Aktivitas Pembentukan Biofilm Streptococcus Mutans dan Candida

advertisement
║Journal Caninus Denstistry Volume 2, Nomor 1 (Februari 2017): 12 - 19
Aktivitas Pembentukan Biofilm Streptococcus Mutans dan Candida Albicans Setelah Dipapar
Dengan Cigarette Smoke Condensate dan Minuman Probiotik
Fina Maghfirah, Dewi Saputri, Basri
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala
ABSTRAK
Biofilm adalah suatu komunitas sel bakteri yang terstruktur dan saling menempel, salah satu contoh
biofilm yang menempel pada permukaan gigi adalah plak gigi. Salah satu bakteri yang berperan pada
proses pembentukan koloni awal plak adalah Streptococcus mutans. Salah satu faktor resiko yang
memperberat penyakit periodontal adalah kebiasan merokok. Hasil dari pembakaran asap rokok
disebut juga kondensasi asap rokok atau cigarette smoke condensate. Cigarette smoke condensate
dapat mengganggu perlekatan, pertumbuhan dan pembentukan biofilm pada Candida albicans dan
nikotin yang terkandung dalam cigarette smoke condensate dapat meningkatkan aktivitas metabolik
Streptococcus mutans. Minuman probiotik dapat menekan pembentukan biofilm Streptococcus
mutans dan Candida albicans. Penelitian ini menggunakan uji Kruskal-Wallis, diperoleh nilai p =
0,000. Oleh karena nilai p < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan aktivitas
biofilm Streptococcus mutans dan Candida albicans setelah dipapar dengan cigarette smoke
condensate dan minuman probiotik. Nilai korelasi Spearman’s menunjukkan korelasi positif dengan
kekuatan korelasi yang sangat kuat.
Kata kunci: Streptococcus mutans, Candida albicans, cigarette smoke condensate, minuman
probiotik.
ABSTRACT
Biofilm is a structured community of bacterial cells and stick together, one example of a biofilm
attached to the surface of the teeth is dental plaque. One of the bacteria that play a role in the
formation of the early colonists plaque is Streptococcus mutans. One of the factors that aggravate the
risk of periodontal disease was smoking habits. Results from the burning cigarette smoke is also
called the condensation of smoke or cigarette smoke condensate. Cigarette smoke condensate can
interfere with adhesion, growth and biofilm formation in Candida albicans and nicotine in cigarette
smoke condensate can improve the metabolic activity of Streptococcus mutans. Probiotic drink can
suppress biofilm formation by Streptococcus mutans and Candida albicans. This study using KruskalWallis test, the value of p = 0.000. Therefore the value of p <0.05, it can be concluded that there are
differences in the activity of Streptococcus mutans biofilm and Candida albicans after being exposed
to cigarette smoke condensate and probiotic drinks. Spearman's correlation values showed a positive
correlation with the strength of the correlation is very strong.
Key words : Streptococcus mutans, Candida albicans, cigarette smoke condensate, probiotic drink.
