Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017) PENGARUH DEBIT UDARA DAN WAKTU AERASI TEHADAP EFISIENSI PENURUNAN BESI DAN MANGAN MENGGUNAKAN DIFFUSER AERATOR PADA AIR TANAH Kapri Batara*), Badrus Zaman**), Wiharyanto Oktiawan**) Departemen Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro JL. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang, Semarang, Indonesia 50275 email: [email protected] Abstrak Sumber air tanah dalam penelitian ini diambil dari Reservoir RT 02/ RW 01 Kelurahan Tembalang Kecamatan Tembalang yang memiliki kandungan besi terlarut dan mangan terlarut yang tinggi sebesar 3,57 mg/L dan 0,79 mg/L. Parameter besi terlarut dan mangan terlarut tersebut masih belum memenuhi baku mutu untuk air minum berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomer 82 Tahun 2001. Upaya dalam meningkatkan penyisihan besi terlarut dan mangan terlarut pada air tanah menggunakan diffuser aerator dengan memperbesar debit udara dan menambah lamanya waktu aerasi agar memenuhi baku mutu. Penelitian ini menggunakan 3 reaktor dengan masing-masing variabel bebas berupa debit udara sebesar 2 liter/menit, 4 liter/menit, 6 liter/menit dan waktu pengolahan secara aerasi selama 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit. Variabel terikat ialah konsentrasi besi terlarut dan mangan terlarut. Sedangkan untuk variabel kontrol adalah kedalaman diffuser, volume air 1800 ml dan debit aliran 60 ml/menit. Pemberian perlakuan debit udara dan waktu aerasi menyebabkan peningkatan penyisihan konsentrasi besi terlarut dan mangan terlarut secara signifikan. Debit udara dalam menurunkan besi terlarut tertinggi terdapat pada reaktor ketiga dengan debit udara 6 liter/menit dengan penurunan konsentrasi sebesar 1,43 mg/L atau peningkatan efisiensi penyisihan 61,9%. Sedangkan, untuk mangan terlarut pada reaktor ketiga dengan debit udara 6 liter/menit, penurunan konsentrasi tertinggi sebesar 0,322 mg/L atau peningkatan efisiensi penyisihan 24,1%. Sementara itu, debit udara optimum dalam menyisihkan besi terlarut dan mangan terlarut terdapat pada reaktor kedua dengan debit udara 4 liter/menit, waktu aerasi optimum untuk menyisihkan besi sebesar 15 menit dan mangan sebesar 15 menit. Kata kunci : besi dan mangan terlarut, aerasi, air tanah, diffuser aerator Abstract [The Effect of Air Flow and Aeration Time for Removal Dissolved Iron and Manganese Efficiency with Diffuser Aerator in Ground Water]. The source of ground water in this research was located in Reservoir RT 02/ RW 01 Kelurahan Tembalang Kecamatan Tembalang, which contain high dissolved iron and manganese namely 3,57 mg/L and 0,79 mg/L. Dissolved iron and manganese parameter don’t fullfil the standart quality for drinked water, Goverment Regulation Number 82 on 2001. Effort for increasing dissolved iron and manganese removal in ground water using diffuser aerator by enlarging air flow and adding duration of aeration time in order to reach the standart quality. This research using 3 reactors with each independent variables contain the airflow equal to 2 liter/minute, 4 liter/minute, 6 liter/minute and treatment time with aeration process for 15 minutes, 30 minutes, 45 minutes, 60 minutes. The dependent variables are concentration of dissolved iron and manganese. The control variables are depth of diffuser, water volume, flow 60 ml/minute. Treatment for air flow and aeration time cause increasing removal of dissolved iron and manganese