sikap terhadap perilaku seksual pranikah ditinjau dari persepsi

advertisement
SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH DITINJAU DARI
PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH PERMISIF
PADA REMAJA
( PREWEDDING SEXUAL BEHAVIOUR OBSERVED FROM
THE PERMISIVE PARENTING STYLE
IN ADOLESENCE )
Chatifatun Naim
Mulya Virgonita Iswindari Winta
Fakultas Psikologi - Universitas Semarang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untukmengetahui secara empiris hubungan antara sikap
terhadap perilaku seksual pranikah dengan persepsi terhadap pola asuh permisif.Hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap pola
asuh permisif dengan sikap terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja.
Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Pengambilan subjek penelitian
menggunakan studi populasi dengan jumlah subjek sebanyak 75 subjek.Pengambilan data
penelitian dengan menggunakan dua skala, yaitu Skala Sikap Terhadap Perilaku Seksual
Pranikah dan Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Permisif.Analisis data dilakukan dengan
menggunakan korelasi Produck Moment dari Pearson.
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan nilai rxy sebesar 0,672 dengan signifikan
sebesar 0, 000 (p < 0,01), hal ini berartibahwa ada hubungan yang positif antara sikap
terhadap perilaku seksual pranikah dengan persepsi terhadap pola asuh permisif, sehingga
hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima.
Kata Kunci: sikap, perilaku seksual pranikah, persepsidanpola asuh permisif.
ABSTRACT
This research is aimed to observe empiric correlation between pre-wedding sexual
behaviors with perception of permissive parenting style. Hypothesis developed for this
research was there is a positive correlation between pre-wedding sexual behaviors with
permissive parenting style in adolescence.
This research used quantitative research method.Sample was obtained through
population study of 75 subjects. Data was obtained by utilizing two scales, namely attitude
towards pre-wedding sexual behavior scale and perception towards permissive parenting style
scale. Analysis of data used product moment correlation from Pearson.
Data analysis showed r xy score of 0,672withsignificance of 0, 000 (p < 0,01),which
indicate that there is a positive correlation between pre-wedding sexual behavior with
permissive parenting style in adolescence, therefore hypothesis of this research was accepted.
Key word: attitude, pre-wedding sexual behavior , perception and permissive parenting
style.
92
diri, dan pemikiran remaja sehingga
PENDAHULUAN
Masa
remaja
merupakan masa
muncul dalam bentuk perilaku seksual.
peralihan dan masa perkembangan antara
Berdasarkan data yang diperoleh
masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
dari Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah
meliputi perubahan besar pada aspek fisik,
tahun 2011, dari 392 mitra konseling,
kognitif dan psikososial. Sarwono (2012:
terdapat 79 kasus kehamilan pranikah, dan
73) permulaan masa remaja biasanya
42 kasus diantaranya terjadi di Semarang.
ditandai oleh kematangan seksual, dalam
Sedangkan pada info kasus tahun 2012,
arti organ-organ seksualnya sudah dapat
dari 511 mitra yang tercatat, terdapat kasus
berfungsi sepenuhnya untuk mengembang-
kehamilan pranikah sebesar 61 kasus.
kan keturunan. Dengan matangnya fungsi-
Meskipun
fungsi
pula
signifikan dari tahun 2011 – 2012, namun
keinginan-
kasus kehamilan pranikah masih menjadi
seksual,
maka
dorongan-dorongan
timbul
dan
terdapat
penurunan
keinginan untuk pemuasan seksual (libido
bayang-bayang
seksual).
seksualitas remaja pada masa sekarang,
Permasalahan
seksualitas
yang
dan
bagaimana
yang
kondisi
ini
umum remaja hadapi tersebut adalah
memperihatinkan.
dorongan seksual yang meningkat pada
Dari
hasil
perilaku
masih
selalu
penelitian
yang
remaja padahal mereka belum menikah.
dilakukan
Usia kematangan seksual (biologis) pada
menunjukkan
remaja ternyata belum diimbangi oleh
remaja dapat terbentuk melalui 4 jalur.
kematangan
Pertama
psikososialnya.
Misalnya,
Suwarni
(2009:
132),
bahwa
perilaku
seksual
yaitu
melalui
kemampuan remaja dalam memahami
monitoring
dorongan seksual tinggi dan kesiapan
(sebesar 10,6%). Kedua yaitu pengaruh
dalam
perilaku
monitoring parental secara tidak langsung
mengelola
melalui sikap tentang perilaku seksual dan
dorongan seksualnya, dan kemampuan
niat melalui perilaku seksual (9,28%).
mengambil
matang.
