PENGARUH KEBERADAAN WANITA DI DEWAN KOMISARIS

advertisement
PENGARUH KEBERADAAN WANITA DI DEWAN KOMISARIS
DEWAN DIREKSI DAN KOMITE AUDIT TERHADAP
KUALITAS LABA
Handry1, Zaitul2, Resti Yulistia Muslim2
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta
Email : [email protected]
Abstract
Earning quality is subject to the corporate governance. Internal corporate governance
mechanism consists of supervisory Board, management Board and ownership. The existencd
of woman in both board is considered as positive impact on accounting quality, specifically
earning quality. However, there is still lack of study explore this relationship, especially in
Indonesia context. As we know, Indonesia has a unique corporate governance system,
eventhough, Indonesia follow the continental Europe corporate governance system, the
appointing and dismiss of baord is difference compared to the original system, such practice
in Nederland. Therefore, the objective of this research is to know the influence of woman in
Supervisory Board, Management Board and audit commitee on the earning quality. The
samples of this research were manufactures companies that listed in Indonesia Stock
Exchange (IDX). The samples were chosen by using purposive sampling method and 55
companies out of 140 had been selected. The panel data analysis is used and follow the
procedure in order to gain the BLUE model. The result of this research shows that the
existence of woman in Suprevisory Board and Management Board have insignificant
influence on the earning quality. However, audit commitee has a significant relationship with
the earning quality. Beside, company leverage is also associated with earning quality.We can
conclude that woman does not play an important role in both Board, but woman is esssential
in audit commitee due to rigidness of woman compared to woman. .
Keywords: Board of commissioners, board of directors, audit committee, earnings quality,
Firm age, company size, leverage.
1. Latar Belakang
Kualitas laba juga sering dijadikan
tolak ukur untuk mengambil keputusan.
Kualitas laba merupakan konsep yang
multi dimensional dimana terdapat
beberapa aspek yang diperhatikan dalam
menentukan seperti apa laba yang
dikatakan berkualitas. Francis et al (2008)
dalam Seswanto (2012) membagi menjadi
2 kriteria laba yang berkualitas yaitu
dengan pendekatan market based dan
accounting based. Dari sisi market based
laba dikatakan berkualitas jika bersifat
relevan untuk mengambil keputusan dan
tepat waktu. Sedangkan dari sisi
accounting
based,
laba
dikatakan
berkualitas jika bersifat persisten dan tidak
berfluktuatif dan punya kemampuan untuk
memprediksi laba untuk tahun berikutnya.
Schipper dan Vincent (2003) dalam
Wardhani (2009) menyatakan bahwa
kualitas
laba
yang
rendah
akan
mengganggu investor dan pengguna
laporan keuangan lainnya sehingga dapat
menyebabkan kesalahan alokasi modal,
Kualitas laba dipengaruhi oleh faktorfaktor eksternal dan internal perusahaan.
Faktor-faktor eksternal merupakan faktorfaktor yang tidak dapat dikendalikan oleh
perusahaan,
sedangkan
faktor-faktor
internal merupakan faktor-faktor yang
dapat dikendalikan oleh perusahaan,
faktor-faktor
eksternal
perusahaan
berkaitan dengan lingkungan institusional
_____________________________________________________________________________________
1 Mahasiswa
2 Dosen
Akuntansi, Program S1, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta Padang
Tetap, Jurusan Akuntansi, Universitas Bung Hatta Padang
pelaporan keuangan perusahaan seperti
sistem hukum dan penegakan hukumnya
(law enforcement) serta standar akuntansi
yang berlaku di suatu negara.
Jadi pengungkapan
corporate
governance menjadi aspek penting yang
dilakukan
perusahaan
dalam
mempengaruhi kinerja pasar perusahaan.
Salah satu mekanisme dari corporate
governance adalah struktur atau komposisi
dewan komisaris dan direksi sebagai organ
perusahaan yang menjamin penerapan
prinsip-prinsip corporate governance dan
meningkatkan perlindungan bagi kreditur
(Surya dan Yustiavandana, 2006:131
dalam Basundari 2013).
Menurut (Beltramini et al., 1984;
Ferrell dan Skinner, 1988) dalam Sihite
(2012) di dalam keberadaan gender dalam
suatu manajemen akan menjadikan suatu
hal yang menarik untuk dipelajari
berkaitan dengan Corporate Govermance
yang ada di Indonesia baik itu di Dewan
komisaris, Dewan Direksi, maupun Komite
Audit karena masih adanya anggapan
bahwa laki-laki yang lebih pantas
menduduki jabatan kepemimpinan dalam
perusahaan. Akan tetapi, beberapa peneliti
perempuan
memiliki
potensi
kepemimpinan yang lebih baik.beberapa
peneliti yang berfokus pada gender
beranggapan bahwa perempuan lebih
memiliki
etika
bertingkah
laku
dibandingkan dengan laki-laki.
