1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ada premis

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Ada premis yang mengatakan bahwa penjualan sebuah produk
akan meningkat apabila produk tersebut dapat dikaitkan dengan gaya
hidup dan trend serta nilai-nilai yang signifikan secara sosial. 1 Para
pengiklan banyak kini untuk mencapai tujuannya mulai mengangkat isu
mengenai gaya hidup sebagai inti dari pesan komersialnya.
Berbagai terpaan gaya hidup pun kian muncul, seolah-olah iklan
menawarkan banyak pilihan gaya hidup yang tersedia. Berangkat dari hal
ini terdapat stereotipe yang menyatakan bahwa iklan merupakan salah satu
bentuk media yang berperan besar dalam membentuk berbagai pilihan
gaya hidup dalam masyarakat.
Kebanyakan iklan dirancang untuk mempengaruhi sikap dan
perilaku gaya hidup konsumen dengan cara sembunyi-sembunyi
mengisyarakatkan cara terbaik untuk memuaskan dorongan aspirasi
terdalam. 2 Melalui kelihaian dan trik-trik tertentu, pengiklan memiliki
caranya
masing-masing
dalam
mengemas
suatu
iklan
sehingga
menimbulkan kesan positif yang dapat mempengaruhi target audiensnya.
AMA (American Marketing Association) mendefinisikan iklan
sebagai any paid of non personal presentation and promotion of ideas,
1
2
Marcel Danesi. Pesan, Tanda dan Makna. Yogyakarta. Jalasutra. 2011 . Hal 293
Ibid., Hal 294.
1
2
goods, or sevices by an identified sponsor. 3 Pesan yang disampaikan
dalam iklan umumnya adalah pesan-pesan yang berbentuk promosi dan
bersifat membujuk atau merayu orang agar membeli atau menggunakan
produk. Seperti yang dikatakan oleh Frank Jefkins “advertising aims to
persuade people to buy”.4
Tidak bisa diingkari bahwa tujuan periklanan adalah membujuk
konsumen untuk melakukan sesuatu, yang mana tujuan akhirnya adalah
membeli sebuah produk yang diiklankan. Pendapat itu sangat benar, tapi
sekarang saatnya paradigma lama itu ditinggalkan.
Kalau kita jeli sebenarnya iklan itu harus dipahami sebagai bagian
dari beroperasinya mesin raksasa yang bernama kapitalisme, industri, dan
akumulasi modal. Dengan kacamata seperti ini iklan bukan sekedar
instrumen promosi atau persoalan jual beli. Iklan memiliki kekuatan
ekspansi yang jauh lebih besar, dan tanpa tersadarkan iklan mampu
membentuk budaya konsumerisme yang menjadi sendi utama pemasaran
barang dan jasa.
Akhirnya iklan pun menjadi bagian dari strategi dan rekayasa
budaya yang mendasari kelangsungan hidupnya sistem ekonomi kapitalis.
Singkatnya, iklan dibuat untuk merekayasa dan menciptakan secara terus
menerus dan serempak kebutuhan-kebutuhan baru bagi konsumen.
Iklan menjelma menjadi sebuah ideologi di abad modern, peranan
iklan sebagai ideologi cukup mencengkeram. Iklan mampu menghantarkan
Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta : PT
Pustakan Utama Grafiti., 1992, hal. 10.
4 Ibid.
3
3
sebuah ideologi melalui penopengan ataupun pemanfaatan realitas
tertentu, dengan menyasar sisi gaya hidup konsumen, para pemasar yang
mana di atas disebut sebagai kapitalis dengan mudah memanfaatkan gaya
hidup konsumen tersebut untuk memproduksi dan mengkonstruksi realitas
baru yang sesuai dengan produk yang mereka jual.
Gaya hidup sendiri menurut Kotler adalah pola hidup seseorang di
dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat, dan pendapat seseorang.
Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. 5 Gaya hidup mencerminkan sesuatu
dibalik kelas sosial seseorang.
Salah satu produk yang fokus mengangkat isu perilaku gaya hidup
konsumen adalah Tropicana Slim. Dalam berbagai promosi iklannya
Tropicana Slim selalu konsisten menggunakan gaya hidup sebagai daya
tarik pesannya. dimana gaya hidup yang ditawarkan adalah gaya hidup
sehat.
Gaya hidup sehat menjadi hal yang sangat sulit di praktekkan pada
era sekarang ini. Aktivitas yang sangat padat, membuat sebagian orang
melupakan bahwa kesehatan tubuh memiliki nilai yang teramat penting
dalam hidup ini. Tropicana Slim selalu konsisten mengedukasi masyarakat
untuk selalu menjaga kesehatan tubuhnya, salah satunya dengan cara
mengurangi makanan bergula untuk terhindar dari diabetes.
5 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Terj. Hendra Teguh dan Ronny A. Rusli, Jakarta:
Prenhallindo, 1998, Hal 192.
4
Penanganan
terhadap
diabetes
mengharuskan
penderitanya
mengadopsi pola hidup sehat, dengan tujuan untuk mengontrol diabetes
dan kadar gula darah, serta untuk mencegah komplikasi jangka panjang.
Mengadopsi gaya hidup sehat termasuk mengatur pola makan yang tepat.
Karbohidrat memberikan pengaruh besar terhadap kadar gula
dalam darah. Bukan berarti penderita diabetes harus menghindari
karbohidrat sama sekali, melainkan cermat dalam memilih jenis
karbohidrat yang dikonsumsi.
Pola makan untuk diabetes tidak berarti menghindari gula sama
sekali. Penderita diabetes tetap dapat mengkonsumsi makanan favoritnya
yang manis-manis, termasuk saat dijadikan sebagai hidangan penutup.
Kuncinya adalah: makan secukupnya dan tidak berlebihan.
Berangkat dari sini Tropicana Slim menawarkan solusi bagi
penderita diabetes untuk tetap dapat menikmati makanan favoritnya yang
manis-manis yaitu dengan gula rendah kalori Tropicana Slim.
Namun dalam setiap strategi promosinya, gula rendah kalori
keluaran PT Nutrifood Indonesia ini selalu menceritakan tentang dampak
buruk dari konsumsi gula bagi penderita diabetes. Secara garis besar iklan
Tropicana Slim selalu mengkonstruksi sebuah tema perasaan negatif
(negative emotional) yang membuat konsumen merasa takut. Iklan
bertemakan emosi negatif mampu membuat konsumen yang terekspos
iklan ini akan bangkit perasaan negatifnya seperti rasa takut, cemas,
khawatir dan sebagainya terhadap gula.
5
Sebenarnya isu hidup sehat yang selalu dikampayekan oleh
Tropicana Slim menyelipkan tujuan lain. Realitas hidup sehat sebenarnya
digunakan sebagai topeng oleh produsen Tropicana Slim untuk terusmenerus menciptakan bukan hanya produk-produk baru, tetapi juga
kebutuhan-kebutuhan baru bagi sasaran pasarnya.
Misalnya, dulu orang tidak butuh pemanis rendah kalori, tetapi
iklan Tropicana Slim telah menciptakan bahwa untuk hidup sehat dan
terhindar dari diabetes, maka setiap orang harus menggunakan gula rendah
kalori Tropicana Slim, ketakutan dari keturunan penderita diabetes yang
beresiko 6 kali memiliki penyakit yang sama pun selalu dimunculkan agar
target dari sasaran produknya menjadi lebih luas tidak hanya penderita
diabetes saja, namun lebih luas kepada konsumen umum (mass market).
Padahal dulu, sebelum ada Tropicana Slim, mereka merasa baikbaik saja dengan kondisi mereka, tetapi sekarang ada semacam
“kewajiban” untuk menggunakan Tropicana Slim untuk bisa hidup sehat.
Sekarang konsumen mempunyai kebutuhan baru, yaitu mengganti gula
biasa mereka dengan gula rendah kalori Tropicana Slim.
Dalam hal belanja iklan Tropicana Slim termasuk yang paling
tinggi dibanding produk Tropicana Slim lainnya. Nielsen mencatat pada
Januari-Agustus 2012, belanja iklan Tropicana Slim mencapai Rp 49,8
miliar. Hingga akhir tahun 2013 belanja iklannya mencapai Rp 83,2
miliar. Sementara di 2010 baru mencapai Rp 23,6 miliar. Dari data diatas
6
menjelaskan bahwa belanja iklan Tropicana Slim selalu meningkat ditiap
tahunnya.6
Dalam memasarkan produknya, Nutrifood cenderung lebih banyak
melakukan promosi above the line (ATL) dibanding below the line (BTL).
Dikutip dari website Dede Suryadi Editor Majalah SWA, alasan mereka
memilih lebih banyak melakukan promosi lewat media ATL dibanding
BTL hanya masalah pilihan saja “Kami tak banyak bergerak di BTL tapi
lebih banyak di ATL. Ini pilihan saja. Kami pun tidak bisa mengungkap
data angka-angka karena sudah kebijakan perusahaan,” kata Amita Asisten
Manajer PR Nutrifood menginformasikan.7
Walau lebih banyak berpromosi di media ATL, namun BTL pun
tetap digarap Tropicana Slim, seperti Perusahaan Nutrifood ini membuat
seminar atau media sharing untuk mengedukasi tentang pentingnya hidup
sehat.
Iklan merupakan pengisi ruang media. Al Ries dan Laura Ries
mencatat bahwa rata-rata media massa atau ATL khususnya televisi
menayangkan sebanyak 273 buah iklan televisi perhari. Itu artinya setiap
hari jika durasi iklan sekitar 30 detik maka seorang pemirsa televisi
menonton setara dengan menonton satu film penuh.8
Isi media massa sebenarnya bukan hanya mengetengahkan berita
semata tetapi lebih kepada pesan-pesan dagang baik dalam bentuk iklan
6 Dede Suryadi, Debut Tropicana Slim Menggarap Healthy Life, 19 Februari 2013,
http://www.dedesuryadi.com/web/?p=589 akses 4 april 2015 pukul 19.54.
7 Ibid.
8 Al Ries dan Laura Ries, Surutnya Periklanan dan Bangkitnya Public Relations, Gramedia,
Jakarta, 2003, hal 9.
7
atau dalam bentuk lain. Sehingga kehadiran iklan dalam industri media
tidak bisa dipisahkan begitu saja. Bahkan bisa dikatakan iklan menjadi
bagian dari konstruksi isi media massa.9
Isi media pada dasarnya merupakan suatu konstruksi realitas. Alex
Sobur menyatakan bahwa pekerjaan media pada hakikatnya adalah
mengkonstruksi realitas, isi media adalah hasil dari para pekerja media
mengkonstruksi berbagai realitas yang dipilihnya.10
Sebuah iklan selalu dikonstruksikan dengan pesan dan makna agar
menjadi penting sebagai alat pendorong untuk khalayak yang melihat iklan
tersebut menjadi paham dan mengerti sehingga akhirnya tercapailah tujuan
dari iklan tersebut. Melalui produk yang dipromosikan, iklan dapat
merepresentasikan sesuatu.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan proses
representasi untuk memberi makna pada semua hal yang berada
disekitarnya, baik manusia maupun benda, objek, atau kejadian. Makna ini
dipertukarkan melalui bahasa. Demikian pula halnya dengan iklan. Makna
yang dipertukarkan kepada manusia melalui bahasa iklan. Oleh karena itu
satu hal yang penting adalah agar proses representasi berhasil maka
masyarakat yang bertukar makna harus memiliki latar belakang budaya
yang sama.
Iklan sebagai pengisi media tidak bisa lepas dari konstruksikonstruksi sebuah tanda (sistem tanda). Untuk memahami konstruksi
9
Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi, Jakarta, Mitra Wacana Media, 2013, hal 142.
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Bandung, Rosdakarya, 2011, hal 88.
10
8
tanda-tanda tersebut, maka digunakanlah pendekatan studi semiotika dari
Roland Barthes yang memilah muatan pesan iklan menjadi pesan
linguistik, pesan ikonik yang tak terkodekan, dan pesan ikonik yang
terkodekan, untuk kemudian ditemukan ideologi apa yang tersembunyi
dibalik mitos yang ditemukan.
Dalam kerangka Barthes, mengenal adanya istilah mitos. Teori
mitos dikembangkan Barthes untuk melakukan kritik atas ideologi budaya
massa atau budaya media. Barthes menyatakan bahwa pada tingkat
penandaan kedua (konotasi) mitos diciptakan dan digunakan. Lalu setelah
itu akan sangat mudah menemukan ideologi didapatkan dari mitos
Pada penelitian ini masalah yang ditemukan adalah peneliti melihat
tanda-tanda dimana terdapat makna yang berhubungan dengan simbolsimbol gaya hidup sehat yang diangkat dalam iklan Tropicana Slim, serta
mencari dan menemukan kandungan ideologi apa yang tersembunyi
dibalik mitos sebuah pesan iklan Tropicana Slim.
Ketertarikan peneliti dalam meneliti iklan ini terdapat dari
penggunaan pemaknaan yang peneliti rasa pembuat iklan ini sangat jeli
melihat situasi dan kondisi permasalahan yang berkembang, dimana
simbol-simbol gaya hidup yang negatif/kurang baik diangkat menjadi daya
tarik sebuah pesan iklan.
9
1.2
Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini
berfokus untuk menjawab suatu pertanyaan secara umum mengenai
bagaimana gaya hidup sehat direpresentasikan melalui tanda-tanda verbal
maupun non verbal dalam iklan Tropicana slim versi “Ingin Seperti
Papa”?
Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.2.1 Bagaimana makna pesan linguistik, denotasi dan konotasi hidup
sehat pada iklan Tropicana slim versi “Ingin Seperti Papa”?
1.2.2 Bagaimana mitos dan ideologi yang tersembunyi melalui
konstruksi makna dibalik tanda-tanda yang mengedukasi gaya
hidup sehat dalam iklan Tropica Slim versi “Ingin Seperti Papa”?
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna yang ada dibalik
simbol dan tanda dalam iklan Tropicana Slim versi “Ingin Seperti Papa”.
Termasuk di dalamnya untuk:
1.3.1 Untuk mengetahui makna pesan linguistik, denotasi dan konotasi
hidup sehat pada iklan Tropicana Slim versi “Ingin Seperti Papa”.
1.3.2 Untuk menemukan mitos dan ideologi yang tersembunyi melalui
konstruksi makna dibalik tanda-tanda yang mengedukasi gaya
hidup sehat dalam iklan Tropica Slim versi “Ingin Seperti Papa”
10
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi pengembangan ilmu komunikasi khususnya mengenai makna
dibalik sebuah iklan melalui studi semiotika, serta dapat menjadi
bahan
masukan
dalam
penelitian-penelitian
karya
ilmiah
selanjutnya.
1.4.2
Manfaat Praktis
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
sumbangsih dalam memahami lebih jauh mengenai strategi kreatif
dalam mengkonstruksi pesan iklan sehingga memberi masukan
bagi para pelaku periklanan khususnya dalam pengunaan simbolsimbol maupun tanda yang digunakan dalam sebuah iklan.
1.4.3
Manfaat Sosial
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebuah
acuan dalam memecahkan masalah pemaknaan dari simbol-simbol
yang terdapat di dalam sebuah iklan. Termasuk dalam membongkar
makna dalam berbagai iklan. Dan juga membuat konsumen agar
tidak pasif terhadap pesan yang disampaikan pada sebuah iklan,
tetapi juga aktif mengetahui arti dibalik pesan tersebut.
Download