concentration significantly. Air flow for descreasing dissolved iron and 1 *) Penulis **) Dosen Pembimbing Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017) manganese is located in the third reactor with its air flow 6 liter/minute with concentration reduction equal to 1,43 mg/L or grow of efficiency removal total of 61,9%. Meanwhile, for the dissolved manganese in the third reactor with air flow 6 liter/minute, reduction of concentration equal to 0,322 mg/L or enhancement efficiency removal total of 24,1%. Optimum air flow for removal dissolved iron and manganese in the second reactor with its air flow 4 liter/minute, optimum aeration time in order to descrease dissolved iron and manganese which happened until 15 minutes and 15 minutes. Keywords : dissolved iron and manganese, aeration, ground water, diffuser aerator PENDAHULUAN Air tanah mengalami kontak dengan berbagai macam material yang terdapat didalam bumi sehingga pada umumnya air tanah mengandung kation dan anion terlarut dan beberapa senyawa anorganik. Ion-ion yang sering ditemui pada air tanah adalah besi (Fe) dan mangan (Mn) (Sari, 2010). Unsur besi dan mangan adalah mineral yang umum ditemukan di tanah dalam bentuk oksida yaitu ferri oksida dan mangan oksida. Apabila unsur tersebut didalam air, maka akan berikatan dengan bikarbonat terlarut (ferro bikarbonat dan mangan bikarbonat), ferro terlarut atau mangan sulfat (Asmadi et. al, 2011). Penelitan awal menunjukan bahwa karakteristik air tanah terutama pada parameter besi terlarut dan mangan terlarut tergolong tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan pengujian air tanah pada titik pengamatan di Reservoir RT 02/ RW 01 Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang yang dimanfaatkan warga sekitar untuk keperluan sehari-hari dengan konsentrasi besi terlarut terukur sebesar 3,57 mg/L dan mangan terlarut sebesar 0,79 mg/L. Jika sumber air yang digunakan untuk penyediaan air bersih mengandung konsentrasi besi (Fe) lebih besar 1 mg/L atau kandungan mangan (Mn) melebihi 0,5 mg/L berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air maka perlu pemilihan cara pengolahan 2 *) Penulis **) Dosen Pembimbing yang sesuai yaitu metode oksidasi dengan cara aerasi. Metode aerasi sering digunakan untuk pengolahan air minum dengan memasukan oksigen kedalam air sehingga besi (Fe) dan mangan (Mn) berekasi dengan oksigen yang semula dalam bentuk Fe2+ dan Mn2+ terlarut menjadi Fe3+ dan Mn3+ yang akan mengendap untuk kemudian dipisahkan dari air tanah (Taufan, 2011). Efektifitas proses aerasi sebagai salah satu cara untuk mengurangi atau menghilangkan bahan-bahan pencemar dalam air sampai batas yang dipersyaratkan ditentukan oleh persebaran udara dalam kolam aerasi (Wijayanti, 2008). Metode ini menekankan pada transfer oksigen ke dalam air untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut, menyisihkan kandungan besi dan mangan, hidrogen sulfida, senyawa organik serta karbondioksida yang ada didalam air (Qasim, et al., 2000). Ada beberapa jenis aerasi yang sering digunakan yakni gravity aerator, spray aerator, diffusser aerator, dan mechanical aerator (Benefiled, et al., 1982). Pada aerator jenis diffuser dapat melakukan transfer oksigen dari udara bertekanan yang diinjeksikan dalam air. Injeksi udara berlangsung dalam bak besar melalui diffuser berpori berbentuk plat atau tabung. Udara yang keluar dari diffuser biasanya berbentuk gelembung udara yang akan