PENDAHULUAN
Di dalam rongga mulut terdapat dental
plak yang merupakan deposit lunak yang
membentuk biofilm yang menumpuk pada
permukaan gigi dan merupakan lengketan yang
mengandung bakteri yang terdapat pada semua
permukaan gigi.1, 2 Biofilm adalah suatu
komunitas sel bakteri yang terstruktur dan saling
menempel, bakteri-bakteri tersebut mampu
memproduksi matriks polimer dan mampu
melekat pada permukaan biologis maupun benda
mati.3 Salah satu contoh biofilm yang menempel
pada permukaan gigi adalah plak gigi.4 Plak gigi
adalah satu bentuk biofilm yang mengarah pada
kerusakan gigi.5
Pembentukan plak dimulai dari
kolonisasi Streptococcus mutans pada permukaan
gigi.5 Bakteri Streptococcus mutans memiliki
beberapa faktor virulensi yang memungkinkan
organisme ini untuk berkoloni, membentuk
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 1 2 - 1 9 | 12
biofilm, mampu menghasilkan asam yang
merusak mineral gigi (kalsium hidroksiapatit)
serta dapat tumbuh dan bermetabolisme dalam
lingkungan asam.6 Bakteri Streptococcus mutans
merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat
(coccus) dengan diameter 0,5 – 2,0 µm, tidak
bergerak, tidak berspora dan bersifat fakultatif
anaerob.7 Spesies dari Streptococcus telah
diketahui dan 50% dapat ditemukan dalam
rongga mulut manusia, Streptococcus mutans
pertama kali dilaporkan oleh J. Kilian Clarke
pada tahun 1924 dan pada pertengahan 1960-an,
Streptococcus mutans diakui sebagai etiologi
utama terbentuknya karies gigi.8, 9 Faktor resiko
terjadinya karies gigi bisa disebabkan oleh
kebiasaan merokok, ini terjadi karena terjadi
perubahan terhadap kondisi saliva dan juga
plak.10
Merokok merupakan faktor penting
dalam terjadinya karies.10 Menurut WHO
diperkirakan bahwa terdapat 300 juta perokok di
negara maju. Sedangkan di negara berkembang
mendekati tiga kali lipat yaitu sekitar 800 juta
perokok.11 Indonesia menduduki peringkat
kelima terbesar di dunia dalam hal konsumsi
rokok, setelah Cina, Amerika Serikat, Rusia, dan
Jepang.12 Asap rokok mengandung tar, nikotin,
dan karbon monoksida yang merupakan bahan
kimia yang paling berbahaya dalam asap rokok. 10
Hasil dari kondensasi atau pengembunan dari
hasil pembakaran asap rokok disebut juga
kondensasi asap rokok atau cigarette smoke
condensate (CSC).
Cigarette smoke condensate (CSC) dapat
memicu pembentukan biofilm mikroba dan dapat
menganggu perlekatan, pertumbuhan, dan
pembentukan biofilm pada Candida albicans.
Cigarette smoke condensate (CSC) juga dapat
mengaktifkan beberapa gen yang melibatkan
virulensi pada bakteri Candida Albicans.13
Cigarette smoke condensate (CSC) juga telah
terbukti
meningkatkan
Streptococcus
pneumonia.12 Penelitian sebelumnya telah
menunjukkan bahwa merokok menyebabkan
penurunan imunitas sehingga memfasilitasi jamur
ini untuk dapat membentuk biofilm, menginvasi,
serta berkolonisasi pada host.14 Hal ini
dikarenakan penggunaan tembakau oleh Candida
albicans sebagai faktor gizi untuk mendukung
pertumbuhan Candida albicans.13 Kemampuan
perlekatan terhadap sel epitel mukosa merupakan
salah satu faktor
yang mempengaruhi
pertumbuhan Candida albicans. Pembentukan
biofilm, kolonisasi, infeksi superfisial, invasi
lokal, dan penyebaran oleh Candida albicans
yang patogen merupakan penyebab terjadinya
salah satu infeksi mukokutan yaitu kandidiasis
oral. 14, 15 salah satu minuman yang dapat
memodulasi pembentukan biofilm adalah
minuman probiotik.16
Kandungan yang terdapat dalam
minuman probiotik sebagian besar spesies
probiotik yang berasal dari strain Lactobacillus
dan Bifidobacterium. Bakteri tersebut dapat
menghambat
pertumbuhan
bakteri
yang
merugikan sebagai mekanisme pertahanan host
terhadap infeksi.16 Salah satu dari minuman
probiotik adalah yoghurt.Yoghurt merupakan
hasil fermentasi yang menggunakan bakteri
Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus
bulgaricus.17 Proses fermentasi ini dapat
mengubah susu (laktosa) menjadi asam laktat. 18
Asam laktat dapat berperan sebagai probiotik
baik.19 Minuman probiotik yoghurt dapat
menghambat pertumbuhan bakteri patogen di
dalam rongga mulut tetapi tidak menghambat
bakteri baik dan sangat efektif untuk penyakit
periodontal karena dapat memperkuat fungsi
pertahanan epitel.17,16 Menurut penelitian
Teughels mengkonsumsi tablet probiotik selama
21 hari dapat mempengaruhi jumlah koloni
Porphyromonas gingivalis.20 Menurut penelitian
Riccia mengkonsumsi tablet probiotik yang
mengandung Lactobacillus brevis selama 4 hari
dapat menurunkan plak indeks, gingival indeks,
dan bleeding on probing.21
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian ini adalah eksperimental
laboratoris (in vitro) untuk mengetahui aktivitas
pembentukan biofilm Streptococcus mutans dan
Candida albicans setelah dipapar dengan
cigarette smoke condensate dan minuman
probiotik.
Sampel penelitian ini adalah cigarette
smoke condensate yang menghasilkan kondensasi
atau pengembunan dari hasil pembakaran asap
rokok di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala serta
minuman probiotik kemasan yang mengandung
bakteri
Streptococcus
thermophilus
dan
Lactobacillus bulgaricus kemudian isolat
Streptococcus mutans ATCC (American Type
Culture Cell) 31987 dan Candida albicans
ATCC 10261 yang diperoleh dari Laboratorium
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 1 2 - 1 9 | 13
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Penelitian ini menggunakan uji biofilm
dengan menggunakan metode microtiter plate
biofilm assay. Metode ini digunakan untuk
mengetahui
jumlah
biofilm
dengan
menginterpretasikan jumlah biofilm yang
terbentuk sesuai dengan kepekatan warna dari
masing-masing sumuran pada Mikrotiter plate.
Pada setiap well plate ditempelkan kertas label
yang memberikan keterangan waktu inkubasi
yaitu 12 jam, 24 jam dan 48 jam. Pada penelitian
ini bakteri Streptococcus mutans dan jamur
Candida albicans dibagi menjadi beberapa
kelompok:
Kelompok Candida albicans dipapar CSC
kretek + minuman probiotik dibandingkan
dengan kelompok Candida albicans
dipapar CSC kretek.
Kelompok Streptococcus mutans dipapar
CSC kretek + minuman probiotik
dibandingkan
dengan
kelompok
Streptococcus mutans dipapar CSC kretek.
Kelompok C.albicans + S.mutans dipapar
CSC kretek + minuman probiotik
dibandingkan dengan C.albicans +
S.mutans dipapar CSC kretek.
CARA PENELITIAN
Langkah-langkahnya adalah Candida
albicans dan Streptococcus mutans yang telah
tumbuh pada media cair di disentrifuge terlebih
dahulu selama 10 menit pada kecepatan
1000rpm. Setiap suspensi bakteri diukur dengan
metode Mc.Farland 0,5 sehingga didapatkan
estimasi jumlah suspensi bakteri mencapai 1,5 ×
108 CFU/mL. Mikrotiter plate yang sudah dilapisi
dengan saliva perokok sebanyak 200µl kemudian
diinkubasi selama 15 menit dan kemudian dicuci
dengan Phosphate Buffer Saline (PBS) dengan
pH 7,5 menggunakan eppendorf multi channel
dan shaker selama 15 menit dengan kecepatan
500rpm. Kemudian ditambahkan 200µl CSC
dengan berbagai konsentrasi (100%, 50% dan
25%) kemudian diinkubasi selama 20 menit.
Pada kelompok yang ditambahkan minuman
probiotik berbagai konsentrasi (100%, 50% dan
25%), maka CSC diisi sebanyak 100µl dan
minuman probiotik sebanyak 100µl dan
diinkubasi selama 20 menit. Setelah itu dicuci
dengan PBS dan shaker serta dikeringkan dengan
tissue absorbant. Kemudian masukkan kultur
bakteri Streptococcus mutans dan Candida
albicans kemudian inkubasi selama 12 jam, 24
jam, 48 jam pada suhu 300C. Setelah masa
inkubasi, maka dibuang, dikeringkan, kemudian
diisi dengan kristal violet dan inkubasi selama 20
menit. Kemudian dicuci dengan menggunakan
Phosphate Buffer Saline (PBS) sebanyak 3 kali.
Kemudian well (sumuran) dicuci dengan
menggunakan alkohol 98% inkubasi selama 10
menit, dan dicuci lagi dengan alkohol 96%
inkubasi selama 10 menit, kemudian keringkan.
Kemudian
baca
hasil
sampel
dengan
menggunakan mikrotiter plate ELISA reader
dengan OD620nm.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk melihat
aktivitas biofilm Streptococcus mutans dan
Candida albicans setelah dipapar dengan
cigarette smoke condensate dan minuman
probiotik. Sampel penelitian adalah bakteri
Streptococcus mutans dan jamur Candida
albicans yang dipapar dengan cigarette smoke
condensate dan dilabel dengan minuman
probiotik. Penelitian dilakukan mulai pada
tanggal 25 Juli sampai 15 Agustus 2016.
Gambar 1. Pembentukan Biofilm Candida albicans
dan Streptococcus mutans CSC Kretek yang dilabel
dengan Minuman Probiotik Selama 12 Jam.
Gambar 1 menunjukkan bahwa pada
kelompok C.albicans + S.mutans CSC kretek +
probiotik dan kelompok S.mutans CSC kretek +
probiotik yang diinkubasi selama 12 jam
mengalami penurunan pembentukan biofilm pada
setiap konsentrasi 100%, 50% dan 25%.
Sebaliknya, pada kelompok C.albicans CSC
kretek + probiotik terjadi peningkatan
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 1 2 - 1 9 | 14
pembentukan biofilm baik pada konsentrasi
100%, 50% dan 25%.
penurunan secara drastis dalam pembentukan
biofilm. Pada konsentrasi 100% minuman
probiotik dapat menekan pembentukan biofilm
kecuali pada kelompok S.mutans CSC kretek +
probiotik. Sedangkan pada konsentrasi 50% dan
25% minuman probiotik tidak memiliki pengaruh
terhadap penurunan pembentukan biofilm,
kecuali pada kelompok C.albicans + S.mutans
CSC kretek + probiotik.
Gambar 2. Pembentukan Biofilm C. albicans dan S.
mutans CSC Kretek yang dilabel dengan Minuman
Probiotik Selama 24 Jam.
Gambar 2 menunjukkan bahwa pada
konsentrasi 50% inkubasi 24 jam yang dilabel
dengan minuman probiotik terjadi penurunan
pembentukan biofilm khususnya pada kelompok
C.albicans CSC kretek + probiotik dan pada
kelompok C.albicans + S.mutans CSC kretek +
probiotik. Sedangkan pada kelompok S.mutans
CSC kretek + probiotik justru terjadi peningkatan
pembentukan biofilm. Pada konsentrasi 100%
hanya kelompok C.albicans CSC kretek +
probiotik dan kelompok C.albicans + S.mutans
CSC kretek + probiotik yang mampu dipengaruhi
oleh minuman probiotik dalam penurunan
pembentukan biofilm, selain dari itu justru
sebaliknya. Sedangkan pada konsentrasi 25%
hanya kelompok C.albicans CSC kretek +
probiotik yang mengalami sedikit penurunan
pembentukan biofilm.
Gambar 3. Pembentukan Biofilm C. albicans dan S.
mutans CSC Kretek yang dilabel dengan Minuman
Probiotik Selama 48 Jam
Gambar 3 menunjukkan bahwa pada waktu
inkubasi selama 48 jam, secara umum terjadi
Gambar 4. Hubungan Pembentukan Biofilm Candida
albicans dan Streptococcus mutans yang dipapar CSC
Kretek yang dilabel dengan Minuman Probiotik
selama 12 Jam, 24 Jam dan 48 Jam pada Konsentrasi
CSC Masing-Masing 100%, 50%, dan 25%.
Gambar 4 menunjukkan bahwa nilai
pembentukan biofilm lebih baik terjadi pada
waktu inkubasi 24 jam yang disusul 12 jam dan
48 jam. Minuman probiotik memiliki pengaruh
yang baik terhadap Candida albicans, khususnya
pada waktu inkubasi 24 jam, sedangkan pada
waktu inkubasi 12 jam dan 48 jam secara umum
minuman probiotik tidak memiliki pengaruh yang
signifikan.
Data ini dihasilkan dari analisis non
parametrik kruskal wallis yang dilanjutkan
dengan chi-square. Hasil dari analisis tersebut
menjelaskan C. albicans dan S. mutans setelah
dipapar dengan CSC dan dilabelkan dengan
minuman probiotik memiliki kemampuan
pembentukan massa biofilm secara bermakna p
value < 0,05. artinya antara C. albicans dan S.
mutans
memiliki kemampuan pembentukan
massa biofilm yang berbeda satu dengan lainnya
berdasarkan waktu dan konsentrasi.
Pada penelitian ini juga menyajikan hasil
analisis korelasi Spearman’s rho. Tabel terdiri
dari koefiesien korelasi (r) nilai propabilitas (p)
dan jumlah subjek (n). Dari hasil uji korelasi
Spearman’s rho diperoleh nilai Sig 0,000 yang
menunjukkan bahwa korelasi pembentukan
biofilm antara C. albicans dan S. mutans adalah
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 1 2 - 1 9 | 15
bermakna. Nilai korelasi Spearman’s rho
menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan
korelasi yang sangat kuat.
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas
pembentukan biofilm Streptococcus mutans dan
Candida albicans yang dipapar dengan cigarette
smoke condensate kretek dan dilabel dengan
minuman probiotik selama 12 jam, 24 Jam dan
48 Jam. Bakteri Streptococcus mutans
merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat
(coccus) dengan diameter 0,5 – 2,0 µm, tidak
bergerak, tidak berspora dan bersifat fakultatif
anaerob. Bakteri ini bersifat asidogenik dan
asidurik serta tumbuh optimum pada suhu 1837˚C dan memiliki pH optimum antara 7,4-7,8.
Streptococcus mutans juga merupakan salah satu
spesies dari Streptococcus viridans, habitat
utamanya di mulut, faring dan usus.
Streptococcus mutans pertama kali dilaporkan
oleh J. Kilian Clarke pada tahun 1924 dan pada
pertengahan 1960-an, Streptococcus mutans
diakui sebagai etiologi utama terbentuknya karies
gigi. Meskipun telah diterima selama puluhan
tahun bahwa Streptococcus mutans adalah agen
etiologi utama karies gigi, bukti terbaru
menunjukkan bahwa prevalensi tinggi untuk
Streptococcus mutans dalam pembentukan
biofilm saat berinteraksi dengan jamur patogen
Candida albicans (C. albicans). Penelitian
menurut Khalid ini menunjukkan bahwa interaksi
antara spesies yang beragam tersebut dapat
memediasi pengembangan kariogenik.
Candida albicans merupakan salah satu
organisme komensal dan merupakan jamur
dimorfik karena tumbuh dalam dua bentuk yang
berbeda yaitu selain menjadi ragi dan pseudohifa.
Candida albicans juga merupakan jamur yang
paling banyak menyebabkan infeksi pada
manusia. Infeksi biasanya bersifat lokal seperti
infeksi oral dan vagina. Secara umum, formasi
biofilm Candida albicans dalam rongga mulut
terjadi melalui tiga fase, yaitu fase awal (0-11
jam), fase intermedia (12-30 jam) dan fase matur
(38-72 jam).15 Streptococcus mutans dapat
mengahasilkan laktat yang dapat menjadi sumber
karbon bagi ragi pada Candida abicans yang
menyebabkan pengurangan tekanan oksigen yang
sangat disukai oleh Streptococcus mutans. Salah
satu faktor virulensi dari Candida albicans
adalah
pembentukan
biofilm,
dengan
berkembangnya pembentukan biofilm biasanya
seiring dengan bertambahnya infeksi klinis pada
sel inang.
Biofilm adalah lapisan yang terbentuk
oleh koloni sel-sel mikroba dan melekat pada
permukaan substrat, berada dalam keadaan diam,
karakter berlendir, dan tidak mudah terlepas.
Biofilm merupakan salah satu contoh dari
hubungan kompleks antara berbagai mikroba
yang seringkali berasal dari spesies yang berbeda.