Ketiga yaitu pengaruh perilaku seksual
Akibatnya, rasa ingin tahu remaja yang
teman sebaya secara langsung (sebesar
sangat kuat, keinginan dan memenuhi
20,2%). Keempat yaitu pengaruh perilaku
dorongan
seksual
menerima
seksualnya,
resiko
kemampuan
keputusan
seksual
secara
mengalahkan
pemahaman tentang norma, pengendalian
parental
teman
secara
pengaruh
sebaya
langsung
secara
tidak
langsung melalui niat berperilaku seksual
(sebesar 14,2%).
93
Dariyo (2004: 87) mengungkapkan
Berdasarkan
kuesioner
bahwa secara teoritis sikap merupakan
disebarkan
predisposisi (penentu) yang memunculkan
Oktober 2013 secara acak kepada 30
adanya perilaku yang sesuai dengan
responden, diketahui hasil bahwa remaja
sikapnya. Sikap tumbuh, diawali dari
yang
pengetahuan yang dipersepsikan sebagai
perilaku seksual pranikah dalam kategori
sesuatu hal yang baik (positif) maupun
sangat tinggi (ST) sebanyak 10% dari 30
tidak
kemudian
responden, dalam kategori tinggi (T)
diinternalisasikan ke dalam dirinya. Dari
sebanyak 46,66%, kategori sedang (S)
apa
16,66%, kategori rendah (R) 6,66% dan
baik
yang
(negatif),
diketahui
memengaruhi
tersebut
akan
perilakunya.Selanjutnya
peneliti
menyatakan
kategori
sangat
pada
yang
tanggal
sikapnya
rendah
21
terhadap
(SR)
20%.
Hutagalung (2007:51), menyatakan bahwa
Berdasarkan hasil tersebut dapat peneliti
sikap
seseorang
simpulkan bahwa remaja yang bersikap
mengkomunikasikan perasaannya kepada
positif terhadap perilaku seksual pranikah
orang lain (melalui perilaku).
jauh lebih banyak daripada remaja yang
adalah
Azwar
cara
(2011:
9)
memandang
perilaku sebagai reaksi yang dapat bersifat
bersikap negatif terhadap perilaku seksual
pranikah.
sederhana maupun bersifat kompleks.
Remaja yang memiliki sikap positif
Dariyo (2004: 87) menyatakan bahwa ada
terhadap
banyak faktor lain yang mempengaruhi
keadaan tersebut dapat dimungkinkan
perilaku seseorang, misalnya lingkungan
karena kurang adanya pendidikan seks
sosial, situasi, atau kesempatan. Sehingga
yang didapat dari keluarga terutama dari
apa
tidak
orang tua. Menurut Bahiyatun (2011: 91),
konsisten dengan apa yang muncul dalam
mengemukakan bahwa pendidikan seks
perilakunya.Selanjutnya
harus
yang
diketahui
seringkali
yang
perilaku
dimulai
seksual
dari
keluarga
telah
sendiri.
dimaksudperilaku seksual adalah segala
Remaja
tingkah laku yang didorong oleh hasrat
pendidikan
seksual, baik dengan lawan jenisnya
cenderung
maupun dengan sesama jenis. Adapun
terhadap perilaku seksual pranikah, begitu
bentuk perilaku seksual ini bermacam-
pula
macam, mulai dari
mendapatkan
perasaan tertarik
yang
pranikah,
seks
mendapatkan
dari
mempunyai
sebaliknya
jika
keluarganya
sikap
remaja
pendidikan
maka
akan
seks
negatif
kurang
dari
sampai tingkah laku berkencan, bercumbu,
keluarganya
cenderung
dan bersenggama (Sarwono,2012: 174)
bersikap positif terhadap perilaku seksual
pranikah.
94
Azwar (2011: 30), mengungkapkan
bahwa
salah
satu
yang
anak
sikap
jawabkannya. Kedua, karena anak sangat
diantaranya adalah adanya pengaruh orang
nakal dan tidak mau mendengarkan nasihat
lain
orang tua, sehingga orang tua merasa
memengaruhi
yang
faktor
segala sesuatu sesuai dengan keinginan
pembentukan
dianggap
umumnya,
remaja
penting.
cenderung
Pada
untuk
memiliki sikap yang konformis atau searah
asal
dapat
kewalahan
dan
mempertanggung-
membiarkan
anak
melakukan segala sesuatu yang diinginkan.
dengan sikap orang yang dianggapnya
penting. Kecenderungan ini antara lain
Rakhmat
(2007:
51)
dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi
mendefinisikan bahwa persepsi adalah
dan keinginan untuk menghindari konflik
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
dengan orang yang yang dianggap penting
hubungan-hubungan
tersebut. Di antara orang yang biasanya
dengan
dianggap penting bagi remaja adalah orang
menafsirkan pesan. Menurut Sobur (2009:
tua, orang yang status sosialnya lebih
445) secara etimologis persepsi berasal
tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru,
dari
teman kerja, dan lain-lain. Pada masa
percipere, yang artinya menerima atau
anak-anak dan remaja, orangtua biasanya
mengambil. Persepsi dalam arti sempit
menjadi figur yang paling penting bagi
adalah
anak. Middlebrook (dalam Azwar, 2011:
seseorang melihat sesuatu; sedangkan
32) menyebutkan bahwa interaksi antara
dalam arti luas ialah pandangan atau
anak dan orangtua merupakan determinan
pengertian, yaitu bagaimana seseorang
utama sikap si anak. Orang tua pula yang
memandang atau mengartikan sesuatu
memiliki
(Leavit dalam Sobur: 2009:445).
peranan
pembentukan
penting
sikap
remaja
dalam
terhadap
perilaku seksual pranikah.
(2009:
79)
menyimpulkan
bahasa
Latin
penglihatan,
diperoleh
informasi
perceptio;
bagaimana
dan
dari
cara
Kartono (dalam Pravitasari,2012:
3) mendefinisikan pola asuh permisif
Studi kasus yang dilakukan oleh
Widyastuti
yang
menunjukkan
adalah
orang
tua
yang
memberikan
kebebasan sepenuhnya dan anak diijinkan
bahwa ada dua alasan mengapa orang tua
membuat
memberikan kebebasan kepada anaknya.
langkah apa yang akan dilakukan, orangtua
Pertama, karena orang tua merasa yakin
tidak pernah memberikan pengarahan dan
bahwa anaknya tidak akan berbuat diluar
penjelasan kepada anak tentang apa yang
batas
diberikan
sebaiknya dilakukan anak, dalam pola asuh
kepercayaan kepadanya untuk melakukan
permisif hampir tidak ada komunikasi
kewajaran
sehingga
keputusan
sendiri
tentang
95
antara anak dan orang tua serta tanpa ada
masuk ke dalam otak. Didalamnya terjadi
disiplin sama sekali. Anak tidak dituntut
proses
untuk bertanggung jawab dan tidak banyak
terwujud
dikontrol oleh orang tua. Dengan sikap
(Sarwono, 2012: 86).
seperti ini anak mendapatkan kebebasan
sebanyak mungkin dari orang tua.
Menurut
pandangan
berpikir
yang
dalam
Persepsi
pada
sebuah
akhirnya
pemahaman
terhadap
pola
asuh
permisif merupakan salah satu faktor yang
Gunarsa
memengaruhi
sikap
remaja
terhadap
Remaja
(2009: 281), bahwa pengasuhan yang
perilaku
seksual
pranikah.
permisif ini dapat dibedakan menjadi
memiliki
persepsi
yang
pengasuhan
terhadap pola asuh permisif orang tua
(neglectful)
yang
dan
mengabaikan
yang
mereka. Remaja yang memiliki persepsi
memanjakan (indulgent). Pada pengasuhan
positif atau mendukung terhadap pola asuh
yang mengabaikan, orang tua, dengan
permisif
tidak mendidik anak mereka, memberikan
bersikap positif terhadap perilaku seksual
ijin bagi anak remaja mereka untuk
pranikah,
bertindak sesuka mereka. Pada pengasuhan
cenderung mendukung atau menerima
yang memanjakan, orang tua sangat
perilaku seksual pranikah. Begitu pula
menunjukkan dukungan emosional kepada
sebaliknya, jika remaja memiliki persepsi
anak mereka. Mereka mengizinkan remaja
negatif atau tidak mendukung pola asuh
untuk melakukan apa saja yang mereka
permisif orang tua, maka remaja akan
mau, bahkan tampak bahwa remaja lebih
cenderung bersikap negatif atau tidak
berkuasa
mendukung atau menolak perilaku seksual
daripada
pengasuhan
berbeda-beda
orang
tua
dalam
pengambilan keputusan.
