55 hubungan pengetahuan tentang kanker serviks dengan perilaku

advertisement
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN
PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA
USIA ANTARA 30 – 45 TAHUN
Christianto Nugroho*, Ardhita Arie S.**
*) Dosen Akper Pamenang Pare – Kediri
**) Perawat RSUD Pare - Kediri
Cervical cancer is a malignant process that occurs in the cervix, so that its surrounding tissue can not
perform the function properly. Pap Smear is a method of examination of cells taken from the cervix and then
examined under a microscope to see the changes that occur from such cells. Pap Smear Behaviour can be
influenced by several factors such as, knowledge. Based on research results in sub-village Bulurejo RW 1 RT 1,
2, 3, 4, 5. from the total respondents who researched, data obtained the majority of respondents have good
knowledge about cervical cancer but only a small proportion that checked of Pap Smear is fine. The purpose of
this study was to examine the relationship between knowledge about the behavior of Cervical Cancer by Pap
Smear in women aged between 30-45 years in Village of Bulurejo village of Kawedusan district of Plosoklaten,
Kediri regency.
Research design used Cross sectional that is a study that emphasizes the time of measurement /
observation data dependent and independent variables only once at a time, the population in this study are
women aged between 30-45 years in the sub village of Bulurejo RW 1 RT 1, 2, 3, 4, 5 Village of Kawedusan,
district of Plosoklaten, Kediri regency (P value 0.018 <0.005 (α)) (Ho rejected). Relations between the two
variables is positive and low (correlation coefficient 0.333) its mean the better knowledge about Cervical
Cancer so the better of the examination behavior of Pap Smear.
Results of research showed that most respondents have knowledge about Cervical Cancer in good
categories amount to 29 respondents (45.31%) and only 6 respondents (9.37%) had a examination of Pap
Smear behavior of a total 64 respondents.
Results of research are that there is a relationship between knowledge of cervical cancer with Pap smear
behavior so that knowledge about cervical cancer and Pap smear tests need to be improved. But there are some
respondents with good knowledge level but does not perform Pap smears well. This can be influenced by several
factors, including the factors of culture, beliefs and also the resources (facilities, money, time, and energy)
Keywords: Knowledge, Cervical Cancer, Behavior, Pap Smear
seseorang menderita kanker leher rahim (Yohanes
Riono, 1999). Menurut Menkes, salah satu alasan
penyebab kematian akibat kanker di Indonesia adalah
karena penderita tidak melakukan deteksi sejak dini
(Cax, 2008). Hal tersebut terjadi salah satunya adalah
karena tidak banyak perempuan yang mengenal organ
reproduksinya dengan baik, mengetahui penyebab
kanker serviks, dapat menghindari faktor resiko dan
mencegahnya (Elok Dyah, 2008).
Kanker serviks adalah kanker terbanyak
penderitanya dari 10 jenis kanker yang ada. Angka
prevalensi kanker serviks di dunia masih sangat tinggi
termasuk di asia tenggara. Menurut data Globocan
2002, kasus kanker serviks di dunia adalah sekitar
Latar Belakang
Kanker servik atau servical cancer adalah kanker
yang terjadi pada daerah leher rahim atau serviks. Jadi
yang diserang adalah bagian rahim yang
menghubungkan rahim sebelah atas dengan vagina
(Debby lukito, 2008). Kanker serviks merupakan
karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita (Arif
mansjoer dkk, 2001). Layaknya semua kanker, kanker
leher rahim terjadi ditandai dengan adanya
pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak
lazim (abnormal). Sel-sel yang abnormal tersebut
dapat dideteksi kehadirannya dengan suatu test yang
disebut “Pap smear test”, sehingga semakin dini selsel abnormal tadi terdeteksi, semakin rendahlah resiko
Jurnal AKP
55
No. 3, 1 Januari – 30 Juni 2011
500.000 kasus baru dengan 250.000 kematian setiap
tahunnya. Di Indonesia diperkirakan ada sekitar 41
kasus baru ditemukan setiap harinya yang berujung
pada kematian 20 orang perhari (Elok Dyah, 2008).
Setiap hari sedikitnya ada 8 hingga 10 kasus kanker
mulut rahim di RSUD dr. Soetomo Surabaya. Setiap
tahun rata-rata ditemukan kasus baru kanker serviks
300-350 orang. (Dinas Komunikasi dan Informatika
Prov. Jatim, 2009). Sedangkan menurut data, metode
deteksi dini kanker rahim menggunakan pap smear
baru mencakup 5% dari jumlah perempuan di
Indonesia
(Cax,
2008).
Berdasarkan
Studi
pendahuluan pada 5 orang Wanita yang berusia antara
30-45 tahun di Dusun Bulurejo, Desa Kawedusan,
Kecamatan Plosoklaten 3 responden (60%)
mengatakan tidak tahu tentang kanker serviks, 1
responden (20%) mengatakan tahu tentang kanker
serviks tapi tidak melakukan pemeriksaan pap smear,
dan 1 responden (20%) mengatakan tahu tentang
kanker serviks dan mengatakan pernah melakukan
pap smear.
Rendahnya pengetahuan dan kesadaran akan
bahaya kanker serviks menyebabkan penderita yang
berobat ke rumah sakit biasanya datang dalam
stadium lanjut dan sulit disembuhkan. (Elok Dyah,
2008). Pengetahuan merupakan domain kognitif yang
mempengaruhi perilaku seseorang (Notoatmodjo,
2003). Jadi bila perilaku seseorang terhadap suatu hal
buruk, maka dapat dipastikan bahwa pengetahuan
orang terhadap hal tersebut rendah. Rendahnya
pengetahuan dan kesadaran wanita diperkirakan
karena kurangnya informasi mengenai kanker serviks
dan pap smear. Sehingga tidak banyak wanita yang
melakukan pemeriksaan dini munculnya kanker.
Sehingga apabila muncul sel – sel abnormal di area
serviks tidak diketahui dan tidak dilakukan
pengobatan. Hal tersebut menyebabkan semakin
tingginya angka kematian wanita yang disebabkan
kanker serviks.
Memperhatikan akibat yang mungkin muncul
dari terlambatnya penderita kanker serviks pergi
berobat yang disebabkan karena tidak melakukan
pemeriksaan dini karena kurangnya pengetahuan dan
kesadaran tentang kanker serviks dan pap smear,
maka dapat dilakukan upaya mengatasinya yaitu
dengan jalan menambah pengetahuan tentang kanker
seviks dan pap smear terutama pada wanita usia
antara 30-45 tahun melalui penyuluhan baik di
lembaga kesehatan maupun melalui media massa.
Hubungan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks
Dengan Perilaku Pemeriksaan Pap Smear ...
56
Selain itu dengan ditunjangnya fasilitas kesehatan
yang baik dan biaya yang terjangkau akan dapat
membuat
seseorang
semakin
aktif
dalam
memeriksakan dirinya. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk meneliti hubungan antara pengetahuan
tentang kanker serviks dengan perilaku pemeriksaan
pap smear pada wanita usia 30-45 tahun.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat
dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
“Adakah hubungan antara pengetahuan tentang
kanker serviks dengan perilaku pemeriksaan pap
smear pada wanita usia 30-45 tahun di Dusun
Bulurejo Desa Kawedusan Kecamatan Plosoklaten
Kabupaten Kediri?”
Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang
kanker serviks dengan perilaku pemeriksaan Pap
smear pada wanita usia 30-45 tahun di Dusun
Bulurejo.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan tentang kanker
serviks pada wanita usia 30-45 tahun di
Dusun Bulurejo.
b. Mengidentifikasi perilaku pemeriksaan pap
smear pada wanita usia 30-45 tahun di Dusun
Bulurejo.
c. Menganalisis hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang kanker serviks dengan
perilaku pemeriksaan Pap smear pada wanita
usia 30-45 tahun di Dusun Bulurejo.
Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah desain penelitian analitik yaitu
penelitian observasional dimana peneliti menetapkan
tujuan untuk menganalisis, ada tidaknya hubungan
atau beda antara dua atau lebih kelompok atau
variabel (Tamsuri, 2008). Adapun desain penelitian
analitik yang digunakan adalah crossectional. Desain
crossectional
adalah
jenis
penelitian
yang
menekankan pada waktu pengukuran atau observasi
data variabel independent dan dependen hanya satu
kali pada satu saat (Nursalam, 2003).
Variabel penelitian ini adalah pengetahuan
tentang kanker serviks sebagai variabel independen
dan variabel tergantung adalah perilaku pemeriksaan
papsmear.
Penelitian diselenggarakan di Dusun Bulurejo
RW 1 RT 1, 2, 3, 4, 5 Desa Kawedusan Kecamatan
Plosoklaten Kabupaten Kediri pada tanggal 10
September 2009 sampai 10 Mei 2010.
Populasi penelitian ini adalah seluruh warga
Dusun Bulurejo RW 1 RT 1, 2, 3, 4, 5 Desa
Kawedusan Kecamatan Plosoklatan Kabupaten Kediri
yang berjenis kelamin perempuan berusia 30-45 tahun
sebanyak 77 orang. Dalam penelitian ini sampel yang
diambil adalah sebagian dari warga Dusun Bulurejo
RW 1 RT 1, 2, 3, 4, 5 Desa Kawedusan yang berjenis
kelamin perempuan berusia 30-45 tahun sebanyak 64
orang dimana sampel tersebut sesuai dengan kriteria
inklusi sebagai berikut: 1)Warga yang bisa baca tulis.
2) Warga yang bersedia menjadi responden. Pada
penelitian ini tekhnik sampling yang digunakan
adalah purposive sampling. Purposive sampling
adalah suatu tekhnik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki
peneliti
(tujuan/masalah
dalam
penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya
(Notoatmodjo, 2008).
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner.
Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah
kuesioner yang dibuat oleh peneliti sendiri, bentuk
pertanyaan tertutup (closed ended) yaitu multiple
choice atau kueisioner yang jawabanya sudah tersedia
sehingga tinggal memilih. Kuesioner ini belum di uji
cobakan karena keterbatasan waktu sehingga hanya di
konsulkan ke dosen pembimbing.
Analisis data dilakukan dengan tahapan editing
yaitu menyunting apakah data hasil pengumpulan data
telah siap digunakan untuk proses selanjutnya; coding
yaitu memberikan kode terhadap jawaban responden,
scoring yaitu tahapan penilaian hasil jawaban
responden dan tabulating adalah kegiatan mentabulasi
data sehingga menjadi satu kesatuan utuh sebagai
bentuk presentasi data penelitian Untuk pengolahan
data hubungan antara pengetahuan tentang kanker
serviks dengan perilaku pemeriksaan Pap smear
dilakukan dengan tabulasi. Yang dimaksud dengan
tabulating / tabulasi adalah penyusunan data dalam
bentuk tabel. Setelah data dikategorikan, dilakukan
analisa data. Analisa data yang dilakukan adalah
analisis univariate yaitu analisis yang dilakukan
terhadap tiap variabel dari hasil penelitian
Jurnal AKP
(Notoatmodjo, 2005). Uji statistik analitik kedua
variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji koefisien kontingensi karena salah
satu variabel dinyatakan dalam skala nominal
(Nursalam, 2003). Alat Bantu yang digunakan
software computer program SPSS. Cara penarikan
kesimpulan didasarkan dari hasil uji koefisien
kontingensi. Jika Ho ditolak maka dapat disimpulkan
ada pengaruh dan sebaliknya jika Ho diterima maka
tidak ada pengaruh.
Hasil Penelitian
Data Umum
a. Karakteristik Usia Responden
22; 34,37%
22; 34,37%
20; 31,25%
30 - 35 Tahun
36 - 40 Tahun
41 - 45 Tahun
Dari diagram di atas menunjukkan bahwa dari
64 responden didapatkan sebagian besar responden
dengan jumlah terbanyak ada di rentang usia 30 –
35 tahun yaitu sebanyak 22 responden (34,37%)
dan di rentang usia 41 – 45 tahun sebanyak 22
responden (34,37%) dan sebagian kecil responden
dengan jumlah terkecil ada di rentang usia 36 – 40
tahun sebanyak 20 responden (31,25%)
b. Karakteristik Pendidikan Responden
9; 14,06%
24; 37,5%
16; 25%
15; 23,44%
SD
SMP
SMU
Perguruan Tinggi
Dari diagram di atas menunjukkan bahwa dari
total 64 responden didapatkan sebagian besar
responden berpendidikan SD berjumlah 24
57
No. 3, 1 Januari – 30 Juni 2011
responden (37,5 %) dan sebagian kecil responden
berpendidikan Perguruan Tinggi berjumlah 9
responden (14,06 %)
b. Perilaku Pemeriksaan Pap Smear
6; 9,37%
c. Karakteristik Pekerjaan Responden
3; 4,69%
26; 40,62%
20; 31,25%
58; 90,62%
Baik
Tidak Baik
15; 23,44%
Ibu Rumah Tangga
Buruh
Wiras wasta
PNS
Dari diagram di atas menunjukkan bahwa dari
64 responden didapatkan sebagian besar responden
adalah ibu rumah tangga sebanyak 26 responden
(40,62 %) dan sebagian kecil responden adalah
PNS sebanyak 3 responden (4,69 %)
Data Khusus
a. Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Antara 30 – 45
Tentang Kanker Serviks
14;
21,87%
Dari diagram di atas menunjukkan bahwa dari
64 responden didapatkan sebagian besar responden
memiliki perilaku pemeriksaan pap smear tidak
baik sebanyak 58 responden (90,62 %) dan
sebagian kecil responden memiliki perilaku
pemeriksaan pap smear baik sebanyak 6 responden
(9,37 %)
c. Hubungan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia
Antara 30 – 45 Tentang Kanker Serviks dengan
Perilaku Pemeriksaan Pap Smear
Tingkat
Pengetahuan
Baik
29; 45,31%
Cukup
Kurang
21;
32,81%
Total
Baik
Cukup
Perilaku Pemeriksaan Pap Smear
Baik
Tidak
Total
Baik
6
23
29
(9,37%)
(35,94%)
(45,31%)
0
21
21
(0%)
(32,81%)
(32,81%)
0
14
14
(0%)
(21,87%)
(21,87%)
6
58
64
(9,37%)
(90,62%)
(100%)
Kurang
Dari diagram di atas menunjukkan bahwa dari
64 responden didapatkan sebagian besar responden
memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 29
responden (45,31 %), dan sebagian kecil
responden memiliki pengetahuan kurang sebanyak
14 responden (21,87 %)
Hubungan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks
Dengan Perilaku Pemeriksaan Pap Smear ...
58
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 64
responden terdapat 6 (9,37 %) responden dengan
tingkat pengetahuan baik memiliki perilaku baik
dalam pemeriksaan pap smear. Terdapat 23 (35.94
%) responden dengan tingkat pengetahuan baik
memiliki perilaku pemeriksaan pap smear tidak
baik. Terdapat 21 (32,81 %) responden dengan
pengetahuan cukup memiliki perilaku pemeriksaan
pap smear tidak baik. Terdapat 14 (21,87 %)
responden dengan tingkat pengetahuan kurang,
memiliki perilaku pemeriksaan pap smear tidak
baik.
Dari tabel di atas didapatkan ada hubungan
antara pengetahuan tentang kanker serviks dengan
perilaku pemeriksaan pap smear pada wanita usia
antara 30 – 45 tahun di Dusun Bulurejo RW 1 RT
1, 2, 3, 4, 5 Desa Kawedusan Kecamatan
Plosoklaten Kabupaten Kediri Yaitu P Value 0,018
[< 0,05 (α)] berarti Ho ditolak. Hubungan kedua
variabel adalah positif dan rendah (correlation
coefficient 0,333), artinya semakin baik
pengetahuan tentang kanker serviks maka semakin
baik pula perilaku pemeriksaan pap smear.
ini disebabkan semakin mudahnya seseorang untuk
mendapatkan informasi yaitu dari penyuluhan
tenaga kesehatan, media massa baik media cetak
maupun elektronik, internet dan lain sebagainya
yang mendukung kemajuan pengetahuan seseorang
tentang kanker serviks. Untuk menjaga agar
pengetahuan warga tetap baik dan meningkat,
maka pemerintah perlu secara rutin memberikan
penyuluhan tentang kanker serviks dan pap smear.
2. Perilaku Pemeriksaan Pap Smear
Berdasarkan hasil penelitian di atas diperoleh
data bahwa 6 responden (9,37 %) memiliki
perilaku yang baik dalam pemeriksaan pap smear,
dan 58 responden (90,62 %) tidak melakukan
pemeriksaan pap smear dengan baik.
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2003). Perilaku menurut Skinner
(1938) yang dikutip (Suliha, dkk, 2002) adalah
hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan
tanggapan (respons). Ensiklopedi Amerika yang
dikutip Notoatmodjo (2003) perilaku sebagai suatu
aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya.
Perilaku pemeriksaan Pap smear yang
diharapkan adalah perilaku pemeriksaan yang
memenuhi anjuran pemeriksaan Pap Smear yang
baik dan benar. Namun demikian belum tentu
semua orang telah berperilaku memenuhi anjuran
pemeriksaan Pap Smear yang baik dan benar. Hal
ini terjadi karena pada dasarnya banyak faktor
yang mempengaruhi perilaku seseorang. Menurut
WHO yang dikutip Notoatmodjo (2005)
determinant perilaku tersebut meliputi pemikiran
dan perasaan (thoughts and feeling), adanya acuan
atau referensi dari seseorang atau pribadi yang
dipercayai (personal preferences), sumber daya
(resources) yang tersedia merupakan pendukung
untuk terjadinya perilaku, dan sosio budaya
(culture).
Jika didapatkan didapatkan sebagian besar
responden memiliki perilaku pemeriksaan Pap
Smear yang tidak baik maka hal ini dapat juga
disebabkan oleh berbagai faktor di atas yakni
pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling),
adanya acuan atau referensi dari seseorang atau
pribadi yang dipercayai (personal preferences),
sumber daya (resources) yang tersedia merupakan
pendukung untuk terjadinya perilaku dan sosio
Pembahasan
Setelah dilakukan analisa data dan interpretasi
data maka ada beberapa yang perlu dibahas yaitu
tingkat pengetahuan wanita usia antara 30 – 45 tahun
tentang kanker serviks, perilaku pemeriksaan pap
smear, dan hubungan antara pengetahuan tentang
kanker serviks dengan perilaku pemeriksaan pap
smear pada wanita usia antara 30 – 45 tahun.
1. Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks
Berdasarkan hasil penelitian di atas diperoleh
data 29 responden (45,31 %) berpengetahuan baik,
21 responden (32,81 %) berpengetahuan cukup,
dan 14 responden (21,87 %) berpengetahuan
kurang tentang kanker serviks.
Pengetahuan adalah hasil dari ranah tahu dan
ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pendengaran, penciuman, raba, dan rasa. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga (Notoatmojo, 2003). Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang karena dari
pengamatan dan penelitian ternyata perilaku yang
didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada
yang
tidak
didasari
pengetahuan
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan seseorang bisa dipengaruhi
faktor umur, pendidikan, pengalaman, ekonomi
dan informasi (Nursalam dan Pariani, 2001).
Disamping itu, semakin tinggi pendidikan
seseorang akan semakin baik cara menerima
informasi, juga semakin banyak informasi yang
diperoleh, maka semakin tinggi pula pengetahuan
(Notoatmojo, 2002).
Dari hasil penelitian di atas didapatkan
sebagian besar responden memiliki pengetahun
baik tentang kanker serviks, menurut peneliti hal
Jurnal AKP
59
No. 3, 1 Januari – 30 Juni 2011
budaya (culture). Jika seseorang tidak pernah
memiliki pemikiran mengenai kerugian tidak
menjalani pemeriksaan Pap Smear dengan baik
dan benar terhadap masalah kesehatan, maka
mustahil orang tersebut melakukan pemeriksaan
Pap Smear dengan baik dan benar sesuai anjuran.
Selain itu adanya acuan atau referensi juga dapat
mempengaruhi perilaku pemeriksaan Pap Smear
seseorang. Maksud dari pernyataan ini adalah bila
di daerah tersebut orang-orang yang dijadikan
acuan atau referensi (bisa tokoh masyarakat seperti
perangkat desa sampai ibu kepala desa, tokoh
agama, atau bisa juga tokoh adat) ternyata tidak
menjalani pemeriksaan Pap Smear dengan baik
dan benar, maka umumnya warga juga tidak akan
melakukan pemeriksaan Pap Smear dengan baik
dan benar. Mereka berfikir orang yang patut
dicontoh saja tidak melakukan pemerikaan dengan
baik dan benar maka sudah sewajarnya mereka
juga tidak melakukan pemeriksaan dengan baik
dan benar. Faktor sumber daya juga menjadi faktor
yang sangat mempengaruhi seseorang untuk
melakukan pemeriksaan Pap Smear. Hal ini dapat
dilihat pada masyarakat miskin atau masyarakat
dengan pendapatan rendah, penghasilan yang
didapat untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari terkadang tidak cukup, apalagi harus
melakukan pemeriksaan Pap Smear dengan biaya
yang tidak sedikit. Yang tidak kalah penting adalah
budaya masyarakat setempat, apabila di suatu
daerah tidak terbiasa menerima hal baru dari dunia
kesehatan, salah satunya adalah metode
pemeriksaan Pap Smear maka masyarakat juga
tidak akan menjalani Pemeriksaan Pap Smear
dengan baik dan benar karena sudah membudaya
di daerah tersebut. Belum lagi adanya masalah
etika atau norma dari pemeriksaan Pap Smear yang
dianggap tabu karena pemeriksaan ini mengambil
bahan pemeriksaan langsung dari serviks melalui
vagina yang sudah barang tentu hal ini menjadi
sesuatu yang tidak lazim bagi masyarakat.
Melihat hal di atas, masalah tersebut dapat
diatasi dengan jalan meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang kerugian tidak menjalani
pemeriksaan pap smear dengan baik dengan
harapan akan muncul pemikiran dan kesadaran
dari masyarakat itu sendiri untuk menjalani
pemeriksaan pap smear. Perlu juga adanya sosok
panutan sebagai acuan pemeriksaan pap smear
Hubungan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks
Dengan Perilaku Pemeriksaan Pap Smear ...
60
yang rutin dan baik sehingga bisa menjadi suri
tauladan yang baik bagi masyarakat dalam
pemeriksaan pap smear. Untuk masalah sumber
daya yang berkaitan dengan finansial dapat diatasi
dengan memberikan pelayanan pemeriksaan pap
smear dengan biaya terjangkau atau bahkan gratis
bila ada kerjasama yang baik antara petugas
kesehatan dengan pemerintah desa dalam
pengadaan biaya pemeriksaan pap smear bagi
masyarakat atau dapat juga dengan cara
menyediakan fasilitas pap smear bagi masyarakat.
Masalah etika atau norma pada pemeriksaan yang
masih dianggap tabu bagi masyarakat dapat diatasi
dengan memberikan penjelasan dan penegasan
tentang pentingnya pap smear bagi kesehatan dan
pemeriksaan pap smear bisa dilakukan oleh
petugas kesehatan yang sama-sama wanita.
3. Hubungan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks
Dengan Perilaku Pemeriksaan Pap Smear.
Berdasarkan hasil penelitian di atas diperoleh
data dari 64 responden, 29 responden (45,31 %)
memiliki pengetahuan baik, 6 responden (9,37 %)
memiliki perilaku yang baik dalam pemeriksaan
pap smear, 23 responden (35,94 %) memiliki
perilaku yang tidak baik dalam pemeriksaan pap
smear. 21 responden (32,81 %)
memiliki
pengetahuan cukup, tidak ada yang memiliki
perilaku baik dalam pemeriksaan pap smear. Dan
14 responden (21,87 %) memiliki pengetahuan
kurang, tidak ada yang memiliki perilaku baik
dalam pemeriksaan pap smear.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ada
hubungan antara pengetahuan tentang kanker
serviks dengan perilaku pemeriksaan pap smear
pada warga Dusun Bulurejo Desa Kawedusan
Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri Yaitu P
Value 0,018 [<0,05(α)] berarti Ho ditolak.
Hubungan kedua variabel adalah positif dan
rendah (correlation coefficient 0,333), artinya
semakin baik pengetahuan tentang kanker serviks
maka semakin baik pula perilaku pemeriksaan pap
smear.
Pengetahuan menjadi dasar bagi terbentuknya
perilaku seseorang. Hal ini sesuai dengan konsep
”K-A-P” (Knowledge-Attitude-Practice) yang
dikemukakan Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku
seseorang dapat dipengaruhi sikap (attitude)
sedangkan sikap yang terbentuk dipengaruhi oleh
pengetahuan (knowledge). Selain itu menurut
Lawrence Green faktor predisposisi (predisposing
factors) perilaku antara lain adalah pengetahuan,
sikap, nilai, persepsi, dan keyakinan. Juga menurut
Snehendu B Karr dalam Notoatmodjo (2005)
disebutkan salah satu determinant perilaku adalah
terjangkaunya
informasi
(accesibility
of
information) selain niat (intention) untuk bertindak
maupun dukungan dari masyarakat sekitarnya
(social support), otonomi atau kebebasan
(personal autonomy) untuk mengambil keputusan
dan kondisi maupun situasi yang memungkinkan
(action situation).
Berdasarkan landasan teori di atas jika ada
hubungan pengetahuan tentang kanker serviks
dengan perilaku pemeriksaan pap smear pada
wanita usia antara 30-45 tahun warga Dusun
Bulurejo Desa Kawedusan Kecamatan Plosoklaten
Kediri, maka dari hasil analisis ini menunjukkan
bahwa pengetahuan terbukti menjadi predisposisi
bagi terbentuknya perilaku seseorang.
Namun banyak juga warga yang tidak
melakukan pemeriksaan pap smear dengan baik
walaupun tingkat pengetahuannya baik, dari total
64
responden,
terdapat
29
responden
berpengetahuan baik tentang kanker serviks dan
hanya 6 responden yang memiliki perilaku baik
dalam pemeriksaan pap smear, sisanya 23
responden memiliki perilaku pemeriksaan pap
smear tidak baik.
Sesuai dengan teori WHO (1984) dikutip
(Notoatmodjo, 2003) bahwa yang menyebabkan
seseorang berperilaku tertentu adalah yaitu antara
lain pemikiran dan perasaan (thougts and feeling)
yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap,
kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap
objek, kemudian tokoh penting sebagai panutan,
apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa
yang ia katakan atau perbuatan cenderung untuk
dicontoh. Sumber-sumber daya (resources),
mencakup fasilitas , uang, waktu, tenaga, serta
perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan
penggunaan sumber-sumber di dalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup
(way of life) yang pada umumnya disebut
kebudayaan.
Sesuai dengan teori di atas jika banyak
responden yang memiliki pengetahuan baik tapi
perilaku pemeriksaan pap smear tidak baik
Jurnal AKP
dimungkinkan karena adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi seperti pemikiran dan perasaan
(thougts and feeling), yang berupa pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian
terhadap suatu objek, selain itu ada tidaknya tokoh
penting sebagai panutan, kebudayaan dan yang
tidak kalah penting adalah sumber- sumber daya
(resources), yang meliputi fasilitas, uang, waktu
dan tenaga.
Dengan perilaku pemeriksaan pap smear yang
tidak baik perlu adanya peningkatan pengetahuan
tentang kanker serviks dan pap smear, selain itu
juga bagi pemerintah perlu meningkatkan sarana
dan prasarana pemeriksaan pap smear, dengan
berbagai cara diantaranya memfasilitasi bidanbidan praktek, puskesmas, balai pengobatan, dan
rumah bersalin dengan sarana pap smear sehingga
masyarakat bisa mendapatkan pelayanan pap
smear dengan mudah serta memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dengan biaya yang
terjangkau dan lebih meningkatkan sosialisasi
tentang kanker serviks dan pap smear.
Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan wanita usia 30 – 45 tahun
tentang kanker serviks mayoritas kategori baik
yaitu sebanyak 29 responden (45,31 %)
2. Sebagian besar responden memiliki perilaku
pemeriksaan pap smear yang tidak baik yaitu
sebanyak 58 responden (90,62 %), dan 6
responden (9,37 %) memiliki perilaku
pemeriksaan pap smear yang baik
3. Ada hubungan antara pengetahuan tentang kanker
serviks dengan perilaku pemeriksaan pap smear
pada wanita usia antara 30-45 tahun warga Dusun
Bulurejo
Desa
Kawedusan
Kecamatan
Plosoklaten Kabupaten Kediri yaitu P Value 0,018
[< 0,05 (α)] berarti Ho ditolak. Hubungan kedua
variabel adalah positif dan rendah (correlation
coefficient 0,333), artinya semakin baik
pengetahuan tentang kanker serviks maka
semakin baik pula perilaku pemeriksaan pap
smear
Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan
institusi
pendidikan
dapat
menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan
pertimbangan untuk memperbanyak literatur
61
No. 3, 1 Januari – 30 Juni 2011
2.
3.
4.
5.
6.
tentang kanker serviks dan pap smear serta
mengarahkan mahasiswa untuk mengadakan
penyuluhan kesehatan di masyarakat sehingga
dapat membantu memperlancar masyarakat dalam
memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Disarankan untuk melakukan penelitian tentang
kanker serviks dan pap smear lebih dalam lagi,
mengingat hasil penelitian ini menunjukkan
mayoritas
responden tidak melakukan
pemeriksaan pap smear dengan baik.
Bagi Responden
Diharapkan wanita usia antara 30-45 tahun lebih
berusaha lagi mencari informasi mengenai kanker
servis dan pap smear serta tidak ragu untuk
melakukan pemeriksaan pap smear secara rutin,
baik dan benar
Bagi Institusi Kesehatan
Diharapkan institusi dan tenaga kesehatan untuk
lebih gencar lagi dalam mensosialisasikan kanker
serviks dan pap smear serta mengajak warga
untuk melakukan pemeriksaan pap smear
Bagi Pemerintah
Diharapkan pemerintah ikut berpartisipasi dalam
menyebarkan informasi tentang kanker serviks
dan pap smear pada masyarakat serta yang utama
adalah menyediakan fasilitas pap smear yang
merata di masyarakat dengan biaya yang lebih
terjangkau
agar
semakin
memudahkan
masyarakat
Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan
pemerintahan
desa
berkenan
membentuk sebuah tim atau organisasi yang
bergerak dengan tujuan pengadaan dan pengelola
biaya pemeriksaan pap smear bagi warga desa
sehingga warga desa bisa mendapatkan pelayanan
pap smear dengan biaya terjangkau
DAFTAR PUSTAKA
Admin.(2008).Pap Smear;tes Skrinning Kanker
Serviks.http:www.mayonclinik.
com/PapSmear/artikel.php.html.(download:
02 September 2009).
Brunner & Suddart dkk (2005) Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC.
Cax.(2008).Pap Smear Baru Dilakukan 5%
Perempuan
Indonesia.http:
Hubungan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks
Dengan Perilaku Pemeriksaan Pap Smear ...
62
www.kapanlagi.com/h/html.(download: 02
September 2009).
Dinas
Komunikasi
dan
Informatika
Prov
Jatim.(2009).Bahaya
Kanker
Serviks
Mengintai.http:
Kanker
Serviks
2/jatim.htm.(download: 28 agustus 2009).
Gale, Danielle.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan
Onkologi.Jakarta: EGC.
Goeyardi, Debby Lukito.(2008). Cegah Kanker
Serviks sejak Dini.http://muda-fashion.com/
kesehatan/70-kanker-serviks.html.
(download; 03 Agustus 2009).
Long, C. Barbara.(1999). Perawatan Medikal
Bedah.Bandung: Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan
Keperawatan
Padjajaran
Bandung.
Mansjoer, Arif dkk.(2001). Kapita Selekta
Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapius
FKUI.
Manuaba, Ida Bagus Gde.(1999). Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta:
Arcan.
Messwati, Elok Dyah.(2008). Bersatu Melawan
Kanker
Serviks.
http://elok.
multiply.com/journal/item. (download: 03
Agustus 2009).
Notoatmodjo, Soekidjo.(2003). Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta.
.(2005).Metodologi Penelitian
Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam.(2008).Konsep dan Penerapan Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan.Jakarta:
Salemba Medika
Nursalam dan Siti Pariani.(2001). Metodologi Riset
Keperawatan pendekatan praktis.Jakarta:
CV agung Setyo.
Riono, Yohanes.(1999).Kanker Leher Rahim.http:
dokter.indo.net.id/serviks.html. (download:
02 September 2009).
Shadine, Mahannad.(2009). Penyakit Wanita.Jakarta:
Keen Books.
Sikaca, Bertiani E.(2009). Cara Cerdas Menghadapi
Kanker Serviks (Leher Rahim).Yogyakarta:
Genius Printika.
Tamsuri, Anas.(2008). Panduan Praktis Riset
Keperawatan Bagi Pemula.Pare:Akademi
Keperawatan Pamenang Pare.
Yatim, Faisal.(2008). Penyakit Kandungan.Jakarta:
Pustaka Populer Obor.
Download