Fenomena dalam penelitian ini
menjelaskan mengapa perempuan berhasil
mendobrak
serta
memimpin
suatu
perusahaan, menurut Seger (2010) dalam
Sihite (2012), menambahkan peran
perempuan diposisi direktur cukup penting,
mereka bisa menjadi penyeimbang dan
bisa membuat iklim kerja lebih baik.
Menurut Furst dan Reeves (2008) dalam
Sihite (2012) kita belum bisa benar-benar
mengerti faktor-faktor situasional dan
individual yang memfasilitasi pergerakan
perempuan keposisi eksekutif, Bahwa
sebagian
besar
perempuan
dapat
mengembangkan
suatu
pekerjaannya
dalam suatu dewan direksi yang
dijalankannya dengan penuh rasa tanggung
jawab serta mengembangkan pengalaman
mereka berada dalam suatu industri yang
mengalami perubahan yang sangat besar
dalam memperoleh kualitas laba yang baik.
Menurut Herwidayatmo (2000)
dewan komisaris dan dewan direksi
merupakan komponen penting dalam
penerapan Corporate governance yang
baik. Peran utama komisaris adalah
mengawasi serta pelaksanakan kebijakan
yang dilakukan oleh direksi dalam
menjalankan perusahaan serta memberikan
nasehat kepada direksi. Anggota dewan
komisaris diangkat dan diberhentikan
dengan persetujuan dari anggota Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) yang
kemudian dilaporkan kepada Menteri
Hukum dan HAM untuk dicatatkan dalam
daftar wajib perusahaan atas pergantian
dewan komisaris.
Jansen dan Meckling (1976) dalam
Dul Muid (2009) Direksi dalam
menjalankan perseroan memiliki, tugastugas yaitu Direksi wajib dengan itikad
baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugas pengurusan Perseroan
dengan
tetap
memperhatikan
keseimbangan kepentingan seluruh pihak
yang berkepentingan dengan aktivitas
Perseroan. Dewan direksi bertanggung
jawab penuh atas pengurusan Perseroan
untuk kepentingan Perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan serta
mewakili Perseroan, baik di dalam maupun
di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar. Komite audit adalah
komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris dalam rangka membantu dan
melaksanakan tugas dan fungsinya. Chi et
al (2011) dalam Pujilestari dan Herusetya
(2013) menemukan bahwa jika masa
penugasan audit mengindikasikan kualitas
audit yang tinggi, maka auditor dapat
mencegah manajemen laba berbasi akrual.
Komite audit memiliki salah satu unsur
2
dalam
perusahaan
yang
dapat
meningkatkan
implementasi
good
corporate govermance. Adanya persebaran
dalam anggota dewan komisaris dan
komite
audit
dipercaya
dapat
mempengaruhi nilai perusahaan baik
dalam jangka pendek maupun jangka
panjang (Carter et al., 2003). Melihat
begitu penting peranan komite audit,
perusahaan juga harus memperhatikan
komposisi komite ini.
Sihite
(2012)
menyatakan
perusahaan dengan jumlah perempuan
pada tingkat suatu manajemen dapat
menghasilkan suatu kualitas laba yang
baik. Krishnan dan Parsons (2008) dalam
Sihite (2012) mengemukakan bahwa
adanya keberagaman gender dalam
manajemen puncak akan meningkatkan
kualitas pelaporan laba. McKinsey dan
Company (2007) dalam Sihite (2012)
menyatakan bahwa dibutuhkan tiga
perempuan dari sepuluh orang direksi
untuk menghasilakan peningkatan kinerja
secara signifikan. Praktik manajemen laba
yang tinggi akan menghasilkan kualitas
laba yang rendah. Maka Kualitas laba
merupakan suatu informasi yang penting
bagi publik.
2. Teori dan Pengembangan Hipotesis
2.1. Earning Quality
Jensen dan Meckling (1976) dalam
Adriani (2009) menjelaskan hubungan
keagenan didalam teori agensi bahwa
perusahaan merupakan kumpulan kontrak
(nexus of contracts) antara investor dan
manajer yang mengurus penggunaan dan
pengendalian sumber daya perusahaan.
Teori keagenan menggambarkan hubungan
keagenan (agency relationship) sebagai
hubungan yang timbul karena adanya
kontrak yang ditetapkan antara pemegang
saham (prinsipal) dan agen (manajer), yang
menggunakan agen untuk melakukan
tindakan ekonomi demi kepentingan
prinsipal. Hubungan tersebut merupakan
hubungan kontraktual dimana agen akan
bekerja untuk prinsipal, dan prinsipal akan
memberikan kompensasi kepada agen.