orang
dalam
tua
akan
arti
cenderung
remaja
akan
pranikah. Hal tersebut sesuai dengan yang
Dalam keluarga orang tua berperan
dikemukakan Dariyo (2004: 87), bahwa
penuh dalam memberikan pola asuh
bila yang dipersepsikan remaja tersebut
kepada anak-anaknya. Orang tua lah yang
bersifat positif, maka remaja cenderung
meletakkan dasar-dasar kepribadian pada
berperilaku sesuai dengan persepsinya,
anak melalui sikap, tingkah laku dan
sebab remaja merasa setuju dengan apa
kebiasaan-kebiasaan, sedangkan anak akan
yang diketahuinya. Namun sebaliknya, bila
mempersepsi apa yang ia lihat dan
remaja mempersepsikan sesuatu secara
menginterpretasikan pada dirinya. Persepsi
negatif,
berlangsung saat seseorang menerima
menghindari atau tidak melakukan hal
stimulus dari dunia luar yang ditangkap
tersebut dalam perilakunya.
maka
remaja
cenderung
oleh organ-organ bantunya yang kemudian
96
mengetahui
HIPOTESIS
linieritas
hubungan
sikap
Berdasarkan uraian permasalahan
terhadap perilaku seksual pranikah dan
diatas maka hipotesis yang diajukan dalam
persepsi terhadap pola asuh permisif. Uji
penelitian ini adalah adanya hubungan
asumsi ini dilakukan dengan menggunakan
positif antarapersepsi terhadap pola asuh
permisif dengan sikap terhadap perilaku
bantuan SPSS (Statistical Packages for
Sosial Science) for Windows versi 16.0.
seksual pranikah pada remaja, dimana
Hasil uji linieritas antara sikap
semakin positif persepsi terhadap pola
terhadap perilaku seksual pranikah dengan
asuh permisif maka semakin positif pula
persepsi terhadap pola asuh permisif
sikapnya
menunjukkan bahwa Fliniersebesar 74,053
terhadap
perilaku
seksual
dengan p = 0,000 (p < 0,01) sehingga
pranikah, begitu juga sebaliknya.
menyatakan ada hubungan linier.
Selanjutnya untuk uji hipotesis
METODE PENELITIAN
dilakukan dengan menggunakan teknik
Jenis penelitian ini menggunakan
metode
kuantitatif.
Subjek
dalam
penelitian ini adalah remaja. Pengambilan
subjek
penelitian
menggunakan
studi
populasi dengan jumlah subjek sebanyak
75 subjek.Alasan peneliti menggunakan
teknik studi populasi agar diperoleh data
secara faktual dari populasi.
Pengambilan
data
korelasi Product Moment dariPearson,
untuk menguji apakah ada hubungan sikap
terhadap perilaku seksual pranikah dengan
persepsi terhadap pola asuh permisif,
diketahui rxy sebesar 0,672 dengan taraf
signifikan sebesar 0, 000 (p < 0,01), hal
ini menunjukkan ada hubungan yang
positif antara sikap terhadap perilaku
penelitian
dengan menggunakan dua skala, yaitu
Skala Sikap Terhadap Perilaku Seksual
seksual pranikah dengan persepsi terhadap
pola asuh permisif, sehingga hipotesis
dalam penelitian ini dapat diterima.
Pranikah dan Skala Persepsi Terhadap
Pola
Asuh
Permisif.Analisis
data
dilakukan dengan menggunakan korelasi
Produck Moment dari Pearson.
Hutagalung (2007:51), menyatakan
bahwa
sikap
adalah
cara
seseorang
mengkomunikasikan perasaannya kepada
orang lain (melalui perilaku).Selanjutnya,
Azwar (2011: 30), mengungkapkan bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN
salah satu faktor yang memengaruhi
Sebelum melakukan analisis data
pembentukan sikap diantaranya adalah
dengan teknik korelasi Product Moment
adanya pengaruh orang lain yang dianggap
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk
penting. Pada umumnya, remaja cenderung
97
untuk memiliki sikap yang konformis atau
memiliki
searah
yang
terhadap pola asuh permisif orang tua
dianggapnya penting. Kecenderungan ini
mereka. Remaja yang memiliki persepsi
antara lain dimotivasi oleh keinginan
positif atau mendukung terhadap pola asuh
untuk berafiliasi dan keinginan untuk
permisif orang tua akan bersikap positif
menghindari konflik dengan orang yang
terhadap perilaku seksual pranikah, dalam
yang dianggap penting tersebut. Di antara
arti remaja akan cenderung mendukung
orang yang biasanya dianggap penting
atau menerima perilaku seksual pranikah.
bagi remaja salah satunya adalah orang
Begitu
tua. Pada masa anak-anak dan remaja,
memiliki
orangtua biasanya menjadi figur yang
mendukung pola asuh permisif orang tua,
paling penting bagi anak. Orang tua pula
maka remaja akan cenderung bersikap
yang memiliki peranan penting dalam
negatif
pembentukan
menolak perilaku seksual pranikah. Hal
dengan
sikap
sikap
orang
remaja
terhadap
perilaku seksual pranikah.
persepsi
pula
yang
sebaliknya,
persepsi
atau
berbeda-beda
jika
remaja
negatif atau tidak
tidak
mendukung
atau
tersebut sesuai dengan yang dikemukakan
Dalam keluarga orang tua berperan
Dariyo (2004: 87), bahwa bila yang
penuh dalam memberikan pola asuh
dipersepsikan remaja tersebut bersifat
kepada anak-anaknya. Orang tua lah yang
positif,
meletakkan dasar-dasar kepribadian pada
berperilaku sesuai dengan persepsinya,
anak melalui sikap, tingkah laku dan
sebab remaja merasa setuju dengan apa
kebiasaan-kebiasaan, sedangkan anak akan
yang diketahuinya. Namun sebaliknya, bila
mempersepsi apa yang ia lihat dan
remaja mempersepsikan sesuatu secara
menginterpretasikan pada dirinya. Persepsi
negatif,
berlangsung saat seseorang menerima
menghindari atau tidak melakukan hal
stimulus dari dunia luar yang ditangkap
tersebut dalam perilakunya.
maka
maka
remaja
remaja
cenderung
cenderung
oleh organ-organ bantunya yang kemudian
Hal ini seperti yang terungkap
masuk ke dalam otak. Didalamnya terjadi
dalam hasil penelitian yang telah peneliti
proses
akhirnya
lakukan tentang sikap terhadap perilaku
pemahaman
seksual pranikah ditinjau dari persepsi
berpikir
terwujud
yang
dalam
pada
sebuah
(Sarwono, 2012: 86).
Persepsi
terhadap pola asuh permisif pada remaja.
terhadap
pola
asuh
Hasil
penelitian menunjukkan adanya
permisif merupakan salah satu faktor yang
hubungan positif antara sikap terhadap
memengaruhi
perilaku seksual pranikah dengan persepsi
perilaku
sikap
seksual
remaja
terhadap
pranikah.
Remaja
terhadap pola asuh permisif pada remaja.
98
Meskipun
di
data diri subjek tersebut, hampir sebagian
tidak
besar subjek (80%) tinggal bersama orang
mendapat tempat di masyarakat, ternyata
tua dan rata-rata sebagian besar kedua
terdapat beberapa remaja yang justru
orang tuanya sama-sama bekerja (sebesar
mendukung
69,33%).
kalangan
perilaku
remaja
seksual
sama
sekali
keberadaannya.
Remaja
Hal
inilah
dapat
menganggap perilaku seksual pranikah
dimungkinkan
adalah sesuatu yang lumrah, oleh karena
kelonggaran,
itu
pengawasan atau kontrol dari orang tua,
remaja
bersikap
positif
terhadap
remaja
yang
mendapatkan
kebebasan,
remaja
kurangnya
perilaku seksual pranikah. Pola asuh
sehingga
cenderung
bersikap
permisif adalah jenis pola mengasuh anak
positif terhadap perilaku seksual pranikah.
yang cuek terhadap anak, apapun yang
PENUTUP
mau dilakukan anak selalu diperbolehkan,
Berdasar hasil penelitian didapat
kurang adanya pengawasan. Biasanya pola
simpulan ada hubungan positif antara
pengasuhan anak oleh orang tua semacam
persepsi terhadap pola asuh permisif
ini diakibatkan orang tua yang terlalu
dengan sikap terhadap perilaku seksual
sibuk
pranikah pada remaja, dimana semakin
dengan
pekerjaan,
kesibukan-
kesibukan atau urusan lain.
