BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Sistem Pengendalian Intern (SPI

advertisement
BAB 2
TINJAUAN TEORETIS
2.1 Sistem Pengendalian Intern (SPI)
2.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern (SPI)
Sistem pengendalian intern adalah Proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan (PP 60/2008,
Bab I Ps. 1 butir 1).
Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan
fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa
kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik.
2.1.2
1.
Tujuan Pokok Sistem Pengendalian Intern (SPI)
Pengendalian Akuntansi
Menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian, dan keandalan data akuntansi.
2.
Pengendalian Administrasi
Mendorong efisiensi, mendorong dipatuhinya dan kebijakan manajemen.
2.1.3 Unsur Pokok SPI
Unsur-unsur pokok sistem pengendalian intern yang dikemukakan oleh Warren,
Reeve, & Fees (1999:184) adalah:
1.
Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian suatu perusahaan mencakup seluruh sikap
manajemen dan karyawan mengenai pentingnya pengendalian. Salah satu
faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian adalah falsafah
manajemen dan siklus operasi. Manajemen harus menekankan pentingnya
pengendalian dan mendorong dipatuhinya kebijakan pengendalian akan
menciptakan lingkungan pengendalian yang efektif.
2.
Penilaian Resiko
Semua organisasi menghadapi resiko. Contoh-contoh resiko meliputi
perubahan-perubahan tuntutan pelanggan, ancaman persaingan, perubahan
peraturan, perubahan faktor-faktor ekonomi seperti suku bunga, dan
pelanggaran karyawan atas kebijakan dan prosedur perusahaan. Manajemen
harus memperhitungakn resiko ini dan mengambl langkah penting untuk
mengendalikannya sehingga tujuan dari pengendalian internal dapat dicapai.
Setelah resiko diidentifikasi, maka dapat dilakukan analisis untuk
memperkirakan besarnya pengaruh dari resiko tersebut serta tingkat
kemungkinan terjadinya, dan untuk menentukan tindakan-tindakan yang akan
meminimumkannya.
3.
Prosedur pengendalian
Prosedur pengendalian ditetapkan untuk memberikan jaminan yang wajar
bahwa sasaran bisnis akan dicapai, termasuk pencegahan penggelapan, kita
akan membahas secara singkat prosedur pengendalian yang dapat dipadukan
dengan sistem akuntansi. Prosedur-prosedur tersebut adalah:
a.
Pegawai
yang
kompeten,
perputaran
tugas
dan
cuti
wajib
Sistem akuntansi yang baik memerlukan prosedur untuk memastikan
bahwa para karyawan mampu melaksanakan tugas yang diembannya.
Karena itu, para karyawan bagian akuntansi harus mendapat pelatihan
yang memadai dan diawasi dalam melaksanakan tugasnya.
b.
Pemisahan
tanggungjawab
untuk
operasi
yang
berkaitan
Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya ketidakefisienan, kesalahan
dan penggelapan, maka tanggungjawab untuk operasi yang berkaitan harus
dibagi kepada dua orang atau lebih. Misalnya, tanggungjawab untuk
pembelian, penerimaan dan pembayaran atas perlengkapan komputer harus
dibagi kepada tiga orang atau departemen.
c.
Pemisahan
operasi,
Kebijakan
pengendalian
pengamanan
harus
aktiva
menetapkan
dan
akuntansi
pihak-pihak
yang
bertanggungjawab atas berbagai aktifitas usaha. Untuk mengurangi
kemungkinan timbulnya kesalahan dan penggelapan, maka tanggungjawab
atas operasi, pengamanan aktiva dan akuntansi harus dipisahkan.
Selanjutnya, catatan akuntansi akan digunakan sebagai alat pengecekan
independen terhadap mereka yang bertugas mengamankan aktiva dan
mereka yang berkecimpung dalam operasi usaha.
d.
Prosedur pembuktian dan pengamanan Prosedur pembuktian dan
pengamanan harus digunakan utnuk melindungi aktiva dan memastikan
bahwa data akuntansi dapat dipercaya. Hal ini dapat diterapkan pada
banyak hal seperti prosedur otorisasi, persetujuan dan rekonsiliasi.
4.
Pemantauan atau monitoring
Pemantauan terhadap sistem pengendalian internal akan mengidentifikasi di
mana letak kelemahannya dan memperaiki efektifitas pengendalian tersebut.
Sistem pengendalian internal dapat dipantau secara rutin atau melalui evaluasi
khusus. Pemantauan rutin bisa dilakukan dengan mengamati perilaku
karyawan dan tanda-tanda peringatan dari sistem akuntansi tersebut.
5.
Informasi dan komunikasi
Informasi dan komunikasi merupakan unsur dasar dari pengendalian internal.
Informasi mengenai lingkungan pengendalian, penilaian resiko, prosedur
pengendalian
dan
pemantauan
diperlukan
oleh
manajemen
untuk
mengarahkan operasi dan memastikan terpenuhinya tuntutan-tuntutan
pelaporan serta peraturan yang berlaku.
Manajemen juga dapat menggunakan informasi eksternal untuk menilai
peristiwa dan keadaan yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
dan pelaporan eksternal. Misalnya, manajemen menggunakan informasi dari
Financial Accounting Standarts Board (FASB) atau dari Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) serta Bapepam untuk menilai dampak dari perubahan standar
pelaporan yang mungkin akan terjadi.
2.1.4 Lingkungan Pengendalian ( Control Environment )
Mencerminkan sikap dan tindakan para pemilik dan manajer mengenai pentingnya
pengendalian intern perusahaan.
1. Unsur Pengendalian intern:
a. Filosofi dan gaya operasi.
b. Filosofi: seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter perusahaan
dan karyawan (apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dikerjakan).
c. Gaya operasi: mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi suatu
kesatuan usahan dilaksanakan.
2. Berfungsinya dewan komisaris & komite pemeriksaan:
a. Dewan komisaris: wakil pemegang saham pada PT. Berfungsi mengawasi
pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi).
b. Komite pemeriksaan: beranggotakan orang dari pihak luar perusahaan,
berfungsi: menunjuk KAP pada private sektor dan BPK pada public
sektor, membicarakan luas pemeriksaan, komunikasi masalah - masalah
dengan KAP pada private sektor dan BPK pada public sektor, menelaah
laporan KAP pada private sektor dan BPK pada public sektor.
3. Metode pengendalian manajemen:
Metode perencanaan dan pengendalian alokasi sumber daya perusahaan
dalam mencapai tujuan perusahaan. Tahap-tahap:
a. Penyusunan program (jangka panjang)/strategic planning.
b. Penyusunan anggaran (jangka pendek).
c. Pelaksanaan dan pengukuran.
d. Pelaporan dan analisis.
4. Kesadaran pengendalian:
a. Komitmen manajemen dalam penciptaan lingkungan pengendalian yang
baik.
b. Tercermin dari reaksi yg ditunjukkan manajemen atas temuan pemeriksaan
intern/ekstern.
2.2 Keterbaatasan Sistem Pengendalian Intern
Menurut Sunarto (2003:123) keterbatasan pengendalian intern diantaranya:
1. Kesalahan dalam pertimbangan
Sering kali, manajemen dan personal lain dapat salah dalam mempertimbangkan
keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak
memadainya informasi, keterbatasan waktu, dan tekanan lain.
2. Pengendalian tak mengarah pada seluruh transaksi
Maksudnya, pengendalian tidak dapat diterapkan pada transaksi yang non rutin,
seperti kejadian luar biasa, bonus, dan lain-lain.
2.3 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah(SPIP)
2.3.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah(SPIP)
Pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, dilaksanakan
dengan berpedoman pada SPIP sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
nomor 60 tahun 2008.
SPIP sebagaimana dimaksud bertujuan untuk memberikan keyakinan yang
memadai
bagi
tercapainya
penyelenggaraan
efektivitas
pemerintahan
negara,
dan
efisiensi
keandalan
pencapaian
pelaporan
tujuan
keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
(PP 60/2008, Bab I Ps. 1 butir 2).
SPIP adalah sistem pengendalian intern (SPI) yang diselenggarakan secara
menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah (PP 60/2008,
Bab I Ps. 2 butir 3).
2.3.2 Tujuan SPIP
SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai terhadap empat hal,
yaitu:
1.
Menghasilkan data dan informasi yang handal.
2.
Menjaga harta/kekayaan dan catatan organisasi.
3.
Meningkatkan efisiensi operasional.
4.
Mendorong ketaatan kepada kebijakan menajerial yang telah ditetapkan.
2.3.3 Manfaat SPIP
1.
Mendeteksi terjadinya kesalahan (mismanagement) dan fraud dalam
pelaksanaan aktivitas organisasi.
2.
Membantu pengamanan asset terkait terjadinya kecurangan (fraud),
pemborosan, dan salah penggunaan yang tidak sesuai tujuan.
2.3.4 SPIP terdiri atas unsur :
1.
Lingkungan Pengendalian
a. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara
lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif
untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya,
melalui:
1) Penegakan integritas dan nilai etika.
2) Komitmen terhadap kompetensi.
3) Kepemimpinan yang kondusif.
4) Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan.
5) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat.
6) Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan
sumber daya manusia.
7) Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif.
8) Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
b. Penegakan integritas dan nilai etika sekurang-kurangnya dilakukan
dengan:
1) Menyusun dan menerapkan aturan perilaku.
2) Memberikan keteladanan pelaksanaan aturan perilaku pada setiap
tingkat pimpinan Instansi Pemerintah.
3) Menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan terhadap
kebijakan dan prosedur, atau pelanggaran terhadap aturan perilaku.
4) Menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau
pengabaian pengendalian intern.
5) Menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku
tidak etis.
c.
Komitmen terhadap kompetensi sekurang-kurangnya dilakukan dengan:
1) Mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas dan fungsi pada masing-masing posisi dalam
Instansi Pemerintah.
2) Menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi pada
masing-masing posisi dalam Instansi Pemerintah.
3) Menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk membantu
pegawai mempertahankan dan meningkatkan kompetensi pekerjaannya.
4) Memilih pimpinan Instansi Pemerintah yang memiliki kemampuan
manajerial dan pengalaman teknis yang luas dalam pengelolaan Instansi
Pemerintah.
d. Kepemimpinan yang kondusif sekurang-kurangnya ditunjukkan dengan:
1) Mempertimbangkan risiko dalam pengambilan keputusan.
2) Menerapkan manajemen berbasis kinerja.
3) Mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP.
4) Melindungi atas aset dan informasi dari akses dan penggunaan yang
tidak sah.
5) Melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan yang
lebih rendah.
6) Merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan
keuangan, penganggaran, program, dan kegiatan.
e. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan
Kebutuhan
sekurang-kurangnya dilakukan dengan:
1) Menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan Instansi Pemerintah
Memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab dalam Instansi
Pemerintah.
2) Memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern dalam
Instansi Pemerintah.
3) Melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodik terhadap struktur
organisasi sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis.
4) Menetapkan jumlah pegawai yang sesuai, terutama untuk posisi
pimpinan.
f. Penyusunan struktur organisasi berpedoman pada peraturan perundangundangan.
g. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat sekurangkurangnya dilaksanakan dengan memperhatikan hal - hal sebagai berikut:
1) Wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat
tanggung
jawabnya
dalam
rangka
pencapaian
tujuan
Instansi
Pemerintah.
2) Pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam
memahami bahwa wewenang dan tanggung jawab yang diberikan
terkait dengan pihak lain dalam Instansi Pemerintah yang bersangkutan.
3) Pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam
memahami bahwa pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab terkait
dengan penerapan SPIP.
h. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan
sumber daya manusia dilaksanakan dengan memperhatikan sekurangkurangnya hal-hal sebagai berikut :
1) Penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai dengan
pemberhentian pegawai.
2) Penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen.
3) Supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai.
i. Penyusunan dan penerapan kebijakan pembinaan sumber daya manusia
berpedoman pada peraturan perundang- undangan.
j. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif
sekurang-kurangnya harus:
a) Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan,
efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan
fungsi Instansi Pemerintah.
b) Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen
risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
c) Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan
tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
k. Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait diwujudkan
dengan adanya mekanisme saling uji antar Instansi Pemerintah terkait.
2.
Penilaian Risiko
a. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan penilaian risiko.
b. Penilaian risiko terdiri dari:
1) Identifikasi
risiko
sekurang-kurangnya
dilaksanakan
dengan:
Menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan Instansi Pemerintah
dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif, menggunakan
mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari faktor eksternal
dan faktor internal; dan menilai faktor lain yang dapat meningkatkan
risiko.
2) Analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang
telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah.
a) Dalam rangka penilaian risiko pimpinan Instansi
b) Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan.
3.
Kegiatan Pengendalian
a. Pimpinan
Instansi
Pemerintah
wajib
menyelenggarakan
kegiatan
pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan
fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan.
b. Penyelenggaraan kegiatan pengendalian.
c. Kegiatan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
1) Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan.
2) Pembinaan sumber daya manusia.
3) Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi.
4) Pengendalian fisik atas aset.
5) Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja.
6)
Pemisahan fungsi.
7) Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting.
8) Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian.
9) Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya.
10) Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya.
11)Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi
dan kejadian penting.
d. Kegiatan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi dilakukan untuk
memastikan akurasi dan kelengkapan informasi.
1) Pengamanan sistem informasi.
2) Pengendalian atas akses.
3) Pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak
aplikasi.
4.
Informasi Dan Komunikasi
Pimpinan
Instansi
Pemerintah
wajib
mengidentifikasi,
mencatat,
dan
mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Komunikasi
atas informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 wajib diselenggarakan
secara efektif. Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif pimpinan
Instansi Pemerintah harus sekurang-kurangnya:
a. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi.
b. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara
terus menerus.
5.
Pemantauan Pengendalian Intern
Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui:
a.
Pemantauan berkelanjutan
Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin,
supervisi, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam
pelaksanaan tugas.
b.
Evaluasi terpisah
1) Evaluasi terpisah diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan
pengujian efektivitas Sistem Pengendalian Intern.Evaluasi terpisah dapat
dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau pihak eksternal
pemerintah.
2) Evaluasi terpisah dapat dilakukan dengan menggunakan daftar uji
pengendalian intern sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
c.
Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya
Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya harus segera
diselesaikan dan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian
rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang ditetapkan.
2.5 Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)
2.5.1
1.
Gambaran Umum SAKUN
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)
SAPP adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai
dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan
posisi keuangan dan operasi keuangan Pemerintah Pusat. Sistem Akuntansi
Pemerintah Pusat (SAAP) berlaku untuk seluruh unit organisasi Pemerintah Pusat
dan unit akuntansi pada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan
Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan serta pelaksanaan Anggaran
Pembiayaan dan Perhitungan. Tidak termasuk dalam ruang lingkup SAPP adalah
Pemerintah Daerah (sumber dananya berasal dari APBD) dan Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah.
2.
Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat (SAPP) bertujuan untuk:
a. Menjaga
aset
Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui
pencatatan, pemprosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten
sesuai dengan standar dan praktek akuntansi yan diterima secara umum.
b. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan
kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi
yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan
terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas.
c. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan
suatu instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan;
d. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara
efisien.
3. Ciri-ciri pokok sistem akuntansi pemerintah pusat antara lain:
a. Basis Akuntansi
Cash toward Accrual. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan
keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan,
belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis
akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca. Basis
Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Basis
akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat transaksi atau peristiwa itu terjadi, tanpa
memperhatikan saat kas ata setara kas diterima atau dibayar.
b.
Sistem
Pembukuan
Berpasangan
Sistem Pembukuan Berpasangan didasarkan atas persamaan dasar akuntasi
yaitu : Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana. Setiap transaksi dibukukan
dengan mendebet sebuah perkiraan dan mengkredit perkiraan yang terkait.
c. Dana Tunggal
Kegiatan akuntansi yang mengacu kepada UU-APBN sebagai landasan
operasional. Dana tunggal ini merupakan tempat dimana Pendapatan dan
Belanja Pemerintah dipertanggungjawabkan sebagai kesatuan tunggal.
d. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan
secara berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat instansi
maupun di daerah.
e.
Bagan Perkiraan Standar
SAPP menggunakan perkiraan standar yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan yang berlaku untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi.
f. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
SAPP mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dalam
melakukan
pengakuan,
penilaian,
pencatatan,
penyajian,
dan
pengungkapan terhadap transaksi keuangan dalam rangka penyusunan
laporan keuangan.
4.Klasifikasi Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Sistem akuntansi pemerintah pusat terdiri dari:
a. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP);
SiAP
dilaksanakan
Kementerian
Keuangan
Direktorat
Jenderal
Perbendaharaan. SiAP terdiri dari:
1) SAKUN, yang menghasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca KUN.
2) SAU, yang menghasilkan Neraca, Laporan Realisasi Anggaran.
b. Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
Sistem
Akuntansi
Instansi
(SAI) dilaksanakan oleh kementerian
negara/lembaga. Kementerian negara/lembaga melakukan pemrosesan data
untuk menghasilkan Laporan Keuangan berupa Laporan Realisasi
Anggaran,
Neraca
dan
Catatan
atas
Laporan
Keuangan.
Dalam pelaksanaan SAI, kementerian negara/lembaga membentuk unit
akuntansi keuangan (SAK) dan unit akuntansi barang (SABMN).
2.5.2
Pengertian SAKUN
SAKUN adalah subsistem SiAP yang menghasilkan Laporan Arus Kas
dan Neraca Kas Umum Negara (KUN). Pengolahan data dalam rangka
penyusunan laporan keuangan SAU dan SAKUN, dilaksanakan oleh unit-unit
Ditjen PBN yang terdiri dari:
1.
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
2.
Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan (Kanwil Ditjen PBN)
3.
Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan.
2.6 Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menyajikan informasi
mengenai penerimaan dan pengeluaran kas melalui kas pemerintah pusat/daerah
selama periode tertentu. Pada dasarnya aktivitas keuangan pemerintah sebagian
besar merupakan penerimaan dan pengeluaran kas daerah dalam rangka
pencapaian sasaran-sasaran yang ditetapkan. Bahkan penentuan adanya hak dan
kewajiban pemerintah diakui pada saat kas diterima atau dikeluarkan dari kas
daerah dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran yang ditetapkan. Bahkan
penentuan adanya hak dan kewajiban pemerintah diakui pada saat kas diterima
atau dikeluarkan dari kas daerah. Hal ini sesuai dengan dengan basis yang dianut
yaitu basis akrual menuju kas.
Laporan arus kas (statement of cash flows atau cash flow statement) adalah
laporan yang menyajikan ikhtisar terinci mengenai semua arus kas masuk dan arus
kas keluar, atau sumber dan penggunaan kas selama suatu periode (IAI, 2007).
Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan
keuangan
sebagai
dasar untuk
menilai
kemampuan perusahaan
dalam
menghasilkan kas dan setara dengan kas.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan terkait tentang tujuan Laporan Arus Kas, yakni: Tujuan
Pernyataan Standar Laporan Arus Kas adalah mengatur penyajian laporan arus
kas yang memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas
suatu entitas pelaporan dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas
operasi, investasi, pendanaan dan transitoris selama satu periode akuntansi.
Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta
saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk
pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.
Sedangkan untuk ruang lingkup dari Laporan arus kas itu sendiri menurut
SAP Pernyataan Nomor 03 paragraf 3 dan 4 yakni: pemerintah pusat dan daerah
yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan basis akuntansi akrual
wajib menyusun laporan arus kas sesuai dengan standar ini untuk setiap periode
penyajian laporan keuangan sebagai salah satu komponen laporan keuangan
pokok, pernyataan standar ini berlaku untk penyusunan laporan arus kas
pemerintah pusat dan daerah, satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat
dan daerah, atau organisasi lainnya jika menurut perundang-undangan atau
menurut standar, satuan organisasi dimaksud wajib menyusun laporan arus kas,
kecuali perusahaan negara/daerah.
Dalam paragraf 5, 6 dan 7 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
(PSAP) Nomor 03 mengungkapkan bahwa Laporan arus kas berguna: sebagai
indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta berguna untuk menilai
kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya, sebagai alat
pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode
pelaporan, dan memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna
laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas dana suatu entitas
pelaporan
dan
struktur
keuangan
pemerintah
(termasuk
likuiditas
dan
solvabilitas).
2.6.1
Entitas Pelaporan Arus Kas
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggung jawaban berupa laporan keuangan.
Entitas pelaporan dimaksud terdiri dari:
1. Pemerintah pusat.
2. Pemerintah daerah.
3. Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah
pusat.
4. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi
lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi
dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas
adalah unit organisasi yang mempunyai tugas perbendaharaan umum. Unit
organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum adalah unit yang
ditetapkan
sebagai
bendaharawan
umum
negara/daerah
dan/atau
kuasa
bendaharawan umum negara/daerah.
2.6.2
Penyajian Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan
laporan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan dan
transitoris. Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi, investasi, pendanaan
dan transitoris memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan
untuk menilai pengaruh dari aktivitas tersebut dari posisi kas dan setara kas
pemerintah. Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
hubungan antar aktivitas operasi, investasi, pendanaan dan transitoris.
2.6.3
Jenis Aktivitas Dalam Laporan Arus
Adapun jenis-jenis aktivitas dalam laporan arus kas adalah sebagai berikut:
1.
Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode
akuntansi. Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang
menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang
cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang
tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
2.
Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya
yang tidak termasuk dalam setara kas. Arus kas dari aktivitas investasi
mencerminkan penerimaan dan oengeluaran kas bruto dalam rangka
perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat di
masa yang akan datang.
3.
Aktivitas pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan/atau pelunasan
utang jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan
komposisi piutang jangka panjang dan utang jangka panjang. Arus kas dari
aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang
berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman jangka panjang.
4.
Aktivitas transitor adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
tidak termasuk dalam operasi, investasi, dan pendanaan. Arus kas dari
aktivitas transitor mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang
tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah. Arus kas
dari aktivitas transitor antara lain transaksi perhitungan fihak ketiga (PFK),
pemberian/penerimaan kembali uang persediaan kepada/dari bendahara
pengeluaran, serta kiriman uang.
5.
Aktivitas Non Anggaran yaitu penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak
mempengaruhi anggaran pemerintah yaitu perhitungan pihak ketiga yang
berasal dari potongan SPM Khusus seperti potongan iuran Taspen, Askes,
Jamsostek, dan potongan PPN/Pajak lainnya yang menjadi hak pemerintah
pusat.
2.7 Neraca Kas Umum Negara (KUN)
Sistem Akuntansi Kas Umum (SAKUN) adalah subsistem SiAP yang
menghasilkan laporan arus kas dan neraca Kas Umum Negara (KUN). Neraca
adalah salah satu komponen laporan keuangan yang
menggambarkan posisi
keuangan suatu entitas pelaporan pada tanggal tertentu. Yang dimaksud dengan
posisi keuangan adalah posisi aset, kewajiban, dan ekuitas dana.
Neraca
adalah
salah
satu
komponen
laporan
keuangan
yang
menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan pada tanggal tertentu.
Yang dimaksud dengan posisi keuangan adalah posisi aset, kewajiban, dan ekuitas
dana.
Aset adalah sumber daya yang dapat memberikan manfaat ekonomi
dan/atau sosial yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah, dan dapat diukur
dalam satuan uang. Sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan
jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
alasan sejarah dan budaya juga termasuk dalam pengertian aset. Contoh aset
antara lain kas, piutang, persediaan, dan bangunan.
Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah. Contoh ekuitas dana antara lain Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran dan ekuitas dana yang diinvestasikan.
Neraca mencerminkan persamaan akuntansi yang umum dikenal yaitu aset
yang teriri atas kewajiban ditambah dengan ekuitas. Ekuitas pemerintah disebut
ekuitas dana. Ekuitas dana pemerintah berbeda dengan ekuitas sektor komersial.
Ekuitas di sektor komersial
mencerminkan sumber dari sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan, sedangkan ekuitas dana pemerintah merupakan selisih
aset dengan kewajiban, sehingga akuntansinya menjadi : Aset – Kewajiban =
Ekuitas dana. Akun-akun neraca dikembangkan secara berpasangan. Akun-akun
aset dan kewajiban berpasangan dengan akun-akun yang ada dalam ekuitas dana.
Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos sebagai berikut:
1.
Kas dan setara kas.
2.
Investasi jangka panjang.
3.
Piutang pajak dan bukan pajak.
4.
Persediaan.
5.
Investasi jangka panjang.
6.
Aset tetap.
7.
Kewajiban jangka pendek.
8.
Kewajiban jangka panjang.
9.
Ekuitas dana.
Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap terdiri dari: tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, dan
konstruksi dalam pengerjaan.
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah
daerah. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau
tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu. Kewajiban dapat dipaksakan
menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan
perundang-undangan. Praktik yang terjadi selama ini, pada umumnya kewajiban
yang dicatat dalam pembukuan pemerintah hanya utang yang berasal dari
pinjaman. Oleh karena itu untuk dapat menyajikan secara lengkap seluruh utang
yang dimilikinya, pada saat penyusunan neraca pertama kali pemerintah harus
melaksanakan kegiatan inventarisasi atas seluruh utang yang ada pada tanggal
neraca tersebut.
Penyajian utang pemerintah di neraca dapat diklasifikasikan menjadi
kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Utang pemerintah harus
diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar skedul utang untuk memberikan
informasi yang lebih baik mengenai kewajiban pemerintah. Utang dicatat sebesar
nilai nominal. Pada setiap tanggal neraca, utang dalam mata uang asing dilaporkan
ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank sentral pada
tanggal neraca.
Ekuitas Dana merupakan pos pada neraca pemerintah yang menampung
selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. Pos ekuitas dana terdiri dari tiga
kelompok, yaitu: ekuitas dana lancar, bekuitas dana investasi, dan ekuitas dana
cadangan.
2.8 Organisasi
2.8.1 Pengertian Organisasi
Secara singkat organisasi dapat diartikan sebagai sekelompok manusia
yang bekerja bersama–sama untuk mencapai suatu tujuan (Supriyono, 2000 : 14 ),
Sekelompok manusia adalah merupakan aset penting dalam suatu organisasi,
karena mereka akan bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan yang sama.
Semakin besar suatu organisasi atau perusahaan maka akan semakin banyak pula
kumpulan manusia yang saling bekerjasama. Dan mereka akan bekerja sesuai
dengan bidang, keahliannya, tingkat jabatan dan lain–lain.
Pimpinan perusahaan harus mampu menyelenggarakan organisasi dengan
baik untuk tujuan perusahaan. Adanya organisasi yang baik yang didasarkan pada
kebutuhan manusia yang efektif dan efisien akan menghasilkan produktivitas
kerja yang tinggi dan efisien dalam waktu, biaya dan tenaga.
Dari pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa:
1.
Organisasi adalah suatu tempat dari sekumpulan atau sekelompok orang.
2.
Organisasi mempunyai satu tujuan.
3.
Organisasi akan berjalan dibawah suatu pimpinan yang mengarahkan atau
mengendalikan organisasi.
Suatu organisasi dapat dikatakan berjalan dengan baik apabila organisasi
tersebut dapat mengintegrasikan semua kegiatan dengan baik, sederhana, tetapi
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan.
2.8.2
Struktur Organisasi
Pada dasarnya, penyusunan akuntansi dan struktur organisasi merupakan
suatu pekerjaan yang tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi, dimana
struktur organisasi yang tepat dan baik akan memudahkan sistem akuntansi
pertanggungjawaban dalam menyesuaikan dan menggolongkan pengumpulan
serta pelaporan biaya.
Struktur organisasi di dalam suatu perusahaan bisa berbeda dengan
struktur organisasi perusahaan lain tergantung dari kebutuhan masing – masing
perusahaan. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis perusahaan, tujuan
perusahaan tersebut dan lain-lain yang membedakan masing-masing perusahaan.
Sehingga struktur organisasi yang baik bagi suatu perusahaan belum tentu baik
bagi perusahaan lainya.
Untuk tujuan pengendalian, organisasi harus disusun sedemikian rupa
sehingga wewenang serta tanggungjawab setiap individu menjadi jelas.
Tanggungjawab timbul sebagai akibat adanya pendelegasian wewenang dari
manajemen atas kepada manajemen yang tingkatannya lebih rendah. Agar
manajemen atas dapat meminta pertanngungjawaban kepada manajer yang diberi
wewenang, maka perlu adanya uraian tugas ( job description ) bagi masing–
masing individu atau pusat pertanggungjawaban. Dengan demikian dalam
menjalankan tugasnya mereka akan mengetahui batas yang menjadi wewenang
dan tanggungjawabnya.
Penerapan SPI menghendaki adanya struktur organisasi yang dengan jelas
menetapkan wewenang dan tanggungjawab dari masing-masing semua tingkatan
dalam perusahaan.
Struktur organisasi yang jelas akan memberikan bantuan yang amat besar
dalam penerapan SPI, karena struktur organisasi memberikan gambaran yang
jelas mengenai garis–garis wewenang serta tanggungjawab dari masing–masing
pegawai. Dari struktur organisasi dapat dilihat kadar wewenang yang
didelegasikan jika terlihat adanya kecenderungan untuk mendelegasikan
wewenang yang semakin besar kepada tingkat manajerial menengah dan bawah,
maka struktur organisasi ini disebut desentralisasi, sedangkan keadaan sebaliknya
disebut sentralisasi. Sentralisasi dan disentralisasi mengacu kepada organisasi
perusahaan, dan secara spesifik kepada seberapa rendah keputusan–keputusan
diambil dalam struktur organisasional.
Download