Menurut Adriani (2009) salah satu
penyebab konflik agensi antara manajer
dan investor adalah perbedaan dalam
pembuatan
keputusan
pendanaan
(financing decision) dan pembuatan
keputusan
yang
berkaitan
dengan
bagaimana
dana
yang
diperoleh
diinvestasikan. Dalam upaya mengatasi
atau mengurangi masalah keagenan ini
menimbulkan biaya keagenan yang akan di
tanggung oleh investor maupun manajer.
Jensen dan Meckling (1976) dalam Adriani
(2009) membagi biaya keagenan ini
menjadi monitoring cost, dan residual loss.
Menurut Adriani (2009) Terkait
dengan manajemen laba, teori ini
menjelaskan bahwa manajer cenderung
bertindak untuk kepentingannya sendiri.
Untuk memperoleh penilaian yang baik
atau terlihat mencapai target-target yang
telah
dituangkan
dalam
hubungan
kontraktualnya dengan prinsipal manajer
memiliki kecenderungan untuk melakukan
manajemen laba. Dengan melakukan
manajemen laba manajer memanipulasi
laba sedemikian rupa agar sesuai dengan
jumlah
yang
dikehendaki
untuk
memperoleh penilaian kinerja sesuai
dengan yang diharapkan.
Kualitas laba merupakan suatu
yang sentral dan penting dalam dunia
akuntansi karena berdasarkan kualitas laba
tersebut profesi akuntansi dipertaruhkan.
Investor, kreditor dan para pemangku
kepentingan lainnya mengambil keputusan
salah satunya berdasarkan pada laporan
keuangan, apabila kualitas laba yang
disajikan tidak dapat diandalkan maka para
pemangku kepentingan tidak dapat percaya
lagi pada profesi akuntansi (Surifah 2012).
Oleh karena itu berbagai upaya dan studi
3
terus dilakukan agar dapat menyusun
laporan keuangan dengan kualitas laba
yang tinggi.
Menurut Wardhani (2006) Kualitas
laba pada dasarnya merupakan konsep
yang bersifat teoritis dan multidimensi.
Hasil sejumlah penelitian yang pernah
dilakukan belum mengidentifikasikan
suatu metode yang seragam untuk
mengukur konsep ini. Dalam mengukur
kualitas laba, penelitian ini menggunakan
beberapa ukuran yang mencakup sebagian
besar dari dimensi conceptual framework
yang ada dalam IFRS, yaitu: (1) nilai
peramalan atau nilai umpan balik; (2)
ketepatan waktu; (3) netralitas; (4)
penyajian yang jujur; dan selain dari
dimensi conceptual framework yang ada
dalam
IFRS
penelitian
ini
juga
menambahkan dimensi lain yaitu: (5)
konservatisme. Dengan demikian, maka
diharapkan penelitian ini dapat menangkap
konsep kualitas laba yang multidimensi
tersebut secara lebih komprehensif.
2.2. Corporate Governance
Dey
Report
(1994)
dalam
Siallangan (2006) mengemukakan bahwa
corporate governance yang efektif dalam
jangka panjang dapat meningkatkan
kinerja perusahaan dan menguntungkan
para pemegang saham. Terdapat beberapa
mekanisme yang sering dipakai dalam
menerapkan kelola perusahaan dengan
baik yaitu melalui pengendalian yang
dilakukan oleh dewan komisaris, dewan
direksi, dan komite audit.
2.2.1. Keberadaan Wanita di
Dewan Komisaris
Dewan komisaris secara luas
dipercaya memainkan peranan penting
dalam corporate governance, khususnya
dalam memonitor manajemen tingkat atas
(Gunarsih dan Hartadi, 2002). Dewan
komisaris
bertugas
mengawasi
kebijaksanaan direksi dalam menjalankan
perusahaan dan memberikan nasehatnya.
Komisaris bersifat independen, mereka
tidak
terlibat
dalam
pengelolaan
perusahaan dan diharapkan mampu
melaksanakan tugasnya secara objektif,
semata-mata
untuk
kepentingan
perusahaan, terlepas dari pengaruh
berbagai pihak yang memiliki kepentingan
yang
dapat
berbenturan
dengan
kepentingan pihak lainnya.
Menurut Egon Zehnder (2000)
dalam Sihite (2012), dewan komisaris
merupakan
inti
dari
corporate
governance, yang ditugaskan untuk
menjamin
pelaksanaan
strategi
perusahaan, mengawasi manajemen dalam
mengelola perusahaan, serta mewajibkan
terlaksananya akuntabilitas.