menyebabkan peningkatan turbulensi air. Pemilihan tipe diffuser aerator didasarkan pada mudahnya perawatan, efisiensi transfer Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017) oksigen tinggi dan ekonomis (Haryanto, et al., 2005). Dalam penelitian Al-Ahmady (2006) menyatakan bahwa kedalaman air dan luas area permukaan pada diffuser berpengaruh signifikan. Nilai kapasitas transfer oksigen dan efisiensi berada dalam rentan 18-170 grO2/m3.jam dan 2-17 grO2/m3 udara. Peningkatan koefisien transfer gas untuk fine bubble enam kali lebih besar dari coarse bubble yang didukung peningkatan kedalaman dan laju aliran udara dan menurun apabila peningkatan volume air (Schierholz, et al., 2006). Menurut penelitian yang dilakukan Abuzar et. al (2012) nilai koefisen transfer gas (Kla) sebesar 0,045/menit menyebabkan kenaikan konsentrasi oksigen yang semula sebesar 5,97 mg/L menjadi 6,34 mg/L. Selain itu, upaya mengetahui efisiensi penyisihan kadar besi (Fe) menggunakan diffuser aerator dengan td 18 menit sebesar 2,6 %. Hal ini sejalan dengan bertambahnya ketinggian air akan meningkatkan waktu kontak antara air dan gelembung (Lutfihani, 2015). Penelitian-penelitian mengenai proses aerasi dalam menyisihkan konsentrasi besi terlarut dan mangan terlarut pada air tanah sudah banyak dilakukan. Akan tetapi, penelitian yang berhubungan dengan jenis diffuser aerator untuk menyisihkan konsentrasi besi terlarut dan mangan terlarut pada air tanah masih belum diteliti secara lebih mendalam. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh variasi debit udara dan waktu aerasi optimum terhadap efisiensi penurunan konsentrasi besi terlarut dan mangan terlarut menggunakan diffuser aerator untuk pengolahan air tanah. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris. Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium menggunakan reaktor kontinyu. Variabel 3 *) Penulis **) Dosen Pembimbing bebas dalam penelitian ini antara lain debit udara sebesar 2 L/menit, 4 L/menit, 6 L/menit dan waktu aerasi selama 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit. Variabel terikat yakni konsentrasi besi terlarut dan mangan terlarut. Sementara itu, variabel kontrol dengan memperhatikan kedalaman diffuser pada bagian dasar reaktor, volume air uji sebanyak 1800 ml, dan debit aliran air sebanyak 60 ml/menit Berikut ini rangkaian sistem reaktor aerasi pada penelitian ini: Gambar 1. Rangkaian Rancangan Reaktor Keterangan : 1. Bak penampung kedua 25 liter 2. Penyangga 3. Reaktor aerasi 4. Stop kontak 5. Katup pipa inlet/outlet 6. Bak penampung pertama 25 liter 7. Pompa submersible Data hasil pengujian dan perhitungan dianalisis secara kuantitatif dengan bantuan software Microsoft Excel untuk mengetahui pengaruh variasi debit udara dan waktu aerasi terhadap efisiensi penurunan konsentrasi besi terlarut dan mangan terlarut. Dalam hal ini, disajikan menggunakan metode deskriptif dalam bentuk tabel, grafik, dan narasi. Untuk menguji hipotesa yang diajukan, maka dilakukan metode One Way Annova menggunakan software Minitab. Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017) HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Air Tanah Hasil uji karakteristik air tanah dapat diketahui bahwa kadar besi terlarut dan mangan terlarut pada uji karakteristik melampaui baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990. Hasil pengujian parameter besi terlarut dalam air terukur sebesar 3,57 mg/L dan mangan terlarut sebesar 0,79 mg/L. Sementara itu, parameter derajat keasaman (pH) dan oksigen terlarut (DO) sudah memenuhi baku mutu. Air tanah yang digunakan sebagai sumber air dari Reservoir RT 02/ RW 01 Kelurahan Tembalang memiliki kedalaman mencapai 90 meter. Tabel 1 Karakteristik Air Tanah Baku No Parameter Satuan Nilai Mutu 1. Besi mg/L 3,57 1 2. Mangan mg/L 0,79 0,5 o 3. Suhu C 28,8 4. pH 7,66 6-9 5. DO mg/L 6,69 6 Sumber air yang berasal dari air tanah memilki kandungan besi dan mangan yang tinggi. Logam besi bervalensi dua (Fe2+) sebagai ion ferro yang dapat larut merupakan jenis besi yang lebih umum ditemukan didalam air tanah dibandingkan besi bervalensi tiga (Fe 3+). Air tanah tidak berhubungan dengan oksigen dari atmosfir sehingga menghasilkan reduksi besi (II). Penyisihan Besi Terlarut Hasil analisis konsentrasi besi terlarut pada masing-masing variasi debit udara dan waktu aerasi dapat dilihat sebagai berikut: 4 *) Penulis **) Dosen Pembimbing Gambar 2. Grafik Rerata Besi Terlarut Hasil pengujian yang mengacu pada gambar 2 dapat diketahui bahwa adanya penurunan konsentrasi besi terlarut yang terjadi pada semua reaktor dengan berbagai debit udara. Penyisihan konsentrasi besi terlarut tertinggi terdapat pada reaktor tiga dengan debit udara 6 liter/menit. Penurunan ini terjadi karena adanya perlakuan dengan memperbesar debit udara yang dimasukan kedalam air. Pengaruh tersebut menandakan semakin tinggi debit udara (liter/menit) yang diinjeksikan kedalam air, maka penyisihan konsentrasi besi terlarut pada air tanah semakin tinggi. Menurut Schierholz et. al, (2006) semakin tinggi debit udara dan kedalaman air maka semakin tinggi kontak udara dengan air. Dengan demikian, proses oksidasi dengan oksigen dapat menurunkan kadar besi dalam air (Lutfihani, 2015). Hasil analisis secara statistik menunjukan bahwa adanya variasi debit udara dapat meningkatkan penurunan konsentrasi besi terlarut dalam air. Data analisis statistik menghasilkan nilai P sebesar 0,000 atau P<0,05. Dengan demikian, debit udara berpengaruh secara signifikan dalam menyisihkan konsentrasi besi terlarut dalam proses aerasi dengan nilai R2 sebesar 99,21%. Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017) Gambar 3. Grafik Efisiensi Penyisihan Besi Terlarut Berdasarkan tabel 3 diatas, secara keseluruhan untuk semua reaktor pada berbagai debit udara dan waktu aerasi menunjukan nilai yang fluktuatif namun sebagian besar menunjukan nilai efisiensi penyisihan yang semakin tinggi. Hal ini didasarkan pada semakin lama durasi waktu aerasi akan menimbulkan waktu kontak antara oksigen dan air didalam reaktor yang semakin besar pula. Reaksi kontak gelembung udara dengan air ini dinamakan proses oksidasi besi terlarut. Dari semua variasi debit udara, reaktor ketiga pada debit udara 6 liter/menit dengan waktu pengolahan selama 60 menit merupakan efisiensi penyisihan paling tinggi sebesar 61,9%. Analisis secara statistik menunjukan bahwa lama waktu aerasi dapat meningkatkan penurunan konsentrasi besi terlarut dalam air. Data analisis statistik menghasilkan nilai P sebesar 0,000 atau P<0,05. Dengan demikian, lama waktu aerasi berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan konsentrasi besi terlarut dalam proses aerasi pada air tanah dengan nilai R2 sebesar 99.49%. Penyisihan Mangan Terlarut Hasil analisis konsentrasi besi terlarut pada masing-masing variasi debit udara dan waktu aerasi dapat dilhat pada gambar 4. Hal tersebut diketahui bahwa konsentrasi mangan terlarut pada menit ke0 yang terukur sebesar 0,424 mg/L. Nilai tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan konsentrasi pada menit berikutnya. 5 *) Penulis **) Dosen Pembimbing Penurunan konsentrasi mangan terlarut yang terjadi pada semua reaktor dengan penyisihan konsentrasi mangan terlarut tertinggi terdapat pada reaktor tiga dengan debit udara 6 liter/menit. Penurunan ini terjadi karena adanya perlakuan dengan memperbesar debit udara yang dimasukan kedalam air. Menurut Schierholz et. al (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi debit udara dan kedalaman air maka semakin tinggi kontak udara dengan air. Berdasarkan hasil analisis secara statistik menunjukan bahwa adanya variasi debit udara dapat meningkatkan penurunan konsentrasi mangan terlarut dalam air. Data analisis statistik menghasilkan nilai P sebesar 0,001 atau P<0,05. Dengan demikian, debit udara berpengaruh secara signifikan terhadap penuruanan konsentrasi mangan terlarut dalam proses aerasi pada air tanah dengan nilai R2 sebesar 77,50%. Gambar 4. Grafik Rerata Penyisihan ManganTerlarut Gambar 5. Grafik Efisiensi Penyisihan Mangan Terlarut Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017) Berdasarkan tabel 5 diatas, secara keseluruhan untuk semua reaktor pada berbagai debit udara dan waktu aerasi menunjukan nilai efisiensi penyisihan yang fluktuatif namun sebagian besar menunjukan nilai efisiensi penyisihan yang semakin tinggi. Hal ini didasarkan pada semakin lama durasi waktu aerasi akan menimbulkan waktu kontak antara oksigen dan air didalam reaktor yang semakin besar pula. Reaksi kontak gelembung udara dengan air ini dinamakan proses oksidasi besi terlarut. Dari semua variasi debit udara, reaktor ketiga pada debit udara 6 liter/menit dengan waktu pengolahan selama 60 menit merupakan efisiensi penyisihan paling tinggi sebesar 24,1%. Apabila ditinjau dari efisiensi penyisihan mangan terlarut tersebut masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena mangan sulit larut dalam air dan proses reaksi yang terjadi dalam menyisihkan kandungan mangan juga membutuhkan waktu yang lama. Mangan didalam senyawa MnCO3 mempunyai valensi dua, akan tetapi zat tersebut relatif sulit larut didalam air dan oksidasi mangan sangat lambat (satu jam) (Asmadi et. al, 2011).Berdasarkan hasil analisis secara statistik menunjukan bahwa lama waktu aerasi dapat meningkatkan penurunan konsentrasi mangan terlarut dalam air. Data analisis statistik menghasilkan nilai P sebesar 0,001 atau P<0,05. Dengan demikian, lama waktu aerasi berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan konsentrasi mangan terlarut pada air tanah dengan nilai R2 sebesar 81,15%. pH, Suhu, DO Proses Aerasi Penyisihan konsentrasi besi terlarut dan mangan terlarut dalam proses perpindahan oksigen kedalam air tanah Reservoir Kelurahan Tembalang selain dipengaruhi oleh debit udara dan lama waktu aerasi juga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: a. Derajat Keasaman (pH) 6 *) Penulis **) Dosen Pembimbing Hasil pengujian derajat keasaman (ph) berdasarkan variasi debit udara dan waktu aerasi sebagai berikut : Gambar 6. Grafik Rerata Derajat pH Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai pH pada saat awal tanpa diberikan perlakuan sebesar 7,73. Nilai tersebut masih tergolong dalam rentang pH normal apabila dibandingkan dengan nilai pH yang lain yang cenderung bersifat basa. Semua reaktor