Pengelolaan Cadangan Devisa

advertisement
EDITORIAL
Pengelolan Cadev Berstandard Dunia
I
lmuwan besar Issac Newton yang
sempat menjadi Direktur Utama
Perusahaan
Percetakan
Uang
Kerajaan Inggris, akhirnya menyadari
kalau dia tidak mampu menghitung
secara pasti kinerja pasar modal.
“Saya dapat menghitung rotasi bin­
tang, tetapi tidak sanggup berhitung
kegilaan umat manusia,” kata Newton
dengan nada ketir setelah mengala­
mi kerugian sangat besar pada tran­
saksi saham South Sea Corp.Ltd pada
Desember 1720.
Kisah permainan saham Newton itu
dipaparkan pada sebuah artikel yang
diunggah Frontroll.com yang meng­
gambarkan betapa tingginya risiko ber­
main saham.
“Semua pemain pasar modal ingin
sekali mengetahui bagaimana kinerja
pasar modal. Namun, manusia yang
paling jenius pun tidak dapat mem­
prediksi dengan tepat arah pasar
modal. Fluktuasinya begitu dinamik,
pagi, siang dan sore. Mau untung bisa
jadi buntung jika salah memprediksi.”
Dengan Hormat,
Bagaimana caranya saya mendapatkan
data BI Checking? Apakah bisa lewat online?
Atau saya harus ke BI cabang terdekat?
Bernadeta, via e-mail.
2
Yth. Bernadeta,
Berikut prosedur untuk pengecekan IDI
Historis (BI Checking):
1. Mengisi form permintaan IDI historis secara
online melalui website Bank Indonesia,
GERAI INFO
BANK INDONESIA
REDAKSI
Penanggung Jawab
Tirta Segara
Pemimpin Redaksi
Peter Jacobs
Begitu pembuka tulisan itu.
Gambaran di atas menguatkan
pemahaman kenapa sebagian besar
bank sentral di dunia tidak menjadi­
kan saham di pasar modal sebagai
instrumen utama pengembangan
investasinya. Itu sejalan dengan tujuan
pengembangan investasi cadangan
devisa yang lebih menitikberatkan
pada aspek keamanan dan likuiditas
dari pada profit.
Dengan mengedepankan prinsip
aman, banyak bank sentral di dunia
yang berhati-hati dalam mengelola
cadangan devisanya, tercermin pada
filosofi investasi mereka yang cende­
rung konservatif.
Keteguhan bank sentral pada prin­
sip tersebut terlihat pada sebagian
besar portofolionya berupa surat-surat
berharga atau bond yang dikeluarkan
oleh pemerintah negara maju atau
instrumen investasi berkualitas tinggi
lainnya.
Di Bank Indonesia, sebagai bank
sentral yang menganut gaya prudent,
www.bi.go.id
2. Nasabah akan mendapatkan informasi me­­­­
ngenai waktu pengambilan IDI Historisnya
melalui email.
3. Mencetak email konfirmasi dari BI dan menun­
jukkannya pada petugas di BI pada saat
mengambil IDI Historis beserta kelengkap­an
lainnya yang dipersyaratkan, seperti:
- membawa identitas asli
- menunjukkan print out email dan KTP
- mendiskusikan Isi informasi yang tercantum
Redaksi Pelaksana
Rizana Noor
Dwi Mukti Wibowo
Ernawati Jatiningrum
Wahyu Indra Sukma
Surya Nanggala
Any Ramadhaningsih
Dahlia Dessianayanthi
kebijakan pengelolaan cadangan
devisa negara mencerminkan strategi
yang berimbang antara risk dan return.
Dalam pengelolannya, Bank Indonesia
sudah menerapkan pendekatan penge­
lolaan cadev yang lebih maju dan aktif.
Selain itu pengukuran kinerjanya telah
menggunakan standard internasional,
yakni total reform.
Pelaksanaan strategi pengelolaan
cadangan devisa oleh Bank Indonesia
itu pun mendapat apresiasi dari World
Bank yang menilai pengelolaan por­
tofolio cadangan devisa oleh Bank
Indonesia sudah sesuai dengan stan­
dard internasional yang dilakukan
sebagian besar bank-bank sentral
dunia.
Pengakuan Bank Dunia men­
jadi modal awal untuk memperkuat
tata kelola proses bisnis pengelolaan
cadangan devisa, memperkuat mana­
jemen risiko, memperkuat infrastruktur
organisasi dan SDM untuk mewujud­
kan Bank Indonesia sebagai salah bank
sentral terbaik di regional.
dalam IDI historis dengan petugas
4. Informasi lebih lanjut hubungi: Contact
Center BICARA (kode area) 500 131, E-mail:
[email protected] atau [email protected]
5. Untuk cek IDI Historis, nasabah bisa datang
ke kantor pusat BI. Nasabah di luar Jakarta,
bisa datang ke Kantor Perwakilan BI ter­
dekat. Layanan pengecekan IDI Historis
gratis, tanpa dipungut biaya.
Demikian informasi yang dapat kami
sampaikan, semoga bermanfaat.
Alamat Redaksi: Departemen Komunikasi Bank
Indonesia, Jl. M.H. Thamrin No.2 - Jakarta,
Telp. Contact Center BICARA: (Kode Area) 500131,
e-mail: [email protected], website: www.bi.go.id,
@bank_indonesia
flip.it/7A9uk
bankindonesia
BankIndonesiaChannel
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
Redaksi menerima
kiriman naskah
dan mengedit
naskah sebelum
dipublikasikan.
Naskah dikirim ke
[email protected]
ARAH
Pengelolaan Cadangan Devisa:
“Antara Tantangan
dan Harapan”
Agus D.W. Martowardojo
Gubernur Bank Indonesia
Perekonomian global secara per­
lahan menunjukkan pemulihan
meskipun masih terlalu lemah dan
rentan terhadap gejolak. Pemulihan
ini didukung oleh mulai mengge­
liatnya perekonomian AS sebagai
lokomotif ekonomi global, didu­
kung oleh kebijakan moneter yang
ultra akomodatif dan terbukanya
ruang kebijakan fiskal.
B
mempertimbangkan keseimbangan risk
dan return.
Dalam menjawab tantangan di atas,
Bank Indonesia saat ini telah memiliki
arah kebijakan strategis dan roadmap
pengelolaan cadangan devisa dalam
jangka menengah-panjang. Kebijakan
strategis dan roadmap tersebut di­­­­
lakukan melalui penyempurnaan Stra­
tegic Asset Allocation (SAA) dan PDG
Pengelolaan Cadangan Devisa beserta
Surat-Surat Edaran pelaksanaannya.
Bersamaan dengan itu, penguatan
human capital dalam pengelolaan
cadangan devisa dan juga penguatan
Decision Making Process (DMP) fungsi
manajemen risiko, penyempurnaan
infrastruktur, organisasi, dan sumber
daya manusia yang merujuk pada
aspek tata kelola yang benar dan sesuai
prosedur juga dilakukan.
Tentunya, apabila arah pengelolaan
cadangan devisa dapat dilaksanakan
dengan benar dan dengan mekanisme
yang
governed, tujuan
utama
pengelolaan cadangan devisa untuk
menjaga kecukupan cadangan devisa
(reserve adequacy) dan memelihara
nilai cadangan devisa (preserved value)
dalam rangka mendukung efektifitas
kebijakan moneter akan dapat ter­
capai.
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
3
GERAI INFO
BANK INDONESIA
eberapa indikator meng­
k on­
firmasi solidnya pemulihan
ekonomi AS, terutama tampak
pada tingkat pengangguran yang terus
menurun mencapai 5,8% pada Oktober
2014. Namun pulihnya ekonomi AS
tidak diimbangi oleh kinerja ekonomi
kawasan Eropa dan Jepang yang
masih lemah dan dalam ancaman
deflasi.
Sementara ekonomi Emerging
Market yang semula diharapkan menjadi
penopang baru pertumbuhan ekonomi
global mengalami perlambatan karena
kurang optimalnya reformasi struktural.
Salah satu negara Emerging Market
sekaligus sebagai raksasa baru ekonomi
dunia, yaitu ekonomi Tiongkok, yang
dalam satu dekade terakhir tumbuh
sekitar 10,0% sejak tahun ini mengalami
perlambatan ekonomi yang terindikasi
struktural. Artinya, permasalahan ini
akan terjadi dalam kurun waktu yang
lama.
Dengan demikian, pada saat ini
ekonomi global berjalan dengan satu
mesin pertumbuhan, yaitu ekonomi AS
yang pertumbuhannya ke depan akan
memasuki “the new normal” dengan
pertumbuhan yang lebih rendah
dibandingkan sebelum krisis global
2008/2009.
Perbedaan kondisi di berbagai
belahan dunia seperti inilah yang
melatarbelakangi respon kebijakan
bank-bank sentral yang cenderung
divergen serta idiosyncratic.
Perkembangan ekonomi global
tersebut pada gilirannya membuat
pengelolaan cadangan devisa Bank
Indonesia menjadi semakin menantang.
Bank Indonesia dihadapkan pada
sejumlah dinamika, diantaranya pasar
keuangan global yang menawarkan
imbal hasil yang rendah (low yield)
atau bahkan negative return untuk aset
selama ini dipandang aman. Kondisi
tersebut mendorong perlu dilakukannya
optimalisasi pengelolaan cadangan
devisa Bank Indonesia, dengan tetap
SOROT
S
4
Menjaga
Cadangan
Devisa
Berkecukupan
GERAI INFO
BANK INDONESIA
Cadangan devisa ibarat tabungan bagi suatu negara. Sebagai
tabungan, fungsi cadangan devisa adalah untuk bertransaksi
dan berjaga-jaga.
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
ebagai alat transaksi, cadangan devisa
yang dimiliki oleh suatu negara diguna­
kan untuk membayar utang luar negeri
pemerintah dan membiayai kebutuh­
an impor. Cadangan devisa juga dimanfaatkan
untuk menjaga stabilitas moneter, khususnya
dalam pengelolaan nilai tukar rupiah.
Melihat fungsinya sebagai tabungan, jum­
lah cadangan devisa dapat bertambah ataupun
berkurang, berfluktuasi sepanjang waktu sesuai
dengan kebutuhan.
Cadangan devisa akan naik bila sumbersumber pendapatan devisa terus meng­alirkan
dana segar. Sebaliknya, cadangan akan menyu­
sut bila kebutuhan pembayaran utang dan biaya
operasi moneter untuk menstabilkan nilai tukar
rupiah melonjak.
Di Indonesia, sumber pendapatan untuk
menambah pundi-pundi cadangan devisa anta­
ra lain berasal dari ekspor minyak dan gas, jasa
kas negara, serta utang luar negeri yang dilaku­
kan oleh pemerintah. Dana milik pemerintah
dalam bentuk valuta asing (valas) itu dikelola
oleh BI se­bagai cadangan devisa.
Cadangan devisa akan semakin terjaga jika
kondisi likuiditas valas di dalam negeri mencu­
kupi. Jika pasokan valas senantiasa tersedia
dalam jumlah besar, maka kondisi nilai tukar
rupiah tidak mudah tertekan akibat sentimen
negatif. Dalam kondisi nilai tukar rupiah yang
stabil, BI tidak perlu melakukan intervensi
de­ngan menjual valas. Dengan demikian, poten­
si penyusutan cadangan devisa pun berkurang.
