif pilihan jawaban dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jawaban selalu dibobot 4 2. Jawaban sering dibobot 3 3. Jawaban kadang dibobot 2 4. Jawaban hampir tidak pernah dibobot 1 Selanjutnya, analisis ini digunakan untuk mencari nominasi yang didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh dari hasil angket para santriwan santriwati Pondok Pesantren Al Huda Tahun angkatan 2014/2015.Nilai yang diperoleh kemudian diklasifikasikan untuk menentukan tingkat kecerdasan emosional santri tadi. Adapun sebaran jawaban dan penskoran angket kecerdasan emosional yang diperoleh santriwan santriwati . Dari paparan data jawaban dan pengskoran, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 40 dan nilai terendah 10 . Kemudian untuk mengetahui intervalnya, penulis menggunakan rumus sebagai berikut: 𝐼= 𝑋𝑡−𝑋𝑟 +1 𝑘𝑖 Keterangan: I = interval Xt = nilai tertinggi 70 Xr = nilai terendah Ki = kelas interval Jadi, 50−10 +1 3 = 10 Hasil tersebut kemudian dibulatkan menjadi dan dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui berapa banyak santri yang memiliki intensitas melaksanakan shalat tahajud tinggi, sedang, dan rendah. Setelah diketahui berapa banyak kecerdasan emosional yang tinggi, sedang, rendah kemudian dipersentasekan sebagai berikut : a. Untuk Kecerdasan Emosional yang memperoleh nilai tinggi sebanyak 19 orang. P F 100% N P 19 100% 50 P=38 % b. UntukKecerdasan Emosional yang memper oleh nilai sedang sebanyak 31 orang. P F 100% N 71 P 31 100% 50 = 62 % c. UntukKecerdasan Emosional yang memperoleh nilai rendah sebanyak 0 orang. P F 100% N P 11 100% 50 = 0% Dari hasil persentase dari kecerdasan emosional yang dalam kategori baik, cukup dan kurang adalah sebagai berikut : Sebagian besar santri Pondok Pesantren Al Huda dengan subjek sebanyak 50 orang, dalam hal kecerdasan emosional secara umum berada pada kategori rendah, yaitu pada interval 10-20 dengan jumlah subjek sebanyak 0 orang dengan presentase 0%. Sedangkan sisanya yaitu untuk 72 kategori tinggi sebanyak 19 orang dengan presentase 38%. Kategori sedang sebanyak 31 orang dengan presentase 62%. Sebagaimana tertera pada tabel 4.2. No Kategori Interval Frekuensi Persentase 1 Tinggi 31-40 19 38% 2 Sedang 21-30 31 62% 3 Rendah 10-20 0 0% 50 100% Jumlah B. Analisis Pengolaan Data Analisis pengolahan data ini untuk data yang terkumpul dari nilai variabel intensitas shalat Tahajud dan kecerdasan emosional, untuk mencari korelasi dengan menggunakan rumus product moment.Hasil perhitungan menghasilkan nilai korelasi r yang menunjukkan kuat lemahnya hubungan antar variabel. Nilai koefisien korelasi (r) hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan r tabel. Nilai r tabel untuk sampel 50 dengan taraf signifikansi 5% yaitu 0,279.Jika r hitung > r tabel maka ada hubungan yang positif antara varibel x dan y. Jika r hitung = 0, maka tidak ada hubungan sama sekali antara variabel x dan y. Jika r hitung < r tabel maka terdapat hubungan negatif antara variabel x dan y. Sedangkan perhitungan dilakukan dengan rumus sebagai berikut : 73 𝒙𝒚 − rxy = 𝒙𝟐 − ( 𝒙)𝟐 𝑵 𝒙 𝒚 𝑵 𝒚𝟐 − ( 𝒚)𝟐 𝑵 Keterangan: rxy : Nilai koefisien korelasi antara x dan y xy : Produk dari x dan y x : Nilai variabel 1 y : Nilai variabel 2 N : Banyaknya subjek pemilik