positif
Berdasarkan dari data diri subjek
yang peneliti peroleh, terungkap bahwa
9
dari 75 subjek menyatakan belum pernah
persepsi
permisif
sikapnya
maka
terhadap
semakin
terhadap
pola
asuh
positif
pula
perilaku
seksual
pranikah, begitu juga sebaliknya.
punya pacar, 25 dari 75 subjek sedang
tidak punya pacar sedangkan 41 subjek
SARAN
menyatakan punya pacar, dalam hal ini
dapat dimungkinkan bahwa selain subjek
yang belum pernah punya pacar, sebagian
besar yang lain pernah mengalami proses
berpacaran. Sebagian besar dari subjek
menyatakan
seksual
mendapatkan
melalui
informasi
teman,
internet,
handphone, majalah atau tabloid dewasa,
bahkan
ada
menyatakan
beberapa
pernah
subjek
yang
mendapatkan
1. Bagi Siswa
Perlunya
siswa
memahami
pengetahuan tentang masalah seksual dan
menyaring
segala
informasi-informasi
yang mereka terima, sehingga siswa dapat
mengambil sikap bijak terhadap fenomena
perilaku seksual pranikah.
2. Bagi Sekolah
Perlunya ditingkatkan pemberian
dari
materi pendidikan tentang seksual oleh
VCD/DVD pornografi. Kemudian dari
pihak sekolah yang bekerja sama dengan
informasi
mengenai
seksualitas
99
lembaga terkait agar siswa mendapatkan
Perlu
diadakan
penelitian
informasi yang benar tentang pengalaman-
selanjutnya untuk melihat faktor lain yang
pengalaman yang terkait masalah seksual
mempengaruhi perilaku seksual pranikah
sehingga siswa dapat memperolehnya
pada remaja.
secara benar, lebih jelas dan bertanggung
jawab.
3. Bagi Orang tua
Perlunya
orang
tua
memberikan
pengawasan
memperhatikan
perkembangan
lebih
serta
anak-
anaknya di usia remaja. Selain itu perlunya
orang tua memberikan pendidikan seksual
kepada anak remajanya, sehingga remaja
dapat bersikap negatif terhadap perilaku
seksual pranikah.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
100
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat, J. 2007. Psikologi Komunikasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Azwar,S.
Sarwono, S.W. dan Meinarno, E.A. 2009.
Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
2011. Sikap Manusia : Teori
dan
Pengkurannya.
Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar.
Bahiyatun. 2010. Psikologi Ibu dan Anak.
Buku Ajar Bidan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan
Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.
Gunarsa, S.D. 2009. Dari Anak Sampai
Usia Lanjut : Bunga Rampai
Psikologi Perkembangan. Jakarta:
Gunung Mulia.
Hutagalung, I. 2007. Pengembangan
Kepribadian.
Tinjauan
Praktis
Menuju Pribadi Positif. Jakarta : PT
Indeks.
Info kasus. 2011. Pilar PKBI Jawa Tengah.
Sarwono, S.W. 2012. Psikologi Remaja.
Jakarta : Rajawali Press.
…..................., 2012. Pengantar Psikologi
Umum. Jakarta : Rajawali Press.
Sobur, A. 2009. Psikologi Umum.
Bandung: CV. Pustaka setia.
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja
Indonesia. 2007. Badan Pusat
Statistik Jawa Tengah
Suwarni, L. 2009. Monitoring Parental dan
Perilaku Teman Sebaya Terhadap
Perilaku Seksual Remaja SMA Di
Kota Pontianak. Diplublikasikan
dalam Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia Vol. 4, No. 2, Agustus.
Hal 127-133.
Info kasus. 2012. Pilar PKBI Jawa Tengah.
Pravitasari, T. 2012. Pengaruh Persepsi
Pola Asuh Permisif Orang Tua
Terhadap
Perilaku
Membolos.
Dipublikasikan dalam Education
Psychology Journal. EPJ Vol. I,
Januari. Hal 1-8.
Widyastuti, E.S.A. 2009. Personal Dan
Sosial Yang Mempengaruhi Sikap
Remaja Terhadap Hubungan Seks
Pranikah. Dipublikasikan dalam
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia
Vol. 4, No. 2, Agustus. Hal 75-85.
101
Download