PENGARUH FREKUENSI KEHADIRAN SENAM

advertisement
PENGARUH FREKUENSI KEHADIRAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI
Widhi Sumirat, Ike Widjayanik
Akademi Keperawatan Pamenang Pare – Kediri
ABSTRAK
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis saat seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal. Untuk menurunkan tekanan darah diperlukan keteraturan mengikuti
kegiatan senam lansia sebagai penurun tekanan darah. Tetapi masih banyak masyarakat penderita
hipertensi belum melakukan senam lansia secara teratur dalam kehidupan sehari-harinya. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh frekuensi kehadiran senam lansia terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Prospektif Design. Populasi
seluruh lansia yang menderita hipertensi di Klub Senam Lansia Desa Banyuanyar Kecamatan Gurah
Kabupaten Kediri sebanyak 25 responden, sampel 25 responden diambil dengan Total sampling.
Analisa data dilakukan dengan proses editing, coding, tabulating dan analisis statistik deskriptif.
Dari hasil penelitian menunjukkan kecenderungan bahwa ada pengaruh frekuensi kehadiran
senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Klub Senam Lansia
Desa Banyuanyar Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri.
Keteraturan lansia dalam mengikuti kegiatan senam lansia menyebabkan peredaran darah
menjadi lancar, sehingga mencegah penggumpalan darah pada pembuluh darah akibatnya terjadi
penurunan tekanan darah pada lanisa penderita hipertensi. Maka dari itu lansia disarankan untuk lebih
teratur mengikuti kegiatan senam lansia dan menambah wawasan tentang manfaat senam lansia dengan
membaca buku dan mengikuti seminar.
Kata Kunci : Hipertensi, Frekuensi Kehadiran Senam Lansia
ABSTRACT
Hypertention ussually called high blood pressure is a medical condition in wich someone’s
blood pressure increases abnormally. To decrease it, they need to join attendence the elderly gym
regulary in order to descrease the blood pressure. But there are so many elderlies who have
hypertention haven’t joined the elderly gym regulary. The goal of this research is knowing the effect of
elderly gym attendance frequention of the elderly gym attendence to the decreasing blood pressure on
elderly with hypertention.
Reserch Desaign that is used in this research is Prospective Desaign. The elderly population
with hypertention in Elderly Gym Club in the Banyuanyar Village Gurah Distric Sub-Province Kediri
counted 25 respondents, sampel 25 respondent taken technicsly Total Sampling. Data analizes
conducted with such ways as editing, coding, tabulating and with analizing the describtive statistic.
The research result indicate a inclination that there is influence of frequency on elderly gym
activity due to decreasing of blood pressure on elderly with hypertention in an elderly gyms club in an
Banyuanyar Villagr Gurah Sub-District Kediri Regency.
The elderly gims that’s done regulary could help the blood regulation regulates well, then it
could prevent blood clots in blood vessel and couse tendency of blood decreasing pressure in an
Jurnal AKP
20
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016
elderly with hypertention. So that the elderly are sugested to join the elderly gyms regulary and adding
their knowledge about the advantage of elderly gyms by reading books and to join some colloquium
about it.
Keyword : Hypertention, Frequency of the Elderly Gym Attendence
beberapa akibat tersebut 60% penderita hipertensi
berakhir pada stroke, sedangkan sisanya berakhir
pada gagal jantung dan gagal ginjal (Depkes,
2011).
Hipertensi merupakan suatu peningkatan
tekanan darah di atas normal (Susilo dan
Wulandari, 2010). Faktor-faktor risiko pemicu
terjadinya hipertensi juga bermacam-macam,
seperti faktor keturunan, usia yang semakin tua,
jenis kelamin, stress, konsumsi garam yang
berlebihan dan kurangnya olahraga (Susilo dan
Wulandari, 2011). Pada zaman modern seperti
ini, manusia cenderung sibuk dan mencari segala
sesuatu yang mudah dan praktis sehingga secara
otomatis tubuh tidak banyak bergerak, sehingga
kita menjadi kurang gerak dan olahraga (Susilo
dan Wulandari, 2011). Begitu juga bila seseorang
mengalami stres cenderung menyebabkan
kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu
(Muhammadun, 2010). Hal inilah yang memicu
terjadinya hipertensi (Susilo dan Wulandari,
2011). Hipertensi ini dapat menyebabkan risiko
terjadi stroke, gagal jantung, kerusakan ginjal,
gangguan tidur, dan keterbatasan dalam
beraktifitas (Martha, 2012). Ada dua macam
terapi untuk mengatasi hipertensi, yaitu terapi
farmakologi dengan menggunakan obat dan terapi
non farmakologi dengan melakukan olahraga
yang teratur, jenis olahraga yang dianjurkan
adalah senam lansia (Sudarmoko, 2010). Senam
lansia adalah suatu olahraga ringan yang mudah
di lakukan dan tidak memberatkan (Widianti dan
Proverawati, 2010). Keuntungan melakukan
senam lansia adalah dapat menurunkan tekanan
darah dan kadar lemak (Guang dan Lewis, 2012).
