BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Pada bagian ini berisikan mengenai penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti lain. Tujuan disajikan beberapa penelitian sebelumnya adalah sebagai materi pembanding dan juga sebagai materi tambahan sekaligus sebagai tolak ukur bagi penelitian skripsi ini. Penelitian sebelumnya akan disajikan ke dalam tabel sebagai berikut: Penelitian sebelumnya yang pertama berisikan mengenai efektivitas komunikasi interpersonal yang berlangsung antara Guru dan Murid dengan lokasi penelitian di TK Al-Quran Al-Ittihad Samarinda. Di mana efektivitas komunikasi interpersonal yang ditinjau dari lima aspek yang menjadi pedoman penelitian ini untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian serta juga ingin mengetahui hambatan apa saja yang ditemukan guru dan murid saat berkomunikasi interpersonal. Hasil penelitian ini menemukan bahwa komunikasi interpersonal diantara keduanya termasuk efektif karena secara garis besar murid telah merasa mempunyai hubungan yang baik dengan guru. Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya Sumber Lokal 1 Judul Efektivitas Komunikasi Interpersonal Guru dan Murid (Studi Kasus Pada TK Al-Quran Al-Ittihad Samarinda). Penulis Holy Sumarina. Tahun 2013. Metodologi Metode Kualitatif Deskriptif. Teknik pengumpulan data: - Library research. - Field work research (Pengamatan, Wawancara, Dokumen). Teknik analisa data: - Reduksi data. - Penyajian data. 9 10 Hasil Penelitian - Penarikan kesimpulan. - Verifikasi. - Ditemukan hambatan semantik dan manusiawi oleh guru dilihat dari unsur keterbukaan yaitu keberadaan murid yang pemalu dan acuh tak acuh, dan juga kesetaraan yaitu masih ada murid yang merasa diperlakukan tidak sama dengan murid lain yang lebih pintar. - Dilihat dari unsur empati, sikap positif dan umpan balik, komunikasi interpersonal guru dan murid terbilang baik. - Komunikasi interpersonal termasuk efektif karena secara garis besar murid telah merasa mempunyai hubungan yang baik dengan guru. Perbedaan - Subjek: subjek penelitian guru dan murid. - Objek penelitian: TK Al-Quran Al-Ittihad Samarinda. - Peneliti hanya berperan sebagai pengamat di lapangan saja. - Teknik analisa menggunakan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Tidak sampai evaluasi. Persamaan - Teknik pengumpulan data: wawancara, penggunaan dokumen. - Fokus penelitian pada efektivitas komunikasi interpersonal yang terdiri dari lima aspek. Kemudian membahas mengenai hambatan komunikasi interpersonal yang ditemukan, dan teori yang dikemukakan oleh Sunarto sebagai acuan. Sumber Ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id. Jurnal oleh Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. 11 Penelitian sebelumnya yang kedua, fokus penelitian ini terletak pada strategi sosialisasi pelestarian alam yang dilakukan oleh karyawan Balai Taman Nasional terhadap publik khususnya petani dan nelayan di Kepulauan Seribu. Ditemukan strategi sosialisasi menggunakan komunikasi antarpribadi yang intensif yaitu keterbukaan berkomunikasi, saling jujur, mendukung, dan berkesinambungan. Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya Sumber Lokal 2 Judul Komunikasi Antarpribadi sebagai Strategi Sosialisasi Pelestarian Alam di Kepulauan Seribu. Penulis Muharto Toha dan Adity Sudwi Nugroho. Tahun 2011. Metodologi Metode penelitian Kualitatif deskriptif . Teknik pengumpulan data: - Pengamatan. - Wawancara. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi yaitu: Hasil Penelitian - Triangulasi Peneliti. - Triangulasi Teori. - Dalam penelitian ini menemukan komunikasi interpersonal adalah sebagai strategi komunikasi pada karyawan Balai Taman Nasional terhadap publik khususnya petani dan nelayan dengan menggunakan komunikasi antarpribadi yang intensif yaitu keterbukaan berkomunikasi, saling jujur, mendukung, dan berkesinambungan. - Setiap individu saling mengerti masalah-masalah yang mereka hadapi, atau yang dihadapi orang lain. Perbedaan - Subjek penelitian yaitu karyawan balai taman nasional terhadap petani dan nelayan. - Objek penelitian kepulauan seribu. - Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi peneliti dan teori. - Hanya mengunakan pengamatan tanpa peran serta dari peneliti. 12 Persamaan - Menggunakan teknik pengumpulan data, salah satunya dengan cara wawancara. - Teknik keabsahan data untuk mengukur derajat kepercayaan dan mengkonfirmasi data yang diperoleh yaitu menggunakan teknik triangulasi yang artinya karena disadari bahwa tidak ada suatu metode tunggal yang dapat menunjukkan ciri-ciri relevan dengan alam empiris (setiap manusia memiliki perbedaan sikap, persepsi, gaya,dan lainnya meskipun fenomena sama). Sumber Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Persada Indonesia-Y.A.I. Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 9, Nomor 2, Mei-Agustus 2011. 