nilai-nilai pendidikan demokratis di pesantren

advertisement
NILAI-NILAI
PENDIDIKAN DEMOKRATIS DI PESANTREN
(Studi Kasus pada Pondok Pesantren Hidayatullah Depok)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
AHMAD HUSAIN
NIM : 1112011000112
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
ABSTRAK
Ahmad Husain, NIM: 1112011000112, Nilai-nilai Pendidikan Demokratis
(Studi Kasus pada Pondok Pesantren Hidayatullah Depok)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan
demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, baik secara teori dalam
proses belajar mengajar, maupun secara praktik dalam keseharian santri
dilingkungan pesantren. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 Januari sampai
bulan Mei 2017. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode
deskriptif kualitatif analitis dengan menggunakan teknik pengumpulan data
berupa observasi, interview dan studi dokumentasi.
Penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan yang diselenggarakan di
Pondok Pesantren Hidayatullah Depok adalah pendidikan yang mengandung nilainilai demokratis yang berdasar pada sistem pendidikan integral berbasis tauhid,
yaitu pendidikan yang mengintegrasiskan pendidikan formal dengan pendidikan
pesantren, diantara nilai-nilai demokratis yang berjalan dalam penyelenggaraan
pendidikan di Pesantren Hidayatullah Depok yakni: Pertama dalam proses belajar
mengajar baik di dalam maupun di luar kelas, santri dibiasakan untuk berani
berbicara dan mengeluarkan pendapat secara beretika dan bertanggung jawab.
Keduamendidik santri agar terbiasa mendengar dengan baik dan menghargai
pendapat orang lain. Ketiga dalam keseharian santri di lingkungan Pondok
Pesantren Hidayatullah Depok dengan berbagai watak dan kepribadian, santri
senantiasa diajarkan dan dibiasakan untuk bersikap toleransi, saling menghormati,
dan saling menghargai perbedaan. Keempat santri diberikan ruang kebebasan
untuk berkreasi dan berekspresi menyalurkan minat dan bakatnya sesuai dengan
potensi yang dimiliki oleh masing-masing santri.
Beberapa saran yang diperkirakan dapat menjadi bahanpertimbangan bagi
Pondok Pesantren Hidayatullah Depok yaitu senantiasa menanamkan
pemahamantentang pentingnya bersikap demokratis terutama dalam kehidupan di
lingkungan pesantren dengan berbagai watak dan kepribadian, juga perlunya
meningkatkan kualitas dan kreativitas pendidik (ustadz) serta meningkatkan
sarana dan prasarana pendidikan agar tercapainya tujuan pembelajaran.
i
ABSTRACT
Ahmad Husain, student ID number 1112011000112, Democratic
Education Values (A Case Study in Hidayatullah Boarding School Depok)
This study aimed to know the democratic education values in Hidayatullah
Islamic Boarding School Depok, from learning and teaching process theoritically
or with the students' environment daily activity practically. The study was
conducted on January 30th, 2017 upto May 2017. the writer used analytical
qualitative descriptive method and collecting data technique were observation,
interview, and documentation study.
This study is to prove that the education which was held in Hidayatullah
boarding school depok contained democratic education values based on integral
educational system of tauhid, the education which is integrating formal and
boarding school education. There are some democratic education values in
Hidayatullah Boarding School Depok. First, in learning and teaching process the
students are taught to be brave to ask and to argue politely and responsibly.
Second, educating boarding school students to have become a customed in
listening and respect to one and another. Third, in boarding school students' daily
activities with varieties characters and personalties, they were taught to behave
tolerance to others, respect each other, and respect the diversity. Fourth, boarding
school students were give some freedom to create and to express their proclivities
and talents based on potention that they have.
Some suggestions may able to be considered by Hidayatullah Boarding
School Depok, they are: used to implant the understanding of the importance to
behave democratic, mainly in life of boarding school environment with varieties
of characters and personalities, and they need to enhance the quality and creativity
of the teachers and also to enhance tools and infrastructures for the learning goal
achievement.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya milik Allah SWT Tuhan
semesta alam yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Berkat limpahan rahmat
dan kasih sayang-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa ajaran agama Islam dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang menderang, sehingga sampai detik ini kita
masih bisa merasakan nikmatnya Iman dan Islam.
Skripsi yang berjudul Nilai-nilai Pendidikan Demokratis (Studi Kasus
pada Pondok Pesantren Hidayatullah Depok), ini merupakan buah dari hasil
perjuangan selama menempuh Studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana (S.Pd)
Banyak pihak yang telah membimbing dan membantu dalam
proses
penulisan skripsi ini, sehingga dengan izin Allah yang Maha Pengasih dan
Penyayang dibaringi dengan ikhtiar dan do’a penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Dengan segala hormat penulis sampaikan terima kasih juga kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. H. Abdul Madjid Khon, M.Ag dan Marhamah Saleh, Lc., M.A, selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
3. Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, selaku dosen pembimbing yang dengan
kesabaran, keikhlasan, dan ketulusan memberikan bimbingan, arahan serta
masukan kepada penulis.
4. Marhamah Saleh, Lc.,M.A, selaku dosen penasehat akademik yang senantiasa
memberikan nasehat serta bimbingan akademik kepada penulis.
5. Kedua orang tua penulis Ayahanda Suddin Sinaja dan Ibunda Ratia yang
selalu memberikan dukungan baik berupa moril maupun materil, yang
senantiasa melantunkan doa-doa untuk kesuksesan anak-anaknya.
iii
6. Ustadz Iwan Ruswanda, selaku sekretaris yayasan Pondok pesantren
hidayatullah depok, terima kasih telah menerima dan memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Ustad Abdurrahman, selaku kepala sekolah SMP Hidayatullah Depok yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan data dan informasi
terkait penelitian yang penulis lakukan
8. Ustadz Suhendar, selaku kepala sekolah MA Hidayatullah Depok, yang juga
tidak bosan-bosannya meluangkan waktunya untuk diwawancarai dan
berbincang-bincang terkait pendidikan di MA Hidayatullah Depok
9. Ustad Muhaimin, selaku Kepala Departemen Pendidikan Pondok Pesantren
Hidayatullah Depok yang bersedia menerima penulis untuk melakukan
penelitian dipendidikan pondok Pesantren Hidayatullah Depok
10. Kawan-kawan seperjuangan di tanah rantau Keluarga Pelajar Mahasiswa
Kalimantan
Timur
kebersamaannya
(KPMKT)
Cabang
Jakarta,
terima
kasih
atas
menjalin ukhuwah persaudaraan sesama mahasiswa asal
Kalimantan Timur yang sedang menempuh studi di Ibu Kota.
11. Kanda dan Yunda HMI Cabang Ciputat, Yakin Usaha Sampai.
12. Teman-teman “Kanca C” Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas C
yang selalu siap untuk membantu, yang selalu memberikan support, yang
selalu ada dalam keadaan suka maupun duka, terima kasih atas perkawanan
selama ini
13. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang penulis tidak sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT
membalas dengan kebaikan, Aamien
Ciputat, 8 Juni 2017
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 10
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian.............................................. 10
1. Pembatasan Masalah ................................................................................... 10
2. Perumusan Masalah .................................................................................... 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................................... 11
BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PENDIDIKAN DEMOKRATIS DAN
PESANTREN
A. Pendidikan Demokratis ..................................................................................... 13
1. Pengertian Pendidikan ................................................................................. 13
2. Pengertian Demokrasi ................................................................................. 16
3. Pendidikan Demokratis .............................................................................. 18
4. Sejarah Pendidikan Demokratis di Indonesia ............................................. 20
B. Nilai-nilai Pendidikan Demokratis .................................................................... 21
C. Desain Pembelajaran Demokratis ..................................................................... 24
D. Pondok Pesantren .............................................................................................. 26
1. Pengertian Pondok Pesantren ...................................................................... 26
2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren di Indonesia .................................... 27
3. Unsur –unsur Pondok Pesantren ................................................................ 28
4. Tradisi Pondok Pesantren............................................................................ 31
E. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................................... 32
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Peneltian ............................................................................ 34
B. Metode Penelitian.............................................................................................. 34
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 35
1. Observasi ..................................................................................................... 35
2. Interview/Wawancara ................................................................................. 36
3. Studi Dokumentasi ...................................................................................... 36
D. Sumber Data ...................................................................................................... 37
1. Data Primer ................................................................................................. 37
2. Data Sekunder ............................................................................................. 37
E. Fokus Penelitian ................................................................................................ 37
F. Prosedur Pengumpulan Data dan Perekaman Data ........................................... 38
1. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................................... 38
2. Perekaman Data .......................................................................................... 38
G. Teknik Analisis Data........................................................................... .............. 39
H. Pemeriksaan/Pengecekan Keabsahan Data ....................................................... 39
BAB IV PEMBAHASAN
A. Profil Pondok Pesantren Hidayatullah Depok................................................... 41
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Hidayatullah Depok ....................... 41
2. Visi dan Misi ............................................................................................... 42
3. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Hidayatullah Depok ................... 43
B. Program Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok ........................... 43
1. Jenis dan Jenjang Pendidikan ...................................................................... 45
2. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok ................. 58
C. Organisasi Santri Pondok Pesantren Hidayatullah Depok ................................ 49
D. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok .............................. 50
E. Pembelajaran Demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok .............. 52
1. Metode Pembelajaran di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok .............. 52
2. Pendidikan Demokratis di Pesantren Hidayatullah Depok ......................... 55
vi
3. Implementasi Pendidikan Demokratis di Pondok Pesantren
Hidayatullah Depok .................................................................................... 58
F. Kendala-kendala Pondok Pesantren Hidayatullah Depok dalam
Menerapkan Nilai-nilai Pendidikan Demokratis ............................................... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 63
B. Saran .................................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.1
Pendidikan merupakan suatu upaya dalam mempersiapkan sumber
daya manusia yang berkualitas sesuai tuntutan pembangunan bangsa.
Perwujudan masyarakat berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab
pendidikan, terutama dalam menyiapkan peserta didik menjadi subjek yang
makin berperan dalam menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh,
kreatif, mandiri, dan professional pada bidang masing-masing. Hal tersebut
dapat dicapai melalui perbaikan kualitas pendidikan karena pada dasarnya
Pendidikan merupakan upaya agar manusia terhindar dari berbagai bentuk
penindasan, kebodohan, dan ketertinggalan. Artinya, pendidikan merupakan
bentuk pembebasan yang mengeluarkan manusia dari berbagai belenggu.2
Pendidikan pada dasarnya ialah upaya untuk mengantarkan manusia
dari ketidaktahuan menjadi tahu atau berpengetahuan. melalui pendidikan
seseorang mendapatkan kebebasan untuk menggali dan mengembangkan
potensi yang dimilikinya. Secara substansial maksud dan tujuan pendidikan
sebagaimana yang tertera dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang telah dijelaskan di atas.
1
Depdiknas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan, 2003), h. 65
2
Umiarso & Zamroni, Pendidikan Pembebasan dalam Perspektif Barat & Timur,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 25-26
1
2
Dalam
terwujudnya
era
suatu
global
ini,
masyarakat
masyarakat
baru.
Yaitu
Indonesia
menginginkan
terwujudnya
kemajuan,
kesejahteraan, kebahagiaan, keterbukaan, keadilan, saling menghormati, dan
menghargai. Selain itu masyarakat yang di dalamnya ada penegakan hukum
dengan adil, hak asasi manusia yang dihargai, sehingga tercipta bangsa yang
aman dan sejahtera bagi seluruh penghuninya. Masyarakat yang demikian
disebut pula dengan istilah masyarakat madani.3
Mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang baldatun toyyibatun
warabbun gofur atau masyarakat madani, dapat dimulai dari mewujudkan
pendidikan
yang didalamnya
terkandung nilai-nilai
toleransi,
saling
menghargai atas perbedaan dan saling menghormati antar sesama manusia
yakni pendidikan yang mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi. sehingga
akan melahirkan manusia-manusia yang mampu bermasyarakat secara baik.
Pendidikan demokratis merupakan paradigma pendidikan yang harus
dikembangkan di era global ini. Yakni, pendidikan yang mengembangkan
prinsip-prinsip demokrasi. seperti, pendidikan yang menghargai perbedaan
pendapat, kebebasan untuk mengaktualisasikan diri-sendiri, pendidikan yang
membangun moral, yang pada akhirnya mengantarakan peserta didik semakin
dekat kepada sang pencipa.4
Saat ini model pendidikan yang dibutuhkan adalah model pendidikan
yang demokratis, partisipatif, dan humanis. Adanya suasana saling
menghargai,
adanya
kebebasan
berpendapat/berbicara,
kebebasan
mengungkapkan gagasan, adanya keterlibatan peserta didik dalam berbagai
aktivitas di sekolah, kemampuan hidup bersama-sama dengan teman-teman
yang mempunyai pandangan yang berbeda.5
3
Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran Yang Demokratis & Humanis,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 151
4
Ibid., 155
5
Departemen Pendidikan Nasional, Teropong Pendidikan Kita, Ontology Artikel
2005-2006, (Jakarta: Pusat Informasi dan Humanis Depdiknas, 2006) Cet I, h. 14
3
Pendidikan demokratis merupakan paradigma baru dalam pendidikan
dan nampaknya agak sedikit tabu di kalangan sebagian masyarakat, karena
istilah demokrasi lebih cendrung kepada konsep sebuah negara yakni
kedaulatan ditangan rakyat. Namun jika demokrasi kita kaitkan dengan
pendidikan maka hal ini sejalan dengan hakikat dan tujuan pendidikan itu
sendiri.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ramayulis mekanisme
berdemokrasi dalam politik tidak sepenuhnya sesuai dengan mekanisme
dalam kepemimpinan lembaga pendidikan, namun secara substantif,
sekolah demokratis adalah membawa semangat demokrasi tersebut dalam
perencanaan, pengelolaan, dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan
di sekolah.6
Dalam rangka mendorong dan menumbuh kembangkan pendidikan
yang demokratis, setidaknya ada beberapa kemampuan dasar yang meski
dikembangkan yang nantinya dapat menjadi bekal yang ampuh dalam hidup
masyarakat, kemampuan dasar yang mesti dikembangkan itu diantaranya
kemampuan berkomunikasi, jiwa eksploratis, kreatif serta integral.7
Proses demokrasi pendidikan lazimnya akan berlangsung antara tenaga
pendidikan dengan peserta didik dalam pergaulan baik secara perorangan
maupun secara kelompok. Yang demikian tidak hanya berlangsung dalam
bentuk tatap muka, tapi dapat pula terjadi dengan menggunakan media cetak
ataupun elektronik. Namun tidak semua pergaulan tersebut berintikan
demokrasi pendidikan, kecuali ada maksud dari pendidikan agar peserta didik
terpengaruh, sehingga peserta didik mampu mengembangkan diri untuk
mencapai kedewasaan dan mampu mengubah tingkah lakunya untuk mencapai
sesuatu yang bermanfaat serta tergalinya potensi-potensi yang dimiliki oleh
peserta didik.8
6
Ramayulis, Dasar-dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta:
Kalam Mulia, 2002), h. 312
7
Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., h. 15
8
Ramayulis, loc. cit.
4
Sebagai salah satu komponen dalam pendidikan, pendidik meski
menyadari bahwa tugas pokoknya adalah mengantarkan peserta didik menjadi
manusia yang menyadari akan kelebihan dan potensi yang ia miliki melalui
suatu proses pembelajaran, mengapresiasi setiap pencapaian peserta didik,
serta mampu menghadirkan suasana nyaman sehingga peserta didik merasa
dihargai dan merasa dianggap ada. Dengan demikian maka peserta didik akan
memiliki rasa percaya diri.
Proses pendidikan demokrasi ditujukan kepada pengembangan pribadi
yang mandiri dan bertanggung jawab. Pendidikan untuk pribadi yang mandiri
merupakan suatu proses yang mengembangkan akal budinya supaya pribadi
tersebut dapat mengambil keputusan sendiri yang berarti pula mempertajam
kemampuan rasionya untuk menimbang-nimbang dan mengambil keputusan.9
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ngainun Naim dan Achmad
Syauqi “Demokratisasi dalam konteks pendidikan dapat diartikan sebagai
pembebasan pendidikan dan manusia dari struktur dan sistem perundangan
yang menempatkan manusai sebagai komponen”.10
Melalui demokrasi peserta didik akan mendapatkan hak-haknya untuk
menyampaikan ide dan pendapat, mandiri, serta ruang kebebasan untuk
berekspresi mengembangkan minat dan bakat, Selama hal tersebut bernilai
positif dan bisa dipertanggung jawabkan. dan diharapkan akan terjadi proses
kesetaraan antara pendidikan dan peserta didik dalam proses belajar mengajar,
sehingga akan menghasilkan individu-individu yang kreatif, kritis dan
produktif serta professional.
Menurut Jhon Dewey, sebagaimana yang dikutip oleh Haryanto Alfandi “untuk mewujudkan pendidikan demokratis haruslah dimulai dari
9
H.A.R Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional : Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2012), h. 123
10
Ngainun Naim & Achmad Syauqi, Pendidikan Multikultural; Konsep dan Aplikasi
(Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2008) , h. 61
5
sekolah. Sebab, sekolah merupakan ujung tombak pendidikan. Sekaligus
sebagai institusi yang sangat penting dalam mewujudkan fungsi dan tujuan
pendidikan”.11
Salah satu lembaga yang berperan penting dalam dunia pendidikan
adalah pondok pesantren, dimana pesantren merupakan lembaga keagamaan
tradisional yang memberikan sumbangsi dalam aspek pendidikan.
Umumnya di negara-negara Islam, pendidikan pesantren bertujuan
menjadi basis penyebaran ajaran-ajaran keagamaan sebagai benteng moral dan
mental
dalam menghadapi
keseimbangan
antara
ilmu
kemajuan tekhnologi.
keagamaan
dan
ilmu
Dengan demikian,
non-keagagamaan
dimaksudkan agar dapat membentuk lulusan yang siap dalam menerapkan
nilai-nilai moral islam dalam menghadapi perubahan masyarakat.12
Diantara lembaga pendidikan Islam selain madrasah yang mempunyai
peran strategis dalam konteks pendidikan nasional adalah lembaga pendidikan
pesanten. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang dalam hal
pengelolaannya sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat. Dalam konteks
pendidikan di indonesia, pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua,
jauh sebelum pemeritah kolonial belanda memperkenalkan sistem pendidikan
modern yang bernama sekolah dan lembaga pendidikan Islam sendiri yang
bernama madrasah.13
Pendidikan di pesantren, sebagai sub sistem pendidikan nasional
memang diharapkan dapat ikut serta dalam mewujudkan nilai-nilai demokrasi.
Di antara nilai-nilai demokrasi yang harus dimiliki santri/peserta didik adalah
agar terbiasa bebas berbicara dan mengeluarkan pendapat secara bertanggung
jawab, terbiasa mendengar dengan baik dan menghargai pendapat orang lain,
11
Haryanto Al-Fandi, op. Cit., 159
Nurani Soyomukti, Teori-teori Pendidikan dari Tradisional, (Neo) Liberal,
Marxis-sosialis, hingga Post modern, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2015) Cet. 1, h. 117
13
Hasbullah, Otonomi Pendidikan; Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya
terhadap Penyeleggaraan Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Cet. 3, h. 166
12
6
menumbuhkan keberanian moral yang tinggi, terbiasa bergaul dengan rakyat,
ikut merasa memiliki, sama-sama merasakan suka dan duka dengan
masyarakat, dan mempelajari kehidupan masyarakat.14
Sementara itu sistem pendidikan yang dikembangkan oleh pesantren di
Indonesia pada umumnya masih dipengaruhi oleh model-model tradisional
yang berpegang pada otoritas-otoritas mutlak seorang guru atau kyai.
kebebasan
santri
dalam
berbicara/menyampaikan
pendapat
serta
mengekspresikan minat dan bakat sesuai kemampuan masing-masing kurang
mendapatkan apresiasi, serta sumber utama ilmu pengetahuan berpusat pada
kyai hal inilah yang kemudian dapat membunuh jiwa-jiwa kritis dan ide-ide
kreatif santri serta terjadi kesenjangan antara pribadi kyai dan santri. Keadaan
ini tentunya kurang baik bagi proses pengembangan potensi diri santri.