Biasanya menempel pada permukaan gigi (plak
gigi) dan lapisan lendir sistem pencernaan dan
lapisan lendir sistem pencernaan. Para ilmuwan
memperkirakan bahwa biofilm merupakan
habitat mikroba yang alami. Salah satu faktor
yang menyebabkan peningkatan biofilm pada
Candida albicans dan Streptococcus mutans
adalah rokok. Rokok dapat menghasilkan
kondensasi atau pengembunan dari asap rokok
yang disebut cigarette smoke condensate (CSC).
Cigarette smoke condensate dapat
meningkatkan
adhesi,
pertumbuhan
dan
pembentukan biofilm Candida albicans, Hasil
penelitian sebelumnya menunjukkan beberapa
ekspresi gen dari Candida albicans yang
mengatur pertumbuhan, adhesi dan pembentukan
biofilm Candida albicans meningkat secara
signifikan setelah terpapar asap rokok.42 Nikotin
yang terkandung dalam asap rokok dapat
meningkatkan pembentukan
biofilm dan
aktivitas metabolik biofilm Streptococcus mutans
dan menunjukkan bahwa merokok dapat
meningkatkan perkembangan karies dengan
mendorong peningkatan pembentukan biofilm
Streptococcus mutans pada permukaan gigi.
Salah satu yang dapat menekan
pembentukan
biofilm
adalah
dengan
menggunakan obat, kombinasi antara fluoride
dengan pasta gigi dan dengan mengkonsumsi
minuman probiotik. Probiotik adalah kultur
tunggal atau campuran dari mikroba hidup yang
dikonsumsi oleh manusia dan bermanfaat bagi
host
(manusia)
dengan
jalan
menjaga
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 1 2 - 1 9 | 16
keseimbangan
mikroflora
dalam
saluran
pencernaan. Untuk menjaga keseimbangan
mikroflora dapat digunakan bakteri asam laktat,
yang berperan positif menjaga keseimbangan
mikroflora usus serta membantu meningkatkan
sistem kekebalan tubuh.19 Minuman probiotik
mengurangi bakteri jahat (patogen) karena pHnya yang rendah dan dapat menjaga bakteri baik
tetap hidup dan menempel di saluran pencernaan.
Pada penelitian ini didapatkan hasil yang
menunjukkan bahwa pada kelompok C.albicans
+ S.mutans CSC kretek + probiotik dan
kelompok S.mutans CSC kretek + probiotik yang
diinkubasi selama 12 jam mengalami penurunan
pembentukan biofilm pada setiap konsentrasi
100%, 50% dan 25%. Sebaliknya,
pada
kelompok C.albicans CSC kretek + probiotik
terjadi peningkatan pembentukan biofilm baik
pada konsentrasi 100%, 50% dan 25% (Gambar
1).
Secara umum minuman probiotik dapat
menekan pembentukan biofilm hal ini disebabkan
Probiotik dapat mengurangi pembentukan bakteri
jahat (patogen) karena pH-nya yang rendah dan
dapat menjaga bakteri baik tetap hidup, namun
tidak mengurangi pertumbuhan dari Candida
albicans.21 Berdasarkan penelitian Chew,
probiotik bersifat antagonis terhadap yang bukan
Candida albicans.22
Penggunaan minuman probiotik secara
umum dapat menekan biofilm terutama
Streptococcus mutans. Pada Candida albicans
pembentukan biofilm lebih rendah, tetapi justru
intensitas pembentukan biofilm lebih dominan
apabila dilabel dengan minuman probiotik.
Semakin rendah konsentrasi maka semakin
rendah pula pembentukan biofilm baik pada
konsentrasi cigarette smoke condensate maupun
konsentrasi minuman probiotik.13
Pada masa inkubasi 24 jam (Gambar 2)
menunjukkan bahwa pada konsentrasi 50% yang
dilabel dengan minuman probiotik terjadi
penurunan pembentukan biofilm khususnya pada
kelompok C.albicans CSC kretek + probiotik dan
pada kelompok C.albicans + S.mutans CSC
kretek + probiotik. Sedangkan pada kelompok
S.mutans CSC kretek + probiotik justru terjadi
peningkatan pembentukan biofilm. Menurut
penelitian Hartati menunjukkan aktivitas
perkembangbiakan Streptococcus mutans lebih
tinggi dibandingkan Lactobacillus pada masa
inkubasi 24 jam. Pada konsentrasi 100% hanya
kelompok C.albicans CSC kretek + probiotik
dan kelompok C.albicans + S.mutans CSC kretek
+ probiotik yang mampu dipengaruhi oleh
minuman
probiotik
dalam
penurunan
pembentukan biofilm, selain dari itu justru
sebaliknya. Sedangkan pada konsentrasi 25%
hanya kelompok C.albicans CSC kretek +
probiotik yang mengalami sedikit penurunan
pembentukan biofilm. Hal ini disebabkan karena
semakin sedikit bahan aktif pada csc dan
minuman probiotik makin semakin rendah pula
pembentukan biofilm pada Candida albicans dan
Streptococcus mutans.13
Pada masa inkubasi 48 jam (Gambar 3)
menunjukkan bahwa secara umum terjadi
penurunan secara drastis dalam pembentukan
biofilm. Pada konsentrasi 100% minuman
probiotik dapat menekan pembentukan biofilm
kecuali pada kelompok S.mutans CSC kretek +
probiotik. Sedangkan pada konsentrasi 50% dan
25% minuman probiotik tidak memiliki pengaruh
terhadap penurunan pembentukan biofilm,
kecuali pada kelompok C.albicans + S.mutans
CSC kretek + probiotik. Waktu inkubasi
mempengaruhi pembentukan biofilm baik
Candida albicans, Streptococcus mutans,
maupun interaksi keduanya, termasuk yang
dilabel maupun yang tidak dilabel dengan
minuman probiotik. Pada penelitian ini
peningkatan biofilm pada masa inkubasi 24 jam
dan menurun pada masa inkubasi 48 jam hal ini
disebabkan karena kedua patogen disensitisasi
atau diransang oleh CSC sehingga mempercepat
pembentukan biofilm. Pada penelitian Baboni
menunjukkan peningkatan temporal dalam
tingkat sekresi enzim, terutama ketika sel-sel ragi
yang terkena CSC selama 48-72 jam.
Hasil dari penelitian ini memperlihatkan
secara umum minuman probiotik mempengaruhi
dalam pembentukan biofilm, terdapat perbedaan
aktivitas biofilm Streptococcus mutans dan
Candida albicans setelah dipapar dengan
cigarette smoke condensate dan minuman
probiotik (p < 0,05). Gambar 4 menunjukkan
korelasi pembentukan biofilm antara Candida
Albicans dan Streptococcus
mutans adalah
bermakna.
Nilai
korelasi
Spearman’s
menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan
korelasi yang sangat kuat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian aktivitas
pembentukan biofilm Streptococcus mutans dan
Candida albicans setelah dipapar dengan
cigarette smoke condensate dan minuman
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 1 2 - 1 9 | 17
probiotik memperlihatkan bahwa cigarette smoke
condensate dapat meningkatkan pembentukan
biofilm Streptococcus mutans dan Candida
albicans, pelabelan dengan minuman probiotik
secara umum dapat menekan pembentukan
biofilm Candida albicans khususnya pada waktu
inkubasi 24 jam. Pembentukan massa biofilm
Streptococcus mutans dan Candida albicans
disensitisasi dengan cigarette smoke condensate
dan dilabel dengan minuman probiotik
memperlihatkan profil massa biofilm semakin
menurun dimulai dari 24 jam, 12 jam dan 48 jam.
9.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka perlu dilakukan penelitian
lanjutan tentang efektivitas minuman probiotik
terhadap adhesi Streptococcus mutans dan
Candida
albicans
serta
kemampuan
memfasilitasi cell Streptococcus mutans dan
Candida albicans yang telah dipapar cigarette
smoke condensate oleh human serum antibody.
13.
DAFTAR PUSTAKA
1. Daliemunthe SH. Periodonsia. Jakarta:
EGC; 2001.