Pasokan valas melimpah ketika ba­­nyak alir­
SOROT
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
5
GERAI INFO
BANK INDONESIA
an dana dalam bentuk mata uang asing
Dalam menge­lola cadangan devisa, BI
yang masuk ke Indonesia. Selain alir­
an
dipandu oleh rambu-rambu yang telah
Cadangan devisa juga
valas yang dikelola oleh BI se­
bagai
ditetapkan dalam undang-undang
berfungsi membentuk senti­
cadang­
an devisa, sumber-sumber
dan aturan lainnya. BI wajib
men positif ketika terjadi krisis
dana lain dalam bentuk valas juga
memastikan bahwa dana yang
sangat membantu kondisi likuidi­
dikelola aman, likuid sehingga
guna menahan terjadinya aliran
tas. Ambil contoh dana dalam mata
dana keluar. Ketika jumlah cadangan dapat digunakan kapan saja, dan
uang asing yang masuk sebagai
mendapatkan keuntungan agar
devisa
memadai,
investor
tidak
akan
utang maupun pendapatan kor­
dana terus berkembang.
porasi swasta, juga uang kiriman
Saat ini, sebagian besar dana
buru-buru mengalihkan dananya ke
dari tenaga kerja Indonesia di luar
cadang­
an devisa ditempatkan
luar negeri yang berpotensi mem­
negeri.
dalam bentuk surat-surat berhar­
buat kondisi krisis menjadi
Hingga Agustus 2014, cadang­
ga yang diterbitkan oleh berbagai
an devisa Indonesia sebesar US$111,2
ne­ga­ra. Sementara sisanya dalam ben­
lebih parah.
miliar, setara de­­
ngan 6,3 bulan impor
tuk emas, uang kertas dalam mata uang
ditambah pembayaran utang luar nege­
asing, dana deposito, giro, dan tagihan
ri pemerintah jangka pendek. Jika krisis
lainnya dalam valuta asing kepada pihak
yang melanda Indonesia diumpamakan an dana keluar (capital outflow). Ketika luar negeri yang dapat dipergunakan se­­
sebagai pemutusan hubungan kerja jumlah cadangan devisa dinilai mema­ bagai alat pembayaran luar negeri.
yang menimpa se­
seorang, maka masih dai, maka investor tidak akan buru-buru
Agar benar-benar aman, portofolio
ada waktu 6,3 bulan kesempatan bagi meng­alihkan dananya ke luar negeri yang investasi BI senantiasa dipantau dan diper­
Indonesia untuk mencari sumber-sumber berpotensi membuat kondisi krisis men­ barui. Apalagi, tantangan pengelolaan
penerimaan baru dalam kondisi masih jadi lebih parah.
dana semakin besar seiring de­ngan masih
mampu memenuhi kebutuhan impor.
adanya potensi tekanan krisis global.
International Monetary Fund (IMF) mene­ Lebih baik
Dalam kondisi seperti itu, BI harus
Dengan posisi cadangan devisa yang memantau secara seksama perkembang­
tapkan batasan cadang­
an devisa yang
dinilai aman bagi suatu negara, yakni saat ini mencapai US$111,2 miliar, kondisi an ekonomi dan pasar keuangan global
setara dengan 3 bulan impor. Ini berarti Indonesia jauh lebih baik dibandingkan agar dana-dana yang ditempatkan di
dengan situasi pada 1998 ketika krisis luar negeri tetap aman. Jangan sampai BI
posisi cadangan devisa Indonesia aman.
Besaran cadangan devisa di suatu ekonomi menghem­paskan Asia. Kala itu, membeli surat berharga yang dikeluarkan
ne­
gara merupakan salah satu indikator cadangan devisa Indonesia hanya US$19 oleh negara yang terjerat krisis sehingga
utama untuk menilai tingkat ketahanan miliar. Akibatnya, ketika krisis yang ber­ tidak mampu membayar utang (default).
negara dalam menghadapi krisis. Semakin asal dari Thailand itu merembet ke nega­
Di sisi lain, perlambatan pertumbuhan
tinggi kecukupan cadangan devisa, maka ra-negara lain di kawasan, Indonesia tak ekonomi glo­bal yang direspon dengan
dapat diartikan negara tersebut semakin kuasa menahan guncangan.
injeksi likuiditas dalam jumlah besar di
Seiring semakin tingginya jumlah pasar, juga menyebabkan terciptanya tren
tahan menghadapi krisis. Namun demiki­
an, ketika jumlah cadang­an devisa di suatu cadangan devisa, posisi Indonesia pun suku bunga rendah, bahkan ultrarendah.
negara menurun, tidak serta merta menun­ lebih kuat. Dengan cadangan devisa Kondisi ini membuat imbal hasil (yield)
jukkan negara tersebut sedang mengha­ yang memadai, ditambah pengelo­ investasi juga rendah, sehingga berpo­
dapi krisis. Sebagaimana disebutkan di laan krisis yang lebih baik melalui pe­­ tensi menurunkan pendapat­an. Namun,
awal tadi, cadangan devisa berfungsi seba­ nguatan perbankan, negara ini mampu dengan berbagai strategi dan terobosan
gai tabungan yang sewaktu-waktu dapat melewati gelombang krisis ekonomi yang terukur, BI senantiasa mampu men­
global pada 2008 (Krisis Subprime capai target yang di­­amanatkan.
ditarik untuk memenuhi kebutuhan.
Pada saat nilai tukar rupiah melemah Mortgage), 2011 (Krisis Eropa) dan
Selain mempertimbangkan strategi
cukup tajam, BI akan menjual cadangan 2013 (Fed Tapering).
untuk mengoptimalkan cadangan devisa,
valas untuk menstabilkan nilai tukar.
BI senantiasa menekankan pentingnya
Semakin sering dan dalam rupiah tertekan STRATEGI
aspek tata kelola yang baik. Hasilnya, The
Melihat begitu strategisnya posisi Treasury World Bank dan IMF mengakui
akibat sentimen negatif, semakin banyak
cadangan devisa bagi Indonesia, maka bahwa metode pengelolaan cadangan
cadangan devisa yang harus dilepas.
Cadangan devisa juga berfungsi BI sebagai pengelola dana harus mene­ devisa oleh BI telah sesuai dengan standar
membentuk sentimen positif ketika ter­ tapkan standar tinggi dalam pengelolaan internasional yang dilakukan oleh seba­
jadi krisis guna menahan terjadinya alir­ dana-dana tersebut.
gian besar bank-bank sentral dunia.
SOROT
Penguatan Strategi
Pengelolaan Cadangan Devisa:
Sebuah
Keniscayaan
Zera Rakhmasari
Departemen Pengelolaan Devisa
Tidak ada seorang pun yang bisa memastikan apakah perjalanan ke tempat yang diitujunya
akan berjalan lancar atau menghadapi hambatan. Oleh karena itu, meskipun sudah tahu arah
dan tujuannya, siapapun tetap harus waspada atas segala risiko, terutama kecelakaan fatal, yang
mungkin terjadi dalam perjalanan tersebut.
R
6
GERAI INFO
BANK INDONESIA
ambu-rambu lalu lintas menjadi pedoman yang bisa mem­
inimalkan, bahkan menghindarkan, dari risiko kecelakaan.
Saat menggunakan transportasi darat, pengemudi harus
sigap kapan harus berhenti, kapan mulai melajukan ken­
daraannya, menurunkan kecepatan, pada kecepatan berapa ken­
daraan harus dipacu dan apakah kondisi jalan yang akan dilaluinya
menanjak, menurun atau berkelok-kelok.
Kesadaran diri untuk selalu menggunakan sabuk pengaman
juga akan meminimalisir risiko kecelakaan. Sekali saja, pengemu­
di lalai terhadap ketentuan lalu lintas, tidak saja dirinya sendiri,
penumpang yang dibawanya juga bisa menjadi korban ketika
terjadi musibah dalam perjalanan.
Dalam dunia investasi pun demikian. Sebelum memutus­
kan pada instrumen investasi apa yang akan dipilih, kewajiban
untuk mempelajari dan mematuhi pedoman investasi, tidak
boleh diabaikan. Menganalisis perekonomian makro dan mikro,
mencermati kondisi sosial politik, memperhatikan peringkat
instrumen dari lembaga rating, pergerakan nilai tukar atau harga
komoditas, menjadi suatu keharusan untuk diperhatikan. Jika
unsur spekulasi semata yang dikedepankan, peluangnya bukan
untung yang diraih, melainkan rugi yang diperoleh.
Karenanya, Bank Indonesia yang diamanatkan untuk meng­
optimalkan pendapatan negara selalu bersikap prudent yang ter­
cermin dari kehati-hatiannya dalam mengelola cadangan devisa.
Meskipun profit menjadi target yang harus dicapai, akan tetapi
prioritas utama dari investasi uang negara –yang sebagian besar
bersumber dari ekspor minyak dan gas tersebut—adalah pada
aspek keamanan dan likuiditas.
Terlebih dalam menjawab tantangan utama pengelolaan
cadangan devisa saat ini, yaitu rendahnya imbal hasil, volatilitas,
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
dan integrasi pasar keuangan global, Bank Indonesia telah memi­
liki arah atau roadmap pengelolaan cadangan devisa dalam
jangka menengah dan panjang.
Keadaan pasar keuangan yang selalu berubah-ubah dalam
waktu yang sangat singkat tentunya membutuhkan respon dan
strategi yang tepat agar dapat memelihara nilai dan kecukupan
cadangan devisa. Dalam hal ini, Bank Indonesia memiliki dua
pendekatan keputusan yaitu pada tataran strategis dan taktis.
Tujuan strategi jangka panjang adalah acuan untuk menjaga
nilai dan kecukupan cadangan devisa, sementara tactical strategy
sangat diperlukan untuk merespon dinamika pasar.
Dalam tataran strategis, Bank Indonesia melakukan
pe­
n guatan pengelolaan cadangan devisa internal, yaitu
de­ngan cara melakukan review terhadap alokasi atau kompo­
sisi investasi, melakukan ekspansi jenis aset, dan mengguna­
kan instrumen di pasar keuangan yang dianggap lebih tepat.
Dengan jumlah cadangan devisa yang cukup besar yaitu
sekitar USD111,2 miliar (akhir Agustus 2014) Bank Indonesia
telah memiliki kalkulasi tertentu untuk menentukan kompo­
sisi investasi yang paling optimal atau disebut Strategic Asset
Allocation (SAA) berdasarkan jenis aset dan atau mata uang
yang mencerminkan tujuan dan tingkat toleransi risiko Bank
Indonesia. Selanjutnya, Bank Indonesia akan selalu melakukan
review terhadap komposisi investasi atau SAA secara periodik
untuk memastikan bahwa komposisi tersebut masih dianggap
sesuai dengan kondisi pasar keuangan terkini.
Bank Indonesia juga akan terus berupaya mengoptimalkan
pengelolaan cadang­
an devisa melalui ekspansi jenis asset.
Sebagai contoh, BI telah melakukan investasi pada Surat-Surat
Berharga beberapa ne­­ga­ra berkembang yang dianggap memi­
SOROT
Arah Pengelolaan
Cadangan Devisa
Penguatan
Pengelolaan
a
Cadangan Devis
Review SAA
Ekspansi Aset
Penggunaan
Instrumen
Penguatan
Infrastruktur
an
Pengembang
Sistem Tresuri
kuan
rla
Pe
w
vie
Re
Akuntansi
Roadmap Pengelolaan
Cadangan Devisa
Penguatan Risk
Managament
n
Penyempurnaa
Pengukuran
Risiko
Pengembangan
Sistem
Pendukung Rsiko
Manajemen
Pengembangan
Mitigasi Risiko
Terkait Ekspansi
Aset
Terpeli
ha
dan Ke ranya Nilai
Cadang cukupan
an Dev
isa
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
7
GERAI INFO
BANK INDONESIA
l i k i
imbal hasil
yang
cukup
Penguatan
tinggi
dan
funda­
n
da
Organisasi
SDM
mental ekonomi yang
Penguatan an &
kuat.
