NILAI-NILAI PENDIDIKAN DEMOKRATIS DI PESANTREN (Studi Kasus pada Pondok Pesantren Hidayatullah Depok) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: AHMAD HUSAIN NIM : 1112011000112 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 ABSTRAK Ahmad Husain, NIM: 1112011000112, Nilai-nilai Pendidikan Demokratis (Studi Kasus pada Pondok Pesantren Hidayatullah Depok) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, baik secara teori dalam proses belajar mengajar, maupun secara praktik dalam keseharian santri dilingkungan pesantren. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 Januari sampai bulan Mei 2017. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif analitis dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, interview dan studi dokumentasi. Penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok adalah pendidikan yang mengandung nilainilai demokratis yang berdasar pada sistem pendidikan integral berbasis tauhid, yaitu pendidikan yang mengintegrasiskan pendidikan formal dengan pendidikan pesantren, diantara nilai-nilai demokratis yang berjalan dalam penyelenggaraan pendidikan di Pesantren Hidayatullah Depok yakni: Pertama dalam proses belajar mengajar baik di dalam maupun di luar kelas, santri dibiasakan untuk berani berbicara dan mengeluarkan pendapat secara beretika dan bertanggung jawab. Keduamendidik santri agar terbiasa mendengar dengan baik dan menghargai pendapat orang lain. Ketiga dalam keseharian santri di lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok dengan berbagai watak dan kepribadian, santri senantiasa diajarkan dan dibiasakan untuk bersikap toleransi, saling menghormati, dan saling menghargai perbedaan. Keempat santri diberikan ruang kebebasan untuk berkreasi dan berekspresi menyalurkan minat dan bakatnya sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing santri. Beberapa saran yang diperkirakan dapat menjadi bahanpertimbangan bagi Pondok Pesantren Hidayatullah Depok yaitu senantiasa menanamkan pemahamantentang pentingnya bersikap demokratis terutama dalam kehidupan di lingkungan pesantren dengan berbagai watak dan kepribadian, juga perlunya meningkatkan kualitas dan kreativitas pendidik (ustadz) serta meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan agar tercapainya tujuan pembelajaran. i ABSTRACT Ahmad Husain, student ID number 1112011000112, Democratic Education Values (A Case Study in Hidayatullah Boarding School Depok) This study aimed to know the democratic education values in Hidayatullah Islamic Boarding School Depok, from learning and teaching process theoritically or with the students' environment daily activity practically. The study was conducted on January 30th, 2017 upto May 2017. the writer used analytical qualitative descriptive method and collecting data technique were observation, interview, and documentation study. This study is to prove that the education which was held in Hidayatullah boarding school depok contained democratic education values based on integral educational system of tauhid, the education which is integrating formal and boarding school education. There are some democratic education values in Hidayatullah Boarding School Depok. First, in learning and teaching process the students are taught to be brave to ask and to argue politely and responsibly. Second, educating boarding school students to have become a customed in listening and respect to one and another. Third, in boarding school students' daily activities with varieties characters and personalties, they were taught to behave tolerance to others, respect each other, and respect the diversity. Fourth, boarding school students were give some freedom to create and to express their proclivities and talents based on potention that they have. Some suggestions may able to be considered by Hidayatullah Boarding School Depok, they are: used to implant the understanding of the importance to behave democratic, mainly in life of boarding school environment with varieties of characters and personalities, and they need to enhance the quality and creativity of the teachers and also to enhance tools and infrastructures for the learning goal achievement. ii KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya milik Allah SWT Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Berkat limpahan rahmat dan kasih sayang-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, yang telah membawa ajaran agama Islam dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang menderang, sehingga sampai detik ini kita masih bisa merasakan nikmatnya Iman dan Islam. Skripsi yang berjudul Nilai-nilai Pendidikan Demokratis (Studi Kasus pada Pondok Pesantren Hidayatullah Depok), ini merupakan buah dari hasil perjuangan selama menempuh Studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana (S.Pd) Banyak pihak yang telah membimbing dan membantu dalam proses penulisan skripsi ini, sehingga dengan izin Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang dibaringi dengan ikhtiar dan do’a penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala hormat penulis sampaikan terima kasih juga kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Dr. H. Abdul Madjid Khon, M.Ag dan Marhamah Saleh, Lc., M.A, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam 3. Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, selaku dosen pembimbing yang dengan kesabaran, keikhlasan, dan ketulusan memberikan bimbingan, arahan serta masukan kepada penulis. 4. Marhamah Saleh, Lc.,M.A, selaku dosen penasehat akademik yang senantiasa memberikan nasehat serta bimbingan akademik kepada penulis. 5. Kedua orang tua penulis Ayahanda Suddin Sinaja dan Ibunda Ratia yang selalu memberikan dukungan baik berupa moril maupun materil, yang senantiasa melantunkan doa-doa untuk kesuksesan anak-anaknya. iii 6. Ustadz Iwan Ruswanda, selaku sekretaris yayasan Pondok pesantren hidayatullah depok, terima kasih telah menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 7. Ustad Abdurrahman, selaku kepala sekolah SMP Hidayatullah Depok yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan data dan informasi terkait penelitian yang penulis lakukan 8. Ustadz Suhendar, selaku kepala sekolah MA Hidayatullah Depok, yang juga tidak bosan-bosannya meluangkan waktunya untuk diwawancarai dan berbincang-bincang terkait pendidikan di MA Hidayatullah Depok 9. Ustad Muhaimin, selaku Kepala Departemen Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok yang bersedia menerima penulis untuk melakukan penelitian dipendidikan pondok Pesantren Hidayatullah Depok 10. Kawan-kawan seperjuangan di tanah rantau Keluarga Pelajar Mahasiswa Kalimantan Timur kebersamaannya (KPMKT) Cabang Jakarta, terima kasih atas menjalin ukhuwah persaudaraan sesama mahasiswa asal Kalimantan Timur yang sedang menempuh studi di Ibu Kota. 11. Kanda dan Yunda HMI Cabang Ciputat, Yakin Usaha Sampai. 12. Teman-teman “Kanca C” Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas C yang selalu siap untuk membantu, yang selalu memberikan support, yang selalu ada dalam keadaan suka maupun duka, terima kasih atas perkawanan selama ini 13. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang penulis tidak sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan, Aamien Ciputat, 8 Juni 2017 Penulis iv DAFTAR ISI ABSTRAK ......................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii DAFTAR ISI ...................................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 10 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian.............................................. 10 1. Pembatasan Masalah ................................................................................... 10 2. Perumusan Masalah .................................................................................... 10 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................................... 11 BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PENDIDIKAN DEMOKRATIS DAN PESANTREN A. Pendidikan Demokratis ..................................................................................... 13 1. Pengertian Pendidikan ................................................................................. 13 2. Pengertian Demokrasi ................................................................................. 16 3. Pendidikan Demokratis .............................................................................. 18 4. Sejarah Pendidikan Demokratis di Indonesia ............................................. 20 B. Nilai-nilai Pendidikan Demokratis .................................................................... 21 C. Desain Pembelajaran Demokratis ..................................................................... 24 D. Pondok Pesantren .............................................................................................. 26 1. Pengertian Pondok Pesantren ...................................................................... 26 2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren di Indonesia .................................... 27 3. Unsur –unsur Pondok Pesantren ................................................................ 28 4. Tradisi Pondok Pesantren............................................................................ 31 E. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................................... 32 v BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltian ............................................................................ 34 B. Metode Penelitian.............................................................................................. 34 C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 35 1. Observasi ..................................................................................................... 35 2. Interview/Wawancara ................................................................................. 36 3. Studi Dokumentasi ...................................................................................... 36 D. Sumber Data ...................................................................................................... 37 1. Data Primer ................................................................................................. 37 2. Data Sekunder ............................................................................................. 37 E. Fokus Penelitian ................................................................................................ 37 F. Prosedur Pengumpulan Data dan Perekaman Data ........................................... 38 1. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................................... 38 2. Perekaman Data .......................................................................................... 38 G. Teknik Analisis Data........................................................................... .............. 39 H. Pemeriksaan/Pengecekan Keabsahan Data ....................................................... 39 BAB IV PEMBAHASAN A. Profil Pondok Pesantren Hidayatullah Depok................................................... 41 1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Hidayatullah Depok ....................... 41 2. Visi dan Misi ............................................................................................... 42 3. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Hidayatullah Depok ................... 43 B. Program Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok ........................... 43 1. Jenis dan Jenjang Pendidikan ...................................................................... 45 2. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok ................. 58 C. Organisasi Santri Pondok Pesantren Hidayatullah Depok ................................ 49 D. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok .............................. 50 E. Pembelajaran Demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok .............. 52 1. Metode Pembelajaran di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok .............. 52 2. Pendidikan Demokratis di Pesantren Hidayatullah Depok ......................... 55 vi 3. Implementasi Pendidikan Demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok .................................................................................... 58 F. Kendala-kendala Pondok Pesantren Hidayatullah Depok dalam Menerapkan Nilai-nilai Pendidikan Demokratis ............................................... 62 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................................... 63 B. Saran .................................................................................................................. 64 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 65 LAMPIRAN-LAMPIRAN vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1 Pendidikan merupakan suatu upaya dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai tuntutan pembangunan bangsa. Perwujudan masyarakat berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam menyiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan dalam menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan professional pada bidang masing-masing. Hal tersebut dapat dicapai melalui perbaikan kualitas pendidikan karena pada dasarnya Pendidikan merupakan upaya agar manusia terhindar dari berbagai bentuk penindasan, kebodohan, dan ketertinggalan. Artinya, pendidikan merupakan bentuk pembebasan yang mengeluarkan manusia dari berbagai belenggu.2 Pendidikan pada dasarnya ialah upaya untuk mengantarkan manusia dari ketidaktahuan menjadi tahu atau berpengetahuan. melalui pendidikan seseorang mendapatkan kebebasan untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Secara substansial maksud dan tujuan pendidikan sebagaimana yang tertera dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang telah dijelaskan di atas. 1 Depdiknas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan, 2003), h. 65 2 Umiarso & Zamroni, Pendidikan Pembebasan dalam Perspektif Barat & Timur, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 25-26 1 2 Dalam terwujudnya era suatu global ini, masyarakat masyarakat baru. Yaitu Indonesia menginginkan terwujudnya kemajuan, kesejahteraan, kebahagiaan, keterbukaan, keadilan, saling menghormati, dan menghargai. Selain itu masyarakat yang di dalamnya ada penegakan hukum dengan adil, hak asasi manusia yang dihargai, sehingga tercipta bangsa yang aman dan sejahtera bagi seluruh penghuninya. Masyarakat yang demikian disebut pula dengan istilah masyarakat madani.3 Mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang baldatun toyyibatun warabbun gofur atau masyarakat madani, dapat dimulai dari mewujudkan pendidikan yang didalamnya terkandung nilai-nilai toleransi, saling menghargai atas perbedaan dan saling menghormati antar sesama manusia yakni pendidikan yang mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi. sehingga akan melahirkan manusia-manusia yang mampu bermasyarakat secara baik. Pendidikan demokratis merupakan paradigma pendidikan yang harus dikembangkan di era global ini. Yakni, pendidikan yang mengembangkan prinsip-prinsip demokrasi. seperti, pendidikan yang menghargai perbedaan pendapat, kebebasan untuk mengaktualisasikan diri-sendiri, pendidikan yang membangun moral, yang pada akhirnya mengantarakan peserta didik semakin dekat kepada sang pencipa.4 Saat ini model pendidikan yang dibutuhkan adalah model pendidikan yang demokratis, partisipatif, dan humanis. Adanya suasana saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat/berbicara, kebebasan mengungkapkan gagasan, adanya keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, kemampuan hidup bersama-sama dengan teman-teman yang mempunyai pandangan yang berbeda.5 3 Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran Yang Demokratis & Humanis, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 151 4 Ibid., 155 5 Departemen Pendidikan Nasional, Teropong Pendidikan Kita, Ontology Artikel 2005-2006, (Jakarta: Pusat Informasi dan Humanis Depdiknas, 2006) Cet I, h. 14 3 Pendidikan demokratis merupakan paradigma baru dalam pendidikan dan nampaknya agak sedikit tabu di kalangan sebagian masyarakat, karena istilah demokrasi lebih cendrung kepada konsep sebuah negara yakni kedaulatan ditangan rakyat. Namun jika demokrasi kita kaitkan dengan pendidikan maka hal ini sejalan dengan hakikat dan tujuan pendidikan itu sendiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ramayulis mekanisme berdemokrasi dalam politik tidak sepenuhnya sesuai dengan mekanisme dalam kepemimpinan lembaga pendidikan, namun secara substantif, sekolah demokratis adalah membawa semangat demokrasi tersebut dalam perencanaan, pengelolaan, dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan di sekolah.6 Dalam rangka mendorong dan menumbuh kembangkan pendidikan yang demokratis, setidaknya ada beberapa kemampuan dasar yang meski dikembangkan yang nantinya dapat menjadi bekal yang ampuh dalam hidup masyarakat, kemampuan dasar yang mesti dikembangkan itu diantaranya kemampuan berkomunikasi, jiwa eksploratis, kreatif serta integral.7 Proses demokrasi pendidikan lazimnya akan berlangsung antara tenaga pendidikan dengan peserta didik dalam pergaulan baik secara perorangan maupun secara kelompok. Yang demikian tidak hanya berlangsung dalam bentuk tatap muka, tapi dapat pula terjadi dengan menggunakan media cetak ataupun elektronik. Namun tidak semua pergaulan tersebut berintikan demokrasi pendidikan, kecuali ada maksud dari pendidikan agar peserta didik terpengaruh, sehingga peserta didik mampu mengembangkan diri untuk mencapai kedewasaan dan mampu mengubah tingkah lakunya untuk mencapai sesuatu yang bermanfaat serta tergalinya potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik.8 6 Ramayulis, Dasar-dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 312 7 Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., h. 15 8 Ramayulis, loc. cit. 4 Sebagai salah satu komponen dalam pendidikan, pendidik meski menyadari bahwa tugas pokoknya adalah mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang menyadari akan kelebihan dan potensi yang ia miliki melalui suatu proses pembelajaran, mengapresiasi setiap pencapaian peserta didik, serta mampu menghadirkan suasana nyaman sehingga peserta didik merasa dihargai dan merasa dianggap ada. Dengan demikian maka peserta didik akan memiliki rasa percaya diri. Proses pendidikan demokrasi ditujukan kepada pengembangan pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab. Pendidikan untuk pribadi yang mandiri merupakan suatu proses yang mengembangkan akal budinya supaya pribadi tersebut dapat mengambil keputusan sendiri yang berarti pula mempertajam kemampuan rasionya untuk menimbang-nimbang dan mengambil keputusan.9 Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ngainun Naim dan Achmad Syauqi “Demokratisasi dalam konteks pendidikan dapat diartikan sebagai pembebasan pendidikan dan manusia dari struktur dan sistem perundangan yang menempatkan manusai sebagai komponen”.10 Melalui demokrasi peserta didik akan mendapatkan hak-haknya untuk menyampaikan ide dan pendapat, mandiri, serta ruang kebebasan untuk berekspresi mengembangkan minat dan bakat, Selama hal tersebut bernilai positif dan bisa dipertanggung jawabkan. dan diharapkan akan terjadi proses kesetaraan antara pendidikan dan peserta didik dalam proses belajar mengajar, sehingga akan menghasilkan individu-individu yang kreatif, kritis dan produktif serta professional. Menurut Jhon Dewey, sebagaimana yang dikutip oleh Haryanto Alfandi “untuk mewujudkan pendidikan demokratis haruslah dimulai dari 9 H.A.R Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional : Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), h. 123 10 Ngainun Naim & Achmad Syauqi, Pendidikan Multikultural; Konsep dan Aplikasi (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2008) , h. 61 5 sekolah. Sebab, sekolah merupakan ujung tombak pendidikan. Sekaligus sebagai institusi yang sangat penting dalam mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan”.11 Salah satu lembaga yang berperan penting dalam dunia pendidikan adalah pondok pesantren, dimana pesantren merupakan lembaga keagamaan tradisional yang memberikan sumbangsi dalam aspek pendidikan. Umumnya di negara-negara Islam, pendidikan pesantren bertujuan menjadi basis penyebaran ajaran-ajaran keagamaan sebagai benteng moral dan mental dalam menghadapi keseimbangan antara ilmu kemajuan tekhnologi. keagamaan dan ilmu Dengan demikian, non-keagagamaan dimaksudkan agar dapat membentuk lulusan yang siap dalam menerapkan nilai-nilai moral islam dalam menghadapi perubahan masyarakat.12 Diantara lembaga pendidikan Islam selain madrasah yang mempunyai peran strategis dalam konteks pendidikan nasional adalah lembaga pendidikan pesanten. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang dalam hal pengelolaannya sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat. Dalam konteks pendidikan di indonesia, pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua, jauh sebelum pemeritah kolonial belanda memperkenalkan sistem pendidikan modern yang bernama sekolah dan lembaga pendidikan Islam sendiri yang bernama madrasah.13 Pendidikan di pesantren, sebagai sub sistem pendidikan nasional memang diharapkan dapat ikut serta dalam mewujudkan nilai-nilai demokrasi. Di antara nilai-nilai demokrasi yang harus dimiliki santri/peserta didik adalah agar terbiasa bebas berbicara dan mengeluarkan pendapat secara bertanggung jawab, terbiasa mendengar dengan baik dan menghargai pendapat orang lain, 11 Haryanto Al-Fandi, op. Cit., 159 Nurani Soyomukti, Teori-teori Pendidikan dari Tradisional, (Neo) Liberal, Marxis-sosialis, hingga Post modern, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2015) Cet. 1, h. 117 13 Hasbullah, Otonomi Pendidikan; Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Penyeleggaraan Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Cet. 3, h. 166 12 6 menumbuhkan keberanian moral yang tinggi, terbiasa bergaul dengan rakyat, ikut merasa memiliki, sama-sama merasakan suka dan duka dengan masyarakat, dan mempelajari kehidupan masyarakat.14 Sementara itu sistem pendidikan yang dikembangkan oleh pesantren di Indonesia pada umumnya masih dipengaruhi oleh model-model tradisional yang berpegang pada otoritas-otoritas mutlak seorang guru atau kyai. kebebasan santri dalam berbicara/menyampaikan pendapat serta mengekspresikan minat dan bakat sesuai kemampuan masing-masing kurang mendapatkan apresiasi, serta sumber utama ilmu pengetahuan berpusat pada kyai hal inilah yang kemudian dapat membunuh jiwa-jiwa kritis dan ide-ide kreatif santri serta terjadi kesenjangan antara pribadi kyai dan santri. Keadaan ini tentunya kurang baik bagi proses pengembangan potensi diri santri. Keterlibatan kaum santri dalam pembumian nilai-nilai demokrasi di pesantren sangat besar pengaruhnya, pengaruh tersebut tidak lepas dari peran kyai sebagai sosok kharismatik yang sangat dihormati dan diyakini memiliki pengetahuan agama yang luas sebagai pemimpin. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan dipesantren, kyai merupakan figur yang memiliki otoritas untuk merencanakan, menyelenggarakan, dan mengendalikan seluruh pelaksanaan pendidikan di pesantren.15 Di sisi lain, kharismatik dan otoriter kepemimpinan seorang kyai dalam kepemimpinan di pesantren akan menimbulkan kesan sentimen sehingga kemudian memunculkan perasaan takut, sungkan, takut kualat, dan sebagainya yang pada akhirnya akan berdampak pada interaksi antara santri dan ustadz dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, pendidikan yang dilakukan tidak dapat mencapai pada tujuan pendidikan itu sendiri. 14 Nova Rizqiawati, “Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014, h. 2 http://ababilqis.blogspot.co.id/2009/03/menggugah-kesadaran-demokrasidalam.html diakses pada 22 Januari 2017 15 7 Selain itu pola pembelajaran di pesantren pada umumnya juga masih bersifat tradisional, dengan metode-metode klasik seperti ceramah dan pengajian, metode seperti ini terkesan monoton karena menempatkan peserta didik atau santri sebagai pendengar sehingga interaksi antara peserta didik dengan pendidik kurang terjalin. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Abuddin Nata, Permasalahan yang dialami oleh pendidikan Islam termasuk juga pondok pesantren pada umumnya berkisar pada masalah metodologi pembelajaran yang cendrung tradisional. Pembelajaran yang lebih mengarah peningkatan motivasi, kreativitas, imajinasi, inovasi dan etos keilmuan serta berkembangnya potensi peserta didik belum dapat dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan. Metode pembelajaran yang menggunakan pendekatan cara belajar siswa aktif dan sebagainya belum banyak dikenali dan belum banyak digunakan.16 Dari segi materi yang diajarkan, juga telah terjadi perkembangan dari yang awalnya hanya mengajarkan ajaran islam dan mengaji Al-Quran, kemudian berubah menjadi ibadah praktis, pengkajian kitab, lalu menuju pengajaran agama di madrasah berupa kurikulum yang terpilah seperti pelajaran tauhid/akidah, akhlak, fikih, hadits, tafsir, sejarah Islam dan bahasa arab. Seiring dengan perkembangan zaman, nampaknya model-model pembelajaran tradisional di Pesantren sudah seharusnya dikombinasikan dengan pola pembelajaran yang sifatnya terbuka, interaktif, dan modern, sebagai upaya mengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh masingmasing santri. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan perpaduan antara kurikulum pesantren dan kurikulum berstandar Nasional, memberi kebebasan bagi santri untuk memilih mengembangkan minat dan bakat yang mereka miliki dan lain sebagainya. Tujuan pendidikan tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran murid dengan keilmuan, dengan tujuan meningkatkan moral, melatih dan 16 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 4 8 mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral, serta memberikan pemahaman kepada murid bahwa etika agama diatas etika-etika yang lain. Tujuan pendidikan pesantren bukan untuk mengejar kepentingan kekuasaan, uang dan keagungan duniawi, tetapi menanamkan kepada mereka bahwa belajar adalah semata-mata kewajiban dan pengabdian kepada tuhan.17 Sebagaimana yang dikemukakan oleh Azyumardi Azra, tugas pokok yang dipikul pesantren selama ini pada esensinya, adalah mewujudkan manusia dan masyarakat muslim Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. Dalam kaitan ini, secara lebih khusus lagi pesantren bahkan diharapkan berfungsi lebih dari itu; Dengan kualitas keislaman, keimanan, keilmuan dan akhlaknya, para santri diharapkan mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya. Selain itu, pesantren juga bertujuan untuk menciptakan manusia Muslim mandiri dan ini kultur pesantren yang cukup menonjol yang mempunyai swakarya dan swadaya.18 Wujud dari langkah-langkah pesantren mengikuti perubahan dan perkembangan masyarakat pada dasarnya adalah langkah-langkah memperkaya pengetahuan dan keterampilan peserta didiknya untuk dapat menduduki lapangan pekerjaan atau profesi modern sesuai dengan harapan generasi muda yang mengikuti pendidikan di pesantren. Dan langkah-langkah transformasi tersebut, selain berupaya mempertahankan ciri khas pesantren yakni sebagai lembaga pengkaderan ulama, pesantren berupaya pula menyatukan langkahnya dengan tujuan pendidikan nasional dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar bangsa Indonesia dapat lebih cepat mampu membangun kehidupan ekonominya.19 Dalam penelitian ini, penulis ingin membahas tentang pondok pesantren modern yang dalam penyelenggaraannya memadukan antara 17 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2015), h. 45 18 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Jakarta: Kalimah, 2001), Cet, III, h. 48 19 Sindhunata (ed.), Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, (Yogyakarta: Kansius, 2000), h. 225 9 kurikulum nasional dengan kurikulum pesantren atau memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, yakni pesantren yang menyelenggarakan tipe sekolah umum seperti SD, SMP, SMA, dan bahkan perguruan tinggi dalam lingkungannya. Respon pesantren terhadap modernisasi pendidikan Islam dan perubahan-perubahan sosial ekonomi yang berlangsung dalam masyarakat Indonesia sejak awal abad ini mencakup: pertama, pembaharuan substansi atau isi pendidikan pesantren dengan memasukkan subjek-subjek umum dan vocational; kedua, pembaharuan metodologi seperti sistem klasikal penjenjangan; ketiga, pembaharuan kelembagaan seperti kepemimpinan pesantren, diversifikasi lembaga pendidikan; keempat, pembaharuan fungsi, dari semula hanya fungsi kependidikan, dikembangkan sehingga juga mencakup fungsi sosial-ekonomi.20 Nampaknya menarik untuk dikaji lebih jauh, pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional bagaimana pola pesantren dalam mendidik dan memberikan pengajaran kepada santrinya dan sejauh mana implementasi pendidikan demokratis yang diterapkan di pesantren baik dalam proses pembelajaran, maupun dalam aktivitas kehidupan sehari-hari di pesantren. Sebagaimana yang kita ketahui bersama sistem tradisional dipesantren sudah melekat sejak awal mula berdirinya pesantren, lantas kemudian pesantren mampu menyikapi modernisasi dan perkembangan zaman, sehingga pesantren sampai saat ini masih tetap eksis, berkembang dan semakin maju. Oleh karenanya penulis tertarik untuk menulis skripsi yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Demokratis Hidayatullah Depok)” 20 Azyumardi Azra, op. cit., h. 105 (Studi pada Pondok Pesantren 10 B. Identifikasi Masalah Terkait dengan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran tradisional di pesantren yang terkesan klasik dan monoton, interaksi antara pendidik dalam hal ini ustadz dan peserta didik (santri) kurang terjalain dalam kegiatan pembelajaran. 2. Otoritas kepemimpinan seorang kyai dalam menentukan kebijakan pendidikan di pesantren sistem pendidikan terkesan menjadi central dan hanya berpusat pada kyai sebagai pemegang kebijakan tertinggi sehingga nilai-nilai demokratis kurang berjalan. 3. Kurangnya ruang kebebasan santri dalam mengemukakan pendapat dan mengembangkan minat dan bakat 4. Otoritas kepemimpinan kyai serta kharismatik kyai/ustad/pendidik yang terlalu dominan sehingga menimbulkan rasa sungkan, rasa takut yang berlebih pada santri hal ini akan berdampak buruk dalam interaksi kegiatan belajar mengajar C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah a. Sistem pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok b. Model pembelajaran demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok c. Implementasi nilai-nilai demokratis yang diterapkan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, serta d. Kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan Nilai-nilai Demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok 2. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas, serta agar penelitian ini lebih terarah maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut: 11 a. Bagaimana sistem pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok b. Bagaimana model pembelajaran demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok c. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan demokratis baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam kehidupan sehari-hari santri di dalam lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Utama Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan demokratis yang diterapkan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, baik secara sistem pendidikannya maupun pola pengajaran pada pendidikan formal dan dalam aktivitas kehidupan pesantren. Tentu tujuan dari pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok bukan hanya sebatas teori yang diajarkan kepada siswa atau santri namun lebih kepada implementasi dalam keseharian santri di lingkungan pondok pesantren. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan demokratis yang diterapkan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. b. Untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran demokratis baik dalam pendidikan formal maupun pendidikan non formal di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok c. Untuk mengungkap kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan nilai-nilai pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok d. Serta untuk mengetahui faktor pendukung dalam penerapan nilai-nilai pendidikan demokratis di pondok pesantren hidayatullah depok agar dapat dikembangkan menjadi lebih baik lagi. 12 e. Setelah mengetahui kendala yang dihadapi, selanjutnya berupaya memberikan saran dan solusi agar penerapan pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok bisa maksimal sebagai upaya peningkatan mutu kualitas pendidikan di pesantren. 3. Manfaat Penelitian a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan, bermanfaat untuk pribadi penulis, bangsa, negara maupun agama. b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi terkait nilai-nilai pendidikan demokratis serta mengetahui sejauh mana implementasi dalam keseharian santri dilingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. c. Hasil penelitian ini bisa menjadi masukan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan Islam, khususnya di pondok pesantren. BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PENDIDIKAN DEMOKRATIS DAN PESANTREN A. Pendidikan Demokratis 1. Pengertian Pendidikan Pendidikan dari segi bahasa dapat diartikan sebagai perbuatan mendidik; berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau pemeliharaan badan, batin, dan sebagainya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara bahasa pendidikan berasal dari kata dasar didik yang diberi awalan me-menjadi mendidik (kata kerja) yang artinya memelihara dan memberi latihan. Pendidikan sebagai kata benda berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok yang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.1 Menurut Abuddin Nata, “dalam bahasa Arab kata pendidikan biasanya diwakili oleh kata tarbiyah, ta’dib, ta’lim, tadris, tadzkiyah, dan tadzkirah yang secara keseluruhan menghimpun kegiatan yang terdapat dalam pendidikan yaitu membina, memelihara, mengajarkan, menyucikan jiwa dan mengingatkan manusia terhadap hal-hal yang baik”.2 Istilah pendidikan pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani, paedagogy, yang memiliki arti seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar oleh seorang pelayan. Sementara, pelayan yang mengantar dan menjemput anak tersebut dinamakan paedagogos. Meskipun istilah paedagogos awalnya berarti pelayan atau pelayanan, tetapi ada perkembangan selanjutnya, paedagogos dimaknai dengan seseorang yang tugasnya membimbing anak pada masa pertumbuhannya sehingga menjadi anak yang mandiri dan bertanggung jawab.3 1 Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), cet. I, h. 96 2 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 9 3 Zurinal. Z & Wahdi Sayuti, Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Pendidikan UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h. 1-2 13 14 Jadi singkatnya secara bahasa pendidikan dapat dimaknai sebagai proses perbuatan mendidik, pemeliharaan, pemberian latihan, pelayanan, bimbingan yang dimaksudkan untuk mengantarkan seseorang menuju perubahan sikap dan tingkah laku sehingga menjadi manusia yang mandiri dan bertanggung jawab. Secara terminonologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan dimaknai sebagai proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.4 Adapun secara konstitusional dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.5 Adapun pengertian menurut beberapa ahli pendidikan yakni di antaranya Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Menurutnya pendidikan berarti usaha berkebudayaan, berasas peradaban, yaitu memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan.6 Lebih lanjut ia mengatakan, pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada 4 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1985), Cet. XII. Hlm. 702 5 Depdiknas, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan, 2003), hlm. 65 6 Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1962) , h. 166 15 pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya.7 Sedangkan menurut Prof. H. Mahmud Yunus, yang dimaksud pendidikan ialah suatu usaha yang dengan sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak sehinga secara perlahan bisa mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi. Agar memperoleh kehidupan yang bahagia dan apa yang dilakukan dapat memberi manfaat kepada dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, negara dan agama8 Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Mujadilah ayat 11 ِ َّ ِ ِين َآمنُوا إِ َذا قِيل لَ ُك ْم تَ َف َّس ُحوا ِِف الْ َم َجال س فَافْ َس ُحوا يَ ْف َس ِح اللَّهُ لَ ُك ْم َ يَا أَيُّ َها الذ َ ٍ وإِ َذا قِيل انشزوا فَانشزوا ي رفَ ِع اللَّه الَّ ِذين آمنُوا ِمن ُكم والَّ ِذين أُوتُوا الْعِْلم درج ات َواللَّهُ َِِا ُُ َ َ ََ َ َ َ ُ َْ ُ ُ َ َ َْ ِ )11 : ري (سورة اجملا دلة ٌ تَ ْع َملُو َن َخب “Wahai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu, Berilah kelapangan didalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.9 (QS. Al-Mujadilah: 11) Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan kepada anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya untuk mencapai tingkat kedewasaan dan bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan, membentuk karakter 7 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001) h. 4 8 Ibid 9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya:Duta Ilmu, 2005), h.793 16 diri, dan mengarahkan anak untuk menjadi pribadi yang lebih baik pendidikan juga dapat diartikan sebagai usaha sadar yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik dalam belajar melalui suatu kegiatan pengajaran, bimbingan, dan latihan demi perannya dimasa yang akan datang. 