BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengukuran tanah secara sporadik Sesuai yang telah ditentukan dalam peraturan pemerintah yang terangkum dalam pasal-pasal dan ketentuan-ketentuan umum lainnya. Bidang tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan satuan bidang yang terbatas. Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud pada pasal 1 angka 1 peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1995. Pendaftaran tanah secara Sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah yang dilaksanakan di luar daerah kegiatan pendaftaran tanah sistematik. Pengukuran bidang tanah secara sistematik adalah pengukuran bidang tanah yang dilaksanakan secara massal dan mengelompok pada sebagian desa atau lebih dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah secara sistematik. Pengukuran bidang tanah secara Sporadik adalah pengukuran bidang tanah yang dilaksanakan pada satu bidang tanah atau lebih dan letaknya terpencar-pencar pada suatu desa dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah secara sporadik. Peta dasar pendaftaran adalah peta yang memuat titik dasar teknik dan semua atau sebagian unsure-unsur geografi seperti sungai, jalan, bangunan, batas fisik, bidang tanah, garis ketinggian, dan batas administrasi pemerintahan. Gambar ukur adalah dokumen tempat mencantumkan gambar suatu bidang tanah atau lebih dan situasi sekitarnya serta data hasil pengukuran bidang tanah baik berupa jarak, sudut, Azimuth, atau pun sudut jurusan. Gambar bidang-bidang tanah adalah gambar yang memuat satu bidang tanah atau lebih pada suatu wilayah tertentu yang batas-batasnya telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan digunakan untuk keperluan pengumuman. Peta pendaftaran adalah peta yang menggambarkan satu bidang Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 4 5 tanah atau lebih yang batas-batasnya telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang untuk keperluan pendaftaran tanah.Nomor identifikasi bidang tanah (NIB) adalah nomor yang diberikan kepada setiap bidang tanah untuk keperluan pendaftaran tanah. Sebelum bidang-bidang tanah di ukur, pemegang hak atas tanah harus memasang tanda-tanda batas berdasarkan kesepakatan dari pemegang hak atas tanah yang berbatasan. Dalam hal pendaftaran tanah secara sporadik, pemegang hak tanah atas tanah yang berbatasan wajib di informasikan secara tertulis oleh pejabat kantor pertanahan dengan tembusan kepada kepala desa/lurah bahwa akan dilaksanakan penetapan batas bidang yang berbatasan dengan bidang tanahnya, sekurangkurangnya 10 (sepuluh) hari sebelum penetapan batas dilakukan. Jika dalam waktu yang ditetapkan sesuai ayat 2 pasal ini, pemilik tanah yang bersebelahan tidak dapat hadir, maka penetapan batas dan pengukuran tetap dilaksanakan tanpa kehadirannya dengan disaksikan petugas dari desa/ kelurahan., kecuali untuk bidang tanah perumahan yang batas bidang tanahnya merupakan batas yang permanen dan jelas seperti pagar tembok, beton, dan lain-lain, tidak perlu disaksikan petugas desa/ kelurahan. Pemasangan tanda batas untuk tanah Negara yang akan dimohonkan haknya dilaksanakan setelah penunjukan batas oleh calon pemegang hak atas tanah yang bersangkutan, dan penetapan batasnya dilakukan oleh panitia ajudikasi untuk pendaftaran tanah sistematik, panitia A, Panitia B, dan tim. Peneliti tanah untuk pendaftaran tanah sporadik. Pengukuran bidang tanah untuk pembuatan peta pendaftaran dilaksanakan dengan cara terrestrial, Fotogrametrik, atau metode lainnya. Pengukuran ini juga dapat dilaksanakan secara sistematik atau sporadik. Pengukuran bidang tanah secara sporadic pada prinsipnya dilaksanakan dalam system koordinat nasional. Apabila tidak memungkinkan pengukuran bidang tanah secara sporadik dapat dilaksanakan dalam system koordinat lokal. Untuk pengukuran secara sporadik pada daerah yang tidak tersedia peta dasar pendaftaran namun terdapat titik dasar teknik nasional dengan jarak kurang dari Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 