plagiat merupakan tindakan tidak terpuji

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DAN PENANDA KESANTUNAN
IKLAN KOMERSIAL
MEDIA LUAR RUANGAN DI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun Oleh:
Leo Agung Nova Tri Haryanto
NIM 07 1224 057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DAN PENANDA KESANTUNAN
IKLAN KOMERSIAL
MEDIA LUAR RUANGAN DI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun Oleh:
Leo Agung Nova Tri Haryanto
NIM 07 1224 057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA
DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DAN PENANDA KESANTUNAN
IKLAN KOMERSIAL MEDIA LUAR RUANGAN DI YOGYAKARTA
Oleh:
Leo Agung Nova Tri Haryanto
07 1224057
Telah disetujui oleh
Dosen Pembimbing I
Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.
29 November 2012
Dosen Pembimbing II
29 November 2012
II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
JENIS-JENIS TINDAK TUTUR DAN PENANDA KESANTUNAN
PADA IKLAN KOMERSIAL MEDIA LUAR RUANGAN DI YOGYAKARTA
Dipersembahkan dan disusun oleh:
Leo Agung Nova Tri Haryanto
07 1224057
Telah dipertahankan di hadapan Panitia Pengllji Skripsi
pada tanggal 3 Desember 2012
dan dinyatakan telah memenllhi syrat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap
Tanda Tangan
Ketua
: Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd.
Sekretaris
: Rishe Pumama Dewi, S.Pd., M.Hum.
Angota 1
: Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.
Anggota2
: Drs. J. Prapta Diharja, SJ., M.Hum.
Anggota 3
: Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.
·(1~·····
~
.. ~
.
Yogyakarta, 3 Desember 20) 2
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Terima kasih untuk
 Allah Bapa dan Bunda Maria di Surga.
 Kedua orang tuaku Fransiskus Asisi Maryanto dan Ermina Sumiasih, yang
dengan penuh kesabaran, kasih sayang mendidik dan membesarkanku hingga
saat ini.
 Kedua kakakku Climentin Retno Purwaningsih & Petrus Kanisius Wiyoga
dan Agnes Dwi Susanti & Yohanes Diky yang senantiasa menyayangiku dan
selalu memeberikan apa yang terbaik untukku.
 Kedua keponakanku Gabriel Posenti Widi Nugroho dan Serverinus Loresa
Gunatama.
 Teman yang selalu dihati Veronika Tuwin Rahayu yang selalu menemani
disaat suka maupun duka, serta bersama-sama berjuang menempuh
pendidikan ini.
 Teman-teman yang sama-sama berjuang, yang sudah berhasil maupun yang
sedang dalam proses.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTO
“Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku”
(2 Tim 4: 17)
Pusatkan dirimu pada hari ini
Lakukan tugasmu hari ini
Petiklah buah kebahagiaan
Dan kegembiraan
Yang diberikan Tuhan padamu hari ini
“Langkah pertama untuk menentukan langkah berikutnya”
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan dalam kutipan dan daftar
pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 3 Desember 2012
Nova Tri Haryanto
Vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJlJAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dhanna:
nama
: Leo Agung Nova Tri Haryanto,
nomor mahasiswa
: 07 1224057,
demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dhanna karya ilmiah saya yang berjudul:
JENlS-JENIS TINDAK TUTUR DAN PENANDA KESANTUNAN IKLAN KOMERSIAL
?
MEDIA LUAR RUANGAN DI YOGYAKARTA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dhanna hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk
media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas,
dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 3 Desember 2012
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Haryanto, Leo Agung Nova Tri. 2012. Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Penanda
Kesantunan Iklan Komersial Media Luar Ruangan di Yogyakarta.
Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, USD.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif, sebab penelitian ini berusaha
mendeskripsikan data yang berupa kata-kata. Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan teknik baca dan catat. Analisis data dilakukan dengan langkah
pertama, menggolongkan data ke dalam jenis-jenis tindak tutur dan pola kesantunan.
Kedua, mendeskripsikan data sesuai dengan jenis tindak tutur dan tingkat kesantunan
berdasarkan kriteria kesantunan.
Penelitian ini berusaha menjawab dua masalah, yakni: (a) Jenis-jenis tindak
tutur apa sajakah yang terdapat dalam tuturan iklan komersial di media luar ruangan
di Yogyakarta? dan (b) Penanda-penanda kesantunan apa sajakah yang terdapat pada
tindak tutur iklan komersial di media luar ruangan di Yogyakarta?
Hasil analisis data, telah menemukan tiga jenis tindak tutur yang terdapat pada
iklan komersial bermedia luar ruangan dengan jumlah data 85 iklan. Ketiga tindak
tutur tersebut dapat diperinci menjadi tindak tutur langsung literal berjumlah 4 iklan,
tindak tutur tidak langsung literal berjumlah 18 iklan, dan tindak tutur tidak langsung
tidak literal berjumlah 61 iklan. Penanda-penanda kesantunan pada iklan komersial
yaitu pemakaian diksi, pemakaian keterangan modalitas, dan penggunaan gaya
bahasa. Pemakaian diksi sebagai penanda tingkat kesantunan terdiri dari pemilihan
kata berkonotasi halus, berkonotasi netral, dan berkonotasi kasar. Pemakaian
keterangan modalitas terdiri dari modalitas pengingkaran, modalitas kepastian,
modalitas larangan, dan modalitas ajakan. Gaya bahasa yang terdapat dalam iklan
komersial adalah epizeuksis (repitisi), perumpamaan, dan hiperbola. Terdapat tiga
tingkat kesantunan dari tuturan iklan komersial berdasarkan kriteria yang dibuat oleh
penulis yaitu sangat santun, santun dan kurang santun.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, bahasa yang digunakan dalam pembuatan
iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta masih memperhatikan
kesantunan dalam berbahasa. Karena dari hasil analisis data, hanya ditemukan tiga
iklan komersial yang kurang santun.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Haryanto, Leo Agung Nova Tri. 2012. Types of Speech Act and Politeness Makers on
The Outdoor Media Commercial Advertisement in Yogyakarta. Skripsi.
Yogyakarta : PBSID, FKIP, USD.
This study belongs to descriptive research because the data in this research are
presented in the form of words. The data gathering method used in this research is
note taking and library research. The first step of data analysis technique is done by
classifying the data into types of speech act and pattern of politeness. The second step
is to describe the data in accordance with the type of speech act and degree of
politeness based on the politeness criteria.
This research is aimed at answering two problems, namely: (a) what kind of
speech act is used in the outdoor media commercial advertisement in Yogyakarta?
And (b) what politeness device is used in the outdoor media commercial
advertisement in Yogyakarta?
The data finding found three types of speech act used in eighty-five outdoor
media commercial advertisement. Those three speech act were classified in the
following: four advertisements use literal direct speech act, eighteen advertisements
use literal indirect speech act, and 61 advertisements use non-literal indirect speech
act. The politeness devices used in the commercial advertisements are the use of
diction, modal information, and the style of language. The use of diction as the
politeness degree device consists of the choosing of polite connotation words, neutral
connotation words, and impolite connotation words. The use of modal information
consist of denial modal, certainty modal, prohibition modal, and invitation modal.
The language styles found in the advertisement are repetitions, parables, hyperboles.
There are three politeness degrees found, which are very polite, polite, and less polite.
Based on the study, the language used in the making of the outdoor media
commercial advertisement in Yogyakarta still pays attention to the language
politeness. From the data analysis there are only three less polite commercial
advertisement found.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
melimpahkan berkat, pertolongan, dan pendampingan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Penanda Kesantunan
Iklan Komersial Media Luar Ruangan Di Yogyakarta. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.
Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, maka
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis baik yang secara langsung maupun tidak langsung. Penulis
ucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Ketua Program Studi PBSID, dan Rishe
Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi PBSID
Universitas Sanata Dharma.
3. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing pertama dan Drs. J.
Prapta Diharja, S.J., M.Hum., selaku dosen pembimbing kedua yang dengan
penuh kesabaran membimbing dan selalu memberi semangat kepada penulis.
4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., dan para dosen PBSID yang dengan sabar,
semangat, dan setia mendidik penulis selama belajar di Program Studi PBSID.
5. Robertus Marsidiq selaku staf sekretariat Program Studi PBSID yang ikut
membantu kelancaran skripsi ini.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Keluarga terkasih yang senantiasa memberi kasih sayang, Ayah dan ibuku
tercinta Fransiskus Asisi Maryanto dan Ermina Sumiasih, kakak-kakakku
tersayang Climentin Retno Purwaningsih dan Agnes Dwi Susanti yang selalu
memberi dukungan besar untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman setiaku yang juga menjadi teman berbagi suka dan duka, Veronika
Tuwin Rahayu, yang selalu juga memberi kesabaran, kasih sayang serta
semangat, kritik dan saran agar skripsi ini baik adanya.
8. Teman-teman PBSID angkatan 2007 Yakubus Didit Setiawan, Boniferson
Ndoen, Yohanes Angga, Endarto Yudho, dan Evensius Dimas. Serta temanteman yang lain yang sudah mendukung dan membatu saya.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIHAN KARYA ....................................................... vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................................ vii
ABSTRAK .........................................................................................................viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
D. Ruang Lingkup ....................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
F. Batasan Istilah ........................................................................................ 7
G. Sistematika Penelitian ............................................................................ 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 10
B. Kajian Pustaka ....................................................................................... 12
1. Tindak Ujar ...................................................................................... 12
2. Jenis-Jenis Tindak Tutur .................................................................. 15
a. Tindak tutur langsung ................................................................ 15
b. Tindak tutur tidak langsung ........................................................ 16
c. Tindak tutur literal ...................................................................... 18
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d. Tindak tutur ltidak literal ............................................................ 18
3. Interaksi Berbagai Tindak Tutur....................................................... 19
a. Tindak tutur langsung literal ...................................................... 19
b. Tindak tutur tidak langsung literal.............................................. 20
c. Tindak tutur langsung tidak literal ............................................. 20
d. Tindak tutur tidak langsung tidak literal..................................... 20
4. Teori Kesantunan .............................................................................. 21
a. Prinsip kerja sama Grice ............................................................. 23
b. Prinsip kesantunan Leech ........................................................... 24
c. Penentu kesantunan faktor kebahasaan ...................................... 26
1) Pemakaian diksi .................................................................... 26
2) Keterangan modalitas ........................................................... 29
3) Gaya bahasa .......................................................................... 30
d. Kriteria kesantunan berbahasa .................................................... 32
5. Teori Periklanan ............................................................................... 34
a. Pengertian iklan .......................................................................... 34
b. Media iklan ................................................................................. 35
c. Jenis-jenis iklan ......................................................................... 36
d. Fungsi iklan ................................................................................ 39
C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 42
B. Data dan Sumber Data ........................................................................... 42
C. Instrumen Penelitian .............................................................................. 43
D. Objek Penelitian .................................................................................... 44
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 44
F. Teknik Analisis Data ............................................................................. 45
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ........................................................................................ 47
B. Hasil Analisis Data ................................................................................ 47
1. Jenis-Jenis Tindak Tutur pada Iklan Komersial Media Luar
Ruangan ............................................................................................ 48
a. Tindak Tutur Langsung Literal pada Iklan Komersial Media
Luar Ruangan .......................................................................... 48
b. Tindak Tutur Tidak Langsung Literal pada Iklan Komersial
Media Luar Ruangan ................................................................. 51
1) Modus kalimat berita sebagai persuasi ................................. 52
2) Modus kalimat saran sebagai persuasi.................................. 56
3) Modus kalimat tanya sebagai persuasi ................................. 59
c. Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal pada
Iklan Komersial Media Luar Ruangan ...................................... 60
2. Jenis-Jenis Penanda Kesantunan pada Iklan Komersial
Media Luar Ruangan ....................................................................... 65
a. Pemakaian Diksi sebagai Penanda Tingkat Kesantunan
pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan .............................. 65
1) Pilihan kata konotatif bermakna halus ................................ 66
2) Pilihan kata konotatif bermakna netral ................................ 68
3) Pilihan kata konotatif kasar ................................................. 70
b. Pemakaian Modalitas pada Iklan Komersial
Media Luar Ruangan................................................................... 71
1) Pemakaian modalitas deontik .............................................. 71
2) Pemakaian modalitas intenasional ........................................ 72
c. Pemakaian Gaya Bahasa sebagai Penanda Tingkat
Kesantunan pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan ........... 73
1) Epizeuksis ............................................................................. 74
2) Hiperbola ............................................................................. 75
3) Perumpamaan ....................................................................... 76
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Pembahasan ........................................................................................... 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 98
B. Saran ...................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................100
LAMPIRAN .....................................................................................................102
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita sering menjumpai berbagai iklan di media cetak, tv, radio, dan di
luar ruangan. Dalam pengemasan iklan sangat bervariasi, sehingga iklan terkesan
menarik. Bahasa dan pemilihan gambar pada iklan dibuat sebagus mungkin.
Kebebasan dalam pembuatan iklan tersebut memiliki nilai positif dan negatif.
Nilai positif dari kebebasan pembuatan iklan, antara lain untuk memberikan
informasi, menghibur bagi para pendengar atau pembaca, menambah kreatifitas
dalam berimajinasi, menambah pengetahuan, dan menjadikan suatu inspirasi.
Nilai negatif dari kebebasan beriklan antara lain dapat menjatuhkan perusahaan
lain dengan persaingan yang tidak sehat, misalnya dalam iklan komersial yang
menjelek-jelekan atau menjatuhkan produk lain dengan menggunakan bahasa
yang tidak santun.
Iklan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu iklan standar dan iklan
layanan masyarakat. Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk
keperluan memperkenalkan barang, jasa, pelayanan untuk konsumen melalui
media iklan. Sedangkan iklan layanan masyarakat adalah iklan yang digunakan
untuk menyampaikan informasi, mempengaruhi atau mendidik khalayak dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
tujuan akhir untuk mendapatkan keuntungan sosial bukan ekonomi (Rendra
Widyatama, 2005: 104).
Fungsi sesungguhnya dari iklan adalah mempengaruhi pembaca atau
pendengar. Iklan termasuk persuaif (Keraf, 1985: 118), artinya bentuk
pengungkapan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan seperti yang
dikehendaki pembicara pada waktu ini dan akan mendatang. Iklan yang dapat
mempengaruhi pembaca atau pendengar tidak lepas dari pemilihan kata atau
bahasa yang digunakan. Dalam dunia pendidikan, iklan adalah salah satu materi
pembelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa, khususnya pada jenjang
SMP/MTS dalam kompetensi menulis. Iklan memiliki kesamaan dengan pesan
yang disampaikan oleh komunikator kepada khalayak umum.
Peneliti sering menemukan iklan yang masih munggunakan bahasa yang
kurang santun, sehingga dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti
iklan komersial. Iklan komersial dapat dikatakan salah satu bentuk komunikasi
masyarakat yang secara tidak langsung memiliki tujuan komersil. Pemilihan kata
dalam iklan sebaiknya diperhatikan. Selain menggunakan kata-kata yang
memikat pembaca sebaiknya menggunakan kata-kata yang santun sehingga
terjalin hubungan yang baik dalam berkomunikasi. Seperti contoh di bawah ini
merupakan salah satu iklan yang kurang tepat dalam memilih kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
(Jl. Colombo Depok Seleman Yogyakarta depan gedung Rektorat UNY)
Contoh iklan di atas merupakan salah satu dari sekian banyak iklan
komersial yang masih kurang santun dalam pemilihan kata. Pada kalimat “esia
MELEK TARIF SADAR SINYAL”, terdapat kata “MELEK” sehingga terdengar
kurang santun. Di bawah ini merupakan salah satu dari tindak tutur dalam iklan
komersial.
(Jl. Colombo Depok Seleman Yogyakarta depan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY)
Contoh iklan di atas terdapat kalimat “SATU KLIK KE BANYAK
APLIKASI”. Tinda tutur dari kalimat ini termasuk tindak tutur tidak langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dan tindak tutur tidak literal. Tuturan tersebut tidak langsung karena tuturan
tersebut menggunakan modus kalimat berita dengan maksud memerintah atau
persuasi. Tuturan tersebut tidak literal karena hanya dengan menuliskan klik
pembaca tahu apa yang dimaksud yaitu facebook, twitter, chating, dan email.
Tindak tutur dari kalimat iklan tersebut merupakan kalimat berita sebagai lokusi
(berupa ujaran yang dihasilkan seorang penutur) dan ilokusi (maksud yang
terkandung dalam ujaran) dari iklan komersial tersebut adalah persuasi.
Dari kedua contoh di atas peneliti tertarik untuk mencermati jenis-jenis
tindak tutur yang terdapat dalam iklan komersial dan penanda kesantunan bahasa
yang dipakai. Penelitian yang berjudul “Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Penanda
Kesantunan Iklan Komersial Media Luar Ruangan di Yogyakarta” didasarkan
atas beberapa alasan. Pertama, peneliti ingin mengetahui seberapa banyak iklan
komersial yang santun dalam berbahasa. Kedua, data iklan komersial belum ada
yang meneliti. Ketiga, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
terdapat kompetensi dasar yang membahas periklanan. Keempat, peneliti
menggunakan obyek penelitian iklan komersial karena iklan tersebut mudah
dijumpai di setiap tempat. Selain itu, iklan komersial sering menggunakann
bahasa-bahasa yang manarik perhatian pembaca, juga iklan komersial dekat
dengan kehidupan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari tindak tutur dan penanda kesantunan iklan komersial yang telah
dijelaskan di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Jenis-jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam tuturan iklan
komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta?
2. Penanda-penanda kesantunan apa sajakah yang terdapat pada tindak tutur
iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua tujuan yang harus dicapai yaitu.
1. Mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur yang terdapat dalam tuturan iklan
komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta.
2. Mendeskripsikan penanda-penanda kesantunan yang terdapat pada tindak
tutur iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta.
D. Ruang Lingkup
Penelitian ini memiliki lima ruang lingkup di antaranya:
1. Penelitian ini hanya mendeskripsikan tindak tutur dan penanda kesantunan
berbahasa dalam iklan komersial di luar ruangan.
2. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
3. Iklan yang diteliti hanya iklan komersial di luar ruangan dan berbahasa
Indonesia.
4. Tempat sasaran yang diteliti oleh peneliti adalah dekat pusat perbelanjaan, di
jalan-jalan utama, dan perempatan jalan.
5. Iklan yang diteliti hanya di Propinsi Yogyakarta yang meliputi kota Madya
Yogyakarta, Wates, Sleman, Bantul, dan Wonosari.
E. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi para
pembaca. Beberapa manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut.
1. Memberikan sumbangan bagi penelitian pragmatik, khususnya dalam bentuk
jenis-jenis tindak tutur dan tingkat kesantunan berbahasa pada iklan
komersial.
2. Menambah wawasan bagi pembaca mengenai tindak tutur dan kesantunan
berbahasa.
3. Hasil dari penelitian ini jika ditinjau dari dunia pendidikan,
diharapkan
sebagai acuan guru bahasa Indonesia dalam pelajaran ketrampilan menulis
khususnya dalam menulis kalimat dengan menggunakan kalimat yang santun
khususnya pada saat pembuatan iklan.
4. Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
digunakan
perbandingan, dan informasi untuk penelitian selanjutnya.
sebagai
referensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
F. Batasan Istilah
1. Tindak tutur
Tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan atau
ujaran (Yule, 2006: 82).
2. Tindak tutur langsung
Tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang terbentuk dari suatu kalimat
yang difungsikan secara konvensional (Putu Wijaya dan Rohmadi, 2009: 28)
3. Tindak tutur tidak langsung
Tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang berbeda dengan modus
kalimatnya (Nadar, 2009: 19).
4. Tindak tutur literal
Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna
kata-kata yang menyusunnya (Wijaya, 2009: 31).
5. Tindak tutur tidak literal
Tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama
dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya (Wijaya,
2009: 31).
6. Kesantunan
Kesantunan berasal dari kata dasar santun. Dalam KBBI (2007: 997) santun
berarti halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya); sabar dan tenang;
sopan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
7. Kesantunan berbahasa
Santun berbahasa adalah struktur bahasa yang disusun oleh penutur atau
penulis agar tidak menyinggung perasaan pendengar atau pembaca (Pranowo,
2009: 4). Kesantunan berbahasa
dalam penelitian adalah kegiatan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan halus dalam iklan komersial
bermedia luar ruangan.
8. Iklan komersial
Iklan komersial adalah iklan yang bertujuan mendukung kampanye pemasaran
suatu produk atau jasa (Madjadikara, 2004: 17)
9. Media luar ruangan (outdoor media)
Media periklanan yang berupa spanduk (banner), papan reklame (billboard),
poster, neon sign, umbul-umbul, baliho dan sebagainya yang terdapat di luar
ruangan (Madjadikara, 2004: 12).
G. Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian skripsi dijabarkan menjadi 5 (lima) hal, yaitu (1)
Pendahuluan, (2) Landasan Teori, (3) Metodologi Penelitian, (4) Hasil Penelitian
dan Pembahasan, (5) Penutup.