Hal ini terjadi ketika kita melakukan senam, paruparu akan memproses oksigen yang lebih dan
membersihkan racun-racun dalam tubuh,
PENDAHULUAN
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah
kondisi medis saat seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal
(Sudarmoko, 2010). Secara umum seorang lansia
dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah
sistolik dan diastoliknya lebih dari 140/90 mmHg
(Muhammadun, 2010). Hipertensi ini dapat di
kurangi dengan melakukan olahraga berupa
senam lansia secara teratur (Anggriyana, 2010).
Tetapi masih banyak masyarakat yang menderita
hipertensi belum melakukan senam lansia secara
teratur dalam kehidupan sehari-harinya (Susilo
dan Wulandari, 2011).
Menurut Depkes RI tahun 2007, berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kemenkes RI bahkan menunjukkan prevalensi
hipertensi nasional sebesar 31,7%. Prevalensi
hipertensi tertinggi di Indonesia yaitu provinsi
jawa Timur sebesar 37,4 %. Di Jawa Timur
jumlah lansia penderita hipertensi pada tahun
2011 sebanyak 174.041 jiwa (Depkes, 2011). Di
Kabupaten Kediri pada tahun 2012 jumlah
penderita hipertensi sebesar 157805 jiwa (Dinkes
Kediri, 2012). Dan di Puskesmas Gurah jumlah
penderita hipertensi tahun 2012 sebesar 5164
jiwa. Berdasarkan wawancara yang dilakukan
pada 18 orang lansia penderita hipertensi di Klub
Senam Lansia Desa Banyuanyar Kecamatan
Gurah Kabupaten Kediri pada tanggal 15
November 2013 didapatkan 3 responden jarang
menghadiri senam lansia, 5 responden
mengatakan kadang-kadang menghadiri senam
lansia jika tidak sibuk, dan 10 responden
mengatakan rutin menghadiri senam lansia.
Dampak atau resiko dari hipertensi antara lain
penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dari
Jurnal AKP
21
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016
sehingga penimbunan lemak terdesak dan
peredaran darah dalam pembuluh darah tidak
terhambat (Guang dan Lewis, 2012). Penelitian di
India University yang dimuat dalam Journal of
Hipertention edisi September 2006 membuktikan
bahwa berjalan 4 kali 10 menit setiap hari akan
menurunkan tekanan darah sebanyak 6,6 poin
pada pasien pre hipertensi dan 12,9 poin pada
pasien hipertensi, sedangkan menurut para dokter
dari Tulane University memeriksa data dari 54
kajian yang melibatkan 249 pria dan wanita
bahwa senam secara teratur mampu menurunkan
4 poin tekanan darah sistolik dan 3 poin tekanan
darah diastolik (Nurrahmani, 2012). Mekanisme
aktivitas fisik dapat meningkatkan aliran darah ke
jantung, kelenturan arteri dan fungsi arterial, hal
tersebut dapat mengontrol tekanan darah
(Narrahmani, 2012).
Hipertensi ini dapat dikurangi dengan melakukan
olahraga berupa senam lansia secara teratur
(Widianti dan Proverawati, 2010). Akan tetapi,
masih banyak masyarakat yang menderita
hipertensi belum melakukan senam lansia secara
teratur dalam kehidupan sehari-harinya (Susilo
dan Wulandari, 2010). Dalam klub senam lansia
Desa Banyuanyar upaya untuk meningkatkan
lansia agar mengikuti senam lansia adalah
memberikan motivasi pada lansia dan
menjelaskan manfaat-manfaat dari senam lansia,
salah satunya adalah dapat mengontrol tekanan
darah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
meneliti “Pengaruh Frekuensi Kehadiran Senam
Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi di Klub Senam
Lansia Desa Banyuanyar Kecamatan Gurah
Kabupaten Kediri Tahun 2014”.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia
penderita hipertensi di Klub senam lansia Desa
Banyuanyar Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri
sejumlah 25 orang, Teknik sampling yang
digunakan adalah total sampling sehingga jumlah
seluruh responden penelitian adalah 25 orang.
Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan
menggunakan tabulasi silang (cross tabulation).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian observasional
yang menggunakan desain prospektif, yaitu
desain penelitian analitik yang bersifat melihat ke
depan (forward looking). Variabel pada penelitian
ini adalah Frekuensi Sena, sebagai variabel
independen, dan Tekanan darah sebagai variabel
dependen.
2. Perubahan Tekanan Darah Sistole Sebelum
Dan Sesudah Melakukan Senam Lansia
Perubahan tekanan darah sistole sebelum
dan sesudah melakukan senam lansia dapat
dilihat pada diagram scatter di bawah ini.
Jurnal AKP
HASIL
1. Frekuensi Kehadiran Melakukan Senam
Lansia
Frekuensi kehadiran melakukan senam
lansia dapat dilihat pada diagram batang 4.6 di
bawah ini.
Gambar 1 Diagram Frekuensi Kehadiran Senam Pada
Lansia Penderita Hipertensi Sebelum
Melakukan Senam Lansia Di Klub Senam
Lansia Desa Banyuanyar Kecamatan Gurah
Kabupaten Kediri Tahun 2014.
Berdasarkan gambar di atas diketahui
frekuensi kehadiran lansia melakukan senam
lansia yaitu 2 kali senam ada 5 responden, 3
kali senam 1 responden, 4 kali senam 6
responden, 5 kali senam 2 responden dan 6
kali senam 11 responden dari total 25
responden.
22
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016
ada 10 responden dan yang tidak mengalami
perubahan ada 5 responden dari total 25
responden.
4. Pengaruh Frekuensi Kehadiran Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Sebelum Dan
Setelah Melakukan Senam Lansia.
Pengaruh frekuensi kehadiran terhadap
penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah
melakukan senam lansia dapat dibagi menjadi
2 yaitu:
a. Pengaruh frekuensi kehadiran senam lansia
terhadap perubahan tekanan darah sistole
Pengaruh frekuensi kehadiran senam
lansia terhadap penurunan tekanan darah
sistole dapat dilihat pada diagram scatter di
bawah ini.
Gambar 2. Perubahan Tekanan Darah Sistole Sebelum
Dan Sesudah Melakukan Senam Lansia
Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Klub
Senam Lansia Desa Banyuanyar Kecamatan
Gurah Kabupaten Kediri Tahun 2014.
Berdasarkan gambar diatas menunjukkan
bahwa perubahan tekanan darah sistole
sebelum dan sesudah melakukan senam lansia
adalah 30 mmHg sebanyak 6 responden, 20
mmHg terjadi pada 11 responden dan
penurunan 10 mmHg terjadi pada 8 responden
dari total 25 responden.
3. Perubahan tekanan darah diastole sebelum dan
sesudah melakukan senam lansia.
Perubahan tekanan darah diastole
sebelum dan sesudah melakukan senam lansia
dapat dilihat pada diagram scatter 3 di bawah ini.
Gambar 4. Identifikasi Pengaruh Frekuensi Kehadiran
Senam Lansia Dengan Perubahan Tekanan
Darah Sistole Pada Lansia Penderita
Hipertensi Di Klub Senam Lansia Desa
Banyuanyar Kecamatan Gurah Kabupaten
Kediri Tahun 2014.
Berdasarkan gambar diatas dapat
diketahui lansia yang melakukan senam
lansia 2 kali dan 3 kali dalam 2 minggu
mengalami penurunan tekanan darah sistole
10 mmHg, 4 kali 10 mmHg dan 20 mmHg,
5 kali 20 mmHg sedangkan 6 kali 20
mmHg dan 30 mmHg dari total 25
responden.
Gambar 3. Perubahan Tekanan Darah Diastole Sebelum
Dan Sesudah Melakukan Senam Lansia
Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Klub
Senam Lansia Desa Banyuanyar Kecamatan
Gurah Kabupaten Kediri Tahun 2014.
Berdasarkan
gambar
diatas
menunjukkan perubahan tekanan darah
diastole sebelum dan sesudah melakukan
senam lansia adalah 30 mmHg sebanyak 5
responden, 20 mmHg 5 responden, 10 mmHg
Jurnal AKP
b. Pengaruh frekuensi kehadiran senam lansia
terhadap perubahan tekanan darah diastole.
Pengaruh frekuensi kehadiran senam
lansia terhadap penurunan tekanan darah
23
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016
diastole dapat dilihat pada diagram scatter
di bawah ini.
kali senam 11 responden dari total 25
responden.
Menurut teori, frekuensi kehadiran
adalah jumlah kegiatan atau aktivitas atau
segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatankegiatan yang terjadi secara berulang baik
fisik maupun non fisik (Health, 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran
ada 4 macam, yaitu pengetahuan lansia, jarak
rumah dengan lokasi senam lansia, dukungan
keluarga dan sikap yang baik dari petugas
maupun teman di klub senam lansia
(Jtptunimus, 2014).
Berdasarkan
hasil
penelitian
didapatkan sebagian besar responden
frekuensi kehadirannya baik yaitu 6 kali
hadir mengikuti senam lansia. Keteraturan
frekuensi kehadiran ini dipengaruhi oleh
jarak rumah dengan lokasi dilaksanakannya
kegiatan senam lansia, dimana jarak rata-rata
rumah lansia dengan lokasi senam sekitar 1-2
km. Semakin dekat jarak rumah, maka
semakin teratur frekuensi kehadiran lansia
dalam mengikuti kegiatan senam lansia.
Diagram 5. Identifikasi Pengaruh Frekuensi Kehadiran
Senam Lansia Dengan Perubahan Tekanan
Darah Diastole Pada Lansia Penderita
Hipertensi Di Klub Senam Lansia Desa
Banyuanyar Kecamatan Gurah Kabupaten
Kediri Tahun 2014.
Berdasarkan gambar diatas dapat
diketahui lansia yang melakukan senam 2
kali dalam 2 minggu tidak mengalami
penurunan
Terdapat
lansia
dengan
kehadiran 3 kali dan 4 kali mengalami
perubahan tekanan darah diastole sebanyak
10 mmHg. Terdapat lansia dengan
kehadiran 5 kali mengalami penurunan
sebesar 20 mmHg dan 30 mmHg,
sedangkan 6 kali hadir mengalami
penurunan sebesar 10 mmHg, 20 mmHg
dan 30 mmHg dari total 25 responden.
Dari diagram ke dua di atas
menunjukkan
frekuensi
kehadiran
mengikuti kegiatan senam lansia yang
teratur maka tekanan darah cenderung
mengalami penurunan semakin besar,
sehingga H1 diterima.
2. Perubahan Tekanan Darah Sistole Pada
Lansia Penderita Hipertensi Sebelum Dan
Sesudah Melakukan Senam Lansia
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa perubahan tekanan
darah sistole sebelum dan sesudah
melakukan senam lansia adalah 30 mmHg
sebanyak 6 responden, 20 mmHg 11
responden dan 10 mmHg 8 responden dari
total 25 responden.
Tekanan darah (blood pressure) adalah
besarnya tekanan yang dilakukan oleh darah
pada dinding arteri (McGowan, dkk, 2007).
Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah
yang terjadi saat jantung berkontraksi (Perry
& Potter, 2005). Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tekanan darah yaitu usia,
tingkat stress, medikasi atau obat-obatan,
variasi diurnal maksudnya tidak ada orang
yang derajat variasinya sama, dan jenis
PEMBAHASAN
1. Frekuensi Kehadiran Senam Lansia Pada
Lansia Penderita Hipertensi
Berdasarkan diagram hasil diketahui
frekuensi kehadiran lansia melakukan senam
lansia yaitu 2 kali senam ada 5 responden, 3
kali senam 1 responden, 4 kali senam 6
responden, 5 kali senam 2 responden dan 6
Jurnal AKP
24
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016
kelamin (Perry & Potter, 2005). Merubah
pola hidup dengan melakukan senam lansia
secara teratur dapat menurunkan tekanan
darah, hal ini disebabkan senam lansia
memiliki manfaat salah satunya dapat
membuat laju denyut jantung menjadi
maksimal (Maryam, dkk, 2008).
Tekanan darah sistole pada lansia
penderita hipertensi dari 25 responden
setelah melakukan senam lansia selama 2
minggu mengalami penurunan tekanan darah.
Kondisi ini tentunya harus didukung oleh
rutinitas di dalam melakukan senam lansia
selama masa uji yaitu dengan mengikuti dan
melakukan senam lansia secara teratur.