Selain
mempertimbang­
hu
eta
ng
Pe
Kompetensi
an
kan
jenis
aset
baru
berdasarkan
negara
ng
ba
Pengem & SDM
Organisasi
tujuan
investasi,
Bank
Indonesia
juga
M
Penguatan SD
sudah mulai melakukan ekspansi ber­
dasarkan jenis produk, contohnya surat
berharga yang diterbitkan oleh lembaga yang dijamin oleh
pemerintah negara maju. Dalam melakukan pendalaman
pengelolaan cadangan devisa ini, diperlukan juga penggu­
naan instrumen keuangan yang tepat sehingga BI akan terus
melakukan pengkinian dan penambahan pe­ngetahuan ter­
hadap perluasan instrumen keuangan yang bermanfaat dan
implementatif.
Selanjutnya, penguatan pengelolaan cadangan devisa
juga membutuhkan pe­­
nguatan tata kelola proses bisnis,
manajemen risiko, infrastruktur, organisasi, dan sumber daya
manusia. Dalam aspek tata kelola BI telah menyempur­
nakan tata cara pengambilan keputusan dan aturan internal
penge­lolaan Cadev yang lebih transparan dan akuntabel.
Dari aspek manajemen risiko, perluasan jenis asset harus
sejalan dengan penyempurnaan fungsi pengukuran risiko
dan fungsi pengembangan mitigasi risiko terkait ekspansi
aset, serta independensi pelaporan manajemen risiko.
Dari aspek infrastruktur, implementasi penguatan pe­
­
ngelolaan cadangan devisa juga menjadi terealisasi apabila
ada penguatan infrastruktur dan sistem treasuri. Saat ini, Bank
Indonesia sedang melakukan penyempurnaan sistem tresuri
dan kebijakan akuntansi keuangan BI dimana ekspansi produk
biasa­nya membutuhkan penyempurnaan perlakuan akuntansi.
Sementara itu, dari aspek organisasi, pendalaman dimaksud
juga harus seiring de­ngan penguatan pengetahuan dan kom­
petensi sumber daya manusia yang melakukan penge­
lolaan
cadangan devisa. Termasuk di dalamnya, pengiriman SDM di
Departemen Pengelolaan Devisa (DPD) ke konferensi/seminar
internasional baik sebagai pembicara atau peserta serta program
attachment ke Eksternal Portofolio Manajer (EPM) untuk kurun
waktu tertentu.
Dengan pendekatan yang sistematis tersebut, Bank
Indonesia diharapkan dapat mengelola cadangan devisa
secara optimal.
SOROT
Level Baik, Pengelolaan Cadev BI
K
8
GERAI INFO
BANK INDONESIA
arakter bank sentral umumnya
selalu menetapkan strategi berha­
ti-hati dalam pengelolaan cadang­
an devisa, meski karakter untuk
meng­
ambil posisi berisiko bisa berbeda
tergantung kepada kondisi fundamental
negara, situasi pasar, serta jumlah cadang­
an yang dimiliki. Sejumlah negara bisa jadi
sedikit lebih agresif dalam memilih strategi
instrumen investasi, sementara sebagian
lainnya lebih konservatif.
Dari
berbagai
survei
yang
diselenggarakan oleh lembaga inter­
nasional seperti Bank for International
Settlement (BIS) dan Royal Bank of
Scotland (RBS), terlihat bahwa praktik
pengelolaan cadangan devisa oleh Bank
Indonesia (BI) masih sejalan dengan best
practices yang dilakukan oleh bank-bank
sentral lain di dunia. Dalam mengelola
cadangan devisa, mayoritas bank
sentral membentuk portfolio likuiditas
untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
dalam rangka menjalankan kewajiban
internasionalnya. Selain itu, bank-bank
sentral juga membentuk portfolio
investasi untuk menjaga nilai cadangan
devisa agar senantiasa tumbuh secara
positif dalam jangka panjang.
Apabila dibandingkan dengan bankbank sentral di kawasan Asia Pasifik, prak­
tek pengelolaan cadangan devisa oleh Bank
Indonesia berada pada level yang baik. Dari
sisi penggunaan instrumen investasi, Bank
Indonesia tidak tertinggal dari negara tetang­
ga di kawasan ini. Cadangan devisa ditem­
patkan dalam bentuk surat berharga negara
(goverment bonds), emas, giro, deposito, dan
instrumen investasi lain yang relatif memiliki
hasil investasi yang cukup tinggi.
Terdapat sedikit bank sentral di
Asia yang cenderung lebih agresif
dibandingkan dengan BI dalam hal ini.
Mereka telah mulai menempatkan dana
kepada instrumen yang menawarkan
potensi imbal hasil tinggi, namun lebih
berisiko seperti komoditas dan saham.
Namun demikian, ada pula bank sentral
yang memilih untuk menetapkan strategi
alokasi investasi
secara konservatif
dengan hanya menempatkan cadangan
devisa dalam bentuk surat berharga
negara yang diterbitkan oleh negaranegara maju seperti Amerika Serikat,
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
Jepang, dan sejumlah negara di Eropa.
Memang di tengah kondisi suku bunga
negara-negara maju yang cenderung ren­
dah saat ini, Bank Indonesia harus melaku­
kan upaya terobosan agar hasil penge­
lolaan devisa tetap mampu memenuhi
kewajiban yang diamanatkan oleh negara.
Namun upaya ini dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan aspek kehati-hatian,
dalam arti perluasan instrumen investasi
tersebut tidak dilakukan secara sembrono,
tapi melalui analisis yang mendalam, berta­
hap dan pertimbangan risiko yang dikalku­
lasi secara cermat.
Dalam mengimplementasikan per­­­­­luas­
an instrumen investasi, BI memanfaatkan
keberadaan fungsi pengelola portfolio
(dealing room) di Jakarta, dan Tim
Pengelola Devisa di Kantor Perwakilan
New York, London dan Singapura, serta
external fund manager.
Apapun strategi yang dipilih, prinsip
utama dalam pengelolaan cadangan
devisa negara adalah keamanan, likuiditas,
dan profitabilitas. Inilah yang menjadi
pegangan utama BI dalam menjalankan
tugasnya.
pOTReT
Karena
Pasar
Tak
Pernah
Tidur
Pasar keuangan tidak pernah
berhenti beroperasi. Ketika transaksi
di pasar keuangan Indonesia telah
ditutup pada pukul 16.00 WIB, pasar
keuangan di belah­an dunia lain
justru baru mulai dibuka. Transaksi
pengelolaan cadangan devisa oleh
Bank Indonesia dilakukan sepanjang
24 jam, lima hari dalam sepekan.
“Kehadir­an langsung BI di Singapura diper­
lukan untuk memperoleh informasi dari
ta­ngan pertama para pelaku pasar, khusus­
nya mereka yang berinvestasi pada pasar
keuang­an di Asia Pasifik.”
B
I sebagai pengelola
cadangan devisa mem­
bagi dana cadangan
tersebut ke dalam
berbagai instrumen investasi.
Sebagian besar dana yang
hingga Agustus 2014 menca­
pai US$111,2 miliar itu dikelola
di kantor pusat BI di Jakarta.
Sebagian lainnya ditran­saksikan
langsung di simpul-simpul pasar
keuangan dunia: Singapura,
London, dan New York. Saat ini,
terdapat 9 pengelola portofolio
yang ditempatkan di ketiga kan­
tor perwakilan BI tersebut.
Feby Widyatantri, penge­
lola portofolio yang ditugaskan
BI untuk menggawangi Tim
Pengelolaan Devisa (TPD) di
Singapura, merasa keberadaan
perwakilan BI di tempat-tempat
tersebut sangat penting.
Singapura merupakan sa­
­
lah satu pusat keuangan Asia
selain Hong Kong dan Tokyo.
Di Singapura, para pelaku pasar
dari berbagai institusi keuang­
an mencanegara melakukan
transaksi keuangan. Oleh kare­
na itu, kehadir­
an langsung BI
di Singapura diperlukan untuk
memperoleh informasi dari
ta­
ngan pertama para pelaku
pasar, khususnya mereka yang
berinvestasi pada pasar keuang­
an di Asia Pasifik. BI juga dapat
memperdalam
pemahaman
mengenai perilaku investasi dari
para investor serta kantor lem­
baga rating internasional yang
berbasis di Singapura. Informasi
tersebut sangat berguna sebagai
pertimbangan untuk mengelola
cadangan devisa.
Menjadi pengelola portofo­
lio BI yang diamanatkan menge­
lola sebagian dana cadangan
devisa memberikan tantangan
tersendiri bagi Feby. Ibu muda
yang memiliki seorang putri ini
berusaha terus meningkatkan
pengetahuan, menambah infor­
masi, dan membangun jaringan
di pasar keuangan global agar
semakin mengasah kemam­
puannya menangani portofolio
investasi.
Di tengah kondisi volatilitas
pasar keuangan global, tantang­
an yang dihadapi cukup besar.
Feby merasa lega ketika strategi
investasi yang diterapkan sesu­
ai dengan pergerakan pasar,
dan sebaliknya, dia merasa ada
tekanan jika ternyata kondisi
pasar tidak sesuai harapan.
“Kemana pun pergi selalu ter­
ingat posisi portofolio,” katanya.
Ruth A. Cussoy Intama,
penge­
lola portofolio BI yang
ditugaskan di New York sejak
2012, merasakan pengalaman
serupa. Posisi New York sebagai
pusat pasar keuangan global
membuat kota ini begitu ramai.
Para pemutus kebijakan dan
pelaku bisnis dari seluruh dunia
menempatkan perwakilannya
di New York. Dengan berada
di tempat yang sama, BI dapat
mengakses berbagai informasi
penting dari tangan pertama
untuk memberikan masukan
kepada kantor pusat terkait kebi­
jakan strategis BI.
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
9
GERAI INFO
BANK INDONESIA
Feby Widyatantri
Yuniar Kurniawan
Departemen Pengelolaan Devisa
Asdria Kenny Desihana
10
“Keberadaan TPD di
London sangat membantu
aktivitas transaksi pengelolaan cadangan devisa
terutama yang ditempatkan dalam instrumen surat
berharga pemerintah
negara-negara Eropa.”
GERAI INFO
BANK INDONESIA
Informasi
yang didapatkan se­
­
­
cara langsung, ditambah
diskusi formal maupun informal dengan
sesama pelaku pasar, sangat membantu
Ruth memahami dinamika pasar keuangan.
Sebab, arah pergerakan pasar keuangan
tidak selamanya bergantung pada kondisi
fundamental ekonomi, tetapi seringkali
sa­
ngat dipengaruhi oleh sentimen, baik
yang positif ataupun negatif. Isu-isu politik
bisa dengan cepat membalikkan arah.
“Secara fundamental oke, teknikal oke,
tapi kemudian muncul berita krisis Ukraina.
Akibatnya yield kembali turun dan tidak
meng­­­­­­­untungkan terhadap posisi kita,”
ka­tanya.
Asdria Kenny Desihana, pengelo­
la portofolio BI di London, juga menilai
keberadaan TPD di London sangat mem­
bantu aktivitas transaksi pengelolaan
cadangan devisa terutama yang ditem­
patkan dalam instrumen surat berharga
pemerintah negara-negara Eropa.
Bergaul dengan komunitas pasar
keuang­a n menjadi poin penting dalam
menjalankan tugas sebagai pengelo­
la portofolio. Di sisi lain, Kenny harus
terus
meningkatkan
kemampuan
untuk memahami perkembangan pasar
keuang­
a n yang seringkali bergerak di
luar prediksi.