Bab I adalah pendahuluan, yang berisi beberapa sub bab, yaitu (1) latar
belakang, (2) rumusan masalah, (3) ruang lingkup, (4) tujuan penelitian, (5)
manfaat penelitian, (6) pembatasan istilah, dan (7) sistematika penyajian. Ketujuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
hal tersebut yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian tentang
“Tindak Tutur dan Penanda Kesantunan Iklan Komersial Di Media Luar
Ruangan”.
Bab II adalah landasan teori, yang berisi tiga pokok bahasan, yaitu (1)
penelitian terdahulu yang relevan, (2) kajian pustaka , dan (3) kerangka teori.
Kajian hasil penelitian yang terdahulu haruslah memiliki relevansi dengan
penelitian yang akan dilakukan. Semua teori berkaitan dan menjadi landasan
penelitian.
Bab III metodologi penelitian, yang berisi enam hal yaitu (1) jenis
penelitian, (2) data dan sumber data, (3) instrumen penelitian, (4) objek
penelitian, (5) teknik pengumpulan data, dan (6) teknik analisis data.
Bab IV hasil dan pembahasan, yang berisi tiga hal yaitu (1) deskripsi data,
(2) hasil analisis data, dan (3) pembahasan. Bab V penutup, yang berisi dua hal
yaitu (1) kesimpulan dan (2) saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Terdapat dua penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Yoani Juita Sumarsini (2010) dalam
skripsinya yang berjudul “Analisis Tindak Tutur dalam Iklan Kosmetik Di
Televisi”. Penelitian ini mengkaji tuturan pada iklan kecantikan yang ditayangkan
di stasiun televisi SCTV selama bulan Januari sampai Februari 2010. Penelitian
bersifat kualitatif.
Ada tiga masalah yang dipecahkan dari penelitian Yoani Juita Sumarsini
antara lain. Pertama, bagaimanakah lokusi dalam iklan kosmetik di televisi?
Kedua, bagaimanakah ilokusi dalam iklan kosmetik di televisi? Ketiga,
bagaimanakah perlokusi dalam iklan kosmetik di televisi?
Dalam penelitian ini terdapat kemiripan dalam pendekatan yang
digunakan. Penelitian Yoani Juita Sumarsini (2010) menggunakan pendekatan
pragmatik dan menganalisis tindak tutur. Analisis data dilakukan dengan mentode
refrensial dan pragmatis.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Beata Prima Equatoria Panantun
(2011) yang berjudul “Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Pola Kesantunan dalam
Novel “9 Matahari””. Penelitian ini berusaha menjawab dari dua masalah antar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
lain. Pertama, tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam novel “9 Matahari”?
dan kedua, pola kesantunan apa sajakah yang terdapat dalam novel “9 Matahari”?
Data dalam penelitian ini terdapat dalam novel “9 Matahari”. Sumber data dari
penelitian ini berupa tuturan yang ada dalam novel “9 Matahari”.
Relevansi dari penelitian pertama skripsi Yoani Juita Sumarsini (2010)
dengan penelitian yang sedang dilakukan adalah sama-sama bersifat penelitian
deskriptif kualitatif yang meneliti sebuah iklan. Penelitian tersebut menggunakan
teknik yang sama dengan penelitian yang sedang dilakukan yakni teknik catat.
Penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis wacana iklan, sehingga
penelitian tersebut masih memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti saat ini. Perbedaan dalam penelitian yang sedang dilakukan adalah
objek yang diteliti. Dalam penelitian yang sedang dilakukan, peneliti mengkaji
semua iklan komersial tidak sebatas iklan kosmetik, sedangkan penelitian Yoani
Juita Sumarsini (2010) meneliti iklan kosmetik yang ada di stasiun televisi SCTV.
Perbedaan lain dalam penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti adalah
media yang digunakan pada iklan.
Relevansi dari penelitian kedua, skripsi Beata Prima Equatoria Panantun
(2011) dengan penelitian yang sedang dilakukan adalah keduanya bersifat
penelitian deskriptif kualitatif yang meneliti tindak tutur dan kesantunan
berbahasa. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mendapatkan inspirasi untuk
mencoba melakukan penelitian yang sejenis, untuk menganalisis tindak tutur dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
kesantunan berbahasa dalam iklan yang berbahasa Indonesia bermedia luar
ruangan. Perbedaan dari penelitian Beata Prima Equatoria Panantun (2011)
dengan penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti adalah data yang diteliti.
Dalam penelitian ini, iklan yang digunakan adalah iklan komersil sedangkan
pada penelitian Beata Prima Equatoria Panantun (2011) menggunakan novel yang
berjudul 9 Matahari.
B. Kajian Pustaka
Mulyana (2005: 79) membagi kajian pragmatik menjadi empat hal, yaitu
dieksis, tindak ujar, praanggapan, dan implikatur. Tindak ujar atau tindak tutur
merupakan salah satu dari kajian pragmatik.
1. Tindak Ujar
Pragmatik merupakan salah satu cabang yang mempelajari tentang
ujaran atau daya ujar untuk apa ujaran dibuat atau dilakukan (Gunarwan,
1994: 84). Pragmatik adalah studi yang mendasarkan analisisnya pada
konteks. Konteks yang dimaksud adalah segala latar belakang pengetahuan
yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang menyertai dan
mewadahi sebuah penuturan (Rahardi, 2005: 50). Konteks tuturan adalah
konteks dalam semua aspek fisik atau seting sosial yang relevan dari
tuturabersangkutan (Wijana, 1996: 11). Konteks dapat berupa tempat, waktu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
suasana, dan lawan tutur. Dalam iklan omersial konteks dapat berupa tempat,
gambar, dan warna yang digunakan.
Tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan
atau ujaran (Yule, 2006: 82). Austin (1962) menyebutkan bahwa pada
dasarnya pada saat orang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu
(via Nadar, 2009: 11). Sorang guru bertanya “Wah kelas ini panas gak sih?”
kepada muridnya di kelas dengan suasana kelas pengap. Pertanyaan tersebut
bukan semata-mata untuk dimintai pendapat atau bertanya, tetapi merupakan
suatu perintah untuk membuka jendela.
Menurut Austin 1962 (via Gunarwan, 1994: 84) membedakan tiga
jenis tindakan yang berkaitan dalam ujaran. Ketiga jenis tersebut adalah
tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan tindak perlokusioner. Tindak
lokusioner berupa ujaran yang dihasilkan seorang penutur. Tindak ilokusioner
berupa maksud yang terkandung dalam ujaran. Tindak perlokusioner berupa
efek yang ditimbulkan dari ujaran tersebut. Berikut di bawah ini adalah
penerapan lokusioner, ilokusioner, dan perlokusioner berdasarkan iklan
layanan masyarakat.
(Perempatan Jl. Ring Road Barat Concong Catur Depok Sleman Yogyakarta)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Contoh
: “Castrol Power 1 Melesat Lebih Cepat”
Lokusioner
: Kata Castrol Power 1 dalam tuturan di atas merupakan kata
benda, kata melesat pada tuturan di atas merupakan kata kerja,
kata lebih merupakan kata keterangan, dan kata cepat
merupakan kata sifat.
Ilokusioner
: Ujaran di atas memiliki makna tersirat yaitu dengan
menggunakan oli Castrol Power 1 kendaraan akan lebih
bertenaga.
Perlokusioner : Efek dari tuturan “Castrol Power 1 Melesat Lebih Cepat”
terhadap mitra tutur adalah pembaca membeli dan mengganti
oli kendaraannya dengan oli Castrol Power 1.
Searle 1975 (via Gunarwan, 1994: 84) mengategorikan tindak ujar
berdasarkan pengertian tindak ujar atau tindak tutur menjadi lima. Kelima
jenis tindak ujar tersebut adalah:
a. Representatif (asertif)
Representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada
kebenaran atas apa yang dikatakannya. Contoh ujarannya dapat berbentuk
menyatakan, menyebutkan, melaporkan, menunjukkan, dan menyebutkan.
b. Derektif
Derektif adalah tindak ujaran yang dilakukan penuturnya dengan maksud
agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam ujaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
itu. Contoh ujarannya dapat berbentuk menyuruh, memohon, menuntut,
menyarankan, dan menantang.
c. Ekspresif
Ekspresif adalah tindak ujaran yang dilakukan dengan maksud agar ujaran
diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam ujaran
itu. Contoh ujarannya dapat berbentuk memuji, mengucapkan terima
kasih, mengkritik, dan mengeluh.
d. Komisif
Komisif adalah tindak ujaran yang mengikat penuturnya untuk
melaksanakan apa yang disebut di dalam ujarannya. Contoh ujarannya
dapat berbentuk berjanji, bersumpah, mengancam, dan menolak.
e. Deklarasi
Deklarasi adalah tindak ujaran yang dilakukan si penutur dengan maksud
untuk menciptakan hal atau keadaan yang baru. Contoh ujarannya dapat
berbentuk memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, dan
meminta maaf.
2. Jenis-Jenis Tindak Tutur
Yule (2006: 159) membagi tindak tutur berdasarkan strukturnya
menjadi dua yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Berikut di bawah ini penjelasan dari pembagian tindak tutur berdasarkan
strukturnya.
a. Tindak tutur langsung
Yule (2006: 95) menyatakan bahwa tindak tutur langsung akan
terbentuk apabila ada hubungan langsung antara bentuk struktural
(deklaratif, introgratif, imperatif) dengan fungsi komunikasi umum
(pernyataan, pertanyaan, perintah atau permohonan). Nadar juga
sependapat dengan Putu Wijana dan Rohmadi. Menurut Putu Wijana dan
Rohmadi (via Nadar, 2009: 18) menyatakan bahwa tindak tutur langsung
merupakan tuturan yang sesuai dengan modus kalimatnya, misalnya
kalimat berita untuk memberitakan, kalimat perintah untuk menyuruh,
kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu.
b. Tindak tutur tidak langsung
Menurut Yule (2006: 96) jika suatu tuturan ada hubungannya dengan
struktur (deklaratif, interogratif, dan imperatif) dengan komunikasi umum
(menanyakan, pertanyaan, dan perintah atau permohonan), maka terdapat
suatu tindak tutur tidak langsung. Berdasarkan pengertian yang
dikemukakan tersebut, Yule menyatakan bahwa bentuk deklaratif yang
digunakan untuk membuat suatu permohonan disebut tindak tutur tidak
langsung. Menurut Nadar (2009: 19) tindak tutur tidak langsung adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tuturan yang berbeda dengan modus kalimatnya. Maksud dari tindak tutur
tidak langsung dapat beragam dan tergantung pada konteksnya.
Menurut Wijana (2009: 29-30), tuturan yang diutarakan secara tidak
langsung biasanya tidak dapat dijawab secara langsung, tetapi segera
harus dilaksanakan maksud yang terimplikasikan di dalamnya. Misalnya
pada iklan komersial dibawah ini.
(Perempatan Jl. Ring Road Barat Concong Catur Depok Sleman
Yogyakarta)
Pada iklan komersial di atas terdapat kalimat “Castrol Power 1
Melesat Lebih Cepat”. Kalimat tersebut secara tidak langsung digunakan
untuk mempengaruhi pembaca supaya menggunakan oli mesin Castrol
power 1 dengan modus kalimat berita.
Dari uraian di atas skema penggunaan modus kalimat dalam
kaitannya dengan kelangsungan tindak tutur menurut Wijana (2009: 30)
dapat digambarkan sebagai berikut. Di bawah ini merupakan skema
penggunaan modus kalimat.
Tindak Tutur
Modus
Berita
Langsung
Memberitakan
Tidak langsung
Menyuruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Tanya
Bertanya
Menyuruh
Perinta
Memerintah
-
Skema di atas menunjukan bahwa kalimat perintah tidak dapat
digunakan untuk mengutarakan secara tidak langsung. Di samping itu,
menurut Nadar (2009: 19) ada tindak tutur yang mempunyai makna sesuai
dan tidak sesuai dengan kata-kata yang menyusunnya, yakni tindak tutur
literal dan tindak tutur tidak literal.
1) Tindak tutur literal
Menurut Wijana (2009: 31), tindak tutur literal adalah tindak
tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang
menyusunnya. Bila ada tuturan “Penyayi itu suaranya bagus” memang
diutarakan untuk memuji penyanyi yang dibicarakan, oleh karena itu
tuturan tersebut tindak tutur literal.
Nadar (2009: 31) memberikan contoh lain. Misalnya ada
seorang yang telah makan tiga piring nasi dengan lauknya dan orang
tersebut mengatakan “Saya kenyang”. Dapat dikatakan orang tersebut
benar-benar mengatakan demikian. Tindak tutur tersebut merupakan
tindak tutur literal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2) Tindak tutur tidak literal
Menurut Wijana (2009: 31) tindak tutur tidak literal adalah
tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan
dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Tindak tutur tidak literal
mempunyai maksud menyindir, memerintah, mengkritik ataupun
memohon kepada lawan tuturnya.
Mengenai
tindak
tutur
tidak
literal,
Nadar
(2009:20)
memberikan contoh. Tuturan “Saya senang sekali dengan ujian bahasa
Inggris tadi” tuturan tersebut diucapkan oleh mahasiswa yang tidak
pernah lulus ujian bahasa Inggris dan lemah sekali dalam perkuliahan.
Tuturan tersebut bukan tuturan yang sesuai dengan yang dimaksudkan
penuturnya sehingga tuturan tersebut termasuk tindak tutur tidak
literal.
3.
Interaksi Berbagai Jenis Tindak Tutur
Menurut Wijana terdapat dua tindak tutur yaitu tindak tutur langsung
dan tindak tutur tidak langsung, sedangkan menurut Nandar terdapat tindak
tutur literal dan tindak tutur tidak literal. Dari dua pendapat tersebut tersebut
jika diinteraksikan maka akan menjadi tindak tutur langsung literal, tindak
tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, dan tindak
tutur tidak langsung tidak literal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
a. Tindak tutur langsung literal
Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang dituturkan
dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud
pengutaranya (Wijana, 2009: 32). Maksud memerintah disampaikan
dengan
kalimat
perintah,
memberitakan
dengan
kalimat
berita,
menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya.
b. Tindak tutur tidak langsung literal
Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang
diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud
pengutaraannya, tetapi makna kata-katanya sesuai dengan apa yang
dimaksudkan penutur (Wijana, 2009: 32). Dalam tindak tutur ini maksud
memerintah diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya.
c. Tindak tutur langsung tidak literal
Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang
diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan,
tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama
dengan maksud penuturnya (Wijana, 2009: 34). Maksud memerintah di
ungkapkan
dengan
modus
kalimat
perintah,
dan
maksud
menginformasikan dengan kalimat berita. Hal lain yang perlu diketahui
adalah kalimat tanya tidak dapat digunakan untuk mengutarakan tindak
tutur langsung tidak literal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
d. Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang
diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai
dengan maksud yang hendak diutarakan (Wijana, 2009: 35). Pendapat
Wijana sama dengan pendapat Subagyo (2003: 7-71) Tindak tutur tidak
langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus
kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak
diutarakan. Tindak tutur tidak langsung tidak literal dapat berupa kalimat
perintah dengan modus kalimat sindiran.
4. Teori Kesantunan
Selain kita menggunakan bahasa yang baik dan benar, sebaiknya kita
juga memperhatikan kesantunan dalam bertutur. Struktur bahasa yang santun
adalah struktur bahasa yang disusun oleh penutur atau penulis agar tidak
menyinggung pendengar atau pembaca (Pranowo, 2009: 4). Berdasarkan
pendapat Pranowo tersebut kesantunan berbahasa itu penting untuk
diterapkan, karena dalam kesantunan berbahasa kita dapat menjaga relasi dan
menghormati mitra tutur kita. Sebelum kita melakukan tindak tutur dengan
mitra tutur, terlebih dahulu kita harus memiliki penilaian positif terhadap
mitra tutur kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Tujuan utama dari kesantunan adalah menjaga hubungan sosial yang
harmonis. Menurut Pranowo ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
mampu berbahasa santun dan komunikatif (2009: 23).
a. Berbahasa santun dapat menggunakan bahasa verbal (untuk bahasa tulis)
dan dapat pula dibantu dengan bahasa nonverbal (untuk bahasa lisan).
b. Bahasa santun tidak harus menggunakan bahasa baku, tetapi gunakan
bahasa yang sesuai ragamnya (bahasa yang baik).
c. Gunakan diksi yang memang sudah berbentuk santun atau memiliki “aura
kesantunan” (seperti: mohon, berkenan, dan mohon maaf).
d. Bertutur mengenai topik yang juga diminati dan dimengerti oleh mitra
tutur.
e. Buatlah mitra tutur tertarik dengan tuturan penutur sehingga mereka lebih
mudah memahami maksud tuturan.
f. Kenali diri mitra tutur dengan benar, terutama berkaitan dengan identitas
pribadi dan kesenangannya.
g. Ciptakan konteks situasi yang kondusif bagi mitra tutur agar atensi mitra
tutur terfokus pada penutur.
Fraser memiliki tiga definisi tentang kesantunan (via Kuswanti, 1994:
88) yang pertama, kesantunan adalah properti atau bagian dari ujaran (bukan
ujaran itu sendiri. Kedua, pendengarlah yang menentukan santun tidaknya
ujaran. Ketiga, kesantunan dikaitkan dengan hak dan kewajiban penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Berdasarkan ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahawa kesantunan
berbahasa dapat diukur berdasarkan hak dan kewajiban penutur terhadap
mitra tuturnya. Perlu diingat dalam kesantunan berbahasa yang paling penting
adalah menyangkut apa yang boleh diujarkan dan bagaimana cara
menyampaikan ujarannya.
Kesantunan berbahasa didasari oleh sikap hormat oleh penutur
terhadap mitra tuturnya yang berupa kesantunan dalam penggunaan bahasa.
Berikut ini adalah teori-teori yang berkaitan dengan kesantunan berbahasa.
a. Prinsip kerja sama Grice
Prinsip kerja sama Grice pada dasarnya memberikan landasan
mengapa manusia dapat saling berkomunikasi. Komunikasi tersebut
diwujudkan kedalam maksim. Maksim tersebut adalah peryataan ringkas
yang mengandung ajaran atau kebenaran umum tentang sifat-sifat
manusia. Grice membagi menjadi empat maksim, yaitu sebagai berikut
(via Yule, 2006: 64).
1) Maksim kuantitas
Buatlah percakapan yang disampaikan kepada mitra tutur Anda secara
informatif, sesuai dengan maksud pergantian percakapan yang sedang
berlangsung. Jangan membuat percakapan lebih informatif dari yang
diminta. Biasanya menggunakan ungkapan singkatnya, dengan kata
lain, kalau boleh dikatakan, dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2) Maksim kualitas
Sampaikan infomasi secara benar adanya. Hindari tuturan yang Anda
yakini salah. Jangan mengatakan informasi jika Anda tidak
mempunyai bukti yang cukup. Biasanya menggunakan ungkapan
setahu saya, kalau tidak salah dengar, katanya, dan lain sebagainya,
3) Maksim relevansi (hubungan)
Informasi yang disampaikan hendaknya sesuai dengan atau situasi
pembicara. Bahan atau topik yang berbeda dalam pembicaraan dapat
menjadi relevan jika memiliki kaitannya. Uangkapan yang diguakan
omong-omong, sambil lalu, dan lain sebagainya.
4) Maksim cara
Hindari ungkapan yang tidak jelas dan mengandung ketaksaan.
Buatlah percakapan menjadi singkat, dengan cara menhindari
ungkapan yang tidak perlu di ungkapkan. Sedapat mungkin buatlah
percakapan Anda secara urut dan teratur. Ungkapan yang digunakan
biasanya diawali dengan menurut saya, bagaimana kalau, dan
sebagainya.
b. Prinsip kesantunan Leech
Prinsip kesantunan
yang dikemukakan oleh
Leech (1983),
merupakan prinsip yang dianggap paling lengkap dan paling sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
diterapkan dalam percakapan. Berikut ini adalah prinsip kesantunan yang
dikemukakan oleh Leech (via Nadar, 2009: 30-31).
1) Maksim kebijaksanaan
Maksim
ini
mewajibkan
setiap
peserta
tindak
tutur
untuk
meminimalkan kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan
bagi orang lain. Dalam maksim ini diharapkan penutur menghilangkan
rasa dengki, iri hati, dan sakit hati terhadap mitra tutur.
2) Maksim penerimaan (kedermawanan)
Maksim
ini
mewajibkan
setiap
peserta
tindak
tutur
untuk
memaksimalkan kerugian bagi diri sendiri, dan meminimalkan
keuntungan bagi diri sendiri. Maksud sederhana dari maksim
penerimaan adalah penutur lebih mengutamakan dan mendahulukan
mitra tutur.
3) Maksim kemurahan (penghargaan)
Maksim ini penutur diharapkan sopan tidak hanya pada waktu
menyuruh dan menawarkan sesuatu, tetapi dalam menggungkapkan
perasaan dan mengemukakan pendapatnya harus tetap menjaga
kesopanan. Sopan dalam maksim ini adalah tidak mencaci, tidak selalu
mengejek, dan tidak merendahkan mitra tutur. Dalam maksim ini
berpusat pada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
4) Maksim kerendahan hati
Maksim kerendahan hati berpusat pada diri sendiri. Dalam maksim ini
diharapkan
peserta
tindak
tutur
untuk
memaksimalkan
ketidakhormatan pada diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat
pada diri sendiri.