Keterlibatan kaum santri dalam pembumian nilai-nilai demokrasi di
pesantren sangat besar pengaruhnya, pengaruh tersebut tidak lepas dari peran
kyai sebagai sosok kharismatik yang sangat dihormati dan diyakini memiliki
pengetahuan agama yang luas sebagai pemimpin. Oleh karena itu, dalam
penyelenggaraan pendidikan dipesantren, kyai merupakan figur yang memiliki
otoritas untuk merencanakan, menyelenggarakan, dan mengendalikan seluruh
pelaksanaan pendidikan di pesantren.15
Di sisi lain, kharismatik dan otoriter kepemimpinan seorang kyai
dalam kepemimpinan di pesantren akan menimbulkan kesan sentimen
sehingga kemudian memunculkan perasaan takut, sungkan, takut kualat, dan
sebagainya yang pada akhirnya akan berdampak pada interaksi antara santri
dan ustadz dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, pendidikan
yang dilakukan tidak dapat mencapai pada tujuan pendidikan itu sendiri.
14
Nova Rizqiawati, “Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014, h. 2
http://ababilqis.blogspot.co.id/2009/03/menggugah-kesadaran-demokrasidalam.html diakses pada 22 Januari 2017
15
7
Selain itu pola pembelajaran di pesantren pada umumnya juga masih
bersifat tradisional, dengan metode-metode klasik seperti ceramah dan
pengajian, metode seperti ini terkesan monoton karena menempatkan peserta
didik atau santri sebagai pendengar sehingga interaksi antara peserta didik
dengan pendidik kurang terjalin.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Abuddin Nata,
Permasalahan yang dialami oleh pendidikan Islam termasuk juga pondok
pesantren pada umumnya berkisar pada masalah metodologi pembelajaran
yang cendrung tradisional. Pembelajaran yang lebih mengarah
peningkatan motivasi, kreativitas, imajinasi, inovasi dan etos keilmuan
serta berkembangnya potensi peserta didik belum dapat dilaksanakan
sebagaimana yang diharapkan. Metode pembelajaran yang menggunakan
pendekatan cara belajar siswa aktif dan sebagainya belum banyak dikenali
dan belum banyak digunakan.16
Dari segi materi yang diajarkan, juga telah terjadi perkembangan dari
yang awalnya hanya mengajarkan ajaran islam dan mengaji Al-Quran,
kemudian berubah menjadi ibadah praktis, pengkajian kitab, lalu menuju
pengajaran agama di madrasah berupa kurikulum yang terpilah seperti
pelajaran tauhid/akidah, akhlak, fikih, hadits, tafsir, sejarah Islam dan bahasa
arab.
Seiring dengan perkembangan zaman, nampaknya model-model
pembelajaran tradisional di Pesantren sudah seharusnya dikombinasikan
dengan pola pembelajaran yang sifatnya terbuka, interaktif, dan modern,
sebagai upaya mengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh masingmasing santri. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan perpaduan antara
kurikulum pesantren dan kurikulum berstandar Nasional, memberi kebebasan
bagi santri untuk memilih mengembangkan minat dan bakat yang mereka
miliki dan lain sebagainya.
Tujuan pendidikan tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran
murid dengan keilmuan, dengan tujuan meningkatkan moral, melatih dan
16
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 4
8
mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan,
mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral, serta
memberikan pemahaman kepada murid bahwa etika agama diatas etika-etika
yang lain. Tujuan pendidikan pesantren bukan untuk mengejar kepentingan
kekuasaan, uang dan keagungan duniawi, tetapi menanamkan kepada mereka
bahwa belajar adalah semata-mata kewajiban dan pengabdian kepada tuhan.17
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Azyumardi Azra, tugas pokok
yang dipikul pesantren selama ini pada esensinya, adalah mewujudkan
manusia dan masyarakat muslim Indonesia yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah Swt. Dalam kaitan ini, secara lebih khusus lagi pesantren
bahkan diharapkan berfungsi lebih dari itu; Dengan kualitas keislaman,
keimanan, keilmuan dan akhlaknya, para santri diharapkan mampu
membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya. Selain itu, pesantren
juga bertujuan untuk menciptakan manusia Muslim mandiri dan ini kultur
pesantren yang cukup menonjol yang mempunyai swakarya dan
swadaya.18
Wujud dari langkah-langkah pesantren mengikuti perubahan dan
perkembangan
masyarakat
pada
dasarnya
adalah
langkah-langkah
memperkaya pengetahuan dan keterampilan peserta didiknya untuk dapat
menduduki lapangan pekerjaan atau profesi modern sesuai dengan harapan
generasi muda yang mengikuti pendidikan di pesantren. Dan langkah-langkah
transformasi tersebut, selain berupaya mempertahankan ciri khas pesantren
yakni sebagai lembaga pengkaderan ulama, pesantren berupaya pula
menyatukan langkahnya dengan tujuan pendidikan nasional dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar bangsa Indonesia dapat
lebih cepat mampu membangun kehidupan ekonominya.19
Dalam penelitian ini, penulis ingin membahas tentang pondok
pesantren modern yang dalam penyelenggaraannya memadukan antara
17
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi Pandangan Hidup Kyai dan
Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2015), h. 45
18
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru (Jakarta: Kalimah, 2001), Cet, III, h. 48
19
Sindhunata (ed.), Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, (Yogyakarta: Kansius,
2000), h. 225
9
kurikulum nasional dengan kurikulum pesantren atau memasukkan pelajaran
umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, yakni pesantren yang
menyelenggarakan tipe sekolah umum seperti SD, SMP, SMA, dan bahkan
perguruan tinggi dalam lingkungannya.
Respon pesantren terhadap modernisasi pendidikan Islam dan
perubahan-perubahan sosial ekonomi yang berlangsung dalam masyarakat
Indonesia sejak awal abad ini mencakup: pertama, pembaharuan substansi
atau isi pendidikan pesantren dengan memasukkan subjek-subjek umum dan
vocational;
kedua,
pembaharuan
metodologi
seperti
sistem
klasikal
penjenjangan; ketiga, pembaharuan kelembagaan seperti kepemimpinan
pesantren, diversifikasi lembaga pendidikan; keempat, pembaharuan fungsi,
dari semula hanya fungsi kependidikan, dikembangkan sehingga juga
mencakup fungsi sosial-ekonomi.20
Nampaknya menarik untuk dikaji lebih jauh, pesantren sebagai
lembaga pendidikan Islam tradisional bagaimana pola pesantren dalam
mendidik dan memberikan pengajaran kepada santrinya dan sejauh mana
implementasi pendidikan demokratis yang diterapkan di pesantren baik dalam
proses pembelajaran, maupun dalam aktivitas kehidupan sehari-hari di
pesantren. Sebagaimana yang kita ketahui bersama sistem tradisional
dipesantren sudah melekat sejak awal mula berdirinya pesantren, lantas
kemudian pesantren mampu menyikapi modernisasi dan perkembangan
zaman, sehingga pesantren sampai saat ini masih tetap eksis, berkembang dan
semakin maju.
Oleh karenanya penulis tertarik untuk menulis skripsi yang berjudul
“Nilai-nilai
Pendidikan
Demokratis
Hidayatullah Depok)”
20
Azyumardi Azra, op. cit., h. 105
(Studi
pada
Pondok
Pesantren
10
B. Identifikasi Masalah
Terkait dengan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
1.
Model pembelajaran tradisional di pesantren yang terkesan klasik dan
monoton, interaksi antara pendidik dalam hal ini ustadz dan peserta didik
(santri) kurang terjalain dalam kegiatan pembelajaran.
2.
Otoritas kepemimpinan seorang kyai dalam menentukan kebijakan
pendidikan di pesantren sistem pendidikan terkesan menjadi central dan
hanya berpusat pada kyai sebagai pemegang kebijakan tertinggi sehingga
nilai-nilai demokratis kurang berjalan.
3.
Kurangnya ruang kebebasan santri dalam mengemukakan pendapat dan
mengembangkan minat dan bakat
4.
Otoritas kepemimpinan kyai serta kharismatik kyai/ustad/pendidik yang
terlalu dominan sehingga menimbulkan rasa sungkan, rasa takut yang
berlebih pada santri hal ini akan berdampak buruk dalam interaksi
kegiatan belajar mengajar
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
a. Sistem pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok
b. Model pembelajaran demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok
c. Implementasi nilai-nilai demokratis yang diterapkan di Pondok
Pesantren Hidayatullah Depok, serta
d. Kendala-kendala
yang dihadapi dalam menerapkan Nilai-nilai
Demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, serta agar penelitian ini lebih
terarah maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut:
11
a. Bagaimana sistem pendidikan demokratis di Pondok Pesantren
Hidayatullah Depok
b. Bagaimana model pembelajaran demokratis di Pondok Pesantren
Hidayatullah Depok
c. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan demokratis baik dalam
kegiatan belajar mengajar maupun dalam kehidupan sehari-hari santri
di dalam lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Utama
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai
pendidikan demokratis yang diterapkan di Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok, baik secara sistem pendidikannya maupun pola pengajaran pada
pendidikan formal dan dalam aktivitas kehidupan pesantren. Tentu tujuan
dari pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
bukan hanya sebatas teori yang diajarkan kepada siswa atau santri namun
lebih kepada implementasi dalam keseharian santri di lingkungan pondok
pesantren.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan demokratis yang diterapkan
di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok.
b. Untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran demokratis baik
dalam pendidikan formal maupun pendidikan non formal di Pondok
Pesantren Hidayatullah Depok
c. Untuk mengungkap kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan
nilai-nilai pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok
d. Serta untuk mengetahui faktor pendukung dalam penerapan nilai-nilai
pendidikan demokratis di pondok pesantren hidayatullah depok agar
dapat dikembangkan menjadi lebih baik lagi.
12
e. Setelah mengetahui kendala yang dihadapi, selanjutnya berupaya
memberikan saran dan solusi agar penerapan pendidikan demokratis di
Pondok Pesantren Hidayatullah Depok bisa maksimal sebagai upaya
peningkatan mutu kualitas pendidikan di pesantren.
3. Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan, bermanfaat untuk
pribadi penulis, bangsa, negara maupun agama.
b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi terkait
nilai-nilai pendidikan demokratis serta mengetahui sejauh mana
implementasi dalam keseharian santri dilingkungan Pondok Pesantren
Hidayatullah Depok.
c. Hasil penelitian ini bisa menjadi masukan dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan Islam, khususnya di pondok pesantren.
BAB II
KAJIAN TEORI
TENTANG PENDIDIKAN DEMOKRATIS DAN PESANTREN
A. Pendidikan Demokratis
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan dari segi bahasa dapat diartikan sebagai perbuatan
mendidik; berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau
pemeliharaan badan, batin, dan sebagainya. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, secara bahasa pendidikan berasal dari kata dasar
didik yang diberi awalan me-menjadi mendidik (kata kerja) yang
artinya memelihara dan memberi latihan. Pendidikan sebagai kata
benda berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
kelompok yang dalam mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan.1
Menurut Abuddin Nata, “dalam bahasa Arab kata pendidikan
biasanya diwakili oleh kata tarbiyah, ta’dib, ta’lim, tadris, tadzkiyah, dan
tadzkirah yang secara keseluruhan menghimpun kegiatan yang terdapat
dalam pendidikan yaitu membina, memelihara, mengajarkan, menyucikan
jiwa dan mengingatkan manusia terhadap hal-hal yang baik”.2
Istilah pendidikan pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani,
paedagogy, yang memiliki arti seorang anak yang pergi dan pulang
sekolah diantar oleh seorang pelayan. Sementara, pelayan yang mengantar
dan menjemput anak tersebut dinamakan paedagogos. Meskipun istilah
paedagogos awalnya berarti pelayan atau pelayanan, tetapi ada
perkembangan selanjutnya, paedagogos dimaknai dengan seseorang yang
tugasnya membimbing anak pada masa pertumbuhannya sehingga menjadi
anak yang mandiri dan bertanggung jawab.3
1
Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), cet. I, h. 96
2
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 9
3
Zurinal. Z & Wahdi Sayuti, Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan,
(Jakarta: Lembaga Pendidikan UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h. 1-2
13
14
Jadi singkatnya secara bahasa pendidikan dapat dimaknai sebagai
proses perbuatan mendidik, pemeliharaan, pemberian latihan, pelayanan,
bimbingan yang dimaksudkan untuk mengantarkan seseorang menuju
perubahan sikap dan tingkah laku sehingga menjadi manusia yang mandiri
dan bertanggung jawab.
Secara terminonologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pendidikan dimaknai sebagai proses perubahan sikap dan tata laku
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.4 Adapun secara konstitusional
dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dinyatakan :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.5
Adapun pengertian menurut beberapa ahli pendidikan yakni di
antaranya Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan adalah
usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk
keselamatan dan kebahagiaan manusia. Menurutnya pendidikan berarti
usaha berkebudayaan, berasas peradaban, yaitu memajukan hidup agar
mempertinggi derajat kemanusiaan.6 Lebih lanjut ia mengatakan,
pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
maksudnya pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
4
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,
1985), Cet. XII. Hlm. 702
5
Depdiknas, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan, 2003), hlm. 65
6
Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa, 1962) , h. 166
15
pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya.7
Sedangkan menurut Prof. H. Mahmud Yunus, yang dimaksud
pendidikan ialah suatu usaha yang dengan sengaja dipilih untuk
mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan untuk meningkatkan
ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak sehinga secara perlahan bisa
mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi.
Agar memperoleh kehidupan yang bahagia dan apa yang dilakukan dapat
memberi manfaat kepada dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, negara dan
agama8
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Mujadilah ayat 11
ِ َّ
ِ ِ‫ين َآمنُوا إِ َذا قِيل لَ ُك ْم تَ َف َّس ُحوا ِِف الْ َم َجال‬
‫س فَافْ َس ُحوا يَ ْف َس ِح اللَّهُ لَ ُك ْم‬
َ ‫يَا أَيُّ َها الذ‬
َ
ٍ ‫وإِ َذا قِيل انشزوا فَانشزوا ي رفَ ِع اللَّه الَّ ِذين آمنُوا ِمن ُكم والَّ ِذين أُوتُوا الْعِْلم درج‬
‫ات َواللَّهُ َِِا‬
ُُ َ
َ ََ َ
َ َ ُ َْ ُ ُ
َ
َ َْ
ِ
)11 : ‫ري (سورة اجملا دلة‬
ٌ ‫تَ ْع َملُو َن َخب‬
“Wahai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu,
Berilah kelapangan didalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan
mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha
teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.9 (QS. Al-Mujadilah: 11)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah bimbingan yang diberikan kepada anak dalam masa
pertumbuhan dan perkembangannya untuk mencapai tingkat kedewasaan
dan bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan, membentuk karakter
7
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001) h. 4
8
Ibid
9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya:Duta Ilmu,
2005), h.793
16
diri, dan mengarahkan anak untuk menjadi pribadi yang lebih baik
pendidikan juga dapat diartikan sebagai usaha sadar yang bertujuan untuk
menyiapkan peserta didik dalam belajar melalui suatu kegiatan pengajaran,
bimbingan, dan latihan demi perannya dimasa yang akan datang.
2. Pengertian Demokrasi
Secara etimologi demokrasi berasal dari dua kata yang berasal dari
bahasa Yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu
tempat dan “cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau
kedaulatan.10 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah demokrasi
diartikan sebagai bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat
turut serta memerintah dengan perantara wakil-wakilnya (pemerintahan
rakyat) demokrasi dimaknai pula sebagai sebuah gagasan atau pandangan
hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban, serta perlakuan
yang sama bagi warga negara.11
Aristoteles,
filusuf
Yunani
kelahiran
387
SM,
kemudian
menjabarkan istilah demokrasi dalam hubungannya dengan konsep
kedaulatan negara, apakah dipegang oleh satu orang, sekelompok orang
atau banyak orang. Apabila satu orang yang memegang kedaulatan untuk
kepentingan orang banyak disebut monarki.12 Jika yang memegang
kedaulatan sekelompok orang untuk orang banyak disebut aristokrasi.13
Bentuk kemunduran dari monarki adalah tirani. Tirani merupakan
kedaulatan yang dipegang oleh satu orang, namun untuk kepentingannya
sendiri.
Kalangan ilmuan politik juga telah merumuskan definisi demokrasi
secara empirik, diantanya adalah Diliar yang menganggap demokrasi
10
A. Ubaidillah, dkk., Pendidikan Kewargaan; Demokrasi, HAM & Masyarakat
Madani, (Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000), Cet. I, h. 162
11
Haryanto Al-fandi, op. cit., h. 39
12
J.H. Rapar, filsafat Politik Aristoteles, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1993), Cet. II, h. 46
13
ibid
17
sebagai dasar hidup bernegara. Ia memberikan pengertian bahwa pada
tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan terhadap masalah-masalah
pokok yang mengenai kehidupan, termasuk dalam menilai kebijakan
negara sebab kebijakan tersebut menentukan kehidupan rakyat.14
Makna demokrasi juga telah diatur dalam kitab suci Al-Qur’an
yang menjadi pedoman hidup ummat Islam, sebagaimana firman Allah
SWT dalam surat Al-Imran ayat 159
ِ
ِِ
ٍ
ِ ‫نت فَظِّا َغلِي َظ الْ َق ْل‬
‫ف‬
ُّ ‫ب الَن َف‬
ْ َ‫ك ف‬
َ ‫ضواْ ِم ْن َح ْول‬
ُ ‫اع‬
َ ‫نت ََلُ ْم َولَ ْو ُك‬
َ ‫فَبِ َما َر ْْحَة ِّم َن اللّه ل‬
ِ
ِ ‫عْن هم و‬
‫ن‬
ُّ ‫ت فَتَ َوَّك ْل َعلَى اللّ ِه إِ َّن اللّهَ ُُِي‬
َ ‫ب الْ ُمتَ َوِّكل‬
َ ‫استَ ْغف ْر ََلُ ْم َو َشا ِوْرُه ْم ِِف األ َْم ِر فَِإذَا َعَزْم‬
ْ َ ُْ َ
)195: ‫(سورة ال عمران‬
"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah
lembut terhadap mereka, sekiranya engkau bersikap keras dan
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.
Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk
mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, allah mencintai orang-orang
yang bertawakkal.15 (Al-Imran: 159)
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa substansi dari demokrasi
adalah tegaknya keberdayaan dan kedaulatan rakyat. Substansi tersebut
diwujudkan kedalam sebuah sistem yang merupakan alat bagi rakyat
dalam menciptakan kesejahteraan. Rakyat benar-benar ditempatkan
sebagai subjek dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang menjadi
penentu bagi kehidupan mereka sendiri dibawah pengakuan persamaan
derajat antara warga satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, suatu
negara dapat disebut negara yang demokratis, jika dalam negara tersebut
sudah berkemabang proses-proses menuju kondisi yang lebih baik dalam
pelaksanaan supremasi hukum. Kemudian adanya penegakan HAM,
menjunjung tinggi kebebasan berekspresi, serta adanya prinsip kesadaran
14
Diliar, dalam Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia: Study tentang
Interaksi Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. II h.19
15
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya:Duta Ilmu,
2005), h. 90
18
dalam konteks pluralisme. Dalam konteks ini, demokrasi bisa dipahami
sebagai suatu polity dimana semua warga negara menikmati kebebasan
untuk berbicara, kebebasan berserikat, mempunyai hak yang sama didepan
hukum dan kebebasan untuk menjalankan agama yang dipeluknya.16
3. Pendidikan Demokratis
Pendidikan demokratis merupakan model pendidikan yang
mengembangkan prinsip-prinsip demokrasi. Yaitu, pendidikan yang
menghargai perbedanan pendapat (the right of to be different), kebebasan
yang mengaktualisasikan diri, kebebasan intelektual, kesempatan untuk
bersaing di dalam perwujudan diri sendiri (self realization), pendidikan
yang membangun moral, dan pendidikan yang semakin mendekatkan diri
kepada sang pencipta.
Demokrasi dalam pendidikan adalah suatu ide yang lebih luas yang
didasarkan atas kepercayaan bahwa didalam diri manusia dari segala strata
sosial terdapat berbagai potensi yang siap untuk dikembangkan. Sebab
melaksanakan demokrasi dalam pendidikan kurang lebih sama dengan
menerapkan pada pemikiran politik. Melaksanakan demokrasi pendidikan
berarti melibatkan usaha yang lebih luas untuk mencapai dan mengerti
teka teki rahasia dari perbedaan-perbedaan individual ataupun kelompok
untuk mendapatkan sistem pendidikan dan kecakapan dalam memilih
sesuai dengan kepribadian mereka sendiri.17
Secara
singkat
pembelajaran
demokratis
adalah
proses
pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan
terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan
kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik. Dalam
prakteknya para pendidik hendaknya memposisikan peserta didik sebagai
16
Haryanto Al-fandi , op. cit., ,h. 42
Firdaus M. Yunus, Pendidikan Berbasis Realitas Sosial: Paulo Freire & YB.
Mangunwijaya, (Jogjakarta: Logung Pustaka, 2004), Cet. I, h. 92
17
19
insan yang harus dihargai kemampuan dan diberi kesempatan untuk
mengembangkan potensinya.
Untuk menggali lebih jauh landasan epistimologi pendidikan
demokratis, dapat dimulai dengan melacak kembali hakikat dan prinsip
dasar pendidikan Islam.
Dalam konsepsi pendidikan Islam, tauhid dikonstruksikan sebagai
paradigma kebebasan manusia, baik secara lahiriah maupun ruhaniah,
kecuali hanya Allah SWT. Hal ini mengisyaratkan sebuah ajaran
bahwasanya praktik pendidikan Islam tidak mengenal diskriminasi
terhadap siapapun.18 Pendidikan dalam pandangan tauhid adalah
pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai Ilahiah (teologis) sebagai landasan
etis dan normatif dan nilai-nilai insaniah serta alamiah (kosmologi, antopososiologis) sebagai nilai-nilai operasional.19
Dasar bagi pelaksanaan pendidikan yang demokratis juga dapat
ditemukan dalam konfigurasi Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas),
Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.20
Prinsip penyelenggaraan pendidikan yang diatur dalam UU Sisdiknas
tersebut terlihat lebih demokratis dan lebih berorientasi pada teori dan
praksis pendidikan yang semakin mengedepankan nilai-nilai demokrasi
dan nilai-nilai global universal. Dari prinsip tersebut demokratisasi
pendidikan dapat dikembangkan, baik dalam tataran konseptual maupun
praktisnya.
Pendidikan demokratis merupakan sebuah upaya penyelenggaraan
pendidikan yang memberikan kebebasan dan apresiasi kepada peserta
didik, Bukan penekanan dan intervensi. Kebebasan dalam hal ini
18
M. Rusli Karim, Pendidikan Islam Sebagai Upaya Pembebasan; dalam
Pendidikan Islam antara Cita dan Fakta (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991), h. 31
19
Haryanto Al-fandi, op. cit., h. 157
20
Depdiknas, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan, 2003), h. 65
20
maksudnya adalah kebebasan untuk mengeksplor seluruh potensi yang
dimiliki serta dapat dipertanggung jawabkan.
4. Sejarah Pendidikan Demokratis di Indonesia
Reformasi bidang politik di Indonesia pada penghujung abad ke-20 M,
telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor
pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigama baru, yaitu
otonomisasi dan demokratisasi. Undang-undang No.22 tahun 1999, yang kini
direvisi dengan Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah telah meletakkan sektor pendidikan sebagai salah satu yang
diotonomisasikan
bersama
sektor-sektor
pembangunan
yang
berbasis
keadaerahan lainnya, seperti kehutanan, pertanian, koperasi, dan pariwisata.21
Salah satu tuntutan gerakan reformasi tahun 1998, ialah diadakannya
reformasi dalam bidang pendidikan, sebagai awal dari revolusi budaya.
Tuntutan reformasi itu diwujudkan oleh DPR-RI, bersama dengan pemerintah,
dengan disahkannya Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional)
tanggal 11 Juni 2003 yang lalu.22
Tuntutan reformasi yang amat penting adalah demokratisasi. Hal ini
dapat ditanggapi dalam dua segi yaitu pemberdayaan masyarakat dan
pemberdayaan pemerintah daerah (otonomi daerah). Hal ini berarti peranan
pemerintah akan dikurangi dan memperbesar partisipasi masyarakat. Demikan
peranan pemerintah pusat yang bersifat sentralistis yang berlangsung selama
lima puluh tahun lebih akan diperkecil dengan memberikan peranan yang
lebih besar kepada pemerintah daerah yang dikenal dengan sistem
desentralisasi. Kedua hal ini harus berjalan secara simultan, dan itulah yang
21
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2013), h. xi
22
Anwar Arifin, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), Cet. I, h. 77
21
merupakan paradigma baru, yang menggantikan paradigma lama yang
sentralistis, yaitu dengan peranan pemerintah (pusat) yang sangat besar.23
Bersamaan dengan itu, pemerintah juga mengeluarkan Undang-undang
No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai pengganti
Undang-undang No.2 tahun 1989. Salah satu isu penting dalam undangundang tersebut adalah pelibatan masyarakat dalam sektor pendidikan,
sebagaimana ditegaskan pada pasal 9 bahwa masyarakat berhak untuk
berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi
program pendidikan. pasal ini merupakan kelanjutan dari pernyataan pada
pasal 4 ayat 1 bahwa pendidikan di Indonesia diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan.24
Banyak
pemikir
yang
menghubungan
pendidikan
didalam
pembangunan masyarakat demokrasi. Para pemikir Jean Jacques Rousseau,
Jhon Heinrich merupakan pelopor-pelopor dari pemikiran yang progresif yaitu
melihat pendidikan formal sebagai sarana untuk mewujudkan masyarakan dan
negara demokrasi. Dalam dunia pendidikan, Jhon Dewey seorang filusuf
pragmatisme telah mengembangkan aliran progresivisme di dalam pendidikan
ketika dia membangun sekolah laboratorium di Universitas Chicago25
Demokrasi dalam pendidikan sudah ditempuh dengan meninggalkan
cara lama, yaitu Orde Baru yang dianggap otoriter dan membuat pendidikan
dikuasai oleh kekuasaan politik yang dikendalikan rezim. Agar dapat
mendemokratisasikan sekolah, misalnya, dibentuklah dewan sekolah, yang di
dalamnya diisi oleh perwakilan masyarakat. Tetapi, tampaknya juga belum
terjadi sekolah yang berpihak pada rakyat. Banyak orang tua masih
mengeluhkan adanya pungutan-pungutan, biaya pendidikan yang mahal.26
23
Ibid
Dede Rosyada, op. cit., h. xii
25
H.A.R Tliaar, Standarisasi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h.
24
114
26
Nurani Soyomukti, Teori-Teori Pendidikan; dari Tradisional, (Neo) Liberal,
Marxis-Sosialis, Hingga Postmodern (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2015), h. 189
22
B. Nilai-nilai Pendidikan Demokratis
Demokratisasi pendidikan berguna untuk meyiapkan peserta didik agar
terbiasa bebas
berbicara dalam mengeluarkan pendapat
serta turut
bertanggung jawab, terbiasa mendengar dengan baik dan menghargai pendapat
orang lain, menumbuhkan keberanian moral yang tinggi, terbiasa bergaul
dengan rakyat, ikut merasa memiliki, sama-sama merasakan suka dan duka
dengan masyarakat, dan mempelajari kehidupan masyarakat. Pendeknya
demokratisasi pendidikan bertujuan untuk menghasilkan manusia-manusia
yang merdeka, berpikir kritis, serta toleran dengan pandangan dan praktikpraktik demokrasi.
Mewujudkan pendidikan yang demokratis bukanlah pekerjaan yang
mudah. Sebab, berbagai kendala yang tidak mendukung terbentuknya
demokratisasi dalam dunia pendidikan tidak mudah disingkirkan begitu saja.
Menurut H.A.R Tilaar, setidaknya ada lima tantangan yang harus dihadapi
untuk mewujudkan demokrasi pendidikan termasuk pendidikan islam.
Pertama, pendidikan yang penuh kesombongan. Kedua, sistem pendidikan
yang elitis. Ketiga, proses domestifikasi. Keempat, proses pembodohan,
kelima, budaya korporasi. 27
Melihat keadaan pendidikan di Indonesia saat ini dengan berbagai
tantangannya, pondok pesantren memiliki peranan besar sebagai salah satu
lembaga pendidikan yang notabenenya masih berdiri secara independen dan
terbebas dari kepentingan untuk menunjukkan idealnya sebuah pendidikan
melalui ajaran-ajaran pokok pondok pesantren yaitu ajaran Islam yang
senantiasa mengedepankan pendidikan sebagai jalan menuju kemaslahatan
ummat. Berbagai upaya dapat ditempuh untuk mencapai sebuah pendidikan
yang ideal salah satunya adalah dengan jalan memberikan hak kepada peserta
didik untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan apa yang
27
H.A.R Tilaar, Multikultural Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam
Transformasi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 297-299
23
dibutuhkannya, sehingga peserta didik mampu mengeksplor berbagai
kemampuan yang ia miliki.
Menyadari akan potensi yang dimiliki peserta didik kemudian
memberikan ruang untuk mewujudkan dan mengembangkannya secara
optimal, melibatkan peserta didik dalam merencanakan, melaksanakan,
mengembangkan, menganalisis dan mengevaluasi proses pembelajaran, serta
perlakuan yang berbeda pada setiap peserta didik sesuai dengan karakteristik
masing-masing
merupakan
bentuk
perwujudan
nilai-nilai
pendidikan
demokratis.
Pendidikan yang demokratis pada esensinya adalah pendidikan yang
mengembangkan prinsip-prinsip demokrasi, yaitu pola pendidikan yang
menghargai perbedaan pendapat (The Right to be different), kebebasan untuk
mengaktualisasikan diri, kebebasan intelektual, kesempatan untuk bersaing
didalam perwujudan diri sendiri (self realization) pendidikan yang
membangun moral, dan pendidikan yang semakin mendekatkan diri kepada
sang pencipta.28
Di samping itu, pendidikan yang demokratis harus mengembangkan
toleransi dan sosial trust dikalangan peserta didik. Dapat diwujudkan dengan
memberikan kesempatan, bahkan mendorong setiap peserta didik untuk
belajar hidup bersama dan saling menghargai melalui kebiasaan hidup
berdampingan, serta berinteraksi dengan individu-individu dan kelompokkelompok yang memiliki perbedaan dengan dirinya.
Dalam konteks pembelajaran, pendidikan yang demokratis menuntut
adanya interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam bentuk egaliter dan
equity (kesetaraan dan sederajat dalam kebersamaan). Dengan adanya
28
Diding Nurdin, Reformasi Pendidikan Menuju Masyarakat Madani; Harian
Pikiran Rakyat, (23 Nopember 2008)
24
kesetaraan ini, kebebasan berinisiatif, berbeda aspirasi dan pendapat, serta
keadilan dalam pendidikan akan terakomodasi dengan baik.29
Karena itulah dalam proses pembelajaran harus terdapat interaksi dua
arah antara guru dan siswa. PBM harus terbuka dan penuh dialog yang sehat
dan bertanggung jawab antara pendidik dengan peserta didik. Guru
memberikan bahan pembelajaran dengan memberi kesempatan kepada siswa
untuk aktif memberikan reaksi, siswa bisa bertanya maupun memberikan
tanggapan kritis tanpa ada perasaan takut. Bahkan, jika perlu siswa
diperbolehka menyanggah informasi atau pendapat yang berbeda. Hal ini
sejalan dengan pendapat Freire yang menyarankan untuk mencapai
demokratisasi pendidikan yang berwawasan adalah dengan menciptakan
kebebasan interaksi antara peserta didiknya dalam berinteraksi dikelas.30
C. Desain Pembelajaran Demokratis
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. 31 Pembelajaran
merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan cara upaya
untuk mengubah ketidaktahuan menjadi tahu atau pengetahuan. Proses
pembelajaran yang baik akan menghasilakan output yang baik, demikian pula
sebaliknya.
Sebagai sebuah proses, pembelajaran merupakan perpaduan dari dua
aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Pembelajaran terkait dengan
bagaimana, (how to) membejarkan siswa dan bagaimana membuat siswa
belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk
mempelajari (what to) yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai
kebutuhan (needs) peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran berupaya
29
Sudarman Danim, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2003), h. 15
30
Fiere, Pendidikan Sebagai Praktik Pembebasan, (Jakarta: Gramedia, 1984) h. 24
31
Ibid.,h. 244
25
menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam kurikulum dengan
menganalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang study yang
terkandung didalam kurikulum.32
Selanjutnya, dilakukan kegiatan untuk memilih, menetapkan, dengan
mengembangkan cara-cara (Strategi) pembelajaran yang tepat untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai kondisi yang ada, agar kurikulum
dapat diaktualisasikan dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar
terwujud dalam diri peserta didik.33
Namun dalam realitasnya, proses pembelajaran yang berlangsung
selama ini masih terlihat sangat monoton, terkesan menjemukan dan penuh
ketegangan. Selain itu, peserta didik terlihat dalam kondisi tertekan dan tidak
memiliki ruang untuk mengembangkan ide-ide kreatifnya. Lalu, masih bersifat
guru sentris, artinya guru masih mendoiminasi kelas, sedangkan siswa pasif.
Guru memberitahukan konsep, siswa mendengar, mencatat, dan menerima
konsep (bahan) yang disampaikan guru sehingga yang terlihat aktif adalah
gurunya, sedangkan anak didik berada pada posisi pasif.
Hal ini didukung fakta dilapangan yang mengungkapkan bahwa dalam
proses belajar mengajar siswa cendrung pasif, kurang menunjukkan gairah,
minat, dan antusiasme untuk belajar.
Pengembangan sekolah menuju model sekolah demokratis ini relevan
untuk dilakukan karena berbagai argumentasi, yang secara garis besar dapat
dikategorisasi menjadi dua, yaitu tipologi sekolah abad ke 21, dan model
pembelajaran yang sesuai.
Lyn Haas menjelaskan, sebagaimana yang dikutip oleh Dede Rosyada
bahwa sekolah-sekolah sekarang harus dapat memenuhi kualifikasi ideal,
yaitu: Pendidikan untuk semua,Memberikan skill dan keterampilan yang
sesuai dengan kemajuan teknologi terkini, Penekanan pada kerja sama,
32
Ahmad Sugandi, dkk., Teori Pembelajaran, (Semarang: UPT MMK UNNES,
2004), h. 4
33
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agana Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 146
26
Pengembangan kecerdasan ganda dan Integrasi program pendidikan
dengan kegiatan pengabdian pada masyarakat.34
D. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisonal yang para
siswa/santrinya tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan guru yang
lebih dikenal dengan sebutan kyai dan mempunyai asrama untuk tempat
tinggal santri. santri tersebut berada dalam kompleks yang juga
menyediakan masjid untuk beribadah, ruang belajar, dan kegiatan
keagamaan lainnya. Kompleks ini biasa dikelilingi oleh pagar atau tembok
untuk dapat mengawasi keluar dan masuknya para santri sesuai dengan
peraturan yang berlaku di pesantren.
Pondok pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu
pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar
para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana
terbuat dari bambu. Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga
pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, di
mana seorang kyai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri
berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa arab.35
Pondok pesantren menurut M. Arifin, berarti suatu lembaga
pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyrakat sekitar,
dengan sistem asrama (kompleks) di mana santri-santri menerima
pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang
sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leader-ship seorang atau
beberapa orang kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta
independen dalam segala hal.36
34
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, Sebuah Pelibatan Masyarakat
dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), h. 18-19
35
https://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren#Pesantren_modern , diakses pada 18
Januari 2017
36
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum), (jakarta: Bumi
Aksara, 1991), hlm. 240
27
2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantrern di Indonesia
Pondok pesantren merupakan sistem pendidikan Islam yang
tumbuh sejak awal kedatangan Islam di Indonesia, yang dalam perjalanan
sejarahnya telah menjadi objek penelitian para sarjana yang memperlajari
Islam diwilayah ini, yaitu sejak Brumund menulis sebuah buku tentang
sistem pendidikan di Jawa pada tahun 1857.37 Sebelum tahun 1960-an,
pusat-pusat pedidikan pesantren di Indonesia lebih dikenal dengan nama
pondok. Istilah pondok barangkali berasal dari pengertian asrama-asrama
para santri atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu, atau barangkali
berasal dari kata arab, Funduq,yang artinya hotel atau asrama.38
Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan
merupakan wujud proses wajar perkembangan Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas). Dari segi historis pesantren tidak hanya identik
dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian
Indonesia (indigenous). Sebab, lembaga yang serupa pesantren ini sudah
ada sejak masa kekuasaan Hindu-Budha. Sehingga Islam tinggal
meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan yang sudah ada.
Tentunya ini tidak berarti mengecilkan peranan Islam dalam memelopori
pendididikan di Indonesia.39
Menurut Nurcholis Madjid, tujuan pembinaan santri pada pondok
pesantren adalah membentuk manusia yang memiliki kesadaran tinggi
bahwa ajaran Islam merupakan nilai-nilai yang bersifat menyeluruh.
Selain itu pondok pesantren diharapkan memiliki kemampuan tinggi untuk
37
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan
Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 2011), h. 38
38
Ibid.,h. 41
39
Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren; Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta:
Paramadina, 1997), h. 3
28
mengadakan respon terhadap tantangan-tantangan dan tuntutan-tuntutan
hidup dalam konteks ruang dan waktu.40
Dalam penelitian ini, penulis ingin membahas tentang pondok
pesantren modern yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum
madrasah yang dikembangkan, atau pesantren yang menyelenggarakan
tipe sekolah umum seperti SD, SMP, SMA, dan bahkan Perguruan Tinggi
dalam lingkungan pendidikannya, model pesantren semacam ini biasanya
sudah
mengembangkan
poin-poin
penting
dalam
penyelenggraan
pendidikan yang demokratis. disinilah kemudian penulis ingin mengkaji
lebih lanjut terkait bagaimana sistem pendidikan dan model pembelajaran
demokratis baik dari segi pendidikan formal maupun dalam kehidupan
sehari-hari santri di pesantren tersebut.
Sebagai lembaga sosial tradisional, pondok pesantren memiliki
pengaruh yang luas dan mengakar pada masyarakat sekitarnya. Oleh
karena pondok pesantren dinilai sebagai lembaga yang hidup dari dan
didukung oleh anggota masyarakat, baik dari daerah di sekitar pondok
sendiri maupun dari daerah lain (karena santri suatu pondok pesantren
umumnya
sebagian
berasal
dari
daerah
lain).
