K t I Keanekar trifasciat Isozim, d ragaman ta berdas dan Kand n

advertisement
Bioteknologi 5 (2): 56-662, Nopemberr 2008, ISSN: 00216-6887, DOI: 10.13057/biotek/c050203
Keanekarragaman
K
n Beberap
pa Variettas Sansev
vieria
t
trifasciat
ta berdassarkan Kaarakter A
Anatomi,
I
Isozim,
d Kand
dan
dungan Saponin
S
Diversity of
D
o some Sa
ansevieria trifasciataa Cultivars based
o Anatom
on
mical, Isozy
ymic and Saponin
S
Co
onstituentss
W
WHIKA
FEB
BRI DEWAT
TISARI, SUR
RANTO♥, PR
RABANG SE
ETYONO
Program Biosain
P
ns, Program Passcasarjana, Univ
versitas Sebelas Maret (UNS) Su
urakarta
57126
D
Diterima:
9 Ap
pril 2008. Disetujui: 7 Juli 20008.
A
ABSTRACT
♥ Alamat korespondensii:
Jl. Ir. Sutaami 36A, Surakartta 57126
Tel. & Faax.: +62-271-6641788.
Sansevieria is an ornamenttal plant whicch has variatiion on leaves color and
S
s
shape.
The aiim of this re
esearch was to
t investigatee anatomical structure
(
(leaves,
stem and root) of five cultivarrs of Sansevieeria trifasciatta namely
G
Green
tiger, Hahnii
H
medio
o picta, Green
n arrow, Gold
den hahnii, an
nd Hahnii
c
cream,
as welll as isozymicc banding patttern and sap
ponin constuttuent. The
r
results
indicaated that thosse five cultiv
vars have gen
netic variation
n. Hahnii
m
medio
picta has
h unique mo
orphological shape than th
he others, wh
hile Green
a
arrow
has diffferent stalk cells than the others. Thee dendogram resulting
f
from
peroxidase data, S. trifasciata was
w clustered in two grou
ups where
H
Hahnii
medio
o picta has itss own group. The esterase data also sho
owing two
g
groups,
wheree Golden hah
hnii has its ow
wn group. Th
he saponin co
onstituent
w found in
was
n the all five cultivars, wh
hich Golden h
hahnii had th
he highest
c
content,
i.e. 1.77783 mg/g and
d 1.5810 mg/g
g respectively for leaves and
d roots.
K
Keywords:
Sanseviera trifasciata, anatom
my, morpholo
ogy, isozyme, saponin.
PENDA
AHULUAN
Sanseevieria meru
upakan tanaaman hias yang
y
mempun
nyai keanekaaragaman warna
w
dan beentuk
daun, seerta mudah tumbuh di halaman ru
umah
tanpa banyak perawatan.
p
Tanaman ini
dibudiay
yakan karen
na keindahaan bentuk, corak
c
dan waarna daunny
ya. Keanek
karagaman antar
a
individu
u serta men
ngidentifikasi varietas dan
hibrida dapat dipelaajari dengan
n isozim (Hu
unter,
1981). Issozim atau isoenzim
i
adaalah enzim yang
y
terdapatt
dalam
suatu
orrganisme
y
yang
mengkattalis reaksi yang sama, tetapi mem
miliki
sifat fisiika dan kim
mia yang berbeda. Perbedaan
antara issozim disebaabkan adany
ya lebih dari satu
gen dallam suatu organisme yang
y
mengkode
setiap isozim.
i
Pen
ntingnya su
uatu organ
nisme
mempun
nyai isozim
m berbeda yang maampu
ngkatalis reak
ksi yang sam
ma, adalah peerbedaan
men
resp
pon isozim terhadap faktor ling
gkungan.
Apa
abila faktor liingkungan b
berubah, isoz
zim yang
palin
ng aktif dalam lin
ngkungan tersebut
mela
aksanakan
fungsinya
dan
membantu
m
orga
anisme bertaahan hidup (Salisbury dan
d
Ross,
1992
2). Analisis isozim dapat digunaka
an untuk
men
ngetahui keraagaman geneetik. Pengeta
ahuan ini
berm
manfaat dalaam mengetah
hui keaneka
aragaman
di an
ntara kultivaar Sansevieriaa trifasciata. Penelitian
P
ini bertujuan
b
unttuk mengetaahui keaneka
aragaman
lima
a varietas S.. trifasciata b
berdasarkan struktur
anattomi pada akar,
a
batang dan daun; pola
p
pita
isozim peroksidase dan esteerasi; dan ka
andungan
sapo
onin. Kelimaa varietas S. ttrifasciata yan
ng diteliti
adallah Green tigeer, Hahnii meedio picta, Greeen arrow,
Gold
den hahnii, daan Hahnii creaam
DEWATISARI dkk. – Keanekaragaman Varietas Sansevieria trifasciata
57
BAHAN DAN METODE
Kadar saponin (ppm) =
Bahan
Bahan material tumbuhan berupa lima
kultivar Sansevieria trifasciata yaitu Hahnii cream,
Green arrow, Hahnii medio picta, Golden hahnii,
dan Green tiger. Bahan lain yang digunakan
adalah etanol (70%) dan larutan standar saponin
(Merck, Jerman).
Kadar saponin sampel X volume pengenceran (ml)
Berat sampel (g)
Cara kerja
Analisis morfologi dan anatomi. Pengamatan
morfologi dan anatomi dilaku-kan pada
beberapa organ seperti daun, batang semu, dan
akar dari kelima varietas S. trifasciata
Analisis kadar saponin. Analisis saponin
merujuk pada Stahl (1985). Ekstraksi dimulai
dengan menimbang 5 g akar S. trifasciata dari
masing-masing varietas. Kemudian dicuci, diiris
kecil-kecil, dimasukkan ke dalam oven dengan
suhu 45ºC selama 12 jam. Daun kering digerus
dengan mortal sampai menjadi serbuk, lalu 0,1 g
serbuk yang telah halus diekstraksi dengan 10 ml
etanol 70% di atas penangas air dengan suhu 80
ºC selama 15 menit. Kemudian dibuat larutan
standar saponin dengan konsentrasi 20, 40, 80,
160, dan 320 ppm dan diukur absorbansinya
dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 365 nm, sehingga diperoleh kurva
standar saponin. Selanjutnya ekstrak saponin
dari akar dan daun S. trifasciata diuji kadarnya.
Analisis pola pita isozim. Proses elektroforesis untuk memunculkan pita-pita isozim
peroksidase dan esterase dilakukan dengan
merujuk pada Suranto (1999), terdiri dari (i)
Ekstraksi Sampel, (ii) Pembuatan media gel, (iii)
Proses elektroforesis, (iv) Proses pewarnaan gel,
(v) Proses fiksasi gel, dan (vi) Penyimpanan gel
Analisis Data
Data uji anatomis dilakukan dengan membuat irisan melintang dan membujur dari organ
daun, batang, dan akar dari beberapa varietas S.
trifasciata kemudian diamati perbedaan susunan
jaringan masing-masing varietas di bawah
mikroskop.
Kadar saponin. Senyawa hasil ekstraksi
dihitung kadar saponinnya dengan spektrofotometer UV-vis berdasarkan kurva standard
saponin. Kadar yang telah diperoleh kemudian
dikonversikan ke dalam bentuk mg/g berat
kering daun dengan rumus menurut Ruth dan
Blasche (1985):
Data pola pita isozim berupa nilai Rf yaitu
perbandingan jarak migrasi isozim terhadap
jarak migrasi loading dye. Data kuantitatif
selanjutnya diubah menjadi data biner. Data
kuantitatif dan data biner dianalisis dengan
menggunakan hierarchical cluster analysis method
average linkage (between group) program SPSS 14
(Santoso, 2004).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat morfologi daun, batang dan akar
Varietas yang memiliki helaian daun yang
banyak terdapat pada Green tiger dan Golden
hahnii. Varietas yang memiliki helaian daun
yang paling luas adalah Hahnii medio picta .