6 2 KM dari bidang tanah tersebut, maka pengukuran bidang tanah harus diikatkan ke titik dasar teknik nasional tersebut. Untuk pengukuran bidang tanah secara sporadik pada daerah yang tidak tersedia peta dasar pendaftaran dan titik dasar teknik nasional, maka harus dibuat titik dasar teknik orde 4 lokal disekitar bidang tanah yang akan diukur dengan sejumlah sekurang-kurangnya 2 buah yang berfungsi sebagai titik ikat pengukuran bidang tanah dalam system koordinat lokal. Program Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) Melalui Kegiatan Sertipikasi Hak Atas Tanah yang selanjutnya disebut Program adalah rangkaian kegiatan yang meliputi sosialisasi, identifikasi, seleksi, verifikasi subyek (Usaha Mikro dan Kecil) sebagai peserta program dan obyek dalam hal ini tanah, proses pengurusan sertipikasi hak atas tanah untuk peningkatan akses permodalan guna pengembangan usaha, dengan biaya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia (WNI) secara individu atau tergabung dalam Koperasi, yang memiliki hasil penjualan secara individu paling banyak Rp. 100.000.000,(seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupaih) milik Warga Negara Indonesia (WNI), berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. Perbankan adalah bank penyalur kredit atau pembiayaan Usaha Mikro dan Kecil yang ditetapkan Menteri Negara Koperasi dan Usaha kecil dan Menegah cq. Deputi Menteri Bidang Pembiayaan, dalam pelaksanaan Program. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 7 hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang di bidang perkoperasian, yang dalam hal ini sebagai penyalur pinjaman atau pembiayaan kepada Usaha Mikro dan Kecil/anggota koperasi. Tim Pelaksana Program adalah Tim yang terdiri dari Kelompok Kerja Pusat, Kelompok Kerja Provinsi dan Kelompok Kerja Kabupaten/Kota. Kelompok Kerja Usaha Mikro dan Kecil Pusat, yang selanjutnya disebut Pokja Pusat adalah Tim yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menegah. Kelompok Kerja Usaha Mikro dan Kecil di Provinsi yang selanjutnya disebut Pokja Provinsi adalah Tim Pelaksana yang ditetapkan oleh Gubernur atau Pejabat yang ditunjuk untuk melaksanakan Program yang anggotanya terdiri dari instansi terkait di tingkat Provinsi. Kelompok Kerja Usaha Mikro dan Kecil Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Pokja Kabupaten/Kota adalah Tim Pelaksana yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk melaksanakan Program yang anggotanya terdiri dari instansi terkait di tingkat kabupaten/kota . A. TUJUAN DAN SASARAN Program ini bertujuan memberikan kepastian hukum hak atas tanah Usaha Mikro dan Kecil untuk meningkatkan akses permodalan berupa peningkatan kemampuan jaminan kredit/pembiayaan pada perbankan atau koperasi, dalam rangka pengembangan usaha. Sasaran Program adalah Usaha Mikro dan Kecil calon dan/atau debitur Bank atau Koperasi yang membutuhkan tambahan plafon kredit/pembiayaan yang secara teknis dinyatakan layak (feasible) akan tetapi jaminan hak atas tanahnya belum terdaftar atau belum bersertipikat. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia bersama Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah melakukan Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 8 koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka optimalisasi pelaksanaan program. B. Kriteria subyek peserta Program : 1. Usaha mikro, kecil dan/atau koperasi; dan/atau 2. Calon dan/atau debitur Perbankan/Koperasi yang memenuhi kriteria kelayakan usaha dari Perbankan/Koperasi. C, Kriteria obyek program : 1. tanah tidak dalam sengketa; 2. luas tanah : a. tanah pertanian maksimal 2 Ha (dua hektar); b. tanah non pertanian maksimal 2.000 M2 (dua ribu meter persegi); c. bukan tanah warisan yang belum dibagi; d. tanah sudah dikuasai secara fisik oleh pelaku Usaha Mikro dan Kecil; e. lokasi tanah berada dalam wilayah Kabupaten/Kota lokasi peserta Program yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP). f. mempunyai alas hak (bukti kepemilikan); dan g. bidang tanah yang dimohonkan haknya tidak diatas Hak Pengelolaan. D. Fasilitas dan Kewajiban Usaha Mikro dan Kecil Peserta Program : a. Bantuan biaya sertipikasi tanah sesuai dengan DIPA Badan Pertanahan Nasional b. Pengurangan BPHTB dengan cara mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan/KPP Pratama setempat sesuai peraturan perundang-undangan . Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 9 E. Kewajiban Usaha Mikro dan Kecil calon peserta Program adalah : a. memberikan kuasa kepada Bank atau Koperasi untuk bertindak atas nama Peserta Program dalam mengajukan permohonan dan menerima sertipikat hak atas tanah; b. melengkapi surat dan/atau dokumen asli tanah yang diperlukan dalam proses sertipikasi tanah; c. membuat surat pernyataan kesanggupan membayar Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), uang pemasukan kepada negara dan biaya-biaya lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan d. menunjukkan letak bidang tanah dan memasang tanda-tanda batasnya. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dapat bersama-sama dengan Menteri Dalam Negeri dan Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah menyampaikan informasi mengenai anggaran, target, dan/atau lokasi kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kepala Dinas/Badan di Provinsi yang membidangi Koperasi dan Usaha Kecil dan menengah. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional meneruskan informasi Tersebut Kepala Kantor Pertanahan untuk ditindaklanjuti. Kepala Kantor Pertanahan meneruskan informasi tersebut kepada dinas yang membidangi Koperasi dan Usaha Mikro dan Kecil di tingkat kabupaten/kota dan Pokja Kabupaten/Kota untuk mengambil langkah-langkah yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan. Dinas/Badan di Kabupaten/Kota yang membidangi Koperasi dan Usaha Mikro dan Menengah melakukan inventarisasi dan identifikasi calon peserta Program. Hasil inventarisasi, dan identifikasi calon peserta program disampaikan kepada Pokja Kabupaten/Kota untuk dilakukan seleksi atas calon peserta program. Kantor Pertanahan melakukan verifikasi atas hasil seleksi dan hasilnya dibuat dalam bentuk daftar yang memuat nama, luas tanah, letak tanah Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 10 dan status tanah. Jika terdapat peserta Program yang mengundurkan diri, maka penggantinya diambil dari daftar calon peserta program hasil seleksi dengan mempertimbangkan urutan prioritas.Kepala Kantor Pertanahan menetapkan Surat Keputusan peserta Program definitif. 1. PELAKSANAAN SERTIPIKASI HAK ATAS TANAH Kantor Pertanahan melakukan penyuluhan kepada peserta Program mengenai pelaksanaan kegiatan sertipikasi hak atas tanah. Berdasarkan daftar UMK definitif, Kantor Pertanahan menyampaikan formulir permohonan kepada peserta Program atau Kuasanya untuk diisi dan melengkapi persyaratan serta asli dokumen penguasaan kepemilikan tanah. Setelah Kantor Pertanahan menerima permohonan dan asli dokumen penguasaan/kepemilikan tanah serta foto copy syarat-syarat lainnya secara lengkap, Kantor Pertanahan melakukan proses sertipikasi hak atas tanah meliputi kegiatan pengukuran, pemeriksaan tanah, pengumuman, penerbitan Surat Keputusan hak atas tanah, dan pembukuan hak serta penerbitan sertipikat hak atas tanah. 2. PEMBIAYAAN Seluruh pembiayaan kegiatan pertanahan dalam pelaksanaan Program Sertipikasi Hak Atas Tanah dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Badan Pertanahan Nasional, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional, dan Kantor Pertanahan lokasi kegiatan. ( sumber: Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 1 tahun 1996) Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 11 2.2 Pendaftaran pengukuran tanah Pemberian jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, pertama-tama memerlukan tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jiwa dan isi ketentuanketentuannya. Pelaksanaan pengukuran dulu diatur oleh Peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 yaitu tentang