Dilematis, Pemasangan Kabel Bawah Laut PLN Rusak Terumbu

advertisement
Nusa Penida Menuju Penjuru Dunia
Sosial & Lingkungan
Rabu 10 April 2013
Vol. 14
Dilematis, Pemasangan Kabel Bawah Laut PLN Rusak
Terumbu Karang Nusa Penida
Miris - Kerusakan terumbu karang akibat pemasangan kabel bawah laut berdampak negatif terhadap keberlangsungan wisata bahari di Nusa Penida (foto: Wira Sanjaya).
NUSA LEMBONGAN
Kita semua tahu bahwa listrik adalah
kebutuhan dasar. Listrik dikatakan sebagai
kebutuhan dasar karena semua peralatan
yang terkait dengan kehidupan seharihari menggunakan energi listrik. Lampu,
Tv, pompa, charge handphone, rice cooker,
komputer dan hampir semua peralatan
menggunakan listrik. Tidak ada yang
menyangsikan kegunaan listrik dalam
kehidupan sehari-hari.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah Badan Usaha Milik
Negara yang ditunjuk pemerintah sebagai pemasok utama
kebutuhan listrik di Indonesia. Demikian pula pemenuhan
kebutuhan listrik di Nusa Penida yang selama ini PLN
menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Penggunaan tenaga diesel di Nusa Penida berdampak pada
kemampuan daya relatif terbatas yang hanya 2,5 mega watt
dan menyebabkan listrik sering byar-pet akibat adanya
kerusakan teknis ataupun gangguan alam. Seiring dengan
kebutuhan masyarakat terhadap listrik semakin besar dan
adanya rencana pengembangan Nusa Penida sebagai kawasan
pariwisata yang diperkirakan membutuhkan daya lebih besar,
pihak PLN melakukan terobosan besar yaitu menggunakan
kabel bawah laut melalui jaringan interkoneksi Jawa-Bali
dan disalurkan ke Nusa Penida melalui Pantai Saba, Gianyar.
Selain meningkatkan daya listrik di Nusa Penida, ternyata
pemasangan kabel bawah laut ini mampu menghemat biaya
sebesar 25 Milyar per tahun. Hal ini sesuai yang dinyatakan
oleh Ida Bagus Mardawa selaku General Manager PT. PLN
Distribusi Bali beberapa waktu yang lalu.
Dampak Pemasangan Kabel Bawah Laut terhadap
Ekosistem Terumbu Karang
Masyarakat Nusa Penida pun apresiasif terhadap PLN yang
memasang kabel bawah laut dengan harapan kwalitas
pelayanan PLN di Nusa Penida yang kian baik. Namun tidak
disangka masyarakat, ternyata pemasangan kabel bawah
laut ini menyisakan masalah lingkungan yang pelik dan
mengancam kelestarian terumbu karang. Ditengarai bahwa
pemasangan kabel bawah laut oleh PLN ini menyebabkan
rusaknya terumbu karang di perairan Nusa Penida, khususnya
jalur yang dilalui kabel bawah laut yaitu di sekitar ship wreck
point. Hal ini disampaikan oleh Marthen Willy, Learning Site
Manager Lembaga Swadaya CTC (Coral Triangle Central) yang
menyatakan bahwa pemasangan kabel listrik bawah laut ini
disinyalir telah merusak terumbu karang di Nusa Penida. Lebih
lanjut pria penggiat kawasan konservasi perairan Nusa Penida
ini mengatakan bahwa kerusakan ini terekam jelas dari foto-foto
hasil penyelaman bawah laut. Kerusakan terumbu karang akibat
pemasangan kabel bawah laut PLN ini mengancam kelestarian
terumbu karang serta ekosistemnya yang menjadi andalan
destinasi wisata diving. Beberapa kerusakan diakibatkan
gerusan jangkar tug boat yang terdorong kuatnya arus. “Secara
tidak langsung, hal ini mengganggu ekosistem laut selebihnya
jelas akan berdampak buruk terhadap kunjungan pariwisata
bahari di Nusa Penida,” terang Marthen Willy. Pariwisata
bahari Nusa Penida dengan keindahan terumbu karang adalah
aset yang tak ternilai harganya dan memiliki peran strategis
Terinspirasi Jembatan Pasukan Kera Ramayana
Masyarakat Ceningan-Lembongan Sindir Pemerintah
Foto: Sumiarta Midun
Foto: Sumiarta Midun
Foto: Gawan Shoot
Ironis - Perbaikan Jembatan Kuning atas inisiatif dan swadaya masyarakat dengan konstruksi bambu sebagai reaksi dari lambannya respon pemerintah.
NUSA CENINGAN
Di mana ada kemauan di sana ada jalan. Sepertinya kata-kata bijak itu yang semakin terbukti dengan perbaikan Jembatan Kuning (The Golden
Bridge) oleh masyarakat Ceningan yang dilakukan secara swadaya. Usia jembatan yang sudah uzur dan minimnya perawatan membuat jembatan
rentan mengalami kerusakan. Dibeberapa bagian juga mengalami keropos, terutama tali sling-nya. Beratnya beban dan adanya tekanan Badai
Rusty disertai angin kencang yang terjadi akhir-akhir ini telah mempercepat Jembatan Kuning ini jebol. Alhasil jalur transportasi utama antara
Ceningan dengan Pulau Lembongan yang telah dibangun tahun 1992 silam itu tidak bisa difungsikan lagi.
Akses masyarakat yang sedianya memanfaatkan jembatan
ini pun menjadi terhambat. Jembatan Kuning yang telah
berumur 21 tahun ini dengan panjang sekitar 100 meter dan
lebar 1 meter seolah-olah lelah berharap untuk diperbaiki
dan berujung petaka. The Golden Bridge yang menjadi
pijakan warga Ceningan ambrol tak berdaya menghujam
dasar laut. Anak-anak sekolah, warga yang bekerja demikian
pula para wisatawan yang ingin ke Nusa Ceningan harus
menggunakan sampan untuk menyeberang. Padahal
setiap hari, jembatan menyeberangkan ratusan kendaraan
dari Ceningan ke Lembongan. Ironis memang, ditengah
kemajuan pariwisata dan ribuan gemercing dollar
yang disumbangkan untuk PAD Klungkung, ternyata
pembangunan sama sekali tidak sinkron.
Masyarakat pun mengeluhkan lambannya tindakan
pemerintah untuk memperbaiki jembatan. Solusi jangka
pendek berupa transportasi sampan pun tidak tersedia
terutama jam-jam tertentu. “Kalau pada jam 11 malam di
mana masyarakat yang baru pulang kerja dari Lembongan
tidak bisa balik menggunakan sampan karena memang
sudah tidak ada yang menyewakan angkutan sampan jam
segitu” kata Sumiarta salah satu tokoh muda Ceningan.
Lebih lanjut Sumiarta yang akrab dipanggil Midun ini
mengatakan “Karena hal tersebut kami berinisiatif untuk
memperbaiki jembatan yang ambrol ini secara swadaya.
Lagipula apabila menunggu bantuan pemerintah akan
terlalu lama karena seperti kita tahu birokrasinya berbelitbelit,” tuturnya lirih.
Secara spontan masyarakat Ceningan kemudian
berembug dan hasilnya diperoleh keputusan untuk
memperbaiki dengan menggunakan bambu walaupun
pada awalnya dicoba memperbaiki tali slingnya. “Setelah tali sling-nya dicek juga rapuh, kami
mengambil keputusan untuk menggunakan bambu
yang dirakit sedemikian rupa sehingga Jembatan
Kuning ini bisa disambung dan berfungsi kembali,”
tegas Sumiarta. Walaupun memang hanya untuk pejalan
kaki saja tidak seperti biasa. Ketika ditanya tentang
perhatian pemerintah tentang jembatan ini, Midun
mengatakan bahwa akan ada bantuan dari pemerintah
berupa perbaikan yang sifatnya sementara atau bukan
perbaikan permanen sebesar Rp. 600 Juta dan itu
mungkin realisasinya baru bulan Juni atau Juli 2013.
Tetapi setelah Nusa Penida Post mengkonfirmasi ke
Kepala Dinas PU Kecamatan Nusa Penida Drs. I Nyoman
Suarta mengatakan dirinya belum mendapat berita
resmi baik dari Pemerintah Kabupaten Klungkung
maupun Provinsi Bali terkait bantuan 600 juta ini. Senada
yang disampaikan Sumiarta, Jero Mangku Mirah yang
dikonfirmasi Nusa Penida Post tentang Jembatan Kuning
ini mengatakan masyarakat Ceningan tidak cengeng
dengan merengek-rengek ke Pemerintah. Buktinya,
“Kami mampu membangun jembatan secara swadaya
yang berbahan dasar yang ada di sekitar kami yaitu
bambu, bahkan kami berencana membangun jembatan
Ceningan Lembongan yang permanen bertulangkan
bambu,” kata Mangku Mirah dengan lantang. Kalau ini
bisa dilakukan seharusnya menjadi sindiran yang halus
ke pemerintah sehingga mereka bisa berpikir lebih
jernih bahwa selama ini pemerintah tidak punya apaapa, semua yang dimiliki pemerintah adalah milik rakyat
sehingga seharusnya dikembalikan ke rakyat. “Kita
hanya menuntut aspek keadilan bahwa pendapatan
daerah yang ada juga disumbangkan oleh Ceningan dan
Lembongan,” pungkas Mangku Mirah dengan lugas.
Jembatan yang diperbaiki dengan menggunakan bambu
oleh masyarakat Ceningan ini katanya terinspirasi oleh
jembatan yang dibangun oleh Pasukan Kera dalam cerita
Ramayana. Masyarakat Ceningan pun berharap agar
jembatan permanen yang lebih baik untuk mendukung
mobilitas warga bisa segera terealisasi tanpa harus
menunggu janji yang tak pasti. (Bud)
Lokasi kerusakan terumbu karang via Citra Google Earth
dalam pengembangan ekonomi biru (blue economy) untuk
mendukung ekonomi masyarakat Nusa Penida karena mampu
meningkatkan kunjungan pariwisata bahari di Nusa Penida.
Dengan tegas Marthen Willy mengatakan bahwa kelestarian
terumbu karang di Nusa Penida harus menjadi perhatian serius.
Ini tanggungjawab semua masyarakat dan stakeholder tanpa
terkecuali, termasuk PLN karena perairan Nusa Penida telah
ditetapkan sebagai zona Konservasi Kawasan Perairan Nusa
Penida oleh pemerintah itu sendiri.
Terumbu Karang Nusa Penida dalam the Global
Coral Triangle
Terumbu karang terbentuk dari kalsium karbonat koloni kerang
laut yang bernama polip yang bersimbiosis dengan organisme
miskroskopis yang bernama zooxanthellae. Ekosistem ini
terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih serta memiliki
keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Biasanya tumbuh
di dekat pantai di daerah tropis dengan temperatur sekitar 21°30°C. Terumbu karang sangat sulit tumbuh dan rentan dengan
kondisi sekitar. Dalam satu tahun terumbu karang rata-rata
hanya tumbuh 2 cm - 3 cm. Itulah mengapa kondisi terumbu
karang dunia hampir 70% mengalami kerusakan termasuk
yang sedang melanda Nusa Penida.
Gugusan terumbu karang Nusa Penida merupakan bagian
dari kawasan segitiga karang dunia (the global coral triangle)
dengan keanekaragaman hayati dan biota laut yang cukup
tinggi khususnya terumbu karang. Nusa Penida juga memiliki
berbagai hewan laut langka dan unik seperti mola-mola
(oceanic sunfish), pari manta (manta ray), penyu (sea turtle),
paus dan lumba-lumba (cetacean) yang membuatnya menjadi
destinasi wisata favorit. Masa depan pariwisata Nusa Penida,
khususnya Nusa Lembongan, tampaknya sangat bergantung
dari keindahan terumbu karang dan pesona alam bawah
lautnya. Namun, aset wisata itu kini sedang terancam. Salah
satu ancaman yang muncul adalah rusaknya terumbu karang
akibat buruknya sistem pemasangan kabel bawah laut PLN.
Secara ekologis terumbu karang merupakan rumah bagi
jutaan biota laut, tempat berkembang-biak, berlindung dan
mencari makan bagi ikan dan biota laut lainnya. Terumbu
karang juga berperan global sebagai penyerap blue carbon
yang membantu mengurangi dampak dari efek rumah kaca.
Terumbu karang berperan penting sebagai pelindung alami
pantai dari gempuran ombak dan gelombang laut. Semua
ekosistem pesisir, termasuk terumbu karang berfungsi untuk
mendukung prinsip ekonomi biru dalam pengembangan
potensi kawasan pesisir yang bertujuan konservasi sekaligus
menumbuhkan perkonomian daerah setempat. Muara
dari semua itu, jelas sangat mendukung upaya-upaya
pemberdayaan masyarakat pesisir dengan tetap menjaga
kelestarian ekosistem terumbu karang.
Langkah Konkret untuk meminimalisir Kerusakan
Terkait hal itu, ketika Nusa Penida Post mempertanyakan
langkah-langkah yang akan diambil CTC dan pelaku pariwisata
terhadap PLN, Dewa Made Wira Sanjaya sebagai Outreach
Coordination CTC Site Nusa Penida yang mendampingi
Marthen Willy menyatakan bahwa CTC telah sepakat dengan
asosiasi penyelam Nusa Penida untuk meminta penjelasan
dari pihak terkait mengenai kerusakan terumbu karang yang
disinyalir diakibatkan oleh pemasangan kabel bawah laut ini.
Ini dimaksudkan agar pihak-pihak yang terkait pemasangan
kabel bawah laut Nusa Penida ini memberikan penjelasan
tentang kerusakan terumbu karang yang terjadi. Tanpa
bermaksud menyalahkan salah satu pihak tetapi penjelasan
itu penting untuk mengetahui penyebab dan langkah tepat
dan konkret untuk mengatasinya. Secara tidak langsung,
kerusakan terumbu karang akan menimbulkan multiflier
effects baik jangka pendek maupun jangka panjang. Selain
penjelasan dari pihak terkait, CTC dan Asosiasi Penyelam
Nusa Penida juga meminta agar semua pihak siapapun
itu tidak mengabaikan kelestarian lingkungan ekosistem
laut termasuk pelestarian terumbu karang dengan alasan
apapun. Walaupun dirinya juga sepakat bahwa pemasangan
kabel bawah laut Nusa Penida untuk kebutuhan listrik yang
termasuk kebutuhan dasar masyarakat Nusa Penida, tetapi
lelaki yang gigih dengan CTC mengurusi Konservasi Kawasan
Perairan Nusa Penida ini mengatakan “Itu bukan alasan
untuk mengabaikan pelestarian laut Nusa Penida.” Menutup
perbincangan pihak CTC baik Marthen Willy dan Wira Sanjaya
mengatakan seharusnya ada upaya yang dilakukan oleh pihakpihak terkait untuk menghindari kerusakan terumbu karang
Nusa Penida sehinggga kelestarian laut serta ekosistemnya
tetap terjaga. (Yan Su)
Penanggungjawab: Wayan Sukadana | Editor: Ketut Suarma M, Gede Sumadi | Layout & Design: Kadek Ludra, Agus Koriana, Komang Budiarta | Fotografer: Putu Gunawan & Wayan Mardana | Kontributor: Kadek Sumawa, Komang Oka Sanjaya,
Nyoman Meta, De Purwa Adnyana, Wayan Pariawan | Litbang Media: Komang Kamartina & Dana Asmara | Kontributor artikel dan iklan di Nusa Penida Post hubungi: Wayan Sukadana HP. 085935197028 | www.nusapenidamedia.com | e-mail: [email protected]
©Nusa Penida Post 2013
Download