5) Maksim kecocokan
Maksim ini menggariskan setiap penutur dan lawan tutur untuk
memaksimalkan kecocokan di antara mereka, dan meminimalkan
ketidakcocokan di antara mereka. Tindakan menyangkal atau melawan
dianggap kurang sopan dalam maksim ini.
6) Maksim kesimpatian
Maksim ini mengharuskan setiap peserta tuturan untuk maksimalkan
rasa simpati, dan meminimalkan rasa antipati kepada lawan tutur.
Orang yang bersikap antipati terhadap orang lain, apa lagi bersikap
sinis dan kasar terhadap orang lain dianggap orang tersebut tidak
santun.
c. Penentu Kesantunan Faktor Kebahasaan
Faktor kebahasaan adalah faktor yang menyangkut segala unsur
yang berkaitan dengan masalah bahasa, baik bahasa verbal maupun bahasa
nonverbal. Faktor kebahasaan verbal yang dapat menentukan kesantunan
tersebut adalah berupa diksi, modalitas, dan gaya bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
1) Pemakaian diksi
Faktor yang menentukan santun tidaknya pemakaian bahasa
dapat ditentukan oleh faktor kebahasaan, yang dimaksud adalah segala
unsur yang berkaitan dengan masalah bahasa, baik bahasa verbal
maupun bahasa non verbal. Salah satunya adalah pemakaian diksi, ada
beberapa diksi yang jika dipakai secara tepat dapat mengakibatkan
pemakaian bahasa menjadi santun (Pranowo, 2009: 90). Perhatikan
beberapa contoh berikut :
a) Pada pembukaan gedung olah raga Gor Among Rogo di Sleman
ini, kami mohon kesediaan Bapak berkenan untuk memotong pita.
b) Kecelakaan kereta pada malam itu membawa korban 3 orang
meninggal yaitu warga sipil.
Pemilihan kata mohon, bapak dan berkenaan pada kalimat
pertama memiliki kadar yang lebih santun dibandingkan menggunakan
kata-kata minta, dia minta, begitu pula pada kalimat kedua,
menggunkan kata-kata meninggal yang terdengar lebih santun
dibanding menggunakan kata-kata mati atau tewas.
Pranowo (2005: 104) mengemukakan pemakaian kata-kata
tertentu sebagai pilihan kata (diksi) yang dapat mencerminkan rasa
santun, misalnya.
a) Gunakan kata “tolong” untuk meminta bantuan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
b) Gunakan frasa “terima kasih” sebagai penghormatan atas kebaikan
orang lain.
c) Gunakan kata “maaf” untuk tuturan yang diperkirakan dapat
menyinggung perasaan orang lain.
d) Gunakan kata ”berkenan” untuk meminta kesediaan orang lain
melakukan sesuatu.
e) Gunakan kata “beliau” untuk menyebut orang ketiga yang dinilai
lebih dihormati.
f) Gunakan kata “Bapak/ Ibu” untuk menyebut orang kedua dewasa.
2) Keterangan modalitas
Harimurti Kridalaksana (1986: 82), mengemukakan bahwa
modalitas
menerangkan
sikap
atau
suasana
pembicara
yang
menyangkut perbuatan, pristiwa, keadaan atau sifat. Keterangan
modalitas sering juga disebut “kata warna”, yang berfungsi untuk
mengubah keseluruhan arti sebuah kalimat. Berikut di bawah ini jenisjenis modalitas menurut pembagian Alwi.
a) Modalitas internasional
Dalam modalitas internasional terdiri atas menyatakan keinginan,
harapan, ajakan, dan pembiaran (Alwi, 1992: 36).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
b) Modalitas epistemik
Modalitas epistemik karena timbul sikap ketidak percayaan atau
kekurangtahuan terhadap kebebenaran proposisi. Dalam modalitas
apistemik terdiri atas kemungkinan, keteramalan, keharusan, dan
kepastian (Alwi, 1992: 91)
c) Modalitas deontik
Modalitas deontik dikarenakan adanya permasalahan sikap
pembicara. Dalam modalitas deontik terdiri atas dua hal yaitu izin
dan perintah (Alwi, 1992: 169).
d) Modalitas dinamik
Dalam
modalitas
dinamik
terdiri
atas
kemampuan
dapat
dinyatakan dengan dapat, bisa, mampun, dan sanggup (Alwi, 1992:
235).
Berikut di bawah ini adalah makna yang berkaitan dengan setiap
subkategori modalitas berikut leksikal yang mengungkapkannya
(Alwi, 1992: 259-261).
No
1
Makna
Keinginan
a. Kadar
keinginan
b. Kadar
kemauan
c. Kadar
maksud
Modalitas Internasional
Pengungkapan
Ingin,
menginginkan,
menghendaki,
berhasrat, mengingini, berkeinginan, dan
mendambakan.
Mau, hendak, akan, bertekad, berketepatan.
Mau, hendak, akan, bermaksud, berniat,
berhajat, dan berkaul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2
3
d. Kadar
keakanan
Harapan
(sama dengan pengungkapan modalitas
untuk kadar kemauan dan maksud.
Harap,
harapan,
mengharapkan,
mengharap, berharap, doakan, mudahmudahan, moga-moga,dan semoga
dan Ajak, mengajak, imbau, ayo, mari, dan
mengimbau.
4
Ajakan
pembiaran
a. Ajakan
b. Pembiaran
Permintaan
1
Kemunginan
2
Keteramalan
3
4
Keharusan
Kepastian
1.
Izin
2
Perintah
1
Kemampuan
Biar(lah) dan biarkan(lah).
Sudilah, saya minta, saya mohon,silakan,
coba, tolong, dan mohon.
Modalita Epistemik
Dapat, bisa, boleh, mungkin, barang kali,
bisa saja, dan boleh saja.
Akan, agaknya, tampaknya, nampaknya,
rasanya, dan kelihatannya.
Harus, mesti, wajib, perlu, dan patut.
Pasti, tentu, tentunya, dipastikan, dan tentu
saja.
Modalitas Denotik
Boleh, dapat, bisa, izinkan, perkenankan,
dan perbolehkan
Wajib, mesti, harus, jangan, larang,
dilarang, dan tidak boleh.
Modalitas Dinamik
Dapat, bisa, mampu, dan sanggup.
3) Gaya bahasa
Pemakaian gaya bahasa menjadi salah satu faktor yang
mengakibatkan pemakaian bahasa menjadi santun. Gaya bahasa adalah
optimalisasi pemakaian bahasa dengan cara-cara tertentu untuk
mengefektifkan komunikasi.
a) Epizeuksis
Gaya bahasa epizeuksis adalah gaya bahasa perulangan atau
repitisi yang bersifat langsung. Repitisi yaitu perulangan bunyi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk
memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Keraf,
1984: 127).
b) Majas metafora
Majas metafora banyak dipakai untuk menghaluskan pemakaian
bahasa Indonesia agar terasa santun. Meskipun isi yang
disampaikan keras, tetapi dengan dikatakan secara tidak langsung
menggunakan gaya bahasa jenis metafora, tuturan yang keras itu
menjadi tetap terasa santun.
c) Majas personifikasi
Majas personifikasi juga digunakan untuk mengoptimalkan
pemakaian bahasa agar efektif dan terasa santun. Isi tuturannya
kadang-kadang berupa kritikan, tetapi karena disampaikan secara
tidak langsung dengan personifikasi, kritikan itu terasa tidak
menyakitkan.
d) Majas perumpamaan
Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya
berlainan dan yang sengaja dianggap sama dan sering juga kata
“perumpamaan” disamakan dengan persamaan (Tarigan, 1985:
10). Penanda jenis perumpamaan biasanya menggunakan kata-kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
sebagai berikut, seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana,
bagai, bagaikan, serupa dan lain-lain.
e) Majas hiperbola
Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung
pernyataan yang berlebih-lebihan dengan membesar-besarkan
suatu hal (Keraf, 1985: 135).
f) Majas eufemisme
Eufemisme adalah salah satu jenis gaya bahasa perbandingan yang
membandingkan dua hal dengan menggunakan perbandingan yang
lebih halus. Hal ini dimaksudkan penutur tidak menyinggung
perasaan mitra tutur, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk
menggantikan
ungkapan
yang dapat
dipersepsi
menghina,
menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak
menyenangkan bagi mitra tutur.
d. Kriteria kesantunan berbahasa
Berdasarkan uraian teori kesantunan di atas, peneliti menemukan
kriteria kesantunan berbahasa. Suatu tindak tutur dapat dikatakan santun
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.
1) Tuturan yang digunakan tidak menyinggung perasaan pembaca atau
pendengar.
2) Tuturan yang digunakan tidak menggunakan diksi yang kasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
3) Tuturan yang digunakan tidak terdapat unsur ancaman.
4) Tuturan yang digunakan tidak ada unsur memaksa.
Berikut di bawah ini adalah tabel kriteria kesantunan berbahasa.
No
1
Tingkat Kesantunan
Tuturan Iklan Komersials
Dirancang
arsitektur
SS
ternama
Indonesia.
2
Pastikan
motor
injection
Anda,
S
KS
TS


jangan salah pilih.
3
Esia melek tarif sadar sinyal.
4
-


Keterangan tabel:
SS : Sangat santun
Tuturan sangat santun jika tuturan terdapat keempat kriteria, yaitu
suatu tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar,
tidak menggunakan diksi yang kasar, tidak terdapat unsur ancaman,
dan tidak ada unsur memaksa.
S : Santun
Tuturan santun jika tuturan hanya terdapat tiga kriteria, misalnya
suatu tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar,
tidak menggunakan diksi yang kasar, dan tidak terdapat unsur
ancaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
KS : Kurang santun
Tuturan kurang santun jika tuturan hanya terdapat dua kriteria,
misalnya suatu tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca dan
pendengar dan tidak terdapat unsur ancaman.
TS : Tidak santun
Tuturan tidak santun jika tuturan hanya terdapat satu atau tidak sama
sekali kriteria, misalnya suatu tuturan tidak menyinggung perasaan
pembaca atau pendengar.
5. Teori Periklanan
a. Pengertian iklan
Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa
yang disampaikan lewat suatu media dan ditujukan pada sebagian seluruh
masyarakat. Menurut Riyanto (2001), periklanan diartikan sebagai
keseluruhan proses yang meliputi persiapan, perencanan, pelaksanaan, dan
pengawasan penyampaian iklan (via Rendra. 2005: 16). Menurut Rendra
(2005: 17), dalam periklanan terdapat enam prinsip dasar yaitu sebagai
berikut.
1) Adanya pesan tertentu.
2) Dilakukan oleh komuniktor (sponsor).
3) Dilakukan dengan cara non personal.
4) Disampaikan untuk khalayak tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
5) Dalam penyampaian pesan tersebut, dilakukan dengan cara membayar.
6) Penyampaian pesan tersebut, mengharapkan dampak tertentu.
b. Media iklan
Sebuah iklan haruslah mememiliki media atau sarana untuk
memuat apa yang ingin diiklankan. Menurut Madjadikara ada beberapa
jenis media dalam periklanan, yaitu media cetak, media elektronik, dan
media lainnya seperti media luar ruangan (2004: 11).
Iklan komersial yang digunakan sebagai penelitian ini bermedia
luar ruangan. Media luar ruangan menurut Madjadikara (2004: 12) adalah
media periklanan yang berupa spanduk (benner), papan reklame
(billboard), poster, neon box, umbul-umbul, baliho, papan nama took,
balon udara, dan sebagainya yang terdapat di luar ruangan.
Iklan komersial bermedia luar ruangan banyak kita jumpai di
pinggir jalan dan juga perempatan jalan. Seperti di bawah ini contoh dari
iklan komersial bermedia luar ruangan.
(Jl. Colombo Depok Seleman Yogyakarta depan gedung Rektorat UNY)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Dari salah satu contoh iklan komersial di atas, peneliti akan meneliti jenisjenis tindak tutur dan penanda kesantunan.
c. Jenis-jenis iklan
Menurut Binter (1986), secara umum iklan dibagi menjadi dua,
yaitu iklan standar dan iklan layanan masyrakat (via Rendra. 2005: 65).
Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan
memperkenalkan barang, jasa, pelayanan untuk konsumen melalui media
periklanan. Iklan layanan masyarakat (ILM) adalah iklan yang bersifat
non-profit, maksudnya adalah iklan yang tidak mencari keuntungan secara
komersil tetapi lebih ditekankan pada sosial. Berikut ini contoh dari iklan
standar dan iklan layanan masyarat.
Iklan strandar:
Pilih Mutu, Pilih Mutiara
“Genteng Mutiara Jl. Ring Road Barat Gamping”
Iklan layanan masyarakat:
Gunakan Sabuk Keselamatan Saat Mngemudi
”Polres Bantul dan Angggur Orang Tua Jl. Ring Road Barat
Gamping”
Perbedaan kedua iklan tersebut sangatlah mencolok jika dilihat
dari pengertiannya. Bedasarkan tujuannya iklan standar bertujuan untuk
merangsang pembeli atau pemakai, sedangkan iklan layanan masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan berupa citra baik di tengah
masyarakat.
Iklan komersial memiliki tujuan mendapatkan keuntungan
ekonomi, utamanya adalah peningkatan penjualan. Berdasarkan tujuannya
iklan komersial dibagi menjadi tiga yaitu iklan untuk konsumen, untuk
bisnis, dan untuk profesional (Rendra, 2005: 102 – 103).
1) Iklan konsumen
Iklan konsumen dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan bisnis
dimana pesan iklan ditujukan kepada konsumen akhir, yaitu pengguna
terakhir suatu produk. Seseorang yang membeli produk dimana
produk tersebut akan digunakan sendiri, maka ia akan disebut dengan
konsumen pengguna terakhir. Misalnya, bayi adalah pengguna akhir
dari produksi susu, pem pers, bedak bayi, minyak telon, mainan dan
sebagainya. Berikut dibawah ini termasik iklan jenis iklan konsumen.
a) Iklan kosmetik
Iklan komersial yang berkaitan dengan kosmetik seperti alat-alat
kecantikan, parawatan kecantikan, dan lain-lain.
b) Iklan perumahan
Iklan komersial yang menawarkan perumahan atau tempat hunian,
seperti ruko, perumahan, apartemen, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
c) Iklan elektronik
Iklan
komersial
yang
menawarkan
berupa
barang-barang
elektronik.
d) Iklan kendaraan
Iklan komersial yang menawarkan tentang berbagai kendaraan
atau onderdil kendaraan.
e) Iklan makanan dan minuman
Iklan komersial yang menawarkan makanan dan minuman.
f) Iklan jasa
Iklan komersial yang menawarkan bukan dalam bentuk benda
tetapi jasa seperti jasa asuransi, jasa bank, dan jasa lainnya.
g) Iklan provider
Iklan komersial yang menawarkan provider ponsel.
h) Iklan pendidikan
Iklan komersial yang berkaitan tentang pendidikan.
2) Iklan bisnis
Iklan bisnis adalah iklan yang disampaikan dengan maksud
mendapatkan keuntungan ekonomi dan sasaran pesan yang dituju
adalah seseorang atau lembaga yang akan mengelola dan atau menjual
produk yang akan diiklankan tersebut kepada konsumen akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Misalnya, pabrik yang akan mengelola kembali produk yang dibelinya
untuk dibentuk menjadi produk baru lainnya guna dijual kepada pasar.
3) Iklan profesional
Iklan profesional adalah iklan yang dimaksudkan untuk mendapatkan
keuntungan bisnis dimana khalayak sasaran iklan adalah segmen
khusus yaitu para profesional. Kaum profesional adalah kelompok
orang yang memiliki pekerjaan spesifik misalnya, dokter, guru, pilot,
pelaut, dan sebagainya.
d. Fungsi iklan
Secara prinsip fungsi iklan adalah menyajikan pesan yang
dilakukan oleh komunikator secara non personal melalui media untuk di
tinjau pada komunikan dengan cara menyebar. Menurut Monle Lee &
Carla Johnson (2004, 10-11) fungsi iklan adalah sebagai berikut.
1) Periklanan menjalankan sebuah fungsi “informasi”. Iklan berfungsi
untuk mengkomunikasikan informasi produk, ciri-ciri dan lokasi
penjualannya.
2) Periklanan menjalankan sebuah fungsi “persuasi”. Iklan mencoba
untuk membujuk para konsumen untuk membeli merek-merek tertentu
atau mengubah sikap mereka terhadap produk atau perusahaan
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3) Periklanan menjalankan fungsi “pengingat”. Iklan terus menerus akan
mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka
akan tetap membeli produk yang diiklankan tanpa memperdulikan
merek pesaingnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
C. Kerangka Berpikir
Setelah mengkaji berbagai teori dan hasil penelitian yang berkaitan
dengan penelitian ini, peneliti menyusun kerangka berbikir sebagai dasar untuk
menganalisis masalah penelitian. Berikut di bawah ini skema kerangka berpikir
dalam penelitian yang sedang dilakukan.
Tuturan iklan komersial luar ruangan
1.
2.
Rumusan Masalah
Jenis-jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam tuturan iklan komersial di
media luar ruangan di Yogyakarta?
Penanda-penanda kesantunan apa sajakah yang terdapat pada tindak tutur iklan
komersial di media luar ruangan di Yogyakarta?
Analisis data dilakuakan dengan 4 tahap yaitu, klasifikasi data, identifikasi data,
pengkodean, dan deskripsi data.
Teori yang digunakan untuk menganasis data
Jenis-jenis tindak tutur menurut Putu
Wijana & Rohmadi dibagi menjadi 4. (1)
Tindak tutur langsung literal. (2) Tindak
tutur tidak langsung literal. (3) Tindak
tutur langsung tidak literal. (4) Tindak
tutur tidak langsung tidak literal.
Kesantunan berbahasa memiliki faktor
penentu yaitu pemakaian diksi, keterangan
modalitas, dan dan gaya bahasa. Kriteria
dalam kesantunan berbahasa yaitu suatu
tuturan tidak menyinggung perasaan
pembaca
atau
pendengar,
tidak
menggunakan diksi yang kasar, tidak
terdapat unsur ancaman, dan tidak ada
unsur memaksa.
Analisis tuturan dalam iklan komersial
Kesimpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena pada langkah awal
peneliti mengumpulkan fakta atau data. Dalam penelitian ini peneliti
mendeskripsikan tentang jenis-jenis tindak tutur dan penanda kesantunan
berbahasa dalam iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta.
B. Data dan Sumber Penelitian
Data dalam penelitian kualitatif ini berupa tindak tutur iklan komersial
dalam bentuk foto yang menggunakan bahasa Indonesia dan menggunakan media
luar ruangan yang ada di Yogyakarta. Data diambil dalam bentuk foto yang
didapatkan oleh peneliti sendiri, dalam arti peneliti sendiri yang melakukan
kegiatan pengambilan foto iklan komersial bermedia luar ruangan. Moleong
(2006:160) juga menjelaskan bahwa penggunaan foto untuk melengkapi sumber
data besar sekali manfaatnya. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup
berharga yang sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya
sering dianalisis secara induktif.
Sumber data yang dugunakan berupa tuturan iklan komersial. Peneliti
memilih iklan komersial karena iklan tersebut mudah dijumpai di setiap tempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Selain itu, iklan komersial sering menggunakann bahasa-bahasa yang manarik
perhatian pembaca. Iklan komersial juga dekat dengan kehidupan masyarakat.
C. Instrumen Penelitian
Peneliti adalah instrument dari penelitian ini. Menurut Moleong (2007:
168), yang dimaksud dengan peneliti sendiri adalah peneliti merupakan
perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada
akhirnya menjadi si pelapor melaporkan hasil penelitiannya. Oleh karena itu,
peneliti membuat langkah-langkah penelitian sebagai berikut.
1. Peneliti melakukan observasi ke tempat umum (jalan raya, pertokoan, dll)
untuk menemukan iklan komersial berbahasa Indonesia yang menggunakan
media luar luarangan.
2. Peneliti mengumpulkan data dengan cara memfoto iklan komersial tersebut
menggunakan kamera.
3. Peneliti mencatat hal yang berkaitan dengan iklan komesial tersebut (tempat
terdapat iklan komersial) ke dalam kertas sebagai catatan pendukung.
4. Peneliti menginventarisasi iklan komersial bedasarkan jenis-jenisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
D. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah tuturan dari iklan komersial.
Tuturan iklan komersial yang menjadi objek penelitian bermedia cetak yang ada
di luar ruangan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (1990: 134), metode pengumpulan data adalah caracara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam
sebuah penelitian, metode yang digunakan haruslah sesuai dengan tujuannya.
Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode penyimakan
(observasi). Dalam penelitian ini, penyimakan dilakukan dengan mengamati
pemakaian bahasa iklan komersial berbahasa Indonesia yang dikemukakan oleh
pihak pengiklan dalam berbagai jenis media luar ruangan.
