CA MAMMAE LAKI – LAKI I. Pendahuluan Karsinoma mammae pada laki – laki merupakan suatu penyakit yang jarang ditemukan. Insiden penyakit ini hanyalah 1% dari semua kanker payudara dan kurang dari 1% dari semua penyakit keganasan pada laki – laki. Seperti juga wanita, dikatakan kanker payudara pada laki – laki sering disebabkan oleh gangguan hormonal. Prognosisnya jelek karena ukuran payudara yang kecil maka tumornya dapat mengenai fascia pektoralis dan struktur – struktur yang lebih dalam.1,2,3,4 Karsinoma mammae ( Ca mammae ) adalah suatu tumar maligna yang berkembang dari sel – sel payudara. Seperti sel – sel tubuh yang lain, duktus – duktus di payudara laki – laki dapat mengalami keganasan. Oleh karena wanita lebih banyak sel – sel di payudara daripada laki – laki dan lebih terpapar kepada hormon – hormon yang dapat memicu perkembangan sel, maka ca mammae lebih banyak pada wanita.5 II. Anatomi Pada minggu keenam masa gestasi, daerah mammae atau “ milk line ” muncul pada embryo sebagai penebalan ektodermal yang dikenal sebagai tunas susu, berkembang dalam bagian pektoralis badan embrio. Peninggian linear ini terbentang bilateral dari axilla ke vulva dan dikenal sebagai garis susu atau ‛mammary ridge‟. Daerah ini kemudian menghilang kecuali suatu daerah kecil di regio pektoral. Pembentukan payudara dimulai dengan pembentukan tonjolan primer dan 15 sampai 20 tonjolan sekunder dari ektodermal. Pembentukan ini terjadi pada 2 bulan waktu gestasi. Pada bayi perempuan dan laki – laki yang baru lahir, terjadi pembesaran pada payudara setelah terjadinya peningkatan hormon yang didapat dari sirkulasi maternal. Payudara laki – laki mengalami sedikit perubahan pada payudara sepanjang hidupnya.2,6,7 Payudara terletak di dalam bantalan lemak di antara kulit dan otot pektoralis major. Kulit dan daerah di bawah mammae terdapat banyak jaringan limfe. Ligamentum Cooper, merupakan ligamentum suspensorium payudara, yang terletak diantara fascia superficial di bawah dermis, fascia interlobular perenkim dan fascia profunda yang terletak diatas otot pektoralis major.2,6,7 1 Dengan komponen muskulokutis dan lemaknya, mammae menempati antara iga ketiga dan ke tujuh serta terbentang lebarnya dari linea parasternalis sampai aksillaris anterior atau media. Pada pria, komponen kelenjar dan duktulus mammae tetap rudimentar dan kurang berkembang dengan duktus pendek dan asinus berkembang tak sempurna. Penampilan rata payudara pria sekunder terhadap defisiensi perkembangan puting susuareola serta densitas parenkim dan lemak.6 Payudara mendapat aliran darah dari percabangan arteri mammaria interna, percabangan pektoralis arteri thoracoacromialis dan percabangan lateral arteri intercostalis posterior. Sistem drainase vena meliputi vena intercostalis, yang menyilang sisi posterior payudara dari sela iga kedua sampai keenam untuk memasuki vena vertebralis di posterior. Tambahan lagi vena intercostalis bisa memasuki sistem azygos di sentral untuk berakhir dalam vena cava superior. Sistem vena profunda payudara sejajar arteria thoracica lateralis dan ramus pektoralis arteria thoracoacromialis.Kanker payudara dapat bermetastase ke corpus vertebra atau pelvis, melewati paru – paru karena aliran intercostal ke vena vertebra. ( Batson‟s Plexus ).2,6 Aliran limfe dari payudara mengalir ke 6 kelompok kelenjar limfe yaitu axilla lateralis, mammaria eksterna, skapula, sentralis, subklavikula dan interpektoralis. Untuk menentukan level adalah seperti berikut : 2,3,4,5,6 I. - Kelompok mammaria eksterna sejajar perjalanan arteria thoracica lateralis dari iga keenam sampai vena axillaris dan menempati tepi lateral musculus pektoralis major dan ruang axillaris medialis. - Kelompok subskapularis ( skapularis ). Dekat cabang thorakodorsalis dari pembuluh darah