BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan selama satu periode. Laporan keuangan yang telah dibuat akan diperiksa oleh auditor apakah laporan keuangan tersebut wajar atau tidak. Laporan keuangan yang telah di audit diperlukan oleh pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan. Concept Statement No. 1 of the Governmental Accounting Standards Board menyatakan bahwa pelaporan keuangan adalah sarana mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pengguna laporan keuangan. Agar komunikasi menjadi efektif, informasi dalam laporan keuangan harus memiliki karakteristik dasar yakni: understandability, reliability, relevance, timeliness, consistency, dan comparability. Timeliness merupakan faktor penting yang harus diperhatikan saat pembuatan laporan keuangan agar komunikasi menjadi efektif. Ketepatan waktu pemerintah daerah mempublikasikan laporan keuangan kepada publik tergantung dari ketepatan waktu auditor yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam menyelesaikan pekerjaannya. Ketepatan waktu pelaporan keuangan secara material dipengaruhi oleh fungsi audit karena laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan sampai audit disimpulkan. Periode waktu dari akhir tahun fiskal dengan tanggal laporan audit dikenal sebagai audit delay (Johnson, 1998). Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 mengatur bahwa laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah disampaikan oleh BPK kepada DPRD selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah daerah. UU No. 17 Tahun 2003 menentukan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. Pada Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2014, dilaporkan bahwa BPK memeriksa 68 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) 2013. Jumlah pemerintah daerah sampai dengan Semester II Tahun 2014 adalah 542, namun dari jumlah tersebut, yang telah menyusun LKPD Tahun 2013 hanya 524 pemerintah daerah. Pemeriksaan atas 456 LKPD telah dilaporkan dalam IHPS I Tahun 2014. Penelitian tentang audit delay telah banyak dilakukan baik di dalam maupun luar negeri. Penelitian yang dilakukan di luar negeri yaitu oleh Cohen dan Leventis (2013), yakni audit delay pada pemerintah kota dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu oposisi yang kuat, re-election, keberadaan tim akuntansi internal, remarks, ukuran pemerintah daerah, dan populasi. Menurut Payne dan Jensen (2002), audit delay dipengaruhi oleh insentif manajemen, keberadaan sistem pelaporan berkualitas tinggi, keterikatan hutang, peraturan negara mengenai proses audit, ukuran pemerintah daerah, kompleksitas audit dan reputasi auditor. Di Indonesia, penelitian tentang audit delay lebih berkembang pada sektor non-publik. Kartika (2011) meneliti pengaruh total aset, kerugian operasi dan keuntungan, solvabilitas, profitabilitas, opini auditor, dan reputasi auditor terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total aset, dan solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Di sisi lain, operasi kerugian dan keuntungan, profitabilitas, opini auditor, dan reputasi auditor tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay. Lalu Prabowo dan Marsono (2013) menyatakan ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, ukuran auditor, opini auditor, keberadaan auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Cohen dan Leventis (2013) yang meneliti pengaruh faktor municipal, auditing, dan politik terhadap audit delay dalam pemerintahan Yunani. Yunani melakukan audit pemerintahannya menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP), sedangkan di Indonesia laporan keuangan pemerintah daerah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Undang-Undang Dasar 1945, yang disusun oleh the founding fathers menugaskan BPK sebagai satu-satunya auditor yang melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara (BPK, 2005). Auditor BPK memegang peranan penting dalam audit pemerintah sehingga peneliti menambahkan karakteristik auditor yang tidak terdapat dalam penelitian Cohen dan Leventis (2013), namun terdapat pada penelitian Lase dan Sutaryo (2014). Di Indonesia, penelitian mengenai audit delay dalam sektor publik masih terbatas, sehingga peneliti termotivasi untuk meneliti "Pengaruh Karakteristik Auditing, Politik dan Auditor terhadap Audit Delay pada Pemerintah Daerah di Indonesia". 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas yaitu: 1. Apakah karakteristik auditing (temuan audit) berpengaruh terhadap audit delay? 2. Apakah karakteristik politik (terpilihnya kembali kepala daerah) berpengaruh terhadap audit delay? 3. Apakah karakteristik auditor (latar belakang pendidikan auditor, dan kecakapan profesional) berpengaruh terhadap audit delay? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan bukti empiris pengaruh karakteristik auditing (temuan audit) terhadap audit delay. 2. Mendapatkan bukti empiris pengaruh karakteristik politik (terpilihnya kembali kepala daerah) terhadap audit delay? 3. Mendapatkan bukti empiris pengaruh karakteristik auditor (latar belakang pendidikan auditor, dan kecakapan profesional) terhadap audit delay? 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak terkait, antara lain sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah Kabupaten dan Kota di Indonesia Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan pengelolaan keuangan pemerintah daerah. 2. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah referensi penelitian bagi para akademisi dalam melakukan penelitian di bidang akuntansi sektor publik khususnya mengenai audit delay. 1.5. Orisinalitas Penelitian Penelitian tentang audit delay telah banyak dilakukan baik di dalam maupun luar negeri seperti Cohen dan Leventis (2013), Payne dan Jensen (2002), Lase dan Sutaryo (2014), Kartika (2011), Prabowo dan Marsono (2013). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dalam beberapa hal, yakni: 1. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Cohen dan Leventis (2013) yang meneliti audit delay pada pemerintah Yunani tahun anggaran 2006 dan 2007. Penelitian ini meneliti audit delay pada pemerintah daerah seluruh Indonesia tahun anggaran 2013. 2. Penelitian ini menambahkan karakteristik Auditor yang tidak ada pada penelitian Cohen dan Leventis (2013). Pengaruh karakteristik auditor terhadap audit delay terdapat pada penelitian Lase dan Sutaryo (2014). Pada penelitian Lase dan Sutaryo (2014) menggunakan variabel latar belakang pendidikan auditor yang dilihat dari bidang ilmu yang ditempuh di perguruan tinggi. Variabel latar belakang penelitian ini menggunakan jenjang ilmu yang ditempuh auditor pada perguruan tinggi. Penelitian Lase dan Sutaryo (2014) menggunakan data tahun 2012, sedangkan penelitian ini menggunakan data tahun anggaran 2013.