2. Kidd EAM, Bechal SJ-. Dasar-Dasar Karies
Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta:
EGC; 1991.
3. Setiawan VM, Estoepangestie S, Koesdarto
S. Pembentukan Biofilm oleh Streptococcus
uberis Terkait dengan Infeksi Kronis
Intramammary. Jurnal JBP September
2012;14(3):153.
4. Maier, Raina. Environmental Microbiology.
USA: Academic Press of Elsevier; 2009.
5. Aparna, Pt.B.D. MS, Yadav S. Biofilms :
Microbes and Disease. The Brazilian Journal
of Infectious Disease 2008;12(6):526-30.
6. Abranches, Zeng, Bélanger. Invasion of
human coronary artery endothelial cells by
Streptococcus mutans OMZ175. Oral
microbiology and immunology
2009;24(2):141-45.
7. Avilés-Reyes, Miller, Simpson-Haidaris,
Lemos, Abranches. Cnm is a major
virulence factor of invasive Streptococcus
mutans and part of a conserved three-gene
locus. . Molecular oral microbiology
2014;29(1):11-23.
8. Lamont, Jenkinson. Oral Microbiology at a
Glance. United Kingdom: Wiley-Blackwell
2010.
10.
11.
12.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Lemos, Quivey, H K, J. A. Streptococcus
mutans: a new Gram-positive paradigm.
Microbiology 2013; 159(3):436-45.
Kusuma ARP. Pengaruh Merokok Terhadap
Kesehatan Gigi dan Mulut. Majalah Sultan
agung.
Revianti S. Pengaruh Radikal Bebas Pada
Rokok Terhadap Timbulnya Kelainan di
Rongga Mulut. Dental Jurnal Kedokteran
Gigi 2007;1(2):85-9.
Kosen S. Dampak Kesehatan dan Perilaku
Merokok di Indonesia. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan 2008;11(3):207-11.
Semlali A, Killer K, Alanazi H. Cigarette
smoke condensate increases C. albicans
adhesion, growth, biofilm formation, and
EAP1, HWP1 and SAP2 gene expression.
BMC Microbiology 2014;14(61):2-8.
Gani BA. Keragaman virulensi faktor
Candida albicans sebagai penentu infeksi.
Cakradonya Dent J 2011;3(1):7.
Komariah RS. Kolonisasi Candida dalam
Rongga Mulut. Majalah Kedokteran FK
UKI; 2012.
Iva Stamatova M, Meurman JH. Probiotics:
Health Benefits in the Mouth. American
Journal of Dentistry 2009;22(6):330-36.
Deogade SC. Probiotics : Contributions to
Oral and Dental Health. Oral Health and
Dental Medicine 2015;14(3):145-51.
Siswosubroto AE, Pangemanan DHC,
Leman MA. Gambaran Konsumsi Yoghurt
Terhadap Waktu Peningkatan pH Saliva.
Jurnal Ilmiah Farmasi 2015;4(4):46-50.
Setioningsih E, Setyaningsih R, Susilowati
A. Pembuatan Minuman Probiotik Dari Susu
Kedelai dengan Inokulum Lactobacillus
casei, Lactobacillus plantarum, dan
Lactobacillus acidophilus. Bioteknologi
2004;1(1).
Teughels W, Duruk A, Ozcelik O, et al.
Clinical and microbiological effects of the
Lactobacillus reuteri probiotics in the
treatment of chronic periodontitis: a
randomized placebo-controlled study.
Journal of Clinical Periodontology
November 2013;40:1025-35.
Nikawa H, Hamada T. Effects of salivary or
serum pellicles on the Candida albicans
growth and biofilm formation on soft lining
materials in vitro. Journal of Oral
Rehabilitation 1997;24(8).
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 1 2 - 1 9 | 18
22. Chew SY, Cheah YK, Seow HF. Probiotic
Lactobacillus rhamnosus GR-1 and
Lactobacillus reuteri RC-14 exhibit strong
antifungal effects against vulvovaginal
candidiasis-causing Candida glabrata
isolates. Journal of Applied Microbiology
2015;118(5).
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 1 : 1 2 - 1 9 | 19
Download