Menurut Sihite (2012) keberadaan
wanita di dewan komisaris sangat
berpengaruh
karena
wanita
lebih
melakukan pengawasan atas jalannya
usaha dan memberikan nasihat kepada
direktur. Secara tidak langsung tugas
tersebut akan memberikan pengaruh
terhadap kualitas laba yang dilaporkan
oleh perusahaan karena dewan komisaris
dapat mengarahkan kebijakan dan
tindakan dari direktur terkait dengan
pelaporan keuangan.
Hasil
penelitian
sebelumnya
menurut Francoeur (2008) dalam Sihite
(2012) perusahaan yang beroperasi
dilingkungan
yang
kompleks
menghasilkan abnormal return yang
positif dan signifikan ketika mereka
memiliki proporsi pekerja perempuan
yang lebih tinggi terhadap kualitas laba.
Umar (1999) dalam Khakim
(2014) mengartikan gender lebih dari
sekedar
pembedaan
laki-laki
dan
perempuan dilihat dari konstruksi sosial
budaya dan menekankan sebagai konsep
analisis (an analytic concept) yang dapat
digunakan untuk menjelaskan sesuatu.
meskipun partisipasi perempuan sebagai
komisaris tidak memberikan begitu
dampak yang signifikan, perusahaan
dengan propersi perempuan yang banyak
4
baik di manajemen maupun di sistem
governance akan menghasilkan nilai yang
cukup untuk memiliki return saham yang
normal dalam memperole kualitas laba
yang baik.
H1
: Pengaruh keberadaan wanita di
dewan komisaris terhadap
kualitas laba.
2.2.2. Keberadaan Wanita di Dewan
Direksi
Direksi adalah organ perseroan
yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan perseroan serta
mewakili perseroan, baik di dalam
maupun di luar pengadilan sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar. Penelitian yang
dilakukan oleh Gavious, et al (2012)
dalam Khakim (2014) menunjukkan
bahwa keberadaan salah satu dari wanita
di dewan direksi berhubungan secara
signifikan pada tingkat manajemen laba
yang lebih rendah. Penelitian tersebut juga
menunjukkan bahwa perusahaan dengan
jumlah perwakilan wanita yang lebih
banyak dalam tata kelola perusahaannya
atau pada jajaran top manajemennya akan
memiliki kualitas laba yang lebih tinggi.
Menurut Roy (2008) dalam Sihite
(2012) terkadang cara pemikiran serta
cara
perempuan
bertindak
dapat
memperoleh
penghasilan
dalam
memanajemenkan suatu laba yang baik.
Menurut Goodman et al. (2003) dalam
Sihite (2012) yang menemukan bahwa
perempuan
lebih
memungkinkan
memegang posisi puncak pada industri
dengan tingkat pergantian manajmen yang
lebih tinggi sehingga dapat mempengaruhi
suatu kualitas laba yang baik. Karena
perempuan dapat berkomunikasi secara
terbuka dan fokus terhadap kebutuhan
internal
perusahaan
serta
berani
mengambil
suatu
resiko
dalam
menghasilkan suatu laba.
H2
: Pengaruh keberadaan wanita di
dewan direksi terhadap kualitas
laba.
2.2.3. Keberadaan Wanita di Komite
Audit
Komite audit bertanggung jawab
untuk mengawasi laporan keuangan,
mengawasi audit eksternal, dan mengawasi
sistem pengendalian internal. Keberadaan
komite audit diharapkan dapat mengurangi
sifat opportunistic manajemen yang
melakukan manajemen laba dengan cara
mengawasi
laporan
keuangan
dan
melakukan pengawasan pada audit
eksternal (Siallagan dan Machfoedz, 2006,
dalam Khakim, 2014). Komite audit
diharapkan dapat mengurangi aktivitas
manajemen laba yang selanjutnya akan
mempengaruhi kualitas laba.
Komite audit juga bertugas sebagai
pihak penengah apabila terjadi selisih
pendapat antara menajemen dan auditor
mengenai interpretasi dan penerapan
prinsip akuntansi yang berlaku umum
untuk mencapai keseimbangan akhir
sehingga laporan lebih akurat (Klien,
2002). Komite audit yang beranggotakan
pihak
independen
dan
memiliki
pengetahuan dalam bidang keuangan dan
akuntansi cenderung mendukung pendapat
auditor (Carcello dan Neal, 2000, dalam
Suryana, 2008).
Bryan et al. (2004) dalam Sihite
(2012) penelitiannya menyatakan bahwa
komite audit yang efektif dan independen
dapat meningkatkan kualitas pelaporan
keuangan. Komite audit harus memiliki
akuntabilitas yang tinngi, untuk melihat
apakah keberadaan wanita berpengaruh
memimpin terhadap kualitas laba. Karena
wanita memiliki kreatifitas serta transparan
dalam menyelesaikan tugasnnya dan teliti
dengan apa yang telah mereka kerjakan.
