BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya
Pada bagian ini berisikan mengenai penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
oleh peneliti lain. Tujuan disajikan beberapa penelitian sebelumnya adalah sebagai
materi pembanding dan juga sebagai materi tambahan sekaligus sebagai tolak ukur
bagi penelitian skripsi ini. Penelitian sebelumnya akan disajikan ke dalam tabel
sebagai berikut:
Penelitian sebelumnya yang pertama berisikan mengenai efektivitas komunikasi
interpersonal yang berlangsung antara Guru dan Murid dengan lokasi penelitian di
TK Al-Quran Al-Ittihad Samarinda. Di mana efektivitas komunikasi interpersonal
yang ditinjau dari lima aspek yang menjadi pedoman penelitian ini untuk dapat
menjawab pertanyaan penelitian serta juga ingin mengetahui hambatan apa saja yang
ditemukan guru dan murid saat berkomunikasi interpersonal. Hasil penelitian ini
menemukan bahwa komunikasi interpersonal diantara keduanya termasuk efektif
karena secara garis besar murid telah merasa mempunyai hubungan yang baik
dengan guru.
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya Sumber Lokal 1
Judul
Efektivitas Komunikasi Interpersonal Guru dan Murid (Studi
Kasus Pada TK Al-Quran Al-Ittihad Samarinda).
Penulis
Holy Sumarina.
Tahun
2013.
Metodologi
Metode Kualitatif Deskriptif.
Teknik pengumpulan data:
-
Library research.
-
Field work research (Pengamatan, Wawancara, Dokumen).
Teknik analisa data:
-
Reduksi data.
-
Penyajian data.
9
10
Hasil Penelitian
-
Penarikan kesimpulan.
-
Verifikasi.
-
Ditemukan hambatan semantik dan
manusiawi oleh guru
dilihat dari unsur keterbukaan yaitu keberadaan murid yang
pemalu dan acuh tak acuh, dan juga kesetaraan yaitu masih
ada murid yang merasa diperlakukan tidak sama dengan
murid lain yang lebih pintar.
-
Dilihat dari unsur empati, sikap positif dan umpan balik,
komunikasi interpersonal guru dan murid terbilang baik.
-
Komunikasi interpersonal termasuk efektif karena secara
garis besar murid telah merasa mempunyai hubungan yang
baik dengan guru.
Perbedaan
-
Subjek: subjek penelitian guru dan murid.
-
Objek penelitian: TK Al-Quran Al-Ittihad Samarinda.
-
Peneliti hanya berperan sebagai pengamat di lapangan saja.
-
Teknik analisa menggunakan reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Tidak sampai evaluasi.
Persamaan
-
Teknik
pengumpulan
data:
wawancara,
penggunaan
dokumen.
-
Fokus penelitian pada efektivitas komunikasi interpersonal
yang terdiri dari lima aspek. Kemudian membahas mengenai
hambatan
komunikasi interpersonal yang ditemukan, dan
teori yang dikemukakan oleh Sunarto sebagai acuan.
Sumber
Ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id.
Jurnal oleh Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman.
11
Penelitian sebelumnya yang kedua, fokus penelitian ini terletak pada strategi
sosialisasi pelestarian alam yang dilakukan oleh karyawan Balai Taman Nasional
terhadap publik khususnya petani dan nelayan di Kepulauan Seribu. Ditemukan
strategi sosialisasi menggunakan komunikasi antarpribadi yang intensif yaitu
keterbukaan berkomunikasi, saling jujur, mendukung, dan berkesinambungan.
Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya Sumber Lokal 2
Judul
Komunikasi Antarpribadi sebagai Strategi Sosialisasi Pelestarian
Alam di Kepulauan Seribu.
Penulis
Muharto Toha dan Adity Sudwi Nugroho.
Tahun
2011.
Metodologi
Metode penelitian Kualitatif deskriptif .
Teknik pengumpulan data:
-
Pengamatan.
-
Wawancara.
Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi yaitu:
Hasil Penelitian
-
Triangulasi Peneliti.
-
Triangulasi Teori.
-
Dalam penelitian ini menemukan komunikasi interpersonal
adalah sebagai strategi komunikasi pada karyawan Balai
Taman Nasional terhadap publik khususnya petani dan
nelayan dengan menggunakan komunikasi antarpribadi yang
intensif yaitu keterbukaan berkomunikasi, saling jujur,
mendukung, dan berkesinambungan.
-
Setiap individu saling mengerti masalah-masalah yang mereka
hadapi, atau yang dihadapi orang lain.
Perbedaan
-
Subjek penelitian yaitu karyawan balai taman nasional
terhadap petani dan nelayan.
-
Objek penelitian kepulauan seribu.
-
Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi peneliti dan
teori.
-
Hanya mengunakan pengamatan tanpa peran serta dari
peneliti.
12
Persamaan
-
Menggunakan teknik pengumpulan data, salah satunya dengan
cara wawancara.
-
Teknik keabsahan data untuk mengukur derajat kepercayaan
dan mengkonfirmasi data yang diperoleh yaitu menggunakan
teknik triangulasi yang artinya karena disadari bahwa tidak
ada suatu metode tunggal yang dapat menunjukkan ciri-ciri
relevan dengan alam empiris (setiap manusia memiliki
perbedaan sikap, persepsi, gaya,dan lainnya meskipun
fenomena sama).
Sumber
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Persada Indonesia-Y.A.I.
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 9, Nomor 2, Mei-Agustus 2011.
13
Penelitian sebelumnya yang ketiga peneliti memfokuskan penelitiannya pada
cara guru dalam meningkatkan pengetahuan anak dengan menggunakan
komunikasi interpersonal dengan lokasi penelitian di TK Santa Lucia Tuminiting.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa Peranan komunikasi interpersonal guru
dalam meningkatkan pengetahuan anak sudah cukup baik dengan menggunakan
komunikasi verbal dan non verbal.
Tabel 2.3 Penelitian Sebelumnya Sumber Lokal 3
Judul
Peranan Komunikasi Interpersonal Guru Dalam Meningkatkan
Pengetahuan Anak (Studi pada Guru-guru di TK Santa Lucia)
Tuminting).
Penulis
Widya P. Pontoh.
Tahun
2013.
Metodologi
Metode Kualitatif deskriptif .
Teknik pengumpulan data :
-
Wawancara mendalam.
-
Pengamatan.
-
Studi dokumen.
Teknik analisis data deskriptif dengan presentase.
Hasil Penelitian
-
Peranan komunikasi interpersonal guru dalam meningkatkan
pengetahuan anak sudah cukup baik dengan menggunakan
komunikasi verbal dan non verbal.
-
Bahasa yang digunakan sudah tepat
karena menggunakan
bahasa Indonesia di sekolah dan juga disertai bahasa manado,
untuk membantu pemahaman anak didiknya tentang materi
pelajaran.
-
komunikasi non verbal oleh guru
menggunakan gerakan,
objek tambahan, isyarat, raut dan ekspresi
wajah, simbol serta intonasi suara yang bervariasi.
-
Pesan dalam Komunikasi interpersonal guru dengan murid
lebih kepada konsep pelajaran dan juga motivasi untuk lebih
cepat dalam pemahaman.
Perbedaan
-
Subjek penelitian yaitu guru dan murid.
14
-
Objek penelitian di TK Santa Lucia Tuminting.
-
Peneliti hanya berperan sebagai pengamat tidak sampai
sebagai pengamat berperanserta.
Persamaan
Sumber
-
Metode penelitian kualitatif deskriptif .
-
Metode wawancara mendalam dan studi dokumen.
Journal “Acta Diurna” Vol I.No.I Th.2013.
Universitas Sam Ratulangi.
15
Penelitian
sebelumnya
dari
sumber
internasional
yag
pertama
ini
memfokuskan penelitian pada kemampuan berkomunikasi dan komunikasi
interpersonal antara pimpinan dan bawahan serta pengaruhnya terhadap cara
pengorganisasian/mengelola sebuah organisasi. Ditemukan hasil dari penelitian ini
dengan adanya kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik mampu
mempermudah organisasi untuk mencapai tujuan serta mempermudah pimpinan
untuk memilih tugas atau pekerjaan yang tepat untuk karyawannya.
Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya Sumber Internasional 1
Judul
The
Effects
of
Communication
Skills
and
Interpersonal
Communication on Organizational Effectiveness of Iranian Sport
Managers and Presenting a Model.
Penulis
Rasool Nazari, Mohammad Ehsani, Faredeh Ashraf Gango, and
Hamid Ghasemi.
Tahun
2011.
Metodologi
-
Metode Kuantitatif.
-
Survey deskripsi.
-
Metode statistik melibatkan analisa dari dua tingkat statistik
deskriptif dan inferensial.
Hasil Penelitian
-
Analisa data menggunakan SPSS.
-
Hasil menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan antara
kemampuan komunikasi dan komunikasi interpersonal antara
pimpinan dan karyawan.
-
kemampuan komunikasi dan komunikasi interpersonal antara
pimpinan dan karyawan mempermudah mencapai tujuan
organisasi. Selain itu, kemampuan komunikasi interpersonal
tiap orang juga mempermudah pimpinan untuk memilih tugas
atau pekerjaan yang tepat untuk karyawannya (Nazari, 2011).
Perbedaan
-
Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif .
-
Subjek penelitian yaitu karyawan dan manajer pimpinan.
-
Objek penelitian yaitu federasi olahraga di Iran.
Persamaan
Komunikasi interpersonal.
Sumber
Middle-East Journal of Scientific Research 10 (6): 702-710, 2011.
16
Penelitian sebelumnya dari sumber internasional yang kedua memfokuskan
penelitiannya
pada
komunikasi
yang
dilakukan
oleh
ibu
terhadap
anak
perempuannya untuk metransfer pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi.
Ditemukan dalam penelitian ini bahwa komunikasi interpersonalah yang digunakan
dan paling sering dilakukan di dalam rumah. Di sini komunikasi interpersonal
merupakan instrumen yang penting dalam mengirimkan nilai, keyakinan, harapan
dan pengetahuan tentang reproduksi.
Tabel 2.5 Penelitian Sebelumnya Sumber Internasional 2
Judul
Patterns of Mother - Daughter Communication for Reproductive
Health Knowledge Transfer in Southern Nigeria.
Penulis
Koblowe Obono.
Tahun
2012.
Metodologi
Metode penelitian Kualitatif dan kuantitatif .
Teknik pengumpulan data:
-
Angket.
-
Wawancara.
-
Focus group discussions.
Teknik analisa data:
-
Data kuantitatif (melalui angket dan dianalisa dengan SPSS).
-
Data Kualitatif (melalui hasil fokus diskusi kelompok dan
wawancara kemudian dianalisa melalui ringkasan etnografis
dan analisa konten).
Analisa ini mengadopsi pendekatan deskriptif dan interpretif yang
menekankan peran penting dari interpretasi dalam memahami
nilai dan arti yang orang berikan dalam perilaku mereka.
Hasil Penelitian
-
Menyimpulkan tempat yang sering digunakan antara remaja
puteri dan ibunya untuk bertukar pikiran dan mentransfer ilmu
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah di dalam
rumah.
-
Konteks, bentuk, tingkat, dan waktu berkomunikasi bervariasi
di antara perempuan-perempuan dalam kelompok umur yang
berbeda dan ini berdampak pada penerimaan atau penolakan
17
dari transfer pengetahuan mengenai reproduksi.
-
Efektifitas dari pertemuan komunikasi bertujuan memberitahu
pada remaja putri tentang kesehatan reproduksi.
-
komunikasi menjadi instrumen penting dalam mengirimkan
nilai, keyakinan, harapan dan pengetahuan tentang reproduksi.
Perbedaan
-
Menggunakan metode penelitian campuran yaitu kuantitatif
(angket) dan kualitattif (wawancara dan diskusi kelompok
fokus).
Persamaan
-
Subjek penelitian ibu dan remaja putri.
-
Objek penelitian Southern Nigeria.
-
Menggunakan wawancara sebagai teknik pengumpulan data.
-
Dalam menganalisa data kualitatif yang telah dikumpulkan,
melakukan pendekatan
deskriptif dan interpretif
yang
menekankan peran penting dari interpretasi dalam memahami
nilai dan arti yang orang berikan dalam perilaku subjek
penelitian.
Sumber
Komunikasi interpersonal.
Global Media Journal - Canadian Edition ISSN: 1918-5901
(English) -- ISSN: 1918-591X (Français).
18
2.2 Landasan Konseptual
2.2.1 Komunikasi
Riswandi (2013:1) memaparkan beberapa definisi tentang komunikasi yang
dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya:
a. Carl Hovland, Janis dan Kelley
Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseoang (komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan
mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya/khalayak.
b. Bernard Berelson dan Gary A.Steiner
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti katakata, gambar, angka-angka dan lain-lain.
c. Harold Lasswell
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yag menjelaskan
siapa mengatakan apa dengan saluran apa, kepada siapa, dan dengan
akibat apa atau hasil apa.
d. Barnlund
Komunikasi
timbul
mengurangi
rasa
didorong
ketidak
oleh
pastian,
kebutuhan-kebutuhan
bertindak
secara
untuk
efektif,
mempertahankan atau memperkuat ego.
e. Weaver
Komunikasi adalah keseluruhan prosedur melalui mana pikiran seseorang
dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya.
f. Gode
Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang
dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua
orang atau lebih.
Dari berbagai definisi diatas, terlihat bahwa para ahli memberikan definisinya
sesuai dengan sudut pandangnya dalam melihat komunikasi. Masing-masing
19
memberikan penekanan arti, ruang lingkup dan konteks yang berbeda. Hal ini
menunjukkan bahwa, ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu sosial adalah suatu
ilmu yang bersifat multi-disipliner.
UNICEF/National Planning Commission dalam Koblowe Obono (2012 : 96)
menyampaikan “Communication touches every sphere of human activity and informs
man’s actions. It operates through symbolic and verbal forms with meanings
ascribed to its messages. Communication is instrumental for social interaction,
control and knowledge transfer.”
2.2.2
Teori Komunikasi
Teori komunikasi dalam West and Turner (2009) :
a. Teori Interaksi Simbolik
Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes dalam West and Turner (2009)
mengatakan bahwa interaksi simbolik pada intinya sebuah kerangkan refensi
untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lainnya,
menciptakan dunia simbolik dan bagaimana dunia ini sebaliknya membentuk
perilaku manusia. Teori Interaksi Simbolik menekankan pada hubungan
antara simbol dan interaksi.
b.
Teori Disonansi Kognitif
Roger Brown dalam West and Turner (2009:137) menyatakan dasar dari teori
ini mengikuti sebuah prinsip yang cukup sederhana: “keadaan disonansi
kognitif dikatakan sebagai keadaan ketidaknyamanan psikologis atau
ketegangan yang memotivasi usaha-usaha untuk mencapai konsonansi.
Disonansi adalah sebutan untuk ketidakseimbangan dan konsonansi adalah
sebutan untuk keseimbangan.
c. Teori Pelanggaran Harapan
Burgoon dalam West and Turner (2009:154) mengemukakan mengenai teori
ini bahwa orang memiliki harapan mengenai perilaku nonverbal orang lain.
Perunbahan yang terduga terjadi dalam jarak perbincangan antara para
komuniktor dapat menimbulkan suatu perasaan tidak nyaman atau bahkan
seringkali ambigu.
d. Teori Pengurangan Ketidakpastian
20
West and Turner (2009: 173) berpendapat bahwa
menjelaskan
bagaimana
komunikasi
digunakan
teori komunikasi ini
untuk
mengurangi
ketidakpastian diantara orang asing yang terlibat dalam pembicaraan satu
sama lain untuk pertama kali.
e. Teori Penetrasi Sosial
Merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu
bergerak dari komunikasi superfisial menuju ke komunikasi yang lebih intim.
Daya tarik teori ini adalah pendekatannya yang langsung pada perkembangan
hubungan. Pembukaan diri merupakan cara utama yang digunakan oleh
sebuah hubungan ramah-tamah bergerak menuju hubungan yang inti. West
and Turner (2009: 196-197).
f. Teori Pertukaran sosial
Teori ini didasarkan pada ide bahwa orang memandang hubungan mereka
dalam konteks ekonomi dan mereka menghitung pengorbanan dan
membandingkannya
dengan
penghargaan
yang
didapatkan
dengan
meneruskan hubungan itu. West and Turner (2009: 216)
g. Teori dialektika relasional
West and Turner (2009:235) mengemukakan pada teori ini menggambarkan
hidup hubungan sebagai kemajuan dan pergerakan yang konstan. Orangorang yang terlibat di dalam hubungan terus merasakan dorongan dan tarikan
dari keininan-keingina yang bertolak belakang di dalam seluruh bagian hidup
yang berhubungan.
h. Teori Manajemen Privasi
Menurut Sandra Petronio dalam West and Turner (2009: 252) menjelaskan
bahwa teori ini adalah teori praktis yang didesain untuk menjelaskan isu-isu
“keseharian”. Teori ini juga menjelaskan proses yang digunakan orang-orang
untuk mengelola hubungan antara menutupi dan mengungkapkan informasi
privat.
2.2.3
Bentuk Komunikasi
21
Hidayat (2012: 36) menyatakan bentuk-bentuk komunikasi biasanya
disesuaikan dengan jumlah peserta pada proses komunikasi berlangsung. Selain itu,
juga dibedakan karena besarnya sasaran komunikasi:
a. Komunikasi massa
Yaitu komunikasi dengan menggunakan media massa dan sasarannya
kelompok orang dalam jumlah yang besar dan umunya tidak dikenal atau
herogen. Komunikasi massa yang baik harus: pesan disusun dengan jelas,
tidak
rumit
dan
tidak
bertele-tele,
bahasa
yang
mudah
dimengerti/dipahami, bentuk gambar yang baik dan membentuk
kelompok khusus, misalnya kelompok pendengar radio.
b. Komunikasi kelompok
Adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang umumnya
dapat dihitung dan dikenal dan merupakan komunikasi langsung dan
timbal balik. Anwar Arfin berpendapat komunikasi kelompok adalah
komunikais yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu
kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi, dan
sebagainya. Michael Burgoon mendefinisikan komunikasi kelompok
sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan
tujuan yang tlah diketahui, yang mana masing-masing nggotanya dapat
mengingat karakteristik pribadi satu sama lain secara tepat.
Komunikasi kelompok ini dapat dibagi dalam dua kategori yaitu
kelompok besar dan kelompok kecil. Kelompok besar meliputi public
speaking, ceramah. Sedangkan kelompok kecil seperti perkuliahan,
diskusi panel, seminar, kelompok diskusi, dan yang lainnya. Yang
membedakan kedua jenis kelompok ini adalah jumlah dari peserta
kelompok.
c. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal sering disebut pula sebagai komunikasi
antarpribadi atau KAP, adalah komunikasi dengan tatap muka dan dapat
juga melalui media seperti telepon, internet atau media lainnya, yang
terjadi antara dua orang. Komunikasi interpersonal sangan efektif dalam
22
mengubah sikap atau perilaku karena satu sama lainnya terlibat
komunikasi yang tinggi.
d. Komunikasi intrapersonal
Komunikasi yang terjadi pada diri sendiri atau komunikasi dalam diri
yang merupakan wujud dari instropeksi diri atau sedang melakukan
perenungan, dialog dengan diri sendiri.
2.2.4 Definisi Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan penerimaan
pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup semua aspek
komunikasi seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal ,
dan banyak lagi. Sebuah konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada
tindakan komunikatif ketika ada individu yang terlibat tidak seperti bidang
komunikasi seperti interaksi kelompok, dimana mungkin ada sejumlah besar individu
yang terlibat dalam tindak komunikatif (Sarwono: 2009). Mulyana (2005)
menyatakan “komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun
nonverbal”.
Menurut Trenholm dan Jensen mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai
komunikasi antar dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi
diadik). Sifat komunikasi diadik yaitu : spontan dan informal, saling menerima
feedback secara maksimal, serta partisipan berperan fleksibel (Suranto 2011: 3).
Sedangkan
menurut
Arni
Muhammad
(2005:159)
menyatakan
bahwa
“komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang
dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat
langsung diketahui balikannya”.
Menurut West dan Turner dalam Toha dan Adity (2011: 167) menyebutkan
bahwa Komunikasi antarpribadi banyak membahas tentang bagaimana suatu
hubungan dimulai, dipertahankan, atau akan menjadi retak. Komunikasi dalam
konteks antarpribadi ini meemberi fungsi berbagai macam saluran, yaitu penglihatan,
pendengaran, sentuhan dan penciuman dalam suatu interaksi sehingga perubahanperubahan pada diri penerima pesan yang berkaitan dengan pengetahuan (kognitif),
perasaan atau emosi (afektif), dan perilaku (konatif), baik menyangkut verbal
maupun nonverbal akan cepat diketahui oleh komunikator.
23
Dalam Nazari, dkk (2011: 703), Graham menyebutkan “as the interpersonal
communication can be used includes communications between individual selfawareness and self-disclosure, self-Expression and clarity, Awareness of others,
Acceptance of feedback and finally coping with feeling and differences.”
Sedangkan Menurut Beebe & Beebe dalam Widya (2013: 2), Komunikasi
antarpribadi melibatkan paling sedikit dua orang yang mempunyai sifat, nilai-nilai
pendapat, sikap, pikiran dan perilaku yang khas dan berbeda-beda. Selain itu
komunikasi antarpribadi juga menuntut adanya tindakan saling memberi dan
menerima diantara pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Dengan kata lain, para
pelaku komunikasi saling bertukar informasi, pikiran, gagasan, dan sebagainya.
Komunikasi interpersonal adalah sebuah bentuk khusus dari komunikasi manusia
yang terjadi bila kita berinteraksi secara simultan dengan orang lain dan saling
mempengaruhi secara mutual satu sama lain, interaksi yang simultan berarti bahwa
para pelaku komunikasi mempunyai tindakan yang sama terhadap suatu informasi
pada waktu yang sama pula. Pengaruh mutual berarti bahwa para pelaku komunikasi
saling terpengaruh akibat adanya interaksi di antara mereka. Interaksi mempengaruhi
pemikiran, perasaan dan cara mereka menginterpretasikan sebuah informasi.
2.2.5
Ciri komunikasi Interpersonal
Dalam Holy Sumarina (2013 : 200-201), Liliweri menyebutkan ada delapan
aspek yang merupakan ciri-ciri dari komunikasi interpersonal yaitu:
a. Komunikasi interpersonal biasanya terjadi secara spontan.
Maksudnya, biasanya komunikasi interpersonal terjadi secara kebetulan
tanpa rencana sehingga pembicaraan terjadi secara spontan.
b. Komunikasi interpersonal berkaitan dengan masalah penetapan tujuan.
c. Komunikasi interpersonal merupakan kebetulan dan identitas peserta.
Melalui pembicaraan secara interpersonal, hubungan dan identitas
seseorang akan dapat diketahui.
d. Komunikasi interpersonal merupakan bentuk akibat. Akibat disini yang
dimaksud adalah hasil dari pembicaraan komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal mempunyai akibat yang disengaja dan tidak
disengaja.
24
e. Komunikasi interpersonal sifatnya berbalas-balasan. Salah satu ciri khas
dari komunikasi interpersonal adalah adanya timbal balik bergantian dan
saling memberi maupun menerima informasi antara komunikator dan
komunikan secara bergantian sehingga tercipta suasana dialogis.
f. Komunikasi interpersonal berkaitan dengan masalah jumlah orang,
suasana dan pengaruh. Manusia suka berkomunikasi dengan manusia lain,
oleh karena itu tiap-tiap orang selalu berusaha agar mereka lebih dekat
satu sama lain.
g. Komunikasi interpersonal berkaitan dengan masalah hasil .
Komunikasi interpersonal dikatakan sukses bila komunikasi itu
menghasilkan sesuatu yang diharapkan, dan hasilnya nyata. Nyata dalam
hal mengubah wawasan, perasaan, maupun perilaku.
h. Komunikasi interpersonal merupakan pesan lambang-lambang bermakna.
Proses komunikasi yang terjadi selalu mengalirkan pesan.
Sedangkan Suranto berpendapat (2011: 14) bahwa komunikasi interpersonal
merupakan jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam
kehidupan sehari-hari. Apabila diamati dan dikomparasikan dengan jenis komunikasi
lainnya, maka dapat dikemukakan ciri-ciri komunikasi interpersonal, antara lain:
a. Arus pesan dua arah
Komunikasi interpersonal menempatkan sumber pesan dan penerima
dalam posisi yang sejajar, sehingga memicu terjadinya pola penyebaran
pesan mengikuti arus dua arah. Artinya komunikator dan komunikan
dapat berganti peran secara cepat. Seorang sumber pesan, dapat berubah
peran sebagai penerima pesan, begitu pula sebaliknya. Arus pesan secara
dua arah ini berlangsung secara berkelanjutan
b. Suasana nonformal
Komunikasi
interpersonal
biasanya
berlangsung
dalam
suasana
nonformal. Berarti apabila komunikasi terjadi di sebuah instansi berarti
komunikasi yang terjadi tidak berlangsung kaku berpegang pada hierarki
jabatan dan prosedur birokrasi, namun lebih memilih pendekatan secara
individu yang bersifat pertemanan.
c. Umpan balik segera
25
Oleh karena komunikasi interpersonal biasanya mempertemukan para
pelaku komunikasi secara tatap muka, maka umpan balik dapat diketahui
dengan segera.
d. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat
Komunikasi interpersonal merupakan metode komunikasi antarindividu
yang menuntut agar peserta komunikasi berada dalam jarak dekat, baik
fisik maupun psikologis. Psikologis maksudnya menunjukkan keintiman
hubungan antarindividu.
e. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan
spontan, baik secara verbal maupun non verbal.
Peserta
komunikasi
berupaya
saling
meyakinkan,
dengan
mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun nonverbal secara
bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat sesuai tujuan komunikasi.
2.2.6 Efektifitas Komunikasi Interpersonal
Dalam Diah (2011:73), Darmawan berpendapat mengenai efektivitas
merupakan sesuatu yang tercapai, ingin dicapai sesuai dengan apa yang telah
direncanakan. Efektivitas juga merupakan suatu ukuran yang dinyatakan berapa
jauh target (kualitas, kuantitas, waktu) telah tercapai. Efektivitas adalah
kemampuan untuk menentukan kemampuan yang tepat.
Efektivitas komunikasi interpersonal oleh Devito (2011: 285) dengan
pendekatan humanistik, diantaranya:
a. Keterbukaan (openness)
Pada hakekatnya setiap manusia suka berkomunikasi dengan manusia
lain, karena itu tiap-tiap orang selalu berusaha agar mereka lebih dekat
satu sama lainnya. Faktor kedekatan atau proximity bisa menyatukan dua
orang yang erat. Kedekatan antar pribadi mengakibatkan seseorang bisa
dan mampu menyatakan pendapat-pendapatnya dengan bebas dan
terbuka. Kebebasan dan keterbukaan akan memengaruhi berbagai variasi
pesan baik verbal maupun nonverbal. Ini menunjukkan kualitas dari
keterbukaan dari komunikasi antar pribadi yang mengandung dua aspek,
yaitu aspek pertama keinginan untuk terbuka bagi setiap orang yang
26
berinteraksi dengan orang lain. Hal ini tidak berarti harus menceritakan
semua latar belakang kehidupan. Namun yang penting ada kemauan
untuk membuka diri pada masalah-masalah umum. Dari sini orang lain
akan mengetahui pendapat, pikiran dan gagasannya sehingga komunikasi
akan mudah dilakukan, dan aspek keinginan untuk menanggapi secara
jujur semua stimuli yang datang kepadanya. Dengan demikian
komunikasi interpersonal dapat dikatakan efektif jika keterbukaan dalam
berkomunikasi ini dilakukan. Aspek kedua dari keterbukaan menunjuk
pada kemauan seseorang untuk memberikan tanggapan terhadap orang
lain dengan jujur dan terus terang dan demikian pula sebaliknya.
b. Empati (empathy)
Kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang lain maupun
mencoba merasakan dalam cara yang sama dengan perasaan orang lain.
Dengan kerangka empati ini maka seseorang akan memahami posisinya
dengan begitu tidak akan memberikan penilaian pada perilaku atau sikap
orang lain sebagai perilaku atau sikap yang salah atau benar.
c. Perilaku positif (positiviness)
Dalam komunikasi interpersonal kualitas ini paling sedikitnya terdapat
tiga aspek perbedaan atau unsur, yaitu komunikasi interpersonal akan
berhasil jika terdapat perhatian yang positif terhadap diri seseorang,
komunikasi interpersonal akan terpelihara baik jika suatu perasaan positif
terhadap orang lain itu dikomunikasikan, suatu perasaan positif dalam
situasi umum amat bermanfaat untuk mengefektifkan kerjasama.
d. Perilaku suportif (suportiveness)
Komunikasi interpersonal akan efektif bila dalam diri seseorang ada
perilaku suportif. Artinya seseorang dalam menghadapi suatu masalah
tidak bersikap bertahan / defensif. Keterbukaan dan empati tidak dapat
berlangsung dalam suasana yang tidak suportif. Gibb dalam Devito
(2009) tiga perilaku yang menimbulkan perilaku suportif, yakni
deskriptif, spontanitas dan provisionalisme. Dalam perilaku deskriptif
ditandai dengan perilaku evaluasi, strategi dan kepastian. Deskriptif
artinya seseorang yang memiliki sifat ini lebih banyak meminta informasi
atau deskripsi tentang suatu hal. Dalam suasana seperti ini biasanya orang
tidak merasa dihina atau ditantang tetapi merasa dihargai. Sedangkan
27
orang yang memiliki sifat evaluatif cenderung menilai dan mengecam
orang lain dengan menyebutkan kelemahan-kelemahan perilakunya.
Spontanitas adalah individu yang terbuka dan terus terang tentang apa
yang dipikirkannya. Biasanya orang seperti itu akan ditanggapi dengan
cara yang sama terbuka dan terus terang. Provisionalisme adalah individu
yang memiliki sikap berpikir terbuka, ada kemauan untuk mendengar
pandangan yang berbeda dan bersedia menerima pendapat orang lain bila
pendapatnya keliru. Orang yang memiliki sifat ini tidak bertahan dengan
pendapatnya sendiri sementara orang yang memiliki sifat kepastian
merasa bahwa ia telah mengetahui segala sesuatunya dan merasa yakin
bahwa pendapatnya yang paling benar.
e. Kesamaan (equality)
Kesamaan yaitu meliputi kesamaan dalam dua hal. Pertama kesamaan
bidang pengalaman diantara para pelaku komunikasi. Artinya komunikasi
antar pribadi umumnya akan lebih efektif bila para pelakunya mempunyai
nilai, sikap, perilaku dan pengalaman yang sama. Namun hal ini tidak
berarti bahwa ketidaksamaan tidaklah komunikatif. Komunikasi dengan
individu yang tidak memiliki kesamaan tetap akan berjalan efektif apabila
kedua belah pihak saling menyesuaikan diri. Kedua, kesamaan dalam
percakapan diantara para pelaku komunikasi, maksudnya ada kesamaan
dalam hal mengirim dan menerima pesan. Dalam setiap situasi seringkali
terjadi ketidaksamaan. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar
setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksamaan ini komunikasi
interpersonal akan lebih efektif kalau suasananya setara. Artinya harus
ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak sama-sama
bernilai dan berharga. Dalam hubungan antar pribadi yang ditandai oleh
kesamaan, ketidaksependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya
untuk memahami perbedaan yang pasti ada, jika dibandingkan sebagai
kesempatan
untuk
menjatuhkan
pihak
lain.
Kesamaan
tidak
mengharuskan menerima dan menyetujui semua perilaku orang lain.
Kesamaan berarti menerima pihak lain atau memberikan penghargaan
yang positif tak bersyarat kepada pihak lain.
28
Pendekatan pragmatis atau sering dikatakan sebagai pendekatan “keras”,
adakalanya dinamai model kompetensi, memusatkan pada perilaku spesifik yang
harus digunakan oleh komunikator untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Model
ini dikemukakan oleh Spitz, Cupatch, dan Hecht dalam Devito (2011: 291). Model
ini juga menawarkan lima kualitas efektivitas, diataranya:
a. Kepercayaan diri
Komunikator yang efektif memiliki kepercayaan diri sosial, perasaan
cemas tidak dengan mudah dilihat oleh orang lain. Komunikator yang
efektif selalu merasa nyaman bersama orang lain dan merasa nyaman
dalam
situasi
komunikasi
pada
umumnya.
Kualitas
ini
juga
memungkinkan pembicara berkomunikasi secara efektif dengan orangorang yang gelisah, pemalu, atau khawatir, dan membuat mereka merasa
nyaman.
b. Kebersatuan
Kebersatuan mengacu pada penggabungan antara pembicara dan
pendengar-terciptanya rasa kebersamaan dan kesatuan. Komunikator yang
memperlihatkan kebersatuan mengisyaratkan minat dan perhatian. Bahasa
yang menunjukkan kebersatuan umumnya ditanggapi lebih positif
daripada bahasa yang tidak menunjukkan kebersatuan. Kebersatuan
menyatukan pembicara dan pendengar.
c. Manajemen interaksi
Komunikator yang efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua
pihak. Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorang pun merasa
diabaikan atau merasa menjadi tokoh penting. Masing-masing pihak
berkontribusi dalam keseluruhan komunikasi.
d. Daya-pengungkapan
Mengacu pada keterampilan mengomunikasikan kterlibatan tulus dalam
interaksi antarpribadi. Kita berperan serta dalam permainan dan tidak
sekadar menjadi penonton. Daya ekspresi sama dengan keterbukaan
dalam hal penekanannya pada keterlibatan, dan ini mecangkup, misalnya
ekspresi tanggung jawab atas pikiran dan perasaan, mendorong daya
ekspresi atau keterbukaan orang lain, da memberikan umpan balik yang
relevan dan patut.
e. Orientasi ke pihak lain
29
Terlalu sering kita hanya memperhatikan diri sendiri, berorientasi kepada
diri sendiri. Dalam interaksi antarpribadi, ini berbentuk mempercayakan
diri sendiri, pengalaman, minat dan keinginan kita sendiri. Ini berarti kita
mendominasi sebagian besar, jika tidak semua, pembicaraan, dan kurang
atau tidak memperhatikan umpan balik verbal dan non verbal dari pihak
lain. Orientasi kepada orang lain adalah lawan dari orientasi kepada diri
sendiri. Orientasi mengacu pada kemampuan kita untuk menyesuaikan
diri dengan lawan bicara selama perjumpaan antarpribadi. Orientasi ini
mencakup pengomunikasian perhatian dan minat terhadap apa yang
dikatakan lawan bicara.
Sedangkan menurut Suranto AW (2011:79) komunikasi interpersonal dianggap
efektif, jika orang lain memahami pesan yang disampaikan dengan benar, dan
memberikan respon sesuai dengan yang diinginkan. Komunikasi ini dapat membantu
mengantarkan seseorang kepada tercapainya tujuan tertentu. Sebaliknya, jika
komunikasi interpersonal tidak berhasil, akibatnya bisa apa saja, dari sekedar
membuang waktu, sampai akibat buruk yang tragis.
2.2.7 Tujuan Komunikasi Interpersonal
Tujuan komunikasi interpersonal menurut Arni (2005:168) menyatakan
bahwa komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal
atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan
orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk
berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah
sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan,
pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita
dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada
perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
2. Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih
30
banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita.
Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal,
meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media
massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau
didalami melalui interaksi interpersonal.
3. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan
memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita
pergunakan
dalam
komunikasi
interpersonal
diabadikan
untuk
membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
4. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku
orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan
mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru,
membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku,
memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau
salah.
Kita
banyak
menggunakan
waktu
terlibat
dalam
posisi
interpersonal.
5. Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama
adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas
kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan
cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan
pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan
komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan
yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua
keseriusan di lingkungan kita.
6. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan
komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk
mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain
dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan
seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang
mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.
31
Dapat disimpulkan bahwa ketika melakukan komunikasi interpersonal,
setiap individu dapat mempunyai tujuan yang berbedabeda, sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.
2.2.8 Komponen-komponen Komunikasi Interpersonal
Dari pengertian komunikasi interpersonal yang telah diuraikan di atas, dapat
diidentifikasikan
beberapa
komponen
yang
harus
ada
dalam
komunikasi
interpersonal. Menurut Suranto A. W (2011: 9) komponen -komponen komunikasi
interpersonal yaitu:
1) Sumber/ komunikator
Merupakan orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi,
yakni keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri, baik yang
bersifat emosional maupun informasional dengan orang lain. Kebutuhan
ini dapat berupa keinginan untuk memperoleh pengakuan sosial sampai
pada keinginan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain.
Dalam konteks komunikasi interpersonal komunikator adalah individu
yang menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan pesan.
2) Encoding
Encoding adalah suatu aktifitas internal pada komunikator dalam
menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan non
verbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta
disesuaikan dengan karakteristik komunikan.
3) Pesan
Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol- simbol baik
verbal maupun non verbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili
keadaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain.
Dalam aktivitas komunikasi, pesan merupakan unsur yang sangat penting.
Pesan itulah disampaikan oleh komunikator untuk diterima dan
diinterpretasi oleh komunikan.
4) Saluran
Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima atau
yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum. Dalam konteks
komunikasi interpersonal, penggunaan saluran atau media semata-mata
32
karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan komunikasi
secara tatap muka.
5) Penerima/ komunikan
Adalah seseorang yang menerima, memahami, dan menginterpretasi
pesan. Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima bersifat aktif,
selain menerima pesan melakukan pula proses interpretasi dan
memberikan umpan balik. Berdasarkan umpan balik dari komunikan
inilah seorang komunikator akan
dapat mengetahui keefektifan
komunikasi yang telah dilakukan, apakah makna pesan dapat dipahami
secara bersama oleh kedua belah pihak yakni komunikator dan
komunikan.
6) Decoding
Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melaui
indera, penerima mendapatkan macammacam data dalam bentuk
“mentah”, berupa kata-kata dan simbol- simbol yang harus diubah
kedalam pengalamanpengalaman yang mengandung makna. Secara
bertahap dimulai dari proses sensasi, yaitu proses di mana indera
menangkap stimuli.
7) Respon
Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai
sebuah tanggapan terhadap pesan. Respon dapat bersifat positif, netral,
maupun negatif. Respon positif apabila sesuai dengan yang dikehendaki
komunikator. Netral berarti respon itu tidak menerima ataupun menolak
keinginan komunikator. Dikatakan respon negatif apabila tanggapan yang
diberikan bertentangan dengan yang diinginkan oleh komunikator.
8) Gangguan (noise)
Gangguan atau noise atau barier beraneka ragam, untuk itu harus
didefinisikan dan dianalisis. Noise dapat terjadi di dalam komponenkomponen manapun dari sistem komunikasi. Noise merupakan apa saja
yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian dan penerimaan
pesan, termasuk yang bersifat fisik dan phsikis.
9) Konteks komunikasi
Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak ada
tiga dimensi yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada
33
lingkungan konkrit dan nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti
ruangan, halaman dan jalanan. Konteks waktu menunjuk pada waktu
kapan komunikasi tersebut dilaksanakan, misalnya: pagi, siang, sore,
malam. Konteks nilai, meliputi nilai sosial dan budaya yang
mempengaruhi suasana komunikasi, seperti: adat istiadat, situasi rumah,
norma pergaulan, etika, tata krama, dan sebagainya.
Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses pertukaran makna antara
orang-orang yang saling berkomunikasi. Orang yang saling berkomunikasi tersebut
adalah sumber dan penerima. Sumber melakukan encoding untuk menciptakan dan
memformulasikan menggunakan saluran. Penerima melakukan decoding untuk
memahami pesan, dan selanjutnya menyampaikan respon atau umpan balik. Tidak
dapat dihindarkan bahwa proses komunikasi senantiasa terkait dengan konteks
tertentu, misalnya konteks waktu. Hambatan dapat terjadi pada sumber, encoding,
pesan, saluran, decoding, maupun pada diri penerima.
2.2.9 Fungsi Komunikasi Interpersonal yang Efektif
Dalam semua aktivitas tersebut, esensi komunikasi interpersonal yang
berhasil adalah proses saling berbagi (sharing) informasi yang menguntungkan
kedua belah pihak, dan orang-orang yang melakukan komunikasi. Lain halnya
dengan Hafied Cangara (2004: 24) yang menyatakan bahwa fungsi komunikasi
antarpribadi adalah berusaha meningkatkan hubungan insani (human relations),
menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian.
Komunikasi antarpribadi, dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan di antara
pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang bisa
memperoleh kemudahan dalam hidupnya. Melalui komunikasi antarpribadi, kita
dapat berusaha membina hubungan yang baik, sehingga menghindari dan mengatasi
terjadinya konflik-konflik di antara kita atau pun dengan orang lain.
2.2.10 Hambatan Komunikasi Interpersonal
Meskipun komunikasi efektif dapat ditunjang oleh berbagai kesamaan
karakter dari pihak-pihak yang berkomunikasi, tetapi ada masalah-masalah yang
berpotensi menjadi penghalang komunikasi efektif. Menurut Stephen P. Robbins
34
dalam Susanto (2010: 14) pembahasan tentang perilaku organisasi yang dihubungkan
dengan peran atau pun eksistensi komunikasi dalam organisasi, memaparkan tiga
faktor yang berpotensi menghambat tercapainya komunikasi, yaitu:
1) Penyaringan atau manipulasi terhadap informasi, dengan tujuan supaya
menguntungkan atau merugikan bagi penerima informasi.
2) Persepsi selektif, melihat, mendengar berdasarkan kebutuhan individual.
Tindakan ini cenderung mengabaikan substansi pesan yang lebih luas,
tetapi hanya menggaris bawahi pesan yang dibutuhkan.
3) Emosi atau perasaan penerima ketika menerima pesan. Jika penerima
pesan dalam keadaan emosi, maka pengirim pesan sulit untuk
memperoleh respon yang diharapkan.
Sedangkan menurut Sunarto dalam Holy Sumarina (2013: 201) menyebutkan
bahwa ada 3 aspek hambatan komunikasi interpersonal, yaitu:
a. Hambatan Mekanik
Timbul akibat adanya gangguan pada saluran komunikasi, seperti
tergangguanya saluran magnetik radio oleh getaran-getaran sehinga pesan
yang disampaikan menjadi kurang jelas.
b. Hambatan Semantik
Sering terjadi dalam tahap proses komunikasi, karena berkisar pada
masalah apa yang dikomunikasikan dan disampaikan pada tahap-tahap
komunikasi. Suatu pesan akan berarti lain pada seseorang dalam konteks
yang berbeda, hal ini disebabkan adanya gangguan komunikator karena
salah persepsi.
c. Hambatan Manusiawi
Segala masalah yang paling semu daam semua proses komunikasi karena
berasal dalam diri manusia seniri. Terjadi karena faktor emosi dan
prasangka pribadi, kemampuan atau ketidakmampuan alat panca indera.
2.2.11 Organisasi Nonprofit
35
Menurut Morissan (2008:89-90) organisasi nonprofit didirikan untuk mencapai
tujuan yang bersifat nonbisnis atau tidak mencari keuntungan. Organisasi nonprofit
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Organisasi nonprofit pemerintah, yaitu organisasi yang kegiatan
operasionalnya dibiayai pemerintah atau negara seperti: lembaga atau
badan pemerintah, departemen/kementrian, lembagga negara,dsb.
2. Organisasi nonprofit bukan pemerintah adalah organisasi yang kegiatan
operasionalnya tidak tergantung pada bantuan pemerintah seperti: partai
politik, lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisai kemasyarakatan
(ormas), organisasi agama, dan sebagainya.
Organisasi nonprofit bukan pemerintah menggantungkan operasional
kegiatannya dari sumbangan para donatur. Para donatur bagi organisasi nonprofit
bukan pemerintah terdiri atas donatur perorangan, organisasi, perusahaan atau bisa
juga lembaga permerintah yang bersimpati dengan gerakan atau tujuan organisasi
bersangkutan. Organisasi nonpemerintah seperti ini sangat bergantung pada kegiatan
pengumpulan dana yang kerap diadakan untuk menunjang operasionalnya.
36
2.3 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai proses komunikasi
interpersonal antara relawan dan calon relawan pada Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia di Jakarta Barat. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada data awal yang
didapatkan peneliti bahwa Jumlah Relawan Tzu Chi di Jakarta Barat Bertambah dan
Relawan Tzu Chi banyak ikut handil dalam menambah jumlah anggota mereka demi
mencapai apa yang menjadi tujuan Tzu Chi. Cara yang diterapkan relawan yaitu
komunikasi interpersonal yang efektif terhadap calon relawan.
Maka dari itu peneliti menekankan/memfokuskan penelitiannya terhadap
gambaran proses komunikasi interpersonal yang efektif ditinjau dari aspek
keterbukaan, empati, perilaku positif, perilaku positif, dan kesamaan. Selain itu juga
peneliti ingin mengetahui hambatan apa saja yang ditemukan oleh relawan maupun
calon relawan saat melakukan komunikasi interpersonal.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Perkembangan Jumlah Relawan Tzu Chi di
Jakarta Barat
Relawan Berperan Dalam Menambah
Jumlah Anggota Mereka.
Proses Komunikasi Interpersonal yang
Efektif Sebagai Salah Satu Cara.
Gambaran Proses Komunikasi
Interpersonal Yang Ditinjau Dari
Aspek keterbukaan, Empati, Perilaku
Positif, Perilaku Suportif & Kesamaan.
Relawan.
Hambatan Komunikasi
Interpersonal (Mekanik,
Semantik, Manusiawi).
Calon Relawan.
Download