13 Penelitian sebelumnya yang ketiga peneliti memfokuskan penelitiannya pada cara guru dalam meningkatkan pengetahuan anak dengan menggunakan komunikasi interpersonal dengan lokasi penelitian di TK Santa Lucia Tuminiting. Hasil penelitian ini menemukan bahwa Peranan komunikasi interpersonal guru dalam meningkatkan pengetahuan anak sudah cukup baik dengan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal. Tabel 2.3 Penelitian Sebelumnya Sumber Lokal 3 Judul Peranan Komunikasi Interpersonal Guru Dalam Meningkatkan Pengetahuan Anak (Studi pada Guru-guru di TK Santa Lucia) Tuminting). Penulis Widya P. Pontoh. Tahun 2013. Metodologi Metode Kualitatif deskriptif . Teknik pengumpulan data : - Wawancara mendalam. - Pengamatan. - Studi dokumen. Teknik analisis data deskriptif dengan presentase. Hasil Penelitian - Peranan komunikasi interpersonal guru dalam meningkatkan pengetahuan anak sudah cukup baik dengan menggunakan komunikasi verbal dan non verbal. - Bahasa yang digunakan sudah tepat karena menggunakan bahasa Indonesia di sekolah dan juga disertai bahasa manado, untuk membantu pemahaman anak didiknya tentang materi pelajaran. - komunikasi non verbal oleh guru menggunakan gerakan, objek tambahan, isyarat, raut dan ekspresi wajah, simbol serta intonasi suara yang bervariasi. - Pesan dalam Komunikasi interpersonal guru dengan murid lebih kepada konsep pelajaran dan juga motivasi untuk lebih cepat dalam pemahaman. Perbedaan - Subjek penelitian yaitu guru dan murid. 14 - Objek penelitian di TK Santa Lucia Tuminting. - Peneliti hanya berperan sebagai pengamat tidak sampai sebagai pengamat berperanserta. Persamaan Sumber - Metode penelitian kualitatif deskriptif . - Metode wawancara mendalam dan studi dokumen. Journal “Acta Diurna” Vol I.No.I Th.2013. Universitas Sam Ratulangi. 15 Penelitian sebelumnya dari sumber internasional yag pertama ini memfokuskan penelitian pada kemampuan berkomunikasi dan komunikasi interpersonal antara pimpinan dan bawahan serta pengaruhnya terhadap cara pengorganisasian/mengelola sebuah organisasi. Ditemukan hasil dari penelitian ini dengan adanya kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik mampu mempermudah organisasi untuk mencapai tujuan serta mempermudah pimpinan untuk memilih tugas atau pekerjaan yang tepat untuk karyawannya. Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya Sumber Internasional 1 Judul The Effects of Communication Skills and Interpersonal Communication on Organizational Effectiveness of Iranian Sport Managers and Presenting a Model. Penulis Rasool Nazari, Mohammad Ehsani, Faredeh Ashraf Gango, and Hamid Ghasemi. Tahun 2011. Metodologi - Metode Kuantitatif. - Survey deskripsi. - Metode statistik melibatkan analisa dari dua tingkat statistik deskriptif dan inferensial. Hasil Penelitian - Analisa data menggunakan SPSS. - Hasil menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan antara kemampuan komunikasi dan komunikasi interpersonal antara pimpinan dan karyawan. - kemampuan komunikasi dan komunikasi interpersonal antara pimpinan dan karyawan mempermudah mencapai tujuan organisasi. Selain itu, kemampuan komunikasi interpersonal tiap orang juga mempermudah pimpinan untuk memilih tugas atau pekerjaan yang tepat untuk karyawannya (Nazari, 2011). Perbedaan - Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif . - Subjek penelitian yaitu karyawan dan manajer pimpinan. - Objek penelitian yaitu federasi olahraga di Iran. Persamaan Komunikasi interpersonal. Sumber Middle-East Journal of Scientific Research 10 (6): 702-710, 2011. 16 Penelitian sebelumnya dari sumber internasional yang kedua memfokuskan penelitiannya pada komunikasi yang dilakukan oleh ibu terhadap anak perempuannya untuk metransfer pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi. Ditemukan dalam penelitian ini bahwa komunikasi interpersonalah yang digunakan dan paling sering dilakukan di dalam rumah. Di sini komunikasi interpersonal merupakan instrumen yang penting dalam mengirimkan nilai, keyakinan, harapan dan pengetahuan tentang reproduksi. Tabel 2.5 Penelitian Sebelumnya Sumber Internasional 2 Judul Patterns of Mother - Daughter Communication for Reproductive Health Knowledge Transfer in Southern Nigeria. Penulis Koblowe Obono. Tahun 2012. Metodologi Metode penelitian Kualitatif dan kuantitatif . Teknik pengumpulan data: - Angket. - Wawancara. - Focus group discussions. Teknik analisa data: - Data kuantitatif (melalui angket dan dianalisa dengan SPSS). - Data Kualitatif (melalui hasil fokus diskusi kelompok dan wawancara kemudian dianalisa melalui ringkasan etnografis dan analisa konten). Analisa ini mengadopsi pendekatan deskriptif dan interpretif yang menekankan peran penting dari interpretasi dalam memahami nilai dan arti yang orang berikan dalam perilaku mereka. Hasil Penelitian - Menyimpulkan tempat yang sering digunakan antara remaja puteri dan ibunya untuk bertukar pikiran dan mentransfer ilmu pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah di dalam rumah. - Konteks, bentuk, tingkat, dan waktu berkomunikasi bervariasi di antara perempuan-perempuan dalam kelompok umur yang berbeda dan ini berdampak pada penerimaan atau penolakan 17 dari transfer pengetahuan mengenai reproduksi. - Efektifitas dari pertemuan komunikasi bertujuan memberitahu pada remaja putri tentang kesehatan reproduksi. - komunikasi menjadi instrumen penting dalam mengirimkan nilai, keyakinan, harapan dan pengetahuan tentang reproduksi. Perbedaan - Menggunakan metode penelitian campuran yaitu kuantitatif (angket) dan kualitattif (wawancara dan diskusi kelompok fokus). Persamaan - Subjek penelitian ibu dan remaja putri. - Objek penelitian Southern Nigeria. - Menggunakan wawancara sebagai teknik pengumpulan data. - Dalam menganalisa data kualitatif yang telah dikumpulkan, melakukan pendekatan deskriptif dan interpretif yang menekankan peran penting dari interpretasi dalam memahami nilai dan arti yang orang berikan dalam perilaku subjek penelitian. Sumber Komunikasi interpersonal. Global Media Journal - Canadian Edition ISSN: 1918-5901 (English) -- ISSN: 1918-591X (Français). 18 2.2 Landasan Konseptual 2.2.1 Komunikasi Riswandi (2013:1) memaparkan beberapa definisi tentang komunikasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya: a. Carl Hovland, Janis dan Kelley Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseoang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya/khalayak. b. Bernard Berelson dan Gary A.Steiner Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti katakata, gambar, angka-angka dan lain-lain. c. Harold Lasswell Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yag menjelaskan siapa mengatakan apa dengan saluran apa, kepada siapa, dan dengan akibat apa atau hasil apa. d. Barnlund Komunikasi timbul mengurangi rasa didorong ketidak oleh pastian, kebutuhan-kebutuhan bertindak secara untuk efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. e. Weaver Komunikasi adalah keseluruhan prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya. f. Gode Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. Dari berbagai definisi diatas, terlihat bahwa para ahli memberikan definisinya sesuai dengan sudut pandangnya dalam melihat komunikasi. Masing-masing 19 memberikan penekanan arti, ruang lingkup dan konteks yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa, ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu sosial adalah suatu ilmu yang bersifat multi-disipliner. UNICEF/National Planning Commission dalam Koblowe Obono (2012 : 96) menyampaikan “Communication touches every sphere of human activity and informs man’s actions. It operates through symbolic and verbal forms with meanings ascribed to its messages. Communication is instrumental for social interaction, control and knowledge transfer.” 2.2.2 Teori Komunikasi Teori komunikasi dalam West and Turner (2009) : a. Teori Interaksi Simbolik Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes dalam West and Turner (2009) mengatakan bahwa interaksi simbolik pada intinya sebuah kerangkan refensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lainnya, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana dunia ini sebaliknya membentuk perilaku manusia. Teori Interaksi Simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi. b. Teori Disonansi Kognitif Roger Brown dalam West and Turner (2009:137) menyatakan dasar dari teori ini mengikuti sebuah prinsip yang cukup sederhana: “keadaan disonansi kognitif dikatakan sebagai keadaan ketidaknyamanan psikologis atau ketegangan yang memotivasi usaha-usaha untuk mencapai konsonansi. Disonansi adalah sebutan untuk ketidakseimbangan dan konsonansi adalah sebutan untuk keseimbangan. c. Teori Pelanggaran Harapan Burgoon dalam West and Turner (2009:154) mengemukakan mengenai teori ini bahwa orang memiliki harapan mengenai perilaku nonverbal orang lain. Perunbahan yang terduga terjadi dalam jarak perbincangan antara para komuniktor dapat menimbulkan suatu perasaan tidak nyaman atau bahkan seringkali ambigu. d. Teori Pengurangan Ketidakpastian 20 West and Turner (2009: 173) berpendapat bahwa menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan teori komunikasi ini untuk mengurangi ketidakpastian diantara orang asing yang terlibat dalam pembicaraan satu sama lain untuk pertama kali. e. Teori Penetrasi Sosial Merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak dari komunikasi superfisial menuju ke komunikasi yang lebih intim. Daya tarik teori ini adalah pendekatannya yang langsung pada perkembangan hubungan. Pembukaan diri merupakan cara utama yang digunakan oleh sebuah hubungan ramah-tamah bergerak menuju hubungan yang inti. West and Turner (2009: 196-197). f. Teori Pertukaran sosial Teori ini didasarkan pada ide bahwa orang memandang hubungan mereka dalam konteks ekonomi dan mereka menghitung pengorbanan dan membandingkannya dengan penghargaan yang didapatkan dengan meneruskan hubungan itu. West and Turner (2009: 216) g. Teori dialektika relasional West and Turner (2009:235) mengemukakan pada teori ini menggambarkan hidup hubungan sebagai kemajuan dan pergerakan yang konstan. Orangorang yang terlibat di dalam hubungan terus merasakan dorongan dan tarikan dari keininan-keingina yang bertolak belakang di dalam seluruh bagian hidup yang berhubungan. h. Teori Manajemen Privasi Menurut Sandra Petronio dalam West and Turner (2009: 252) menjelaskan bahwa teori ini adalah teori praktis yang didesain untuk menjelaskan isu-isu “keseharian”. Teori ini juga menjelaskan proses yang digunakan orang-orang untuk mengelola hubungan antara menutupi dan mengungkapkan informasi privat. 2.2.3 Bentuk Komunikasi 21 Hidayat (2012: 36) menyatakan bentuk-bentuk komunikasi biasanya disesuaikan dengan jumlah peserta pada proses komunikasi berlangsung. Selain itu, juga dibedakan karena besarnya sasaran komunikasi: a. Komunikasi massa Yaitu komunikasi dengan menggunakan media massa dan sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang besar dan umunya tidak dikenal atau herogen. Komunikasi massa yang baik harus: pesan disusun dengan jelas, tidak rumit dan tidak bertele-tele, bahasa yang mudah dimengerti/dipahami, bentuk gambar yang baik dan membentuk kelompok khusus, misalnya kelompok pendengar radio. b. Komunikasi kelompok Adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang umumnya dapat dihitung dan dikenal dan merupakan komunikasi langsung dan timbal balik. Anwar Arfin berpendapat komunikasi kelompok adalah komunikais yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi, dan sebagainya. Michael Burgoon mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang tlah diketahui, yang mana masing-masing nggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi satu sama lain secara tepat. Komunikasi kelompok ini dapat dibagi dalam dua kategori yaitu kelompok besar dan kelompok kecil. Kelompok besar meliputi public speaking, ceramah. Sedangkan kelompok kecil seperti perkuliahan, diskusi panel, seminar, kelompok diskusi, dan yang lainnya. Yang membedakan kedua jenis kelompok ini adalah jumlah dari peserta kelompok. c. Komunikasi interpersonal Komunikasi interpersonal sering disebut pula sebagai komunikasi antarpribadi atau KAP, adalah komunikasi dengan tatap muka dan dapat juga melalui media seperti telepon, internet atau media lainnya, yang terjadi antara dua orang. Komunikasi interpersonal sangan efektif dalam 22 mengubah sikap atau perilaku karena satu sama lainnya terlibat komunikasi yang tinggi. d. Komunikasi intrapersonal Komunikasi yang terjadi pada diri sendiri atau komunikasi dalam diri yang merupakan wujud dari instropeksi diri atau sedang melakukan perenungan, dialog dengan diri sendiri. 2.2.4 Definisi Komunikasi interpersonal Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan penerimaan pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal , dan banyak lagi. Sebuah konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada tindakan komunikatif ketika ada individu yang terlibat tidak seperti bidang komunikasi seperti interaksi kelompok, dimana mungkin ada sejumlah besar individu yang terlibat dalam tindak komunikatif (Sarwono: 2009). Mulyana (2005) menyatakan “komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal”. Menurut Trenholm dan Jensen mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antar dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sifat komunikasi diadik yaitu : spontan dan informal, saling menerima feedback secara maksimal, serta partisipan berperan fleksibel (Suranto 2011: 3). Sedangkan menurut Arni Muhammad (2005:159) menyatakan bahwa “komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya”. Menurut West dan Turner dalam Toha dan Adity (2011: 167) menyebutkan bahwa Komunikasi antarpribadi banyak membahas tentang bagaimana suatu hubungan dimulai, dipertahankan, atau akan menjadi retak. Komunikasi dalam konteks antarpribadi ini meemberi fungsi berbagai macam saluran, yaitu penglihatan, pendengaran, sentuhan dan penciuman dalam suatu interaksi sehingga perubahanperubahan pada diri penerima pesan yang berkaitan dengan pengetahuan (kognitif), perasaan atau emosi (afektif), dan perilaku (konatif), baik menyangkut verbal maupun nonverbal akan cepat diketahui oleh komunikator. 23 Dalam Nazari, dkk (2011: 703), Graham menyebutkan “as the interpersonal communication can be used includes communications between individual selfawareness and self-disclosure, self-Expression and clarity, Awareness of others, Acceptance of feedback and finally coping with feeling and differences.” Sedangkan Menurut Beebe & Beebe dalam Widya (2013: 2), Komunikasi antarpribadi melibatkan paling sedikit dua orang yang mempunyai sifat, nilai-nilai pendapat, sikap, pikiran dan perilaku yang khas dan berbeda-beda. Selain itu komunikasi antarpribadi juga menuntut adanya tindakan saling memberi dan menerima diantara pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Dengan kata lain, para pelaku komunikasi saling bertukar informasi, pikiran, gagasan, dan sebagainya. Komunikasi interpersonal adalah sebuah bentuk khusus dari komunikasi manusia yang terjadi bila kita berinteraksi secara simultan dengan orang lain dan saling mempengaruhi secara mutual satu sama lain, interaksi yang simultan berarti bahwa para pelaku komunikasi mempunyai tindakan yang sama terhadap suatu informasi pada waktu yang sama pula. Pengaruh mutual berarti bahwa para pelaku komunikasi saling terpengaruh akibat adanya interaksi di antara mereka. Interaksi mempengaruhi pemikiran, perasaan dan cara mereka menginterpretasikan sebuah informasi. 2.2.5 Ciri komunikasi Interpersonal Dalam Holy Sumarina (2013 : 200-201), Liliweri menyebutkan ada delapan aspek yang merupakan ciri-ciri dari komunikasi interpersonal yaitu: a. Komunikasi interpersonal biasanya terjadi secara spontan. Maksudnya, biasanya komunikasi interpersonal terjadi secara kebetulan tanpa rencana sehingga pembicaraan terjadi secara spontan. b. Komunikasi interpersonal berkaitan dengan masalah penetapan tujuan. c. Komunikasi interpersonal merupakan kebetulan dan identitas peserta. Melalui pembicaraan secara interpersonal, hubungan dan identitas seseorang akan dapat diketahui. d. Komunikasi interpersonal merupakan bentuk akibat. Akibat disini yang dimaksud adalah hasil dari pembicaraan komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal mempunyai akibat yang disengaja dan tidak disengaja. 24 e. Komunikasi interpersonal sifatnya berbalas-balasan. Salah satu ciri khas dari komunikasi interpersonal adalah adanya timbal balik bergantian dan saling memberi maupun menerima informasi antara komunikator dan komunikan secara bergantian sehingga tercipta suasana dialogis. f. Komunikasi interpersonal berkaitan dengan masalah jumlah orang, suasana dan pengaruh. Manusia suka berkomunikasi dengan manusia lain, oleh karena itu tiap-tiap orang selalu berusaha agar mereka lebih dekat satu sama lain. g. Komunikasi interpersonal berkaitan dengan masalah hasil . Komunikasi interpersonal dikatakan sukses bila komunikasi itu menghasilkan sesuatu yang diharapkan, dan hasilnya nyata. Nyata dalam hal mengubah wawasan, perasaan, maupun perilaku. h. Komunikasi interpersonal merupakan pesan lambang-lambang bermakna. Proses komunikasi yang terjadi selalu mengalirkan pesan. Sedangkan Suranto berpendapat (2011: 14) bahwa komunikasi interpersonal merupakan jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila diamati dan dikomparasikan dengan jenis komunikasi lainnya, maka dapat dikemukakan ciri-ciri komunikasi interpersonal, antara lain: a. Arus pesan dua arah Komunikasi interpersonal menempatkan sumber pesan dan penerima dalam posisi yang sejajar, sehingga memicu terjadinya pola penyebaran pesan mengikuti arus dua arah. Artinya komunikator dan komunikan dapat berganti peran secara cepat. Seorang sumber pesan, dapat berubah peran sebagai penerima pesan, begitu pula sebaliknya. Arus pesan secara dua arah ini berlangsung secara berkelanjutan b. Suasana nonformal Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung dalam suasana nonformal. Berarti apabila komunikasi terjadi di sebuah instansi berarti komunikasi yang terjadi tidak berlangsung kaku berpegang pada hierarki jabatan dan prosedur birokrasi, namun lebih memilih pendekatan secara individu yang bersifat pertemanan. c. Umpan balik segera 25 Oleh karena komunikasi interpersonal biasanya mempertemukan para pelaku komunikasi secara tatap muka, maka umpan balik dapat diketahui dengan segera. d. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat Komunikasi interpersonal merupakan metode komunikasi antarindividu yang menuntut agar peserta komunikasi berada dalam jarak dekat, baik fisik maupun psikologis. Psikologis maksudnya menunjukkan keintiman hubungan antarindividu. e. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun non verbal. Peserta komunikasi berupaya saling meyakinkan, dengan mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun nonverbal secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat sesuai tujuan komunikasi. 2.2.6 Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dalam Diah (2011:73), Darmawan berpendapat mengenai efektivitas merupakan sesuatu yang tercapai, ingin dicapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Efektivitas juga merupakan suatu ukuran yang dinyatakan berapa jauh target (kualitas, kuantitas, waktu) telah tercapai. Efektivitas adalah kemampuan untuk menentukan kemampuan yang tepat. Efektivitas komunikasi interpersonal oleh Devito (2011: 285) dengan pendekatan humanistik, diantaranya: a. Keterbukaan (openness) Pada hakekatnya setiap manusia suka berkomunikasi dengan manusia lain, karena itu tiap-tiap orang selalu berusaha agar mereka lebih dekat satu sama lainnya. Faktor kedekatan atau proximity bisa menyatukan dua orang yang erat. Kedekatan antar pribadi mengakibatkan seseorang bisa dan mampu menyatakan pendapat-pendapatnya dengan bebas dan terbuka. Kebebasan dan keterbukaan akan memengaruhi berbagai variasi pesan baik verbal maupun nonverbal. Ini menunjukkan kualitas dari keterbukaan dari komunikasi antar pribadi yang mengandung dua aspek, yaitu aspek pertama keinginan untuk terbuka bagi setiap orang yang 26 berinteraksi dengan orang lain. Hal ini tidak berarti harus menceritakan semua latar belakang kehidupan. Namun yang penting ada kemauan untuk membuka diri pada masalah-masalah umum. Dari sini orang lain akan mengetahui pendapat, pikiran dan gagasannya sehingga komunikasi akan mudah dilakukan, dan aspek keinginan untuk menanggapi secara jujur semua stimuli yang datang kepadanya. Dengan demikian komunikasi interpersonal dapat dikatakan efektif jika keterbukaan dalam berkomunikasi ini dilakukan. Aspek kedua dari keterbukaan menunjuk pada kemauan seseorang untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain dengan jujur dan terus terang dan demikian pula sebaliknya. b. Empati (empathy) Kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang lain maupun mencoba merasakan dalam cara yang sama dengan perasaan orang lain. Dengan kerangka empati ini maka seseorang akan memahami posisinya dengan begitu tidak akan memberikan penilaian pada perilaku atau sikap orang lain sebagai perilaku atau sikap yang salah atau benar. c. Perilaku positif (positiviness) Dalam komunikasi interpersonal kualitas ini paling sedikitnya terdapat tiga aspek perbedaan atau unsur, yaitu komunikasi interpersonal akan berhasil jika terdapat perhatian yang positif terhadap diri seseorang, komunikasi interpersonal akan terpelihara baik jika suatu perasaan positif terhadap orang lain itu dikomunikasikan, suatu perasaan positif dalam situasi umum amat bermanfaat untuk mengefektifkan kerjasama. d. Perilaku suportif (suportiveness) Komunikasi interpersonal akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku suportif. Artinya seseorang dalam menghadapi suatu masalah tidak bersikap bertahan / defensif. Keterbukaan dan empati tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak suportif. Gibb dalam Devito (2009) tiga perilaku yang menimbulkan perilaku suportif, yakni deskriptif, spontanitas dan provisionalisme. Dalam perilaku deskriptif ditandai dengan perilaku evaluasi, strategi dan kepastian. Deskriptif artinya seseorang yang memiliki sifat ini lebih banyak meminta informasi atau deskripsi tentang suatu hal. Dalam suasana seperti ini biasanya orang tidak merasa dihina atau ditantang tetapi merasa dihargai. Sedangkan 27 orang yang memiliki sifat evaluatif cenderung menilai dan mengecam orang lain dengan menyebutkan kelemahan-kelemahan perilakunya. Spontanitas adalah individu yang terbuka dan terus terang tentang apa yang dipikirkannya. Biasanya orang seperti itu akan ditanggapi dengan cara yang sama terbuka dan terus terang. Provisionalisme adalah individu yang memiliki sikap berpikir terbuka, ada kemauan untuk mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia menerima pendapat orang lain bila pendapatnya keliru. Orang yang memiliki sifat ini tidak bertahan dengan pendapatnya sendiri sementara orang yang memiliki sifat kepastian merasa bahwa ia telah mengetahui segala sesuatunya dan merasa yakin bahwa pendapatnya yang paling benar. e. Kesamaan (equality) Kesamaan yaitu meliputi kesamaan dalam dua hal. Pertama kesamaan bidang pengalaman diantara para pelaku komunikasi. Artinya komunikasi antar pribadi umumnya akan lebih efektif bila para pelakunya mempunyai nilai, sikap, perilaku dan pengalaman yang sama. Namun hal ini tidak berarti bahwa ketidaksamaan tidaklah komunikatif. Komunikasi dengan individu yang tidak memiliki kesamaan tetap akan berjalan efektif apabila kedua belah pihak saling menyesuaikan diri. Kedua, kesamaan dalam percakapan diantara para pelaku komunikasi, maksudnya ada kesamaan dalam hal mengirim dan menerima pesan. Dalam setiap situasi seringkali terjadi ketidaksamaan. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksamaan ini komunikasi interpersonal akan lebih efektif kalau suasananya setara. Artinya harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga. Dalam hubungan antar pribadi yang ditandai oleh kesamaan, ketidaksependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada, jika dibandingkan sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesamaan tidak mengharuskan menerima dan menyetujui semua perilaku orang lain. Kesamaan berarti menerima pihak lain atau memberikan penghargaan yang positif tak bersyarat kepada pihak lain. 28 Pendekatan pragmatis atau sering dikatakan sebagai pendekatan “keras”, adakalanya dinamai model kompetensi, memusatkan pada perilaku spesifik yang harus digunakan oleh komunikator untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Model ini dikemukakan oleh Spitz, Cupatch, dan Hecht dalam Devito (2011: 291). Model ini juga menawarkan lima kualitas efektivitas, diataranya: a. Kepercayaan diri Komunikator yang efektif memiliki kepercayaan diri sosial, perasaan cemas tidak dengan mudah dilihat oleh orang lain. Komunikator yang efektif selalu merasa nyaman bersama orang lain dan merasa nyaman dalam situasi komunikasi pada umumnya. Kualitas ini juga memungkinkan pembicara berkomunikasi secara efektif dengan orangorang yang gelisah, pemalu, atau khawatir, dan membuat mereka merasa nyaman. b. Kebersatuan Kebersatuan mengacu pada penggabungan antara pembicara dan pendengar-terciptanya rasa kebersamaan dan kesatuan. Komunikator yang memperlihatkan kebersatuan mengisyaratkan minat dan perhatian. Bahasa yang menunjukkan kebersatuan umumnya ditanggapi lebih positif daripada bahasa yang tidak menunjukkan kebersatuan. Kebersatuan menyatukan pembicara dan pendengar. c. Manajemen interaksi Komunikator yang efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua pihak. Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorang pun merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh penting. Masing-masing pihak berkontribusi dalam keseluruhan komunikasi. d. Daya-pengungkapan Mengacu pada keterampilan mengomunikasikan kterlibatan tulus dalam interaksi antarpribadi. Kita berperan serta dalam permainan dan tidak sekadar menjadi penonton. Daya ekspresi sama dengan keterbukaan dalam hal penekanannya pada keterlibatan, dan ini mecangkup, misalnya ekspresi tanggung jawab atas pikiran dan perasaan, mendorong daya ekspresi atau keterbukaan orang lain, da memberikan umpan balik yang relevan dan patut. e. Orientasi ke pihak lain 29 Terlalu sering kita hanya memperhatikan diri sendiri, berorientasi kepada diri sendiri. Dalam interaksi antarpribadi, ini berbentuk mempercayakan diri sendiri, pengalaman, minat dan keinginan kita sendiri. Ini berarti kita mendominasi sebagian besar, jika tidak semua, pembicaraan, dan kurang atau tidak memperhatikan umpan balik verbal dan non verbal dari pihak lain. Orientasi kepada orang lain adalah lawan dari orientasi kepada diri sendiri. Orientasi mengacu pada kemampuan kita untuk menyesuaikan diri dengan lawan bicara selama perjumpaan antarpribadi. Orientasi ini mencakup pengomunikasian perhatian dan minat terhadap apa yang dikatakan lawan bicara. Sedangkan menurut Suranto AW (2011:79) komunikasi interpersonal dianggap efektif, jika orang lain memahami pesan yang disampaikan dengan benar, dan memberikan respon sesuai dengan yang diinginkan. Komunikasi ini dapat membantu mengantarkan seseorang kepada tercapainya tujuan tertentu. Sebaliknya, jika komunikasi interpersonal tidak berhasil, akibatnya bisa apa saja, dari sekedar membuang waktu, sampai akibat buruk yang tragis. 