Menurut Mikklola (2005) dalam Khakim
(2014) gender didefinisikan sebagai suatu
gambaran sifat, sikap dan perilaku laki-laki
dan perempuan. Suatu kepribadian dan
5
perilaku yang dibedakan atas tipe maskulin
dan
feminim.
Feminim
memiliki
karakteristik
seperti
hangat
dalam
hubungan interpersonal, suka berafiliasi,
kompromistik, sensitif, perasa, senang
pada kehidupan kelompok sedangkan
maskulin memiliki karakteristik kurang
dapat
mengekspresikan
kehangatan,
kurang responsive, suka mengambil resiko.
Penelitian terdahulu menunjukkan
bahwa keberadaan anggota wanita
dikatakan lebih memiliki etika yang tinggi
dalam
membuat
keputusan
untuk
menghasilkan suatu kualitas laba yang baik
(Collins, 2000; O’Fallon & Butterfield
2003; Vermier & Van Kenhove, 2007; dan
Kaplan, et al, 2009, dalam Khakim, 2014).
Selain itu dalam penelitian tersebut juga
ditemukan hubungan positif dan signifikan
antara persentase perempuan dalam komite
audit terhadap kualitas laba yang baik.
H3
: Pengaruh keberadaan wanita di
Komite audit terhadap kualitas
laba. keberadaan
2.3. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Model Penelitian
Variabel Dependen
Discretionary accrual (DACC)
sebagai proksi kualitas laba di hitung
dengan menggunakan model Jones yang
dimodifikasi karena bahwa model ini
dianggap lebih baik di antara model yang
lain untuk mengukur manajemen laba
(Dechow et al, 1995) dalam Sialanggan,
(2006).
 Total Accruals
𝑇𝐴𝐢𝐢it = 𝐸𝐡𝑋𝑇it - 𝑂𝐢𝐹it
Estimasi dari parameter spesifikasi
perusahaan, diperoleh melalui models
analisis regresi OLS (Ordinary Least
Squares) berikut ini :
𝑇𝐴𝐢𝐢it / 𝑇𝐴i,t−1 = α1 (𝑇𝐴i,t−1 ) + α2 ( βˆ†π‘…πΈπ‘‰it βˆ†π‘…πΈπΆit ) / 𝑇𝐴i,t−1 + α3 (𝑃𝑃𝐸it /
𝑇𝐴i,t−1 )
 Non Discretionary Accruals
𝑁𝐷𝐴𝐢𝐢it = α1 (𝑇𝐴i,t−1 ) + α2 (βˆ†π‘…πΈπ‘‰it - βˆ†π‘…πΈπΆit ) /
𝑇𝐴i,t−1 + α3 (𝑃𝑃𝐸it / 𝑇𝐴i,t−1 )
Keberadaan
Wanita Di Dewan
Komisaris
Keberadaan
Wanita Di Dewan
Direksi
Perusahaan
yang
menjadi
sampel
dipenelitian ini dipilih berdasarkan
kriteria-kriteria
tertentu
(purposive
sampling). Pengumpulan data juga
dilakukan dengan cara studi kepustakaan,
yaitu melalui pengumpulan data sekunder.
Pengumpulan data dilakukan melalui data
yang terdapat di www.idx.ac.id.
 Discretionary Accruals
𝐷𝐴𝐢𝐢it = (𝑇𝐴𝐢𝐢it / 𝑇𝐴i,t−1 ) - 𝑁𝐷𝐴𝐢𝐢it
Kualitas
Laba
Keberadaan
Wanita Di Komite
Audit
3. Metodologi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah
perusahaan publik yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia. Periode pengamatan
penelitian dilakukan dari tahun 2011-2013.
Keterangan :
𝑇𝐴𝐢𝐢it
: Total akrual perusahaan i
dalam tahun t,
𝐸𝐡𝑋𝑇it
: Laba bersih perusahaan
i dalam tahun t
𝑂𝐢𝐹it
: Arus kas operasi perusahaan
i dalam tahun t
𝑁𝐷𝐴𝐢𝐢it
: Akrual nondiskresioner
perusahaan i dalam tahun t,
𝐷𝐴𝐢𝐢it
𝑇𝐴i,t−1
: Akrual diskresioner
perusahaan i dalam tahun t,
: Total aset total perusahaan i
6
βˆ†π‘…πΈπ‘‰it
βˆ†π‘…πΈπΆit
α1, α2¸ α3
dalam tahun t-1,
: Perubahan penjualan bersih
perusahaan i dalam tahun t,
: Perubahan piutang
perusahaan i dalam tahun t,
: Parameter yang diperoleh
dari persamaan regresi.