aerasi mengalami peningkatan nilai pH. Menurut Asfiana (2015) bahwa semakin tinggi pH air maka kecepatan reaksi oksidasi pada proses aerasi semakin cepat. Pada pH rendah, kecepatan reaksi oksidasi besi dengan oksigen (udara) relatif lambat, sehingga pada prakteknya untuk mempercepat reaksi dilakukan dengan cara menaikan pH air yang akan diolah (Said, 2005). Menurut Asfiana (2015) menyatakan bahwa peningkatan pH juga dikarenakan kadar CO2 yang dihilangkan selama proses berlangsung. Logam-logam yang terkandung dalam air jika pH makin asam, maka kelarutannya makin besar. Sebaliknya, jika pH makin basa maka kelarutannya makin kecil ditandai dengan adanya endapan. Oksidasi besi akan berjalan dengan baik pada pH 7,5-8 dan tidak efektif oksidasi mangan pada pH dibawah 9,5 (Asmadi et. al, 2011) b. Suhu Hasil uji suhu dapat dilihat bahwa suhu pada saat awal tanpa diberikan perlakuan sebesar 27,8 oC. Nilai tersebut Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017) lebih rendah apabila dibandingkan dengan nilai suhu yang lain pada masing-masing reaktor. Peningkatan suhu terjadi pada semua reaktor. Hal ini disebabkan karena suhu yang semakin meningkat seiring dengan berlangsungnya proses aerasi. Peningkatan suhu ini terjadi karena kadar oksigen yang masuk semakin tinggi (Asfiana, 2015). Kenaikan suhu semakin meningkat seiring dengan kenaikan kadar oksigen, karena suhu dalam air dipengaruhi oleh tingkat difusi, tegangan permukaan dan kekentalan air. Kemampuan difusi oksigen akan meningkat dengan kenaikan suhu pula. Sedangkan, tegangan permukaan dan kekentalan menurun seiring dengan kenaikan suhu (Masduqi, 2002). Berikut ini hasil pengujian suhu terhadap masingmasing variasi debit udara dan waktu aerasi pada gambar 7. Gambar 7. Grafik Rerata Suhu c. Oksigen Terlarut (DO) Konsentrasi DO pada saat awal tanpa diberikan perlakuan sebesar 6,41 mg/L. Nilai tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan konsentrasi DO yang lain pada masing-masing reaktor. Konsentrasi DO cenderung mengalami kenaikan pada semua reaktor. Peningkatan konsentrasi DO dapat terjadi karena adanya perlakuan dengan memperbesar debit udara dan memperpanjang durasi aerasi. Peningkatan nilai oksigen terlarut (DO) selama proses aerasi berlangsung menandakan terjadi proses transfer gas secara difusi antara udara dan air 7 *) Penulis **) Dosen Pembimbing (Lutfihani, 2015). Oksigen terlarut menjadi lebih besar dikarenakan waktu kontak air dengan udara besar sehingga menghasilkan DO yang semakin tinggi pula (Prastowo, 2011). Berikut ini grafik rerata oksigen terlarut yang terdapat pada gambar 8. Gambar 8. Grafik Rerata Oksigen Terlarut Analisis Biaya Biaya listrik untuk operasional satu unit aerator dan satu unit pompa yang berlangsung selama 60 menit menghabiskan biaya sebesar Rp 18,75. Sedangkan untuk biaya komponen dalam menunjang operasional dan pemeliharaan reaktor aerasi berupa aerator, pompa, diffuser dan selang sebesar Rp 84.500 sehingga perhitungan biaya total yang dibutuhkan dalam pengolahan air tanah menggunakan diffuser aerator secara aerasi sebesar Rp 84.518,75. Apabila dilihat dari perhitungan biaya diatas, maka dapat menjadi landasan untuk menentukan debit udara dan waktu aerasi yang optimum dalam menurunkan konsentrasi besi terlarut dan mangan terlarut pada air tanah. Penentuan debit udara dan waktu aerasi yang optimum dalam menyisihkan konsentrasi besi terlarut dan mangan terlarut didasarkan pada tiga aspek yaitu