2.2.7 Tujuan Komunikasi Interpersonal Tujuan komunikasi interpersonal menurut Arni (2005:168) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan, yaitu: 1. Menemukan Diri Sendiri Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita. 2. Menemukan Dunia Luar Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih 30 banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal. 3. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain. 4. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu terlibat dalam posisi interpersonal. 5. Untuk Bermain Dan Kesenangan Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita. 6. Untuk Membantu Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya. 31 Dapat disimpulkan bahwa ketika melakukan komunikasi interpersonal, setiap individu dapat mempunyai tujuan yang berbedabeda, sesuai dengan kebutuhan masing-masing. 2.2.8 Komponen-komponen Komunikasi Interpersonal Dari pengertian komunikasi interpersonal yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa komponen yang harus ada dalam komunikasi interpersonal. Menurut Suranto A. W (2011: 9) komponen -komponen komunikasi interpersonal yaitu: 1) Sumber/ komunikator Merupakan orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, yakni keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri, baik yang bersifat emosional maupun informasional dengan orang lain. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan untuk memperoleh pengakuan sosial sampai pada keinginan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain. Dalam konteks komunikasi interpersonal komunikator adalah individu yang menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan pesan. 2) Encoding Encoding adalah suatu aktifitas internal pada komunikator dalam menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan non verbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan karakteristik komunikan. 3) Pesan Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol- simbol baik verbal maupun non verbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili keadaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. Dalam aktivitas komunikasi, pesan merupakan unsur yang sangat penting. Pesan itulah disampaikan oleh komunikator untuk diterima dan diinterpretasi oleh komunikan. 4) Saluran Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima atau yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum. Dalam konteks komunikasi interpersonal, penggunaan saluran atau media semata-mata 32 karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan komunikasi secara tatap muka. 5) Penerima/ komunikan Adalah seseorang yang menerima, memahami, dan menginterpretasi pesan. Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima bersifat aktif, selain menerima pesan melakukan pula proses interpretasi dan memberikan umpan balik. Berdasarkan umpan balik dari komunikan inilah seorang komunikator akan dapat mengetahui keefektifan komunikasi yang telah dilakukan, apakah makna pesan dapat dipahami secara bersama oleh kedua belah pihak yakni komunikator dan komunikan. 6) Decoding Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melaui indera, penerima mendapatkan macammacam data dalam bentuk “mentah”, berupa kata-kata dan simbol- simbol yang harus diubah kedalam pengalamanpengalaman yang mengandung makna. Secara bertahap dimulai dari proses sensasi, yaitu proses di mana indera menangkap stimuli. 7) Respon Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai sebuah tanggapan terhadap pesan. Respon dapat bersifat positif, netral, maupun negatif. Respon positif apabila sesuai dengan yang dikehendaki komunikator. Netral berarti respon itu tidak menerima ataupun menolak keinginan komunikator. Dikatakan respon negatif apabila tanggapan yang diberikan bertentangan dengan yang diinginkan oleh komunikator. 8) Gangguan (noise) Gangguan atau noise atau barier beraneka ragam, untuk itu harus didefinisikan dan dianalisis. Noise dapat terjadi di dalam komponenkomponen manapun dari sistem komunikasi. Noise merupakan apa saja yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan, termasuk yang bersifat fisik dan phsikis. 9) Konteks komunikasi Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak ada tiga dimensi yaitu ruang, waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada 33 lingkungan konkrit dan nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti ruangan, halaman dan jalanan. Konteks waktu menunjuk pada waktu kapan komunikasi tersebut dilaksanakan, misalnya: pagi, siang, sore, malam. Konteks nilai, meliputi nilai sosial dan budaya yang mempengaruhi suasana komunikasi, seperti: adat istiadat, situasi rumah, norma pergaulan, etika, tata krama, dan sebagainya. Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Orang yang saling berkomunikasi tersebut adalah sumber dan penerima. Sumber melakukan encoding untuk menciptakan dan memformulasikan menggunakan saluran. Penerima melakukan decoding untuk memahami pesan, dan selanjutnya menyampaikan respon atau umpan balik. Tidak dapat dihindarkan bahwa proses komunikasi senantiasa terkait dengan konteks tertentu, misalnya konteks waktu. Hambatan dapat terjadi pada sumber, encoding, pesan, saluran, decoding, maupun pada diri penerima. 