Kenny mencontohkan situasi pada
akhir 2013 di Eropa. Saat itu, para pelaku
pasar umumnya memperkirakan pasar
obligasi dunia akan melemah pada tahun
2014 sejalan dengan isu tapering oleh The
Fed dan membaiknya pertumbuhan eko­
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
Ruth A. Cussoy Intama
“Dengan adanya per­
wakilan di New York, BI
dapat meng­akses berbagai
informasi penting dari
ta­ngan pertama untuk
memberikan masukan
kepada kantor pusat ter­
kait kebijakan strategis BI.”
nomi Eropa. Akan tetapi yang terjadi justru
sebaliknya. Dampaknya, pasar keuangan
obligasi pemerintah negara utama Eropa
yang merupakan safe haven asset masih
terus dicari investor dan membuat harga­
nya semakin mahal. Pergerakan pasar yang
dipengaruhi sentimen semacam ini harus
terus dipantau.
Di samping melakukan tugas utama men­
gelola devisa, seorang pengelola portofolio
di negara asing juga berfungsi sebagai ujung
tombak BI dalam melakukan market intel­
ligence serta menjadi representasi Indonesia
dalam berbagai forum dengan berbagai
pihak seperti bank sentral asing, lembaga
keuangan internasional, konsulat jenderal,
kedutaan besar RI, dan institusi lainnya.
PeRspekTIF
“Jangan meletakkan semua telur dalam satu keranjang.”
Begitu sering kita dengar dari para pelaku investasi di pasar
keuangan. Maksudnya, untuk menghindari semua investasi
mengalami kerugian karena ditempatkan hanya pada satu
jenis aset, lebih aman bila investasi dibagi dalam beberapa
jenis aset yang berbeda. Untuk itu, perlu ada pemahaman
yang baik mengenai apa itu risiko.
Ridzky Prihadi T.
Departemen Pengelolaan Devisa
Manajemen Risiko Cadangan Devisa:
Ketika Investasi Harus Memilih
operat
ion
kedepan, pe­­nguatan manaje­
nempatkan cadang­
an devisa
tio
puta nal Ris
men risiko juga menjadi
dalam bebe­rapa mata uang
e
R
k
bagian penting. Bentuk
dan aset yang berbeda
Le
k
Ris
penguat­annya adalah
(diversifikasi), meng­
l
a
p e n g e m b a­n g a n
gunakan pendekatan
tools dan model
model internal credit
Market
& Credit
manajemen risiko
rating untuk meng­
Risk
yang lebih robust,
ukur
keamanan
yang diharapkan
mitra transaksi dan
lebih mampu meng­
penerbit surat-surat
k
Liq u
i d it y R is
antisipasi potensi risiko
berharga yang dibeli
pe­­ngelolaan cadangan
dalam bentuk kualitas
devisa. Selain itu, pedoman
credit rating dan menetapkan
investasi harus selalu sejalan de­ngan
rambu-rambu berupa pedoman
an
investasi yang menjadi pegang­­­an pengelola pengembangan pengelolaan cadang­
devisa kedepan melalui review Strategi Asset
portofolio (dealer) dalam bertransaksi.
Allocation (SAA) secara berkala.
Pertahanan kedua
Dari sisi sumber daya manusia, secara
Manajemen risiko memainkan peran berkesinambungan dilakukan upaya pe­­
sebagai pertahanan lapis kedua dalam ningkatan kompetensi pengelola risiko
memonitor profil risiko setelah para agar dapat mengimbangi perkembangan
pe­ngelola portofolio di front office (dealing di pasar keuangan dan produk-produk
room). Asesmen risiko yang independen investasi yang digunakan.
diperlukan dalam memberikan informasi
Dengan mekanisme pengukuran,
risiko yang lengkap, akurat dan komprehen­ pemantauan dan evaluasi risiko secara
sif kepada pengambil keputusan (Dewan independen dan komprehensif, cadang­
Gubernur BI). Mekanisme pemantauan an devisa dapat dikelola secara prudent.
risiko ini dilakukan secara terpisah oleh unit Tujuannnya supaya pengelolaan devisa
kerja yang melaksanakan fungsi manaje­ negara untuk mencapai stabilitas moneter
men risiko secara berkala baik bulanan, dan pemenuhan kewajiban internasional
ming­guan bahkan hari­an. Pemisahan fungsi dapat tercapai. Kuat dan terjaganya kecu­
ini dilakukan sebagai bagian dari bentuk kupan dan nilai cadangan devisa pada
tata kelola yang berstandar internasional.
akhirnya dapat meningkatkan keperca­
Sebagai bagian dari upaya penguatan pe­­ yaan dan rasa aman bagi pelaku ekonomi
ngelolaan cadang­an devisa Bank Indonesia dalam dan luar negeri.
sk
l Ri
ga
D
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
11
GERAI INFO
BANK INDONESIA
i dalam pasar keuangan, risiko
diartikan sebagai potensi ter­
jadinya kerugian atau hasil yang
tidak diharapkan sebagai akibat
dari perkembangan yang terjadi di pasar
keuangan. Dengan kata lain, risiko dapat ter­
jadi karena adanya ketidakpastian di masa
mendatang. Dalam dunia investasi, risiko
dapat terjadi karena pergerakan suku bunga,
harga aset dan perubahan nilai tukar (risiko
pasar), kegagalan mitra transaksi dalam
memenuhi kewajibannya (risiko kredit) dan
bisa jadi karena kegagal­an transaksi yang di­
sebabkan faktor manusia, sistem, proses atau
faktor eks­ternal (risiko operasional).
Di sinilah diperlukan peran manaje­
men risiko yang merupakan sinergi antara
orang, sistem/prosedur dan sarana (tools)
untuk meminimalisir terjadinya kerugian
investasi yang dapat dihadapi oleh se­
buah lembaga/organisasi keuangan.
“High risk high return”. Begitulah jargon
yang juga biasa kita dengar. Tentunya dengan
semakin tinggi tingkat pengembalian yang
dijanjikan, secara otomatis risikonya semakin
besar. Risiko kegagalan berinvestasi karena
berharap hasil yang terlalu tinggi tanpa per­
hitungan yang cermat dapat menyebab­
kan kerugian finansial. Hal ini membuat
keberadaan manajemen risiko dalam penge­
lolaan cadangan devisa menjadi penting.
Beberapa contoh lang­­­kah antisipasi
yang dilakukan oleh Bank In­­­donesia untuk
meminimalkan risiko da­­­lam pengelolaan
cadang­
an devisa antara lain dengan me­
­
PERSPEKTIF
Pengelolaan
Cadev di Tengah
Dinamika Pasar
Keuangan Global
Cicik Yuniarsih
Departemen Pengelolaan Devisa
Pengelolaan Cadev, sebagaimana pengelolaan aset pada
umumnya, sangat dipengaruhi oleh tujuan pengelolaan,
toleransi atas risiko yang ditetapkan, target return yang
ingin dicapai, serta perkembangan pasar keuangan
global. Fokus perhatian pasar saat ini pada 3 issue
besar yaitu perbedaan arah kebijakan otoritas moneter
global, rebalancing (keseimbangan baru) perekonomian
Tiongkok, dan eskalasi geo politik global.
D
12
GERAI INFO
BANK INDONESIA
ivergensi atau perbedaan arah kebijakan moneter di
negara maju, diindikasikan oleh arah kebijakan bank
sentral AS yang cenderung ketat yang ditandai dengan
sinyal kenaikan suku bunga, ditengah kebijakan yang
cenderung longgar di Bank of Japan (BoJ) dan European Central
Bank (ECB) sesuai perkembangan ekonomi masing-masing.
Kondisi tersebut terjadi sejak gubernur Fed yang saat itu dijabat
oleh Ben Bernanke, pada pertengahan Mei 2013 menyatakan
bahwa Bank Sentral negara ekonomi terbesar dunia tersebut,
berencana akan melakukan pengurangan stimulus moneter
secara bertahap yang dikenal dengan tapering Quantitative
Easing Jilid 3 (QE3).
Kebijakan 3 bank sentral besar di dunia tersebut berpengaruh
signifikan terhadap likuiditas global. Kebijakan longgar
melelui penurunan suku bunga (kebijakan konvensional) atau
pembelian surat-surat berharga pemerintah (kebijakan tidak
konvensional) menyebabkan tambahan likuiditas (dana) yang
membutuhkan penempatan pada aset-aset tertentu. Hal ini
mendorong meningkatnya permintaan atas aset-aset tersebut
dan mengerek harganya terus menguat.
Perbedaan arah kebijakan tidak hanya dialami oleh
negara maju, namun juga dialami oleh negara berkembang,
diindikasikan dengan: (i) kebijakan moneter yang relatif ketat
antara lain di Malaysia, dan Filipina; (ii) kebijakan moneter
longgar oleh BoK (Bank of Korea) dan NBP (National Bank of
Poland); serta (iii) beberapa negara yang dianggap pelaku pasar
memiliki kebijakan netral.
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
Kebijakan bank sentral negara berkembang yang dipengaruhi
oleh kondisi fundamental masing-masing (idiosyncratic)
berpengaruh terhadap aliran dana masuk (inflows) dan keluar
(outflows). Hal ini penting sebagai masukan penentuan strategi
investasi.
Terkait issue rebalancing ekonomi Tiongkok, target
pertumbuhan ekonomi negara tersebut pada 2014 sebesar
7,5%, relatif rendah dibandingkan dengan pertumbuhan
selama satu dekade terakhir. Selain itu, terdapat kekhawatiran
perlambatan ekonomi Tiongkok seiring ancaman perlambatan
dari sektor property dan risiko aktifitas pembiayaan tidak resmi
shadow banking. Hal tersebut berdampak negatif terhadap
beberapa negara di kawasan Asia yang merupakan mitra dagang
Tiongkok. Merespons kekhawatiran di atas, otoritas setempat
telah melakukan beberapa kebijakan longgar secara tertarget
pada sektor pertanian dan usaha kecil menengah serta mini
stimulus melalui percepatan realisasi proyek infrastruktur dan
perpanjangan keringanan pajak bagi usaha kecil.
Sementara itu, eskalasi geo politik global antara lain ditandai
oleh meningkatnya ketegangan politik regional di wilayah
Timur Tengah (ISIS dengan Irak; Palestina dengan Israel) dan
Eropa Timur (Rusia dengan Ukraina) yang berimplitasi pada risk
aversion investor global.
Tantangan pengelolaan cadev
Dalam merespons issue-issue di atas, BI senantiasa
melakukan evaluasi dan penyelarasan terhadap pelaksanaan
PERSPEKTIF
Eskalasi geo politik global antara lain ditandai
oleh meningkatnya ketegangan politik regional di
wilayah Timur Tengah (ISIS dengan Irak; Palestina
dengan Israel) dan Eropa Timur (Rusia dengan
Ukraina) yang berimplitasi pada risk aversion
investor global.
strategi pengelolaan cadev dengan
dinamika tantangan yang ada di pasar
global. Saat ini terdapat tiga tantangan
utama dari pasar keuangan global dalam
pengelolaan cadev:
Pertama, Rendahnya imbal hasil (yield)
investasi.
Kondisi pasar keuangan global yang
menawarkan imbal hasil relatif rendah
merupakan tantangan tersendiri bagi
pengelolaan cadev, terutama bagi negara
yang mengalami negative carry seperti
Indonesia. Sepanjang tahun 2014, imbal
hasil yang ditawarkan oleh SSB tenor
10 tahun pemerintah AS sekitar 2,4%.
Adapun negara maju lain seperti Jepang
dan Eropa menawarkan imbal hasil yang
lebih rendah seiring kebijakan otoritas
moneter setempat yang cenderung
longgar (dengan suku bunga acuan
dibawah 1%). Hal tersebut berpengaruh
pada return investasi yang akan dicapai.
(Lihat grafik)
Kedua, Integrasi pasar keuangan
global
Semakin terbuka ekonomi dan
pasar keuangan suatu negara, semakin
besar pengaruh eksternal terhadap
pergerakan harga aset negara tersebut.
Dampak ikutan dari kejadian di negara
mitra dagang atau mitra investasi tidak
terelakkan. Hal ini membutuhkan tidak
hanya pemahaman atas kondisi internal
negara tujuan investasi, namun juga
assessment dan pemahaman saling
keterkaitan negara dimaksud dengan
negara lain terutama negara partner dan
negara besar berpengaruh.
Ketiga, Volatilitas pergerakan pasar
global.
Pergerakan harga aset yang volatile,
selain bisa menjadi opportunity, juga
menandakan tingginya risiko yang
berimplikasi pada ketidakpastian di pasar
global. Ketidakpastian saat ini antara lain
dipengaruhi oleh normalisasi kebijakan
The Fed, perbedaan arah kebijakan bank
sentral besar dunia, tensi geopolitik
di Timur Tengah dan Eropa Timur, serta
dinamika fundamental ekonomi masingmasing negara. Selain itu, pergerakan
pasar keuangan global juga terkadang
tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang bersifat fundamental, namun juga
faktor valuasi harga aset relatif terhadap
aset lainnya, serta faktor perilaku investor
seperti cenderung berinvestasi pada asetaset yang berisiko dan menawarkan imbal
hasil tinggi (risk taking) atau cenderung
berinvestasi pada aset-aset yang aman (risk
aversion).
Tantangan di atas sejauh ini telah
direspon melalui penguatan tata
kelola pengelolaan cadev, penguatan
manajemen
risiko,
penguatan
infrastruktur, serta penguatan organisasi
dan SDM. Melalui pendekatan 4 pilar
dimaksud, diharapkan BI mampu secara
optimal menjaga kecukupan cadev
negara kita tercinta Indonesia.
Yield SSB Tenor 10 Tahun
AS, Eropa, Jepang, dan Australia
13
GERAI INFO
BANK INDONESIA
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
PERSPEKTIF
Cadangan Devisa untuk
Kestabilan Moneter
Barangkali tidak terlalu berlebihan kalau Presiden Indonesia
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam pidato kenegaraannya
pada tanggal 15 Agustus 2014 yang lalu menyebutkan cadangan
devisa sebagai salah satu capaian perekonomian Indonesia. Dalam
pidatonya Presiden SBY memuji keberhasilan Indonesia menjaga
kecukupan cadangan devisa yang mencapai US$ 110,5 miliar pada
bulan Juli 2014.
Sahminan
Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter
14
P
GERAI INFO
BANK INDONESIA
residen SBY juga mengungkap­
kan cadangan devisa Indonesia
yang pernah mencapai US$ 124,6
miliar di tahun 2011, suatu level
tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.
Tentu saja, cadangan devisa yang
lebih besar tidak selalu merefleksikan
perbaikan ekonomi, dan sebaliknya
penurunan cadangan devisa belum
tentu berbarengan dengan penurunan
kinerja perekonomian. Namun, memeli­
hara kecukupan cadang­an devisa sudah
merupakan keniscayaan bagi perekono­
mian terbuka seperti Indonesia.
Ada beberapa alasan mengapa nega­
ra-negara dengan perekonomian terbu­
ka perlu memegang cadangan devisa
yang cukup. Alasan utama adalah untuk
keperluan berjaga-jaga terhadap kebu­
tuhan pemenuhan kewajiban interna­
sional serta untuk mendukung efektif­
itas kebijakan moneter. Pengalaman
krisis 1997/1998 memperlihatkan
kepada ba­nyak negara di Asia penting­
nya memelihara cadang­an devisa yang
cukup. Negara dengan cadangan devisa
yang besar, kemungkin­annya lebih kecil
menjadi sasaran serang­an dari spekula­
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
tor mata uang. Dengan cadang­an devisa
yang besar, kekuatan suatu negara untuk
mempertahankan kestabilan mata uang­
nya lebih besar.
Sebaliknya, penurunan cadangan
devisa yang drastis seringkali memicu
kepanik­
an di pasar keuangan, pelarian
modal asing, dan pelemahan nilai tukar
karena kekhawatiran pasar terhadap
kemampuan suatu negara memenuhi
keperluan likuiditas eksternalnya. Investor
global juga cenderung menge­nakan pre­
mium risiko yang lebih tinggi kepada
negara-negara berkembang yang mem­
punyai cadangan devisa yang rendah.
Selain untuk keperluan berjaga-jaga,
dalam perekonomian yang semakin ter­
integrasi dengan pasar finansial global,
cadangan devisa dapat berperan seba­gai
salah satu instrumen kunci untuk menjaga
kestabilan nilai tukar dan pasar finansial.
Ketersediaan cadangan devisa yang cukup
dapat digunakan sebagai instrumen untuk
menstabilkan nilai tukar mengingat nilai
tukar yang cenderung mengalami tekan­
an depresiasi pada saat terjadinya aliran
modal asing keluar yang deras. Di sisi lain,
penumpukan cadang­an devisa dapat ter­
PERSPEKTIF
Mio USD
140.000
100.000
Krisis
Asia
1998
80.000
60.000
40.000
20.000
110.542,00
Krisis
Peripheral
Eropa
2011
60.563,48
14
13
1/
1/
/3
/3
07
07
07
/3
1/
12
11
10
1/
1/
/3
/3
07
07
08
09
1/
/3
07
07
1/
/3
07
06
1/
/3
07
05
1/
07
/3
04
1/
/3
07
03
1/
/3
07
02
1/
/3
07
01
1/
/3
07
00
1/
/3
07
1/
/3
07
98
1/
1/
/3
07
/3
99
19.527,40
0
Foreign Reserve - Indonesia
Surplus Transaksi
...dari pengalaman banyak
negara terlihat bahwa
negara-negara yang
mempunyai transaksi
berjalan yang surplus
cenderung mempunyai
akumulasi cadangan
devisa yang lebih stabil.
Treasury, maka imbal hasil yang diperoleh
cen­
derung jauh lebih rendah dari suku
bunga pinjam­an.
Selain dari biaya yang muncul dari
sterilisasi, akumulasi cadangan devisa
juga berpotensi menimbulkan kerugian
kepada bank sentral pada saat terjadi
apresiasi nilai tukar mata uang domestik.
Dengan pe­­nguatan mata uang domestik,
bank sentral akan menanggung kerugian
akibat selisih kurs yang pada gilirannya
dapat memperburuk neraca bank sentral.
Melihat manfaat yang diperoleh
dan biaya yang muncul dari akumu­
lasi cadang­
an devisa, tantangan bagi
bank sentral adalah menentukan jumlah
kecu­kupan cadangan devisa yang ideal.
Ukuran yang lazim digunakan adalah
tiga bulan impor. Artinya, cadangan devi­
sa dianggap cukup apabila jumlahnya
pa­
ling tidak sama de­
ngan nilai impor
selama tiga bulan. Selain impor, krite­
ria kecukupan cadang­
an devisa yang
lazim digunakan adalah cakup­­an terha­
dap utang luar ne­
geri jangka pendek.
Berdasarkan kriteria ini, besarnya cadang­
an devisa yang dibutuhkan pa­ling tidak
sama de­ngan besarnya utang luar negeri
jangka pendek.
Kalau dilihat dari kedua kriteria di
atas, posisi cadangan devisa Indonesia
akhir-akhir ini masih relatif aman. Posisi
cadangan devisa Indonesia di bulan
Agustus 2014 mencapai US$ 111.2 mili­
ar, setara dengan 6,3 bulan nilai impor.
Jumlah cadangan devisa ini juga mampu
menutupi kira-kira dua kali lipat utang
luar negeri jangka pendek Indonesia.
Dengan kebijakan makroekonomi yang
sehat dan berhati-hati, kecukupan
cadangan devisa Indonesia diharapkan
akan terus terjaga. Sebaliknya, posisi
cadangan devisa yang kuat akan mem­
bantu menjaga kestabilan ekonomi dan
sistem keuangan.
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
15
GERAI INFO
BANK INDONESIA
Akumulasi cadangan devisa dapat
bersumber dari surplus transaksi berjalan
maupun dari surplus transaksi modal dan
finansial. Cadangan devisa bisa saja ber­
tambah dalam keadaaan transaksi berja­
lan defisit karena pertambahan cadang­an
devisa juga dapat bersumber dari aliran
masuk modal asing. Namun, dari pe­
­
ngalaman banyak negara terlihat bahwa
negara-negara yang mempunyai transaksi
berjalan yang surplus cende­rung mem­
punyai akumulasi cadangan devisa yang
lebih stabil. Hal tersebut mengingat aliran
modal masuk, khususnya dalam bentuk
portofolio, cenderung fluktuatif.
Meskipun banyak manfaat cadangan
devisa bagi kestabilan perekonomian,
tentu saja ada biaya yang ditanggung
dalam memegang cadangan devisa.
Akumulasi cadangan devisa akan meng­
akibatkan penambahan uang beredar apa­
bila tidak disterilisasi. Namun, sterilisasi
tersebut dapat menimbulkan biaya berupa
selisih suku bunga yang dibayarkan untuk
sterilisasi dan imbal hasil yang diperoleh
dari penempatan cadangan devisa. Karena
sebagian besar cadangan devisa ditempat­
kan pada instrumen-instrumen yang likuid
dan aman, seperti surat-surat berharga US
122.670,95
Krisis
Kredit
2008
120.000
07
jadi sebagai akibat dari upaya menstabil­
kan nilai tukar pada saat terjadi tekanan
apresiasi ketika alir­an modal asing masuk
(capital inflows) cukup deras.
Dengan ketersediaan cadangan devi­
sa yang cukup, suatu negara diharap­
kan dapat mengurangi goncangan yang
terjadi akibat krisis. Pengalaman menun­
jukkan bahwa persepsi terhadap suatu
ne­
gara berkembang yang mengalami
penurunan devisa secara drastis cende­
rung memburuk. Hal ini dapat memberi­
kan tekanan kepada kestabilan pasar
finansial keuang­
an domestik. Secara
makro, bukti-bukti empiris juga menun­
jukkan bahwa negara-negara berkem­
bang yang mempunyai cadangan devisa
yang cukup pada saat krisis cen­derung
mengalami penurunan PDB dan konsumsi
yang lebih kecil diban­
dingkan dengan
negara-ne­
gara berkembang yang tidak
mempunyai cadang­an devisa yang cukup.
LIPUTAN
B
Dwi Mukti Wibowo
Departemen Komunikasi
I kini telah membumi dengan
peran nyatanya dalam pember­
dayaan Usaha Mikro Kecil dan
Mene­
ngah (UMKM), pengen­
dalian inflasi di daerah (Tim Pengen­dali
Inflasi Daerah/TPID), pengedaran uang
di daerah daerah terpencil (bekerja sama
dengan kepolisian), memasyarakatkan
gerakan non tunai (GNT).
Tidak hanya itu, masih ada peran
BI lainnya di luar fungsinya se­
bagai
bank sentral, yaitu dalam pemberda­
yaan masyarakat dan pendidikan. Peran
tersebut sebagai wujud pemberian
pela­
yanan kepada masyarakat selaku
pemangku
kepentingan
sekaligus
Bank Indonesia Mengajar:
Antara Mengabdi
dan Peduli
Siapa bilang Bank Indonesia (BI) selalu ada di atas
me­nara gading? Atau asyik dengan peran utama­nya
sebagai regulator atau otoritas di bidang mo­neter,
sistem pembayaran dan makro prudensial? Fe­
­
nomenanya sudah berubah.
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
stakeholders BI. Peran ini merupakan salah
satu implementasi nilai strategis BI, yaitu
Public Interest. Nilai ini memberikan makna
bahwa BI harus mendekatkan diri dengan
masyarakat. BI harus tahu apa yang menjadi
harapan masyarakat. BI harus berkarya
untuk mendukung pembangunan nasional
yang dapat mewujudkan kesejah­
teraan
masyarakat.
Sebagai bentuk sumbangsih ke­
­
pada masyarakat, terutama kepedulian
di bidang pendidikan, dalam mem­
peringati HUT ke-61 BI dan HUT ke-59
Kemerdekaan Republik Indonesia,
BI menggelar satu program khusus
bertajuk ‘Bank Indonesia Meng­
ajar’.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur
Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo,
dan seluruh Anggota Dewan Gubernur
BI turut mengajar di bebe­rapa sekolah
di Jakarta maupun di bebe­rapa daerah.
Kegiatan mengajar, merupakan komitmen
BI dalam mendukung sektor pendidikan
LIPUTAN
karena pendidik­
an menjadi tanggung
jawab bersama, sehingga perlu partisipasi
segenap komponen masyarakat termasuk
BI.
Kegiatan mengajar ini akan dilaku­
kan oleh BI di setiap kabupaten/kota. BI
juga melanjutkan dukungannya di bidang
pendidik­an dengan memberikan beasiswa
bagi mahasiswa yang berprestasi, dan
secara berkala menerima siswa dan maha­
siswa magang dalam program praktik kerja
lapang­an (PKL), serta menyediakan sarana
perpustakaan yang ada di BI.
Dalam rangkaian acara HUT ke-59
Republik Indonesia, BI juga memberikan
ban­­­­­tuan sarana prasarana sekolah kepada
10 sekolah di Kantor Pusat (SMPN 282, SDN
Pasar Minggu 02 Pagi, SMK Negeri 38, SDN
Kampung Bali 07 Pagi, SMP Muhammadiyah
26, SDN Kampung Bali 02 Petang, SDN
Penggilingan 03 Pagi, SDN Kampung Bali
01 Pagi, dan SDN Menteng Dalam 05 Pagi).
Selain itu, bantuan pada 12 sekolah yang
ter­­­­sebar di tiga wilayah Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Dalam Negeri (KPwDN), yaitu
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah
IX (Sumut dan Aceh), Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah
dan Kantor Bank Indonesia Wilayah II
(Kalimantan).
Saat mengajar di depan pelajar SMKN
38 Jakarta, yang berlokasi di belakang
kompleks Bank Indonesia, Kebon Sirih,
Jakarta, Gubernur Bank Indonesia, Agus
DW Martowardojo sekaligus mencanang­
kan program ‘Bank Indonesia Mengajar’
dan memberikan edukasi dan sosialisasi
mengenai tujuan dan fungsi BI. Materi
yang diajarkan meliputi ekonomi, mone­
ter, perbankan dan keuangan, termasuk
sistem pembayaran tunai maupun non
tunai, literasi keuang­
an dan keuangan
inklusif, basic saving account.
Pada kesempatan terpisah, Deputi Gu­­­
bernur Senior (DGS) BI, Mirza Adityaswara
juga mengajar di SMA Negeri 5 Medan,
terkait dengan tugas dan peran BI. Menurut
dia, kegiatan ‘Bank Indonesia Mengajar’ ini
diadakan dalam rangka HUT BI dan HUT
RI Tahun 2014 sebagai wujud kepedulian
BI dan juga sebagai bentuk pengenalan BI
sebagai bank sentral kepada para pelajar.
Di Banjarmasin, Deputi Gubernur
Bank Indonesia (BI), Halim Alamsyah juga
berkesempatan mengajar di acara ‘Bank
Indonesia Mengajar’ bersama pelajar dari
SMP 31 Banjarmasin. Halim Alamsyah
berdialog langsung dengan para pelajar
untuk menjelaskan mengenai peran BI
sebagai bank sentral di Indonesia.
Program “Bank Indonesia Mengajar”
juga dilaksanakan di Palu. Deputi
Gubernur Bank Indonesia (BI), Ronald
Waas menyampaikan materi kebanksen­
tralan kepada para pelajar di SMP PGRI 3
Palu. Menurut Ronald Waas, pendidikan
mengenai kebanksentral­
an merupakan
upaya BI da­­­­lam mengedukasi masyarakat
sejak di­­­­ni tentang tugas pokok dan fungsi
Bank Indonesia se­
bagai bank sentral di
Indonesia.
Program ‘Bank Indonesia Mengajar’
ini relevan dengan gerakan serupa yang
telah familiar kita dengar, yaitu Program
Indonesia Mengajar yang digagas oleh
Anies Bawesdan. Dengan adanya programprogram seperti ini maka kita dapat ber­
harap akan mendatangkan dampak posi­
tif pada sisi pendidikan di Indonesia. Yang
penting, siapapun penggagasnya, selama
tujuan dari program tersebut positif bagi
dunia pendidikan, maka perlu kita apresiasi
dan dukung bersama-sama. Bagi BI, inilah
jawab­an jika BI telah membumi dan perduli.
Monetaria
Mengenal Istilah dalam Pasar Keuangan
Quantitave Easing-QQE dan reformasi
struktural atau yang dikenal dengan
istilah Three Arrows Abenomic.

Negative carry: kondisi ketika biaya atau
beban (cost of fund) lebih tinggi dari
pada imbal hasil atau pendapatan yang
diperoleh.

Risk taking: Perilaku investasi yang
cenderung memilih aset-aset yang
berisiko dan menawarkan imbal hasil
tinggi (seeking higher yield).

Risk aversion: Perilaku investasi yang
cenderung memilih aset-aset yang
aman (safe haven asset).

Bullish: berasal dari kata bull (banteng),
sebagai simbol kondisi pasar keuangan
yang optimis atau dalam tren
penguatan.

Bearish: dari kata bear (beruang), sebagai
simbol kondisi pasar keuangan yang
pesimis atau dalam tren pelemahan.

Aktifitas Shadow banking: aktifitas
penyaluran kredit yang dilakukan oleh
lembaga keuangan non-formal; atau
aktifitas lembaga keuangan formal yang
tidak diregulasi dan tidak dicatat pada
neraca lembaga keuangan dimaksud
(off balance sheet).

Idiosyncratic risk: risiko yang berasal
dari internal (perusahaan atau negara).

Market risk, lawan dari idiosyncratic risk,
adalah risiko yang berasal dari eksternal
(pasar atau global).

Sentimen: isu, rumor, ataupun peristiwa
tertentu yang dapat berpengaruh
terhadap perilaku investasi investor.
Sentimen dapat bersifat positif ataupun
negatif terhadap kondisi pasar keuangan.
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
17
GERAI INFO
BANK INDONESIA
Pembahasan tentang pengelolaan
cadangan devisa selalu melibatkan ber­
bagai istilah yang umum digunakan
dalam transksi di pasar keuangan. Berikut
ini disampaikan sejumlah istilah dan
penjelasannya secara sederhana.

Hawkish:
kebijakan
yang
mengindikasikan peningkatan suku
bunga (kebijakan moneter ketat).

Dovish: kebijakan yang mengindikasikan
penurunan sukubunga (kebijakan
moneter longgar).

Abenomic: berasal dari kata Abe (Shinzo
Abe, Perdana Menteri Jepang) dan
economic. Istilah Abenomic merujuk
pada program stimulus ekonomi
pemerintah Jepang yang dilakukan
melalui stimulus fiskal, stimulus
moneter melalui Qualitative and
DInAmIkA
Tabungan Negara
Peter Jacobs
Departemen Komunikasi
Waktu kecil orang tua saya
mengajari untuk menabung.
Walaupun sedikit, tabungan
itu nanti akan dipakai untuk
membeli barang yang kita
inginkan. Dan memang
ketika tabungan itu sudah
cukup banyak, oh bahagianya
membeli apa yang kita mau
dengan uang sendiri.
K
18
GERAI INFO
BANK INDONESIA
etika sudah bekerja, kita juga
diajari untuk menabung. Kali ini
tujuannya beragam, selain untuk
membeli barang atau asset yang
kita inginkan, juga untuk membiayai penge­
luaran yang tak terduga. Biaya sakit misal­
nya, jumlahnya bisa sangat besar dan kita
bisa sangat tertekan karena mungkin tak
mampu kita bayar dengan gaji kita. Dalam
hal inilah tabungan menjadi penting, digu­
nakan pada hari susah yang tidak terduga.
Konsep yang sama sebenarnya
juga berlaku untuk cadangan devisa
negara yang dikelola Bank Indonesia.
Untuk apa kita memelihara cadangan
devisa? Utamanya untuk membiayai
pengeluaran yang tidak terduga. Jika
sewaktu-waktu terjadi outflow (capital
reversal) dalam jumlah besar, dana asing
yang ditempatkan di Indonesia tiba-tiba
keluar. Apabila tidak dilakukan tindakan,
maka nilai tukar Rupiah akan tertekan dan
melemah dengan cepat.
Nah, dengan memiliki cadangan
devisa yang cukup, maka kita dapat
melakukan intervensi membeli Dollar
atau dalam kondisi sebaliknya kita bisa
menjual Dollar. Tindakan intervensi
ini akan meredam fluktuasi, sehingga
memberikan ketenangan di pasar uang.
Bayangkan kalau BI tidak melakukan
intervensi jual atau beli valuta asing. Kurs
rupiah naik atau turun dengan tajam,
jadi sesuatu yang tidak diharapkan. Dalam
bahasa lain, investor akan merasa confident
dengan kondisi ekonomi Indonesia karena
meyakini kredibilitasnya.
Di sisi lain, kalau jumlah cadangan
devisa kita turun drastis, kita juga tidak
perlu terlalu khawatir karena Indonesia
punya kapasitas ekonomi dan sumber
daya yang besar. Satu hal lagi yang penting
yaitu bahwa kita mampu membayar
kewajiban utang luar negeri Pemerintah.
Menentukan
Tujuan Investasi
Evaluasi Kinerja &
Risiko
Siklus
Pengelolaan
Cadangan
Devisa
Memilih Strategi
Investasi (tactical)
tentu akan meresahkan para pelaku
ekonomi dan masyarakat umumnya.
Dalam hal ini, cadangan devisa sangat
bermanfaat untuk mendukung efektifitas
kebijakan Bank Indonesia.
Itu baru satu kegunaan tabungan nega­
ra dalam bentuk cadangan devisa ini. Sama
seperti ketika ada uang di kantong, hati
terasa tenang, karena kalau terjadi apa-apa
kita bisa bayar. Demikian pula bila jum­
lah cadangan devisa cukup, maka kita pun
te­nang, karena punya persediaan ketika ter­
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
Menentukan
Kebijakan Investasi
Menentukan
Alokasi (Strategic
Asset Allocation)
Investasi
So, punya cadangan devisa banyak
tentu kita syukuri. Tapi kalau jumlah nya
menurun karena terpakai pada hari ‘hujan’,
tidak perlu terlalu khawatir, karena yang
terpenting jumlahnya cukup.
Tinggal sekarang, bagaimana kita kelola
dengan baik dana yang disimpan dalam
bentuk cadangan devisa ini, supaya selalu
tersedia likuiditas yang cukup, aman dalam
penempatannya dan juga menguntungkan.
Untuk hal-hal ini Bank Indonesia sudah
melakukan tugasnya dengan baik.
DInAmIkA
P
erpustakaan Kantor Pusat (KP) Bank Indonesia (BI) mempertahan­
kan sertifikat ISO 9001:2008 yang diraih sejak 2011 dalam mem­
berikan pelayanan terbaik kepada pengguna jasa Perpustakaan.
Penerimaan sertifikat ini bukti keberhasilan Perpustakaan KP BI
dalam mempertahankan kualitas mutu pelayanan berstandar inter­
nasional yang telah diperoleh untuk periode 2011-2014, dan kali ini
diberikan untuk periode 2014-2017.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menerima penghargaan sertifikat
ISO 9001:2008 untuk Perpustakaan Bank Indonesia dari lembaga akre­
ditasi ternama, Bureau Veritas Indonesia (PT. BVI), di Ruang Serbaguna,
Menara Syafrudin Prawiranegara Bank Indonesia, Rabu 27 Agustus
2014.
Perry Warjiyo mengatakan Dewan Gubernur BI mengapresiasi pen­
capaian ini. “Program penambahan koleksi, peningkatan wawasan dan
pengetahuan SDM pustakawan, dan kerjasama dengan perpustakaan
Kantor Perwakilan BI di daerah maupun perpustakaan kementerian/
lembaga/perguruan tinggi agar terus ditingkatkan.”
Direktur PT. BVI, Lontung Simamora menuturkan keberhasil­an
Perpustakaan KP BI ini karena adanya komitmen pengelola per­
pustakaan untuk mewujudkan visinya, yang diikuti dengan continual
improvement. “Keberhasilan memperoleh ISO untuk kedua kalinya ini
merupa­kan prestasi tersendiri, karena sampai saat ini belum ada per­
pustakaan lembaga atau kementerian yang memperoleh pencapaian
ini” ujarnya. Yuk ke Perpustakaan...
Sertifikat ISO Bagi
Pelayanan Terbaik
Uang Baru di Hari Kemerdekaan RI
B
E N
S I M
E
P
S
E N
S I M
E
P
S
Indonesia dalam uang kertas terse­
but menegaskan makna filosofis rupiah
se­bagai simbol kedaulatan negara yang
harus dihormati dan dibanggakan oleh
seluruh warga negara Indonesia.
Secara detail uang pecahan Rp100.000
baru memiliki ciri, yakni apabila dilihat
dari sudut tertentu akan terlihat perbe­
daan warna atau gambar pada beberapa
elemen yakni colour shifting ink, rainbow
effect, latent image, dan benang penga­
man.
Selain itu, jika diraba pada beberapa
bagian cetakan akan terasa kasar, se­perti
bagian gambar Soekarno dan gedung
MPR/DPR/DPD RI, angka 100 dan tulisan
‘Negara Kesatuan Republik Indonesia’. Bila
diterawangkan, akan terlihat gambar logo
BI yang saling mengisi (rectoverso) serta
gambar pahlawan dan ornamen pada
area Tanda Air.
Selanjutnya apabila disinari lampu
Ultra Violet, beberapa elemen, yang tam­
pak maupun yang tidak nampak, akan ter­
lihat me­mendar. Jika menggunakan kaca
pembesar akan terlihat susun­an teks yang
berbeda ketebalan dan ukuran hurufnya.
Terakhir adalah perubahan penulisan
nama dan gelar pahlawan yang meng­
gunakan H.C. berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 22 Tahun 2014 tanggal
2 Juni 2014 tentang Penetapan Gambar
Pahlawan Nasional Dr. (H.C.) Ir. Soekarno
dan Dr. (H.C.) Drs. Mohammad Hatta
dalam Rupiah Kertas Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
19
GERAI INFO
BANK INDONESIA
ank Indonesia, Kamis (14/8), meng­
umumkan dikeluarkannya uang
pecahan Rp100.000 tahun emisi
2014 yang mulai diberlakukan, dikeluar­
kan, dan diedarkan per 17 Agustus 2014
bertepatan dengan Hari Ulang Tahun
ke-69 Kemerdekaan Republik Indonesia.
Sekilas uang Rp100.000 yang baru ini
desainnya tidak meng­
alami perubah­
an
yang signifikan dibandingkan de­
ngan
uang pecahan lama (tahun emisi 2004)
yang masih beredar.
Perbedaaan utama yang dapat dike­
nali adalah adanya frasa “Negara Kesatuan
Republik Indonesia” pada bagian muka
dan belakang uang, dan pada bagian
pe­
nandatangan uang dari yang sebe­
lumnya Anggota Dewan Gubernur
Bank Indonesia menjadi Gubernur Bank
Indonesia dan Menteri Keuangan.
Penggunaan frasa “Negara Kesatuan
Republik Indonesia” serta tanda tangan
Gubernur Bank Indonesia dan Menteri
Keuangan mewakili Pemerintah Republik
BI PEDULI
Sendratari Tambun dan Bungai
Bank Indonesia Ikut Kembangkan
Seni Budaya Suku Dayak
Ribuan warga memadati halaman Kantor Per­
wakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan
Tengah ditengah guyuran hujan malam itu.
Laki-laki, perempuan, tua dan muda hingga
anak-anak, tampak antusias menunggu di
kursi-kursi yang disediakan. Derasnya hujan
tak menyurutkan semangat ribuan masyara­
kat Kota Palangkaraya untuk menyaksikan se­
buah atraksi budaya Suku Dayak.
H
20
GERAI INFO
BANK INDONESIA
alaman Kantor Perwakilan Bank
Indonesia (BI) itu disulap menjadi arena
pertunjukkan dengan tata panggung
yang berbalut kain-kain etnik khas Suku
Dayak. Kursi-kursi penonton pun ditata melingkar
mengitari panggung, layaknya panggung per­
tunjukkan megah.
Tepat di depan panggung, berjejer kursi VVIP
yang telah diisi oleh Gubernur Kalimantan Tengah
(Kalteng) Agustin Teras Narang, Kepala Kantor
Perwakilan BI Kalteng Muhammad Nur, Bupati dan
Walikota se-Kalteng, dan sejumlah tamu undangan
penting lainnya. Saat jam menunjukkan angka
20.30 WIB, pembawa acara memulai pembukaan
pertunjukkan.
Perhelatan budaya di kota yang direncanakan
oleh Presiden Soekarno menjadi pengganti Jakar­
ta sebagai Ibu Kota Negara itu dibuka oleh Deputi
Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas.
Gubernur Agustin Teras Narang
memuji
pagelaran
ter­­­­­sebut
dan
langsung me­
manggil Ke­
pala Dinas
Pariwisata
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
BI PEDULI
ngai dinilai sebagai manusia
sete­ngah dewa bagi Suku Da­
yak. Karena memiliki ber­bagai
versi cerita, para pelaku seni
pun melakukan studi kepada
tokoh-tokoh adat. Pada akhir­
nya, didapatlah sebuah alur
cerita dari sisi heroik Tambun
dan Bungai.
“Singkat cerita, terciptalah
sendratari
Tambun
dan
Bungai,” papar Muhammad
Nur. Diskusi dengan seluruh
stakeholder terjadi sejak 28 Januari
2013. Kemudian pada awal 2014
terbentuklah gabungan sanggar yang
akan menampilkan sendratari Tambun
dan Bungai.
Penampilan perdana dilakukan
di Hotel Swissbell Palangkaraya
pada 25 April 2014. Sebanyak 80
penampil terlibat dalam sendratari
yang terdiri dari penari, pemusik,
penyanyi, hingga desain panggung.
Sendratari yang berdurasi 90 menit
itu ditampilkan untuk kedua kalinya
di Palangkaraya.
Muhammad Nur mengungkapkan
sendratari di Bumi Pancasila tersebut
merupakan acara puncak dari tiga
kegiatan yang digelar BI, yakni edukasi
keuangan, pameran museum BI, dan
sosialisasi keaslian uang rupiah melalui
sendratari Budaya Suku Dayak. Edukasi
keaslian rupiah dalam kegiatan ter­
sebut diikuti oleh anak-anak sekolah
dan masyarakat umum.
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
21
GERAI INFO
BANK INDONESIA
Kalteng agar membuat acara serupa
secara rutin untuk agenda wisata.
“Ini sangat membanggakan bagi
Provinsi Kalteng, karena ini pertama
kali,” ujar Teras Na­rang saat menyam­
paikan sambutannya. De­ngan besarnya
potensi sektor seni budaya se­perti yang
ditampilkan, lanjutnya, akan ikut me­­­­­
numbuhkan perekonomian wilayah
setempat.
Apa sebenarnya acara yang dige­
lar oleh BI Wilayah Kalteng itu hingga
membuat Teras Narang merasa perlu
dikembangkan lagi sebagai agenda rutin
wisata provinsi ini ?
Adalah Muhammad
Penari memainkan sendra tari Tambun dan Bungai,
Nur, Kepala Kantor
cerita Rakyat Kalteng.
Perwakilan Bank In­
donesia Wilayah Kali­
mantan Tengah, yang
memiliki kegundahan
terhadap sektor pari­
wisata di Kalimantan
Tengah.
Dia bersama
tim
BI
Wilayah
Kalteng melakukan
kajian ekonomi. BI
melihat potensi sektor pariwisata Palangkaraya juga menangkap niat BI
terbilang cukup besar karena dalam dengan menerbitkan surat keputusan
lima tahun terakhir, subsektor tersier untuk membentuk tim pengembang­
berupa bisnis perhotelan dan wisata an budaya dan pariwisata.
terus meroket. Potensi pariwisata
di bidang kebudayaan, tarian, Destinasi baru
dan keindahan alam dinilai dapat
Muhammad Nur pada awalnya
memicu pertumbuhan ekonomi yang ingin membuat sebuah kegiatan tu­
dampaknya dapat langsung dirasakan juan destinasi wisata baru. Pasalnya,
oleh masyarakat Kalteng.
setiap kali ada tamu yang berkunjung
Dari kajian tersebut, BI memiliki ini­ ke Kalteng, dia selalu bingung untuk
siatif untuk mengadakan coffee morn­ meng­­­ajak berwisata. Kemudian, ter­­­­­­
ing dengan tokoh-tokoh adat Dayak, in­s­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­pirasi dari Sendratari Ramayana yang
dinas pariwisata, pelaku usaha wisata, ada di Candi Prambanan, Jawa Tengah,
perhotelan dan pemangku kepen­ dia kemudian mengusulkan sendratari
tingan di sektor ini. “Kami melakukan yang mengangkat budaya Suku Dayak.
brainstorming. Kami tidak tahu awal­
Semua pihak setuju dengan ide
nya dari mana. Ternyata justru mere­ itu. Selanjutnya, dikumpulkanlah pe­­­­
ka antusias terutama dari para pelaku laku seni di Kalteng terutama sanggarwisata karena selama ini tidak ada yang sanggar yang selama ini berdiri sendiri.
mengkoordinir,” tutur Muhammad Nur.
Setelah terkumpul sekitar 10 dari
Pertemuan itu menghasilkan kese­ puluhan sanggar, tercetuslah ide un­
pakatan untuk bertemu kembali hing­ tuk menampilkan sendratari Tambun
ga beberapa kali. Pemerintah Kota dan Bungai. Tokoh Tambun dan Bu­
KORIDOR
DHE masuk,
Cadev Berkecukupan
Terjaga
B
Oleh: Rizky Utama
Departemen Komunikasi
22
GERAI INFO
BANK INDONESIA
Sebelum Juni 2013, Devisa Hasil
Ekspor (DHE) tidak wajib diterima
melalui bank devisa di dalam
negeri. Kondisi itu mirip pepatah
“sudah jatuh tertimpa tangga”,
sudah pendapatan ekspor sering
lebih kecil dibandingkan dengan
volume impor, devisa pun tidak
sepenuhnya dapat dimanfaatkan
untuk menambah pasokan valuta
asing, karena tidak segera masuk
ke dalam negeri.
erdasarkan data 2011, potensi DHE Indonesia di luar negeri sekitar
USS 31 miliar. Inilah yang mendorong Bank Indonesia dalam men­
jalankan tugasnya menjaga stabilitas nilai rupiah mengeluarkan
Peraturan Bank Indonesia (PBI) 13/20/PBI/2011 yang disempur­
nakan menjadi PBI No.14/25/PBI/2012.
Peraturan ini kembali disempurnakan menjadi PBI No. 16/10/2014
yang mewajibkan DHE harus diterima melalui bank devisa di dalam ne­geri.
Kebijakan untuk meletakkan dana pada Bank Devisa Dalam Negeri ini
mulai berlaku sejak 2 Januari 2012.