subskapularis. Ia terbentang dari vena axillaris sampai dinding thorax lateral. - Kelompok vena axillaris. Terletak paling lateral dan banyak kelompok kelenjar limfe Axilla. Ia sentral dan kaudal terhadap vena axillaaris. II. Kelompok kelenjar limfe sentral. Terletak sentral antara lipat axilla anterior dan posterior serta menempati posisi superfisialis di bawah kulit dan fascia medioaxilla. III. Kelompok subklavikukularis ( apikal ). Kelompok kelenjar limfe tertinggi dan paling medial. Ia terletak pada sambungan vena axillaris dengan vena subklavia setinggi ligamentum Halsted.6 2 Aliran limfe mengalir memasuki duktus thoracicus sebelum akhirnya memasuki sistem venous. 75% aliran limfe dari payudara mengalir melalui nodus axillaris, dan sebagian yang lain melalui nodus parasternalis. Bagian medial dari payudara mengalirkan limfe ka nodus mamary interna ( intrathoracic ). Rata – rata terdapat kurang lebih 20 nodus limfe terpotong sewaktu pembedahan disseksi axilla.2 Gambar 1 : kelenjar - kelenjar limfe di daerah aksilla. ( dikutip dari kepustakaan 6) III. Etiologi dan Faktor Resiko1,2,4,5 1) mutasi gen Sebagian ca mammae dapat dikaitkan dengan mutasi pada gen penekan tumor BRCA1 dan BRCA2. Secara normalnya, gen ini menyediakan protein yang digunakan untuk memperbaiki DNA yang rusak dan mencegah pertumbuhan abnormal dari DNA. Mutasi pada gen BRCA2 yang paling sering ditemukan sebagai penyebab ca mammae pada laki – laki yaitu sebanyak 12% sampai 18%. Mutasi gen biasanya didapatkan pada riwayat keluarga terkena ca mammae. Mutasi gen lain yaitu CHEK2 juga dikatakan dapat menyebabkan ca mammae. Mutasi pada gen CYP17 yaitu gen membantu dalam sintesis hormon steroid dan juga reseptor androgen juga pernah ditemukan pada pasien laki – laki dengan ca mammae. Pasien bisa memeriksa DNA dari sampel darahnya untuk mengetahui jika terdapat mutasi tersebut. 3 2) Umur Seperti pada banyak jenis kanker insiden menurut usia naik sejalan bertambahnya usia. Pasien paling sering berusia diantara 60 sampai 69 tahun. 3) Riwayat keluarga Riwayat keluarga terdekat dengan ca mammae dapat juga menjadi faktor resiko. Dikatakan pasien dengan riwayat keluarga terdekat yang menderita kanker ovarium dan payudara hampir 22% terkait dengan pasien laki – laki yang menderita kanker payudara. 4) Hormon Ca mammae pada laki – laki biasanya sensitif terhadap hormon terutama hormon estrogen. Kajian yang membuktikan hal ini didapat daripada kajian yang dilakukan terhadap 3 pasien laki – laki transsexual yang menderita ca mammae dengan pengambilan pil estrogen dan pasien dengan terapi hormon estrogen untuk karsinoma prostat. Pasien dengan fungsi testikular yang abnormal turut beresiko untuk terkena ca mammae. Ini karena terdapat hipotesis bahwa insufisiensi testikular dapat meningkatkan kadar estrogen endogenous. 5) Paparan radiasi Seperti juga pada ca mammae wanita, paparan radiasi pada laki – laki juga dapat menyebabkan ca mammae terutama pada pasien dengan riwayat terapi radiasi untuk pembesaran thymus atau gynekomastia pubertas.. Pasien Limfoma Hodgkin atau Limfoma Non Hodgkin yang mendapat terapi radiasi di daerah thorak turut beresiko untuk kanker payudara. 6) Klinefelter‟s Syndrome 4 % dari pasien laki – laki dengan ca mammae menderita sinrdom klinefelter‟s. Sindrom ini terjadi karena kelebihan kromosom X pada laki – laki dan terkait dengan insifisiensi testikular, gynekomastia dan peningkatan hormon perangsang follikel. Pasien ini mempunyai kurang kadar androgen, dan meningkatkan ratio androgen – estrogen. 4 Tabel 1 : Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan kanker payudara pada laki - laki.