2.2.9 Fungsi Komunikasi Interpersonal yang Efektif Dalam semua aktivitas tersebut, esensi komunikasi interpersonal yang berhasil adalah proses saling berbagi (sharing) informasi yang menguntungkan kedua belah pihak, dan orang-orang yang melakukan komunikasi. Lain halnya dengan Hafied Cangara (2004: 24) yang menyatakan bahwa fungsi komunikasi antarpribadi adalah berusaha meningkatkan hubungan insani (human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian. Komunikasi antarpribadi, dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan di antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang bisa memperoleh kemudahan dalam hidupnya. Melalui komunikasi antarpribadi, kita dapat berusaha membina hubungan yang baik, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik di antara kita atau pun dengan orang lain. 2.2.10 Hambatan Komunikasi Interpersonal Meskipun komunikasi efektif dapat ditunjang oleh berbagai kesamaan karakter dari pihak-pihak yang berkomunikasi, tetapi ada masalah-masalah yang berpotensi menjadi penghalang komunikasi efektif. Menurut Stephen P. Robbins 34 dalam Susanto (2010: 14) pembahasan tentang perilaku organisasi yang dihubungkan dengan peran atau pun eksistensi komunikasi dalam organisasi, memaparkan tiga faktor yang berpotensi menghambat tercapainya komunikasi, yaitu: 1) Penyaringan atau manipulasi terhadap informasi, dengan tujuan supaya menguntungkan atau merugikan bagi penerima informasi. 2) Persepsi selektif, melihat, mendengar berdasarkan kebutuhan individual. Tindakan ini cenderung mengabaikan substansi pesan yang lebih luas, tetapi hanya menggaris bawahi pesan yang dibutuhkan. 3) Emosi atau perasaan penerima ketika menerima pesan. Jika penerima pesan dalam keadaan emosi, maka pengirim pesan sulit untuk memperoleh respon yang diharapkan. Sedangkan menurut Sunarto dalam Holy Sumarina (2013: 201) menyebutkan bahwa ada 3 aspek hambatan komunikasi interpersonal, yaitu: a. Hambatan Mekanik Timbul akibat adanya gangguan pada saluran komunikasi, seperti tergangguanya saluran magnetik radio oleh getaran-getaran sehinga pesan yang disampaikan menjadi kurang jelas. b. Hambatan Semantik Sering terjadi dalam tahap proses komunikasi, karena berkisar pada masalah apa yang dikomunikasikan dan disampaikan pada tahap-tahap komunikasi. Suatu pesan akan berarti lain pada seseorang dalam konteks yang berbeda, hal ini disebabkan adanya gangguan komunikator karena salah persepsi. c. Hambatan Manusiawi Segala masalah yang paling semu daam semua proses komunikasi karena berasal dalam diri manusia seniri. Terjadi karena faktor emosi dan prasangka pribadi, kemampuan atau ketidakmampuan alat panca indera. 2.2.11 Organisasi Nonprofit 35 Menurut Morissan (2008:89-90) organisasi nonprofit didirikan untuk mencapai tujuan yang bersifat nonbisnis atau tidak mencari keuntungan. Organisasi nonprofit dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Organisasi nonprofit pemerintah, yaitu organisasi yang kegiatan operasionalnya dibiayai pemerintah atau negara seperti: lembaga atau badan pemerintah, departemen/kementrian, lembagga negara,dsb. 2. Organisasi nonprofit bukan pemerintah adalah organisasi yang kegiatan operasionalnya tidak tergantung pada bantuan pemerintah seperti: partai politik, lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisai kemasyarakatan (ormas), organisasi agama, dan sebagainya. Organisasi nonprofit bukan pemerintah menggantungkan operasional kegiatannya dari sumbangan para donatur. Para donatur bagi organisasi nonprofit bukan pemerintah terdiri atas donatur perorangan, organisasi, perusahaan atau bisa juga lembaga permerintah yang bersimpati dengan gerakan atau tujuan organisasi bersangkutan. Organisasi nonpemerintah seperti ini sangat bergantung pada kegiatan pengumpulan dana yang kerap diadakan untuk menunjang operasionalnya. 36 2.3 Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai proses komunikasi interpersonal antara relawan dan calon relawan pada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Jakarta Barat. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada data awal yang didapatkan peneliti bahwa Jumlah Relawan Tzu Chi di Jakarta Barat Bertambah dan Relawan Tzu Chi banyak ikut handil dalam menambah jumlah anggota mereka demi mencapai apa yang menjadi tujuan Tzu Chi. Cara yang diterapkan relawan yaitu komunikasi interpersonal yang efektif terhadap calon relawan. Maka dari itu peneliti menekankan/memfokuskan penelitiannya terhadap gambaran proses komunikasi interpersonal yang efektif ditinjau dari aspek keterbukaan, empati, perilaku positif, perilaku positif, dan kesamaan. Selain itu juga peneliti ingin mengetahui hambatan apa saja yang ditemukan oleh relawan maupun calon relawan saat melakukan komunikasi interpersonal. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Perkembangan Jumlah Relawan Tzu Chi di Jakarta Barat Relawan Berperan Dalam Menambah Jumlah Anggota Mereka. Proses Komunikasi Interpersonal yang Efektif Sebagai Salah Satu Cara. Gambaran Proses Komunikasi Interpersonal Yang Ditinjau Dari Aspek keterbukaan, Empati, Perilaku Positif, Perilaku Suportif & Kesamaan. Relawan. Hambatan Komunikasi Interpersonal (Mekanik, Semantik, Manusiawi). Calon Relawan.