Dengan
kondisi
ketradisionalan ini akhirnya banyak sejarawan, pengamat keislaman
banyak yang mempertanyakan : Mengapa pesantren sampai saat ini tetap
survive padahal sudah dihadapkan dengan berbagai bentuk menagemen
pendidikan yang lebih modern.41
3. Unsur-unsur Pesantren
a. Kyai
Kyai
merupakan tokoh sentral
dalam
pesantren
yang
memberikan pengajaran. Karena itu kyai adalah salah satu unsur yang
paling dominan dalam kehidupan suatu pesantren. Kemasyhuran,
40
Nur Cholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta:
Paramadina, 1997), hlm. 6
41
Azyumardi Azra, “Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru”, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2000), h.95.
29
perkembangan dan kelangsungan kehidupan pesantren banyak
bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, kharismatik dan
wibawa serta keterampilan kyai yang bersangkutan dalam mengelola
pesantren. Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan sebab ia
adalah tokoh sentral dalam pesantren.42
Menurut Manfred Zemek “Kyai adalah pendiri dan pimpinan sebuah
pesantren yang sebagai muslim terpelajar telah membaktikan hidupnya
demi Allah serta menyebarluaskan dan memperdalam ajaran-ajaran
dan pandangan Islam melalui kegiatan pendidikan.43
b. Masjid
Dalam konteks, masjid adalah sebagai pusat kegiatan-kegiatan
ibadah dan belajar mengajar. Masjid yang merupakan unsur pokok
kedua dari pesantren, disamping berfungsi sebagai tempat melakukan
shalat jama’ah setiap waktu shalat, juga berfungsi sebagai tempat
belajar mengajar. Biasanya waktu belajar mengajar berkaitan dengan
waktu shalat berjama’ah, baik sebelum maupun sesudahnya. Dalam
perkembangannya, sesuai dengan perkembangan jumlah santri dan
tingkatan pelajaran dibangun tempat atau ruangan-ruangan khusus
untuk halaqah-halaqah.
Menurut Zamaksyari Dhofier kedudukan masjid sebagai pusat
pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manifestasi
universalime dari sistem pendidikan Islam tradisional. Seorang
kyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren biasanya
pertama-tama akan mendirikan masjid dekat rumahnya. Langkah
ini biasanya diambil atas perintah gurunya yang telah menilai
bahwa ia kan sanggup memimpin sebuah pesantren.44
Masjid dipandang sebagai tempat tradisional paling cocok untuk
mengaitkan upacara-upacara agama dengan pengajaran-pengajaran
naskah-naskah
42
klasik.
Karenanya
pengajian-pengajian
biasanya
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan
dan perkembangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 144
43
Manfred Ziemek, Pesantren dan Perubahan Sosial, (Jakarta: Perhimpunan
Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, 1986), h.131
44
Mujamil Qomar, Pesantren dan Transformasi Metodoilogi menuju Demokrasi
Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2005), h. 31
30
dikaitkan dengan atau diselenggarakan setelah sembahyang wajib
harian.45
c. Santri
Nurcholish Madjid menyatakan bahwa “kata santri berasal
dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang menyatakan bahwa
santri berasal dari kata sastri, dari Bahasa Sansekerta yang berarti
mereka yang berpendidikan (melek huruf). Pendapat ini didasarkan
pada asumsi bahwa kaum santri adalah mereka yang menuntut ilmu,
mendalami agama melalui kitab-kitab yang memakai huruf arab.
Kedua, yang menyatakan bahwa santri berasal dari bahasa jawa
cantrik, yaitu orang yang selalu mengikuti seorang guru kemana saja
sang guru itu pergi dan menetap. Jika pada awal pertumbuhan
pesantren dulu santri tidak berani bicara sambil menatap kyai, maka
sekarang telah terlihat diskusi atau dialog dengan kyai mengenai
berbagai masalah.46
d. Pondok
Dalam tradisi pesantren pondok merupakan unsur penting yang
harus ada dalam pesantren. Pondok merupakan asrama dimana para
santri tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan kyai. Pada
umumnya pondok ini berupa komplek yang dikelilingi oleh pagar
sebagai pembatas yang memisahkan dengan lingkungan masyarakat
sekitarnya. Namun ada pula yang tidak terbatas bahkan kadang berbaur
dengan lingkungan masyarakat.47
Pondok, asrama bagi para santri merupakan ciri khas tradisi
pesantren yang membedakannya dengan sistem pendidikan tradisional
di masjid-masjid yang berkembang di kebanyakan wilayah Islam di
Negara-negara lain. Sistem pendidikan surau di daerah Minagkabau
45
Manfred Ziemek, op.cit, h. 155
Mujamil Qomar, op.cit., h.21
47
Dewan Redaksi, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar baru Van Hove, 1993),
46
h.105
31
atau dayah di Aceh pada dasarnya sama dengan sistem pondok yang
berbeda hanya namanya.
e. Kitab-kitab klasik
Unsur pokok lain yang cukup membedakan pesantren dengan
lembaga pendidikan lainnya adalah bahwa pada pesantren diajarkan
kitab-kitab klasik atau yang sekarang dikenal dengan kitab kuning,
yang dikarang oleh ulama terdahulu, mengenai berbagai macam ilmu
pengetahuan agama islam dan bahasa Arab. Tradisi kitab kunig, jelas
bukan berasal dari Indonesia. Semua kitab klasik yang dipelajari di
Indonesia berbahasa arab dan sebagian besar ditulis sebelum Islam
tersebar di Indonesia.
4. Tradisi Pondok Pesantren
Dalam keadaan asli pondok pesantren memiliki sistem pendidikan
dan pengajaran non klasikal, yang dikenal dengan nama bandungan,
sorongan, dan wetonan. Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran ini
berbeda antara satu pondok pesantren dengan pondok pesantren lainnya,
dalam artian tidak ada keseragaman sistem dalam penyelenggaraan
pendidikan dan pengajarannya. Secara umum metode pembelajaran yang
diterapkan di pondok pesantren mencakup dua aspek, yaitu metode
tradisional dan motode pembelajaran modern.
Kyai dalam pesantren merupakan figur sentral, otoritatif, dan pusat
kebijakan dan perubahan. Hal ini berkaitan dengan dua faktor: pertama,
kedudukan kyai sebagai pemimpin tunggal dan pemegang otoritas
tertinggi di pesantren dan bersifat patneralistik, jadi setiap pesantren
menganut pola “serba momo” mono manajemen, mono administrasi,
sehingga tidak ada delegasi kewenangan keunit-unit kerja yang ada dalam
organisasi. Kedua, kepemimpinan kyai adalah kharismatik dan dengan
sendirinya bersifat pribadi atau personal bukan komunal, hal ini berarti
32
otoritas kyai sebagai pendiri sekaligus pengasuh pesantren sangat besar
dan tidak dapat diganggu gugat.48
Kepemimpinan seorang kyai merupakan faktor yang sangat
penting dalam mengembangkan dan memajukan pendidikan di pesantren.
Meski kyai tidak secara langsung bertugas sebagai pengelola bagian
pendidikan, namun otoritas kebijakan-kebijakan yang dibuat dan
diputuskan oleh kyai selaku pimpinan pesantren biasanya tidak bisa
diganggu gugat dan menjadi pegangan semua elemen yang ada dilembaga
tersebut.
Jadi, tujuan pokok pesantren secara umum adalah untuk
membentuk santri yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT
sehingga terbentuk manusia yang sempurna (Insan Kamil). Selain itu
tujuan pesantren juga menekankan pentingnya tegaknya Islam ditengahtengah kehidupan sebagai sumber utama moral dan akhlaq mulia sesuai
dengan tujuan pendidikan yakni mengantarkan manusia kepada makhluk
yang berakhlakul karimah. Karena akhlaq mulia ini merupakan kunci
keberhasilan hidup masyarakat sebagaimana akhlaq Rasulullah, serta
tujuan pendidikan pesantren berusaha untuk menumbuhkan jiwa
Nasionalisme.
E. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Karya Anggie Febiana, Model Pembelajaran Demokratis di Pondok
Pesantren Salafi Al-Ma’tuq Sukabumi (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2014) dalam penelitian ini lebih menekankan kepada model
pembelajaran yang demokratis di Pesantren Salafi, dalam artian penulis
lebih terfokus kepada bagaimana menerapkan konsep pembelajaran
demokratis yang ada di Pondok Pesantren Salafi Al-Ma’tuq Sukabumi.
48
2017
http://karyatulisilmiah.com/peranan-kyai-dalam-pesantren/ diakses pada 19 Januari
33
2. Karya Abdul Azis, Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren Studi Pada
Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah Jurangmangu Timur Pondok
Aren Tangerang Selatan (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2014) peneilitian ini menitikberatkan pada Modernisasi Pendidikan
Pesantren Jam’iyyah Islamiyah dimaksudkan agar memenuhi dan
mengikuti perkembangan IPTEK, kemudian juga modernisasi merupakan
bentuk keprihatinan Kyai terhadap alumni-alumni pondok yang kesulitan
untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi sehingga
dilakukanlah modernisasi pesantren yakni melalui kurikulum pendidikan
formal yang mengacu pada kurikulum yang ditetapkan oleh Kementrian
Agama.
Pada skripsi ini penelitian terkait Nilai-nilai Pendidikan Demokratis di
Pondok Pesanten Hidayatullah Depok, penelitian ini memfokuskan pada
sistem pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, model
pembelajaran demokratis serta implementasi nilai-nilai demokratis dalam
keseharian santri dilingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok.
skripsi ini juga membahas mengenai sikap dan prilaku yang
mengandung unsur-unsur demokratis dikalangan santri dalam kesehariannya
di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok karena pada dasarnya kehidupan
santri dengan berbagai macam watak dan kepribadian kemudian hidup dan
tinggal dalam suatu lingkungan yang sama dan hidup berasrama, menuntut
santri untuk senantiasa bersikap toleransi dan saling menghargai agar tercipta
kehidupan yang harmonis, tenang, damai, aman dan nyaman. Selain itu,
organisasi santri sebagai wadah untuk menempa diri serta ruang santri dalam
menyalurkan
minat
dan
bakatnya,
sebagai
bentuk
upaya
dalam
mengoptimalkan nilai-nilai demokratis di pondok pesantren hidayatullah
depok.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
berada di Jl. Raya Kalimulya, Rt.001/05 Kalimulya Cilodong Depok, Jawa
Barat.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode
deskriptif kualitatif analitis. Menurut David Williams (1995), sebagaimana
yang dikutip oleh Lexy J. Moleong “Penelitian kualitatif adalah pengumpulan
data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan
dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah”.1
Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9)
sebagaimana yang dikutip oleh Nuraida Halid Alkaf mendefinisikan bahwa
“penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan peristilahannya.”2
Hal serupa juga dikemukakan oleh Leedy & Ormrod 2005; Patton
2001; Saunders, Lewis & Thornhill 2007 yang dikutip oleh Samiaji Sarosa
“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencoba memahami fenomena
dalam seting dan konteks naturalnya (bukan didalam laboratorium) dimana
peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati”.3
Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan
mereka yang diteliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran
holistik dan rumit. Defenisi ini lebih melihat perspektif emik dalam penelitian
1
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 5
2
Nuraida Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Islamic Research
Publishing), h. 35
3
Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif, (Jakartra: PT. Indeks, 2011), h. 7
35
yaitu memandang sesuatu upaya membangun pandangan sunjek penelitian
yang rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit.4
Secara garis besar penelitian kualitatif yakni penelitian yang dilakukan
secara naturalistik untuk mengungkap dan memahami fenomena-fenomena
yang diteliti, kemudian menjabarkan atau mendeskripsikan kedalam bentuk
kata-kata dan bahasa gambaran berupa penjelasan untuk menghasilkan sebuah
karya yang ilmiah.
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun tekhnik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam
melakukan penelitian di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok yakni sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan tujuan memperoleh informasi dan
fakta mengenai pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok. Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan di lingkungan
Pondok Pesantren Hidayatullah Depok seperti keadaan guru dan santri,
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dikelas maupun diluar kelas,
metode pembelajaran yang digunakan, serta sarana dan pra sarana
pendukung kegiatan belajar mengajar. Penulis melakukan observasi pada
variabel pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
yaitu dengan cara melakukan pengamatan terhadap interaksi yang
dilakukan oleh guru maupun santri dalam Pesantren, mengamati interaksi
antara santri dengan santri, santri dengan guru pada proses pembelajaran
dalam penerapan pendidikan demokratis.
2. Interview/Wawancara
Interview atau wawancara yang penulis lakukan sebagai upaya
menghimpun data dan informasi dari informan untuk kemudian dianalisis.
Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan Sekretaris pondok Pesantren
Hidayatullah
4
Depok,
Kepala
Lexy J. Moleong, op. cit., h. 6
Departemen
Pendidikan
Pesantren
36
Hidayatullah Depok, Kepala Madrasah Aliyah Pesantren Hidayatullah
Depok, Kepala Madrasah Tsanawiyah Pesantren Hidayatullah Depok,
guru, pengasuh asrama, serta dewan santri. dengan tujuan untuk
mengetahui pelaksanaan pendidikan demokratis dan penerapan sikap
demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Wawancara yang
penulis lakukan adalah wawancara terstruktur, yakni wawancara yang
pertanyaannya telah disiapkan dan diatur serta target informannya telah
ditentukan sebelum memulai wawancara.
Wawancara
yang
dilakukan
bertujuan
untuk
mendapatkan
informasi-informasi yang berkaitan dengan pendidikan demokratis di
Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, sebagai informasi yang aktual dan
akurat maka penulis memerlukan beberapa informan untuk memastikan
bahwa apakah data yang diperoleh sesuai dengan fakta dilapangan.
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi ditujukan sebagai penguatan atas apa yang penulis
dapatkan dari hasil pengamatan dan wawancara di Pondok Pesantren
Hidayatullah Depok, yakni data-data yang berupa catatan, arsip, buku dan
sebagainya yang berkaitan dengan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok.
Dalam hal ini, penulis mendokumentasikan sejumlah data dan
fakta terkait dokumen-dokumen resmi Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok yang kemudian penulis kelompokkan menjadi dua yakni dokumen
internal dan dokumen eksternal, adapun untuk dokumen resmi internal
yakni meliputi: catatan,
instruksi, aturan lembaga Pondok Pesantren
Hidayatullah Depok, sistem yang diberlakukan di Pondok Pesantren
Hidayatullah Depok, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk dokumen
eksternal meliputi: Majalah, Buletin dan lain sebagainya.
37
D. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya
dalam penelitian ini penulis memperoleh data dengan cara melakukan
pengamatan dan wawancara terhadap pihak-pihak terkait yakni pengurus
Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, Kepala Pendidikan
Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, kepala SMP Hidayatullah, Kepala
MA Hidayatullah, beberapa guru, pengasuh dan dewan santri.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penunjang dari data primer yang berasal
dari buku bacaan meliputi buku-buku, perpustakaan, arsip serta dokumendokumen lainnya yang behubungan dengan penilitian ini. Di antara bukubuku yang terkait dengan penelitian mengenai pesantren ialah: Tradisi
Pesantren: Studi tentang pandangan hidup Kyai” karangan Zamakhsyari
Dhofier; Bilik-bilik Pesantren, karangan Nurcholis Madjid, disamping
buku-buku tersebut sebagai landasan dari teori pendidikan demokratis di
Pondok Pesantren, penulis juga mengumpulkan beberapa data yang
berkaitan langsung dengan obyek penelitian yakni Pondok Pesantren
Hidayatullah Depok. Diantaranya adalah Majalah, buletin, ataupun bukubuku yang berkaitan dengan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok.
E. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah nilai-nilai pendidikan
demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. maka penulis
menganggap perlu untuk memberi batasan dan memfokuskan skripsi ini pada
hal-hal yang meliputi: sistem pendidikan demokratis di Pondok Pesantren
Hidayatullah Depok, model pembelajaran demokratis serta penerapan nilainilai demokratis baik dalam kegiatan belajar mengajar, maupun dalam
keseharian di lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok.
38
F. Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data
1. Prosedur Pengumpulan Data
Upaya mempermudah penyelesaian masalah-masalah yang akan
dilakukan, peneliti perlu menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam penelitian. Dibawah ini penulis memberikan beberapa tahapan
dalam prosedur pengumpulan data penelitian :
a. Mengumpulkan data dan informasi yang didapat melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
b. Selanjutnya memindahkan informasi yang didapat yakni penelitian
tentang bagaimana sistem pendidikan demokratis di Pondok Pesantren
Hidayatullah Depok, model pembelajaran demokratis serta penerapan
nilai-nilai demokrasi baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun
dalam keseharian santri di lingkungan pesantren.
c. Kemudian menyortir informasi yang diperoleh untuk mendapatkan
hasil yang relevan dengan penelitian.
d. Tahap selanjutnya yakni membuat kesimpulan dari informasi yang
didapat melalui observasi, wawancara, serta dokumentasi.
e. Melakukan diskusi bersama Pihak Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok terkait kesimpulan dari data dan informasi yang diperoleh.
f. Setelah memperhatikan hasil penelitian, kesimpulan, dan diskusi yang
telah diberikan, mengajukan saran-saran dan rekomendasi.
2. Perekaman Data
Perekaman data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
merekam data dan informasi yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan
penelitian, perekaman data yang dilakukan di Pondok Pesantren
Hidayatullah Depok meliputi hal-hal yang berkaitan dengan sistem
pendidikan
demokratis,
model
pembelajaran
demokratis,
serta
implementasi nilai-nilai demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok.
39
G. Teknik Analisis Data
Agar peneliti mendapatkan makna dari fokus dan obyek yang diteliti
untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian, maka perlu
untuk menganalisis data. Prinsip pokok tekhnik analisis data pada penelitian
ini yaitu mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul dengan teratur,
terstruktur dan memiliki makna.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan beberapa hal untuk
menganalisis data, diataranya adalah sebagi berikut:
1. Mencatat data menjadi bentuk teks
2. Mengelompokkan data dalam kategori-kategori tertentu sesuai dengan
pokok-pokok permasalahan yang ingin dijawab. Dalam tahap pertama
adalah memilih data yang lebih relevan dengan pokok permasalahan.
3. Melakukan interpretasi data kedalam berbagai kategori
4. Mengidentifikasi tema utama atau kategori utama dari data yang
terkumpul untuk melihat gambaran yang paling utama tampil dan
dirasakan subyek. Apabila ditemukan tema utama, maka hasil interpretasi
lainnya merupakan penunjang dalam penjelasan dinamika tema tersebut.
5. Mencatat dari semua data yang disimpulkan hal-hal yang umum dan
memberi perhatian pada hal-hal khusus ditemukan subyek dan mengacu
kembali pada teori dan permasalahan penelitian.
H. Pemeriksaan/Pengecekan Keabsahan Data
Upaya mempermudah penyelesaian masalah-masalah yang akan
dilakukan, peneliti perlu menyusun langkah-langkah yang dilakukan setelah
melaksanakan penelitian. Dibawah ini adalah beberapa tahapan dalam
prosedur pemeriksaan dan pengecekan keabsahan data penelitian diataranya:
1. Hasil dari semua rekaman data yang telah disortir, dan dari kesimpulan
wawancara serta observasi untuk dicek kembali dengan pembelajaran
dikelas maupun sikap siswa yang menunjukkan sikap demokraris.
2. Data-data yang telah diperoleh benar-benar dicermati dengan seksama
dalam setiap kategori-kategori tertentu.
40
3. Kategori-kategori yang dicermati meliputi: sistem pendidikan demokratis,
model pembelajaran demokratis, penerapan nilai-nilai demokratis baik
dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam kehidupan sehari-hari
santri dalam lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok.
4. Menambah dan mengurangi data jika ada data yang tidak sesuai dengan
hasil yang sudah diperoleh
5. Meminta keterangan data-data yang diperoleh kebagian pendidikan
sebagai upaya untuk mengetahui relevansi antara data yang ada dengan
fakta yang terjadi di lapangan mengenai pendidikan demokratis yang
diterapkan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Profil Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
Yayasan
Pondok
Pesantren
Hidayatullah
Depok
dirintis
pendiriannya sejak tahun 1989. Kegiatan pertama dimasa perintisan
berkisar pada penggarapan lahan dan shilaturrahim kepada masyarakat
sekitar, mengingat kondisi lahan pesantren masih berupa hutan bambu
yang lebat dan belum adanya sarana dan prasarana yang memadai.
Pesantren Hidayatullah Depok yang kini beralamat di Jl. Raya Kalimulya,
Kelurahan Kalimulya Rt.01 Rw.05, Kecamatan Cilodong, Kota Depok,
saat perintisannnya berdiri di atas lahan wakaf seluas 3,5 ha. Tanah ini
diwakafkan oleh simpatisan yang juga salah seorang tokoh perintis
Pesantren Hidayatullah Depok yaitu almarhum Ustadz Agus Soetomo.1
Tahun 1990 dimulai pendirian masjid atas bantuan Ibu Orni Lubis,
dan diresmikan pada tahun 1991 dengan nama masjid Ummul Quro oleh
(Alm) H. Ali Said SH (ketua MA saat itu). Nama ini diambil dengan
harapan Masjid tersebut menjadi pusat kegiatan bagi santri dan penduduk
sekitarnya. Berdirinya Masjid yang megah di tengah kondisi perintisan
yang serba sulit, menjadi pemicu semangat dan keyakinan akan
pertolongan Allah SWT. Para ustadz dan santri semakin meningkatkan
kualitas dan kuantitas kegiatan di Pondok. Kegiatan pendidikan klasikal,
pelayanan dakwah bagi masyarakat sekitar serta pelayanan sosial dengan
menampung, menyantuni dan mendidik anak-anak yatim piatu dan kaum
dhuafa mulai dijalankan.2
Pada bulan September 2011, terjadi perubahan status PPH Depok
menjadi salah satu dari tujuh Kampus Utama Hidayatullah se- Indonesia.
1
2
Profil Pondok Pesantren Hidayatullah Depok 2017
Ibid.,
41
42
Kepengurusan ketua yayasan berganti dari Ust. Ir. M. Abu A’la Abdullah,
MH.I kepada Ust. Drs. Wahyu Rahman. Dan saat ini amanah ketua
yayasan diemban oleh Ust Lalu Mabrul, M.Pd.I dan sekretaris Muhammad
Iwan Ruswanda, M.Pd.I yang dilantik pada bulan Februari silam.3
2. Visi dan Misi
Visi Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Menjadi Kampus
Miniatur Peradaban Islam sedangkan misi sebagaimana yang tertuang
dalam Profil Pondok Pesantren Hidayatullah Depok yakni:
a. Menyelenggarakan pendidikan integral berbasis tauhid
b. Menyelenggarakan koperasi dan ekonomi keummatan yang berdaya
saing
c. Memberdayakan kaum dhu’afa dan ustadh’afin
d. Mengembangkan kampus yang alami, ilmiah dan islamiah4
3. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
Pondok Pesantren Hidayatullah Depok menjadikan masjid sebagai
pusat peradaban. Masjid merupakan sarana utama tak hanya sebagai
tempat beribadah, namun masjid juga dijadikan sarana dalam berbagai
kegiatan pendidikan dan keagamaan hal ini sesuai dengan data
yang
penulis peroleh serta pengamatan saat melakukan observasi di Pondok
Pesantren Hidayatullah Depok. Selain masjid ada beberapa sarana dan
prasarana yang menunjang pendidikan yakni gedung sekolah TK yang
memiliki 7 ruang kelas, gedung sekolah SD dengan 19 ruang kelas,
gedung sekolah MA dan SMP yang memiliki 7 ruang kelas SMP, 5 ruang
kelas MA, gedung perkuliahan untuk mahasiswa yang terdiri dari 5 ruang
perkuliahan dan 1 ruang dosen, gedung asrama MA dan SMP yang di
dalamnya terdapat 8 kamar, gedung asrama mahasiswa, gedung yayasan
yang terdapat 2 ruang didalamnya, 1 ruang makan santri, 1 ruang
3
Ust. Iwan Ruswanda, Sekretaris Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok,
wawancara, Depok, 11 Mei 2017
4
Profil Pondok Pesantren Hidayatullah Depok 2017
43
koperasi/kantin, dan 5 ruang guest house yang diperuntukkan bagi tamu
yang datang berkunjung, serta fasilitas penunjang pendidikan seperti
perpustakaan, dan lapangan olah raga.5
B. Program Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
1. Jenis dan Jenjang Pendidikan
a. Pendidikan Formal
Pendidikan
formal
penyelenggaraannya
adalah
pendidikan
yang
dalam
mengacu kepada Depdiknas ataupun Departemen
Agama. Dalam teknis pelaksanaannya, pendidikan formal di Pondok
Pesantren Hidayatullah Depok sebagaimana yang dikemukanan oleh Ustad
Muhaimin
selaku
kepala
pendidikan
dalam
penyelenggaraan
pendidikannya Pondok Pesantren Hidayatullah Depok memadukan antara
kurikulum Diknas dan kurikulum Integral Berbasis Tauhid.6 Sejauh ini
pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok memiliki
beberapa jenjang diantaranya: PAUD, KB-TK, SD, SMP, MA dan STIE.
1) Paud dan KB-TK Hidayatullah
Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Kelas Bermain
Taman Kanak Kanak (KB-TK) yang dikelola oleh Yayasan Pondok
Pesantren Hidayatullah Kota Depok, Jawa Barat, berkomitmen menjadi
terdepan
dalam
kegiatan
kependidikan
dan
kepengasuhan
yang
berlandaskan pada pembangunan karakter anak. Dengan visi tak sekedar
pintar tapi juga mencerdaskan jiwa, kita ingin menjadi lebih baik dan
terdepan dalam kependidikan dan kepengasuhan anak usia dini, Nilai
spiritual, cinta, kasih sayang, hormat, kesetaraan adalah nilai-nilai esensial
bagi perkembangannya. Ini beberapa aspek yang sangat penting
diperhatikan para pendidik di PAUD-TK Yaa Bunayya Hidayatullah
Depok.
5
Profil Pondok Pesantren Hidayatullah Depok 2017
Ust. Abdul Muhaimin, Kepala Departemen Pendidikan Hidayatullah Depok,
wawancara, Depok 10 Februari 2017
6
44
Paud KB- TK Yaa Bunayya Hidayatullah Kota Depok memiliki
misi menyelenggarakan pendidikan yang integral sehingga melahirkan
generasi yang siap memikul amanah Allah, cerdas, kreatif, mandiri dan
berwawasan global. Berdakwah melalui pendidikan, dan mengutamakan
kasih sayang dan keteladanan dalam proses pendidikan.
2) SDI Hidayatullah
SD
Intergral
Hidayatullah
Depok
menghadirkan
program
pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai Tauhid pada kurikulum dan
seluruh aktivitas belajarnya, murid tidak hanya memahami ilmu, tetapi
juga mengikat makna, sehinga karakter murid terbentuk untuk senang
beribadah, beramal sholeh dan berperilaku baik.7
Dengan motto Tak Sekedar mencerdaskan otak tapi juga
membangkitkan jiwa SD Intgeral Hidayatullah Depok mendapatkan
sebuah kehormatan Kemendikbud RI Tahun 2016 sebagai Sekolah
Piloting Nasional pelaksana program PPK (Penguatan Pendidikan
Karakter), dari 250 sekolah dasar se Indonesia. Anak adalah calon
pemimpin orang-orang yang beriman, dalam proses di sekolah KBM
terintegrasi dalam proses, content, pembentukan karakter dan spirit hidup
serta budaya sekolah. Dengan demikian murid mampu membangun Visi
hidupnya.8
3) SMP Hidayatullah
SMP Hidayatullah Depok merupakan program pendidikan yang
berada dibawah naungan Departemen Pendidikan Pondok Pesantren
Hidayatullah Depok. Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah
(manusia) berbuat yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar
dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang
demikian itu termasuk perkara yang penting. (QS. Al-Luqman: 17).
7
8
Pfofil SD Integral Hidayatullah Depok 2017
Ibid
45
Integrasi nilai-nilai tauhid pada kurikulum dan seluruh aktivitas belajar.
Tetapi juga mengikat makna, sehingga karakter siswa terbentuk untuk
senang beribadah, beramal shaleh serta memiliki akhlaqul karimah.9
Program pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai tauhid pada
kurikulum dan seluruh aktivitas belajarnya. Santri tidak hanya memahami
ilmu, tetapi juga mengikat makna, sehingga karakter santri terbentuk untuk
senang beribadah, beramal shaleh dan berperilaku baik. Pendidikan
Integral Islamic Boarding School Pondok Pesantren Hidayatullah Depok.10
4) MA Hidayatullah
Madrasah Aliyah (MA) Integral Hidayatulah Depok adalah
lembaga pendidikan formal setingkat SMA yang berada di bawah naungan
Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, berafiliasi ke Departemen
Agama Kota Depok, Pada awal berdirinya, Madrasah Aliyah Hidayatullah
berada di Wilayah Kabupaten Bogor tepatnya di daerah Cilember Cisarua
Bogor, beroperasi pada tahun pelajaran 2000/2001. Kemudian, seiring
perpindahan lokasi dan pengurus Pesantren Hidayatullah Bogor ke
Pesantren Hidayatullah Depok, maka berpindah pula seluruh siswa dan
guru Madrasah Aliyah Hidayatullah ke Depok pada tahun pelajaran
2002/2003.
Di Pesantren Hidayatullah Depok, MA Integral Hidayatullah
beroperasi dan berkembang dibawah naungan Departemen Pendidikan
Hidayatullah Depok. Pada awalnya MA Integral Hidayatullah bernama
MA Hidayatullah, tetapi pada tahun 2007 ada kebijakan dari Pimpinan
Pusat Hidayatullah bahwasanya seluruh sekolah formal dari jenjang TK
sampai SMA yang berada di bawah naungan Pesantren Hidayatullah di
seluruh Indonesia, harus merubah atau menambahkan nama sekolah
9
Brosur Penerimaan Siswa Baru (PSB) Pendidikan Integral Hidayatullah, YPP
Hidayatullah Depok 2017
10
Ust. Abdurrahman, Kepala Sekolah SMP Hidayatullah Depok, Wawancara, Depok
8 Maret 2017
46
menjadi Sekolah Integral Hidayatullah, sebagai ciri khas sekolah
Hidayatullah di seluruh Indonesia. Maka sejak saat itu, MA Hidayatullah
menambahkan nama sekolahnya menjadi MA Integral Hidayatullah
Depok.11
Sebagaimana yang tertuang dalam Visi SMA Hidayatullah Depok,
yakni; Terwujudnya murid berjiwa pemimpin bertauhid, berakhlaqul
karimah dan berwawan luas. Menanamkan nilai-nilai tauhid kepada
peserta didik dalam setiap aktivitas baik disekolah maupun diluar sekoah
dengan tujuan peserta didik memiliki aqidah yang benar, rajin beribadah,
serta berakhlaqul karimah. Tak hanya berkompeten dalam ilmu
keagamaan, namun juga mahir dalam ilmu umum. Hal ini dapat dicapai
melalui program program yang dimiliki oleh MA Hidayatullah Depok
yaitu: memadukan antara kurikulum Diknas dan kurikulum Pondok
Pesantren yaitu kurikulum berbasis tauhid, pembiasaan ibadah wajib dan
sunnah yang tersistem, hafalan Al-Qur’an minimal 12 juz, english dan
arabic community, model pembelajaran yang integral dan islami, hafalan
hadits arbai’in annawawi, dan pandu hidayatullah.12
5) STIE Hidayatullah
STIE Hidayatullah Depok adalah Perguruan Tinggi yang didirikan
dibawah Ormas Hidayatullah. STIE Hidayatullah Depok lahir karena
sebuah tanggung jawab dan keprihatinan dari kenyataan bahwa Lembaga
Pendidikan pada umumnya telah melahirkan manusia penggerak
pembangunan yang hanya berorientasi materi serta bermental pekerja.
Untuk itulah, STIE Hidayatullah Depok dengan 2 (dua) Jurusan yang
dibuka berupaya mendidik calon
11
penggerak pembangunan
yang
Ust. Suhendar, Kepala Sekolah MA Hidayatullah Depok, Wawancara, Depok 21
Februari 2017
12
Ust. Abdul Muhaimin, Kepala Departemen Pendidikan Hidayatullah Depok,
wawancara, Depok 10 Februari 2017
47
berwawasan
pembangunan,
kecerdasan spiritual yang tinggi.
bermental
pemimpin
serta
memiliki
13
STIE Hidayatullah Depok adalah Perguruan Tinggi ke 3 (tiga)
yang didirikan oleh Ormas Hidayatullah. Dimana sebelumnya sudah
didirikan Sekolah Tinggi Agama Islam Lukmanul Hakim (STAIL) di
Surabaya dan Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS) di Balikpapan. Cikal
bakal STIE Hidayatullah Depok sebenarnya sudah dirintis sejak tahun
1999 di Cipinang Cempedak Jakarta Timur dengan nama Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen (STIM) Hidayatullah. Namun kemudian, berpindah
kampus di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok dengan nama STIE
Hidayatullah Depok dan mendapat legalitas dari Kementrian Pendidikan
Nasional sesuai dengan SK Mendiknas RI No. 06/D/O/2009, dan
No.10049/D/T/K-IV/2012
Perpanjangan
Ijin
Prodi
Manajemen,
No.10050/D/T/K-IV/2012 Perpanjangan Ijin Prodi Akuntansi.14
b. Pendidikan Non Formal
Pendidikan
non
formal
yakni
pendidikan
yang
dalam
penyelenggaraannya diatur oleh internal Pondok Pesantren. Pendidikan
non formal di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok meliputi: aqidah,
fiqih, bahasa Arab, dan hafalan/tahfidz Al Qur’an, serta masih banyak lagi
mata ajaran yang lain yang sifatnya pelajaran dan materi keislaman
(Diniyah).15
2. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
Kurikulum yang diterapkan dalam Pendidikan formal Pondok
Pesantren Hidayatullah yakni kurikulum Depdiknas ataupun kurikulum
Departemen agama yang dipadukan dengan kurikulum Integral Berbasis
Tauhid. Artinya menanamkan nilai-nilai Tauhid dalam setiap aktivitas
13
Profil STIE Hidayatullah, YPP Hidayatullah Depok 2017
Ibid.,
15
Ust. Abdul Muhaimin, Kepala Departemen Pendidikan Hidayatullah, wawancara,
Depok 10 Februari 2017
14
48
belajar siswa. Adapun kurikulum non formal Pondok Pesantren
Hidayatullah Depok, ditetapkan secara lokal berdasarkan musyawarah
asatidz Departemen Pendidikan Hidayatullah Depok, kurikulum non
formal merupakan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan non formal
(Diniyah).16
C. Organisasi Santri Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
Tujuan dari pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok bukan
hanya mencetak generasi yang mahir dalam ilmu keislaman, tetapi juga
bagaimana mengembangkan potensi santri dalam berbagai bidang sesuai
dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok dalam pola pendidikannya memberikan ruang kepada santri untuk
menyalurkan minat dan bakatnya bukan hanya dibidang ekstrakurikuler
namun juga santri diberikan wadah untuk berorganisasi. Organisasi memiliki
peran penting dalam pembentukan keperibadian santri, melalui organisasi
santri akan terhantarkan menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab,
kemandirian menjadi hal yang mesti dimiliki oleh setiap santri pasalnya
kehidupan santri yang jauh dari keluarga menuntut santri untuk hidup mandiri
dalam kehidupan sehari-hari di pondok pesantren. Beberapa organisasi santri
pondok pesantren hidayatullah depok diantaranya: Dewan Santri, Osis, Pandu
Hidayatullah SAR Hidayatullah, BEM, LDK, Syabab Hidayatullah17.
Selain sebagai wadah untuk pembentukan kepribadian, organisasi
santri Pondok Pesantren Hidayatullah Depok juga menjadi tempat bagi santri
untuk melatih diri berprilaku demokratis, terbuka serta menumbuhkan jiwa
kepemimpinan. melalui forum-forum musyawarah dalam organisasi santri
menjadi terbiasa untuk berbicara menyampaikan pendapatnya, berkreasi
menuangkan ide-ide yang dimiliki serta berani untuk memberikan gagasangagasan melalui perwakilan-perwakilan santri yang tergabung dalam dewan
16
Ust. Suhendar, Kepala Sekolah SMA Hidayatullah, Wawancara, Depok 21
Februari 2017
17
Ust. Iwan Ruswanda, Sekretaris Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok,
wawancara, Depok, 11 Mei 2017
49
santri. hal ini ditujukan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pendidikan
Pondok Pesantren Hidayatullah Depok.
D. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
Sistem pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok merupakan
serangkaian komponen pendidikan dan pengajaran yang saling berkaitan
untuk menunjang pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh Pondok
Pesantren Hidayatullah Depok. Pada awal berdirinya Pondok Pesantren
Hidayatullah Depok tidak mempunyai rumusan yang baku tentang sistem
pendidikan yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi pendidikan pesantren.
dalam artian sistem pengajaran masih menggunakan metode tradisional.
Namun pada intinya Pondok pesantren Hidayatullah Depok mempunyai tujuan
yang sama dengan pesantren pada umumnya yakni ilmu keagamaan.
Seiring berjalannya waktu, Pondok Pesantren Hidayatullah terus
melakukan inovasi khususnya di bidang pendidikan, sebagaimana visi dan
misi Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, yakni Menjadi Miniatur
Peradaban Islam. lahirnya sebuah peradaban yang Islami tidak terlepas dari
pada pendidikan yang berkualitas untuk mencetak insan intelektual yang
bertaqwa kepada Allah SWT dan memiliki akhlakul karimah. Sejalan dengan
itu, maka pendidikan menjadi unsur penting dalam sebuah lembaga.
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tersistem dan
terorganisir dengan baik, memiliki Pasilitas penunjang yang memadai serta
SDM yang berkompeten. oleh karena itu Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok senantiasa berupa untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk
para peserta didiknya. Berangkat dari hal itu maka kemudian Pondok
Pesantren Hidayatullah Depok mulai mengembangkan pendidikannya yang
tadinya tradisional menjadi pendidikan pesantren yang modern dengan
mendirikan sekolah formal dan mengadopsi kurikulum nasional agar para
peserta didik mampu mengikuti perkembangan zaman di era modern namun
tetap mengintegrasikan dengan nilai-nilai tauhid sehingga terciptalah konsep
50
pendidikan Integral Berbasis Tauhid sebagaimana sistem yang ada di
Pesantren Hidayatullah Depok hingga saat ini.18
Pemerintah melalui Depag RI, membuat Standarisasi Pendidikan
Agama di Pondok Pesantren. Dalam lokakarya intensifikasi pengembangan
pondok pesantren tentang tujuan pondok pesantren adalah :”untuk membina
warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama
Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupan
sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat dan bangsa.