2. Pengertian Demokrasi Secara etimologi demokrasi berasal dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan “cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan.10 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah demokrasi diartikan sebagai bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta memerintah dengan perantara wakil-wakilnya (pemerintahan rakyat) demokrasi dimaknai pula sebagai sebuah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban, serta perlakuan yang sama bagi warga negara.11 Aristoteles, filusuf Yunani kelahiran 387 SM, kemudian menjabarkan istilah demokrasi dalam hubungannya dengan konsep kedaulatan negara, apakah dipegang oleh satu orang, sekelompok orang atau banyak orang. Apabila satu orang yang memegang kedaulatan untuk kepentingan orang banyak disebut monarki.12 Jika yang memegang kedaulatan sekelompok orang untuk orang banyak disebut aristokrasi.13 Bentuk kemunduran dari monarki adalah tirani. Tirani merupakan kedaulatan yang dipegang oleh satu orang, namun untuk kepentingannya sendiri. Kalangan ilmuan politik juga telah merumuskan definisi demokrasi secara empirik, diantanya adalah Diliar yang menganggap demokrasi 10 A. Ubaidillah, dkk., Pendidikan Kewargaan; Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani, (Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000), Cet. I, h. 162 11 Haryanto Al-fandi, op. cit., h. 39 12 J.H. Rapar, filsafat Politik Aristoteles, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. II, h. 46 13 ibid 17 sebagai dasar hidup bernegara. Ia memberikan pengertian bahwa pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan terhadap masalah-masalah pokok yang mengenai kehidupan, termasuk dalam menilai kebijakan negara sebab kebijakan tersebut menentukan kehidupan rakyat.14 Makna demokrasi juga telah diatur dalam kitab suci Al-Qur’an yang menjadi pedoman hidup ummat Islam, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Imran ayat 159 ِ ِِ ٍ ِ نت فَظِّا َغلِي َظ الْ َق ْل ف ُّ ب الَن َف ْ َك ف َ ضواْ ِم ْن َح ْول ُ اع َ نت ََلُ ْم َولَ ْو ُك َ فَبِ َما َر ْْحَة ِّم َن اللّه ل ِ ِ عْن هم و ن ُّ ت فَتَ َوَّك ْل َعلَى اللّ ِه إِ َّن اللّهَ ُُِي َ ب الْ ُمتَ َوِّكل َ استَ ْغف ْر ََلُ ْم َو َشا ِوْرُه ْم ِِف األ َْم ِر فَِإذَا َعَزْم ْ َ ُْ َ )195: (سورة ال عمران "Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, allah mencintai orang-orang yang bertawakkal.15 (Al-Imran: 159) Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa substansi dari demokrasi adalah tegaknya keberdayaan dan kedaulatan rakyat. Substansi tersebut diwujudkan kedalam sebuah sistem yang merupakan alat bagi rakyat dalam menciptakan kesejahteraan. Rakyat benar-benar ditempatkan sebagai subjek dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang menjadi penentu bagi kehidupan mereka sendiri dibawah pengakuan persamaan derajat antara warga satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, suatu negara dapat disebut negara yang demokratis, jika dalam negara tersebut sudah berkemabang proses-proses menuju kondisi yang lebih baik dalam pelaksanaan supremasi hukum. Kemudian adanya penegakan HAM, menjunjung tinggi kebebasan berekspresi, serta adanya prinsip kesadaran 14 Diliar, dalam Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia: Study tentang Interaksi Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. II h.19 15 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya:Duta Ilmu, 2005), h. 90 18 dalam konteks pluralisme. Dalam konteks ini, demokrasi bisa dipahami sebagai suatu polity dimana semua warga negara menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, mempunyai hak yang sama didepan hukum dan kebebasan untuk menjalankan agama yang dipeluknya.16 3. Pendidikan Demokratis Pendidikan demokratis merupakan model pendidikan yang mengembangkan prinsip-prinsip demokrasi. Yaitu, pendidikan yang menghargai perbedanan pendapat (the right of to be different), kebebasan yang mengaktualisasikan diri, kebebasan intelektual, kesempatan untuk bersaing di dalam perwujudan diri sendiri (self realization), pendidikan yang membangun moral, dan pendidikan yang semakin mendekatkan diri kepada sang pencipta. Demokrasi dalam pendidikan adalah suatu ide yang lebih luas yang didasarkan atas kepercayaan bahwa didalam diri manusia dari segala strata sosial terdapat berbagai potensi yang siap untuk dikembangkan. Sebab melaksanakan demokrasi dalam pendidikan kurang lebih sama dengan menerapkan pada pemikiran politik. Melaksanakan demokrasi pendidikan berarti melibatkan usaha yang lebih luas untuk mencapai dan mengerti teka teki rahasia dari perbedaan-perbedaan individual ataupun kelompok untuk mendapatkan sistem pendidikan dan kecakapan dalam memilih sesuai dengan kepribadian mereka sendiri.17 Secara singkat pembelajaran demokratis adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik. Dalam prakteknya para pendidik hendaknya memposisikan peserta didik sebagai 16 Haryanto Al-fandi , op. cit., ,h. 42 Firdaus M. Yunus, Pendidikan Berbasis Realitas Sosial: Paulo Freire & YB. Mangunwijaya, (Jogjakarta: Logung Pustaka, 2004), Cet. I, h. 92 17 19 insan yang harus dihargai kemampuan dan diberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Untuk menggali lebih jauh landasan epistimologi pendidikan demokratis, dapat dimulai dengan melacak kembali hakikat dan prinsip dasar pendidikan Islam. Dalam konsepsi pendidikan Islam, tauhid dikonstruksikan sebagai paradigma kebebasan manusia, baik secara lahiriah maupun ruhaniah, kecuali hanya Allah SWT. Hal ini mengisyaratkan sebuah ajaran bahwasanya praktik pendidikan Islam tidak mengenal diskriminasi terhadap siapapun.18 Pendidikan dalam pandangan tauhid adalah pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai Ilahiah (teologis) sebagai landasan etis dan normatif dan nilai-nilai insaniah serta alamiah (kosmologi, antopososiologis) sebagai nilai-nilai operasional.19 Dasar bagi pelaksanaan pendidikan yang demokratis juga dapat ditemukan dalam konfigurasi Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.20 Prinsip penyelenggaraan pendidikan yang diatur dalam UU Sisdiknas tersebut terlihat lebih demokratis dan lebih berorientasi pada teori dan praksis pendidikan yang semakin mengedepankan nilai-nilai demokrasi dan nilai-nilai global universal. Dari prinsip tersebut demokratisasi pendidikan dapat dikembangkan, baik dalam tataran konseptual maupun praktisnya. Pendidikan demokratis merupakan sebuah upaya penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kebebasan dan apresiasi kepada peserta didik, Bukan penekanan dan intervensi. Kebebasan dalam hal ini 18 M. Rusli Karim, Pendidikan Islam Sebagai Upaya Pembebasan; dalam Pendidikan Islam antara Cita dan Fakta (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991), h. 31 19 Haryanto Al-fandi, op. cit., h. 157 20 Depdiknas, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan, 2003), h. 65 20 maksudnya adalah kebebasan untuk mengeksplor seluruh potensi yang dimiliki serta dapat dipertanggung jawabkan. 4. Sejarah Pendidikan Demokratis di Indonesia Reformasi bidang politik di Indonesia pada penghujung abad ke-20 M, telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigama baru, yaitu otonomisasi dan demokratisasi. Undang-undang No.22 tahun 1999, yang kini direvisi dengan Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah meletakkan sektor pendidikan sebagai salah satu yang diotonomisasikan bersama sektor-sektor pembangunan yang berbasis keadaerahan lainnya, seperti kehutanan, pertanian, koperasi, dan pariwisata.21 Salah satu tuntutan gerakan reformasi tahun 1998, ialah diadakannya reformasi dalam bidang pendidikan, sebagai awal dari revolusi budaya. Tuntutan reformasi itu diwujudkan oleh DPR-RI, bersama dengan pemerintah, dengan disahkannya Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) tanggal 11 Juni 2003 yang lalu.22 Tuntutan reformasi yang amat penting adalah demokratisasi. Hal ini dapat ditanggapi dalam dua segi yaitu pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan pemerintah daerah (otonomi daerah). Hal ini berarti peranan pemerintah akan dikurangi dan memperbesar partisipasi masyarakat. Demikan peranan pemerintah pusat yang bersifat sentralistis yang berlangsung selama lima puluh tahun lebih akan diperkecil dengan memberikan peranan yang lebih besar kepada pemerintah daerah yang dikenal dengan sistem desentralisasi. Kedua hal ini harus berjalan secara simultan, dan itulah yang 21 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), h. xi 22 Anwar Arifin, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. I, h. 77 21 merupakan paradigma baru, yang menggantikan paradigma lama yang sentralistis, yaitu dengan peranan pemerintah (pusat) yang sangat besar.23 Bersamaan dengan itu, pemerintah juga mengeluarkan Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai pengganti Undang-undang No.2 tahun 1989. Salah satu isu penting dalam undangundang tersebut adalah pelibatan masyarakat dalam sektor pendidikan, sebagaimana ditegaskan pada pasal 9 bahwa masyarakat berhak untuk berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. pasal ini merupakan kelanjutan dari pernyataan pada pasal 4 ayat 1 bahwa pendidikan di Indonesia diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan.24 Banyak pemikir yang menghubungan pendidikan didalam pembangunan masyarakat demokrasi. Para pemikir Jean Jacques Rousseau, Jhon Heinrich merupakan pelopor-pelopor dari pemikiran yang progresif yaitu melihat pendidikan formal sebagai sarana untuk mewujudkan masyarakan dan negara demokrasi. Dalam dunia pendidikan, Jhon Dewey seorang filusuf pragmatisme telah mengembangkan aliran progresivisme di dalam pendidikan ketika dia membangun sekolah laboratorium di Universitas Chicago25 Demokrasi dalam pendidikan sudah ditempuh dengan meninggalkan cara lama, yaitu Orde Baru yang dianggap otoriter dan membuat pendidikan dikuasai oleh kekuasaan politik yang dikendalikan rezim. Agar dapat mendemokratisasikan sekolah, misalnya, dibentuklah dewan sekolah, yang di dalamnya diisi oleh perwakilan masyarakat. Tetapi, tampaknya juga belum terjadi sekolah yang berpihak pada rakyat. Banyak orang tua masih mengeluhkan adanya pungutan-pungutan, biaya pendidikan yang mahal.26 23 Ibid Dede Rosyada, op. cit., h. xii 25 H.A.R Tliaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 24 114 26 Nurani Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan; dari Tradisional, (Neo) Liberal, Marxis-Sosialis, Hingga Postmodern (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2015), h. 189 22 B. Nilai-nilai Pendidikan Demokratis Demokratisasi pendidikan berguna untuk meyiapkan peserta didik agar terbiasa bebas berbicara dalam mengeluarkan pendapat serta turut bertanggung jawab, terbiasa mendengar dengan baik dan menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan keberanian moral yang tinggi, terbiasa bergaul dengan rakyat, ikut merasa memiliki, sama-sama merasakan suka dan duka dengan masyarakat, dan mempelajari kehidupan masyarakat. Pendeknya demokratisasi pendidikan bertujuan untuk menghasilkan manusia-manusia yang merdeka, berpikir kritis, serta toleran dengan pandangan dan praktikpraktik demokrasi. Mewujudkan pendidikan yang demokratis bukanlah pekerjaan yang mudah. Sebab, berbagai kendala yang tidak mendukung terbentuknya demokratisasi dalam dunia pendidikan tidak mudah disingkirkan begitu saja. Menurut H.A.R Tilaar, setidaknya ada lima tantangan yang harus dihadapi untuk mewujudkan demokrasi pendidikan termasuk pendidikan islam. Pertama, pendidikan yang penuh kesombongan. Kedua, sistem pendidikan yang elitis. Ketiga, proses domestifikasi. Keempat, proses pembodohan, kelima, budaya korporasi. 27 Melihat keadaan pendidikan di Indonesia saat ini dengan berbagai tantangannya, pondok pesantren memiliki peranan besar sebagai salah satu lembaga pendidikan yang notabenenya masih berdiri secara independen dan terbebas dari kepentingan untuk menunjukkan idealnya sebuah pendidikan melalui ajaran-ajaran pokok pondok pesantren yaitu ajaran Islam yang senantiasa mengedepankan pendidikan sebagai jalan menuju kemaslahatan ummat. Berbagai upaya dapat ditempuh untuk mencapai sebuah pendidikan yang ideal salah satunya adalah dengan jalan memberikan hak kepada peserta didik untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan apa yang 27 H.A.R Tilaar, Multikultural Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 297-299 23 dibutuhkannya, sehingga peserta didik mampu mengeksplor berbagai kemampuan yang ia miliki. Menyadari akan potensi yang dimiliki peserta didik kemudian memberikan ruang untuk mewujudkan dan mengembangkannya secara optimal, melibatkan peserta didik dalam merencanakan, melaksanakan, mengembangkan, menganalisis dan mengevaluasi proses pembelajaran, serta perlakuan yang berbeda pada setiap peserta didik sesuai dengan karakteristik masing-masing merupakan bentuk perwujudan nilai-nilai pendidikan demokratis. Pendidikan yang demokratis pada esensinya adalah pendidikan yang mengembangkan prinsip-prinsip demokrasi, yaitu pola pendidikan yang menghargai perbedaan pendapat (The Right to be different), kebebasan untuk mengaktualisasikan diri, kebebasan intelektual, kesempatan untuk bersaing didalam perwujudan diri sendiri (self realization) pendidikan yang membangun moral, dan pendidikan yang semakin mendekatkan diri kepada sang pencipta.28 Di samping itu, pendidikan yang demokratis harus mengembangkan toleransi dan sosial trust dikalangan peserta didik. Dapat diwujudkan dengan memberikan kesempatan, bahkan mendorong setiap peserta didik untuk belajar hidup bersama dan saling menghargai melalui kebiasaan hidup berdampingan, serta berinteraksi dengan individu-individu dan kelompokkelompok yang memiliki perbedaan dengan dirinya. Dalam konteks pembelajaran, pendidikan yang demokratis menuntut adanya interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam bentuk egaliter dan equity (kesetaraan dan sederajat dalam kebersamaan). Dengan adanya 28 Diding Nurdin, Reformasi Pendidikan Menuju Masyarakat Madani; Harian Pikiran Rakyat, (23 Nopember 2008) 24 kesetaraan ini, kebebasan berinisiatif, berbeda aspirasi dan pendapat, serta keadilan dalam pendidikan akan terakomodasi dengan baik.29 Karena itulah dalam proses pembelajaran harus terdapat interaksi dua arah antara guru dan siswa. PBM harus terbuka dan penuh dialog yang sehat dan bertanggung jawab antara pendidik dengan peserta didik. Guru memberikan bahan pembelajaran dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberikan reaksi, siswa bisa bertanya maupun memberikan tanggapan kritis tanpa ada perasaan takut. Bahkan, jika perlu siswa diperbolehka menyanggah informasi atau pendapat yang berbeda. Hal ini sejalan dengan pendapat Freire yang menyarankan untuk mencapai demokratisasi pendidikan yang berwawasan adalah dengan menciptakan kebebasan interaksi antara peserta didiknya dalam berinteraksi dikelas.30 C. Desain Pembelajaran Demokratis Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. 