pendaftaran tanah. Namun dalam kenyataannya pelaksanaan pengukuran yang diselenggarakan berdasarkan Peraturan-pemerintah Nomor 10 tahun 1961 tidak semuanya dipakai dalam pengukuran sehari-hari. Dari sekian banyak pengukuran yang dilakukan oleh petugas ukur Kantor Pertanahan Kabupaten Brebes, mereka menggunakan metode/cara yang sederhana yang umum dipakai oleh petugas ukur sehari-hari. Namun kegiatan pengukuran itu tidak menyimpang dari ketentuan yang sudah diatur. Seiring dengan perkembangan jaman dan peningkatan pembangunan nasional, permasalahan pertanahan menjadi semakin kompleks. Peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah dipandang tidak dapat lagi sepenuhnya mendukung tercapainya hasil yang lebih nyata dalam pembangunan nasional, maka dinyatakan tidak berlaku lagi setelah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Ketentuan pelaksanaannya dijabarkan dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Boedi Harsono 2002:553). Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 12 2.3 Tujuan pendaftaran tanah Adapun tujuan dari pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, pasal 3 yaitu : 1) untuk menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah suatu bidang tanah., satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. 2) Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar lebih mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar. 3) Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Pelaksanaan pengukuran bidang tanah dilaksakan berdasarkan asas “Kontradiktur delitimasi”. Asas kontradiktur delitimasi maksudnya adalah dalam pemasangan patok atau tanda batas bidang tanah harus diusahakan berdasarkan penunjukkan batas oleh pemilik bidang tanah dan sedapat mungkin disaksikan atau disetujui oleh pemilik bidang tanah yang bersebelahan, sehingga batas-batas bidang tanah tersebut sedapat mungkin terjamin kepastian hukumnya. Penyelenggaraan pendaftaran tanah yang dapat memberikan jaminan kepastian hukum menurut Direktorat Pendaftaran Tanah tersebut memenuhi 3 (tiga) syarat, yaitu : 1) Peta-peta pendaftaran tanah dapat dipakai rekonstruksi di lapangan dan menggambarkan batas yang sah menurut hukum. 2) Daftar umum dapat membuktikan pemegang hak yang terdaftar didalamnya sebagai pemegang yang sah menurut hukum. Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 13 3) Setiap hak dan peralihannya harus didaftar Untuk dapat dilakukannya rekonstruksi di lapangan, maka setiap bidang tanah yang didaftar harus dipasang tanda batas. Pemasangan tanda batas ini harus kuat secara fisik, tertanam kuat pada batas bidang tanah dan mudah dikenali di lapangan. Sebagai suatu kepastian hukum, letak batas tanah juga mempunyai sifat-sifat publisitas dan spesialitas. Hal terpenting dalam pemasangan tanda batas adalah dipenuhinya asas kontradiktur delitimasi, yaitu penetapan tanda batasbatas bidang tanah atas persetujuan dan diketahui oleh pemilik tanah yang bersebelahan. 2.4 Sertifikat Tanah Sertifikat tanah adalah Salinan buku tanah dan surat ukur setelah dijahit menjadi satu bersama-sama dengan suatu kertas sampul yang bentuknya ditetapkan oleh Menteri Agraria, disebut sertifikat dan diberikan kepada yang berhak. Sertifikat hak atas tanah menjadi dambaan dari setiap pemegang hak atas tanah. Serasa masih ada yang kurang dan belum mantap bila pemilikan atau penguasaan atas tanah itu belum disertai bukti pemilikan berupa sertifikat. Hal itu memang benar dan sudah selayaknya setiap orang mengusahakan agar ia memperoleh sertifikat karena Undang-Undang PokokAgraria (UUPA) No.5/1960 menjamin hal itu bahwa adalah hak dari setiap pemegang hak atas tanah untuk memperoleh sertifikat (UUPA Pasal 4 ayat 1). Sertifikat memiliki banyak fungsi bagi pemiliknya. Dari sekian fungsi yang ada, dapat dikatakan bahwa fungsi utama dan terutama dari sertifikat adalah sebagai alat bukti yang kuat, demikian dinyatakan dalam pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA. Karena itu, siapapun dapat dengan mudah membuktikan