Sistem Tata Surya Baru: Planet Empat Matahari

advertisement
Sistem Tata Surya Baru: Planet Empat Matahari
Wahana teleskop antariksa Spitzer menemukan sistem Tata Surya dengan empat bintang induk di
Rasi TW Hydrae, yang berjarak sekitar 150 tahun cahaya. Kedua pasang bintang gandanya saling
mengitari satu terhadap yang lainnya bak pasangan penari balet.
Penulis: Ninok Leksono/Angkasa
Selain tertarik terhadap obyek-obyek langit yang amat jauh, terkait dengan bidang kosmologi, para
astronom tampaknya terus punya perhatian besar terhadap Tata Surya - Sistem di mana planetplanet termasuk Bumi berevolusi mengelilingi Matahari. Tata Surya yang kini telah berumur sekitar
lima miliar tahun rupanya masih banyak menyimpan misteri yang masih perlu untuk dieksplorasi.
Oleh sebab itu misi tak berawak pun terus dikirim untuk mendapatkan informasi baru mengenai
keplanetan dan komponen-komponen Tata Surya lainnya. Antara lain, ini diwujudkan dengan
pengiriman misi New Horizon ke Planet Pluto Januari 2006.
Sementara penyelidikan terus dilakukan untuk planet-planet di Tata Surya, berbagai penemuan baru
juga terus bermunculan dalam penyelidikan planet di luar Tata Surya, atau yang lebih dikenal
sebagai eksoplanet. Salah satu planet ini - Gliese 581 - disebut sebagai Bumi Super (ukuran besar),
karena berbagai parameternya memperlihatkan planet ini layak huni.
Matahari banyak
Dalam tulisannya di Kompas (8 Desember 2006) alumnus astronomi Taufiq menyinggung tata
surya dengan matahari lebih dari satu. Salah satu contohnya adalah tata-surya dengan tiga bintang
seperti yang ada pada bintang HD188753 yang berada di Rasi Angsa (Cygnus). Pada sistem yang
berjarak 149 tahun cahaya (1 tahun cahaya = 9.500 miliar km), bintang utama dikitari oleh dua
bintang lain berukuran lebih kecil. Di luar itu masih ada sebuah planet gas berukuran lebih besar
dari Yupiter mengorbit lebih dekat ke bintang induk dengan periode orbit 3,5 hari.
Pada sistem yang lain, ada pula planet yang ditemukan pada bintang ganda. Misalnya saja bintang
ganda Gamma Cephei. Bintang utamanya yang bermassa 1,6 massa Matahari punya sebuah planet
dengan massa 1,76 kali Yupiter yang mengorbit sejauh jarak Matahari-Mars (1,5 AU (Astronomical
Unit) 1 AU = 150 juta km), dan punya bintang partner yang berukuran lebih kecil pada jarak sejauh
Matahari-Uranus (19,2 AU).
Belum lama ini wahana teleskop antariksa Spitzer menemukan sistem yang memiliki empat bintang
induk seperti tampak dalam ilustrasi pendamping tulisan ini.
Spitzer dengan peralatan inframerahnya telah diarahkan untuk meneliti piringan debu yang
mengelilingi sistem empat bintang HD 98800. Piringan debu tersebut dipercayai bisa melahirkan
planet. Dan memang dengan mengamati piringan di sistem bintang ini para astronom mendapati
piringan tersebut tidak rata kontinu, tetapi sudah memperlihatkan celah yang seperti menyiratkan
adanya planet yang sudah terbentuk.
Planet berperilaku seperti pembersih vakum kosmik. Ia menyerap semua kotoran yang ada di jalur
lintasannya, ujar Elise Furlan dari Institut Astrobiologi di Universitas California di Los Angeles
seperti diberitakan situs PhysOrg.com. Furlan merupakan penulis utama laporan yang disetujui
penerbitannya oleh The Astrophysical Journal.
HD 98800 diperkirakan berumur 10 juta tahun, dan berada di Rasi TW Hydrae yang berjarak 150
tahun cahaya. Sebelum diteliti oleh Spitzer, astronom telah memiliki sejumlah informasi mengenai
bintang ini dari pengamatan teleskop darat. Mereka sudah mengetahui, bahwa sistem ini punya
empat bintang, dan keempat bintang yang ada berpasang-pasangan dalam sistem dua bintang
(doublet, atau binary).
Bintang-bintang dalam sistem bintang ganda mengorbit satu terhadap yang lain, demikian pula dua
pasang bintang ganda tersebut juga saling mengitari satu terhadap yang lain sebagaimana pasanganpasangan penari balet. Salah satu pasangan bintang - yang disebut HD 98800B - memiliki piringan
debu di sekelilingnnya, sementara pasangan satunya tidak.
Seperti dilaporkan oleh NASA, keempat bintang saling terikat oleh gravitasi dan jarak antara kedua
pasang bintang tersebut adalah sekitar 50 AU, atau sedikit lebih jauh dibandingkan jarak Matahari Pluto yang sekitar 40 AU. Karena masih terkendala teknologi, maka para astronom sebelum ini
tidak dapat menyelidiki piringan debu di sekitar pasangan bintang HD98800B dengan detil.
Jasa Spitzer
Dengan teleskop Spitzer lah akhirnya astronom bisa melihat piringan tersebut dengan rinci. Dengan
menggunakan spektrometer inframerah, tim Furlan bisa mendeteksi adanya dua sabuk dalam
piringan debu yang terbuat dari butir debu berukuran besar. Satu sabuk berada sekitar 5,9AU dari
bintang ganda HD98800B, atau pada jarak sekitar Matahari - Yupiter. Sabuk ini kemungkinan besar
tersusun dari asteroid atau komet.
Sementara sabuk lain ada pada jarak 1,5 AU sampai 2,5AU, sebanding dengan letak planet Mars
dan asteroid, dan kemungkinan besar tersusun dari bulir halus.
Umumnya kalau ada ruang kosong (gap) di piringan debu, astronom lalu bercuriga ada sebuah
planet yang telah mengosongkan lintasan tersebut. Hanya saja, astronom belum terlalu yakin
mengenai adanya planet di sistem HD 98800B.
Para astronom mempercayai, bahwa planet-planet terbentuk dalam kurun jutaan tahun, setelah butir
debu kecil saling bergabung membentuk benda lebih besar. Dalam kasus tertentu, batuan-batuan
kosmik saling bertumbukan untuk membentuk planet batuan seperti Bumi, sedang dalam kasus lain
membentuk planet gas seperti Yupiter. Sementara itu, batuan-batuan besar yang tidak membentuk
planet menjadi asteroid dan komet.
Ketika struktur-struktur batu tersebut bertumbukan dengan dahsyat, serpihan debu terlontar ke
angkasa, dan ini terlihat oleh mata inframerah Spitzer yang sangat sensitif.
Menurut Furlan, debu yang ditimbulkan oleh tumbukan obyek-obyek berbatu di sabuk luar
semestinya akan pindah ke piringan debu di dalam. Hanya saja dalam kasus HD98800B, partikel
debu tidak mengisi piringan dalam seperti diharapkan. Boleh jadi hal ini disebabkan oleh adanya
planet atau oleh pasangan bintang lain yang tidak punya piringan debu tapi gravitasinya
mempengaruhi gerakan partikel debu.
Karena bintang-bintang muda banyak yang berkembang menjadi sistem majemuk, maka para
astronom perlu menyadari, bahwa evolusi piringan debu di sekitar bintang-bintang muda tipe itu
dan pembentukan sistem keplanetan yang ada bisa jauh lebih rumit dibandingkan sistem bintang
tunggal seperti Tata Surya kita, tambah Furlan.
Tapi di luar kerumitan memperhitungkan proses kelahiran tata surya semacam itu, membayangkan
hidup di sebuah planet dengan matahari empat melahirkan sensasi tersendiri. (*)
Download