31 Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan cara upaya untuk mengubah ketidaktahuan menjadi tahu atau pengetahuan. Proses pembelajaran yang baik akan menghasilakan output yang baik, demikian pula sebaliknya. Sebagai sebuah proses, pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Pembelajaran terkait dengan bagaimana, (how to) membejarkan siswa dan bagaimana membuat siswa belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari (what to) yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan (needs) peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran berupaya 29 Sudarman Danim, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 15 30 Fiere, Pendidikan Sebagai Praktik Pembebasan, (Jakarta: Gramedia, 1984) h. 24 31 Ibid.,h. 244 25 menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam kurikulum dengan menganalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang study yang terkandung didalam kurikulum.32 Selanjutnya, dilakukan kegiatan untuk memilih, menetapkan, dengan mengembangkan cara-cara (Strategi) pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai kondisi yang ada, agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar terwujud dalam diri peserta didik.33 Namun dalam realitasnya, proses pembelajaran yang berlangsung selama ini masih terlihat sangat monoton, terkesan menjemukan dan penuh ketegangan. Selain itu, peserta didik terlihat dalam kondisi tertekan dan tidak memiliki ruang untuk mengembangkan ide-ide kreatifnya. Lalu, masih bersifat guru sentris, artinya guru masih mendoiminasi kelas, sedangkan siswa pasif. Guru memberitahukan konsep, siswa mendengar, mencatat, dan menerima konsep (bahan) yang disampaikan guru sehingga yang terlihat aktif adalah gurunya, sedangkan anak didik berada pada posisi pasif. Hal ini didukung fakta dilapangan yang mengungkapkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa cendrung pasif, kurang menunjukkan gairah, minat, dan antusiasme untuk belajar. Pengembangan sekolah menuju model sekolah demokratis ini relevan untuk dilakukan karena berbagai argumentasi, yang secara garis besar dapat dikategorisasi menjadi dua, yaitu tipologi sekolah abad ke 21, dan model pembelajaran yang sesuai. Lyn Haas menjelaskan, sebagaimana yang dikutip oleh Dede Rosyada bahwa sekolah-sekolah sekarang harus dapat memenuhi kualifikasi ideal, yaitu: Pendidikan untuk semua,Memberikan skill dan keterampilan yang sesuai dengan kemajuan teknologi terkini, Penekanan pada kerja sama, 32 Ahmad Sugandi, dkk., Teori Pembelajaran, (Semarang: UPT MMK UNNES, 2004), h. 4 33 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, upaya Mengefektifkan Pendidikan Agana Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 146 26 Pengembangan kecerdasan ganda dan Integrasi program pendidikan dengan kegiatan pengabdian pada masyarakat.34 D. Pondok Pesantren 1. Pengertian Pondok Pesantren Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisonal yang para siswa/santrinya tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kyai dan mempunyai asrama untuk tempat tinggal santri. santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasa dikelilingi oleh pagar atau tembok untuk dapat mengawasi keluar dan masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku di pesantren. Pondok pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, di mana seorang kyai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa arab.35 Pondok pesantren menurut M. Arifin, berarti suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyrakat sekitar, dengan sistem asrama (kompleks) di mana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leader-ship seorang atau beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal.36 34 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Sebuah Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), h. 18-19 35 https://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren#Pesantren_modern , diakses pada 18 Januari 2017 36 M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum), (jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 240 27 2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantrern di Indonesia Pondok pesantren merupakan sistem pendidikan Islam yang tumbuh sejak awal kedatangan Islam di Indonesia, yang dalam perjalanan sejarahnya telah menjadi objek penelitian para sarjana yang memperlajari Islam diwilayah ini, yaitu sejak Brumund menulis sebuah buku tentang sistem pendidikan di Jawa pada tahun 1857.37 Sebelum tahun 1960-an, pusat-pusat pedidikan pesantren di Indonesia lebih dikenal dengan nama pondok. Istilah pondok barangkali berasal dari pengertian asrama-asrama para santri atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu, atau barangkali berasal dari kata arab, Funduq,yang artinya hotel atau asrama.38 Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia (indigenous). Sebab, lembaga yang serupa pesantren ini sudah ada sejak masa kekuasaan Hindu-Budha. Sehingga Islam tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan yang sudah ada. Tentunya ini tidak berarti mengecilkan peranan Islam dalam memelopori pendididikan di Indonesia.39 Menurut Nurcholis Madjid, tujuan pembinaan santri pada pondok pesantren adalah membentuk manusia yang memiliki kesadaran tinggi bahwa ajaran Islam merupakan nilai-nilai yang bersifat menyeluruh. Selain itu pondok pesantren diharapkan memiliki kemampuan tinggi untuk 37 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2011), h. 38 38 Ibid.,h. 41 39 Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren; Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997), h. 3 28 mengadakan respon terhadap tantangan-tantangan dan tuntutan-tuntutan hidup dalam konteks ruang dan waktu.40 Dalam penelitian ini, penulis ingin membahas tentang pondok pesantren modern yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, atau pesantren yang menyelenggarakan tipe sekolah umum seperti SD, SMP, SMA, dan bahkan Perguruan Tinggi dalam lingkungan pendidikannya, model pesantren semacam ini biasanya sudah mengembangkan poin-poin penting dalam penyelenggraan pendidikan yang demokratis. disinilah kemudian penulis ingin mengkaji lebih lanjut terkait bagaimana sistem pendidikan dan model pembelajaran demokratis baik dari segi pendidikan formal maupun dalam kehidupan sehari-hari santri di pesantren tersebut. Sebagai lembaga sosial tradisional, pondok pesantren memiliki pengaruh yang luas dan mengakar pada masyarakat sekitarnya. Oleh karena pondok pesantren dinilai sebagai lembaga yang hidup dari dan didukung oleh anggota masyarakat, baik dari daerah di sekitar pondok sendiri maupun dari daerah lain (karena santri suatu pondok pesantren umumnya sebagian berasal dari daerah lain). Dengan kondisi ketradisionalan ini akhirnya banyak sejarawan, pengamat keislaman banyak yang mempertanyakan : Mengapa pesantren sampai saat ini tetap survive padahal sudah dihadapkan dengan berbagai bentuk menagemen pendidikan yang lebih modern.41 3. Unsur-unsur Pesantren a. Kyai Kyai merupakan tokoh sentral dalam pesantren yang memberikan pengajaran. Karena itu kyai adalah salah satu unsur yang paling dominan dalam kehidupan suatu pesantren. Kemasyhuran, 40 Nur Cholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. 6 41 Azyumardi Azra, “Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru”, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2000), h.95. 29 perkembangan dan kelangsungan kehidupan pesantren banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, kharismatik dan wibawa serta keterampilan kyai yang bersangkutan dalam mengelola pesantren. Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan sebab ia adalah tokoh sentral dalam pesantren.42 Menurut Manfred Zemek “Kyai adalah pendiri dan pimpinan sebuah pesantren yang sebagai muslim terpelajar telah membaktikan hidupnya demi Allah serta menyebarluaskan dan memperdalam ajaran-ajaran dan pandangan Islam melalui kegiatan pendidikan.43 b. Masjid Dalam konteks, masjid adalah sebagai pusat kegiatan-kegiatan ibadah dan belajar mengajar. Masjid yang merupakan unsur pokok kedua dari pesantren, disamping berfungsi sebagai tempat melakukan shalat jama’ah setiap waktu shalat, juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Biasanya waktu belajar mengajar berkaitan dengan waktu shalat berjama’ah, baik sebelum maupun sesudahnya. Dalam perkembangannya, sesuai dengan perkembangan jumlah santri dan tingkatan pelajaran dibangun tempat atau ruangan-ruangan khusus untuk halaqah-halaqah. Menurut Zamaksyari Dhofier kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manifestasi universalime dari sistem pendidikan Islam tradisional. Seorang kyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren biasanya pertama-tama akan mendirikan masjid dekat rumahnya. Langkah ini biasanya diambil atas perintah gurunya yang telah menilai bahwa ia kan sanggup memimpin sebuah pesantren.44 Masjid dipandang sebagai tempat tradisional paling cocok untuk mengaitkan upacara-upacara agama dengan pengajaran-pengajaran naskah-naskah 42 klasik. Karenanya pengajian-pengajian biasanya Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 144 43 Manfred Ziemek, Pesantren dan Perubahan Sosial, (Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, 1986), h.131 44 Mujamil Qomar, Pesantren dan Transformasi Metodoilogi menuju Demokrasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 31 30 dikaitkan dengan atau diselenggarakan setelah sembahyang wajib harian.45 c. Santri Nurcholish Madjid menyatakan bahwa “kata santri berasal dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang menyatakan bahwa santri berasal dari kata sastri, dari Bahasa Sansekerta yang berarti mereka yang berpendidikan (melek huruf). Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa kaum santri adalah mereka yang menuntut ilmu, mendalami agama melalui kitab-kitab yang memakai huruf arab. Kedua, yang menyatakan bahwa santri berasal dari bahasa jawa cantrik, yaitu orang yang selalu mengikuti seorang guru kemana saja sang guru itu pergi dan menetap. Jika pada awal pertumbuhan pesantren dulu santri tidak berani bicara sambil menatap kyai, maka sekarang telah terlihat diskusi atau dialog dengan kyai mengenai berbagai masalah.46 d. Pondok Dalam tradisi pesantren pondok merupakan unsur penting yang harus ada dalam pesantren. Pondok merupakan asrama dimana para santri tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan kyai. Pada umumnya pondok ini berupa komplek yang dikelilingi oleh pagar sebagai pembatas yang memisahkan dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Namun ada pula yang tidak terbatas bahkan kadang berbaur dengan lingkungan masyarakat.47 Pondok, asrama bagi para santri merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakannya dengan sistem pendidikan tradisional di masjid-masjid yang berkembang di kebanyakan wilayah Islam di Negara-negara lain. Sistem pendidikan surau di daerah Minagkabau 45 Manfred Ziemek, op.cit, h. 155 Mujamil Qomar, op.cit., h.21 47 Dewan Redaksi, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar baru Van Hove, 1993), 46 h.105 31 atau dayah di Aceh pada dasarnya sama dengan sistem pondok yang berbeda hanya namanya. e. Kitab-kitab klasik Unsur pokok lain yang cukup membedakan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya adalah bahwa pada pesantren diajarkan kitab-kitab klasik atau yang sekarang dikenal dengan kitab kuning, yang dikarang oleh ulama terdahulu, mengenai berbagai macam ilmu pengetahuan agama islam dan bahasa Arab. Tradisi kitab kunig, jelas bukan berasal dari Indonesia. Semua kitab klasik yang dipelajari di Indonesia berbahasa arab dan sebagian besar ditulis sebelum Islam tersebar di Indonesia. 4. Tradisi Pondok Pesantren Dalam keadaan asli pondok pesantren memiliki sistem pendidikan dan pengajaran non klasikal, yang dikenal dengan nama bandungan, sorongan, dan wetonan. Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran ini berbeda antara satu pondok pesantren dengan pondok pesantren lainnya, dalam artian tidak ada keseragaman sistem dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajarannya. Secara umum metode pembelajaran yang diterapkan di pondok pesantren mencakup dua aspek, yaitu metode tradisional dan motode pembelajaran modern. Kyai dalam pesantren merupakan figur sentral, otoritatif, dan pusat kebijakan dan perubahan. Hal ini berkaitan dengan dua faktor: pertama, kedudukan kyai sebagai pemimpin tunggal dan pemegang otoritas tertinggi di pesantren dan bersifat patneralistik, jadi setiap pesantren menganut pola “serba momo” mono manajemen, mono administrasi, sehingga tidak ada delegasi kewenangan keunit-unit kerja yang ada dalam organisasi. Kedua, kepemimpinan kyai adalah kharismatik dan dengan sendirinya bersifat pribadi atau personal bukan komunal, hal ini berarti 32 otoritas kyai sebagai pendiri sekaligus pengasuh pesantren sangat besar dan tidak dapat diganggu gugat.48 Kepemimpinan seorang kyai merupakan faktor yang sangat penting dalam mengembangkan dan memajukan pendidikan di pesantren. Meski kyai tidak secara langsung bertugas sebagai pengelola bagian pendidikan, namun otoritas kebijakan-kebijakan yang dibuat dan diputuskan oleh kyai selaku pimpinan pesantren biasanya tidak bisa diganggu gugat dan menjadi pegangan semua elemen yang ada dilembaga tersebut. Jadi, tujuan pokok pesantren secara umum adalah untuk membentuk santri yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT sehingga terbentuk manusia yang sempurna (Insan Kamil). Selain itu tujuan pesantren juga menekankan pentingnya tegaknya Islam ditengahtengah kehidupan sebagai sumber utama moral dan akhlaq mulia sesuai dengan tujuan pendidikan yakni mengantarkan manusia kepada makhluk yang berakhlakul karimah. Karena akhlaq mulia ini merupakan kunci keberhasilan hidup masyarakat sebagaimana akhlaq Rasulullah, serta tujuan pendidikan pesantren berusaha untuk menumbuhkan jiwa Nasionalisme. E. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Karya Anggie Febiana, Model Pembelajaran Demokratis di Pondok Pesantren Salafi Al-Ma’tuq Sukabumi (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014) dalam penelitian ini lebih menekankan kepada model pembelajaran yang demokratis di Pesantren Salafi, dalam artian penulis lebih terfokus kepada bagaimana menerapkan konsep pembelajaran demokratis yang ada di Pondok Pesantren Salafi Al-Ma’tuq Sukabumi. 48 2017 http://karyatulisilmiah.com/peranan-kyai-dalam-pesantren/ diakses pada 19 Januari 33 2. Karya Abdul Azis, Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren Studi Pada Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah Jurangmangu Timur Pondok Aren Tangerang Selatan (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014) peneilitian ini menitikberatkan pada Modernisasi Pendidikan Pesantren Jam’iyyah Islamiyah dimaksudkan agar memenuhi dan mengikuti perkembangan IPTEK, kemudian juga modernisasi merupakan bentuk keprihatinan Kyai terhadap alumni-alumni pondok yang kesulitan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi sehingga dilakukanlah modernisasi pesantren yakni melalui kurikulum pendidikan formal yang mengacu pada kurikulum yang ditetapkan oleh Kementrian Agama. Pada skripsi ini penelitian terkait Nilai-nilai Pendidikan Demokratis di Pondok Pesanten Hidayatullah Depok, penelitian ini memfokuskan pada sistem pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, model pembelajaran demokratis serta implementasi nilai-nilai demokratis dalam keseharian santri dilingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. skripsi ini juga membahas mengenai sikap dan prilaku yang mengandung unsur-unsur demokratis dikalangan santri dalam kesehariannya di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok karena pada dasarnya kehidupan santri dengan berbagai macam watak dan kepribadian kemudian hidup dan tinggal dalam suatu lingkungan yang sama dan hidup berasrama, menuntut santri untuk senantiasa bersikap toleransi dan saling menghargai agar tercipta kehidupan yang harmonis, tenang, damai, aman dan nyaman. Selain itu, organisasi santri sebagai wadah untuk menempa diri serta ruang santri dalam menyalurkan minat dan bakatnya, sebagai bentuk upaya dalam mengoptimalkan nilai-nilai demokratis di pondok pesantren hidayatullah depok. 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok berada di Jl. Raya Kalimulya, Rt.001/05 Kalimulya Cilodong Depok, Jawa Barat. B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif kualitatif analitis. Menurut David Williams (1995), sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong “Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah”.1 Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) sebagaimana yang dikutip oleh Nuraida Halid Alkaf mendefinisikan bahwa “penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.”2 Hal serupa juga dikemukakan oleh Leedy & Ormrod 2005; Patton 2001; Saunders, Lewis & Thornhill 2007 yang dikutip oleh Samiaji Sarosa “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencoba memahami fenomena dalam seting dan konteks naturalnya (bukan didalam laboratorium) dimana peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati”.3 Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit. Defenisi ini lebih melihat perspektif emik dalam penelitian 1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 5 2 Nuraida Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Islamic Research Publishing), h. 35 3 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif, (Jakartra: PT. Indeks, 2011), h. 7 35 yaitu memandang sesuatu upaya membangun pandangan sunjek penelitian yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit.4 Secara garis besar penelitian kualitatif yakni penelitian yang dilakukan secara naturalistik untuk mengungkap dan memahami fenomena-fenomena yang diteliti, kemudian menjabarkan atau mendeskripsikan kedalam bentuk kata-kata dan bahasa gambaran berupa penjelasan untuk menghasilkan sebuah karya yang ilmiah. C. Teknik Pengumpulan Data Adapun tekhnik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam melakukan penelitian di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok yakni sebagai berikut: 1. Observasi Observasi dilakukan dengan tujuan memperoleh informasi dan fakta mengenai pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan di lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok seperti keadaan guru dan santri, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dikelas maupun diluar kelas, metode pembelajaran yang digunakan, serta sarana dan pra sarana pendukung kegiatan belajar mengajar. Penulis melakukan observasi pada variabel pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok yaitu dengan cara melakukan pengamatan terhadap interaksi yang dilakukan oleh guru maupun santri dalam Pesantren, mengamati interaksi antara santri dengan santri, santri dengan guru pada proses pembelajaran dalam penerapan pendidikan demokratis. 2. Interview/Wawancara Interview atau wawancara yang penulis lakukan sebagai upaya menghimpun data dan informasi dari informan untuk kemudian dianalisis. Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan Sekretaris pondok Pesantren Hidayatullah 4 Depok, Kepala Lexy J. Moleong, op. cit., h. 6 Departemen Pendidikan Pesantren 36 Hidayatullah Depok, Kepala Madrasah Aliyah Pesantren Hidayatullah Depok, Kepala Madrasah Tsanawiyah Pesantren Hidayatullah Depok, guru, pengasuh asrama, serta dewan santri. dengan tujuan untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan demokratis dan penerapan sikap demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara terstruktur, yakni wawancara yang pertanyaannya telah disiapkan dan diatur serta target informannya telah ditentukan sebelum memulai wawancara. Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi-informasi yang berkaitan dengan pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, sebagai informasi yang aktual dan akurat maka penulis memerlukan beberapa informan untuk memastikan bahwa apakah data yang diperoleh sesuai dengan fakta dilapangan. 3. Studi Dokumentasi Dokumentasi ditujukan sebagai penguatan atas apa yang penulis dapatkan dari hasil pengamatan dan wawancara di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, yakni data-data yang berupa catatan, arsip, buku dan sebagainya yang berkaitan dengan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Dalam hal ini, penulis mendokumentasikan sejumlah data dan fakta terkait dokumen-dokumen resmi Pondok Pesantren Hidayatullah Depok yang kemudian penulis kelompokkan menjadi dua yakni dokumen internal dan dokumen eksternal, adapun untuk dokumen resmi internal yakni meliputi: catatan, instruksi, aturan lembaga Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, sistem yang diberlakukan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk dokumen eksternal meliputi: Majalah, Buletin dan lain sebagainya. 37 D. Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dalam penelitian ini penulis memperoleh data dengan cara melakukan pengamatan dan wawancara terhadap pihak-pihak terkait yakni pengurus Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, Kepala Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, kepala SMP Hidayatullah, Kepala MA Hidayatullah, beberapa guru, pengasuh dan dewan santri. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data penunjang dari data primer yang berasal dari buku bacaan meliputi buku-buku, perpustakaan, arsip serta dokumendokumen lainnya yang behubungan dengan penilitian ini. Di antara bukubuku yang terkait dengan penelitian mengenai pesantren ialah: Tradisi Pesantren: Studi tentang pandangan hidup Kyai” karangan Zamakhsyari Dhofier; Bilik-bilik Pesantren, karangan Nurcholis Madjid, disamping buku-buku tersebut sebagai landasan dari teori pendidikan demokratis di Pondok Pesantren, penulis juga mengumpulkan beberapa data yang berkaitan langsung dengan obyek penelitian yakni Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Diantaranya adalah Majalah, buletin, ataupun bukubuku yang berkaitan dengan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. E. Fokus Penelitian Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah nilai-nilai pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. maka penulis menganggap perlu untuk memberi batasan dan memfokuskan skripsi ini pada hal-hal yang meliputi: sistem pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, model pembelajaran demokratis serta penerapan nilainilai demokratis baik dalam kegiatan belajar mengajar, maupun dalam keseharian di lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. 38 F. Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data 1. Prosedur Pengumpulan Data Upaya mempermudah penyelesaian masalah-masalah yang akan dilakukan, peneliti perlu menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian. Dibawah ini penulis memberikan beberapa tahapan dalam prosedur pengumpulan data penelitian : a. Mengumpulkan data dan informasi yang didapat melalui observasi, wawancara dan dokumentasi di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok b. Selanjutnya memindahkan informasi yang didapat yakni penelitian tentang bagaimana sistem pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, model pembelajaran demokratis serta penerapan nilai-nilai demokrasi baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam keseharian santri di lingkungan pesantren. c. Kemudian menyortir informasi yang diperoleh untuk mendapatkan hasil yang relevan dengan penelitian. d. Tahap selanjutnya yakni membuat kesimpulan dari informasi yang didapat melalui observasi, wawancara, serta dokumentasi. e. Melakukan diskusi bersama Pihak Pondok Pesantren Hidayatullah Depok terkait kesimpulan dari data dan informasi yang diperoleh. f. Setelah memperhatikan hasil penelitian, kesimpulan, dan diskusi yang telah diberikan, mengajukan saran-saran dan rekomendasi. 2. Perekaman Data Perekaman data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan merekam data dan informasi yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan penelitian, perekaman data yang dilakukan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok meliputi hal-hal yang berkaitan dengan sistem pendidikan demokratis, model pembelajaran demokratis, serta implementasi nilai-nilai demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. 39 G. Teknik Analisis Data Agar peneliti mendapatkan makna dari fokus dan obyek yang diteliti untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian, maka perlu untuk menganalisis data. Prinsip pokok tekhnik analisis data pada penelitian ini yaitu mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul dengan teratur, terstruktur dan memiliki makna. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan beberapa hal untuk menganalisis data, diataranya adalah sebagi berikut: 1. Mencatat data menjadi bentuk teks 2. Mengelompokkan data dalam kategori-kategori tertentu sesuai dengan pokok-pokok permasalahan yang ingin dijawab. Dalam tahap pertama adalah memilih data yang lebih relevan dengan pokok permasalahan. 3. Melakukan interpretasi data kedalam berbagai kategori 4. Mengidentifikasi tema utama atau kategori utama dari data yang terkumpul untuk melihat gambaran yang paling utama tampil dan dirasakan subyek. Apabila ditemukan tema utama, maka hasil interpretasi lainnya merupakan penunjang dalam penjelasan dinamika tema tersebut. 5. Mencatat dari semua data yang disimpulkan hal-hal yang umum dan memberi perhatian pada hal-hal khusus ditemukan subyek dan mengacu kembali pada teori dan permasalahan penelitian. H. Pemeriksaan/Pengecekan Keabsahan Data Upaya mempermudah penyelesaian masalah-masalah yang akan dilakukan, peneliti perlu menyusun langkah-langkah yang dilakukan setelah melaksanakan penelitian. Dibawah ini adalah beberapa tahapan dalam prosedur pemeriksaan dan pengecekan keabsahan data penelitian diataranya: 1. Hasil dari semua rekaman data yang telah disortir, dan dari kesimpulan wawancara serta observasi untuk dicek kembali dengan pembelajaran dikelas maupun sikap siswa yang menunjukkan sikap demokraris. 2. Data-data yang telah diperoleh benar-benar dicermati dengan seksama dalam setiap kategori-kategori tertentu. 40 3. Kategori-kategori yang dicermati meliputi: sistem pendidikan demokratis, model pembelajaran demokratis, penerapan nilai-nilai demokratis baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam kehidupan sehari-hari santri dalam lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. 4. Menambah dan mengurangi data jika ada data yang tidak sesuai dengan hasil yang sudah diperoleh 5. Meminta keterangan data-data yang diperoleh kebagian pendidikan sebagai upaya untuk mengetahui relevansi antara data yang ada dengan fakta yang terjadi di lapangan mengenai pendidikan demokratis yang diterapkan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. BAB IV PEMBAHASAN A. Profil Pondok Pesantren Hidayatullah Depok 1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok dirintis pendiriannya sejak tahun 1989. Kegiatan pertama dimasa perintisan berkisar pada penggarapan lahan dan shilaturrahim kepada masyarakat sekitar, mengingat kondisi lahan pesantren masih berupa hutan bambu yang lebat dan belum adanya sarana dan prasarana yang memadai. Pesantren Hidayatullah Depok yang kini beralamat di Jl. Raya Kalimulya, Kelurahan Kalimulya Rt.01 Rw.05, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, saat perintisannnya berdiri di atas lahan wakaf seluas 3,5 ha. Tanah ini diwakafkan oleh simpatisan yang juga salah seorang tokoh perintis Pesantren Hidayatullah Depok yaitu almarhum Ustadz Agus Soetomo.1 Tahun 1990 dimulai pendirian masjid atas bantuan Ibu Orni Lubis, dan diresmikan pada tahun 1991 dengan nama masjid Ummul Quro oleh (Alm) H. Ali Said SH (ketua MA saat itu). Nama ini diambil dengan harapan Masjid tersebut menjadi pusat kegiatan bagi santri dan penduduk sekitarnya. Berdirinya Masjid yang megah di tengah kondisi perintisan yang serba sulit, menjadi pemicu semangat dan keyakinan akan pertolongan Allah SWT. Para ustadz dan santri semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan di Pondok. Kegiatan pendidikan klasikal, pelayanan dakwah bagi masyarakat sekitar serta pelayanan sosial dengan menampung, menyantuni dan mendidik anak-anak yatim piatu dan kaum dhuafa mulai dijalankan.2 Pada bulan September 2011, terjadi perubahan status PPH Depok menjadi salah satu dari tujuh Kampus Utama Hidayatullah se- Indonesia. 1 2 Profil Pondok Pesantren Hidayatullah Depok 2017 Ibid., 41 42 Kepengurusan ketua yayasan berganti dari Ust. Ir. M. Abu A’la Abdullah, MH.I kepada Ust. Drs. Wahyu Rahman. Dan saat ini amanah ketua yayasan diemban oleh Ust Lalu Mabrul, M.Pd.I dan sekretaris Muhammad Iwan Ruswanda, M.Pd.I yang dilantik pada bulan Februari silam.3 2. Visi dan Misi Visi Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Menjadi Kampus Miniatur Peradaban Islam sedangkan misi sebagaimana yang tertuang dalam Profil Pondok Pesantren Hidayatullah Depok yakni: a. Menyelenggarakan pendidikan integral berbasis tauhid b. Menyelenggarakan koperasi dan ekonomi keummatan yang berdaya saing c. Memberdayakan kaum dhu’afa dan ustadh’afin d. Mengembangkan kampus yang alami, ilmiah dan islamiah4 3. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Pondok Pesantren Hidayatullah Depok menjadikan masjid sebagai pusat peradaban. Masjid merupakan sarana utama tak hanya sebagai tempat beribadah, namun masjid juga dijadikan sarana dalam berbagai kegiatan pendidikan dan keagamaan hal ini sesuai dengan data yang penulis peroleh serta pengamatan saat melakukan observasi di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Selain masjid ada beberapa sarana dan prasarana yang menunjang pendidikan yakni gedung sekolah TK yang memiliki 7 ruang kelas, gedung sekolah SD dengan 19 ruang kelas, gedung sekolah MA dan SMP yang memiliki 7 ruang kelas SMP, 5 ruang kelas MA, gedung perkuliahan untuk mahasiswa yang terdiri dari 5 ruang perkuliahan dan 1 ruang dosen, gedung asrama MA dan SMP yang di dalamnya terdapat 8 kamar, gedung asrama mahasiswa, gedung yayasan yang terdapat 2 ruang didalamnya, 1 ruang makan santri, 1 ruang 3 Ust. Iwan Ruswanda, Sekretaris Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, wawancara, Depok, 11 Mei 2017 4 Profil Pondok Pesantren Hidayatullah Depok 2017 43 koperasi/kantin, dan 5 ruang guest house yang diperuntukkan bagi tamu yang datang berkunjung, serta fasilitas penunjang pendidikan seperti perpustakaan, dan lapangan olah raga.5 B. Program Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok 1. Jenis dan Jenjang Pendidikan a. Pendidikan Formal Pendidikan formal penyelenggaraannya adalah pendidikan yang dalam mengacu kepada Depdiknas ataupun Departemen Agama. Dalam teknis pelaksanaannya, pendidikan formal di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok sebagaimana yang dikemukanan oleh Ustad Muhaimin selaku kepala pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikannya Pondok Pesantren Hidayatullah Depok memadukan antara kurikulum Diknas dan kurikulum Integral Berbasis Tauhid.6 Sejauh ini pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok memiliki beberapa jenjang diantaranya: PAUD, KB-TK, SD, SMP, MA dan STIE. 1) Paud dan KB-TK Hidayatullah Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Kelas Bermain Taman Kanak Kanak (KB-TK) yang dikelola oleh Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Kota Depok, Jawa Barat, berkomitmen menjadi terdepan dalam kegiatan kependidikan dan kepengasuhan yang berlandaskan pada pembangunan karakter anak. Dengan visi tak sekedar pintar tapi juga mencerdaskan jiwa, kita ingin menjadi lebih baik dan terdepan dalam kependidikan dan kepengasuhan anak usia dini, Nilai spiritual, cinta, kasih sayang, hormat, kesetaraan adalah nilai-nilai esensial bagi perkembangannya. Ini beberapa aspek yang sangat penting diperhatikan para pendidik di PAUD-TK Yaa Bunayya Hidayatullah Depok. 5 Profil Pondok Pesantren Hidayatullah Depok 2017 Ust. Abdul Muhaimin, Kepala Departemen Pendidikan Hidayatullah Depok, wawancara, Depok 10 Februari 2017 6 44 Paud KB- TK Yaa Bunayya Hidayatullah Kota Depok memiliki misi menyelenggarakan pendidikan yang integral sehingga melahirkan generasi yang siap memikul amanah Allah, cerdas, kreatif, mandiri dan berwawasan global. Berdakwah melalui pendidikan, dan mengutamakan kasih sayang dan keteladanan dalam proses pendidikan. 2) SDI Hidayatullah SD Intergral Hidayatullah Depok menghadirkan program pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai Tauhid pada kurikulum dan seluruh aktivitas belajarnya, murid tidak hanya memahami ilmu, tetapi juga mengikat makna, sehinga karakter murid terbentuk untuk senang beribadah, beramal sholeh dan berperilaku baik.7 Dengan motto Tak Sekedar mencerdaskan otak tapi juga membangkitkan jiwa SD Intgeral Hidayatullah Depok mendapatkan sebuah kehormatan Kemendikbud RI Tahun 2016 sebagai Sekolah Piloting Nasional pelaksana program PPK (Penguatan Pendidikan Karakter), dari 250 sekolah dasar se Indonesia. Anak adalah calon pemimpin orang-orang yang beriman, dalam proses di sekolah KBM terintegrasi dalam proses, content, pembentukan karakter dan spirit hidup serta budaya sekolah. Dengan demikian murid mampu membangun Visi hidupnya.8 3) SMP Hidayatullah SMP Hidayatullah Depok merupakan program pendidikan yang berada dibawah naungan Departemen Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting. (QS. Al-Luqman: 17). 7 8 Pfofil SD Integral Hidayatullah Depok 2017 Ibid 45 Integrasi nilai-nilai tauhid pada kurikulum dan seluruh aktivitas belajar. Tetapi juga mengikat makna, sehingga karakter siswa terbentuk untuk senang beribadah, beramal shaleh serta memiliki akhlaqul karimah.9 Program pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai tauhid pada kurikulum dan seluruh aktivitas belajarnya. Santri tidak hanya memahami ilmu, tetapi juga mengikat makna, sehingga karakter santri terbentuk untuk senang beribadah, beramal shaleh dan berperilaku baik. Pendidikan Integral Islamic Boarding School Pondok Pesantren Hidayatullah Depok.10 4) MA Hidayatullah Madrasah Aliyah (MA) Integral Hidayatulah Depok adalah lembaga pendidikan formal setingkat SMA yang berada di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, berafiliasi ke Departemen Agama Kota Depok, Pada awal berdirinya, Madrasah Aliyah Hidayatullah berada di Wilayah Kabupaten Bogor tepatnya di daerah Cilember Cisarua Bogor, beroperasi pada tahun pelajaran 2000/2001. Kemudian, seiring perpindahan lokasi dan pengurus Pesantren Hidayatullah Bogor ke Pesantren Hidayatullah Depok, maka berpindah pula seluruh siswa dan guru Madrasah Aliyah Hidayatullah ke Depok pada tahun pelajaran 2002/2003. Di Pesantren Hidayatullah Depok, MA Integral Hidayatullah beroperasi dan berkembang dibawah naungan Departemen Pendidikan Hidayatullah Depok. Pada awalnya MA Integral Hidayatullah bernama MA Hidayatullah, tetapi pada tahun 2007 ada kebijakan dari Pimpinan Pusat Hidayatullah bahwasanya seluruh sekolah formal dari jenjang TK sampai SMA yang berada di bawah naungan Pesantren Hidayatullah di seluruh Indonesia, harus merubah atau menambahkan nama sekolah 9 Brosur Penerimaan Siswa Baru (PSB) Pendidikan Integral Hidayatullah, YPP Hidayatullah Depok 2017 10 Ust. Abdurrahman, Kepala Sekolah SMP Hidayatullah Depok, Wawancara, Depok 8 Maret 2017 46 menjadi Sekolah Integral Hidayatullah, sebagai ciri khas sekolah Hidayatullah di seluruh Indonesia. Maka sejak saat itu, MA Hidayatullah menambahkan nama sekolahnya menjadi MA Integral Hidayatullah Depok.11 Sebagaimana yang tertuang dalam Visi SMA Hidayatullah Depok, yakni; Terwujudnya murid berjiwa pemimpin bertauhid, berakhlaqul karimah dan berwawan luas. Menanamkan nilai-nilai tauhid kepada peserta didik dalam setiap aktivitas baik disekolah maupun diluar sekoah dengan tujuan peserta didik memiliki aqidah yang benar, rajin beribadah, serta berakhlaqul karimah. Tak hanya berkompeten dalam ilmu keagamaan, namun juga mahir dalam ilmu umum. Hal ini dapat dicapai melalui program program yang dimiliki oleh MA Hidayatullah Depok yaitu: memadukan antara kurikulum Diknas dan kurikulum Pondok Pesantren yaitu kurikulum berbasis tauhid, pembiasaan ibadah wajib dan sunnah yang tersistem, hafalan Al-Qur’an minimal 12 juz, english dan arabic community, model pembelajaran yang integral dan islami, hafalan hadits arbai’in annawawi, dan pandu hidayatullah.12 5) STIE Hidayatullah STIE Hidayatullah Depok adalah Perguruan Tinggi yang didirikan dibawah Ormas Hidayatullah. STIE Hidayatullah Depok lahir karena sebuah tanggung jawab dan keprihatinan dari kenyataan bahwa Lembaga Pendidikan pada umumnya telah melahirkan manusia penggerak pembangunan yang hanya berorientasi materi serta bermental pekerja. Untuk itulah, STIE Hidayatullah Depok dengan 2 (dua) Jurusan yang dibuka berupaya mendidik calon 11 penggerak pembangunan yang Ust. Suhendar, Kepala Sekolah MA Hidayatullah Depok, Wawancara, Depok 21 Februari 2017 12 Ust. Abdul Muhaimin, Kepala Departemen Pendidikan Hidayatullah Depok, wawancara, Depok 10 Februari 2017 47 berwawasan pembangunan, kecerdasan spiritual yang tinggi. bermental pemimpin serta memiliki 13 STIE Hidayatullah Depok adalah Perguruan Tinggi ke 3 (tiga) yang didirikan oleh Ormas Hidayatullah. Dimana sebelumnya sudah didirikan Sekolah Tinggi Agama Islam Lukmanul Hakim (STAIL) di Surabaya dan Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) di Balikpapan. Cikal bakal STIE Hidayatullah Depok sebenarnya sudah dirintis sejak tahun 1999 di Cipinang Cempedak Jakarta Timur dengan nama Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Hidayatullah. Namun kemudian, berpindah kampus di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok dengan nama STIE Hidayatullah Depok dan mendapat legalitas dari Kementrian Pendidikan Nasional sesuai dengan SK Mendiknas RI No. 06/D/O/2009, dan No.10049/D/T/K-IV/2012 Perpanjangan Ijin Prodi Manajemen, No.10050/D/T/K-IV/2012 Perpanjangan Ijin Prodi Akuntansi.14 b. Pendidikan Non Formal Pendidikan non formal yakni pendidikan yang dalam penyelenggaraannya diatur oleh internal Pondok Pesantren. Pendidikan non formal di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok meliputi: aqidah, fiqih, bahasa Arab, dan hafalan/tahfidz Al Qur’an, serta masih banyak lagi mata ajaran yang lain yang sifatnya pelajaran dan materi keislaman (Diniyah).15 2. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Kurikulum yang diterapkan dalam Pendidikan formal Pondok Pesantren Hidayatullah yakni kurikulum Depdiknas ataupun kurikulum Departemen agama yang dipadukan dengan kurikulum Integral Berbasis Tauhid. Artinya menanamkan nilai-nilai Tauhid dalam setiap aktivitas 13 Profil STIE Hidayatullah, YPP Hidayatullah Depok 2017 Ibid., 15 Ust. Abdul Muhaimin, Kepala Departemen Pendidikan Hidayatullah, wawancara, Depok 10 Februari 2017 14 48 belajar siswa. Adapun kurikulum non formal Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, ditetapkan secara lokal berdasarkan musyawarah asatidz Departemen Pendidikan Hidayatullah Depok, kurikulum non formal merupakan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan non formal (Diniyah).16 C. Organisasi Santri Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Tujuan dari pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok bukan hanya mencetak generasi yang mahir dalam ilmu keislaman, tetapi juga bagaimana mengembangkan potensi santri dalam berbagai bidang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Pondok Pesantren Hidayatullah Depok dalam pola pendidikannya memberikan ruang kepada santri untuk menyalurkan minat dan bakatnya bukan hanya dibidang ekstrakurikuler namun juga santri diberikan wadah untuk berorganisasi. Organisasi memiliki peran penting dalam pembentukan keperibadian santri, melalui organisasi santri akan terhantarkan menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab, kemandirian menjadi hal yang mesti dimiliki oleh setiap santri pasalnya kehidupan santri yang jauh dari keluarga menuntut santri untuk hidup mandiri dalam kehidupan sehari-hari di pondok pesantren. Beberapa organisasi santri pondok pesantren hidayatullah depok diantaranya: Dewan Santri, Osis, Pandu Hidayatullah SAR Hidayatullah, BEM, LDK, Syabab Hidayatullah17. Selain sebagai wadah untuk pembentukan kepribadian, organisasi santri Pondok Pesantren Hidayatullah Depok juga menjadi tempat bagi santri untuk melatih diri berprilaku demokratis, terbuka serta menumbuhkan jiwa kepemimpinan. melalui forum-forum musyawarah dalam organisasi santri menjadi terbiasa untuk berbicara menyampaikan pendapatnya, berkreasi menuangkan ide-ide yang dimiliki serta berani untuk memberikan gagasangagasan melalui perwakilan-perwakilan santri yang tergabung dalam dewan 16 Ust. Suhendar, Kepala Sekolah SMA Hidayatullah, Wawancara, Depok 21 Februari 2017 17 Ust. Iwan Ruswanda, Sekretaris Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, wawancara, Depok, 11 Mei 2017 49 santri. hal ini ditujukan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. D. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Sistem pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok merupakan serangkaian komponen pendidikan dan pengajaran yang saling berkaitan untuk menunjang pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Pada awal berdirinya Pondok Pesantren Hidayatullah Depok tidak mempunyai rumusan yang baku tentang sistem pendidikan yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi pendidikan pesantren. dalam artian sistem pengajaran masih menggunakan metode tradisional. Namun pada intinya Pondok pesantren Hidayatullah Depok mempunyai tujuan yang sama dengan pesantren pada umumnya yakni ilmu keagamaan. Seiring berjalannya waktu, Pondok Pesantren Hidayatullah terus melakukan inovasi khususnya di bidang pendidikan, sebagaimana visi dan misi Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, yakni Menjadi Miniatur Peradaban Islam. lahirnya sebuah peradaban yang Islami tidak terlepas dari pada pendidikan yang berkualitas untuk mencetak insan intelektual yang bertaqwa kepada Allah SWT dan memiliki akhlakul karimah. Sejalan dengan itu, maka pendidikan menjadi unsur penting dalam sebuah lembaga. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tersistem dan terorganisir dengan baik, memiliki Pasilitas penunjang yang memadai serta SDM yang berkompeten. oleh karena itu Pondok Pesantren Hidayatullah Depok senantiasa berupa untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk para peserta didiknya. Berangkat dari hal itu maka kemudian Pondok Pesantren Hidayatullah Depok mulai mengembangkan pendidikannya yang tadinya tradisional menjadi pendidikan pesantren yang modern dengan mendirikan sekolah formal dan mengadopsi kurikulum nasional agar para peserta didik mampu mengikuti perkembangan zaman di era modern namun tetap mengintegrasikan dengan nilai-nilai tauhid sehingga terciptalah konsep 50 pendidikan Integral Berbasis Tauhid sebagaimana sistem yang ada di Pesantren Hidayatullah Depok hingga saat ini.18 Pemerintah melalui Depag RI, membuat Standarisasi Pendidikan Agama di Pondok Pesantren. Dalam lokakarya intensifikasi pengembangan pondok pesantren tentang tujuan pondok pesantren adalah :”untuk membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupan sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat dan bangsa. Sejalan dengan itu tujuan pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok yakni bagaimana melahirkan kader ulama mujahid yang bertaqwa kepada Allah SWT dan memiliki akhlakul karimah, berkompeten dan memiliki keilmuan yang mempuni sehingga mampu memberikan bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, Tarbiyah dan dakwah menjadi Program unggulan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, maka pendidikan yang diberikan kepada siswa dengan tidak terlepas dari ajaranajaran tauhid, keagamaan dan keilmuan umum. Singkatnya menurut hemat penulis Pondok Pesantren Hidayatullah Depok memiliki 3 unsur utama dalam membina santri agar terciptanya pendidikan yang sesuai dengan tujuan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, yakni: membina santri agar berkepribadian muslim, menghayati ajaran agama, dan agar berguna bagi agama, masyarakat dan bangsa. Dengan demikian tujuan pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok mencerminkan keinginan luhur para pendiri dan ustadz untuk meningkatkan kualitas muslim dengan jalan Tafaqquh Fi Al-Din (menguasai ilmu agama) dan sekaligus menjadi manusia yang berkepribadian utuh (kaffah). 18 Ust. Muhaimin, Kepala Departemen Pendidikan Hidayatullah Depok, wawancara, Depok 10 Februari 2017 51 E. Pembelajaran Demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok 1. Metode Pembelajaran di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Metode merupakan satu kata yang murujuk pada cara yang akan digunakan untuk mencapai sebuah tujuan yang diharapkan. Dan jika dikaitkan dengan proses pembelajaran, maka definisi metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara yang dipilih oleh pendidik untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran ini memiliki peran yang penting dalam proses pembelajaran, selain agar proses belajar mengajar tidak membosankan, peserta didik juga akan semakin mudah mencerna materi yang diberikan. Dalam hal ini penulis ingin melihat aspek demokratis yang tertuang dalam proses belajar mengajar melalui metode yang digunakan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Untuk itulah aspek yang akan penulis amati yakni: dalam pemilihan sebuah metode apakah disesuaikan dengan kebutuhan materi yang diajarkan kemudian dalam penerapan apakah berjalan sesuai dengan prosedurnya. Sebagaimana data yang penulis peroleh terkait dengan sistem pendidikan formal yang dimiliki oleh pesantren Hidayatullah Depok yakni pendidikan integral berbasisi tauhid merupakan pendidikan yang mengintegrasikan antara kurikulum nasional dengan kurikulum pesantren, sebagai lembaga pendidikan yang berpedoman pada kurikulum nasional maka Pesantren Hidayatullah Depok menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan aturan dan regulasi Sistem Pendidikan Nasional, yakni pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sejalan dengan itu, maka poin-poin penting dalam Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional seperti pendidikan yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945, nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, serta 52 menyesuaikan dengan tuntutan zaman menjadi acuan dalam menyelenggarakan pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Sebagaimana yang disampikan oleh Ustadz Suhendar selaku kepala sekolah MA Hidayatullah Depok, Metode pembelajaran yang diterapkan di Pesantren Hidayatullah Depok adalah metode yang tercantum dalam kurikulum nasional. Dalam hal implementasi metode pembelajaran, para guru mendapatkan training khusus sebagai langkah untuk meningkatkan kreativitas dan kualitas para guru dengan harapan terselenggaranya pendidikan yang menyenangkan dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh murid.19 Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar dan mengajar di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok menyesuaikan dengan kebutuhan materi yang diajarkan, tidak monoton hanya terfokus pada satu metode. Namun ada beberapa metode yang paling sering digunakan karena metode ini terlihat efektif untuk pembelajaran formal maupun non formal. Diantara metode pembelajaran yang umum digunakan dalam proses pembelajaran di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok adalah metode ceramah. Namun menurut penulis metode ini kurang efektif karena bersifat monoton dalam proses pembelajaran yang berlangsung terlihat ustadz lebih mendominasi sehingga interaksi antara ustadz dan santri kurang terjalin. Nah untuk mensiasati agar bagaimana santri juga terlihat aktif, metode ceramah ini biasanya diselingi dengan sesi tanya jawab dengan memberikan kesempatan bertanya kepada santri untuk mengetahui sejauh mana pemahaman santri terhadap materi yang telah disampaikan. Kemudian pada bagian akhir pembelajaran ustadz memberikan review terhadap materi yang sudah disampaikan. Yang perlu penulis tekankan disini adalah mengenai aspek demokratis terhadap metode ini nampaknya kurang berjalan karena metode ini bersifat Teacher Centered pembelajaran yang bepusat pada guru. 19 Ust. Suhendar, Kepala Sekolah SMA Hidayatullah Depok, Wawancara, Depok 21 Februari 2017 53 Metode pembelajaran selanjutnya adalah metode diskusi. Menurut hemat penulis metode ini merupakan metode yang paling efektif dan cocok untuk semua mata pelajaran di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Karena Metode ini dilakukan dengan menyajikan sebuah materi terlebih dahulu kemudian didiskusikan dan dianalisis oleh seluruh santri secara terbuka hingga ditemukan sebuah penyelesaian masalahnya. Metode ini melibatkan seluruh santri, metode ini menitikberatkan pada keaktifan santri dalam kegiatan belajar. Ustadz juga mengkolaborasikan metode ini dengan metode pemberian tugas baik secara individu ataupun kelompok yang selanjutnya dipresentasikan dan didiskusikan secara terbuka di kelas. Sehingga dalam penerapan metode ini tertuang unsur demokratis didalamnya yakni ruang santri diberikan ruang dan kesempatan untuk lebih aktif dalam menyampaikan pendapatnya saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Metode pembelajaran terakhir yang biasa digunakan dalam proses belajar dan mengajar di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok yaitu: metode demonstrasi, metode ini juga sangat umum dilakukan dalam proses pembelajaran. Metode ini menitikberatkan pada praktek terhadap ilmu atau materi yang didapatkan dilakukan dengan memperagakan atau menunjukkan proses ataupun cara kerja dari materi yang sedang dipelajari untuk selanjutnya ditirukan oleh santri. Diatas merupakan beberapa metode pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, sebagaimana metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam hal pembelajaran maka dalam proses pembelajaran keterlibatan santri menjadi bagian terpenting untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami materi yang disampaikan. Metode sangatlah berpengaruh terhadap keberhasilan materi yang diajarkan, di samping itu metode pembelajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok merupakan bagian dari proses penerapan nilai- 54 nilai demokratis dalam proses belajar mengajar dimana peserta didik memiliki keleluasaan dalam menyampaikan pendapat, pembelajaran tidak monoton hanya berpusat pada guru tapi lebih menekankan untuk santri bersikap aktif. 2. Pendidikan Demokratis di Pesantren Hidayatullah Depok Dalam penyelenggaran pendidikan di Pesantren Hidayatullah Depok sangat mengedepankan aspek demokratis seperti toleransi, saling menghargai perbedaan pendapat, tenggang rasa, serta memberikan ruang kepada santri untuk berekspresi menyalurkan minat dan bakatnya dan juga kebebasan menyampaikan pendapat namun tetap dalam koridor yang sewajarnya, tetap menjunjung tinggi etika dan adab seorang murid kepada guru. Pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok tercermin dalam aktivitas keseharian santri di lingkungan pesantren baik secara teoritis maupun secara praktis. hal ini terlihat dalam sistem pendidikan, model pembelajaran, proses belajar mengajar, serta materi yang diajarkan. Dalam kegiatan belajar mengajar di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, santri tidak dibatasi untuk menyampaikan pendapatnya selama bernilai positif dan dapat dipertanggung jawabkan, bahkan senantiasa diberikan stimulan agar santri berpikir kritis dan tanggap terbiasa berbicara didepan umum. Di samping itu Pondok Pesantren Hidayatullah Depok memberikan ruang kebebasan santri untuk mengeksplor minat dan bakatnya dengan jalan memberikan fasilitas-fasilitas pendukung seperti misalnya santri yang memiliki bakat dibidang jurnalis maka santri diberikan untuk menulis kemudian disalurkan kemedia yang berada dibawah naungan Hidayatullah sendiri. Demikian juga dengan santri yang memiliki bakat dibidang oleh raga, ada fasilitas berupa sarana olah raga untuk santri menyalurkan minat dan bakatnya. Santri juga diberikan keleluasaan dalam mengikuti kegiatan- 55 kegiatan diluar kampus seperti mengikuti seminar-seminar dalam rangka untuk meningkatkan dan memperluas wawasan santri.20 Pola kehidupan santri di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok merupakan wujud dari proses pembelajaran, pendidikan dan pembinaan karakter santri. Lima hal menjadi bagian dari pencapaian dalam pendidikan pesantren yakni keikhlasan, kesederhanaan, jiwa kemandirian jiwa ukhuwah islamiyah dan jiwa kebebasan yang bertanggung jawab. Di era demokrasi seperti ini persatuan menjadi pilar penting dalam sebuah kehidupan yang harmonis di lingkungan pesantren, selaras dengan pola hidup di Pesantren Hidayatullah Depok yaitu jiwa ukhuwah islamiyah atau jiwa persatuan. suasana kehidupan di Pesantren Hidayatullah Depok selalu diliputi semangat persaudaraan yang sangat akrab sehingga susah dan senang tampak dirasakan bersama-tentunya, kehidupan santri dengan berbagai karakter dan kepribadian yang berbeda, tidak ada lagi pembatas yang memisahkan mereka sekalipun mereka sejatinya berbeda-beda dalam kehidupan sosial, ekonomi dan lain-lain. Pola pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Para santri pun diberi kebebasan untuk memilih jalan hidupnya kelak di masyarakat. Mereka bebas menentukan masa depannya dengan berbekal jiwa yang besar dan optimisme yang mereka dapatkan selama ditempa di pesantren. selama hal itu dianggap sejalan dengan nilai-nilai pendidikan yang mereka dapatkan selama di pesantren. Prinsip demokrasi kesetaraan dan keadilan merupakan prinsip yang mendasari kehidupan yang multikultural di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Ketiga prinsip ini menggaris bawahi bahwa setiap anak memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan dan perlakuan yang sama di lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Hal ini sejalan dengan 20 Ust. Iwan Ruswanda, Sekretaris Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, wawancara, Depok, 11 Mei 2017 56 prinsip demokrasi pada kehidupan yang multikultural, serta sesuai dengan pemahaman islam dan pengalaman historis umat islam. Sebagaimana disebutkan dalam berbagai ayat dalam Al-Qur’an yang mengandung prinsip demokrasi, kesetaraan, dan keadilan yang memberikan landasan moral dan etik bawa setiap orang memiliki hak untuk memperoleh perlakuan baik, baik dalam soal ucapan, sikap maupun perbuatan. Prinsip demokrasi (al-musyawarah) kesetaraan (al-musawah) dan keadilan (al’adl) telah dipraktekkan oleh Rasulullah untuk mengelola keragaman kelompok dalam masyarakat di Madinah. Dua pasal piagam Madinah menunjukan bahwa Rasulullah memiliki kepedulian tinggi terhadap persoalan demokrasi, kesetaraan, dan keadilan antar etnis, antar ras dan antar agama. Pondok Pesantren Hidayatullah Depok memberikan pendidikan kepada santrinya agar menjadi kader yang militan untuk menjaga moralitas berdasarkan pemahaman keagamaan yang kuat. Di samping itu kehidupan di lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah memperkenalkan berbagai macam karakter manusia yang menjadi cermin masyarakat. Santri datang dari berbagai latar belakang ekonomi, pendidikan, dan budaya dididik secara bersama-sama tanpa membeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya. Pada titik ini sebenarnya Pondok Pesantren Hidayatullah Depok telah mengajarkan persamaan hak dan kewajiban santri sekaligus mengajarkan berbagai sikap kemasyarakatan yang majemuk seperti toleransi, tolong menolong, dan menghargai sesama. Maka dengan demikian Pondok Pesantren Hidayatullah Depok memiliki harapan yang besar dapat melahirkan tokoh-tokoh penting yang di kemudian hari mampu berperan besar dalam membangun bangsa.21 Senapas dengan apa yang terjadi dari bilik pesantren pada umumnya, Pondok Pesantren Hidayatullah Depok memiliki santri yang berbeda dari berbagai latar belakang, budaya dan tingkat ekonomi. Namun mereka belajar 21 Ust. Aminullah, Guru SMP Integral Hidayatullah Depok, Wawancara, Depok, 10 Maret 2017 57 toleransi dan menghargai keragaman yang ada berangkat dari keseharian dalam kehidupan di pesantren.Walaupun di Indonesia kita dengan mudah menemukan pesantren baik itu yang bercorak modernis, ataupun yang masih salaf mengindikasikan bahwa negara dengan berpenduduk paling padat ketiga didunia adalah mayoritas beragama muslim.22 Justru ketika Islam menjadi agama dengan penganut terbanyak dan kaum santri yang tidak kalah banyaknya, islam tidak segampang itu untuk dijadikan ideologi negara, justru yang terjadi adalah toleransi antar umat yang terjalin menghasilkan pemandangan yang apik pada taraf multikulturalisme. Pesantren Hidayatullah Depok mengajari para santrinya untuk mengakui kemajemukan dan menanggapinya sebagai sunatullah yang telah ditentukan oleh tuhan di dunia. Dan para santri telah menunjukan perlakuan bagaimana menanggapi keragaman yang ada disekitar. Dizaman demokrasi seperti ini dimana celah untuk bersinggungan dengan orang dari berbagai ras, agama, etnis, bangsa menjadi lebar maka diperlukanlah pendidikan multikiulturalisme untuk meminimalisisr intoleransi, kecurigaan ataupun menganggap bahwa diri sendiri adalah bangsa yang terbaik, dengan pendidikan multikulturalisme nilai-nilai demokrasi dapat disemai dan dipupuk sejak dini dalam pendidikan pondok pesantren, sehingga menjadi sebuah nilai universal agar kedamaian dan kenyamanan dalam hidup bersama dapat tercapai. 3. Implementasi Pendidikan Demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Tujuan dari pendidikan Islam pada dasarnya adalah melahirkan generasi generasi yang bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki akhlakul karimah, dan Memiiki keilmuan baik dalam bidang keagamaan maupun keilmuan umum sebagai bekal untuk digunakan dalam menyampaikan syiar 22 Ust. Suhendar, Kepala Sekolah SMA Hidayatullah, Wawancara, Depok 21 Februari 2017 58 islam di masyarakat. Sama halnya dengan pondok pesantren Hidayatullah depok yang memiliki konsep pendidikan Integral Berbasis Tauhid. Tujuan dari pada pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok yakni mencetak kader ulama mujahid yang ditujukan untuk menyebarkan syiar Islam sebagai Rahmatan Lilalamin sesuai dengan Visi Pondok Pesantren Hidayatullah Depok itu sendiri yakni Menjadi Miniatur Peradaban Islam. Sebagaimana program utama Pondok Pesantren Hidayatullah, yakni Tarbiyah dan Dakwah, maka memberikan pendidikan yang terbaik agar para santri menjadi manusia yang unggul dalam segala bidang keilmuan, memiliki kecerdasan baik secara sosial maupun spiritual, sebagai bekal berdakwah dimasyarakat. Di lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, aktivitas keseharian santri selalu memiliki nilai pendidikan. Hidup berasrama dengan segala dinamikanya membuat santri menjadi mandiri, lebih dewasa, dan memiliki jiwa kepemimpinan. Kehidupan berasrama dengan berbagai macam watak dan kepribadian yang berbeda antar santri menuntut para santri untuk memiliki sikap toleransi, saling menghormati, dan saling menghargai perbedaan pendapat.23 singkatnya kehidupan para santri yang multikultural diiringi dengan pemahaman keislaman akan menciptakan kehidupan yang demokratis dikalangan para santri. Pesantren Hidayatullah Depok dengan segala hiruk pikuk kehidupan didalamnya sejatinya mencerminkan kehidupan dengan tingkat keragaman dan heterogensi penghuninya yang selanjutnya tentu saja akan membawa pada perbedaan individu seperti karakter dan kepribadiannya. Pesantren Hidayatullah Depok menanamkan pendidikan multikiultural kepada para santrinya yang tidak hanya terbatas pada sekat-sekat dinding kelas dan pembelajarannya, namun lebih dari itu para santri hidup berbaur dengan 23 Ust. Fauzan, Guru MA Hidayatullah Depok, wawancara, Depok, 20 maret 2017 59 berbagai macam orang yang berbeda dalam satu lingkungan yang sama dan dengan berbagai kegiatan. Semuanya menciptakan suasana dan kondisi yang berbeda dengan sekolah formal pada umumnya. Inilah sisi lain dari sebuah nilai demokrasi berupa toleransi akan keberadaan multikulturalisme di lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Para santri belajar bagaimana berbaur dan bersama dengan tidak melihat latar belakang dan budaya mereka, justru santri adalah orang yang lebih menghargai berbagai macam perbedaan.24 Toleransi adalah hal yang urgen dan dibutuhkan di Era ini, dimana kita hidup sebagai seorang manusia yang hidup dalam suatu etnis dan hidup bersama dengan bebagai macam golongan manusia. Pesantren Hidayatullah Depok mampu menjawab tantangan hidup di era demokrasi ini dengan menanamkan nilai-nilai yang diperlukan disaat ini kepada santri-santrinya. Meskipun secara umum pandangan kita terhadap pesantren lebih menyoroti metode pembelajaran dalam bilik pesantren dan relasi hubungan antara kyai dan santri, sungguh pesantren memberi perwujudan yang tidak hanya penting namun amat sangat dibutuhkan. Bebeda kiranya dengan pendidikan formal yang menurut mainstream lebih demokratis dalam hal pembelajaran karena telah menemukan momentumnya dengan diciptakannya berbagai variasi metode mengajar yang lebih berpusat pada pada siswa. Tentu saja hasil lebih lanjut membuat siswa menjadi individu yang aktif, kreatif dan lebih berpikiran dinamis dan terhindar dari kestatisan dan kejumudan, namun ada hal yang menjadi sorotan lebih dimana nilai-nilai demokrasi yang hanya disampaikan dalam sebatas teori yang termaktub dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan itu pun disampaikan dalam alokasi waktu yang terbatas dan praktikal yang minim. Karena pendidikan di sekolah formal biasanya lebih homogen, 24 Ust. Suhendar, Kepala Sekolah SMA Hidayatullah, Wawancara, Depok 21 Februari 2017 60 dimana siswanya berada pada tataran latar belakang atau budaya yang hampir sama. Bagaimana dengan aplikasi teori didalam mata pembelajaran yang menekankan pada aspek sosial, setidaknya jika dibenturkan dengan hasil dari pedidikan pesantren, sekolah formal memiliki skala keberhasilan yang minim. Langkah konkrit telah diambil oleh pendidikan pesantren Hidayatullah Depok yakni memadukan antara pendidikan formal dengan pendidikan pesantren serta menerapkan tradisi mukim bagi para santrinya, santri dari berbagai kalangan dan asal usul berbaur menjadi satu sehingga pergaulan santri menjadi lebih variatif. Pesantren satu langkah lebih maju daripada sekolah formal dalam menerapkan teori toleransi dan pluralisme yang menggaung diera demokrasi seperti saat ini. Ternyata demokrasi hidup dalam bilik-bilik pesantren. Demokrasi sebagai sistem yang paling banyak digunakan saat ini bukanlah hal yang asing bagi pesantren, karena nabi Muhammad pun telah mempraktekkannya. Sehingga Pondok Pesantren Hidayatullah pun mengambil nilai-nilai dari demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikannya. Fenomena di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok terkait demokrasi, kebebasan santri untuk menyampaikan pendapat disisi lain banyaknya aturan yang ditetapkan oleh pesantren sehingga banyak anggapan, bahwa aturan tersebut tidak demokratis dan melanggar hak azasi manusia. Demokratis atau ‘’tidak demokratis’’ menurut penulis itu bukanlah sebuah tolak ukur demokrasi, aturan yang dibuat merupakan upaya yang dilakukan agar santri senantiasa melakukan hal positif dan berada dijalan yang benar. Napas demokrasi telah lama berhembus dari sejak Islam itu lahir, hembusannya hadir hingga bilik-bilik pesantren, salah satunya adalah Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Sejatinya, pemikiran demokratis disemai dan dibangun dari pesantren. Pesantren dan pendidikan demokrasi berjalan beriringan untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik.semoga bermanfaat 61 F. Kendala-Kendala Pondok Pesantren Hidayatullah Depok dalam Menerapkan Nilai-Nilai Pendidikan Demokratis Seiring dengan berkembangnya zaman, maka timbul persoalanpersoalan yang harus dihadapi oleh Pondok Pesantren Hidayatullah Depok diantaranya adalah persoalan modernisasi pesantren. pasalnya Pondok Pesantren Hidayatullah Depok saat awal berdirinya memiliki sistem tradisional dalam memberikan pendidikan kepada santrinya, yakni sistem pembelajaran non klasikal dan menggunakan metode sorogan, bandongan dan wetonan. Untuk merespon perkembangan ini, maka secara bertahap Pesantren Hidayatullah Depok mulai mengembangkan sistem pendidikannya yang mulanya tradisional perlahan berubah menjadi modern. Namun Pesantren Hidayatullah Depok senantiasa jeli dan berhati-hati dalam mengadopsi sistem pendidikan modern jangan sampai merubah persepsi masyarakat terhadap tradisi yang ada pada Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Sistem pembelajaran tradisional yang sejak awal sudah melekat pada Pondok Pesantren Hidayatullah Depok tidak dihilangkan secara keseluruhan karena ini merupakan ciri khas Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, mengembangkan sistem pendidikan tanpa harus menghilangkan tradisi adalah cara yang tepat bagi Pondok Pesantren Hidayatullah Depok untuk menjawab tantangan zaman agar bisa tetap eksis di era modern seperti saat ini.25 Di atas merupakan gambaran yang dihadapi oleh Pondok Pesantren Hidayatullah Depok untuk menjawab tantangan zaman di era modern ini. Tak cukup sampai disitu, pesantren yang dalam pola kepemimpinannya kental dengan figur seorang kyai sebagai pimpinan pondok pesantren yang memiliki wewenang dan kekuasaan untuk mengatur sistem yang berlaku di lingkungan pesantren, disamping itu Pondok Pesantren Hidayatullah Depok harus pula peka terhadap kebutuhan santrinya untuk mengembangkan potensinya dalam berbagai disiplin ilmu dan keterampilan. 25 Ust. Iwan Ruswanda, Sekretaris Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, wawancara, Depok, 11 Mei 2017 BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka selanjutnya penulis membuat kesimpulan dan saran terkait pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok sesuai dengan apa yang sudah diperoleh selama penelitian di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. A. Kesimpulan 1. Pendidikan yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok adalah pendidikan yang mengandung nilai-nilai demokratis yang berdasar pada sistem pendidikan integral berbasis tauhid, yaitu pendidikan memadukan antara kurikulum Diknas dan kurikulum pondok pesantren dengan mengintegrasikan nilai-nilai tauhid pada kurikulum dan seluruh aktivitas belajar. Dengan konsep pendidikan integral berbasis tauhid yang mengacu kepada Sistem Pendidikan Nasional, maka nilai-nilai pendidikan demokratis tertuang dalam sendi-sendi pembelajaran di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok 2. Dalam penyelenggaran pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok aspek-aspek demokratis terlihat berjalan baik. Secara teoritis nilainilai demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok meliputi metode pembelajaran dan materi yang diajarkan baik didalam didalam maupun diluar kelas. Secara praktis nilai-nilai demokratis tercermin dalam keseharian santri di lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, seperti toleransi, saling menghargai perbedaan pendapat, tenggang rasa, serta kebebasan santri untuk menyampaikan pendapat secara bertanggung jawab dan masih berada dalam batas yang sewajarnya serta tetap menjunjung tinggi etika dan adab seorang santri kepada ustadz. 3. Pondok Pesantren Hidayatullah Depok juga memberikan ruang kebebasan santri untuk menyalurkan minat dan bakatnya dengan jalan memberikan fasilitas-fasilitas pendukung seperti sarana olah raga dan wadah berorganisasi untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh 63 64 santri. Selain itu, Santri juga diberikan keleluasaan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan diluar kampus seperti mengikuti seminar-seminar dalam rangka untuk meningkatkan dan memperluas wawasan santri. Di lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, aktivitas keseharian santri selalu memiliki nilai pendidikan. Hidup berasrama dengan segala dinamikanya membuat santri menjadi mandiri, lebih dewasa, dan memiliki jiwa kepemimpinan. Kehidupan berasrama dengan berbagai macam watak dan kepribadian yang berbeda antar santri menuntut para santri untuk memiliki sikap toleransi, saling menghormati, dan saling menghargai perbedaan pendapat. B. Saran Perlu kiranya mensosialisasikan lebih luas lagi pentingnya bersikap demokratis terutama dalam kehidupan santri dengan berbagai watak dan kepribadian. Di samping itu, untuk menunjang pendidikan yang lebih baik lagi sarana dan prasarana di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok perlu ditingkatkan agar lebih memadai sehingga santri memiliki banyak ruang dalam menyalurkan potensi-potensi yang dimilikinya. Kompetensi sumber daya manusia (pendidik) menjadi unsur penting dalam mencapai keberhasilan dalam belajar dan pembelajaran, oleh karenanya kualitas dan kreativitas pendidik di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok perlu ditingkatkan agar tercipta suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik, serta tercapainya tujuan pembelajaran. 64 DAFTAR PUSTAKA Al-Fandi Haryanto, Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Alkaf, H. Nuraida, Metodologi Penelitian Pendidikan, Ciputat: Islamic Research Publishing, 2005. Arifin, Anwar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Balai Pustaka, Cet.I, 2005. Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, Jakarta: Kalimah, Cet. III, 2001. Basrowi,“Membedah Senioritas dalam Dunia Pendidikan” http://opinisosiologipendidikan.blogspot.co.id/2015/03/membedahsenioritas -dalam-dunia.html diakses pada 20 Januari 2017 Dahuri, Olman. Pesantren-pesantren Berpengaruh di Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2015 Danim, Sudarman, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003 Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2014 Departemen Pendidikan Nasional, Teropong Pendidikan Kita, Ontology Artikel 2005-2006, Jakarta: Pusat Informasi dan Humanis Dep.Dik.Nas, 2006 Depdiknas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan, 2003), Dewantara, Ki Hajar. Bagian Pertama Pendidikan, Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1962 Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, Jakarta: LP3ES, 2015 Emzie, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rajawali Pers, 2011 Fiere, Pendidikan Sebagai Praktik Pembebasan, Jakarta: Gramedia, 1984 Gulo, W. Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Grasindo, 2002 Hasbullah. Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2010 65 66 -----. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001 Karim Rusli. M. “Pendidikan Islam Sebagai Upaya Pembebasan” dalam Pendidikan Islam Antara Cita dan Fakta, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991 Karya Tulis Ilmiah “Peranan Kyai dalam Pesantren” http://karyatulisilmiah.com/peranan-kyai-dalam-pesantren/ diakses pada 19 Januari 2017 Madjid, Nurcholis, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta: Paramadina, 1997 MD, Mahfud. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia (Studi Tentang Interaksi Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. II, 2003 Moleong J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 2002 Naqim, Ainun dan Syauqi, Ahmad, Pendidikan Multikultural: Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008 Nata, Abuddin, Manajemen Pendidikan, Jakarta: Prenada Media, 2003 Nova Rizqiawati, “Islam dan Demokrasi: Studi terhadap Nilai-nilai Demokrasi Di Pondok Pesantren Madinatunnajah Tangerang Selatan”, Tesis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: 2015 Nurdin, Diding, Reformasi Pendidikan Menuju Masyarakat Madani, Jakarta: Harian Pikiran Rakyat, 2008 Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. XII, 1985 Ramayulis, Dasar-dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Kalam Mulia, 2005 Rapar, J.H, Filsafat Politik Aristoteles, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet.II, 1993. Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Prenadamedia Group, 2013. Sarosa, Samiaji, Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Indeks, 2011 Sindunata, (ed). Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Yogyakarta: 2000. 67 Soyokmuti, Nurani. Teori-teori Pendidikan: dari Tradisional, (Neo) Liberal, Marxis-Sosialis, hingga Post Modern, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2015 Sudjiono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996 Sugandi, Ahmad, dkk. Teori Pembelajaran, Semarang: UPT MMK UNNES, 2004 Suyanto, Bagong dan Sutinah, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2005 Tilaar, H.A.R, Multikultural Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional, Jakarta: Grasindo, 2004. -----. Standarisasi Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 2012 Ubaidillah. A dkk, Pendidikan Kewargaan; Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani, Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000 Umiarso dan Zamroni, Pendidikan Pembebasan dalam Perspektif Barat dan Timur, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011 Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah, “Sekilas Tentang Pesantren Hidayatullah” http://hidayatullah.or.id/sekilas-hidayatullah/ diakses pada 27 April 2017 Yunus, M. Firdaus. Pendidikan Berbasis Realitas Sosial: Paulo Freire & YB. Mangunwijaya, Jogjakarta: Longung Pustaka, Cet.I, 2004 Wikipedia,“Pesantren”https://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren#Pesantrenmodern diakses pada 18 Januari 2017 Zurinal, Z dan Wahdi Sayuti. Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: Lembaga Pendidikan UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Pers, 2006 Lampiran I BERITA WAWANCARA Hari/Tanggal : 10 Februari 2017 Nara Sumber : Ustadz Abdul Muhaimin, MM Jabatan : Kepala Departemen Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Alamat : Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Pertanyaan Wawancara 1. Bagaimana kurikulum yang diterapkan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok 2. Apa saja program pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok 3. Bagaimana sistem pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Hasil Wawancara Kurikulum yang diterapkan dalam Pendidikan formal Pondok Pesantren Hidayatullah Yakni kurikulum Depdiknas ataupun kurikulum Departemen agama yang dipadukan dengan kurikulum integral berbasis tauhid. Artinya menanamkan nilai-nilai tauhid dalam setiap aktivitas belajar siswa. Adapun kurikulum non formal pondok pesantren ditetapkan secara lokal berdasarkan musyawarah asatidz Departemen Pendidikan Hidayatullah Depok, kurikulum non formal merupakan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan non formal (Diniyah) Pada awal berdirinya Pondok Pesantren Hidayatullah Depok tidak mempunyai rumusan yang baku tentang sistem pendidikan yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi pendidikan di pondok pesantren dalam artian sistem pengajaran masih menggunakan metode tradisional. Namun pada intinya Pondok pesantren Hidayatullah Depok mempunyai tujuan yang sama dengan pesantren pada umumnya yakni ilmu keagamaan. Pendidikan formal di Pondok Pesantren Hidayatullah memadukan antara kurikulum Diknas dan kurikulum Integral Berbasis Tauhid. Sejauh ini pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok memiliki beberapa jenjang diantaranya: PAUD, KB-TK, SD, SMP, MA dan STIE. 1 Adapun Pendidikan non formal adalah pendidikan yang dalam penyelenggaraannya diatur oleh internal pondok pesantren. Pendidikan non formal Pondok Pesantren Hidayatullah Depok meliputi: Aqidah, Bahasa Arab, Tahfidz, Halaqoh Ta’lim, dll. Tujuan Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok yakni bagaimana melahirkan kader-kader militan yang bertaqwa kepada Allah SWT dan memiliki Akhlakul Karimah, berkompeten dan memiliki keilmuan yang mempuni sehingga mampu memberikan bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, Tarbiyah dan dakwah menjadi Program unggulan pondok pesantren hidayatullah depok, maka pendidikan yang diberikan kepada siswa dengan tidak terlepas dari ajaran-ajaran tauhid, keilmuan agama dan umum. Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amal, Mempersiapkan santri untuk menjadi manusia yang alim dalam ilmu agama dimasyarakat. Kedua rumusan tujuan pondok pesantren tersebut diatas, pada dasarnya tidak berbeda jauh, ada tiga unsur utamanya didalamnya yaitu: membina santri agar berkepribadian muslim, menghayati ajaran agama dan agar berguna bagi agama, masyarakat dan bangsa. Dengan demikian tujuan pendidikan pondok pesantren mencerminkan keinginan luhur para ulama’ yaitu meningkatkan kualitas muslim dengan jalan tafaqquh fi al-din (menguasai ilmu agama) dan sekaligus menjadi manusia yang berkepribadian utuh (kaffah). Depok, 10 Februari 2017 Penulis (Ahmad Husain) Responden (Ustadz Abdul Muhaimin, MM) 2 BERITA WAWANCARA Hari/Tanggal : 11 Mei 2017 Nara Sumber : Ustadz Iwan Ruswanda, M.Pd.I Jabatan : Sekretaris Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Alamat : Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Pertanyaan Wawancara 1. Bagaimana sejarah berdirinya Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok 2. Bagaimana visi dan misi pesantren Hidayatullah Depok 3. Bagaimana sarana dan prasarana Pesantren Hidayatullah Depok 4. Bagaimana forum musyawarah Pesantren Hidayatullah Depok Hasil Wawancara Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok dirintis pendiriannya sejak tahun 1989. Kegiatan pertama dimasa perintisan berkisar pada penggarapan lahan dan shilaturrahim kepada masyarakat sekitar, mengingat kondisi lahan pesantren masih berupa hutan bambu yang lebat dan belum adanya prasarana dan sarana yang memadai. Pesantren Hidyatullah Depok yang kini beralamat di Jl. Raya Kalimulya, Kelurahan Kalimulya Rt.01 RW.05, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, saat perintisannnya berdiri di atas lahan wakaf seluas 3,5 ha. Tanah ini diwakafkan oleh simpatisan yang juga salah seorang tokoh perintis Pesantren Hidayatullah Depok yaitu almarhum Ustadz Agus Soetomo. Dalam bidang fisik mulai dibangun asrama santri yang sangat sederhana, gedung sekolah dan lainnya atas bantuan masyarakat. Pada tahun 1996, atas prakarsa KH. Usman Palese merintis kepanitian Kampus Terpadu yang melibatkan Pemerintah Kabupaten Bogor, Kotif Depok, LPM ISTN, Daksa Group dan para simpatisan Pondok Pesantren. Kepanitiaan ini telah berhasil membuat master plan dan maket, meratakan tanah, pengerasan jalan, pembangunan tujuh unit Guest House dari sepuluh unit yang direncanakan. Krisis moneter pada tahun 1997 yang disusul oleh krisis-krisis lainnya, membuat upaya mewujudkan Pembangunan Kampus Terpadu mengalami kendala, akan tetapi hal ini tidak menyurutkan semangat para pengurus Pondok Pesantren untuk 3 terus melibatkan ummat didalam beramal shaleh melalui Pondok Pesantren Hidayatullah. Pada bulan September 2011, terjadi perubahan status PPH Depok menjadi salah satu dari tujuh Kampus Utama Hidayatullah se- Indonesia. Kepengurusan ketua yayasan berganti dari Ust. Ir. M. Abu A’la Abdullah, MH.I kepada Ust. Drs. Wahyu Rahman. Dan saat ini amanah ketua yayasan diemban oleh Ust Lalu Mabrul, M.Pd.I dan sekretaris Muhammad Iwan Ruswanda, M.Pd.I yang dilantik pada bulan Februari silam. Visi dan Misi VISI Menjadi Kampus Miniatur Peradaban Islam MISI 1. Menyelenggarakan pendidikan integral berbasis Tauhid 2. Menyelenggarakan Koperasi dan ekonomi keumatan yang berdaya saing 3. Memberdayakan kaum Dhu’afa dan Mustadh’afin 4. Mengembangkan Kampus yang Alami, Ilmiah dan Islamiah. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Pondok Pesantren Hidayatullah Depok menjadikan masjid sebagai pusat peradaban. Masjid merupakan sarana utama tak hanya sebagai tempat beribadah, namun masjid juga dijadikan sarana dalam berbagai kegiatan pendidikan dan keagamaan. Selain masjid ada beberapa sarana dan prasarana yang menunjang pendidikan yakni beberapa unit gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, asrama untuk tempat tinggal santri dan lapangan olah raga Depok, 11 Mei 2017 Penulis (Ahmad Husain) Nara Sumber (Ustadz Iwan Ruswanda, M.Pd.I) 4 BERITA WAWANCARA Hari/Tanggal : 21 Februari 2017 Nara Sumber : Ustadz Andi Ahmad Suhendar, S.Pd Jabatan : Kepala Sekolah MA Hidayatullah Depok Alamat : Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Pertanyaan Wawancara 1. 2. 3. 4. Bagaimana Visi dan Misi MA Hidayatullah Depok Bagaimana Organisasi Siswa MA Hidayatullah Depok Bagaimana metode pembelajaran di MA Hidayatullah Depok Bagaimana sistem Pendidikan Demokratis di MA Hidayatullah Depok Hasil Wawancara Madrasah Aliyah (MA) Integral Hidayatulah adalah lembaga pendidikan formal setingkat SMA yang berada di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, berafiliasi ke Departemen Agama Kota Depok, Pada awal berdirinya, Madrasah Aliyah Hidayatullah berada di Wilayah Kabupaten Bogor tepatnya di daerah Cilember Cisarua Bogor, beroperasi pada tahun pelajaran 2000/2001. Kemudian, seiring perpindahan lokasi dan pengurus Pesantren Hidayatullah Bogor ke Pesantren Hidayatullah Depok, maka berpindah pula seluruh siswa dan guru Madrasah Aliyah Hidayatullah ke Depok pada tahun pelajaran 2002/2003. Di Pesantren Hidayatullah Depok, MA Integral Hidayatullah beroperasi dan berkembang dibawah naungan Departemen Pendidikan Hidayatullah Depok. Pada awalnya MA Integral Hidayatullah bernama MA Hidayatullah, tetapi pada tahun 2007 ada kebijakan dari Pimpinan Pusat Hidayatullah bahwasanya seluruh sekolah formal dari jenjang TK sampai SMA yang berada di bawah naungan Pesantren Hidayatullah di seluruh Indonesia, harus merubah atau menambahkan nama sekolah menjadi Sekolah Integral Hidayatullah, sebagai ciri khas sekolah Hidayatullah di seluruh Indonesia. Maka sejak saat itu, MA Hidayatullah menambahkan nama sekolahnya menjadi MA Integral Hidayatullah Depok. Sebagaimana yang tertuang dalam Visi SMA Hidayatullah Depok, yakni; Terwujudnya murid berjiwa pemimpin bertauhid, berakhlaqul karimah dan berwawan luas. Menanamkan nilai-nilai tauhid kepada peserta didik dalam setiap aktivitas baik disekolah maupun diluar sekoah dengan tujuan peserta didik memiliki aqidah yang benar, rajin beribadah, serta berakhlaqul karimah. Tak 5 hanya berkompeten dalam ilmu keagamaan, namun juga mahir dalam ilmu umum. Hal ini dapat dicapai melalui program program yang dimiliki oleh SMA Hidayatullah Depok yaitu: memadukan antara kurikulum Diknas dan kurikulum Pondok Pesantren yaitu kurikulum berbasis tauhid, pembiasaan ibadah wajib dan sunnah yang tersistem, hafalan Al-Qur’an minimal 12 juz, english dan arabic community, model pembelajaran yang integral dan islami, hafalan hadits arbai’in annawawi, dan pandu hidayatullah. Organisasi siswa MA hidayatullah meliputi: OSIS dan PANDU Hidayatullah Dalam penyelenggaran pendidikan di pesantren hidayatullah depok sangat mengedepankan aspek demokratis seperti toleransi, saling menghargai, tenggang rasa, serta memberikan ruang kepada santri untuk berekspresi menyalurkan minat dan bakatnya dan juga kebebasan menyampaikan pendapat namun tetap dalam koridor yang sewajarnya, tetap menjunjung tinggi etika dan adab seorang murid kepada guru. Murid harus mampu membedakan adab dalam meyampaikan pendapat antara murid dengan guru dan murid dengan sesama murid lainnya. Disamping itu pondok pesantren hidayatullah juga depok memberikan ruang kebebasan santri untuk mengeksplor minat dan bakatnya dengan jalan memberikan fasilitas-fasilitas pendukung seperti misalnya santri yang memiliki bakat dibidang jurnalis maka santri diberikan untuk menulis kemudian disalurkan kemedia yang berada dibawah naungan hidayatullah sendiri. Demikian juga dengan santri yang memiliki bakat dibidang oleh raga, ada fasilitas berupa sarana olah raga untuk santri menyalurkan minat dan bakatnya. Santri juga diberikan keleluasaan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan diluar kampus seperti mengikuti seminar-seminar dalam rangka untuk meningkatkan dan memperluas wawasan santri. Depok, 21 Februari 2017 Penulis (Ahmad Husain) Nara Sumber (Ustadz Andi Ahmad Suhendar, S.Pd) 6 BERITA WAWANCARA Hari/Tanggal : 8 Maret 2017 Nara Sumber : Ustadz Abdurrahman Hakim, S.Pd.I Jabatan : Kepala Sekolah SMP Hidayatullah Depok Alamat : Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Pertanyaan Wawancara 1. 2. 3. 4. Bagaimana Visi dan Misi SMP Hidayatullah Depok Bagaimana Organisasi Siswa SMP Hidayatullah Depok Bagaimana metode pembelajaran di SMP Hidayatullah Depok Bagaimana sistem Pendidikan Demokratis di SMP Hidayatullah Depok Hasil Wawancara SMP Hidayatullah depok merupakan program pendidikan yang berada dibawah naungan Departemen Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Integrasi nilai-nilai tauhid pada kurikulum dan seluruh aktivitas belajar. Tetapi juga mengikat makna, sehingga karakter siswa terbentuk untuk senang beribadah, beramal shaleh serta memiliki akhlaqul karimah. “Program pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai tauhid pada kurikulum dan seluruh aktivitas belajarnya. Santri tidak hanya memahami ilmu, tetapi juga mengikat makna, sehingga karakter santri terbentuk untuk senang beribadah, beramal shaleh dan berperilaku baik” Pendidikan Integral Islamic Boarding School Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Sama halnya dengan MA Hidayatullah Depok, Organisasi siswa di SMP Hidayatullah Meliputi OSIS dan Pandu Hidayatullah. Dalam penyelenggaran pendidikan di pesantren hidayatullah depok sangat mengedepankan aspek demokratis seperti toleransi, saling menghargai, tenggang rasa, serta memberikan ruang kepada santri untuk berekspresi menyalurkan minat dan bakatnya dan juga kebebasan menyampaikan pendapat namun tetap dalam koridor yang sewajarnya, tetap menjunjung tinggi etika dan adab seorang murid kepada guru. Murid harus mampu membedakan adab dalam meyampaikan pendapat antara murid dengan guru dan murid dengan sesama murid lainnya. 7 Pendidikan demokratis di pondok pesantren hidayatullah tercermin dalam aktivitas keseharian santri di lingkungan pesantren baik secara teoritis maupun secara praktis. hal ini terlihat dalam sistem pendidikan, model pembelajaran, proses belajar mengajar, serta materi yang diajarkan. Dalam kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren hidayatullah, santri tidak dibatasi untuk menyampaikan pendapatnya selama bernilai positif dan dapat dipertanggung jawabkan, bahkan senantiasa diberikan stimulan agar santri berpikir kritis dan tanggap terbiasa berbicara didepan umum. Disamping itu pondok pesantren hidayatullah juga depok memberikan ruang kebebasan santri untuk mengeksplor minat dan bakatnya dengan jalan memberikan fasilitas-fasilitas pendukung seperti misalnya santri yang memiliki bakat dibidang jurnalis maka santri diberikan untuk menulis kemudian disalurkan kemedia yang berada dibawah naungan hidayatullah sendiri. Demikian juga dengan santri yang memiliki bakat dibidang oleh raga, ada fasilitas berupa sarana olah raga untuk santri menyalurkan minat dan bakatnya. Santri juga diberikan keleluasaan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan diluar kampus seperti mengikuti seminar-seminar dalam rangka untuk meningkatkan dan memperluas wawasan santri. Depok, 8 Maret 2017 Penulis (Ahmad Husain) Responden (Ustadz Abdurrahman Hakim, S.Pd.I) 8 PROFIL SEKOLAH 1. Nama Sekolah : SMP INTEGRAL HIDAYATULLAH 2. Alamat : Jalan : Jalan Raya Kalimulya Desa/Kelurahan : Kalimulya Kecamatan : Cilodong Kabupaten/Kota : Depok Provinsi : Jawa Barat No. Telp/HP : 021 – 77835353 3. NamaYayasan AlamatYayasan : Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah : Kp. Kebon Duren Kalimulya RT 01/05 Cilodong KotaDepok 4. NSS/NIS/NPSN : 202027703001 / 201070 / 20229003 5. Jenjang Akreditasi : Terakreditasi C 6. Tahun Didirikan : 1997 7. Tahun Beroperasi : 1999 8. Kepemilikan Tanah : Yayasan a. Status tanah : SHM/HGB/Hak pakai/AJB/Hibah*) b. Luas Tanah : 5.750 m2 9. Status Bangunan : Milik Yayasan a. Surat Ijin Bangunan : Nomor:……………………… b. Luas Seluruh Bangunan : 480 m2 10.Nomor Rekening Sekolah : 0253200084102 BJB Cabang Depok A. VISI SEKOLAH “Mencetak Generasi Islam yang Unggul Untuk Mendukung Terwujudnya Peradaban Islam” Indikator Visi a. Unggul dalam karakter spiritual keagamaan 1. Bertauhid kuat 2. Berakhlaq qur’ani 3. Beribadah tekun 4. Berdakwah aktif 1 b. Unggul dalam bidang akademik c. Unggul dalam penguasaan al Qur’an d. Unggul dalam bidang bahasa arab & inggris e. Unggul dalam bidang life skill f. Unggul dalam pelayanan B. MISI SEKOLAH 1. Menyelenggarakan pendidikan menengah sistem boarding school dengan perpaduan kurikulum diknas dan kurikulum pesantren integral berbasis tauhid. 2. Menumbuhkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama melalui ibadah yang teratur dan terkontrol. 3. Meningkatkan prestasi melalui proses belajar mengajar yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. 4. Menigkatkan profesionalisme guru melalui pelatihan dan training pendidikan. 5. Menyiapkan calon penghafal al qur’an 6. Meningkatkan kompetensi berkomunikasi bahasa arab dan inggris 7. Berdakwah melalui pendidikan 8. Mengutamakan keteladanan dan kasih sayang dalam proses pendidikan 9. Mengembangkan lingkungan pendidikan yang islamiah, ilmiah dan alamiah 10. Menyelenggarakan pengelolaan dan pelayanan sekolah yang baik 11. Meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan yang berkarakter integral C. TUJUAN SEKOLAH DALAM 5 TAHUN Dalam kurun waktu lima tahun ke depan (dari tahun 2016) tujuan yang akan dicapai adalah: 1. Terakreditasi nilai A 2. Terwujudnya standarisasi dan system penjamin mutu 3. Tercapainya program unggulan tahfidz qur’an kelas khusus 15-30 juz di tahun 2018 4. Tercapainya kelas baru pararel 4 kelas di tahun 2019 2 5. Tercapainya kualitas lulusan dengan hafalan Al-Quran minimal 6 juz untuk kelas reguler 6. Tercapainya prestasi akademik dan non akademik skala provinsi di tahun 2019 7. Tercapainya kualitas lulusan dengan rata-rata nilai UN 7.00. 8. Tercapainya kelulusan yang memiliki karakter spiritual keagamaan. 9. Tercapainya lulusan yang mampu menyalurkan kemampuan, bakat, minat dan cita-cita sesuai dengan harapan. 10. Tercapainya lulusan yang memiliki ketrampilan berbahasa Arab dan Inggris 11. Standart Tenaga Pendidik minimal S-1, berkompeten di bidangnya. 12. Terciptanya lingkungan pendidikan yang islamiyah, ilmiyah dan alamiyah 3 SUSUNAN PENGURUS SMP INTEGRAL HIDAYATULLAH DEPOK TAHUN PELAJARAN: 2016-2017 Ketua Yayasan PPHD : Ust. Lalu Mabrul, M.Pd.I Ketua Departemen Pendidikan : Ust. Abdul Muhaimin, M.M. Ketua Komite Sekolah : Ust. Muh Shidik Kepala Sekolah : Ust. Abdurrahman Hakim, S.Pd.I Waka Kurikulum : Ust. Muhammad Ishak, SE, S.Pd.I Waka Kemuridan : Ust. Lailman, S.H.I Kepala Tata Usaha : Ust. Hanifudin, SE Wali Kelas VII. A (Tujuh) : Ust. Muhammad Ishak, SE, S.Pd.I Wali Kelas VII. B (Tujuh) : Ust. Yusuf Setiawan, S.Kom.I Wali Kelas VIII (Delapan) : Ust. Candra Dwiyuniar, SE Wali Kelas IX (Sembilan) : Ust. Lailman, S.H.I Koordinator Tahfidz Al Qur’an : Ust. Abdul Hakim Koordinator Laboran/Perpustakaan : Ust. Yusuf Setiawan, S.Kom.I 4 DATA NOMOR TELPON GURU SMP INTEGRAL HIDAYATULLAH TAHUN PELAJARAN : 2016- 2017 MATA NO NAMA GURU PELAJARAN 1 Ust. Abdurrahman Hakim Akhlaq, Hadits 0813 1818 6964 Kepala Sekolah 2 Ust. Muhammad Ishak B. Arab & Fikih 0819 4668 5016 Waka Kurikulum 3 Ust. Lailman Tauhid, Tasrif 0852 1191 3512 Waka Kemuridan 4 Ust. Hanifudin TIK 0821 1130 8730 Kepala TU 5 Ust. Muhammad Ishak B. Arab & Fikih 0819 4668 5016 Wali Kelas VII A 6 Ust. Yusuf W S. SKI 0852 3268 4037 Wali Kelas VII B 7 Ust. Chandra Dwi Yuniar MTK, B. Inggris 0858 1160 5894 Wali Kelas VIII 8 Ust. Lailman Tauhid, Tasrif 0852 1191 3512 Wali Kelas IX 9 Ust. Irfan Fauzi IPS, Tifan 0812 1706 2960 Gubid 10 Ust. Ahmad Ali I.A IPA 0853 1908 2896 Gubid 11 Ust. Sofyan B. Indonesia 12 Ust. Abdul Hakim Qur’an 0878 7404 3383 PJ Tahfid Qur’an 13 Ust. Aminullah Qur’an 0813 5026 9987 Gubid 14 Ust. Abdul Muis Qur’an Gubid 15 Ust. Imron Qur’an Gubid 16 Ust. Fauzan Qur’an Gubid 17 Ust. Samsul Qur’an Gubid 18 Ust. Asnawi Qur’an Gubid 19 Ust Triono Pandu Gubid Ekskul 20 Ust. Fakhrudin Futsal Gubid Ekskul 5 NO HP AMANAH Gubid MADRASAH ALIYAH HIDAYATULLAH KOTA DEPOK معهد هداية اهلل اإلسالمى PROFIL SEKOLAH MADRASAH ALIYAH HIDAYATULLAH KOTA DEPOK PROPINSI JAWA BARAT TAHUN PELAJARAN 2016/2017 A. IDENTITAS SEKOLAH Nama Sekolah : Madrasah Aliyah Hidayatullah Kode Sekolah : 513 Status Sekolah : Negeri √ Swasta NPSN : 20223906 NSS : 131232760019 Status Akreditasi : A √ B C Belum terakreditasi NIS Tanggal berlaku piagam Akreditasi : Alamat Sekolah : Jl. Raya Kalimulya RT 01/05 Kel. Kali Mulya Kec. Cilodong Kota Depok e-mail : [email protected] Website : hidayatullahdepok.org Kurikulum : 2004 KTSP √ 2013 B. IDENTITAS KEPALA SEKOLAH Nama Kepala Sekolah : Andi Ahmad Suhendar, S. Pd.I NIP : Izin Memimpin : Surat Keputusan : Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Nomor : 008/A/SK-PPH/VI/2016 Berlaku Tanggal : 26 Juni 2016 Alamat Rumah : PP Hidayatullah RT 01/05 Kel. Kalimulya Kec. Cilodong Kota Depok Telepon : e-mail : [email protected] Nomor HP : 0812 1888 0028 C. PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL Penyelenggaraan Ujian Nasional (pilih salah satu: a, b, atau c) a. Belum menyelenggarakan ujian Nasional b. Mandiri/Penyelenggara c. Menggabung ke SMA/MA : Kode Sekolah: 508 D. REKAPITULASI SISWA 1. Jumlah siswa kelas X Tahun Pelajaran 2016/2017 UMUM L P JML 90 33 123 JML TOTAL L P 90 33 2. Jumlah siswa kelas XI Tahun Pelajaran 2016/2017 L BHS P JML L 90 IPA P 33 JML L - IPS P - JML - JML TOTAL L P 90 33 Office : Jl. Raya Kalimulya Rt. 01/05, Kec. Cilodong, Kota Depok. 16413 Tel. 021- 77835353 Fax. 021- 87909613 www.hidayatullah.com ; email ; [email protected] معهد هداية اهلل اإلسالمى MADRASAH ALIYAH HIDAYATULLAH KOTA DEPOK 3. Jumlah Siswa Kelas XII Tahun Pelajaran 2016/2017 L 20 BHS P JML 20 L IPA P JML L - IPS P - JML - JML TOTAL L P 20 - 4. Rekapitulasi Jumlah Siswa Kelas X s.d XII Tahun Pelajaran 2016/2017 L BHS P JML L IPA P JML L 40 IPS P - JML 40 JML TOTAL L P 40 - 5. PESERA AGAMA UJIAN NASIONAL/SEKOLAH KELAS XII (TP 2016/2017) AGAMA IPA L P JML IPS L P JML Islam Kristen Hindu Budha Kong khuChu JUMLAH JML TOTAL L P 90 33 JML L+P 123 Depok, 16 Desember 2016 Kepala Sekolah Andi Ahmad Suhendar, S. Pd. I Office : Jl. Raya Kalimulya Rt. 01/05, Kec. Cilodong, Kota Depok. 16413 Tel. 021- 77835353 Fax. 021- 87909613 www.hidayatullah.com ; email ; [email protected] RIWAYAT HIDUP PENULIS Husain dilahirkan di Tanjung Tengah, 7 juni 1992 Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Alamat: Jl. Tanjung Tengah, Rt.6/2 No.4 Penajam Paser utara Nama lengkapnya adalah Ahmad Husain, lahir dari pasangan Bapak Suddin Sinaja dan Ibu Ratia, Ia Merupakan anak ke enam dari sepuluh bersaudara. Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 036 Penajam Paser Utara (Kalimantan Timur), kemudian melanjutkan di SMP Integral Al-muzammil Penajam Paser Utara, setelah lulus SMP ia memutuskan untuk merantau keluar kota untuk melanjutkan studi ke jenjang SMA tepatnya di SMA Hidayatullah kota Bontang. Perantauannya terus berlanjut hingga sampailah ia di Ibu Kota untuk melanjutkan studi ke jenjang Perguruan Tinggi yakni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia aktif di berbagai organisasi baik organisasi internal, ekternal kampus maupun primordial. Sesuai motto hidupnya “menjadi aktor terbaik dibalik monitor kehidupan” itulah yang menjadi motivasi dan semangat hidupnya untuk senantiasa berbuat dan bergerak, karena ia yakin disetiap pergerakan selalu akan ada keberkahan.