pengaruh good corporate governance dan

advertisement
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN
LEVERAGE KEUANGAN TERHADAP MANAJEMEN LABA
PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
SUBHAN, SE. MA.
Universitas Madura
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme Good
Corporate Governance (kepemilikan institusi, ukuran dewan komisaris, komposisi
komisaris independen, dan ukuran dewan direksi) serta leverage keuangan
terhadap manajemen laba yang diproksikan dengan diskresionari akrual. Populasi
penelitian adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2009-2010.
Sampel penelitian berjumlah 20 perusahaan perbankan yang sesuai dengan
krakteristik pemilihan sampel dengan metode purposive sampling. Analisis data
penelitian menggunakan regresi linier berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kepemilikan institusi, komposisi
komisaris independent, ukuran dewan direksi dan leverage keuangan berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan (2) ukuran dewan
komisaris berpengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen laba. Belum
signifikannya pengaruh tersebut karena relatif rendahnya kesadaran penerapan
GCG di Indonesia.
Kata Kunci: Mekanisme GCG, Leverage Keuangan, Manajemen Laba
1.1 Latar Belakang Masalah
Prinsip Good Corporate Governance secara implisit mengisyaratkan
adanya transparansi terkait informasi laporan keuangan yang reliabel dan
relevan untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan bertujuan
menyediakan informasi terkait posisi keuangan, kinerja dan perubahan
posisi keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai informasi
tentang laba yang diperoleh.
Manajemen laba (Earning Management) adalah potensi manajemen
akrual untuk memperoleh keuntungan. Upaya perusahaan atau pihak-pihak
tertentu untuk merekayasa, memanipulasi informasi, bahkan melakukan tindakan
manajemen laba yang dapat menyebabkan laporan keuangan tidak lagi
mencerminkan nilai fundamentalnya, karena laporan keuangan seharusnya
berfungsi sebagai media komunikasi manajemen dengan pihak eksternal atau
antara perusahaan dengan pemangku kepentingan.
1
Leverage keuangan perusahaan juga bisa menjadi pemicu pihak
manajemen melakukan tindakan manajemen laba. Leverage keuangan adalah
tingkat sampai sejauh mana sekuritas dengan laba tetap (utang dan saham
preferen) digunakan dalam struktur modal sebuah perusahaan. Menurut Hanafi
(2004;332) leverage keuangan bisa diartikan sebagai besarnya beban tetap
keuangan yang digunakan oleh perusahaan. Lebih umum leverage juga diartikan
sebagai alat untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan telah dibiayai
oleh penggunaan utang.
Penerapan Good Corporate Governance dan Leverage dalam dunia
usaha utamanya perbankan keduanya memiliki hubungan yang terkait walaupun
tidak tampak secara langsung. Good Corporate Governance menyangkut
orang (moralitas), etika kerja, dan prinsip-prinsip kerja yang baik untuk
optimalisasi kinerja jangka panjang, sedangkan leverage keuangan didefinisikan
sebagai tingkat sampai sejauh mana sekuritas dengan laba tetap (utang dan saham
preferen) digunakan dalam struktur modal suatu perusahaan.
Dari uraian latar belakang di atas, maka judul penelitian ini adalah
Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance dan leverage Keuangan
Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah :
1. Apakah mekanisme Good Corporate Governance berpengaruh terhadap
manajemen perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah leverage keuangan berpengaruh terhadap manajemen laba pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah mekanisme good
corporate governance dan leverage keuangan berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba perusahaan perbankan.
1.4 Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti, Penelitian ini dapat mengembangkan wawasan, bersikap
kritis dan ilmiah terkait dengan teori dibandingkan dengan realita. Bagi
Perusahaan Perbankan, Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat terkait
langkah tepat yang akan diambil untuk mengelola perusahaan sesuai dengan
prinsip- prinsip
corporate governance. Bagi Nasabah, Hasil penelitian ini
memberi manfaat bagi nasabah perbankan terkait sikap selektif yang perlu
digunakan dalam memilih perbankan yang berkualitas dan terpercaya agar
terhindar dari risiko perbankan. Bagi Investor, sebagai bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan bisnis.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Good Corporate Governance
Secara umum istilah governance lebih ditujukan untuk sistem
pengendalian dan pengaturan perusahaan, dalam arti lebih ditujukan pada
tindakan yang dilakukan eksekutif perusahaan agar tidak merugikan stakeholders.
Sedangkan orientasi good corporate governance ialah menyangkut orang
(moralitas), etika kerja, dan prinsip-prinsip kerja yang baik dalam suatu
perusahaan.
2
Menurut Idroes (2008;247) Komite basel II menyatakan dalam enhancing
good corporate governance in baking organization pada tahun 1999 tentang
standarisasi GCG secara efektif pada industri perbankan sebagai berikut:
a. Bank harus menetapkan sasaran strategis dan serangakaian nilai perusahaan
yang dikomulasikan pada setiap jenjang jabatan pada organisasi.
b. Bank harus menetapkan wewenang dan responsibilitas yang jelas pada setiap
jenjang jabatan pada organisasi.
c. Bank harus memestikan bahwa pengurus bank memiliki kompetensi yang
memadai dan integritas yang tinggi serta memahami perannya dalam
pengeloaan bank yang sehat dan independen terhadap pengaruh atau
pengendalian pihak eksternal.
d. Bank harus memastikan keberadaan pengawasan yang tepat oleh direksi.
e. Bank mengoptimalkan efektifitas peranan fungsi auditor eksternal (akuntan
publik), serta satuan audit internal.
f. Bank harus memastikan bahwa kebijakan renumerasi telah konsisten dengan
nilai etik, sasaran, strategi, dan lingkungan pengendalian bank.
g. Bank harus menerapkan praktik-praktik transparansi kondisi keuangan dan
non keuangan kepada publik.
2.2 Mekanisme Good Corporate Governance
Bank Dunia (1999) dalam Boediono (2005;171) menyatakan salah
satu cara efisien untuk mengurangi terjadinya konflik kepentingan dan
memastikan tercapainya tujuan perusahaan perlu peraturan dan mekanisme
pengendalian. Mekanisme pengendalian internal yang efektif dapat
mengarahkan kegiatan operasional perusahaan serta mampu mengidentifikasi
pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda, meliputi kepemilikan
institusi, dewan komisaris, komposisi independen, dan dewan direksi.
2.2.1 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan pendiri atau pemegang saham
mayoritas dalam suatu perusahaan. Kepemilikan saham oleh pihak berbentuk
institusi, seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dan
pensiun, dan institusi lain dapat mengurangi pengaruh dari kepentingan
lain dalam perusahaan seperti kepentingan pribadi manajer, dan debtholders.
Kepemilikan institusi yang menguasai saham mayoritas tersebut dapat
melakukan pengawasan serta pengendalian yang lebih kuat dan efektif
terhadap kebijakan manajemen (Wahidahwati, 2001;1085).
2.2.2 Komisaris Independen
Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan
anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan kata
lain berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham
mayoritas suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan (Surya
dan Yustivandana, 2006;135). Sementara
dalam
Peraturan
BI
No.
8/4/PBI/2006 komisaris independen merupakan bagian dari dewan komisaris
yang memang benar-benar berada pada posisi netral dan tidak memiliki
hubungan keluarga atau hubungan kepentingan dengan komisaris lainnya
atau direksi atau pihak yang dapat mengurangi posisi independensinya.
Keberadaan komisaris independen diharapkan mampu menegakkan tata kelola
perusahaan yang baik.
3
2.2.3 Dewan Komisaris
Dalam Peraturan BI No. 2/27/PBI/2000 tentang Bank Umum, diatur
syarat kinerja yang harus dipenuhi calon anggota direksi dan komisaris bank,
serta batas yang dibolehkan atau dilarang oleh pengurus bank (Idroes,
2008;255). Sementara itu, menurut Idroes (2008;256) independensi pengurus
bank diatur dalam PBI No. 2/27/PBI/2000 tahun 2000 tentang bank umum.
anggota dewan komisaris dan dewan dereksi tidak diperbolehkan untuk terafiliasi
dan atau memiliki hubungan keuangan dengan dewan komisaris dan dewan
direksi lainnya atau menjadi pemegang saham pengendali pada perusahaan lain
serta persyaratan direksi dan dewan komisaris.
2.2.4 Dewan Direksi
Dewan direksi adalah sistem manajemen yang memungkinkan
optimalisasi peran anggota direksi dalam penyelenggaraan corporate
governance. Peranan direksi adalah organ yang menjalankan fungsi
pengelolaan perusahaan dengan tujuan menciptakan nilai tambah bagi
stakeholders. Tugas dewan direksi adalah menelaah kinerja manajemen untuk
meyakinkan bahwa perusahaan dijalankan secara baik dan kepentingan
pemegang saham dilindungi (Tunggal dan Amin, 2002;37).
2.3 Leverage Keuangan Perusahaan
Pengertian secara harfiah leverage berarti pengungkit. Leverage
keuangan bisa diartikan sebagai besarnya beban tetap keuangan yang
digunakan oleh perusahaan (Hanafi, 2004;332). Leverage keuangan juga
diartikan sebagai tingkat sampai sejauh mana sekuritas dengan laba tetap (utang
dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal sebuah perusahaan.
Leverage ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka penjangnya. Menurut Hanafi (2004;40) beberapa macam rasio
leverage antara lain:
1. Total Utang terhadap Total Aset
Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan utang atau financial
leverage yang tinggi. Penggunaan utang yang tinggi akan meningkatkan
profitabilitas, di lain pihak, utang yang tinggi juga akan meningkatkan risiko.
Jika penjualan tinggi maka perusahaan akan memperoleh kauntungan yang
tinggi (karena membayar bunga yang sifatnya tetap) dan sebaliknya. Rasio
total utang terhadap total aset bisa sebagai berikut:
Total utang
Debt to Ratio =
Total aktiva
2. Time Interest Earned
Rasio time interest earned mengukur kemampuan perusahaan membayar utang
dengan laba sebelum bunga dan pajak. Rasio ini menghitung seberapa besar
laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutupi beban tetap
bunga. Rasio yang tinggi menunjukkan situasi yang aman, karena tersedia dana
yang lebih besar untuk menutup pembayaran bunga. Rasio tersebut dihitung
dengan sebagai berikut:
Laba sebelum bunga dan pajak
Time Interest Earned (TIE) =
Bunga
4
3. Kemampuan Membayar Total Utang Tetap
Apabila TIE hanya menggunakan beban bunga sebagai pembaginya, akan
tetapi rasio fixed charge coverage mengukur kemampuan perusahaan
membayar total beban tetap yang biasanya mencakup biaya bunga dan sewa.
Sama seperti rasio TIE, angka yang tinggi pada rasio ini menunjukkan situasi
yang lebih aman (risiko yang rendah) meskipun dengan probabilitas yang juga
lebih rendah. Rasio tersebut dihitung dengan sebagai berikut:
EBIT + Biaya sewa
Rasio Fixed Charge Coverage =
Bugan + Biaya sewa
2.4 Manejemen Laba (Earnings Management)
Menurut Healy dan Wahlen (1998) dalam Yulainto (2008) manajemen
laba didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi ketika manajer
menggunakan kebijakan dalam pelaporan keuangan dan dalam menyusun
transaksi untuk mengubah laporan keuangan dan menyesatkan stakeholders
mengenai kinerja ekonomi
perusahaan,
atau
untuk
mempengaruhi
contractual outcomes yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan.
Maka dari itu, istilah manajemen laba (earning management) beberapa tahun
terakhir mulai menarik perhatian para peneliti karena sering dihubungkan
dengan perilaku manajer atau para pembuat laporan keuangan.
Manajemen laba dilakukan oleh pihak manajer karena motivasi antara
lain sebagai berikut:
a. Bonus scheme, asimetri manajer dengan investor terkait laba yang akan
dilaporkan, manajemen laba dilakukan untuk memaksimalkan bonus yang
akan diperoleh.
b. Political motivation, perusahaan cenderung menurunkan laba pada waktu
tertentu dalam konteks periode kemakmuran tinggi, agar memperoleh
kemudahan mendapatkan vasilitas dari pemerintah misalnya subsidi.
c. Taxation motivation, perpajakan salah satu alasan pihak manajer malakukan
manajemen laba dengan tujuan memperkecil nilai pajak.
d. Pergantian CEO, seorang CEO yang mendekati akhir jabatan biasanya
berusaha memaksimalkan laba yang dilaporkan agar tingkat bonus yang
diperoleh lebih tinggi.
e. Initial Public Offering (IPO) (penawaran pasar perdana), pada saat ini
perusahaan biasa meningkatkan laba bersih untuk memperoleh harga pasar
yang lebih tinggi, karena perusahaan dihadapkan pada masalah harga saham
yang ditawarkan.
2.5 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba
Kepemilikan institusi memiliki kemampuan untuk mengurangi
insentif para manajer yang oportunis melalui pengawasan intensif.
Kepemilikan
institusi
dapat
menekan kecenderungan
pemanfaatan
diskresionari dalam laporan keuangan sehingga memberikan kualitas yang
baik pada laba yang dilaporkan. Menurut Boediono (2005) dalam Yulianto
(2010) tingkat kepemilikan saham institusi yang tinggi diharapkan dapat
menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar sehingga dapat
menghalangi perilaku oportunistik manajer yang dapat merugikan semua pihak.
Teori tersebut didukung penelitian Yulianto (2008) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusi dapat mempengaruhi manajemen laba.
5
2.6 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Manajemen Laba
Dewan komisaris adalah bagian penting dari mekanisme corporate
governance yang bertujuan memberikan petunjuk pada manajemen eksekutif
dan mengawasi manajemen. KNPBB (2004) mensyaratkan dewan komisari harus
profesional, terintegritas dan memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan
fungsi dengan baik, termasuk memastikan bahwa direksi memperhatikan
kepentingan semua pihak. Pengawasan dewan komisaris dapat memberikan
kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan
keuangan yang berkualitas atau kemungkinan dapat terhindar dari
kecurangan pihak manajmen dalam melaporkan laba (Wikipedia bahasa
Indonesi). Hal tersebut didukung penelitian Yulianto (2010) yang menemukan
bahwa dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba.
2.7 Pengaruh Komposisi Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba
Dewan komisaris secara umum bertanggung jawab mengawasi
kualitas informasi laporan keuangan. Hal ini penting mengingat adanya
kemungkinan manajemen merekayasa laba yang dapat mengurangi
kepercayaan investor. Dewan komisaris dibolehkan memiliki akses informasi
perusahaan namun tidak memiliki otoritas dalam perusahaan.
Sementara itu, dalam Wikipedia bahasa Indonesia dalam rangka penerapan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG), saat ini keberadaan
Komisaris Independen sangat diperlukan pada jajaran Dewan Komisaris. Fungsi
organ Dewan Komisaris adalah pengawasan, yang wajib dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya untuk kepentingan perusahaan. Tujuan utama adanya Komisaris
Independen dalam jajaran Dewan Komisaris pada dasarnya adalah sebagai
penyeimbang pengawasan dan penyeimbang persetujuan atau keputusan yang
diperlukan. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk
melaksanakan fungsi pengawasan agar tercipta tata kelola perusahaan yang
baik. Komisaris independen diharapkan dapat meningkatkan efektivitas
dewan komisaris dalam mengawasi manajemen untuk mencegah kecurangan
laporan keuangan. Hal tersebut didukung penelitian Yulianto (2010) yang
menemukan bahwa komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen
laba.
2.8 Pengaruh Ukuran Dewan Direksi terhadap Manajemen Laba
Struktur direksi adalah sistem manajemen yang memungkinkan
direksi dalam penyelenggaraan tata kelola
optimalisasi peran anggota
perusahaan yang baik. Peranan direksi dalam tata kelola perusahaan yang baik
adalah sebagai organ yang menjalankan fungsi pengendalian internal
perusahaan dengan tujuan menciptakan value added bagi pemegang saham dan
pihak-pihak yang berkepentingan lainnya (Tunggal dan Amin, 2002;27).
Menurut Faisal (2005;179) ukuran dan komposisi dewan direksi dapat
mempengaruhi efektif tidaknya monitoring yang dilakukan terhadap manajer.
Sementara itu, Wikipedia bahasa Indonesia direktur atau dewan direksi berkaitan
dengan jumlah direktur dalam suatu perusahaan (minimal satu), yang dapat
dicalonkan sebagai direktur, dan cara pemilihan direktur ditetapkan dalam
anggaran dasar perusahaan. Pada umumnya direktur memiliki tugas antara lain:
1. Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan perusahaan.
2. Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan kepala bagian
(manajer).
6
3. Menyetujui anggaran tahunan perusahaan.
4. Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja perusahaan.
2.9 Pengaruh Leverage Keuangan Terhadap Manajemen Laba
Leverage adalah tingkat utang perusahaan untuk membiayai aset.
Semakin tinggi utang berarti semakin tinggi pula tuntutan pihak kreditur terhadap
perusahaan maupun manajemen untuk memastikan dapat mengembalikan
pokok pinjaman dan bunga. Leverage yang tinggi akan menyebabkan nilai
pembiayaan yang juga tinggi dengan tujuan untuk mempertahankan kinerja
jangka panjang. Dengan kinerja tersebut, diharapkan kreditur juga akan tetap
memiliki kepercayaan terhadap manajemen perusahaan. Dengan demikian, hal
tersebut dapat menyuburkan perililaku opportunistic pihak manajemen terhadap
laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba (Hanafi, 2004;333).
Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Yulianto (2010)
menunjukkan bahwa Leverage keuangan berpengaruh terhadap manajemen laba.
Kerangka pemikiran penelitian dapat ditunjukkan dalam suatu kerangka
konseptual hubungan antar variabel pada gambar 1.
Kepemilikaan Institu (KI)
H1
Komposisi Komisaris Independen
(KKI)
H2
Ukuran Dewan Komisaris (UDK)
H3
Ukuran Dewan Direksi (UDD)
H4
Leverage Keuangan (Lev)
H5
Manajemen Laba
Gambar 2.1 Rerangka Konseptual
2.10 HIPOTESIS
H1: Kepemilikan institusi berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
H2: Ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
H3: Komposisi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
H4: Ukuran dewan direksi berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
H5: Leverage keuangan berpengaruh positif terhadap manajemen laba
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Dalam penelitian ini objeknya adalah perusahaan perbankan. Penelitian
dilakukan terhadap perusaahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
3.2 Jenis Penelitian
7
Penelitian ini berjenis penelitian kausal komparatif (causalcomparative research). Penelitian kausal komparatif merupakan tipe penelitian
dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel
atau lebih (Indriantoro dan Supomo, 2002;27).
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data dokumenter. Data dokumen
merupakan data yang berupa bukti tertulis yang diperoleh dari objek penelitian
atau bisa juga didapat dari media perantara (Indriantoro dan Supomo, 1999;147).
3.3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari data sekunder. Menurut
Umar (2001;69) data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih
lanjut oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain dalam bentuk tabeltabel atau diagram-diagram. Dalam arti lain data sekunder diperoleh secara tidak
langsung atau melalui media perantara. Data ini umumnya berupa bukti, catatan
yang telah tersusun dalam arsip atau dokumen yang dipublikasikan.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah suatu kesatuan individu atau subjek pada wilayah dan
waktu dengan kualitas tertentu yang diamati atau diteliti (Supardi, 1993;60).
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2010.
3.4.2 Sampel
Penentuan sampel penelitian menggunakan teknik purposive
sampling. Menurut Indriantoro dan Supomo (1999;131) didefinisikan sebagai
metode pengambilan sampel dengan cara menetapkan kriteria tertentu
untuk tujuan tertentu sehingga sampel yang akan didapatkan cukup
representatif (mewakili populasi). Kriteria-kriteria dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Perusahaan perbankan terdaftar dari tahun (2008-2010) di Bursa Efek
Indonesia (BEI) serta menerbitkan laporan keuangan akhir tahun selama 3
periode pengamatan.
b. Perusahaan perbankan menerbitkan laporan tahunan (annual report) minimal
2 tahun berturut-turut pada tahun 2009-2010.
c. Perusahaan perbankan memiliki serta menyajikan data terkait mekanisme
kepemilikan saham pihak institusional, dewan komisaris, komisaris
independen dan dewan direksi serta data-data terkait total utang, total
aktiva, kas aktivitas operasi, piutang kredit dan pinjaman, aktiva tetap,
pendapatan dan laba bersih untuk menghitung leverage keuangan.
Pada penelitian ini digunakan pooling data yaitu kombinasi dari data
runtut waktu yang memiliki observasi temporal baisa pada satu unit analisis (time
series), dengan data silang yang memiliki observasi-obsevasi suatu unit analisis
pada suatu titik waktu tertentu (cross sectional). Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan jumlah observasi (sampel) dan agar diperoleh variasi antar unit
yang berbeda menurut ruang dan variasi yang muncul menurut waktu. Sesuai
dengan kretrian pemilihan sampel penelitian dengan metode purposive sampling
diperoleh sebanyak 20 perusahaan perbankan yang dapat dilihat dengan tabel
8
berikut.
3.5 Definisi Operasional Variabel
3.5.1 Variabel Independen
a. Kepemilikan institusional adalah pemegang saham badan atau lembaga di luar
perusahaan. Dalam hal ini, kepemilikan institusi diukur dari saham institusi
dibandingkan jumlah saham yang beredar saat penerbitan laporan keuangan
(Masdupi, 2005;62).
b. Ukuran dewan komisaris yaitu jumlah anggota dewan komisaris dalam
institusi tersebut (Apriliawati, 2010;49).
c. Komposisi komisaris independen adalah jumlah komisaris independen
dibandingkan dengan komisaris dependen. Pedoman Tata Kelola Perusahaan
Yang Baik (2006) menyebutkan bahwa komisaris independen dapat terdiri
dari komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi yaang dikenal sebagai
komisaris independen.
d. Ukuran dewan direksi yaitu jumlah anggota dewan direksi yang ada dalam
perusahaan. Ukuran dan komposisi dewan direksi dapat mempengaruhi
efektiftidaknya aktivitas monitoring terhadap manajemen (Faisal, 2005;179).
e. Leverage keuangan
Leverage keuangan yang digunakan adalah debt to ratio untuk mengukur
pembiayaan aktivitas perusahaan dengan utang (Hanafi, 2004;41).
3.5.2 Variabel Dependen
Variabel terikat yang akan diteliti adalah manajemen laba. Manajeme
laba merupakan tindakan yang terjadi ketika manajer menggunakan kebijakan
dalam laporan keuangan dalam menyusun transaksi untuk mengubah laporan
keuangan dan menyesatkan pemangku kepentingan. Manajemen laba dalam
penelitian ini diproksikan dengan discretionary accrual. Penggunaan
diskresi akrual dihitung dengan Model Jones Dimodifikasi sebagai modifikasi
Model Jones (1991) sebagai berikut:
TAit = NIit – CFOit
TAit/Ait = ß1 (1/Ait-1) + ß2 (∆REVit/Ait-1) + ß3 (PPEit/Ait-1)
NDAit = ß1 (1/Ait-1) + ß2 (∆REVit/Ait-1 - ∆RECit/Ait-1) + ß3 (PPEit/Ait-1)
DAit = TAit/Ait – NDAit
Keterangan:
DAit
= Discretionary accrual perusahaan perbankan pada periode t
NDAit
= Non discretionary accrual perusahaan perbankan pada periode t
TAit
= Total akrual perusahaan i pada periode t
NIit
= Laba bersih perusahaan i pada periode t
CFOit
= Kas aktivitas operasi perusahaan i pada periode t
Ait
= Total aktiva perusahaan i pada periode t
∆REVit = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode t
PPEi
= Aktiva tetap perusahaan i pada periode t
∆RECit = Perubahan piutang perusahaan i pada periode t
ß1- ß3
= Koefisien regresi Model Jones
Model ini banyak digunakan dalam penelitian-penelitian akuntansi karena
dinilai merupakan model yang baik dalam mendeteksi manajemen laba. Cara
mendeteksi manajemen laba seperti menggunakan dasar akrual, transaksi atau
peristiwa lain diakui pada saat transaksi atau peristiwa lain tersebut terjadi bukan
pada saat kas atau setara kas diteriama atau dikeluarkan. Penggunaan dasar akrual
9
dalam laporan keuangan mengakibatkan laba dalam suatu periode dapat
mengandung unsur kas dan akrual (non-kas). Unsur tersebut bisa terjadi
berdasarkan kebijakan manajemen atau non-kebijakan manajemen.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah metode yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data dokumentasi yaitu salah satu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dengan cara menyalin, serta mengkutip dari catatan berupa
dokumen yang diperoleh.
3.7 Teknik Analisa Data dan Uji Hipotesis
3.7.1 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data adalah sebuah cara mengolah data yang terkumpul
untuk diinterpretasikan dan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan.
Teknik analisa data yang diperguanakan seperti linear berganda. Untuk
mempermudah dalam menganalisis data maka menggunakan program SPSS.
Menurut Kuncoro (2004;98) sebelum menggunakan analisis regresi linear
berganda, data penelitian perlu dilakukan uji asumsi klasik dengan tujuan
untuk memperoleh hasil yang tidak bias atau menyesatkan. Uji asumsi klasik
yang digunakan sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu data
berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi
residual normal atau mendekati normal. Uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan Kolmogorov Smirnov Test, yaitu dengan membandingkan
nilai asymptotic significance dengan α = 5%. Data dikatakan berdistribusi
normal jika nilai asymp.sig 2-tailed > 0,05 (Santosa, 2005;231).
Untuk menguji normalitas distribsusi sampel penelitian bisa dilihat
melalui grafik normalitas atau normality plot. Jika menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas (distribusi data penelitian tersebut normal). Namun sebaliknya,
jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Singgih,
2004;214).
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti ada hubungan linier yang sempurna atau pasti
antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari regresi. Uji
multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat interkorelasi
yang sempurna antara beberapa variabel bebas yang digunakan dalam model
regresi (Gujarati, 1995;157). Tujuan uji ini adalah untuk mengetahui apakah
terjadi korelasi antar variabel-variabel independen dalam penelitian. Cara yang
digunakan adalah dengan melihat nilai tolerance dan nilai variance inflation
factor (VIF). Jika nilai tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10 maka terjadi
multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel independen (Singgih, 2004;202).
3. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2006;84) uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui
apakah model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumya). Model
10
regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi.
Kuncoro (2001;106) menambahkan untuk mendeteksi terdapat atau tidak
terdapatnya gejala autokorelasi dengan cara melihat besarnya nilai D-W
(Durbin-Watson). Menurut Santosa dan Pakarti (2005;161) aturan
keputusannya adalah jika Durbin-Watson dibawah -2 menunjukkan terdapat
autokorelasi positif, jika Durbin-Watson diantara -2 sampai +2 menunjukkan
tidak terjadi autokorelasi dan jika Durbin-Watson diatas +2 menunjukkan
terdapat autokorelasi negatif
4. Uji Heterokedatisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residu satu pengamatan ke
pengamatan yang lain sehingga penafsiran koefisien regresi menjadi tidak
efisien dan hasil penafsiran menjadi kurang akurat (Santosa, 2005;242). Menurut
Santosa (2005;243) heterokedastisitas dapat dilihat dari sebesaran data pada
scatterplot dengan dasar klasifikasi sebagai berikut:
1. Jika terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit)
maka telah terjadi heterokedastisitas.
2. Jika tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
3.7.2 Uji Hipotesis
Pengujian (uji) hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah
variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Model persamaan
regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah:
DA = β0 + β1 KI + β2 UDK + β3 KKI + β4 UDD + β5 Lev
Keterangan:
DA
= Discretionary accrual (manajemen laba)
KI
= Kepemilikan institusi
UDK
= Ukuran dewan komisaris
KKI
= Komposisi komisaris independen
UDD
= Ukuran dewan direksi
Lev
= Leverage keuangan
β0
= Konstanta (nilai Y ketika X = 0)
β1-β5
= Koefisien regresi variabel independen
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen, maka diguanakan metode statistik dengan interval kepercayaan 95%
atau taraf signifikansi (derajat kesalahan) sebesar 5% (α / probabilitas = 0,05).
Berkaitan dengan hal itu ada dua alat analisis yang diupergunakan sebagai berikut:
1. Uji t
Uji t dimaksudkan untuk melihat signifikan dari pengaruh secara
individual antara variabel bebas terhadap variabel terikat, dengan asumsi variabel
bebasa lainnya konstan (dalam regresi majemuk). Kriteria atau klasifikasi
pengujian hipotesis tersebut dijelaskan berikut:
a. sig. < α = 5% (0,05) maka Ha diterima dan H0 ditolak “ berarti secara parsial
terdapat pengaruh signifikan antara kepemilikan institusi, ukuran dewan
komisaris, komposisi komisaris independen, ukuran dewan direksi dan
leverage keuangan terhadap manajemen laba.
11
b. Jika sig. > α = 5% (0,05) maka Ha ditolak dan H0 diterima “ berarti secara
parsial tidak terdapat pengaruh signifikan antara kepemilikan institusi, ukuran
c. dewan komisaris, komposisi komisaris independen, ukuran dewan direksi dan
leverage keuangan terhadap manajemen laba.
2. Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel secara
keseluruhan terhadap variabel terikat. Ketentuan peneriamaan atau penolakan
hipotesis yang ada adalah sebagai berikut:
Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak
Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.2 Sampel Penelitian (Perusahaan Perbankan)
Perusahaan perbankan yang sesuai dengan kriteria pemilihan sampel
sebanyak 20 perusahan. Perusahaan-perusahaan tersebut dapat dilihat pada Tabel
berikut.
4.1.3
Variabel Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2010. Data yang diambil terkait
penelitian berupa laporan laba bersih, arus kas aktiva operasi, total aktiva, total
utang, pendapatan, piutang dan aktiva tetap dari laporan neraca. Data tersebut
untuk menghitung leverage keuangan dan manajemen laba yang diproksikan oleh
discretionary accrual. Sementara itu, informasi terkait mekanisme good corporate
governance diperoleh dari laporan tahunan perusahaan.
4.1.3.1 Variabel Dependen
Variable terikat dalam penelitan ini adalah manajemen laba. Manajemen
laba adalah potensi penggunaan manajemen akrual dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan pribadi (Belkaoui, 2006;201). Penelitian-penelitian
terdahulu tentang masalah terkait banyak menggunakan pendekatan agregat
akrual. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Yulianto, penelitian
tersebut juga menggunakan diskresionari akrual sebagai indikator untuk
mengukur manajemen laba. Pendekatan ini bertujuan untuk memisahkan total
akrual menjadi dua indikator yakni antara komponen non-diskresionar akrual
(komponen di luar kebijakan manajemen) dengan diskresionari akrual (komponen
akrual dalam kebijakan manajemen atau intervensi manajemen dalam proses
laporan keuangan).
Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui rata-rata DA (discretionary
accrual) perusahaan perbankan pada tahun 2009 (0,06225) dan pada tahun 2010
(-0,00206). Rata-rata diskresionari akrual semakin rendah, berarti tingkat
manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama waktu pengamatan mengalami penurunan atau dengan kata lain
intervensi yang dilakukan manajemen terhadap proses pelaporan keuangan
semakin kecil.
4.1.3.2 Variabel Independen
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah mekanisme good corporate
governance yang terdari dari kepemilikan institusi, ukuran dewan komisaris,
12
komposisi komisaris independen, dan ukuran direksi perusahaan perbankan dan
leverage keuangan. Mekanisme GCG ditunjukkan dengan Tabel berikut.
Tabel 4.4
Mekanisme GCG Perusahaan Perbankan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kode
AGRO
BABP
BACA
BAEK
BBCA
BBKP
BBNP
BBRI
BKSW
BMRI
BNBA
BNGA
BNII
BSWD
BTPN
INPC
MAYA
MCOR
MEGA
PNBN
Rata-rata
KI
2009
2010
0.96
0.95
0.73
0.69
0.50
0.50
0.98
0.98
0.51
0.51
0.64
0.65
0.55
0.60
0.56
0.74
0.54
0.51
0.51
0.66
0.91
0.91
0.77
0.96
0.76
0.54
0.64
0.76
0.71
0.59
0.50
0.68
0.26
0.28
0.88
0.67
0.57
0.57
0.84
0.83
0.66
0.67
UDK
2009
2010
3
2
5
5
3
3
4
4
5
5
5
4
5
5
6
7
5
3
6
7
2
2
8
8
7
7
7
5
6
6
6
6
3
4
3
4
3
4
4
4
4.80
4.75
KKI
2009
2010
0.67
0.50
0.80
0.80
0.67
0.67
0.50
0.50
0.60
0.60
0.60
0.50
0.60
0.60
0.67
0.71
0.60
0.67
0.67
0.57
0.50
0.50
0.50
0.50
0.57
0.57
0.42
0.60
0.50
0.50
0.50
0.50
0.67
0.50
0.30
0.50
0.67
0.50
0.50
0.50
0.57
0.56
UDD
2009
2010
3
3
7
7
4
4
5
5
9
9
7
7
5
5
10
10
5
4
15
11
3
3
12
12
9
9
6
5
8
8
6
6
7
6
6
5
6
7
11
11
7.20
6.85
Sumber Data: www.idx..co.id (Annual report) 2009-2010 diolah
a. Kepemilikan Institusi (KI)
Kepemilikan institusi adalah pemegang saham dari luar perusahaan baik
berupa lembaga atau organisasi, ataupun perorangan yang memiliki saham
mayoritas dalam perusahaan. Pada tabel 4.4 dapat diketahui nilai rata-rata variabel
independen kepemilikan institusi pada tahun 2009 (0,66) lebih rendah dari pada
tahun 2010 (0,67). Berarti variabel kepemilikan institusi mengalami perubahan
(peningakatan) selama periode pengamatan.
Kepemilikan saham oleh pihak institusi pada tahun 2009 tertinggi adalah
Bank Ekonomi Raharja (BAEK) (98%), sedangakan kepemilikan terendah adalah
Bank Mayapada (MAYA) (26%). Keadaan yang sama mengenai kepemilikan
saham pihak institusi pada tahun 2010 tertinggi dan terendah juga terjadi pada
Bank Ekonomi Raharja (BAEK) (98%) dan Bank Mayapada (MAYA) (28%).
b. Ukuran Dewan Komisaris (UDK)
Ukuran dewan komisaris menurut peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
8/4/PBI/2006 adalah jumlah dewan komisaris dalam perusahaan perbankan paling
kurang 3 (tiga) orang dan paling banyak sama dengan jumlah dewan direksi
perusahaan. Pada tabel 4.4 dapat diketahui jumlah rata-rata dewan komisaris yang
dimiliki perusahaan pada tahun 2009 adalah (4,80) dan pada tahun 2010 (0,75).
Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata ukuran dewan komisaris yang dimimiliki
perusahaan perbankan mengalami penurunan selama periode pengamatan.
13
Ukuran dewan komisaris tertinggi pada tahun 2009 dimiliki oleh Bank
Internsional Indonesia (BNII) (7 orang) dan Bank Swadesi (BSWD) (7 orang),
sedangkan pada tahun 2010 ukuran dewan komisaris tertinggi dimiliki oleh Bank
Rakyat Indonesia (BBRI) Bank Mandiri (BMRI) Bank Internsional Indonesia
(BNII) masing-masing sebanyak (7 orang). Sementara itu ukuran dewan komisari
terandah pada tahun 2009 dimiliki oleh Bank Bumi Arta (BNBA) (2 orang),
sedangkan pada tahun 2010 ukuran dewan komisaris terendah dimilki Bank
Agroniaga (AGRO) (2 orang) dan Bank Bumi Arta (BNBA) (2 orang).
Apabila ditinjau dari PBI No. 8/4/PBI/2006 yang menyatakan jumlah
minimal dewan komisaris sebanyak 3 (tiga) orang dan maksimal sama dengan
jumlah dewan direksi perusahaan. Sesuai dengan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa
selama priode pengamatan ada beberapa perbankan yang belum melaksakan
peraturan BI terkait penerapan tatakelola perusahaan yang baik.
c. Komposisi Komisaris Independen (KKI)
Komisaris independen adalah jumlah dewan komisari yang tidak terikat
atau tidak berhubungan langsung (terafiliasi) dengan perusahaan. Komposisi
komisaris tersebut diperoleh dari perbandingan antara komisaris independen
dengan komisaris dependen dalam peusahaan. Berkenaan dengan hal itu jumlah
komisaris independen diatur melalaui PBI No. 8/4/PBI/2006 yang menyatakan
bahwa paling kurang 50% dari jumlah anggota dewan komisaris adalah
komisaris independen. Tabel 4.4 menunjukkan rata-rata komposisi komisaris
independen tahun 2009 (57%), sedangkan pada tahun 2010 (56%). Berdasarkan
rata-rata di atas dapat diketahui bahwa komposisi komisaris independen
mengalami penurunan selama periode pengamatan.
Komposisi komisaris independen tertinggi pada tahun 2009 dimilki oleh
Bank Bumiputera Intearnasional (BABP) (80%) dan terendah dimilki oleh Bank
Windu Kentjana Internasional (MCOR) (30%). Sementara itu pada tahun 2010
komposisi komisaris independent tertinggi tetap dimiliki oleh Bank Bumiputera
Intearnasional (BABP) (80%), sedangkan terendah dimiliki oleh beberapa
perbankan antara lain; Bank Agroniaga (AGRO) (50%), Bank Ekonomi Raharja
(BAEK) (50%), Bank Bukopin (BBKP) (50%), Bank Bumi Arta (BNBA) (50%),
Bank Niaga (BNGA) (50%), Bank Swadesi (BSWD) (50%), Bank Tabungan
Pensiun Nasional (BTPN) (50%), Bank Artha Graha Internasional (INPC) (50%),
Bank Mayapada (MAYA) (50%), Windu Kentjana Internasional (MCOR) (50%),
Bank Mega (MEGA) (50%) dan Bank Pan Indonesia (PNBP) (50%).
d. Ukuran Dewan Direksi (UDD)
Ukuran dewan direksi adalah jumlah anggota dewan direksi yang ada
dalam perusahaan. Keradaan dewan direksi tersebut sebagai mekanisme
pengendali internal utama untuk memonitor para manajer perusahaan.
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui jumlah rata-rata ukuran dewan
direksi yang dimiliki perbankan. Jumlah rata-rata ukuran dewan direksi pada
tahun 2009 (7,20), sedangkan pada tahun 2010 (6,85). Hal itu menunjukkan
jumlah rata-rata dewan direksi yang dimilikin perbankan mengalami penurunan
selama periode pengamatan.
Jumlah direksi tertinggi pada tahun 2009 dimiliki Bank Mandiri (BMRI)
(15 orang), sedangkan terendah dimiliki oleh Bank Agroniaga (AGRO) (3 orang)
dan Bank Bumi Arta (BNBA) (3 orang). Jumlah dewan direksi pada tahun 2010
tertinggi Bank Mandiri (BMRI) (11 orang) dan Bank Pan Indonesia (PNBN) (11
14
orang), sedangkan jumlah dewan direksi terendah pada Bank Agroniaga (AGRO)
(3 orang) dan Bank Bumi Arta (BNBA) (3 orang).
e. Leverage keuangan (Lev)
Leverage keuangan bisa diartikan sebagai besarnya beban tetap keuangan
(finansial) yang digunakan oleh perusahaan. Beban tetap keuangan tersebut
biasanya berasal dari pembayaran bunga untuk utang yang digunakan perusahaan
(Hanafi, 2004:332). Rasio leverage keuangan diukur dengan cara menbandingkan
total utang dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan.
Tabel 4.5
Leverage Keuangan Perusahaan Perbankan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kode
AGRO
BABP
BACA
BAEK
BBCA
BBKP
BBNP
BBRI
BKSW
BMRI
BNBA
BNGA
BNII
BSWD
BTPN
INPC
MAYA
MCOR
MEGA
PNBN
Rata-rata
Leverage keuangan
2009
2010
0.78
0.90
0.92
0.91
0.85
0.87
0.90
0.89
0.90
0.89
0.93
0.93
0.90
0.90
0.91
0.90
0.92
0.93
0.91
0.90
0.82
0.83
0.89
0.90
0.91
0.90
0.80
0.79
0.90
0.87
0.93
0.93
0.86
0.85
0.89
0.84
0.91
0.91
0.85
0.87
0.84
0.89
Sumber Data: www.idx.co.id 2009-2010 diolah
Tabel 4.5 di atas menunjukkan nilai rasio leverage keuangan perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah rata-rata leverage
pada tahun 2009 (84%) dan pada tahun 2010 (89%). Leverage keuangan
perusahaan perbankan mengalami kenaikan selama periode pengamatan.
Leverage keuangan tertinggi pada tahun 2009 dimiliki oleh Bank Bukopin
(BBKP) (93%) dan Bank Artha Graha Internasional (INPC) (93%) dan terendah
pada Bank Agroniaga (AGRO) (78%). Pada tahun 2010 leverage tertinggi
dimiliki Bank Bukopin (BBKP) (93%), Bank Bumi Arta (BNBA) (93%) dan
Bank Artha Graha Internasional (INPC) (93%), sedangkan terendah pada Bank
Swadesi (BSWD) (79%).
Penjabaran dari variabel manajemen laba (diskresionari akrual),
kepemilikan institusi, ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen,
15
ukuran dewan direksi dan leverage keuangan perusahaan perbankan tahun 20092010 di atas secara keseluruhan juga ditunjukkan oleh hasil olahan SPSS Versi
16.0 for Windows berukut:
Tabel 4.6
Descriptive Statistics
Mean
Dikresi Akrual
Kepemilikan Institusi
Ukuran Dewan Komisaris
Komposisi Komisaris Independen
Ukuran Dewan Direksi
Leverage
.0301
.6725
4.7750
.5700
7.0250
.8847
Std. Deviation
.13616
.18204
1.64063
.10005
2.87774
.03929
N
40
40
40
40
40
40
Sumber Data: Hasil Olahan SPSS Versi 16.0 for Windows
Pada Tabel 4.6 di atas diperoleh sebanyak 40 data penelitian (jumlah
sampel (20 perusahaan) dikalikan dengan periode pengamatan (2 tahun)). Ratarata DA (0,0301) dengan standar deviasi (0,13616). DA bernilai positif
menunjukkan bahwa selama periode pengamatan perusahaan melakukan
manajmen laba dalam bentuk melaporkan laba lebih tinggi dari nilai aktual
perusahaan (income increasing accrual).
Rata-rata kepemilikan institusi (KI) perusahaan (0,6725) atau (67%) lebih
dari 50% dan standar deviasi (0,18204). Nilai tersebut menunjukkan bahwa
perusahaan perbankan telah memberikan kesempatan kepada pihak institusi
untuk memiliki saham perusahaan. Hal ini dalam rangka mengimbangi
kepemilikan saham manajerial perusahaan agar dapat mengawasi kinerja
manajemen secara optimal dan dapat mengurangi intervensi pihak manajemen
dalam pelaporan keuangan.
Rata-rata ukuran dewan komisaris (UDK) (4,7750) lebih dari 3 dan
standar deviasi (1,64063). Hal ini menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris
secara umum telah sesuai dengan peraturan BI No. 8/4/PBI/2006. Rata-rata
(UDK) tersebut juga menunjukkan adanya optimalisasi penerapan tata kelola
perusahaan yang baik (GCG) dalam perusahaan perbankan.
Rata-rata komposisi komisaris independen sebesar (0,5700) atau (57%)
dan standar deviasi (0,10005). Peraturan BI No. 8/4/PBI/2006 mensyaratkan
paling kurang 50% dari jumlah anggota dewan komisaris adalah komisaris
independen. Ditinjau dari hal tersebut rata-rata (57%) telah sesuai dengan
peraturan BI dan telah sesuai dengan prinsip GCG tentang pengawasan
manajemen oleh pihak luar perusahaan.
Ukuran dewan direksi (UDD) memiliki rata-rata (7,0250) dengan standar
deviasi (2,87774). Jumlah tersebut menunjukkan bahwa secara umum ukuran
dewan direksi kurang efektif dalam memonitor pihak manajemen. Rata-rata (Lev)
(0,8847) atau (89%) dan standar deviasi (0,03929). Hal tersebut menunjjukkan
bahwa secara umum perusahaan perbankan menggunakan tingkat utang yang
tinggi.
16
4.1.4 Hasil Uji Asumsi Klasik
Hasil penelitian juga dapat deketahui melalui hasil analisis data (uji asumsi
kalsik). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan data yang akan
digunakan dalam sebuah model regresi.
4.1.4.1 Uji Normalitas
Uji noramalitas data penelitian digunakan untuk mengetahui apakah
data penelitian tersebut terdistribusi normal atau tidak. Maksud data
terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk
distribusi normal, data memusat pada nilai rata-rata dan median (Santosa
dan Pakarti, 2005;231). Normalitas data dalam penelitian ini dapat diketahui
melalui tabel normalitas, grafik p-p plot dan histogram berikut:
Tabel 4.7
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Y
N
Normal Parametersa
40
.0301
.13616
.177
.177
-.092
1.119
.164
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribusi is Normal.
Sumber Data: Hasil Olahan SPSS Versi 16.0 for Windows
Normalitas data dengan Kolmogorov-smirnov terpenuhi apabila nilai
Asymp.Sig > 0,05, maka dikatakan bahwa data berdistribusi normal (santosa,
2005;231). Tabel 4.7 di atas menunjukkan nilai Asymp.Sig 0,167 > 0,05, maka
data penelitian ini memenuhi syarat uji normalitas data.
4.1.4.2 Uji Multikoleniaritas
Uji Multikolinearitas merupakan bentuk pengujian untuk mengetahui
bahwa variabel independen penelitian bebas dari gejala multikolinearitas
(korelasi antar variabel independen). Gejala multikolinearitas dapat dilihat melalui
Tabel berikut.
Tabel 4.8
Uji Multikoleniaritas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1
(Constant)
B
Std. Error
Standardized
Coefficients
Beta
Collinearity
Statistics
t
Sig.
.194
.548
.353 .726
-.163
.130
-.218 -1.258 .217
UDK
.021
.018
.257
KKI
-.038
.234
-.028
UDD
-.019
.011
KI
17
Tolerance
VIF
.862
1.161
1.155 .256
.521
1.919
-.162 .872
.875
1.142
-.395 -1.766 .086
.516
1.937
Lev
-.003
a. Depende
ent Variable: DA
.604
.000
-.0
006 .996
.851
1.175
Sumber Daata: Hasil Olahaan SPSS Versi 16.0 for Windows
Beerdasarkan tabel 4.8 ddi atas nilaai Tolerancee dari variaabel indepeenden
kapemilikkan institusi, ukuran deewan komissaris, kompo
osisi komissaris independen,
ukuran deewan direksi dan leveraage keuang
gan berturutt-turut (0,8662; 0,521; 0,875;
0
0,516; 0,,851), sedan
ngkan nilai VIF (varia
ance inflation factor ) adalah (1
1,161;
1,919; 1,1142; 1,937;; 1,175). N
Nilai terseb
but tidak seesuai dengaan syarat gejala
g
multikolinnearitas (tolerance < 0,,10 atau VIF
F > 10), ataau dengan kkata lain varriabel
independeen penelitan
n bebas dari gejala multtikolinearitaas.
4.1.4.3 Uji Autokoreelasi
Uji autokorelaasi adalah ppengujian asumsi
a
dalaam regresi ddi mana varriabel
dependen tidak berko
orelsi dengaan dirinya sendiri, baik nilai periiode sebelumnya
(t-1) atau nilai periode sesudahn
hnya (t) Gejjala autokorrelasi dapa dilihat darri nila
Durbin-W
Watson (D-W
W) jika di b awah -2 beerarti ada au
utokorelasi ppositif, jikaa nilai
D-W di anntara -2 sam
mpai +2 tidaak ada autok
korelasi dan
n jika D-W di atas +2 maka
terjadi auttokorelasi negatif (Santtosa dan Pak
karti, 2005;161).
Tabel 4.9
4
UJi Autoko
orelasi
Model Sum
mmaryb
Mo
odel
R
R
Square
Adjuste
ed R
Squa
are
1
.348a
.121
-.008
a. Predictors: (Constant),
(
L
Lev, KKI, UDK, KI, UDD
b. Dependent Variable:
V
DA
A
Std. Error off
the
DurbinEstimate Watson
.136700
1.799
Sum
mber Data: Hasil Olahan SPSS
S Versi 16.0 forr Windows
Beerdasarkan tabel
t
4.9 ddapat diketaahui bahwa nilai D-W
W adalah (1,,799).
Hal tersebbut menunju
ukkan bahw
wa variabell independeen tidak berrkorelasi deengan
dirinya senndiri karenaa nilai D-W
W terletak dii antara -2 sampai +2.
4.1.4.4 Uji Heterokeedastisitas
Pengujian ini bertujuaann untuk meengetrahui apakah
a
moddel regresi yang
uk menguji pengaruh variabel
v
ind
dependen teerhadap varriabel
akan diguunakan untu
dependen terjadi ketidaksama
k
aan varian dari resiidu satu pengamatan
n ke
pengamataan yang lain
n sehingga penafsiran koefisien reegresi menjjadi tidak efisien
dan hasil penafsiran
p
menjadi
m
kurrang akurat (Santosa dan Pakarti, 2005;242).
Gambar 4.3
Ujji Heteroked
dastisitas
18
Sumber Data: Hasil Olahan SPSS Versi 16.0 for Windows
Gejala heteroskedastisitas dapat dilihat melalui diagram pencar residual,
jika membentuk pola tertentu yang teratur maka terjadi heteroskadastisitas tetapi
jika sebaliknya maka terjadi homoskedastisitas dan dalam regresi yang baik tidak
terjadi heteroskedastisitas. Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas, karena residu berpencar dan tidak membentuk
pola tertentu yang teratur.
4.1.5 Hasil Uji Hipotesis
4.1.5.1 Uji t
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda. Regresi
dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (kepemilikan institusi,
ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen, ukuran dewan direksi
dan leverage keuangan) terhadap variabel dependen (manajeman laba). Persamaan
regresi dapat disusun dari Tabel 4.6 (unstandardized coefficients) (ß) untuk
menguji hipotesis penelitian.
Y = 0,194 – 0,163KI+ 0,21UDK – 0,038KKI – 0,19UDD – 0,03Lev
Berdasarkan persamaan regresi di atas dapat diketahui bahwa nilai
konstanta (0,194) bernilai positif. Hal ini diartikan bahwa tanpa variabel
independen telah terjadi manajemen laba sebesar 19,4%. Adapun uji hipotesis
penelitian dapat dilihat dari nilai ß dan signifikansi α berikut:
(a) Kepemilikan institusi (KI) ß bernilai -0,163, berarti setiap kenaikan satu unit
variabel kepemilikan institusi menurunkan manajemen laba sebesar 0,163.
Tingkat signifikansi variabel kepemilikan institusi sebesar 0,217 > 0,05,
maka H0 diterima dan Ha yang menyatakan ada pengaruh negatif signifikan
antara kepemilikan institusi dengan manajem laba ditolak. Berarti secara
parsial terdapat pengaruh negatif tidak signifikan antara kepemilikan institusi
dengan manajemen laba.
(b) Ukuran dewan komisaris (UDK) ß bernilai 0,021, berarti setiap kenaikan satu
unit ukuran dewan komisaris dapat menaikkan manajemen laba sebesar
0,021. Tingkat signifikansi variabel ukuran dewan komisaris sebesar 0,256 >
0,05, maka H0 deterima dan Ha yamg menyatakan ada pengaruh negatif
signifikan antara ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba ditolak.
Berarti secara parsial terdapat pengaruh positif tidak signifikan antara ukuran
dewan komisaris dengan manajemen laba.
(c) Komposisi komisaris independen (KKI) ß bernilai -0,038, berarti setiap
kenaikan satu unir komisaris independen akan menurunkan manajemen laba
sebesar -0,083. Tingkat signifikansi variabel komposisi komisaris independen
sebesar 0,872 > 0,05, maka H0 diterima dan Ha yang menyatakan ada
pengaruh negatif signifikan antara komposisi komisaris independen dengan
manajemen laba ditolak. Berarti secara parsial terdapat pengaruh negatif tidak
signifikan antara komposisi komisaris independen dengan manajemen laba.
(d) Ukuran dewan direksi (UDD) ß bernilai -0,019, berarti setiap kenaikan satu
unit ukuran dewan direksi akan menurunkan manajemen laba sebesar 0,019.
Tingkat signifikansi variabel ukuran dewan direksi sebesar 0,086 > 0,05,
maka H0 diterima dan Ha yang menyatakan ada pengaruh negatif signifikan
antara ukuran dewan direksi dengan manajemen laba ditolak. Berarti secara
parsial terdapat pengaruh negatif tidak signifikan antara ukuran dewan direksi
dengan manajemen laba.
19
(e) Leverage keuangan (Lev) ß bernilai -0,003, berarti setiap kenaikan satu unit
leverage keuangan akan menurunkan manajemen laba sebesar 0,003. Tingkat
signifikansi variabel leverage keuangan sebesar 0,996 > 0,05, maka H0
diterima dan Ha yang menyatakan ada pengaruh positif signifikan antara
leverage keuangan terhadap manajemen laba ditolak. Berarti ada pengaruh
negatif tidak signifikan antara leverage keuangan dengan manajemen laba.
4.1.5.2 Uji F
Uji F ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara keseluruhan atau bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Hal
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.10
Uji F dengan Anovab
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.088
5
Residual
.635
34
F
.018 .939
Sig.
.468a
.019
Total
.723
39
a. Predictors: (Constant), Lev, KKI, UDK, KI, UDD
b. Dependent Variable: DA
Sumber Data: Hasil Olahan SPSS Versi 16.0 for Windows
Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa nilai F 0,939 dan signifikansi
0,468>0,05, maka dengan demikaian H0 diterima dan Ha ditolak. Berarti variabel
independent secara keseluran berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen
laba.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap
Manajemen Laba
4.2.1.1 Pengaruh Kepemilikan Institusi terhadap Manajemen Laba
Kepemilikan institusi merupakan pemegang saham mayoritas dalam
perusahaan. Pemilik saham mayoritas sangat membutuhkan informasi perusahaan
melalui pihak manajemen sebagai pengelola perusahaan, di mana informasi
tersebut digunakan untuk mengontrol dan memprediksi eksistensi perusahaan
dalam jangka panjang. Porsi kepemilikan institusi yang tinggi juga diharapkan
mampu mengurangi motivasi manajer dalam intervensi laporan keuangan
sehingga tidak merugikan pihak investor.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, nilai sig. 0,217 > 0,05 menunjukkan
bahwa hipotesis pertama tidak signifikan, meskipun tidak signifikan tetapi jika
dilihat pada nilai ß -0,163, maka arah pengaruh bersifat negatif. Berarti semakin
tinggi kepemilikan pihak institusi akan menurunkan manajemen laba. Hal ini
sesuai dengan teori yang diprediksikan.
Penelitian ini selaras dengan penelitian Yulianto (2010;89), Midiastuty
dan Mahfoedz (2003) dalam Yulianto (2010) yang manemukan bahwa teradapat
pengaruh negatif antara kepemilikan isntitusi terhadap manajemen laba. Hasil
penelitian yang tidak sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian Boediono
(2005), Siregar dan Utama (2005) yang menemukan kepemilikan institusi
memiliki hubungan positif dengan manajemen laba.
20
4.2.1.2 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Manajeman Laba
Dewan komisaris sebagai badan pengawas dalam perusahaan guna
melakukan kontrol bagi pihak manajemen agar perusahaan dijalankan dengan baik
sesuai prinsip GCG. Mengingat dewan komisaris tersebut merupakan bagian
penting dalam mekanisme GCG yang bertujuan memberi petunjuk kepada
manajemen eksekutif perusahaan, maka semakin banyak jumlah dewan komisaris
diharapkan akan mampu meningkatkan kinerja manajemen.
Berdasarkan hasil penelitian di atas nilai sig. 0,256 > 0,05 menunjukkan
bahwa hipotesis kedua tidak signifikan, meskipun tidak signifikan jika dilihat
dilihat dari nilai ß 0,021, arah pengaruh bersifat positif. Berarti semakin tinggi
ukuran dewan komisaris maka akan menaikkan manajemen laba. Hal ini tidak
sesuai dengan teori yang diprediksikan sebelumnya.
Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Yulianto (2010;91) yang
menemukan bahwa terdapat penagruh negatif anatara ukuran dewan komisaris
dengan manajemen laba. Penelitian yang sesuai dengan penelitian ini adalah
penelitian Jansen (1993), Yermarck (1996) dan Ujiyanto dan Pramuka (2007)
dalam Yulianto (2010) yang menemukan bahwa semakin besar dewan komisaris
maka semakin besar kecurangan dalam pelaoran keuangan.
4.2.1.3 Pengaruh Komposisi Komisaris Independen terhadap Manajemen
Laba
Komisaris independen adalah dewan yang dipilih dari RUPS untuk
melakukan pengawasan terhadap manajemen. Dewan komisaris dalam perusahan
merupakan dewan yang netral, di mana dewan komisaris independen tersebut
berfungsi sebagai dewan pengawas setelah dewan komisaris dependen.
Keberadaan dewan komisaris independen dalam internal perusahaan diharapkan
agar dapat bersikap arif dan bijaksana serta tidak memihak pada satu pihak
sehingga keberadaannya dapat mengurangi penyelewengan manajemen dan dapat
memberikan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian di atas nilai sig. 0,872 > 0,05 menunjukkan
bahwa hipotesis ketiga tidak signifikan, meskipun tidak signifikan jika dilihat
dilihat dari nilai ß -0,038, arah pengaruh bersifat negatif. Berarti semakin tinggi
komposisi komisaris independen maka akan menurunkan manajemen laba. Hal
ini telah sesuai dengan teori yang diprediksikan.
Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian Racmawati dan Triatmoko
(2007) dan Yulianto (2010) yang menemukan bahwa ada pengaruh negatif tidak
signifikan antara komposisi komisaris independen dengan manajemen laba.
Sementara itu penelitian yang berbeda dengan peneltian ini adalah peneltian
Boediono (2005), Siregar dan Utama (2005) yang menyatakan komposisi
komisaris independen berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
4.2.1.4 Pengaruh Ukuran Dewan Direksi terhadap Manajemen Laba
Dewan direksi adalah pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan
perusahaan. Direksi harus mengelola perusahaan berdasarkan kepentingan
bersama terutrama pemegang saham, karena direksi tersebut dipilih melalui RUPS
dalam perusahaan. Secara umum peranan dan tugas direksi ialah menjalankan
fungsi pengendalian perusahaan dengan tujuan menciptakan nilai tambah bagi
21
pemegang saham dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mendapatkan
kepercayaan di masa mendatang.
Berdasarkan hasil penelitian di atas nilai sig. 0,086 > 0,05 menunjukkan
bahwa hipotesis keempat tidak signifikan, meskipun tidak signifikan jika dilihat
dilihat dari nilai ß -0,019, arah pengaruh bersifat negatif. Berarti semakin tinggi
ukuran dewan direksi maka akan menurunkan manajemen laba. Hal ini sesuai
dengan teori yang diprediksikan.
Hasil penelitian ini tidak relevan dengan penelitian Jansen (1993),
Midiastuty dan mahfoedz (2003) dan Yulianto (2010) yang menunjukkan
pengaruh positif tidak signifikan antara ukuran dewan direksi dengan manajemen
laba.
4.2.2 Pengaruh Leverage Keuangan terhadap Manajemen Laba
Leverage keuangan merupakan total utang dibagi dengan total
aset. Leverage dapat mengurangi konflik kepentingan antara manajer dan
dengan pemberi manajemen (bondholders). Jika leverage menggambarkan
tanggungan utang perusahaan, maka semakin tinggi tingkat leverage berarti
juga semakin tinggi tingkat utang perusahaan.
Kondisi tersebut akan memungkinkan pihak manajemen dmelakukan
penyimapangan termasuk melakukan manajemen laba agar kinerja yang
akan dilaporkan pada pihak kreditur menjadi baik. Selain itu, dengan
memanajemen laba, manejer akan dengan mudah mendapatkan pinjaman
pada kreditur. Dengan dimikian dapat disimpulakan bahwa leverage keuangan
baisa mempertinggi tingkat manajemen laba perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian di atas nilai sig. 0,996 > 0,05 menunjukkan
bahwa hipotesis kelima tidak signifikan, meskipun tidak signifikan jika dilihat
dilihat dari nilai ß -0,003, arah pengaruh bersifat negatif. Berarti semakin tinggi
leverage keuangan perusahaan maka akan menurunkan manajemen laba. Hal ini
sesuai dengan teori yang diprediksikan sebelumnya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Yulianto (2010;96), Ujiyanto
dan Pramuka (2007) yang menunjukkan adanya pengaruh negatif tidak signifikan
antara leverage keuangan dengan manajemen laba. Penelitian yang tidak relevan
dengan penelitian ini adalah penelitian Guenther (2001) dalam Yulianto (2010)
yang menyatakan leverage keuangan mempunyai hubungan positif signifikan
dengan manajemen laba perusahaan.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian terhadap 20 perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2010 yang sesuai dengan kriteria sampel dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kepemilikan institusi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
manajemen laba karena nilai koefisien regresi (ß) -0,163 dan hipotesis
alternatif tidak signifikan karena nilai sig 0,217 > 0,05.
2. Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
manajemen laba karena nilai koefisien regresi (ß) 0,021 dan hipotesis
alternatif tidak signifikan karena nilai sig 0,256 > 0,05.
3. Komposisi komisaris independen berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap manajemen laba karena koefisien regresi (ß) bernilai -0,038 dan
hipotesis alternatif tidak signifikan karena nilai sig 0,872 > 0,05.
22
4.
Ukuran dewan direksi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
manajemen laba karena koefisien regresi (ß) bernilai -0,019 dan hipotesis
alternatif tidak signifikan karena nilai sig 0,086 > 0,05.
5. Leverage keuangan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen
laba perusahaan perbanakan karena koefisien regresi (ß) bernilai -0,003 dan
hipotesis alternatif tidak signifikan karena nilai sig 0,996 > 0,05.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian di atas maka saran
yang dapat diberikan peneliti sebagai berikut:
1. Manajemen laba adalah praktik yang merugikan bagi semua pihak yang
berkepentingan baik pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan, oleh
karena itu diharapkan kepeda para manajer agar melakukan pengelolaan
prinsip GCG secara konsisten sesuai dengan ketentuan yang berlaku, agar
dapat mewujudkan kondisi perbankan yang sehat sehingga mandapatkan
kepercayaan masyarakat, nasabah maupun investor.
2. Investor harus memiliki pertimbangan serta berhati-hati dalam mengambil
keputusan bisnis. Investor tidak boleh hanya berfokus pada informasi
keuangan saja, akan tetapi juga harus memperhatikan informasi non
keuangan separti penerapan GCG dan peraturan bank Indonesia pada
perusahaan perbankan.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan dan menyempurnakan
keterbatasan penelitian seperti yang telah dijabarkan dalam keterbatasan
penelitian.
23
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, Iman. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Penerbit Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gujarati, Damondar. 1995. Ekonomitrika Dasar. Sumarno Zain (penterjemah). Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Hanafi, Manduh. 2004. Manajemen Keuangan. Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Harahap, Sofyan F. 1996. Teori Akuntansi. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Indroes, Ferry N. 2008. Manajemen Risiko Perbankan. Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.
Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan. Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.
______. 2002. Bank dan lembaga keuangan lainnya. Penerbit PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Metode Kuantitatif. Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Pedoman Penyusun Karya Ilmiah Ya Berupa Skripsi. 2008. Fakultas Ekonomi
Universitas Madura.
Santosa, Purbayu B dan Pakarti Puji. 2005. Analisis Statistik dengan MS. EXEL dan
SPSS. Penerbit Andi Yogyakarta, Yogyakarta.
Singgih, Santoso. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Penerbit PT Elex
Media Komputindo, Jakarta.
Supardi. 1993. Metodologi Penelitian Bisnis. Penerbit fakultas Ekonomi Universitas
Islam Yogyakarta, Yogyakarta.
Tunggal, Iman S dan Tunggal, Widjaja A. 2002. Membangun Good Corporate
Governance (GCG). Penerbit Harvarindo, Jakarta.
Ujiyantho, Muh. Arief. dan Pramuka, Bambang Agus. 2007. Mekanisme Good corporate
governance, Manajemen laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional
Akuntansi IV, Bandung.
Umar, husein. 2001. Riset Akuntansi. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, jakarta.
Ulum, Ihyaul. 2004. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit UMM Pers, Malang.
Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. 2010. komisaris independen.
http://boedexx.blogspot.com/2010/07/komisaris-independen.html.
____________. 2010. Dewan Direksi. http://boedexx.blogspot.com/2010/07/dewandireksi. html.
24
Yulianto, Eko. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Dan Leverage
Keuangan Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2007-2008. Skripsi tidak Diterbitkan. Universitas
Malang.
25
Download