SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH PERMISIF PADA REMAJA ( PREWEDDING SEXUAL BEHAVIOUR OBSERVED FROM THE PERMISIVE PARENTING STYLE IN ADOLESENCE ) Chatifatun Naim Mulya Virgonita Iswindari Winta Fakultas Psikologi - Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untukmengetahui secara empiris hubungan antara sikap terhadap perilaku seksual pranikah dengan persepsi terhadap pola asuh permisif.Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap pola asuh permisif dengan sikap terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja. Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Pengambilan subjek penelitian menggunakan studi populasi dengan jumlah subjek sebanyak 75 subjek.Pengambilan data penelitian dengan menggunakan dua skala, yaitu Skala Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah dan Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Permisif.Analisis data dilakukan dengan menggunakan korelasi Produck Moment dari Pearson. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan nilai rxy sebesar 0,672 dengan signifikan sebesar 0, 000 (p < 0,01), hal ini berartibahwa ada hubungan yang positif antara sikap terhadap perilaku seksual pranikah dengan persepsi terhadap pola asuh permisif, sehingga hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima. Kata Kunci: sikap, perilaku seksual pranikah, persepsidanpola asuh permisif. ABSTRACT This research is aimed to observe empiric correlation between pre-wedding sexual behaviors with perception of permissive parenting style. Hypothesis developed for this research was there is a positive correlation between pre-wedding sexual behaviors with permissive parenting style in adolescence. This research used quantitative research method.Sample was obtained through population study of 75 subjects. Data was obtained by utilizing two scales, namely attitude towards pre-wedding sexual behavior scale and perception towards permissive parenting style scale. Analysis of data used product moment correlation from Pearson. Data analysis showed r xy score of 0,672withsignificance of 0, 000 (p < 0,01),which indicate that there is a positive correlation between pre-wedding sexual behavior with permissive parenting style in adolescence, therefore hypothesis of this research was accepted. Key word: attitude, pre-wedding sexual behavior , perception and permissive parenting style. 92 diri, dan pemikiran remaja sehingga PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa muncul dalam bentuk perilaku seksual. peralihan dan masa perkembangan antara Berdasarkan data yang diperoleh masa kanak-kanak ke masa dewasa yang dari Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah meliputi perubahan besar pada aspek fisik, tahun 2011, dari 392 mitra konseling, kognitif dan psikososial. Sarwono (2012: terdapat 79 kasus kehamilan pranikah, dan 73) permulaan masa remaja biasanya 42 kasus diantaranya terjadi di Semarang. ditandai oleh kematangan seksual, dalam Sedangkan pada info kasus tahun 2012, arti organ-organ seksualnya sudah dapat dari 511 mitra yang tercatat, terdapat kasus berfungsi sepenuhnya untuk mengembang- kehamilan pranikah sebesar 61 kasus. kan keturunan. Dengan matangnya fungsi- Meskipun fungsi pula signifikan dari tahun 2011 – 2012, namun keinginan- kasus kehamilan pranikah masih menjadi seksual, maka dorongan-dorongan timbul dan terdapat penurunan keinginan untuk pemuasan seksual (libido bayang-bayang seksual). seksualitas remaja pada masa sekarang, Permasalahan seksualitas yang dan bagaimana yang kondisi ini umum remaja hadapi tersebut adalah memperihatinkan. dorongan