BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kecombrang Kecombrang, kantan, atau honje (Etlingera elatior) adalah sejenis tumbuhan rempah bijinya dimanfaatkan sebagai bahan sayuran. Tanaman ini juga dinamakan Nicolaia elatior, Phaemaria speciosa, Phaemaria imperalis, Phaemaria magnifica. Tumbuhan liar di hutan-hutan hampir diseluruh Indonesia (Darwis dkk, 1991). Gambar 2.1. Tanaman Kecombrang dan Kuncup Bunga Kecombrang Klasifikasi ilmiah tanaman kecombrang adalah sebagai berikut Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Etlingera Universitas Sumatera Utara Species 2.1.1 : Etlingera elatior Ciri-Ciri Tanaman Kecombrang Honje/kecombrang berwarna kemerahan seperti jenis tanaman hias pisang- pisangan atau mirip sekali dengan tanaman lengkuas / laos. Jika batang sudah tua, bentuk tanamannya mirip jahe, dengan tinggi mencapai 5 m. Batang -batang semu bulat gilig, membesar di pangkalnya; tumbuh tegak dan banyak, berdekat-dekatan, membentuk rumpun jarang, keluar dari rimpang yang menjalar di bawah tanah. Rimpangnya tebal, berwarna krem, kemerah-jambuan ketika masih muda. Daun 1530 helai tersusun dalam dua baris, berseling, di batang semu; helaian daun jorong lonjong, 20-90 cm × 10-20 cm, dengan pangkal membulat atau bentuk jantung, tepi bergelombang, dan ujung meruncing pendek, gundul namun dengan bintik-bintik halus dan rapat, hijau mengkilap, sering dengan sisi bawah yang keunguan ketika muda. Bunga dalam karangan berbentuk gasing, bertangkai panjang 0,5-2,5 m × 1,52,5 cm, dengan daun pelindung bentuk jorong, 7-18 cm × 1-7 cm, merah jambu hingga merah terang, berdaging, melengkung membalik jika mekar. Kelopak bentuk tabung, panjang 3-3,5 cm, bertaju 3, terbelah. Mahkota bentuk tabung, merah jambu, hingga 4 cm. Labellum serupa sudip, sekitar 4 cm panjangnya, merah terang dengan tepian putih atau kuning. Buah berjejalan dalam bongkol hampir bulat berdiameter 10-20 cm; masingmasing butir 2-2,5 cm besarnya, berambut halus pendek di luarnya, hijau dan menjadi merah ketika masak. Berbiji banyak, coklat kehitaman, diselubungi salut biji (arilus) putih bening atau kemerahan yang berasa masam 2.1.2 Manfaat Tanaman Kecombrang Kecombrang atau bunga honje banyak digunakan sebagai bahan campuran atau bumbu penyedap berbagai macam masakan di Nusantara. Kuntum bunga ini sering dijadikan lalap atau direbus lalu dimakan bersama sambal di Jawa Barat. Kecombrang yang dikukus juga kerap dijadikan bagian dari pecel di daerah Universitas Sumatera Utara Banyumas. Di Pekalongan, kecombrang yang diiris halus dijadikan campuran pembuatan megana, sejenis urap berbahan dasar nangka muda. Di Malaysia dan Singapura, kecombrang menjadi unsur penting dalam masakan laksa. (http://id.wikipedia.org/wiki/kecombrang). Di Tanah Karo, buah honje muda disebut asam cekala. Kuncup bunga serta "polong"nya menjadi bagian pokok dari sayur asam Karo; juga menjadi peredam bau amis sewaktu memasak ikan. Masakan batak populer, arsik ikan mas, juga menggunakan asam cekala ini. Di pelabuhan ratu, buah dan bagian dalam pucuk honje sering digunakan sebagai campuran sambal untuk menikmati ikan laut bakar. Honje juga dapat dimanfaatkan sebagai sabun dengan dua cara: menggosokkan langsung batang semu honje ke tubuh dan wajah atau dengan mememarkan pelepah daun honje hingga keluar busa yang harum yang dapat langsung digunakan sebagai sabun. Tumbuhan ini juga dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit yang berhubungan dengan kulit, termasuk campak. Dari rimpangnya, orang-orang sunda memperoleh bahan pewarna kuning. Pelepah daun yang menyatu menjadi batang semu, pada masa lalu juga dimanfaatkan sebagai bahan anyamanyaman; yaitu setelah diolah melalui pengeringan dan perendaman beberapa kali selama beberapa hari. Batang semu juga merupakan bahan dasar kertas yang cukup baik (Darwis, dkk., 1991) Bunganya berkhasiat sebagai obat penghilang bau badan, memperbanyak air susu ibu dan pembersih darah, untuk obat penghilang bau badan dipakai + 100 gr bunga segar, dicuci dan dikukus sampai matang dan dimakan sebagai sayuran. (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1990) 2.1.3 Kandungan Kimia Tanaman Kecombrang Kandungan kimia dari daun, batang, bunga dan rimpang kecombrang mengandung saponin dan flavonoida, disamping itu rimpangnya juga mengandung polifenol dan minyak atsiri (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1990). Universitas Sumatera Utara Nilai nutrisi per 100 g tanaman kecombrang: Karbohidrat 4.4 g Serat pangan 1.2 g Lemak 1.0 g Protein 1.3 g Air 91 g Kalsium 32 mg Besi 4 mg Magnesium 27 mg Fospor 30 mg Potassium 541 mg Zinc 0.1 mg Sumber : Hartini dan Puspitaningtyar (2005) Chan, dkk., (2007) melaporkan bahwa daun dari kecombrang mengandung kadar fenolik yang tinggi dan asam askorbat, juga dapat digunakan sebagai antioksidan dan menghambat aktivitas tirosin. Wong dkk., (1993) meneliti minyak atsiri dengan metode destilasi uap terisolasi dari tunas bunga muda kecombrang. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa komponen utama minyak atsiri terdiri dari senyawa aldehid alifatik dan alkohol dengan dodecanol dan dodecanal sebagai dua komponen yang paling banyak. Jaafar, dkk., (2007) juga telah meneliti minyak atsiri yang terkandung pada daun kecombrang yaitu ß pinene (19,7%), kariopilen (15,36%) dan sebagai senyawa utama ß-farnesen (27.90%) sedangkan minyak atsiri pada batang sebagian besar didominasi oleh 1,1-dodecanediol diasetat (34,26%) dan dodecan (26,99%). Minyak atsiri dari bunga dan rimpang mengandung senyawa utama yaitu 1,1 - diasetat dodecanediol masing-masing 24,38% dan 40,37% dan siklododecan masing –masing 47,28% dan 34,45%. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2 Senyawa utama penyusun minyak atsiri pada tanaman kecombrang : (a) Siklododecan, (b) ß-Pinen, (c) Kariopilen, (d) (E)-ß-Farnesen, (e) 1,1-dodecandiol diasetat and (f) (E)-5-Dodecan Sumber : Jaafar, dkk., ( 2007) 2.2. Minyak Atsiri Minyak atsiri yang dikenal juga dengan minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Ketaren, 1985). Universitas Sumatera Utara Pengertian atau defenisi minyak atsiri yang ditulis dalam Encyclopedia of Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa, yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan uap, ekstraksi dengan pelarut organik, cara dipres atau dikempa dan secara enzimatik (Sastrohamidjojo, 2004). 2.2.1 Komposisi Kimia Minyak Atsiri Minyak atsiri tersusun bukan hanya dari suatu senyawa, tetapi berupa campuran dengan komposisi berlainan untuk tiap jenis tanaman. Meskipun kimiawi penyusun minyak atsiri berbeda satu sama lain, mereka mempunyai beberapa sifat fisik yang serupa. Mempunyai bau yang khas, indeks bias yang tinggi serta kebanyakan mempunyai aktivitas optik dan rotasi spesifik tertentu. Oleh karena itu, sifat ini sering dijadikan kualifikasi dari suatu minyak atsiri (Koensoemardiyah, 2010). Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur karbon (C), hydrogen (H) dan oksigen (O). Pada umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu: 1) Golongan Hidrokarbon Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur karbon (C) dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian besar terdiri dari monoterpen (2 unit isoprene), sesquiterpen (3 unit isoprene), diterpen (4 unit isopren) dan politerpen. Golongan ini lebih mudah mengalami proses oksidasi dan resinifikasi. 2) Golongan Hidrokarbon Teroksigenasi Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam golongan ini adalah persenyawaan alkohol, aldehid, keton, ester, eter dan fenol. Ikatan karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat Universitas Sumatera Utara terdiri dari ikatan jenuh dan ikatan tak jenuh. Persenyawaan terpen umumnya tersusun ikatan tidak jenuh. Golongan ini lebih tahan dan stabil terhadap proses oksidasi dan resinifikasi (Ketaren, 1985) Terpena dan terpenoid yang dikenal sebagai minyak atsiri, atau minyak eteris, atau minyak esensial (bukan asam lemak esensial) dan merupakan bahan dasar wangi-wangian (parfum) dan minyak gosok. Golongan ini praktis semuanya berasal dari tumbuhan, dan dianggap memiliki khasiat penyembuhan (aromaterapi). Kelompok minyak ini memiliki aroma yang kuat karena sifatnya yang mudah menguap pada suhu ruang (sehingga disebut juga minyak "aromatik"). http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak Terpena memiliki rumus dasar (C 5 H8 ) n , dengan n merupakan penentu kelompok tipe terpena. Modifikasi terpena (disebut terpenoid, berarti "serupa dengan terpena") adalah senyawa dengan struktur serupa tetapi tidak dapat dinyatakan dengan rumus dasar. Kedua golongan ini menyusun banyak minyak atsiri. Beberapa contoh terpenoid a. Hemiterpena, n=1, hanya isoprena. Gambar 2.3 Struktur Senyawa Isopren b. Hemiterpenoid, contohnya prenol, asam isovalerat. c. Monoterpena, n=2, contohnya mircena, limonena, dan ocimena. OH Pinen Mirsen Universitas Sumatera Utara Menthol Gambar 2.4 Beberapa Contoh Struktur Monoterpen d. Monoterpenoid, contohnya geraniol. OH Linalool OH Sitronelol OH geraniol Gambar 2.5 Contoh Struktur Monoterpenoid e. Seskuiterpen, n=3, contohnya farnesen. Universitas Sumatera Utara Farnesen Gambar 2.6 Contoh Struktur Seskuiterpen f. Seskuiterpenoid, contohnya farnesol, kurkumena, bisabolol OH Farnesol Bisabolena OH Bucesmal Pimaradien Universitas Sumatera Utara Asam Abietat Gambar 2.7 Contoh Struktur Seskuiterpenoid g. Diterpena, n=4, contohnya cembrena. h. Diterpenoid, contohnya kafestol. i. Triterpena, n=6, contohnya skualena. j. Triterpenoid, contohnya lanosterol, bahan dasar bagi senyawa-senyawa steroid. k. Tetraterpena, n=8, contohnya adalah likopena, karotena l. Politerpena, n besar, contohnya adalah karet dan getah perca. Senyawa terpenoid yang mempunyai aktivitas antimikrobia antara lain adalah borneol, sineol, pinene, kamfen dan kamfor, merediol, linalool, indol, kadinen. (Conner, 1993). 2.2.2 Cara Isolasi Minyak Atsiri Ada beberapa cara untuk mengisolasi minyak atsiri antara lain: 1. Penyarian dengan lemak dingin (enfleurage) Metode enfleurage ini dapat disamakan dengan penyarian secara”maserasi dingin dengan lemak padat”. 2. Penyarian dengan pelarut yang mudah menguap Metode ini juga kurang umum dilakukan karena pelarut yang memenuhi syarat agak terlalu mahal untuk digunakan yang dapat mengakibatkan harga minyak atsiri menjadi mahal. Oleh karena itu, cara ini hanya dilakukan untuk memisahkan minyak atsiri yang berharga mahal, misalnya minyak melati. 3. Penyarian dengan lemak panas Universitas Sumatera Utara Metode ini juga kurang umum dilakukan karena pemanasan dapat merusak komposisi minyak atsiri, serta membutuhkan metode tertentu untuk memisahkan minyak atsiri dengan pelarutnya. 4. Hidrodistilasi atau distilasi uap (hydrodistilation) Metode ini berupa metode penyulingan dengan bantuan uap air. Dalam hal ini, penyulingan tidak dapat dilakukan begitu saja karena minyak atsiri dalam tanaman tidak bebas (berada dalam jaringan tanaman). Minyak atsiri hanya dapat bebas dari jaringan tanaman dan menguap keluar apabila ada kontak dengan uap air. Campuran uap minyak atsiri dan uap air akan terbang bersama-sama ke pendingin. Uap air tidak hanya berperan membawa uap minyak atsiri, tetapi juga untuk merendahkan suhu pendidihan campuran air dan minyak. Bila campuran air dan minyak atsiri yang tidak dapat bercampur dipanaskan maka kedua cairan tersebut akan menguap bersama-sama pada suhu yang lebih rendah dari suhu didih cairan yang mempunyai titik didih terendah. Hidrodistilasi dapat dibagi menjadi 3 bagian, antara lain: a. Penyulingan air (water distillation) Dalam metode ini terjadi kontak langsung antara air mendidih dengan bahan tanaman yang disuling. Bahan tanaman yang disuling berada dalam suatu bejana berisi air dan sama sekali tenggelam atau terapung pada permukaan air. Campuran bahan tanaman dan air tersebut dipanasi dengan api langsung atau dengan cara pemanasan lain, misalnya dengan uap air panas. Ada beberapa tanaman yang disuling dengan cara ini yaitu mahkota bunga mawar. b. Penyulingan air dan uap (water and steam distillation) Dalam penyulingan ini, digunakan alat serupa dandang yang didalamnya mempunyai penyangga berupa lempengan yang berlubang-lubang. Bila dan dandang tersebut dipanaskan maka air akan mendidih dan uap air akan keluar lewat lubang-lubang itu kemudian keluar lewat pendingin,setelah melewati bahan tanaman yang disuling. Dengan demikian , uap air akan kontak dengan Universitas Sumatera Utara minyak atsiri sehingga minyak atsiri akat ikut terbawa keluar oleh uap air dan menguap bersama-sama, kemudian mencapai pendinginan. c. Penyulingan uap (steam distillation) atau penyulingan dengan uap langsung Cara kerja penyulingan ini sama dengan penyulingan air dan uap, hanya pada bagian bawah bejana tidak terdapat air. Uap air dihasilkan ditempat terpisah. Uap air dimasukkan ke dalam dandang dengan tekanan dan sering berupa uap tak jenuh. (Koensoemardiyah, 2010). 2.3 Kromatografi Gas- Spektrometri Massa (GC-MS) 2.3.1 Kromatografi Gas Kromatografi gas berfungsi sebagai alat pemisah berbagai komponen campuran dalam sampel, sedangkan spektrometer massa berfungsi untuk mendeteksi masing-masing molekul komponen yang telah dipisahkan pada sistem kromatografi gas. Analisis dengan GC-MS merupakan metode yang cepat dan akurat untuk memisahkan campuran yang rumit, mampu menganalisis cuplikan dalam jumlah sangat kecil, dan menghasilkan data yang berguna mengenai struktur serta identitas senyawa organik. Dari analisis GC-MS akan diperoleh dua informasi dasar, yaitu hasil analisis kromatografi gas yang ditampilkan dalam bentuk kromatogram, dan hasil analisis spektrometri massa yang ditampilkan dalam bentuk spektrum massa. Dari kromatogram dapat diperoleh informasi mengenai jumlah komponen kimia yang terdapat dalam campuran yang dianalisis yang ditunjukkan oleh jumlah puncak yang terbentuk pada kromatogram berikut kuantitasnya masing-masing. Pembentukan kromatogram ini didasarkan pada jumlah total ion yang terbentuk dari masingmasing komponen kimia tersebut. Artinya, jika suatu komponen berada dalam persentase tinggi dalam campuran yang dianalisis, maka jumlah ion yang terbentuk dari molekul komponen tersebut akan tinggi juga, sehingga puncak yang tampil pada kromatogram juga memiliki luas area yang besar. Sebaliknya, jika suatu komponen kimia dalam campuran tersebut terdapat dalam persentase kecil, maka puncak yang Universitas Sumatera Utara tampil pada kromatogramnya otomatis akan kecil. Kromatogram yang didasarkan pada perhitungan ini sering juga disebut dengan Total Ion Chromatogram (TIC). Bagian utama dari kromatografi gas adalah gas pembawa, system injeksi, kolom, fase diam, suhu dan detektor. Gas pembawa harus memenuhi persyaratan antara lain harus inert, murni, dan mudah diperoleh. Pemilihan gas pembawa tergantung pada detektor yang dipakai. Keuntungannya adalah karena semua gas ini harus tidak reaktif, dapat dibeli dalam keadaan murni dan kering yang dapat dikemas dalam tangki bertekanan tinggi. Gas pembawa yang sering dipakai adalah helium (He), argon (Ar), nitrogen (N 2 ), Hidrogen (H2 ) dan karbondioksida (CO 2 ), (Agusta, 2000). Waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan di kolom disebut waktu tambat (waktu retensi) yang diukur mulai saat penyuntikan sampai saat elusi terjadi (Gritter, dkk., 1991). Menurut Eaton (1989), kromatografi gas digunakan untuk memisahkan komponen campuran kimia dalam suatu bahan berdasarkan perbedaan polaritas campuran. Fase gerak akan membawa campuran sampel menuju kolom. Campuran dalam fase gerak akan berinteraksi dengan fase diam. Setiap komponen yang terdapat dalam campuran berinteraksi dengan kecepatan yang berbeda dimana interaksi komponen dengan fase diam dengan waktu yang paling cepat akan keluar pertama dari kolom dan yang paling lambat akan keluar paling akhir. Hal yang mempengaruhi waktu retensi yaitu: 1. Sifat senyawa, semakin sama kepolaran dengan kolom dan makin kurang keatsiriannya maka akan tertahan lebih lama di kolom dan sebaliknya. 2. Sifat adsorben, semakin sama kepolaran maka senyawa akan semakin lama tertahan dan sebaliknya. 3. Konsentrasi adsorben, semakin banyak adsorben maka senyawa semakin lama tertahan dan sebaliknya. 4. Temperatur kolom, semakin rendah temperatur maka senyawa semakin lama tertahan dan sebaliknya. Universitas Sumatera Utara 5. Aliran gas pembawa, semakin kecil aliran gas maka senyawa semakin lama tertahan dan sebaliknya. 6. Panjang kolom, semakin panjang kolom akan menahan senyawa lebih lama dan sebaliknya. 2.3.2 Spektrometri Massa Spektrometri massa adalah suatu teknik analisis yang didasarkan pada pemisahan berkas-berkas ion yang sesuai dengan perbandingan massa dengan muatan dan pengukuran intensitas dari berkas-berkas ion tersebut. Molekul senyawa organik pada spectrometer massa ditembak dengan berkas elektron dan menghasilkan ion bermuatan positif yang mempunyai energy yang tinggi karena lepasnya elekron dari molekul yang dapat pecah menjadi ion yang lebih kecil. Spektrum massa merupakan gambar antara limpahan relative lawan perbandingan massa/muatan (Sastrohamidjojo, 1985). Setiap fragmen yang terbentuk dari pemecahan suatu komponen kimia memiliki berat molekul yang berbeda dan ditampilkan dalam bentuk diagram dua dimensi, m/z (m/e, massa/muatan) pada sumbu X dan intensitas pada sumbu Y yang disebut dengan spektrum massa. Pola pemecahan (fragmentasi) molekul yang terbentuk untuk setiap komponen kimia sangat spesifik sehingga dapat dijadikan sebagai patokan untuk menentukan struktur molekul suatu komponen kimia (Agusta, 2000). a. Penentuan Rumus Molekul Penentuan rumus molekul yang mungkin dari kekuatan puncak isotop hanya dapat dilakukan jika puncak ion molekul termaksud cukup kuat hingga puncak tersebut dapat diukur dengan cermat sekali. Misalnya suatu senyawa mengandung 1 atom karbon. Maka untuk tiap 100 molekul yang mengandung satu atom 12C, sekitar 1,08 % molekul mengandung satu atom 13 C. Karenanya molekul-molekul ini akan menghasilkan sebuah puncak M + 1 yang besarnya 1,08 % kuat puncak ion molekulnya; sedangkan atom-atom 2H yang akan memberikan sumbangan tambahan Universitas Sumatera Utara yang amat lemah pada puncak M + 1 itu. Jika suatu senyawa mengandung sebuah atom sulfur, puncak M + 2 akan menjadi 4,4 % puncak induk. b. Pengenalan Puncak Ion Molekul Ada dua hal yang menyulitkan pengidentifikasian puncak ion molekul yaitu: 1. Ion molekul tidak nampak atau amat lemah. Cara penanggulangannya ialah mengambil spektrum pada kepekaan maksimum, jika belum diketahui dengan jelas dapat juga dilihat berdasarkan pola pecahnya. 2. Ion molekul nampak tetapi cukup membingungkan karena terdapatnya beberapa puncak yang sama atau lebih menonjol. Dalam keadaan demikian, pertama-tama soal kemurnian harus dipertanyakan. Jika senyawa memang sudah murni, masalah yang lazim ialah membedakan puncak ion molekul dari puncak M-1 yang lebih menonjol. Satu cara yang bagus ialah dengan mengurangi energi berkas elektron penembak mendekati puncak penampilan. Kuat puncak ion molekul tergantung pada kemantapan ion molekul. Ionion molekul paling mantap adalah dari system aromatik murni. Secara umum golongan senyawa-senyawa berikut ini akan memberikan puncak-puncak ion menonjol : senyawa aromatik (alkana terkonjugasi), senyawa lingkar sulfide organik (alkana normal, pendek), merkaptan. Ion molekul biasanya tidak nampak pada alkohol alifatik, nitrid, nitrat, senyawa nitro, nitril dan pada senyawasenyawa bercabang. Puncak-puncak dalam arah M-3 sampai M-14 menunjukkan kemungkinan adanya kontaminasi (Silverstein, dkk, 1981). c. Kaidah Umum untuk Mengenali Puncak-Puncak dalam Spektra Sejumlah kaidah umum untuk mengenali puncak-puncak menonjol dalam spektra dampak elektron dapat ditulis dan dipahami dengan konsep-konsep buku kimia organik fisik: 1. Tinggi nisbi puncak ion molekul terbesar bagi senyawa rantai lurus dan akan menurun jika derajat percabangan bertambah. Universitas Sumatera Utara 2. Tinggi nisbi puncak ion molekul biasanya makin kecil dengan bertambahnya bobot molekul deret homolog; kecuali untuk ester lemak. 3. Pemecahan/pemutusan cenderung terjadi pada karbon terganti gugus alkil; makin terganti gugus, makin mudah terputus. Hal ini merupakan akibat lebih mantapnya karboksasi tersier daripada sekunder yang lebih mantap daripada yang primer. 4. Adanya ikatan rangkap, struktur lingkar dan terlebih-lebih cincin aromatik (heteroatom) memantapkan ion molekul hingga meningkatkan pembentukannya. 5. Ikatan rangkap mendukung pemecahan alil dan menghasilkan ion karbonium alil. 6. Cincin jenuh cenderung melepas rantai samping pada ikatan-α. Hal ini tidak lain daripada kejadian khusus percabangan. Muatan positif cenderung menyertai sibir cincin. Cincin tak jenuh dapat mengalami reaksi RetroDiels-Alder. 7. Dalam senyawa aromatik terganti gugus alkil, pemecahan paling mungkin terjadi pada ikatan berloka beta terhadap cincin menghasilkan ion benzyl talunan termantapkan atau iontropilium. 8. Ikatan C-C yang bersebelahan dengan heteroatom cenderung terpecah, meninggalkan muatan pada sibiran yang mengandung heteroatom yang electron tak-ikatannya menciptakan kemantapan talunan. 9. Pemecahan sering berkaitan dengan penyingkiran molekul netral mantap yang kecil, misalnya karbon monooksida, olefin, ammonia, hydrogen sulfide, hydrogen sianida, merkaptan, ketene atau alcohol. (Silverstein, dkk, 1989). 2.4 Spektroskopi Infra Merah Metode Spektroskopi inframerah ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang belum diketahui,karena spektrum yang dihasilkan spesifik untuk Universitas Sumatera Utara senyawa tersebut. Metode ini banyak digunakan karena cepat dan relatif murah, dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsional dalam molekul. Spektrum inframerah yang dihasilkan oleh suatu senyawa adalah khas dan oleh karena itu dapat menyajikan sebuah fingerprint (sidik jari) untuk senyawa tersebut. (http://id.wikipedia.org/wiki/Spektroskopi_inframerah). Tabel 2.1 Serapan Khas Beberapa Gugus Fungsi Gugus Jenis Senyawa Daerah Serapan (cm-1) C-H alkana 2850-2960, 1350-1470 C-H alkena 3020-3080, 675-870 C-H aromatik 3000-3100, 675-870 C-H alkuna 3300 C=C alkena 1640-1680 C=C aromatik (cincin) 1500-1600 C-O alkohol, eter, asam karboksilat, ester 