komite audit, dewan komisaris, solvabilitas, ukuran perusahaan, dan

advertisement
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
60
KOMITE AUDIT, DEWAN KOMISARIS, SOLVABILITAS, UKURAN
PERUSAHAAN, DAN KINERJA PERUSAHAAN (STUDI PADA
PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA 20102014)
Agung Aswin Dwijayanti1, IB Raka Suardana2
ABSTRACT
Implementation of good corporate governance is good or better known as good
corporate governance is concept that emphasizes the importance of share holder rights to
obtain. Information with true, accurate and timely. In this study the issues to be discussed is
how the audit committee, board of directors, solvency, size, and performance of the
company.The research was conducted using secondary data (data obtained indirectly).
Sampling was done by purposive sampling (where samples are used it they meet specified
criteria). The number of banks sampled in accordance with the criteria the are in 20 bank
during the year 2010-2014. The method of path analysis.
Keywords : audit committee, board of directors, solvency, size, and performance of the
company
PENDAHULUAN
Pada Era Globalisasi saat ini negara-negara berkembang dituntut untuk menerapkan
sistem yang baru dan lebih baik dalam pengelolaan bisnis yang berdasarkan prinsip-prinsip
tata kelola perusahaan yang baik atau yang sering di sebut dengan good corporate
governance. Dengan adanya sistem tata kelola perusahaan yang baik maka bisnis kan lebih
mampu bersaing dengan lebih cepat berkembang karena perusahaan lebih dan adanya
pengawasan serta monitoring untuk meminimalisir kerugian. Krisis perbankan di Indonesia
bukan semata-mata diakibatkan oleh krisis ekonomi tetapi juga diakibatkan belum di
laksanakannya good corporate governance dan etika yang melandasinya (Wahyudin
Zarkasyi, 2008). Penerapan good corporate governance merupakan upaya yang sangat
signifikan untuk melepas diri dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Pengelolaan
Perusahaan (corporate governance) di bidang ekonomi merupakan yang di anggap penting
seperti yang terjadi dalam pemerintahaan Negara . Penerapan good corporate governance
pada saat ini bukan lagi sekedar kewajiban, namun telah menjadi kebutuhan bagi setiap
perusahaan (Isnanta, 200: 36 ). Good corporate governance sangat diperlukan untuk
memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan, menjadikan perusaahan yang
berumur panjang untuk kedepannya dan bisa dipercaya oleh masyarakat luas. Semenjak krisis
keuangan yang melanda Indonesia telah menghancurkan berbagai sendi perekonomian salah
satunya perbankan yang mengakibatkan krisis perbankan terparah dalam sejarah perbankan
nasional yang menyebabkan penurunan kinerja perbankan nasional (Wahyudin Zarkasyi,
2008). Good corporate governance mempunyai prinsip yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan
perusahaan dalam memberikan pertanggung jawabannya kepada stakeholder pada umumnya
(Supriyanto,2000). Good corporate governance merupakan suatu proses serta struktur yang
digunakan untuk mengarahkan sekaligus mengelola bisnis dan akuntabilitas perusahaan.
Adapun tujuan akhirnya adalah menaikan nilai saham dalam jangka waktu panjang tetapi
tetap memperhatikan berbagai kepentingan para stakeholder lainnya (Ristifani,2009)
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
61
Karena adanya beberapa masalah yang timbul akibat kurangnya mekanisme good
corporate governance maka pemerintah melalui bank Indonesia melakukan pembenahan
fundamental terhadap perbankan nasional yaitu dengan di keluarkannya API (Arsitektur
Perbankan Indonesia). Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka
dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arahan, bentuk,
dan tataan industry perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun kedepan
(Bank Indonesia, 2004) Di dalamnya terdapat enam pilar utama yang merupakan sasaran
yang ingin dicapai salah satunya adalah menciptakan corporate governance untuk
memperkuat kondisi internal perbankan nasional. Penerapan good corporate governance ini
dinilai dapat memperbaiki citra perbankan yang sempet buruk, melindungi kepentingan
stakeholders serta meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang
berlaku dan etika-etika umum pada industri perbankan dalam rangka mencitrakan sistem
perbankan yang sehat. Hal itu mengingat dalam good corporate governance terkandung lima
prinsip yang dianggap positif bagi pengelola sebuah perusahaan. Yang pertama prinsip
keterbukaan atau transparasi misalnya, bank harus memberikan informasi yang secara tepat
waktu, jelas dan akurat selain itu juga mudah di akses. Yang kedua prinsip akuntabilitas,
bank harus menetapkan tanggung jawab yang jelas dari setiap komponen organisasi selaras
dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan. Yang ketiga prinsip tanggung jawab
dimana prinsip harus dijalankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar tetap terjaga
kelangsungan usahanya, Bank pun harus mampu bertindak sebagai perusahaan yang baik.
Yang ke empat prinsip independensi bank harus mampu menghindari terjadinya dominasi
yang tidak wajar oleh stakeholders. Pengelola bank tidak boleh terpengaruh oleh kepentingan
sepihak. Yang kelima prinsip kewajaran bank harus memperhatikan kepentingan seluruh
stakeholders berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran.
Hasil survey dari world bank mengenai penerapan prinsip Good Corporate
Governance di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa penerapan hukum dan peraturan
perundangan perlu diperkuat dan saksi yang dianggap belum terlalu efektif dalam mengatasi
pelanggaran yang terjadi dalam dunia perbankan Ristifani (2009). Untuk itu diharapkan
penerapan prinsip Good Corporate Governance di perusahaan perbankan harus mengikuti
prinsip Good Corporate Governance secara total dan mutlak yang telah ditetapkan dalam
surat edaran kepada semua bank untuk di Indonesia, perihal pelaksanaan Good Corporate
Governance bagi bank umum No. 9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007 yang menetapkan
peraturan bank Indonesia nomer 8/4/P81/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang pelaksanaan
Good Corporate Governance bagi bank umum. Dengan adanya penerapan Good Corporate
Governance ini akan membawa pengaruh terhadap kinerja keuangan yang berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan yang lebih efektif dan efisien. Banyak pihak yang mulai berpikir
bahwa penerapan Good Corporate Governance menjadi suatu kebutuhan di dunia bisnis
sebagai barometer akuntabilitas dari suatu perusahaan. Prinsip Good Corporate Governance
diperlukan untuk mengendalikan perilaku pengelola perusahaan agar bertindak tidak hanya
menguntungkan dirinya sendiri, tetapi juga menguntungkan pemilik perusahaan, dengan kata
lain menyamakan kepentingan antara pemilik perusahan dengan pengelola perusahaan.
Pada dasarnya good corporate governance dilatarbelakangi oleh Agency Theory yang
menyatakan permasalahan, agency mucul ketika pengelolaan suatu perusahaan terpisah dari
kepentingannya. Pemilik sebagai pemasok modal perusahaan mendelegasikan wewenangnya
atas pengelolaan perusahaan kepada professional managers. Akibatnya kewenangan untuk
menggunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan sepenuhnya ada di tangan eksekutif.
Hal ini menimbulkan kemungkinan manajemen tidak bertindak yang terbaik untuk
kepentingan pemilik karena adanya perbedaan kepentingan. Hal ini akan mempengaruhi
kinerja perusahaan dan menghilangkan kepercayaan investor terhadap pengembalian atas
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
62
investasi yang telah di tanam pada perusahaan terusebut. Untuk mengatasi permasalahan
agency maka pihak perbankan melakukan pembenahan terhadap sistem tata kelola
perusahaan. Untuk mencapai good corporate governance dibutuhkan suatu mekanisme cara
kerja secara tersistem untuk memantau terhadap seluruh kebijakan yang di ambil. Mekanisme
corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas
antara pihak yang mengambil keputasan dengan baik yang melakukan kontrol dan
pengawasan terhadap keputusan tersebut Arifin (2005).
Sistem tata kelola yang baik akan berpengaruh besar terhadap tingkat keberhasilan
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Corporate governance merupakan mekanisme yang
dikembangkan dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan dan perilaku pihak
manajemen. Salah satu mekanisme good corporate governance adalah keberadaan komite
audit. Komite audit didalam perusahaan merupakan sebuah komite yang bertugas mengawasi
dan mendukung manajemen agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Komite audit
terdiri dari tiga orang lebih dari dua pertiganya merupakan anggota yang independen. Peran
dan tanggung jawab komite audit dalam segi corporate governance adalah berupa
pengawasan terhadap proses tata kelola diperusahaan memastikan bahwa manajemen sudah
melakukan hal yang kondusif bagi tercapainya tata kelola perusahaan yang baik dan
memahami semua permasalahan yang dapat mempengaruhi baik kinerja keuangan maupun
non keuangan perusahaan.
Perusahaan good corporate governance membutuhkan pihak atau kelompok untuk
memonitor implementasi kebijakan direksi, maka dari itu dewan komisaris merupakan bagian
pokok dari mekanisme corporate governance. Dewan komisaris memegang peranan penting
dalam mengarahkan strategi dan mengawasi jalannya perusahaan serta memastikan bahwa
para manajer benarbenar meningkatkan kinerja perusahaan sebagai bagian dari pencapaian
suatu tujuan perusahaan. Dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang
ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan mengawasi manajemen dalam
mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksannya akuntabilitas Sam'ani (2008).
Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua hutangnya (baik
hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek) dari harta tersebut (Hanafi, 2003).
Menurut Rachmawati solvabilitas merupakan proposi relative dari hutang terhadap total asset
mengidikasikan kondisi keuangan dari perusahaan. Proporsi yang besar dari hutang terhadap
total aktiva akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan kehatihatian dari auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Hal ini disebabkan karena
tingginya proposi dari hutang akan meningkatkan pula kerugian. Oleh karena itu perusahaan
yang memiliki kondisi keuangan yang tidak sehat cenderung biasanya dapat melakukan
kesalahan manajemen dan kecurangan. Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi seluruh kewajibannya baik itu jangka pendek maupun jangka panjang.
Semakin tinggi rasio ini, maka fleksibilitas keuangan perusahaan tersebut akan semakin
tinggi. Salah satu proksi yang dapat digunakan untuk mencari rasio solvabilitas adalah
dengan membagi Cash Flow from Operating dengan Total Liabilites. Proksi tersebut dipilih,
karena aktivitas operasi merupakan aktivitas yang setiap harinya dilakukan oleh perusahaan
untuk memperoleh pendapatan dan semua transaksi yang berkaitan dengan laba yang di
laporkan ke dalam laporan laba/rugi. Maka dari itu arus kas dari aktivitas operasi sangat
berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya. Jadi semakin
besar arus kas masuk yang diperoleh dari aktivitas operasi maka, rasio solvabilitas akan
semakin tinggi sehingga menyebabkan fleksibilitas keuangannya akan semakin tinggi pula.
Solvabilitas merupakan ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai
kegiatannya. Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank
dan efesiensi bagi pihak manajemen tersebut (Kasmir, 2012). Rasio solvabilitas adalah
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
63
analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban
jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi
likuidasi bank (Dendawijaya,2009).
Good Corporate Governance akan efektif jika didukung oleh organ perusahaan yang
menjalankan fungsi, dan tanggung jawabnya sesuai ketentuan dan untuk kepentingan
perusahaan. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Direksi, Dewan Komisaris dan
Komite Audit merupakan organ perusahaan yang membantu pelaksanaan Good Corporate
Governance. Secara umum Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada manajemen atau pengelola perusahaan dalam melaksanakan
tugasnya. Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Komisaris dapat membentuk komitekomite, salah satunya adalah Komite Audit. Menurut Alijoyo dan Subarto (2003). Komite
Audit berfungsi membantu Dewan Komisaris untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan,
meningkatkan efektivitas fungsi internal audit maupun eksternal audit, dan mengidentifikasi
hal-hal yang memerlukan Dewan Komisaris. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin
nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin
apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup.
Wardhani (2006) menyatakan bahwa sukses atau gagalnya suatu perusahaan mungkin
lebih disebabkan oleh perusahaan tersebut. Kesuksesan suatu perusahaan terutama dalam
peningkatan kinerjanya banyak ditentukan oleh krakteristik strategis dan manajerial
perusahaan tersebut. Strategi tersebut diantaranya juga mencakup strategi penerapan prinsip
Good Corporate Governance dalam perusahaan, Dalam penelitian ini kinerja perusahaan
dipandang dari sisi keuangan yang di ukur dengan Tobin's Q. Tobin's Q merupakan ukuran
penilaian yang paling banyak digunakan dalam data keuangan perusahaan.
Perusahaan yang memiliki ukuran yang lebih besar biasanya akan memiliki masalah
keagenan yang lebih besar pula sehingga diperlukan fungsi pengawasan yang lebih banyak
dengan menambah jumlah komite audit dan dewan komisaris. Ukuran perusahaan sebagai
salah satu karakteristik perusahaan telah banyak diuji dalam berbagai penelitian. Ukuran
perusahaan yang besar dapat menjadi indikasi bahwa perusahaan mempunyai komitmen yang
tinggi untuk terus memperbaiki kinerjanya sehingga pasar akan membayar lebih mahal untuk
mendapatkan sahamnya karena percaya akan mendapatkan pengembalian yang
menguntungkan dari perusahaan tersebut (Andri dan Hanung, 2007). Selain itu ukuran
perusahaan menggmbarkan kekuatan pasar dan perusahaan bersangkutan. Karena itu dalam
penelitian ini penting untuk menambahkan ukuran perusahaan. Setiap perusahaan di
Indonesia seharusnya menerapkan prinsip good corporate governance dan mengetahui
manfaatnya baik dalam jangka waktu pendek maupun dalam jangka waktu panjang. Dalam
penelitian ini good corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan perbankan yang
terdiri dan komite audit, dewan komisaris, solvabilitas dan ukuran perusahaan terhadap
kinerja perusahaan yang bersangkutan.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok masalah di atas yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap ukuran perusahaan perbankan di
Bursa Efek Indonesia
2. Untuk mengetahui pengaruh dewan komisaris terhadap ukuran perusahaan perbankan di
Bursa Efek Indonesia
3. Untuk mengetahui pengaruh solvabilitas terhadap ukuran perusahaan perbankan di Bursa
Efek Indonesia
4. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan perbankan
di Bursa Efek Indonesia
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
64
Telaah pustaka
Pengertian Good Corporate Governance
Good Corporate Governance rnerupakan sistem (input, proses, output) dan
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan
(stakeholders) dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaaris, dan
dewan direksi demi tercapainyan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance
dimasukkan untuk mengatur hubunganhubungan dan mencegah kesalahan yang
signifikandalam strategi perusahaan dan memastikan bahwa kesalahan yang terjadi dapat di
perbaiki (Wahyudin Zarkasyi, 2008). Menurut (Adrian Sutedi, 2011) Good Corporate
Governance secara definitive rnerupakan sistem yang mengendalikan dan mengatur
perusahaan untuk menciptakan dan mencapai nilai tambah untuk semua stakeholder. Ada dua
hal yang di tekankan di konsep ini, pertama pentingnya hak pemegang saham untuk
memperoleh informasi dengan benar dan tepat waktu dan kedua kewajiban perusahaaan
untuk melakukan pengungkapan secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua
informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholder.
Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
Pengertian dan konsep corporate governance dilandasi oleh teori agensi (agency teori)
dimana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa
pengelolaan dengan penuh kepatuhan terhadap berbagai peraturan dan ketentuan yang
berlaku (Solihin, 2009). Dengan adanya mekanisme corporate governance ini, maka tindakan
kecurangan yang akan dilakukan dieliminasi sehingga tidak menimbulakan kerugian pada
kedua pihak.
Manfaat Penerapan Good Corporate Governance
Corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui pemanatauan
kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dan pelaku
kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku (Gunarsih,
2003). Untuk meningkatkan akuntabilitas antara lain di perlukan auditor, komite audit, serta
remunerasi eksekutif. Good Corporate Governance memberikan kerangka acuan yang
memugkinkan pengawasan berjalan efektif sehingga tercipta mekanisme pemeriksaan dan
keseimbangan di perusahaan. Good corporate governance merupakan suatu mekanisme yang
dapat digunakan untuk memastikan bahwa pemilik modal perusahaan memperoleh
pengembalian return dari kegiatan yang dijalankan oleh manajer, atau dengan kata lain
bagaimana supplier keuangan perusahaan melakukan pengendalian terhadap manajer
(Shleifer dan Vishny, 1997). Pada penelitian ini mekanisme good corporate governance
diproksikan pada kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, dewan komisaris
independen, komite audit, dan ukuran direksi.
Agency Theory
Teori agensi (Agency Theory) merupakan dasar yang digunakan untuk membahas
Corporate Governance. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham
(shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Menurut Anthony dan
Govindarajan (2005), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent.
Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh
kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan
agent Teori agensi menunjukkan pentingnya pemisahan manajemen perusahaan dari pemilik
kepada manajer. Tujuan sistem pemisahan ini adalah untuk menciptakan efisiensi dan
efektifitas dengan menyewa agen profesional dalam mengelola perusahaan.
Komite Audit
Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar,
untuk mengerjakan pekerjaan dan tugas-tugas khusus, komite audit sangat berguna untuk
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
65
menangani masalah-masalah yang membutuhkan integrasi dan koordinasi sehingga
dimungkinkan permasalahan di suatu perusahaan dapat teratasi Kusumaning (2004).
Tanggung jawab komite audit meliputi : mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit
eksternal, dan mengamati sistem pengendalian intern. Komite audit sebagai salah satu
mekanisme corporate governace mampu mengurangi praktek manipulasi dan kecurangan
dengan menjunjung prinsip corporate governance yaitu transparasi, kesetaraan, tanggung
jawab, dan akuntabilitas yang pada prosesnya menghambat praktek kecurangan dan
manipulasi dalam perusahaan. Komite audit merupakan suatu kelompok yang sifatnya
independen atau tidak memiliki kepentingan terhadap manajemen dan diangkat secara khusus
serta memiliki pandangan antara lain bidang akuntansi dan hal-hal yang terkait dengan sistem
pengawasan internal perusahaan (Zarkasyi, 2008). Komite audit merupakan sebuah komite
yang ditunjuk oleh perusahaan sebagai penghubung antara dewan direksi dan audit eksternal,
internal auditor serta anggota independen. Komite audit ditugaskan untuk memberikan
pengawasan pada auditor perusahaan internal dan eksternal serta memastikan manajemen
tersebut melakukan tindakan korektif yang tepat secara berkala dan dapet mengontrol
kelemahan, ketidak sesuaian dengan kebijakan, hukum dan regulasi.
Tujuan komite audit membantu dewan komisaris untuk meningkatkan laporan
keuangan, mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaah perusahaan
dan meningkatkan efektivitas fungsi audit internal dan eksternal audit (Hasnati, 2003).
Komite audit adalah suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat
antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk
memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan
terutama para pemegang saham akan menggambil keputusan berdasarkan pada laporan yang
telah dibuat oleh auditor mempunyai peran penting dalam pengesahan laporan keuangan
suatu perusahaan (Sukrisno Agoes, 2012).
Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan salah satu organ perusahaan. Sebagai organ perusahaan
dewan komisaris bertugas mengawasi kegiatan perusahaan dan harus memantau efektifitas
praktik corporate governance perusahaan. Dewan komisaris sebagai organ perusahaan
bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada direksi serta mamastikan bahwa perusahaan melaksanaan Good
Corporate Governance sesuai dengan aturan. Dalam melaksanakan tugas dewan komisaris
bertangggung jawab terhadap Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pertanggungjawaban
dewan komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas pengawasan atas
pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance (Zarkasyi, 2008).
Pada intinya Dewan Komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan
mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan serta
menggagalkan keputusan yang tidak menguntungkan. Terdapat tiga elemen yang penting
yang akan mempengaruhi tingkat efektivitas dewan komisaris yaitu independensi,
kompetensi, dan komitmen. Corporate governance mengaruskan adanya dewan komisaris
dalam perusahaan yang diharapkan mampu menciptakan kesetaraan sebagai prinsip utama
dalam memperhatikan kepentingan pemegang saham (Mulyadi, 2002). Adanya organ-organ
perusahaan (Dewan Komisaris dan Direksi) merupakan bukti pengaplikasian prinsip Good
Corporate Governance dalam tatanan yang minimal. Menurut Egon Zehnder International
(2000) dalam FCGI (2002), Dewan Komisaris merupakan inti dari Corporate Governance
yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen
dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas.
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
66
Anggota Dewan Komisaris harus memenuhi syarat kemampuan dan integritas
sehingga pelaksanaan fungsi pengawasan dan pemberian nasihat untuk kepentingan
perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik. Anggota Dewan Komisaris harus memahami
dan mematuhi anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
tugasnya. Dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring
dari implementasi kebijakan direksi. Peran komisaris ini diharapkan akan meminimalisir
permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham. Oleh karena
itu dewan komisaris seharusnya dapat mengawasi kinerja dewan direksi sehingga kinerja
yang dihasilkan sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Ada dua jenis Dewan
Komisaris yaitu komisaris independen dan komisaris non-independen. Komisaris independen
merupakan komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi, sedangkan komisaris nonindependen merupakan komisaris yang terafiliasi. Zarkasyi (2008) mengatakan bahwa yang
dimaksusd dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan
kekeluargaan dengan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri.
Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban financialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya
perusahaan dilikuidasi. Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut
mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutang nya
begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk
membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable. (Syafri, 2008) menyatakan
bahwa Rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewjiban jangka panjangnya/ kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di
likuidasi. Menurut Rachmawati solvabilitas merupakan proposi relative dari hutang terhadap
total asset mengidikasikan kondisi keuangan dari perusahaan. Proporsi yang besar dari hutang
terhadap total aktiva akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan
kehati-hatian dari auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Hal ini disebabkan
karena tingginya proposi dari hutang akan meningkatkan pula kerugian. Oleh karena itu
perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang tidak sehat cenderung biasanya dapat
melakukan kesalahan manajemen dan kecurangan. Solvabilitas merupakan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya baik itu jangka pendek maupun jangka
panjang. Semakin tinggi rasio ini, maka fleksibilitas keuangan perusahaan tersebut akan
semakin tinggi. Salah satu proksi yang dapat digunakan untuk mencari rasio solvabilitas
adalah dengan membagi Cash Flow from Operating dengan Total Liabilites (Riyanto,2001).
Produksi tersebut dipilih, karena aktivitas operasi merupakan aktivitas yang setiap harinya
dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh pendapatan dan semua transaksi yang
berkaitan dengan laba yang di laporkan ke dalam laporan laba/rugi. Maka dari itu arus kas
dari aktivitas operasi sangat berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajibannya. Jadi semakin besar arus kas masuk yang diperoleh dari aktivitas operasi maka,
rasio solvabilitas akan semakin tinggi sehingga menyebabkan fleksibilitas keuangannya akan
semakin tinggi pula. Solvabilitas merupakan ukuran kemampuan bank mencari sumber dana
untuk membiayai kegiatannya. Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat ukur untuk
melihat kekayaan bank dan efesiensi bagi pihak manajemen tersebut (Kasmir, 2008).
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahan adalah skala dimana dapat digolongkan besar kecilnya perusahaan
menurut berbagai cara. Besar ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva
penjualan dan kapitalisasi pasar. Karena semakin besar total aktiva penjualan dan kapitalisasi
pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaaan. Menurut Ulupui (2007) ukuran
perusahaan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Laba merupakan
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
67
indikator kinerja suatu entitas. Ukuran perusahaan yang besar dapat menjadi indikasi bahwa
perusahaan mempunyai komitmen yang tinggi untuk terus memperbaiki kinerjanya, sehingga
pasar akan mau membayar lebih mahal untuk mendapatkan sahamnya karena akan
mendapatkan pengambilan yang menguntungkan dari perusahaan tersebut (Andri dan
Hanung, 2007). Selain itu menurut Eddy dan Pratana (2004) ukuran perusahaan memiliki
pengaruh positif terhadap Tobin's Q. Hubungan positif ini disebabkan perusahaan dengan
ukuran yang lebih besar memiliki dana yang lebih banyak untuk menciptkan peluang
pertumbuhan sehingga berdampak pada peningkatan kinerja pasar.
Ukuran perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva penjualan atau
modal dari perusahaan. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan
adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam
tahap ini arus kas perusahaan sudah dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka
waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relative lebih stabil
dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan perusahaan dengan total asset (Ninna dan
Suhairi, 2006). Dimana perusahaan dengan ukuran aktiva besar memiliki kinerja yang lebih
baik dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai jumlah aktiva yang lebih kecil.
Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat
mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Sucipto, 2003). Kinerja
perusahaan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun
karena kinerja merupakan cermin dari kemampuan perusahaan dalam menjelaskan
operasionalnya. Kinerja dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan
perusahaan, tingkat pencapaiannya misi perusahaan dan tingkat pencapaiannya pelaksanaan
tugas secara aktual. Kinerja juga dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan
dalam suatu perusahaan tersebut. Penilaian kinerja perusahaan merupakan suatu kegitan yang
sangat penting karena berdasarkan hasil penilaian keberhasilan perusahaan selama satu
periode tertentu dapat diketahui dan dengan demikian hasil penilaian tersebut dipergunakan
sebagai pedoman bagi usaha perbaikan maupun peningkatan kinerja selanjutnya (Sugiyarso
dan Winarni, 2005).
Salah satu altematif yang digunakan dalam mengukur kinerja perusahaan adalah
dengan menggunakan Tobin's Q. Rasio ini merupakan konsep yang sangat penting karena
menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini nilai hasil pengembalian dari setiap dolar
investasi internal. Pada umumnya kinerja perusahaan diukur melalui informasi financial dan
non financial seperti kepuasan pelanggan (kualitas barang), internal bisnis (tidak menigikan
tetapi menguntungkan) serta inovasi dan pembelajaran manajemen (bagaimana pelayanan
terhadap pelanggan). Rasio Tobin's Q dapat mendektesi prospek pertumbuhan dengan baik.
Semakin besar nilai rasio Tobin's Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek
pertumbuhan yang baik pula.
Pengaruh komite audit terhadap ukuran perusahaan
Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar,
untuk mengerjakan pekerjaan dan tugas-tugas khusus, komite audit sangat berguna untuk
menangani masalah-masalah yang membutuhkan integrasi dan koordinasi sehingga
dimungkinkan permasalahan di suatu perusahaan dapat teratasi (Kusumaning, 2004). Komite
audit merupakan suatu kelompok yang sifatnya independen atau tidak memiliki kepentingan
terhadap manajemen dan diangkat secara khusus serta memiliki pandangan antara lain bidang
akuntansi dan hal-hal yang terkait dengan sistem pengawasan internal perusahaan (Zarkasyi,
2008).
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
68
Sam'ani (2008) menyebutkan bahwa jumlah audit berpengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan dan komite audit mempunyai peran yang penting dan strategis dalam hal
memelihara kredibilitas proses penyususnan laporan keuangan seperti halnya manjaga
terciptnya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakanya tata kelola
yang baik. Dengan berjalannya fungsi komite audit secara efektif maka control terhadap
perusahaan akan lebih baik sehingga konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan
manajemen untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri dapat diminimalisasi.
Menurut Sam'ani (2008) komite audit meningkatkan integritas dan kredibilitas
pelaporan keuangan melalui :
a. Pengawasan atas proses pelaporan termasuk sistem pengendalian internal dan
penggunaan prinsip akuntansi secara umum
b. Mengawasi proses audit secara keseluruhan. Hasilnya mengindikasikan bahwa adanya
komite audit memiliki konsekuensi pada laporan keuangan yaitu : (1) Berkurangnya
pengukuran akuntansi yang tidak tepat, (2) Berkurangnya pengungkapan akuntansi yang
tidak tepat, (3) Berkurangnya tindakan manajemen dan tindakan illegal.
Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Ukuran Perusahaan
Dewan komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan,
terutama dalam pelaksanaan Good Corporate Governance. Pertanggungjawaban dewan
komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan akunntabilitas pengawasan atas pengelolaan
perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip-prinsip Good corporate governance (Zarkasyi,
2008).
Menurut Lastanti (2004) dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance
yang di tugaskan untuk menajamin pelaksaan strategi perusahaan. Mengawasi manajemen
dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Pada intinya
dewan komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan memberikan petunjuk atau
arahan pada pengelola perusahaan. Mengingat manajemen yang bertanggung jawab untuk
meningkatkan efesinsi dan daya saing perusahaan sedangkan dewan komisaris bertanggung
jawab untuk mengawasi manajemen, maka dari itu dewan komisaris merupakan pusat
ketahanan dan kesuksesaan perusahaan. Semakin banyak anggota dewan komisaris maka
pengawasan terhadap dewan direksi jauh lebih baik, masukan atau opsi yang akan di dapat
direksi akan jauh lebih baik.
Pengaruh Solvabilitas terhadap Ukuran Perusahaan
Solvabilitas diukur dengan perbandingan antara total aktiva dengan total hutang
ukuran tersebut mensyaratkan agar perusahaan mampu memenuhi semua kewajibannnya baik
kewajibanjangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Perusahaan dapat dikatakan
dalam kondisi ideal atau stabil apabila perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dan juga dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Analisis Solvabilitas
memiliki beberapa tujuan yaitu untuk mengetahui apakah kekayaan perusahaan mampu untuk
mendukung kegiataan perusahaan.
(Syafri, 2008) menyatakan bahwa Rasio solvabilitas adalah rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya/
kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi. Menurut Rachmawati solvabilitas
merupakan proposi relative dari hutang terhadap total asset mengidikasikan kondisi keuangan
dari perusahaan. Proporsi yang besar dari hutang terhadap total aktiva akan meningkatkan
kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan kehati-hatian dari auditor terhadap laporan
keuangan yang akan diaudit.
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
69
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan
Ukuran perusahan adalah skala dimana dapat digolongkan besar kecilnya perusahaan
menurut berbagai cara. Besar ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva
penjualan dan kapitalisasi pasar. Karena semakin besar total aktiva penjualan dan kapitalisasi
pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaaan. Menurut Ulupui (2007) ukuran
perusahaan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Laba merupakan
indikator kinerja suatu entitas.
Ukuran perusahaan yang besar dapat menajdi indikasi bahwa perusahaan memptmyai
komitmen yang tinggi untuk terns memperbaiki kinerjanya, sehingga pasar akan mau
mabayar lebih mahal untuk mendapatkan sahamnya karena akan mendapatkan pengembalian
yang menguntungkan dari perusahaan tersebut (Andri dan Hanung, 2007). Ukuran
perusahaan akan mempengaruhi kinerja perusahaan terutama kinerja pasarnya. Eddy dan
Pratana (2004) menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap
Tobin's Q. Hubungan positif ini disebabkan perusahaan dengan ukuran yang lebih besar
memiliki dana yang lebih banyak untuk menciptakan peluang pertumbuhan sehingga
berdampak pada peningkatan kinerja pasar. Ukuran perusahaan merupakan hal yang penting
dalam proses pelaporan keuangan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan
melihat seberapa besar asset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Asset yang dimiliki
perusahaan ini menggambarkan hak dan kewajiban serta permodalan perusahaan. Perusahaan
dengan asset yang besar biasanya akan mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat. Hal ini
menyebabkan perusahaan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangannya.
Perusahaan diharapkan selalu menjaga stabilitas kinerja keuangan perusahaan.
HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebelumnya maka hipotesis yang di ajukan
dalam penelitian ini yaitu :
H1 : Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap ukuran perusahaan
H2 : Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap ukuran perusahaan
H3 : Solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap ukuran perusahaan
H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan
METODE
Lokasi penelitian dilakukan di seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar dalam
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengakses website BEI yaitu www.bei.co.id atau
www.idx.co.id Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan tahunannya di website Bursa
Efek Indonesia secara konsisten pada tahun 2010-2014. Kriteria yang digunakan dalam
penelitian sampel adalah bank yang melakukan pengungkapan informasi mengenai komite
audit, dewan komisaris dalam laporan tahunannya. Berdasarkan data dari Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2010-2014 populasi perusahaan perbankan sebanyak 32, namun
berdasarkan kriteria sampel diatas maka dalam penelitian ini hanya digunakan sampel
sebanyak 20 nama perusahaan perbankan di Indonesia. Untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah path analysis dengan program
AMOS versi 20.
HASIL
Deskripsi Data Penelitian
Data yang diperoleh dari hasil analisa deskriptif, menunjukkan nilai tertinggi
(maximum), nilai terendah (minimum), rata-rata (mean) dan standar deviasi dari setiap
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
70
variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini ditampilkan karakteristik sampel yang akan
digunakan antara lain : jumlah sampel (N), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai
minimum serta standar deviasi (σ) untuk masing-masing variabel seperti pada tabel 5.1
berikut :
Tabel 1 : Deskripsi Data Penelitian Descriptive Statistics
N
Statistic
Komite Audit
Dewan Komisaris
Solvabilitas
Ukuran Perusahaan
Kinerja Perusahaan
Valid N (listwise)
100
100
100
100
100
100
Minimum Maximum
Statistic Statistic
1
2
4.080
12.980
.020
Mean
Std. Deviation
Statistic Std. Error
Statistic
6
3.01
9
4.95
15.620 9.08075
22.823 17.12707
4.767
.77743
.112
.159
.270448
.188760
.089623
1.124
1.585
2.704481
1.887596
.896231
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 100 data, yang diperoleh dari 20 jumlah bank yang digunakan sampel selama 5
tahun yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
Data komite audit terendah (minimum) adalah 1, sedangkan tertinggi (maksimum)
adalah sebesar 6. Kemudian untuk rata-rata komite audit sebesar 3,01. Rata-rata komite
audit selama periode penelitian adalah sebesar 3,01 selama 5 tahun dari 20 perusahaan
perbankan yang diteliti. Hal ini menunjukan berdasarkan nilai rata-ratanya dapat
disimpulkan bahwa perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki komite
audit sebanyak 3,01.
Data dewan komisaris terendah (minimum) adalah 2, sedangkan tertinggi
(maksimum) adalah sebesar 9. Kemudian untuk rata-rata dewan komisaris sebesar 4,95.
Rata-rata dewan komisaris selama periode penelitian adalah sebesar4,95 selama 5 tahun
dari 20 perusahaan perbankan yang diteliti. Hal ini menunjukan berdasarkan nilai rataratanya dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
memiliki dewan komisaris sebanyak 3,01.
Rasio solvabilitas diperoleh rata-rata sebesar 9,08075% dengan nilai terendah
(minimum) sebesar 4,080% dan tertinggi (maksimum) sebesar 15,620%, sementara untuk
nilai standart deviasinya sebesar 2,704481%. Dalam hal ini simpangan data bisa dikatakan
kurang baik karena nilai rata-rata lebih kecil dari standart deviasi. Ini artinya perbedaan rasio
solvabilitas antara perusahaan perbankan yang dipakai sampel cukup tinggi.
Rata-rata ukuran perusahaan sebesar 9,08075%, sementara nilai standart deviasi atau
penyebaran dari variabel ukuran perusahaan adalah sebesar 1,887596% selama 5 tahun pada
20 perusahaan perbankan yang diteliti. Hal ini menunjukan berdasarkan nilai rata-ratanya
dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini mampu
menunjukan peningkatan ukuran perusahaan.
Rasio kinerja perusahaan diperoleh rata-rata sebesar 0,77743% dengan nilai terendah
(minimum) sebesar 0,020% dan tertinggi (maksimum) sebesar 4,767% . Sementara untuk
nilai standart deviasinya sebesar 0,896231 masih lebih besar dari nilai mean-nya yaitu
sebesar 0,77743%. Dengan demikian simpangan data pada variabel kinerja perusahaan pada
penelitian ini dapat dikatakan kurang baik, menunjukan bahwa nilai kinerja keuangan
perusahaan sampel selama periode pengamatan sangat berfluktuatif dan bervariasi. Rata-rata
perusahaan yang mempunyai kinerja perusahaan yang tinggi cukup jauh dengan rata-rata
antara perusahaan yang mempunyai rasio kinerja keuangan yang rendah.
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
71
Standar deviasi (σ) menunjukkan seberapa jauh kemungkinan nilai yang diperoleh
menyimpang dari nilai yang diharapkan, dalam hal ini variabel komite audit, dewan
komisaris, solvabilitas, ukuran perusahaan, dan kinerja perusahaan. Semakin besar nilai
standart deviasi maka semakin besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang
diharapkan. Dalam kasus seperti ini, di mana nilai mean masing-masing variabel lebih kecil
dari pada standart deviasinya.
Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan kriteria nilai kritis sebesar
+ 2,58 pada tingkat signifikan 0,05. Dengan demikian, apabila nilai kritis dari hasil penelitian
ini lebih besar dari kriteria nilai kritis tersebut, maka dapat diduga bahwa distribusi data
adalah tidak normal. Uji normalitas univariate dan multivariate data perhitungan path
analysis pada assessment of normality disajikan pada Tabel 2, sebagai berikut ini.
Tabel 2 : Pengujian Normalitas Data Model Penelitian
Variable
X2
X1
X3
Y
Z
Multivariate
min
2.000
1.000
4.080
12.980
.020
max
9.000
6.000
15.620
22.823
4.767
skew
.587
.453
.167
.211
2.834
c.r.
2.397
1.848
.683
.862
1.569
kurtosis
-.415
.165
-.334
-.500
8.186
5.094
c.r.
-.848
.336
-.683
-1.020
1.711
3.044
Tabel 2 menunjukkan variabel komite audit, dewan komisaris, solvabilitas, ukuran
perusahaan, dan kinerja perusahaan berdistri busi normal.
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
72
Hasil Path Anlysis
Hasil dari analisis data dengan path analysis ditampilkan seperti gambar berikut ini.
Gambar 1 : Path Analysis
Komite Audit, Dewan Komisaris, Dan Solvabilitas, Terhadap Ukuran Perusahaan, Dan Kinerja Perusahaan
Pengujian model dilakukan menggunakan koefisien regresi (regression weight) untuk
variabel komite audit, dewan komisaris, dan solvabilitas, terhadap ukuran perusahaan, dan
kinerja perusahaan melalui tabel output seperti yang disajikan pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3 : Model Pengukuran Struktural Unstandardized dan Standardized Regression Weight
Y
Y
Y
Z
<--<--<--<---
X3
X1
X2
Y
Unstandardized
Estimate
.396
.140
.343
.676
Standardized
Estimate
.414
.148
.392
.873
S.E.
.076
.080
.085
.038
C.R.
P
Ket
5.191 *** Signifikan
2.750 .040 Signifikan
4.031 *** Signifikan
17.804 *** Signifikan
Berdasarkan hasil analisis dengan path analysis seperti pada tabel 3 di atas, maka
diuraikan seperti berikut ini.
1. Pengaruh variabel Komite Audit (X1) terhadap ukuran perusahaan (Y) memiliki
standardized estimate (regression weight) sebesar 0,148, dengan CR (Critical Ratio =
identik dengan nilai t-hitung) sebesar 2,750 pada probability 0,040. Nilai CR 2,750 >
2,000 dan probability 0,140 < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel Komite Audit
(X1) terhadap Ukuran Perusahaan (Y) adalah signifikan.
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
2.
3.
4.
73
Pengaruh variabel Dewan Komisaris (X2) terhadap ukuran perusahaan (Y) memiliki
standardized estimate (regression weight) sebesar 0,392, dengan CR (Critical Ratio =
identik dengan nilai t-hitung) sebesar 4,031 pada probability *** (<0,001). Nilai CR
4,031 > 2,000 dan probability *** < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel Dewan
Komisaris (X2) terhadap Ukuran Perusahaan (Y) adalah signifikan.
Pengaruh variabel Solvabilitas (X3) terhadap ukuran perusahaan (Y) memiliki
standardized estimate (regression weight) sebesar 0,414, dengan CR (Critical Ratio =
identik dengan nilai t-hitung) sebesar 5,191 pada probability *** (<0,001). Nilai CR
5,191 > 2,000 dan probability *** < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel
Solvabilitas (X3) terhadap Ukuran Perusahaan (Y) adalah signifikan.
Pengaruh variabel Ukuran Perusahaan (Y) terhadap Kinerja Perusahaan (Z) memiliki
standardized estimate (regression weight) sebesar 0,873, dengan CR (Critical Ratio =
identik dengan nilai t-hitung) sebesar 17,804 pada probability *** (<0,001). Nilai CR
17,804 > 2,000 dan probability *** < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel
Ukuran Perusahaan (Y) terhadap Kinerja Perusahaan (Z) adalah signifikan.
Analisis Goodness of Fit
Berdasarkan hasil uji evaluasi model dengan kriteria uji, Chi-square, Sig. Probability, GFI,
TLI, seperti tabel berikut ini.
Tabel 4 : Evaluasi Uji Model
Goodness of Fit Index
Chi-square
Sig. Probability
GFI
CFI
TLI
Cut-of Value
Kecil ≤ 67,505
> 0,05
≥ 0,90
≥ 0,90
≥ 0,90
Hasil Model
24,612
0,000
0,919
0,976
0,871
Keterangan
Baik
Kurang Baik
Baik
Baik
Kurang Baik
Hasil pengujian model di atas menunjukkan bahwa model dapat diterima dengan baik,
karena memiliki uji model yang baik. Oleh karena itu pengujian hipotesis kausalitas dapat
dilakukan model ini.
Analisis Model Pengukuran dengan Determinasi
Analisis model pengukuran dengan determinasi digunakan untuk mengetahui
besarnya sumbangan variabel Komite Audit (X1), Dewan Komisaris (X2) dan Solvabilitas
(X3) terhadap Ukuran Perusahaan (Y) dan pengaruh Komite Audit (X1), Dewan Komisaris
(X2), Solvabilitas (X3) dan Ukuran Perusahaan (Y) terhadap Kinerja Perusahaan (Z). Untuk
itu, digunakan Square Multiple Correlation seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 5 : Squared Multiple Correlations: (Group number 1 – Default model)
Y
X
Estimate
.804
.762
Square Multiple Correlation Komite Audit (X1), Dewan Komisaris (X2) Solvabilitas
(X3) terhadap Ukuran Perusahaan (Y) sebesar 0,804 serta Komite Audit (X1), Dewan
Komisaris (X2), Solvabilitas (X3) dan Ukuran Perusahaan (Y) terhadap Kinerja Perusahaan
(Z) sebesar 0,762 sebagaimana terlihat pada Tabel 5.5 di atas. Menurut Ferdinand (2002:114)
nilai square multiple correlation identik dengan R2 pada SPSS. Besarnya koefisien
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
74
determinasi (D) adalah nilai square multiple correlation kali 100% = 0,804 x 100% = 80,4%
dan 0,762 x 100% = 76,2%.
PEMBAHASAN
Pengaruh komite audit terhadap ukuran perusahaan
Diterimanya hipotesis pertama yang menyatakan komite audit berpengaruh signifikan
terhadap ukuran perusahaan, artinya bahwa semakin baik komite audit maka semakin baik
baik ukuran perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Kusumaning (2004)
yang menyatakan bahwa Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok
yang lebih besar, untuk mengerjakan pekerjaan dan tugas-tugas khusus, komite audit sangat
berguna untuk menangani masalah-masalah yang membutuhkan integrasi dan koordinasi
sehingga dimungkinkan permasalahan di suatu perusahaan dapat teratasi. Komite audit
merupakan suatu kelompok yang sifatnya independen atau tidak memiliki kepentingan
terhadap manajemen dan diangkat secara khusus serta memiliki pandangan antara lain bidang
akuntansi dan hal-hal yang terkait dengan sistem pengawasan internal perusahaan (Zarkasyi,
2008).
Sam'ani (2008) menyebutkan bahwa jumlah audit berpengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan dan komite audit mempunyai peran yang penting dan strategis dalam hal
memelihara kredibilitas proses penyususnan laporan keuangan seperti halnya manjaga
terciptnya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakanya tata kelola
yang baik. Dengan berjalannya fungsi komite audit secara efektif maka control terhadap
perusahaan akan lebih baik sehingga konflik keagenan yang terjadi akibat keinginan
manajemen untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri dapat diminimalisasi.
Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Ukuran Perusahaan
Diterima hipotesis kedua yang menyatakan dean komisaris berpengaruh signifikan
terhadap ukuran perusahaan, artinya bahwa semakin baik dewan komisaris maka semakin
baik pula ukuran perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Zarkasyi (2008) yang
menyatakan bahwa Dewan komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam
perusahaan, terutama dalam pelaksanaan Good Corporate Governance. Pertanggungjawaban
dewan komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan akunntabilitas pengawasan atas
pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip-prinsip Good corporate
governance.
Menurut Lastanti (2004) dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance
yang di tugaskan untuk menajamin pelaksaan strategi perusahaan. Mengawasi manajemen
dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Pada intinya
dewan komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan memberikan petunjuk atau
arahan pada pengelola perusahaan. Mengingat manajemen yang bertanggung jawab untuk
meningkatkan efesinsi dan daya saing perusahaan sedangkan dewan komisaris bertanggung
jawab untuk mengawasi manajemen, maka dari itu dewan komisaris merupakan pusat
ketahanan dan kesuksesaan perusahaan. Semakin banyak anggota dewan komisaris maka
pengawasan terhadap dewan direksi jauh lebih baik, masukan atau opsi yang akan di dapat
direksi akan jauh lebih baik.
Pengaruh solvabilitas terhadap ukuran perusahaan
Diterimanya hipotesis ketiga yang menyatakan solvabilitas berpengaruh signifikan
terhadap ukuran perusahaan, artinya bahwa semakin baik solvabilitas maka semakin baik
ukuran perusahaan. Solvabilitas diukur dengan perbandingan antara total aktiva dengan total
hutang ukuran tersebut mensyaratkan agar perusahaan mampu memenuhi semua
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
75
kewajibannnya baik kewajibanjangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Perusahaan
dapat dikatakan dalam kondisi ideal atau stabil apabila perusahaan dapat memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dan juga dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
Analisis Solvabilitas memiliki beberapa tujuan yaitu untuk mengetahui apakah kekayaan
perusahaan mampu untuk mendukung kegiataan perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Syafri (2008) yang menyatakan bahwa
Rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjangnya/ kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di
likuidasi. Menurut Rachmawati solvabilitas merupakan proposi relative dari hutang terhadap
total asset mengidikasikan kondisi keuangan dari perusahaan. Proporsi yang besar dari hutang
terhadap total aktiva akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat meningkatkan
kehati-hatian dari auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit.
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan
Diterimanya hipotesis keempat yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan, artinya bahwa semakin baik ukuran perusahaan, maka semakin
baik kinerja perusahaan. Ukuran perusahan adalah skala dimana dapat digolongkan besar
kecilnya perusahaan menurut berbagai cara. Besar ukuran perusahaan dapat dinyatakan
dalam total aktiva penjualan dan kapitalisasi pasar. Karena semakin besar total aktiva
penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaaan. Menurut
Ulupui (2007) ukuran perusahaan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba. Laba merupakan indikator kinerja suatu entitas.
Ukuran perusahaan yang besar dapat menajdi indikasi bahwa perusahaan mempunyai
komitmen yang tinggi untuk terus memperbaiki kinerjanya, sehingga pasar akan mau
membayar lebih mahal untuk mendapatkan sahamnya karena akan mendapatkan
pengembalian yang menguntungkan dari perusahaan tersebut (Andri dan Hanung, 2007).
Ukuran perusahaan akan mempengaruhi kinerja perusahaan terutama kinerja pasarnya. Eddy
dan Pratana (2004) menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif
terhadap Tobin's Q. Hubungan positif ini disebabkan perusahaan dengan ukuran yang lebih
besar memiliki dana yang lebih banyak untuk menciptakan peluang pertumbuhan sehingga
berdampak pada peningkatan kinerja pasar. Ukuran perusahaan merupakan hal yang penting
dalam proses pelaporan keuangan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan
melihat seberapa besar asset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Asset yang dimiliki
perusahaan ini menggambarkan hak dan kewajiban serta permodalan perusahaan. Perusahaan
dengan asset yang besar biasanya akan mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat. Hal ini
menyebabkan perusahaan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangannya.
Perusahaan diharapkan selalu menjaga stabilitas kinerja keuangan perusahaan.
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan:
1. Pengaruh variabel Komite Audit (X1) terhadap ukuran perusahaan (Y) memiliki
standardized estimate (regression weight) sebesar 0,148, dengan CR (Critical Ratio =
identik dengan nilai t-hitung) sebesar 2,750 pada probability 0,040. Nilai CR 2,750 >
2,000 dan probability 0,140 < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel Komite Audit
(X1) terhadap Ukuran Perusahaan (Y) adalah signifikan.
2. Pengaruh variabel Dewan Komisaris (X2) terhadap ukuran perusahaan (Y) memiliki
standardized estimate (regression weight) sebesar 0,392, dengan CR (Critical Ratio =
identik dengan nilai t-hitung) sebesar 4,031 pada probability *** (<0,001). Nilai CR
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
3.
4.
76
4,031 > 2,000 dan probability *** < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel Dewan
Komisaris (X2) terhadap Ukuran Perusahaan (Y) adalah signifikan.
Pengaruh variabel Solvabilitas (X3) terhadap ukuran perusahaan (Y) memiliki
standardized estimate (regression weight) sebesar 0,414, dengan CR (Critical Ratio =
identik dengan nilai t-hitung) sebesar 5,191 pada probability *** (<0,001). Nilai CR
5,191 > 2,000 dan probability *** < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel
Solvabilitas (X3) terhadap Ukuran Perusahaan (Y) adalah signifikan.
Pengaruh variabel Ukuran Perusahaan (Y) terhadap Kinerja Perusahaan (Z) memiliki
standardized estimate (regression weight) sebesar 0,873, dengan CR (Critical Ratio =
identik dengan nilai t-hitung) sebesar 17,804 pada probability *** (<0,001). Nilai CR
17,804 > 2,000 dan probability *** < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel
Ukuran Perusahaan (Y) terhadap Kinerja Perusahaan (Z) adalah signifikan.
Saran
Dari analisa data yang telah dilakukan, berdasarkan kesimpulan, peneliti mencoba
untuk memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi para investor dan calon investor yang ingin berinvestasi dalam bentuk saham di
sektor perbankan, hendaknya mempertimbangkan faktor fundamental dan psikologis
pasar saham secara umum di Indonesia.
2. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya tidak hanya terbatas pada satu industri saja, tetapi
keseluruhan industri yang ada di Bursa Efek Indonesia sehingga dapat diketahui
perbedaan pengaruh ukuran perusahaan dan kinerja perusahaan.
3. Untuk peneliti selanjutnya hendaknya meneliti variabel diluar komite audit, dewan
komisaris dan solvabilitas yang bisa mempengaruhi ukuran dan kinerja perusahaan, atau
menambah variabel dari variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Augusty, Ferdinand. 2006. Metodologi Penelitian Manajemen. Edisi . Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponogoro.
Andri Rahcmawati dan Hanung Triatmoko (2007). “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi
(SNA) X Makasar. 26-28 Juli.
Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan. 2005. “Penerapan Good Corporate Governance
Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha”. Jakarta Kencana.
Arifin, Zaenal. 2005. “Hubungan antara Corporate Governance dan Variabel Pengurangan
Masalah Agensi” . Jurnal Siasat Bisnis. Vol. 1, No. 10, Juni 2005, Hal. 39-55.
Bathala. C.T. et al. 1994. “Managerial Ownership, Debt Policy and the Impact of Holdings :
an Agency Perspektive. Financial Management” . Vol. 23, No. 3. Autumn.
Dendawijaya, Lukman. (2009). “ Manajemen Perbankan”. Jakarta : Ghalia Indonesia
Eddy Suranta dan Pratana Puspa Midiastuti (2004). “Analisis Hubungan Struktur
Kepemilikan Manajerial, Nilai Perusahaan dan Investasi dengan Model Persamaan
Linear Simultan” . Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 6(1), Januari:11:54-56.
Ersenhardt,
K.M.
(1989).
“Penelitian
Studi
Kasus
(online)”.
Tersedia
http//www.skripsimahasiswa.blogspot.com// (2 April 2008).
Forum for Corporate governance in Indonesia (FCGI). (2002). “Tata Kelola Perusahaan
(Corporate Governance). Jilid II “Peranan Dewan Komisari dan Komite Audit dalam
Melaksanakan Corporate governance (Tata Kelola Perusahaan)”. Diambil dari
http://www.cic-fcgi .org /news /files/FCG1 Booklet_Il.pdf.
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
77
Forum for Corporate governance in Indonesia (FCGI). (2002). “Tata Kelola Perusahaan
(Corporate Governance). the Essence of Corporate Governance: Konsep dan
Implementasi Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia”. Jakarta: Yayasan
Pendidikan Pasar Modal Indonesia dan Sinergy Communication.
Gunarsih, Tri (2003). “Good Corporate Governance Sebagai Prakondisi Memasuki Pasar
Global”. Makalah KIPNAS VIII 9-11 September.
Gunarsih, Tri. 2003. “Struktur Kepemilikan Sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate
Governance”. Kompak Nomor 8.
Hanafi, Mahmud H.Halim, (2003). “Analisis Laporan Keuangan”.Yogyakarta : UPP-AMP
YKPN
Jensen, Michael C. dan Meckling William H. 1976. “Theory of The Firm : Managerial
Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics
3. Hal. 305-360.
Kasmir,” Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi ke Tujuh, Jakarta : PT. Raja
Grafindo,2008.
Kusmaning, Linda. 2004. “Analisis Pengaruh Proposi Dewan Komisaris dan Keberadaan
Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba pada Perusahaan Publik di
Indonesia”. Tesis Universitas Gajah Mada.
Lastanti, Hexana Sri. 2004. “Hubungan Struktur Corporate Governance dengan Kinerja
Perusahaan dan Reaksi Pasar,” Konferensi Nasional Akuntansi: Peran Akuntan dalam
Membangun Good Corporate Governance.
Ninna Daniati dan Suhairi (2006). “Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus
Kas, Laba Kotor, dan Sise Perusahaan terhadap Expected Return Saham”. Simposium
Nasional Akuntansi (SNA) IX. Padang. 23-26 Agustus
Nugroho, Ahmadi. 2011. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intellectual Capital Disclosure
(ICD)”. Accounting Analysis Journal. Vol. 1, No. 2.
Ristifani 2009 “Analisis Implementasi Prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan
Hubungan terhadap Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk” Fakultas
Ekonomi Universitas Gunadarma.
Sam'ani, 2008, “Pengaruh Good Corporate Governanace dan Leverage Terhadap Kinerja
Keuanagn pada Perbankan di Bursa Efek Indonesia tahun 20042007, Universitas
Diponogoro
Siallagan. Hamonongan dan Mas'ud Machfoedz (2006). “Mekanisme Corporate Governance,
Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi (SIVA) IX.
Padang, 23-26 Agustus.
Solihin, Ismail. 2009. “Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability”.
Salemba Empat. Jakarta.
Sucipto. 2003. Penelitian Kinerja Keuangan. http://digilib.usu.ac.td/download/ fe/akuntansi.
Sucipto.Pdf. 21 Juni 2014.
Sugiyarso, G. dan F. Winami. (2005). Manajemen Keuangan: Pemahaman Laporan
Keuangan: Pengelolaan Aktiva, Kewajiban dan Modal serta Pengukuran Kinerja
Perusahaan, Yogyakarta: Media Pressindo.
Sugiyono. (2007). (2007). Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ketiga. Bandung: Alfabeta
Sukamulja, Sukmawati. 2004, “Good Corporate Governance di Sektor Keuangan : Dampak
Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan”. Vo1.8.No.1 . Juni 2004.
Hal 1-25.
Sukrisno, Agoes. 2006. Auditing Jilid I. Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Suranta, Eddy.,P. Midiastuty. 2004 “ Pengaruh Good Corporate Governance
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 3 Juni 2016
78
Surya, Indra dan Ivan Yustiavanda (2006). Penerapan Good Corporate Governance:
Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha. Jakarta: Prenada
Media Group.
Sutedi, Adrian. 2011. Good Corporate Governance, Ed. 1, Cet. 1 Januari 2011, Hal. 13 – 28.
Sutedi, Adrian. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Edisi ke 10. Bandung. Alfabeta CV.
Tjager, I Nyoman, Antonius Alijoyo, dkk. (2003) “Corporate Governance: Tantangan dan
Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia. Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi.
Ulupui, I.G.K.A. (2007). Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan
Profitabilitas terhadap Return Saham). JurnaI Akuntasi dan Bisnis. Vol 2 No. 1.
Januari h: 88 – 102.
Wardhani, Ratna (2006). Mekanisme Corporate governance dalam Perusahaan yang
Mengalami Permasalahan Keuangan (Financial Distressed Firms)” Simposium
Nasional Akuntansi (SNA) IX. Padang, 23-26 Agustus
Wiagustini. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Cetakan Pertama. Denpasar. Udayana
University.
Zarkasyi, Wahyudin. (2008). Good Corporate Governance pada Badan Usaha Manufaktur,
Perbankan dan Jasa Keuangan Lainnya. Bandung.
Zulkifli, A.H & F.A. Samad.2007 Corporate Governanace and Performance of Banking
Firms : Evidence from Asia Emerging Markets, Advances in Financial Economics,
Vol 12, p.49-74 Oxfprd : Elsevier.
@JMB 2016
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Download