nilai efisiensi tertinggi dari setiap reaktor, biaya operasional dan pemeliharaan, teknis operasional. Hal tersebut kemudian dilakukan perbandingan dengan memperhatikan ketiga aspek diatas untuk semua reaktor aerasi sehingga debit udara Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017) optimum terdapat pada reaktor kedua dengan debit udara sebesar 4 liter/menit dalam menyisihkan besi terlarut dan mangan terlarut. Sementara itu, waktu aerasi yang optimum dalam menurunkan konsentrasi besi terlarut berlangsung selama 15 menit dan mangan terlarut selama 15 menit. KESIMPULAN Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Pemberian perlakuan dengan variasi debit udara dan waktu aerasi dapat menurunkan konsentrasi besi terlarut dan mangan terlarut dengan efisiensi tertinggi penyisihan besi terlarut sebesar 61,9% dan mangan terlarut sebesar 24,1% dengan debit udara 6 liter/menit pada menit ke-60. Debit udara dan waktu aerasi berpengaruh secara signifikan dalam menurunkan konsentrasi besi terlarut dan mangan terlarut pada air tanah menggunakan diffuser aerator sehingga Fe2+ dan Mn2+ terlarut akan berubah menjadi Fe3+ dan Mn4+ yang tak larut dalam air. b. Pada debit udara 4 liter/menit dan waktu aerasi selama 15 menit merupakan variasi yang optimum dalam menurunkan konsentrasi besi terlarut dan mangan terlarut pada air tanah menggunakan diffuser aerator. DAFTAR PUSTAKA Abuzar, S.S.; Yogi, D.P.; Reza, E.E. 2012. Koefisien Transfer Gas (kla) pada Proses Aerasi menggunakan Tray Aerator Bertingkat 5. Jurnal Teknik Lingkungan 9 (2) (2012). Universitas Andalas. Lampung. http://www.lingkungan.ft.unand.ac.id Aimin, J.M. 2014. Penurunan Kadar Besi dan Mangan Terlarut dalam Air Payau melalui Proses Oksidasi menggunakan Kalium Permanganat. Prosiding Seminar Nasional Lahan 8 *) Penulis **) Dosen Pembimbing Suboptimal (2014). Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang. Al-Ahmady, K. K. 2006. Analysis of Oxygen Transfer Performance on Subsurface Aeration System. International Journal of Environmental Research and Public Health (2006). MDPI. http://www.ijerph.org Asfiana, A. 2015. Penurunan Kadar Kontaminan Mangan (Mn) dalam Air secara Bubble Aerator. Jurnal Teknik Sipil (2015). Universitas Hasanuddin. Makassar. http:// repository.unhas.ac.id Asmadi; Khayan; Heru, S.K. 2011. Teknologi Pengolahan Air Minum. Gosyen Publishing.Yogyakarta Azkiyah, I.N.F. Penurunan Kadar 2014. Besi dan Mangan pada Air Sumur Gali dengan menggunakan Metode Aerasi dan Filtrasi di Sukodono Sidorajo. Jurnal Teknik Waktu 12 (2014). Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. http://digilib.unipasby.ac.id Benefield. L. D. 1983. Process Chemistry for Water and Waste Water Treatment. Prentice Hall Inc. New York. USA Droste, R.L. 1997. Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment. John Wiley and Sons, Inc. USA Eckenfelder, W. W. 2000. Principles of Water Quality Management. Krieger Publishing Company. Florida Fetter, C.W. 1999. Contaminant Hydrogeology. Second Edition. Prentice Hall Inc. New Jersey Haryanto, E.; Irene, A.A.S.; Retno, S. 2005. Pengaruh Bentuk Diffuser terhadap Transfer Oksigen. Jurnal Rekayasa Perencanaan 2 (1) (2005). STTL. Yogyakarta. http://uty.ac.id/tag/jurnal Hidayanti, N. 2015. Pengolahan logam Fe dan Mn dalam Air dengan Metode Ozonisasi (O3) dan Adsorpsi (Studi Kasus: Danau Bekas Tambang di Kepulauan Bangka Belitung). Jurnal Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017) Teknik Lingkungan 5 (1) (2015). Universitas Diponegoro. Semarang. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan Kristianingrum, S. 2006. Metode Alternatif untuk Mengurangi Pencemaran Logam Berat dalam Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional Kimia (2006). FMIPA UNY. Yogyakarta Lutfihani, A. dan Alfan P. 2015. Analisis Penurunan Kadar Besi (Fe) dengan menggunakan Tray Aerator dan Diffuser Aerator. Jurnal Teknik 4 (1) (2015) . ITS. Surabaya. http://ejurnal.its.ac.id Masduqi, A dan Slamet, A. 2002. Satuan Operasi- DUE like Project. ITS. Surabaya. Metcalf dan Eddy. 1991. Waste Engineering Treatment and Reuse. McGraw-Hill Book Company. New York. USA Nicola, F. 2015. Hubungan antara Konduktivitas , TDS, TSS dengan Kadar Fe2+ dan Fe total pada Sumur Gali. Jurnal Kimia (2015). Universitas Jember. Jember. http://repository.unej.ac.id Pamudji, R.A.; Rochmadi; Budi, K. 2010. Pengaruh Kecepatan Superfisial dan Hold Up Gelembung Udara Pada Kolom Aerator Vertikal terhadap Koefisien Transfer Oksigen. Jurnal Teknik Sipil 10 (1) (2010). Universitas Gadja Mada. Yogyakarta. https://publikasiilmiah.ums.ac.id Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Prastowo, M.G. 2011. Studi Variasi Gravity Aerator untuk Meningkatkan Kandugan Oksigen Terlarut pada Air Boezem Kalidami Surabaya. Jurnal 9 *) Penulis **) Dosen Pembimbing (2011) ITS. Surabaya. http://digilib.its.ac.id Purba, M.F.D. 2013. Penurunan Kandungan Zat Besi dalam air sumur gali dengan metode aerasi. Jurnal VISIKES 12 (1) (2013) Universitas Dian Nuswantoro. Semarang. http://publikasi.dinus.ac.id Qasim, R.S; Edward M.M.; Guang Z. 2000. Waterwork Engineering Planning Design and Operation. Prentice Hall. USA Raharjo, P. N. 2007. Aplikasi Teknologi Pengadaan Air Bersih di Empat Desa Tertinggal di Bengkulu Selatan. JAI 3 (1) (2005). BPPT. Jakarta Rompas, R.M. 1998. Kimia Lingkungan. Bandung. Torsito Said, N.I. 2005. Metode Penghilang Zat Besi dan Mangan didalam Penyediaan Air Minum Domestik. JAI 1 (3) (2005). BPPT. Jakarta. http://www.kelair.bppt.go.id Sari, W.K. 2010. Studi Penurunan Besi (Fe) dan Mangan dengan menggunakan Cascade Aerator dan Rapid Sand Filter pada Air Sumur Gali. Jurnal Teknik Lingkungan (2010). ITS. Surabaya. http://digilib.its.ac.id Schierholz, E.L; John S.G.; Steven C.W.; Heather E.H. 2006. Gas Transfer from Diffusers. Water Research 40 (2006). Elsevier. http:www.elsevier.com/locate/watres SNI 06-6989.11-2004 tentang Cara Uji Derajat Keasaman dengan Alat pH Meter SNI 06-6989.14-2004 tentang Cara Uji Oksigen Terlarut (DO) SNI 06-6989.23-2005 tentang Cara Uji Suhu dengan Termometer SNI 06-6989.49-2005 tentang Cara Uji Besi dengan AAS dalam air SNI 6989.5-2009 tentang Cara Uji Mangan dengan AAS dalam air SNI 8989.58:2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air Tanah Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017) Taufan, A. 2011. Model Alat Pengolahan Fe dan Mn menggunakan Sistem Venturi Aerator dengan Variabel Kecepatan Aliran dan Jumlah Pipa Venturi. Jurnal Teknik Lingkungan (2011). ITS. Surabaya. http://digilib.its.ac.id Widayat, W dan Nusa I.S. 2001. Pengolahan Air Gambut secara Kontinyu. Jurnal Teknologi Lingkungan 2 (3) (2001). BPPT. Jakarta http://www.kelair.bppt.go.id Wijayanti, Y. 2008. Pengaruh Debit terhadap Dinamika Gelembung Udara dalam Kolom Aerator. Jurnal Teknik Sipil 8 (2) (2008) Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal 10 *) Penulis **) Dosen Pembimbing