Variabel Independen
Menurut Sihite (2012) dewan
komisaris adalah sebuah dewan yang
bertugas untuk melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada direktur.
Ukuran variabel dewan komisaris wanita
menggunakan variabel dummy yaitu jika
perusahaan dipimpin oleh seorang dewan
komisaris wanita diberi nilai 1 (satu) dan
jika tidak, diberi nilai 0 (nol).
Menurut Abbott et al (2010) dalam
Puspitasari (2014) dewan direksi adalah
sebuah jabatan yang berasal dari bahasa
inggris yang memiliki arti jabatan
eksekutif tertinggi. Tugas dari seorang
dewan direksi adalah memimpin dan
bertanggung jawab penuh atas kinerja
perusahan yang dipimpinnya. Variabel ini
diproksikan dengan variabel dummy, yaitu
jika perusahaan dipimpin oleh seorang
dewan direksi wanita diberi nilai 1 (satu)
dan jika tidak, diberi nilai 0 (nol).
Komite audit adalah sekelompok
orang yang dipilih oleh kelompok yang
lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan
tertentu atau untuk melakukan tugastugas
khusus atau sejumlah anggota dewan
komisaris
perusahaan
klien
yang
bertanggung jawab untuk membantu
auditor
dalam
mempertahankan
independensinya dari manajemen. Abbott
et al (2010) dalam Puspitasari (2014) juga
mengungkapkan bahwa memiliki latar
belakang tentang pengelolaan keuangan
yang baik. Ukuran variabel komite audit
wanita menggunakan variabel dummy
yaitu jika perusahaan dipimpin oleh
seorang komite audit wanita diberi nilai 1
(satu) dan jika tidak, diberi nilai 0 (nol).
Variabel Kontrol
Umur perusahaan merupakan awal
perusahaan beroperasi hingga perusahaan
tersebut
dapat
mempertahankan
eksistensinya dalam dunia bisnis (suvive)
(Permono, 2011). Pada penelitian ini umur
perusahaan
diukur
mulai
tanggal
beroperasinya perusahaan hingga akhir
tahun 2013.
Ukuran Perusahaan merupakan
gambaran besar kecilnya perusahaan yang
ditunjukkan dengan nilai total aktiva yang
disajikan dalam neraca akhir tahun
Puspitasari (2014). Beberapa penelitian
menggunakan total asset dan total
penjualan untuk mengukur ukuran
perusahaan. Pada penelitian ini ukuran
perusahaan di ditunjukkan dengan nilai Ln
total aktiva.
Rumus : UP = Ln (Total aset)
Leverage menunjukkan proporsi
atas penggunaan hutang untuk membiayai
investasi perusahaan. Semakin tinggi
angka leverage, maka semakin tinggi
ketergantungan perusahaan kepada hutang.
Sehingga, semakin besar risiko yang
dihadapi, investor akan meminta tingkat
keuntungan
yang
semakin
tinggi,
Puspitasari (2014). Dalam penelitian ini
persamaan
yang
digunakan
untuk
menghitung leverage adalah sebagai
berikut:
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 π‘―π’–π’•π’‚π’π’ˆ
DAR = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕
Model regresi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
KL = α + β1DK + β2DD + β3KA + β4UMP +
β5 UKP + β6LEV + 𝒆
Keterangan:
KL
= Kualitas Laba
a
= Konstanta
β1, β2 = Koefisien Regresi
DK
= Dewan Komisaris
DD
= Dewan Direksi
KA
= Komite Audit
UMP = Umur Perusahaan
UKP = Ukuran Perusahaan
7
LEV
𝒆
= Leverage
= Eror
Metode analisis yang digunakan
adalah regresi linier berganda. Sebelum
dilakukannya analisis regresi linier
berganda terlebih dahulu dilakukan uji
asumsi klasik yang terdiri atas uji
normalitas,
uji
autokorelasi
uji
multikolinieritas, uji linearitas dan uji
heteroskedastisitas.
4. Hasil dan Pembahasan
Dari tabel hasil uji regresi di atas
diperoleh nilai R² sebesar 0.269 atau 26%.
Hal ini berarti 26% Kualitas laba (DACC)
perusahaan dipengaruhi oleh variabel
dewan komisaris (DK), dewan direksi
(DD), komite audit (KA), umur perusahaan
(UMP), ukuran perusahaan (UKP) dan
leverage (L). Sedangkan sisanya 74%
dipengaruhi oleh variabel lain di luar
variabel penelitian.
Dari hasil pengujian F-statistik,
diperoleh nilai F-Prob sebesar 0,000. Pada
tahapan pengolahan data digunakan tingkat
kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang
diperoleh tersebut menunjukan bahwa
probability sebesar 0,000 < alpha 0,05
maka keseluruhan model regresi dikatakan
layak atau fit.
Tabel 4.10
Hasil Uji Regresi
KT
Prob
DK
DD
KA
UMP
UKP
L
R²
F – Prob
0.3346
0.2055
0.0307
0.2423
0.0983
0.0230
0.269369
0.000000
Cut
off
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
Kesimpulan
Hipotesis
Ditolak
Ditolak
Diterima
Ditolak
Ditolak
Diterima
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
pertama pada tabel 4.10 dewan komisaris
memiliki nilai koefisien bertanda positif
sebesar 0.334 dengan menggunakan
tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil ini
menunjukkan bahwa nilai signifikan
sebesar
0.3346 > alpha 0,05 maka
keputusannya hipotesis 1 (H1) ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa
keberadaan wanita didewan komisaris
tidak berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laba.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
kedua pada tabel 4.10 dewan direksi
memiliki nilai koefisien bertanda positif
sebesar 0.205 dengan menggunakan
tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil ini
menunjukkan bahwa nilai signifikan
sebesar 0.205 > alpha 0,05 maka
keputusannya hipotesis 2 (H2) ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa
keberadaan wanita didewan direksi tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas
laba.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
ketiga pada tabel 4.10 komite audit
memiliki nilai koefisien bertanda positif
sebesar 0.030 dengan menggunakan
tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil ini
menunjukkan bahwa nilai signifikan
sebesar 0.030 < alpha 0,05 maka
keputusannya hipotesis 3 (H3) diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa komite
audit berpengaruh signifikan terhada
kualitas laba.
Analisi Pengaruh Variabel Kontrol
Terhadap Variabel Dependen
Berdasarkan
hasil
pengujian
hipotesis pada tabel 4.10 umur perusahaan
(UMP) memiliki nilai koefisien bertanda
positif sebesar 0.242 dengan menggunakan
tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil ini
menunjukkan bahwa nilai signifikan
sebesar 0.242 > alpha 0,05 maka
keputusannya ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa umur perusahaan
(UMP) tidak berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laba.
Berdasarkan
hasil
pengujian
hipotesis pada tabel 4.10 ukuran
perusahaan (UKP) memiliki nilai koefisien
bertanda positif sebesar 0.098 dengan
menggunakan tingkat kesalahan sebesar
0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai
8
signifikan sebesar 0.098 > alpha 0,05 maka
keputusannya ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa ukuran perusahaan
(UKP) tidak berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laba.
Berdasarkan
hasil
pengujian
hipotesis pada tabel 4.10 leverage (L)
memiliki nilai koefisien bertanda positif
sebesar 0.023 dengan menggunakan
tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil ini
menunjukkan bahwa nilai signifikan
sebesar 0.023 < alpha 0,05 maka
keputusannya diterima sehingga dapat
disimpulkan
bahwa
leverage
(L)
berpengaruh signifikan terhadap kualitas
laba.
5. Kesimpulan Dan Saran
Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh keberadaan wanita di
dewan komisaris dewan direksi dan komite
audit terhadap kualitas laba. Analisis data
menggunakan analisis regresi linear
berganda. Dari hasil analisis data dapat
disimpulkan bahwa:
Keberadaan wanita di dewan
komisaris tidak berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laba, keberadaan wanita
di dewan direksi tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
kualitas
laba,
keberadaan wanita di komite audit
berpengaruh signifikan terhadap kualitas
laba.
Keterbatasan
Selama melakukan penelitian ini
peneliti
menyadari
masih
terdapat
kelemahan dan kekurangan, hal ini terjadi
karena adanya beberapa keterbatasan yang
peneliti hadapi. Secara umum keterbatasan
itu adalah:
Penelitian ini hanya menggunakan
data dengan jangka waktu pengamatan
selama tiga tahun, penelitian ini hanya
menggunakan sektor industri manufaktur
sebagai objek penelitian. Sektor industri
lainnya diduga juga akan berpengaruh pada
hasil penelitian, terdapat unsur subjektifitas
dalam menentukan indeks pengungkapan,
karena tidak ada suatu ketentuan buku
yang dijadikan standar dan acuan, sehingga
penentuan indeks untuk indikator dalam
kategori yang sama dapat berbeda antar
setiap peneliti.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan sebelumnya dapat ditarik
beberapa saran sebagai berikut:
Disarankan
untuk
melakukan
penelitian dengan menggunakan periode
yang lebih lama, penelitian selanjutnya
perlu mempertimbangkan sampel yang
lebih luas. Hal ini bertujuan agar
kesimpulan yang dihasilkan tersebut
memiliki cakupan yang lebih luas pula.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Gusti, Ayu, P.P. 2009. Pengaruh
Peringkat Kredit Terhadap Struktur
Modal Perusahaan - Perusahaan
Non-Keuangan Di Indonesia 20052008. Skripsi Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia.
Basundari. 2013. Pengaruh Deversitas
Gender dan Kebangsaan pada
Corporate Governance Disclouser
Perusahaan Perbankan Di BEI.
Jurnal Riset Akuntansi, Vol. 3 No.
2, September, UNMAS.
Carter, David A., Frank D’Souza., Betty J.
Simkins. & W. Gary, Simpson,
(2007). The Diveresty of Corporate
Board Committee and Financial
Performance.
http://ssrn.com/abstract=116698.
Dul Muid. 2011. Pengaruh Corporate
Social Responbility Terhadap Stock
Return. Jurnal Riset Akuntansi,
Fakultas Ekonomi, Vol. 6 No. 1
Juni 2011 : 105 – 121.
9
Gunarsih, T. dan Hartadi, B. 2002.
Pengaruh Pengumuman
Pengangkatan Komisaris
Independen
Terhadap
Return
Saham Di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal Riset Akuntansi, Manajemen
dan Ekonomi., Vol2, No.2, hal. 104
120.
Herwidayatmo. 2000. Implementasi Good
Corporate Governance Untuk
Perusahaan Publik di Indonesia.
Usahawan, 25-32.
Khakim, Imron. 2014. Analisis Pengaruh
Board Diversity Berbasis Gender
Terhadap Manajemen Laba Pada
Perusahaan Publik di Indonesia.
Skripsi Fakultas Ekonomika dan
Bisnis, Universitas Diponegoro.
Klein, A. 2002. Audit Committee, Board of
Director
Chareteristics,
and
Earning Management.
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.
cfm/abstract?abstract. =316695.
Diakses 3 Desember 2014.
Puspitasari, Dyna. 2014. Pengaruh
Keberadaan
Wanita
Dalam
Keanggotaan Dewan Profitabiilitas,
Leverage,
Rasio
Aktivitas
Perusahaan, Dan Dewan Komisaris
Independen Terhadap Restatement
Laporan Keuangan Perusahaan.
Skripsi Fakultas Ekonomika dan
Bisnis, Universitas Diponegoro.
Pujilestari, R. dan Herusetya, A. 2013.
Pengaruh Kualitas Audit Terhadap
Manajemen Laba Transaksi RealPengakuan Pendapatan Strategi.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Vol. 15, No. 2, November 2013, 7585.
Seswanto, H. 2012. Pengaruh
Konservatisme Terhadap Kualitas
Laba Accaounting Based dan Market
Bassed. Skripsi Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia.
Siallagan, Hamonangan., Mochfoedz, M.
2006.
Mekanisme
Corperate
Governance, Kualitas Laba dan nilai
perusahaan. Simposium Nasional
Akuntansi IX (Padang).
Sihite, R.C. 2012. Pengaruh Gender Pada
Dewan Komisaris, Dewan Direksi
dan
Komite
Audit
Terhadap
Profitabilitas dan Kualita Laba.
Skripsi
Fakultas
Ekonomi,
Universitas Indonesia.
Surifah. 2010. Kualitas Laba dan
Pengukurannya. Jurnal Ekonomi,
Manajemen Dan Akuntansi, Vol. 8
No. 2 Mei - Agustus 2010,
Universitas
Cokroaminoto
Yogyakarta.
Suryano, Agung. 2008. Pengaruh Komite
Audit Terhadap Kualitas Laba.
Skripsi
Fakultas
Ekonomi,
Universitas Udayana.
Utthavi, Wayan, H.J. 2010. Pengaruh
Proporsi Gender Dewan Direksi
dan
Komite
Audit
Pada
Konservatisma
Akuntansi
Perusahaan yang Terdaftar di BEI.
Skripsi
Fakultas
Ekonomi,
Universitas Udayana.
Wardhani, R. 2006 . Mekanisme
Corporate Governance Dalam
Perusahaan Yang
Mengalami
Kesulitan Keuangan ( Financial
Distressed Firms ). Simposium
Nasional Akuntansi VII. Denpasar,
Bali.
10
Yulisma, M.T. 2011. Pengaruh
Kompleksitas Tugas, Tekanan
Ketaatan,
Dan
Pengalaman
Auditor Terhadap Audit Judgment
Dengan Variabel
Pemoderasi
Gender. Skripsi Fakultas Ekonomi,
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta.
www.idx.ac.id
11
Download