seksual yang meningkat pada Dari hasil perilaku masih selalu penelitian yang remaja padahal mereka belum menikah. dilakukan Usia kematangan seksual (biologis) pada menunjukkan remaja ternyata belum diimbangi oleh remaja dapat terbentuk melalui 4 jalur. kematangan Pertama psikososialnya. Misalnya, Suwarni (2009: 132), bahwa perilaku seksual yaitu melalui kemampuan remaja dalam memahami monitoring dorongan seksual tinggi dan kesiapan (sebesar 10,6%). Kedua yaitu pengaruh dalam perilaku monitoring parental secara tidak langsung mengelola melalui sikap tentang perilaku seksual dan dorongan seksualnya, dan kemampuan niat melalui perilaku seksual (9,28%). mengambil matang. Ketiga yaitu pengaruh perilaku seksual Akibatnya, rasa ingin tahu remaja yang teman sebaya secara langsung (sebesar sangat kuat, keinginan dan memenuhi 20,2%). Keempat yaitu pengaruh perilaku dorongan seksual menerima seksualnya, resiko kemampuan keputusan seksual secara mengalahkan pemahaman tentang norma, pengendalian parental teman secara pengaruh sebaya langsung secara tidak langsung melalui niat berperilaku seksual (sebesar 14,2%). 93 Dariyo (2004: 87) mengungkapkan Berdasarkan kuesioner bahwa secara teoritis sikap merupakan disebarkan predisposisi (penentu) yang memunculkan Oktober 2013 secara acak kepada 30 adanya perilaku yang sesuai dengan responden, diketahui hasil bahwa remaja sikapnya. Sikap tumbuh, diawali dari yang pengetahuan yang dipersepsikan sebagai perilaku seksual pranikah dalam kategori sesuatu hal yang baik (positif) maupun sangat tinggi (ST) sebanyak 10% dari 30 tidak kemudian responden, dalam kategori tinggi (T) diinternalisasikan ke dalam dirinya. Dari sebanyak 46,66%, kategori sedang (S) apa 16,66%, kategori rendah (R) 6,66% dan baik yang (negatif), diketahui memengaruhi tersebut akan perilakunya.Selanjutnya peneliti menyatakan kategori sangat pada yang tanggal sikapnya rendah 21 terhadap (SR) 20%. Hutagalung (2007:51), menyatakan bahwa Berdasarkan hasil tersebut dapat peneliti sikap seseorang simpulkan bahwa remaja yang bersikap mengkomunikasikan perasaannya kepada positif terhadap perilaku seksual pranikah orang lain (melalui perilaku). jauh lebih banyak daripada remaja yang adalah Azwar cara (2011: 9) memandang perilaku sebagai reaksi yang dapat bersifat bersikap negatif terhadap perilaku seksual pranikah. sederhana maupun bersifat kompleks. Remaja yang memiliki sikap positif Dariyo (2004: 87) menyatakan bahwa ada terhadap banyak faktor lain yang mempengaruhi keadaan tersebut dapat dimungkinkan perilaku seseorang, misalnya lingkungan karena kurang adanya pendidikan seks sosial, situasi, atau kesempatan. Sehingga yang didapat dari keluarga terutama dari apa tidak orang tua. Menurut Bahiyatun (2011: 91), konsisten dengan apa yang muncul dalam mengemukakan bahwa pendidikan seks perilakunya.Selanjutnya harus yang diketahui seringkali yang perilaku dimulai seksual dari keluarga telah sendiri. dimaksudperilaku seksual adalah segala Remaja tingkah laku yang didorong oleh hasrat pendidikan seksual, baik dengan lawan jenisnya cenderung maupun dengan sesama jenis. Adapun terhadap perilaku seksual pranikah, begitu bentuk perilaku seksual ini bermacam- pula macam, mulai dari mendapatkan perasaan tertarik yang pranikah, seks mendapatkan dari mempunyai sebaliknya jika keluarganya sikap remaja pendidikan maka akan seks negatif kurang dari sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, keluarganya cenderung dan bersenggama (Sarwono,2012: 174) bersikap positif terhadap perilaku seksual pranikah. 94 Azwar (2011: 30), mengungkapkan bahwa salah satu yang anak sikap jawabkannya. Kedua, karena anak sangat diantaranya adalah adanya pengaruh orang nakal dan tidak mau mendengarkan nasihat lain orang tua, sehingga orang tua merasa memengaruhi yang faktor segala sesuatu sesuai dengan keinginan pembentukan dianggap umumnya, remaja penting. cenderung Pada untuk memiliki sikap yang konformis atau searah asal dapat kewalahan dan mempertanggung- membiarkan anak melakukan segala sesuatu yang diinginkan. dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain Rakhmat (2007: 51) dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi mendefinisikan bahwa persepsi adalah dan keinginan untuk menghindari konflik pengalaman tentang objek, peristiwa, atau dengan orang yang yang dianggap penting hubungan-hubungan tersebut. Di antara orang yang biasanya dengan dianggap penting bagi remaja adalah orang menafsirkan pesan. Menurut Sobur (2009: tua, orang yang status sosialnya lebih 445) secara etimologis persepsi berasal tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, dari teman kerja, dan lain-lain. Pada masa percipere, yang artinya menerima atau anak-anak dan remaja, orangtua biasanya mengambil. Persepsi dalam arti sempit menjadi figur yang paling penting bagi adalah anak. Middlebrook (dalam Azwar, 2011: seseorang melihat sesuatu; sedangkan 32) menyebutkan bahwa interaksi antara dalam arti luas ialah pandangan atau anak dan orangtua merupakan determinan pengertian, yaitu bagaimana seseorang utama sikap si anak. Orang tua pula yang memandang atau mengartikan sesuatu memiliki (Leavit dalam Sobur: 2009:445). peranan pembentukan penting sikap remaja dalam terhadap perilaku seksual pranikah. (2009: 79) menyimpulkan bahasa Latin penglihatan, diperoleh informasi perceptio; bagaimana dan dari cara Kartono (dalam Pravitasari,2012: 3) mendefinisikan pola asuh permisif Studi kasus yang dilakukan oleh Widyastuti yang menunjukkan adalah orang tua yang memberikan kebebasan sepenuhnya dan anak diijinkan bahwa ada dua alasan mengapa orang tua membuat memberikan kebebasan kepada anaknya. langkah apa yang akan dilakukan, orangtua Pertama, karena orang tua merasa yakin tidak pernah memberikan pengarahan dan bahwa anaknya tidak akan berbuat diluar penjelasan kepada anak tentang apa yang batas diberikan sebaiknya dilakukan anak, dalam pola asuh kepercayaan kepadanya untuk melakukan permisif hampir tidak ada komunikasi kewajaran sehingga keputusan sendiri tentang 95 antara anak dan orang tua serta tanpa ada masuk ke dalam otak. Didalamnya terjadi disiplin sama sekali. Anak tidak dituntut proses untuk bertanggung jawab dan tidak banyak terwujud dikontrol oleh orang tua. Dengan sikap (Sarwono, 2012: 86). seperti ini anak mendapatkan kebebasan sebanyak mungkin dari orang tua. Menurut pandangan berpikir yang dalam Persepsi pada sebuah akhirnya pemahaman terhadap pola asuh permisif merupakan salah satu faktor yang Gunarsa memengaruhi sikap remaja terhadap Remaja (2009: 281), bahwa pengasuhan yang perilaku seksual pranikah. permisif ini dapat dibedakan menjadi memiliki persepsi yang pengasuhan terhadap pola asuh permisif orang tua (neglectful) yang dan mengabaikan yang mereka. Remaja yang memiliki persepsi memanjakan (indulgent). Pada pengasuhan positif atau mendukung terhadap pola asuh yang mengabaikan, orang tua, dengan permisif tidak mendidik anak mereka, memberikan bersikap positif terhadap perilaku seksual ijin bagi anak remaja mereka untuk pranikah, bertindak sesuka mereka. Pada pengasuhan cenderung mendukung atau menerima yang memanjakan, orang tua sangat perilaku seksual pranikah. Begitu pula menunjukkan dukungan emosional kepada sebaliknya, jika remaja memiliki persepsi anak mereka. Mereka mengizinkan remaja negatif atau tidak mendukung pola asuh untuk melakukan apa saja yang mereka permisif orang tua, maka remaja akan mau, bahkan tampak bahwa remaja lebih cenderung bersikap negatif atau tidak berkuasa mendukung atau menolak perilaku seksual daripada pengasuhan berbeda-beda orang tua dalam pengambilan keputusan. orang dalam tua akan arti cenderung remaja akan pranikah. Hal tersebut sesuai dengan yang Dalam keluarga orang tua berperan dikemukakan Dariyo (2004: 87), bahwa penuh dalam memberikan pola asuh bila yang dipersepsikan remaja tersebut kepada anak-anaknya. Orang tua lah yang bersifat positif, maka remaja cenderung meletakkan dasar-dasar kepribadian pada berperilaku sesuai dengan persepsinya, anak melalui sikap, tingkah laku dan sebab remaja merasa setuju dengan apa kebiasaan-kebiasaan, sedangkan anak akan yang diketahuinya. Namun sebaliknya, bila mempersepsi apa yang ia lihat dan remaja mempersepsikan sesuatu secara menginterpretasikan pada dirinya. Persepsi negatif, berlangsung saat seseorang menerima menghindari atau tidak melakukan hal stimulus dari dunia luar yang ditangkap tersebut dalam perilakunya. maka remaja cenderung oleh organ-organ bantunya yang kemudian 96 mengetahui HIPOTESIS linieritas hubungan sikap Berdasarkan uraian permasalahan terhadap perilaku seksual pranikah dan diatas maka hipotesis yang diajukan dalam persepsi terhadap pola asuh permisif. Uji penelitian ini adalah adanya hubungan asumsi ini dilakukan dengan menggunakan positif antarapersepsi terhadap pola asuh permisif dengan sikap terhadap perilaku bantuan SPSS (Statistical Packages for Sosial Science) for Windows versi 16.0. seksual pranikah pada remaja, dimana Hasil uji linieritas antara sikap semakin positif persepsi terhadap pola terhadap perilaku seksual pranikah dengan asuh permisif maka semakin positif pula persepsi terhadap pola asuh permisif sikapnya menunjukkan bahwa Fliniersebesar 74,053 terhadap perilaku seksual dengan p = 0,000 (p < 0,01) sehingga pranikah, begitu juga sebaliknya. menyatakan ada hubungan linier. Selanjutnya untuk uji hipotesis METODE PENELITIAN dilakukan dengan menggunakan teknik Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja. Pengambilan subjek penelitian menggunakan studi populasi dengan jumlah subjek sebanyak 75 subjek.Alasan peneliti menggunakan teknik studi populasi agar diperoleh data secara faktual dari populasi. Pengambilan data korelasi Product Moment dariPearson, untuk menguji apakah ada hubungan sikap terhadap perilaku seksual pranikah dengan persepsi terhadap pola asuh permisif, diketahui rxy sebesar 0,672 dengan taraf signifikan sebesar 0, 000 (p < 0,01), hal ini menunjukkan ada hubungan yang positif antara sikap terhadap perilaku penelitian dengan menggunakan dua skala, yaitu Skala Sikap Terhadap Perilaku Seksual seksual pranikah dengan persepsi terhadap pola asuh permisif, sehingga hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima. Pranikah dan Skala Persepsi Terhadap Pola Asuh Permisif.Analisis data dilakukan dengan menggunakan korelasi Produck Moment dari Pearson. Hutagalung (2007:51), menyatakan bahwa sikap adalah cara seseorang mengkomunikasikan perasaannya kepada orang lain (melalui perilaku).Selanjutnya, Azwar (2011: 30), mengungkapkan bahwa HASIL DAN PEMBAHASAN salah satu faktor yang memengaruhi Sebelum melakukan analisis data pembentukan sikap diantaranya adalah dengan teknik korelasi Product Moment adanya pengaruh orang lain yang dianggap terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk penting. Pada umumnya, remaja cenderung 97 untuk memiliki sikap yang konformis atau memiliki searah yang terhadap pola asuh permisif orang tua dianggapnya penting. Kecenderungan ini mereka. Remaja yang memiliki persepsi antara lain dimotivasi oleh keinginan positif atau mendukung terhadap pola asuh untuk berafiliasi dan keinginan untuk permisif orang tua akan bersikap positif menghindari konflik dengan orang yang terhadap perilaku seksual pranikah, dalam yang dianggap penting tersebut. Di antara arti remaja akan cenderung mendukung orang yang biasanya dianggap penting atau menerima perilaku seksual pranikah. bagi remaja salah satunya adalah orang Begitu tua. Pada masa anak-anak dan remaja, memiliki orangtua biasanya menjadi figur yang mendukung pola asuh permisif orang tua, paling penting bagi anak. Orang tua pula maka remaja akan cenderung bersikap yang memiliki peranan penting dalam negatif pembentukan menolak perilaku seksual pranikah. Hal dengan sikap sikap orang remaja terhadap perilaku seksual pranikah. persepsi pula yang sebaliknya, persepsi atau berbeda-beda jika remaja negatif atau tidak tidak mendukung atau tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Dalam keluarga orang tua berperan Dariyo (2004: 87), bahwa bila yang penuh dalam memberikan pola asuh dipersepsikan remaja tersebut bersifat kepada anak-anaknya. Orang tua lah yang positif, meletakkan dasar-dasar kepribadian pada berperilaku sesuai dengan persepsinya, anak melalui sikap, tingkah laku dan sebab remaja merasa setuju dengan apa kebiasaan-kebiasaan, sedangkan anak akan yang diketahuinya. Namun sebaliknya, bila mempersepsi apa yang ia lihat dan remaja mempersepsikan sesuatu secara menginterpretasikan pada dirinya. Persepsi negatif, berlangsung saat seseorang menerima menghindari atau tidak melakukan hal stimulus dari dunia luar yang ditangkap tersebut dalam perilakunya. maka maka remaja remaja cenderung cenderung oleh organ-organ bantunya yang kemudian Hal ini seperti yang terungkap masuk ke dalam otak. Didalamnya terjadi dalam hasil penelitian yang telah peneliti proses akhirnya lakukan tentang sikap terhadap perilaku pemahaman seksual pranikah ditinjau dari persepsi berpikir terwujud yang dalam pada sebuah (Sarwono, 2012: 86). Persepsi terhadap pola asuh permisif pada remaja. terhadap pola asuh Hasil penelitian menunjukkan adanya permisif merupakan salah satu faktor yang hubungan positif antara sikap terhadap memengaruhi perilaku seksual pranikah dengan persepsi perilaku sikap seksual remaja terhadap pranikah. Remaja terhadap pola asuh permisif pada remaja. 98 Meskipun di data diri subjek tersebut, hampir sebagian tidak besar subjek (80%) tinggal bersama orang mendapat tempat di masyarakat, ternyata tua dan rata-rata sebagian besar kedua terdapat beberapa remaja yang justru orang tuanya sama-sama bekerja (sebesar mendukung 69,33%). kalangan perilaku remaja seksual sama sekali keberadaannya. Remaja Hal inilah dapat menganggap perilaku seksual pranikah dimungkinkan adalah sesuatu yang lumrah, oleh karena kelonggaran, itu pengawasan atau kontrol dari orang tua, remaja bersikap positif terhadap remaja yang mendapatkan kebebasan, remaja kurangnya perilaku seksual pranikah. Pola asuh sehingga cenderung bersikap permisif adalah jenis pola mengasuh anak positif terhadap perilaku seksual pranikah. yang cuek terhadap anak, apapun yang PENUTUP mau dilakukan anak selalu diperbolehkan, Berdasar hasil penelitian didapat kurang adanya pengawasan. Biasanya pola simpulan ada hubungan positif antara pengasuhan anak oleh orang tua semacam persepsi terhadap pola asuh permisif ini diakibatkan orang tua yang terlalu dengan sikap terhadap perilaku seksual sibuk pranikah pada remaja, dimana semakin dengan pekerjaan, kesibukan- kesibukan atau urusan lain. positif Berdasarkan dari data diri subjek yang peneliti peroleh, terungkap bahwa 9 dari 75 subjek menyatakan belum pernah persepsi permisif sikapnya maka terhadap semakin terhadap pola asuh positif pula perilaku seksual pranikah, begitu juga sebaliknya. punya pacar, 25 dari 75 subjek sedang tidak punya pacar sedangkan 41 subjek SARAN menyatakan punya pacar, dalam hal ini dapat dimungkinkan bahwa selain subjek yang belum pernah punya pacar, sebagian besar yang lain pernah mengalami proses berpacaran. Sebagian besar dari subjek menyatakan seksual mendapatkan melalui informasi teman, internet, handphone, majalah atau tabloid dewasa, bahkan ada menyatakan beberapa pernah subjek yang mendapatkan 1. Bagi Siswa Perlunya siswa memahami pengetahuan tentang masalah seksual dan menyaring segala informasi-informasi yang mereka terima, sehingga siswa dapat mengambil sikap bijak terhadap fenomena perilaku seksual pranikah. 2. Bagi Sekolah Perlunya ditingkatkan pemberian dari materi pendidikan tentang seksual oleh VCD/DVD pornografi. Kemudian dari pihak sekolah yang bekerja sama dengan informasi mengenai seksualitas 99 lembaga terkait agar siswa mendapatkan Perlu diadakan penelitian informasi yang benar tentang pengalaman- selanjutnya untuk melihat faktor lain yang pengalaman yang terkait masalah seksual mempengaruhi perilaku seksual pranikah sehingga siswa dapat memperolehnya pada remaja. secara benar, lebih jelas dan bertanggung jawab. 3. Bagi Orang tua Perlunya orang tua memberikan pengawasan memperhatikan perkembangan lebih serta anak- anaknya di usia remaja. Selain itu perlunya orang tua memberikan pendidikan seksual kepada anak remajanya, sehingga remaja dapat bersikap negatif terhadap perilaku seksual pranikah. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya 100 DAFTAR PUSTAKA Rakhmat, J. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Azwar,S. Sarwono, S.W. dan Meinarno, E.A. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. 2011. Sikap Manusia : Teori dan Pengkurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bahiyatun. 2010. Psikologi Ibu dan Anak. Buku Ajar Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. Gunarsa, S.D. 2009. Dari Anak Sampai Usia Lanjut : Bunga Rampai Psikologi Perkembangan. Jakarta: Gunung Mulia. Hutagalung, I. 2007. Pengembangan Kepribadian. Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Positif. Jakarta : PT Indeks. Info kasus. 2011. Pilar PKBI Jawa Tengah. Sarwono, S.W. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Press. …..................., 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : Rajawali Press. Sobur, A. 2009. Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka setia. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia. 2007. Badan Pusat Statistik Jawa Tengah Suwarni, L. 2009. Monitoring Parental dan Perilaku Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Remaja SMA Di Kota Pontianak. Diplublikasikan dalam Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4, No. 2, Agustus. Hal 127-133. Info kasus. 2012. Pilar PKBI Jawa Tengah. Pravitasari, T. 2012. Pengaruh Persepsi Pola Asuh Permisif Orang Tua Terhadap Perilaku Membolos. Dipublikasikan dalam Education Psychology Journal. EPJ Vol. I, Januari. Hal 1-8. Widyastuti, E.S.A. 2009. Personal Dan Sosial Yang Mempengaruhi Sikap Remaja Terhadap Hubungan Seks Pranikah. Dipublikasikan dalam Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 4, No. 2, Agustus. Hal 75-85. 101