nilai ∑ : Sigma Analisis ini untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara nilai dari intensitas shalat tahajud dan kecerdasan emosional. Nilai dari kedua variabel tersebut selanjutnya untuk variabel intensitas shalat tahajud diberi nama variabel X (variabel pengaruh) dankecerdasan emosional diberi nama variabel Y (variable terpengaruh). Selanjutnya kedua variabel tersebut di distribusikan kedalam koefisiensi dan perkalian antara nilai-nilai variabel X dan nilai-nilai variabel Y, agar memudahkan dalam memasukkan ke rumus korelasi product moment. Maka sebelum melakukan perhitungan, Peneliti terlebih dahulu melakukan langkahlangkah sebagai berikut: 74 1) Membuat tabel untuk mencari hubungan antara intensitas shalat malam(X) dengan kecerdasan emosional (Y) di Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab. Semarang Tahun 2015. 2) Mencari x, y, x2, y2 dan xy dengan cara mengalikannya. 3) Memasukkan nilai x dan y yang sudah ada kedalam rumus korelasi product moment angka kasar. Hasil dari koefisien korelasi pengaruh intensitas shalat tahajud terhadap kecerdasan emosional santri Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab. Semarang Tahun 2015. Maka dapat dilihat dalam tabel 4.3 sebabagi berikut : Tabel 4.3 Koefisien Korelasi Antara Intensitas Shalat TahajudDenganKecerdasan Emosional Santriwan Santriwati Pondok Pesantren Al HudaSusukan Kab. Semarang Tahun 2015. Nomer Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 X Y X2 Y2 XY 30 30 27 30 27 28 34 28 26 29 28 27 25 29 26 27 26 28 26 25 31 30 30 28 28 29 900 900 729 900 729 784 1156 784 676 841 784 729 625 841 676 729 676 784 676 625 961 900 900 784 784 841 870 780 729 780 756 728 850 868 780 870 784 756 725 75 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah 29 28 25 27 26 28 25 27 27 29 28 37 40 31 26 28 29 26 27 28 25 27 28 30 32 32 36 37 33 39 38 36 35 35 30 39 32 1504 25 28 30 27 30 28 28 22 30 34 32 33 25 24 30 37 26 35 24 30 30 28 28 32 39 32 30 32 31 33 35 32 33 40 34 33 34 1497 841 784 625 729 676 784 625 729 729 841 784 1369 1600 961 676 784 841 676 729 784 625 729 784 900 1024 1024 1296 1369 1089 1521 1444 1296 1225 1225 900 1521 1024 46100 76 625 784 900 729 900 784 784 484 900 1156 1024 1089 625 576 900 1369 676 1225 576 900 900 784 784 1024 1521 1024 900 1024 961 1089 1225 1024 1089 1600 1156 1089 1156 45533 725 784 750 729 780 784 700 594 810 986 896 1221 1000 744 780 1036 754 910 648 840 750 756 784 960 1248 1024 1080 1184 1023 1287 1330 1152 1155 1400 1020 1287 1088 45275 Dari tabel di atas diketahui: ∑x : 1504 ∑y : 1497 ∑x2: 46100 ∑y2: 45533 ∑x.y: 45275 N : 50 Data-data yang telah diketahui kemudian dimasukkan dalam rumus product moment: rxy= rxy= rxy= rxy= 𝒙𝒚− 𝒙 𝒙𝟐 −( 𝒙)𝟐 /𝑵 𝒚 /𝑵 𝒚𝟐 −( 𝒚)𝟐 /𝑵 𝟒𝟓𝟐𝟕𝟓− 𝟏𝟓𝟎𝟒 𝟏𝟒𝟗𝟕 /𝟓𝟎 𝟒𝟔𝟏𝟎𝟎 −(𝟏𝟓𝟎𝟒)𝟐 /𝟓𝟎 𝟒𝟓𝟓𝟑𝟑 −(𝟏𝟒𝟗𝟕)𝟐 /𝟓𝟎 𝟒𝟓𝟐𝟕𝟓−𝟐𝟐𝟓𝟏𝟒𝟖𝟖/𝟓𝟎 𝟒𝟔𝟏𝟎𝟎 −𝟐𝟐𝟔𝟐𝟎𝟏𝟔/𝟓𝟎 𝟒𝟓𝟓𝟑𝟑 −𝟐𝟐𝟒𝟏𝟎𝟎𝟗/𝟓𝟎 𝟒𝟓𝟐𝟕𝟓−𝟒𝟓𝟎𝟐𝟗,𝟕𝟔 𝟒𝟔𝟏𝟎𝟎−𝟒𝟓𝟐𝟒𝟎,𝟑𝟐 𝟒𝟓𝟓𝟑𝟑−𝟒𝟒𝟖𝟐𝟎,𝟏𝟖 77 rxy= rxy= rxy= 𝟐𝟒𝟓,𝟐𝟒 𝟖𝟓𝟗,𝟔𝟖 𝟕𝟏𝟐,𝟖𝟐 𝟐𝟒𝟓,𝟐𝟒 𝟔𝟏𝟐𝟕𝟗𝟕,𝟎𝟗𝟖 𝟐𝟒𝟓,𝟐𝟒 𝟕𝟖𝟐,𝟖𝟏 rxy=0,31 Interpretasi dari tabel di atas adalah bahwa nilai yang diambil dengan N (jumlah responden) 50 pada taraf signifikansi 5% adalah 0,279. Hasil hitung koefisien korelasi antara variabel X (Intensitas Shalat Tahajud) dan variabel Y (Kecerdasan Emosional) adalah 0,31. Hasil yang diperoleh adalah r hitung lebih besar dari r tabel yaitu 0,31 > 0,279 pada taraf signifikansi 5%, maka hasil yang diperoleh adalah signifikan. Artinya, hipotesis yang diajukan oleh penulis dapat diterima, yaitu “ada hubungan positif antara intensitas melaksanakan shalat tahajud dengan kecerdasan emosional”. C. Analisis Uji Hipotesis 78 Dari uraian berbagai analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa dengan N (jumlah responden) sebanyak 50, hasil r hitung lebih besar dari r tabel yaitu 0,31 > 0,279 pada taraf signifikansi 5%, maka hasil koefisien korelasi yang diperoleh adalah signifikan. Hasil semakin menguatkan bahwa ada hubungan yang positif antara intensitas melaksanakan shalat tahajud dengan kecerdasan emosional.Secara teoretik, masa remaja yang merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa sehingga sangat dimungkinkan terjadi gejolak atau konflik. Hal ini di karenakan transisi dari masa kanak-kanak yang penuh ketergantungan menuju masa dewasa yang matang dan mandiri (Musbikin, 2004:209). Ketaatan beribadah sebagai motivasi pada seseorang dalam mendorong untuk melakukan suatu aktivitas, perbuatan yang dilakukan dengan keyakinan itu mempunyai unsur kesucian serta ketaatan, motivasi mendorong untuk berkreasi berbuat kebajikan maupun berkorban seperti tolong menolong dan sebagainya (Jalaludin, 2000:229). Aktivitas ibadah yang meliputi unsur fisik, batin dan spiritual.Ibadah fisik dalam shalat tahajud melibatkan kegiatan jasmaniah melalui gerakan-gerakan shalat.Aktivitas batin artinya shalat tahajud melibatkan aktivitas mental dimana seseorang dalam situasi dan kondisi yang sunyi, sendiri berfokus/konsentrasi 79 penuh.Spiritual maksudnya shalat tahajud melibatkan kepatuhan, keyakinan, serta kepasrahan kepada Allah SWT. Kecerdasan emosinal merupakan berkaitan dengan kemampuan dalam mengendalikan diri, khususnya dalam pergaulan.Kemampuan mengendalikan berarti menglola emosi. Artinya seseorang yang memiliki kecerdasan emosinal dapat memahami perasaan orang lain, menerima sudut pandang orang lain dan menghormati perbedaan. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional dapat memotivasi diri, tahan terhadap frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak berlebih-lebihan dalam kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati, dan berdo‟a. Maka hal ini dapat diketahui dalam penelitian yang mengiformasikan bahwa ada hubungan positif antara intensitas shalat melaksanakan shalat tahajud dengan kecerdasan emosional. 80 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang “Korelasi Antara Intensitas Shalat Tahajud dengan Kecerdasan Emosional Santriwan Santriwati Pondok Pesantrean Al Huda Susukan Kab. Semarang Tahun 2015”, sebagaimana yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya dan sesuai dengan rumusan masalah yang tertera pada bab I, maka kami dapat menarik kesimpulan bahwa: 81 1. Intensitas shalat tahajud yaitu santriwan santriwati yang dalam kategori tinggi yaitu 17 santri dengan persentase 34 %, santri yang dalam kategori sedang yaitu 33 santri dengan persentase 66 %, kemudian santri yang dalam kategori rendah yaitu 0 santri dengan persentase 0 %. Dengan demikian intensitas shalat tahajud Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab. Semarang Tahun2015 adalah sedang. 2. Kecerdasan emosional santriwan santriwati yang dalam kategori tinggi yaitu 19 orang dengan persentase 38 %, santri yang dalam kategori sedang yaitu 31 santri dengan persentase 62 %, kemudian santri yang dalam kategori rendah yaitu 0, maka hasil persentase 0 %. Dengan demikian sikap optimisme santri di Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab. Semarang Tahun 2015 adalah sedang. 3. Dari r tabel untuk sampel 50 dengan taraf signifikan 5% yaitu 0,279. Kemudian dari hasil perhitungan diperoleh rxy hitung adalah 0,31. Jika dibanding dengan rxy hitung dengan r tabel, maka diperoleh rxy hitung > dari r tabel atau 0,31> 0,279. Artinya ada hubungan positif yang signifikan intensitas shalat tahajud dengan kecerdasan emosional santriwan santriwati Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab. Semarang Tahun 2015. Dengan demikian, hipotesis penulis ajukan dapat diterima bahwa ada korelasi yang positif intensitas shalat tahajud dengan kecerdasan emosional artinya terdapat hubungan positif yang signifikan intensitas shalat tahajuddengan kecerdasan emosional santriwan santriwati Pondok Pesantren Al Huda Susukan Kab. Semarang Tahun 2015. 82 B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan tujuan awal penulisan skripsi yang telah dipaparkan, maka berikut kami sampaikan beberapa saran, yaitu: 1. Bagi para penglola pendidikan pondok pesantren, diharapkan lebih intens lagi dalam membekali para santri untuk senantiasa taat pada ajaran agama dengan mengadakan berbagai kegiatan keagamaan baik itu di dalam pondok atau di luar pondok, secara individu atau berkelompok. Serta dapat memberikan teguran/sanksi yang tegas kepada para santri, yang masih belum peduli dengan ibadah/kegiatan keagamaan. 2. Bagi para ustadz maupun ustadzah di Pondok Pesantren Al Huda Susukan hendaknya memberi dorongan kepada santri untuk meningkatkan shalat tahajud dan membimbing, mengarahkan, serta ustadz dan ustadzah dapat dijadikan suritauladan bagi para santri. 3. Mengenali kecerdasan emosional, para santri diharapkan mampu menglola emosi, memotivasi serta membina hubungan antar sesama teman maupun dengan para ustad/ustadzah dengan baik. 83 DAFTAR PUSTAKA Dewangga, Nazzam dkk. 2013. The Miracle of Shalat Tahajud Subuh Dhuha. Jakarta: Al Maghfiroh. Bahnasi, Muhammad. 2007. Shalat sebagai terapi Psikologi. Bandung: Mizan Pustaka. Waid, Abdul. 2011. Lezatnya Qiyamul Lail. Yogyakarta: PT Suka Buku Tabroni, H Roni. 2009. Mukjizat Shalat Malam For Teens. Bandung: Mizan Pustaka. Goleman, Daniel. Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Azwar, Saifuddin. 2006. Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hude, M Darwis. 2006. Emosi Penjelajah Religio-Psikologi tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur‟an. Jakarta: Erlangga. Latif, Indriani Irma. 2014. Mukjizat Shalat Malam . Jakarta: Pustaka Makmur. Poerwadaminta.1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Prawira, A Purwa. 2012. Psikologi Pendidikan dalam Persepektif Baru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif R & D. Bandung: Alfa Beta. Sandjaya, B. 2006.Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi pustaka raya. Arikunto, Suharsini. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Mahmud, M Dimyati. 1990. Psikologi Suatu Pengantar jilid I. Yogyakarta: Anggota IKA Musbikin, Imam. 2005. Rahasia Shalat Khusyu‟. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Jalaludin. 2000. Psikologi agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cetakan ke-4. Aris, Muhamad Faisol. 2014. Pengaruh intensitas shalat malam terhadap sikap optimisme santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah KotaSalatigaTahun 2014.Skripsi ini tidak diterbitkan. Salatiga: STAIN Salatiga. LAMPIRAN CURICULUM VITAE Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Saparudin Tempat/tanggal Lahir : MUBA, 30 Agustus 1990 NIM : 121 10 003 Jurusan : Tarbiyah PAI Alamat Asal : Spc.3 Bukit jaya kec,Sungai lilin, Kab. Musi Banyuasin, Palembang Sum-Sel Jenis Kelamin : Laki-Laki Agama : Islam Warga Negara : Indonesia Nama Orang Tua a. Ayah : Supriyanto b. Ibu : Tukini Jenjang Pendidikan: 1. SDN Bukit Jaya 2002 2. MTs Sabilil Muttaqien Ciamis lulus tahun 2006 3. MA Al-Manar Nganjuk lulus tahun 2009 4. SI IAIN Salatiga lulus tahun 2015 Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya. Salatiga, 12 Februari 2015 Penulis Saparudin NIM: 121 10 002 KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id email : [email protected] INSTRUMEN PENELITIAN IdentitasResponden Nama (Inisial) : Jeniskelamin : Kelas : PetunjukMengerjakan 1. Bacalahpernyataandibawahinidenganseksama! 2. Angketiniterdiridari 2 tipeyaituangkettipe A dantipe B 3. Jawablahsetiappernyataan (angkettipe A dan B) di bawahinidenganmemberikantanda check (√) padaalternatifjawaban yang ada, keteranganpilihanalternatifjawaban: 4. Sll : Selalu Srg : Sering Kdg : Kadang HTP : HampirTidakPernahmengerjakan (melakukan) Pilihlah jawaban yang Anda anggap sesuai atau mendekati dengan diri Andasecarajujur dan apa adanya! 5. Segala jawaban yang Andaberikantidakada pengaruh terhadap hasil belajar 6. Kerahasiaanidentitasdanjawabanandadijaminolehpeneliti 7. MulailahmengerjakandenganBismillahdanakhiri dengan Alhamdulillah 2 Berilahtanda (√)padaalternatifpernyataan di bawahini! AngketTahajud No Pernyataan Alternatiif Jawaban Sll ShalatTahajud 1. Sayamenjadilebihtenangsetelahmelaksanakanshalattahajud 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Sayamelaksanakanibadahshalatmalam ( tahajud) setiapharibaik di Pesantrenmaupunketikaliburan di rumah Sayaberusahamemperbaikisetiapbacaandangerakanshalatsaya agar bisalebihkhusyu Sayamerasasholatituibadah yang ringanatauentenguntukdilakukan. Sayamelaksanakanshalattahajudpadasepertigamalamterakhirant arapukul 01.00-04.00 Ketika liburan di rumah, Sayatetapmelaksanakanshalattahajud Begitupunjugaketikabulan-bulanbiasaselainbulanramadhan, sayamengerjakanshalatmalamsepertishalattahajud Jikasayamemperolehsuatumasalah yang sangatberat, sayamelaksanakanshalattahajudpadasepertiga malam antarapukul 01.00-04.00 Saatmengerjakanshalatmalamsepertishalattahajud, sayaminimalmengerjakan4rekaat Meskipunpadasaatdalamkeadaansangatlelahsetelahberaktivitass eharian, sayamelaksanakanshalattahajud Padasaatbulanramadhansayamengerjakanshalatmalamsepertisha lattahajud Sayamerasamemperolehkemanfaatdarimenjalankanshalattahaju d Sayaselalumelaksanakankegiatanberdzikirdanberdo‟asehabissh alattahajud Sayasangatkecewa, jikaterlambatbangunmalamuntukmelaksanakanshalattahajud 3 Srng Kdg HTP Angket Kecerdasan Emosional NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Pernyataan AlternatiifJawaban Sll Srg Kdg HTP Saat di kecewakanteman, sayaberusahamenyemangatidirisendiri Sayapercayadengancita-citaSaya,meski orang lain tidakmemahaminya. Sayadapatmengenaliemosi orang laindenganmelihatekspresiwajahnya. Sayamenyadarikekurangansaya di pondokdanberusahamengimbanginyadenganbelajarlebihgiat. Sayabisamenahanmarahpadatemansayawalaupundiamenyakitisaya Sayamenjaditumpuan di antarateman – temanuntukdiajak “ngobrol” ataubercerita Meskipunsayadihinatemen, sayatetapberusahaberbuatbaikkepadanya Ketikasayamelakukankesalahan, sayaberusahauntukmemperbaikinya. Meskipunsayasulitbergaul, tetapisayaterusberusahabersikapramahpadateman. Walaupunsayakurangberprestasi di sekolah, tetapisayaterusberusahabelajardengangiat. Ketikasayamempunyaiuanglebih di pondok, sayaakanmemberikansedikituangitupadateman yang membutuhkan Sayabisamengertikondisiekonomikeluarga yang sedangmenjalanikesulitansehinggasayatidakmeminta orang tuamembelikanbarang yang sayainginkan Sayabisamembacaperasan orang tua saatsedangsedihataubahagia Sayabisamemahamiparasaansayasendirisaatsedihataubahagia 4 Tabel 3.1 Daftar Nama Responden No Nama Responden Kelas Formal Jenis kelamin 1 Karim VIII MTs N Laki-laki 2 Risfai VIII MTs N Laki-laki 3 Alfi T VIII MTs N Laki-laki 4 Rokhim VIII MTs N Laki-laki 5 Ibnu VIII MTs N Laki-laki 6 Reza VIII MTs N Laki-laki 7 Umar VIII MTs N Laki-laki 8 M. F VII MTs N Laki-laki 9 Khafid VII MTs N Laki-laki 10 Nazil VII MTs N Laki-laki 11 Makmun VIII MTs N Laki-laki 12 Aldi VII MTs N Laki-laki 13 Wildan VII MTs N Laki-laki 14 Tovan VII MTs N Laki-laki 15 Nalqi VII MTs N Laki-laki 16 Nadhif VIII MTs N Laki-laki 17 Jannah VII MTs N Perempuan 5 18 Nurul VIII MTs N Perempuan 19 A.Q.Q VII MTs N Perempuan 20 Sayidatul VII MTs N Perempuan 21 Rohmah VIII MTs N Perempuan 22 Ummi VII MTs N Perempuan 23 Putri VIII MTs N Perempuan 24 Aila VIII MTs N Perempuan 25 Mela VII MTs N Perempuan 26 Maulida VIII MTs N Perempuan 27 Ola VII MTs N Perempuan 28 Fairuza VII MTs N Perempuan 29 Kamila VII MTs N Perempuan 30 Anisa VIII MTs N Perempuan 31 Mifdah VIII MTs N Perempuan 32 Asih VIII MTs N Perempuan 33 Nurila VII MTs N Perempuan 34 Evi VII MTs N Perempuan 35 Hidayah VII MTs N Perempuan 36 Qistiyah VII MTs N Perempuan 37 C.N. A VIII MTs N Perempuan 38 M. K. R VIII MTs N Perempuan 6 39 Kunainah VII MTs N Perempuan 40 A. Y VIII MTs N Perempuan 41 Niswa VII MTs N Perempuan 42 Dina VIII MTs N Perempuan 43 P.P VII MTs N Perempuan 44 Umma VIII MTs N Perempuan 45 Anggun VII MTs N Perempuan 46 Anisatul VIII MTs N Perempuan 47 Nurul K VII MTs N Perempuan 48 Devi VIII MTs N Perempuan 49 Recca VII MTs N Perempuan 50 Erma VII MTs N Perempuan Tabel 3.2 Instrumen Angket Intensitas Shalat Tahajud No Item Soal Nama Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Karim Risfai Alfi T Rokhim Ibnu Reza Umar M. F Khafid Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 4 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 1 3 1 3 3 2 2 3 2 1 2 2 3 3 1 1 1 2 3 3 2 1 2 1 4 3 1 2 1 1 1 3 3 3 1 3 2 2 3 2 1 3 1 3 2 2 2 1 3 2 3 2 3 2 2 2 3 1 2 1 2 1 2 2 2 3 1 1 2 2 2 1 1 3 2 2 2 1 1 3 2 2 7 30 30 27 30 27 28 34 28 26 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 Nazil Makmun Aldi Wildan Tovan Nalqi Nadhif Jannah Nurul A.Q.Q Sayidatul Rohmah Ummi Putri Aila Mela Maulida Ola Fairuza Kamila Anisa Mifdah Asih Nurila Evi Hidayah Qistiyah C.N. A M. K. R Kunainah A. Y Niswa Dina P.P Umma Anggun Anisatul 2 3 4 3 3 3 3 2 4 3 1 2 4 2 2 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 2 2 2 4 4 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 4 4 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 4 4 2 2 2 1 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 4 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 1 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 8 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 1 3 2 2 1 1 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 1 3 3 2 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 3 1 2 3 3 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 3 2 2 2 4 4 4 4 3 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 4 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 3 3 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 4 3 3 4 4 3 2 29 28 27 25 29 28 25 27 26 28 25 27 27 29 28 37 40 31 26 28 29 26 27 28 25 27 28 30 32 32 36 37 33 39 38 36 35 47 48 49 50 4 2 2 4 Nurul K Devi Recca Erma 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 1 3 2 4 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 4 3 1 2 3 3 2 4 3 3 35 30 39 32 Tabel 3.3 Instrumen Angket Kecerdasan Emosional No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Nama Responden Karim Risfai Alfi T Rokhim Ibnu Reza Umar M. F Khafid Nazil Makmun Aldi Wildan Tovan Nalqi Nadhif Jannah Nurul A.Q.Q Sayidatul Rohmah Ummi Putri Aila Mela No Item 1 4 3 3 3 4 3 4 4 2 4 3 4 4 3 2 4 3 4 3 4 2 4 4 2 2 2 1 1 1 1 3 1 1 1 3 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 3 4 4 4 2 1 2 4 3 3 2 1 3 4 4 2 3 4 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 2 1 2 3 2 2 3 4 2 3 1 2 3 4 1 1 2 3 2 4 2 2 3 2 5 1 2 1 1 1 1 1 3 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 6 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 3 3 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 9 7 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 3 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 3 3 8 4 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 3 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 9 1 1 1 1 2 2 1 2 2 3 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 Jumlah 10 11 12 1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 2 2 3 3 2 1 2 2 1 3 2 2 1 2 1 2 2 3 2 2 2 3 3 3 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 4 1 1 2 2 3 4 1 1 1 3 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 4 14 2 3 1 2 1 3 2 2 1 2 2 3 1 4 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 14 3 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 3 29 26 27 26 28 26 25 31 30 30 28 28 29 25 28 30 27 30 28 28 22 30 34 32 33 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Maulida Ola Fairuza Kamila Anisa Mifdah Asih Nurila Evi Hidayah Qistiyah C.N. A M. K. R Kunainah A. Y Niswa Dina P.P Umma Anggun Anisatul Nurul K Devi Recca Erma 2 2 2 4 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 2 4 2 3 1 1 4 3 3 4 2 2 2 3 2 3 4 2 4 4 2 3 2 3 3 4 3 4 4 4 3 4 2 3 1 2 2 2 2 2 4 2 2 4 4 3 2 3 1 2 2 2 1 2 4 3 1 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 4 2 3 3 1 1 2 2 2 3 1 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 1 1 2 3 2 3 2 1 2 1 1 2 2 2 2 3 3 3 2 1 1 3 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 4 2 2 2 3 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 4 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 4 4 2 4 4 4 2 2 1 2 3 2 4 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 4 2 2 2 4 2 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 1 4 2 3 Tabel 4.3 Koefisien Korelasi Antara Intensitas Shalat TahajudDenganKecerdasan Emosional Santriwan Santriwati Pondok Pesantren Al HudaSusukan Kab. Semarang Tahun 2015. Nomer Responden 1 2 3 4 5 X Y X2 Y2 xy 30 30 27 30 27 29 26 27 26 28 900 900 729 900 729 841 676 729 676 784 870 780 729 780 756 10 25 24 30 37 26 35 24 30 30 28 28 32 39 32 30 32 31 33 35 32 33 40 34 33 34 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 28 34 28 26 29 28 27 25 29 28 25 27 26 28 25 27 27 29 28 37 40 31 26 28 29 26 27 28 25 27 28 30 32 32 36 37 33 39 38 36 35 26 25 31 30 30 28 28 29 25 28 30 27 30 28 28 22 30 34 32 33 25 24 30 37 26 35 24 30 30 28 28 32 39 32 30 32 31 33 35 32 33 784 1156 784 676 841 784 729 625 841 784 625 729 676 784 625 729 729 841 784 1369 1600 961 676 784 841 676 729 784 625 729 784 900 1024 1024 1296 1369 1089 1521 1444 1296 1225 11 676 625 961 900 900 784 784 841 625 784 900 729 900 784 784 484 900 1156 1024 1089 625 576 900 1369 676 1225 576 900 900 784 784 1024 1521 1024 900 1024 961 1089 1225 1024 1089 728 850 868 780 870 784 756 725 725 784 750 729 780 784 700 594 810 986 896 1221 1000 744 780 1036 754 910 648 840 750 756 784 960 1248 1024 1080 1184 1023 1287 1330 1152 1155 47 48 49 50 Jumlah 35 30 39 32 1504 40 34 33 34 1497 1225 900 1521 1024 46100 1600 1156 1089 1156 45533 1400 1020 1287 1088 45275 Tabel. 4.3 Daftar Nama Pengajar Pondok Pesantren Al Huda Tahun 2015 No Nama Tingkat Kelas 1 KH. Drs. Adib Maesur Aliyah I,II,III 2 KH. Ta‟yidul Birri Tsanawiyah II 3 K. Khusnu Syi‟ar Tsanawiyah I,II,III 4 KH. Magfur Samardi Aliyah I,II,III 5 K. Anhar Maesur Aliyah I,II,III 6 KH. Sidqon Maesur LC. MA Aliyah I,II,III 7 KH. Taftazani Tsanawiyah I,II,III 8 K. Muh Ma‟ruf Tsanawiyah I,II,III 9 Ny. Qirotun Azizah Tsanawiyah I,II,III 10 Ahmad Hasan Mafatuh Aliyah I,II,III 11 K. Fathan Budiman Aliyah I,II,III 12 Abdul Mu‟til Hakim Tsanawiyah I,II,III 13 M. Mushofa Wildan Takhosusiyah I,II 14 H. Najiyurrohman Tsanawiyah I,II,III 15 Latif Muhsin Takhosusiyah I,II,III 16 M.Sulton Kurniawan Takhosusiyah I,II 17 Hj. Siti Roqi‟ah Tsanawiyah I,II,III 18 Atina Husniati Tsanawiyah I,II,III 19 Qurrotu „Aini Takhosusiyah I,II,III 20 Asni Rihaniyah Takhosusiyah II 12 21 Dina Maslakhatul Umami Takhosusiyah I,II,III 22 Zainudin Tsanawiyah I,II,III 23 Jumanto Takhosusiyah I,II,III 24 Sutardi Achnad Tsanawiyah I,II,III 25 Husniatun Sa‟adah Tsanawiyah I,II,III 26 Aqil Isma Maula Takhosusiyah I,II,III 27 Nur Rohim Tsanawiyah I,II,III 28 Edi Prasetyo B Tsanawiyah I,II,III 29 Magfur Kamali Takhosusiyah II 30 Ahmad Khoiru Achzab Tsanawiyah I,II 31 Siti Nur Hidayah Takhosusiyah I,II 13