dirinya sebagai pemegang hak atas tanah bila telah jelas namanya tercantum dalam sertifikat itu. Diapun selanjutnya dapat membuktikan mengenai keadaankeadaan dari tanahnya itu misalnya luasnya, batas-batasnya, ataupun segala sesuatu yang berhubungan dengan bidang tanah dimaksud. Dan jika dikemudian Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 14 hari terjadi tuntutan hukum di pengadilan tentang hak kepemilikan / penguasaan atas tanah, maka semua keterangan yang dimuat dalam sertifikat hak atas tanah itu mempunyai kekuatan pembuktian yang kuat dan karenanya hakim harus menerima sebagai keterangan-keterangan yang benar, sepanjang tidak ada bukti lain yang mengingkarinya atau membuktikan sebaliknya. Tetapi jika ternyata ada kesalahan didalamnya, maka diadakanlah perubahan / pembetulan seperlunya. Dalam hal ini yang berhak melakukan pembetulan bukanlah pengadilan melainkan instansi yang menerbitkannya yakni Badan Pertanahan Nasional (BPN) dengan jalan pihak yang dirugikan mengajukan permohonan perubahan sertifikat dengan melampirkan surat keputusan pengadilan yang menyatakan tentang adanya kesalahan dimaksud. Selain fungsi utama tersebut diatas, sertifikat memiliki banyak fungsi lainnya yang sifatnya subjektif tergantung daripada pemiliknya. Sebut saja, misalnya jika pemiliknya adalah pengusaha, maka sertifikat tersebut menjadi sesuatu yang sangat berarti ketika ia memerlukan sumber pembiayaan dari bank karena sertifikat dapat dijadikan sebagai jaminan untuk pemberian fasilitas pinjaman untuk menunjang usahanya. Demikian juga contoh-contoh lainnya masih banyak yang kita bisa sebutkan sebagai kegunaan dari adanya sertifikat tersebut. Sangat jelas bahwa sertifikat hak atas tanah itu akan memberikan rasa aman dan tenteram bagi pemiliknya karena segala sesuatunya mudah diketahui dan sifatnya pasti serta dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Dari ketentuan pasal itu kiranya jelaslah bagi kita apa yang dimaksud dengan sertifikat hak atas tanah itu, yaitu sebagai salinan daripada buku tanah dan surat ukur tanah yang diikat menjadi satu. Asli sertifikat itu sendiri adanya di kantor BPN dan kepada tiap-tiap pemegang hak hanya diberikan salinannya saja. Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 15 2.5 Metode pengukuran menggunakan pita ukur Pada metode pengukuran dengan menggunakan pita ukur terdapat 2 jenis pengukuran, yaitu pengukuran jarak mendatar pada lahan datar dan pengukuran jarak datar pada lahan miring. 1) Pengukuran pada lahan mendatar Pengukuran jarak mendatar pada lahan datar relatif lebih mudah dibanding dengan pada lahan miring. Terdapat beberapa langkah pengukuran. a. Pasang atau letakan angka nol meteran ke patok di titik 1 b Tarik atau rentangkan rol meter ke titik 2, selurus dan sedater mungkin dengan tarikan yang cukup, sehingga meteran tidak melengkung atau meral memanjang. (Pada lahan atau objek yang diukur datar dan rata pita ukur dapat ditempelkan pada permukaan objek yang diukur tersebut, tapi bila tidak rata, maka meteran harus direntangkan dengan jarak tertentu dan sejajar dengan rata-rata permukaan lahan atau objek yang di ukur tadi) c. Letakan atau impitkan pita meteran ke patok di titik 2. d. Baca angka meteran yang tepat dengan patok di titik 2 tersebut. Bacaan ini menunjukkan jarak antara titik 1 dan titik 2 yang diukur. Angka yang dibaca Angka nol Tarikan pita ukur Permukaan tanah yang tidak rata Gambar 1.2 Gambar pengukuran jarak datar Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 16 2) Pengukuran pada lahan miring Pengukuran jarak mendatar pada lahan miring tidak sesederhana seperti pada lahan datar. Ada 3 metode memperoleh jarak mendatar dengan meteran, yaitu : (1) Metode Koreksi Metode ini hanya digunakan untuk peperoleh data secara kasar. Pada metode ini yang diukur adalah jarak miringnya dan untuk memperoleh jarak mendatardilakukan koreksi, seperti terlihat pada table berikut: Tabel 1.2 metode koreksi pengukuran pada lahan miring Jarak miring (M) Kemiringan (%) Koreksi jarang Jarak mendatar miring sebenarnya (M) 100 1 0.005 99,995 100 2 0.020 99,980 100 3 0.045 99,955 100 4 0.080 99,920 100 5 0.125 99,875 100 10 0.500 99,500 (2) Metode Taping Bertingkat Metode ini digunakan untuk mengukur jarak yang cukup jauh, sehingga pengukuran pada jarak tersebut dilakukan pengukuran per segmen dan pada setiap kali melakukan dilakukan sebagai berikut : a. Sampai mendekati titik akhir pengukuran dilakukan dengan jarak yang sama, misalnya 25 m. Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 17 b. Pada setiap ujung meteran digunakan unting-unting. Tarikan meteran A 25M Unting-Unting Permukaan tanah yang miring B Gambar 2.2 Gambar pengukuran jarang miring (3) Breaking Taping Metode ini caranya hampir sama dengan Taping Bertingkat, bedanya jarak pad setiap kali pengukuran tidak harus sama. Pada lahan berlereng heterogen metoda ini lebih cocok digunakan daripada metode Taping Bertingkat. Dari uraian di atas terlihat bahwa pada pengukuran jarak mendatar dengan meteran pada lahan miring selain diperlukan patok untuk menendai titik-titik yang diukur, juga diperlukan unting-unting untuk menepatkan angka meteran dengan patok di titik pengukurandan bahkan untuk mengontrol datar tidaknya meteran dianjurkan menggunakan nico tangan. 2.5 Pita ukur, GPS ( Global Positioning System ), Autucad 2004 A. Pita ukur Pita Ukur adalah salah satu alat yang digunakan untuk mencari jarak datar pada suatu bidang tanah.Tidak dipergunakan pada bidang tanah yang Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 18 memiliki luas diatas 2000m2 dan biasanya digunakan untuk mengukur bidang tanah yang berbentuk rumah. Gambar 2.3 Gambar Pita Ukur B. GPS ( Global Positioning Sistem ) Sistem Pemosisi Global (bahasa Inggris: Global Positioning System (GPS)) adalah sistem untuk menentukan posisi di permukaan bumi dengan bantuan sinkronisasi sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan, arah, dan waktu. Sistem yang serupa dengan GPS antara lain GLONASS Rusia, Galileo Uni Eropa, IRNSS India. GPS Tracker atau sering disebut dengan GPS Tracking adalah teknologi AVL (Automated Vehicle Locater) yang memungkinkan pengguna untuk melacak posisi kendaraan, armada ataupun mobil dalam keadaan Real-Time. GPS Tracking memanfaatkan kombinasi teknologi GSM dan GPS untuk menentukan koordinat sebuah obyek, lalu menerjemahkannya dalam bentuk peta digital. GPS Hendhell digunakan untuk menentukan Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 19 koordinat awal suatu bidang tanah, dan tidak dipergunakan untuk mengukur luas bidang tanah. Gambar 2.4 Gambar Macam-Macam GPS i. Autocad 2004 Autocad 2004 merupakan suatu software hitungan luasan bidang tanah yang praktis dan otomatis.sehingga untuk pengoperasiannya hanya memasukan data hasil ukur baik itu dengan data ukur menggunakan meteran maupun alat Theodolit. Dengan memasukan data-data tersebut, autocad 2004 dapat bekerja secara cepat dengan membentukan hasil ukuran dalam berupa bidang tanah atau rumah yang hasil ukurannya sudah ditentukan. Namun seiringnya jaman yang begitu maju sehingga teknologi pun berkembang secara cepat software-software yang bertambah lebih praktis dating bermunculan seperti Autocad 2009,Autocad 2010, dan lain-lain. Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 20 Daftar Gambar 2.5 Gambar Hasil ukur Autocad 2004 Gambar 2.6 Gambar Hasil ukur Autocad 2004 Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 21 Gambar 2.7 Gambar Hasil ukur Autocad 2004 Gambar 2.8 Gambar Hasil ukur Autocad 2004 Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 22 Gambar 2.9 Gambar Hasil ukur Autocad 2004 Gambar 2.10 Gambar Hasil ukur Autocad 2004 Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 23 Gambar 2.11 Gambar Hasil ukur Autocad 2004 Gambar 2.12 Gambar Hasil ukur Autocad 2004 Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 24 Gambar 2.13 Gambar Hasil ukur Autocad 2004 Gambar 2.14 Gambar Hasil ukur Autocad 2004 Rizky Desvian Purnama, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu