Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 60 KOMITE AUDIT, DEWAN KOMISARIS, SOLVABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN KINERJA PERUSAHAAN (STUDI PADA PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA 20102014) Agung Aswin Dwijayanti1, IB Raka Suardana2 ABSTRACT Implementation of good corporate governance is good or better known as good corporate governance is concept that emphasizes the importance of share holder rights to obtain. Information with true, accurate and timely. In this study the issues to be discussed is how the audit committee, board of directors, solvency, size, and performance of the company.The research was conducted using secondary data (data obtained indirectly). Sampling was done by purposive sampling (where samples are used it they meet specified criteria). The number of banks sampled in accordance with the criteria the are in 20 bank during the year 2010-2014. The method of path analysis. Keywords : audit committee, board of directors, solvency, size, and performance of the company PENDAHULUAN Pada Era Globalisasi saat ini negara-negara berkembang dituntut untuk menerapkan sistem yang baru dan lebih baik dalam pengelolaan bisnis yang berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau yang sering di sebut dengan good corporate governance. Dengan adanya sistem tata kelola perusahaan yang baik maka bisnis kan lebih mampu bersaing dengan lebih cepat berkembang karena perusahaan lebih dan adanya pengawasan serta monitoring untuk meminimalisir kerugian. Krisis perbankan di Indonesia bukan semata-mata diakibatkan oleh krisis ekonomi tetapi juga diakibatkan belum di laksanakannya good corporate governance dan etika yang melandasinya (Wahyudin Zarkasyi, 2008). Penerapan good corporate governance merupakan upaya yang sangat signifikan untuk melepas diri dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Pengelolaan Perusahaan (corporate governance) di bidang ekonomi merupakan yang di anggap penting seperti yang terjadi dalam pemerintahaan Negara . Penerapan good corporate governance pada saat ini bukan lagi sekedar kewajiban, namun telah menjadi kebutuhan bagi setiap perusahaan (Isnanta, 200: 36 ). Good corporate governance sangat diperlukan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan, menjadikan perusaahan yang berumur panjang untuk kedepannya dan bisa dipercaya oleh masyarakat luas. Semenjak krisis keuangan yang melanda Indonesia telah menghancurkan berbagai sendi perekonomian salah satunya perbankan yang mengakibatkan krisis perbankan terparah dalam sejarah perbankan nasional yang menyebabkan penurunan kinerja perbankan nasional (Wahyudin Zarkasyi, 2008). Good corporate governance mempunyai prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggung jawabannya kepada stakeholder pada umumnya (Supriyanto,2000). Good corporate governance merupakan suatu proses serta struktur yang digunakan untuk mengarahkan sekaligus mengelola bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Adapun tujuan akhirnya adalah menaikan nilai saham dalam jangka waktu panjang tetapi tetap memperhatikan berbagai kepentingan para stakeholder lainnya (Ristifani,2009) @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 61 Karena adanya beberapa masalah yang timbul akibat kurangnya mekanisme good corporate governance maka pemerintah melalui bank Indonesia melakukan pembenahan fundamental terhadap perbankan nasional yaitu dengan di keluarkannya API (Arsitektur Perbankan Indonesia). Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arahan, bentuk, dan tataan industry perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun kedepan (Bank Indonesia, 2004) Di dalamnya terdapat enam pilar utama yang merupakan sasaran yang ingin dicapai salah satunya adalah menciptakan corporate governance untuk memperkuat kondisi internal perbankan nasional. Penerapan good corporate governance ini dinilai dapat memperbaiki citra perbankan yang sempet buruk, melindungi kepentingan stakeholders serta meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku dan etika-etika umum pada industri perbankan dalam rangka mencitrakan sistem perbankan yang sehat. Hal itu mengingat dalam good corporate governance terkandung lima prinsip yang dianggap positif bagi pengelola sebuah perusahaan. Yang pertama prinsip keterbukaan atau transparasi misalnya, bank harus memberikan informasi yang secara tepat waktu, jelas dan akurat selain itu juga mudah di akses. Yang kedua prinsip akuntabilitas, bank harus menetapkan tanggung jawab yang jelas dari setiap komponen organisasi selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan. Yang ketiga prinsip tanggung jawab dimana prinsip harus dijalankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar tetap terjaga kelangsungan usahanya, Bank pun harus mampu bertindak sebagai perusahaan yang baik. Yang ke empat prinsip independensi bank harus mampu menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholders. Pengelola bank tidak boleh terpengaruh oleh kepentingan sepihak. Yang kelima prinsip kewajaran bank harus memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran. Hasil survey dari world bank mengenai penerapan prinsip Good Corporate Governance di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa penerapan hukum dan peraturan perundangan perlu diperkuat dan saksi yang dianggap belum terlalu efektif dalam mengatasi pelanggaran yang terjadi dalam dunia perbankan Ristifani (2009). Untuk itu diharapkan penerapan prinsip Good Corporate Governance di perusahaan perbankan harus mengikuti prinsip Good Corporate Governance secara total dan mutlak yang telah ditetapkan dalam surat edaran kepada semua bank untuk di Indonesia, perihal pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum No. 9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007 yang menetapkan peraturan bank Indonesia nomer 8/4/P81/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum. Dengan adanya penerapan Good Corporate Governance ini akan membawa pengaruh terhadap kinerja keuangan yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang lebih efektif dan efisien. Banyak pihak yang mulai berpikir bahwa penerapan Good Corporate Governance menjadi suatu kebutuhan di dunia bisnis sebagai barometer akuntabilitas dari suatu perusahaan. Prinsip Good Corporate Governance diperlukan untuk mengendalikan perilaku pengelola perusahaan agar bertindak tidak hanya menguntungkan dirinya sendiri, tetapi juga menguntungkan pemilik perusahaan, dengan kata lain menyamakan kepentingan antara pemilik perusahan dengan pengelola perusahaan. Pada dasarnya good corporate governance dilatarbelakangi oleh Agency Theory yang menyatakan permasalahan, agency mucul ketika pengelolaan suatu perusahaan terpisah dari kepentingannya. Pemilik sebagai pemasok modal perusahaan mendelegasikan wewenangnya atas pengelolaan perusahaan kepada professional managers. Akibatnya kewenangan untuk menggunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan sepenuhnya ada di tangan eksekutif. Hal ini menimbulkan kemungkinan manajemen tidak bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemilik karena adanya perbedaan kepentingan. Hal ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan menghilangkan kepercayaan investor terhadap pengembalian atas @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 62 investasi yang telah di tanam pada perusahaan terusebut. Untuk mengatasi permasalahan agency maka pihak perbankan melakukan pembenahan terhadap sistem tata kelola perusahaan. Untuk mencapai good corporate governance dibutuhkan suatu mekanisme cara kerja secara tersistem untuk memantau terhadap seluruh kebijakan yang di ambil. Mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputasan dengan baik yang melakukan kontrol dan pengawasan terhadap keputusan tersebut Arifin (2005). Sistem tata kelola yang baik akan berpengaruh besar terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Corporate governance merupakan mekanisme yang dikembangkan dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan dan perilaku pihak manajemen. Salah satu mekanisme good corporate governance adalah keberadaan komite audit. Komite audit didalam perusahaan merupakan sebuah komite yang bertugas mengawasi dan mendukung manajemen agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Komite audit terdiri dari tiga orang lebih dari dua pertiganya merupakan anggota yang independen. Peran dan tanggung jawab komite audit dalam segi corporate governance adalah berupa pengawasan terhadap proses tata kelola diperusahaan memastikan bahwa manajemen sudah melakukan hal yang kondusif bagi tercapainya tata kelola perusahaan yang baik dan memahami semua permasalahan yang dapat mempengaruhi baik kinerja keuangan maupun non keuangan perusahaan. Perusahaan good corporate governance membutuhkan pihak atau kelompok untuk memonitor implementasi kebijakan direksi, maka dari itu dewan komisaris merupakan bagian pokok dari mekanisme corporate governance. Dewan komisaris memegang peranan penting dalam mengarahkan strategi dan mengawasi jalannya perusahaan serta memastikan bahwa para manajer benarbenar meningkatkan kinerja perusahaan sebagai bagian dari pencapaian suatu tujuan perusahaan. Dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksannya akuntabilitas Sam'ani (2008). Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua hutangnya (baik hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek) dari harta tersebut (Hanafi, 2003). Menurut Rachmawati solvabilitas merupakan proposi relative dari hutang terhadap total asset mengidikasikan kondisi keuangan dari perusahaan. Proporsi yang besar dari hutang terhadap total aktiva akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan kehatihatian dari auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Hal ini disebabkan karena tingginya proposi dari hutang akan meningkatkan pula kerugian. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang tidak sehat cenderung biasanya dapat melakukan kesalahan manajemen dan kecurangan. Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Semakin tinggi rasio ini, maka fleksibilitas keuangan perusahaan tersebut akan semakin tinggi. Salah satu proksi yang dapat digunakan untuk mencari rasio solvabilitas adalah dengan membagi Cash Flow from Operating dengan Total Liabilites. Proksi tersebut dipilih, karena aktivitas operasi merupakan aktivitas yang setiap harinya dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh pendapatan dan semua transaksi yang berkaitan dengan laba yang di laporkan ke dalam laporan laba/rugi. Maka dari itu arus kas dari aktivitas operasi sangat berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya. Jadi semakin besar arus kas masuk yang diperoleh dari aktivitas operasi maka, rasio solvabilitas akan semakin tinggi sehingga menyebabkan fleksibilitas keuangannya akan semakin tinggi pula. Solvabilitas merupakan ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank dan efesiensi bagi pihak manajemen tersebut (Kasmir, 2012). Rasio solvabilitas adalah @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 63 analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank (Dendawijaya,2009). Good Corporate Governance akan efektif jika didukung oleh organ perusahaan yang menjalankan fungsi, dan tanggung jawabnya sesuai ketentuan dan untuk kepentingan perusahaan. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Direksi, Dewan Komisaris dan Komite Audit merupakan organ perusahaan yang membantu pelaksanaan Good Corporate Governance. Secara umum Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada manajemen atau pengelola perusahaan dalam melaksanakan tugasnya. Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Komisaris dapat membentuk komitekomite, salah satunya adalah Komite Audit. Menurut Alijoyo dan Subarto (2003). Komite Audit berfungsi membantu Dewan Komisaris untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan, meningkatkan efektivitas fungsi internal audit maupun eksternal audit, dan mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan Dewan Komisaris. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Wardhani (2006) menyatakan bahwa sukses atau gagalnya suatu perusahaan mungkin lebih disebabkan oleh perusahaan tersebut. Kesuksesan suatu perusahaan terutama dalam peningkatan kinerjanya banyak ditentukan oleh krakteristik strategis dan manajerial perusahaan tersebut. Strategi tersebut diantaranya juga mencakup strategi penerapan prinsip Good Corporate Governance dalam perusahaan, Dalam penelitian ini kinerja perusahaan dipandang dari sisi keuangan yang di ukur dengan Tobin's Q. Tobin's Q merupakan ukuran penilaian yang paling banyak digunakan dalam data keuangan perusahaan. Perusahaan yang memiliki ukuran yang lebih besar biasanya akan memiliki masalah keagenan yang lebih besar pula sehingga diperlukan fungsi pengawasan yang lebih banyak dengan menambah jumlah komite audit dan dewan komisaris. Ukuran perusahaan sebagai salah satu karakteristik perusahaan telah banyak diuji dalam berbagai penelitian. Ukuran perusahaan yang besar dapat menjadi indikasi bahwa perusahaan mempunyai komitmen yang tinggi untuk terus memperbaiki kinerjanya sehingga pasar akan membayar lebih mahal untuk mendapatkan sahamnya karena percaya akan mendapatkan pengembalian yang menguntungkan dari perusahaan tersebut (Andri dan Hanung, 2007). Selain itu ukuran perusahaan menggmbarkan kekuatan pasar dan perusahaan bersangkutan. Karena itu dalam penelitian ini penting untuk menambahkan ukuran perusahaan. Setiap perusahaan di Indonesia seharusnya menerapkan prinsip good corporate governance dan mengetahui manfaatnya baik dalam jangka waktu pendek maupun dalam jangka waktu panjang. Dalam penelitian ini good corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan perbankan yang terdiri dan komite audit, dewan komisaris, solvabilitas dan ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang bersangkutan. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok masalah di atas yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap ukuran perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia 2. Untuk mengetahui pengaruh dewan komisaris terhadap ukuran perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia 3. Untuk mengetahui pengaruh solvabilitas terhadap ukuran perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia 4. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 64 Telaah pustaka Pengertian Good Corporate Governance Good Corporate Governance rnerupakan sistem (input, proses, output) dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaaris, dan dewan direksi demi tercapainyan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance dimasukkan untuk mengatur hubunganhubungan dan mencegah kesalahan yang signifikandalam strategi perusahaan dan memastikan bahwa kesalahan yang terjadi dapat di perbaiki (Wahyudin Zarkasyi, 2008). Menurut (Adrian Sutedi, 2011) Good Corporate Governance secara definitive rnerupakan sistem yang mengendalikan dan mengatur perusahaan untuk menciptakan dan mencapai nilai tambah untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang di tekankan di konsep ini, pertama pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat waktu dan kedua kewajiban perusahaaan untuk melakukan pengungkapan secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholder. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Pengertian dan konsep corporate governance dilandasi oleh teori agensi (agency teori) dimana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dengan penuh kepatuhan terhadap berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku (Solihin, 2009). Dengan adanya mekanisme corporate governance ini, maka tindakan kecurangan yang akan dilakukan dieliminasi sehingga tidak menimbulakan kerugian pada kedua pihak. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance Corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui pemanatauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dan pelaku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku (Gunarsih, 2003). Untuk meningkatkan akuntabilitas antara lain di perlukan auditor, komite audit, serta remunerasi eksekutif. Good Corporate Governance memberikan kerangka acuan yang memugkinkan pengawasan berjalan efektif sehingga tercipta mekanisme pemeriksaan dan keseimbangan di perusahaan. Good corporate governance merupakan suatu mekanisme yang dapat digunakan untuk memastikan bahwa pemilik modal perusahaan memperoleh pengembalian return dari kegiatan yang dijalankan oleh manajer, atau dengan kata lain bagaimana supplier keuangan perusahaan melakukan pengendalian terhadap manajer (Shleifer dan Vishny, 1997). Pada penelitian ini mekanisme good corporate governance diproksikan pada kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, komite audit, dan ukuran direksi. Agency Theory Teori agensi (Agency Theory) merupakan dasar yang digunakan untuk membahas Corporate Governance. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent Teori agensi menunjukkan pentingnya pemisahan manajemen perusahaan dari pemilik kepada manajer. Tujuan sistem pemisahan ini adalah untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas dengan menyewa agen profesional dalam mengelola perusahaan. Komite Audit Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar, untuk mengerjakan pekerjaan dan tugas-tugas khusus, komite audit sangat berguna untuk @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 65 menangani masalah-masalah yang membutuhkan integrasi dan koordinasi sehingga dimungkinkan permasalahan di suatu perusahaan dapat teratasi Kusumaning (2004). Tanggung jawab komite audit meliputi : mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian intern. Komite audit sebagai salah satu mekanisme corporate governace mampu mengurangi praktek manipulasi dan kecurangan dengan menjunjung prinsip corporate governance yaitu transparasi, kesetaraan, tanggung jawab, dan akuntabilitas yang pada prosesnya menghambat praktek kecurangan dan manipulasi dalam perusahaan. Komite audit merupakan suatu kelompok yang sifatnya independen atau tidak memiliki kepentingan terhadap manajemen dan diangkat secara khusus serta memiliki pandangan antara lain bidang akuntansi dan hal-hal yang terkait dengan sistem pengawasan internal perusahaan (Zarkasyi, 2008). Komite audit merupakan sebuah komite yang ditunjuk oleh perusahaan sebagai penghubung antara dewan direksi dan audit eksternal, internal auditor serta anggota independen. Komite audit ditugaskan untuk memberikan pengawasan pada auditor perusahaan internal dan eksternal serta memastikan manajemen tersebut melakukan tindakan korektif yang tepat secara berkala dan dapet mengontrol kelemahan, ketidak sesuaian dengan kebijakan, hukum dan regulasi. Tujuan komite audit membantu dewan komisaris untuk meningkatkan laporan keuangan, mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaah perusahaan dan meningkatkan efektivitas fungsi audit internal dan eksternal audit (Hasnati, 2003). Komite audit adalah suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan menggambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor mempunyai peran penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan (Sukrisno Agoes, 2012). Dewan Komisaris Dewan komisaris merupakan salah satu organ perusahaan. Sebagai organ perusahaan dewan komisaris bertugas mengawasi kegiatan perusahaan dan harus memantau efektifitas praktik corporate governance perusahaan. Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta mamastikan bahwa perusahaan melaksanaan Good Corporate Governance sesuai dengan aturan. Dalam melaksanakan tugas dewan komisaris bertangggung jawab terhadap Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pertanggungjawaban dewan komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (Zarkasyi, 2008). Pada intinya Dewan Komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan serta menggagalkan keputusan yang tidak menguntungkan. Terdapat tiga elemen yang penting yang akan mempengaruhi tingkat efektivitas dewan komisaris yaitu independensi, kompetensi, dan komitmen. Corporate governance mengaruskan adanya dewan komisaris dalam perusahaan yang diharapkan mampu menciptakan kesetaraan sebagai prinsip utama dalam memperhatikan kepentingan pemegang saham (Mulyadi, 2002). Adanya organ-organ perusahaan (Dewan Komisaris dan Direksi) merupakan bukti pengaplikasian prinsip Good Corporate Governance dalam tatanan yang minimal. Menurut Egon Zehnder International (2000) dalam FCGI (2002), Dewan Komisaris merupakan inti dari Corporate Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 66 Anggota Dewan Komisaris harus memenuhi syarat kemampuan dan integritas sehingga pelaksanaan fungsi pengawasan dan pemberian nasihat untuk kepentingan perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik. Anggota Dewan Komisaris harus memahami dan mematuhi anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tugasnya. Dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi kebijakan direksi. Peran komisaris ini diharapkan akan meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham. Oleh karena itu dewan komisaris seharusnya dapat mengawasi kinerja dewan direksi sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Ada dua jenis Dewan Komisaris yaitu komisaris independen dan komisaris non-independen. Komisaris independen merupakan komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi, sedangkan komisaris nonindependen merupakan komisaris yang terafiliasi. Zarkasyi (2008) mengatakan bahwa yang dimaksusd dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Solvabilitas Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi. Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutang nya begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable. (Syafri, 2008) menyatakan bahwa Rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewjiban jangka panjangnya/ kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi. Menurut Rachmawati solvabilitas merupakan proposi relative dari hutang terhadap total asset mengidikasikan kondisi keuangan dari perusahaan. Proporsi yang besar dari hutang terhadap total aktiva akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan kehati-hatian dari auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Hal ini disebabkan karena tingginya proposi dari hutang akan meningkatkan pula kerugian. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang tidak sehat cenderung biasanya dapat melakukan kesalahan manajemen dan kecurangan. Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Semakin tinggi rasio ini, maka fleksibilitas keuangan perusahaan tersebut akan semakin tinggi. Salah satu proksi yang dapat digunakan untuk mencari rasio solvabilitas adalah dengan membagi Cash Flow from Operating dengan Total Liabilites (Riyanto,2001). Produksi tersebut dipilih, karena aktivitas operasi merupakan aktivitas yang setiap harinya dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh pendapatan dan semua transaksi yang berkaitan dengan laba yang di laporkan ke dalam laporan laba/rugi. Maka dari itu arus kas dari aktivitas operasi sangat berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya. Jadi semakin besar arus kas masuk yang diperoleh dari aktivitas operasi maka, rasio solvabilitas akan semakin tinggi sehingga menyebabkan fleksibilitas keuangannya akan semakin tinggi pula. Solvabilitas merupakan ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank dan efesiensi bagi pihak manajemen tersebut (Kasmir, 2008). Ukuran Perusahaan Ukuran perusahan adalah skala dimana dapat digolongkan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara. Besar ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva penjualan dan kapitalisasi pasar. Karena semakin besar total aktiva penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaaan. Menurut Ulupui (2007) ukuran perusahaan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Laba merupakan @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 67 indikator kinerja suatu entitas. Ukuran perusahaan yang besar dapat menjadi indikasi bahwa perusahaan mempunyai komitmen yang tinggi untuk terus memperbaiki kinerjanya, sehingga pasar akan mau membayar lebih mahal untuk mendapatkan sahamnya karena akan mendapatkan pengambilan yang menguntungkan dari perusahaan tersebut (Andri dan Hanung, 2007). Selain itu menurut Eddy dan Pratana (2004) ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap Tobin's Q. Hubungan positif ini disebabkan perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki dana yang lebih banyak untuk menciptkan peluang pertumbuhan sehingga berdampak pada peningkatan kinerja pasar. Ukuran perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva penjualan atau modal dari perusahaan. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relative lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan perusahaan dengan total asset (Ninna dan Suhairi, 2006). Dimana perusahaan dengan ukuran aktiva besar memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai jumlah aktiva yang lebih kecil. Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Sucipto, 2003). Kinerja perusahaan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun karena kinerja merupakan cermin dari kemampuan perusahaan dalam menjelaskan operasionalnya. Kinerja dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan perusahaan, tingkat pencapaiannya misi perusahaan dan tingkat pencapaiannya pelaksanaan tugas secara aktual. Kinerja juga dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu perusahaan tersebut. Penilaian kinerja perusahaan merupakan suatu kegitan yang sangat penting karena berdasarkan hasil penilaian keberhasilan perusahaan selama satu periode tertentu dapat diketahui dan dengan demikian hasil penilaian tersebut dipergunakan sebagai pedoman bagi usaha perbaikan maupun peningkatan kinerja selanjutnya (Sugiyarso dan Winarni, 2005). Salah satu altematif yang digunakan dalam mengukur kinerja perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin's Q. Rasio ini merupakan konsep yang sangat penting karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi internal. Pada umumnya kinerja perusahaan diukur melalui informasi financial dan non financial seperti kepuasan pelanggan (kualitas barang), internal bisnis (tidak menigikan tetapi menguntungkan) serta inovasi dan pembelajaran manajemen (bagaimana pelayanan terhadap pelanggan). Rasio Tobin's Q dapat mendektesi prospek pertumbuhan dengan baik. Semakin besar nilai rasio Tobin's Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik pula. Pengaruh komite audit terhadap ukuran perusahaan Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar, untuk mengerjakan pekerjaan dan tugas-tugas khusus, komite audit sangat berguna untuk menangani masalah-masalah yang membutuhkan integrasi dan koordinasi sehingga dimungkinkan permasalahan di suatu perusahaan dapat teratasi (Kusumaning, 2004). Komite audit merupakan suatu kelompok yang sifatnya independen atau tidak memiliki kepentingan terhadap manajemen dan diangkat secara khusus serta memiliki pandangan antara lain bidang akuntansi dan hal-hal yang terkait dengan sistem pengawasan internal perusahaan (Zarkasyi, 2008). @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 68 Sam'ani (2008) menyebutkan bahwa jumlah audit berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dan komite audit mempunyai peran yang penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyususnan laporan keuangan seperti halnya manjaga terciptnya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakanya tata kelola yang baik. Dengan berjalannya fungsi komite audit secara efektif maka control terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri dapat diminimalisasi. Menurut Sam'ani (2008) komite audit meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan melalui : a. Pengawasan atas proses pelaporan termasuk sistem pengendalian internal dan penggunaan prinsip akuntansi secara umum b. Mengawasi proses audit secara keseluruhan. Hasilnya mengindikasikan bahwa adanya komite audit memiliki konsekuensi pada laporan keuangan yaitu : (1) Berkurangnya pengukuran akuntansi yang tidak tepat, (2) Berkurangnya pengungkapan akuntansi yang tidak tepat, (3) Berkurangnya tindakan manajemen dan tindakan illegal. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Ukuran Perusahaan Dewan komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan Good Corporate Governance. Pertanggungjawaban dewan komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan akunntabilitas pengawasan atas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip-prinsip Good corporate governance (Zarkasyi, 2008). Menurut Lastanti (2004) dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang di tugaskan untuk menajamin pelaksaan strategi perusahaan. Mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Pada intinya dewan komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan memberikan petunjuk atau arahan pada pengelola perusahaan. Mengingat manajemen yang bertanggung jawab untuk meningkatkan efesinsi dan daya saing perusahaan sedangkan dewan komisaris bertanggung jawab untuk mengawasi manajemen, maka dari itu dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesaan perusahaan. Semakin banyak anggota dewan komisaris maka pengawasan terhadap dewan direksi jauh lebih baik, masukan atau opsi yang akan di dapat direksi akan jauh lebih baik. Pengaruh Solvabilitas terhadap Ukuran Perusahaan Solvabilitas diukur dengan perbandingan antara total aktiva dengan total hutang ukuran tersebut mensyaratkan agar perusahaan mampu memenuhi semua kewajibannnya baik kewajibanjangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Perusahaan dapat dikatakan dalam kondisi ideal atau stabil apabila perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan juga dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Analisis Solvabilitas memiliki beberapa tujuan yaitu untuk mengetahui apakah kekayaan perusahaan mampu untuk mendukung kegiataan perusahaan. (Syafri, 2008) menyatakan bahwa Rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya/ kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi. Menurut Rachmawati solvabilitas merupakan proposi relative dari hutang terhadap total asset mengidikasikan kondisi keuangan dari perusahaan. Proporsi yang besar dari hutang terhadap total aktiva akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan kehati-hatian dari auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 69 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan Ukuran perusahan adalah skala dimana dapat digolongkan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara. Besar ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva penjualan dan kapitalisasi pasar. Karena semakin besar total aktiva penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaaan. Menurut Ulupui (2007) ukuran perusahaan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Laba merupakan indikator kinerja suatu entitas. Ukuran perusahaan yang besar dapat menajdi indikasi bahwa perusahaan memptmyai komitmen yang tinggi untuk terns memperbaiki kinerjanya, sehingga pasar akan mau mabayar lebih mahal untuk mendapatkan sahamnya karena akan mendapatkan pengembalian yang menguntungkan dari perusahaan tersebut (Andri dan Hanung, 2007). Ukuran perusahaan akan mempengaruhi kinerja perusahaan terutama kinerja pasarnya. Eddy dan Pratana (2004) menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap Tobin's Q. Hubungan positif ini disebabkan perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki dana yang lebih banyak untuk menciptakan peluang pertumbuhan sehingga berdampak pada peningkatan kinerja pasar. Ukuran perusahaan merupakan hal yang penting dalam proses pelaporan keuangan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan melihat seberapa besar asset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Asset yang dimiliki perusahaan ini menggambarkan hak dan kewajiban serta permodalan perusahaan. Perusahaan dengan asset yang besar biasanya akan mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangannya. Perusahaan diharapkan selalu menjaga stabilitas kinerja keuangan perusahaan. HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebelumnya maka hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini yaitu : H1 : Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap ukuran perusahaan H2 : Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap ukuran perusahaan H3 : Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap ukuran perusahaan H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan METODE Lokasi penelitian dilakukan di seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengakses website BEI yaitu www.bei.co.id atau www.idx.co.id Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan tahunannya di website Bursa Efek Indonesia secara konsisten pada tahun 2010-2014. Kriteria yang digunakan dalam penelitian sampel adalah bank yang melakukan pengungkapan informasi mengenai komite audit, dewan komisaris dalam laporan tahunannya. Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014 populasi perusahaan perbankan sebanyak 32, namun berdasarkan kriteria sampel diatas maka dalam penelitian ini hanya digunakan sampel sebanyak 20 nama perusahaan perbankan di Indonesia. Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah path analysis dengan program AMOS versi 20. HASIL Deskripsi Data Penelitian Data yang diperoleh dari hasil analisa deskriptif, menunjukkan nilai tertinggi (maximum), nilai terendah (minimum), rata-rata (mean) dan standar deviasi dari setiap @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 70 variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini ditampilkan karakteristik sampel yang akan digunakan antara lain : jumlah sampel (N), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum serta standar deviasi (σ) untuk masing-masing variabel seperti pada tabel 5.1 berikut : Tabel 1 : Deskripsi Data Penelitian Descriptive Statistics N Statistic Komite Audit Dewan Komisaris Solvabilitas Ukuran Perusahaan Kinerja Perusahaan Valid N (listwise) 100 100 100 100 100 100 Minimum Maximum Statistic Statistic 1 2 4.080 12.980 .020 Mean Std. Deviation Statistic Std. Error Statistic 6 3.01 9 4.95 15.620 9.08075 22.823 17.12707 4.767 .77743 .112 .159 .270448 .188760 .089623 1.124 1.585 2.704481 1.887596 .896231 Pada tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 data, yang diperoleh dari 20 jumlah bank yang digunakan sampel selama 5 tahun yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Data komite audit terendah (minimum) adalah 1, sedangkan tertinggi (maksimum) adalah sebesar 6. Kemudian untuk rata-rata komite audit sebesar 3,01. Rata-rata komite audit selama periode penelitian adalah sebesar 3,01 selama 5 tahun dari 20 perusahaan perbankan yang diteliti. Hal ini menunjukan berdasarkan nilai rata-ratanya dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki komite audit sebanyak 3,01. Data dewan komisaris terendah (minimum) adalah 2, sedangkan tertinggi (maksimum) adalah sebesar 9. Kemudian untuk rata-rata dewan komisaris sebesar 4,95. Rata-rata dewan komisaris selama periode penelitian adalah sebesar4,95 selama 5 tahun dari 20 perusahaan perbankan yang diteliti. Hal ini menunjukan berdasarkan nilai rataratanya dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki dewan komisaris sebanyak 3,01. Rasio solvabilitas diperoleh rata-rata sebesar 9,08075% dengan nilai terendah (minimum) sebesar 4,080% dan tertinggi (maksimum) sebesar 15,620%, sementara untuk nilai standart deviasinya sebesar 2,704481%. Dalam hal ini simpangan data bisa dikatakan kurang baik karena nilai rata-rata lebih kecil dari standart deviasi. Ini artinya perbedaan rasio solvabilitas antara perusahaan perbankan yang dipakai sampel cukup tinggi. Rata-rata ukuran perusahaan sebesar 9,08075%, sementara nilai standart deviasi atau penyebaran dari variabel ukuran perusahaan adalah sebesar 1,887596% selama 5 tahun pada 20 perusahaan perbankan yang diteliti. Hal ini menunjukan berdasarkan nilai rata-ratanya dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini mampu menunjukan peningkatan ukuran perusahaan. Rasio kinerja perusahaan diperoleh rata-rata sebesar 0,77743% dengan nilai terendah (minimum) sebesar 0,020% dan tertinggi (maksimum) sebesar 4,767% . Sementara untuk nilai standart deviasinya sebesar 0,896231 masih lebih besar dari nilai mean-nya yaitu sebesar 0,77743%. Dengan demikian simpangan data pada variabel kinerja perusahaan pada penelitian ini dapat dikatakan kurang baik, menunjukan bahwa nilai kinerja keuangan perusahaan sampel selama periode pengamatan sangat berfluktuatif dan bervariasi. Rata-rata perusahaan yang mempunyai kinerja perusahaan yang tinggi cukup jauh dengan rata-rata antara perusahaan yang mempunyai rasio kinerja keuangan yang rendah. @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 71 Standar deviasi (σ) menunjukkan seberapa jauh kemungkinan nilai yang diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan, dalam hal ini variabel komite audit, dewan komisaris, solvabilitas, ukuran perusahaan, dan kinerja perusahaan. Semakin besar nilai standart deviasi maka semakin besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang diharapkan. Dalam kasus seperti ini, di mana nilai mean masing-masing variabel lebih kecil dari pada standart deviasinya. Uji Normalitas Data Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan kriteria nilai kritis sebesar + 2,58 pada tingkat signifikan 0,05. Dengan demikian, apabila nilai kritis dari hasil penelitian ini lebih besar dari kriteria nilai kritis tersebut, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Uji normalitas univariate dan multivariate data perhitungan path analysis pada assessment of normality disajikan pada Tabel 2, sebagai berikut ini. Tabel 2 : Pengujian Normalitas Data Model Penelitian Variable X2 X1 X3 Y Z Multivariate min 2.000 1.000 4.080 12.980 .020 max 9.000 6.000 15.620 22.823 4.767 skew .587 .453 .167 .211 2.834 c.r. 2.397 1.848 .683 .862 1.569 kurtosis -.415 .165 -.334 -.500 8.186 5.094 c.r. -.848 .336 -.683 -1.020 1.711 3.044 Tabel 2 menunjukkan variabel komite audit, dewan komisaris, solvabilitas, ukuran perusahaan, dan kinerja perusahaan berdistri busi normal. @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 72 Hasil Path Anlysis Hasil dari analisis data dengan path analysis ditampilkan seperti gambar berikut ini. Gambar 1 : Path Analysis Komite Audit, Dewan Komisaris, Dan Solvabilitas, Terhadap Ukuran Perusahaan, Dan Kinerja Perusahaan Pengujian model dilakukan menggunakan koefisien regresi (regression weight) untuk variabel komite audit, dewan komisaris, dan solvabilitas, terhadap ukuran perusahaan, dan kinerja perusahaan melalui tabel output seperti yang disajikan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 : Model Pengukuran Struktural Unstandardized dan Standardized Regression Weight Y Y Y Z <--<--<--<--- X3 X1 X2 Y Unstandardized Estimate .396 .140 .343 .676 Standardized Estimate .414 .148 .392 .873 S.E. .076 .080 .085 .038 C.R. P Ket 5.191 *** Signifikan 2.750 .040 Signifikan 4.031 *** Signifikan 17.804 *** Signifikan Berdasarkan hasil analisis dengan path analysis seperti pada tabel 3 di atas, maka diuraikan seperti berikut ini. 1. Pengaruh variabel Komite Audit (X1) terhadap ukuran perusahaan (Y) memiliki standardized estimate (regression weight) sebesar 0,148, dengan CR (Critical Ratio = identik dengan nilai t-hitung) sebesar 2,750 pada probability 0,040. Nilai CR 2,750 > 2,000 dan probability 0,140 < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel Komite Audit (X1) terhadap Ukuran Perusahaan (Y) adalah signifikan. @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 2. 3. 4. 73 Pengaruh variabel Dewan Komisaris (X2) terhadap ukuran perusahaan (Y) memiliki standardized estimate (regression weight) sebesar 0,392, dengan CR (Critical Ratio = identik dengan nilai t-hitung) sebesar 4,031 pada probability *** (<0,001). Nilai CR 4,031 > 2,000 dan probability *** < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel Dewan Komisaris (X2) terhadap Ukuran Perusahaan (Y) adalah signifikan. Pengaruh variabel Solvabilitas (X3) terhadap ukuran perusahaan (Y) memiliki standardized estimate (regression weight) sebesar 0,414, dengan CR (Critical Ratio = identik dengan nilai t-hitung) sebesar 5,191 pada probability *** (<0,001). Nilai CR 5,191 > 2,000 dan probability *** < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel Solvabilitas (X3) terhadap Ukuran Perusahaan (Y) adalah signifikan. Pengaruh variabel Ukuran Perusahaan (Y) terhadap Kinerja Perusahaan (Z) memiliki standardized estimate (regression weight) sebesar 0,873, dengan CR (Critical Ratio = identik dengan nilai t-hitung) sebesar 17,804 pada probability *** (<0,001). Nilai CR 17,804 > 2,000 dan probability *** < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel Ukuran Perusahaan (Y) terhadap Kinerja Perusahaan (Z) adalah signifikan. Analisis Goodness of Fit Berdasarkan hasil uji evaluasi model dengan kriteria uji, Chi-square, Sig. Probability, GFI, TLI, seperti tabel berikut ini. Tabel 4 : Evaluasi Uji Model Goodness of Fit Index Chi-square Sig. Probability GFI CFI TLI Cut-of Value Kecil ≤ 67,505 > 0,05 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 Hasil Model 24,612 0,000 0,919 0,976 0,871 Keterangan Baik Kurang Baik Baik Baik Kurang Baik Hasil pengujian model di atas menunjukkan bahwa model dapat diterima dengan baik, karena memiliki uji model yang baik. Oleh karena itu pengujian hipotesis kausalitas dapat dilakukan model ini. Analisis Model Pengukuran dengan Determinasi Analisis model pengukuran dengan determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan variabel Komite Audit (X1), Dewan Komisaris (X2) dan Solvabilitas (X3) terhadap Ukuran Perusahaan (Y) dan pengaruh Komite Audit (X1), Dewan Komisaris (X2), Solvabilitas (X3) dan Ukuran Perusahaan (Y) terhadap Kinerja Perusahaan (Z). Untuk itu, digunakan Square Multiple Correlation seperti pada tabel berikut ini. Tabel 5 : Squared Multiple Correlations: (Group number 1 – Default model) Y X Estimate .804 .762 Square Multiple Correlation Komite Audit (X1), Dewan Komisaris (X2) Solvabilitas (X3) terhadap Ukuran Perusahaan (Y) sebesar 0,804 serta Komite Audit (X1), Dewan Komisaris (X2), Solvabilitas (X3) dan Ukuran Perusahaan (Y) terhadap Kinerja Perusahaan (Z) sebesar 0,762 sebagaimana terlihat pada Tabel 5.5 di atas. Menurut Ferdinand (2002:114) nilai square multiple correlation identik dengan R2 pada SPSS. Besarnya koefisien @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 74 determinasi (D) adalah nilai square multiple correlation kali 100% = 0,804 x 100% = 80,4% dan 0,762 x 100% = 76,2%. PEMBAHASAN Pengaruh komite audit terhadap ukuran perusahaan Diterimanya hipotesis pertama yang menyatakan komite audit berpengaruh signifikan terhadap ukuran perusahaan, artinya bahwa semakin baik komite audit maka semakin baik baik ukuran perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Kusumaning (2004) yang menyatakan bahwa Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar, untuk mengerjakan pekerjaan dan tugas-tugas khusus, komite audit sangat berguna untuk menangani masalah-masalah yang membutuhkan integrasi dan koordinasi sehingga dimungkinkan permasalahan di suatu perusahaan dapat teratasi. Komite audit merupakan suatu kelompok yang sifatnya independen atau tidak memiliki kepentingan terhadap manajemen dan diangkat secara khusus serta memiliki pandangan antara lain bidang akuntansi dan hal-hal yang terkait dengan sistem pengawasan internal perusahaan (Zarkasyi, 2008). Sam'ani (2008) menyebutkan bahwa jumlah audit berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dan komite audit mempunyai peran yang penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyususnan laporan keuangan seperti halnya manjaga terciptnya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakanya tata kelola yang baik. Dengan berjalannya fungsi komite audit secara efektif maka control terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri dapat diminimalisasi. Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Ukuran Perusahaan Diterima hipotesis kedua yang menyatakan dean komisaris berpengaruh signifikan terhadap ukuran perusahaan, artinya bahwa semakin baik dewan komisaris maka semakin baik pula ukuran perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Zarkasyi (2008) yang menyatakan bahwa Dewan komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan Good Corporate Governance. Pertanggungjawaban dewan komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan akunntabilitas pengawasan atas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip-prinsip Good corporate governance. Menurut Lastanti (2004) dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang di tugaskan untuk menajamin pelaksaan strategi perusahaan. Mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Pada intinya dewan komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan memberikan petunjuk atau arahan pada pengelola perusahaan. Mengingat manajemen yang bertanggung jawab untuk meningkatkan efesinsi dan daya saing perusahaan sedangkan dewan komisaris bertanggung jawab untuk mengawasi manajemen, maka dari itu dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesaan perusahaan. Semakin banyak anggota dewan komisaris maka pengawasan terhadap dewan direksi jauh lebih baik, masukan atau opsi yang akan di dapat direksi akan jauh lebih baik. Pengaruh solvabilitas terhadap ukuran perusahaan Diterimanya hipotesis ketiga yang menyatakan solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap ukuran perusahaan, artinya bahwa semakin baik solvabilitas maka semakin baik ukuran perusahaan. Solvabilitas diukur dengan perbandingan antara total aktiva dengan total hutang ukuran tersebut mensyaratkan agar perusahaan mampu memenuhi semua @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 75 kewajibannnya baik kewajibanjangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Perusahaan dapat dikatakan dalam kondisi ideal atau stabil apabila perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan juga dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Analisis Solvabilitas memiliki beberapa tujuan yaitu untuk mengetahui apakah kekayaan perusahaan mampu untuk mendukung kegiataan perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Syafri (2008) yang menyatakan bahwa Rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya/ kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi. Menurut Rachmawati solvabilitas merupakan proposi relative dari hutang terhadap total asset mengidikasikan kondisi keuangan dari perusahaan. Proporsi yang besar dari hutang terhadap total aktiva akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan kehati-hatian dari auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan Diterimanya hipotesis keempat yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, artinya bahwa semakin baik ukuran perusahaan, maka semakin baik kinerja perusahaan. Ukuran perusahan adalah skala dimana dapat digolongkan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara. Besar ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva penjualan dan kapitalisasi pasar. Karena semakin besar total aktiva penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaaan. Menurut Ulupui (2007) ukuran perusahaan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Laba merupakan indikator kinerja suatu entitas. Ukuran perusahaan yang besar dapat menajdi indikasi bahwa perusahaan mempunyai komitmen yang tinggi untuk terus memperbaiki kinerjanya, sehingga pasar akan mau membayar lebih mahal untuk mendapatkan sahamnya karena akan mendapatkan pengembalian yang menguntungkan dari perusahaan tersebut (Andri dan Hanung, 2007). Ukuran perusahaan akan mempengaruhi kinerja perusahaan terutama kinerja pasarnya. Eddy dan Pratana (2004) menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap Tobin's Q. Hubungan positif ini disebabkan perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki dana yang lebih banyak untuk menciptakan peluang pertumbuhan sehingga berdampak pada peningkatan kinerja pasar. Ukuran perusahaan merupakan hal yang penting dalam proses pelaporan keuangan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan melihat seberapa besar asset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Asset yang dimiliki perusahaan ini menggambarkan hak dan kewajiban serta permodalan perusahaan. Perusahaan dengan asset yang besar biasanya akan mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangannya. Perusahaan diharapkan selalu menjaga stabilitas kinerja keuangan perusahaan. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan: 1. Pengaruh variabel Komite Audit (X1) terhadap ukuran perusahaan (Y) memiliki standardized estimate (regression weight) sebesar 0,148, dengan CR (Critical Ratio = identik dengan nilai t-hitung) sebesar 2,750 pada probability 0,040. Nilai CR 2,750 > 2,000 dan probability 0,140 < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel Komite Audit (X1) terhadap Ukuran Perusahaan (Y) adalah signifikan. 2. Pengaruh variabel Dewan Komisaris (X2) terhadap ukuran perusahaan (Y) memiliki standardized estimate (regression weight) sebesar 0,392, dengan CR (Critical Ratio = identik dengan nilai t-hitung) sebesar 4,031 pada probability *** (<0,001). Nilai CR @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 3. 4. 76 4,031 > 2,000 dan probability *** < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel Dewan Komisaris (X2) terhadap Ukuran Perusahaan (Y) adalah signifikan. Pengaruh variabel Solvabilitas (X3) terhadap ukuran perusahaan (Y) memiliki standardized estimate (regression weight) sebesar 0,414, dengan CR (Critical Ratio = identik dengan nilai t-hitung) sebesar 5,191 pada probability *** (<0,001). Nilai CR 5,191 > 2,000 dan probability *** < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel Solvabilitas (X3) terhadap Ukuran Perusahaan (Y) adalah signifikan. Pengaruh variabel Ukuran Perusahaan (Y) terhadap Kinerja Perusahaan (Z) memiliki standardized estimate (regression weight) sebesar 0,873, dengan CR (Critical Ratio = identik dengan nilai t-hitung) sebesar 17,804 pada probability *** (<0,001). Nilai CR 17,804 > 2,000 dan probability *** < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel Ukuran Perusahaan (Y) terhadap Kinerja Perusahaan (Z) adalah signifikan. Saran Dari analisa data yang telah dilakukan, berdasarkan kesimpulan, peneliti mencoba untuk memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi para investor dan calon investor yang ingin berinvestasi dalam bentuk saham di sektor perbankan, hendaknya mempertimbangkan faktor fundamental dan psikologis pasar saham secara umum di Indonesia. 2. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya tidak hanya terbatas pada satu industri saja, tetapi keseluruhan industri yang ada di Bursa Efek Indonesia sehingga dapat diketahui perbedaan pengaruh ukuran perusahaan dan kinerja perusahaan. 3. Untuk peneliti selanjutnya hendaknya meneliti variabel diluar komite audit, dewan komisaris dan solvabilitas yang bisa mempengaruhi ukuran dan kinerja perusahaan, atau menambah variabel dari variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Augusty, Ferdinand. 2006. Metodologi Penelitian Manajemen. Edisi . Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Andri Rahcmawati dan Hanung Triatmoko (2007). “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X Makasar. 26-28 Juli. Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan. 2005. “Penerapan Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha”. Jakarta Kencana. Arifin, Zaenal. 2005. “Hubungan antara Corporate Governance dan Variabel Pengurangan Masalah Agensi” . Jurnal Siasat Bisnis. Vol. 1, No. 10, Juni 2005, Hal. 39-55. Bathala. C.T. et al. 1994. “Managerial Ownership, Debt Policy and the Impact of Holdings : an Agency Perspektive. Financial Management” . Vol. 23, No. 3. Autumn. Dendawijaya, Lukman. (2009). “ Manajemen Perbankan”. Jakarta : Ghalia Indonesia Eddy Suranta dan Pratana Puspa Midiastuti (2004). “Analisis Hubungan Struktur Kepemilikan Manajerial, Nilai Perusahaan dan Investasi dengan Model Persamaan Linear Simultan” . Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 6(1), Januari:11:54-56. Ersenhardt, K.M. (1989). “Penelitian Studi Kasus (online)”. Tersedia http//www.skripsimahasiswa.blogspot.com// (2 April 2008). Forum for Corporate governance in Indonesia (FCGI). (2002). “Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance). Jilid II “Peranan Dewan Komisari dan Komite Audit dalam Melaksanakan Corporate governance (Tata Kelola Perusahaan)”. Diambil dari http://www.cic-fcgi .org /news /files/FCG1 Booklet_Il.pdf. @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 77 Forum for Corporate governance in Indonesia (FCGI). (2002). “Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance). the Essence of Corporate Governance: Konsep dan Implementasi Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia”. Jakarta: Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia dan Sinergy Communication. Gunarsih, Tri (2003). “Good Corporate Governance Sebagai Prakondisi Memasuki Pasar Global”. Makalah KIPNAS VIII 9-11 September. Gunarsih, Tri. 2003. “Struktur Kepemilikan Sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance”. Kompak Nomor 8. Hanafi, Mahmud H.Halim, (2003). “Analisis Laporan Keuangan”.Yogyakarta : UPP-AMP YKPN Jensen, Michael C. dan Meckling William H. 1976. “Theory of The Firm : Managerial Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics 3. Hal. 305-360. Kasmir,” Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi ke Tujuh, Jakarta : PT. Raja Grafindo,2008. Kusmaning, Linda. 2004. “Analisis Pengaruh Proposi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba pada Perusahaan Publik di Indonesia”. Tesis Universitas Gajah Mada. Lastanti, Hexana Sri. 2004. “Hubungan Struktur Corporate Governance dengan Kinerja Perusahaan dan Reaksi Pasar,” Konferensi Nasional Akuntansi: Peran Akuntan dalam Membangun Good Corporate Governance. Ninna Daniati dan Suhairi (2006). “Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Sise Perusahaan terhadap Expected Return Saham”. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX. Padang. 23-26 Agustus Nugroho, Ahmadi. 2011. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intellectual Capital Disclosure (ICD)”. Accounting Analysis Journal. Vol. 1, No. 2. Ristifani 2009 “Analisis Implementasi Prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan Hubungan terhadap Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk” Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. Sam'ani, 2008, “Pengaruh Good Corporate Governanace dan Leverage Terhadap Kinerja Keuanagn pada Perbankan di Bursa Efek Indonesia tahun 20042007, Universitas Diponogoro Siallagan. Hamonongan dan Mas'ud Machfoedz (2006). “Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi (SIVA) IX. Padang, 23-26 Agustus. Solihin, Ismail. 2009. “Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability”. Salemba Empat. Jakarta. Sucipto. 2003. Penelitian Kinerja Keuangan. http://digilib.usu.ac.td/download/ fe/akuntansi. Sucipto.Pdf. 21 Juni 2014. Sugiyarso, G. dan F. Winami. (2005). Manajemen Keuangan: Pemahaman Laporan Keuangan: Pengelolaan Aktiva, Kewajiban dan Modal serta Pengukuran Kinerja Perusahaan, Yogyakarta: Media Pressindo. Sugiyono. (2007). (2007). Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ketiga. Bandung: Alfabeta Sukamulja, Sukmawati. 2004, “Good Corporate Governance di Sektor Keuangan : Dampak Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan”. Vo1.8.No.1 . Juni 2004. Hal 1-25. Sukrisno, Agoes. 2006. Auditing Jilid I. Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Suranta, Eddy.,P. Midiastuty. 2004 “ Pengaruh Good Corporate Governance @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016 78 Surya, Indra dan Ivan Yustiavanda (2006). Penerapan Good Corporate Governance: Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha. Jakarta: Prenada Media Group. Sutedi, Adrian. 2011. Good Corporate Governance, Ed. 1, Cet. 1 Januari 2011, Hal. 13 – 28. Sutedi, Adrian. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Edisi ke 10. Bandung. Alfabeta CV. Tjager, I Nyoman, Antonius Alijoyo, dkk. (2003) “Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia. Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi. Ulupui, I.G.K.A. (2007). Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan Profitabilitas terhadap Return Saham). JurnaI Akuntasi dan Bisnis. Vol 2 No. 1. Januari h: 88 – 102. Wardhani, Ratna (2006). Mekanisme Corporate governance dalam Perusahaan yang Mengalami Permasalahan Keuangan (Financial Distressed Firms)” Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX. Padang, 23-26 Agustus Wiagustini. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Cetakan Pertama. Denpasar. Udayana University. Zarkasyi, Wahyudin. (2008). Good Corporate Governance pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan dan Jasa Keuangan Lainnya. Bandung. Zulkifli, A.H & F.A. Samad.2007 Corporate Governanace and Performance of Banking Firms : Evidence from Asia Emerging Markets, Advances in Financial Economics, Vol 12, p.49-74 Oxfprd : Elsevier. @JMB 2016 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive