BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kehamilan 1. Pengertian Masa kehamilan adalah masa ketika seorang wanita membawa embrio atau fetus dalam tubuhnya. Awal kehamilan terjadi pada saat sel telur perempuan lepas dan masuk ke dalam saluran sel telur. Pada saat persetubuhan, berjuta – juta cairan sel mani atau sperma dipancarkan oleh laki-laki dan masuk ke rongga rahim (Astuti, 2011:16). a. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester: 1) Trimester pertama (antara 0 sampai 12 minggu) Ketika wanita dinyatakan hamil, maka kadar hormon progesteron dalam tubuh akan meningkat dan akan menimbulkan mual, muntah pada pagi hari, lemah, letih, dan membesarnya payudara. Pada awal kehamilannya ibu akan membenci perubahan yang terjadi pada dirinya. Banyak ibu merasa kecewa, terjadi penolakan, kecemasan, dan kesedihan (Nirwana, 2011:74). 2) Trimester kedua (antara 12 sampai 28 minggu) 9 Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini ibu dapat merasakan kehamilannya. Banyak ibu merasa terlepas dari kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakan pada trimester pertama (Wulandari, 2009:92). 3) Trimester ketiga (antara 24 sampai 40 minggu) Pada trimester ketiga ibu akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggap membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan dan merasa khawatir akan keselamatannya (Wulandari, 2009:92). Trimester ketiga lebih sering disebut periode menunggu atau penantian dan waspada. Sebab pada masa ini ibu merasa tidak sabar ingin segera melihat anak yang selama sembilan bulan lahir kedunia ini. Trimester ketiga ini adalah masa persiapan kelahiran dan peran sebagai orang tua seperti terpusatnya 2009:93). perhatian pada kelahiran bayi (Wulandari, B. Konsep Dasar Persalinan 1. Pengertian Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yang mampu hidup, dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (wiknjosastro, 2008:19). Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu. a. Tahapan Persalinan 1) Kala I Kala 1 atau kala pembukaan adalah periode persalinan yang dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan servik menjadi lengkap. Berdasarkan kemajuan pembukaan maka kala 1 dibagi menjadi : (a) Fase laten : Fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0 sampai 3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam. pada fase ini ibu biasanya merasa lega dan bahagia karena masa kehamilannya akan segera berakhir. Namun, pada awal persalinan wanita biasanya gelisah, rasa gugup, cemas dan khawatir sehubungan dengan rasa tidak nyaman karena kontraksi (Wulandari ,2009:94). (b) Fase aktif: Fase pembukaan yang lebih cepat yang terbagi lagi menjadi : Fase Accelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam, Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai dalam 2 jam dan Fase Decelarasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm. Saat kemajuan persalinan sampai pada fase kecepatan maksimum rasa khawatir wanita menjadi meningkat. Kontraksi menjadi semakin kuat dan frekuensinya lebih sering sehingga wanita tidak dapat mengontrolnya (Wulandari, 2009:95). 2) Kala II Kala II atau kala pengeluaran adalah periode persalinan yang dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. 3) Kala III Kala III atau kala uri adalah periode persalinan yang dimulai dari lahirnya bayi sampai dengan lahirnya placenta 4) Kala IV Kala IV merupakan masa 1 sampai 2 jam setelah placenta lahir. Dalam klinik, atas pertimbangan praktis masih diakui adanya kala IV persalinan meskipun masa setelah placenta lahir adalah masa dimulainya masa nifas/ puerperium), mengingat pada masa ini sering timbul perdarahan (Yanti, 2009:23). C. Program Perencanaan Persalinan dan Komplikasi (P4K) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan mencanangkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker yang merupakan “Upaya Terobosan” dalam mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. 1. Pengertian P4K P4K dengan stiker Perencanaan Persalinan adalah kepanjangan dari Program dan Pencegahan Komplikasi yang merupakan kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil. Isi dari stiker P4K adalah a. Nama ibu b. Taksiran Persalinan c. Penolong Persalinan d. Tempat Persalinan e. Pendamping Persalinan f. Transportasi g. Calon Pendonor Darah Dalam P4K dengan stiker bidan diharapkan berperan sebagai katalisator dan dapat membangun komunikasi di wilayah kerjanya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. 2. Salah satu indikator dalam stiker P4K adalah tempat bersalin. Tempat persalinan yang dimaksud adalah a. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten atau Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. b. Bidan Praktek Mandiri (BPM) adalah bagian layanan kesehatan yang khusus menangani masalah kehamilan dan persalinan normal. Ditempat ini tidak banyak menyediakan peralatan medis seperti dirumah sakit. Tempat pelayanan swasta yang memiliki tempat dan ruangan praktik yang memenuhi persyaratan kesehatan, menyediakan 1 tempat tidur untuk persalinan, maksimal 5 tempat tidur, memiliki peralatan minimal sesuai dengan ketentuan dan melaksanakan prosedur tetap (Protap) yang berlaku (Permenkes 1464, 2010). c. Rumah Bersalin mempunyai Ciri-cirinya yaitu ruang periksa, peralatan diagnostik bidan, dan ruang gawat darurat yang ada terbilang sederhana. Persediaan obat-obatannya terbatas. Tempat tidur di ruang rawat inap pun tidak terlalu banyak, sekitar 10 buah. Biasanya penanggungjawabnya dokter umum dan dipimpin oleh paramedis kebidanan. Umumnya, bidan di RB memiliki kompetensi untuk melakukan ekstraksi vakum, tapi tidak diizinkan melakukan USG karena pendidikan sumber daya manusianya tidak memadai untuk itu. RB tidak memiliki fasilitas operasi, karena tidak memiliki dokter kebidanan. Tindakan yang boleh dilakukan sebatas untuk persalinan normal. Rumah sakit adalah tempat pelayanan kesehatan serta rujukan yang memiliki fasilitas dokter specialis. D. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Tempat Bersalin Pada Ibu Hamil Trimester III 1. Berdasarkan karakteristik ibu hamil a. Umur Menurut penelitian Murniati, 2007 menunjukkan bahwa faktor umur mempunyai hubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal ibu hamil. Usia berdasarkan resiko persalinan dibedakan menjadi 2 yaitu usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Wanita yang hamil kurang dari 20 tahun, organ-organ reproduksinya belum berfungsi dengan sempurna, sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan akan lebih mudah mengalami komplikasi (faser dalam kusumawati 2006:36). Sedangkan wanita berumur 35 tahun lebih meningkat resikonya dalam masalah-masalah seperti tekanan darah tinggi, gastasional diabetes (diabetes yang berkembang selama kehamilan) dan komplikasi dalam persalinan (Kusumawati, 2006:36). b. Pendidikan Jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang dittapkan berdasarkan tingkat perkembangan pserta didik serta kelulusan dan kdalaman bahan pengajaran (UURI No 20) Tahun 1989 bab I, pasal 9). Jalur pendidikan skolah dilaksanakan secara berjenjang yang terdiri atas jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. 1) Jenjang pendidikan Dasar Pendidikan dasar diselnggarakan untuk memberikan bekal dasar yang diperlukan untuk hidup dalam dalam masyarakat berupa pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar. Disamping itu juga berfungsi mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. 2) Jenjang pendidikan menengah Pendidikan menengah yang lamanya tiga tahubn sesudah pendidikan dasar, diselenggarakan di SLTA (sekolah lanjut tingkat atas) atau satuan pendidikan yang sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan kebawah berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar. Dalam hubungan keatas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja. 3) Jenjang pendidikan tinggi Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan ataupun profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. (Tirtarahardja, 2008). Jalur pendidikan terdiri dari : a) Pendidikan Dasar SD/MI SMP/MTS b) Pendidikan Menengah SMU dan Sederajat Madrrasah Aliyah c) Pendidikan Tinggi Dalam undang-undang pendidikan no 12 tahun 2012 pasal 1 yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut penelitian Herlina, 2010 menunjukkan bahwa pendidikanmempunyai pengaruh terhadap pelayanan dasar puskesmas. Pendidikan dapat diklasifisikan dengan jenjang pendidikan dalam undang-undang Pendidikan nasional pasal 14, bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar (SD, SLTP), pendidikan menengah (SLTA), dan perguruan tinggi (perguruan tinggi). Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasiuntuk sikap berperan serta dalam pembangunan pafda umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Wawan&Dewi, 2010:17). c. Pekerjaan Pekerjaan adalah kegiatan rutin sehari-hari yang dilakukan oleh seorang ibu dengan maksud untuk memperoleh penghasilan. setiap apaun jenisnya, apakah pekerjaan tersebut memerlukan kekuatan otot atau pemikiran aqdalah beban bagi yang meplakukan. Semakin tinggi keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien badan, tenaga dan pemikiran (misalnya) dalam melaksanakan pekerjaan. Penggunaan tenaga dan mental atau jiwa yang efisien, berarti bahwa kerjanya relatif rendah(Notoatmodjo, 2007:27). Jenis – jenis pekerjaan: (Rahmawati, 2008) 1. Service occupation Termasuk didalamnya adalah semua jenis pekerjaan yang mengutamakan pelayanan. Contoh pelayanan toko, pelayanan dirumah makan, kurir, pramugari dan bagian keamanan. 2. Profesional Dalam kelompok ini, pendidikan tertentu setelah SMA sangatlah diperlukan. Pendidikan yang dimaksud disini sangatlah mendukung pekerjaan seseorang pada masa yang akan datang. 3. Management position Termasuk kelompok ini adalah mereka yang bergerak dalam bidang pengelolaan. Misalnya manager, direktur dan supervisor 4. Ofice work Pekerjaan-pekerjaan dalam kelompok ini umumnya tidak memerlukan sekolah khusus, tetapi hanya jenis kursus singkat. d. Penghasilan Penghasilani pendapatan adalah uang yang diterima dan diberikan kepada subyek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang disarankan yaitu pendapatan dari pekerjaan, pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha perorangan dan pendapatan dari kekayaan. e. Jarak ke pelayanan Jarak adalah seberapa jauh lintasan yang ditempuh menuju tempat pelayanan kesehatan yang meliputi rumah sakit, puskesmas, posyandu, dan lainnya. f. Penanggung biaya Penanggung biaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Cakupan asuransi keluarga atau sebagai anggota suatu asuransi dan pihak yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga dipakai untuk mengukur kesanggupan individu atau keluarga untuk memperoleh kesehatan mereka. g. Pengetahuan 1. Pengertian: Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindaraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pana indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. ( Notoatmojo, 2003). Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo dalam wawan 2010:11 dibagi menjadi 6 tingkat yaitu : a) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengiingat kembali (recall) terhadap suatu yang specific dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Oleh sebab itu, tahu itu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah (Wawan&Dewi, 2010:12). b) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari (Wawan&Dewi, 2010:13). c) Aplikasi (aplication) Apikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya) (Wawan&Dewi, 2010:13). d) Analisa (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya (Wawan&Dewi, 2010:13). e) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan tau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada (Wawan&Dewi, 2010:13). f) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteriakriteriayang telah ada (Wawan&Dewi, 2010:14). 2. Cara memperoleh pengetahuan a) Cara coba salah (Trial and Error) Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan cara itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan (Wawan&Dewi, 2010:14). b) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpim pimpinan masyarakat baaik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima, yang dikemukakan oleh oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji dahulu baik berdasarkan fakta maupun penalaran sendiri (Wawan&Dewi, 2010:13). c) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam menghadapi permasalahan masa lalu (Wawan&Dewi, 2010:15). d) Cara modern Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suiatu cara melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah. (Wawan&Dewi, 2010:15). 5. Kriteria Tingkat Pengetahuan Menurut Arikunto (2006:18) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kulitatif, yaitu : a. Baik : Hasil presentase 76-100% b. Cukup : Hasil presentase 56-75% c. Kurang : Hasil presentase > 56% h. Dukungan Keluarga 1. Definisi Dukungan keluarga didefinisikan oleh Gottlieb (1983) dalam Zainudin (2005) yaitu informasi verbal, sasaran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku penerimaannya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Pada hakekatnya keluarga diharapkan mampu berfungsi untuk mewujudkan proses pengembangan timbal balik rasa cinta dan kasih saying antara anggota keluarga, antar kerabat, serta antar generasi yang merupakan dasar keluarga yang harmonis (Soetjiningsih, 2005:45). 2. Bentuk dukungan keluarga a. Dukungan Emosional (Emosional Support) Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Meliputi ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap anggota keluarga yang menderita kusta (misalnya: umpan balik, penegasan) (Setiadi, 2004:55). b. Dukungan Penghargaan (Apprasial Assistance) Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota. Terjadi lewat ungkapan hormat (penghargan) positif untuk penderita kusta, persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif penderita kusta dengan penderita lainnya seperti orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah harga diri) (Setiadi, 2008:57). c. Dukungan Materi (Tangibile Assistance) Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong dengan pekerjaan waktu mengalami stress (Setiadi, 2008:58) d. Dukungan Informasi (informasi support) Keluarga berfungsi sebagai sebuah koletor dan disse minator (penyebar) informasi tentang dunia, mencakup memberri nasehat, petunjuk-petunjuk, saran atau umpan balik. Bentuk dukungan keluarga yang diberikan oleh keluarga adalah dorongan semangat, pemberian nasehat atau mengawasi tentang pola makan sehari-hari dan pengobatan.Dukungan keluarga juga merupakan perasaan individu yang mendapat perhatian, disenangi, dihargai dan termasuk bagian dari masyarakat (Utami, Setiadi 2008:59). e. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan Friedman membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu: a) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya. b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyoganya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga. (Utami, 2004:44) c) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. d) Mempertahankan menguntungkan suasana kesehatan dirumah dan yang perkembangan kepribadian anggota keluarga. e) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada. f. Cara Pengukuran Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga dipandang terpusahkan keluarga keluarga terhadap sebagai dalam lingkungan memandang bahwa anggotanya.Anggota bagian yang keluarga. orang yang tidak Anggota bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Setiadi. 2013:31). Menurut Hidayat (2007) cara mengukur indikator dukungan keluarga dapat menggunakan Skala Guttman karena skala ini bersifat konsisten dengan memberikan jawaban daro pertanyaan/ pernyataan ya, tidak, setuju, tidak setuju, benar dan salah. Kemudian untuk analisis deskriptifnya menggunakan rata-rata hitung (mean).dukungan keluarga baik/ mendukung jika > mean dan dukungan keluarga kurang/ tidak mendukung jika < mean E. Kerangka Teori Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah dipaparkan kerangka teori dalam penelitian digambarkan dalam bagan berikut:. Pengetahuan Umur Sosial ekonomi Pendidikan Tempat Persalinan Jarak ke fasilitas kesehatan pekerjaan Dukungan Keluarga Sumber : Modifikasi Green (1980) dalam Notoatmodjo Wawan dan dewi.2010 Nolan, mary.2010 Gambar 2.1 Kerangka Teori F. Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Umur Pendidikan Pekerjaan Pemilihan Tempat Bersalin Pengetahuan Dukungan keluarga Gambar 2.2 Kerangka Konsep G. Hipotesisi 1. Ada hubungan antara umur ibu hamil trimester III dengan pemilihan tempat bersalin 2. Ada hubungan antara pendidikan ibu hamil trimester III dengan pemilihan tempat bersalin 3. Ada hubungan antara pekerjaan ibu hamil trimester III dengan pemilihan tempat bersalin