Namun ada beberapa lansia yang tidak
melakukan senam lansia secara teratur, hal
itu disebabkan mungkin kebanyakan lansia
dalam klub senam lansia bekerja. Rentang
penurunan tekanan darah pun pada masingmasing responden berbeda. Menurut peneliti
adanya perbedaan penurunan tekanan darah
pada masing-masing responden dikarenakan
ada beberapa lansia yang tidak mengikuti
senam lansia secara rutin. Selain itu
disebabkan perbedaan karakteristik mulai
dari genetik (keturunan), usia lansia yang
mayoritas 50 sampai dengan 69 tahun dan
jenis kelamin lansia yang kebanyakan
perempuan, dimana perempuan lebih rentang
terkena hipertensi dari pada laki-laki.
pada dinding arteri (McGowan, dkk, 2007).
Tekanan darah diastolik adalah tekanan darah
yang terjadi saat jantung beristirahat (Perry
& Potter, 2005). Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tekanan darah yaitu usia,
tingkat stress, medikasi atau obat-obatan,
variasi diurnal maksudnya tidak ada orang
yang derajat variasinya sama, dan jenis
kelamin (Perry & Potter, 2005). Merubah
pola hidup dengan melakukan senam lansia
secara teratur dapat menurunkan tekanan
darah, hal ini disebabkan senam lansia
memiliki manfaat salah satunya dapat
membuat laju denyut jantung menjadi
maksimal (Maryam, dkk, 2008).
Tekanan darah diastole pada lansia
penderita hipertensi dari 25 responden
setelah melakukan senam lansia selama 2
minggu ada yang mengalami penurunan
tekanan darah dan tidak mengalami
penurunan tekanan darah. Penurunan tekanan
darah pada responden berbeda-beda. Hal ini
disebabkan
tidak
semua
responden
melakukan senam lansia secara teratur.
Selain itu di pengaruhi oleh beberapa faktor
seperti usia lansia yang mayoritas 50 sampai
dengan 69 tahun dan jenis kelamin lansia
yang kebanyakan perempuan, dimana
perempuan lebih rentang terkena hipertensi
dari pada laki-laki.
4. Pengaruh Frekuensi Kehadiran Senam
Lansia Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Sebelum Dan Sesudah Melakukan
Senam Lansia
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh antara
frekuensi kehadiran senam lansia terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi.
Hipertensi adalah kondisi medis saat
seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal (Sudarmoko, 2010). Ada
banyak faktor yang dapat menjadi pencetus
terjadinya hipertensi antara lain gangguan
3. Perubahan Tekanan Darah Diastole Pada
Lansia Penderita Hipertensi Sebelum Dan
Sesudah Melakukan Senam Lansia
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan perubahan tekanan darah
diastole sebelum dan sesudah melakukan
senam lansia adalah 30 mmHg sebanyak 5
responden, 20 mmHg 5 responden, 10 mmHg
10 responden dan yang tidak mengalami
perubahan ada 5 responden dari total 25
responden.
Tekanan darah (blood pressure) adalah
besarnya tekanan yang dilakukan oleh darah
Jurnal AKP
25
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016
emosi (stress), obesitas, kebiasaan merokok,
asupan garam yang berlebihan dan pola
aktifitas yang tidak seimbang. Tetapi
penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor
genetik atau keturunan (Nurrahmani, 2012).
Hipertensi
dapat
ditangani
dengan
melakukan senam lansia secara teratur.
Dengan melakukan senam lansia secara
teratur dapat memperlancar peredaran darah
dan membuat laju denyut jantung maksimal
sehingga mencegah penggumpalan darah dan
akibatnya aliran darah pada tubuh bisa lancar
(Maryam dkk, 2008). Keteraturan mengikuti
dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu
pengetahuan lansia tentang manfaat senam
lansia, jarak rumah dengan lokasi, dukungan
dari keluarga dan sikap lansia yang baik
terhadap petugas kesehatan (Jtptunimus,
2014).
Dapat disimpulkan bahwa semakin
banyak atau teratur lansia hadir dalam
kegiatan senam lansia, penurunan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi
semakin tinggi. Hal itu terjadi karena dengan
melakukan senam peredaran darah menjadi
lancar, sehingga mencegah penggumpalan
darah pada pembuluh darah akibatnya
menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi secara alami.
3.
4.
SIMPULAN
1. Frekuensi Kehadiran Senam Lansia Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Klub Senam
Lansia Desa Banyuanyar Kecamatan Gurah
Kabupaten Kediri Tahun 2014 dapat
disimpulkan frekuensi kehadiran lansia
melakukan senam lansia yaitu 2 kali senam
ada 5 responden, 3 kali senam 1 responden, 4
kali senam 6 responden, 5 kali senam 2
responden dan 6 kali senam 11 responden
dari total 25 responden.
2. Perubahan Tekanan Darah Sistole Pada
Lansia Penderita Hipertensi Sebelum Dan
Sesudah Melakukan Senam Lansia Di Klub
Senam Lansia Desa Banyuanyar Kecamatan
Jurnal AKP
Gurah Kabupaten Kediri Tahun 2014 dapat
disimpulkan bahwa ada kecenderungan
penurunan tekanan darah sistole sebelum dan
sesudah melakukan senam lansia sebesar 30
mmHg sebanyak 6 responden, 20 mmHg 11
responden dan 10 mmHg 10 responden dari
total 25 responden.
Perubahan Tekanan Darah Diastole Pada
Lansia Penderita Hipertensi Sebelum Dan
Sesudah Melakukan Senam Lansia Di Klub
Senam Lansia Desa Banyuanyar Kecamatan
Gurah Kabupaten Kediri Tahun 2014 dapat
disimpulkan bahwa ada kecenderungan
penurunan tekanan darah diastole sebelum
dan sesudah melakukan senam lansia sebesar
30 mmHg sebanyak 5 responden, 20 mmHg
5 responden, 10 mmHg 10 responden dan
yang tidak mengalami perubahan ada 5
responden dari total 25 responden.
Pengaruh Frekuensi Kehadiran Senam Lansia
Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Sebelum Dan Sesudah Melakukan Senam
Lansia Di Klub Senam Lansia Desa
Banyuayar Kecamatan Gurah Kabupaten
Kediri Tahun 2014 dapat disimpulkan bahwa
frekuensi kehadiran mengikuti kegiatan
senam lansia yang teratur maka tekanan
darah cenderung mengalami penurunan
semakin besar.
KEPUSTAKAAN
Damayanti, D. (2013). Sembuh Total Diabetes
Asam Urat Hipertensi Tanpa Obat.
Yogyakarta : Pinang Merah Publiser.
Darmawan. (2012). Waspadai Gejala Penyakit
Mematikan Jantung Koroner Dengan 3
Jenis Penyakit Yang Berkaitan Hipertensi,
Diabetes Melitus dan Stroke. Jakarta :
ORYZA.
Dharma, Kelana Kusuma. (2011). Metode
Penelitian Keperawatan. Jakarta : Trans
Info Media.
Guang, Prof. Huang Zhoo dan Lewis, Vivienne.
(2012). Sehat Tanpa Obat. Semarang :
dahara Prize.
26
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016
Lingga, Lanny. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa
Obat. Jakarta : PT. AgroMedia Pustaka.
Martha, Karnia. (2012). Panduan Cerdas
Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta :
Araska.
Maryam et al. (2008). Mengenal Lansia dan
Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
Muhammadun, AS. (2010). Hidup Tanpa
Hipertensi. Jogjakarta : iN-Books.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :
Rineka Cipta.
Notoatmodjo,
Soekidjo.
(2010).
Metode
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nugroho, H. Wahjudi. (2012). Keperawatan
Gerontik dan Geriatrik. Ed. 3. Jakarta :
EGC
Nurrahmani, Ulfa. (2012). STOP! Hipertensi.
Yogyakarta : Familia (Group Relasi Inti
Media).
Perry and Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan, Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta: EGC.
Jurnal AKP
Sugiyono. (2012). Statiatika Untuk Penelitian.
Bandung : Alfabeta.
Sudarmoko, Arief. (2010). Tetap Tersenyum
Melawan Hipertensi. Yogyakarta : Atma
Media Press
Suroto. (2004). Buku Pegangan Kuliah
pengertian Senam, Manfaat Senam,
Urutan Gerakan. 18, 19 – 31.
Susilo, Yekti dan Wulandari, Ari. (2011). Cara
Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta :
C.V Andi Offset.
Tamsuri, Anas. (2013). Pedoman Penulisan
Karya Tulis Ilmiah Akper Pamenang. Pare
– Kediri : Pamenang Press.
Widianti, Tri.A dan Proverawati, Atikah. (2010).
Senam Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Health.
(2014).
Kehadiran
Lansia.
www.health.com (Download 21 April
2014, 15.15 wib)
Jtptunimus. (2014). Frekuensi Kehadiran Lansia.
Jtptunimus.ac.id (Download 21 April
2014, 08.37 wib)
Wiki. (2014). Frekuensi. id.m.wikipedia;org/wi
(Download 21 april 2014, 07.58 wib)
27
Vol. 7 No.2; 1 Juli – 31 Desember 2016
Download