Sejalan dengan itu tujuan pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok yakni bagaimana melahirkan kader ulama mujahid yang bertaqwa
kepada Allah SWT dan memiliki akhlakul karimah, berkompeten dan
memiliki keilmuan yang mempuni sehingga mampu memberikan bermanfaat
baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, Tarbiyah dan dakwah
menjadi Program unggulan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, maka
pendidikan yang diberikan kepada siswa dengan tidak terlepas dari ajaranajaran tauhid, keagamaan dan keilmuan umum.
Singkatnya menurut hemat penulis Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok memiliki 3 unsur utama dalam membina santri agar terciptanya
pendidikan yang sesuai dengan tujuan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok,
yakni: membina santri agar berkepribadian muslim, menghayati ajaran agama,
dan agar berguna bagi agama, masyarakat dan bangsa. Dengan demikian
tujuan pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok mencerminkan
keinginan luhur para pendiri dan ustadz untuk meningkatkan kualitas muslim
dengan jalan Tafaqquh Fi Al-Din (menguasai ilmu agama) dan sekaligus
menjadi manusia yang berkepribadian utuh (kaffah).
18
Ust. Muhaimin, Kepala Departemen Pendidikan Hidayatullah Depok, wawancara,
Depok 10 Februari 2017
51
E. Pembelajaran Demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
1. Metode Pembelajaran di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
Metode merupakan satu kata yang murujuk pada cara yang akan
digunakan untuk mencapai sebuah tujuan yang diharapkan. Dan jika dikaitkan
dengan proses pembelajaran, maka definisi metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai suatu cara yang dipilih oleh pendidik untuk mengoptimalkan
proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
Metode pembelajaran ini memiliki peran yang penting dalam proses
pembelajaran, selain agar proses belajar mengajar tidak membosankan, peserta
didik juga akan semakin mudah mencerna materi yang diberikan. Dalam hal
ini penulis ingin melihat aspek demokratis yang tertuang dalam proses belajar
mengajar melalui metode yang digunakan di Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok. Untuk itulah aspek yang akan penulis amati yakni: dalam pemilihan
sebuah metode apakah disesuaikan dengan kebutuhan materi yang diajarkan
kemudian dalam penerapan apakah berjalan sesuai dengan prosedurnya.
Sebagaimana data yang penulis peroleh terkait dengan sistem pendidikan
formal yang dimiliki oleh pesantren Hidayatullah Depok yakni pendidikan
integral berbasisi tauhid merupakan pendidikan yang mengintegrasikan antara
kurikulum nasional dengan kurikulum pesantren, sebagai lembaga pendidikan
yang berpedoman pada kurikulum nasional maka Pesantren Hidayatullah
Depok menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan aturan dan
regulasi Sistem Pendidikan Nasional, yakni pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan
tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Sejalan dengan itu, maka poin-poin penting dalam Undang-undang
tentang Sistem Pendidikan Nasional seperti pendidikan yang berdasarkan
pancasila dan UUD 1945, nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, serta
52
menyesuaikan
dengan
tuntutan
zaman
menjadi
acuan
dalam
menyelenggarakan pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok.
Sebagaimana yang disampikan oleh Ustadz Suhendar selaku kepala
sekolah MA Hidayatullah Depok, Metode pembelajaran yang diterapkan di
Pesantren Hidayatullah Depok adalah metode yang tercantum dalam
kurikulum nasional. Dalam hal implementasi metode pembelajaran, para guru
mendapatkan training khusus sebagai langkah untuk meningkatkan kreativitas
dan kualitas para guru dengan harapan terselenggaranya pendidikan yang
menyenangkan dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh murid.19
Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar dan
mengajar di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok menyesuaikan dengan
kebutuhan materi yang diajarkan, tidak monoton hanya terfokus pada satu
metode. Namun ada beberapa metode yang paling sering digunakan karena
metode ini terlihat efektif untuk pembelajaran formal maupun non formal.
Diantara metode pembelajaran yang umum digunakan dalam proses
pembelajaran di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok adalah metode
ceramah. Namun menurut penulis metode ini kurang efektif karena bersifat
monoton dalam proses pembelajaran yang berlangsung terlihat ustadz lebih
mendominasi sehingga interaksi antara ustadz dan santri kurang terjalin. Nah
untuk mensiasati agar bagaimana santri juga terlihat aktif, metode ceramah ini
biasanya diselingi dengan sesi tanya jawab dengan memberikan kesempatan
bertanya kepada santri untuk mengetahui sejauh mana pemahaman santri
terhadap materi yang telah disampaikan. Kemudian pada bagian akhir
pembelajaran ustadz memberikan review terhadap materi yang sudah
disampaikan. Yang perlu penulis tekankan disini adalah mengenai aspek
demokratis terhadap metode ini nampaknya kurang berjalan karena metode ini
bersifat Teacher Centered pembelajaran yang bepusat pada guru.
19
Ust. Suhendar, Kepala Sekolah SMA Hidayatullah Depok, Wawancara, Depok 21
Februari 2017
53
Metode pembelajaran selanjutnya adalah metode diskusi. Menurut
hemat penulis metode ini merupakan metode yang paling efektif dan cocok
untuk semua mata pelajaran di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Karena
Metode ini dilakukan dengan menyajikan sebuah materi terlebih dahulu
kemudian didiskusikan dan dianalisis oleh seluruh santri secara terbuka
hingga ditemukan sebuah penyelesaian masalahnya. Metode ini melibatkan
seluruh santri, metode ini menitikberatkan pada keaktifan santri dalam
kegiatan belajar. Ustadz juga mengkolaborasikan metode ini dengan metode
pemberian tugas baik secara individu ataupun kelompok yang selanjutnya
dipresentasikan dan didiskusikan secara terbuka di kelas. Sehingga dalam
penerapan metode ini tertuang unsur demokratis didalamnya yakni ruang
santri diberikan ruang dan kesempatan untuk lebih aktif dalam menyampaikan
pendapatnya saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Metode pembelajaran terakhir yang biasa digunakan dalam proses
belajar dan mengajar di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok yaitu: metode
demonstrasi, metode ini juga sangat umum dilakukan dalam proses
pembelajaran. Metode ini menitikberatkan pada praktek terhadap ilmu atau
materi yang didapatkan dilakukan dengan memperagakan atau menunjukkan
proses ataupun cara kerja dari materi yang sedang dipelajari untuk selanjutnya
ditirukan oleh santri.
Diatas merupakan beberapa metode pembelajaran yang biasa
digunakan dalam pembelajaran di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok,
sebagaimana metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
dalam hal pembelajaran maka dalam proses pembelajaran keterlibatan santri
menjadi bagian terpenting untuk mengetahui sejauh mana peserta didik
memahami materi yang disampaikan.
Metode sangatlah berpengaruh terhadap keberhasilan materi yang
diajarkan, di samping itu metode pembelajaran yang diterapkan di Pondok
Pesantren Hidayatullah Depok merupakan bagian dari proses penerapan nilai-
54
nilai demokratis dalam proses belajar mengajar dimana peserta didik memiliki
keleluasaan dalam menyampaikan pendapat, pembelajaran tidak monoton
hanya berpusat pada guru tapi lebih menekankan untuk santri bersikap aktif.
2. Pendidikan Demokratis di Pesantren Hidayatullah Depok
Dalam penyelenggaran pendidikan di Pesantren Hidayatullah Depok
sangat mengedepankan aspek demokratis seperti toleransi, saling menghargai
perbedaan pendapat, tenggang rasa, serta memberikan ruang kepada santri
untuk berekspresi menyalurkan minat dan bakatnya dan juga kebebasan
menyampaikan pendapat namun tetap dalam koridor yang sewajarnya, tetap
menjunjung tinggi etika dan adab seorang murid kepada guru.
Pendidikan demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
tercermin dalam aktivitas keseharian santri di lingkungan pesantren baik
secara teoritis maupun secara praktis. hal ini terlihat dalam sistem pendidikan,
model pembelajaran, proses belajar mengajar, serta materi yang diajarkan.
Dalam kegiatan belajar mengajar di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok,
santri tidak dibatasi untuk menyampaikan pendapatnya selama bernilai positif
dan dapat dipertanggung jawabkan, bahkan senantiasa diberikan stimulan agar
santri berpikir kritis dan tanggap terbiasa berbicara didepan umum.
Di samping itu Pondok Pesantren Hidayatullah Depok memberikan
ruang kebebasan santri untuk mengeksplor minat dan bakatnya dengan jalan
memberikan fasilitas-fasilitas pendukung seperti misalnya santri yang
memiliki bakat dibidang jurnalis maka santri diberikan untuk menulis
kemudian disalurkan kemedia yang berada dibawah naungan Hidayatullah
sendiri. Demikian juga dengan santri yang memiliki bakat dibidang oleh raga,
ada fasilitas berupa sarana olah raga untuk santri menyalurkan minat dan
bakatnya. Santri juga diberikan keleluasaan dalam mengikuti kegiatan-
55
kegiatan diluar kampus seperti
mengikuti seminar-seminar dalam rangka
untuk meningkatkan dan memperluas wawasan santri.20
Pola kehidupan santri di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
merupakan wujud dari proses pembelajaran, pendidikan dan pembinaan
karakter santri. Lima hal menjadi bagian dari pencapaian dalam pendidikan
pesantren yakni keikhlasan, kesederhanaan, jiwa kemandirian jiwa ukhuwah
islamiyah dan jiwa kebebasan yang bertanggung jawab.
Di era demokrasi seperti ini persatuan menjadi pilar penting dalam
sebuah kehidupan yang harmonis di lingkungan pesantren, selaras dengan pola
hidup di Pesantren Hidayatullah Depok yaitu jiwa ukhuwah islamiyah atau
jiwa persatuan. suasana kehidupan di Pesantren Hidayatullah Depok selalu
diliputi semangat persaudaraan yang sangat akrab sehingga susah dan senang
tampak dirasakan bersama-tentunya, kehidupan santri dengan berbagai
karakter dan kepribadian yang berbeda, tidak ada lagi pembatas yang
memisahkan mereka sekalipun mereka sejatinya berbeda-beda dalam
kehidupan sosial, ekonomi dan lain-lain.
Pola pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok Para santri
pun diberi kebebasan untuk memilih jalan hidupnya kelak di masyarakat.
Mereka bebas menentukan masa depannya dengan berbekal jiwa yang besar
dan optimisme yang mereka dapatkan selama ditempa di pesantren. selama
hal itu dianggap sejalan dengan nilai-nilai pendidikan yang mereka dapatkan
selama di pesantren.
Prinsip demokrasi kesetaraan dan keadilan merupakan prinsip yang
mendasari kehidupan yang multikultural di Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok. Ketiga prinsip ini menggaris bawahi bahwa setiap anak memiliki hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan dan perlakuan yang sama di
lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Hal ini sejalan dengan
20
Ust. Iwan Ruswanda, Sekretaris Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok,
wawancara, Depok, 11 Mei 2017
56
prinsip demokrasi pada kehidupan yang multikultural, serta sesuai dengan
pemahaman islam dan pengalaman historis umat islam. Sebagaimana
disebutkan dalam berbagai ayat dalam Al-Qur’an yang mengandung prinsip
demokrasi, kesetaraan, dan keadilan yang memberikan landasan moral dan
etik bawa setiap orang memiliki hak untuk memperoleh perlakuan baik, baik
dalam soal ucapan, sikap maupun perbuatan.
Prinsip demokrasi (al-musyawarah) kesetaraan (al-musawah) dan
keadilan (al’adl) telah dipraktekkan oleh Rasulullah untuk mengelola
keragaman kelompok dalam masyarakat di Madinah. Dua pasal piagam
Madinah menunjukan bahwa Rasulullah memiliki kepedulian tinggi terhadap
persoalan demokrasi, kesetaraan, dan keadilan antar etnis, antar ras dan antar
agama.
Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
memberikan pendidikan
kepada santrinya agar menjadi kader yang militan untuk menjaga moralitas
berdasarkan pemahaman keagamaan yang kuat. Di samping itu kehidupan di
lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah memperkenalkan berbagai macam
karakter manusia yang menjadi cermin masyarakat. Santri datang dari
berbagai latar belakang ekonomi, pendidikan, dan budaya dididik secara
bersama-sama tanpa membeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya. Pada
titik ini sebenarnya Pondok Pesantren Hidayatullah Depok telah mengajarkan
persamaan hak dan kewajiban santri sekaligus mengajarkan berbagai sikap
kemasyarakatan yang majemuk seperti toleransi, tolong menolong, dan
menghargai sesama. Maka dengan demikian Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok memiliki harapan yang besar dapat melahirkan tokoh-tokoh penting
yang di kemudian hari mampu berperan besar dalam membangun bangsa.21
Senapas dengan apa yang terjadi dari bilik pesantren pada umumnya,
Pondok Pesantren Hidayatullah Depok memiliki santri yang berbeda dari
berbagai latar belakang, budaya dan tingkat ekonomi. Namun mereka belajar
21
Ust. Aminullah, Guru SMP Integral Hidayatullah Depok, Wawancara, Depok, 10
Maret 2017
57
toleransi dan menghargai keragaman yang ada berangkat dari keseharian
dalam kehidupan di pesantren.Walaupun di Indonesia kita dengan mudah
menemukan pesantren baik itu yang bercorak modernis, ataupun yang masih
salaf mengindikasikan bahwa negara dengan berpenduduk paling padat ketiga
didunia adalah mayoritas beragama muslim.22
Justru ketika Islam menjadi agama dengan penganut terbanyak dan
kaum santri yang tidak kalah banyaknya, islam tidak segampang itu untuk
dijadikan ideologi negara, justru yang terjadi adalah toleransi antar umat yang
terjalin menghasilkan pemandangan yang apik pada taraf multikulturalisme.
Pesantren Hidayatullah Depok mengajari para santrinya untuk mengakui
kemajemukan dan menanggapinya sebagai sunatullah yang telah ditentukan
oleh tuhan di dunia. Dan para santri telah menunjukan perlakuan bagaimana
menanggapi keragaman yang ada disekitar.
Dizaman demokrasi seperti ini dimana celah untuk bersinggungan
dengan orang dari berbagai ras, agama, etnis, bangsa menjadi lebar maka
diperlukanlah pendidikan multikiulturalisme untuk meminimalisisr intoleransi,
kecurigaan ataupun menganggap bahwa diri sendiri adalah bangsa yang
terbaik, dengan pendidikan multikulturalisme nilai-nilai demokrasi dapat
disemai dan dipupuk sejak dini dalam pendidikan pondok pesantren, sehingga
menjadi sebuah nilai universal agar kedamaian dan kenyamanan dalam hidup
bersama dapat tercapai.
3. Implementasi Pendidikan Demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok
Tujuan dari pendidikan Islam pada dasarnya adalah melahirkan
generasi generasi yang bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki akhlakul
karimah, dan Memiiki keilmuan baik dalam bidang keagamaan maupun
keilmuan umum sebagai bekal untuk digunakan dalam menyampaikan syiar
22
Ust. Suhendar, Kepala Sekolah SMA Hidayatullah, Wawancara, Depok 21
Februari 2017
58
islam di masyarakat. Sama halnya dengan pondok pesantren Hidayatullah
depok yang memiliki konsep pendidikan Integral Berbasis Tauhid.
Tujuan dari pada pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
yakni mencetak kader ulama mujahid yang ditujukan untuk menyebarkan
syiar Islam sebagai Rahmatan Lilalamin sesuai dengan Visi Pondok
Pesantren Hidayatullah Depok itu sendiri yakni Menjadi Miniatur Peradaban
Islam.
Sebagaimana program utama Pondok Pesantren Hidayatullah, yakni
Tarbiyah dan Dakwah, maka memberikan pendidikan yang terbaik agar para
santri menjadi manusia yang unggul dalam segala bidang keilmuan, memiliki
kecerdasan baik secara sosial maupun spiritual, sebagai bekal berdakwah
dimasyarakat.
Di lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, aktivitas
keseharian santri selalu memiliki nilai pendidikan. Hidup berasrama dengan
segala dinamikanya membuat santri menjadi mandiri, lebih dewasa, dan
memiliki jiwa kepemimpinan. Kehidupan berasrama dengan berbagai macam
watak dan kepribadian yang berbeda antar santri menuntut para santri untuk
memiliki sikap toleransi, saling menghormati, dan saling menghargai
perbedaan pendapat.23 singkatnya kehidupan para santri yang multikultural
diiringi dengan pemahaman keislaman akan menciptakan kehidupan yang
demokratis dikalangan para santri.
Pesantren Hidayatullah Depok dengan segala hiruk pikuk kehidupan
didalamnya sejatinya mencerminkan kehidupan dengan tingkat keragaman
dan heterogensi penghuninya yang selanjutnya tentu saja akan membawa
pada perbedaan individu seperti karakter dan kepribadiannya. Pesantren
Hidayatullah Depok menanamkan pendidikan multikiultural kepada para
santrinya yang tidak hanya terbatas pada sekat-sekat dinding kelas dan
pembelajarannya, namun lebih dari itu para santri hidup berbaur dengan
23
Ust. Fauzan, Guru MA Hidayatullah Depok, wawancara, Depok, 20 maret 2017
59
berbagai macam orang yang berbeda dalam satu lingkungan yang sama dan
dengan berbagai kegiatan. Semuanya menciptakan suasana dan kondisi yang
berbeda dengan sekolah formal pada umumnya.
Inilah sisi lain dari sebuah nilai demokrasi berupa toleransi akan
keberadaan multikulturalisme di lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok. Para santri belajar bagaimana berbaur dan bersama dengan tidak
melihat latar belakang dan budaya mereka, justru santri adalah orang yang
lebih menghargai berbagai macam perbedaan.24
Toleransi adalah hal yang urgen dan dibutuhkan di Era ini, dimana
kita hidup sebagai seorang manusia yang hidup dalam suatu etnis dan hidup
bersama dengan bebagai macam golongan manusia. Pesantren Hidayatullah
Depok mampu menjawab tantangan hidup di era demokrasi ini dengan
menanamkan nilai-nilai yang diperlukan disaat ini kepada santri-santrinya.
Meskipun secara umum pandangan kita terhadap pesantren lebih menyoroti
metode pembelajaran dalam bilik pesantren dan relasi hubungan antara kyai
dan santri, sungguh pesantren memberi perwujudan yang tidak hanya penting
namun amat sangat dibutuhkan.
Bebeda kiranya dengan pendidikan formal yang menurut mainstream
lebih demokratis dalam hal pembelajaran karena telah menemukan
momentumnya dengan diciptakannya berbagai variasi metode mengajar yang
lebih berpusat pada pada siswa. Tentu saja hasil lebih lanjut membuat siswa
menjadi individu yang aktif, kreatif dan lebih berpikiran dinamis dan
terhindar dari kestatisan dan kejumudan, namun ada hal yang menjadi sorotan
lebih dimana nilai-nilai demokrasi yang hanya disampaikan dalam sebatas
teori yang termaktub dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan itu
pun disampaikan dalam alokasi waktu yang terbatas dan praktikal yang
minim. Karena pendidikan di sekolah formal biasanya lebih homogen,
24
Ust. Suhendar, Kepala Sekolah SMA Hidayatullah, Wawancara, Depok 21
Februari 2017
60
dimana siswanya berada pada tataran latar belakang atau budaya yang hampir
sama.
Bagaimana dengan aplikasi teori didalam mata pembelajaran yang
menekankan pada aspek sosial, setidaknya jika dibenturkan dengan hasil dari
pedidikan pesantren, sekolah formal memiliki skala keberhasilan yang minim.
Langkah konkrit telah diambil oleh pendidikan pesantren Hidayatullah Depok
yakni memadukan antara pendidikan formal dengan pendidikan pesantren
serta menerapkan tradisi mukim bagi para santrinya, santri dari berbagai
kalangan dan asal usul berbaur menjadi satu sehingga pergaulan santri
menjadi lebih variatif. Pesantren satu langkah lebih maju daripada sekolah
formal dalam menerapkan teori toleransi dan pluralisme yang menggaung
diera demokrasi seperti saat ini.
