BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kehamilan 1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kehamilan
1. Pengertian
Masa kehamilan adalah masa ketika seorang wanita membawa
embrio atau fetus dalam tubuhnya. Awal kehamilan terjadi pada saat
sel telur perempuan lepas dan masuk ke dalam saluran sel telur. Pada
saat persetubuhan, berjuta – juta cairan sel mani atau sperma
dipancarkan oleh laki-laki dan masuk ke rongga rahim (Astuti,
2011:16).
a. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester:
1) Trimester pertama (antara 0 sampai 12 minggu)
Ketika wanita dinyatakan hamil, maka kadar hormon
progesteron
dalam
tubuh
akan
meningkat
dan
akan
menimbulkan mual, muntah pada pagi hari, lemah, letih, dan
membesarnya payudara. Pada awal kehamilannya ibu akan
membenci perubahan yang terjadi pada dirinya. Banyak ibu
merasa kecewa, terjadi penolakan, kecemasan, dan kesedihan
(Nirwana, 2011:74).
2) Trimester kedua (antara 12 sampai 28 minggu)
9
Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat mulai
menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif.
Pada trimester ini ibu dapat merasakan kehamilannya. Banyak
ibu merasa terlepas dari kecemasan dan rasa tidak nyaman
seperti yang dirasakan pada trimester pertama (Wulandari,
2009:92).
3) Trimester ketiga (antara 24 sampai 40 minggu)
Pada trimester ketiga ibu akan bersikap melindungi bayinya
dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggap
membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa
takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada
waktu melahirkan dan merasa khawatir akan keselamatannya
(Wulandari, 2009:92).
Trimester ketiga lebih sering disebut periode menunggu
atau penantian dan waspada. Sebab pada masa ini ibu merasa
tidak sabar ingin segera melihat anak yang selama sembilan
bulan lahir kedunia ini. Trimester ketiga ini adalah masa
persiapan kelahiran dan peran sebagai orang tua seperti
terpusatnya
2009:93).
perhatian
pada
kelahiran
bayi
(Wulandari,
B. Konsep Dasar Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yang mampu
hidup, dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (wiknjosastro,
2008:19).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul
dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
a. Tahapan Persalinan
1) Kala I
Kala 1 atau kala pembukaan adalah periode persalinan yang
dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan
servik menjadi lengkap. Berdasarkan kemajuan pembukaan
maka kala 1 dibagi menjadi :
(a) Fase laten : Fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari
0 sampai 3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam. pada fase
ini ibu biasanya merasa lega dan bahagia karena masa
kehamilannya akan segera berakhir. Namun, pada awal
persalinan wanita biasanya gelisah, rasa gugup, cemas dan
khawatir sehubungan dengan rasa tidak nyaman karena
kontraksi (Wulandari ,2009:94).
(b) Fase aktif: Fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi
lagi menjadi : Fase Accelerasi (fase percepatan), dari
pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam,
Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm
yang dicapai dalam 2 jam dan Fase Decelarasi (kurangnya
kecepatan), dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm. Saat
kemajuan
persalinan
sampai
pada
fase
kecepatan
maksimum rasa khawatir wanita menjadi meningkat.
Kontraksi menjadi semakin kuat dan frekuensinya lebih
sering
sehingga
wanita
tidak
dapat
mengontrolnya
(Wulandari, 2009:95).
2) Kala II
Kala II atau kala pengeluaran adalah periode persalinan yang
dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.
3) Kala III
Kala III atau kala uri adalah periode persalinan yang dimulai
dari lahirnya bayi sampai dengan lahirnya placenta
4) Kala IV
Kala IV merupakan masa 1 sampai 2 jam setelah placenta lahir.
Dalam klinik, atas pertimbangan praktis masih diakui adanya
kala IV persalinan meskipun masa setelah placenta lahir adalah
masa dimulainya masa nifas/ puerperium), mengingat pada
masa ini sering timbul perdarahan (Yanti, 2009:23).
C. Program Perencanaan Persalinan dan Komplikasi (P4K)
Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan mencanangkan Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker
yang merupakan “Upaya Terobosan” dalam mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
1.
Pengertian P4K
P4K dengan stiker
Perencanaan
Persalinan
adalah kepanjangan dari Program
dan
Pencegahan
Komplikasi
yang
merupakan kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam
rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat
dalam
merencanakan
persalinan
yang
aman
dan
persiapan
menghadapi komplikasi bagi ibu hamil.
Isi dari stiker P4K adalah
a.
Nama ibu
b.
Taksiran Persalinan
c.
Penolong Persalinan
d.
Tempat Persalinan
e.
Pendamping Persalinan
f.
Transportasi
g.
Calon Pendonor Darah
Dalam P4K dengan stiker bidan diharapkan berperan sebagai
katalisator dan dapat membangun komunikasi di wilayah kerjanya
sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kepedulian masyarakat
terhadap upaya peningkatan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
2.
Salah satu indikator dalam stiker P4K adalah tempat bersalin.
Tempat persalinan yang dimaksud adalah
a. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit pelaksana
teknis dinas kesehatan Kabupaten atau Kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.
b. Bidan Praktek Mandiri (BPM) adalah bagian layanan kesehatan
yang khusus menangani masalah kehamilan dan persalinan
normal. Ditempat ini tidak banyak menyediakan peralatan medis
seperti dirumah sakit. Tempat pelayanan swasta yang memiliki
tempat dan ruangan praktik yang memenuhi persyaratan
kesehatan, menyediakan 1 tempat tidur untuk persalinan,
maksimal 5 tempat tidur, memiliki peralatan minimal sesuai
dengan ketentuan dan melaksanakan prosedur tetap (Protap) yang
berlaku (Permenkes 1464, 2010).
c. Rumah Bersalin mempunyai Ciri-cirinya yaitu ruang periksa,
peralatan diagnostik bidan, dan ruang gawat darurat yang ada
terbilang sederhana. Persediaan obat-obatannya terbatas. Tempat
tidur di ruang rawat inap pun tidak terlalu banyak, sekitar 10
buah. Biasanya penanggungjawabnya dokter umum dan dipimpin
oleh paramedis kebidanan. Umumnya, bidan di RB memiliki
kompetensi untuk melakukan ekstraksi vakum, tapi tidak
diizinkan melakukan USG karena pendidikan sumber daya
manusianya tidak memadai untuk itu. RB tidak memiliki fasilitas
operasi, karena tidak memiliki dokter kebidanan. Tindakan yang
boleh dilakukan sebatas untuk persalinan normal. Rumah sakit
adalah tempat pelayanan kesehatan serta rujukan yang memiliki
fasilitas dokter specialis.
D. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Tempat
Bersalin Pada Ibu Hamil Trimester III
1.
Berdasarkan karakteristik ibu hamil
a. Umur
Menurut penelitian Murniati, 2007 menunjukkan bahwa
faktor
umur
mempunyai
hubungan
dengan
pemanfaatan
pelayanan antenatal ibu hamil. Usia berdasarkan resiko
persalinan dibedakan menjadi 2 yaitu usia kurang dari 20 tahun
dan lebih dari 35 tahun. Wanita yang hamil kurang dari 20 tahun,
organ-organ reproduksinya belum berfungsi dengan sempurna,
sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan akan lebih mudah
mengalami komplikasi (faser dalam kusumawati 2006:36).
Sedangkan wanita berumur 35 tahun lebih meningkat resikonya
dalam masalah-masalah seperti tekanan darah tinggi, gastasional
diabetes (diabetes yang berkembang selama kehamilan) dan
komplikasi dalam persalinan (Kusumawati, 2006:36).
b. Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan
berkelanjutan yang dittapkan berdasarkan tingkat perkembangan
pserta didik serta kelulusan dan kdalaman bahan pengajaran
(UURI No 20) Tahun 1989 bab I, pasal 9). Jalur pendidikan
skolah dilaksanakan secara berjenjang yang terdiri atas jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
1) Jenjang pendidikan Dasar
Pendidikan dasar diselnggarakan untuk memberikan
bekal dasar yang diperlukan untuk hidup dalam dalam
masyarakat berupa pengembangan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan
dasar.
Disamping
itu
juga
berfungsi
mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan
untuk mengikuti pendidikan menengah.
2) Jenjang pendidikan menengah
Pendidikan menengah yang lamanya tiga tahubn
sesudah pendidikan dasar, diselenggarakan di SLTA (sekolah
lanjut tingkat atas) atau satuan pendidikan yang sederajat.
Pendidikan menengah dalam hubungan kebawah berfungsi
sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar. Dalam
hubungan keatas mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan
kerja.
3) Jenjang pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan
menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta
didik
menjadi
anggota
masyarakat
yang
memiliki
kemampuan akademik dan ataupun profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian. (Tirtarahardja, 2008).
Jalur pendidikan terdiri dari :
a) Pendidikan Dasar
SD/MI
SMP/MTS
b) Pendidikan Menengah
SMU dan Sederajat
Madrrasah Aliyah
c) Pendidikan Tinggi
Dalam undang-undang pendidikan no 12 tahun 2012 pasal
1 yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut
penelitian
Herlina,
2010
menunjukkan
bahwa
pendidikanmempunyai pengaruh terhadap pelayanan dasar
puskesmas.
Pendidikan dapat diklasifisikan dengan jenjang pendidikan
dalam undang-undang Pendidikan nasional pasal 14, bahwa
jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar (SD,
SLTP), pendidikan menengah (SLTA), dan perguruan tinggi
(perguruan tinggi).
Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003),
pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku
seseorang
akan
pola
hidup
terutama
dalam
memotivasiuntuk sikap berperan serta dalam pembangunan pafda
umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi (Wawan&Dewi, 2010:17).
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan rutin sehari-hari yang dilakukan oleh
seorang ibu dengan maksud untuk memperoleh penghasilan.
setiap apaun jenisnya, apakah pekerjaan tersebut memerlukan
kekuatan otot atau pemikiran aqdalah beban bagi yang
meplakukan. Semakin tinggi keterampilan yang dimiliki oleh
tenaga kerja, semakin efisien badan, tenaga dan pemikiran
(misalnya) dalam melaksanakan pekerjaan. Penggunaan tenaga
dan mental atau jiwa yang efisien, berarti bahwa kerjanya relatif
rendah(Notoatmodjo, 2007:27).
Jenis – jenis pekerjaan: (Rahmawati, 2008)
1. Service occupation
Termasuk didalamnya adalah semua jenis pekerjaan yang
mengutamakan
pelayanan.
Contoh
pelayanan
toko,
pelayanan dirumah makan, kurir, pramugari dan bagian
keamanan.
2. Profesional
Dalam kelompok ini, pendidikan tertentu setelah SMA
sangatlah diperlukan. Pendidikan yang dimaksud disini
sangatlah mendukung pekerjaan seseorang pada masa yang
akan datang.
3. Management position
Termasuk kelompok ini adalah mereka yang bergerak dalam
bidang pengelolaan.
Misalnya manager, direktur dan
supervisor
4. Ofice work
Pekerjaan-pekerjaan dalam kelompok ini umumnya tidak
memerlukan sekolah khusus, tetapi hanya jenis kursus singkat.
d. Penghasilan
Penghasilani pendapatan adalah uang yang diterima dan
diberikan kepada subyek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi
yang disarankan yaitu pendapatan dari pekerjaan, pendapatan
dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha perorangan dan
pendapatan dari kekayaan.
e. Jarak ke pelayanan
Jarak adalah seberapa jauh lintasan yang ditempuh menuju
tempat pelayanan kesehatan yang meliputi rumah sakit,
puskesmas, posyandu, dan lainnya.
f. Penanggung biaya
Penanggung biaya merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Cakupan
asuransi keluarga atau sebagai anggota suatu asuransi dan pihak
yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga dipakai untuk
mengukur
kesanggupan
individu
atau
keluarga
untuk
memperoleh kesehatan mereka.
g. Pengetahuan
1. Pengertian:
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindaraan terhadap suatu obyek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui pana indra manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. ( Notoatmojo, 2003).
Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo dalam wawan
2010:11 dibagi menjadi 6 tingkat yaitu :
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengiingat kembali (recall) terhadap
suatu yang specific dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya. Oleh sebab itu, tahu itu
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah
(Wawan&Dewi, 2010:12).
b) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui
dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap
suatu objek yang dipelajari (Wawan&Dewi, 2010:13).
c) Aplikasi (aplication)
Apikasi
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi real (sebenarnya) (Wawan&Dewi, 2010:13).
d) Analisa (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lainnya (Wawan&Dewi, 2010:13).
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan tau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi-formulasi yang ada (Wawan&Dewi, 2010:13).
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi
ini
berkaitan
dengan
kemampuan
untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau obyek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteriakriteriayang telah ada (Wawan&Dewi, 2010:14).
2. Cara memperoleh pengetahuan
a) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan cara itu tidak berhasil maka dicoba.
Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat
dipecahkan (Wawan&Dewi, 2010:14).
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpim
pimpinan masyarakat baaik formal atau informal, ahli
agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang
lain yang menerima, yang dikemukakan oleh oleh orang
yang mempunyai otoritas, tanpa menguji dahulu baik
berdasarkan
fakta
maupun
penalaran
sendiri
(Wawan&Dewi, 2010:13).
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh
pengetahuan
dengan
cara
mengulang
kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam
menghadapi permasalahan masa lalu (Wawan&Dewi,
2010:15).
d) Cara modern
Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon
(1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van
Daven. Akhirnya lahir suiatu cara melakukan penelitian
yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.
(Wawan&Dewi, 2010:15).
5. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006:18) pengetahuan seseorang
dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang
bersifat kulitatif, yaitu :
a. Baik : Hasil presentase 76-100%
b. Cukup : Hasil presentase 56-75%
c. Kurang : Hasil presentase > 56%
h. Dukungan Keluarga
1. Definisi
Dukungan keluarga didefinisikan oleh Gottlieb
(1983) dalam Zainudin (2005) yaitu informasi verbal,
sasaran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan
oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam
lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal
yang dapat memberikan keuntungan emosional atau pengaruh
pada tingkah laku penerimaannya. Dalam hal ini orang yang
merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional
merasa lega diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya. Pada hakekatnya keluarga
diharapkan mampu berfungsi untuk mewujudkan proses
pengembangan timbal balik rasa cinta dan kasih saying antara
anggota keluarga, antar kerabat, serta antar generasi yang
merupakan dasar keluarga yang harmonis (Soetjiningsih,
2005:45).
2. Bentuk dukungan keluarga
a. Dukungan Emosional (Emosional Support)
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan
damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu
penguasaan terhadap emosi. Meliputi ungkapan empati,
kepedulian dan perhatian terhadap anggota keluarga yang
menderita kusta (misalnya: umpan balik, penegasan)
(Setiadi, 2004:55).
b. Dukungan Penghargaan (Apprasial Assistance)
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan
umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan
masalah dan sebagai sumber dan validator identitas
anggota. Terjadi lewat ungkapan hormat (penghargan)
positif untuk penderita kusta, persetujuan dengan gagasan
atau perasaan individu dan perbandingan positif penderita
kusta dengan penderita lainnya seperti orang-orang yang
kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah
harga diri) (Setiadi, 2008:57).
c. Dukungan Materi (Tangibile Assistance)
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan
praktis dan konkrit, mencakup bantuan langsung seperti
dalam
bentuk
uang,
peralatan,
waktu,
modifikasi
lingkungan maupun menolong dengan pekerjaan waktu
mengalami stress (Setiadi, 2008:58)
d. Dukungan Informasi (informasi support)
Keluarga berfungsi sebagai sebuah koletor dan
disse
minator (penyebar) informasi tentang dunia,
mencakup memberri nasehat, petunjuk-petunjuk, saran
atau umpan balik. Bentuk dukungan keluarga yang
diberikan oleh keluarga adalah dorongan semangat,
pemberian nasehat atau mengawasi tentang pola makan
sehari-hari dan pengobatan.Dukungan keluarga juga
merupakan perasaan individu yang mendapat perhatian,
disenangi, dihargai dan termasuk bagian dari masyarakat
(Utami, Setiadi 2008:59).
e. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Friedman
membagi 5 tugas keluarga dalam bidang
kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:
a) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan
tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari
adanya
perubahan
perlu
segera
dicatat
kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa
besar perubahannya.
b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
yang tepat bagi keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang
utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai
dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa
diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga
maka segera melakukan tindakan yang tepat agar
masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan
teratasi.
Jika
keluarga
mempunyai
keterbatasan
seyoganya meminta bantuan orang lain dilingkungan
sekitar keluarga. (Utami, 2004:44)
c) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena
cacat atau usianya terlalu muda. Perawatan ini dapat
dilakukan
dirumah
apabila
keluarga
memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan
pertama
atau
kepelayanan
kesehatan
untuk
memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang
lebih parah tidak terjadi.
d) Mempertahankan
menguntungkan
suasana
kesehatan
dirumah
dan
yang
perkembangan
kepribadian anggota keluarga.
e) Mempertahankan hubungan timbal balik antara
keluarga
dan
lembaga
kesehatan
(pemanfaatan
fasilitas kesehatan yang ada.
f. Cara Pengukuran Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan
penerimaan
keluarga
dipandang
terpusahkan
keluarga
keluarga
terhadap
sebagai
dalam
lingkungan
memandang
bahwa
anggotanya.Anggota
bagian
yang
keluarga.
orang
yang
tidak
Anggota
bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan (Setiadi. 2013:31).
Menurut Hidayat (2007) cara mengukur indikator
dukungan keluarga dapat menggunakan Skala Guttman
karena skala ini bersifat konsisten dengan memberikan
jawaban daro pertanyaan/ pernyataan ya, tidak, setuju,
tidak setuju, benar dan salah. Kemudian untuk analisis
deskriptifnya
menggunakan
rata-rata
hitung
(mean).dukungan keluarga baik/ mendukung jika > mean
dan dukungan keluarga kurang/ tidak mendukung jika <
mean
E. Kerangka Teori
Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah dipaparkan kerangka teori
dalam penelitian digambarkan dalam bagan berikut:.
Pengetahuan
Umur
Sosial ekonomi
Pendidikan
Tempat Persalinan
Jarak ke fasilitas
kesehatan
pekerjaan
Dukungan Keluarga
Sumber : Modifikasi Green (1980) dalam Notoatmodjo
Wawan dan dewi.2010
Nolan, mary.2010
Gambar 2.1 Kerangka Teori
F. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pemilihan Tempat Bersalin
Pengetahuan
Dukungan keluarga
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
G. Hipotesisi
1. Ada hubungan antara umur ibu hamil trimester III dengan pemilihan
tempat bersalin
2. Ada hubungan antara pendidikan ibu hamil trimester III dengan
pemilihan tempat bersalin
3. Ada hubungan antara pekerjaan ibu hamil trimester III dengan
pemilihan tempat bersalin
Download