Prawacana - Akbid Ar

advertisement
LITERAT No. 31 Tahun 2010
ISSN: 1411–2566
Prawacana
Bismillahirrohmanirrohiim,
Assalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh,
Pada bulan Maret tahun ini, Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas (JIKK) Akademi
Kebidanan Ar Rahmah hadir dengan sejumlah hasil kajian dan penelitian para dosen, baik
dosen AKBID Ar Rahmah maupun dosen perguruan tinggi lainnya, yang dengan senang
hati berbagi wawasan dan pengetahuan mereka demi meningkatkan kualitas keilmuan di
bidang kebidanan di bumi pertiwi ini.
Mengawali JIKK edisi ke-3 ini, Yuliustina memaparkan tentang Pengetahuan Ibu
Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel
Bandung. Tulisan Selanjutnya, Iis Wahyuni yang memaparkan mengenai Pengetahuan
Bidan Mengenai Obat-Obat Yang Biasa Diberikan Kepada Ibu Hamil Dan Menyusui Di
Puskesmas Citeureup Kota Cimahi. Tak kalah menarik, Irma Rosliani Dewi memaparkan
tentang Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Di Rumah Sakit Paru Dr. M.
Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor. Tulisan selanjutnya, Diah Nurmayawati mengkaji
tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemberian Tablet Fe (Zat Besi) Di
Rumah Bersalin Sri Yuni Bandung. Selanjutnya, Sundari memaparkan mengenai Program
Kelas Ibu Hamil Di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi Tahun 2013 (Studi
Diskriptif Pendapat Bidan Tentang Program Kelas Ibu Hamil Di Rumah Sakit Umum
Daerah Cibabat Cimahi Tahun 2013). Tulisan selanjutnya, Yuliati menguraikan tentang
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Diabetes Mellitus Dalam Kehamilan (Diabetes Mellitus
Gestasional) Di Klinik Bersalin Kumala Bunda Kota Bandung Tahun 2012. Tulisan terakhir,
Esti Hitatami mengkaji tentang Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai Hiperemesis Gravidarum
Di Ruang Poli Kebidanan RSKIA Kota Bandung Tahun 2012.
Tak hentinya kami mengajak pembaca dari semua kalangan untuk senantiasa
menggunakan JIKK sebagai media publikasi hasil kajian dan penelitian. Kami yakin, setiap
kegiatan ilmiah yang telah dilakukan akan terasa lebih bermanfaat tatkala dipublikasikan
dan menjadi konsumsi masyarakat ilmiah. Oleh karena itu, kami tunggu karya Anda untuk
edisi JIKK selanjutnya.
Akhir kata, sajian JIKK edisi kali ini diharapkan bermanfaat dan senantiasa
membuka cakrawala informasi bagi Anda. Selamat membaca!
Billahittaufiq walhidayah,
Wassalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh.
Penyunting.
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 1
jikk
ISSN: 2356-5454
jikk
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas
Nomor 03 Tahun 2012, ISSN: 2356-5454
Diterbitkan oleh,
Ar Rahmah Press
Akademi Kebidanan
Ar Rahmah – Bandung
Penanggung Jawab
Hj. Diah Nurmayawati
Ketua Penyunting
Yuliati
Wakil Ketua Penyunting
Andi Laksana B
Anggota
Esti Hitatami
Sundari
Desra Amelia
Irma Rosliani Dewi
Iis Wahyuni
Widyastuti
Nunung Kanianingsih
Winarni
Ajeng Windyastuti
JM Weking
Yuliustina
Mitra Bestari (Penyunting Ahli)
Elvi Era Liesmayani (AKBID Panca Bhakti)
Widyah Setyowati (STIKES Ngudi Waluyo U)
Titiek Soelistyowatie (Unika Atma Jaya)
Ari Murdiati (Univ. Muhammadiyah Semarang)
Lingga Kurniawati (POLTEKKES Semarang)
Frida Cahyaningrum (STIKES Karya Husada)
Crismis Novalina Ginting (Univ. Gadjah Mada)
Santy Deasy Siregar (Univ. Sumatera Utara)
Deby Novita Siregar (STIKes Helvetia)
Jupri Kartono (AKBID Panca Bhakti)
Aries Cholifah (Univ. Negeri Surakarta)
Setting Layout & Sirkulasi
M. Andriana Gaffar
Yadi Firmansyah
Hamdan Hidayat
Hamdani
Fitriasukma Ekaputra
Hal | 2
Nomor 03 Tahun 2012
Daftar Isi
PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG
PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI DI
RUANG DEBORA RUMAH SAKIT IMMANUEL
BANDUNG
oleh
Yuliustina ... 3
PENGETAHUAN BIDAN MENGENAI OBATOBAT YANG BIASA DIBERIKAN KEPADA IBU
HAMIL DAN MENYUSUI DI PUSKESMAS
CITEUREUP KOTA CIMAHI
oleh
Iis Wahyuni ... 12
PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG
TUBERCULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU
DR.
M.
GOENAWAN
PARTOWIDIGDO
CISARUA BOGOR
oleh
Irma Rosliani Dewi ... 22
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL
TENTANG PEMBERIAN TABLET FE (ZAT
BESI) DI RUMAH BERSALIN SRI YUNI
BANDUNG
oleh
Diah Nurmayawati ... 31
PROGRAM KELAS IBU HAMIL DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH CIBABAT CIMAHI
TAHUN 2013 (STUDI DISKRIPTIF PENDAPAT
BIDAN TENTANG PROGRAM KELAS IBU
HAMIL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
CIBABAT CIMAHI TAHUN 2013)
oleh
Sundari ... 37
PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG
DIABETES MELLITUS DALAM KEHAMILAN
(DIABETES MELLITUS GESTASIONAL) DI
KLINIK BERSALIN KUMALA BUNDA KOTA
BANDUNG TAHUN 2012
oleh
Yuliati ... 43
PENGETAHUAN IBU HAMIL MENGENAI
HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUANG POLI
KEBIDANAN RSKIA
KOTA BANDUNG
TAHUN 2012
oleh
Esti Hitatami ... 48
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
ISSN: 2356-5454
PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT
PADA BAYI DI RUANG DEBORA RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG
Oleh
Yuliustina
ABSTRAK
Tali pusat adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran
kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari yang menyuplai nutrisi dan oksigen ke
janin. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang
perawatan tali pusat pada bayi dilihat dari segi pengertian, manfaat, tanda bahaya, dan sistem
rujukan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi yang
diambil adalah ibu nifas yang dirawat di Rumah Sakit Immanuel. Pengambilan sampel secara
accidental sampling dengan jumlah responden yang didapat sebanyak 55 orang. Hasil penelitian
didapatkan bahwa sebagian besar pengetahuan ibu nifas tentang pengertian perawatan tali pusat
pada bayi di Rumah Sakit Immanuel kategori Baik 29 orang (52,73%), kategori Cukup 18 orang
(32,73%), kategori Kurang 8 orang (14,55%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu
nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi dikategorikan Baik yaitu sebesar 29 orang (52,73%).
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua orang yang membaca karya tulis ilmiah ini.
Kata Kunci
: Ibu Nifas, Perawatan Tali Pusat
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
pembangunan
kesehatan
menuju Indonesia sehat 2010 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat yang optimal di seluruh wilayah
Indonesia.
Salah satu upaya yang dapat
dilakukan
untuk
menurunkan
angka
kesakitan (morbilitas) dan angka kematian
(mortalitas) pada bayi adalah dengan
memberikan pelayanan kesehatan yang efektif
pada masyarakat tentang perawatan tali pusat
bayi, dalam melaksanakan upaya tersebut
diperlukan sumber daya manusia yang
mempunyai kemampuan untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas yaitu dengan
memberikan penjelasan tentang kesehatan
kepada klien sehingga pengetahuan yang
dimiliki oleh klien diharapkan dapat
mempengaruhi perilaku klien terhadap
kesehatan.
Tali pusat atau funiculus umbilicalis
adalah saluran kehidupan bagi janin selama
dalam
kandungan.
Dikatakan
saluran
kehidupan karena saluran inilah yang selama
9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan
oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir,
saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga
harus dipotong dan diikat atau dijepit.
(http://mommygadget.com/2009/04/19/ merawattali-pusat/)
Perawatan
tali
pusat
adalah
melakukan pengobatan dan peningkatan tali
pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu
dengan bayi. Dan kemudian tali pusat dirawat
dalam keadaan steril, bersih dan terhindar
dari
infeksi
tali
pusat.
(http://www.ask.com/?q=perawatan%20tali%20pu
sat&o=10147&I=is)
Perawatan tali pusat yang baik dan
benar akan memberikan dampak positif yaitu
tali pusat akan pupus pada hari ke-5 dan hari
ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan
dampak negatif dari perawatan tali pusat
yang tidak benar adalah bayi akan mengalami
penyakit Tetanus Neonatorum dan dapat
mengakibatkan kematian. (Helen Farerr ; 187)
Tujuan perawatan tali pusat adalah
untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus
pada bayi baru lahir, penyakit ini disebabkan
karena masuknya spora kuman tetanus
kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari
alat steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 3
jikk
ISSN: 2356-5454
daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat
sehingga dapat mengakibatkan infeksi.
(Depkes RI, 2005)
Pada tahun 2000 WHO (Word Hearth
Organisation) menemukan angka kematian
bayi sebesar 560.000, yang disebabkan oleh
infeksi tali pusat, Negara Afrika angka
kematian bayi yang disebabkan infeksi tali
pusat 126.000 (21%), Negara Asia Tenggara
diperkirakan ada 220.000 kematian bayi, di
Negara Afrika maupun di Asia Tenggara
kematian disebabkaan karena perawatan tali
pusat pada bayi baru lahir yang kurang
bersih.
(http://www.ask.com/?q=perawatan%20tali%20pu
sat&o=10147&I=is)
Berdasarkan data Dinas kesehatan
Provinsi Jawa Barat bahwa jumlah kematian
bayi pada tahun 2009 sebanyak 5.719 bayi dari
845.964 kelahiran hidup. Pada tahun 2008
kasus kematian bayi sebanyak 10 kasus.
Penyebab langsung kematian bayi antara lain
BBLR 158 kasus (48,47%), asfiksia 100 kasus
(30,6%), Infeksi 68 kasus (20,8%). Kasus lain
diantaranya RDS (Respiratory Death Syndrom)
Atresiaani, Multiple Congenital, Meningitis,
Haemophylia, Sepsis, Icterus, dan Encephalitis.
(Profil Din.Kes. Jabar 2008)
Berdasarkan data yang didapat dari
rekam medik RS.Immanuel Bandung peneliti
menemukan data bayi lahir tahun 2009
sebanyak 215 bayi, yang meninggal 28 bayi.
Pada tahun 2010 bayi yang lahir 235 bayi dan
yang meninggal 20 orang. Pada tahun 2011
bulan Januari sampai dengan Maret sebanyak
Nomor 03 Tahun 2012
85 bayi dan yang meninggal sebanyak 5 bayi,
2 diantaranya meninggal oleh karena infeksi
tali pusat yang rujuk ke rumah sakit
Immanuel.
Pentingnya melakukan perawatan tali
pusat pada bayi tidak terlepas dari tingkat
pengetahuan klien itu sendiri, pengetahuan
atau kognitif domain yang sangat penting
akan terbentuknya tindakan seseorang.
Perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari
oleh
pengetahuan.
Dengan
pengetahuan maka akan terbentuk tindakan
klien
dalam
memahami
pentingnya
perawatan
sehinggan
klien
mau
melaksanakan hal tersebut maka, jelaslah
tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi
klien
dalam
memahami
pentingnya
perawatan tali pusat pada bayi.
Baik tidaknya pengetahuan tentang
kesehatan dipengaruhi juga oleh beberapa
faktor yaitu : Umur, Pendidikan, dan Paritas
karena semakin bertambahnya pengetahuan
masyarakat tentang perawatan tali pusat pada
bayi baru lahir maka akan makin tinggi
keinginannya untuk mengetahui kesehatan
dalam dirinya dan juga akan menambah suatu
tingka laku atau kebiasaan yang sehat dalam
diri masyarakat (Notoatmodjo, 2002).
Dari latar belakang diatas maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
“PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG
PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI DI
RUANG
DEBORA
RUMAH
SAKIT
IMMANUEL BANDUNG”.
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Dimensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengertian Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi
di Ruang Debora
Tabel 5.1 Distrubusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Pengertian Perawatan Tali Pusat.
Hal | 4
No.
Pengertian
f
%
1
Baik
43
78,18
2
Cukup
9
16,36
3
Kurang
3
5,45
Total
55
100
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
ISSN: 2356-5454
Gambar 5.1 Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Pengertian
Perawatan Tali Pusat
Kurang
6%
Cukup
16%
Baik
78%
Berdasarkan tabel atau diagram 5.1
diatas dapat dilihat bahwa responden yang
berpengetahuan baik sebanyak 43 (78,18%)
responden, yang berpengetahuan cukup
sebanyak 9 (16,36%) responden, dan yang
berpengetahuan kurang sebanyak 3 (5,45%)
responden.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar ibu nifas
yang dirawat di ruang Debora Rumah Sakit
Immanuel mempunyai pengetahuan baik
tentang pengertian perawatan tali pusat, yaitu
sebesar 78,18%.
Dimensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Manfaat Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi di
Ruang Debora
Tabel 5.2 Distrubusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Manfaat Perawatan Tali Pusat.
No.
Manfaat
f
%
1
Baik
40
72,73
2
Cukup
9
16,36
3
Kurang
6
10,91
Total
55
100
Gambar 5.2 Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Manfaat
Perawatan Tali Pusat
Kurang
11%
Cukup
16%
Baik
73%
Berdasarkan tabel atau diagram 5.2
diatas dapat dilihat bahwa responden yang
berpengetahuan baik sebanyak 40 (72,73%)
responden, yang berpengetahuan cukup
sebanyak 9 (16,36%) responden, dan yang
berpengetahuan kurang sebanyak 6 (10,91%)
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 5
jikk
ISSN: 2356-5454
responden.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar ibu nifas
yang dirawat di ruang Debora Rumah Sakit
Nomor 03 Tahun 2012
Immanuel mempunyai pengetahuan cukup
tentang pengertian perawatan tali pusat, yaitu
sebesar 72,73%.
Pengetahuan Responden Berdasarkan Tanda Bahaya
Tabel 5.3
Distrubusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya Perawatan Tali Pusat.
No.
Pengertian
f
%
1
Baik
31
56,36
2
Cukup
14
25,45
3
Kurang
10
18,18
Total
55
100
Gambar 5.3 Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda
Bahaya Perawatan Tali Pusat
Kurang
18%
Baik
56%
Cukup
26%
Berdasarkan tabel atau diagram 5.3
diatas dapat dilihat bahwa responden yang
berpengetahuan baik sebanyak 31 (56,36%)
responden, yang berpengetahuan cukup
sebanyak 14 (25,45%) responden, dan yang
berpengetahuan kurang sebanyak 10 (18,18%)
responden.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar ibu nifas
yang dirawat di ruang Debora Rumah Sakit
Immanuel mempunyai pengetahuan cukup
tentang pengertian perawatan tali pusat, yaitu
sebesar 56,36%.
Pengetahuan Responden Berdasarkan Sistem Rujukan
Tabel 5.4 Distrubusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Sistem Rujukan Perawatan Tali Pusat.
Hal | 6
No.
Pengertian
F
%
1
Baik
32
58,18
2
Cukup
10
18,18
3
Kurang
13
23,64
Total
55
100
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
ISSN: 2356-5454
Gambar 5.4 Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Sistem
Rujukan Perawatan Tali Pusat
Kurang
24%
Baik
58%
Cukup
18%
Berdasarkan tabel atau diagram 5.4
diatas dapat dilihat bahwa responden yang
berpengetahuan baik sebanyak 32 (58,18%)
responden, yang berpengetahuan cukup
sebanyak 10 (18,18%) responden, dan yang
berpengetahuan kurang sebanyak 13 (23,64%)
responden.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar ibu nifas
yang dirawat di ruang Debora Rumah Sakit
Immanuel mempunyai pengetahuan cukup
tentang pengertian perawatan tali pusat, yaitu
sebesar 58,18%.
Pengetahuan Responden Tentang Perawatan Tali Pusat Secara Umum
Tabel 5.5 Distrubusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Secara Umum
No.
Pengertian
F
%
1
Baik
29
52,73
2
Cukup
18
32,73
3
Kurang
8
14,55
Total
55
100
Gambar 5.5 Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan
Tali Pusat Secara Umum
Kurang
14%
Cukup
33%
Berdasarkan tabel atau diagram 5.5
diatas dapat dilihat bahwa responden yang
berpengetahuan baik sebanyak 29 (56,36%)
responden, yang berpengetahuan cukup
sebanyak 18 (32,73%) responden, dan yang
berpengetahuan kurang sebanyak 8 (14,55%)
responden.
Dengan
demikian
dapat
Baik
53%
disimpulkan bahwa dari 55 responden ibu
nifas yang dirawat di ruang Debora Rumah
Sakit Immanuel mempunyai pengetahuan
Baik sebanyak 29 (52,73%) responden.
Pengertian Perawatan Tali Pusat
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 7
ISSN: 2356-5454
Perawatan
tali
pusat
adalah
pengobatan dan pemotongan tali pusat yang
menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara
ibu dan bayi, kemudian tali pusat dirawat dan
dijaga kebersihannya dalam keadaan bersih,
steril dan terhindar dari infeksi tali pusat.
(http://www.ask.com/?q=
perawatan%20tali%
20pusat&o=10147&I=is
Tali pusat berisi dua arteri umbilikal yang
mengalirkan darah kotor (berisi zat metabolik)
dari janin ke plasenta; dan sebuah vena
umbilikal yang mengalirkan darah segar
(kaya akan oksigen dan nutrient) dari plasenta
ke janin.
Berdasarkan dari
analisis
data
didapatkan pengetahuan ibu nifas tentang
Pengertian perawatan tali pusat di Ruang
Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung
mempunyai pengetahuan baik, yaitu sebesar
43 (78,18%) responden, cukup sebesar 9
(16,36%) responden, dan yang kurang sebesar
3
(5,45%)
responden.
Hal
tersebut
dikarenakan para ibu nifas yang menjadi
responden sebagian besar memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi dan baik. Diharapkan
semua ibu nifas yang dirawat di rumah sakit
Immanuel mendapatkan informasi yang
lengkap sehingga pengetahuan ibu nifas yang
sudah baik ini dapat lebih ditingkatkan.
Manfaat perawatan tali pusat
Tali pusat atau funiculus umbilicalis
adalah saluran kehidupan bagi janin selama
dalam kandungan, karena saluran inilah yang
selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan
oksigen kejanin, tetapi begitu bayi lahir
saluran ini tidak diperlukan lagi sehingga
harus dipotong dan dijepit, kemudian tali
pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih,
kering, puput dan terhindar dari infeksi.
(Sodikin, 2009 : 39)
Berdasarkan dari hasil analisis data
didapatkan bahwa pengetahuan ibu nifas
tentang Manfaat perawatan tali pusat di
Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel
Bandung berpengetahuan baik yaitu sebesar
40 (72,73%) responden, cukup sebesar 9
(16,36%) responden, kurang sebesar 6 (10,91%)
responden. Hal ini disebabkan oleh karena
Hal | 8
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
tingkat
pengetahuan
responden
yang
berbeda-beda.
Dengan masalah diatas diharapkan
petugas pelayanan mampu memberikan
informasi dan pengetahuan tentang manfaat
perawatan tali pusat kepada ibu nifas yang
dirawat di ruangan Debora.
Tanda Bahaya Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat juga diperlukan
untuk
mencegah
terjadinya
media
berkembangbiak mikro organisme pathogen
seperti staphylococcus aureus atau clostridia.
(Helen Farrer, 2001 : 188)
Tali pusat yang belum puntung harus
selalu diperikasa dan dirawat untuk
mencegah terjadinya infeksi dan perdarahan.
Apabila puntung tersebut tampak kering
ikatan tali pusat bisa dilepaskan pada hari
ketiga. Puntung tali pusat akan terlepas
sendiri setelah mengalami proses nekrosis
menjadi kering. Dampak posotif dilakukannya
perawatan tali pusat, bayi akan sehat dengan
kondisi tali pusat bersih dan tidak terjadi
infeksi, serta tali pusat lepas dengan cepat
yaitu antara hari ke 6 hingga hari ke 8 tanpa
ada komplikasi. (Helen Farrer, 2001 : 187)
Dampak negatif perawatan tali pusat
apabila tidak dirawat dengan baik, kumankuman bisa masuk sehingga terjadi infeksi
yang
mengakibatkan
penyakit
tetanus
neonatorum. Penyakit ini adalah salah satu
penyebab kematian bayi yang terbesar di Asia
Tenggara dengan jumlah 220 kematian bayi,
sebab masih banyak masyarakat yang belum
mengerti tentang cara perawatan tali pusat
yang baik dan benar. (Dinkes RI, 2005)
Berdasarkan dari hasil analisis data
yang didapat bahwa pengetahuan ibu nifas
tentang Tanda Bahaya perawatan tali pusat di
Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel
Bandung berpengetahuan baik yaitu sebesar
31 (56,36%) responden, cukup 14 (25,45%)
responden, kurang 10 (18,18%) responden.
Hal tersebut dikarenakan para ibu nifas yang
menjadi responden sebagian besar memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi dan baik.
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
Pendidikan
yang
rendah
menyebabkan seseorang acuh tak acuh
terhadap
program
kesehatan
dan
pemeliharaan kesehatannya sendiri sehingga
mereka kurang mengenal tanda bahaya yang
mungkin terjadi. Tingkat pendidikan ibu yang
rendah,
mengakibatkan
kurangnya
pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah
kehamilan, persalinan, nifas, dan perawatan
bayi. Pengetahuan ini diperoleh baik secara
formal maupun informal. (Depkes RI, Sosial
Budaya Dasar Untuk PBB, 1996)
Sistem Rujukan Perawatan tali pusat
Dalam rangka usaha peningkatan
mutu pelayanan, sistem rujukan perlu dibina
dan dikembangkan. Pengertian dalam rujukan
terjadi antara lain penyerahan tanggung jawab
timbal balik mengenai perawatan penderita
dari satu unit kesehatan secara vertical dan
horizontal dari unit kesehatan yang lebih
mampu kepada yang kurang mampu dengan
tujuan :
1. Memberikan pelayanan kesehatan
pada penderita dengan tepat dan
cepat.
2. Menggunakan fasilitas kesehatan
yang seefesien mungkin.
3. Mengadakan
pembagian
tugas
kesehatan pada unit kesehatan sesuai
dengan lokasi dan kemampuan unitunit tersebut.
4. Masalah pelayanan kesehatan di
Indonesia belum dapat merata sampai
ke
pelosok-pelosok.
Fasilitas
kesehatan baik gedung, alat dan
ahlinya
berpusat dikota besar.
Adanya pengelolaan penderita yang
kurang tepat sering menimbulkan
kecacatan dan kematian. Mungkin
karena
terlambatnya
mengirim
penderita ke unit yang lebih mampu.
Pelaksanaan sistem rujukan ini perlu
ditentukan beberapa hal tentang regionalisasi.
Regionalisasi adalah pembagian wilayah
pelaksanaan
rujukan
didasarkan
atas
pembagian wilayah secara administratif,
tetapi dimana perlu didasarkan atas lokasi
ISSN: 2356-5454
atau mudahnya sistem rujukan itu dicapai.
Hal ini untuk menjaga agar sistem rujukan
mendapat arus pendidikan secara merata.
Berdasarkan dari hasil analisis data
yang didapat bahwa pengetahuan ibu nifas
tentang Sistem Rujukan berpengetahuan baik
yaitu sebesar 32 (58,18%) responden, cukup
sebesar 10 (18,18%) responden, kurang 13
(23,64%) responden. Hal ini disebabkan oleh
karena tingkat pendidikan yang berbeda-beda
serta kurangnya informasi yang diketahui
oleh ibu nifas tentang sistem rujukan yang
dapat dilakukan apabila diperlukan. Dengan
masalah diatas diharapkan petugas pelayanan
lebih mampu mengarahkan dan memberikan
informasi yang lengkap tentang sistem
rujukan kepada ibu nifas dan keluarga apabila
diperlukan.
Pengetahuan Responden Tentang Perawatan
Tali Pusat Secara Umum
Dari
keseluruhan
data
yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa ibu nifas
harus mampu merawat tali pusat secara baik
dan benar sehingga infeksi tetanus neonaturum
tidak akan terjadi pada bayi yang baru lahir.
Dari 55 responden didapatkan 29 (52,73%)
responden yang menjawab dengan benar.
Dengan demikian sebagian besar ibu nifas
yang dirawat di ruang Debora Rumah Sakit
Immanuel Bandung mempunyai pengetahuan
Baik 29 (52,73%) responden. Karena secara
keseluruhan ibu nifas yang menjadi
responden mempunyai pendidikan yang
tinggi.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali
pusat pada bayi di Ruang Debora Rumah
Sakit
Immanuel
Bandung
diperoleh
kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Sebagian besar ibu nifas di Rumah
Sakit Immanuel Bandung memiliki
pengetahuan yang Baik tentang
pengertian perawatan tali pusat
sebanyak 43 orang (78,18%).
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 9
jikk
ISSN: 2356-5454
2.
3.
4.
5.
Sebagian besar ibu nifas di Rumah
Sakit Immanuel Bandung memiliki
pengetahuan yang Cukup tentang
manfaat perawatan tali pusat yaitu
sebanyak 40 orang (72,73%).
Sebagian besar ibu nifas di Rumah
Sakit Immanuel Bandung memiliki
pengetahuan yang Kurang tentang
tanda bahaya yang bisa terjadi pada
perawatan tali pusat yang tidak benar,
yaitu sebanyak 31 orang (56,36,%).
Sebagian besar ibu nifas di Rumah
Sakit Immanuel Bandung memiliki
pengetahuan yang Kurang tentang
sistem rujukan yang dapat dilakukan
apabila diperlukan, yaitu sebanyak 32
orang (58,18,%).
Dari keseluruhan data 55 responden
yang
penulis
peroleh
dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan ibu
nifas tentang perawatan tali pusat
pada bayi di Ruang Debora Rumah
Sakit
Immanuel
Bandung
dikategorikan Baik sebanyak 29 orang
(52,73%).
Saran
Berdasarkan kesimpulan sebagaimana
tersebut diatas maka penulis menyarankan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Bagi Ibu nifas
 Harus lebih aktif berkomunikasi
dengan petugas kesehatan dalam hal
perawatan pada tali pusat.
 Harus lebih teliti dalam hal merawat
tali pusat pada bayi, agar terhindar
dari bahaya.
 Mau memotivasi diri untuk belajar hal
baru tentang perawatan tali pusat
yang dapat dibaca atau dipelajari baik
dari buku-buku maupun media
massa.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat
dijadikan masukan dan pedoman bagi
pendidikan dan para praktisi dalam
memahami pentingnya perawatan tali pusat.
Hal | 10
Nomor 03 Tahun 2012
3.
Bagi Peneliti lain
Dianjurkan peneliti selanjutnya
meneliti faktor lain, dengan harapan
dihasilkan suatu penelitian yang
mendekati keadaan sebenarnya dan
dipertanggungjawabkan.
untuk
dapat
lebih
dapat
4.
Bagi Instansi Kesehatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
menjadi informasi yang bermanfaat terutama
bagi petugas di Ruang Debora Rumah Sakit
Immanuel Bandung untuk memperbaiki mutu
pelayanan kepada ibu nifas.
Diharapkan petugas di Ruang Debora
Rumah Sakit Immanuel Bandung dapat
memberikan penyuluhan tentang perawatan
tali pusat dengan menggunakan metode
demonstrasi kepada ibu nifas, karena dari
hasil melakukan studi pendahuluan kepada
ibu nifas didapatkan masih ada ibu nifas yang
belum mendapatkan informasi yang tepat dan
jelas tentang perawatan tali pusat yang
sebenarnya sesuai dengan prosedur yang
berlaku saat ini (Eviden Base).
REFERENSI
A.Azis
Alimul
Hidayat,
2007,
Riset
Keperawatan dan Teknik Penulisan
Ilmiah, Salemba Medika, Jakarta
Abdul Bari Saifuddin, SpOG, MPH, 2002,
Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta
Azrul Azwar , MPH, 2008. Asuhan Persalinan
Normal & Inisiasi Menyusu Dini,
Jakarta
Dep.Kes RI 1996-1997 Perawatan Ibu dan
Anak di Rumah Sakit dan Pusat
Kesehatan Masyarakat. Biro
Hukum dan Humas
Helen
Farrer,
2001.
Perawatan
Maternitas.edisi 2. EGC, Jakarta.
http://ayurai.wordpress.com/2009/05/21/ta
lipusat-umbillicus/
http://www.ask.com/web?q=perawatan%20t
ali%20pusat&o=101487&l=is
http://www.melindahospital.com/modul/us
er/detail_artikel.php?id=973_Cara-
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
Merawat-Tali-Pusar-Bayi-yang-BaruLahir
Ircham Machfoedz, M.s. 2008, Statistika
Deskriptif
Bidang
Kesehatan,
Keperawatan,
Kebidanan,
Kedokteran, Fitramaya. Yogyakarta
Rustam Mochtar, MPH, 1998, Sinopsis
Obstetri Jilid 1.EGC, Jakarta.
Sarwono Prawirohardjo, SpOG, 2008, Ilmu
Kebidanan,
P.T.
Bina
Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
Soekidjo Notoatmodjo, 2002, Metodologi
Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta.
Jakarta
ISSN: 2356-5454
Soekidjo
Notoatmodjo,
2005,
Promosi
Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka
Cipta. Jakarta
Soekidjo Notoatmodjo, 2007, Kesehatan
masyarakat: Ilmu dan Seni, Rineka
Cipta, Jakarta
Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Metodologi
penelitian kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta
Suharsimi Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta. Jakarta
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 11
jikk
ISSN: 2356-5454
Nomor 03 Tahun 2012
PENGETAHUAN BIDAN MENGENAI OBAT-OBAT YANG BIASA DIBERIKAN KEPADA IBU
HAMIL DAN MENYUSUI DI PUSKESMAS CITEUREUP KOTA CIMAHI
Oleh
Iis Wahyuni
ABSTRAK
Di Indonesia, lebih dari 300 dari setiap 100.000 kehamilan berakhir dengan kematian pada ibu hamil,
dan ini jauh lebih tinggi daripada negara-negara lain. Pemerintah indonesia tengah berjuang keras
untuk mengurangi statistik ini (Mirza Maulana, 2008). Indonesia memang mengambil langkah untuk
memperbaiki taraf perawatan ibu. Pada tahun 2007 angka kematian ibu menurun sedikit, dari
373/100.000 ibu menjadi 307/100.000. Namun, Indonesia masih tertinggal dibelakang negara
kawasan Asia Tenggara (Mirza Maulana, 2008). Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2009 mencapai 307 per 100.000 KH dan tahun 2010 turun menjadi 286 per 100.000
Kelahiran Hidup (KH). Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan 28%,
preeklampsi-eklampsi 24% dan infeksi 11%. Berdasarkan Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Jawa Barat, AKI pada tahun 2009 sebesar 321,15 per 1000 KH dan tahun 2010 AKI mengalami
penurunan menjadi 320,15 per 100.000 KH (BPS Prov. Jabar, 2010). Penyebab dari kematian ibu di
Jawa Barat dengan komplikasi adalah perdarahan 26,3%, preeklampsi-eklampsi 24,7%, infeksi 13,6%.
Efek samping yang terjadi pada ibu hamil ini disebabkan karena pada trimester pertama biasanya
sangat rentan terhadap obat-obatan. Hal ini perlu mendapat perhatian dari para dokter dan tenaga
kesehatan agar lebih berhati-hati dalam memberikan resep. Karena dampak dari alergi dan efek
samping obat dapat menimbulkan kecacatan pada bayi yang dikandungnya. Undang – undang
utama yang mengatur penggunaan obat adalah Medicines Act tahun 1986 (membagi obat kedalam 3
kelompok, yaitu obat resep, obat wajib, dan obat bebas), Misuse of Drugs Act tahun 1971, dan
Medicinal Products : Prescreption by nurses Act tahun 1992 (Nicola V Winson & Sandra McDonald, 2006).
Sedangkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, obat dapat
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok dan golongan menjadi Norkotika, Psikotropika, obat
keras, obat bebas terbatas, obat bebas dan obat tradisional. Obat keras diatur dalam undang-undang
tahun 1948, Narkotika diatur dalam undang-undang no. 22 tahun 1997 dan tahun Psikotropika diatur
dalam undang-undang no. 5 tahun 1997.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemakaian obat pada masa kehamilan
sebaiknya mengikuti saran dari dokter, karena
ada obat-obat tertentu yang tidak boleh
digunakan selama masa kehamilan. Beberapa
obat yang sering digunakan selama kehamilan
antara
lain
:
antibiotika,
analgetika,
antiemetik/anti
mual,
antiepilepsi,
antihipertensi.
Tentunya
tidak
semua
antibiotik maupun analgesik boleh digunakan
pada masa kehamilan. Mengapa tidak semua
obat boleh dikonsumsi selama kehamilan.
Pemakaian obat pada masa kehamilan
berefek pada ibu dan janinnya oleh karena
sebagian besar obat dapat melintasi sawar
Hal | 12
plasenta. Obat ini akan menembus plasenta
dan memberikan pengaruh pada janin.
Faktor yang mempengaruhi obat pada
ibu hamil dan menyusui diantaranya sifat
fisika-kimia obat, kecepatan obat melintasi
plasenta, lamanya pemaparan janin terhadap
obat, periode perkembangan janin saat obat
diberikan, efek obat jika diberikan dalam
bentuk kombinasi.
Pengaruh obat pada janin antara lain :
dapat menimbulkan gangguan fisiologik
janin, dapat mengganggu atau menghambat
pertumbuhan organ janin, dan yang lebih
parah lagi dapat menyebabkan kematian janin
dalam kandungan. Pada saat janin berumur <
3 minggu obat dapat memberi pengaruh
buruk atau tidak sama sekali. Jika terjadi
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
pengaruh
buruk,
akan
menimbulkan
kematian embrio. Saat janin berumur 4-8
minggu terjadi pertumbuhan janin. Obat
dapat menyebabkan gangguan fungsional
yang permanen, kecacatan, dan kematian
janin
(Anonim.
2008.
http://sephinapt.com/pemakaian-obat-padamasa-kehamilan/).
Tergantung pada resikonya tenaga
kesehatan dapat memberikan perawatan
dengan cara mengganti obat yang digunakan
ibu hamil dengan obat serupa yang lebih
aman atau memberikan obat hanya dalam
waktu tertentu selama kehamilan, dan dengan
mempertimbangkan kategori berdasarkan
faktor resiko untuk penggunaan obat dalam
kehamilan (Fitria, 2007).
Efek obat mungkin lebih jelas terlihat dan
berlangsung lebih lama pada janin daripada
pada ibu, karena ekskresi obat pada janin
lebih lambat karena belum matangnya hati
janin. Derajat pemaparan janin terhadap suatu
obat lebih penting daripada laju transportasi
obat tersebut kedalam janin.
Alergi dan efek samping obat
seringkali terjadi dalam dunia kedokteran.
Sehingga tenaga kesehatan diminta untuk
berhati-hati dalam memberikan resep dan
lebih teliti dalam mengedukasi pasien.
Namun meskipun seringkali terjadi alergi dan
efek samping obat, jangan sampai membuat
tenaga kesehatan (bidan) takut untuk
memberikan resep atau obat. Selain perlu
berhati-hati dalam memberikan resep seorang
tenaga kesehatan khususnys bidan harus terus
menambah ilmunya seiring dengan semakin
berkembangnya ilmu kesehatan (Anonim,
2008.
Tersedia
di
http://www.surabayawebs.com).Pengetahua
n tentang obat-obatan sangat penting
sehubungan
Puskesmas sebagai badan
pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota
Cimahi telah ikut berperan aktif dalam upaya
meningkatkan
kesehatan
terhadap
ISSN: 2356-5454
masyarakat
pada
umumnya.
Menurut
Notoatmodjo (2010) pengetahuan seseorang
dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
pengalaman, pendidikan, umur dan fasilitas.
Puskesmas Citeureup merupakan
salah satu Puskesmas yang berada di Kota
Cimahi Utara mempunyai tenaga bidan
sebanyak 5 orang (semuanya Pegawai Negeri
Sipil). Dimana hasil wawancara awal masih
ada tenaga kesehatan belum mengetahui obat
yang rendah efek samping bagi ibu hamil dan
yang sedang menyusui. Tenaga kesehatan
yang mempunyai tanggung jawab dalam hal
ini ialah bidan yang ada di Puskesmas
tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut
diatas,
perlu
diketahui
faktor
yang
melatarbelakangi penelitian, sehingga peneliti
ingin mengetahui “Pengetahuan bidan
mengenai obat-obat yang biasa diberikan
kepada ibu hamil dan menyusui di Puskesmas
Citeureup Kota Cimahi”.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan terhadap 20 bidan di Puskesmas
Citeureup Kota Cimahi yang dilaksanakan
pada tanggal 24-27 Mei tahun 2011 melalui
kuesioner yang diberikan kepada responden
(bidan), maka diperoleh data-data yang akan
disajikan dalam bentuk tabel beserta
pembahasannya.
Hasil Penelitian
Pada bagian ini penulis menyajikan
hasil penelitian yang sudah dilakukan peneliti
tentang pengetahuan bidan mengenai obatobat yang biasa diberikan kepada ibu hamil
dan menyusui di Puskesmas Citeureup Kota
Cimahi tahun 2011, hasil penelitian ini
diperoleh dengan menggunakan data primer
dengan alat ukur kuesioner (langsung oleh
peneliti yang disebarkan ke bidan yang ada di
Puskesmas Citeureup Kota Cimahi).
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 13
jikk
ISSN: 2356-5454
Nomor 03 Tahun 2012
Distribusi frekuensi pengetahuan hasil jawaban responden tentang obat-obat yang biasa diberikan
kepada ibu hamil dan menyusui di Puskesmas Citeureup Kota Cimahi
N
O
1
Aspek Pertanyaan
Obat antidiare yang aman untuk ibu hamil dan
menyusui
2
Efek merugikan dari obat diare
3
Konbinasi obat diare
4
Aturan pakai obat diare
5
Obat system pernapasan yang aman untuk ibu
hamil dan menyusui
6
Efek merugikan obat asma
7
Kombinasi obat asma
8
Aturan pakai obat asma
9
Obat keputihan yang aman untuk ibu hamil dan
menyusui
10
Efek merugikan obat keputihan
11
Kombinasi obat keputihan
12
Aturan pakai obat keputihan
13
Obat demam yang aman untuk ibu hamil dan
menyusui
14
Efek merugikan obat demam
15
Kombinasi obat demam
16
Aturan pakai obat demam
17
Obat batuk berdahak yang aman untuk ibu hamil
dan menyusui
18
Efek merugikan obat batuk berdahak
19
Kombinasi obat batuk berdahak
20
Aturan pakai obat batuk berdahak
Persen rata-rata
21
Golongan Amoxicilillin
22
Golongan Dextromethorphan
23
Golongan Hemobion
24
Golongan obat penambah darah
25
Golongan bebas terbatas
Persen rata-rata
Pembobotan skor pengetahuan tentang obat secara
umum
Berdasarkan tabel 1 distribusi diatas
tentang pengetahuan responden mengenai
obat-obat yang biasa diberikan kepada ibu
hamil dan menyusui di Puskesmas Citeureup
Kota Cimahi sebesar 65,8% berada pada
kategori cukup, dimana yang mempunyai
Hal | 14
Frekuen
si
66
%
Kategori
66
Cukup
87
72
71
59
87
72
71
59
Baik
Cukup
Cukup
Kurang
83
55
55
89
83
55
55
89
Baik
Kurang
Kurang
Baik
65
66
95
90
65
66
95
90
Cukup
Cukup
Baik
Baik
75
55
85
81
75
55
85
81
Cukup
Kurang
Baik
Baik
60
64
72
60
64
72
72,25%
50
45
35
10
60
40%
65,8%
Cukup
Cukup
Cukup
10
9
7
2
12
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Cukup
CUKUP
nilai terbesar yaitu pada indikator aturan
pakai obat keputihan yang aman untuk ibu
hamil dan menyusui (95%). Sedangkan yang
mempunyai nilai persentasi terkecil yaitu
pada indikator golongan obat penambah
darah (10%).
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
ISSN: 2356-5454
Pengetahuan bidan mengenai obat-obat yang biasa diberikan kepada ibu hamil dan menyusui di
Puskesmas Citeureup Kota Cimahi tahun 2011
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Mengenai Obat-Obat yang Biasa Diberikan Kepada
Ibu Hamil Dan Menyusui
Pengetahuan bidan
Frekuensi
Persentase
(%)
Baik
5
25
Cukup
14
70
Kurang
1
5
Total
20
100
Berdasarkan Tabel 2 dan diagram
diatas diketahui bahwa pengetahuan bidan
mengenai obat-obat yang biasa diberikan
kepada ibu hamil dan menyusui diperoleh
hasil (5%) berpengetahuan kurang, sebagian
besar (70%) berpengetahuan cukup dan
sebagian kecil (25%) berpengetahuan baik.
Pengetahuan bidan mengenai penggunaan obat yang aman untuk ibu hamil dan untuk ibu menyusui
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Mengenai Penggunaan Obat Yang Aman Untuk Ibu
Hamil dan Untuk Ibu Menyusui
Pengetahuan bidan
Frekuensi
Persentase
(%)
Baik
11
55
Cukup
8
40
Kurang
1
5
Total
20
100
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa
pengetahuan bidan mengenai penggunaan
obat yang aman untuk ibu hamil dan untuk
ibu menyusui diperoleh hasil sebagian kecil
(5%)
berpengetahuan
kurang,
hampir
setengahnya (40%) berpengetahuan cukup
dan sebagian kecil (20%) berpengetahuan
baik.
Pengetahuan bidan mengenai efek merugikan dari obat yang biasa digunakan pada ibu hamil dan
ibu menyusui
Tabel 4
Distribusi Frekuensi pengetahuan bidan mengenai efek merugikan dari obat yang
biasa digunakan pada ibu hamil dan ibu menyusui
Pengetahuan bidan
Frekuensi
Persentase
(%)
Baik
13
65
Cukup
4
20
Kurang
3
15
Total
20
100
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa
pengetahuan bidan mengenai efek merugikan
dari obat yang biasa digunakan ibu hamil dan
ibu menyusui diperoleh hasil sebagian kecil
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 15
jikk
ISSN: 2356-5454
dari responden (15%) berpengetahuan kurang,
hampir setengahnya (20%) berpengetahuan
cukup
dan
berpengetahuan
Nomor 03 Tahun 2012
sebagian
besar
(65%)
baik.
Pengetahuan Bidan Dalam Pemberian Kombinasi Obat
Tabel 5
Distribusi frekuensi pengetahuan bidan dalam pemberian kombinasi obat
Pengetahuan bidan
Frekuensi
Persentase
(%)
Baik
12
60
Cukup
8
40
Kurang
0
0
Total
20
100
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa
pengetahuan
bidan
dalam
pemberian
kombinasi obat yang biasa digunakan ibu
hamil dan ibu menyusui diperoleh hasil tidak
ada responden (0%) berpengetahuan kurang,
hampir setengahnya (40%) berpengetahuan
cukup
dan
sebagian
besar
(60%)
berpengetahuan baik.
Pengetahuan Bidan Tentang Aturan Pakai Obat Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Tentang Aturan Pakai Obat Untuk Ibu
Hamil Dan Menyusui
Pengetahuan bidan
Frekuensi
Persentase
(%)
Baik
3
15
Cukup
12
60
Kurang
5
25
Total
20
100
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa
pengetahuan bidan tentang aturan pakai obat
untuk ibu hamil dan menyusui diperoleh hasil
hampir setengahnya dari responden (25%)
berpengetahuan kurang, sebagian besar (60%)
berpengetahuan cukup dan sebagian kecil
(15%) yang berpengetahuan baik.
Pengetahuan Bidan Mengenai Perbedaan Obat Keras, Obat Bebas Terbatas, Obat Bebas Dan
Suplemen (Vitamin)
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Mengenai Perbedaan Obat Keras, Obat
Bebas Terbatas, Obat Bebas Dan Suplemen (Vitamin)
Pengetahuan bidan
Frekuensi
Persentase
(%)
Baik
2
10
Cukup
6
30
Kurang
12
60
Total
20
100
Hal | 16
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa
pengetahuan bidan mengenai perbedaan obat
keras, obat bebas terbatas, obat bebas dan
suplemen (vitamin) diperoleh hasil sebagian
besar dari responden (60%) berpengetahuan
kurang,
hampir
setengahnya
(30%)
berpengetahuan cukup dan sebagian kecil
dari responden (10%) berpengetahuan baik.
Distribusi frekuensi pengetahuan hasil
jawaban responden tentang obat-obat yang
biasa diberikan kepada ibu hamil dan
menyusui di Puskesmas Citeureup Kota
Cimahi
Berdasarkan tabel 1 distribusi diatas
tentang pengetahuan responden mengenai
obat-obat yang biasa diberikan kepada ibu
hamil dan menyusui di Puskesmas Citeureup
Kota Cimahi sebesar 65,8% berada pada
kategori cukup, dimana yang mempunyai
nilai terbesar yaitu pada indikator aturan
pakai obat keputihan yang aman untuk ibu
hamil dan menyusui (95%). Sedangkan yang
mempunyai nilai persentasi terkecil yaitu
pada indikator gologan obat penambah darah
(5%).
Hal ini berarti bidan cukup menguasai semua
obat yang aman yang biasa diberikan untuk
ibu hamil dan menyusui khususnya mengenai
obat penambah darah seperti hemobion yang
termasuk kedalam kombinasi vitamin, Fe,
asam
folat
dan
mineral.
Bidan
berpengatahuan baik tentang aturan pakai
obat keputihan yang aman untuk ibu hamil
dan menyusui. Pada prinsipnya semua jenis
obat dapat digunakan untuk berbagai macam
keperluan pengobatan, namun obat tersebut
harus
disesuaikan
dengan
kondisi
pemakainya, dimana dalam hal ini bidan
harus mampu menganalisa obat yang paling
aman yang harus diberikan untuk ibu hamil
dan menyusui.
Menurut
Notoatmodjo
(2010),
pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan
terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat
penting
dalam
membentuk
perilaku
ISSN: 2356-5454
seseorang. Maka sangat jelas bahwa dengan
adanya penginderaan terhadap suatu objek
(obat-obat) yang biasa dilihat sehari-hari akan
menambah wawasan pengetahuan bidan
tentang obat-obat yang aman. Penginderaan
tidak terbatas pada apa yang dilihat,
melainkan dapat diperoleh dari apa yang
dibaca oleh bidan tersebut yang pada
akhirnya lambat laun seorang bidan terbiasa
memberikan obat yang aman digunakan ibu
hamil dan menyusui.
Hal tersebut diperkuat oleh Skinner
dalam Notoatmodjo (2010), bila seseorang
mampu menjawab tentang materi tertentu
baik secara lisan maupun tulisan, maka
dikatakan
mengetahui
bidang
itu.
Sekumpulan
jawaban
yang
diberikan
seseorang itu dinamakan pengetahuan.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin
diukur dari subyek penelitian atau responden
(bidan).
Semakin pengetahuan baik, maka
akan mempengaruhi terhadap perilaku
seseorang, karena pengetahuan merupakan
domain
yang
sangat
penting
untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Over
behavior), karena dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak di dasari
pengetahuan (Notoatmdjo, 2010).
Pengetahuan bidan mengenai obat-obat yang
biasa diberikan kepada ibu hamil dan
menyusui di Puskesmas Citeureup Kota
Cimahi tahun 2011
Berdasarkan Tabel 2 dan grafik diatas
diketahui
bahwa
pengetahuan
bidan
mengenai obat-obat yang biasa diberikan
kepada ibu hamil dan menyusui diperoleh
hasil (5%) berpengetahuan kurang, sebagian
besar (70%) berpengetahuan cukup dan
sebagian kecil (25%) berpengetahuan baik.
Hal
tersebut
menunjukkan
bahwa
kebanyakan bidan cukup memahami masalah
obat-obat yang aman yang biasa digunakan
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 17
jikk
ISSN: 2356-5454
untuk ibu hamil dan menyusui. Oleh sebab itu
bidan seharusnya lebih mendalami lagi
masalah obat-obat yang merupakan bagian
dari kompetensinya di masyarakat khususny
aibu hamil. Bidan yang tidak mengetahui
obat-obat yang aman akan membahayakan
bagi janin dan juga ibu hamil itu sendiri. Oleh
sebab itu mutlak bagi bidan untuk dapat
mempelajari dengan benar obat-obat yang
aman digunakan untuk ibu hamil hamil atau
menyusui. Pengetahuan bidan yang cukup
mengenai obat-obat yang aman tersebut
dipengaruhi oleh pengalamannya selama
bekerja di Puskesmas yang kebanyakan sudah
bekerja selama lebih dari 5 tahun.
Pengetahuan bidan mengenai penggunaan
obat yang aman untuk ibu hamil dan untuk
ibu menyusui
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa
pengetahuan bidan mengenai penggunaan
obat yang aman untuk ibu hamil dan ibu
menyusui diperoleh hasil sebagian kecil (5%)
berpengetahuan kurang, hampir setengahnya
(40%) berpengetahuan cukup dan sebagian
kecil (20%) berpengetahuan baik.
Hal ini menunjukkan bahwa bidan
masih perlu menguasai tentang obat yang
aman untuk ibu hamil dan menyusui seperti
antidiare, asma, keputihan, demam dan batuk
berdahak. Beberapa pertanyaan yang diajukan
tersebut bidan hanya mampu menyebutkan
obat yang aman hanya pada obat demam
sedangkan obat-obat yang lainnya kurang
begitu menguasai. Dengan demikian perlu
adanya perencanaan yang matang dalam
menghafal satu per satu obat yang aman yang
harus diberikan pada ibu hamil dan menyusui
agar obat yang diberikan tepat guna.
Pada kenyataannya memang banyak
bidan yang hanya memberikan obat yang
tersedia di Puskesmas sehingga kurang begitu
memperdulikan apakah obat yang diberikan
sudah aman bagi ibu hamil dan menyusui.
Pada kondisi ini banyak pihak yang
betanggung jawab, bukan hanya bidan.
Kurangnya ketersediaan obat dan arahan dari
dokter di Puskesmas menyebabkan bidan
Hal | 18
Nomor 03 Tahun 2012
kebingungan harus memberikan obat apa
yang
paling
aman,
sehingga
bidan
memberikan
obat
seadanya
dengan
mempertimbangkan kegunaan obat tersebut.
Pengetahuan bidan mengenai efek merugikan
dari obat yang biasa digunakan pada ibu
hamil dan ibu menyusui
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa
pengetahuan bidan mengenai efek merugikan
dari obat yang biasa digunakan ibu hamil dan
ibu menyusui diperoleh hasil sebagian kecil
dari responden (15%) berpengetahuan kurang,
hampir setengahnya (20%) berpengetahuan
cukup
dan
sebagian
besar
(65%)
berpengetahuan baik.
Dari hasil tersebut mengenai efek
merugikan obat yang aman untuk diberikan
pada ibu hamil dan menyusui kebanyakan
bidan
masuk
dalam
kategori
baik.
Pengetahuan yang baik tersebut mungkin
disebabkan oleh pengalaman, informasi yang
diperoleh dari media cetak dan elektronik
serta dari teman sesama bidan yang sudah
berpengalaman mengenai efek merugikan
obat yang akan menambah wawasan bidan
tentang efek merugikan obat. Dalam hal ini
bidan mencontoh obat yang diberikan dari
bidan senior yang memberikan obat pada ibu
hamil dan menyusui serta mencari tahu efek
merugikan dari obat tersebut meski obat yang
digunakan
mengandalkan
dari
Dinas
Kesehatan (Dinkes). Pada ruang lingkup
Puskesmas obat yang biasa digunakan yaitu
obat generik, namun ada juga obat bebas
terbatas, obat bebas, obat keras, vitamin
bahkan tersedia juga Narkotika dan
psikotropika.
Pengetahuan
Bidan
Dalam
Pemberian
Kombinasi Obat
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa
pengetahuan
bidan
dalam
pemberian
kombinasi obat yang biasa digunakan ibu
hamil dan ibu menyusui diperoleh hasil tidak
ada responden (0%) berpengetahuan kurang,
hampir setengahnya (40%) berpengetahuan
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
cukup
dan
sebagian
besar
(60%)
berpengetahuan baik.
Hal tersebut menunjukkan bahwa
sebagian bidan sudah mengetahui tentang
kombinasi obat yang diberikan untuk ibu
hamil dan menyusui. Kondisi ini disebabkan
karena banyaknya informasi yang diperoleh.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan
seseorang dipengaruhi oleh sumber informasi.
Informasi yang diperoleh bidan kebanyaan
dari bidan senior, dimana kebanyakan bidan
senior tahu akan kombinasi obat-obat yang
aman
sehingga
dengan
sendirinya
pemahaman bidan tentang kombinasi masih
berdasarkan informasi yang didapat bukan
karena mempelajari secara langsung melalui
panduan obat yang aman dari berbabagi
macam sumber informasi untuk dijadikan
referensi.
Pengetahuan Bidan Tentang Aturan Pakai
Obat Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa
pengetahuan bidan tentang aturan pakai obat
untuk ibu hamil dan menyusui diperoleh hasil
hampir setengahnya dari responden (25%)
berpengetahuan kurang, sebagian besar (60%)
berpengetahuan cukup dan sebagian kecil
(15%) yang berpengetahuan baik.
Hal tersebut menunjukkan bahwa
bidan cukup mengetahui tentang aturan pakai
atau dosis obat yang aman untuk ibu hamil
dan menyusui. Hal ini disebabkan karena
bidan tidak dibolehkan untuk memberikan
obat secara langsung kepada pasien (ibu
hamil dan menyusui) akan tetapi bidan dapat
mengajukan resep ke apotek. Kondisi ini
membuat bidan merasa tidak perlu untuk
mempelajari lebih mendalam mengenai
aturan pakai obat. Dalam teori, aturan pakai
obat untuk ibu hamil dan menyusui
kebanyakan sehari sekali seperti vitamin atau
bila diperlukan 3 kali sehari sesuai dengan
kondisi kesehatan dan kebutuhan pasien
untuk menyembuhkan atau memulihkan
kondisi tersebut.
ISSN: 2356-5454
Pengetahuan Bidan Mengenai Perbedaan Obat
Keras, Obat Bebas Terbatas, Obat Bebas Dan
Suplemen (Vitamin)
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa
pengetahuan bidan mengenai perbedaan obat
keras, obat bebas terbatas, obat bebas dan
suplemen (vitamin) diperoleh hasil sebagian
besar dari responden (60%) berpengetahuan
kurang,
hampir
setengahnya
(30%)
berpengetahuan cukup dan sebagian kecil
dari responden (10%) berpengetahuan baik.
Hal tersebut menunjukkan bahwa
bidan masih belum bisa membedakan antara
obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas dan
suplemen (vitamin). Kondisi ini menyebabkan
seorang bidan perlu mendapat pelatihan
mengenai perbedaan-perbedaan tersebut agar
tidak salah dalam memberikan obat pada ibu
hamil dan menyusui. Banyak jenis obat yang
tidak tersedia atau tidak dimiliki cukup data
mengenai pedoman penggunaan pada masa
laktasi. Karena itu, hanya obat-obat jenis
tertentu yang boleh diberikan pada ibu
menyusui. Aturan yang perlu diikuti
sehubungan dengan pemberian obat pada ibu
hamil yaitu: obat yang aman untuk diberikan
secara langsung pada bayi, maka umumnya
obat tersebut juga aman untuk diberikan pada
ibu menyusui.
Faktor usia menjadi salah satu
penyebab bidan mudah lupa dalam
menghafal sesuatu. Usia rata-rata bidan yang
ada di Puskesmas Citeureup yaitu di atas 35
tahun, hal tersebut secara fisiologis dapat
mempengaruhi ingatan seseorang mengenai
suatu benda, yang dalam hal ini ialah
kemampuan dalam membedakan jenis obat
seperti obat keras, obat bebas terbatas, obat
bebas dan suplemen (vitamin).
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
gambaran Pengetahuan bidan mengenai obatobat yang biasa diberikan kepada ibu hamil
dan menyusui di Puskesmas Citeureup Kota
Cimahi, didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 19
jikk
ISSN: 2356-5454
Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa pengetahuan responden mengenai
obat-obat yang biasa diberikan kepada ibu
hamil dan menyusui di Puskesmas Citeureup
Kota Cimahi sebesar 65,8% berada pada
kategori cukup, dimana yang mempunyai
nilai terbesar yaitu pada indikator aturan
pakai obat keputihan yang aman untuk ibu
hamil dan menyusui (95%). Sedangkan yang
mempunyai nilai persentasi terkecil yaitu
pada indikator golongan obat penambah
darah (10%).
Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa pengetahuan bidan mengenai obatobat yang biasa diberikan kepada ibu hamil
dan
menyusui
diperoleh
hasil
(5%)
berpengetahuan kurang, sebagian besar (70%)
berpengetahuan cukup dan sebagian kecil
(25%) berpengetahuan baik.
Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa
pengetahuan
bidan
mengenai
penggunaan obat yang aman untuk ibu hamil
dan untuk ibu menyusui diperoleh hasil
sebagian kecil (5%) berpengetahuan kurang,
hampir setengahnya (40%) berpengetahuan
cukup
dan
sebagian
kecil
(20%)
berpengetahuan baik.
Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa pengetahuan bidan mengenai efek
merugikan dari obat yang biasa digunakan
ibu hamil dan ibu menyusui diperoleh hasil
sebagian kecil dari responden (15%)
berpengetahuan kurang, hampir setengahnya
(20%) berpengetahuan cukup dan sebagian
besar (65%) berpengetahuan baik.
Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa pengetahuan bidan dalam pemberian
kombinasi obat yang biasa digunakan ibu
hamil dan ibu menyusui diperoleh hasil tidak
ada responden (0%) berpengetahuan kurang,
hampir setengahnya (40%) berpengetahuan
cukup
dan
sebagian
besar
(60%)
berpengetahuan baik.
Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa pengetahuan bidan tentang aturan
pakai obat untuk ibu hamil dan menyusui
diperoleh hasil hampir setengahnya dari
responden (25%) berpengetahuan kurang,
Hal | 20
Nomor 03 Tahun 2012
sebagian besar (60%) berpengetahuan cukup
dan
sebagian
kecil
(15%)
yang
berpengetahuan baik.
Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa
pengetahuan
bidan
mengenai
perbedaan obat keras, obat bebas terbatas,
obat bebas dan suplemen (vitamin) diperoleh
hasil sebagian besar dari responden (60%)
berpengetahuan kurang, hampir setengahnya
(30%) berpengetahuan cukup dan sebagian
kecil dari responden (10%) berpengetahuan
baik.
Saran
Bagi Peneliti
Diharapkan
dapat
menambah
pengalaman dalam penelitian serta sebagai
bahan untuk penerapan ilmu yang telah di
dapat selama perkuliahan.
Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
menambah pembendaharaan perputakaan
atau referensi bagi Program Studi Kebidanan
Akbid Ar-Rahmah.
Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan
dijadikan
masukan
tentang
pengetahuan
tenaga
kehatan
mengenai penggunaan obat supaya lebih tepat
dan mengurangi kesalahan pemberian obat
serta mengurangi efek merugikan obat, dan
sebagai masukan untuk perencanaan kegiatan
di masa datang.
REFERENSI
Adisasmito,
Wiku,Ph.D.
2010.
Sistem
Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian suatu
pendekatan praktek. Jakarta : Reneka
Cipta.
Arikunto, Suharsimi, Prof,Dr. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta
Fitria, Ana. 2007. Panduan Lengkap Kesehatan
Wanita. Yogyakarta: Gala Ilmu
Semesta.
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
Hidayat, AA. (2009). Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika
Maulana, Mirza. 2008. Penyakit kehamilan dan
pengobatannya. Jogjakarta: Kata Hati.
MIMS Bidan, edisi perdana 2008/2009.
Jakarta: BIP.
Mubarak dkk. (2007). Promosi kesehatan.
Jogjakarta : Graha Ilmu
Notoatmodjo.(2005).
Metode
penelitian
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
ISSN: 2356-5454
______.(2010). Promosi Kesehatan & Ilmu
Perlaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Winsa, Nicola V. McDonald, Sandra. 2006.
Kamus Kebidanan Bergambar. Jakarta:
Buku Kedokteran (EGC).
Siregar, Charles, Prof, Dr. 2006. Farmasi Rumah
Sakit. Jakarta: Buku Kedokteran
(EGC).
Kee, Joyce L. Hayes, Evelyn R. 2006.
Farmakologi
Pendekatan
Proses
Keperawatan.
Jakarta:
Buku
Kedokteran (EGC)
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 21
jikk
ISSN: 2356-5454
Nomor 03 Tahun 2012
PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TUBERCULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU
DR. M. GOENAWAN PARTOWIDIGDO CISARUA BOGOR
Oleh
Irma Rosliani Dewi
ABSTRAK
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar
91.000 orang. Dibandingkan dengan propinsi lainnya di Indonesia, Jawa Barat memiliki jumlah
terbesar penderita penyakit TBC. Bila seorang ibu hamil menderita penyakit ini dapat mengalami
partus prematur atau kematian janin. Pemilihan obat TB pada ibu hamil harus rasional dan
memperhatikan potensial resiko yang dapat terjadi pada ibu dan janin yang dikandung. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru di Rumah
Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan proses pengumpulan data dengan
menyebarkan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan
ke Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor berdasarkan data kunjungan
pada bulan Maret 2012 yaitu sebanyak 147 orang. Teknik pengambilan sample dilakukan secara
accidental sampling yaitu sebanyak 59 orang ibu hamil. Hasil penelitian menunjukan bahwa
sebanyak 77,68% ibu hamil memiliki pengetahuan yang baik tentang Tuberculosis Paru sedangkan
berdasarkan pengertian Tuberculosis didapatkan sebesar 82,20% ibu hamil berpengetahuan baik,
berdasarkan tanda dan gejala sebanyak 80,68% ibu hamil berpengetahuan baik, berdasarkan
pengobatan sebanyak 76,28% ibu hamil berpengetahuan baik, berdasarkan cara penularan sebanyak
79,64% ibu hamil berpengetahuan baik dan berdasarkan cara penularan sebanyak 76,48% ibu hamil
berpengetahuan baik.
Kata Kunci
: Tuberculosis Paru, Ibu Hamil
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di Indonesia, diperkirakan setiap
tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan
kematian sekitar 91.000 orang. Angka
prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009
adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB
terjadi pada lebih dari 70% usia produktif.
Walaupun telah banyak kemajuan yang
dicapai dalam penanggulangan TB di
Indonesia, tapi tantangan masalah TB
kedepan masih besar. Menkes menyadari TB
tidak bisa diberantas oleh pemerintah atau
jajaran kesehatan saja, tetapi harus melibatkan
dan bermitra dengan banyak sektor. (Diunduh
dari : www.bppsdmk.depkes.go.id)
Dibandingkan
dengan
propinsi
lainnya di Indonesia, Jawa Barat memiliki
jumlah terbesar penderita penyakit TBC.
Untuk itu pemerintah propinsi Jawa Barat
pada tahun 2010 menargetkan dapat
Hal | 22
menanggulangi
penyakit
Paru
dan
menempatkan penyakit TBC tersebut sebagai
program unggulan Dinas Kesehatan Jawa
Barat. Data di Dinas Kesehatan Jawa Barat
tahun 2007 tercatat 30.000 orang penderita
TBC yang sudah datang berobat ke Rumah
Sakit dan Puskesmas. ( Diunduh dari :
www.ppti.info)
Untuk wilayah Jawa Barat, kota Bogor
masuk dalam 10 besar jumlah penderita TBC.
Tapi untuk tingkat kontribusi penderita, kota
Bogor masih rendah karena cakupan luas
daerah Bogor tidak begitu luas. Pada evaluasi
program TB Paru 2010, kemajuan pengobatan
sudah 81 %. Artinya sekitar 81 % penderita
sudah tertangani pengobatannya secara
menyeluruh. Diharapkan dengan pengobatan
secara berkelanjutan dapat menekan angka
jumlah penderita TBC di kota Bogor. ( Dikutip
dari Harian Pelita dalam www.pelita.or.id)
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
ISSN: 2356-5454
Kasus tuberkulosis sebagian besar
menyerang wanita pada usia produktif. Kirakira 1-3% dari semua wanita hamil menderita
tuberkulosis. Pada kehamilan terdapat
perubahan-perubahan pada sistem hormonal,
imunologis,
peredaran
darah,
sistem
pernafasan, seperti terdesaknya diafragma ke
atas sehingga paru-paru terdorong ke atas
oleh uterus yang gravid menyebabkan volume
residu pernafasan berkurang. Pemakaian
oksigen dalam kehamilan akan bertambah
kira-kira 25% dibandingkan diluar kehamilan,
apabila penyakitnya berat atau prosesnya luas
dapat menyebabkan hipoksia sehingga hasil
konsepsi juga ikut menderita. Dapat terjadi
partus prematur atau kematian janin. Proses
kehamilan, persalinan, masa nifas dan laktasi
mempunyai
pengaruh
kurang
menguntungkan terhadap jalannya penyakit.
Hal ini disebabkan oleh karena perubahanperubahan dalam kehamilan yang kurang
menguntungkan bagi proses penyakit dan
daya tahan tubuh yang turun akibat
kehamilan. (Patofisiologi, 2008)
TB pada ibu hamil harus diobati,
karena jika tidak diobati dapat menyebabkan
kecacatan, aborsi dan kematian. Pemilihan
obat TB pada ibu hamil harus rasional dan
memperhatikan potensial resiko yang dapat
terjadi pada ibu dan janin yang dikandung.
Oleh karena itu, dalam memilih obat untuk
ibu hamil, harus diperhatikan indeks
keamanan obat tersebut pada ibu hamil.
(Kapita Selekta Kedokteran, 2008)
Data bulan Desember tahun 2011 di
Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan
Partowidigdo Cisarua Bogor diketahui bahwa
jumlah kunjungan pasien dengan kasus
Tuberculosis Paru terdapat 107 orang
perempuan dengan rata-rata 5-10 orang
dengan kasus baru di wilayah kecamatan
Cisarua. Yang diantaranya masih terdapat ibu
hamil. (Laporan Rekam Medis RS Paru Dr. M.
Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor 2012).
Dengan gambaran diatas, maka
peneliti merasa tertarik untuk meneliti
pengetahuan masyarakat, dalam hal ini ibu
hamil, tentang penyakit Tuberculosis Paru di
Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan
Partowidigdo Cisarua Bogor.
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pada Bab ini akan disajikan data hasil
penelitian yang telah dilakukan di Rumah
Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
Cisarua Bogor yang telah melibatkan 59 ibu
hamil sebagai responden. Data hasil penelitian
mengenai pengetahuan ibu hamil tentang
Tuberculosis Paru akan disajikan dalam
bentuk tabel, grafik dan narasi.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Secara Umum.
Tabel 5.1.1
Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru secara umum.
Katagori
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Frekwensi
37
15
7
59
Persentase (%)
62,71
25,42
11,86
100
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 23
jikk
ISSN: 2356-5454
Nomor 03 Tahun 2012
Grafik 5.1.1 Pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru secara umum
BAIK
7
CUKUP
15
KURANG
37
Pada tabel 5.1.1 diketahui bahwa ibu
hamil yang berpengetahuan baik tentang
Tuberculosis Paru yaitu sebanyak 37 orang
(62,71%), ibu hamil yang berpengetahuan
cukup tentang tuberculosis paru sebanyak 15
orang (25,42%) sedangkan ibu hamil yang
berpengetahuan kurang tentang tuberculosis
paru hanya 7 orang (11,86%). Dari uraian tabel
tersebut dapat diketahui bahwa ibu hamil
yang memiliki pengetahuan baik merupakan
jumlah paling banyak.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pengertian Tuberculosis Paru
Tabel 5.1.2
Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang pengertian Tuberculosis Paru
Katagori
Baik
Cukup
Kurang
Frekwensi
32
15
12
Jumlah
Persentase (%)
54,24
25,42
20,34
59
100
Grafik 5.1.2 Pengetahuan ibu hamil tentang pengertian Tuberculosis Paru
BAIK
12
CUKUP
15
Pada tabel 5.1.2 diperoleh hasil dari 59
ibu hamil yang berpengetahuan baik tentang
pengertian tuberculosis paru sebanyak 32
orang
(54,24%).
Ibu
hamil
yang
berpengetahuan cukup tentang pengertian
tuberculosis paru sebanyak 15 orang (25,42%)
32
KURANG
dan ibu hamil yang berpengetahuan kurang
tentang
pengertian
tuberculosis
paru
sebanyak 12 orang (20,34%). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa rata-rata ibu hamil telah
memiliki
pengetahuan
baik
tentang
pengertian tuberculosis paru.
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda dan Gejala Tuberculosis Paru
Tabel 5.1.3
Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang tanda dan gejala Tuberculosis Paru
Hal | 24
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
Katagori
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
ISSN: 2356-5454
Frekwensi
45
4
10
59
Persentase (%)
76,27
6,78
16,95
100
Grafik 5.1.3 Pengetahuan ibu hamil tentang tanda dan gejala Tuberculosis Paru
Baik
10
Cukup
4
Kurang
45
Hasil analisa dari tabel 5.1.3 diperoleh
hasil bahwa ibu hamil yang memiliki
pengetahuan baik tentang tanda dan gejala
tuberculosis paru sebanyak 45 orang (76,27%).
Ibu hamil yang memiliki pengetahuan cukup
tentang tanda dan gejala tuberculosis paru
sebanyak 4 orang (6,78%), dan ibu hamil yang
memiliki pengetahuan kurang tentang tanda
dan gejala tuberculosis paru sebanyak 10
orang (16,95%). Dengan demikian dari hasil
analisa tabel diatas dapat diketahui bahwa ibu
hamil yang memiliki pengetahuan baik
tentang tanda dan gejala tuberculosis paru
memiliki jumlah terbanyak yaitu sebanyak 45
orang (76,27%).
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pengobatan Tuberculosis Paru
Tabel 5.1.4 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang pengobatan Tuberculosis Paru
Katagori
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Frekwensi
35
10
14
59
Persentase (%)
59,32
16,95
23,73
100
Grafik 5.1.4 Pengetahuan ibu hamil tentang pengobatan Tuberculosis Paru
14
10
Baik
35
Cukup
Kurang
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 25
jikk
ISSN: 2356-5454
Hasil analisa tabel 5.1.4 diperoleh
hasil bahwa ibu hamil yang berpengetahuan
baik tentang pengobatan tuberculosis paru
sebanyak 35 orang (59,32%). Ibu hamil yang
berpengetahuan cukup tentang pengobatan
tuberculosis paru sebanyak 10 orang (16,95%).
Sedangkan ibu hamil yang berpengetahuan
Nomor 03 Tahun 2012
kurang tentang pengobatan tuberculosis paru
sebanyak 14 orang (23,73%). Sehingga dapat
diketahui bahwa ibu hamil yang memiliki
pengetahuan baik tentang pengobatan
tuberculosis paru adalah yang terbanyak yaitu
sebanyak 35 orang (59,32%).
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Cara Penularan Tuberculosis Paru
Tabel 5.1.5
Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang cara penularan Tuberculosis Paru
Katagori
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Frekwensi
42
8
9
59
Persentase (%)
71,19
13,56
15,25
100
Grafik 5.1.5 Pengetahuan ibu hamil tentang cara penularan Tuberculosis Paru
9
Baik
Cukup
8
Kurang
42
Hasil analisa tabel 5.1.5 diketahui
bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan
baik tentang penularan tuberculosis paru
sebanyak 42 orang (71,19%). Ibu hamil yang
memiliki
pengetahuan
cukup
tentang
penularan tuberculosis paru sebanyak 8 orang
(13,56%). Sedangkan ibu hamil yang memiliki
pengetahuan kurang tentang cara penularan
tuberculosis paru sebanyak 9 orang (15,25%).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu hamil
yang berpengetahuan baik tentang penularan
tuberculosis paru memiliki jumlah terbanyak
yaitu sebanyak 42 orang (71,19%).
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Cara Pencegahan Tuberculosis Paru
Tabel 5.1.6
Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang cara pencegahan Tuberculosis
Paru
Katagori
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Hal | 26
Frekwensi
30
17
12
59
Persentase (%)
50,85
28,81
20,34
100
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
ISSN: 2356-5454
Grafik 5.1.6 Pengetahuan ibu hamil tentang cara pencegahan Tuberculosis Paru
12
Baik
30
17
Hasil analisa tabel 5.1.6 diketahui
bahwa ibu hamil berpengetahuan baik tentang
cara pencegahan tuberculosis paru sebanyak
30 orang (50,85%). Ibu hamil yang
berpengetahuan
cukup
tentang
cara
pencegahan tuberculosis paru sebanyak 17
orang
(28,81%).
Ibu
hamil
yang
berpengetahuan
kurang
tentang
cara
pencegahan tuberculosis paru sebanyak 12
orang (20,34%). Dari uraian diatas dapat
diketahui bahwa ibu hamil yang memiliki
pengetahuan baik tentang cara pencegahan
tuberculosis paru memiliki jumlah terbanyak
yaitu 30 orang (50,85%).
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis
Paru Secara Umum
Penelitian yang telah dilakukan di
Rumah Sakit Paru Dr.M. Goenawan
Partowidigdo Cisarua Bogor telah didapatkan
hasil secara umum. Dari 59 responden
sebanyak 77,68% telah menjawab dengan
benar.
Menurut
peneliti,
pengetahuan
responden tentang tuberculosis paru secara
umum sudah baik karena kebanyakan ibu
telah mendapat informasi dari media masa,
selain itu sebagian besar responden berusia
antara 25-35, dan latar belakang pendidikan
minimal SMP.
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis
Paru Berdasarkan Pengertian
Cukup
Kurang
Hasil penelitian tentang tuberculosis
paru berdasarkan pengertian didapatkan
bahwa dari 59 responden, sebanyak 82,20%
telah menjawab dengan benar.
Mengukur pengetahuan responden
tentang tuberculosis paru berdasarkan
pengertian, maka responden perlu memahami
pengertian tuberculosis paru secara umum.
Secara definisi Tuberculosis adalah penyakit
menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis)
sebagian besar kuman TBC menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya. (Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberculosis, Depkes 2010).
Walaupun masyarakat pada umumnya
dan ibu hamil, khususnya, tidak dapat
mengenal nama specifik kuman penyebab
Tuberculosis namun mereka telah memahami
bahwa penyebab penyakit tuberculosis adalah
kuman yang menyerang organ paru-paru.
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis
Paru Berdasarkan Tanda dan Gejala
Hasil penelitian tentang tuberculosis
paru berdasarkan tanda dan gejala didapatkan
bahwa dari 59 responden, sebanyak 80,68%
telah menjawab dengan benar.
Menilai pengetahuan ibu hamil
tentang tuberculosis paru berdasarkan tanda
dan gejala, responden perlu mengetahui
bahwa tanda dan gejala penderita tuberculosis
dapat menunjukan ciri-ciri sebagai berikut :
Gejala utama pada penyakit ini adalah batuk
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 27
jikk
ISSN: 2356-5454
terus-menerus dan berdahak selama 3 minggu
atau lebih. Gejala tambahan yang sering
dijumpai yaitu dahak bercampur darah, sesak
nafas, rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu
makan menurun, berat badan menurun,
berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan,
demam meriang lebih dari sebulan. (Pedoman
Nasional
Penanggulangan
Tuberculosis,
Depkes 2010).
Banyak ibu hamil yang telah
mengetahui tanda dan gejala tuberculosis paru
melalui media massa, informasi tenaga
kesehatan maupun dari pengalaman keluarga.
Selain
itu
responden
memiliki
latar
pendidikan minimal SLTP.
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis
Paru Berdasarkan Pengobatan
Hasil penelitian pada ibu hamil
tentang tuberculosis paru berdasarkan cara
pengobatan, didapatkan bahwa dari 59
responden sebanyak 76,28% telah menjawab
dengan benar.
Menilai
pengetahuan
responden
tentang tuberculosis paru berdasarkan
pengobatan,
maka
responden
perlu
mengetahui jenis obat anti TBC dan lama
pengobatan minimal. Obat-obat Tuberculosis
Paru ini terdiri dari Rifampicin, Ethambutol,
Isoniazid, Pyrazinamide dan Streptomycin
diberikan dalam bentuk kombinasi dari
beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis
tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman
(termasuk kuman persister) dapat dibunuh.
Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan
ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada
saat perut kosong. Apabila paduan obat yang
digunakan tidak adekuat (jenis, dosis, dan
jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan
berkembang menjadi kuman kebal obat.
Menurut peneliti, hasil penelitian
diperoleh ibu hamil yang memiliki tingkat
pengetahuan tentang pengobatan tuberculosis
rata-rata dengan katagori baik. Hal ini
dimungkinkan bahwa responden telah
menerima informasi sebelumnya atau dengan
latar belakang pendidikan yang cukup
dimana responden memiliki latar belakang
pendidikan minimal SLTP.
Hal | 28
Nomor 03 Tahun 2012
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis
Paru Berdasarkan Cara Penularan
Hasil penelitian pada ibu hamil
tentang tuberculosis paru berdasarkan cara
penularan, didapatkan bahwa dari 59
responden sebanyak 79,64% telah menjawab
dengan benar.
Mengukur pengetahuan responden
tentang cara penularan tuberculosis paru,
maka responden perlu mengetahui tentang
bagaimana kuman TBC dapat berpindah
tempat. Pada waktu batuk atau bersin,
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara
pada suhu ruangan selama beberapa jam.
Orang dapat terinfeksi kalau droplet terhirup
kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman
Tubercusis tersebut masuk kedalam tubuh
manusia melalui pernafasan, kuman TBC
tersebut dapat menyebar dari paru kebagian
tubuh lainnya, melalui sistem peredaran
darah, sistem saluran limfe, saluran nafas,
atau penyebaran langsung ke bagian bagian
tubuh lainya. Daya penularan dari seseorang
penderita ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi
derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin
menular penderita tersebut. Bila hasil
pemeriksaan dahak negatif (tidak terihat
kuman), maka penderita tersebut dianggap
tidak
menular.
(Pedoman
Nasional
Penanggulangan Tuberculosis, Depkes 2010)
Menurut peneliti, hasil penelitian
tentang pengetahuan ibu mengenai cara
penularan tuberculosis paru dikatakan baik
karena ibu hamil telah mendapatkan
informasi melalui media massa maupun
penyuluhan dari petugas kesehatan dan
dengan latar belakang pendidikan ibu hamil
yang minimal SLTP.
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis
Paru Berdasarkan Cara Pencegahan
Hasil penelitian pada ibu hamil
tentang tuberculosis paru berdasarkan cara
pencegahan, didapatkan bahwa dari 59
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
responden sebanyak 76,48% telah menjawab
dengan benar.
Menilai pengetahuan ibu hamil
tentang cara pencegahan tuberculosis yaitu
terdiri dari melakukan imunisasi BCG sedini
mungkin yaitu dimulai pada bayi yang
berusia 1 bulan sesuai dengan imunisasi dasar
yang dianjurkan oleh Dokter Anak Indonesia.
Begitu pula masukan nutrisi yang baik dapat
mencegah seseorang terinfeksi penyakit ini.
Selain itu faktor-faktor dibawah ini dapat
mencegah seseorang tertular dan atau
menularkan TBC :
1. Menutup mulut pada waktu batuk dan
bersin.
2. Meludah hendaknya pada tempat tertutup
yang sudah diberi desinfektan.
3. Memiliki ventilasi yang baik, dimana
udara
dan
sinar
matahari
dapat
menjangkau ke dalam rumah. Karena
kuman TBC cepat mati terpapar sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan
hidup beberapa jam di tempat gelap dan
lembab.
4. Menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur
dibawah sinar matahari terutama pagi hari.
5. Makanan harus tinggi karbohidrat dan
tinggi protein. (Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, IDAI, 2009)
Menurut peneliti, hasil penelitian
tentang pengetahuan ibu hamil tentang cara
pencegahan tuberculosis paru pada umumnya
baik. Hal ini didukung dengan latar belakang
pendidikan responden minimal SLTP, usia
antara 25-35 tahun, dan informasi melalui
media massa, informasi dari petugas
kesehatan maupun informasi dari orang lain
yang memiliki pengalaman sebelumnya.
PENUTUP
Kesimpulan
Sesuai dengan tujuan penelitian yang
telah diuraikan pada bab sebelumnya maka
hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu
hamil tentang Tuberculosis Paru di Rumah
Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
Cisarua Bogor secara umum yaitu baik,
sebesar 77,68%.
ISSN: 2356-5454
Pengetahuan ibu hamil tentang
Tuberculosis Paru berdasarkan pengertian
didapatkan hasil rata-rata baik sebesar 82,20%.
Pengetahuan ibu hamil tentang
Tuberculosis Paru berdasarkan tanda dan
gejalanya didapatkan hasil rata-rata baik yaitu
sebesar 80,68%.
Pengetahuan ibu hamil tentang
Tuberculosis Paru berdasarkan pengobatan
didapatkan hasil rata-rata baik, yaitu sebesar
76,28%.
Pengetahuan ibu hamil tentang
Tuberculosis Paru berdasarkan cara penularan
didapatkan hasil rata-rata baik yaitu sebesar
79,64%.
Pengetahuan ibu hamil tentang
Tuberculosis
Paru
berdasarkan
cara
pencegahan didapatkan hasil rata-rata baik
yaitu sebesar 76,48%.
Menurut peneliti, hasil penelitian
tentang pengetahuan ibu hamil tentang cara
pencegahan tuberculosis paru pada umumnya
baik. Hal ini didukung dengan latar belakang
pendidikan responden minimal SLTP, usia
antara 25-35 tahun, dan informasi melalui
media massa, informasi dari petugas
kesehatan maupun informasi dari orang lain
yang memiliki pengalaman sebelumnya.
Saran
1.
2.
3.
Tempat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
dijadikan sumber informasi dan dapat
dijadikan bahan untuk meningkatkan
promosi kesehatan demi menurunkan
angka kesakitan Tuberculosis di
masyarakat.
Institusi pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan
referensi dalam rangka untuk terus
mengembangkan
penelitian
selanjutnya.
Masyarakat atau Ibu hamil
Melalui penelitian ini diharapkan ibu
hamil
dapat
memberikan
pengetahuan yang baik kepada
masyarakat yang belum memiliki
informasi tentang Tuberculosis paru
serta diharapkan dapat bersama-sama
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 29
jikk
ISSN: 2356-5454
mencegah
tersebarnya
Tuberculosis.
penyakit
REFERENSI
A.Azis
Alimul
Hidayat,
2007,
Riset
Keperawatan dan Teknik Penulisan
Ilmiah, Salemba Medika, Jakarta
Abdul Bari Saifuddin, SpOG, MPH, 2002,
Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta
Azrul Azwar , MPH, 2008. Asuhan Persalinan
Normal & Inisiasi Menyusu Dini,
Jakarta
Dep.Kes RI 1996-1997 Perawatan Ibu dan
Anak di Rumah Sakit dan Pusat
Kesehatan Masyarakat. Biro
Hukum dan Humas
Helen
Farrer,
2001.
Perawatan
Maternitas.edisi 2. EGC, Jakarta.
http://ayurai.wordpress.com/2009/05/21/ta
lipusat-umbillicus/
http://www.ask.com/web?q=perawatan%20t
ali%20pusat&o=101487&l=is
http://www.melindahospital.com/modul/us
er/detail_artikel.php?id=973_Cara-
Hal | 30
Nomor 03 Tahun 2012
Merawat-Tali-Pusar-Bayi-yang-BaruLahir
Ircham Machfoedz, M.s. 2008, Statistika
Deskriptif
Bidang
Kesehatan,
Keperawatan,
Kebidanan,
Kedokteran, Fitramaya. Yogyakarta
Rustam Mochtar, MPH, 1998, Sinopsis
Obstetri Jilid 1.EGC, Jakarta.
Sarwono Prawirohardjo, SpOG, 2008, Ilmu
Kebidanan,
P.T.
Bina
Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
Soekidjo Notoatmodjo, 2002, Metodologi
Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta.
Jakarta
Soekidjo
Notoatmodjo,
2005,
Promosi
Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka
Cipta. Jakarta
Soekidjo Notoatmodjo, 2007, Kesehatan
masyarakat: Ilmu dan Seni, Rineka
Cipta, Jakarta
Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Metodologi
penelitian kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta
Suharsimi Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta. Jakarta
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
ISSN: 2356-5454
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMBERIAN TABLET FE (ZAT BESI)
DI RUMAH BERSALIN SRI YUNI BANDUNG
Oleh
Diah Nurmayawati
ABSTRAK
Penyebab langsung kematian ibu di Jawa Barat pada tahun 2005 terbanyak adalah perdarahan
sebanyak 282 kasus. Bidan melakukan kunjungan rumah, berinteraksi dengan masyarakat secara
berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami, dan anggota keluarga, agar ibu
memeriksakan kehamilannya sejak dini dan teratur, juga bidan membina hubungan secara sehat,
saling percaya dengan sang ibu mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin
yang dikandungnya, mempersiapkan kelahiran, dan memberikan penyuluhan.
Tujuan penilitian untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang pemberian tablet Fe di Rumah
Bersalin Sri Yuni Bandung. Ditinjau dari segi manfaat, dampak bila tidak mengkonsumsi, jadwal
dan cara pemberian tablet zat besi, tentang dosis yang dikonsumsi selama hamil, sumber zat besi dan
efek samping dari zat besi, sehingga dapat mencegah terjadinya anemia zat besi. Metode Penilitian
deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Menurut Depkes 2001, angka anemia
kekurangan zat besi di Indonesia masih tinggi dan mencapai 40,1%. Hasil wawancara dengan ibu
hamil tentang pemberian tablet Fe di Rumah Bersalin Sri Yuni, dari 10 orang ibu hamil yang datang
ke Rumah Bersalin terdapat 4 orang (40%) yang benar-benar tidak mengerti akan pentingnya zat besi
bagi dirinya.
Kerangka konsep penilitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep yang lain atau antara variabel satu dengan variabel yang lain dari masalah
yang ingin diteliti. Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu
pengertian. Devinisi operasional bermanfat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau
pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument atau alat
ukur. Hasil penilitian yang telah dilaksanakan maka disarankan kepada ibu hamil, untuk dapat
menjaga kondisi kehamilannya agar dapat terpenuhi akan kebutuhan zat besi dengan baik secara
konsisten, dan untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang tablet Fe dengan selalu mengikuti
penyuluhan kesehatan, antara lain: Posyandu, Puskesmas, BPS, atau Rumah Sakit.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyebab langsung kematian ibu di
Jawa Barat pada tahun 2005 terbanyak adalah
perdarahan sebanyak 282 kasus Bidan
melakukan kunjungan rumah, berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk
memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu,
suami dan anggota keluarga agar ibu untuk
memeriksakan kehamilannya sejak dini dan
secara teratur (Asrinah 2010 : 7),juga bidan
membina hubungan secara sehat,saling
percaya bersama dengan sang ibu mendeteksi
komplikasi-komplikasi
yang
dapat
mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran
dan memberikan pendidikan sesuai dengan
kebutuhannya.
Peran Bidan dalam memberikan
pelayanan sesuai dengan kebijakan Depkes,
yaitu pada pelayanan standar 7 T sebagai
standart pelayanan terhadap ibu hamil, salah
satunya pemberian tablet zat besi (fe) minimal
90 tablet selama kehamilan dengan dosis satu
tablet setiap harinya (Asrinah 2010 : 9).
Apabila kebutuhan kalori protein,
vitamin dan mineral yang meningkat ini tidak
dapat dipenuhi melalui konsumsi makanan
pada ibu hamil, akan terjadi kekurangan gizi
dan berbagai zat yang dapat mengakibatkan
BBRL, kelahiran premature dan berakibat
kematian (Soekidjo 2007 : 233).
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 31
jikk
ISSN: 2356-5454
Tubuh
sangat
efisien
dalam
mengkonservasi asupan zat besi, sehingga
kekurangan zat besi hanya dapat terjadi
dalam masa pertumbuhan dan kekurangan
asupan zat besi setelah kehilangan darah atau
ketika wanita hamil atau melahirkan dan
kekurangan zat besi dalam waktu yang lama
akan mengakibatkan terjadinya anemia gizi
besi.(Deddy 2009:228).Menurut Depkes 2001,
angka anemia kekurangan zat besi di
Indonesia masih tinggi dan mencapai 40,1 %,
(Hariyani 2011 : 113).
Permasalahan yang didapat di Rumah
Bersalin Sri Yuni, pada saat pelayanan ANC
sejak bulan Januari sampai dengan bulan
Maret masih didapatkan pengetahuan ibu
hamil yang kurang tahu akan pentingnya zat
besi dalam kehamilannya, padahal manfaat
dari zat besi sangat penting bagi kehamilan
ibu, untuk kesehatan ibu dan janin yang
dikandungnya, karena dari kekurangan zat
besi tersebut akan menimbulkan dampak
yang bisa mengakibatkan kematian janin dan
ibu mengalami anemia gizi besi sebagai
kehamilan yang beresiko. Selain itu ibu
diberikan penyuluhan tentang tablet zat besi
dalam hal pemberian dosis dan cara
meminumnya, agar bisa dikonsumsi dengan
baik, tentunya dengan jadwal pemberian yang
benar akan membantu proses asupan tablet
besi yang baik pula, juga ibu hamil diberikan
penyuluhan tentang bagaimana sumber zat
besi didapat, misalnya didapat dari makanan
sehat antara lain : udang segar, kacang kedelai
kering, daging ayam, daging sapi, telur juga
sayuran hijau dan ibu juga diberikan
penyuluhan tentang efek samping dari terapi
tablet zat besi yang juga dapat menyebabkan
rasa tidak nyaman, contohnya : mual, muntah,
kram lambung, nyeri ulu hati, konstipasi
(kadang-kadang diare) dan dari efek samping
tersebut kadang ibu hamil tidak bisa
menerima sehingga terjadi ketidak patuhan
dalam mensuplai tablet zat besi ini (Shtrugra
et al, 1999). Cara yang baik untuk meminum
tablet zat besi ini ibu hamil diberikan
penyuluhan juga dan tepatnya pada saat
Hal | 32
Nomor 03 Tahun 2012
makan atau segera sesudah makan agar dapat
mengurangi rasa mual yang menyertainya.
Tujuan pengaturan gizi besi pada
kehamilan adalah memaksimalkan kesehatan
ibu dan meningkatkan tumbuh kembang bayi
yang sehat. Kita tidak dapat menjamin bahwa
pengaturan zat gizi besi yang optimal akan
memberikan hasil-hasil akhir yang positip,
tetapi keadaan malnutrisi besi dapat
membawa akibat yang merugikan kesehatan
dan tumbuh kembang janin (Eastwood, 1992).
Hasil wawancara dengan ibu-ibu
hamil tentang pemberian tablet Fe di RB
Sriyuni dari 10 orang ibu hamil yang datang
ke RB terdapat 4 orang (40 %) yang benarbenar belum mengerti akan pentingnya
manfaat tablet Fe bagi dirinya.
Berdasarkan hal tersebut di atas,
maka penulis tertarik dalam melakukan
penelitian, judul “ Gambaran Pengetahuan
Ibu Hamil Tentang Pemberian Tablet Fe (Zat
Besi) di RB Sriyuni Bandung”
PEMBAHASAN
Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang
tablet Fe (zat besi) Di Rumah Bersalin Sri Yuni
Bandung.
Dari hasil penelitian dan pembahasan
dari keenam indicator yang diteliti mengenai
tablet Fe yang meliputi pengetahuan ibu
mengenai manfaat tablet Fe, dampak tidak
mengkonsumsi tablet Fe, mengenai jadwal
dan cara mengkonsumsi tablet Fe, mengenai
dosis tablet Fe serta mengenai sumber zat besi
dan efek samping mengkonsumsi tablet Fe,
tingkat pengetahuan responden (ibu hamil)
termasuk dalam kategori baik sebanyak 16
orang (25%), kategori cukup yaitu lebih dari
setengahnya yaitu 35 orang (54,69%) dan
sebagian kecil responden 13 orang (20,13%)
memiliki pengetahuan yang kurang.
Berdasarkan dari keseluruhan jelas
terlihat bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil
cukup. oleh sebab itu ibu hamil perlu sesering
mungkin
diberikan
konseling
atau
penyuluhan
secara
konsisten
dan
berkesinambungan.
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Manfaat Tablet Fe di Rumah Bersalin Sri Yuni
Bandung
Dari 2 pertanyaan tentang manfaat
tablet Fe yang diberikan, berdasarkan hasil
penelitian menunjukan bahwa lebih dari
setengahnya, 38 orang (60%) memiliki
pengetahuan
baik
dan
kurang
dari
setengahnya, 26 orang (40%) memiliki
pengetahuan kurang tentang manfaat tablet
Fe.
Hasil Penelitian hal ini dapat terjadi
dikarenakan responden memilki motivasi
yang baik untuk menjaga dan merawat
kehamilannya sehingga ibu merasa perlu
untuk selalu memperhatikan kesehatan
kehamilannya sehingga pada responden
dalam kategori baik, mereka memiliki
motivasi yang mendorong dirinya untuk
berusaha memenuhi kebutuhannya dalam
menjaga kehamilan dengan memahami
manfaat mengkonsumsi tablet Fe. Sedangkan
pada responden dalam kategori kurang,
mereka tidak memilki motivasi yang baik
dalam menjaga kehamilannya sehingga
terpengaruh
terhadap
kurangnya
pengetahuan mereka dalam memenuhi
kebutuhan diri dan kehamilannya dengan
mengkonsumsi tablet Fe. Hal ini selaras
dengan pendapat Notoatmodjo (2003), yang
mengungkapkan motivasi berarti dorongan
dari dalam diri manusia untuk bertindak atau
berperilaku, pengertian motivasi tidak
terlepas dari kata kebutuhan. Dimana
kebutuhan itu adalah suatu potensi dalam
manusia yang perlu ditanggapi atau direspon.
Oleh karena itu motivasi dan
dorongan dari berbagai pihak baik petugas
kesehatan maupun dari suami ataupun
keluarganya sangatlah penting, sehingga ibu
hamil
akan
terdorong
untuk
selalu
meningkatkan pengetahuan tentang manfaat
mengkonsumsi tablet Fe.
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Dampak Tidak Mengkonsumsi Tablet Fe di
Rumah Bersalin Sri Yuni Bandung.
ISSN: 2356-5454
Dari 3 pertanyaan tentang dampak
tidak mengkonsumsi tablet Fe hanya sebagian
kecil yaitu 16 orang (25%) memiliki
pengetahuan baik.
Dan lebih dari setengahnya, 35 orang
(54,69%) memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai kerugian tidak mengkonsumsi obat.
Dan berdasarkan analisa penulis
kondisi ini bisa terjadi karena pada responden
yang memiliki pengetahuan yang cukup
ternyata didukung dengan cukup tingginya
tingkat pendidikan responden. Sedangkan
pada sebagian kecil lainnya yaitu 13 orang
(20,31%) memiliki pengetahuan yang kurang
tentang kerugian tidak mengkonsumsi dapat
dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan
responden (SD dan SM).
Hasil penelitian ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa pendidikan
seseorang dalam pengembangan daya nalar
dan analisa. Dengan daya nalar ysng baik
akan
memudahkan
seseorang
untuk
meningkatkan
pengetahuannya
(www.
Depdiknas.co.id., 2003).
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Jadwal dan Cara Mengkonsumsi Tablet Fe di
Rumah Bersalin Sri YuniBandung
Dari 2 pertanyaan tentang cara
mengkonsumsi
tablet
Fe
(zat
Besi).
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat
bahwa tingkat pengetahuan responden
tentang jadwal dan cara mengkonsumsi tablet
Fe kurang dari stengahnya yaitu 23 orang
(35,94%) termasuk respon den kategori baik
dan lebih dari setengahnya yaitu 41 orang
(64,06%) dalam kategori kurang. Keadaan ini
menunjukan masih banyaknya responden
yang belum memahami kapan ia harus
mengkonsumsi tablet Fe, Hal ini dapat terjadi
karena kurangnya informasi yang responden
dapatkan tentang tablet Fe khususnya
mengenai
jadwal
dan
cara
untuk
mengkonsumsi tablet Fe.
Kondisi ini sesuai dengan pendapat
Musbikin (2005) Bahwa tingkat pengetahuan
seorang ibu hamil dipengaruhi oleh informasi
yang memadai dari fasilitas maupun dari
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 33
jikk
ISSN: 2356-5454
tenaga
kesehatan
dapat
menambah
pengetahuan ibu hamil.
Dari hasil analisa tersebut maka untuk
meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang
tablet Fe khususnya tentang jadwal dan cara
mengkonsumsi
tablet
Fe
diperlukan
penyuluhan dan konseling bagi ibu semenjak
pertama kali ibu di diagnose hamil. Dalam hal
ini semua tenaga kesehatan khususnya bidan
perlu untuk terus meningkatkan penyuluhan
kepada ibu hamil dan keluarganya sehingga
pengetahuan ibu tentang jadwal dan cara
untuk mengkonsumsi tablet Fe dapat
ditingkatkan.
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Berapa Dosis Tablet Fe harus Dikonsumsi
Selama Hamil di Rumah Bersalin Sri Yuni
Bandung.
Dari 3 pertanyaan tentang berapa
dosis tablet Fe hanya sebagian kecil 14 orang
(21,87%) memiliki pengetahuan baik dan
berdasarkan hasil penelitian didapatkan
bahwa lebih dari setengahnya responden
yaitu 38 orang (59,38%)memiliki pengetahuan
yang cukup tentang dosis tablet Fe yang harus
dikonsumsi selama hamil dan hanya 12 orang
(18,75%) responden memiliki pengetahuan
dalam kategori kurang. Hasil ini dapat
dipengaruhi karena factor untuk responden.
Hal ini sesuai dengan teori yaitu Salah
satu faktor yang penting dalam kehamilan
adalah usia ibu, dimana berpengaruh untuk
kepentingan ibu maupun janinya. Usia ibu
mempengaruhi
bagaimana
ibu
hamil
mengambil keputusan dalam pemeliharaan
kesehatanya. Usia ibu hamil < 20 tahun
tergolong usia remaja dimana remaja
merupakan masa transisi atau peralihan dari
masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang
ditandai dengan adanya perubahan aspek
fisik, psikis dan psikososial.
Menurut Krisnadi (2006), ibu hamil
remaja umumya pengetahuan mengenai
kehamilan masih kurang terutama untuk
mengenali
tanda-tanda
bahaya
dalam
kehamilan khususnya bahaya yang karena
anemia
pada
kehamilan,
sedangkan
Hal | 34
Nomor 03 Tahun 2012
kehamilan pada umur 20-35 merupakan
kehamilan yang sehat.
Pendapat ini diperkuat lagi oleh
Musbikin (2005) yang menyatakan bahwa dari
segi ilmu pengetahuan, usia seorang wanita
untuk hamil terbaik memang pada saat berusi
20 - 35 tahun, karena kelompok umur ini
selain fisik sudah kuat dan dari segi mental
wanita tersebut sudah cukup dewasa
(Musbikin, 2005). Usia dewasa merupakan
suatu masa yang tepat dalam pengambilan
keputusan dalam menjaga kehamilannya.
Dalam penelitian ini responden dengan usia
20 = 35 tahun akan dapat dengan mudah
memahami berapa dosis dan banyak tablet Fe
yang harus dikonsumsi selama kehamilan.
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Sumber Zat Besi di Rumah Bersalin Sri Yuni
Bandung.
Dari 2 pertanyaan tentang sumber Zat
Besi lebih dari setengahnya terdapat 34 orang
(53,13%) responden memilikikategori baik.
Dan
berdasarkanaHasil
penelitian
menunjukan bahwa hampir setengahnya yaitu
30 orang (46,87%) memiliki pengetahuan yang
kurang tentang sumber zat besi dan hanya
sebagian kecil saja yaitu 12 orang (18,75%)
yang memiliki pengetahuan baik.
Dari hasil analisa tersebut maka untuk
meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang
sumber zat besi khususnya tentang sumber
yang didapat ditentukan konseling bagi ibu
szejak pertama kali didiagnosa hamil. Bidan
perlu
meningkatkan
penyuluhan
atau
konseling kepada ibu hamil dan kemuarganya
sehingga pengetahuan ibu tentang sumber zat
besi didapat tidak usah sulit mencari tetapi
dari makanan sehari-haripun mudah didapat
dan bisa dikonsumsinya. sehingga ibu tidak
mengalami kesulitan.
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Efek Samping Tablet Fe di Rumah Bersalin Sri
Yuni Bandung.
Dari 2 pertanyaan tentang efek
samping dari tablet Fe hanya sebagian kecil 23
orang
(35,94%)
responden
memiliki
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
ISSN: 2356-5454
pengetahuan baik, dan berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa lebih dari
setengahnya 41 orang (64,06%) atau sebagian
besar responden memiliki pengetahuan
kurang tentang efek samping, disini terlihat
betapa pentingnya ibu hamil mengerti, faham
akan kebutuhan zat besi dalam kesehariannya
sesuai dengan batas dan dosis yang
dianjurkan sehingga efek samping yang dapat
terjadi bias ditanggulangi atau dicegahnya.
Gambaran pengetahuan ibu hamil
tentang sumber zat besi di Rumah Bersalin Sri
Yuni Bandung adalah lebih dari setengahnya (
53,13% ) dalam kategori baik, 46,87% dalam
kategori kurang.
Gambaran pengetahuan ibu hamil
tentang efek samping tablet Fe di Rumah
Bersalin Sri Yuni Bandung, hanya 35,94%
dalam kategori baik dan lebih dari
setengahnya yaitu 64,06% kategori kurang .
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian terhadap 64
orang ibu hamil berdasarkan analisis dan
pembahasan
mengenai
Gambaran
pengetahuan ibu hamil tentang pemberian
tablet Fe di Rumah Bersalin Sriyuni Bandung,
dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
Gambaran pengetahuan ibu hamil
tentang tablet Fe atau Zat besi di rumah
bersalin Sri Yuni Bandung terdapat 25%
kategori Baik, lebih dari setengahnya 54,69 %
kategori cukup dan sebagian kecil 20,31 %
kategori kurang.
Gambaran pengetahuan ibu hamil
tentang manfaat tablet Fe di Rumah
Bersalin Sri Yuni lebih dari setengahnya (60%)
dalam kategori baik dan 40% dalam kategori
kurang.
Gambaran pengetahuan ibu hamil
tentang dampak tidak mengkonsumsi tablet
Fe di Rumah Bersalin Sri Yuni Bandung.
Hanya sebagian kecil 25 % kategori baik,
kategori cukup 54,69% kategori kurang
20,31%.
Gambaran pengetahuan ibu hamil
tentang jadwal dan cara mengkonsumsi tablet
Fe di rumah bersalin Sri Yuni Bandung lebih
dari setengahnya 35,94% dalam kategori baik,
dan 64,06% kategori kurang.
Gambaran pengetahuan ibu hamil
tentang dosis tablet Fe yang harus dikonsumsi
selama hamil di Rumah Bersalin Sri Yuni
Bandung hanya 21,87% dalam kategori baik,
lebih dari setengahnya 59,38 % kategori cukup
dan sebagian kecil 18,75% kategori kurang.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilaksanakan maka dapat disampaikan
beberapa saran yaitu :
1. Untuk Ibu Hamil
Untuk
dapat
lebih
meningkatkan
pengetahuan tentang tablet Fe dengan selalu
mengikuti penyuluhan kesehatan di tempat
pelayanan kesehatan seperti puskesmas,
posyandu, BPS maupun Rumah Sakit.
2. Rumah Bersalin Sri Yuni Bandung
Petugas kesehatan memberikan pengetahuan
kepada ibu dan keluarga tentang pemberian
tablet Fe
Petugas kesehatan memberikan dorongan dan
motivasi kepada ibu agar ibu selalu
mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan.
3. Bagi Peneliti
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat
melakukan penelitian tentang hubungan ibu
hamil yang mengkonsumsi tablet Fe dengan
kejadian anemia.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan pihak institusi pendidikan agar
menambah koleksi buku-buku tentang
pendidikan
kesehatan
dan
teori-teori
mengenai penelitian kesehatan.
5. Bagi Masyarakat
Diharapkan
penelitian
ini
dapat
meningkatkan
pengetahuan
masyarakat
tentang pentingnya mengkonsumsi tablet Fe
dalam kehamilan.
REFERENSI
Asrinah dkk, “Askeb Masa Kehamilan” edisi
Pertama : 7 ; 9 ; 15 Graha Ilmu,
Jogjakarta
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 35
jikk
ISSN: 2356-5454
Deddy Muchtadi, 2009 “Pengantar Ilmu Gizi”
edisi Pertama : 228 Alfabeta, Bandung
Erni Sophia, 2009 “Kebutuhan Gizi Ibu
Hamil”. Medicastore.com
Eko Budianto 2003 “Metodologi Penelitian
Kedokteran” edisi Pertama : 230, EGC,
Jakarta
Hariyani, 2011 “Gizi untuk Kesehatan Ibu dan
Anak” edisi Pertama : 113. Graha
Ilmu, Jogjakarta
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008 edisi IV :
178 : 516. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Kompas.com, 2010 “Zat Besi Cerdaskan Bayi”
Obstetri William, 2010 “Buku Kedokteran”
edisi 21 : 193 EGC, Jakarta
Soekidjo Notoatmojo, 2010 “Metodologi
Penelitian Kesehatan “ Cetakan
Pertama edisi rev
Hal | 36
Nomor 03 Tahun 2012
Soekidjo Notoatmojo, 2005
“Promosi
Kesehatan” edisi peertama : 50.
Rineka Cipta, Jakarta
Soekidjo Notoatmojo, 2007 “Kesehatan dan
Masyarakat. Ilmu dan seni” edisi
Pertama : 98 : 233. Rineka Cipta,
jakarta
Soekidjo Notoatmojo, 2010 “Metodologi
Penelitian Kesehatan “ Cetakan kedua edisi rev
Soekidjo Notoatmojo, 2010 “Ilmu Perilaku
Kesehatan” edisi pertama : 27. Rineka
Cipta, Jakarta
Sunita Almatsier, 2009 “Prinsip Dasar Ilmu
Gizi.” Edisi VII : 250 – 258. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
ISSN: 2356-5454
PROGRAM KELAS IBU HAMIL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBABAT CIMAHI
TAHUN 2013 (STUDI DISKRIPTIF PENDAPAT BIDAN TENTANG PROGRAM KELAS IBU HAMIL
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBABAT CIMAHI TAHUN 2013)
Oleh
Sundari
ASBTRAK
Berbagai program kesehatan telah dikembangkan dan salah satu program yang dikembangkan
adalah program kelas ibu hamil atau kelas antenatal. Kelas Ibu Hamil merupakan sarana untuk
belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka, belajar kelompok yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu hamil dan keluarga mengenai
kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, budaya
yang mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi serta deteksi dini dan penanganan kegawatdaruratan
ibu dan bayi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapat bidan tentang program kelas
ibu hamil yang meliputi persiapan, pelaksanaan dan pengembangan program kelas ibu hamil. Desain
penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini seluruh bidan yang
berada di RSUD Cibabat Kota Cimahi yang berjumlah 40 orang dengan pengumpulan sampel
menggunakan teknik sampling jenuh. Hasil penelitian didapat rata-rata pendapat bidan tentang
program kelas ibu hamil berada pada kategori sangat setuju (77.40%). Pendapat bidan tentang
persiapan kelas ibu hamil berada pada kategori sangat setuju (81,25%). Pendapat bidan tentang
pelaksanaan program kelas ibu hamil berada pada kategori sangat setuju (78,83%). Pendapat bidan
tentang pengembangan program kelas ibu hamil berada pada kategori setuju (67,5%) Diharapkan
hasil penelitian ini mendapat dukungan sepenuhnya dari pihak terkait, sehingga terbentuknya
program kelas ibu hamil atau kelas antenatal di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi sesuai
dengan tuntutan rumah sakit sayang ibu dan bayi yang telah dicanangkan oleh Dinas Kesehatan
Profinsi Jawa Barat.
Kata Kunci : Program, Kelas Ibu Hamil
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil,
bersalin dan nifas adalah masalah besar di
Negara berkembang. Di negara miskin sekitar
20-30% kematian wanita usia subur
disebabkan oleh kehamilan, persalinan dan
nifas. Kematian saat melahirkan biasanya
menjadi faktor mortalitas wanita muda ada
pada
puncak
produktifitasnya.
(www.iklanmarket.cz.cc./2011/04/pengetahuanibu- nifas -tentang-tanda.htm.08-03-2012 19.30)
Program
pembangunan
kesehatan
di
Indonesia dewasa ini masih diprioritaskan
pada upaya peningkatan kesehatan ibu dan
anak, terutama pada kelompok yang rentan
kesehatan yaitu ibu hamil, bersalin dan bayi
pada masa perinatal. Hal ini ditandai dengan
tingginya Angka kematian Ibu (AKI) yaitu 226
per 100.000 kelahiran hidup dan Angka
Kematian Bayi (AKB) yaitu 27 per 1000
kelahiran hidup (SDKI 2010). (Dinas Keshatan
Propinsi Jawa Barat, 2009).
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 37
jikk
ISSN: 2356-5454
Nomor 03 Tahun 2012
Data AKI tahun 2011-2012 di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Kota Cimahi berdasarkan wilayah
dan penyebab kematian dapat dilihat dari data tabel berikut ini :
KBB
Cimahi
Kota Bandung
Penyebab
2011
2012
2011
2012
2011
2012
Perdarahan
4
4
2
2
0
0
PEB/Eklampsi 3
1
1
0
0
0
Sepsis
0
1
0
0
0
0
Sebab lain
3
1
2
0
1
1
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa
kejadian kematian dari RSUD Cibabat tahun
2011 sebanyak 16 orang, 10 orang berasal dari
rujukan Kabupaten Bandung Barat (KBB) dan
berdasarkan penyebab kematian 6 orang atau
37,5%
disebabkan
karena
perdarahan.
Kejadian kematian ibu tahun 2012 sebanyak
10 orang, 7 orang dari rujukan KBB dan
penyebabkematian 6 orang (60%) karena
perdarahan.
Asuhan yang diberikan oleh seorang pemberi
pelayanan kebidanan sangat mempengaruhi
kwalitas asuhan yang diberikan dalam
tindakan kebidanan seperti upaya pelayanan
antenatal, intranata. Postnatal dan perawatan
bayi baru lahir. (Soleha, 2009)
Berbagai
program
kesehatan
telah
dikembangkan dan salah satu program yang
dikembangkan adalah program kelas ibu
hamil atau kelas antenatal. Kelas Ibu Hamil
merupakan sarana untuk belajar bersama
tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam
bentuk tatap muka, belajar kelompok yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan ibu hamil dan keluarga
mengenai kehamilan, perawatan kehamilan,
persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi
baru lahir, budaya yang mempengaruhi
kesehatan ibu dan bayi serta deteksi dini dan
penanganan kegawatdaruratan ibu dan bayi.
Bentuk pembelajaran yang dilaksanakan pada
kelas ibu berupa ceramah, tanya jawab,
demonstrasi dan tukar pengalaman antara
ibu-ibu hamil dengan petugas kesehatan.
(Depkes, RI 2009).
Dewasa ini penyuluhan kesehatan ibu dan
anak pada umumnya masih banyak dilakukan
melalui konsultasi perorangan atau kasus
perkasus yang diberikan pada waktu ibu
Hal | 38
memeriksa kandungan atau pada waktu
kegiatan posyandu. Kegiatan penyuluhan
semacam ini bermanfaat untuk menangani
kasus perkasus namun memilki kelemahan
antara lain, pengetahuan yang diperoleh
hanya terbatas pada masalah kesehatan yang
dialami saat konsultasi, penyuluhan yang
diberikan tidak terkoordinir sehingga ilmu
yang diberikan kepada ibu hanyalah
pengetahuan yang dimiliki oleh petugas saja,
tidak ada rencana kerja sehingga tidak ada
pemantauan atau pembinaan secara lintas
sektor dan lintas program, pelaksanaan
penyuluhan tidak terjadwal dan tidak
berkesinambungan.
Untuk
mengatasi
kelemahan-kelemahan diatas direncanakan
metode pembelajaran kelas ibu hamil.
Kegiatan yang dilakukan adalah pembahasan
materi dalam bentuk tatap muka dalam
kelompok yang diikuti diskusi dan tukar
pengalaman antara ibu-ibu hamil dan petugas
kesehatan. Kegiatan kelompok ini diberi nama
KELAS IBU HAMIL. (Depkes RI, 2009)
Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu
hamil dengan umur kehamilan
antara 20
minggu sampai dengan 32 minggu dengan
jumlah peserta maksimal 10 orang. Dikelas ini
ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi
dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu
dan anak (KIA) secara menyeluruh dan
sistimatis serta dapat dilaksanakan secara
terjadwal dan berkesinambungan.Kelas ibu
hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan
dengan menggunakan paket Kelas Ibu Hamil
yaitu Buku KIA, Flip chart (lembar balik),
Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil,
Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil dan
Buku senam Ibu Hamil. (DEPKES RI, 2009)
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi
merupakan Rumah Sakit Sayang Ibu Dan Bayi
( RSSIB ) sejak tahun 2002, dan salah satu
program yang harus dimiliki adalah program
kelas I bu hamil, hal ini sesuai dengan sepuluh
langkah perlindungan ibu dan bayi secara
terpadu dan paripurna menuju rumah sakit
sayang ibu dan bayi dan sampai saat ini
Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi
belum
mempunyai
kelas ibu hamil,
sedangkan Salah satu program yang harus
dikembangkan di rumah sakit sayang ibu dan
bayi adalah program kelas ibu hamil.
Mengacu pada instrument penilaian program
rumah sakit sayang ibu dan bayi bahwa pada
poin data rumah sakit tertera bahwa “apakah
ada kelas antenatal di RS? Materinya apa
saja/” pertanyaan inilah yang membuat
Rumah Sakit Umum Cibabat belum mendapat
nilai yang maksimal dari DEPKES RI
mengenai rumah Sakit Sayang Ibu Dan Bayi.
Oleh karena alasan diatas maka hal ini
menarik minat peneliti karena program kelas
ibu hamil adalah program yang harus
diterapkan pada rumah sakit yang sudah
mempunyai predikat Rumah Sakit Sayang Ibu
dan Bayi.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “
Program Kelas Ibu Hamil Di Rumah Sakit
Umum Cibabat Cimahi (Studi Diskriptif
Pendapat Bidan Tentang Program Kelas Ibu
Hamil)”
PEMBAHASAN
Pendapat Bidan tentang Program Kelas Ibu
Hamil
Berdasarkan diagram 5.2.1 dapat
diketahui bahwa sebagian besar dari
responden 26 orang (65%) berada pada
kategori Sangat Setuju, hampir setengah dari
responden sebanyak 13 orang (32%) berada
pada kategori setuju, sebagian kecil dari
responden sebanyak 1 orang (3%) berada pada
kategori tidak setuju dan tidak seorang pun
yang berada pada kategori sangat tidak setuju.
Secara keseluruhan rata-rata pendapat bidan
ISSN: 2356-5454
tentang program kelas ibu berada pada
kategori sangat setuju (77.40%)
Kondisi ini menunjukkan bahwa
pendapat bidan tentang program kelas ibu
hamil sangat setuju unuk dilaksanakan di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cimahi.
Pendapat ini dapat dipengaruhi oleh harapan
dan kebutuhan, dimana harapan dengan
diadakan program kelas ibu hamil dapat
membantu meningkatkan derajat kesehatan
ibu hamil dan dapat membantu ibu hamil
untuk mendapatkan informasi seputar
kehamilan dan sampai persiapan persalinan
dan setelahnya. Kebutuhan, dimana program
kelas ibu hamil ini dirasakan perlu untuk
dilaksanakan karena merupakan syarat yang
harus dipenuhi oleh Rumah Sakit yang
mendapat predikat Rumah Sakit Sayang Ibu
dan Bayi.
Menurut Notoatmodjo (2005) Faktor
internal yang ada pada seseorang akan
mempengaruhi
bagaimana
seseorang
menginterpretasikan
stimulus
yang
dilihatnya. Adapaun factor internal tersebut
adalah pengetahuan, harapan, kebutuhan,
motivasi, emosi, dan budaya.
Kelas ibu hamil yaitu merupakan
sarana untuk belajar kelompok tentang
kesehatan bagi ibu hamil dalam bentuk tatap
muka
yang
bertujuan
meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu
mengenai kehamilan, persalinan, perawatan
nifas, dan perawatan bayi baru lahir melalui
praktik dengan menggunakan buku KIA.
(DEPKES RI, 2009).
Persiapan Program Kelas Ibu Hamil
Berdasarkan diagram 5.2.3 dapat
diketahui bahwa sebagian besar dari
responden sebanyak 30 orang (75%) berada
pada kategori sangat setuju, sisanya sebagain
kecil dari responden sebanyak 5 orang
(12,50%) berada pada kategori setuju, 5 orang
(12,50%) berada pada kategori tidak setuju
dan tidak seorangpun yang yang berada pada
kategori
sangat
tidak
setuju.
Secara
keseluruhan rata-rata pendapat bidan tentang
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 39
jikk
ISSN: 2356-5454
persiapan program kelas ibu hamil berada
pada kategori sangat setuju (81,25%).
Kondisi ini menunjukkan bahwa
pendapat bidan tentang persiapan program
kelas ibu hamil sangat setuju untuk
dipersiapkan agar dalam pelaksanaan
program kelas ibu hamil ini diharapkan
segala bentuk kegiatan terkoordinasi secara
baik dan dapat berjalan dengan lancar.
Menurut Notoatmodjo (2005) Faktor
internal yang ada pada seseorang akan
mempengaruhi
bagaimana
seseorang
menginterpretasikan
stimulus
yang
dilihatnya. Adapaun factor internal tersebut
adalah pengetahuan, harapan, kebutuhan,
motivasi, emosi, dan budaya.
Langkah awal penting yang perlu
dilakukan dalam persiapan kelas ibu hamil
adalah membentuk organisasi pelaksana
sebagai penanggung jawab pelaksanaan
termasuk pemantauan. Hal ini perlu untuk
menentukan
penanggung
jawab
dan
kedudukan masing-masing anggota dalam
organisasi. Anggotanya terdiri dari bidanbidan yang ada di rumah sakit. (DEPKES RI,
2009).
Tujuannya
agar
bidan
dapat
mengetahui dan memahami pengertian kelas
ibu hamil, tujuan dan manfaat yang
dilaksanakan kegiatan tersebut, konsep
kegiatannya, susunan organisasi pelaksana
yang terdiri dari bidan-bidan rumah sakit
umum daerah cibabat cimahi, pengalaman
hasil pelaksanaan dan pengelolaan kelas ibu
hamil
diantaranya
perencanaan,
penyelenggaraan dan pendanaan kegiatan
kelas ibu hamil (DEPKES RI, 2009).
Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil
Berdasarkan diagram 5.2.5 dapat
diketahui bahwa sebagian besar dari
responden sebanyak 26 orang (65%) berada
pada kategori sangat setuju, hampir setengah
dari responden 13 orang (32%) berada pada
kategori setuju dan sebagian kecil dari
responden 1 orang (3%) berada pada kategori
tidak setuju dan tidk seorang pun dari
responden yang berada pada kategori sangat
Hal | 40
Nomor 03 Tahun 2012
tidak setuju. Secara keseluruhan rata-rata
pendapat bidan tentang pelaksanaan program
kelas ibu berada pada kategori sangat setuju
(78,83%)
Kondisi ini menunjukkan bahwa
pendapat bidan tentang pelaksanaan program
kelas ibu hamil sangat setuju untuk dijalankan
karena bidan merasa program ini sangat
dibutuhkan oleh ibu hamil dalam membantu
mereka memperoleh segala informasi seputar
kehamilan, persalinan dan masa setelah
persalinan. Dengan harapan ibu hamil dapat
lebih siap menjalankan proses kehamilannya
dan lebih siap menghadapi persalinan
Menurut Notoatmodjo (2005) Faktor
internal yang ada pada seseorang akan
mempengaruhi
bagaimana
seseorang
menginterpretasikan
stimulus
yang
dilihatnya. Adapaun factor internal tersebut
adalah pengetahuan, harapan, kebutuhan,
motivasi, emosi, dan budaya.
Tahapan pelaksanaan dari Program
Kelas Ibu Hamil antara laih : 1) Pelatihan bagi
pelatih, 2) Pelatihan bagi Fasilitator, 3)
Sosialisasi Kelas Ibu hamil, 4) Persiapan
Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, 5) Kegiatan
pelaksanaan Program kelas Ibu Hamil
(DEPKES RI, 2009)
Pengembangan Kelas Ibu Hamil
Berdasarkan diagram 5.2.7 dapat
diketahui bahwa sebagian kecil dari
responden sebanyak 2 orang (5%) berada pada
kategori sangat setuju, sebagian besar dari
responden sebanyak 27 orang (67%) berada
pada kategori setuju, sebagian kecil dari
responden sebanyak 8 orang (20%) berada
pada kategori tidak setuju dan sebanyak 3
orang (8%) berada pada kategori sangat tidak
setuju. Secara keseluruhan rata-rata pendapat
bidan tentang pengembangan Program Kelas
ibu Hamil berada pada kategori setuju
(67,50%).
Kondisi ini menunjukkan bahwa
pendapat bidan tentang pengembangan
program kelas ibu hamil setuju untuk
dikembangkan dengan harapan program ini
dapat terus berjalan berkesinambungan.
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
Menurut Notoatmodjo (2005) Faktor
internal yang ada pada seseorang akan
mempengaruhi
bagaimana
seseorang
menginterpretasikan
stimulus
yang
dilihatnya. Adapaun factor internal tersebut
adalah pengetahuan, harapan, kebutuhan,
motivasi, emosi, dan budaya.
Pengalaman yang diperoleh selama
tahap pelaksana kelas ibu hamil dirumah sakit
cibabat cimahi sangat berguna dalam
perencanaan pengembangan dimana kelas ibu
hamil dilanjutkan dan dijaga kualitasnya serta
dipertahankan kegiatannya dan diperluas
jangkauan
penyelenggaraannya
ke
kabupaten/kota baru dimana dalam memulai
pelaksanaan kegiatan kelas ibu hamildapat
dilakukan sesuai dengan tahapan yang ada.
Tujuannya
adalah
untuk
Menjamin
kesinambungan kelas ibu dirumah sakit
cibabat cimahi dan memberdayakan ibu hamil
untuk menjaga ksehatannya dalam keluarga
masing-masing dengan menggunakan buku
KIA. (DEPKES RI, 2009)
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
mengenai “ Program Kelas Ibu Hamil Di
Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi (Studi
Diskriptif Pendapat Bidan Tentang Program
Kelas Ibu Hamil)” pada 40 responden, maka
kesimpulan yang dapat peneliti ambil dalam
penelitian ini berdasarkan tujuan umum dari
penelitian ini adalah secara keseluruhan ratarata pendapat bidan tentang Program kelas
ibu hamil berada pada kategori sangat setuju
(77,40%)
Sedangkan
berdasarkan
tujuan
khusus dari penelitian ini, kesimpulan yang
dapat peneliti ambil diantaranya adalah:
1.
Secara keseluruhan rata-rata pendapat
bidan tentang persiapan kelas ibu hamil
berada pada kategori sangat setuju
(81,25%)
2.
Secara keseluruhan rata-rata pendapat
bidan tentang pelaksanaan program
kelas ibu hamil berada pada kategori
sangat setuju (78,83%)
ISSN: 2356-5454
3.
Secara keseluruhan rata-rata pendapat
bidan tentang pengembangan program
kelas ibu hamil berada pada kategori
setuju (67,5%)
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan maka dapat disampaikan
beberapa saran yaitu :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Pelaksanaan Inovasi program
kelas ibu hamil ini diharapkan dapat
menjadi bahan informasi dan referensi
sehingga dapat ditindak lanjuti untuk
pengembangan program pendidikan
D3 Kebidanan sesuai dengan tuntutan
kopetensi yang diharapkan, serta
membantu proses belajar mengajar
khususnya untuk riset kebidanan, dan
untuk menambah bahan pustaka di
program studi Kebidanan Ar-Rahmah
Bandung.
2. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat menjadi
dasar bagi peneliti lain yang untuk
meneliti lebih lanjut tentang Program
Kelas Ibu Hamil
3. Bagi Lahan Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini
mendapat dukungan sepenuhnya dari
pihak terkait, sehingga terbentuknya
program kelas ibu hamil atau kelas
antenatal di Rumah Sakit Umum
Daerah Cibabat Cimahi
sesuai
dengan tuntutan rumah sakit sayang
ibu dan bayi yang telah dicanangkan
oleh Dinas Kesehatan Profinsi Jawa
Barat.
REFERENSI
Alimul Azis, 2011. Metode Penelitian Kebidanan
Dan Tehnik Analisa Data, Jakarta,
Salemba Medika
Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik,
Edisi
Revisi. Jakarta; Rineka Cipta
Departeman Kesehatan Kota Bandung, 2009
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 41
jikk
ISSN: 2356-5454
Depkes RI, 2010. Instrumen Penilaian Program
Rumah Sakit Sayang Ibu Bayi (RSSIB).
Jakarta : DEPKES RI
Depkes RI, Jica, 2009. Pedoman Pelaksanaan
Kelas Ibu Hamil, Jakarta : DEPKES RI
_____________2009, Pegangan Fasiltator Kelas
Ibu Hamil, Jakarta : DEPKES RI
DIRJEN YANMED DEP KES RI, 2007,
Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Ibu
Dan Bayi Secara Terpadu Paripurna
Menuju Rumah Sakit Sayang Ibu Bayi .
Jakarta : DEPKES RI
Kementrian Kesehatan Negara RI, 2011. Buku
Kesehatan Ibu Dan Anak, Jakarta :
Kementrian Kesehatan Dan JICA
Nolan Mary, 2010. Kelas Bersalin, Yogjakarta :
Golden Books
Notoatmodjo,
Soekidjo,
2010.
Promosi
Kesehatan & Ilmu Perilaku. Edisi Revisi
Jakarta : Rineka Cipta
Hal | 42
Nomor 03 Tahun 2012
___________________,
2010,
Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka
Cipta
Saefuddin, 2002. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Soleha Siti, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa
Nifas, Jakarta : Salemba Medika
Sulistiawati, Ari 2011. Asuhan Kebidanan Pada
Masa Kehamilan, Jakarta : Salemba
Medika
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan,
Jakarta : Rineka Cipta
www.infodokter.com. Diakses pada tanggal 31
januari 2013 .
www.iklanmarket.cz.cc./2011/04/pengetahuanibu- nifas -tentang-tanda.htm.08-03-2012
19.30. Diakses pada tanggal 20 Maret
2013.
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
ISSN: 2356-5454
PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG DIABETES MELLITUS DALAM KEHAMILAN
(DIABETES MELLITUS GESTASIONAL) DI KLINIK BERSALIN KUMALA BUNDA KOTA
BANDUNG TAHUN 2012
Oleh
Yuliati
ABSTRAK
Menurut penelitian sekitar 40-60 persen ibu yang mengalami diabetes mellitus pada kehamilan dapat
berlanjut mengidap diabetes mellitus setelah persalinan, selain itu Diabetes gestasional juga dapat
memengaruhi bayi. Bisa jadi bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami diabetes gestasional akan
mengalami hipogiikemia neonatal (kandungan glukosa darah yang menurun secara abnormal),
hipokalemia neonatal (kadar kalium yang rendah dalam darah), hiperbilirubinemia neonatal (kadar
bilirubin yang tinggi dalam darah), dan polisitemia (peningkatan jumlah sel darah merah). Tujuan
Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang diabetes mellitus dalam
kehamilan ditinjau dari pengertian, tanda dan gejala, pengaruh terhadap kehamilan dan janin, serta
penanganan. Metode Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Populasi dalam
penelitian ini adalah ibu hamil yang memeriksakan kandungannya di klinik bersalin kumala bunda.
Cara pengambilan sampel adalah menggunakan pengambilan sampel secara random sampling.
Adapun teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling (system random
sampling acak sederhana) sebanyak 52 orang. Hasil penelitian ini adalah Secara keseluruhan rata-rata
pengetahuan Ibu hamil tentang pengertian diabetes mellitus dalam kehamilan berada pada kategori
baik (78,85%), tentang tanda dan gejala diabetes mellitus dalam kehamilan berada pada kategori baik
(81,15%), tentang pengaruh diabetes mellitus pada kehamilan dan janin berada pada kategori kurang
(58,52%), tentang penanganan diabetes mellitus dalam kehamilan berada pada kategori baik (77,31%).
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Pengetahuan Ibu Hamil tentang Diabetes Mellitus
Dalam Kehamilan (Diabetes Mellitus Gestasional) di Klinik bersalin Kumala Bunda Kota Bandung
Tahun 2012 berada pada kategori Cukup (72,02%). Ibu hamil harus selalu memeriksakan
kehamilannya secara teratur sehingga jika terdeteksi penyakit yang menyertai kehamilan seperti
diabetes mellitus ibu dapat segera konsultasikan dengan Bidan ataupun dokter
Kata Kunci
: Pengetahuan, Diabetes Mellitus Gestasional
PENDAHULUAN
LatarBelakang
Kehamilan adalah suatu peristiwa
alamiah. Pada masa ini tubuh akan banyak
mengalami perubahan. Otot-otot perut beserta
jaringannya meregang untuk memberitempat
kepada rahim yang akan mengembang 20
(dua puluh) kali lebih besar dan ukuran
semula (Musbilan, 2005:14).
Kehamilan biasanya menjadi saat
tentram dalam kehidupan seorang wanita,
sayangnya terkadang terusik oleh berbagai
penyakit atau kondisi medis yang tidak
diharapkan.
Untungnya
dengan
perkembangan teknologi medis, wanita hamil
dapat dimonitor dengan seksama untuk
mengetahui berbagai tanda dan gejala
kehamilan (Fitria, 2007).
Salah satu penyakit yang dapat
menyertai ibu saat masa kehamilan adalah
diabetes mellitus pada kehamilan (Diabetes
mellitus Gestasional).
Penyakit diabetes merupakan penyakit
atau
kelainan
yang
mempengaruhi
kemampuan tubuh mengubah makanan
menjadi
energy,
pemicunya
karena
kekurangan hormon insulin yang berfungsi
membantu tubuh mendapatkan energy dari
makanan. (www.denggol.com).
Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,93,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah
mengalami DMG pada pengamatan lanjut
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 43
jikk
ISSN: 2356-5454
pasca persalinan akan mengidap diabetes
mellitus atau gangguan toleran siglukosa.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan
dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu
dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya
belum dapat memastikan diagnosis DM,
dapat di ikuti dengan test toleran siglukosa
oral. DM di tegakkan apabila kadar glukosa
darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika
didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti
bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200
mg%
belum
pasti
DM.
(http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/
diabetes-mellitus-pada-kehamilan/)
Perubahan-perubahan fisik dan juga
sejarah keluarga, berat badan diatas 115% dari
berat badan ideal, dan pola makan yang
buruk dapat membuat wanita rentan terhadap
Diabetes Melitus Gestasional. Sekitar 3-5%
wanita hamil yang mengalami DMG,
presentasi tersebut lebih tinggi pada wanita
dengan status sosioekonomi rendah, dan
keturunan hispanik. Hasil DMG yang tidak
terkontrol
selama
kehamilan
dapat
menyebabkan berat lahir bayi diatas sembilan
pon), meningkatkan resiko kematian neonatal,
reaksi gula darah rendah imbangan dalam
neonate dan operasi caesar. (Fitria, 2007)
Semua ibu hamil pada suatu waktu
dalam masa kehamilannya akan menjalani
pemeriksaan untuk men-screening diabetes
gestasional. Ibu hamil yang berusia diatas 35
tahun, berat badan berlebih, atau yang
memiliki riwayat diabetes dalam keluarga
dapat menjalani pemeriksaan ini lebih awal
dan lebih sering. (www.sehatgroup.web.id)
Berdasarkan
data
Departemen
Kesehatan jumlah pasien dengan diabetes
mellitus rawat inap maupun rawat jalan di
rumah sakit menempati urutan pertama dari
seluruh penyakit endokrin dan 4 % wanita
hamil menderita diabetes mellitus gestasional.
(Nurrahmani, 2011)
Menurut penelitian sekitar 40-60 persen
ibu yang mengalami diabetes mellitus pada
kehamilan dapat berlanjut mengidap diabetes
mellitus setelah persalinan. Disarankan agar
setelah persalinan pemeriksaan gula darah di
Hal | 44
Nomor 03 Tahun 2012
ulang secara berkala misalnya setiap enam
bulan sekali. Faktor risiko diabetes mellitus
pada kehamilan adalah riwayat keguguran
berulang, pernah melahirkan bayi yang
beratnya sama dengan atau melebihi 4000 g,
pernah mengalami preeklamsia (keracunan
kehamilan), atau pernah melahirkan bayi mati
tanpa sebab yang jelas atau bayi dengan cacat
bawaan. Selain itu yang juga merupakan
faktor risiko adalah usia ibu hamil yang
melebihi 30 tahun, riwayat diabetes mellitus
dalam keluarga, serta pernah mengalami
diabetes
mellitus
pada
kehamilan
sebelumnya.
(http://keluargacemara.com/kesehatan/keha
milan/diabetes-mellitus-pada-kehamilan).
Angka kelahiran mati terutama pada
kasus dengan diabetes tak terkendali dapat
terjadi 10 kali dalam normal. Di perkirakan
kejadian diabetes dalam kehamilan ialah 0,7%,
tetapi sering kali sukar ditemukan karena
rendahnya
kemampuan
deteksikasus.
(Nurrahmani, 2011).
Wanita dengan diabetes gestasional
berisiko lebih tinggi untuk menderita diabetes
mellitus
tipe
2
(atau
diabetes
latenautoimun/tipe 1, tetapi tipe 1 sangat
jarang dialami) setelah masa kehamilan,
sementara anak-anak yang dilahirkan, akan
sangat rentan terhadap obesitas pada
perkembanganya, dengan kemungkinan akan
terkena diabetes tipe 2 di kemudian hari
(http://griyasehatdanbugar.blogspot.com/20
12/01)
Diabetes
gestasional
juga
dapat
memengaruhi bayi. Bisa jadi bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengalami diabetes
gestasional akan mengalami hipogiikemia
neonatal (kandungan glukosa darah yang
menurun secara abnormal), hipokalemia
neonatal (kadar kalium yang rendah dalam
darah), hiperbilirubinemia neonatal (kadar
bilirubin yang tinggi dalam darah), dan
polisitemia (peningkatan jumlah sel darah
merah).
(http://masalahkesehatanwanita.blogpot.com
/2010/02).
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
Pada ibu hamil, diabetes gestasionl
seringkali terlambat dideteksi. Kebanyak baru
terjadi pada minggu ke-26 kehamilan. Padahal
bila dideteksi secara dini, resiko pada ibu dan
janin dapat berkurang dan bisa mencegah
terjadinya komplikasi. (www.denggol.com)
Klinik
Bersalin
Kumala
Bunda
Merupakan salah satu Klinik Bersalin yang
berada di Kecamatan Regol Kelurahan
Balonggede. Menurut hasil data dilapangan
dari 10 orang pasien yang memeriksakan
kehamilannya di Klinik Bersalin Kumala
Bunda
2
diantaranya
teridentifikasi
mengalami Diabetes Mellitus Gestasional ratarata usia kehamilan memasuki 36 minggu.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
bermasud meneliti lebih jauh tentang
Pengetahuan Ibu hamil Tentang Diabetes
Melitus Dalam Kehamilan (Diabetes Mellitus
Gestasional) Di Klinik Bersalin Kumala Bunda
Kota Bandung
PEMBAHASAN
PengetahuanIbuHamiltentangPengertian
Diabetes Mellitus DalamKehamilan (Diabetes
Mellitus Gestasional)
Secara
Keseluruhan
rata-rata
pengetahuan responden tentang pengertian
osteoporosis berada pada kategori baik
(78,85%). Hal ini menunjukkan bahwa ibu
hamil yang sebagian besar pendidikannya
SMU telah mengetahui pengertian tentang
Diabetes
Mellitus
dalam
kehamilan.
Pengetahuan tersebut dapat diperoleh ibu
hamil dari berbagai sumber informasi baik
media cetak dan elektronik.
Menurut Notoatmodjo salah satu
factor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang adalah sumber informasi .Seorang
yang mempunyai sumber lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas
(Notoatmodjo, 2010).
Adaun pengertian dari Diabetes
Mellitus Dalam Kehamilan (Diabetes Mellitus
Gestasional adalah sebagai gangguan toleransi
glukosa berbagai tingkat yang diketahui
pertama kali saat hamil tanpa membedakan
apakah penderita perlu mendapat insulin atau
ISSN: 2356-5454
tidak. Pada kehamilan trimester pertama
kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan
hal
ini
merupakan respon
terhadap
transportasi glukosa dari ibu ke janin.
Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga
diagnosis ditentukan secara kebetulan pada
saat
pemeriksaan
rutin.
(http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/
diabetes-mellitus-pada-kehamilan/)
Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tanda dan
Gejala Diabetes Mellitus Dalam Kehamilan
(Diabetes Mellitus Gestasional)
Secara
Keseluruhan
rata-rata
pengetahuan responden tentang tanda dan
gejala osteoporosis berada pada kategori baik
(81,15%). Hal ini menunjukkan bahwa Ibu
Hamil sudah mengetahui tanda-tanda atau
gejala yang muncul pada Diabetes Mellitus
Dalam Kehamilan.
Faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan seseorang adalah pendidikan
dan informasi. Pendidikan adalah upaya
untuk memberikan pengetahuan, sehingga
terjadi perubahan perilaku yang positif dan
meningkat. Sedangkan informasi, seorang
yang mempunyai sumber lebih banyakakan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
(Notoatmodjo, 2010).
Seperti halnya yang terjadi pada
penderita diabetes umumnya, gejala khas
yang dialami adalah makin sering makan,
kencing dan selalu merasa kehausan. Begitu
pula yang sebenarnya yang menjadi tanda
dan
gejala
pada
penderita
diabetes
gestasional.Namun, yang perlu dicermati,
gejala sering makan ini menjadi ambigu
dengan kewajaran seorang ibu hamil yang
memang menjadi lebih rakus karena harus
memenuhi kebutuhan dua tubuh. Oleh karena
itu, pemeriksaan gula darah dan penelusuran
riwayat kesehatan oleh tenaga kesehatan
menjadi keharusan. (Nurrahmi, 2011)
Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pengaruh
Diabetes Mellitus Gestasional terhadap
Kehamilan dan Janin
Secara
Keseluruhan
rata-rata
pengetahuan responden tentang pengaruh
diabetes
mellitus
gestasional
terhadap
kehamilan dan janin berada pada kategori
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 45
jikk
ISSN: 2356-5454
Kurang
(58,52%). Hal ini menunjukkan
bahwa ibu hamil sebagian besar tidak
mengetahui pengaruh yang timbul terhadap
kehamilan dan janin.
Adapun pengaruh diabetes mellitus
gestasional terhadap kehamilan dan janin
adalah
1)
Kecenderungan
terjadinya
preeklamsi-eklamsi meningkat sekitar empat
kali lipat, dan insiden ditemukan sekalipun
tanpa terlihat penyakit vaskuler atau renal
sekalipun, 2) Beberapa infeksi sering terjadi
dan mungkin keadaannya lebih parah pada
wanita yang menderita diabetes, 3) Janin
dapat berukuran lebih besar dan ukurannya
ini bias mempersulit persalinan dengan
adanya cedera pada jalan lahir, 4) Karena
ancaman bahaya perinatal yang meningkat
cukup besar, di samping kemungkinan
terdapatnya distosia, angka persalinan dengan
resiko seksiosesarea mengalami peningkatan
dan resiko maternal yang ditimbulkan oleh
pembedahan juga meningkat, 5) Hidramnion
sering terjadi, dan kadang-kadang cairan
amnion dengan jumlah yang banyak dan
ditambah lagi dengan makrosomia janin,
dapat menyebabkan gejala kardiorespiratorius
pada ibu. Sedangkan pengaruh terhadap janin
adalah 1) Sering terjadi abortus, 2) Kematian
janin dalam kandungan setelah 36 minggu, 3)
Dapat terjadi cacat bawaan, 4) Dismaturitas, 5)
Janin besar, 6) Kematian neonatal tinggi, 7)
Kemudian hari dapat terjadi kelainan
neorologik dan psikologik. (Mochtar, 1998)
PengetahuanIbuHamiltentangPenanganan
Diabetes Mellitus dalamKehamilan(Diabetes
Mellitus Gestasional)
Secara
Keseluruhan
rata-rata
pengetahuan responden tentang penanganan
diabetes mellitus dalam kehamilan berada
pada kategori baik (77,31%). Hal ini
menunjukkan bahwa ibu hamil sudah
mengetahui apa yang harus dilakukan bila ibu
teridentifikasi menderita diabetes mellitus
dalam
kehamilan
(diabetes
mellitus
gestasional). Ibu hamil dapat memperoleh
pengetahuan tersebut dari informasi yang dia
terima baik dari konsultasi kedokter atau
tenaga kesehatan lainnya, pengalaman orang
lain dan sebagainya.
Faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan seseorang adalah pendidikan
dan informasi. Pendidikan adalah upaya
untuk memberikan pengetahuan, sehingga
terjadi perubahan perilaku yang positif dan
meningkat. Sedangkan informasi, seorang
Hal | 46
Nomor 03 Tahun 2012
yang mempunyai sumber lebih banyak akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
(Notoatmodjo, 2010).
Penanganan yang dapat dilakukan
terhadap
penderita
Diabetes
Mellitus
Gestasional adalah dengan 1) Diet, 2) Olah
Raga, 3) Pengobatan Insulin dan 4) Terapi
Obstetrik.
Pengetahuan Ibu Hamil tentang Diabetes
Mellitus dalam Kehamilan (Diabetes Mellitus
Gestasional) di Klinik
Secara
Keseluruhan
rata-rata
pengetahuan responden tentang diabetes
mellitus dalam kehamilan (diabetes mellitus
gestasional_ berada pada kategori cukup
(72,02%). Hal ini menunjukkan tingkat
pengetahuan Ibu hamil tentang diabetes
mellitus dalam kehamilan (diabetes mellitus
gestasional) berbeda-beda, dan ini sesuai
dengan pendapat Bloom (1908) yang
menyatakan bahwa “tingkat pengetahuan itu
terdiri atas 6 tingkatan yaitu : tahu,
memahami, aplikasi, analisa, sintesis dan
evaluasi”. Dengan kata lain bahwa tingkat
pengetahuan yang responden yang berbeda
karena pengetahuan seseorang dipengaruhi
oleh beberapa factor seperti pengalaman,
keyakinan, fasilitas, social budaya, pendidikan
dan umur (Notoatmodjo, 2007)
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan Pengetahuan Ibu hamil tentang
Diabetes mellitus Dalam Kehamilan (Diabetes
Mellitus Gestasional) di Klinik bersalin
Kumala Bunda Kota Bandung Tahun 2012,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa :
1. Secara
keseluruhan
rata-rata
pengetahuan Ibu hamil tentang
pengertian diabetes mellitus dalam
kehamilan berada pada kategori baik
(78,85%).
2. Secara
keseluruhan
rata-rata
pengetahuan ibu hamil tentang tanda
dan gejala diabetes mellitus dalam
kehamilan berada pada kategori baik
(81,15%).
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
3.
Secara
keseluruhan
rata-rata
pengetahuan ibu hamil tentang
pengaruh diabetes mellitus pada
kehamilan dan janin berada pada
kategori kurang (58,52%).
4. Secara
keseluruhan
rata-rata
pengetahuan ibu hamil tentang
penanganan diabetes mellitus dalam
kehamilan berada pada kategori baik
(77,31%).
Secara
keseluruhan
dapat
disimpulkan bahwa Pengetahuan Ibu Hamil
tentang Diabetes Mellitus Dalam Kehamilan
(Diabetes Mellitus Gestasional) di Klinik
bersalin Kumala Bunda Kota Bandung Tahun
2012 berada pada kategori Cukup (72,02%)
Saran
1.
2.
3.
Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan
bahan
refernsi
bagi
peneliti
selanjutnya dan diharapkan agar
koleksi kepustakaan tentang kader
danPosyandu lebih dilengkapi.
Bagi Ibu Hamil
Ibu hamil harus selalu
memeriksakan kehamilannya secara
teratur sehingga jika terdeteksi
penyakit yang menyertai kehamilan
seperti diabetes mellitus ibu dapat
segera konsultasikan dengan Bidan
ataupun dokter.
Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat memberikan informasi
/ konseling tentang penyakit Diabetes
Mellitus dalam Kehamilan sehingga
ibu
hamil
dapat
mengetahui
ISSN: 2356-5454
pengaruh yang akan terjadi bila
penyakit ini tidak segera ditangani.
REFERENSI
Alimul, Aziz.. Metodologi Penelitian Kebidanan
Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika, 2007
Arikunto. S. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek Edisi Revisi V.
Jakarta: Rineka Cipta, 2002
Fitria , Ana. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita.
Yogyakarta : Gala Ilmu Semesta, 2007
Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC, 1998
Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri I. Jakarta :
EGC, 1998
Nurrahmani, Ulfa. Stop Diabetes. Yogyakarta :
Familia, 2012
Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta, 2003
__________________. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2010
Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina
Pustaka : Jakarta, 2005.
www.denggol.com. Diakses pada tanggal 2
April 2012
http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/diabetesmellitus-pada-kehamilan/. Diakses pada
tanggal 2 April 2012
www.sehatgroup.web.id. Diakses pada tanggal
8April 2012
http://keluargacemara.com/kesehatan/kehamilan/di
abetes-mellitus-pada kehamilan. Diakses
pada tanggal 8 April 2012
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 47
jikk
ISSN: 2356-5454
Nomor 03 Tahun 2012
PENGETAHUAN IBU HAMIL MENGENAI HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DI RUANG POLI KEBIDANAN RSKIA KOTA BANDUNG TAHUN 2012
Oleh
Esti Hitatami
ABSTRAK
Kehamilan menjadi sesuatu yang ditunggu pasangan suami istri, sekaligus menjadi masa yang
menegangkan dalam hidup . Banyak sekali problema selama kehamilan yang dapat menimbulkan
masalah besar, seperti kematian dan kecacatan ibu dan janin, salah satu problematika tersebut adalah
hiperemesis gravidarum, yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar progesterone, estrogen,
dan human chorionic gonadotropin (hCG) . Hiperemesis gravidarum ini dialami oleh sekitar 70 – 80
% wanita hamil dan merupakan fenomena yang sering terjadi pada kehamilan 5 – 12 minggu. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis
gravidarum di ruang poli kebidanan di RSKIA Kota Bandung tahun 2012 yang meliputi pengertian,
penyebab, gejala, dan pencegahan hiperemesis gravidarum. Dalam penelitiaan ini menggunakan
jenis penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang sedang memeriksakan
diri di RSKIA Kota Bandung, pada bulan Mei tahun 2012, yaitu sebanyak 441 orang. Tekhnik
pengambilan sampel dengan menggunakan accidental sampling. Jadi sampel pada penelitian ini
adalah sebanyak 82 orang. Data yang digunakan diambil sengan cara responden menhisi kuisioner
yang dibuat peneliti sesuai dengan tujuan dari penelitian. Berdasarkan penelitian tentang
pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis gravidarum di ruang poli kebidanan rskia kota
bandung tahun 2012 hasil penelitian yaitu pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis gravidarum
tentang pengertian hiperemesis gravidarum berada pada kategori baik (91 %). Penyebab hiperemesis
gravidarum berada pada kategori cukup (66,46 %). Tanda dan gejala hiperemesis gravidarum berada
pada kategori cukup (69,21 %). Dan pencegahan hiperemesis gravidarum berada pada kategori baik
(71,13 %). Dari hasil keseluruhan pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis gravidarum berada
pada kategori cukup (75,84%). Diharapkan dengan adanya penelitian ini menjadi bahan masukan
bagi ibu hamil untuk lebih mengetahui mengenai hiperemesis gravidarum
Kata kunci
: Pengetahuan Hiperemesis Gravidarum
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehamilan menjadi sesuatu yang
ditunggu pasangan suami istri, sekaligus
menjadi masa yang menegangkan dalam
hidup. Keadaan kehamilan yang tak selalu
mulus sering kali membuat repot sang ibu.
Apalagi, jika kehamilan tersebut adalah
kehamilan pertamanya. (Nadjibah. 2011).
Walaupun pada dasarnya kehamilan itu
bersifat fisiologi artinya semua wanita yang
sehat dan telah menikah akan mengalami
proses kehamilan . (Yeyeh. Ai, 2010) .
Kehamilan (Graviditas) adalah suatu
proses dimana dimulai dengan konsepsi
(pembuahan) dan berakhir dengan permulaan
persalinan. ( Obstetri Patologi, 1983) . Dalam
Hal | 48
kehamilan, tentu saja ada berbagai problema
atau masalah yang membuat kehamilan tidak
berjalan sebagaimana mestinya meskipun
problema tersebut tidak selalu menimbulkan
kematian atau kecacatan janin dan ibu, asal
diketahui dan dikelola dengan baik sejak dini.
Banyak sekali problema selama kehamilan
yang dapat menimbulkan masalah besar,
seperti kematian dan kecacatan ibu dan janin,
salah satu problematika tersebut adalah
hiperemesis gravidarum. (Nadjibah. 2011).
Mual dan muntah pada kehamilan
umumnya disebut morning sickness, dialami
oleh sekitar 70 – 80 % wanita hamil dan
merupakan fenomena yang sering terjadi
pada kehamilan 5 – 12 minggu. Mual dan
muntah pada kehamilan biasanya bersifat
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
ringan dan merupakan kondisi yang dapat
dikontrol sesuai
PEMBAHASAN
Pengetahuan
Ibu
Hamil
Mengenai
Hiperemesis Gravidarum Tentang Pengertian
Hiperemesis Gravidarum
Hasil
penelitian
menunjukan
pengetahuan responden tentang pengertian
hyperemesis gravidarum secara keseluruhan
dalam kategori baik (91 %). Pengetahuan ibu
hamil yang baik
mengenai pengertian
hiperemesis gravidarum ini disebabkan oleh
factor pengalaman, baik itu
pengalaman
sendiri ataupun orang lain, pengalaman yang
sudah
diperolah
dapat
memperluas
pengetahuan seseorang. Pengalaman ataupun
pengetahuan
yang
dimiliki
seseorang
merupakan factor yang sangat berperan
dalam menginterpretasikan stimulus yang
kita peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa
yang kita pelajari akan menyebabkan
terjadinya
perbedaan
interpretasi.
(Notoatmodjo,
2005).
Selain
factor
pengalaman, faktor usia,pun mempengaruhi
bahwa semakin dewasa seseorang biasanya
dia makin menambah nilai yang mendukung
kemantapannya terhadap sesuatu pekerjaan
atau kehidupannya jadi semakin bertambah
umur semakin bertambah pengetahuannya.
(Notoatmodjo, 2005).
Secara garis besar hal ini dikarenakan
responden mengetahui pengertian dari
hiperemesis gravidarum itu sendiri yaitu
muntah berlebihan pada wanita hamil yang
menyebabkan terjadinya penurunan berat
badan (lebih dari 5 % berat badan awal),
dehidrasi, ketosis, dan tidak normalnya kadar
elektrolit. Hiperemesis gravidarum dapat
mulai terjadi pada minggu keempat sampai
kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan
membaik umumnya pada usia kehamilan 20
minggu. (Runiari : 2, 2010).
5.2.2
Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai
Hiperemesis Gravidarum Tentang Penyebab
Hiperemesis Gravidarum
Hasil
penelitian
menunjukan
pengetahuan responden tentang penyebab
ISSN: 2356-5454
hyperemesis gravidarum secara keseluruhan
dalam kategori cukup (66,46 %). Pengetahuan
ibu hamil yang cukup mengenai penyebab
hiperemesis gravidarum ini disebabkan oleh
faktor fasilitas dimana sumber informasi yang
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang
misalnya televisi, radio, koran, majalah, dan
buku. (Notoatmodjo, 2007) ini sudah cukup
memberikan informasi mengenai penyebab
hiperemesis gravidarum ini.
Disamping itu responden sudah
mengetahui mengetahui bahwa hiperemesis
gravidarum ini disebabkan oleh adanya
peningkatan hormon disamping itu, sudah
banyak media – media yang membahas
mengenai penyebab hiperemesis gravidarum,
media itu baik berupa leaflet, artikel maupun
yang lainnya.
Adapun
penyebab
hiperemesis
gravidarum itu sendiri belum pasti, namun
ada beberapa teori yang mengemukakan
mengenai
penyebab
hiperemesis
gravidarum.Teori tersebut antara lain Teori
Endokrin, Teori Metabolik, Teori Alergi, Teori
Infeksi, dan Teori Psikosomatik.(Yahya,
Nadjibah : 8, 2011).
Pengetahuan
Ibu
Hamil
Mengenai
Hiperemesis Gravidarum Tentang Tanda dan
Gejala Hiperemesis Gravidarum
Hasil
penelitian
menunjukan
pengetahuan responden tentang penyebab
hyperemesis gravidarum secara keseluruhan
dalam kategori cukup (69,21 %). Pengetahuan
ibu hamil yang cukup mengenai tanda dan
gejala hiperemesis gravidarum ini disebabkan
oleh factor pengalaman, baik itu pengalaman
sendiri ataupun orang lain, pengalaman yang
sudah
diperolah
dapat
memperluas
pengetahuan seseorang. Pengalaman ataupun
pengetahuan
yang
dimiliki
seseorang
merupakan factor yang sangat berperan
dalam menginterpretasikan stimulus yang
kita peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa
yang kita pelajari akan menyebabkan
terjadinya perbedaan interpretasi. Selain
factor pengalaman, faktor fasilitas pun
mempengaruhi pengetahuan dimana sumber
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 49
jikk
ISSN: 2356-5454
informasi
yang
dapat
mempengaruhi
pengetahuan seseorang misalnya televisi,
radio,
koran,
majalah,
dan
buku.
(Notoatmodjo, 2007)
ini sudah cukup
memberikan informasi mengenai tanda dan
gejalahiperemesis gravidarum ini.
Disamping
itu responden pun
mengetahui tanda dan gejala hiperemesis
gravidarum itu sendiri memiliki yaitu mual
muntah lebih dari 10 kali mun tah atau
kurang dari 10 kali muntah per hari. Namun,
jika keadaan umum ibu menjadi buruk, tetap
dianggap sebagai hiperemesisi gravidarum
tanpa terpengaruh berapa jumlah mual dan
muntah.(Yahya, Nadjibah : 9, 2011).
Pengetahuan
Ibu
Hamil
Mengenai
Hiperemesis
Gravidarum
Tentang
Pencegahan Hiperemesis Gravidarum
Hasil
penelitian
menunjukan
pengetahuan responden tentang pencegahan
hyperemesis gravidarum secara keseluruhan
dalam kategori baik (77,13%). Pengetahuan
ibu hamil yang baik mengenai pencegahan
hiperemesis gravidarum ini disebabkan oleh
factor pengalaman, baik itu
pengalaman
sendiri ataupun orang lain, pengalaman yang
sudah
diperolah
dapat
memperluas
pengetahuan seseorang. Pengalaman ataupun
pengetahuan
yang
dimiliki
seseorang
merupakan factor yang sangat berperan
dalam menginterpretasikan stimulus yang
kita peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa
yang kita pelajari akan menyebabkan
terjadinya perbedaan interpretasi. Selain itu
faktor
usia pun mempengaruhi, bahwa
semakin dewasa seseorang biasanya dia
makin menambah nilai yang mendukung
kemantapannya terhadap sesuatu pekerjaan
atau kehidupannya jadi semakin bertambah
umur semakin bertambah pengetahuannya.
(Notoatmodjo, 2005). Kedua faktor ini lah
yang mempengaruhi mengapa pengetahuan
ibi hamil berada pada kategori baik .
Responden
pun
mengetahui
pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum
perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan
penerangan tentang kehamilan dan persalinan
Hal | 50
Nomor 03 Tahun 2012
sebagai suatu proses yang fisiologik,
memberikan keyakinan bahwa mual dan
kadang – kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan mudan dan
akan hilang setelah kehamilan bulan,
menganjurkan mengubah makanan sehari –
hari dengan makanan dalam jumlah kecil,
tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan
segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering atau
biscuit dengan teh hangat.(Yeyeh, Ai : 122,
2010) .
Deskriptif Kategori Pengetahuan Ibu Hamil
Mengenai Hiperemesis Gravidarum
Dari
hasil
penelitian
secara
keseluruhan
Pengetahuan
Ibu
Hamil
Mengenai Hiperemesis Gravidarum Di Ruang
Poli Kebidanan RSKIA Kota Bandung Tahun
2012 dalam kategori cukup (75, 84). Hal ini
dikarenakan oleh faktor usiadimana semakin
dewasa seseorang biasanya dia makin
menambah
nilai
yang
mendukung
kemantapannya terhadap sesuatu pekerjaan
atau kehidupannya jadi semakin bertambah
umur semakin bertambah pengetahuannya.
(Notoatmodjo, 2005).
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan mengenai pengetahuan ibu
hamil mengenai hiperemesis gravidarum di
ruang poli kebidanan RSKIA Kota Bandung
Tahun 2012, maka disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pengetahuan
ibu
hamil
mengenai
hiperemesis
gravidarum
tentang
pengertian
hiperemesis
gravidarum
berada pada kategori baik yaitu (91 %)
2. Pengetahuan
ibu
hamil
mengenai
hiperemesis
gravidarum
tentang
penyebab hiperemesis gravidarum berada
pada kategori cukup yaitu (66,46%)
3. Pengetahuan
ibu
hamil
mengenai
hiperemesis gravidarum tentang tanda
dan gejala hiperemesis gravidarum
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
jikk
Nomor 03 Tahun 2012
berada pada kategori cukup yaitu
(69,21%)
4. Pengetahuan
ibu
hamil
mengenai
hiperemesis
gravidarum
tetang
pencegahan hiperemesis gravidarum
berada pada kategori baik yaitu (77,13 %)
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas,
Pengetahuan
Ibu
Hamil
Mengenai
Hiperemesis Gravidarum Di Ruang
Poli
Kebidanan RSKIA Kota Bandung Tahun 2012
berada pada kategori cukup (75,84 %)
Saran
1.
2.
3.
Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini
berguna untuk menambah wawasan
pengetahuan
dan
pengalaman
mengenai hiperemesis gravidarum
dan
juga
pengetahuan
dan
pengalaman dalam penelitian dan
strategi ilmu khususnya mata kuliah
metodologi penelitian.
Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan sebagai bahan
masukan Rumah Sakit Khusus Ibu
dan Anak Kota Bandung untuk terus
meningkatkan
mutu
pelayanan
kesehatan serta meningkatkan derajat
kesehatan .
Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi institusi
pendidikan dapat mengembangkan
materi perkuliahan tentang kebidanan
yang
diberikan
agar mendapat
meningkatan kualitas dari tahun ke
tahun baik pada program studi
kebidanan
maupun
pendidikan
kesehatan lainnya yang berhubungan
dengan masalah
kebidanan dan
sebagai dokumen institusi dan dapat
bermanfaat sebagai bahan bacaan
yang berguna bagi mahasiswa
ISSN: 2356-5454
4.
Akademi
KebidananAr-Rahmah
Bandung.
Bagi Responden
Diharapkan dengan adanya
penelitian ini dapat memberikan
informasi bagi responden mengenai
hiperemesis gravidarum.
REFERENSI
Arikunro, Suharsimi. Edisi Revisi 2010.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Rineka Cipta : Jakarta
Fakultas kedokteran UNPAD, 1983, Obstetri
Fisiologi, Elemean: Bandung
Fakultas kedokteran UNPAD, 1984, Obstetri
Patologi, Elstar Offset : Bandung
Notoatmodjo,
Soekidjo.
2007.
Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta :
Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta :
Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan.
PT Bina Pustaka : Jakarta
Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Hiperemesis Gravidarum
Penerapan Konsep Dan Teori Keperawatan.
Salemba Medika : Jakarta
Yahya, Nadjibah. 2011. Problematika Selama
Kehamilan. Metagraf, Creative Imprint of
Tiga Serangkai : Solo
Yeyeh, Ai dkk. 2010. Asuhan Kebidanan IV
(Patologi Kebidanan). Trans Info Media :
Jakarta
(http://kti-akbid.blogspot.com/2011/04/ktigambaran-kasus hiperemesis.html)
(http://nersyoedhistira.blogspot.com/2012/01/lphiperemesis gravidarum.html)
(http://www.bandung.go.id/?fa=dilemtek.de
tail&id=36)
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Hal | 51
jikk
ISSN: 2356-5454
Standar Prosedur Operasional
Publikasi Karya Tulis dan Artikel Ilmiah
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas


JIKK
Akademi Kebidanan Ar Rahman
Ketentuan Umum
1. Topik dan tema karya tulis atau artikel
(selanjutnya disebut naskah) memiliki
keterkaitan dengan dunia kesehatan,
khususnya bidang kebidanan;
2. Karya tulis ataupun artikel merupakan hasil
penelitian lapangan (work-field study),
penelitian pustaka (literature study) atau
asah gagasan (proposition);
3. Karya tulis ataupun artikel ditulis dengan
menggunakan Bahasa Indonesia maupun
English yang baik dan benar serta mengikuti
aturan tata bahasa yang baku;
4. Setiap naskah yang masuk akan ditinjau
ulang oleh Mitra Bestari yang memiliki
kepakaran di bidangnya, baik yang berasal
dari dalam maupun dari luar institusi AKBID
Ar Rahmah;
5. Penyerahan naskah dikirim selambatlambatnya dua bulan sebelum penerbitan
reguler (bulan Februari dan Oktober) kepada
redaksi JIKK;
6. Kepastian pemuatan atau tidaknya sebuah
naskah akan diberitahukan secara tertulis,
baik melalui surat ataupun email;
7. Naskah
yang
tidak
dimuat
dapat
dikembalikan dengan sepengetahuan penulis
naskah.
Ketentuan Khusus
1. Naskah ditulis dengan menggunakan aplikasi
Microsoft Office Word (baik itu XP, 2003 atau
2007);
2. Naskah ditulis menggunakan font Times New
Roman atau Arial dengan ukuran font 12
(tanpa page number ataupun keterangan
header/footer);
3. Panjang naskah maksimal 10 halaman
dengan ukuran kertas A4 serta ukuran
margin (kiri: 4, kanan: 3, atas: 3 dan bawah:
3).
Sistematika Penulisan
 Judul (informatif, lugas, singkat dan jelas),
 Nama penulis (tanpa gelar),
 Abstrak/ Rangkuman eksekutif (ditulis dalam
bentuk narasi dan terdiri atas 100-150 kata),
Hal | 52




Nomor 03 Tahun 2012
Kata kunci (istilah teknis/ operasional yang
digunakan dalam artikel),
Pendahuluan (deskripsi sekilas mengenai
topik yang dibahas, status topik saat ini,
perubahan yang terjadi berkaitan dengan
topik, dan kontribusi naskah dalam topik yang
dibahas; akhir pendahuluan memuat tujuan,
metode, manfaat pembahasan topik, dan
harapan yang dapat diambil dari topik yang
dibahas),
Isi/ Pembahasan (uraian, pemaparan
ataupun penjabaran yang berkaitan dengan
hasil temuan penelitian atau asah gagasan
untuk
naskah
non-penelitian;
isi/
pembahasan dapat terdiri atas beberapa subbahasan, tergantung pada topik/masalah
yang dibahas serta penjelasan yang
mendalam dari topik/ tema yang dibahas),
Simpulan dan Saran,
Daftar pustaka atau Pustaka Rujukan, dan
Riwayat penulis (ditulis secara singkat).
Sistematika Penulisan Resensi Buku
 Buku yang diresensi harus aktual (up to date);
buku berbahasa Indonesia terbitan satu
tahun terakhir sedangkan buku berbahasa
asing terbitan tiga tahun terakhir,
 Isi
(content)
buku
yang
diresensi
berkontribusi signifikan bagi perkembangan
dan peningkatan kualitas pendidikan,
 Susunan resensi terdiri atas deskripsi formal
buku, ringkasan (summary), evaluasi/ kritik/
komentar, dan simpulan.
Penyerahan Naskah (karya tulis ataupun artikel
ilmiah)
Penyerahan naskah dapat dilakukan melalui,
 Email; naskah tidak ditulis dalam kotak pesan
(message
box)
melainkan
disisipkan
(attachment)
dan
dikirimkan
ke
[email protected]
atau
[email protected] ,
 Surat/ pos; naskah dimasukkan ke dalam
amplop ukuran A4 dan pojok kanan atas
ditulis JIKK AKBID Ar Rahmah, kemudian
dikirimkan ke alamat Jalan Pasteur No. 21 A,
Bandung– Jawa Barat.
Alamat Redaksi dan Tata Usaha
JIKK Press – AKBID Ar Rahmah
Jalan Pasteur no. 21, Bandung – Jawa Barat
Telepon/ Faximile (022) 4214127
Email [email protected]
Website www.arrahmah.ac.id
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung
Download