( dikutip dari kepustakaan 1 ) Faktor Demografi - Status sosioekonomi yang tinggi - Bangsa - Berpelajaran tinggi - Keturunan Yahudi Faktor Gaya Hidup - Peningkatan BMI - Tidak menikah - Pekerjaan yang sering mendapat paparan elektromagnet - Pekerja-pekerja pada pabrik waja Riwayat Kesehatan - Keluarga terdekat dengan ca mammae - Klinefelter‟s syndrom - Testicular abnormalities - Penyakit hepar - Paparan estrogen exogenous - Paparan radiasi - Riwayat trauma pada kepala. IV. Insiden dan Epidemiologi Kanker payudara lebih sering terjadi pada wanita daripada laki – laki. Pada tahun 2003, lebih dari 200,000 kasus didapat pada wanita dibanding 1300 kasus pada laki – laki. Pada tahun 2005, American Cancer Society telah menemukan 1690 kasus baru kanker payudara pada laki – laki di Amerika dengan angka kematian mencapai 460 kasus. Perbandingan jumlah kematian dengan kasus kanker payudara pada wanita pada tahun yang sama adalah 40,410 orang. Menurut kajian American Cancer Society, insiden tertinggi di negara Amerika Selatan dan Eropa Utara sementara insiden terendah adalah di Finlandia dan Jepang. Kebanyakan negara- negara lain melaporkan insiden kurang dari 1% dari 100,000 orang.1 5 V. Staging2,3,4,5,7,8 A. Klasifikasi stadium TNM (UICC/AJCC) 2002 Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan TNM system dari UICC/AJCC tahun 2002 adalah sebagai berikut : 2,4,5 T = Ukuran tumor primer Ukuran T secara klinis, radiologi dan mikroskopis adalah sama. Nilai T dalam cm. Nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm. Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai T0 : Tidak terdapat tumor primer Tis : Karsinoma in situ Tis(DCIS) : Ductal carcinoma in situ Tis(LCIS) : Lobular carcinoma in situ T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2 cm atau kurang T1mic : Adanya mikro invasi ukuran 0,1 cm atau kurang T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm – 0,5 cm T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm – 1 cm T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm – 2 cm T2 : Tumor dengan ukuran diameter 2 cm- 5 cm T3 : Tumor dengan ukuran lebih dari 5 cm T4 : Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada atau kulit. T4a : Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot pectoralis T4b : Edema (termasuk peau d‟orange), ulserasi, nodul satelit pada kulit yang terbatas pada 1 payudara. T4c : Mencakup kedua hal diatas. T4d : Mastitis karsinomatosa. N = Kelenjar getah bening regoinal. Klinis : Nx : Kgb. regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya). N0 : Tidak terdapat metastasis Kgb. N1 : Metastasis ke Kgb. Aksilla ipsilateral yang mobile. 6 N2 : Metastasis ke Kgb. Aksilla ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi, atau adanya perbesaran Kgb.mamaria interna ipsilateral tanpa adanya metastasis ke Kgb. Aksilla. N2a : Metastasis pada Kgb. Aksilla terfiksir atau berkonglomerasi atau melekat ke struktur lainnya. N2b : Metastasis hanya pada Kgb. mamaria interna ipsilateral secara klinis dan tidak terdapat metastasis pada Kgb. Aksilla. N3 : Metastasis pada Kgb. Infraclavicular ipsilateral dengan atau tanpa metastasis Kgb. Aksilla atau klinis terdapat metastasis pada Kgb. Mamaria interna ipsilateral klinis dan metastasis pada kgb. Aksilla; atau metastasis pada Kgb. Supraclavicular ipsilateral dengan atau tanpa metastasis pada kgb. Aksilla/mamaria interna. N3a : Metastasis ke Kgb. Infraclavicular ipsilateral N3b : Metastasis ke Kgb. Mamaria interna dan Kgb. Aksilla N3c : Metastasis ke Kgb. Supraclavicular. M = Metastasis jauh Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai M0 : Tidak terdapat metastasis jauh M1 : Terdapat metastasis jauh 7 Grup Stadium : Stadium 0 I T Tis T1 N N0 N0 M M0 M0 T0 N1 M0 T1 N1 M0 T2 N0 M0 T2 N1 M0 T3 N0 M0 T0 N2 M0 T1 T2 T3 T3 N2 N2 N1 N2 M0 M0 M0 M0 T4 N0 M0 T4 N1 M0 T4 N2 M0 IIIc Any T N3 M0 IV Any T Any N M1 IIa IIb IIIa IIIb Berdasarkan grup stadium dapat ditentukan stadium dan tindakan. Pembagian stadium sebagai berikut: a. Lesi In situ non metastatis : Stadium O b. Kanker pada stadium dini/operabel : Stadium I - IIA c. Kanker stadium intermediate operabel : Stadium IIB - IIIA d. Kanker payudara locally advance (lokal lanjut)/inoperabel: Stadium IIIB - IIIC e. Kanker payudara lanjut metastasis jauh : Stadium IV A.10 8 G = Gradasi histopatologis2,7 Seluruh kanker payudara harus dibuat gradasi histologisnya. Sistem gradasi histologis yang direkomendasikan adalah menurut the Nottingham Combined Histologic Grade (menurut Elston-Ellis yang merupakan modifikasi dari Bloom Richardson). Gradasinya adalah menurut sebagai berikut: Gx : Grading tidak dapat dinilai G1 : Low Grade G2 : Intermediate Grade G3 : High Grade Stadium klinik (cTNM) harus dicantumkan pada setiap diagnosa Kanker Payudara atau suspect Kanker Payudara. pTNM harus dicantumkan pada setiap hasil pemeriksaan Kanker Payudara yang disertai dengan cTNM.9 B. Klasifikasi Histologik WHO/Japanese breast cancer society.7,8 Untuk kanker payudara dipakai klasifikasi histologi berdasarkan: a. WHO histological clasification of breast tumors b. Japanese breast cancer society (1984) histological clasification of breast tumors Carsinoma malignant 1. Non invasive carcinoma a. Non invasive ductal carcinoma b. Lobular carcinoma in situ ( pada wanita ) 2. Invasive carcinoma a. Invasive ductal carcinoma ( sering ditemui pada laki – laki 80-90 % ) - Papillobular carcinoma - Solid-tubular carcinoma - Scirrhous carcinoma b. Special types - Mucinous carcinoma - Medullary carcinoma - Invasive lobular carcinoma - Adenoid cystic carcinoma 9 - Squamous cell carcinoma - Apocrine carcinoma - Carcinoma with cartilagineus and or oseous metaplasia - Tubular carcinoma - Secretory carcinoma c. Paget`s disease.8 ( sering ditemui pada laki – laki ) VI. Prosedur Diagnostik a) Gambaran klinis.1,2,3,7,8 Hampir semua pasien kanker pada payudara datang dengan keluhan ada benjolan di payudara yang biasanya disertai dengan rasa sakit, perdarahan, retraksi puting atau ulserasi pada payudara. Selain itu juga didapatkan nipple discharge walaupun tidak sesering yang ditemukan pada wanita namun ini dapat merupakan gejala keganasan pada payudara. Ginekomastia pada laki-laki sering ditemukan menyertai suatu kanker payudara dan dapat didiagnosis bandingkan dengan melakukan biopsi. Gambar 2 : ulcerasi pada puting payudara laki - laki dan ginekomastia ( dikutip dari kepustakaan 9) b) Pemeriksaan Klinis1,2,3,7,11,12 Pembesaran pada payudara laki – laki atau ginekomastia sering ditemukan pada pemeriksaan klinis, berbentuk konsentrik, konsistensi lunak dan sering mengenai kedua payudara. Jika pada kanker payudara sering didapatkan payudara yang keras, irregular, eksentrik dan konsistensi tidak lunak. Kelainan warna kulit, ulserasi puting, nipple discharge dan adenopati kelenjar aksilla merupakan tanda- 10 tanda keganasan dan harus dicurigai. Apabila penyebarannya menyebabkan obstruksi limfatik intradermal, dapat terjadi edema payudara yang tidak bisa dikompresi dan keras seperti kulit limau ( peau d’orange ) dan bila dibiarkan berlanjutan, akan mengenai seluruh kulit payudara, dinding dada dan leher sehingga menyebabkan kekakuan ( cancer en cuiresse ). Pada pemeriksaan palpasi, dilakukan dengan menggunakan telapak tangan dan dilakukan per kuadran. Bila teraba ada benjolan sudah harus dicurigai adanya keganasan. Seterusnya, palpasi dengan menggunakan jari – jari untuk benjolan dengan mendeskripsikan jumlahnya, daerahnya, bentuk, warna kulit, kontur payudara, konsistensi, suhu, perlengketannya dan transilluminasinya. Pemeriksaan kelenjar limfe dilakukan dengan posisi pasien duduk. Untuk kelenjar di aksilla kanan, pemeriksaan dilakukan dengan tangan kanan. Terdapat 5 kelenjar limfe yang diperiksa yaitu kelenjar limfe sentralis, aksilla lateralis, interpektoralis, infraclavikula dan subscapular. Untuk kelenjar limfe infraklavikula , subskapula dan supraklavikula diperiksa dari arah belakang pasien. gambar 3 : peau ‘orange ( dikutip dari kepustakaan 9 ) c) Pemeriksaan Penunjang 1) Mammografi : merupakan pemeriksaan sinar-X pada payudara. Dengan mammografi.dapat ditemukan benjolan walaupun kecil. Mammografi bisa digunakan untuk membedakan antara tumor benigna dan maligna dan efektif dalam mendeteksi kanker kontralateral pada pasien dengan karsinoma payudara sebelumnya. Pada pemeriksaan mammografi didapatkan 11 mikrokalsifikasi, massa retroareolar, massa eksentrik, massa dengan kontur payudara yang irreguler, retraksi puting susu, penebalam kulit dan massa yang disebabkan oleh ginekomastia. 1,2,3,5,6 Gambar 4 : gambaran mikrokalsifikasi pada payudara. ( dikutip dari kepustakaan 6) 2) Ultrasonografi : merupakan pemeriksaan radiologi yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi dan tidak menyebabkan sinaran radiasi pada payudara. USG digunakan untuk melihat kelainan pada payudara yang ditemukan pada pemeriksaan mammografi atau pemeriksaan fisik. USG juga bagus dalam membedakan lesi payudara yang kistik dan padat.1,2,3,5,6, 12 Gambar 5 : gambaran massa padat dengan batas irreguler yang menunjukkan suatu tanda keganasan. ( dikutip dari kepustakaan 6) 3) Biopsi : merupakan pemeriksan sitologi yang dilakukan untuk melihat keganasan dari suatu kelainan pada payuara. Semua tindakan biopsi mengambil jaringan yang dicurigai untuk diperiksa dengan mikroskop. Terdapat beberapa tipe biopsi :3,4,6,7 a. Fine-needle aspiration biopsy (FNAB): Merupakan tehnik biopsi dengan menggunakan jarum yang halus dan merupakan tehnik biopsi termudah dan tercepat serta dapat membedakan suatu lesi jinak atau ganas. b. Core biopsy: Merupakan tehnik dimana sedikit jaringan dari kelainan payudara diambil dengan menggunakan jarum yang lebih besar dari FNA. Tehnik ini dapat dilakukan dengan memberikan anestesi lokal pada daerah yang dibiopsi. c. Biopsi dengan operasi: Dengan tehnik ini, dilakukan analisis mikroskopik dari semua ( biopsy eksisi ) atau sebagian dari benjolan ( biopsy insisi ) yang diambil dari payudara sewaktu operasi. 4) Bone scan: Pemeriksaan yang dilakukan dengan melakukan injeksi radioaktif technetium diphosphonate yang mana akan terikat dengan sel – sel tulang dan terlihat sebagai gambaran abu – abu atau hitam yang dikenal 13 sebagai hot spots. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan sekiranya ada metastase sampai ke tulang. Namun harus dapat membedakan dengan artritis, infeksi tulang atau ada penyakit tulang yang lain dengan melakukan juga pemeriksaan lainatau biopsi tulang. Metastase di tulang lebih cepat ditemukan daripada foto sinar-x. 5) Computed tomography (CT/ CAT): pemeriksaan ini dilakukan untuk kankernya dapat diangkat dengan mastektomi atau inoperable karena sudah mengenai dinding dada. CAT scans juga digunakan untuk melihat sekira adanya metastase sampai ke kgb, paru – paru, hati dan organ – organ lain. 6) Positron emission tomography (PET): PET menggunakan glukosa yang menggunakan atom radioaktif yang dapat dideteksi dengan kamera. Sel – sel kanker menyerap glukosa ini dangan banyak karena metabolismenya yang meningkat. PET digunakan untuk mengetahui penyebaran yang tidak diketahui lokasinya karena PET dapat menyebar ke seluruh tubuh. Gambar 6 : gambaran PET : kelenjar aksilla kiri yang meradang pada pasien lakilaki dengan kanker payudara ( dikutip dari kepustakaan 6) 14 Algoritme Penanganan Evaluasi Ca Mammae Pada Laki – Laki. Massa pada payudara Riwayat hidup Pemeriksaan fisik Mammografi dan sonografi Gambaran seperti „percikan api‟ pada mammogram, patognomonik pada ginekomastia. Ragu - ragu FNA observasi benigna observasi Ragu - ragu Biopsy terbuka atau core biopsi maligna Tindakan operasi definitif VII. Rencana Terapi a. Operasi : untuk mendapat diagnosis histologi biasanya dilakukan biopsi dan dianggap sebagai tindakan pertama pada pembedahan payudara. Dengan sediaan beku, hasil pemeriksaan histology-patologi diperoleh dalam waktu 15 menit.bila pemeriksaan menunjukkan tanda tumor jinak, maka operasi diselesaikan, tetapi hasil dengan tumor ganas dapat dilakukan tindakan bedah kuratif yaitu mastektomi.1,2,15 Mastektomi merupakan operasi yang dilakukan hampir 80% pada ca mammae laki – laki. Operasi yang paling sering dilakukan pada ca mammae laki – laki adalah modified radical mastectomy ( operasi dimana diangkat keseluruh 15 mammae dengan sebagian besar kulitnya dan sebagian atau semua kelenjar limfe aksilla, sementara m.pektoralis mayor dan m.pektoralis minor dipertahankan ). Tehnik mastektomi atau disseksi aksilla adalah mirip dengan yang dilakukan pada wanita. Skin flap dilakukan dengan ukuran batas dan ketebalan yang sama antara pasien laki – laki dan wanita. Diseksi dilakukan termasuk kelenjar limfe pada level I dan II dan dilakukan en bloc dengan mastektominya.6,7,15 Tehnik ini sering dilakukan pada ca mammae stadium I dan II. Batas pengelupasan ini meliputi batas lateral sternum di medial, musculus latissimus dorsi dilateral, clavicula di superior dan batas superior muskulus rektus di inferior. Mammae di buang dari dinding dada melalui flap yang dibentuk dalam fascia dermis yang tertanam superficialis. Semua jaringan Mammae dieksisi secara keseluruhan bersama bahan contoh. Mammae direseksi dari muskulus pektoralis mayor dan isi aksilla dikupas vena aksillaris di inferior ligamentum Halsted di medial. Untuk memastikan bahwa kelenjar limfe tingkat I,II dan III telah dibuang, muskulus pektoralis minor harus dipotong dari insertionya pada prosessus coracoideus dan origonya dari iga.6 Gambar 6 : Mastektomi Radikal Modifikasi ( dikutip dari kepustakaan 15) 16 Operasi mastektomi radikal merupakan operasi yang meliputi pengangkatan payudara dengan sebagian besar kulitnya, m.pektoralis mayor, m.pektoralis minor dan semua kelenjar limfe aksilla sekaligus. Operasi simple mastectomy merupakan suatu operasi dimana dilakukan pengangkatan payudara tetapi kelenjar limfe aksilla dan otot – otot dinding dada dipertahankan. Sentinel Lymph node biopsy (SLNB) merupakan suatu tindakan biopsi yang dilakukan untuk mengurangi jumlah kelenjar limfe yang diangkat dari aksilla. Gambar 7 : Operasi simple mastectomy. ( dikutip dari kepustakaan 15) Penyulit pada mastektomi radikal biasanya terdiri dari hematom,infeksi luka dan seroma. Harus dipasang penyalir hisap untuk mencegah seroma yang terdiri dari cairan luka dan limfe. Mobilisasi ekstremitas yang bersangkutan harus diperhatikan untuk mencegah kontraktur. Biasanya terdapat mati rasa pada kulit ketiak dan bagian medial lengan atas akibat cedera n. intercostobrakialis yang tidak dapat dihindari. Kerusakan n.torakodorsalis dapat menyebabkan kelumpuhan m.latissimus dorsi. Kelumpuhan m.serratus anterior dapat disebabkan cedera pada n. torakalis longus. Pada modified radical mastectomy dapat terjadi cedera pada n. pektoralis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada m.pektoralis mayor dan minor.1,2,6,7,15 17 b. Kemoterapi Merupakan terapi sistemik yang menggunakan obat – obat anti kanker. Harus kombinasi, dan kombinasi yang dipakai adalah :8 c. - CMF ( cyclophosphamide, methotrexate dan 5-fluorouracil) - CAF ( cyclophosphamide, doxorubicin dan 5-fluorouracil) - Taxane + Docorubicin - Capecetabin Radioterapi Merupakan terapi dengan menggunakan sinar radiasi berenergi tinggi untuk menghentikan pertumbuhan dan pembelahan dari sel – sel kanker. 8 d. Terapi hormon Merupakan terapi dengan cara mengurangi hormon - hormon atau memblok fungsi hormon yang sering menyebabkan pertumbuhan sel – sel terutama sel – sel kanker. Antara terapi hormonal yang dilakukan adalah orchiectomi, adrenalectomi dan hypophysectomi. Tamoxifen merupakan terapi yang kini digunakan secara meluas dan dapat digunakan sebelum atau sesudah suatu orchiectomi. Efek samping dari penggunaan tamoxifen antara lain penurunan libido dan penurunan berat badan.1 e. Monoclonal antibodies sebagai terapi adjuvant Merupakan terapi baru yang masih dalam percobaan klinis. Terapi ini menggunakan antibody yang dibuat di laboratprium yang diambil dari sel system imun tipe single. Antibodi tersebut dapat mengidentifikasi sel – sel kanker atau yang dapat menyebabkan sel kanker tersebut bertumbuh. Antibody monoclonal dapat diberi melalui infus atau dapat dikombinasikan dengan kemoterapi sebagai terapi adjuvan. Trastuzumab (Herceptin) adalah antibody monoclonal yang dapat digunakan untuk memblok protein faktor pertumbuhan HER2.13 18 Algoritme penanganan Ca Mammae pada laki - laki Kanker payudara laki - laki terlokalisir Locally advanced Tindakan operasi definitif Kemoterapi neoadjuvan metastase mastektomi terapi hormonal Node positif Adjuvant radiotherapy (ER+) tamoxifen Node negatve < 1 cm observasi Tindakan operasi definitif > 1 cm Adjuvant radiotherapy (ER+) tamoxifen Adjuvant radiotherapy ER : Estrogen Receptor Manipulasi hormonal A. Kanker payudara stadium O (Lesi In situ Non Metastasis)8 Dapat dilakukan mastektomi simple. Terapi defenitif pada T0 tergantung dari pemeriksaan blok parafin, lokasi didasarkan pada hasil pemeriksaan imaging. B. Kanker pada stadium dini/operabel8 Dapat dilakukan mastektomi radikal, modified mastektomi radikal. Terapi adjuvant: dibedakan pada keadaan Node (-) dan Node (+). Terapi dapat berupa adjuvant radiasi, kemoterapi maupun terapi hormonal. 1. Radiasi Radiasi diberikan apabila ditemukan keadaan tepi sayatan dekat (T > = 2)/ tidak bebas tumor, tumor sentral/medial, dan KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler. 2. Kemoterapi 19 Kemoterapi yang diberikan berupa kombinasi CAF (CEF), CMF, AC dengan kemoterapi adjuvant 6 siklus, atau kemoterapi paliatif 12 siklus atau kemoterapi neoadjuvant berupa 3 siklus pra terapi primer ditambah 3 siklus pasca terapi primer 3. Hormonal C. Kanker payudara locally advance (lokal lanjut)8 Terapi dapat berupa : 1. operable locally advance yakni mastektomi simpel + radiasi kuratif, kemoterapi adjuvant + hormonal terapi. 2. inoperable locally advance berupa : - radiasi kuratif + kemoterapi + hormonal terapi - radiasi + operasi + kemoterapi + hormonal terapi - kemoterapi neoadjuvant + operasi + kemoterapi + radiasi + hormonal terapi D. Kanker payudara lanjut metastasis jauh.8 Prinsipnya : - sifat terapi paliatif - terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan hormonal terapi) VIII. Prognosis Faktor yang menentukan prognosis suatu kanker payudara pada laki – laki tergantung stagingnya oleh karena stagingnya menunjukkan ukuran tumor, penyebaran pada kelenjar limfe aksilla dan tahap metastase. Berdasarkan kajian dari American Cancer Society, angka Survival Rate yang relatif untuk 5 tahun berdasarkan staging :3,14 Stage 0 : 100% Stage I : 96% Stage II : 84% Stage III : 52% Stage IV : 24% Terdapat beberapa faktor prognostik yang sangat penting pada kanker payudara laki – laki adalah keterlibatan kelenjar limfe aksilla, ukuran tumor dan status reseptor hormon. Kajian menunjukkan keberhasilan untuk hidup lebih baik pada pasien yang kelenjar limfe 20 aksillanya tidak terlibat atau kurang dari 4 kelenjar limfenya. Pada pasien dengan ukuran tumor yang besar dan lambat didiagnosis lebih dari 6 bulan menunjukkan kurang berhasil