BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) khususnya di industri perbankan dibutuhkan sebuah bank nasional yang besar, kuat, kompeten, maju, dan mampu bersaing untuk menghadapi bankbank Asia yang akan masuk ke Indonesia pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 mendatang. Untuk itu, rencana akuisisi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau disingkat BTN oleh PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk atau disingkat Bank Mandiri dinilai sangat bagus untuk kemajuan industri perbankan nasional kedepannya. Hal tersebut dikarenakan kedua bank ini dinilai sangat bersinergi dengan cukup baik. Peluang akuisisi cukup besar jika dilihat dari dana yang dimiliki oleh PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk sekitar Rp. 10 – 12 Triliun dengan memiliki jaringan luas serta permodalan yang kuat. Sedangkan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk kuat dalam sektor kepemilikan rumah (KPR) dengan komposisi saham 60,14% dimiliki oleh pemerintah, 25,45% dimiliki oleh pihak asing dan sisanya 14,41% dimiliki oleh perseorangan, masyarakat dan lain-lain. Menurut Meilani (2014), Pemerintah melalui Kementerian Badan Umum Milik Negara (BUMN) berencana melepas kepemilikan sahamnya di 1 2 PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk disebut sebagai calon kuat untuk mengakuisisi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Alasan rencana akuisisi tersebut adalah karena BTN selama ini memiliki kapasitas kecil dalam membiayai pembangunan perumahan rakyat, hampir setiap tahunnya BTN kekurangan biaya untuk 1,5 juta unit rumah (backlog). Berdasarkan rapat internal BUMN akhirnya diputuskan Bank Mandiri yang mengakuisisi BTN. Pertumbuhan perusahaan dapat dilakukan secara organik maupun anorganik. Pertumbuhan organik adalah pertumbuhan perusahaan secara normal dengan cara menghasilkan laba kemudian laba tersebut ditahan (retained earning) atau disetorkan menjadi setoran modal. Pertumbuhan seperti ini memerlukan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan pertumbuhan anorganik. Pertumbuhan anorganik adalah pertumbuhan suatu perusahaan dengan melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain sehingga perusahaan hasil merger atau akuisisi menjadi lebih besar dibandingkan dengan perusahaan asalnya. Hariyani (2011:5), akuisisi merupakan suatu pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau asset suatu perusahaan oleh perusahaan lain. Akuisisi adalah bentuk pengambilalihan kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakuisisi (acquirer), sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih (acquirer) tersebut. Perusahaan yang diambil alih sahamnya badan hukumnya tidak menjadi bubar 3 atau berakhir, akan tetapi hanya terjadi beralihnya pengendalian saja. Alasan perusahaan melakukan akuisisi adalah untuk meningkatkan nilai suatu kombinasi bisnis yang bersangkutan, meningkatkan economic scale sebagai akibat konsentrasi usaha, dan mendapatkan keuntungan lebih serta nilai tambah. Falatehan (2011:14), menyatakan bahwa Bank Mandiri sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia dalam hal aset pada akhir tahun 2010 mendapatkan tantangan baru yakni secara aset bank tersebut akan dilampaui oleh salah satu pesaingnya yaitu PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. untuk itu Bank Mandiri perlu melakukan langkah-langkah strategis untuk tetap mempertahankan predikat sebagai bank terbesar. Salah satu langkah yang dilakukan adalah penjajakan atau mengakuisisi bank kelas menengah, yaitu bank dengan aset antara Rp. 10 Triliun sampai dengan Rp. 20 Triliun, salah satunya adalah PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Ada sisi positif dan negatifnya tentang rencana akuisisi BTN oleh Bank Mandiri. Penyatuan kedua Bank BUMN tersebut merupakan upaya efisiensi industri perbankan nasional. Selain efisiensi, akusisi BTN oleh Bank Mandiri memberikan dampak positif yaitu memperkuat industri perbankan domestik. Namun, sisi negatifnya adalah dikhawatrikan BTN tidak lagi fokus dalam pembiayaan bidang perumahan, terutama untuk kalangan menengah kebawah dan akan terbawa ke bisnis inti Bank Mandiri dan harus mengikuti 4 Visi dan Misi bank tersebut salah satunya adalah core dari Bank Mandiri adalah kredit korporasi. Terdapat 4 (empat) alasan perlunya BTN diakuisisi oleh Bank Mandiri. Pertama, gagasan akuisisi kedua Bank BUMN tersebut sangat bagus untuk kemajuan Indonesia. Kedua, BTN harus dibesarkan agar bisa memiliki kemampuan membangun perumahan rakyat yang memadai. Ketiga, Indonesia sudah waktunya memiliki bank yang lebih besar dari Bank Malaysia dan negara lain di ASEAN. Keempat, perusahan-perusahaan di Indonesia semakin besar sehingga memerlukan Bank yang besar. Kalau perusahaan di Indonesia semakin besar dan berkembang sedangkan Bank Nasional tidak berkembang maka hanya Bank-bank asinglah yang akan merajalela menguasai Perbankan Nasional. Akuisisi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk oleh PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk diperkirakan dapat mengatasi kekurangan hunian rumah serta memiliki posisi yang strategis untuk memenuhi kebutuhan perumahan bagi Rakyat Indonesia khususnya bagi kalangan menengah kebawah. Namun, hingga kondisi saat ini BTN tidak mampu untuk membiayai kebutuhan rumah yang semakin besar yang disertai dengan pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah hal ini dikarenakan modal dan pendanaan yang terbatas serta ruang pembiayaan KPR kian mengecil. Saat ini, modal BTN sekitar Rp. 11, 5 Triliun dengan loan to deposit lebih dari 104 persen sedangkan lebih dari 55 persen adalah dana pihak ketiga 5 (DPK) merupakan dana mahal sehingga tingkat suku bunga KPR menjadi sangat mahal. Jika modal BTN diperkuat dengan memperoleh sumber pendanaan yang besar sehingga dapat mendukung pemerintah menyediakan perumahan bagi masyarakat. Rencana akusisi BTN oleh Bank Mandiri akan menjadi solusi dan tidak akan mengubah struktur di internal BTN sendiri serta tidak ada karyawan yang akan kehilangan pekerjaannya. Berdasarkan sensus perumahan tahun 2010, kekurangan pasokan (backlog) perumahan sudah mencapai 13,6 juta unit. Dengan asumsi kebutuhan rumah pertahun 800 ribu unit dan haya 400 ribu unit yang mampu dibiayai, maka 20 tahun kedepan akan terjadi backlog perumahan mencapai 21,6 juta rumah Selain itu, konsolidasi perbankan sangat dibutuhkan untuk memperkuat daya saing bank nasional dalam menghadapi persaingan dengan bank asing, baik di pasar domestik maupun internasional. Penguatan bank BUMN melalui konsolidasi bank-bank BUMN juga sangat dibutuhkan untuk menjadi lokomotif penggerak ekonomi nasional. Konsolidasi BTN dan Bank Mandiri dianggap sebagai momentum yang tepat untuk melahirkan bank yang besar, kuat, dan memiliki daya saing untuk berbagai segmen pasar. Dengan menjadi anak perusahaan Bank Mandiri yang didukung oleh permodalan yang kuat, pendanaan yang besar serta jaringan yang luas, BTN nantinya akan memiliki ruang untuk bisa berkembang dan memaksimalkan potensi pasar perumahan yang semakin besar juga. 6 Rencana akuisisi BTN oleh Bank Mandiri merupakan opsi terbaik jika dilihat dari konteks yang lebih luas yaitu sebagai aksi korporasi dalam rangka memperluas pangsa pasar Mandiri ke sektor pembiayan perumahan serta rencana makro konsolidasi perbankan nasional untuk memperkuat industri perbankan nasional dari sisi permodalan dan asset bersaing dengan bank-bank dari Malaysia, Thailand, Vietnam dan Singapura meskipun tidak bisa menyaingi bank dari Singapura, setidaknya sudah cukup untuk mengimbangi penetrasi perbankan asing tersebut pasca implementasi menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015 mendatang dan liberalisasi perbankan ASEAN tahun 2020. Rencana akusisi kedua Bank BUMN tersebut harus melalui tahapan dan prosedur yang berlaku yakni melalui Komite Privatisasi beranggotakan Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, dan Menteri BUMN yang diketuai oleh Presiden Republik Indonesia. Selanjutnya, meminta persetujuan juga kepada DPR RI yaitu Komisi VI dan Komisi XI. Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal – Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No. IX.G.I. terdapat empat persyaratan utama yang harus dipenuhi oleh emiten atau perusahaan publik dalam hal akan melakukan akuisi yaitu : 1) Direksi dan komisaris wajib membuat pernyataan bahwa kegiatan penggabungan usaha/peleburan usaha dilakukan dengan memperhatikan kepentingan perseorangan, pemegang saham, persaingan usaha yang sehat dan karyawan; 7 2) Pernyataan tersebut harus didukung oleh pihak independen; 3) Perusahaan publik atau emiten wajib menyampaikan pernyataan penggabungan usaha atau peleburan usaha yang berisi rancangan penggabungan usaha maupun peleburan usaha; 4) Adanya pesetujuan rapat umum pemegang saham emiten/perusahaan publik. Butir (1), (3) dan (4) di atas belum dilaksanakan, yakni menungu pesetujuan dari Komite Privatisasi. Dengan adanya rencana akuisisi tersebut, saham BTN melonjak hingga 11 persen ke posisi Rp1.405 per saham pada tanggal 16 April 2014, sedangkan Mandiri berada diposisi Rp.9.850 per saham pada tanggal 17 April 2014. Oleh karena itu, rencana akuisisi memiliki pengaruh terhadap harga saham baik itu BTN maupun Mandiri. Dalam proses rencana pengambilalihan atau akuisisi BTN oleh Bank Mandiri harus memperhitungkan harga wajar saham untuk kedua perusahaan, baik yang mengambil alih ataupun yang akan diambil alih. Penilaian harga wajar saham ini penting mengingat dua perusahaan BUMN tersebut merupakan perusahaan terbuka yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat. Harga saham merupakan cerminan tingkat keberhasilan pengelolaan perusahaan. Perubahan harga saham akan menimbulkan keuntungan maupun kerugian. Saat rencana akuisisi BTN oleh Bank Mandiri disampaikan ke publik, maka investor maupun pemegang saham di luar pemerintah harus mampu menganalisis harga saham, salah satunya adalah dengan melakukan 8 penilaian (valuasi) saham. Penilaian harga wajar saham ini diperlukan agar dapat mengetahui nilai wajar saham kedua Bank BUMN tersebut apakah overvalued (mahal) yakni jika harga pasarnya berada diatas harga wajar sahamnya, undervalued (murah) jika harga pasarnya berada dibawah harga wajar sahamnya, dan normal jika harga pasarnya sama dengan harga wajar saham, sehingga mampu mengambil keputusan yang tepat apakah menjual, membeli ataupun menahan saham tersebut. Sebagai contoh akusisi adalah kasus pengambilalihan PT. Astra Seadaya Finance (ASF) oleh PT. Bank Permata Tbk (BNLI) melalui perjanjian pengambilan bagian saham, telah mengakuisisi 237,6 juta saham baru atau 24,999 persen dari total saham yang dikeluarkan atau sebesar Rp. 2,19 Triliun. Untuk mendanai transaksi tersebut, perseroan telah melakukan penawaran umum terbatas VI (Rights Issue) dan menerbitkan obligasi subordinasi (Obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank Permata Tahap I Tahun 2013) yang diselesaikan pada awal 2014. Selain itu, proses pengambilalihan PT. Bank Agro Tbk (AGRO) oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), pemegang saham BBRI telah merestui akuisisi saham PT. Bank Agro Tbk tersebut sebesar 88,65% dari total saham AGRO dengan harga Rp. 109 per lembar dan dana yang dikeluarkan sebanyak Rp. 330 Miliar. Persetujuan tersebut dituangkan dalam bentuk penandatanganan akta akusisi saham pada tanggal 3 Maret 2011 oleh PT. Bank BRI Tbk. 9 Contoh akuisisi lainnya, yaitu akuisisi PT. Semen Tanosa (Persero) dan PT. Semen Padang (Persero) oleh PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, yang menyebabkan perluasan jaluran pemasaran meliputi daerah Sumatera serta Indonesia Bagian Tengah (WITA) dan Indonesia Bagian Timur (WIT), sehingga PT. Semen Gresik (Persero) Tbk menjadi satu-satunya produsen semen di Indonesia yang memiliki tiga merek dagang terkenal, jaringan distribusi nasional, serta lokasi strategis yang tersebar di seluruh Indonesia. Tujuan dilakukannya akuisisi oleh perusahaan adalah untuk mendapatkan sinergi atau nilai tambah. Upaya sinergi ini merupakan kondisi dimana keadaan secara keseluruhan lebih besar daripada jumlah masingmasing bagian, sehingga dengan dilakukannya akuisisi sinergi dan nilai setelah akuisisi seharusnya melebihi jumlah nilai dari perusahaan secara terpisah sebelum akuisisi. Rencana akusisi BTN oleh Bank Mandiri akan memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap harga saham, yaitu bisa jadi harga sahamnya naik ataupun turun. Oleh karena itu, para investor maupun pemegang saham di luar pemerintah harus mengetahui harga wajar saham PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, untuk itu perlunya penilaian (valuasi) saham. Industri keuangan khususnya perbankan, memiliki karakteristik yang menarik dalam penilaian yaitu sulitnya dalam mendefinisikan reinvestment dimana perusahaan meminjam dana dari pihak ketiga (depositors) dan meminjamkan kembali dana tersebut kepada pihak 10 lain (borrowers), maka diperlukan pendekatan valuasi dengan menilai ekuitas dan pengukuran cash flow yang tidak membutuhkan estimasi reinvestment. Metode Free Cash Flow to Equity merupakan pilihan tepat, dan sebagai pembandingnya menggunakan metode Relative Valuation dengan melakukan pengukuran PER, PBV, dan P/S. Metode ini banyak digunakan oleh para investor karena kesederhanaan dan kemudahan dalam perhitungannya. Selain itu, valuasi saham selanjutnya adalah Gordon Growth Model yang mengasumsikan bahwa dividen meningkat pada tingkat yang konsisten untuk jangka waktu yang tidak terbatas, serta sering digunakan dalam melakukan valuasi saham perusahaan go public, dimana kedua Bank BUMN tersebut yakni BTN dan Mandiri adalah perusahaan go public. Dari penjelesan diatas penulis berminat untuk melakukan penelitian. dengan mengambil judul “Penilaian Harga Wajar Saham Menjelang Akuisisi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk oleh PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. 1.2 Identifikasi Masalah Rencana pengambilalihan PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk oleh PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk diperlukan perhitungan yang jelas terhadap nilai perusahaan secara menyeluruh melalui harga per lembar sahamnya tujuannya adalah untuk mengetahui harga wajar saham kedua perusahaan BUMN tersebut. Dalam berinvestasi di saham tentunya 11 masyarakat atau calon investor dapat berekspektasi dalam meramalkan harga saham yang akan terbentuk di masa depan. Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah metode analisis yang dapat mendukung harapan investor. Yakni dengan cara melakukan perhitungan abnormal return, apakah ada perbedaan antara 2 hari sebelum dan sesudah adanya informasi tentang rencana akuisisi dan penilaian dengan cermat untuk meminimalkan resiko dan untuk menghindari kesalahan dalam membuat keputusan apakah saham yang diperdagangkan di pasar modal memiliki nilai yang wajar, dan juga apakah saham kedua perusahaan BUMN tersebut harganya terlalu murah (undervalued) atau terlalu mahal (overvalued). Oleh karena itu, diperlukan metode untuk menghitung abnormal return yakni dengan menggunakan market adjusted model dan menilai kewajaran harga saham dengan menggunakan metode Free Cash Flow to Equity, Relative Valuation, Gordon Growth Model. Dengan ke-3 (tiga) metode tersebut diharapkan akan diketahui berapa harga wajar saham PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. 1.3 Rumusan Masalah Dalam menentukan harga wajar saham PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, maka masalahnya adalah sebagai berikut : rumusan 12 1) Apakah terdapat perbedaan return saham PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk sebelum dan sesudah adanya Informasi pengumuman Akuisisi? 2) Berapakah harga wajar saham PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dengan menggunakan metode Free Cash Flow to Equity, Raltive Valuation dan Gordon Growth Model? 3) Berapakah harga wajar saham PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan menggunakan metode Free Cash Flow to Equity, Raltive Valuation dan Gordon Growth Model? 1.4 Maksud dan Tujuan Penulisan Maksud dan tujuan penelitian ini adalah : 1) Menganalisis perbedaan abnormal return antara 2 hari sebelum dan 2 hari sesudah adanya informasi pengumuman akuisisi; 2) Untuk mengetahui harga wajar saham PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk; 3) Untuk Mengetahui harga wajar saham PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk; 1.5 Manfaat dan Kegunaan Manfaat penulisan Karya Akhir ini adalah untuk dapat memberikan literatur tentang valuasi saham yang dapat dijadikan panduan bagi investor maupun pemegang saham suatu perusahaan terbuka atau calon investor dalam 13 menentukan nilai wajar suatu saham dan keputusan investasi serta dapat memberikan masukan dan evaluasi kepada pihak manajemen perusahaan untuk mengetahui nilai wajar saham perusahaan dalam melaksanakan kebijakan dan peningkatan kinerja perusahaan. Sedangkan untuk akademisi dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan penelitian kembali tentang penilaian harga wajar saham suatu perusahaan.