Pelaksanaan metode simak diwujudkan dengan teknik sadap. Menurut
Kesuma (2007: 47), teknik sadap adalah pelaksanaan metode simak dengan
menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang. Penggunaan
bahasa yang disadap dapat berbentuk bahasa lisan dan bahasa tulisan. Penyadapan
dalam penelitian ini dilakukan terhadap pemakaian bahasa Indonesia (tulis) dalam
iklan komersial yang menggunakan media luar ruangan. Penyadapan dilakukan
dengan mencari, menemukan, mengumpulkan iklan komersial berbahasa
Indonesia dengan menggunakan media luar ruangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Dalam pengumpulan data peneliti melakukan tiga tahapan yaitu,
klasifikasi, identifikasi, dan deskripsi. Dalam pengumpulan data sebagai bahan
penelitiannya, peneliti tidak membuat instrumen sendiri, karena data-data yang
dibutuhkan sudah tersedia dalam bentuk dokumen yang berupa foto iklan
komersial di daerah Yogyakarta.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis
data kualitatif. Menurut Hasan (2003:98), analisis kualitatif adalah analisis yang
tidak menggunakan model matematika, model statistik, dan ekonometrik atau
model-model tertentu lainnya. Data-data yang ada hanya akan diolah, diuraikan,
dan ditafsirkan.
Setelah data terkumpul langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti
adalah menganalisis data-data yang sudah ada dan mengklasifikasikannya. Dalam
menganalisis data, langkah-langkah yang digunakan peneliti adalah sebagai
berikut.
1. Peneliti mengumpulkan tuturan iklan komersial bermedia cetak luar ruangan
dalam.
2. Peneliti mengidentifikasi tindak tutur dan penanda kesantunan pada tuturan
iklan komersial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
3. Peneliti menglasifikasikan data berupa tuturan iklan komersial dan memberi
kode pada masing-masing temuan analisis yang mengandung tindak tutur dan
penanda kesantunan.
4. Hasil analisis diperiksa ulang oleh pakar, yaitu dosen pembimbing.
5. Penafsiran terhadap data yang kredibilitasnya terpenuhi pada akhirnya
menemukan teori.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI DATA
Data yang dianalisis merupakan tuturan yang diambil dari iklan komersial
yang berada di luar ruangan di daerah Yogyakarta. Data iklan komersial yang
berhasil dikumpulkan selama bulan Maret 2012 oleh peneliti, terdapat 85 iklan
komersial yang terdapat jenis-jenis tindak tutur dan terdapat penanda kesantunan
bahasa. Data yang akan dianalisis dirinci sebagai berikut.
NO
KODE JENIS IKLAN KOMERSIAL
1
A
Iklan kosmetik (sebanyak 5 iklan)
2
B
Iklan perumahan (sebanyak 6 iklan)
3
C
Iklan elektronik (sebanyak 12 iklan)
4
D
Iklan kendaraan (sebanyak 11 iklan)
5
E
Iklan makanan dan minuman (sebanyak 11 iklan)
6
F
Iklan jasa (sebanyak 10 iklan)
7
G
Iklan provider (sebanyak 14 iklan)
8
H
Iklan rokok (sebanyak 9 iklan)
9
I
Iklan pendidikan (sebanyak 3 iklan)
10
J
Iklan lain-lain (sebanyak 4 iklan)
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
B. HASIL ANALISIS DATA
Hasil temuan ini disajikan dengan urutan sebagai berikut: (a) Jenis temuan,
(b) Data tuturan iklan komersial, dan (c) Pemaknaan. Pembahasan lebih lanjut
mengenai pengungkapan jenis-jenis tindak tutur dan penanda kesantunan dalam
tuturan iklan komersial adalah sebagai berikut.
1. Jenis-Jenis Tindak Tutur pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan
Pengungkapan jenis-jenis tindak tutur di dalam komunikasi dapat
diwujudkan ke dalam empat macam, yaitu tindak tutur langsung, tindak tutur
tidak langsung, tindak tutur literal, dan tindak tutur tidak literal. Keempat
tindak tutur tersebut jika diinteraksikan maka akan menjadi tindak tutur
langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak
literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Sehubungan dengan ini,
jenis tindak tutur dalam iklan komersial diungkapkan dengan tiga tindak tutur
yakni tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, dan
tindak tutur tidak langsung tidak literal. Berikut ini rincian pembahasan.
a. Tindak Tutur Langsung Literal dalam pada Komersial Media Luar
Ruangan
Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang dituturkan
dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaranya
(Putu Wijana dan Rohmadi, 2009: 32). Berikut di bawah ini iklan komersial
dengan tindak tutur langsung literal.
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
(1)
Sumber: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta
Konteks: Terdapat gambar berbagai hadiah seperti motor TV LED,
dan HP yang canggih. Selain itu terdapat mascot Android dan
berbagai jenis HP Samsung.
Tuturan: “Beli ponsel Samsung dapatkan kejutan ribuan hadiah”
(C.4)
(2)
Sumber: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta
Konteks: Terdapat gambar hadiah berupa TV LED, sound stereo set,
dan HP Nokia. Selain itu juga terdapat gambar produk Nokia
terbarunya.
Tuturan: “Beli Nokia-nya dapatkan tanda cinta-nya” (C.7)
(3)
Sumber: Jl. Laksda Adi Sucipto Sleman Yogyakarta
Konteks: Terdapat gambar dunia dan aliran susu dari langit yang
membawa keluarga yang penuh semangat dan keceriaaan.
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tuturan: “Ayo, Indonesia minum susu cair segar dan raih prestasi
dunia” (E.5)
Tuturan (1) merupakan tindak tutur langsung literal. “Beli ponsel
Samsung dapatkan kejutan ribuan hadiah” (C.4) merupakan kalimat ajakan
dengan ditandai kata “dapatkan” pada kalimat tersebut. Konteksnya terdapat
gambar berbagai hadiah seperti motor TV LED, dan HP yang canggih.
Selain itu terdapat mascot Android dan berbagai jenis HP Samsung. Iklan
(C.4) dinyatakan langsung karena tuturan tersebut sesuai dengan modus
kalimatnya yaitu berupa ajakan. Kata “dapatkan” pada kalimat iklan
komersial (C.4) tersebut merupakan ajakan untuk mendapatkan hadiah
dengan membelian ponsel Samsung. Keliteralannya karena dengan membeli
ponsel Samsung memang mendapatkan hadiah secara langsung.
Tuturan (2) merupakan tindak tutur langsung literal. “Beli Nokia-nya
dapatkan tanda cinta-nya” (C.7) merupakan kalimat ajakan dengan ditandai
kata “dapatkan” pada kalimat tersebut. Konteksnya terdapat gambar hadiah
berupa TV LED, sound stereo set, dan HP Nokia. Selain itu juga terdapat
gambar produk Nokia terbarunya. Dinyatakan langsung karena tuturan
tersebut sesuai dengan modus kalimatnya yaitu berupa ajakan. Kata
“dapatkan” pada kalimat iklan komersial (C.7) tersebut merupakan ajakan
untuk mendapatkan kejutan dengan membeli ponsel Nokia. Keliteralannya
karena dengan membeli ponsel Nokia memang mendapatkan hadiah
langsung.
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tuturan (3) merupakan tindak tutur langsung literal. “Ayo, Indonesia
minum susu cair segar dan raih prestasi dunia” (E.5) merupakan kalimat
ajakan dengan ditandai modalitas kata “ayo” pada awal kalimat. Konteksnya
terdapat gambar dunia dan aliran susu dari langit yang membawa keluarga
yang penuh semangat dan keceriaaan. Dinyatakan langsung karena tuturan
tersebut sesuai dengan modus kalimatnya yaitu berupa ajakan. Ajakan dari
iklan komersial (E.5) supaya pembaca membeli dan meminum susu Ultra
dengan melihat gambar keluarga yang penuh keceriaan dan semangat.
Keliteralannya kerena susu dapat mencerdaskan anak sehingga dapat meraih
prestasi.
b. Tindak Tutur Tidak Langsung Literal pada Iklan Komersial Media
Luar Ruangan
Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang
diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud
pengutraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan
apa yang dimaksudkan penutur (Putu Wijana dan Rohmadi, 2009: 32).
Seperti yang diungkapkan Wijana langsung tidak langsungnya sebuah
tuturan dapat dilihat dari modusnya. Dalam hal ini berikut bentuk-bentuk
fungsi modus tuturan dalam iklan komersial luar ruangan.
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
1) Modus kalimat berita sebagai persuasi
Tuturan dengan kalimat berita yang dapat digunakan pula
sebagai persuasi juga ditemukan pada tuturan-tuturan berikut ini.
Kalimat yang digunakan merupakan kalimat berita tetapi di dalamnya
mengandung persuasi ditujukan pada subjek yang disebutkan dalam
tuturan itu.
(4)
Sumber: Jl. Colombo Depok Seleman Yogyakarta depan
Fakultas Ilmu Keolahragaan.
Konteks : Terdapat tulisan kata “baru” dan terdapat gambar
kemasan kondisioner Clear dengan back ground
warna gelap.
Tuturan: “Clear kondisioner menutrisi kulit kepala untuk
rambut tak berketombe 10 X lebih kuat” (A.1)
(5)
Sumber: Perempatan Ring Road Barat Condong Catur, Depok,
Sleman, Yogyakarta.
Konteks: Terdapat gambar rumah yang minimalis tetapi tetap
memperihatkan kemewahan dengan mobil yang diperkir
di depan rumah.
Tuturan: “Tersedia 4 unit ruko, 10 unit rumah” (B.2)
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
(6)
Sumber: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta
Konteks: Terdapat gambar modem Smartfren disertai harga
modem.
Tuturan: “Puasnya internetan dengan Smartfren Modem
EC1261-2” (C.11)
(7)
Sumber: Jl. Parangtritis, Km 11. Yogyakarta
Konteks: Terdapat gambar jenis aki yang ditawarkan.
Tuturan: “Aki GS Astra, nyamannya ekstra” (D.2)
(8)
Sumber: Perempatan Ring Road Barat Concdong Catur, Depok,
Sleman, Yogyakarta
Konteks: Terdapat gambar orang yang sedang balapan dengan
macan tutul dan terdapat gambar produknya.
Tuturan: “Castrol Power 1 melesat lebih cepat” (D.3)
Tuturan (4) merupakan kalimat berita, dalam tuturan “Clear
kondisioner menutrisi kulit kepala untuk rambut tak berketombe 10 X
lebih kuat” (A.1) merupakan modus tuturan yang berupa kalimat berita
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
dengan maksud persuasi sehingga tuturan tesebut tidak langsung.
Konteksnya terdapat tulisan kata “baru” dan terdapat gambar kemasan
kondisioner Clear dengan back ground warna gelap. Persuasi dari
tuturan tersebut ajakan supaya pembaca membeli produk, setelah
melihat kemasannya yang baru. Keliteralan tuturan tersebut karena
memang iklan komersial tersebut menginformasikan bahwa Clear
salah satu konditioner rambut yang baik.
Tuturan (5) merupakan kalimat berita. Tuturan “Tersedia 4 unit
ruko, 10 unit rumah” (B.2) merupakan kalimat berita dengan maksud
persuasi sehingga tuturan tersebut tidak langsung. Konteksnya terdapat
gambar
rumah
yang
minimalis
tetapi
tetap
memperlihatkan
kemewahan dengan mobil yang diperkir di depan rumah.Persuasi dari
tuturan tersebut ajakan supaya pembaca membeli dan menempati
perumahan yang ditawarkan dengan melihat gambar rumahnya.
Keliteralan tuturan tersebut memang menawarkan 4 ruko dan dan 10
rumah.
Tuturan (6) merupakan kalimat berita. Dalam tuturan “Puasnya
internetan dengan Smartfren Modem EC1261-2” (C.11) merupakan
kalimat berita dengan maksud persuasi sehingga tuturan tersebut tidak
langsung. Konteksnya terdapat gambar modem Smartfren disertai
harga modem. Persuasi dari tuturan tersebut ajakan supaya pembaca
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
membeli dan memakai produk Smartfren Modem EC1261-2 dengan
harga yang cukup murah. Keliteralan tuturan tersebut karena memang
menggunakan Smartfren Modem EC1261-2 aksesnya cepat dan cukup
cepat sebagai kapasitas modem.
Tuturan (7) merupakan kalimat berita, dalam tuturan “Aki GS
Astra, nyamannya ekstra” (D.2)
merupakan modus tuturan yang
berupa kalimat berita dengan maksud persuasi sehingga tuturan
tersebut tidak langsung. Konteksnya terdapat gambar aki yang
ditawarkan. Persuasi dari tuturan tersebut berupa ajakan supaya
pembaca membeli dan memakai produk aki GS Astra. Keliteralan
tuturan tersebut karena memang aki GS Astra merupakan aki yang
sudah terjamin kualitasnya.
Tuturan (8) merupakan kalimat berita, “Castrol Power 1
melesat lebih cepat” (D.3) merupakan modus tuturan yang berupa
kalimat berita dengan maksud persuasi sehingga tuturan tersebut tidak
langsung. Konteksnya terdapat gambar orang yang sedang balapan
dengan macan tutul dan terdapat gambar produknya. Persuasi dari
tuturan tersebut merupakan ajakan supaya pembaca membeli dan
memakai produk oli pelumas mesin dijamin pasti peforma motor
semakin hebat. Keliteralan tuturan tersebut karena memang oli
pelumas Castrol Power 1 yang sudah terjamin kualitasnya.
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
2) Modus kalimat saran sebagai persuasi
Tuturan dengan tindak tutur tidak langsung literal ini
menggunkan modus kalimat yang tidak sesuai dengan yang dituturkan.
kalimat dengan modus kalimat saran dengan tujuan persuasi.
(9)
Sumber: Jl. Babarsari, Depok Sleman Yogyakarta
Konteks: Terdapat model wanita cantik dengan gaun hitam
berwajah kemilau yang sedang bergaya.
Tuturan: ” Kulit cantik bagai bintang LBC solusinya…..”(A.5)
(10)
Sumber: Jl. Prof. Yohanes Perempatan Pom Bensin Sagan
Konteks: Terdapat gambar foto keluarha yang sehat juga ceria dan
alat gambar tensimeter.
Tuturan: “Langkah bijak memantau tekanan darah secara teratur
sebelum Anda sakit” (C.3)
(11)
Sumber: Jl. Kaliurang km 6 Sleman Yogyakarta
Konteks: Terdapat gambar laptop dengan berbagai warna.
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tuturan: “Dapatkan produk terbaik AMD” (C.9)
(12)
Sumber: Jl. Solo kota Yogyakarta
Konteks: Terdapat gambar wanita cantik dengan gaya sedang
asik mendengarkan dan melihat TV dengan gamabar
yang ada dalam TV berada di luar sehingga terasa
nyata.
Tuturan: “Power Tv solusi kita semua untuk sinyal bersih dan
gambar jernih” (C.10)
Tuturan (9) merupakan modus tuturan yang berupa kalimat
saran dengan maksud persuasi sehingga tuturan tersebut tidak
langsung. ”Kulit cantik bagai bintang LBC solusinya…..” (A.5)
kalimat ini memang memberikan salah satu solusi untuk merawat
kecantikan di LBC. Konteksnya terdapat model wanita cantik dengan
gaun hitam berwajah kemilau yang sedang bergaya. Persuasi pada
iklan komersial (A.5) ajakan supaya pembaca terpengaruh dan
merawat kecantikan di LBC seperti gambar model yang ada di iklan.
Keliteralan dalam iklan komersial ini memang LBC menawarkan salah
satu solusi untuk merawat kecantikan kulit.
Tuturan (10) merupakan modus tuturan yang berupa kalimat
saran dengan maksud persuasi sehingga tuturan tersebut tidak
langsung. “Langkah bijak memantau tekanan darah secara teratur
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
sebelum Anda sakit” (C.3) kalimat ini memberikan saran untuk selalu
melihat dan mengontrol tekanan darah. Konteksnya terdapat gambar
foto keluarga yang sehat juga ceria dan alat gambar tensimeter.
Persuasi dari kalimat iklan komersial (C.3) adalah mempengaruhi
pembaca supaya menggunakan digital tensi untuk mempermudah
melihat tekanan darah. Tuturan ini termasuk jenis tuturan literal karena
dalam tuturan ini memang memberikan solusi untuk mempermudah
dalam pengecekan tekanan darah.
Tuturan (11) “Dapatkan produk terbaik AMD” (C.9)
merupakan modus tuturan yang berupa kalimat saran dengan maksud
persuasi sehingga tuturan tersebut tidak langsung. Konteksnya terdapat
gambar laptop dengan berbagai warna. Tuturan (C.9) menyarankan
supaya pembaca mendapatkan produk terbaik Vision dan tuturan ini
memberi perintah supaya pembaca juga membeli produk Vision
karena banyak pilihannya. Persuasi dari tuturan (C.9) ajakan supaya
pembaca membeli produk laptop Vision. Tuturan ini termasuk jenis
tuturan literal karena tidak menggunakan kalimat kiasan dan memang
menawarkan produk Vision.
Tuturan (12) “Power Tv solusi kita semua untuk sinyal bersih
dan gambar jernih” (C.10) merupakan modus tuturan yang berupa
kalimat saran dengan maksud persuasi sehingga tuturan tersebut tidak
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
langsung. Tuturan (C.10) menyarankan mengganti tv lama dengan
Power Tv dari Toshiba supaya sinyal kuat dan gambar yang jernih.
Konteksnya terdapat gambar wanita cantik dengan gaya sedang asik
mendengarkan dan melihat TV dengan gamabar yang ada dalam TV
berada di luar sehingga terasa nyata. Persuasi dari tuturan (C.10)
supaya pembaca terpengaruh dan membeli tv Toshiba karena kualitas
gambar dan suaranya bagus. Tuturan ini termasuk jenis tuturan literal
karena memberikan salah satu solusi untuk menikmati gambar jernih
dan sinyal yang kuat.
3) Modus kalimat tanya sebagai persuasi
Tuturan dengan tindak tutur tidak langsung literal ini
menggunkan modus kalimat yang tidak sesuai dengan yang dituturkan.
Tuturan dengan kalimat tanya yang dapat digunakan pula sebagai
persuasi.
(13)
Sumber: Jl. Prof. Yohanes Perempatan Pom Bensin Sagan
Konteks: Terdapat hasil proyektor yang jernih dan jelas juga
terdapat dua jenis proyektor yang ditawarkan.
Tuturan: “Masih pakai proyektor konvensional? Sekarang
jamannya wide screen!!! Pakai Mitsubisi WXGA
proyektor” (C.5)
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tuturan (13) “Masih pakai proyektor konvensional? Sekarang
jamannya wide screen!!! Pakai Mitsubisi WXGA proyektor” (C.5)
merupakan modus tuturan yang berupa kalimat tanya dengan maksud
persuasi sehingga tuturan tersebut tidak langsung. Konteks: Terdapat
hasil proyektor yang jernih dan jelas juga terdapat dua jenis
proyektor yang ditawarkan.Dalam tuturan ini memang menanyakan
mengenai proyektor, mengapa masih menggunakan proyektor yang
konvensional. Persuasi dari tuturan (C.5) ajakan supaya membeli dan
mengganti proyektor yang lebih canggih dengan Mitsubisi WXGA
proyektor. Tuturan ini termasuk jenis tuturan literal karena dalam
tuturan (C.5) memang manawarkan produk proyektor yang lebih
moderen yaitu Mitsubisi WXGA proyektor.
c. Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal pada Iklan Komersial
Media Luar Ruangan
Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang
diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai
dengan maksud yang hendak diutarakan (Subagyo, 2003: 70-71). Berikut ini
data yang mengandung tindak tutur tidak langsung tidak literal.
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
(14)
Sumber: Jl. Kaliurang km 4.5 Sleman Yogyakarta
Konteks: Terdapat seorang ibu menggendong bayi dengan ekspresi
tersenyum ceria.
Tuturan: ”Kutemukan perawatan yang terbaik untuknya” (A.3)
(15)
Sumber: Jl. Wonosari Km 7,5 Muntab, Baturetno, Yogyakarta
Konteks: Terdapat gambar rumah yang mewah dilengkapai
dengan taman yang hijau disertai kolam renang dan
penghuni yang terlihat damai.
Tuturan: “ Dirancang arsitek ternama Indonesia” (B.1)
(16)
Sumber: Jl. Kaliurang km 5.6 Sleman Yogyakarta
Konteks: Terdapat gambar botol Cocacola dengan butiran-butiran
es yang terlihat dingin dan menyegarkan dan back ground
berwarna merah sehingga terlihat sangat kontras.
Tuturan: “Teman di saat galau” (E.4)
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
(17)
Sumber: Jl. Colombo Depok Sleman Yogyakarta depan Fakultas
Ilmu Keolahragaan
Konteks: Terdapat gambar model wanita yang sedang tersipu dan
pria yang sedang memohon dengan back groun rumput
dengan bunga berbentu love.
Tuturan: “Satu klik ke banyak aplikasi” (G.2)
(18)
Sumber: Jl. Colombo Depok Sleman Yogyakarta depan Gedung
Rektorat
Konteks: Terdapat gambar model wanita cantik yang tersenyum
dengan menunjukkan kartu provider dan atlit binaraga
Ade Rai dengan ekspresi garang.
Tuturan: “Esia melek tarif sadar sinyal” (G.3)
Tuturan (14) ”Kutemukan perawatan yang terbaik untuknya” (A.3)
merupakan modus tuturan yang berupa kalimat berita dengan maksud
persuasi sehingga tuturan tersebut tidak langsung. Konteksnya terdapat
seorang ibu menggendong bayi dengan ekspresi tersenyum ceria. Informasi
dalam tuturan tersebut menyatakan semua produk Zwitsal memang baik
untuk bayi dan perawatannya terlihat model ibu dan bayinya sangat ceria.