1080-1300 C=O aldehida, keton, asam karboksilat, ester 1690-1760 O-H alkohol, fenol(monomer) 3610-3640 O-H alkohol, fenol (ikatan H) 2000-3600 (lebar) O-H asam karboksilat 3000-3600 (lebar) N-H amina 3310-3500 C-N amina 1180-1360 -NO 2 nitro 1515-1560, 1345-1385 Sumber : (http://id.wikipedia.org/wiki/Spektroskopi_inframerah) 2.5 Antibakteri Senyawa anti bakteri merupakan senyawa yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan mikroorganisme, senyawa ini dapat berasal dari bagian tanaman seperti bunga, biji, buah, rimpang, batang, dan umbi. Sebagian besar Universitas Sumatera Utara senyawa anti mikroba yang berasal dari tanaman diketahui merupakan metabolit sekunder terutama dari golongan fenolitik dan terpena dalam minyak atsiri. Beberapa senyawa yang bersifat anti mikroba dari tanaman diantaranya adalah fitoeleksin, asam organik, minyak atsiri, fenolitik dan beberapa kelompok pigmen tanaman (Naufalin, 2005). Berdasarkan aktivitasnya, zat antibakteri dibedakan menjadi dua, yaitu antibakteri yang memiliki aktifitas bakteristatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dan aktivitas bakterisidal (membunuh bakteri). Antibakteri bakteriostatik bekerja dengan cara menghambat perbanyakan populasi bakteri dan tidak mematikan. Pada kadar yang tinggi antibakteri bakteriostatik juga dapat bertindak sebagai bakterisida (Schunack et al.1990). Ada tiga teknik uji yang termasuk dalam kelompok tes difusi yaitu disc technique dan hole atau well technique. Tes dalam media cair biasanya digunakan untuk menentukan nilai minimum inhibitory concentration (MIC). Metode disc diffusion adalah metode paling sederhana yang secara rutin digunakan dalam uji sensitivitas. Dalam metode ini paper disc yang mengandung sejumlah tertentu zat antibakteri ditempatkan pada permukaan media agar yang sudah diinokulasikan dengan bakteri uji. Ditch technique saat ini sudah jarang digunakan. Dalam metode tersebut, dilakukan pengambilan sebagian agar pada salah satu sisi petri untu diganti dengan agar yang mengandung antibiotic atau zat uji. Dalam well technique, media agar padat dilubangi menggunakan corkborer kemudian diisi dengan sejumlah antibiotik dan larutan obat. Teknik ini memiliki kelebihan yaitu bahwa konsentrasi antibiotik atau obat yang digunakan dapat berbeda-beda serta dapat dibuang lubang dengan ukuran besar sehingga uji lebih kuantitatif. Beberapa mikroba perusak pangan dan patogen digolongkan dalam, bakteri gram positif yaitu Staphylococcus aureus dan Bacillus thuringiensis dan bakteri gram negatif yaitu Salmonella dan Escerichia coli. Universitas Sumatera Utara 2.5.1 Bakteri Salmonella Bakteri Salmonella merupakan bakteri patogen gram negatif pada produk makanan. Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika. Salmonella dapat tumbuh pada kisaran suhu 5-450C, dengan suhu optimum 370C berbentuk tongkat, meskipun dapat tumbuh pada suhu dibawah 100C, pH optimum 6,5-7,5. Memiliki ketahanan panas yang tinggi pada pH 5,5 dan aw rendah. Infeksi salmonella pada bahan pangan banyak mendapat perhatian, karena bakteri ini seringkali menjadi penyebab Food borne disease. Diperkirakan lebih dari1/3 kejadian luar biasa yang terjadi disebabkan karena konsumsi makanan terinfeksi oleh salmonella sp. Salmonella dapat ditekan pertumbuhannya dengan minyak essensial dari bunga crysan dengan nilai MIC sebesar 6,25 mg/ml dan diameter zona hambat sebesar 19 mm(D’aost, 2000). Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi. 2.5.2 Bakteri Escherichia Coli Universitas Sumatera Utara E. coli merupakan bakteri berbentuk batang dengan panjang sekitar 2 micrometer dan diamater 0.5 micrometer, terdapat pada saluran pencernaan manusia dan hewan. Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada rentang 20-400C, optimum pada 370C. E. coli merupakan mikroba patogen gram negatif yang banyak menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia., sehingga kemungkinan pangan tercemar bakteri ini sangat besar bila penanganan bahan pangan kurang memadai (Fardiaz, 1996). Banyak memanfaatkan industri E. coli. kimia mengaplikasikan Misalnya dalam teknologi produksi fermentasi obat-obatan yang (insulin, antiobiotik), high value chemicals (1-3 propanediol, lactate). Secara teoritis, ribuan jenis produk kimia yang dihasilkan oleh bakteri ini asal genetikanya sudah direkayasa sedemikian rupa guna menghasilkan jenis produk tertentu yang diinginkan. Jika mengingat besarnya peranan ilmu bioteknologi dalam aspek-aspek kehidupan manusia, maka tidak dapat dipungkiri juga betapa besar manfaat E. coli bagi kita.(Levinson,2008). 2.5.3 Bakteri Staphylococcus Aureus Bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm. S. aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. Bakteri ini merupakan mikroba flora normal yang terdapat pada permukaan tubuh, seperti pada permukaan kulit, rambut, hidung, mulut dan tenggorokan. S.aureus banyak mencemari pangan karena tindakan yang tidak higienis dalam penanganan pangan . Suhu optimum pertumbuhan S.aureus adalah 35-370C, suhu minimum 6,70C dan suhu maksimum 45,50C. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0-9,8 dengan pH optimum sekitar 7,07,8. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila substratnya mempunyai komponen yang baik untuk pertumbuhan (Fardiaz & Jenie, 1988) Universitas Sumatera Utara Infeksi S. aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthritits. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah, oleh karena itu bakteri ini disebut piogenik. S. aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi H2 O 2 menjadi H2 O dan O 2 , dan koagulase, enzim yang menyebabkan fibrin berkoagulasi dan menggumpal. 2.5.4 Bakteri Shigella sp Shigella sp merupakan bakteri berbentuk batang dengan pengecatan Gram bersifat gram negative, tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, tumbuh pada pH 6,4-6,7 dengan suhu 370C. Hal tersebut berarti bakteri Shigella sp tidak dapat berkembang biak dengan baik pada pH yang rendah. Sebagian besar masyarakat mengkonsumsi yogurt (susu fermentasi) mempunyai rasa asam, digunakan sebagai minuman yang dapat menstabilkan pencernaan dan pencegah diare. Disentri adalah penyakit gangguan pencernaan yang disebabkan oleh bakteri Shigella sp. Shigella sp merupakan bakteri patogen di saluran pencernaan. Keberadaan Shigella sp di saluran pencernaan dapat mengganggu system pencernaan pada manusia karena Shigella sp menyebabkan radang usus besar sehinggga faeses yang dikeluarkan berdarah dan berlendir. Infeksi ini disebut shigellosis, terkadang dapat menghilang dalam perjalanan penyakitnya, antibiotik dapat mempersingkat perjalannya penyakit. Shigellosis sangat menular. seseorang dapat terinfeksi melalui kontak dengan sesuatu yang terkontaminasi oleh tinja dari orang yang terinfeksi. Ini termasuk mainan,permukaan toilet, dan makanan yang disiapkan oleh orang yang terinfeksi. Shigella dapat disebarkan oleh lalat yang kontak dengan tinja yang terinfeksi. Karena tidak membutuhkan banyak bakteri shigella untuk menyebabkan infeksi maka penyakit dapat menyebar dengan mudah. Shigellosis yang paling umum terjadi pada musim panas umumnya mengenai anak-anak usia 2-4 tahun dan jarang menginfeksi bayi dibawah umur 6 Universitas Sumatera Utara bulan. Di negara-negara ini Shigellosis endemik merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas terutama pada golongan umur balita. Universitas Sumatera Utara