Ternyata demokrasi hidup dalam bilik-bilik pesantren. Demokrasi
sebagai sistem yang paling banyak digunakan saat ini bukanlah hal yang
asing bagi pesantren, karena nabi Muhammad pun telah mempraktekkannya.
Sehingga Pondok Pesantren Hidayatullah pun mengambil nilai-nilai dari
demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikannya.
Fenomena
di
Pondok
Pesantren
Hidayatullah
Depok
terkait
demokrasi, kebebasan santri untuk menyampaikan pendapat disisi lain
banyaknya aturan yang ditetapkan oleh pesantren sehingga banyak anggapan,
bahwa aturan tersebut tidak demokratis dan melanggar hak azasi manusia.
Demokratis atau ‘’tidak demokratis’’ menurut penulis itu bukanlah sebuah
tolak ukur demokrasi, aturan yang dibuat merupakan upaya yang dilakukan
agar santri senantiasa melakukan hal positif dan berada dijalan yang benar.
Napas demokrasi telah lama berhembus dari sejak Islam itu lahir,
hembusannya hadir hingga bilik-bilik pesantren, salah satunya adalah Pondok
Pesantren Hidayatullah Depok. Sejatinya, pemikiran demokratis disemai dan
dibangun dari pesantren. Pesantren dan pendidikan demokrasi berjalan
beriringan untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik.semoga bermanfaat
61
F. Kendala-Kendala
Pondok
Pesantren
Hidayatullah
Depok
dalam
Menerapkan Nilai-Nilai Pendidikan Demokratis
Seiring dengan berkembangnya zaman, maka timbul persoalanpersoalan yang harus dihadapi oleh Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
diantaranya adalah persoalan modernisasi pesantren. pasalnya Pondok
Pesantren Hidayatullah Depok saat awal berdirinya memiliki sistem
tradisional dalam memberikan pendidikan kepada santrinya, yakni sistem
pembelajaran non klasikal dan menggunakan metode sorogan, bandongan dan
wetonan. Untuk merespon perkembangan ini, maka secara bertahap Pesantren
Hidayatullah Depok mulai mengembangkan sistem pendidikannya yang
mulanya tradisional perlahan berubah menjadi modern. Namun Pesantren
Hidayatullah Depok senantiasa jeli dan berhati-hati dalam mengadopsi sistem
pendidikan modern jangan sampai merubah persepsi masyarakat terhadap
tradisi yang ada pada Pondok Pesantren Hidayatullah Depok.
Sistem pembelajaran tradisional yang sejak awal sudah melekat pada
Pondok Pesantren Hidayatullah Depok tidak dihilangkan secara keseluruhan
karena ini merupakan ciri khas Pondok Pesantren Hidayatullah Depok,
mengembangkan sistem pendidikan tanpa harus menghilangkan tradisi adalah
cara yang tepat bagi Pondok Pesantren Hidayatullah Depok untuk menjawab
tantangan zaman agar bisa tetap eksis di era modern seperti saat ini.25
Di atas merupakan gambaran yang dihadapi oleh Pondok Pesantren
Hidayatullah Depok untuk menjawab tantangan zaman di era modern ini. Tak
cukup sampai disitu, pesantren yang dalam pola kepemimpinannya kental
dengan figur seorang kyai sebagai pimpinan pondok pesantren yang memiliki
wewenang dan kekuasaan untuk mengatur sistem yang berlaku di lingkungan
pesantren, disamping itu Pondok Pesantren Hidayatullah Depok harus pula
peka terhadap kebutuhan santrinya untuk mengembangkan potensinya dalam
berbagai disiplin ilmu dan keterampilan.
25
Ust. Iwan Ruswanda, Sekretaris Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok,
wawancara, Depok, 11 Mei 2017
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,
maka selanjutnya penulis membuat kesimpulan dan saran terkait pendidikan
demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok sesuai dengan apa yang
sudah diperoleh selama penelitian di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok.
A. Kesimpulan
1. Pendidikan yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok adalah pendidikan yang mengandung nilai-nilai demokratis yang
berdasar pada sistem pendidikan integral berbasis tauhid, yaitu pendidikan
memadukan antara kurikulum Diknas dan kurikulum pondok pesantren
dengan mengintegrasikan nilai-nilai tauhid pada kurikulum dan seluruh
aktivitas belajar. Dengan konsep pendidikan integral berbasis tauhid yang
mengacu kepada Sistem Pendidikan Nasional, maka nilai-nilai pendidikan
demokratis tertuang dalam sendi-sendi pembelajaran di Pondok Pesantren
Hidayatullah Depok
2. Dalam penyelenggaran pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok aspek-aspek demokratis terlihat berjalan baik. Secara teoritis nilainilai demokratis di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok meliputi metode
pembelajaran dan materi yang diajarkan baik didalam didalam maupun
diluar kelas. Secara praktis nilai-nilai demokratis tercermin dalam
keseharian santri di lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok,
seperti toleransi, saling menghargai perbedaan pendapat, tenggang rasa,
serta kebebasan santri untuk menyampaikan pendapat secara bertanggung
jawab dan masih berada dalam batas yang sewajarnya serta tetap
menjunjung tinggi etika dan adab seorang santri kepada ustadz.
3. Pondok Pesantren Hidayatullah Depok juga memberikan ruang kebebasan
santri untuk menyalurkan minat dan bakatnya dengan jalan memberikan
fasilitas-fasilitas pendukung seperti sarana olah raga dan wadah
berorganisasi untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh
63
64
santri. Selain itu, Santri juga diberikan keleluasaan dalam mengikuti
kegiatan-kegiatan diluar kampus seperti
mengikuti seminar-seminar
dalam rangka untuk meningkatkan dan memperluas wawasan santri. Di
lingkungan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, aktivitas keseharian
santri selalu memiliki nilai pendidikan. Hidup berasrama dengan segala
dinamikanya membuat santri menjadi mandiri, lebih dewasa, dan memiliki
jiwa kepemimpinan. Kehidupan berasrama dengan berbagai macam watak
dan kepribadian yang berbeda antar santri menuntut para santri untuk
memiliki sikap toleransi, saling menghormati, dan saling menghargai
perbedaan pendapat.
B. Saran
Perlu kiranya mensosialisasikan lebih luas lagi pentingnya bersikap
demokratis terutama dalam kehidupan santri dengan berbagai watak dan
kepribadian. Di samping itu, untuk menunjang pendidikan yang lebih baik lagi
sarana dan prasarana di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok perlu ditingkatkan
agar lebih memadai sehingga santri memiliki banyak ruang dalam menyalurkan
potensi-potensi yang dimilikinya. Kompetensi sumber daya manusia (pendidik)
menjadi unsur penting dalam mencapai keberhasilan dalam belajar dan
pembelajaran, oleh karenanya kualitas dan kreativitas pendidik di Pondok
Pesantren Hidayatullah Depok perlu ditingkatkan agar tercipta suasana belajar
yang menyenangkan bagi peserta didik, serta tercapainya tujuan pembelajaran.
64
DAFTAR PUSTAKA
Al-Fandi Haryanto, Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Alkaf, H. Nuraida, Metodologi Penelitian Pendidikan, Ciputat: Islamic Research
Publishing, 2005.
Arifin, Anwar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Balai Pustaka,
Cet.I, 2005.
Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium
Baru, Jakarta: Kalimah, Cet. III, 2001.
Basrowi,“Membedah Senioritas dalam Dunia Pendidikan”
http://opinisosiologipendidikan.blogspot.co.id/2015/03/membedahsenioritas
-dalam-dunia.html diakses pada 20 Januari 2017
Dahuri, Olman. Pesantren-pesantren Berpengaruh di Indonesia, Jakarta:
Erlangga, 2015
Danim, Sudarman, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2003
Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta,2014
Departemen Pendidikan Nasional, Teropong Pendidikan Kita, Ontology Artikel
2005-2006, Jakarta: Pusat Informasi dan Humanis Dep.Dik.Nas, 2006
Depdiknas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (jakarta: Pusat Data dan Informasi Pendidikan,
2003),
Dewantara, Ki Hajar. Bagian Pertama Pendidikan, Yogyakarta: Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa, 1962
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan
Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, Jakarta: LP3ES, 2015
Emzie, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rajawali Pers,
2011
Fiere, Pendidikan Sebagai Praktik Pembebasan, Jakarta: Gramedia, 1984
Gulo, W. Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Grasindo, 2002
Hasbullah. Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya
terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2010
65
66
-----. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001
Karim Rusli. M. “Pendidikan Islam Sebagai Upaya Pembebasan” dalam
Pendidikan Islam Antara Cita dan Fakta, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991
Karya Tulis Ilmiah “Peranan Kyai dalam Pesantren”
http://karyatulisilmiah.com/peranan-kyai-dalam-pesantren/ diakses pada 19
Januari 2017
Madjid, Nurcholis, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta:
Paramadina, 1997
MD, Mahfud. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia (Studi Tentang Interaksi
Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. II, 2003
Moleong J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 2002
Naqim, Ainun dan Syauqi, Ahmad, Pendidikan Multikultural: Konsep dan
Aplikasi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008
Nata, Abuddin, Manajemen Pendidikan, Jakarta: Prenada Media, 2003
Nova Rizqiawati, “Islam dan Demokrasi: Studi terhadap Nilai-nilai Demokrasi
Di Pondok Pesantren Madinatunnajah Tangerang Selatan”, Tesis UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta: 2015
Nurdin, Diding, Reformasi Pendidikan Menuju Masyarakat Madani, Jakarta:
Harian Pikiran Rakyat, 2008
Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
Cet. XII, 1985
Ramayulis, Dasar-dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan,
Jakarta: Kalam Mulia, 2005
Rapar, J.H, Filsafat Politik Aristoteles, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet.II,
1993.
Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Prenadamedia
Group, 2013.
Sarosa, Samiaji, Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Indeks, 2011
Sindunata, (ed). Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Yogyakarta: 2000.
67
Soyokmuti, Nurani. Teori-teori Pendidikan: dari Tradisional, (Neo) Liberal,
Marxis-Sosialis, hingga Post Modern, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2015
Sudjiono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1996
Sugandi, Ahmad, dkk. Teori Pembelajaran, Semarang: UPT MMK UNNES, 2004
Suyanto, Bagong dan Sutinah, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2005
Tilaar, H.A.R, Multikultural Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam
Transformasi Pendidikan Nasional, Jakarta: Grasindo, 2004.
-----. Standarisasi Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 2012
Ubaidillah. A dkk, Pendidikan Kewargaan; Demokrasi, HAM & Masyarakat
Madani, Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000
Umiarso dan Zamroni, Pendidikan Pembebasan dalam Perspektif Barat dan
Timur, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011
Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah, “Sekilas Tentang Pesantren
Hidayatullah” http://hidayatullah.or.id/sekilas-hidayatullah/ diakses pada 27
April 2017
Yunus, M. Firdaus. Pendidikan Berbasis Realitas Sosial: Paulo Freire & YB.
Mangunwijaya, Jogjakarta: Longung Pustaka, Cet.I, 2004
Wikipedia,“Pesantren”https://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren#Pesantrenmodern
diakses pada 18 Januari 2017
Zurinal, Z dan Wahdi Sayuti. Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan
Pendidikan, Jakarta: Lembaga Pendidikan UIN Jakarta dengan UIN Jakarta
Pers, 2006
Lampiran I
BERITA WAWANCARA
Hari/Tanggal
: 10 Februari 2017
Nara Sumber
: Ustadz Abdul Muhaimin, MM
Jabatan
: Kepala Departemen Pendidikan Pondok Pesantren
Hidayatullah Depok
Alamat
: Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
Pertanyaan Wawancara
1. Bagaimana kurikulum yang diterapkan di Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok
2. Apa saja program pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
3. Bagaimana sistem pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
Hasil Wawancara
Kurikulum yang diterapkan dalam Pendidikan formal Pondok Pesantren
Hidayatullah Yakni kurikulum Depdiknas ataupun kurikulum Departemen agama
yang dipadukan dengan kurikulum integral berbasis tauhid. Artinya menanamkan
nilai-nilai tauhid dalam setiap aktivitas belajar siswa.
Adapun kurikulum non formal pondok pesantren ditetapkan secara lokal
berdasarkan musyawarah asatidz Departemen Pendidikan Hidayatullah Depok,
kurikulum non formal merupakan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan non
formal (Diniyah)
Pada awal berdirinya Pondok Pesantren Hidayatullah Depok tidak mempunyai
rumusan yang baku tentang sistem pendidikan yang dapat dijadikan sebagai acuan
bagi pendidikan di pondok pesantren dalam artian sistem pengajaran masih
menggunakan metode tradisional. Namun pada intinya Pondok pesantren
Hidayatullah Depok mempunyai tujuan yang sama dengan pesantren pada
umumnya yakni ilmu keagamaan.
Pendidikan formal di Pondok Pesantren Hidayatullah memadukan antara
kurikulum Diknas dan kurikulum Integral Berbasis Tauhid. Sejauh ini pendidikan
yang ada di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok memiliki beberapa jenjang
diantaranya: PAUD, KB-TK, SD, SMP, MA dan STIE.
1
Adapun Pendidikan non formal adalah pendidikan yang dalam
penyelenggaraannya diatur oleh internal pondok pesantren. Pendidikan non
formal Pondok Pesantren Hidayatullah Depok meliputi: Aqidah, Bahasa Arab,
Tahfidz, Halaqoh Ta’lim, dll.
Tujuan Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok yakni bagaimana
melahirkan kader-kader militan yang bertaqwa kepada Allah SWT dan memiliki
Akhlakul Karimah, berkompeten dan memiliki keilmuan yang mempuni sehingga
mampu memberikan bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain,
Tarbiyah dan dakwah menjadi Program unggulan pondok pesantren hidayatullah
depok, maka pendidikan yang diberikan kepada siswa dengan tidak terlepas dari
ajaran-ajaran tauhid, keilmuan agama dan umum.
Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang
sanggup dengan ilmu agamanya Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan
amal, Mempersiapkan santri untuk menjadi manusia yang alim dalam ilmu agama
dimasyarakat.
Kedua rumusan tujuan pondok pesantren tersebut diatas, pada dasarnya tidak
berbeda jauh, ada tiga unsur utamanya didalamnya yaitu: membina santri agar
berkepribadian muslim, menghayati ajaran agama dan agar berguna bagi agama,
masyarakat dan bangsa. Dengan demikian tujuan pendidikan pondok pesantren
mencerminkan keinginan luhur para ulama’ yaitu meningkatkan kualitas muslim
dengan jalan tafaqquh fi al-din (menguasai ilmu agama) dan sekaligus menjadi
manusia yang berkepribadian utuh (kaffah).
Depok, 10 Februari 2017
Penulis
(Ahmad Husain)
Responden
(Ustadz Abdul Muhaimin, MM)
2
BERITA WAWANCARA
Hari/Tanggal
: 11 Mei 2017
Nara Sumber
: Ustadz Iwan Ruswanda, M.Pd.I
Jabatan
: Sekretaris Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
Alamat
: Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
Pertanyaan Wawancara
1. Bagaimana sejarah berdirinya Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah
Depok
2. Bagaimana visi dan misi pesantren Hidayatullah Depok
3. Bagaimana sarana dan prasarana Pesantren Hidayatullah Depok
4. Bagaimana forum musyawarah Pesantren Hidayatullah Depok
Hasil Wawancara
Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok dirintis pendiriannya sejak tahun
1989. Kegiatan pertama dimasa perintisan berkisar pada penggarapan lahan dan
shilaturrahim kepada masyarakat sekitar, mengingat kondisi lahan pesantren
masih berupa hutan bambu yang lebat dan belum adanya prasarana dan sarana
yang memadai.
Pesantren Hidyatullah Depok yang kini beralamat di Jl. Raya Kalimulya,
Kelurahan Kalimulya Rt.01 RW.05, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, saat
perintisannnya berdiri di atas lahan wakaf seluas 3,5 ha. Tanah ini diwakafkan
oleh simpatisan yang juga salah seorang tokoh perintis Pesantren Hidayatullah
Depok yaitu almarhum Ustadz Agus Soetomo.
Dalam bidang fisik mulai dibangun asrama santri yang sangat sederhana, gedung
sekolah dan lainnya atas bantuan masyarakat. Pada tahun 1996, atas prakarsa KH.
Usman Palese merintis kepanitian Kampus Terpadu yang melibatkan Pemerintah
Kabupaten Bogor, Kotif Depok, LPM ISTN, Daksa Group dan para simpatisan
Pondok Pesantren. Kepanitiaan ini telah berhasil membuat master plan dan maket,
meratakan tanah, pengerasan jalan, pembangunan tujuh unit Guest House dari
sepuluh unit yang direncanakan.
Krisis moneter pada tahun 1997 yang disusul oleh krisis-krisis lainnya, membuat
upaya mewujudkan Pembangunan Kampus Terpadu mengalami kendala, akan
tetapi hal ini tidak menyurutkan semangat para pengurus Pondok Pesantren untuk
3
terus melibatkan ummat didalam beramal shaleh melalui Pondok Pesantren
Hidayatullah.
Pada bulan September 2011, terjadi perubahan status PPH Depok menjadi salah
satu dari tujuh Kampus Utama Hidayatullah se- Indonesia. Kepengurusan ketua
yayasan berganti dari Ust. Ir. M. Abu A’la Abdullah, MH.I kepada Ust. Drs.
Wahyu Rahman. Dan saat ini amanah ketua yayasan diemban oleh Ust Lalu
Mabrul, M.Pd.I dan sekretaris Muhammad Iwan Ruswanda, M.Pd.I yang dilantik
pada bulan Februari silam.
Visi dan Misi
VISI
Menjadi Kampus Miniatur Peradaban Islam
MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan integral berbasis Tauhid
2. Menyelenggarakan Koperasi dan ekonomi keumatan yang berdaya saing
3. Memberdayakan kaum Dhu’afa dan Mustadh’afin
4. Mengembangkan Kampus yang Alami, Ilmiah dan Islamiah.
Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
Pondok Pesantren Hidayatullah Depok menjadikan masjid sebagai pusat
peradaban. Masjid merupakan sarana utama tak hanya sebagai tempat beribadah,
namun masjid juga dijadikan sarana dalam berbagai kegiatan pendidikan dan
keagamaan. Selain masjid ada beberapa sarana dan prasarana yang menunjang
pendidikan yakni beberapa unit gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium,
asrama untuk tempat tinggal santri dan lapangan olah raga
Depok, 11 Mei 2017
Penulis
(Ahmad Husain)
Nara Sumber
(Ustadz Iwan Ruswanda, M.Pd.I)
4
BERITA WAWANCARA
Hari/Tanggal
: 21 Februari 2017
Nara Sumber
: Ustadz Andi Ahmad Suhendar, S.Pd
Jabatan
: Kepala Sekolah MA Hidayatullah Depok
Alamat
: Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
Pertanyaan Wawancara
1.
2.
3.
4.
Bagaimana Visi dan Misi MA Hidayatullah Depok
Bagaimana Organisasi Siswa MA Hidayatullah Depok
Bagaimana metode pembelajaran di MA Hidayatullah Depok
Bagaimana sistem Pendidikan Demokratis di MA Hidayatullah Depok
Hasil Wawancara
Madrasah Aliyah (MA) Integral Hidayatulah adalah lembaga pendidikan formal
setingkat SMA yang berada di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren
Hidayatullah Depok, berafiliasi ke Departemen Agama Kota Depok, Pada awal
berdirinya, Madrasah Aliyah Hidayatullah berada di Wilayah Kabupaten Bogor
tepatnya di daerah Cilember Cisarua Bogor, beroperasi pada tahun pelajaran
2000/2001. Kemudian, seiring perpindahan lokasi dan pengurus Pesantren
Hidayatullah Bogor ke Pesantren Hidayatullah Depok, maka berpindah pula
seluruh siswa dan guru Madrasah Aliyah Hidayatullah ke Depok pada tahun
pelajaran 2002/2003.