Helaian daun yang paling panjang dan sempit
dimiliki oleh Green arrow. Warna dan corak
daunnya serupa dengan Green tiger tetapi
helaian daun Green arrow lebih kaku dan tebal.
Hahnii cream dan Golden hahnii mempunyai
ukuran daun yang serupa. Di lihat dari warna
akar, Green tiger, Hahnii medio picta, dan Green
arrow berwarna coklat, sedangkan Golden hahnii
berwarna oranye dan Hahnii cream berwarna
putih kekuningan (Tabel 1).
Pada pengamatan anatomi mikroskopis daun,
sel-sel pada setiap varietas berbentuk hexagonal.
Varietas Green tiger, Green arrow, Golden
hahnii, dan Hahnii cream mempunyai bentuk sel
yang sama yaitu hexagonal sempit dan
memanjang, sedangkan varietas Hahnii medio
picta mempunyai sel-sel daun berbentuk
hexagonal yang lebih besar dan melebar. Sama
halnya pada sifat morfologi, pada mikroskopis
daun ini Hahnii medio picta mempunyai
karakter sel-sel yang paling berbeda dengan
varietas lainnya (Gambar 1).
Pada pengamatan anatomi mikroskopis
batang yang dipotong secara melintang dan
membujur, sel-sel batang pada setiap varietas
sama, kecuali sel-sel batang pada varietas Green
arrow. Berbeda dengan pengamatan morfologi
dan mikroskopis daun sebelumnya. Varietas
Green arrow khusus pada batang memiliki
perbedaan yang kontras di mana sel-selnya
bentuknya memanjang tidak seperti varietasvarietas lainnya yang memiliki sel-sel yang
membulat (Gambar 2).
Bioteknologi 5 (2): 56-62, Nopember 2008
58
Tabel 1. Karakter morfologi lima varietas Sanseviera trifasciata
Sifat Morfologi
Green tiger
Jumlah daun per 5 – 15 helai
tanaman
Daging daun
Berdaging lunak
berair
Bangun daun
Oval
Panjang daun
5 - 10 cm
Lebar daun
- 9 cm
Ujung daun
Meruncing
Warna daun:
Atas
hijau tua dengan
semburat garisgaris horizontal
Hahnii medio
picta
3 – 6 helai
3 - 10 helai
5 – 15 helai
2 – 6 helai
Berdaging kaku
berair
Memanjang
15 - 30 cm
- 9 cm
Meruncing
Berdaging kaku
berair
Lanset
10 –15 cm
2 - 3 cm
Meruncing
Berdaging lunak
berair
Oval
5- 10 cm
3 - 6 cm
Meruncing
Berdaging lunak
berair
Oval
5- 10 cm
3 - 6 cm
Meruncing
hijau muda
mendekati putih
hijau tua dengan
semburat garisgaris hijau muda
horizontal
hijau muda
ditengah
sedangkan di tepi
sekelilingnya
berwarna kuning
Green arrow
Bawah
hijau tua dengan
semburat garisgaris horizontal
hijau muda
mendekati putih
hijau tua dengan
semburat garisgaris hijau muda
horizontal
Warna akar
cokelat
cokelat
cokelat
Daun
1
Golden hahnii
hijau muda di
tengah sedangkan
di tepi
sekelilingnya
berwarna putih
tipis
hijau muda
hijau muda
ditengah
ditengah
sedangkan di tepi sedangkan
sekelilingnya
sekelilingnya
berwarna kuning berwarna putih
tipis
oranye
putih kekuningan
Batang
2
1
Hahnii cream
Akar
2
1
2
A
B
C
D
E
Gambar 1. Penampang melintang dan membujur organ daun lima varietas S.trifasciata dengan Perbesaran 100X.
Keterangan: A. Green tiger, B. Hahnii medio picta, C. Green Arrow, D. Golden Hahnii, E. Hahnii cream. 1.
Penampang bujur, 2. Penampang lintang
DEWATISARI dkk. – Keanekaragaman Varietas Sansevieria trifasciata
Gambar 4. Zimogram peroksidase
isozim akar dari lima varietas S.
trifasciata
dengan
pewarnaan.
Keterangan: A = Green tiger, B =
Hahnii medio picta, C = Green
arrow, D = Golden hahnii, E =
Hahnii cream
Gambar 5. Zimogram esterase akar
dari lima varietas S. trifasciata
dengan pewarnaan. Keterangan: A =
Green tiger, B = Hahnii medio picta,
C = Green arrow, D = Golden
hahnii, E = Hahnii cream. Nomor 1
s.d 13 menunjukkan posisi pita-pita
pada tiap varietas tanaman yang
diuji
Pada pengamatan anatomi mikroskopis akar
yang dipotong secara melintang dan membujur,
bentuk sel-sel akar pada setiap varietas pada
umumnya bentuknya sama. Akan tetapi apabila
kita melihat dari penampang membujur varietas
Golden Hahnii dan Hahnii cream, keduanya
memiliki bentuk sel yang serupa dan berbeda
dari varietas-varietas lain, yaitu bentuknya lebih
pipih dan memanjang (Gambar 3). Kesamaan
kedua varietas ini juga tampak pada sifat
morfologi yang memiliki ukuran daun yang
sama.
Pola Pita Isozim
Enzim Peroksidase
Berdasarkan jumlah pita yang terekspresi,
varietas Green tiger memiliki lima pita, varietas
Hahnii medio picta memiliki dua pita, varietas
Green arrow memiliki enam pita, varietas
Golden hahnii memiliki tiga pita, dan varietas
Hahnii cream memiliki empat pita (Gambar 4).
Pita yang terbentuk pada gel poliakrilamid
untuk enzim peroksidase ini berwarna merah
bata. Ketebalan pita pada dasarnya bisa
dibedakan menjadi dua, yaitu pita yang tebal
dan yang tipis. Pita tipis menunjukkan bahwa
kandungan isozim tersebut konsentrasinya
sedikit. Perbedaan tebal tipisnya pita disebabkan
karena perbedaan jumlah dari molekul-molekul
yang termigrasi, pita tebal merupakan fiksasi
dari beberapa pita. Pita yang memiliki kekuatan
59
Gambar 6. Dendogram pola pita
isozim akar S. trifasciata dengan
pewarnaan
peroksidase
dan
esterase. Keterangan: A = Green
tiger, B = Hahnii medio picta, C =
Green arrow, D = Golden hahnii, E
= Hahnii cream
ionik lebih besar akan ter-migrasi lebih jauh
daripada pita yang berkekuatan ionik kecil
(Cahyarini, 2004).
Isozim Esterase
Hasil analisis elektroforesis organ akar
dengan menggunakan gel poliakrilamid pada
isozim esterase dapat diketahui pada Gambar 5.
Dari zimogram hasil elektroforesis isozim
peroksidase organ akar, dapat diketahui bahwa
isozim peroksidase menghasilkan 23 pita
berdasarkan pergerakan relatif enzim (Rf).
Dari data biner tersebut (Gambar 5 )
kemudian dibuat data biner yakni nilai 1 untuk
munculnya pita dan nilai nol (0) diberikan untuk
ada tidaknya pita. Dengan demikian data dapat
dianalisis menggunakan Hierarchical Cluster
Analysis metode Average linkage (Between group)
program SPSS 14.
Dari Gambar 6 dapat diketahui hubungan
kekerabatan dari masing-masing individu. Dari
dendogram tersebut terdapat dua kelompok di
mana varietas Golden hahnii(D) membentuk
karakter sendiri dengan varietas Green tiger(A),
Hahnii medio picta (B), Green arrow (C), Hahnii
cream(E). Pada skala 15 terdapat dua kelompok
lagi yaitu varietas Green tiger(A) dan Hahnii
medio picta (B), dengan varietas Green arrow (C)
dan Hahnii cream(E). Varietas Green tiger (A)
dan Hahnii medio picta (B) memiliki hubungan
kekerabatan yang paling dekat karena memiliki
skala yang lebih rendah dibandingkan hubungan
60
kekerabatan antara varietas Green arrow (C) dan
Hahnii cream (E).
Berbagai jaringan yang berbeda dapat
mengan-dung isozim yang berbeda pula dan
semua isozim tersebut mempunyai afinitas
terhadap substrat yang berbeda pula. Enzim
peroksidase di dalam tubuh tumbuhan S.
trifasciata memiliki konsentrasi yang lebih rendah
dibandingkan
enzim
esterase
sehingga
peroksidase sedikit terekspresikan pada gel.
Berdasarkan hasil elektroforesis baik dengan
pewarnaan peroksidase maupun esterase,
keragaman pola pita isozim lebih cenderung
tergolong ke dalam keragaman kuantitatif, yaitu
ada atau tidaknya pita pada gel. Sedangkan
perbedaan ketebalan pita merupakan sifat
kuantitatif. Perbedaan ini disebabkan karena
perbedaan jumlah dari molekul-molekul yang
termigrasi, pita tebal merupakan fiksasi dari
beberapa pita. Molekul yang mempunyai
kekuatan ionik besar akan termigrasi lebih jauh
daripada yang berkekuatan ionik rendah
(Cahyarini, 2004).
Dari hasil zimogram dan dendogram di atas
dapat menjelaskan bahwa isozim dalam
penelitian ini berperan sebagai penanda genetik
untuk mempelajari keanekaragaman antar
individu serta mengidentifikasi varietas S.
trifasciata. Isozim merupakan produk langsung
dari gen sehingga dapat digunakan dalam
mengidentifikasi varietas dan studi populasi.
Jenis dan jumlah enzim pada masing - masing
organisme berbeda-beda. Jaringan yang berbeda
juga dapat mengandung isozim yang berbeda,
dan semua isozim ini mempunyai afinitas yang
berbeda-beda terhadap substrat. Goodwin dan
Mereer (1983) menjelaskan bahwa fungsi utama
isozim adalah sebagai kontrol terhadap aktivitas
metabolisme di dalam sel. Frekuensi perbedaan
isozim pada organela yang berbeda pada sel
tumbuhan.
Isozim merupakan salah satu alternatif yang
dapat digunakan untuk mengkarakterisasi dan
mengklasifikasi koleksi plasma nutfah, karena
isozim relatif stabil terhadap lingkungan dan
umumnya polimorfik (Aradya et al., 1994).
Berdasarkan karakter tersebut maka isozim telah
banyak digunakan untuk mengidentifikansi dan
mengklasifikasi beberapa spesies tanaman,
seperti identifikasi triploid pada jeruk dengan
empat sistem enzim (MDH, 6-PGD, SKDH, dan
PGI) (King et al., 1996), identifikasi kultivar nenas
dengan enzim phosphoglucomutase (PGM) dan
peroksidase (PER) (de Wald et al., 1988), studi
variasi pola pita protein pada varietas Adenium
Bioteknologi 5 (2): 56-62, Nopember 2008
obsesum (kamboja jepang) (Hastuti, 2008), studi
pola pita isozim padi (Oryza sativa) varietas
Rojolele (Widiyanti, 2007), karekterisasi beberapa
varietas
mangga
(Mangifera
indica
L.)
berdasarkan pola pita protein (Wahyuningsih,
2008) serta karakterisasi, klasifikasi, dan
hubungan kekerabatan plasma nutfah nenas di
Hawaii (ADH, GPI, PGM, SKDH, TPI, UGPP)
(Aradya et al., 1994).
Kadar Saponin Daun
Metabolit sekunder terakumulasi dalam sel
tanaman dalam jumlah yang sedikit. Metabolit
sekunder berperan untuk kelangsungan hidup,
salah satunya pertahanan diri (Manitto, 1992).
Saponin merupakan salah satu metabolit
sekunder golongan terpenoid yang disintesis
melalui jalur asam mevalonat dari jalur respirasi.
Saponin adalah glikosida triterpen dan sterol,
merupakan senyawa aktif permukaan dan
bersifat seperti sabun serta dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa
dan menghemolisis sel darah. Pencarian saponin
dalam tubuh tumbuhan telah dirangsang oleh
kebutuhan akan sumber sapogenin yang mudah
diperoleh dan dapat diubah di laboratorium
menjadi sterol yang berkhasiat penting, misalnya
kortison, estrogen, dan kontraseptif, dan lainlain. Pembentukan busa yang mantap sewaktu
mengekstraksi
tumbuhan
atau
waktu
memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan
bukti terpercaya akan adanya saponin (Harbone,
1987).
Pada Tabel 1 dan 2 (No 1-5) menunjukkan
bahwa kadar saponin daun Golden hahnii lebih
tinggi daripada varietas lainnya demikian pula
kadar saponin pada akar. Dari hasil yang
diperoleh terdapat perbedaan kadar saponin dari
organ daun dan akar. Pada Hahnii cream dan
Green arrow kadar saponin di akar lebih tinggi
dibandingkan dengan kadar yang terdapat di
daun, sedangkan pada Hahnii medio picta,
Golden hahnii, dan Green tiger kadar saponin
daun lebih tinggi dibandingkan di akar. Hal ini
disebabkan karena setiap varietas memiliki
tingkat biosintesis metabolit sekunder yang
dihasilkan
berbeda
pada
masing-masing
organnya.
Kadar saponin pada organ daun varietas
Green arrow tidak jauh berbeda dengan varietas
Green tiger, tetapi pada organ akar selisih
kadarnya jauh mencapai 0,1293 mg/g. Hahnii
cream memiliki kandungan saponin terendah
pada organ daun, tetapi pada akar kandungan
terendah terdapat pada varietas Green tiger.
DEWATISARI dkk. – Keanekaragaman Varietas Sansevieria trifasciata
Hahnii medio picta memiliki kandungan saponin
organ akar yang hampir sama dengan varietas
Hahnii cream yaitu hanya berselisih 0,00376
mg/g. Meskipun terjadi perbedaan kandungan
saponin antara daun dan akar tetapi selisih
tersebut tidak terlalu jauh. Selisih kadar saponin
pada Hahnii cream antara daun dan akarnya
adalah 0,4364 mg/g, di mana kadarnya lebih
tinggi akar. Pada Green arrow selisih kadar
saponin hanya 0,0094 mg/g lebih tinggi akar dari
daun. Sedangkan Hahnii medio picta kadar
saponin daunnya yang lebih tinggi 0,2901 mg/g
dibandingkan akar. Pada Golden hahnii yang
memiliki kadar daun 0,1973 mg/g lebih tinggi
daripada akar. Demikian pula pada Green tiger
kadar daun lebih tinggi 0,2041 mg/g
dibandingkan akar.
Tabel 1. Hasil ekstrak kadar saponin akar (dalam
mg/g) dari lima varietas S. Trifasciata
Varietas S. trifasciata
Hahnii cream
Green arrow
Hahnii medio picta
Golden hahnii
Green tiger
Kadar saponin akar
0, 8468
0,9229
0,8092
1,5810
0,7936
Tabel 2. Hasil uji kadar saponin daun S. trifasciata dan
berbagai macam tanaman obat.
Kadar
saponin
(mg/g)
Hahnii cream
0, 4104
Green arrow
0,9135
Hahnii medio picta
1,0993
Golden hahnii
1,7783
Green tiger
0,9977
Plantago mayor
0,0301
Gynura segetum
0, 8425
Jatropa curcas
1,313
Talinum paniculatum
1,3571
Camellia sinensis
0,0500
Pandanus amaryfolius 0,2200
Nama Tanaman
Sumber
Hasil penelitian
Hasil penelitian
Hasil penelitian
Hasil penelitian
Hasil penelitian
Khristyana dkk., 2005
Wibawati, 2006
Sari, 2008
Suskendriyati, 2003
Rao dan Sung, 2008
Susana dkk., 2003
Tanaman lain yang mengandung saponin
adalah Plantago mayor L. (daun sendok) dengan
kadar saponin optimal adalah 0,03011 mg/g
(Khristyana dkk., 2005). Tanaman Gynura segetum
yang dikenal sebagai daun dewa memiliki kadar
saponin 0,842570 mg/g (Wibawati, 2006).
Tanaman Jatropa curcas memiliki kadar saponin
optimalnya sebesar 1,313 mg/g (Sari, 2008).
61
Tanaman Talinum paniculatum Gaerth. memiliki
kadar
saponin
sebesar
1,3571
mg/g
(Suskendriyati, 2003). Tanaman Panax ginseng
memiliki kadar saponin sebesar 0,4040 mg/g
(Kim et al., 2005). Tanaman Camellia sinensis (teh)
hanya memiliki kadar sebesar 0,0500 mg/l (Rao
dan Sung, 2008), daun pandan wangi (Pandanus
amaryfolius Roxb) memiliki kandungan saponin
sebesar 0,2200 mg/g (Susana, dkk., 2003). Dari
ketujuh tanaman obat yang memiliki potensi
saponin di atas, kadar Golden Hahnii masih
paling tinggi kandungannya yaitu 1,7783 mg/g.
Dengan mengetahui bahwa kandungan
saponin pada varietas Golden hahnii lebih tinggi
daripada tanaman-tanaman obat yang telah diuji
kadar saponinnya (Tabel 3), berarti selain
berpotensi sebagai tanaman hias dengan
keindahan daunnya juga dapat berpotensi
sebagai tanaman obat dan dapat diaplikasikan di
bidang pertanian serta industri. Hal ini
dikarenakan saponin sebagai zat metabolit
sekunder banyak digunakan sebagai obat antikarsinogen untuk menghambat pertumbuhan sel
tumor dan menurunkan kolesterol darah (Rao
dan Sung, 2008). Selain itu saponin banyak
digunakan untuk aplikasi di bidang pertanian,
industri kosmetik dan shampo, makanan, serta
dapat meningkatkan absorbsi zat-zat diuretika
(garam-garam) dan merangsang ginjal untuk
lebih aktif (Brotosisworo, 1979). Beberapa obat
antiinflamator dan antiendemik diketahui
mengandung
saponin.
Beberapa
saponin
digunakan sebagai antitusif dan ekspektoran
pada obat tradisional (Wagle et al., 1999).
KESIMPULAN
Berdasarkan kandungan saponin daun dan
akar, Golden hahnii lebih tinggi daripada
varietas lainnya yaitu 1,7783 mg/g dan 1,5810
mg/g, dengan demikian S. trifasciata dapat
digolongkan sebagai salah satu tanaman obat
yang sangat bermanfaat
DAFTAR PUSTAKA
Aradya K.M., F. Zee, and R.M. Manshardi. 1994. Isozyme
variation in cultivated and wild pinneaple. Euphytica 79:
87-99
Brotosisworo, S. 1979. Obat Hayati Golongan Glikosida.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
De Wald M., G. A. Moore, and W. B. Sherman. 1988.
Identification of Pinneaple Cultivar by Isozyme
Genotype. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 133 (6): 935 – 938
62
Goodwin T.W. and E.I. Mereer. 1983. Introduction to Plant
Biochemistry. London: Second Edition. Pergamon Press.
Khristyana, L., Anggarwulan, E., dan Marsusi. 2005.
Pertumbuhan Kadar Saponin dan Nitrogen Jaringan
Tanaman Daun Sendok (Plantago Mayor L. ) pada
Pemberian Asam Giberelat (GA3). Biofarmasi 3(1):11-15
Kim, Jung Hea., Chang, Eun., Jung and Oh, Hoon-Il. 2005.
Saponin Production in Submerged Adventitious Root
Culture of Panax ginseng as Affected by Culture
Conditions and Elicitors. Asia Pasific of Journal Molecular
13 (2): 87-91
Cahyarini, R.D. 2004.
Identifikasi Keragaman Genetik
Beberapa Varietas Lokal Kedelai di Jawa Berdasarkan
Analisis Isozim. [Tesis]. Surakarta: Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret. Wahyuningsih, 2008
Susana, dkk., 2003
Sari SR. 2008. Pertumbuhan dan kadar saponin daun jarak
pagar (Jatropha curcas L.) pada pemberian kombinasi
IBA (Indole-3-Butyric Acid) dan kinetin. [Skripsi].
Surakarta: FMIPA, Universitas Sebelas Maret
King, B. J., L. S. Lee and P. T. Scott. 1996. Identification of
Triploid Citrus by Isozyme Analysis. Euphytica 99: 223-231
Manitto, P. 1992. Biosintesis Produk Alami (diterjemahkan oleh
Koesoemadiyah). Semarang: IKIP Semarang Press
Rao, A. V., Sung, M. K. 2008. Nonisoflavone Soybean
Anticarcinogens: Saponins as Anticarcinogens. Journal of
Nutrition 27: 717-724
Ruth, H. J. and G, Blaschre. 1985. Analisis Farmasi
(diterjemahkan oleh Sarjono Kisman dan Slamet
Ibrahim). Yogyakarta: UGM Press.
Salisbury, F. B., and C. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan
(diterjemahkan oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono).
Jilid 2. ITB. Bandung.
Bioteknologi 5 (2): 56-62, Nopember 2008
Santoso, S. 2004. Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 11.5.
Jakarta.
Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi
(diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang
Sudiro). Bandung: ITB press.
Suranto. 1991. Studies of Population Variation in Spesies of
Ranunculus. (M. Sc. Thesis). Hobart: Departement of Plant
Science- University of Tasmania.
Suranto. 2000. Electrophoresis Studies of Ranunculus
triplodontus Populations. Biodiversitas. 1 (1): 1 - 7
Suranto. 2002a. Cluster Analysis of Ranunculus Spesies.
Biodiversitas 3 (1): 201 – 206.
Suranto. 2002b. The Early Aplplication of Electrophoresis of
Protein in Higher Plant Taxonomy. Biodiversitas 3 (2): 257262
Suranto. 2007. Prospek Pemanfaatan Sumber-Sumber Bukti Baru
dalam Pemecahan Permasalahan Taksonomi Tumbuhan.
Surakarta: Program Studi Biosains.
Suskendriyati, H. 2003. Pertumbuhan dan Produksi Saponin
Kultur Kalus Talinum Paniculatum Gaerth. Dengan Variasi
Pemberian Sumber Karbon. Skripsi. UNS. Surakarta
Wibawatai, R.H. 2006. pertumbuhan dan Kandungan
Saponin
daun Gynura segetum (Lour.) Mer. Pada
Pemberian Air yang Berbeda [Skripsi]. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Wagle, A., Keklar, G. D., and Heble, M. R. 1999. Production of
Steroid and Saponin. In K. G. Ramawat and J. M. Merillon
(eds.). Biotechnology Secondary Metabolites. Science
Publishers Inc. USA. Pp. 219 – 235.
Widiyanti. 2007. Studi Variasi Morfologi Biji, Serbuk Sari, dan
Pola Pita isozim Padi (oryza sativa) Varietas Rojolele [Thesis].
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Download