untuk bertahan hidup. Reseptor hormon yang positif pada tumor memberikan peluang untuk hidup lebih lama.1 IX. Rehabilitasi dan Follow Up Untuk rehabilitasi pro operative biasanya dengan latihan pernafasan dan latihan batuk efektif. Pada pasca operasi hari pertama sampai hari ke dua, dilakukan latihan lingkup gerak sendi untuk siku pergelangan tangan dan jari lengan daerah yang dioperasi, untuk sisi sehat latihan lingkup gerak sendi lengan secara penuh, latihan relaksasi otot leher dan thoraks dan aktif mobilisasi. Pada pasca operasi hari ke tiga sampai hari ke lima dilakukan latihan lingkup gerak sendi untuk bahu sisi operasi (bertahap), latihan relaksasi, dan aktif dalam sehari-hari dimana sisi operasi tidak di bebani. Untuk pasca operasi hari ke enam dan seterusnya bebas gerakan dan edukasi untuk mempertahankan lingkup gerak sendi dan usaha untuk mencegah menghilangkan timbulnya lymphedema.8 Untuk follow up tahun pertama dan ke dua, kontrol tiap dua bulan. Tahun ke tiga sampai ke lima kontrol tiap tiga bulan dan setelah lima tahun kontrol tiap enam bulan. Sementara pemeriksaan fisik tiap kali kontrol, foto thorax tiap enam bulan, lab dan marker tiap dua atau tiga bulan, mamografi kontralateral tiap tahun atau ada indikasi, USG abdomen/lever tiap enam bulan atau ada indikasi dan bone scanning tiap dua tahun atau ada indikasi.8 21 DAFTAR ISI I. Pendahuluan ....................................................... 1 ....................................................... 1 III. Etiologi dan Faktor Resiko ....................................................... 3 IV. Insiden dan Epidemiologi ....................................................... 5 ....................................................... 6 II. Anatomi V. Staging VI. Prosedur Diagnostik VII. Rencana Terapi VIII. Prognosis IX. Rehabilitasi dan Follow Up ....................................................... 11 ....................................................... 16 …………………………………... 21 …………………………………… 22 22 DAFTAR PUSTAKA 1. Murphy C.D.,Borgen P.I, Treatment of Male Breast Cancer. In : Breast Cancer. 2nd Edition. Elvevier Churchill Livingstone:New York;2005; 737-43. 2. Schwartz, Seymour. Breast. In : Principles of Surgery. 7th Edition . McGrawhill:New York;2001; 381-402. 3. Dudley H.A.F, The Breast. In : An Aid to Clinical Surgery. 3rd Edition. Churchill Livingstone;Melbourne:1984; 121-130 4. Boyd W., Carsinoma. In: Pathology for the Surgeon. 7th Edition, W.B. Saunders, New York,1984; 418-433. 5. Anonim. Male Breast Cancer Available fromURL: http://www.cancer.org accessed on August 21th 2006. 6. Sabiston, David. Payudara dalam Buku Ajar Bedah . Bagian pertama. EGC; Jakarta: 1995; 365-413. 7. De Jong, Wim. Payudara dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC;Jakarta; 1997; 534-55. 8. Peraboi, Protokol Penatalaksanaan Kanker Payudara. Grand Candi Hotel. Semarang. 2003. 9. Yeoh E., Advance Breast Cancer available from URL : http://www.radiologymalaysia.com; Accessed on September 10, 2006. 10. Ramli, Muchlis. Management of Breast cancer dalam Kumpulan Slide Muktamar Paraboi. Grand Candi Hotel. Semarang; 2003 11. Way L.W., Carcinoma of The Male Breast. In : Current Surgical Diagnosis & Treatment, 11th edition, Mc Grawhill: Boston;2003;339-40. 12. Clain A.. The Breast and Axillary Lymph Nodes. In : Demonstrations of Physical Signs in Clinical Surgery. 17th edition. ELBS: Bristol; 1990;176-81. 13. Anonim. Male Breast Cancer : Treatment available from URL : http://www.cancer.gov. accessed on August 21th,2006 14. Anonim. Breast Cancer in Men Available from URL: http://www.imaginis.com accessed on September 10, 2006. 15. Anonim. Male Breast Health Available from URL: http://psaweb.med.navy.mil/BREASTHEALTH/Malecancer.html accessed on August 21st 2006. 23