Sebelum PBI itu berlaku, pasar domestik seringkali kekurangan pasok­
an valas. Kekurangan tersebut umumnya dipenuhi oleh modal asing jang­
ka pendek (hot money) yang rentan terhadap pembalikan (sudden capital
reversal), sehingga berpotensi mengganggu kestabilan rupiah.
Kini, meski PBI tidak mewajibkan DHE yang diterima bank devisa di
dalam negeri ditahan dalam jangka waktu tertentu, tetapi adanya aliran
DHE relatif dapat menambah pasokan valas. Keseimbangan antara supply
dan demand valas lebih terjaga, serta ketergantungan terhadap dana asing
jangka pendek bisa berkurang.
Kontribusi DHE dalam menjaga stabilitas rupiah lebih optimal, apabila
devisa itu lebih lama bertahan di dalam negeri, tidak “mampir” sekadar
memenuhi kewajiban dari aturan yang berlaku. Semakin besar dan lama
DHE masuk, semakin banyak pula pasokan valas di dalam negeri, sehingga
nilai tukar lebih stabil.
Memang sebagaimana diatur dalam UU No. 24 tahun 1999 tentang
Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar, tidak ada larangan mengenai
jangka waktu ataupun tempat yang mewajibkan devisa ditempatkan di
bank devisa di dalam negeri. Bank Indonesia pun meyakini UU tersebut
merupakan amanat yang harus dijalankan oleh setiap pemangku kepen­
tingan.
Karena itulah, demi menjaga kestabilan nilai tukar rupiah di tengah
aliran devisa yang bebas, pendalaman pasar keuangan menjadi hal yang
krusial. Pendalaman pasar keuangan dapat diartikan tersedianya beragam
instrumen investasi, yang memungkinkan investor asing memilih berdasar­
kan kebutuhan investasinya.
Dengan beragamnya instrumen keuangan di Indonesia diharapkan
transaksi valas lebih bergairah dan lebih atraktif, serta bisa menyeimbang­
kan pasokan dan permintaan valas.
Soal penarikan DHE ke dalam negeri dan pendalaman pasar keuangan
domestik, pada hakikatnya berkaitan erat dengan stabilitas nilai tukar.
Rupiah yang stabil akan menjaga posisi cadangan devisa yang berkecu­
kupan. Sebab, penggunaan cadangan devisa untuk intervensi valas guna
mengatasi depresiasi rupiah yang terlalu dalam akan terminimalisir.
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
RILEKS
111.224
Posisi cadangan devisa Indonesia pada
29 Agustus 2014 tercatat US$111,22 miliar
naik US$682 juta dibandingkan dengan
posisi bulan sebelumnya (25 Juli)
sebesar US$110,54 miliar.
110.542
107.678
107.048
105.563
Bila dibandingkan dengan posisi
awal tahun (31 Januari) di mana devisa
pada saat ini tercatat US100,65 miliar,
maka posisi devisa akhir Agustus
bertambah US$10,57 miliar atau naik 10,1%.
102.741
102.592
100.651
Dilihat dari trend perkembangannya,
posisi cadangan devisa Indonesia
setiap bulannya sepanjang tahun 2014
dalam kondisi terjaga jumlahnya
dan terus tumbuh, yang mencerminkan
pengelolaan cadangan devisa yang baik
dan sesuai dengan target.
14
-20
1
1-0
3
2
14
-20
2
8-0
4
01
3-2
-0
31
4
01
4-2
-0
30
14
-20
-05
30
3
14
-20
6
0-0
2
14
-20
7
5-0
4
01
8-2
-0
29
KUIS
Jawab pertanyaan di bawah ini dan dapatkan hadiah menarik dari Gerai Info Bank Indonesia:
1. Berapa jumlah cadangan devisa pemerintah Indonesia pada posisi Agustus 2014?
2. Apakah nama sendratari yang ditampilkan di Kantor Perwakilan BI Kalimatan Tengah?
Tebak Kata
D
E
V
I
S
A
X
O
P
Q
Z
K
X
K
E
W
A
J
I
B
A
N
X
U
H
N
X
O
P
R
Q
U
S
X
K
O
X
L
I
K
U
I
D
X
A
T
M
T
J
V
N
P
Q
T
S
T
R
G
H
A
N
O
V
N
M
X
Z
W
X
K
J
x
S
P
E
K
U
L
A
T
O
R
X
U
L
Q
S
D
F
E
C
B
Z
I
L
A
M
X
T
E
R
M
I
N
X
S
M
N
J
G
O
Q
V
A
X
E
T
I
S
G
X
O
R
I
X
H
C
L
X
S
O
Carilah istilah-istilah ekonomi
di bawah ini pada susunan katakata mendatar atau menurun:
1. Devisa
2. Pasar
3. Kuota
4. Kewajiban
5. Likuid
6. ATM
7. Investor
8. Krisis
9. Spekulator
10. Lemah
11. Uang
12. Termin
13. Etis
14. ORI
Pemenang Kuis &
Tebak Kata eds. 47/2014
Pemenang Kuis
1. Yoga Munajat,
Gorontalo
(0821505xxxx)
2. Harbianti,
Kendari
(08524188xxxx)
Pemenang Tebak Kata
1. Aristya Wulandari,
Jakarta
(08211409xxxx)
2. Hendro Prakoso,
Pontianak
(08525206xxxx)
Jawaban KUIS dan TEBAK KATA di email ke: [email protected] paling lambat 31 November 2014. Di dalam subyek email cantum­
kan “Kuis” atau “Tebak Kata” Edisi 49 / 2014,” dan sertakan pula nama lengkap, alamat, profesi, dan nomor telepon yang dapat
dihubungi. Pemenang akan diumumkan dalam Gerai Info Bank Indonesia edisi selanjutnya.
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
23
GERAI INFO
BANK INDONESIA
S
EKSPOSE
Utang luar negeri, jika dikelola
dengan cermat, tidak akan ber­
dampak buruk. Transaksi lin­
dung nilai (hedging) merupakan
salah satu strategi untuk men­
jaga agar utang dalam valuta
asing tidak menyeret debitur ke
dalam krisis keuangan.
B
24
GERAI INFO
BANK INDONESIA
ank Indonesia baru-baru ini
mengeluarkan aturan baru terkait
hedging. Ada tiga Peraturan Bank
Indonesia (PBI) terkait transaksi
lindung nilai yang meliputi PBI tentang
transaksi valuta asing terhadap rupiah
antara bank dengan pihak domestik, tran­
saksi valuta asing terhadap rupiah antara
bank dengan pihak asing, dan transaksi
lindung nilai kepada bank.
Seperangkat aturan tersebut diharap­
kan dapat mempermudah debitur, baik
perusahaan swasta, BUMN, maupun lem­
baga dan institusi, untuk mengamankan
portofolio utang valas dengan meman­
faatkan fasilitas hedging.
Khusus untuk BUMN dan institusi
negara, BI telah bekerja sama dengan
sejumlah pihak guna menyusun standard
operational procedure (SOP) terkait pe­
­
laksanaan hedging. Adanya acuan yang
jelas diharapkan dapat mengcegah moral
hazard dan mengikis persepsi bahwa
biaya yang timbul dari kegiatan hedging
merupakan kerugian negara. Padahal,
hedging justru merupakan upaya yang
dilakukan untuk mendorong kepastian
usaha karena menghilangkan risiko buruk
akibat fluktuasi nilai tukar mata uang.
Pedoman SOP yang telah disepa­
kati bersama antara BI, Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), Badan Pemeriksa
Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
Kejaksaan Agung, Kepolisian RI, Kemen­
terian Keuangan, dan Kementerian BUMN
tersebut menjadi acuan bagi penegak
hukum dan lembaga auditor dalam
menjalankan kewenangannya melaku­
kan pemeriksaan atas transaksi hedging.
Sebelum ada aturan yang jelas, muncul
kekhawatiran dari kalangan perusahaan
Hedging
Sebagai Jaring Pengaman
BUMN bahwa kerugian yang terjadi akibat
pelaksanaan transaksi hedging merupa­
kan sebuah bentuk pelanggaran hukum
karena menyebabkan kerugian negara.
BI, sebagai penanggung jawab kebi­
jakan makroprudensial, menilai tran­
saksi lindung nilai merupakan langkah
yang sangat penting ditempuh untuk
memperkuat stabilitas nilai tukar dan
me­
ngurangi tekanan di pasar valuta
asing domestik. Kesepakatan tersebut
juga diyakini akan mendorong pendalam
pasar keuangan valas di pasar domes­
tik. Tujuan akhirnya adalah stabilitas nilai
tukar rupiah dan sistem keuangan secara
keseluruhan.
RELAKSASI
Di sisi lain, BI juga merilis aturan baru
terkait transaksi valas terhadap rupiah
sebagai penyempurnaan dari aturan
yang sebelumnya sudah berlaku. Dalam
aturan baru yang terbit pada September
2014 tersebut, BI memberikan sejumlah
fleksibilitas guna mendorong transaksi
valas menjadi lebih mudah, transparan,
dan minim risiko.
Relaksasi aturan dilakukan untuk
memicu kenaikan transaksi valas yang
saat ini masih berkisar US$5 miliar per
hari, jauh lebih rendah dibandingkan
dengan transaksi di Malaysia dan Thailand
yang telah menyentuh rata-rata US$ 11,05
miliar dan US$12,78 miliar perhari.
Sejumlah perubahan mendasar dalam
beleid terbaru ini di antaranya adalah
kemudahan dalam melakukan netting dan
pemenuhan underlying dalam kontrak
transaksi valas.
Aturan sebelumnya mewajibkan nasa­
bah untuk menyediakan underlying dalam
setiap transaksi kontrak forward, baik
saat netting, melakukan unwind (putus
kontrak), early termination (mengakhiri
Edisi 49 | 2014 | Tahun 5 | Newsletter Bank Indonesia
kontrak lebih awal), ataupun jika ingin
melakukan roll over kontrak baru.
Dalam aturan yang baru, seluruh
proses tersebut kini dibuat menjadi lebih
sederhana. Penyediaan underlying hanya
diwajibkan saat melakukan kontrak for­
ward pertama kali. Pada transaksi selan­
jutnya, nasabah tidak lagi diwajibkan
menyediakan underlying sepanjang masa
berlakunya belum kadaluarsa.
Sebagai ilustrasi, jika underlying ber­
laku selama satu tahun, maka investor
dapat melakukan sejumlah transaksi for­
ward, unwind, roll over, ataupun early ter­
mination tanpa perlu mengajukan under­
lying lagi dalam setiap transaksi selama
satu tahun.
Kemudahan lainnya adalah terkait
jenis underlying yang dapat diterima oleh
regulator. Sebelumnya, BI telah meri­
lis sejumlah aset yang dapat digunakan
se­bagai underlying dalam pembelian
kontrak forward. Namun pada perkem­
bangannya, BI merasa perlu memberikan
peluang bagi bank dan nasabahnya untuk
mengusulkan jenis-jenis underlying baru.
Dalam hal ini, BI bertindak sebagai
pengawas yang akan memeriksa reliabili­
tas aset underlying yang diajukan. Jika
dinilai memadai, maka aset tersebut
dapat dipergunakan sebagai underlying
dalam kontrak forward.
BI juga bekerja sama dengan
Komite Pasar Valuta Asing Indonesia
(Indonesian Foreign Exchange Market
Committee/IFEMC) untuk menyisir
jenis-jenis aset yang dapat dijadikan
sebagai underlying baru dalam tran­
saksi forward untuk kemudian dima­
sukkan ke dalam daftar underlying yang
dapat digunakan. Daftar tersebut akan
diperbarui setiap tahun untuk menye­
suaikan perkembang­an dalam industri
tran­saksi valas.
Download