Persuasi dari tuturan ini ajakan supaya para pembaca membeli produk
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
tersebut. Tuturan tersebut tidak literal karena pada kalimat tersebut tidak
disebutkan untuk siapa produk Zwitsal. Pembaca harus melihat konteks
gambar yang tertera pada tuturan tersebut, sehingga pembaca tahu maksud
dan tujuan dari iklan yang dibacanya.
Tuturan (15) “Dirancang arsitek ternama Indonesia” (B.1)
merupakan kalimat berita sekaligus juga persuasi. Dalam tuturan tersebut
tedapat maksud ajakan supaya membeli dan menempati perumahan Laguna
Spring Jogja. Konteksnya terdapat gambar rumah yang mewah dilengkapai
dengan taman yang hijau disertai kolam renang dan penghuni yang terlihat
damai. Tuturan (B.1) tidak literal karena tuturan tersebut tidak menyebut
kondisi bangunan seperti desain, kekuatan bangunan, dan seperti apa
bangunan itu. Dalam tuturan hanya dikatakan dirancang oleh arsitektur
ternama di Indonesia. Dengan demikian diharapkan pembaca sudah dapat
membayangkan kualitas dari perumahan tersebut pasti bagus selain itu
pembaca dibantu gambar untuk mengimajinasi perumahan yang ditawarkan.
Tuturan (16) “Teman di saat galau” (E.4) merupakan kalimat berita
sekaligus juga persuasi. Konteksnya terdapat gambar botol Cocacola dengan
butiran-butiran es yang terlihat dingin dan menyegarkan dan back ground
berwarna merah sehingga terlihat sangat kontras. Dalam tuturan tersebut
terdapat ajakan supaya pembaca membeli minuman ringan Coca Cola
dengan gambar yang sangat menggoda. Tuturan tersebut tidak literal karena
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
tidak menyebutkan sama sekali produk atau maksud dari tuturan yang ada.
Tuturan hanya tertulis “teman di saat galau” tanpa diketahu jenis produk
yang ditawarkan. Tetapi dengan melihat konteksnya, pembaca memliki
persepsi minuman bersoda Coca Cola dengan rasanya yang enak juga
menyegarkan. Dengan melihat gambar pada iklan tersebut, tanpa disebutkan
produk dari minuman, pembaca sudah mengerti maksud dari iklan tersebut.
Tuturan (17) “Satu klik ke banyak aplikasi” (G.2) merupakan
kalimat berita sekaligus juga persuasi. Konteksnya terdapat gambar model
wanita yang sedang tersipu dan pria yang sedang memohon dengan back
groun rumput dengan bunga berbentu love. Persuasi dalam tuturan tersebut
ajakan supaya pembaca membeli provider XL. Tuturan (G.2) tidak literal
karena hanya dengan menuliskan klik pembaca tahu apa yang dimaksud
yaitu facebook, twitter, chating, dan email.
Tuturan (19) “Esia melek tarif sadar sinyal” (G.3) merupakan
kalimat berita sekaligus juga persuasi Berita dalam tuturan tersebut
walaupun provaider CDMA Esia tetap tidak kalah murahnya dan sinyalnya
tetap kuat seperti kartu GSM yang lainnya. Persuasi dari tuturan (G.3)
mengajak pembaca jangan takut memakai dan menggunakan provaider
CDMA seperti Esia.
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
2. Jenis-Jenis Penanda Kesantunan pada Iklan Komersial Media Luar
Ruangan
Beberapa jenis penanda tingkat kesantunan ditemukan dari hasil
analisis data ini yang menunjukkan tingkat kesantunan tuturan. Penanda
merupakan sesuatu yang digunakan untuk memberi tanda, petunjuk, atau sifat
khusus satuan kebahasaan yang menunjukkan kelas atau fungsinya. Tuturan
yang ada dalam iklan komersial menggunakan berbagai tuturan untuk
menyampaikan maksud. Pemilihan kata (diksi) merupakan salah satu hal yang
terpenting dalam penyampaian maksud. Penanda tingkat kesantunan yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kesantunan dalam kebahasaan yang
meliputi kata, frasa, klausa dan kalimat. Penanda-penanda tingkat kesantunan
yang ada pada iklan komersial bermedia luar rungan adalah sebagai berikut.
a. Pemakaian Diksi sebagai Penanda Tingkat Kesantunan pada Iklan
Komersial Media Luar Ruangan
Pilihan kata di dalam tuturan menentukan apakah pilihan kata
tersebut dapat diterima atau membuat situasi menjadi tidak nyaman.
Masalah pemilihan kata (diksi) menjadi hal yang penting, karena dengan
tuturan yang tepat, makna yang tersimpan di dalam tuturan akan sampai
kepada maksud yang hendak disampaikan.
Seperti yang diungkapkan sebelumnya, pilihan kata dipakai untuk
memperhalus tuturan, kata konotatif menunjuk pada makna yang bukan
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
sebenarnya. Dalam penelitianini ditemukan tiga konotatif atau makna
yang bukan sebenarnya. Ketiga makna konotatif tesebut adalah makna
konotatif halus, makna konotatif netral, dan makna konotatif kasar. Pilihan
kata yang menentukan tingkat kesantunan sebuah iklan komersial ialah
sebagai berikut.
1) Pilihan kata konotatif bermakna halus
(19)
Sumber: Jl. Wonosari Km 7,5 Muntab, Baturetno, Yogyakarta
Konteks: Terdapat gambar rumah yang mewah dilengkapai
dengan taman yang hijau disertai kolam renang dan
penghuni yang terlihat damai.
Tuturan: “ Dirancang arsitek ternama Indonesia” (B.1)
(20)
Sumber: Jl. Ring Road Barat depan rumah sakit JIH Yogyakarta
Konteks: Terdapat pemandangan hutan cemara yang hijau dan
indah disertai dengan sungai dan binatang beruang,
penguin, kanguru, dan monyet. Selain itu juga terdapat
gambar produk dari LG.
Tuturan: “Pilihan sehat yang ramah lingkungan” (C.6)
Iklan komersial (19) merupakan iklan perumahan. “ Dirancang
arsitek ternama Indonesia” (B.1) kalimat tersebut menggunakan
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
pilihan kata “ternama” yang berkonotasi positif untuk menjaga
kesantunan. Kata “ternama” tersebut memiliki arti orang yang sudah
ahli dalam bidang merancang konstruksi bangunan. Jenis tindak tutur
yang digunakan iklan komersial tersebut ialah tindak tutur tidak
langsung tidak literal. Maksud dalam iklan komersial tersebut supaya
pembaca tertarik untuk menempati dan membeli iklan perumahan
tersebut. Dengan menggunakan modus kalimat berita yang maksud
mempengaruhi dan perintah. Sesuai dengan kriteria tuturan ini
tergolong sangat santun, karena terdapat keempat kriteria, yaitu suatu
tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar, tidak
menggunakan diksi yang kasar, tidak terdapat unsur ancaman, dan
tidak ada unsur memaksa.
Iklan komersial (20) merupakan iklan elektronik dari produk
LG. “Pilihan sehat yang ramah lingkungan” (C.6) kalimat pada iklan
komersial tersebut menggunkan pilihan kata “ramah” pada frasa
“ramah lingkungan” yang berkonotasi positif untuk menjaga
kesantunan. Kata “ramah” dalam iklan komersial tersebut dapat
diartikan bebas atau aman (tidak merusak). Frasa “ramah lingkungan”
tidak merusak lingkungan dan bebas dari polusi udara. Jenis tindak
tutur dalam iklan komersial ini adalah tindak tutur tidak langsung tidak
literal. Dalam iklan ini terdapat perintah supaya pembaca membeli dan
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
menggunakan produk dari LG. Modus dari iklan komersial tersebut
adalah kalimat saran dengan maksud perintah. Sesuai dengan kriteria,
tuturan ini tergolong sangat santun, karena terdapat keempat kriteria,
yaitu suatu tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca atau
pendengar, tidak menggunakan diksi yang kasar, tidak terdapat unsur
ancaman, dan tidak ada unsur memaksa.
2) Pilihan kata konotatif bermakna netral
(21)
Sumber: Jl. Kaliurang km 5 Sleman Yogyakarta
Konteks: Terdapat gambar artis Chelsea Olivia yang sedang
senyum dan makan mie rebus dan gambar ayam yang
sedang berbunyi juga mie yang sudah matang.
Tuturan: “ Rasanya pok! Pok! Pok! Pok! Rasanya ayam spesial”
(E.2)
(22)
Sumber: Jl. Colombo Depok Sleman Yogyakarta depan Fakultas
Ilmu Keolahragaan
Konteks : Terdapat gambar model wanita yang sedang tersipu
dan pria yang sedang memohon dengan back groun
rumput dengan bunga berbentu love.
Tuturan: “Satu klik ke banyak aplikasi” (G.2)
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Pilihan kata dalam iklan komersial (21) dan (22) dipersepsikan
netral dan santun. Netral dalam konteks ini adalah kata-kata yang
digunakan tidak mengandung nilai rasa kasar atau halus. Iklan
komersial dengan kalimat “Rasanya pok! Pok! Pok! Pok! Rasanya
ayam spesial”. Iklan (E.2) menggunakan kata “pok” yang mempunyai
maksud makna tersendiri. Kata “pok” diambil dari suara ayam, dan
dikonotasikan sebagai ayam atau daging ayam. Tuturan tersebut
bermaksud rasa makanan tersebut memang asli rasa ayam. iklan
komersial tersebut sebenarnya mempengaruhi dan memerintah
pembaca untuk membeli dan mencobanya. Dengan demikian tujuan
dari iklan komersial tersebut diungkapkan dengan tindak tutur tidak
langsung tidak literal. Sesuai dengan kriteria tuturan ini tergolong
sangat santun karena terdapat keempat kriteria, yaitu suatu tuturan
tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar, tidak
menggunakan diksi yang kasar, tidak terdapat unsur ancaman, dan
tidak ada unsur memaksa.
Iklan komersial “Satu klik ke banyak aplikasi” (G.2) terdapat
kata “klik” sebagai pilihan kata yang digunakan. Kata “klik” diartikan
sebagai memilih dengan cara menekan aplikasi. Iklan komersial ini
menggunkan modus kalimat berita dengan maksud mempengaruhi
pembaca. Dengan demikian maksud dari iklan komersial tersebut
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
diungkapkan dengan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Pilihan
kata yang digunakan merupakan netral. Sesuai dengan kriteria tuturan
ini tergolong sangat santun, karena terdapat keempat kriteria, yaitu
suatu tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar,
tidak menggunakan diksi yang kasar, tidak terdapat unsur ancaman,
dan tidak ada unsur memaksa.
3) Pilihan kata konotatif bermakna kasar
(23)
Sumber: Jl. Colombo Depok Sleman Yogyakarta depan Gedung
Rektorat
Konteks: Terdapat gambar model wanita cantik yang tersenyum
dengan menunjukkan kartu provider dan atlit
binaraga Ade Rai dengan ekspresi garang.
Tuturan: “Esia melek tarif sadar sinyal” (G.3)
Pilihan kata (23) dalam iklan komersial “Esia melek tarif sadar
sinyal” (G.2) dipersepsikan kasar dan tidak santun. Pada iklan tersebut
terdapat kata “ melek” yang terkesan kasar. Kata “melek” itu berarti
jaga, tidak tidur, dan dapat melihat (KBBI, 2005: 316). Kata “melek”
di sini dapat diganti dengan kata ”murah” supaya lebih santun. Iklan
komersial ini menggunakan mudus kalimat berita dengan maksud
supaya pembaca membeli dan meggunakan provider Esia. Dengan
demikian maksud dari iklan komersial tersebut diungkapkan dengan
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
tindak tutur tidak langsung tidak literal. Konteksnya terdapat gambar
model wanita cantik yang tersenyum dengan menunjukkan kartu
provider dan atlit binaraga Ade Rai dengan ekspresi garang. Sesuai
dengan kriteria tuturan ini tergolong kurang santun, karena hanya
terdapat dua kriteria, yaitu suatu tuturan tidak menyinggung perasaan
pembaca atau pendengar, dan tidak ada unsur memaksa.
b. Pemakaian Modalitas pada Iklan Komersial Media Luar Ruangan
Harimurti
Kridalaksana
(1986:
82),
mengemukakan
bahwa
modalitas menerangkan sikap atau suasana pembicara yang menyangkut
perbuatan, pristiwa, keadaan atau sifat. Dari hasil analisis data yang
ditemukan terdapat tiga jenis modalitas yang turut menandai kesantunan
iklan komersial, yaitu modalitas internasional dan modalitas denotik.
1) Pemakaian modalitas deontik
Modalitas deontik dengan makna perintah dan diungkapkan
dengan keterangan jangan, wajib, mesti, dan harus. Berikut dibawah ini
iklan koemersial yang menggunakan keterangan jangan.
(24)
Sumber: Jl. Wonosari Km 6
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Konteks: Terdapat gambar produk motor dan logo olah raga
balap motor GP.
Tuturan: “Pastikan motor injection Anda, jangan salah pilih!”
(D.1)
Iklan komersial (24) “Pastikan motor injection Anda, jangan
salah pilih!” (D.1) menggunakan kata keterangan kata jangan. Jenis
tindak tutur iklan komersial di atas adalah tindak tutur tidak langsung
tidak literal. Lokusi dalam iklan tersebut adalah kalimat larangan
sedangkan
ilokusinya
berupa
persuasi
supaya
membeli
dan
menggunakan motor Yamaha. Keterangan larangan dengan kata jangan
pada iklan komersial tersebut merupakan bentuk penegasan kata di
belakangnya. Sesuai dengan kriteria tuturan ini tergolong santun
walaupun terdapat larangan tetapi tidak ada unsur ancaman. Karena
tuturan ini terdapat tiga kriteria, yaitu suatu tuturan tidak menyinggung
perasaan pembaca atau pendengar, tidak menggunakan diksi yang kasar,
dan tidak ada unsur memaksa.
2) Pemakaian modalitas intenasional
Modalitas internasional dengan makna ajakan dan diungkapkan
dengan keterangan mati, ayo, dan menghimbau. Berikut dibawah ini
iklan koemersial yang menggunakan keterangan ayo.
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
(25)
Sumber: Jl. Magelang Km 6.5, Mraen Ring Road Utara
Konteks: Terdapat gambar model wanita cantik dengan bergaya
memegang pena dan tersenyum penuh keberhasilan.
Tuturan: “Ayo kuliah Mercu Buana lebih baik.” (I.2)
Iklan komersial (25) “Ayo kuliah Mercu Buana lebih baik.”
(I.2), menggunakan makna ajakan dengan kata keterangan ayo. Jenis
tindak tutur iklan komersial di atas adalah tindak tutur langsung literal.
lokusi dalam kalimat ini berupa kalimat ajakan, sedangkan ilokusinya
berupa persuasi supaya kuliah di Universitas Mercu Buana. Makna
ajakan dengan kata ayo pada iklan komersial tersebut merupakan
bentuk penegasan kata di belakangnya. Sesuai dengan kriteria tuturan
ini tergolong sangat santun, karena terdapat keempat kriteria, yaitu
suatu tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar,
tidak menggunakan diksi yang kasar, tidak terdapat unsur ancaman,
dan tidak ada unsur memaksa.
c. Pemakaian Gaya Bahasa Sebagai Penanda Tingkat Kesantunan pada
Iklan Komersial Media Luar Ruangan
Ditemukan ada tiga gaya bahasa yang digunakan dalam tuturan iklan
komersial bermedia luar ruangan. Ketiga gaya bahasa tersebut yang
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
digunakan dalam tuturan iklan komersial adalah epizeuksis, hiperbola, dan
perumpamaan.
1) Epizeuksis
Gaya bahasa epizeuksis adalah gaya bahasa perulangan atau
repitisi yang bersifat langsung. Repitisi yaitu perulangan bunyi, suku
kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan
tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Keraf, 1984: 127). Terdapat
tiga iklan komersial yang menggunakan Gaya bahasa epizeuksis, ketiga
iklan tersebut adalah sebagai berikut.
(26)
Sumber: Jl. Kaliurang km 5 Sleman Yogyakarta
Konteks: Terdapat gambar artis Chelsea Olivia yang sedang
senyum dan makan mie rebus dan gambar ayam yang
sedang berbunyi juga mie yang sudah matang.
Tuturan: “ Rasanya pok! Pok! Pok! Pok! Rasanya ayam spesial”
(E.2)
Iklan komersial (26) “Rasanya pok! Pok! Pok! Pok! Rasanya
ayam spesial” (E.2) menggunakan kalimat berita dan menggunakan
gaya bahasa epizeuksis. Rapitisi atau pengulangan dari iklan komersial
(E.2) adalah pada kata “pok”. Kata “pok” ini diulang berfungsi untuk
menegaskan maksud dari iklan komersial adalah mempertegas suara
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
ayam. Tindak tutur dari iklan komersial ini adalah tindak tutur tidak
langsung tidak literal. Sesuai dengan kriteria tuturan ini tergolong
sangat santun, karena terdapat keempat kriteria, yaitu suatu tuturan
tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar, tidak
menggunakan diksi yang kasar, tidak terdapat unsur ancaman, dan
tidak ada unsur memaksa.
2) Hiperbola
Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung
pernyataan yang berlebih-lebihan dengan membesar-besarkan suatu hal
(Keraf, 1984: 135). Terdapat dua iklan komersial yang menggunakan
Gaya bahasa hiperbola, kedua iklan tersebut adalah sebagai berikut.
(27)
Sumber: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta
Konteks: Terdapat gambar berbagai hadiah seperti motor TV
LED, dan HP yang canggih. Selain itu terdapat
mascot Android dan berbagai jenis HP Samsung.
Tuturan: “Beli ponsel Samsung dapatkan kejutan ribuan
hadiah” (C.4)
(28)
Sumber: Jl. Prof. Yohanes Sagan Sleman Yogyakarta
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Konteks: Terdapat gambar fighnyet dengan warna-warna cerah
dan terdapat logo facebook.
Tuturan: “Gratis facebook seumur hidup” (G.7)
Iklan komersial (27) dan (38) keduanya menggunakan modus
kalimat berita dan menggunakan gaya bahasa hiperbola. Terbukti
dalam iklan komersial “Beli ponsel Samsung dapatkan kejutan ribuan
hadiah” (C.4) dengan membeli ponsel Samsung maka pembeli
mendapatkan ribuan hadiah, sedangkan dalam iklan komersial “Gratis
facebook seumur hidup” (G.7) dengan menggunakan provider Tree (3)
maka penggunakan dapat facebook seumur hidup. Kedua iklan
komersial
tersebut
sangatlah
berlebihan
untuk
mempengaruhi
pembaca. Tindak tutur pada iklan komersial (C.4) tindak tutur tidak
langsung literal, sedangkan dalam iklan komersial (G.7) tindak tutur
tidak langsung tidak literal. kedua iklan tersebut memliki tujuan yaitu
mempengaruhi
pembaca
dengan
menggunakan
kalimat
yang
mengandung gaya bahasa hiperbola. Kedua tuturan tersebut tergolong
sangat santun, karena terdapat keempat kriteria, yaitu suatu tuturan
tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar, tidak
menggunakan diksi yang kasar, tidak terdapat unsur ancaman, dan
tidak ada unsur memaksa.
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
3) Perumpamaan
Perumpamaan adalah
perbandingan dua hal
yang pada
hakikatnya berlainan dan yang sengaja dianggap sama dan sering juga
kata “perumpamaan” disamakan dengan persamaan (Tarigan, 1985: 10).
Penanda jenis perumpamaan biasanya menggunakan kata-kata sebagai
berikut, seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, bagai,
bagaikan, serupa dan lain-lain. Berikut iklan komersial yang
menggunakan gaya bahasa perumpamaan.
(29)
Sumber: Jl. Babarsar, Depok Sleman Yogyakarta
Konteks: Terdapat model wanita cantik dengan gaun hitam
berwajah kemilau yang sedang bergaya.
Tuturan: “Kulit cantik bagai bintang LBC solusinya…..”(A.5)
Iklan komersial (29) “Kulit cantik bagai bintang LBC
solusinya…..” (A.5), menggunakan modus kalimat saran dan
menggunakan majas perumpamaan.
Dalam kalimat pada iklan
komersial (A.5) terdapat kata “bagai”, yang mengumpamakan kulit
cantik bagai bintang. Tindak tutur pada iklan komersial tersebut adalah
tindak tutur tidak langsung literal. Sesuai dengan kriteria tuturan ini
tergolong sangat santun, karena terdapat keempat kriteria, yaitu suatu
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar, tidak
menggunakan diksi yang kasar, tidak terdapat unsur ancaman, dan
tidak ada unsur memaksa.
C. Pembahasan
Iklan merupakan segala bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang
disampaikan lewat suatu media dan ditujukan pada seluruh masyarakat. Dalam
bab pembahasan ini peneliti akan membahas jenis-jenis tindak tutur dan penanda
kesantunan dalam iklan komersial. Hasil penelitian menemukan tiga jenis tindak
tutur yaitu tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung literal, dan
tindak tutur tidak langsung tidak literal. Penanda kesantunan yang ditemukan
dalam penelitian ini yaitu pemakaian diksi sebagai penanda tingkat kesantunan,
pemakaian keterangan modalitas, dan pemakaian gaya bahasa sebagai penanda
tingkat kesantunan.
Tindak tutur langsung literal merupakan tindak tutur yang
memiliki
maksud memerintah disampaikan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan
kalimat berita, menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya. Di bawah ini
merupakan tindak tutur langsung literal
(30)
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Sumber: Jl. Magelang Km 6.5, Mraen Ring Road Utara
Konteks: Terdapat gambar model wanita cantik dengan bergaya
memegang pena dan tersenyum penuh keberhasilan.
Tuturan: “Ayo kuliah Mercu Buana lebih baik.” (I.2)
Tuturan (30) merupakan tindak tutu langsung literal. “Ayo kuliah Mercu
Buana lebih baik” (I.2) merupakan kalimat ajakan dengan ditandai modalitas kata
“ayo” pada awal kalimat. Dinyatakan langsung karena tuturan tersebut sesuai
dengan modus kalimatnya yaitu berupa ajakan. Ajakan dari iklan komersial (I.2)
supaya pembaca kuliah di unversitas Mercu Buana. Keliteralnya kerena Mercu
Buana merupakan salah satu univesitas swasta yang tergolong baik.
Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diungkapkan
dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutraannya, tetapi
makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan
penutur (Putu Wijana dan Rohmadi, 2009: 32).
(31)
Sumber: Jl. Wonosari Km 6
Konteks : Terdapat gambar istana dengan boneka ratu dan pangeran
dan terdapat juga foto-foto aksi-aksi pengunjung pada saat
menikmati wahana.
Tuturan: “Selamat datang di pusat rekreasi keluarga Kids Fun bermain
sepuasnya di 19 wahana permainan yang fantastis.” (F.1)
Iklan komersial (31) “Selamat datang di pusat rekreasi keluarga Kids Fun
bermain sepuasnya di 19 wahana permainan yang fantastis.” (F.1) merupakan
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
salah satu iklan komersial yang tuturannya menggunakan tindak tutur tidak
langsung literal. Iklan komersial (F.1) disebut tidak langsung karena
menggunakan modus kalimat sapaan dengan maksud tujuannya adalah persuasi
atau mengajak. Frasa “selamat datang” merupakan bukti sapaan. Sedangkan
persuasi pada iklan (F.1) terdapat pada frasa “bermain sepuasnya dan fantastis”
yang berarti Kids Fun salah satu tempat rekreasi yang tergolong lengkap wahana
permainan sehingga anak-anak dan keluarga puas bermain dan berlibur. Menurut
Nandar (2009: 19) tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang berbeda
dengan modus kalimatnya, maka maksud dari tindak tutur tidak langsung dapat
beragam dan tergantung pada konteksnya. Maksud dari iklan komersial (F.1)
adalah Kids Fun salah satu tempat rekreasi yang tergolong lengkap wahana
permainan sehingga anak-anak dan keluarga puas bermain dan berlibur.
Keliteralannya adalah tempat rekreasi keluarga Kids Fun memiliki 19 wahana
permain. Tindak tutur tidak langsung literal juga ditemukan pada contoh iklan
komersial berikut ini.
(32)
Sumber: Jl. Laksda Adi Sucipto Sleman Yogyakarta
Konteks: Terdapat gambar aki.
Tuturan: ”Teknologi Aki MF untuk iklim tropis” (D.7)
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Iklan komersial (32) merupakan tindak tutur tidak langsung literal.
Ketidaklangsungan pada tuturan ”Teknologi Aki MF untuk iklim tropis” (D.7)
karena menggunakan modus kalimat berita dengan tujuan atau maksud persuasi.
”Teknologi Aki MF untuk iklim tropis” merupakan kalimat berita yang
memberitakan bahwa Aki MF Astra cocok untuk di negara tropis seperti di
Indonesia. Oleh kerana itu iklan ini termasuk tuturan literal. Menurut PutuWijana
dan Rohmadi (2009: 31), tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya
sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Persuasi dalam kalimat iklan
ini, merupakan ajakan untuk membeli dan menggunakan Aki MF Astra, karena
aki ini memang dibuat khusus untuk daerah tropis seperti Indenesia.
Keliteralannya pada iklan ini tampak pada “Aki MF untuk iklim tropis”.
Penelitian ini juga menemukan jenis tindak tutur tidak langsung tidak
literal. Menurut Subagyo tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak
tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai
dengan maksud yang hendak diutarakan (2003: 70-71). Berikut di bawah ini iklan
komersial yang terdapat implikatur tindak tutur tidak langsung tidak literal.
(33)
Sumber: Jl. Colombo Depok Sleman Yogyakarta depan Gedung Rektorat
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Konteks : Terdapat gambar topeng pria dan wanita tersenyum.
Tuturan: “Yang lain bersandiwara, gue apa adanya!” (H.3)
Iklan komersial (33) “Yang lain bersandiwara, gue apa adanya!” (H.3)
merupakan tindak tutur tidak langsung tidak literal. Ketidak langsungan tuturan
(H.2) karena menggunakan modus kalimat berita dengan maksud persuasi.
Ketidak langsungan tuturan tersebut terbukti
kalimat tersebut menjelaskan
kondisinya yaitu apa adanya! walaupun kalimat tersebut terdapat tanda baca seru.
Ketidak literalannya terdapat pada kata “gue”. Kata “gue” ini memiliki makna
yaitu rokok LA Lights itu sendiri bukan perokoknya. Terbukti bahwa iklan (H.3)
merupakan tindak tutur tidak langsung tidak literal karena Menurut Subagyo
tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan
dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang
hendak diutarakan (2003: 70-71). Maksud dalam iklan (H.3) tersebut adalah Cita
rasa dan bentuk dari rokok LA Lights dari dulu tidak akan berubah dan tetap
sama. Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan perlokusi para
penikamat rokok membeli rokok LA Lights. Tindak tutur tidak langsung tidak
literal juga ditemukan pada contoh iklan komersial berikut ini.
(34)
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Sumber: Jl. Wonosari Km 8, Yogyakarta
Konteks : Terdapat gambar dua jin pria dan wanita yang sedang
terbang menggendong manusia dengan ekspresi wajah pria
ketakutan dan wanita sangat marah. Seting di depan rumah di
pedesaan.
Tuturan: “ Yang penting Heppiii…”(H.5)
Iklan komersial (34) juga termasuk dalam tindak tutur tidak langsung
tidak literal. “ Yang penting Heppiii…” (H.5) kalimat iklan komersial tersebut
menggunakan modus kalimat berita dengan maksud dari kalimat tersebut
mempengaruhi pembaca atau persuasi. Ketidak langsungan iklan komersial (H.3)
karena dalam kalimat iklan tersebut menginformasikan bahwa bagaimanapun dan
apapun keadaanya pasti tetap senang. Tetapi tujuannya adalah supaya pembaca
membeli dan merokok Djarum 76. Ketidak literalannya terbukti pada kalimat
“yang penting hepiii” tersebut sudah menjadi ciri khas atau semboyan Djarum 76,
jadi pembaca sudah mendapatkan gambaran dengan sombayan yang dimaksud
yaitu rokok Djarum 76. Menurut Putu Wijana dan Rohmadi (2009: 31) tindak
tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau
berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya.
Santun tidaknya pemakaian bahasa dapat dilihat setidaknya dari dua hal,
yaitu pilihan kata (diksi) dan gaya bahasa (Pranowo, 2005: 16). Pranowo juga
menjelaskan pilihan kata yang dimaksud adalah ketepatan pemakaian kata untuk
mengungkapkan makna dan maksud dalam
konteks tertentu sehingga
menimbulkan efek tertentu kepada mitra tutur. Penanda kesantunan yang
ditemukan dalam penelitian ini yaitu pemakaian diksi sebagai penanda tingkat
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
kesantunan, pemakaian keterangan modalitas, dan pemakaian gaya bahasa
sebagai penanda tingkat kesantunan.
Pemilihan kata atau diksi dalam penelitian ini terdapat tiga penanda yaitu
pilihan kata konotatif bermakna halus, pilihan kata konatatif bermakna netral, dan
pilihan kata konotatif bermakna kasar. Berikut di bawah ini iklan komersial
konotasi bermakna halus.
(35)
Sumber: Jl. Prof. Yohanes Perempatan Pom Bensin Sagan
Konteks: Terdapat gambar foto keluarha yang ceria dan alat gambar
tensimeter.
Tuturan: “Langkah bijak memantau tekanan darah secara teratur sebelum
Anda sakit” (C.3)
Iklan komersial (35) merupakan iklan elektronik. “Langkah bijak
memantau tekanan darah secara teratur sebelum Anda sakit” (C.3) kalimat iklan
tersebut menggunakan pilihan kata “bijak” yang berkonotasi positif untuk
menjaga kesantunan. Kata “bijak” menurut (KBBI, 2005: 88) adalah selalu
menggunakan akal budinya. Penggunaan kata “bijak” dalam iklan ini supaya
terkesan halus dalam kalimat iklan komersial (C.3). Menurut Pranowo, salah
satunya adalah pemakaian diksi, ada beberapa diksi yang jika dipakai secara tepat
dapat mengakibatkan pemakaian bahasa menjadi santun (2009: 90). Penggunaan
diksi yang baik dan tepat dan tidak menyinggu pihak lain maka tuturan akan
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
semakin santun. Iklan komersial tersebut adalah tindak tutur tidak langsung
literal. Sesuai dengan kriteria kalimat pada iklan (C.3) ini tergolong sangat
santun, karena terdapat keempat kriteria, yaitu suatu tuturan tidak menyinggung
perasaan pembaca atau pendengar, tidak menggunakan diksi yang kasar, tidak
terdapat unsur ancaman, dan tidak ada unsur memaksa.
(36)
Sumber: Jl. Laksda Adi Sucipto Sleman Yogyakarta
Konteks: Terdapat gambar botol Cocacola dengan butiran-butiran es
yang terlihat dingin dan menyegarkan dan back ground
berwarna merah sehingga terlihat sangat kontras.
Tuturan: “Cinta pada tegukan pertama” (E.6)
Iklan komersial (36) merupakan iklan minuman dengan tindak tutur tidak
langsung tidak literal. Iklan “Cinta pada tegukan pertama” (E.6) menggukan
diksi “tegukan”. Kata “tegukan” dalam KBBI memiliki arti meminum air (2005:
541). Penggunaan kata “tegukan” dalam iklan ini terkesan halus dan membuat
kalimat iklan tersebut semakin santun dan pembaca semakin tertarik dan suka
dengan diksi yang digunakan. Menurut Pranowo (2005: 104), mengemukakan
pemakaian kata-kata tertentu sebagai pilihan kata (diksi) yang dapat
mencerminkan rasa santun. Selain memperindah kalimat iklan, kalimat tersebut
membuat pembaca semakin penasaran dan yang jelas akan mencoba minuman
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
ringan Coca Cola. Sesuai dengan kriteria kalimat pada iklan (E.6) ini tergolong
sangat santun, karena terdapat keempat kriteria, yaitu suatu tuturan tidak
menyinggung perasaan pembaca atau pendengar, tidak menggunakan diksi yang
kasar, tidak terdapat unsur ancaman, dan tidak ada unsur memaksa.
(37)
Sumber: Jl. Magelang km 7.5 Mlati Sleman Yogyakarta
Konteks : Terdapat gambar artis Ayu Ting Ting yang sedang
bersenderan di HP Samsung.
Tuturan: “Bikin galaumu makin sik asik Samsung Champ Deluxe”
(C.12)
Iklan komersial (37), merupakan salah satu iklan komersial yang
berkonotasi netral dan santun. Konotasi netral dalam hal ini sudah dijelaskan pada
bagian analisis data pada pembahasan sebelumnya. Netral di sini tidak
mengandung nilai rasa kasar ataupun halus. “Bikin galaumu makin sik asik
Samsung Champ Deluxe” (C.12) dalam kalimat iklan komersial tersebut terdapat
kata “sik asik” yang mempunyai maksud memang asik atau ceria. Menurut
Pranowo (2009: 79), kata yang dikatakan secara implisit biasanya lebih santun
dibandingkan dengan tuturan yang dikatakan secara eksplisit, terbukti pada kata
“sik asik” mengandung makna tersembunyi yaitu dengan menggunakan Samsung
Champ tidak ketinggalan jaman dan aplikasinya cukup komplit dengan ukuran
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
ponsel yang termasuk mini. Diharapkan pembaca dengan membaca iklan tersebut
ingin memiliki dan melihat produk ponsel Samsung. Kata “sik asik” dipopulerkan
oleh penyanyi dangdut yang sedang populer yaitu Ayu Ting Ting, sehingga dapat
menarik perhatian pembaca. Sesuai dengan kriteria kalimat pada iklan (C.12) ini
tergolong sangat santun, karena terdapat keempat kriteria, yaitu suatu tuturan
tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar, tidak menggunakan diksi
yang kasar, tidak terdapat unsur ancaman, dan tidak ada unsur memaksa.
(38)
Sumber: Jl. Prof. Yohanes Perempatan Pom Bensin Sagan
Konteks: Terdapat hasil proyektor yang jernih dan jelas juga terdapat
dua jenis proyektor yang ditawarkan.
Tuturan: “Masih pakai proyektor konvensional? Sekarang jamannya
wide screen!!! Pakai Mitsubisi WXGA proyektor” (C.5)
Iklan komersial (38) “Masih pakai proyektor konvensional? Sekarang
jamannya wide screen!!! Pakai Mitsubisi WXGA proyektor” (C.5) merupakan
iklan komersial yang berkonotasi kasar. Pada iklan (C.5) terdapat frasa “jamannya
wide screen” yang terkesan kasar atau menyindir. Kata “jamannya wide screen”
bermaksud mengkritik orang yang masih menggunakan proyektor konvensional.
Menurut Pranowo (2009: 79), kata yang dikatakan secara implisit biasanya lebih
santun dibandingkan dengan tuturan yang dikatakan secara eksplisit. Dalam hal
ini tertulis jelas tanpa menggunakan kiasan penulis menuliskan secara langsung
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
yaitu “jamannya wide screen” sehingga menyinggung pembaca yang masih
menggunakan proyektor konvensional. Dengan menyindir, pembaca diharapkan
terbawa emosi untuk membeli produk yang terbaru yaitu
Mitsubisi WXGA
proyektor. Pilihan kata atau diksi dalam kalimat komersial (C.5) termasuk kasar
dan prespektifnya kurang santun karena mengkritik dan menyindir. Seharusnya
kalimat iklan tersebut berbunyi “Mitsubisi WXGA proyektor membuat kerja
Anda semakin mudah dan sangat praktis”. Sehingga tidak ada pihak yang
tersinggung dan kesantunan dalam berbahasa tetap terjaga. Sesuai dengan kriteria
kalimat pada iklan (C.5) ini tergolong kurang santun, karena hanya terdapat dua
kriteria, yaitu tidak terdapat unsur ancaman dan tidak ada unsur memaksa.
Penggunaan kata berkonotasi kasar terdapat pada iklan komersial di bawah ini.
(39)
Sumber: Jl. Kaliurang km 6 Sleman Yogyakarta
Konteks: Terdapat gambar model tiga wanita dan satu pria yang sedang
asik bercengkrama dengan back ground berwarna biru.
Tuturan: “Internetan makin asik, download makin kenyang!” (G.6)
Iklan komersial (39), termasuk dalam pemihan kata pada kalimatnya
tergolong berkonatasi kasar. “Internetan makin asik, download makin kenyang!”
(G.6) terdapat kata “kenyang” sehingga terkesan kurang tepat. Seharusnya kata
“kenyang” diganti dengan kata “sepuasnya”. Jika iklan tersebut berada di propinsi
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Bali, kata “kenyang” dalam bahasa Bali sangat tabu, dan provider Tree bisa
menjadi bahan tertawaan atau lelucon jika diplesetkan maknanya dan keluar dari
konteks bahasa Indonesia. Walaupun demikian kata “kenyang” masih santun
dalam konteks bahasa Indonesia. Sesuai dengan kriteria kalimat pada iklan (G.6)
ini tergolong santun, karena hanya terdapat tiga kriteria, yaitu tidak terdapat unsur
ancaman, tidak terdapat kata kasar, dan tidak ada unsur memaksa.
Pemakaian modalitas juga mempengaruhi kesantunan tindak tutur dalam
iklan komersial. Dalam tuturan iklan komersial ditemukan modalitas intenasinal
dan deontik. Berikut iklan komersial yang terdapat modalitas intenasional dengan
makan ajakan yang ditandai dengan keterangan ayo.
(40)
Sumber: Jl. Laksda Adi Sucipto Sleman Yogyakarta
Konteks: Terdapat gambar dunia dan aliran susu dari langit yang
membawa keluarga yang penuh semangat dan keceriaaan.
Tuturan: “Ayo, Indonesia minum susu cair segar dan raih prestasi dunia”
(E.5)
Iklan komersial (40) yang terdapat makna ajakan yaitu terdapat kata
“ayo”. “Ayo, Indonesia minum susu cair segar dan raih prestasi dunia” (E.5)
dalam kalimat ini terdapat kata ajakan “ayo”, kata tersebut merupakan bentuk
penegasan kata di belakangnya. Dalam penggunaan modalitas pada iklan
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
komersial di atas tidak ada kata yang berlebihan dan masih masuk dalam akal
sehat sesuai dengan pendapat Pranowo (2009). Penegasan dalam kalimat tersebut
mengajak supaya anak Indonesia untuk minum susu. Sesuai dengan kriteria
kalimat pada iklan (E.5) ini tergolong sangat santun, karena terdapat keempat
kriteria, yaitu suatu tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca atau
pendengar, tidak menggunakan diksi yang kasar, tidak terdapat unsur ancaman,
dan tidak ada unsur memaksa.
(41)
Sumber: Jl. Wonosari Km 6
Konteks: Terdapat gambar produk motor dan logo olah raga balap
motor GP.
Tuturan: “Pastikan motor injection Anda, jangan salah pilih!” (D.1)
Iklan komersial (41) merupakan iklan komersial kendaraan dan satusatunya iklan komersial yang terdapat modalitas deontik. “Pastikan motor
injection Anda, jangan salah pilih!” (D.1) kalimat tersebut menggunakan kata
“jangan” dengan makna larangan. Modalitas dengan kata keterangan “jangan”
pada iklan komersial tersebut merupakan bentuk penegasan kata di belakangnya.
Penegasan dalam kalimat tesebut jangan salah pilih motor injection. Persepsi
iklan komersial di atas masih santun, walaupun terdapat kata larangan persepsi ini
sekedar larangan buka ancaman. Menurut Pranowo (2009, 17-18) kata “jangan”
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
tidak santun karena memiliki persepsi ancaman. Sesuai dengan kriteria tuturan ini
tergolong santun walaupun terdapat larangan tetapi tidak ada unsur ancaman.
Karena kriteria tuturan pada iklan ini hanya tiga yaitu suatu tuturan tidak
menyinggung perasaan pembaca atau pendengar, dan tidak menggunakan diksi
yang kasar.
Gaya bahasa dalam membuat kalimat pada iklan komersial, merupakan
salah satu penentu kesantunan dalam berbahasa. Penelitian ini menemukan tiga
gaya bahasa yang terdapat pada kalimat iklan komersial. Berikut iklan komersial
yang menggunakan gaya bahasa.
(42)
Sumber: Jl. Kaliurang km 5.5 Sleman Yogyakarta
Konteks : Terdapat gambar makanan yang jual.
Tuturan:”Satu harga satu rasa” (E.3)
(43)
Sumber: Jl. Magelang km 8.3 Sleman Yogyakarta
Konteks : Terdapat gambar gajah yang sedang menginjak genteng dan
gambar genteng dengan bebagai warna.
Tuturan: “Pilih mutu, pilih Mutiara” (J.1)
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Iklan komersial (42) merupakan iklan komersial makanan yang di dalam
kalimatnya menggunakan gaya bahasa epizeuksis atau repitisi. Sudah dijelaskan
pada analisis data gaya bahasa tersebut mengulang bunyi-bunyi, suku kata, kata
atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam
subuah konteks yang sesuai (Keraf, 1984: 127). “Satu harga satu rasa” kalimat
iklan komersial (E.3) terdapat pengulangan kata yang diulang dalam iklan ini
adalah kata “satu”. Pengulangan ini berfungsi untuk menegaskan semua harga
masakan di rumah makan BEE’S itu serba Rp.5000. Sedangkan untuk iklan
komesial (43) dengan tuturan “Pilih mutu, pilih Mutiara” (J.1) kata yang di
ulangnya adalah kata “pilih”. Pengulangan ini berfungsi untuk menekankan
supaya memilih genteng Mutiara untuk bahan bangunan rumah yang paling baik.
Sesuai dengan kriteria kalimat pada iklan (E.3) dan (J.1) ini tergolong sangat
santun, karena terdapat keempat kriteria, yaitu suatu tuturan tidak menyinggung
perasaan pembaca atau pendengar, tidak menggunakan diksi yang kasar, tidak
terdapat unsur ancaman, dan tidak ada unsur memaksa.
(44)
Sumber : Jl. Laksda Adi Sucipto Sleman Yogyakarta
Konteks : Terdapat gambar negara Malaysia yang begitu meriah
dipenuhi oleh kembang api dan gemerlap lampu hias yang
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
spektakuler. Selain itu juga terdapat kaum muda yang sedang
menikmati liburan.
Tuturan : “Berjuta pengalaman hanya di Malaysia.” (F.5)
Iklan komersial (44) merupakan iklan jasa yang menggunakan gaya
bahasa hiperbola. Gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa yang pernyataannya
membesar-besarkan atau berlebihan. Pada iklan komersial “Berjuta pengalaman
hanya di Malaysia.” (F.5) terdapat frasa “berjuta pengalaman”. Frasa tersebut
sangatlah berlebihan, yang dimaksud adalah pengalaman yang banyak dan
menemukan
sesuatu
yang
baru,
terlalu
banyaknya
pengalaman
maka
menggunakan kata berjuta supaya lebih terkesan menarik. Penggunaan gaya basa
hiperbola tersebut masih tergolong santun. Sesuai pendapat Pranowo (2009: 1819) penggunaan majas hiperbola yang tidak santun jika tuturan tersebut memiliki
sifat negatif, sedangkan dalam iklan (F.5) tidak ada unsur negatif dalam
penggunaan majas hiperbola. Sesuai dengan kriteria kalimat pada iklan (F.5) ini
tergolong sangat santun, karena terdapat keempat kriteria, yaitu suatu tuturan
tidak menyinggung perasaan pembaca atau pendengar, tidak menggunakan diksi
yang kasar, tidak terdapat unsur ancaman, dan tidak ada unsur memaksa.
(45)
Sumber: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Konteks
: Terdapat gambar model artis Tukul Arwana yang sedang
bermain internet lewat HP.
Tuturan: “Super ampuh bayar sekali 24 jam gratis internetan, gratis sms,
dan gratis nelpon” (G.12)
Gaya bahasa hiperbola juga terdapat dalam iklan komersial (45) iklan ini
adalah iklan provider. “Super ampuh bayar sekali 24 jam gratis internetan, gratis
sms, dan gratis nelpon” (G.12) dalam kalimat iklan tersebut terdapat frasa “super
ampuh”. Frasa tersebut tergolong gaya bahasa hiperbola karena terdapat unsur
yang berlebihan. Kata “super” memiliki makna lebih dari yang lain atau luar
biasa, sedangkan “ampuh” artinya memiliki kekuatan yang luar biasa. Oleh
karena itu kedua kata jika digabungkan memiliki makna yang berlebihan atau
membesar-besarkan. Penggunaan gaya bahasa hiperbola tergolong masih santun.
Sesuai pendapat Pranowo (2009: 18-19) penggunaan majas hiperbola yang tidak
santun jika tuturan tersebut memiliki sifat negatif, sedangkan dalam iklan (G.12)
tidak ada unsur negatif dalam penggunaan majas hiperbola. Sesuai dengan kriteria
kalimat pada iklan (G.12) tergolong sangat santun, karena terdapat keempat
kriteria, yaitu suatu tuturan tidak menyinggung perasaan pembaca atau
pendengar, tidak menggunakan diksi yang kasar, tidak terdapat unsur ancaman,
dan tidak ada unsur memaksa.
Penggunaan gaya bahasa perumpamaan dalam penelitian ini hanya
menemukan satu iklan komersial. Iklan tersebut sudah dibahas pada analisis data.
Berikut di bawah ini iklan komersial yang menggunakan gaya bahasa
perumpamaan.
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
(46)
Sumber: Jl. Babarsar, Depok Sleman Yogyakarta
Konteks: Terdapat model wanita cantik dengan gaun hitam berwajah
kemilau yang sedang bergaya.
Tuturan: “Kulit cantik bagai bintang LBC solusinya…..”(A.5)
Iklan komersial (46) merupakan satu-satunya iklan komersial yang
menggunakan gaya bahasa perbandingan. “Kulit cantik bagai bintang LBC
solusinya…..” kalimat pada iklan komersial (A.5) terdapat kata “bagai”. Kata
“bagai” di dalam iklan kmersial ini membandingkan kulit cantik dengan bintang.
Penggunaan gaya bahasa perbandingan dalam iklan komersial tersebut masih
tergolong santun. Menurut Pranowo (2009: 20), penggunaan majas perumpamaan
merupakan upaya untuk menyamarkan maksud atas dasar pertimbangan agar
mitra tutur tidak merasa dipermalukan atau direndahkan di depan umum. Sesuai
dengan kriteria kalimat pada iklan (A.5) ini tergolong sangat santun, karena
terdapat keempat kriteria, yaitu suatu tuturan tidak menyinggung perasaan
pembaca atau pendengar, tidak menggunakan diksi yang kasar, tidak terdapat
unsur ancaman, dan tidak ada unsur memaksa.
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Di bawah ini merupakan tabel rincian jenis-jenis tindak tutur dalam iklan
komersial bermedia luar ruangan.
No
Jenis-Jenis Tindak Tutur
Jumlah Iklan
1
Tindak tutur langsung literal
4 iklan
2
Tindak tutur tidak langsung literal
18 iklan
3
Tindak tutur tidak langsung tidak literal
61 iklan
Rincian tabel di atas jenis tuturan yang paling mendominasi adalah jenis tindak
tutur tidak langsung tidak literal. Peneliti mengambil kesimpulan dengan
menggunakan tindak tutur tidak langsung tidak literal maka tuturan tersebut akan
semakin santun. Sesuai pendapat Pranowo menggunakan tuturan tidak langsung
dan menggunakan kata-kata kiasan terasa lebih santun dibandingkan dengan
tuturan yang diungkapkan secara langsung dan menggunakan kata-kata lugas
(2009: 6).
Berkaitan dengan penanda kesantunan dalam iklan komersial bermedia
luar ruangan, berikut di bawah ini merupakan rincian dari penanda kesantunan
dalam iklan komersial.
No
1
2
Penanda Kesantunan
Jumah Iklan
Penggunaan diksi
a. Konotasi bermakna halus
a. 54 iklan
b. Konotasi bermakna netral
b. 7 iklan
c. Konotasi bermakna kasar
c. 7 iklan
Penggunaan modalitas
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
a. Modalitas deontik
-
larangan
a. 1 iklan
b. Modalitas internasional
3
ajakan
b. 2 iklan
Penggunaan gaya bahasa
a. Epizeusksis
a. 5 iklan
b. Hiperbola
b. 8 iklan
c. Perumpamaan
c. 1 iklan
Total
85 iklan
Penggunaan konotasi bermakna halus lebih banyak ditemukan pada rincian
penanda kesantunan iklan komersial di atas. Data ini menunjukkan bahasa yang
digunakan dalam pembuatan iklan komersial bermedia luar ruangan di
Yogyakarta masih memperhatikan kesantunan dalam berbahasa.
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
BAB V
PENUTUP
A. Keismpulan
Pada bab sebelumnya telah diuraikan jenis-jenis tindak tutur dan
penanda kesantunan dalam iklan komersial yang berada di luar ruangan di
daerah Yogyakarta. Data iklan komersial yang dikumpulkan selama bulan
Maret 2012. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Jenis-jenis tindak tutur dalam iklan komersial berbahasa Indonesia
bermedia luar ruangan dalam penelitian ini terdapat tiga macam, yakni
tindak tutur langsung literal, tindak tutur tidak langsung lieral, dan tindak
tutur tidak langsung tidak literal.
2. Jenis-jenis penanda lingual yang menunjukkan kesantunan sebuah iklan
komersial yakni pemakaian diksi sebagai penanda tingkat kesantunan,
pemakaian modalitas, dan pemakaian gaya bahasa sebagai penanda
tingkat kesantunan. Pemakaian diksi sebagai penanda tingkat kesantunan
terdiri dari pemilihan kata berkonotasi halus, berkonotasi netral, dan
berkonotasi kasar. Pemakaian modalitas terdiri modalitas deontik dan
modalitas intenasional. Gaya bahasa yang terdapat dalam iklan komersial
adalah epizeuksis (repitisi), perumpamaan, dan hiperbola.
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
3. Peneliti mengambil kesimpulan bahwa bahasa yang digunakan dalam
pembuatan iklan komersial bermedia luar ruangan di Yogyakarta masih
memperhatikan kesantunan dalam berbahasa.
B. Saran
Penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
peneliti mengajukan beberapa saran bagi para peneliti selanjutnya terutama
yang melakukan penelitian yang sejenis. Saran dari peneliti adalah sebagai
berikut.
1. Penelitian ini hanya membahas jenis-jenis tindak tutur dan penanda
lingual kesantunan pada iklan komersial bermedia luar ruangan. Peneliti
ingin jika ada penelitian yang sama ada baiknya juga meneliti penanda
nonlingual yang turut menetukan tingkat kesantunan iklan komersial.
Karena dalam iklan komersial pasti disertai gambar.
2. Data yang diteliti sebaiknya tidak hanya iklan komersial bermedia luar
ruangan tetapi masih ada data yang bermedia cetak yang terdapat di
Koran atau elektronik yang berada pada televisi dan radio.
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 1992. Modalitas dalam Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineke Cipta.
Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia; Edisi 3. Jakarta: Balaipustaka.
Gunarwan, Asim.1994. Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan
Indonesia-Jawa di Jakarta; Kajian Sosiopragmatik (dalam Bambang
Kaswanti Purwo. Pellba 7). Yogyakarta Kanisius.
______________. 2005. Beberapa Prinsip dalam Komunikasi Verbal; Tinjauan
Sosiolinguistik dan Pragmmatik (dalam Pranowo, dkk. Bahasa, Sastra dan
Pengajarannya). Yogyakarta. Sanata DharmaUniversity Press.
Hasan, Iqbal. 2003. Pokok-Pokok Materi Metodelogi Penelitian dan Aplikasinya.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Keraf, Gorys. 1985. Argumentasi dan Narasi. Flores: Nusa Indah.
__________. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Kesuma, Tri Mastoko Jati. 2007. Pengantar Metode Penelitian Bahasa.
Yogyakarta: Caravatikabooks.
Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia.
Kuswanti, Purwo Bambang. 1994. Bahasa Budaya; Pellba 7. Yogyakarta:
Kanisius.
Lee, Monle & Carla Johson. 2004. Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan Dalam
Perspektif Global. Jakarta. Perdana Media.
Madjadikara, Agus. 2004. Bagaimana Biro Iklan Memproduksi Iklan. Jakarta:
Garemedia.
Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Teddy dkk. Komunikasi Antar budaya. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Panantun, Beata Prima Equatoria. 2011 Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Pola
Kesantunan dalam Novel “9 Matahari”. Yogyakarta: PBSID, JPBS,FKIP,
USD.
Pranowo. 2009. Berbahasa Secara santun.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahardi, Kunjona. 2005. Pragmatik, Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Rani, Abdul, dkk. 2006. Analisis Wacana (Sebuah Kajian Bahasa dalam
Pemakaian). Malang: Bayu Media.
Subagyo, Ari. 2003. Reader: Pragmatik 1. Yogyakarta: PBSID Universitas Sanata
Dharma.
Sumarsini, Yoani Juita. 2010. Analisis Tindak Tutur dalam Iklan Kosmetik Di
Televisi. Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP, USD.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Widyatama, Rendra. 2005. Pengantar Periklanan. Jakarta: Buana Pustaka
Indonesia.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
Wijana, I Dewa Putu & Muhammad Rohmadi. 2009. Analisis Wacana Pragmatik:
Kajian Teori dan Analasis. Surakarta: Yuma Pustaka.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Kode Iklan Komersial
Kode A
Iklan Kosmetik dan Kecantikan
1.
Sumber
: Jl. Colombo Depok Sleman Yogyakarta depan Fakultas Ilmu
Keolahragaan
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat tulisan kata “baru” dan terdapat gambar kemasan
kondisioner Clear dengan back ground warna gelap.
Tuturan
: “Clear kondisioner menutrisi kulit kepala untuk rambut tak
berketombe 10X lebih kuat”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca memakai kondisioner Clear)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda`
: Pemakaian diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
2.
Sumber
: Jl. Prof. Yohanes Perempatan Pom Bensin Sagan
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar model laki-laki tampan berjerawat di atas
bibirnya dan disamarkan dengan tato dan back ground
berwarna putih.
Tuturan
: “Nutupin jerawat kayak gini, bukan solusi”
(Lokusi berupa kalimat kritikan, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca merawat wajah di rumah
kecantikan Natasha)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pemakaian diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Santun
Sumber
: Jl. Kaliurang km 4.5 Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Konteks
: Terdapat seorang ibu menggendong bayi dengan ekspresi
tersenyum ceria.
Tuturan
: ”Kutemukan perawatan yang terbaik untuknya”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa para ibu menggunakan produk Zwitsal
untuk bayinya )
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pemilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Solo kota Yogyakarta depan Gardena Mall
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat dua model wanita cantik berkulit dengan gaya
4.
memperlihatkan kehalusan kulitnya dan terdapat kemasan
produk Viva dengan berbagai jenis.
Tuturan
: “Perawatan maksimal dan sempurna itu harus!”
(Lokusi berupa kalimat perintah, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca menggunakan produk Viva)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: pemilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Babarsar, Depok Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat model wanita cantik dengan gaun hitam berwajah
5.
kemilau yang sedang bergaya.
Tuturan
: “Kulit cantik bagai bintang, LBC solusinya…..”
(Lokusi berupa kalimat saran, Ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca merawat kecantikan di LBC)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Gaya bahasa perumpamaan
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Kode B
Iklan Perumahan
1.
Sumber
: Jl. Wonosari Km 7,5 Muntab, Baturetno, Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar rumah yang mewah dilengkapai dengan
taman yang hijau disertai kolam renang dan penghuni yang
terlihat damai.
Tuturan
: “ Dirancang arsitek ternama Indonesia”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli dan menempati rumah
hunian Laguna Spring Jogja)
Tindak tutur : Tndak tutur tidak langsung tidak literal
2.
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Sumber
: Perempatan Ring Road Barat Condong Catur, Depok,
Sleman, Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar rumah yang minimalis tetapi tetap
memperihatkan kemewahan dengan mobil yang diperkir di
depan rumah.
Tuturan
: “Tersedia 4 unit ruko, 10 unit rumah”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli perumahan Pastika Hijau
Damai Anggajaya)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Magelang km 5.8 Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Konteks
: Terdapat gamabar rumah yang megah dan diperindah
dengan pepohonan juga dengan sauna yang cerah.
Tuturan
: “Lokasi strategis di tempat universitas ternama di Jogja”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca tinggal dan membeli perumahan di
Pondok Permai Babarsari)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jongkang Surih Harjo Ngaglik Sleman Yogyakarta depan
4.
Monjali
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar keluarga yang tersenyum memperlihatkan
kebahagiaan dengan diperindah gambar gunung merapi yang
hijau permai.
Tuturan
: “Hanya dengan Rp.0,- Anda bisa memiliki apartemen
mewah”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca tinggal dan membeli di apartemen
Mataram City)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Monjali Perempatan Monjali Ring Road Utara Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat dua bangunan berupa perumahan dan pusat kota
5.
disertai tulisan 4 menit. Menggambarkan bahwa sangat dekat
dengan pusat kota.
Tuturan
: “Area berkembang investasi menjulang”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca berinvestasi dengan membeli
perumahan Vila Harmony Palagan)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Perempatan Kentungan Ring Road Utara
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat dua gambar bangunan berupa bangunan perumahan
6.
secara keseleruhan dan tipe rumah dengan suasana yang segar
dan cerah.
Tuturan
: ”Hunian Nyaman berinvestasi tinggi dekat UGM”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli rumah di perumahan
Aryaguna Putra)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Kode C
Iklan Elektronik
1.
Sumber
: Jl. Wonosari Km 6
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat logo Jogjatronik.
Tuturan
: “Jogjatronik pusatnya ITnya Jogja banyak pilihan dan harga
terbaik”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusinya
berupa
pembaca
membeli
Jogjatronik)
2.
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
elektronik
di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Sumber
: Jl. Colombo Depok Sleman Yogyakarta depan Fakultas Ilmu
Keolahragaan
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar produk HP Samsung dengan dipenuhi
dengan aplikasi-aplikasi terbaru yang tentunya sangat menarik.
Tuturan
: “Serunya gak pakek mahal”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca memakai dan membeli Samsung
Galxy Young)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pemakaian diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Santun
Sumber
: Jl. Prof. Yohanes Perempatan Pom Bensin Sagan
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar foto keluarga yang ceria dan alat gambar
3.
tensimeter.
Tuturan
: “Langkah bijak memantau tekanan darah secara teratur
sebelum Anda sakit”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
(Lokusi berupa kalimat saran, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca memakai Omnon Tensimeter Digital
untuk mengetahui tekanan darah)
Tindak tutur
:Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Pemilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar berbagai hadiah seperti motor TV LED, dan
4.
HP yang canggih. Selain itu terdapat mascot Android dan
berbagai jenis HP Samsung.
Tuturan
: “Beli ponsel Samsung dapatkan kejutan ribuan hadiah”
(Lokusi berupa kalimat ajakan, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli ponsel Samsung)
Tindak tutur
: Tindak tutur langsung literal
Penanda
: Gaya bahasa hiperbola
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
5.
Sumber
: Jl. Prof. Yohanes Perempatan Pom Bensin Sagan
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat hasil proyektor yang jernih dan jelas juga terdapat
dua jenis proyektor yang ditawarkan.
Tuturan
: “Masih pakai proyektor konvensional? Sekarang jamannya
wide screen!!! Pakai Mitsubisi WXGA proyektor”
(Lokusi berupa kalimat tanya dan kalimat seru, ilokusi berupa
persuasi, perlokusi berupa pembaca meninggalkan proyektor
konvensional dan memakai yang lebih moderen dengan
Mitsubisi WXGA)
6.
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi kasar
Persepsi
: Kurang santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Sumber
: Jl. Ring Road Barat depan rumah sakit JIH Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat pemandangan hutan cemara yang hijau dan indah
disertai dengan sungai dan binatang beruang, penguin,
kanguru, dan monyet. Selain itu juga terdapat gambar produk
dari LG.
Tuturan
: “Pilihan sehat yang ramah lingkungan”
(Lokusi berupa kalimat saran, ilokusi berupaka persuasi,
perlokusi berupa pembaca menggunkan dan membeli produk
LG)
Tindak tutur
: Tindak tuturan tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pemilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Konteks
: Terdapat gambar hadiah berupa TV LED, sound stereo set,
dan HP Nokia. Selain itu juga terdapat gambar produk Nokia
terbarunya.
Tuturan
: “Beli Nokia-nya dapatkan tanda cinta-nya”
(Lokusi berupa kalimat ajakan, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli Nokia Asha 303 dan 200)
Tindak tutur
: Tindak tutur langsung literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar koper dan bumi berbentuk love dengan peri
8.
cinta juga gambar pesawat yang terbang. Selain itu terdapat
juga tipe HP Sony Ericsson.
Tuturan
: “Beli ponsel android ini dan tentukan sendiri destinasi impian
Anda”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi,
perlokusi
berupa pembaca membeli ponsel Sony Ericsson
dengan android dengan tipe Ray, Mini Pro, dan Mini)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Kaliurang km 6 Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar laptop dengan berbagai warna.
Tuturan
: “Dapatkan produk terbaik AMD”
9.
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli laptop di toko EL’S)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
10.
Sumber
: Jl. Solo kota Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar wanita cantik dengan gaya sedang asik
mendengarkan dan melihat TV dengan gamabar yang ada
dalam TV berada di luar sehingga terasa nyata.
Tuturan
: “Power Tv solusi kita semua untuk sinyal bersih dan gambar
jernih”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi,
perlokusi berupa pembaca membeli Toshiba Power Tv)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
11.
Sumber
: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar modem Smartfren disertai harga modem.
Tuturan
: “Puasnya internetan dengan Smartfren Modem EC1261-2”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca
membeli Smartfren Modem
EC1261-2)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Magelang km 7.5 Mlati Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Konteks
: Terdapat gambar artis Ayu Ting Ting yang sedang
bersenderan di HP Samsung.
Tuturan
: “Bikin galaumu makin sik asik Samsung Champ Deluxe”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi pembaca membeli ponsel Samsung Champ Deluxe)
Tindak tutur
:Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pemilihan diksi berkonotasi netral
Persepsi
: Sangat santun
Kode D
Iklan Kendaraan
1.
Sumber
: Jl. Wonosari Km 6
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar produk motor dan logo olah raga balap
motor GP.
Tuturan
: “Pastikan motor injection Anda, jangan salah pilih!”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
“Lokusi berupa kalimat larangan, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi pembaca membeli motor Yamaha Vixion”
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Modalitas deontik makna perintah
Persepsi
: Santun
Sumber
: Jl. Parangtritis, Km 11. Yogyakarta
Media
: Baliho (papan nama)
Konteks
: Terdapat gambar jenis aki yang ditawarkan.
Tuturan
: “Aki GS Astra, nyamannya ekstra”
2.
“Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi,
perlokusi berupa pembaca menggunakan Aki GS Astra pada
kendaraan bermotor Anda”
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
3.
Sumber
: Perempatan Ring Road Barat Condong Catur, Depok,
Sleman, Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar orang yang sedang balapan dengan macan
tutul dan terdapat gambar produknya.
Tuturan
: “Castrol Power 1 melesat lebih cepat”
“Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi,
perlokusi berupa pembaca memakai oli Castrol Power 1”
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Perempatan Ring Road Barat Condong Catur, Depok,
4.
Sleman, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar produk motor juga perubahan dari mesin,
body samping dan depan, lampu depan, dan spidometer. Dengan gamabar
pengukur bensin dengan tulisan irit 30%.
Tuturan
: “ Moi J semakin cepat semakin irit”
“Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi,
perlokusi berupa pembaca membeli motor Yamaha Mio J”
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Gaya bahasa epizeuksis
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar anak muda yang sangat banyak berlarian
5.
dan gambar motor.
Tuturan
: “Aku maju dengan pasti raih mimpi”
“Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca menggunakan kendaraan Honda”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak litral
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
6.
Konteks
: Terdapat dua gambar orang mengendari motor sendirian dan
yang satunya berboncengan, dengan seting tempat di jalan
perumahan dengan suasana yang cerah.
Tuturan
: “Cinta Honda PGM-F1 cinta Indonesia”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi,
perlokusi berupa pembaca membeli produk Honda PGM-F1)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Gaya bahasa epizeuksis
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
7.
Sumber
: Jl. Laksda Adi Sucipto Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar aki.
Tuturan
: ”Teknologi Aki MF untuk iklim tropis”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi,
perlokusi berupa pembaca menggunakan Aki MF GS Astra
pada kendaraan bermotor)
8.
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Sumber
: Jl. Solo kota Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar mobil truk, mobil box, dan mobil pik up.
Tuturan
: “Tenaga badak untung tambah banyak”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli Toyota Dyna Turbo
Intercooler)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Magelang km 4.5 Rogoyudan Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar mobil berwarna hijau dengan back ground
9.
batik berwarna biru.
Tuturan
: “Kepercayaan keluarga kebanggan Indonesia”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli mobil Suzuki APV Arena)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Monjali Yogyakarta depan PDAM
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar motor yang dibuka joknya dan di dalamnya
10.
terdapat boneka beruang.
Tuturan
: “Karena hidup penuh dengan kejutan”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pemabaca membeli motor Honda Supra X
125)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
11.
Sumber
: Jl. Magelang Km 6.5, Mraen Ring Road Utara
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar motor Scopy dengan berbagai warna ada
putih, merah, biru, dan hitam.
Tuturan
: “Pelopor skuter matik retro-modern pertama di Indonesia”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli motor Honda Scoopy)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Kode E
Iklan Makanan dan Minuman
1.
Sumber
: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar model anak yang blepotan dengan susu di
sekitar bibirnya dengan gaya membalikan gelas susu yang
sudah habis.
Tuturan
: “Nestle Dancow tumbuh besar itu enak, kan?”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi,
perlokusi berupa pembaca membelikan anaknya susu Dancow)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi kasar
Persepsi
: Santun
Sumber
: Jl. Kaliurang km 5 Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar artis Chelsea Olivia yang sedang senyum
2.
dan makan mie rebus dan gambar ayam yang sedang berbunyi
juga mie yang sudah matang.
Tuturan
: “ Rasanya pok! Pok! Pok! Pok! Rasanya ayam spesial”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
perlokusi berupa pembaca membeli Mie Sedap Instan rasa
ayam spesial)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Gaya bahasa epizeuksis
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Kaliurang km 5.5 Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar makanan yang jual.
Tuturan
:”Satu harga satu rasa”
3.
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli makanan di BEE’S)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Gaya bahasa epizeuksis
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
4.
Sumber
: Jl. Kaliurang km 5.6 Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar botol Cocacola dengan butiran-butiran es
yang terlihat dingin dan menyegarkan dan back ground
berwarna merah sehingga terlihat sangat kontras.
Tuturan
: “Teman di saat galau”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli minuman Coca Cola)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi netral
Persepsi
:Santun
Sumber
: Jl. Laksda Adi Sucipto Sleman Yogyakarta
5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar dunia dan aliran susu dari langit yang
membawa keluarga yang penuh semangat dan keceriaaan.
Tuturan
: “Ayo, Indonesia minum susu cair segar dan raih prestasi
dunia”
(Lokusi berupa kalimat ajakan, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca minum susu Ultra)
Tindak tutur
: Tindak tutur langsung tidak literal
Penanda
: Modalitas internasional bermakna ajakan
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Laksda Adi Sucipto Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar botol Cocacola dengan butiran-butiran es
6.
yang terlihat dingin dan menyegarkan dan back ground
berwarna merah sehingga terlihat sangat kontras.
Tuturan
: “Cinta pada tegukan pertama”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli Coca Cola)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pemilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Magelang km 4.5 Yogyakarta depan TVRI
Media
: Baliho “papan nama”
Konteks
: Terdapat gambar logo dari Bakpia 75 yang berbentuk segi
7.
tiga merah di dalam kotak biru.
Tuturan
: “Bakpia Patuk 75 yang pertama sejak tahun 1948”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli Bakpia Patok 75)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
8.
Sumber
: Jl. Magelang Km. 6 Sleman Yogyakarta depan Terminal
Jombor
Media
:Baliho
Konteks
: Terdapat gambar cangkir berwana merah dengan uap panas.
Tuturan
: “Kalau bukan Kopi ABC pasti Cuma kopi biasa!”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli dan minum Kopi ABC)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Pemakaian diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Kurang santun
Sumber
: Jl. Arteri Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar kemasan tepung bumbu yang baru.
9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Tuturan
: “Kini hadir dalam kemasan baru! Lebih berkualitas!”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli Tepung Bumbu Mama
Suka)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi netral
Persepsi
: Santun
Sumber
: Jl. Ring Road Barat Demak Ijo Yogyakarta
Media
: Baliho “papan nama”
Konteks
: Terdapat gambar botol Cocacola yang berembun sehingga
10.
terlihat menyegarkan dan back ground berwarna merah
sehingga terlihat sangat kontras.
Tuturan
: “Botol dingin menggoda”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli Coca Cola)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Ring Road Utara, Gandok, Condong Catur, Sleman
11.
Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar masakan yang terlihat enak dan terdapat
logo halal.
Tuturan
: “Temukan rasa yang berbeda”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca makan di rumah makan Dapur Ibu)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsug tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Kode F
Iklan Jasa
1.
Sumber
: Jl. Wonosari Km 6
Media
: Baliho “papan nama”
Konteks
: Terdapat gambar istana dengan boneka ratu dan pangeran dan
terdapat juga foto-foto aksi-aksi pengunjung pada saat
menikmati wahana.
Tuturan
: “Selamat datang di pusat rekreasi keluarga Kids Fun bermain
sepuasnya di 19 wahana permainan yang fantastis.”
(Lokusi berupa kalimat sapaan, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca bermain dan berekreasi di Kids Fun
Yogyakarta)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
2.
Sumber
: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar logo MNCTV dan bola dunia ditambah
dengan efek kepala elang.
Tuturan
: “Segera dengar di Sindo Radio 97.00 FM Yogyakarta sumber
informasi terpercaya.”
(Lokusi berupa kalimat ajakan, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca mendengarkan Sindo Radio
Yogyakarta)
3.
Tindak tutur
: Tindak tuturan tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Sumber
: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar model pria berada diruangan kantor yang sedang
trasaksi dengan koleganya.
Tuturan
: “Bisnis lancar dengan nontifikasi SMS”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, perlokusi
berupa pembaca menabung di BNI )
Tindak tutur: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
4.
Sumber
: Perempatan Ring Road Barat Condong Catur, Depok,
Sleman, Yogyakarta
Media
: Umbul-umbul
Konteks
: Terdapat gambar model pria dengan menunjukan uang yang
banya dan gambar kartun mobil yang sedang tersenyum.
Tuturan
: “Simas Mobil Bonus, tidak ada klaim uang kembali.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca mengasuransikan kendaraan di
Simas Mobil)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung leteral
Penanda
: Pemakaian diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Laksda Adi Sucipto Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar negara Malaysia yang begitu meriah
5.
dipenuhi oleh kembang api dan gemerlap lampu hias yang
spektakuler. Selain itu juga terdapat kaum muda yang sedang
menikmati liburan.
Tuturan
: “Berjuta pengalaman hanya di Malaysia.”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca menggunakan biro Tourism
Malaysia jika ingin berlibur keluar negri)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Penanda
: Gaya bahasa hiperbola
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Laksda Adi Sucipto Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho “papan nama”
Konteks
: Terdapat gambar model wanita dengan membawa belanjaan
6.
yang banyak.
Tuturan
: “Semua bayar ½ harga”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca datang dan membeli barang di
Grand Stock Well Yogyakarta)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
7.
Sumber
: Depan Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar kunci yang masih tertancap di lobangnya.
Tuturan
: “Bunga KPR BCA 8% fixed 55 bulan!”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa masyarakat menabung di bank BCA dan
mengikuti program KPR BCA)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Laksda Adi Sucipto Km 8.5 Yogyakarta
Media
: Baliho
8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Konteks
: Terdapat gambar
model lelaki seperti wirausaha yang
tersenyum bangga dan orang yang sedang sibuk dengan
ukmnya.
Tuturan
: “Hanya bank negeri sendiri yang mampu melayani semua
sama baiknya.”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa masyarakat menabung di BRI)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi kasar
Persepsi
: Santun
Sumber
: Jl. Laksda Adi Sucipto Km 8.5 Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar seponsor yang mendukung dan diskon 40%.
Tuturan
: “Hanya dengan kartu kredit BRI”
9.
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa nasabah menggunakan kartu kredit BRI)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Ring Road Timur Maguwoharjo Depok Sleman
10.
Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar model wanita yang sedang minikmati
perawatan tubuh seperti pijatan.
Tuturan
: “Mewah, nyaman, terjangkau”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa masyarakat untuk merawat tubuh di Griya
Bugar)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Koede G
Iklan Provider
1.
Sumber
: Perempatan Kasongan Bantul Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar jam dengan angka dig anti nama sesorang
dan back ground berwana hijau.
Tuturan
: “Nelpon puas seribu sejam berkali-kali”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa masyarakat menggunakan kartu Esia)
2.
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Sumber
: Jl. Colombo Depok Sleman Yogyakarta depan Fakultas Ilmu
Keolahragaan
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar model wanita yang sedang tersipu dan pria
yang sedang memohon dengan back groun rumput dengan
bunga berbentu love.
Tuturan
: “Satu klik ke banyak aplikasi”
(Ilokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa masyarakat menggunakan kartu XL)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotatif netral
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Colombo Depok Sleman Yogyakarta depan Gedung
3.
Rektorat
Media
: Baliho
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Konteks
: Terdapat gambar model wanita cantik yang tersenyum dengan
menunjukkan kartu provider dan atlit binaraga Ade Rai dengan
ekspresi garang.
Tuturan
: “Esia melek tarif sadar sinyal”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca menggunakan kartu Esia)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotatif kasar
Persepsi
: kurang santun
Sumber
: Jl. Kaliurang km 4.4 Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar model wanita yang sedang asik main HP
4.
dan di belakangnya terdapat parade marcing band dengan
seting di tengah kota.
Tuturan
: “IM3 seru anti galau, seru sms dan internet sepuasnya”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa para pengguna ponsel menggunakan kartu
IM3)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Kaliurang km 5.2 Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar model dua pria dan satu wanita dengan baju
5.
identik berwarna merah yang sedang asik menelfon dan main
HP.
Tuturan
: “Kartus AS gratis 30 jam berkali-kali”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pengguna ponsel menggunakan kartu AS)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Gaya bahasa hiperbola
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
6.
Sumber
: Jl. Kaliurang km 6 Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar model tiga wanita dan satu pria yang sedang
asik bercengkrama dengan back ground berwarna biru.
Tuturan
: “Internetan makin asik, download makin kenyang!”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca menggunakan kartu 3)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotatif kasar
Persepsi
: Santun
Sumber
: Jl. Prof. Yohanes Sagan Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Konteks
: Terdapat gambar fighnyet dengan warna-warna cerah dan
terdapat logo facebook.
Tuturan
: “Gratis facebook seumur hidup”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pengguna ponsel yang sering mengakses
facebook menggunakan kartu Telkomsel khusus fecebook)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Gaya bahasa hiperbola
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Prof. Yohanes Sagan Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
:
8.
Terdapat
gambar
mascot
Smartfren
yang
sedang
memamerkan kartu providernya.
Tuturan
: “Smartfren anti lelet! Nelpon sepuasnya internet pasti
ngebut!”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca menggunakan Smartfren dalam
berkomunikasi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Gaya bahasa hiperbola
Persepsi
: Santun
Sumber
: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar balok yang berwarna-warni sehingga
9.
membentuk pola ombak.
Tuturan
: “Pakai kartu Indosat, satu kartu untuk semua”
(Lokusi berupa kalimat berita, Ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca menggunakan kartu Indosat”
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
10.
Sumber
: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar model artis Tukul Arwana yang sedang
bermain internet lewat HP.
Tuturan
: “Super ampuh bayar sekali 24 jam gratis internetan, gratis
sms, dan gratis nelpon”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca menggunakan kartu XL)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Gaya bahasa hiperbola
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
11.
Sumber
: Jl. Afandi Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar artis Sule dan dua model pria asik nelpon
dan wanita yang sedang sms.
Tuturan
: “Bebas galau 30 jam “
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokus berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca menggunakan kartu AS)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Gaya bahasa hiperbola
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Monjali No. 145a Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Konteks
: Terdapat gambar tiga model dua pria dan satu wanita dengan
ekspresi
penuh
kebanggan
menawarkan
fasilitas
yang
diiklankan.
Tuturan
: “Komunikasi lengkap seharian dengan Indosat Mobile”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi perupa persuasi, dan
perlokusi berupa pengguna ponsel menggunakan kartu Indosat
Mobile)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Gaya bahasa hiperbola
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Banguntapan Bantul Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar orang tanpa wajah dan di sampingnya
13.
terdapat mobil Toyota Yaris berwarna merah dan hadiah lain
seperti sepeda motor dan HP.
Tuturan
: “Juragan (kejutan rejeki pelanggan)”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca menggunakan kartu Simpati dan
kartu AS)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsunng tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi netral
Persepsi
: Santun
Sumber
: Jl. Adi Sucipto Km 7 Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat tulisan dengan back ground berwarna kuning.
Tuturan
: “Internetan puas unlimited 2 GB Cuma Rp100 ribu/bulan”
14.
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca menggunakan kartu modem
internetan Indosat M2)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi netral
Persepsi
: Santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Kode H
Iklan Rokok
1.
Sumber
: Jl. Bantul Niten Km. 7 Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar tiga pria yang sedang bersepeda dengan
gembira di jalan raya.
Tuturan
: “Asyiknya bensin mahal”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli rokok Sampoerna)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Santun
Sumber
: Jl. Bantul Dongkelan Bantul Yogyakarta
Media
: Sapanduk
2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Konteks
: Terdapat gambar logo rokok dengan back ground berarna
orange.
Tuturan
: “Tampil Slim gaya berkelas”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa para penikmat rokok membeli rokok Aroma
Slim)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Colombo Depok Sleman Yogyakarta depan Gedung
3.
Rektorat
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar topeng pria dan wanita tersenyum.
Tuturan
: “Yang lain bersandiwara, gue apadanya!”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa para penikmat rokok membeli rokok LA)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi kasar
Persepsi
: Santun
Sumber
: Jl. Kaliurang km 7 Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar seperti disain batik dan logo rokok.
Tuturan
: “Dji Sam Soe 99 tahun cita rasa legendaris”
4.
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa para penikmat rokok tetap membeli rokok Dji
Sam Soe)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Wonosari Km 8 Yogyakarta
Media
: Baliho
5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Konteks
: Terdapat gambar dua jin pria dan wanita yang sedang terbang
menggendong manusia dengan ekspresi wajah pria ketakutan
dan wanita sangat marah. Seting di depan rumah di pedesaan.
Tuturan
: “ Yang penting Heppiii…”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli Djarum 76)
Tindak Tutur : Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi netral
Persepsi
: Santun
Sumber
: Jl. Arteri Maguwohajo Depok Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar pria yang sedang mengulurkan tangan tanpa
6.
diperlihatkan wajahnya.
Tuturan
: “Bangkitkan semangat sejati”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli rokok Sejati)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Ring Road Timur Blok O Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar pria yang melompat hendak memukul gong
7.
dengan gambar batik berwana emas diblakangnya.
Tuturan
: “Dji Sam Soe kebanggaan atas karya sempurna”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca tetap merokok Dji Sam Soe)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Laksda Adi Sucipto km.7 Sleman Yogyakarta
8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar model pria gagah dan tampan juga elegan.
Tuturan
: “Puncak prestasi diawali keinginan kuat dan kesungguhan
hati”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi,
perlokusi berupa para perokok membeli rokok Diplomat)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Laksda Adi Sucipto km.6 Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar udang yang lucu di atas batu.
Tuturan
: “Yang lain ada maunya, gue apa adanya”
9.
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli rokok LA)
Tindk tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak lietral
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi kasar
Persepsi
: Santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Kode I
Iklan Pendidikan
1.
Sumber
: Jl. Laksda Adi Sucipto Km. 8 Yogyakarta
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar pria yang sedang menyelam yang masih
terlihat sebagian wajahnya dengan mengangkat tangannya
untuk mengkode ok atau bagus.
Tuturan
: “Bukan ilmu biasa”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca atau lulusan SMA dan sederajat
untuk kuliah di Universitas Atma Jaya Yogyakarta)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pemakaian diksi berkonotasi kasar
Persepsi
: Santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
2.
Sumber
: Jl. Magelang Km 6.5 Mraen Ring Road Utara
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar model wanita cantik dengan bergaya
memegang pena dan tersenyum penuh keberhasilan.
Tuturan
: “Ayo kuliah, Mercu Buana lebih baik.”
(Lokusi berupa kalimat ajakan, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca atau lulusan SMA dan sederajat
untuk kuliah di Universitas Mercu Buana Yogyakarta)
Tindak tutur
: Tindak tutur langsung literal
Penanda
: Modalitas internasional bermakna ajakan
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Ring Road Gamping Kidul
Media
: Baliho
3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Konteks
: Terdapat gambar mahasiswi yang sedang belajar dan praktek
di lab dan bangunan kampus.
Tuturan
: “Mencetak tenaga bidan profesional dan mandiri”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca atau lulusan SMA dan sederajat
untuk kuliah di Akademi Kebindanan Yogyakarta)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Kode J
Iklan Komersial Lain-Lain
1.
Sumber
: Jl. Magelang km. 8.3 Sleman Yogyakarta
Media
: Baliho “papan nama”
Konteks
: Terdapat gambar gajah yang sedang menginjak genteng dan
gambar genteng dengan bebagai warna.
Tuturan
: “Pilih mutu, pilih Mutiara”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa menggunakan genteng Mutiara di saat
membangun rumah)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Gaya bahasa epizeuksis
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Colombo Depok Sleman Yogyakarta depan Gedung
2.
Rektorat
Media
: Baliho
Konteks
: Terdapat gambar orang mengendarai sepeda motor.
Tuturan
: “Bacaan paten untuk bikers keren dan komunitas beken”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa para bikers membaca dan membeli majalah
Adira)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
3.
Sumber
: Perempatan Ring Road Barat Condong Catur, Depok,
Sleman, Yogyakarta
Media
: Spanduk
Konteks
: Terdapat gambar pola batik.
Tuturan
: “Batik Puspa Kencana melayani kulakan harga grosiran”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi berupa pembaca membeli batik di toko Batik Puspa
Kencana)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
Sumber
: Jl. Laksda Adi Sucipto Km 8.5 Yogyakarta
Media
: Baliho
4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
Konteks
: Terdapat gambar spring bed lengkap dengan bantal dan bed
cover.
Tuturan
: “Tidur nyaman, bangun segar”
(Lokusi berupa kalimat berita, ilokusi berupa persuasi, dan
perlokusi supaya membeli dan menggunakan Spring Bed
Yuki)
Tindak tutur
: Tindak tutur tidak langsung tidak literal
Penanda
: Pilihan diksi berkonotasi halus
Persepsi
: Sangat santun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Leo Agung Nova Tri Haryanto, dilahirkan di daerah Lampung
Utara desa Tatakarya
tanggal 10 November 1988. Ia
menamatkan taman kanak-kanak di TK Dharma Wanita
Purbasakti dan menamatkan pendidikan tingkat sekolah dasar di
SDN 2 Tatakarya, Abung Surakarta,
Lampung Utara.
Melanjutkan ke SMP dan menamatkan pendidikan sekolah menengah pertama di
SMP Xaverius Kotabumi, Lampung Utara pada tahun 2004. Tiga tahun kemudian
menamatkan pendidikan sekolah tingkat menengah atas di SMAN 1 Tumijajar,
Tulangbawang Udik pada tahun 2007. Setelah lulus SMA, ia menempuh studi di
Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Ia lulus dari Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah pada
tahun 2012.
Download