Di Pesantren Hidayatullah Depok, MA Integral Hidayatullah beroperasi dan
berkembang dibawah naungan Departemen Pendidikan Hidayatullah Depok. Pada
awalnya MA Integral Hidayatullah bernama MA Hidayatullah, tetapi pada tahun
2007 ada kebijakan dari Pimpinan Pusat Hidayatullah bahwasanya seluruh
sekolah formal dari jenjang TK sampai SMA yang berada di bawah naungan
Pesantren Hidayatullah di seluruh Indonesia, harus merubah atau menambahkan
nama sekolah menjadi Sekolah Integral Hidayatullah, sebagai ciri khas sekolah
Hidayatullah di seluruh Indonesia. Maka sejak saat itu, MA Hidayatullah
menambahkan nama sekolahnya menjadi MA Integral Hidayatullah Depok.
Sebagaimana yang tertuang dalam Visi SMA Hidayatullah Depok, yakni;
Terwujudnya murid berjiwa pemimpin bertauhid, berakhlaqul karimah dan
berwawan luas. Menanamkan nilai-nilai tauhid kepada peserta didik dalam setiap
aktivitas baik disekolah maupun diluar sekoah dengan tujuan peserta didik
memiliki aqidah yang benar, rajin beribadah, serta berakhlaqul karimah. Tak
5
hanya berkompeten dalam ilmu keagamaan, namun juga mahir dalam ilmu umum.
Hal ini dapat dicapai melalui program program yang dimiliki oleh SMA
Hidayatullah Depok yaitu: memadukan antara kurikulum Diknas dan kurikulum
Pondok Pesantren yaitu kurikulum berbasis tauhid, pembiasaan ibadah wajib dan
sunnah yang tersistem, hafalan Al-Qur’an minimal 12 juz, english dan arabic
community, model pembelajaran yang integral dan islami, hafalan hadits arbai’in
annawawi, dan pandu hidayatullah.
Organisasi siswa MA hidayatullah meliputi: OSIS dan PANDU Hidayatullah
Dalam penyelenggaran pendidikan di pesantren hidayatullah depok sangat
mengedepankan aspek demokratis seperti toleransi, saling menghargai, tenggang
rasa, serta memberikan ruang kepada santri untuk berekspresi menyalurkan minat
dan bakatnya dan juga kebebasan menyampaikan pendapat namun tetap dalam
koridor yang sewajarnya, tetap menjunjung tinggi etika dan adab seorang murid
kepada guru. Murid harus mampu membedakan adab dalam meyampaikan
pendapat antara murid dengan guru dan murid dengan sesama murid lainnya.
Disamping itu pondok pesantren hidayatullah juga depok memberikan ruang
kebebasan santri untuk mengeksplor minat dan bakatnya dengan jalan
memberikan fasilitas-fasilitas pendukung seperti misalnya santri yang memiliki
bakat dibidang jurnalis maka santri diberikan untuk menulis kemudian disalurkan
kemedia yang berada dibawah naungan hidayatullah sendiri. Demikian juga
dengan santri yang memiliki bakat dibidang oleh raga, ada fasilitas berupa sarana
olah raga untuk santri menyalurkan minat dan bakatnya. Santri juga diberikan
keleluasaan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan diluar kampus seperti mengikuti
seminar-seminar dalam rangka untuk meningkatkan dan memperluas wawasan
santri.
Depok, 21 Februari 2017
Penulis
(Ahmad Husain)
Nara Sumber
(Ustadz Andi Ahmad Suhendar, S.Pd)
6
BERITA WAWANCARA
Hari/Tanggal
: 8 Maret 2017
Nara Sumber
: Ustadz Abdurrahman Hakim, S.Pd.I
Jabatan
: Kepala Sekolah SMP Hidayatullah Depok
Alamat
: Pondok Pesantren Hidayatullah Depok
Pertanyaan Wawancara
1.
2.
3.
4.
Bagaimana Visi dan Misi SMP Hidayatullah Depok
Bagaimana Organisasi Siswa SMP Hidayatullah Depok
Bagaimana metode pembelajaran di SMP Hidayatullah Depok
Bagaimana sistem Pendidikan Demokratis di SMP Hidayatullah Depok
Hasil Wawancara
SMP Hidayatullah depok merupakan program pendidikan yang berada dibawah
naungan Departemen Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatullah Depok. Integrasi
nilai-nilai tauhid pada kurikulum dan seluruh aktivitas belajar. Tetapi juga
mengikat makna, sehingga karakter siswa terbentuk untuk senang beribadah,
beramal shaleh serta memiliki akhlaqul karimah.
“Program pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai tauhid pada kurikulum
dan seluruh aktivitas belajarnya. Santri tidak hanya memahami ilmu, tetapi juga
mengikat makna, sehingga karakter santri terbentuk untuk senang beribadah,
beramal shaleh dan berperilaku baik” Pendidikan Integral Islamic Boarding
School Pondok Pesantren Hidayatullah Depok.
Sama halnya dengan MA Hidayatullah Depok, Organisasi siswa di SMP
Hidayatullah Meliputi OSIS dan Pandu Hidayatullah.
Dalam penyelenggaran pendidikan di pesantren hidayatullah depok sangat
mengedepankan aspek demokratis seperti toleransi, saling menghargai, tenggang
rasa, serta memberikan ruang kepada santri untuk berekspresi menyalurkan minat
dan bakatnya dan juga kebebasan menyampaikan pendapat namun tetap dalam
koridor yang sewajarnya, tetap menjunjung tinggi etika dan adab seorang murid
kepada guru. Murid harus mampu membedakan adab dalam meyampaikan
pendapat antara murid dengan guru dan murid dengan sesama murid lainnya.
7
Pendidikan demokratis di pondok pesantren hidayatullah tercermin dalam
aktivitas keseharian santri di lingkungan pesantren baik secara teoritis maupun
secara praktis. hal ini terlihat dalam sistem pendidikan, model pembelajaran,
proses belajar mengajar, serta materi yang diajarkan.
Dalam kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren hidayatullah, santri tidak
dibatasi untuk menyampaikan pendapatnya selama bernilai positif dan dapat
dipertanggung jawabkan, bahkan senantiasa diberikan stimulan agar santri
berpikir kritis dan tanggap terbiasa berbicara didepan umum.
Disamping itu pondok pesantren hidayatullah juga depok memberikan ruang
kebebasan santri untuk mengeksplor minat dan bakatnya dengan jalan
memberikan fasilitas-fasilitas pendukung seperti misalnya santri yang memiliki
bakat dibidang jurnalis maka santri diberikan untuk menulis kemudian disalurkan
kemedia yang berada dibawah naungan hidayatullah sendiri. Demikian juga
dengan santri yang memiliki bakat dibidang oleh raga, ada fasilitas berupa sarana
olah raga untuk santri menyalurkan minat dan bakatnya. Santri juga diberikan
keleluasaan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan diluar kampus seperti mengikuti
seminar-seminar dalam rangka untuk meningkatkan dan memperluas wawasan
santri.
Depok, 8 Maret 2017
Penulis
(Ahmad Husain)
Responden
(Ustadz Abdurrahman Hakim, S.Pd.I)
8
PROFIL SEKOLAH
1. Nama Sekolah
: SMP INTEGRAL HIDAYATULLAH
2. Alamat : Jalan
: Jalan Raya Kalimulya
Desa/Kelurahan
: Kalimulya
Kecamatan
: Cilodong
Kabupaten/Kota
: Depok
Provinsi
: Jawa Barat
No. Telp/HP
: 021 – 77835353
3. NamaYayasan
AlamatYayasan
: Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah
: Kp. Kebon Duren Kalimulya RT 01/05
Cilodong KotaDepok
4. NSS/NIS/NPSN
: 202027703001 / 201070 / 20229003
5. Jenjang Akreditasi
: Terakreditasi C
6. Tahun Didirikan
: 1997
7. Tahun Beroperasi
: 1999
8. Kepemilikan Tanah
: Yayasan
a. Status tanah
: SHM/HGB/Hak pakai/AJB/Hibah*)
b. Luas Tanah
: 5.750 m2
9. Status Bangunan
: Milik Yayasan
a. Surat Ijin Bangunan
: Nomor:………………………
b. Luas Seluruh Bangunan
: 480 m2
10.Nomor Rekening Sekolah
: 0253200084102 BJB Cabang Depok
A. VISI SEKOLAH
“Mencetak Generasi Islam yang Unggul Untuk Mendukung Terwujudnya
Peradaban Islam”
Indikator Visi
a. Unggul dalam karakter spiritual keagamaan
1. Bertauhid kuat
2. Berakhlaq qur’ani
3. Beribadah tekun
4. Berdakwah aktif
1
b. Unggul dalam bidang akademik
c. Unggul dalam penguasaan al Qur’an
d. Unggul dalam bidang bahasa arab & inggris
e. Unggul dalam bidang life skill
f. Unggul dalam pelayanan
B. MISI SEKOLAH
1. Menyelenggarakan pendidikan menengah sistem boarding school dengan
perpaduan kurikulum diknas dan kurikulum pesantren integral berbasis
tauhid.
2. Menumbuhkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama melalui ibadah
yang teratur dan terkontrol.
3. Meningkatkan prestasi melalui proses belajar mengajar yang aktif, kreatif,
dan menyenangkan.
4. Menigkatkan
profesionalisme
guru
melalui
pelatihan
dan
training
pendidikan.
5. Menyiapkan calon penghafal al qur’an
6. Meningkatkan kompetensi berkomunikasi bahasa arab dan inggris
7. Berdakwah melalui pendidikan
8. Mengutamakan keteladanan dan kasih sayang dalam proses pendidikan
9. Mengembangkan lingkungan pendidikan yang islamiah, ilmiah dan alamiah
10. Menyelenggarakan pengelolaan dan pelayanan sekolah yang baik
11. Meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan yang berkarakter
integral
C. TUJUAN SEKOLAH DALAM 5 TAHUN
Dalam kurun waktu lima tahun ke depan (dari tahun 2016) tujuan yang akan dicapai
adalah:
1. Terakreditasi nilai A
2. Terwujudnya standarisasi dan system penjamin mutu
3. Tercapainya program unggulan tahfidz qur’an kelas khusus 15-30 juz di
tahun 2018
4. Tercapainya kelas baru pararel 4 kelas di tahun 2019
2
5. Tercapainya kualitas lulusan dengan hafalan Al-Quran minimal 6 juz untuk
kelas reguler
6. Tercapainya prestasi akademik dan non akademik skala provinsi di tahun
2019
7. Tercapainya kualitas lulusan dengan rata-rata nilai UN 7.00.
8. Tercapainya kelulusan yang memiliki karakter spiritual keagamaan.
9. Tercapainya lulusan yang mampu menyalurkan kemampuan, bakat, minat
dan cita-cita sesuai dengan harapan.
10. Tercapainya lulusan yang memiliki ketrampilan berbahasa Arab dan Inggris
11. Standart Tenaga Pendidik minimal S-1, berkompeten di bidangnya.
12. Terciptanya lingkungan pendidikan yang islamiyah, ilmiyah dan alamiyah
3
SUSUNAN PENGURUS
SMP INTEGRAL HIDAYATULLAH DEPOK
TAHUN PELAJARAN: 2016-2017
Ketua Yayasan PPHD
: Ust. Lalu Mabrul, M.Pd.I
Ketua Departemen Pendidikan
: Ust. Abdul Muhaimin, M.M.
Ketua Komite Sekolah
: Ust. Muh Shidik
Kepala Sekolah
: Ust. Abdurrahman Hakim, S.Pd.I
Waka Kurikulum
: Ust. Muhammad Ishak, SE, S.Pd.I
Waka Kemuridan
: Ust. Lailman, S.H.I
Kepala Tata Usaha
: Ust. Hanifudin, SE
Wali Kelas VII. A (Tujuh)
: Ust. Muhammad Ishak, SE, S.Pd.I
Wali Kelas VII. B (Tujuh)
: Ust. Yusuf Setiawan, S.Kom.I
Wali Kelas VIII (Delapan)
: Ust. Candra Dwiyuniar, SE
Wali Kelas IX (Sembilan)
: Ust. Lailman, S.H.I
Koordinator Tahfidz Al Qur’an
: Ust. Abdul Hakim
Koordinator Laboran/Perpustakaan : Ust. Yusuf Setiawan, S.Kom.I
4
DATA NOMOR TELPON
GURU SMP INTEGRAL HIDAYATULLAH
TAHUN PELAJARAN : 2016- 2017
MATA
NO
NAMA GURU
PELAJARAN
1
Ust. Abdurrahman Hakim
Akhlaq, Hadits
0813 1818 6964
Kepala Sekolah
2
Ust. Muhammad Ishak
B. Arab & Fikih
0819 4668 5016
Waka Kurikulum
3
Ust. Lailman
Tauhid, Tasrif
0852 1191 3512
Waka Kemuridan
4
Ust. Hanifudin
TIK
0821 1130 8730
Kepala TU
5
Ust. Muhammad Ishak
B. Arab & Fikih
0819 4668 5016
Wali Kelas VII A
6
Ust. Yusuf W S.
SKI
0852 3268 4037
Wali Kelas VII B
7
Ust. Chandra Dwi Yuniar
MTK, B. Inggris
0858 1160 5894
Wali Kelas VIII
8
Ust. Lailman
Tauhid, Tasrif
0852 1191 3512
Wali Kelas IX
9
Ust. Irfan Fauzi
IPS, Tifan
0812 1706 2960
Gubid
10
Ust. Ahmad Ali I.A
IPA
0853 1908 2896
Gubid
11
Ust. Sofyan
B. Indonesia
12
Ust. Abdul Hakim
Qur’an
0878 7404 3383
PJ Tahfid Qur’an
13
Ust. Aminullah
Qur’an
0813 5026 9987
Gubid
14
Ust. Abdul Muis
Qur’an
Gubid
15
Ust. Imron
Qur’an
Gubid
16
Ust. Fauzan
Qur’an
Gubid
17
Ust. Samsul
Qur’an
Gubid
18
Ust. Asnawi
Qur’an
Gubid
19
Ust Triono
Pandu
Gubid Ekskul
20
Ust. Fakhrudin
Futsal
Gubid Ekskul
5
NO HP
AMANAH
Gubid
MADRASAH ALIYAH HIDAYATULLAH
KOTA DEPOK
‫معهد هداية اهلل اإلسالمى‬
PROFIL SEKOLAH
MADRASAH ALIYAH HIDAYATULLAH
KOTA DEPOK PROPINSI JAWA BARAT
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
A. IDENTITAS SEKOLAH
Nama Sekolah
: Madrasah Aliyah Hidayatullah
Kode Sekolah
: 513
Status Sekolah
:
Negeri
√ Swasta
NPSN
: 20223906
NSS
: 131232760019
Status Akreditasi
:
A
√ B
C
Belum terakreditasi
NIS
Tanggal berlaku piagam Akreditasi :
Alamat Sekolah
: Jl. Raya Kalimulya RT 01/05 Kel. Kali Mulya Kec. Cilodong Kota Depok
e-mail
: [email protected]
Website
: hidayatullahdepok.org
Kurikulum
:
2004
KTSP
√ 2013
B. IDENTITAS KEPALA SEKOLAH
Nama Kepala Sekolah : Andi Ahmad Suhendar, S. Pd.I
NIP
:
Izin Memimpin
:
Surat Keputusan
: Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah
Nomor
: 008/A/SK-PPH/VI/2016
Berlaku Tanggal
: 26 Juni 2016
Alamat Rumah
: PP Hidayatullah RT 01/05 Kel. Kalimulya Kec. Cilodong Kota Depok
Telepon
:
e-mail
: [email protected]
Nomor HP
: 0812 1888 0028
C. PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL
Penyelenggaraan Ujian Nasional (pilih salah satu: a, b, atau c)
a. Belum menyelenggarakan ujian Nasional
b. Mandiri/Penyelenggara
c. Menggabung ke SMA/MA :
Kode Sekolah: 508
D. REKAPITULASI SISWA
1. Jumlah siswa kelas X Tahun Pelajaran 2016/2017
UMUM
L
P
JML
90
33
123
JML TOTAL
L
P
90
33
2. Jumlah siswa kelas XI Tahun Pelajaran 2016/2017
L
BHS
P
JML
L
90
IPA
P
33
JML
L
-
IPS
P
-
JML
-
JML TOTAL
L
P
90
33
Office :
Jl. Raya Kalimulya Rt. 01/05, Kec. Cilodong, Kota Depok. 16413 Tel. 021- 77835353 Fax. 021- 87909613
www.hidayatullah.com ; email ; [email protected]
‫معهد هداية اهلل اإلسالمى‬
MADRASAH ALIYAH HIDAYATULLAH
KOTA DEPOK
3. Jumlah Siswa Kelas XII Tahun Pelajaran 2016/2017
L
20
BHS
P
JML
20
L
IPA
P
JML
L
-
IPS
P
-
JML
-
JML TOTAL
L
P
20
-
4. Rekapitulasi Jumlah Siswa Kelas X s.d XII Tahun Pelajaran 2016/2017
L
BHS
P
JML
L
IPA
P
JML
L
40
IPS
P
-
JML
40
JML TOTAL
L
P
40
-
5. PESERA AGAMA UJIAN NASIONAL/SEKOLAH KELAS XII (TP 2016/2017)
AGAMA
IPA
L
P
JML
IPS
L
P
JML
Islam
Kristen
Hindu
Budha
Kong khuChu
JUMLAH
JML TOTAL
L
P
90
33
JML
L+P
123
Depok, 16 Desember 2016
Kepala Sekolah
Andi Ahmad Suhendar, S. Pd. I
Office :
Jl. Raya Kalimulya Rt. 01/05, Kec. Cilodong, Kota Depok. 16413 Tel. 021- 77835353 Fax. 021- 87909613
www.hidayatullah.com ; email ; [email protected]
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Husain dilahirkan di Tanjung Tengah, 7 juni 1992 Kabupaten Penajam Paser
Utara, Kalimantan Timur.
Alamat: Jl. Tanjung Tengah, Rt.6/2 No.4 Penajam Paser utara
Nama lengkapnya adalah Ahmad Husain, lahir dari pasangan Bapak Suddin
Sinaja dan Ibu Ratia, Ia Merupakan anak ke enam dari sepuluh bersaudara. Pendidikan
Sekolah Dasar di SDN 036 Penajam Paser Utara (Kalimantan Timur), kemudian melanjutkan
di SMP Integral Al-muzammil Penajam Paser Utara, setelah lulus SMP ia memutuskan untuk
merantau keluar kota untuk melanjutkan studi ke jenjang SMA tepatnya di SMA
Hidayatullah kota Bontang. Perantauannya terus berlanjut hingga sampailah ia di Ibu Kota
untuk melanjutkan studi ke jenjang Perguruan Tinggi yakni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ia aktif di berbagai organisasi baik organisasi internal, ekternal kampus maupun primordial.
Sesuai motto hidupnya “menjadi aktor terbaik dibalik monitor kehidupan” itulah yang
menjadi motivasi dan semangat hidupnya untuk senantiasa berbuat dan bergerak, karena ia
yakin disetiap pergerakan selalu akan ada keberkahan.
Download