LITERAT No. 31 Tahun 2010 ISSN: 1411–2566 Prawacana Bismillahirrohmanirrohiim, Assalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh, Pada bulan Maret tahun ini, Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas (JIKK) Akademi Kebidanan Ar Rahmah hadir dengan sejumlah hasil kajian dan penelitian para dosen, baik dosen AKBID Ar Rahmah maupun dosen perguruan tinggi lainnya, yang dengan senang hati berbagi wawasan dan pengetahuan mereka demi meningkatkan kualitas keilmuan di bidang kebidanan di bumi pertiwi ini. Mengawali JIKK edisi ke-3 ini, Yuliustina memaparkan tentang Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung. Tulisan Selanjutnya, Iis Wahyuni yang memaparkan mengenai Pengetahuan Bidan Mengenai Obat-Obat Yang Biasa Diberikan Kepada Ibu Hamil Dan Menyusui Di Puskesmas Citeureup Kota Cimahi. Tak kalah menarik, Irma Rosliani Dewi memaparkan tentang Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Di Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor. Tulisan selanjutnya, Diah Nurmayawati mengkaji tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemberian Tablet Fe (Zat Besi) Di Rumah Bersalin Sri Yuni Bandung. Selanjutnya, Sundari memaparkan mengenai Program Kelas Ibu Hamil Di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi Tahun 2013 (Studi Diskriptif Pendapat Bidan Tentang Program Kelas Ibu Hamil Di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi Tahun 2013). Tulisan selanjutnya, Yuliati menguraikan tentang Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Diabetes Mellitus Dalam Kehamilan (Diabetes Mellitus Gestasional) Di Klinik Bersalin Kumala Bunda Kota Bandung Tahun 2012. Tulisan terakhir, Esti Hitatami mengkaji tentang Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai Hiperemesis Gravidarum Di Ruang Poli Kebidanan RSKIA Kota Bandung Tahun 2012. Tak hentinya kami mengajak pembaca dari semua kalangan untuk senantiasa menggunakan JIKK sebagai media publikasi hasil kajian dan penelitian. Kami yakin, setiap kegiatan ilmiah yang telah dilakukan akan terasa lebih bermanfaat tatkala dipublikasikan dan menjadi konsumsi masyarakat ilmiah. Oleh karena itu, kami tunggu karya Anda untuk edisi JIKK selanjutnya. Akhir kata, sajian JIKK edisi kali ini diharapkan bermanfaat dan senantiasa membuka cakrawala informasi bagi Anda. Selamat membaca! Billahittaufiq walhidayah, Wassalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh. Penyunting. Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 1 jikk ISSN: 2356-5454 jikk Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Nomor 03 Tahun 2012, ISSN: 2356-5454 Diterbitkan oleh, Ar Rahmah Press Akademi Kebidanan Ar Rahmah – Bandung Penanggung Jawab Hj. Diah Nurmayawati Ketua Penyunting Yuliati Wakil Ketua Penyunting Andi Laksana B Anggota Esti Hitatami Sundari Desra Amelia Irma Rosliani Dewi Iis Wahyuni Widyastuti Nunung Kanianingsih Winarni Ajeng Windyastuti JM Weking Yuliustina Mitra Bestari (Penyunting Ahli) Elvi Era Liesmayani (AKBID Panca Bhakti) Widyah Setyowati (STIKES Ngudi Waluyo U) Titiek Soelistyowatie (Unika Atma Jaya) Ari Murdiati (Univ. Muhammadiyah Semarang) Lingga Kurniawati (POLTEKKES Semarang) Frida Cahyaningrum (STIKES Karya Husada) Crismis Novalina Ginting (Univ. Gadjah Mada) Santy Deasy Siregar (Univ. Sumatera Utara) Deby Novita Siregar (STIKes Helvetia) Jupri Kartono (AKBID Panca Bhakti) Aries Cholifah (Univ. Negeri Surakarta) Setting Layout & Sirkulasi M. Andriana Gaffar Yadi Firmansyah Hamdan Hidayat Hamdani Fitriasukma Ekaputra Hal | 2 Nomor 03 Tahun 2012 Daftar Isi PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI DI RUANG DEBORA RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG oleh Yuliustina ... 3 PENGETAHUAN BIDAN MENGENAI OBATOBAT YANG BIASA DIBERIKAN KEPADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI DI PUSKESMAS CITEUREUP KOTA CIMAHI oleh Iis Wahyuni ... 12 PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TUBERCULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU DR. M. GOENAWAN PARTOWIDIGDO CISARUA BOGOR oleh Irma Rosliani Dewi ... 22 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMBERIAN TABLET FE (ZAT BESI) DI RUMAH BERSALIN SRI YUNI BANDUNG oleh Diah Nurmayawati ... 31 PROGRAM KELAS IBU HAMIL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBABAT CIMAHI TAHUN 2013 (STUDI DISKRIPTIF PENDAPAT BIDAN TENTANG PROGRAM KELAS IBU HAMIL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBABAT CIMAHI TAHUN 2013) oleh Sundari ... 37 PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG DIABETES MELLITUS DALAM KEHAMILAN (DIABETES MELLITUS GESTASIONAL) DI KLINIK BERSALIN KUMALA BUNDA KOTA BANDUNG TAHUN 2012 oleh Yuliati ... 43 PENGETAHUAN IBU HAMIL MENGENAI HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUANG POLI KEBIDANAN RSKIA KOTA BANDUNG TAHUN 2012 oleh Esti Hitatami ... 48 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 ISSN: 2356-5454 PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI DI RUANG DEBORA RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG Oleh Yuliustina ABSTRAK Tali pusat adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari yang menyuplai nutrisi dan oksigen ke janin. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi dilihat dari segi pengertian, manfaat, tanda bahaya, dan sistem rujukan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Populasi yang diambil adalah ibu nifas yang dirawat di Rumah Sakit Immanuel. Pengambilan sampel secara accidental sampling dengan jumlah responden yang didapat sebanyak 55 orang. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar pengetahuan ibu nifas tentang pengertian perawatan tali pusat pada bayi di Rumah Sakit Immanuel kategori Baik 29 orang (52,73%), kategori Cukup 18 orang (32,73%), kategori Kurang 8 orang (14,55%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi dikategorikan Baik yaitu sebesar 29 orang (52,73%). Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua orang yang membaca karya tulis ilmiah ini. Kata Kunci : Ibu Nifas, Perawatan Tali Pusat PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan (morbilitas) dan angka kematian (mortalitas) pada bayi adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan yang efektif pada masyarakat tentang perawatan tali pusat bayi, dalam melaksanakan upaya tersebut diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas yaitu dengan memberikan penjelasan tentang kesehatan kepada klien sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh klien diharapkan dapat mempengaruhi perilaku klien terhadap kesehatan. Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit. (http://mommygadget.com/2009/04/19/ merawattali-pusat/) Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan peningkatan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi. Dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. (http://www.ask.com/?q=perawatan%20tali%20pu sat&o=10147&I=is) Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan memberikan dampak positif yaitu tali pusat akan pupus pada hari ke-5 dan hari ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonatorum dan dapat mengakibatkan kematian. (Helen Farerr ; 187) Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir, penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 3 jikk ISSN: 2356-5454 daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi. (Depkes RI, 2005) Pada tahun 2000 WHO (Word Hearth Organisation) menemukan angka kematian bayi sebesar 560.000, yang disebabkan oleh infeksi tali pusat, Negara Afrika angka kematian bayi yang disebabkan infeksi tali pusat 126.000 (21%), Negara Asia Tenggara diperkirakan ada 220.000 kematian bayi, di Negara Afrika maupun di Asia Tenggara kematian disebabkaan karena perawatan tali pusat pada bayi baru lahir yang kurang bersih. (http://www.ask.com/?q=perawatan%20tali%20pu sat&o=10147&I=is) Berdasarkan data Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat bahwa jumlah kematian bayi pada tahun 2009 sebanyak 5.719 bayi dari 845.964 kelahiran hidup. Pada tahun 2008 kasus kematian bayi sebanyak 10 kasus. Penyebab langsung kematian bayi antara lain BBLR 158 kasus (48,47%), asfiksia 100 kasus (30,6%), Infeksi 68 kasus (20,8%). Kasus lain diantaranya RDS (Respiratory Death Syndrom) Atresiaani, Multiple Congenital, Meningitis, Haemophylia, Sepsis, Icterus, dan Encephalitis. (Profil Din.Kes. Jabar 2008) Berdasarkan data yang didapat dari rekam medik RS.Immanuel Bandung peneliti menemukan data bayi lahir tahun 2009 sebanyak 215 bayi, yang meninggal 28 bayi. Pada tahun 2010 bayi yang lahir 235 bayi dan yang meninggal 20 orang. Pada tahun 2011 bulan Januari sampai dengan Maret sebanyak Nomor 03 Tahun 2012 85 bayi dan yang meninggal sebanyak 5 bayi, 2 diantaranya meninggal oleh karena infeksi tali pusat yang rujuk ke rumah sakit Immanuel. Pentingnya melakukan perawatan tali pusat pada bayi tidak terlepas dari tingkat pengetahuan klien itu sendiri, pengetahuan atau kognitif domain yang sangat penting akan terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Dengan pengetahuan maka akan terbentuk tindakan klien dalam memahami pentingnya perawatan sehinggan klien mau melaksanakan hal tersebut maka, jelaslah tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi klien dalam memahami pentingnya perawatan tali pusat pada bayi. Baik tidaknya pengetahuan tentang kesehatan dipengaruhi juga oleh beberapa faktor yaitu : Umur, Pendidikan, dan Paritas karena semakin bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir maka akan makin tinggi keinginannya untuk mengetahui kesehatan dalam dirinya dan juga akan menambah suatu tingka laku atau kebiasaan yang sehat dalam diri masyarakat (Notoatmodjo, 2002). Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian “PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI DI RUANG DEBORA RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG”. PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dimensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengertian Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi di Ruang Debora Tabel 5.1 Distrubusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Pengertian Perawatan Tali Pusat. Hal | 4 No. Pengertian f % 1 Baik 43 78,18 2 Cukup 9 16,36 3 Kurang 3 5,45 Total 55 100 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 ISSN: 2356-5454 Gambar 5.1 Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Pengertian Perawatan Tali Pusat Kurang 6% Cukup 16% Baik 78% Berdasarkan tabel atau diagram 5.1 diatas dapat dilihat bahwa responden yang berpengetahuan baik sebanyak 43 (78,18%) responden, yang berpengetahuan cukup sebanyak 9 (16,36%) responden, dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 3 (5,45%) responden. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu nifas yang dirawat di ruang Debora Rumah Sakit Immanuel mempunyai pengetahuan baik tentang pengertian perawatan tali pusat, yaitu sebesar 78,18%. Dimensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Manfaat Tentang Perawatan Tali Pusat Pada Bayi di Ruang Debora Tabel 5.2 Distrubusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Manfaat Perawatan Tali Pusat. No. Manfaat f % 1 Baik 40 72,73 2 Cukup 9 16,36 3 Kurang 6 10,91 Total 55 100 Gambar 5.2 Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Manfaat Perawatan Tali Pusat Kurang 11% Cukup 16% Baik 73% Berdasarkan tabel atau diagram 5.2 diatas dapat dilihat bahwa responden yang berpengetahuan baik sebanyak 40 (72,73%) responden, yang berpengetahuan cukup sebanyak 9 (16,36%) responden, dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 6 (10,91%) Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 5 jikk ISSN: 2356-5454 responden. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu nifas yang dirawat di ruang Debora Rumah Sakit Nomor 03 Tahun 2012 Immanuel mempunyai pengetahuan cukup tentang pengertian perawatan tali pusat, yaitu sebesar 72,73%. Pengetahuan Responden Berdasarkan Tanda Bahaya Tabel 5.3 Distrubusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya Perawatan Tali Pusat. No. Pengertian f % 1 Baik 31 56,36 2 Cukup 14 25,45 3 Kurang 10 18,18 Total 55 100 Gambar 5.3 Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya Perawatan Tali Pusat Kurang 18% Baik 56% Cukup 26% Berdasarkan tabel atau diagram 5.3 diatas dapat dilihat bahwa responden yang berpengetahuan baik sebanyak 31 (56,36%) responden, yang berpengetahuan cukup sebanyak 14 (25,45%) responden, dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 10 (18,18%) responden. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu nifas yang dirawat di ruang Debora Rumah Sakit Immanuel mempunyai pengetahuan cukup tentang pengertian perawatan tali pusat, yaitu sebesar 56,36%. Pengetahuan Responden Berdasarkan Sistem Rujukan Tabel 5.4 Distrubusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Sistem Rujukan Perawatan Tali Pusat. Hal | 6 No. Pengertian F % 1 Baik 32 58,18 2 Cukup 10 18,18 3 Kurang 13 23,64 Total 55 100 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 ISSN: 2356-5454 Gambar 5.4 Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Sistem Rujukan Perawatan Tali Pusat Kurang 24% Baik 58% Cukup 18% Berdasarkan tabel atau diagram 5.4 diatas dapat dilihat bahwa responden yang berpengetahuan baik sebanyak 32 (58,18%) responden, yang berpengetahuan cukup sebanyak 10 (18,18%) responden, dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 13 (23,64%) responden. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu nifas yang dirawat di ruang Debora Rumah Sakit Immanuel mempunyai pengetahuan cukup tentang pengertian perawatan tali pusat, yaitu sebesar 58,18%. Pengetahuan Responden Tentang Perawatan Tali Pusat Secara Umum Tabel 5.5 Distrubusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Secara Umum No. Pengertian F % 1 Baik 29 52,73 2 Cukup 18 32,73 3 Kurang 8 14,55 Total 55 100 Gambar 5.5 Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali Pusat Secara Umum Kurang 14% Cukup 33% Berdasarkan tabel atau diagram 5.5 diatas dapat dilihat bahwa responden yang berpengetahuan baik sebanyak 29 (56,36%) responden, yang berpengetahuan cukup sebanyak 18 (32,73%) responden, dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 8 (14,55%) responden. Dengan demikian dapat Baik 53% disimpulkan bahwa dari 55 responden ibu nifas yang dirawat di ruang Debora Rumah Sakit Immanuel mempunyai pengetahuan Baik sebanyak 29 (52,73%) responden. Pengertian Perawatan Tali Pusat Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 7 ISSN: 2356-5454 Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pemotongan tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu dan bayi, kemudian tali pusat dirawat dan dijaga kebersihannya dalam keadaan bersih, steril dan terhindar dari infeksi tali pusat. (http://www.ask.com/?q= perawatan%20tali% 20pusat&o=10147&I=is Tali pusat berisi dua arteri umbilikal yang mengalirkan darah kotor (berisi zat metabolik) dari janin ke plasenta; dan sebuah vena umbilikal yang mengalirkan darah segar (kaya akan oksigen dan nutrient) dari plasenta ke janin. Berdasarkan dari analisis data didapatkan pengetahuan ibu nifas tentang Pengertian perawatan tali pusat di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung mempunyai pengetahuan baik, yaitu sebesar 43 (78,18%) responden, cukup sebesar 9 (16,36%) responden, dan yang kurang sebesar 3 (5,45%) responden. Hal tersebut dikarenakan para ibu nifas yang menjadi responden sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan baik. Diharapkan semua ibu nifas yang dirawat di rumah sakit Immanuel mendapatkan informasi yang lengkap sehingga pengetahuan ibu nifas yang sudah baik ini dapat lebih ditingkatkan. Manfaat perawatan tali pusat Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan, karena saluran inilah yang selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen kejanin, tetapi begitu bayi lahir saluran ini tidak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan dijepit, kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering, puput dan terhindar dari infeksi. (Sodikin, 2009 : 39) Berdasarkan dari hasil analisis data didapatkan bahwa pengetahuan ibu nifas tentang Manfaat perawatan tali pusat di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung berpengetahuan baik yaitu sebesar 40 (72,73%) responden, cukup sebesar 9 (16,36%) responden, kurang sebesar 6 (10,91%) responden. Hal ini disebabkan oleh karena Hal | 8 jikk Nomor 03 Tahun 2012 tingkat pengetahuan responden yang berbeda-beda. Dengan masalah diatas diharapkan petugas pelayanan mampu memberikan informasi dan pengetahuan tentang manfaat perawatan tali pusat kepada ibu nifas yang dirawat di ruangan Debora. Tanda Bahaya Perawatan Tali Pusat Perawatan tali pusat juga diperlukan untuk mencegah terjadinya media berkembangbiak mikro organisme pathogen seperti staphylococcus aureus atau clostridia. (Helen Farrer, 2001 : 188) Tali pusat yang belum puntung harus selalu diperikasa dan dirawat untuk mencegah terjadinya infeksi dan perdarahan. Apabila puntung tersebut tampak kering ikatan tali pusat bisa dilepaskan pada hari ketiga. Puntung tali pusat akan terlepas sendiri setelah mengalami proses nekrosis menjadi kering. Dampak posotif dilakukannya perawatan tali pusat, bayi akan sehat dengan kondisi tali pusat bersih dan tidak terjadi infeksi, serta tali pusat lepas dengan cepat yaitu antara hari ke 6 hingga hari ke 8 tanpa ada komplikasi. (Helen Farrer, 2001 : 187) Dampak negatif perawatan tali pusat apabila tidak dirawat dengan baik, kumankuman bisa masuk sehingga terjadi infeksi yang mengakibatkan penyakit tetanus neonatorum. Penyakit ini adalah salah satu penyebab kematian bayi yang terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah 220 kematian bayi, sebab masih banyak masyarakat yang belum mengerti tentang cara perawatan tali pusat yang baik dan benar. (Dinkes RI, 2005) Berdasarkan dari hasil analisis data yang didapat bahwa pengetahuan ibu nifas tentang Tanda Bahaya perawatan tali pusat di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung berpengetahuan baik yaitu sebesar 31 (56,36%) responden, cukup 14 (25,45%) responden, kurang 10 (18,18%) responden. Hal tersebut dikarenakan para ibu nifas yang menjadi responden sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan baik. Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 Pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang acuh tak acuh terhadap program kesehatan dan pemeliharaan kesehatannya sendiri sehingga mereka kurang mengenal tanda bahaya yang mungkin terjadi. Tingkat pendidikan ibu yang rendah, mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah kehamilan, persalinan, nifas, dan perawatan bayi. Pengetahuan ini diperoleh baik secara formal maupun informal. (Depkes RI, Sosial Budaya Dasar Untuk PBB, 1996) Sistem Rujukan Perawatan tali pusat Dalam rangka usaha peningkatan mutu pelayanan, sistem rujukan perlu dibina dan dikembangkan. Pengertian dalam rujukan terjadi antara lain penyerahan tanggung jawab timbal balik mengenai perawatan penderita dari satu unit kesehatan secara vertical dan horizontal dari unit kesehatan yang lebih mampu kepada yang kurang mampu dengan tujuan : 1. Memberikan pelayanan kesehatan pada penderita dengan tepat dan cepat. 2. Menggunakan fasilitas kesehatan yang seefesien mungkin. 3. Mengadakan pembagian tugas kesehatan pada unit kesehatan sesuai dengan lokasi dan kemampuan unitunit tersebut. 4. Masalah pelayanan kesehatan di Indonesia belum dapat merata sampai ke pelosok-pelosok. Fasilitas kesehatan baik gedung, alat dan ahlinya berpusat dikota besar. Adanya pengelolaan penderita yang kurang tepat sering menimbulkan kecacatan dan kematian. Mungkin karena terlambatnya mengirim penderita ke unit yang lebih mampu. Pelaksanaan sistem rujukan ini perlu ditentukan beberapa hal tentang regionalisasi. Regionalisasi adalah pembagian wilayah pelaksanaan rujukan didasarkan atas pembagian wilayah secara administratif, tetapi dimana perlu didasarkan atas lokasi ISSN: 2356-5454 atau mudahnya sistem rujukan itu dicapai. Hal ini untuk menjaga agar sistem rujukan mendapat arus pendidikan secara merata. Berdasarkan dari hasil analisis data yang didapat bahwa pengetahuan ibu nifas tentang Sistem Rujukan berpengetahuan baik yaitu sebesar 32 (58,18%) responden, cukup sebesar 10 (18,18%) responden, kurang 13 (23,64%) responden. Hal ini disebabkan oleh karena tingkat pendidikan yang berbeda-beda serta kurangnya informasi yang diketahui oleh ibu nifas tentang sistem rujukan yang dapat dilakukan apabila diperlukan. Dengan masalah diatas diharapkan petugas pelayanan lebih mampu mengarahkan dan memberikan informasi yang lengkap tentang sistem rujukan kepada ibu nifas dan keluarga apabila diperlukan. Pengetahuan Responden Tentang Perawatan Tali Pusat Secara Umum Dari keseluruhan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ibu nifas harus mampu merawat tali pusat secara baik dan benar sehingga infeksi tetanus neonaturum tidak akan terjadi pada bayi yang baru lahir. Dari 55 responden didapatkan 29 (52,73%) responden yang menjawab dengan benar. Dengan demikian sebagian besar ibu nifas yang dirawat di ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung mempunyai pengetahuan Baik 29 (52,73%) responden. Karena secara keseluruhan ibu nifas yang menjadi responden mempunyai pendidikan yang tinggi. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Sebagian besar ibu nifas di Rumah Sakit Immanuel Bandung memiliki pengetahuan yang Baik tentang pengertian perawatan tali pusat sebanyak 43 orang (78,18%). Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 9 jikk ISSN: 2356-5454 2. 3. 4. 5. Sebagian besar ibu nifas di Rumah Sakit Immanuel Bandung memiliki pengetahuan yang Cukup tentang manfaat perawatan tali pusat yaitu sebanyak 40 orang (72,73%). Sebagian besar ibu nifas di Rumah Sakit Immanuel Bandung memiliki pengetahuan yang Kurang tentang tanda bahaya yang bisa terjadi pada perawatan tali pusat yang tidak benar, yaitu sebanyak 31 orang (56,36,%). Sebagian besar ibu nifas di Rumah Sakit Immanuel Bandung memiliki pengetahuan yang Kurang tentang sistem rujukan yang dapat dilakukan apabila diperlukan, yaitu sebanyak 32 orang (58,18,%). Dari keseluruhan data 55 responden yang penulis peroleh dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat pada bayi di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung dikategorikan Baik sebanyak 29 orang (52,73%). Saran Berdasarkan kesimpulan sebagaimana tersebut diatas maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Bagi Ibu nifas Harus lebih aktif berkomunikasi dengan petugas kesehatan dalam hal perawatan pada tali pusat. Harus lebih teliti dalam hal merawat tali pusat pada bayi, agar terhindar dari bahaya. Mau memotivasi diri untuk belajar hal baru tentang perawatan tali pusat yang dapat dibaca atau dipelajari baik dari buku-buku maupun media massa. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pedoman bagi pendidikan dan para praktisi dalam memahami pentingnya perawatan tali pusat. Hal | 10 Nomor 03 Tahun 2012 3. Bagi Peneliti lain Dianjurkan peneliti selanjutnya meneliti faktor lain, dengan harapan dihasilkan suatu penelitian yang mendekati keadaan sebenarnya dan dipertanggungjawabkan. untuk dapat lebih dapat 4. Bagi Instansi Kesehatan Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang bermanfaat terutama bagi petugas di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung untuk memperbaiki mutu pelayanan kepada ibu nifas. Diharapkan petugas di Ruang Debora Rumah Sakit Immanuel Bandung dapat memberikan penyuluhan tentang perawatan tali pusat dengan menggunakan metode demonstrasi kepada ibu nifas, karena dari hasil melakukan studi pendahuluan kepada ibu nifas didapatkan masih ada ibu nifas yang belum mendapatkan informasi yang tepat dan jelas tentang perawatan tali pusat yang sebenarnya sesuai dengan prosedur yang berlaku saat ini (Eviden Base). REFERENSI A.Azis Alimul Hidayat, 2007, Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Salemba Medika, Jakarta Abdul Bari Saifuddin, SpOG, MPH, 2002, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta Azrul Azwar , MPH, 2008. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini, Jakarta Dep.Kes RI 1996-1997 Perawatan Ibu dan Anak di Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan Masyarakat. Biro Hukum dan Humas Helen Farrer, 2001. Perawatan Maternitas.edisi 2. EGC, Jakarta. http://ayurai.wordpress.com/2009/05/21/ta lipusat-umbillicus/ http://www.ask.com/web?q=perawatan%20t ali%20pusat&o=101487&l=is http://www.melindahospital.com/modul/us er/detail_artikel.php?id=973_Cara- Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 Merawat-Tali-Pusar-Bayi-yang-BaruLahir Ircham Machfoedz, M.s. 2008, Statistika Deskriptif Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran, Fitramaya. Yogyakarta Rustam Mochtar, MPH, 1998, Sinopsis Obstetri Jilid 1.EGC, Jakarta. Sarwono Prawirohardjo, SpOG, 2008, Ilmu Kebidanan, P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta Soekidjo Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta ISSN: 2356-5454 Soekidjo Notoatmodjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta. Jakarta Soekidjo Notoatmodjo, 2007, Kesehatan masyarakat: Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Metodologi penelitian kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Suharsimi Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Jakarta Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 11 jikk ISSN: 2356-5454 Nomor 03 Tahun 2012 PENGETAHUAN BIDAN MENGENAI OBAT-OBAT YANG BIASA DIBERIKAN KEPADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI DI PUSKESMAS CITEUREUP KOTA CIMAHI Oleh Iis Wahyuni ABSTRAK Di Indonesia, lebih dari 300 dari setiap 100.000 kehamilan berakhir dengan kematian pada ibu hamil, dan ini jauh lebih tinggi daripada negara-negara lain. Pemerintah indonesia tengah berjuang keras untuk mengurangi statistik ini (Mirza Maulana, 2008). Indonesia memang mengambil langkah untuk memperbaiki taraf perawatan ibu. Pada tahun 2007 angka kematian ibu menurun sedikit, dari 373/100.000 ibu menjadi 307/100.000. Namun, Indonesia masih tertinggal dibelakang negara kawasan Asia Tenggara (Mirza Maulana, 2008). Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 mencapai 307 per 100.000 KH dan tahun 2010 turun menjadi 286 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH). Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan 28%, preeklampsi-eklampsi 24% dan infeksi 11%. Berdasarkan Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, AKI pada tahun 2009 sebesar 321,15 per 1000 KH dan tahun 2010 AKI mengalami penurunan menjadi 320,15 per 100.000 KH (BPS Prov. Jabar, 2010). Penyebab dari kematian ibu di Jawa Barat dengan komplikasi adalah perdarahan 26,3%, preeklampsi-eklampsi 24,7%, infeksi 13,6%. Efek samping yang terjadi pada ibu hamil ini disebabkan karena pada trimester pertama biasanya sangat rentan terhadap obat-obatan. Hal ini perlu mendapat perhatian dari para dokter dan tenaga kesehatan agar lebih berhati-hati dalam memberikan resep. Karena dampak dari alergi dan efek samping obat dapat menimbulkan kecacatan pada bayi yang dikandungnya. Undang – undang utama yang mengatur penggunaan obat adalah Medicines Act tahun 1986 (membagi obat kedalam 3 kelompok, yaitu obat resep, obat wajib, dan obat bebas), Misuse of Drugs Act tahun 1971, dan Medicinal Products : Prescreption by nurses Act tahun 1992 (Nicola V Winson & Sandra McDonald, 2006). Sedangkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, obat dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok dan golongan menjadi Norkotika, Psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas dan obat tradisional. Obat keras diatur dalam undang-undang tahun 1948, Narkotika diatur dalam undang-undang no. 22 tahun 1997 dan tahun Psikotropika diatur dalam undang-undang no. 5 tahun 1997. PENDAHULUAN Latar Belakang Pemakaian obat pada masa kehamilan sebaiknya mengikuti saran dari dokter, karena ada obat-obat tertentu yang tidak boleh digunakan selama masa kehamilan. Beberapa obat yang sering digunakan selama kehamilan antara lain : antibiotika, analgetika, antiemetik/anti mual, antiepilepsi, antihipertensi. Tentunya tidak semua antibiotik maupun analgesik boleh digunakan pada masa kehamilan. Mengapa tidak semua obat boleh dikonsumsi selama kehamilan. Pemakaian obat pada masa kehamilan berefek pada ibu dan janinnya oleh karena sebagian besar obat dapat melintasi sawar Hal | 12 plasenta. Obat ini akan menembus plasenta dan memberikan pengaruh pada janin. Faktor yang mempengaruhi obat pada ibu hamil dan menyusui diantaranya sifat fisika-kimia obat, kecepatan obat melintasi plasenta, lamanya pemaparan janin terhadap obat, periode perkembangan janin saat obat diberikan, efek obat jika diberikan dalam bentuk kombinasi. Pengaruh obat pada janin antara lain : dapat menimbulkan gangguan fisiologik janin, dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan organ janin, dan yang lebih parah lagi dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan. Pada saat janin berumur < 3 minggu obat dapat memberi pengaruh buruk atau tidak sama sekali. Jika terjadi Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 pengaruh buruk, akan menimbulkan kematian embrio. Saat janin berumur 4-8 minggu terjadi pertumbuhan janin. Obat dapat menyebabkan gangguan fungsional yang permanen, kecacatan, dan kematian janin (Anonim. 2008. http://sephinapt.com/pemakaian-obat-padamasa-kehamilan/). Tergantung pada resikonya tenaga kesehatan dapat memberikan perawatan dengan cara mengganti obat yang digunakan ibu hamil dengan obat serupa yang lebih aman atau memberikan obat hanya dalam waktu tertentu selama kehamilan, dan dengan mempertimbangkan kategori berdasarkan faktor resiko untuk penggunaan obat dalam kehamilan (Fitria, 2007). Efek obat mungkin lebih jelas terlihat dan berlangsung lebih lama pada janin daripada pada ibu, karena ekskresi obat pada janin lebih lambat karena belum matangnya hati janin. Derajat pemaparan janin terhadap suatu obat lebih penting daripada laju transportasi obat tersebut kedalam janin. Alergi dan efek samping obat seringkali terjadi dalam dunia kedokteran. Sehingga tenaga kesehatan diminta untuk berhati-hati dalam memberikan resep dan lebih teliti dalam mengedukasi pasien. Namun meskipun seringkali terjadi alergi dan efek samping obat, jangan sampai membuat tenaga kesehatan (bidan) takut untuk memberikan resep atau obat. Selain perlu berhati-hati dalam memberikan resep seorang tenaga kesehatan khususnys bidan harus terus menambah ilmunya seiring dengan semakin berkembangnya ilmu kesehatan (Anonim, 2008. Tersedia di http://www.surabayawebs.com).Pengetahua n tentang obat-obatan sangat penting sehubungan Puskesmas sebagai badan pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota Cimahi telah ikut berperan aktif dalam upaya meningkatkan kesehatan terhadap ISSN: 2356-5454 masyarakat pada umumnya. Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya pengalaman, pendidikan, umur dan fasilitas. Puskesmas Citeureup merupakan salah satu Puskesmas yang berada di Kota Cimahi Utara mempunyai tenaga bidan sebanyak 5 orang (semuanya Pegawai Negeri Sipil). Dimana hasil wawancara awal masih ada tenaga kesehatan belum mengetahui obat yang rendah efek samping bagi ibu hamil dan yang sedang menyusui. Tenaga kesehatan yang mempunyai tanggung jawab dalam hal ini ialah bidan yang ada di Puskesmas tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, perlu diketahui faktor yang melatarbelakangi penelitian, sehingga peneliti ingin mengetahui “Pengetahuan bidan mengenai obat-obat yang biasa diberikan kepada ibu hamil dan menyusui di Puskesmas Citeureup Kota Cimahi”. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 20 bidan di Puskesmas Citeureup Kota Cimahi yang dilaksanakan pada tanggal 24-27 Mei tahun 2011 melalui kuesioner yang diberikan kepada responden (bidan), maka diperoleh data-data yang akan disajikan dalam bentuk tabel beserta pembahasannya. Hasil Penelitian Pada bagian ini penulis menyajikan hasil penelitian yang sudah dilakukan peneliti tentang pengetahuan bidan mengenai obatobat yang biasa diberikan kepada ibu hamil dan menyusui di Puskesmas Citeureup Kota Cimahi tahun 2011, hasil penelitian ini diperoleh dengan menggunakan data primer dengan alat ukur kuesioner (langsung oleh peneliti yang disebarkan ke bidan yang ada di Puskesmas Citeureup Kota Cimahi). Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 13 jikk ISSN: 2356-5454 Nomor 03 Tahun 2012 Distribusi frekuensi pengetahuan hasil jawaban responden tentang obat-obat yang biasa diberikan kepada ibu hamil dan menyusui di Puskesmas Citeureup Kota Cimahi N O 1 Aspek Pertanyaan Obat antidiare yang aman untuk ibu hamil dan menyusui 2 Efek merugikan dari obat diare 3 Konbinasi obat diare 4 Aturan pakai obat diare 5 Obat system pernapasan yang aman untuk ibu hamil dan menyusui 6 Efek merugikan obat asma 7 Kombinasi obat asma 8 Aturan pakai obat asma 9 Obat keputihan yang aman untuk ibu hamil dan menyusui 10 Efek merugikan obat keputihan 11 Kombinasi obat keputihan 12 Aturan pakai obat keputihan 13 Obat demam yang aman untuk ibu hamil dan menyusui 14 Efek merugikan obat demam 15 Kombinasi obat demam 16 Aturan pakai obat demam 17 Obat batuk berdahak yang aman untuk ibu hamil dan menyusui 18 Efek merugikan obat batuk berdahak 19 Kombinasi obat batuk berdahak 20 Aturan pakai obat batuk berdahak Persen rata-rata 21 Golongan Amoxicilillin 22 Golongan Dextromethorphan 23 Golongan Hemobion 24 Golongan obat penambah darah 25 Golongan bebas terbatas Persen rata-rata Pembobotan skor pengetahuan tentang obat secara umum Berdasarkan tabel 1 distribusi diatas tentang pengetahuan responden mengenai obat-obat yang biasa diberikan kepada ibu hamil dan menyusui di Puskesmas Citeureup Kota Cimahi sebesar 65,8% berada pada kategori cukup, dimana yang mempunyai Hal | 14 Frekuen si 66 % Kategori 66 Cukup 87 72 71 59 87 72 71 59 Baik Cukup Cukup Kurang 83 55 55 89 83 55 55 89 Baik Kurang Kurang Baik 65 66 95 90 65 66 95 90 Cukup Cukup Baik Baik 75 55 85 81 75 55 85 81 Cukup Kurang Baik Baik 60 64 72 60 64 72 72,25% 50 45 35 10 60 40% 65,8% Cukup Cukup Cukup 10 9 7 2 12 Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup CUKUP nilai terbesar yaitu pada indikator aturan pakai obat keputihan yang aman untuk ibu hamil dan menyusui (95%). Sedangkan yang mempunyai nilai persentasi terkecil yaitu pada indikator golongan obat penambah darah (10%). Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 ISSN: 2356-5454 Pengetahuan bidan mengenai obat-obat yang biasa diberikan kepada ibu hamil dan menyusui di Puskesmas Citeureup Kota Cimahi tahun 2011 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Mengenai Obat-Obat yang Biasa Diberikan Kepada Ibu Hamil Dan Menyusui Pengetahuan bidan Frekuensi Persentase (%) Baik 5 25 Cukup 14 70 Kurang 1 5 Total 20 100 Berdasarkan Tabel 2 dan diagram diatas diketahui bahwa pengetahuan bidan mengenai obat-obat yang biasa diberikan kepada ibu hamil dan menyusui diperoleh hasil (5%) berpengetahuan kurang, sebagian besar (70%) berpengetahuan cukup dan sebagian kecil (25%) berpengetahuan baik. Pengetahuan bidan mengenai penggunaan obat yang aman untuk ibu hamil dan untuk ibu menyusui Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Mengenai Penggunaan Obat Yang Aman Untuk Ibu Hamil dan Untuk Ibu Menyusui Pengetahuan bidan Frekuensi Persentase (%) Baik 11 55 Cukup 8 40 Kurang 1 5 Total 20 100 Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa pengetahuan bidan mengenai penggunaan obat yang aman untuk ibu hamil dan untuk ibu menyusui diperoleh hasil sebagian kecil (5%) berpengetahuan kurang, hampir setengahnya (40%) berpengetahuan cukup dan sebagian kecil (20%) berpengetahuan baik. Pengetahuan bidan mengenai efek merugikan dari obat yang biasa digunakan pada ibu hamil dan ibu menyusui Tabel 4 Distribusi Frekuensi pengetahuan bidan mengenai efek merugikan dari obat yang biasa digunakan pada ibu hamil dan ibu menyusui Pengetahuan bidan Frekuensi Persentase (%) Baik 13 65 Cukup 4 20 Kurang 3 15 Total 20 100 Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa pengetahuan bidan mengenai efek merugikan dari obat yang biasa digunakan ibu hamil dan ibu menyusui diperoleh hasil sebagian kecil Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 15 jikk ISSN: 2356-5454 dari responden (15%) berpengetahuan kurang, hampir setengahnya (20%) berpengetahuan cukup dan berpengetahuan Nomor 03 Tahun 2012 sebagian besar (65%) baik. Pengetahuan Bidan Dalam Pemberian Kombinasi Obat Tabel 5 Distribusi frekuensi pengetahuan bidan dalam pemberian kombinasi obat Pengetahuan bidan Frekuensi Persentase (%) Baik 12 60 Cukup 8 40 Kurang 0 0 Total 20 100 Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa pengetahuan bidan dalam pemberian kombinasi obat yang biasa digunakan ibu hamil dan ibu menyusui diperoleh hasil tidak ada responden (0%) berpengetahuan kurang, hampir setengahnya (40%) berpengetahuan cukup dan sebagian besar (60%) berpengetahuan baik. Pengetahuan Bidan Tentang Aturan Pakai Obat Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Tabel 6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Tentang Aturan Pakai Obat Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Pengetahuan bidan Frekuensi Persentase (%) Baik 3 15 Cukup 12 60 Kurang 5 25 Total 20 100 Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa pengetahuan bidan tentang aturan pakai obat untuk ibu hamil dan menyusui diperoleh hasil hampir setengahnya dari responden (25%) berpengetahuan kurang, sebagian besar (60%) berpengetahuan cukup dan sebagian kecil (15%) yang berpengetahuan baik. Pengetahuan Bidan Mengenai Perbedaan Obat Keras, Obat Bebas Terbatas, Obat Bebas Dan Suplemen (Vitamin) Tabel 7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Bidan Mengenai Perbedaan Obat Keras, Obat Bebas Terbatas, Obat Bebas Dan Suplemen (Vitamin) Pengetahuan bidan Frekuensi Persentase (%) Baik 2 10 Cukup 6 30 Kurang 12 60 Total 20 100 Hal | 16 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa pengetahuan bidan mengenai perbedaan obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas dan suplemen (vitamin) diperoleh hasil sebagian besar dari responden (60%) berpengetahuan kurang, hampir setengahnya (30%) berpengetahuan cukup dan sebagian kecil dari responden (10%) berpengetahuan baik. Distribusi frekuensi pengetahuan hasil jawaban responden tentang obat-obat yang biasa diberikan kepada ibu hamil dan menyusui di Puskesmas Citeureup Kota Cimahi Berdasarkan tabel 1 distribusi diatas tentang pengetahuan responden mengenai obat-obat yang biasa diberikan kepada ibu hamil dan menyusui di Puskesmas Citeureup Kota Cimahi sebesar 65,8% berada pada kategori cukup, dimana yang mempunyai nilai terbesar yaitu pada indikator aturan pakai obat keputihan yang aman untuk ibu hamil dan menyusui (95%). Sedangkan yang mempunyai nilai persentasi terkecil yaitu pada indikator gologan obat penambah darah (5%). Hal ini berarti bidan cukup menguasai semua obat yang aman yang biasa diberikan untuk ibu hamil dan menyusui khususnya mengenai obat penambah darah seperti hemobion yang termasuk kedalam kombinasi vitamin, Fe, asam folat dan mineral. Bidan berpengatahuan baik tentang aturan pakai obat keputihan yang aman untuk ibu hamil dan menyusui. Pada prinsipnya semua jenis obat dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan pengobatan, namun obat tersebut harus disesuaikan dengan kondisi pemakainya, dimana dalam hal ini bidan harus mampu menganalisa obat yang paling aman yang harus diberikan untuk ibu hamil dan menyusui. Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku ISSN: 2356-5454 seseorang. Maka sangat jelas bahwa dengan adanya penginderaan terhadap suatu objek (obat-obat) yang biasa dilihat sehari-hari akan menambah wawasan pengetahuan bidan tentang obat-obat yang aman. Penginderaan tidak terbatas pada apa yang dilihat, melainkan dapat diperoleh dari apa yang dibaca oleh bidan tersebut yang pada akhirnya lambat laun seorang bidan terbiasa memberikan obat yang aman digunakan ibu hamil dan menyusui. Hal tersebut diperkuat oleh Skinner dalam Notoatmodjo (2010), bila seseorang mampu menjawab tentang materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan mengetahui bidang itu. Sekumpulan jawaban yang diberikan seseorang itu dinamakan pengetahuan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (bidan). Semakin pengetahuan baik, maka akan mempengaruhi terhadap perilaku seseorang, karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over behavior), karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak di dasari pengetahuan (Notoatmdjo, 2010). Pengetahuan bidan mengenai obat-obat yang biasa diberikan kepada ibu hamil dan menyusui di Puskesmas Citeureup Kota Cimahi tahun 2011 Berdasarkan Tabel 2 dan grafik diatas diketahui bahwa pengetahuan bidan mengenai obat-obat yang biasa diberikan kepada ibu hamil dan menyusui diperoleh hasil (5%) berpengetahuan kurang, sebagian besar (70%) berpengetahuan cukup dan sebagian kecil (25%) berpengetahuan baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan bidan cukup memahami masalah obat-obat yang aman yang biasa digunakan Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 17 jikk ISSN: 2356-5454 untuk ibu hamil dan menyusui. Oleh sebab itu bidan seharusnya lebih mendalami lagi masalah obat-obat yang merupakan bagian dari kompetensinya di masyarakat khususny aibu hamil. Bidan yang tidak mengetahui obat-obat yang aman akan membahayakan bagi janin dan juga ibu hamil itu sendiri. Oleh sebab itu mutlak bagi bidan untuk dapat mempelajari dengan benar obat-obat yang aman digunakan untuk ibu hamil hamil atau menyusui. Pengetahuan bidan yang cukup mengenai obat-obat yang aman tersebut dipengaruhi oleh pengalamannya selama bekerja di Puskesmas yang kebanyakan sudah bekerja selama lebih dari 5 tahun. Pengetahuan bidan mengenai penggunaan obat yang aman untuk ibu hamil dan untuk ibu menyusui Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa pengetahuan bidan mengenai penggunaan obat yang aman untuk ibu hamil dan ibu menyusui diperoleh hasil sebagian kecil (5%) berpengetahuan kurang, hampir setengahnya (40%) berpengetahuan cukup dan sebagian kecil (20%) berpengetahuan baik. Hal ini menunjukkan bahwa bidan masih perlu menguasai tentang obat yang aman untuk ibu hamil dan menyusui seperti antidiare, asma, keputihan, demam dan batuk berdahak. Beberapa pertanyaan yang diajukan tersebut bidan hanya mampu menyebutkan obat yang aman hanya pada obat demam sedangkan obat-obat yang lainnya kurang begitu menguasai. Dengan demikian perlu adanya perencanaan yang matang dalam menghafal satu per satu obat yang aman yang harus diberikan pada ibu hamil dan menyusui agar obat yang diberikan tepat guna. Pada kenyataannya memang banyak bidan yang hanya memberikan obat yang tersedia di Puskesmas sehingga kurang begitu memperdulikan apakah obat yang diberikan sudah aman bagi ibu hamil dan menyusui. Pada kondisi ini banyak pihak yang betanggung jawab, bukan hanya bidan. Kurangnya ketersediaan obat dan arahan dari dokter di Puskesmas menyebabkan bidan Hal | 18 Nomor 03 Tahun 2012 kebingungan harus memberikan obat apa yang paling aman, sehingga bidan memberikan obat seadanya dengan mempertimbangkan kegunaan obat tersebut. Pengetahuan bidan mengenai efek merugikan dari obat yang biasa digunakan pada ibu hamil dan ibu menyusui Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa pengetahuan bidan mengenai efek merugikan dari obat yang biasa digunakan ibu hamil dan ibu menyusui diperoleh hasil sebagian kecil dari responden (15%) berpengetahuan kurang, hampir setengahnya (20%) berpengetahuan cukup dan sebagian besar (65%) berpengetahuan baik. Dari hasil tersebut mengenai efek merugikan obat yang aman untuk diberikan pada ibu hamil dan menyusui kebanyakan bidan masuk dalam kategori baik. Pengetahuan yang baik tersebut mungkin disebabkan oleh pengalaman, informasi yang diperoleh dari media cetak dan elektronik serta dari teman sesama bidan yang sudah berpengalaman mengenai efek merugikan obat yang akan menambah wawasan bidan tentang efek merugikan obat. Dalam hal ini bidan mencontoh obat yang diberikan dari bidan senior yang memberikan obat pada ibu hamil dan menyusui serta mencari tahu efek merugikan dari obat tersebut meski obat yang digunakan mengandalkan dari Dinas Kesehatan (Dinkes). Pada ruang lingkup Puskesmas obat yang biasa digunakan yaitu obat generik, namun ada juga obat bebas terbatas, obat bebas, obat keras, vitamin bahkan tersedia juga Narkotika dan psikotropika. Pengetahuan Bidan Dalam Pemberian Kombinasi Obat Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa pengetahuan bidan dalam pemberian kombinasi obat yang biasa digunakan ibu hamil dan ibu menyusui diperoleh hasil tidak ada responden (0%) berpengetahuan kurang, hampir setengahnya (40%) berpengetahuan Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 cukup dan sebagian besar (60%) berpengetahuan baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian bidan sudah mengetahui tentang kombinasi obat yang diberikan untuk ibu hamil dan menyusui. Kondisi ini disebabkan karena banyaknya informasi yang diperoleh. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh sumber informasi. Informasi yang diperoleh bidan kebanyaan dari bidan senior, dimana kebanyakan bidan senior tahu akan kombinasi obat-obat yang aman sehingga dengan sendirinya pemahaman bidan tentang kombinasi masih berdasarkan informasi yang didapat bukan karena mempelajari secara langsung melalui panduan obat yang aman dari berbabagi macam sumber informasi untuk dijadikan referensi. Pengetahuan Bidan Tentang Aturan Pakai Obat Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa pengetahuan bidan tentang aturan pakai obat untuk ibu hamil dan menyusui diperoleh hasil hampir setengahnya dari responden (25%) berpengetahuan kurang, sebagian besar (60%) berpengetahuan cukup dan sebagian kecil (15%) yang berpengetahuan baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa bidan cukup mengetahui tentang aturan pakai atau dosis obat yang aman untuk ibu hamil dan menyusui. Hal ini disebabkan karena bidan tidak dibolehkan untuk memberikan obat secara langsung kepada pasien (ibu hamil dan menyusui) akan tetapi bidan dapat mengajukan resep ke apotek. Kondisi ini membuat bidan merasa tidak perlu untuk mempelajari lebih mendalam mengenai aturan pakai obat. Dalam teori, aturan pakai obat untuk ibu hamil dan menyusui kebanyakan sehari sekali seperti vitamin atau bila diperlukan 3 kali sehari sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan pasien untuk menyembuhkan atau memulihkan kondisi tersebut. ISSN: 2356-5454 Pengetahuan Bidan Mengenai Perbedaan Obat Keras, Obat Bebas Terbatas, Obat Bebas Dan Suplemen (Vitamin) Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa pengetahuan bidan mengenai perbedaan obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas dan suplemen (vitamin) diperoleh hasil sebagian besar dari responden (60%) berpengetahuan kurang, hampir setengahnya (30%) berpengetahuan cukup dan sebagian kecil dari responden (10%) berpengetahuan baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa bidan masih belum bisa membedakan antara obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas dan suplemen (vitamin). Kondisi ini menyebabkan seorang bidan perlu mendapat pelatihan mengenai perbedaan-perbedaan tersebut agar tidak salah dalam memberikan obat pada ibu hamil dan menyusui. Banyak jenis obat yang tidak tersedia atau tidak dimiliki cukup data mengenai pedoman penggunaan pada masa laktasi. Karena itu, hanya obat-obat jenis tertentu yang boleh diberikan pada ibu menyusui. Aturan yang perlu diikuti sehubungan dengan pemberian obat pada ibu hamil yaitu: obat yang aman untuk diberikan secara langsung pada bayi, maka umumnya obat tersebut juga aman untuk diberikan pada ibu menyusui. Faktor usia menjadi salah satu penyebab bidan mudah lupa dalam menghafal sesuatu. Usia rata-rata bidan yang ada di Puskesmas Citeureup yaitu di atas 35 tahun, hal tersebut secara fisiologis dapat mempengaruhi ingatan seseorang mengenai suatu benda, yang dalam hal ini ialah kemampuan dalam membedakan jenis obat seperti obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas dan suplemen (vitamin). PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian gambaran Pengetahuan bidan mengenai obatobat yang biasa diberikan kepada ibu hamil dan menyusui di Puskesmas Citeureup Kota Cimahi, didapatkan kesimpulan sebagai berikut : Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 19 jikk ISSN: 2356-5454 Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan responden mengenai obat-obat yang biasa diberikan kepada ibu hamil dan menyusui di Puskesmas Citeureup Kota Cimahi sebesar 65,8% berada pada kategori cukup, dimana yang mempunyai nilai terbesar yaitu pada indikator aturan pakai obat keputihan yang aman untuk ibu hamil dan menyusui (95%). Sedangkan yang mempunyai nilai persentasi terkecil yaitu pada indikator golongan obat penambah darah (10%). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan bidan mengenai obatobat yang biasa diberikan kepada ibu hamil dan menyusui diperoleh hasil (5%) berpengetahuan kurang, sebagian besar (70%) berpengetahuan cukup dan sebagian kecil (25%) berpengetahuan baik. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan bidan mengenai penggunaan obat yang aman untuk ibu hamil dan untuk ibu menyusui diperoleh hasil sebagian kecil (5%) berpengetahuan kurang, hampir setengahnya (40%) berpengetahuan cukup dan sebagian kecil (20%) berpengetahuan baik. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan bidan mengenai efek merugikan dari obat yang biasa digunakan ibu hamil dan ibu menyusui diperoleh hasil sebagian kecil dari responden (15%) berpengetahuan kurang, hampir setengahnya (20%) berpengetahuan cukup dan sebagian besar (65%) berpengetahuan baik. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan bidan dalam pemberian kombinasi obat yang biasa digunakan ibu hamil dan ibu menyusui diperoleh hasil tidak ada responden (0%) berpengetahuan kurang, hampir setengahnya (40%) berpengetahuan cukup dan sebagian besar (60%) berpengetahuan baik. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan bidan tentang aturan pakai obat untuk ibu hamil dan menyusui diperoleh hasil hampir setengahnya dari responden (25%) berpengetahuan kurang, Hal | 20 Nomor 03 Tahun 2012 sebagian besar (60%) berpengetahuan cukup dan sebagian kecil (15%) yang berpengetahuan baik. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan bidan mengenai perbedaan obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas dan suplemen (vitamin) diperoleh hasil sebagian besar dari responden (60%) berpengetahuan kurang, hampir setengahnya (30%) berpengetahuan cukup dan sebagian kecil dari responden (10%) berpengetahuan baik. Saran Bagi Peneliti Diharapkan dapat menambah pengalaman dalam penelitian serta sebagai bahan untuk penerapan ilmu yang telah di dapat selama perkuliahan. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pembendaharaan perputakaan atau referensi bagi Program Studi Kebidanan Akbid Ar-Rahmah. Bagi Tempat Penelitian Diharapkan dijadikan masukan tentang pengetahuan tenaga kehatan mengenai penggunaan obat supaya lebih tepat dan mengurangi kesalahan pemberian obat serta mengurangi efek merugikan obat, dan sebagai masukan untuk perencanaan kegiatan di masa datang. REFERENSI Adisasmito, Wiku,Ph.D. 2010. Sistem Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta : Reneka Cipta. Arikunto, Suharsimi, Prof,Dr. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Fitria, Ana. 2007. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta. Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 Hidayat, AA. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika Maulana, Mirza. 2008. Penyakit kehamilan dan pengobatannya. Jogjakarta: Kata Hati. MIMS Bidan, edisi perdana 2008/2009. Jakarta: BIP. Mubarak dkk. (2007). Promosi kesehatan. Jogjakarta : Graha Ilmu Notoatmodjo.(2005). Metode penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ISSN: 2356-5454 ______.(2010). Promosi Kesehatan & Ilmu Perlaku. Jakarta: Rineka Cipta. Winsa, Nicola V. McDonald, Sandra. 2006. Kamus Kebidanan Bergambar. Jakarta: Buku Kedokteran (EGC). Siregar, Charles, Prof, Dr. 2006. Farmasi Rumah Sakit. Jakarta: Buku Kedokteran (EGC). Kee, Joyce L. Hayes, Evelyn R. 2006. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran (EGC) Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 21 jikk ISSN: 2356-5454 Nomor 03 Tahun 2012 PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TUBERCULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU DR. M. GOENAWAN PARTOWIDIGDO CISARUA BOGOR Oleh Irma Rosliani Dewi ABSTRAK Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Dibandingkan dengan propinsi lainnya di Indonesia, Jawa Barat memiliki jumlah terbesar penderita penyakit TBC. Bila seorang ibu hamil menderita penyakit ini dapat mengalami partus prematur atau kematian janin. Pemilihan obat TB pada ibu hamil harus rasional dan memperhatikan potensial resiko yang dapat terjadi pada ibu dan janin yang dikandung. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru di Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan proses pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan ke Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor berdasarkan data kunjungan pada bulan Maret 2012 yaitu sebanyak 147 orang. Teknik pengambilan sample dilakukan secara accidental sampling yaitu sebanyak 59 orang ibu hamil. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 77,68% ibu hamil memiliki pengetahuan yang baik tentang Tuberculosis Paru sedangkan berdasarkan pengertian Tuberculosis didapatkan sebesar 82,20% ibu hamil berpengetahuan baik, berdasarkan tanda dan gejala sebanyak 80,68% ibu hamil berpengetahuan baik, berdasarkan pengobatan sebanyak 76,28% ibu hamil berpengetahuan baik, berdasarkan cara penularan sebanyak 79,64% ibu hamil berpengetahuan baik dan berdasarkan cara penularan sebanyak 76,48% ibu hamil berpengetahuan baik. Kata Kunci : Tuberculosis Paru, Ibu Hamil PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Walaupun telah banyak kemajuan yang dicapai dalam penanggulangan TB di Indonesia, tapi tantangan masalah TB kedepan masih besar. Menkes menyadari TB tidak bisa diberantas oleh pemerintah atau jajaran kesehatan saja, tetapi harus melibatkan dan bermitra dengan banyak sektor. (Diunduh dari : www.bppsdmk.depkes.go.id) Dibandingkan dengan propinsi lainnya di Indonesia, Jawa Barat memiliki jumlah terbesar penderita penyakit TBC. Untuk itu pemerintah propinsi Jawa Barat pada tahun 2010 menargetkan dapat Hal | 22 menanggulangi penyakit Paru dan menempatkan penyakit TBC tersebut sebagai program unggulan Dinas Kesehatan Jawa Barat. Data di Dinas Kesehatan Jawa Barat tahun 2007 tercatat 30.000 orang penderita TBC yang sudah datang berobat ke Rumah Sakit dan Puskesmas. ( Diunduh dari : www.ppti.info) Untuk wilayah Jawa Barat, kota Bogor masuk dalam 10 besar jumlah penderita TBC. Tapi untuk tingkat kontribusi penderita, kota Bogor masih rendah karena cakupan luas daerah Bogor tidak begitu luas. Pada evaluasi program TB Paru 2010, kemajuan pengobatan sudah 81 %. Artinya sekitar 81 % penderita sudah tertangani pengobatannya secara menyeluruh. Diharapkan dengan pengobatan secara berkelanjutan dapat menekan angka jumlah penderita TBC di kota Bogor. ( Dikutip dari Harian Pelita dalam www.pelita.or.id) Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 ISSN: 2356-5454 Kasus tuberkulosis sebagian besar menyerang wanita pada usia produktif. Kirakira 1-3% dari semua wanita hamil menderita tuberkulosis. Pada kehamilan terdapat perubahan-perubahan pada sistem hormonal, imunologis, peredaran darah, sistem pernafasan, seperti terdesaknya diafragma ke atas sehingga paru-paru terdorong ke atas oleh uterus yang gravid menyebabkan volume residu pernafasan berkurang. Pemakaian oksigen dalam kehamilan akan bertambah kira-kira 25% dibandingkan diluar kehamilan, apabila penyakitnya berat atau prosesnya luas dapat menyebabkan hipoksia sehingga hasil konsepsi juga ikut menderita. Dapat terjadi partus prematur atau kematian janin. Proses kehamilan, persalinan, masa nifas dan laktasi mempunyai pengaruh kurang menguntungkan terhadap jalannya penyakit. Hal ini disebabkan oleh karena perubahanperubahan dalam kehamilan yang kurang menguntungkan bagi proses penyakit dan daya tahan tubuh yang turun akibat kehamilan. (Patofisiologi, 2008) TB pada ibu hamil harus diobati, karena jika tidak diobati dapat menyebabkan kecacatan, aborsi dan kematian. Pemilihan obat TB pada ibu hamil harus rasional dan memperhatikan potensial resiko yang dapat terjadi pada ibu dan janin yang dikandung. Oleh karena itu, dalam memilih obat untuk ibu hamil, harus diperhatikan indeks keamanan obat tersebut pada ibu hamil. (Kapita Selekta Kedokteran, 2008) Data bulan Desember tahun 2011 di Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor diketahui bahwa jumlah kunjungan pasien dengan kasus Tuberculosis Paru terdapat 107 orang perempuan dengan rata-rata 5-10 orang dengan kasus baru di wilayah kecamatan Cisarua. Yang diantaranya masih terdapat ibu hamil. (Laporan Rekam Medis RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor 2012). Dengan gambaran diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti pengetahuan masyarakat, dalam hal ini ibu hamil, tentang penyakit Tuberculosis Paru di Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor. PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pada Bab ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor yang telah melibatkan 59 ibu hamil sebagai responden. Data hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru akan disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan narasi. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Secara Umum. Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru secara umum. Katagori Baik Cukup Kurang Jumlah Frekwensi 37 15 7 59 Persentase (%) 62,71 25,42 11,86 100 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 23 jikk ISSN: 2356-5454 Nomor 03 Tahun 2012 Grafik 5.1.1 Pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru secara umum BAIK 7 CUKUP 15 KURANG 37 Pada tabel 5.1.1 diketahui bahwa ibu hamil yang berpengetahuan baik tentang Tuberculosis Paru yaitu sebanyak 37 orang (62,71%), ibu hamil yang berpengetahuan cukup tentang tuberculosis paru sebanyak 15 orang (25,42%) sedangkan ibu hamil yang berpengetahuan kurang tentang tuberculosis paru hanya 7 orang (11,86%). Dari uraian tabel tersebut dapat diketahui bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik merupakan jumlah paling banyak. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pengertian Tuberculosis Paru Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang pengertian Tuberculosis Paru Katagori Baik Cukup Kurang Frekwensi 32 15 12 Jumlah Persentase (%) 54,24 25,42 20,34 59 100 Grafik 5.1.2 Pengetahuan ibu hamil tentang pengertian Tuberculosis Paru BAIK 12 CUKUP 15 Pada tabel 5.1.2 diperoleh hasil dari 59 ibu hamil yang berpengetahuan baik tentang pengertian tuberculosis paru sebanyak 32 orang (54,24%). Ibu hamil yang berpengetahuan cukup tentang pengertian tuberculosis paru sebanyak 15 orang (25,42%) 32 KURANG dan ibu hamil yang berpengetahuan kurang tentang pengertian tuberculosis paru sebanyak 12 orang (20,34%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata ibu hamil telah memiliki pengetahuan baik tentang pengertian tuberculosis paru. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda dan Gejala Tuberculosis Paru Tabel 5.1.3 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang tanda dan gejala Tuberculosis Paru Hal | 24 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 Katagori Baik Cukup Kurang Jumlah ISSN: 2356-5454 Frekwensi 45 4 10 59 Persentase (%) 76,27 6,78 16,95 100 Grafik 5.1.3 Pengetahuan ibu hamil tentang tanda dan gejala Tuberculosis Paru Baik 10 Cukup 4 Kurang 45 Hasil analisa dari tabel 5.1.3 diperoleh hasil bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik tentang tanda dan gejala tuberculosis paru sebanyak 45 orang (76,27%). Ibu hamil yang memiliki pengetahuan cukup tentang tanda dan gejala tuberculosis paru sebanyak 4 orang (6,78%), dan ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang tentang tanda dan gejala tuberculosis paru sebanyak 10 orang (16,95%). Dengan demikian dari hasil analisa tabel diatas dapat diketahui bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik tentang tanda dan gejala tuberculosis paru memiliki jumlah terbanyak yaitu sebanyak 45 orang (76,27%). Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pengobatan Tuberculosis Paru Tabel 5.1.4 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang pengobatan Tuberculosis Paru Katagori Baik Cukup Kurang Jumlah Frekwensi 35 10 14 59 Persentase (%) 59,32 16,95 23,73 100 Grafik 5.1.4 Pengetahuan ibu hamil tentang pengobatan Tuberculosis Paru 14 10 Baik 35 Cukup Kurang Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 25 jikk ISSN: 2356-5454 Hasil analisa tabel 5.1.4 diperoleh hasil bahwa ibu hamil yang berpengetahuan baik tentang pengobatan tuberculosis paru sebanyak 35 orang (59,32%). Ibu hamil yang berpengetahuan cukup tentang pengobatan tuberculosis paru sebanyak 10 orang (16,95%). Sedangkan ibu hamil yang berpengetahuan Nomor 03 Tahun 2012 kurang tentang pengobatan tuberculosis paru sebanyak 14 orang (23,73%). Sehingga dapat diketahui bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik tentang pengobatan tuberculosis paru adalah yang terbanyak yaitu sebanyak 35 orang (59,32%). Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Cara Penularan Tuberculosis Paru Tabel 5.1.5 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang cara penularan Tuberculosis Paru Katagori Baik Cukup Kurang Jumlah Frekwensi 42 8 9 59 Persentase (%) 71,19 13,56 15,25 100 Grafik 5.1.5 Pengetahuan ibu hamil tentang cara penularan Tuberculosis Paru 9 Baik Cukup 8 Kurang 42 Hasil analisa tabel 5.1.5 diketahui bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik tentang penularan tuberculosis paru sebanyak 42 orang (71,19%). Ibu hamil yang memiliki pengetahuan cukup tentang penularan tuberculosis paru sebanyak 8 orang (13,56%). Sedangkan ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang tentang cara penularan tuberculosis paru sebanyak 9 orang (15,25%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang berpengetahuan baik tentang penularan tuberculosis paru memiliki jumlah terbanyak yaitu sebanyak 42 orang (71,19%). Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Cara Pencegahan Tuberculosis Paru Tabel 5.1.6 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang cara pencegahan Tuberculosis Paru Katagori Baik Cukup Kurang Jumlah Hal | 26 Frekwensi 30 17 12 59 Persentase (%) 50,85 28,81 20,34 100 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 ISSN: 2356-5454 Grafik 5.1.6 Pengetahuan ibu hamil tentang cara pencegahan Tuberculosis Paru 12 Baik 30 17 Hasil analisa tabel 5.1.6 diketahui bahwa ibu hamil berpengetahuan baik tentang cara pencegahan tuberculosis paru sebanyak 30 orang (50,85%). Ibu hamil yang berpengetahuan cukup tentang cara pencegahan tuberculosis paru sebanyak 17 orang (28,81%). Ibu hamil yang berpengetahuan kurang tentang cara pencegahan tuberculosis paru sebanyak 12 orang (20,34%). Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik tentang cara pencegahan tuberculosis paru memiliki jumlah terbanyak yaitu 30 orang (50,85%). Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Secara Umum Penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Paru Dr.M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor telah didapatkan hasil secara umum. Dari 59 responden sebanyak 77,68% telah menjawab dengan benar. Menurut peneliti, pengetahuan responden tentang tuberculosis paru secara umum sudah baik karena kebanyakan ibu telah mendapat informasi dari media masa, selain itu sebagian besar responden berusia antara 25-35, dan latar belakang pendidikan minimal SMP. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Berdasarkan Pengertian Cukup Kurang Hasil penelitian tentang tuberculosis paru berdasarkan pengertian didapatkan bahwa dari 59 responden, sebanyak 82,20% telah menjawab dengan benar. Mengukur pengetahuan responden tentang tuberculosis paru berdasarkan pengertian, maka responden perlu memahami pengertian tuberculosis paru secara umum. Secara definisi Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis) sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis, Depkes 2010). Walaupun masyarakat pada umumnya dan ibu hamil, khususnya, tidak dapat mengenal nama specifik kuman penyebab Tuberculosis namun mereka telah memahami bahwa penyebab penyakit tuberculosis adalah kuman yang menyerang organ paru-paru. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Berdasarkan Tanda dan Gejala Hasil penelitian tentang tuberculosis paru berdasarkan tanda dan gejala didapatkan bahwa dari 59 responden, sebanyak 80,68% telah menjawab dengan benar. Menilai pengetahuan ibu hamil tentang tuberculosis paru berdasarkan tanda dan gejala, responden perlu mengetahui bahwa tanda dan gejala penderita tuberculosis dapat menunjukan ciri-ciri sebagai berikut : Gejala utama pada penyakit ini adalah batuk Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 27 jikk ISSN: 2356-5454 terus-menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Gejala tambahan yang sering dijumpai yaitu dahak bercampur darah, sesak nafas, rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan. (Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis, Depkes 2010). Banyak ibu hamil yang telah mengetahui tanda dan gejala tuberculosis paru melalui media massa, informasi tenaga kesehatan maupun dari pengalaman keluarga. Selain itu responden memiliki latar pendidikan minimal SLTP. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Berdasarkan Pengobatan Hasil penelitian pada ibu hamil tentang tuberculosis paru berdasarkan cara pengobatan, didapatkan bahwa dari 59 responden sebanyak 76,28% telah menjawab dengan benar. Menilai pengetahuan responden tentang tuberculosis paru berdasarkan pengobatan, maka responden perlu mengetahui jenis obat anti TBC dan lama pengobatan minimal. Obat-obat Tuberculosis Paru ini terdiri dari Rifampicin, Ethambutol, Isoniazid, Pyrazinamide dan Streptomycin diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persister) dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis, dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan berkembang menjadi kuman kebal obat. Menurut peneliti, hasil penelitian diperoleh ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan tentang pengobatan tuberculosis rata-rata dengan katagori baik. Hal ini dimungkinkan bahwa responden telah menerima informasi sebelumnya atau dengan latar belakang pendidikan yang cukup dimana responden memiliki latar belakang pendidikan minimal SLTP. Hal | 28 Nomor 03 Tahun 2012 Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Berdasarkan Cara Penularan Hasil penelitian pada ibu hamil tentang tuberculosis paru berdasarkan cara penularan, didapatkan bahwa dari 59 responden sebanyak 79,64% telah menjawab dengan benar. Mengukur pengetahuan responden tentang cara penularan tuberculosis paru, maka responden perlu mengetahui tentang bagaimana kuman TBC dapat berpindah tempat. Pada waktu batuk atau bersin, menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu ruangan selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman Tubercusis tersebut masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian bagian tubuh lainya. Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. (Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis, Depkes 2010) Menurut peneliti, hasil penelitian tentang pengetahuan ibu mengenai cara penularan tuberculosis paru dikatakan baik karena ibu hamil telah mendapatkan informasi melalui media massa maupun penyuluhan dari petugas kesehatan dan dengan latar belakang pendidikan ibu hamil yang minimal SLTP. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tuberculosis Paru Berdasarkan Cara Pencegahan Hasil penelitian pada ibu hamil tentang tuberculosis paru berdasarkan cara pencegahan, didapatkan bahwa dari 59 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 responden sebanyak 76,48% telah menjawab dengan benar. Menilai pengetahuan ibu hamil tentang cara pencegahan tuberculosis yaitu terdiri dari melakukan imunisasi BCG sedini mungkin yaitu dimulai pada bayi yang berusia 1 bulan sesuai dengan imunisasi dasar yang dianjurkan oleh Dokter Anak Indonesia. Begitu pula masukan nutrisi yang baik dapat mencegah seseorang terinfeksi penyakit ini. Selain itu faktor-faktor dibawah ini dapat mencegah seseorang tertular dan atau menularkan TBC : 1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin. 2. Meludah hendaknya pada tempat tertutup yang sudah diberi desinfektan. 3. Memiliki ventilasi yang baik, dimana udara dan sinar matahari dapat menjangkau ke dalam rumah. Karena kuman TBC cepat mati terpapar sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab. 4. Menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur dibawah sinar matahari terutama pagi hari. 5. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein. (Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, IDAI, 2009) Menurut peneliti, hasil penelitian tentang pengetahuan ibu hamil tentang cara pencegahan tuberculosis paru pada umumnya baik. Hal ini didukung dengan latar belakang pendidikan responden minimal SLTP, usia antara 25-35 tahun, dan informasi melalui media massa, informasi dari petugas kesehatan maupun informasi dari orang lain yang memiliki pengalaman sebelumnya. PENUTUP Kesimpulan Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru di Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor secara umum yaitu baik, sebesar 77,68%. ISSN: 2356-5454 Pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru berdasarkan pengertian didapatkan hasil rata-rata baik sebesar 82,20%. Pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru berdasarkan tanda dan gejalanya didapatkan hasil rata-rata baik yaitu sebesar 80,68%. Pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru berdasarkan pengobatan didapatkan hasil rata-rata baik, yaitu sebesar 76,28%. Pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru berdasarkan cara penularan didapatkan hasil rata-rata baik yaitu sebesar 79,64%. Pengetahuan ibu hamil tentang Tuberculosis Paru berdasarkan cara pencegahan didapatkan hasil rata-rata baik yaitu sebesar 76,48%. Menurut peneliti, hasil penelitian tentang pengetahuan ibu hamil tentang cara pencegahan tuberculosis paru pada umumnya baik. Hal ini didukung dengan latar belakang pendidikan responden minimal SLTP, usia antara 25-35 tahun, dan informasi melalui media massa, informasi dari petugas kesehatan maupun informasi dari orang lain yang memiliki pengalaman sebelumnya. Saran 1. 2. 3. Tempat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan promosi kesehatan demi menurunkan angka kesakitan Tuberculosis di masyarakat. Institusi pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi dalam rangka untuk terus mengembangkan penelitian selanjutnya. Masyarakat atau Ibu hamil Melalui penelitian ini diharapkan ibu hamil dapat memberikan pengetahuan yang baik kepada masyarakat yang belum memiliki informasi tentang Tuberculosis paru serta diharapkan dapat bersama-sama Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 29 jikk ISSN: 2356-5454 mencegah tersebarnya Tuberculosis. penyakit REFERENSI A.Azis Alimul Hidayat, 2007, Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Salemba Medika, Jakarta Abdul Bari Saifuddin, SpOG, MPH, 2002, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta Azrul Azwar , MPH, 2008. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini, Jakarta Dep.Kes RI 1996-1997 Perawatan Ibu dan Anak di Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan Masyarakat. Biro Hukum dan Humas Helen Farrer, 2001. Perawatan Maternitas.edisi 2. EGC, Jakarta. http://ayurai.wordpress.com/2009/05/21/ta lipusat-umbillicus/ http://www.ask.com/web?q=perawatan%20t ali%20pusat&o=101487&l=is http://www.melindahospital.com/modul/us er/detail_artikel.php?id=973_Cara- Hal | 30 Nomor 03 Tahun 2012 Merawat-Tali-Pusar-Bayi-yang-BaruLahir Ircham Machfoedz, M.s. 2008, Statistika Deskriptif Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran, Fitramaya. Yogyakarta Rustam Mochtar, MPH, 1998, Sinopsis Obstetri Jilid 1.EGC, Jakarta. Sarwono Prawirohardjo, SpOG, 2008, Ilmu Kebidanan, P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta Soekidjo Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta Soekidjo Notoatmodjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta. Jakarta Soekidjo Notoatmodjo, 2007, Kesehatan masyarakat: Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Metodologi penelitian kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Suharsimi Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Jakarta Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 ISSN: 2356-5454 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMBERIAN TABLET FE (ZAT BESI) DI RUMAH BERSALIN SRI YUNI BANDUNG Oleh Diah Nurmayawati ABSTRAK Penyebab langsung kematian ibu di Jawa Barat pada tahun 2005 terbanyak adalah perdarahan sebanyak 282 kasus. Bidan melakukan kunjungan rumah, berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami, dan anggota keluarga, agar ibu memeriksakan kehamilannya sejak dini dan teratur, juga bidan membina hubungan secara sehat, saling percaya dengan sang ibu mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin yang dikandungnya, mempersiapkan kelahiran, dan memberikan penyuluhan. Tujuan penilitian untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang pemberian tablet Fe di Rumah Bersalin Sri Yuni Bandung. Ditinjau dari segi manfaat, dampak bila tidak mengkonsumsi, jadwal dan cara pemberian tablet zat besi, tentang dosis yang dikonsumsi selama hamil, sumber zat besi dan efek samping dari zat besi, sehingga dapat mencegah terjadinya anemia zat besi. Metode Penilitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Menurut Depkes 2001, angka anemia kekurangan zat besi di Indonesia masih tinggi dan mencapai 40,1%. Hasil wawancara dengan ibu hamil tentang pemberian tablet Fe di Rumah Bersalin Sri Yuni, dari 10 orang ibu hamil yang datang ke Rumah Bersalin terdapat 4 orang (40%) yang benar-benar tidak mengerti akan pentingnya zat besi bagi dirinya. Kerangka konsep penilitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lain atau antara variabel satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Devinisi operasional bermanfat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument atau alat ukur. Hasil penilitian yang telah dilaksanakan maka disarankan kepada ibu hamil, untuk dapat menjaga kondisi kehamilannya agar dapat terpenuhi akan kebutuhan zat besi dengan baik secara konsisten, dan untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang tablet Fe dengan selalu mengikuti penyuluhan kesehatan, antara lain: Posyandu, Puskesmas, BPS, atau Rumah Sakit. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyebab langsung kematian ibu di Jawa Barat pada tahun 2005 terbanyak adalah perdarahan sebanyak 282 kasus Bidan melakukan kunjungan rumah, berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarga agar ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur (Asrinah 2010 : 7),juga bidan membina hubungan secara sehat,saling percaya bersama dengan sang ibu mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhannya. Peran Bidan dalam memberikan pelayanan sesuai dengan kebijakan Depkes, yaitu pada pelayanan standar 7 T sebagai standart pelayanan terhadap ibu hamil, salah satunya pemberian tablet zat besi (fe) minimal 90 tablet selama kehamilan dengan dosis satu tablet setiap harinya (Asrinah 2010 : 9). Apabila kebutuhan kalori protein, vitamin dan mineral yang meningkat ini tidak dapat dipenuhi melalui konsumsi makanan pada ibu hamil, akan terjadi kekurangan gizi dan berbagai zat yang dapat mengakibatkan BBRL, kelahiran premature dan berakibat kematian (Soekidjo 2007 : 233). Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 31 jikk ISSN: 2356-5454 Tubuh sangat efisien dalam mengkonservasi asupan zat besi, sehingga kekurangan zat besi hanya dapat terjadi dalam masa pertumbuhan dan kekurangan asupan zat besi setelah kehilangan darah atau ketika wanita hamil atau melahirkan dan kekurangan zat besi dalam waktu yang lama akan mengakibatkan terjadinya anemia gizi besi.(Deddy 2009:228).Menurut Depkes 2001, angka anemia kekurangan zat besi di Indonesia masih tinggi dan mencapai 40,1 %, (Hariyani 2011 : 113). Permasalahan yang didapat di Rumah Bersalin Sri Yuni, pada saat pelayanan ANC sejak bulan Januari sampai dengan bulan Maret masih didapatkan pengetahuan ibu hamil yang kurang tahu akan pentingnya zat besi dalam kehamilannya, padahal manfaat dari zat besi sangat penting bagi kehamilan ibu, untuk kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya, karena dari kekurangan zat besi tersebut akan menimbulkan dampak yang bisa mengakibatkan kematian janin dan ibu mengalami anemia gizi besi sebagai kehamilan yang beresiko. Selain itu ibu diberikan penyuluhan tentang tablet zat besi dalam hal pemberian dosis dan cara meminumnya, agar bisa dikonsumsi dengan baik, tentunya dengan jadwal pemberian yang benar akan membantu proses asupan tablet besi yang baik pula, juga ibu hamil diberikan penyuluhan tentang bagaimana sumber zat besi didapat, misalnya didapat dari makanan sehat antara lain : udang segar, kacang kedelai kering, daging ayam, daging sapi, telur juga sayuran hijau dan ibu juga diberikan penyuluhan tentang efek samping dari terapi tablet zat besi yang juga dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, contohnya : mual, muntah, kram lambung, nyeri ulu hati, konstipasi (kadang-kadang diare) dan dari efek samping tersebut kadang ibu hamil tidak bisa menerima sehingga terjadi ketidak patuhan dalam mensuplai tablet zat besi ini (Shtrugra et al, 1999). Cara yang baik untuk meminum tablet zat besi ini ibu hamil diberikan penyuluhan juga dan tepatnya pada saat Hal | 32 Nomor 03 Tahun 2012 makan atau segera sesudah makan agar dapat mengurangi rasa mual yang menyertainya. Tujuan pengaturan gizi besi pada kehamilan adalah memaksimalkan kesehatan ibu dan meningkatkan tumbuh kembang bayi yang sehat. Kita tidak dapat menjamin bahwa pengaturan zat gizi besi yang optimal akan memberikan hasil-hasil akhir yang positip, tetapi keadaan malnutrisi besi dapat membawa akibat yang merugikan kesehatan dan tumbuh kembang janin (Eastwood, 1992). Hasil wawancara dengan ibu-ibu hamil tentang pemberian tablet Fe di RB Sriyuni dari 10 orang ibu hamil yang datang ke RB terdapat 4 orang (40 %) yang benarbenar belum mengerti akan pentingnya manfaat tablet Fe bagi dirinya. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik dalam melakukan penelitian, judul “ Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemberian Tablet Fe (Zat Besi) di RB Sriyuni Bandung” PEMBAHASAN Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang tablet Fe (zat besi) Di Rumah Bersalin Sri Yuni Bandung. Dari hasil penelitian dan pembahasan dari keenam indicator yang diteliti mengenai tablet Fe yang meliputi pengetahuan ibu mengenai manfaat tablet Fe, dampak tidak mengkonsumsi tablet Fe, mengenai jadwal dan cara mengkonsumsi tablet Fe, mengenai dosis tablet Fe serta mengenai sumber zat besi dan efek samping mengkonsumsi tablet Fe, tingkat pengetahuan responden (ibu hamil) termasuk dalam kategori baik sebanyak 16 orang (25%), kategori cukup yaitu lebih dari setengahnya yaitu 35 orang (54,69%) dan sebagian kecil responden 13 orang (20,13%) memiliki pengetahuan yang kurang. Berdasarkan dari keseluruhan jelas terlihat bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil cukup. oleh sebab itu ibu hamil perlu sesering mungkin diberikan konseling atau penyuluhan secara konsisten dan berkesinambungan. Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Manfaat Tablet Fe di Rumah Bersalin Sri Yuni Bandung Dari 2 pertanyaan tentang manfaat tablet Fe yang diberikan, berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari setengahnya, 38 orang (60%) memiliki pengetahuan baik dan kurang dari setengahnya, 26 orang (40%) memiliki pengetahuan kurang tentang manfaat tablet Fe. Hasil Penelitian hal ini dapat terjadi dikarenakan responden memilki motivasi yang baik untuk menjaga dan merawat kehamilannya sehingga ibu merasa perlu untuk selalu memperhatikan kesehatan kehamilannya sehingga pada responden dalam kategori baik, mereka memiliki motivasi yang mendorong dirinya untuk berusaha memenuhi kebutuhannya dalam menjaga kehamilan dengan memahami manfaat mengkonsumsi tablet Fe. Sedangkan pada responden dalam kategori kurang, mereka tidak memilki motivasi yang baik dalam menjaga kehamilannya sehingga terpengaruh terhadap kurangnya pengetahuan mereka dalam memenuhi kebutuhan diri dan kehamilannya dengan mengkonsumsi tablet Fe. Hal ini selaras dengan pendapat Notoatmodjo (2003), yang mengungkapkan motivasi berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku, pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan. Dimana kebutuhan itu adalah suatu potensi dalam manusia yang perlu ditanggapi atau direspon. Oleh karena itu motivasi dan dorongan dari berbagai pihak baik petugas kesehatan maupun dari suami ataupun keluarganya sangatlah penting, sehingga ibu hamil akan terdorong untuk selalu meningkatkan pengetahuan tentang manfaat mengkonsumsi tablet Fe. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Dampak Tidak Mengkonsumsi Tablet Fe di Rumah Bersalin Sri Yuni Bandung. ISSN: 2356-5454 Dari 3 pertanyaan tentang dampak tidak mengkonsumsi tablet Fe hanya sebagian kecil yaitu 16 orang (25%) memiliki pengetahuan baik. Dan lebih dari setengahnya, 35 orang (54,69%) memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kerugian tidak mengkonsumsi obat. Dan berdasarkan analisa penulis kondisi ini bisa terjadi karena pada responden yang memiliki pengetahuan yang cukup ternyata didukung dengan cukup tingginya tingkat pendidikan responden. Sedangkan pada sebagian kecil lainnya yaitu 13 orang (20,31%) memiliki pengetahuan yang kurang tentang kerugian tidak mengkonsumsi dapat dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan responden (SD dan SM). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pendidikan seseorang dalam pengembangan daya nalar dan analisa. Dengan daya nalar ysng baik akan memudahkan seseorang untuk meningkatkan pengetahuannya (www. Depdiknas.co.id., 2003). Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Jadwal dan Cara Mengkonsumsi Tablet Fe di Rumah Bersalin Sri YuniBandung Dari 2 pertanyaan tentang cara mengkonsumsi tablet Fe (zat Besi). Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden tentang jadwal dan cara mengkonsumsi tablet Fe kurang dari stengahnya yaitu 23 orang (35,94%) termasuk respon den kategori baik dan lebih dari setengahnya yaitu 41 orang (64,06%) dalam kategori kurang. Keadaan ini menunjukan masih banyaknya responden yang belum memahami kapan ia harus mengkonsumsi tablet Fe, Hal ini dapat terjadi karena kurangnya informasi yang responden dapatkan tentang tablet Fe khususnya mengenai jadwal dan cara untuk mengkonsumsi tablet Fe. Kondisi ini sesuai dengan pendapat Musbikin (2005) Bahwa tingkat pengetahuan seorang ibu hamil dipengaruhi oleh informasi yang memadai dari fasilitas maupun dari Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 33 jikk ISSN: 2356-5454 tenaga kesehatan dapat menambah pengetahuan ibu hamil. Dari hasil analisa tersebut maka untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang tablet Fe khususnya tentang jadwal dan cara mengkonsumsi tablet Fe diperlukan penyuluhan dan konseling bagi ibu semenjak pertama kali ibu di diagnose hamil. Dalam hal ini semua tenaga kesehatan khususnya bidan perlu untuk terus meningkatkan penyuluhan kepada ibu hamil dan keluarganya sehingga pengetahuan ibu tentang jadwal dan cara untuk mengkonsumsi tablet Fe dapat ditingkatkan. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Berapa Dosis Tablet Fe harus Dikonsumsi Selama Hamil di Rumah Bersalin Sri Yuni Bandung. Dari 3 pertanyaan tentang berapa dosis tablet Fe hanya sebagian kecil 14 orang (21,87%) memiliki pengetahuan baik dan berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa lebih dari setengahnya responden yaitu 38 orang (59,38%)memiliki pengetahuan yang cukup tentang dosis tablet Fe yang harus dikonsumsi selama hamil dan hanya 12 orang (18,75%) responden memiliki pengetahuan dalam kategori kurang. Hasil ini dapat dipengaruhi karena factor untuk responden. Hal ini sesuai dengan teori yaitu Salah satu faktor yang penting dalam kehamilan adalah usia ibu, dimana berpengaruh untuk kepentingan ibu maupun janinya. Usia ibu mempengaruhi bagaimana ibu hamil mengambil keputusan dalam pemeliharaan kesehatanya. Usia ibu hamil < 20 tahun tergolong usia remaja dimana remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial. Menurut Krisnadi (2006), ibu hamil remaja umumya pengetahuan mengenai kehamilan masih kurang terutama untuk mengenali tanda-tanda bahaya dalam kehamilan khususnya bahaya yang karena anemia pada kehamilan, sedangkan Hal | 34 Nomor 03 Tahun 2012 kehamilan pada umur 20-35 merupakan kehamilan yang sehat. Pendapat ini diperkuat lagi oleh Musbikin (2005) yang menyatakan bahwa dari segi ilmu pengetahuan, usia seorang wanita untuk hamil terbaik memang pada saat berusi 20 - 35 tahun, karena kelompok umur ini selain fisik sudah kuat dan dari segi mental wanita tersebut sudah cukup dewasa (Musbikin, 2005). Usia dewasa merupakan suatu masa yang tepat dalam pengambilan keputusan dalam menjaga kehamilannya. Dalam penelitian ini responden dengan usia 20 = 35 tahun akan dapat dengan mudah memahami berapa dosis dan banyak tablet Fe yang harus dikonsumsi selama kehamilan. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Sumber Zat Besi di Rumah Bersalin Sri Yuni Bandung. Dari 2 pertanyaan tentang sumber Zat Besi lebih dari setengahnya terdapat 34 orang (53,13%) responden memilikikategori baik. Dan berdasarkanaHasil penelitian menunjukan bahwa hampir setengahnya yaitu 30 orang (46,87%) memiliki pengetahuan yang kurang tentang sumber zat besi dan hanya sebagian kecil saja yaitu 12 orang (18,75%) yang memiliki pengetahuan baik. Dari hasil analisa tersebut maka untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang sumber zat besi khususnya tentang sumber yang didapat ditentukan konseling bagi ibu szejak pertama kali didiagnosa hamil. Bidan perlu meningkatkan penyuluhan atau konseling kepada ibu hamil dan kemuarganya sehingga pengetahuan ibu tentang sumber zat besi didapat tidak usah sulit mencari tetapi dari makanan sehari-haripun mudah didapat dan bisa dikonsumsinya. sehingga ibu tidak mengalami kesulitan. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Efek Samping Tablet Fe di Rumah Bersalin Sri Yuni Bandung. Dari 2 pertanyaan tentang efek samping dari tablet Fe hanya sebagian kecil 23 orang (35,94%) responden memiliki Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 ISSN: 2356-5454 pengetahuan baik, dan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya 41 orang (64,06%) atau sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang tentang efek samping, disini terlihat betapa pentingnya ibu hamil mengerti, faham akan kebutuhan zat besi dalam kesehariannya sesuai dengan batas dan dosis yang dianjurkan sehingga efek samping yang dapat terjadi bias ditanggulangi atau dicegahnya. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang sumber zat besi di Rumah Bersalin Sri Yuni Bandung adalah lebih dari setengahnya ( 53,13% ) dalam kategori baik, 46,87% dalam kategori kurang. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang efek samping tablet Fe di Rumah Bersalin Sri Yuni Bandung, hanya 35,94% dalam kategori baik dan lebih dari setengahnya yaitu 64,06% kategori kurang . PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian terhadap 64 orang ibu hamil berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pemberian tablet Fe di Rumah Bersalin Sriyuni Bandung, dapat ditarik simpulan sebagai berikut : Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang tablet Fe atau Zat besi di rumah bersalin Sri Yuni Bandung terdapat 25% kategori Baik, lebih dari setengahnya 54,69 % kategori cukup dan sebagian kecil 20,31 % kategori kurang. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang manfaat tablet Fe di Rumah Bersalin Sri Yuni lebih dari setengahnya (60%) dalam kategori baik dan 40% dalam kategori kurang. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang dampak tidak mengkonsumsi tablet Fe di Rumah Bersalin Sri Yuni Bandung. Hanya sebagian kecil 25 % kategori baik, kategori cukup 54,69% kategori kurang 20,31%. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang jadwal dan cara mengkonsumsi tablet Fe di rumah bersalin Sri Yuni Bandung lebih dari setengahnya 35,94% dalam kategori baik, dan 64,06% kategori kurang. Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang dosis tablet Fe yang harus dikonsumsi selama hamil di Rumah Bersalin Sri Yuni Bandung hanya 21,87% dalam kategori baik, lebih dari setengahnya 59,38 % kategori cukup dan sebagian kecil 18,75% kategori kurang. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disampaikan beberapa saran yaitu : 1. Untuk Ibu Hamil Untuk dapat lebih meningkatkan pengetahuan tentang tablet Fe dengan selalu mengikuti penyuluhan kesehatan di tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas, posyandu, BPS maupun Rumah Sakit. 2. Rumah Bersalin Sri Yuni Bandung Petugas kesehatan memberikan pengetahuan kepada ibu dan keluarga tentang pemberian tablet Fe Petugas kesehatan memberikan dorongan dan motivasi kepada ibu agar ibu selalu mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan. 3. Bagi Peneliti Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang hubungan ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia. 4. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan pihak institusi pendidikan agar menambah koleksi buku-buku tentang pendidikan kesehatan dan teori-teori mengenai penelitian kesehatan. 5. Bagi Masyarakat Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya mengkonsumsi tablet Fe dalam kehamilan. REFERENSI Asrinah dkk, “Askeb Masa Kehamilan” edisi Pertama : 7 ; 9 ; 15 Graha Ilmu, Jogjakarta Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 35 jikk ISSN: 2356-5454 Deddy Muchtadi, 2009 “Pengantar Ilmu Gizi” edisi Pertama : 228 Alfabeta, Bandung Erni Sophia, 2009 “Kebutuhan Gizi Ibu Hamil”. Medicastore.com Eko Budianto 2003 “Metodologi Penelitian Kedokteran” edisi Pertama : 230, EGC, Jakarta Hariyani, 2011 “Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak” edisi Pertama : 113. Graha Ilmu, Jogjakarta Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008 edisi IV : 178 : 516. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Kompas.com, 2010 “Zat Besi Cerdaskan Bayi” Obstetri William, 2010 “Buku Kedokteran” edisi 21 : 193 EGC, Jakarta Soekidjo Notoatmojo, 2010 “Metodologi Penelitian Kesehatan “ Cetakan Pertama edisi rev Hal | 36 Nomor 03 Tahun 2012 Soekidjo Notoatmojo, 2005 “Promosi Kesehatan” edisi peertama : 50. Rineka Cipta, Jakarta Soekidjo Notoatmojo, 2007 “Kesehatan dan Masyarakat. Ilmu dan seni” edisi Pertama : 98 : 233. Rineka Cipta, jakarta Soekidjo Notoatmojo, 2010 “Metodologi Penelitian Kesehatan “ Cetakan kedua edisi rev Soekidjo Notoatmojo, 2010 “Ilmu Perilaku Kesehatan” edisi pertama : 27. Rineka Cipta, Jakarta Sunita Almatsier, 2009 “Prinsip Dasar Ilmu Gizi.” Edisi VII : 250 – 258. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 ISSN: 2356-5454 PROGRAM KELAS IBU HAMIL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBABAT CIMAHI TAHUN 2013 (STUDI DISKRIPTIF PENDAPAT BIDAN TENTANG PROGRAM KELAS IBU HAMIL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBABAT CIMAHI TAHUN 2013) Oleh Sundari ASBTRAK Berbagai program kesehatan telah dikembangkan dan salah satu program yang dikembangkan adalah program kelas ibu hamil atau kelas antenatal. Kelas Ibu Hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka, belajar kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu hamil dan keluarga mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, budaya yang mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi serta deteksi dini dan penanganan kegawatdaruratan ibu dan bayi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapat bidan tentang program kelas ibu hamil yang meliputi persiapan, pelaksanaan dan pengembangan program kelas ibu hamil. Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini seluruh bidan yang berada di RSUD Cibabat Kota Cimahi yang berjumlah 40 orang dengan pengumpulan sampel menggunakan teknik sampling jenuh. Hasil penelitian didapat rata-rata pendapat bidan tentang program kelas ibu hamil berada pada kategori sangat setuju (77.40%). Pendapat bidan tentang persiapan kelas ibu hamil berada pada kategori sangat setuju (81,25%). Pendapat bidan tentang pelaksanaan program kelas ibu hamil berada pada kategori sangat setuju (78,83%). Pendapat bidan tentang pengembangan program kelas ibu hamil berada pada kategori setuju (67,5%) Diharapkan hasil penelitian ini mendapat dukungan sepenuhnya dari pihak terkait, sehingga terbentuknya program kelas ibu hamil atau kelas antenatal di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi sesuai dengan tuntutan rumah sakit sayang ibu dan bayi yang telah dicanangkan oleh Dinas Kesehatan Profinsi Jawa Barat. Kata Kunci : Program, Kelas Ibu Hamil PENDAHULUAN Latar Belakang Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil, bersalin dan nifas adalah masalah besar di Negara berkembang. Di negara miskin sekitar 20-30% kematian wanita usia subur disebabkan oleh kehamilan, persalinan dan nifas. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor mortalitas wanita muda ada pada puncak produktifitasnya. (www.iklanmarket.cz.cc./2011/04/pengetahuanibu- nifas -tentang-tanda.htm.08-03-2012 19.30) Program pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diprioritaskan pada upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak, terutama pada kelompok yang rentan kesehatan yaitu ibu hamil, bersalin dan bayi pada masa perinatal. Hal ini ditandai dengan tingginya Angka kematian Ibu (AKI) yaitu 226 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 27 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2010). (Dinas Keshatan Propinsi Jawa Barat, 2009). Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 37 jikk ISSN: 2356-5454 Nomor 03 Tahun 2012 Data AKI tahun 2011-2012 di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Kota Cimahi berdasarkan wilayah dan penyebab kematian dapat dilihat dari data tabel berikut ini : KBB Cimahi Kota Bandung Penyebab 2011 2012 2011 2012 2011 2012 Perdarahan 4 4 2 2 0 0 PEB/Eklampsi 3 1 1 0 0 0 Sepsis 0 1 0 0 0 0 Sebab lain 3 1 2 0 1 1 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa kejadian kematian dari RSUD Cibabat tahun 2011 sebanyak 16 orang, 10 orang berasal dari rujukan Kabupaten Bandung Barat (KBB) dan berdasarkan penyebab kematian 6 orang atau 37,5% disebabkan karena perdarahan. Kejadian kematian ibu tahun 2012 sebanyak 10 orang, 7 orang dari rujukan KBB dan penyebabkematian 6 orang (60%) karena perdarahan. Asuhan yang diberikan oleh seorang pemberi pelayanan kebidanan sangat mempengaruhi kwalitas asuhan yang diberikan dalam tindakan kebidanan seperti upaya pelayanan antenatal, intranata. Postnatal dan perawatan bayi baru lahir. (Soleha, 2009) Berbagai program kesehatan telah dikembangkan dan salah satu program yang dikembangkan adalah program kelas ibu hamil atau kelas antenatal. Kelas Ibu Hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka, belajar kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu hamil dan keluarga mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, budaya yang mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi serta deteksi dini dan penanganan kegawatdaruratan ibu dan bayi. Bentuk pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas ibu berupa ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan tukar pengalaman antara ibu-ibu hamil dengan petugas kesehatan. (Depkes, RI 2009). Dewasa ini penyuluhan kesehatan ibu dan anak pada umumnya masih banyak dilakukan melalui konsultasi perorangan atau kasus perkasus yang diberikan pada waktu ibu Hal | 38 memeriksa kandungan atau pada waktu kegiatan posyandu. Kegiatan penyuluhan semacam ini bermanfaat untuk menangani kasus perkasus namun memilki kelemahan antara lain, pengetahuan yang diperoleh hanya terbatas pada masalah kesehatan yang dialami saat konsultasi, penyuluhan yang diberikan tidak terkoordinir sehingga ilmu yang diberikan kepada ibu hanyalah pengetahuan yang dimiliki oleh petugas saja, tidak ada rencana kerja sehingga tidak ada pemantauan atau pembinaan secara lintas sektor dan lintas program, pelaksanaan penyuluhan tidak terjadwal dan tidak berkesinambungan. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan diatas direncanakan metode pembelajaran kelas ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan adalah pembahasan materi dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang diikuti diskusi dan tukar pengalaman antara ibu-ibu hamil dan petugas kesehatan. Kegiatan kelompok ini diberi nama KELAS IBU HAMIL. (Depkes RI, 2009) Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu hamil dengan umur kehamilan antara 20 minggu sampai dengan 32 minggu dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Dikelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan sistimatis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan.Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan paket Kelas Ibu Hamil yaitu Buku KIA, Flip chart (lembar balik), Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil dan Buku senam Ibu Hamil. (DEPKES RI, 2009) Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi merupakan Rumah Sakit Sayang Ibu Dan Bayi ( RSSIB ) sejak tahun 2002, dan salah satu program yang harus dimiliki adalah program kelas I bu hamil, hal ini sesuai dengan sepuluh langkah perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna menuju rumah sakit sayang ibu dan bayi dan sampai saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi belum mempunyai kelas ibu hamil, sedangkan Salah satu program yang harus dikembangkan di rumah sakit sayang ibu dan bayi adalah program kelas ibu hamil. Mengacu pada instrument penilaian program rumah sakit sayang ibu dan bayi bahwa pada poin data rumah sakit tertera bahwa “apakah ada kelas antenatal di RS? Materinya apa saja/” pertanyaan inilah yang membuat Rumah Sakit Umum Cibabat belum mendapat nilai yang maksimal dari DEPKES RI mengenai rumah Sakit Sayang Ibu Dan Bayi. Oleh karena alasan diatas maka hal ini menarik minat peneliti karena program kelas ibu hamil adalah program yang harus diterapkan pada rumah sakit yang sudah mempunyai predikat Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Program Kelas Ibu Hamil Di Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi (Studi Diskriptif Pendapat Bidan Tentang Program Kelas Ibu Hamil)” PEMBAHASAN Pendapat Bidan tentang Program Kelas Ibu Hamil Berdasarkan diagram 5.2.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden 26 orang (65%) berada pada kategori Sangat Setuju, hampir setengah dari responden sebanyak 13 orang (32%) berada pada kategori setuju, sebagian kecil dari responden sebanyak 1 orang (3%) berada pada kategori tidak setuju dan tidak seorang pun yang berada pada kategori sangat tidak setuju. Secara keseluruhan rata-rata pendapat bidan ISSN: 2356-5454 tentang program kelas ibu berada pada kategori sangat setuju (77.40%) Kondisi ini menunjukkan bahwa pendapat bidan tentang program kelas ibu hamil sangat setuju unuk dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cimahi. Pendapat ini dapat dipengaruhi oleh harapan dan kebutuhan, dimana harapan dengan diadakan program kelas ibu hamil dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil dan dapat membantu ibu hamil untuk mendapatkan informasi seputar kehamilan dan sampai persiapan persalinan dan setelahnya. Kebutuhan, dimana program kelas ibu hamil ini dirasakan perlu untuk dilaksanakan karena merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh Rumah Sakit yang mendapat predikat Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi. Menurut Notoatmodjo (2005) Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Adapaun factor internal tersebut adalah pengetahuan, harapan, kebutuhan, motivasi, emosi, dan budaya. Kelas ibu hamil yaitu merupakan sarana untuk belajar kelompok tentang kesehatan bagi ibu hamil dalam bentuk tatap muka yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas, dan perawatan bayi baru lahir melalui praktik dengan menggunakan buku KIA. (DEPKES RI, 2009). Persiapan Program Kelas Ibu Hamil Berdasarkan diagram 5.2.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden sebanyak 30 orang (75%) berada pada kategori sangat setuju, sisanya sebagain kecil dari responden sebanyak 5 orang (12,50%) berada pada kategori setuju, 5 orang (12,50%) berada pada kategori tidak setuju dan tidak seorangpun yang yang berada pada kategori sangat tidak setuju. Secara keseluruhan rata-rata pendapat bidan tentang Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 39 jikk ISSN: 2356-5454 persiapan program kelas ibu hamil berada pada kategori sangat setuju (81,25%). Kondisi ini menunjukkan bahwa pendapat bidan tentang persiapan program kelas ibu hamil sangat setuju untuk dipersiapkan agar dalam pelaksanaan program kelas ibu hamil ini diharapkan segala bentuk kegiatan terkoordinasi secara baik dan dapat berjalan dengan lancar. Menurut Notoatmodjo (2005) Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Adapaun factor internal tersebut adalah pengetahuan, harapan, kebutuhan, motivasi, emosi, dan budaya. Langkah awal penting yang perlu dilakukan dalam persiapan kelas ibu hamil adalah membentuk organisasi pelaksana sebagai penanggung jawab pelaksanaan termasuk pemantauan. Hal ini perlu untuk menentukan penanggung jawab dan kedudukan masing-masing anggota dalam organisasi. Anggotanya terdiri dari bidanbidan yang ada di rumah sakit. (DEPKES RI, 2009). Tujuannya agar bidan dapat mengetahui dan memahami pengertian kelas ibu hamil, tujuan dan manfaat yang dilaksanakan kegiatan tersebut, konsep kegiatannya, susunan organisasi pelaksana yang terdiri dari bidan-bidan rumah sakit umum daerah cibabat cimahi, pengalaman hasil pelaksanaan dan pengelolaan kelas ibu hamil diantaranya perencanaan, penyelenggaraan dan pendanaan kegiatan kelas ibu hamil (DEPKES RI, 2009). Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil Berdasarkan diagram 5.2.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar dari responden sebanyak 26 orang (65%) berada pada kategori sangat setuju, hampir setengah dari responden 13 orang (32%) berada pada kategori setuju dan sebagian kecil dari responden 1 orang (3%) berada pada kategori tidak setuju dan tidk seorang pun dari responden yang berada pada kategori sangat Hal | 40 Nomor 03 Tahun 2012 tidak setuju. Secara keseluruhan rata-rata pendapat bidan tentang pelaksanaan program kelas ibu berada pada kategori sangat setuju (78,83%) Kondisi ini menunjukkan bahwa pendapat bidan tentang pelaksanaan program kelas ibu hamil sangat setuju untuk dijalankan karena bidan merasa program ini sangat dibutuhkan oleh ibu hamil dalam membantu mereka memperoleh segala informasi seputar kehamilan, persalinan dan masa setelah persalinan. Dengan harapan ibu hamil dapat lebih siap menjalankan proses kehamilannya dan lebih siap menghadapi persalinan Menurut Notoatmodjo (2005) Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Adapaun factor internal tersebut adalah pengetahuan, harapan, kebutuhan, motivasi, emosi, dan budaya. Tahapan pelaksanaan dari Program Kelas Ibu Hamil antara laih : 1) Pelatihan bagi pelatih, 2) Pelatihan bagi Fasilitator, 3) Sosialisasi Kelas Ibu hamil, 4) Persiapan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, 5) Kegiatan pelaksanaan Program kelas Ibu Hamil (DEPKES RI, 2009) Pengembangan Kelas Ibu Hamil Berdasarkan diagram 5.2.7 dapat diketahui bahwa sebagian kecil dari responden sebanyak 2 orang (5%) berada pada kategori sangat setuju, sebagian besar dari responden sebanyak 27 orang (67%) berada pada kategori setuju, sebagian kecil dari responden sebanyak 8 orang (20%) berada pada kategori tidak setuju dan sebanyak 3 orang (8%) berada pada kategori sangat tidak setuju. Secara keseluruhan rata-rata pendapat bidan tentang pengembangan Program Kelas ibu Hamil berada pada kategori setuju (67,50%). Kondisi ini menunjukkan bahwa pendapat bidan tentang pengembangan program kelas ibu hamil setuju untuk dikembangkan dengan harapan program ini dapat terus berjalan berkesinambungan. Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 Menurut Notoatmodjo (2005) Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Adapaun factor internal tersebut adalah pengetahuan, harapan, kebutuhan, motivasi, emosi, dan budaya. Pengalaman yang diperoleh selama tahap pelaksana kelas ibu hamil dirumah sakit cibabat cimahi sangat berguna dalam perencanaan pengembangan dimana kelas ibu hamil dilanjutkan dan dijaga kualitasnya serta dipertahankan kegiatannya dan diperluas jangkauan penyelenggaraannya ke kabupaten/kota baru dimana dalam memulai pelaksanaan kegiatan kelas ibu hamildapat dilakukan sesuai dengan tahapan yang ada. Tujuannya adalah untuk Menjamin kesinambungan kelas ibu dirumah sakit cibabat cimahi dan memberdayakan ibu hamil untuk menjaga ksehatannya dalam keluarga masing-masing dengan menggunakan buku KIA. (DEPKES RI, 2009) PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “ Program Kelas Ibu Hamil Di Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi (Studi Diskriptif Pendapat Bidan Tentang Program Kelas Ibu Hamil)” pada 40 responden, maka kesimpulan yang dapat peneliti ambil dalam penelitian ini berdasarkan tujuan umum dari penelitian ini adalah secara keseluruhan ratarata pendapat bidan tentang Program kelas ibu hamil berada pada kategori sangat setuju (77,40%) Sedangkan berdasarkan tujuan khusus dari penelitian ini, kesimpulan yang dapat peneliti ambil diantaranya adalah: 1. Secara keseluruhan rata-rata pendapat bidan tentang persiapan kelas ibu hamil berada pada kategori sangat setuju (81,25%) 2. Secara keseluruhan rata-rata pendapat bidan tentang pelaksanaan program kelas ibu hamil berada pada kategori sangat setuju (78,83%) ISSN: 2356-5454 3. Secara keseluruhan rata-rata pendapat bidan tentang pengembangan program kelas ibu hamil berada pada kategori setuju (67,5%) Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disampaikan beberapa saran yaitu : 1. Bagi Institusi Pendidikan Pelaksanaan Inovasi program kelas ibu hamil ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan referensi sehingga dapat ditindak lanjuti untuk pengembangan program pendidikan D3 Kebidanan sesuai dengan tuntutan kopetensi yang diharapkan, serta membantu proses belajar mengajar khususnya untuk riset kebidanan, dan untuk menambah bahan pustaka di program studi Kebidanan Ar-Rahmah Bandung. 2. Bagi Mahasiswa Penelitian ini dapat menjadi dasar bagi peneliti lain yang untuk meneliti lebih lanjut tentang Program Kelas Ibu Hamil 3. Bagi Lahan Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini mendapat dukungan sepenuhnya dari pihak terkait, sehingga terbentuknya program kelas ibu hamil atau kelas antenatal di Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi sesuai dengan tuntutan rumah sakit sayang ibu dan bayi yang telah dicanangkan oleh Dinas Kesehatan Profinsi Jawa Barat. REFERENSI Alimul Azis, 2011. Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisa Data, Jakarta, Salemba Medika Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi. Jakarta; Rineka Cipta Departeman Kesehatan Kota Bandung, 2009 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 41 jikk ISSN: 2356-5454 Depkes RI, 2010. Instrumen Penilaian Program Rumah Sakit Sayang Ibu Bayi (RSSIB). Jakarta : DEPKES RI Depkes RI, Jica, 2009. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, Jakarta : DEPKES RI _____________2009, Pegangan Fasiltator Kelas Ibu Hamil, Jakarta : DEPKES RI DIRJEN YANMED DEP KES RI, 2007, Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Ibu Dan Bayi Secara Terpadu Paripurna Menuju Rumah Sakit Sayang Ibu Bayi . Jakarta : DEPKES RI Kementrian Kesehatan Negara RI, 2011. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak, Jakarta : Kementrian Kesehatan Dan JICA Nolan Mary, 2010. Kelas Bersalin, Yogjakarta : Golden Books Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Edisi Revisi Jakarta : Rineka Cipta Hal | 42 Nomor 03 Tahun 2012 ___________________, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta Saefuddin, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Soleha Siti, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas, Jakarta : Salemba Medika Sulistiawati, Ari 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Jakarta : Salemba Medika Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan, Jakarta : Rineka Cipta www.infodokter.com. Diakses pada tanggal 31 januari 2013 . www.iklanmarket.cz.cc./2011/04/pengetahuanibu- nifas -tentang-tanda.htm.08-03-2012 19.30. Diakses pada tanggal 20 Maret 2013. Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 ISSN: 2356-5454 PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG DIABETES MELLITUS DALAM KEHAMILAN (DIABETES MELLITUS GESTASIONAL) DI KLINIK BERSALIN KUMALA BUNDA KOTA BANDUNG TAHUN 2012 Oleh Yuliati ABSTRAK Menurut penelitian sekitar 40-60 persen ibu yang mengalami diabetes mellitus pada kehamilan dapat berlanjut mengidap diabetes mellitus setelah persalinan, selain itu Diabetes gestasional juga dapat memengaruhi bayi. Bisa jadi bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami diabetes gestasional akan mengalami hipogiikemia neonatal (kandungan glukosa darah yang menurun secara abnormal), hipokalemia neonatal (kadar kalium yang rendah dalam darah), hiperbilirubinemia neonatal (kadar bilirubin yang tinggi dalam darah), dan polisitemia (peningkatan jumlah sel darah merah). Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang diabetes mellitus dalam kehamilan ditinjau dari pengertian, tanda dan gejala, pengaruh terhadap kehamilan dan janin, serta penanganan. Metode Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang memeriksakan kandungannya di klinik bersalin kumala bunda. Cara pengambilan sampel adalah menggunakan pengambilan sampel secara random sampling. Adapun teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling (system random sampling acak sederhana) sebanyak 52 orang. Hasil penelitian ini adalah Secara keseluruhan rata-rata pengetahuan Ibu hamil tentang pengertian diabetes mellitus dalam kehamilan berada pada kategori baik (78,85%), tentang tanda dan gejala diabetes mellitus dalam kehamilan berada pada kategori baik (81,15%), tentang pengaruh diabetes mellitus pada kehamilan dan janin berada pada kategori kurang (58,52%), tentang penanganan diabetes mellitus dalam kehamilan berada pada kategori baik (77,31%). Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Pengetahuan Ibu Hamil tentang Diabetes Mellitus Dalam Kehamilan (Diabetes Mellitus Gestasional) di Klinik bersalin Kumala Bunda Kota Bandung Tahun 2012 berada pada kategori Cukup (72,02%). Ibu hamil harus selalu memeriksakan kehamilannya secara teratur sehingga jika terdeteksi penyakit yang menyertai kehamilan seperti diabetes mellitus ibu dapat segera konsultasikan dengan Bidan ataupun dokter Kata Kunci : Pengetahuan, Diabetes Mellitus Gestasional PENDAHULUAN LatarBelakang Kehamilan adalah suatu peristiwa alamiah. Pada masa ini tubuh akan banyak mengalami perubahan. Otot-otot perut beserta jaringannya meregang untuk memberitempat kepada rahim yang akan mengembang 20 (dua puluh) kali lebih besar dan ukuran semula (Musbilan, 2005:14). Kehamilan biasanya menjadi saat tentram dalam kehidupan seorang wanita, sayangnya terkadang terusik oleh berbagai penyakit atau kondisi medis yang tidak diharapkan. Untungnya dengan perkembangan teknologi medis, wanita hamil dapat dimonitor dengan seksama untuk mengetahui berbagai tanda dan gejala kehamilan (Fitria, 2007). Salah satu penyakit yang dapat menyertai ibu saat masa kehamilan adalah diabetes mellitus pada kehamilan (Diabetes mellitus Gestasional). Penyakit diabetes merupakan penyakit atau kelainan yang mempengaruhi kemampuan tubuh mengubah makanan menjadi energy, pemicunya karena kekurangan hormon insulin yang berfungsi membantu tubuh mendapatkan energy dari makanan. (www.denggol.com). Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,93,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 43 jikk ISSN: 2356-5454 pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleran siglukosa. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat di ikuti dengan test toleran siglukosa oral. DM di tegakkan apabila kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM. (http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/ diabetes-mellitus-pada-kehamilan/) Perubahan-perubahan fisik dan juga sejarah keluarga, berat badan diatas 115% dari berat badan ideal, dan pola makan yang buruk dapat membuat wanita rentan terhadap Diabetes Melitus Gestasional. Sekitar 3-5% wanita hamil yang mengalami DMG, presentasi tersebut lebih tinggi pada wanita dengan status sosioekonomi rendah, dan keturunan hispanik. Hasil DMG yang tidak terkontrol selama kehamilan dapat menyebabkan berat lahir bayi diatas sembilan pon), meningkatkan resiko kematian neonatal, reaksi gula darah rendah imbangan dalam neonate dan operasi caesar. (Fitria, 2007) Semua ibu hamil pada suatu waktu dalam masa kehamilannya akan menjalani pemeriksaan untuk men-screening diabetes gestasional. Ibu hamil yang berusia diatas 35 tahun, berat badan berlebih, atau yang memiliki riwayat diabetes dalam keluarga dapat menjalani pemeriksaan ini lebih awal dan lebih sering. (www.sehatgroup.web.id) Berdasarkan data Departemen Kesehatan jumlah pasien dengan diabetes mellitus rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin dan 4 % wanita hamil menderita diabetes mellitus gestasional. (Nurrahmani, 2011) Menurut penelitian sekitar 40-60 persen ibu yang mengalami diabetes mellitus pada kehamilan dapat berlanjut mengidap diabetes mellitus setelah persalinan. Disarankan agar setelah persalinan pemeriksaan gula darah di Hal | 44 Nomor 03 Tahun 2012 ulang secara berkala misalnya setiap enam bulan sekali. Faktor risiko diabetes mellitus pada kehamilan adalah riwayat keguguran berulang, pernah melahirkan bayi yang beratnya sama dengan atau melebihi 4000 g, pernah mengalami preeklamsia (keracunan kehamilan), atau pernah melahirkan bayi mati tanpa sebab yang jelas atau bayi dengan cacat bawaan. Selain itu yang juga merupakan faktor risiko adalah usia ibu hamil yang melebihi 30 tahun, riwayat diabetes mellitus dalam keluarga, serta pernah mengalami diabetes mellitus pada kehamilan sebelumnya. (http://keluargacemara.com/kesehatan/keha milan/diabetes-mellitus-pada-kehamilan). Angka kelahiran mati terutama pada kasus dengan diabetes tak terkendali dapat terjadi 10 kali dalam normal. Di perkirakan kejadian diabetes dalam kehamilan ialah 0,7%, tetapi sering kali sukar ditemukan karena rendahnya kemampuan deteksikasus. (Nurrahmani, 2011). Wanita dengan diabetes gestasional berisiko lebih tinggi untuk menderita diabetes mellitus tipe 2 (atau diabetes latenautoimun/tipe 1, tetapi tipe 1 sangat jarang dialami) setelah masa kehamilan, sementara anak-anak yang dilahirkan, akan sangat rentan terhadap obesitas pada perkembanganya, dengan kemungkinan akan terkena diabetes tipe 2 di kemudian hari (http://griyasehatdanbugar.blogspot.com/20 12/01) Diabetes gestasional juga dapat memengaruhi bayi. Bisa jadi bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami diabetes gestasional akan mengalami hipogiikemia neonatal (kandungan glukosa darah yang menurun secara abnormal), hipokalemia neonatal (kadar kalium yang rendah dalam darah), hiperbilirubinemia neonatal (kadar bilirubin yang tinggi dalam darah), dan polisitemia (peningkatan jumlah sel darah merah). (http://masalahkesehatanwanita.blogpot.com /2010/02). Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 Pada ibu hamil, diabetes gestasionl seringkali terlambat dideteksi. Kebanyak baru terjadi pada minggu ke-26 kehamilan. Padahal bila dideteksi secara dini, resiko pada ibu dan janin dapat berkurang dan bisa mencegah terjadinya komplikasi. (www.denggol.com) Klinik Bersalin Kumala Bunda Merupakan salah satu Klinik Bersalin yang berada di Kecamatan Regol Kelurahan Balonggede. Menurut hasil data dilapangan dari 10 orang pasien yang memeriksakan kehamilannya di Klinik Bersalin Kumala Bunda 2 diantaranya teridentifikasi mengalami Diabetes Mellitus Gestasional ratarata usia kehamilan memasuki 36 minggu. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermasud meneliti lebih jauh tentang Pengetahuan Ibu hamil Tentang Diabetes Melitus Dalam Kehamilan (Diabetes Mellitus Gestasional) Di Klinik Bersalin Kumala Bunda Kota Bandung PEMBAHASAN PengetahuanIbuHamiltentangPengertian Diabetes Mellitus DalamKehamilan (Diabetes Mellitus Gestasional) Secara Keseluruhan rata-rata pengetahuan responden tentang pengertian osteoporosis berada pada kategori baik (78,85%). Hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang sebagian besar pendidikannya SMU telah mengetahui pengertian tentang Diabetes Mellitus dalam kehamilan. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh ibu hamil dari berbagai sumber informasi baik media cetak dan elektronik. Menurut Notoatmodjo salah satu factor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah sumber informasi .Seorang yang mempunyai sumber lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Notoatmodjo, 2010). Adaun pengertian dari Diabetes Mellitus Dalam Kehamilan (Diabetes Mellitus Gestasional adalah sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau ISSN: 2356-5454 tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin. (http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/ diabetes-mellitus-pada-kehamilan/) Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus Dalam Kehamilan (Diabetes Mellitus Gestasional) Secara Keseluruhan rata-rata pengetahuan responden tentang tanda dan gejala osteoporosis berada pada kategori baik (81,15%). Hal ini menunjukkan bahwa Ibu Hamil sudah mengetahui tanda-tanda atau gejala yang muncul pada Diabetes Mellitus Dalam Kehamilan. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah pendidikan dan informasi. Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan, sehingga terjadi perubahan perilaku yang positif dan meningkat. Sedangkan informasi, seorang yang mempunyai sumber lebih banyakakan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. (Notoatmodjo, 2010). Seperti halnya yang terjadi pada penderita diabetes umumnya, gejala khas yang dialami adalah makin sering makan, kencing dan selalu merasa kehausan. Begitu pula yang sebenarnya yang menjadi tanda dan gejala pada penderita diabetes gestasional.Namun, yang perlu dicermati, gejala sering makan ini menjadi ambigu dengan kewajaran seorang ibu hamil yang memang menjadi lebih rakus karena harus memenuhi kebutuhan dua tubuh. Oleh karena itu, pemeriksaan gula darah dan penelusuran riwayat kesehatan oleh tenaga kesehatan menjadi keharusan. (Nurrahmi, 2011) Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pengaruh Diabetes Mellitus Gestasional terhadap Kehamilan dan Janin Secara Keseluruhan rata-rata pengetahuan responden tentang pengaruh diabetes mellitus gestasional terhadap kehamilan dan janin berada pada kategori Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 45 jikk ISSN: 2356-5454 Kurang (58,52%). Hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil sebagian besar tidak mengetahui pengaruh yang timbul terhadap kehamilan dan janin. Adapun pengaruh diabetes mellitus gestasional terhadap kehamilan dan janin adalah 1) Kecenderungan terjadinya preeklamsi-eklamsi meningkat sekitar empat kali lipat, dan insiden ditemukan sekalipun tanpa terlihat penyakit vaskuler atau renal sekalipun, 2) Beberapa infeksi sering terjadi dan mungkin keadaannya lebih parah pada wanita yang menderita diabetes, 3) Janin dapat berukuran lebih besar dan ukurannya ini bias mempersulit persalinan dengan adanya cedera pada jalan lahir, 4) Karena ancaman bahaya perinatal yang meningkat cukup besar, di samping kemungkinan terdapatnya distosia, angka persalinan dengan resiko seksiosesarea mengalami peningkatan dan resiko maternal yang ditimbulkan oleh pembedahan juga meningkat, 5) Hidramnion sering terjadi, dan kadang-kadang cairan amnion dengan jumlah yang banyak dan ditambah lagi dengan makrosomia janin, dapat menyebabkan gejala kardiorespiratorius pada ibu. Sedangkan pengaruh terhadap janin adalah 1) Sering terjadi abortus, 2) Kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu, 3) Dapat terjadi cacat bawaan, 4) Dismaturitas, 5) Janin besar, 6) Kematian neonatal tinggi, 7) Kemudian hari dapat terjadi kelainan neorologik dan psikologik. (Mochtar, 1998) PengetahuanIbuHamiltentangPenanganan Diabetes Mellitus dalamKehamilan(Diabetes Mellitus Gestasional) Secara Keseluruhan rata-rata pengetahuan responden tentang penanganan diabetes mellitus dalam kehamilan berada pada kategori baik (77,31%). Hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil sudah mengetahui apa yang harus dilakukan bila ibu teridentifikasi menderita diabetes mellitus dalam kehamilan (diabetes mellitus gestasional). Ibu hamil dapat memperoleh pengetahuan tersebut dari informasi yang dia terima baik dari konsultasi kedokter atau tenaga kesehatan lainnya, pengalaman orang lain dan sebagainya. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah pendidikan dan informasi. Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan, sehingga terjadi perubahan perilaku yang positif dan meningkat. Sedangkan informasi, seorang Hal | 46 Nomor 03 Tahun 2012 yang mempunyai sumber lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. (Notoatmodjo, 2010). Penanganan yang dapat dilakukan terhadap penderita Diabetes Mellitus Gestasional adalah dengan 1) Diet, 2) Olah Raga, 3) Pengobatan Insulin dan 4) Terapi Obstetrik. Pengetahuan Ibu Hamil tentang Diabetes Mellitus dalam Kehamilan (Diabetes Mellitus Gestasional) di Klinik Secara Keseluruhan rata-rata pengetahuan responden tentang diabetes mellitus dalam kehamilan (diabetes mellitus gestasional_ berada pada kategori cukup (72,02%). Hal ini menunjukkan tingkat pengetahuan Ibu hamil tentang diabetes mellitus dalam kehamilan (diabetes mellitus gestasional) berbeda-beda, dan ini sesuai dengan pendapat Bloom (1908) yang menyatakan bahwa “tingkat pengetahuan itu terdiri atas 6 tingkatan yaitu : tahu, memahami, aplikasi, analisa, sintesis dan evaluasi”. Dengan kata lain bahwa tingkat pengetahuan yang responden yang berbeda karena pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa factor seperti pengalaman, keyakinan, fasilitas, social budaya, pendidikan dan umur (Notoatmodjo, 2007) PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pengetahuan Ibu hamil tentang Diabetes mellitus Dalam Kehamilan (Diabetes Mellitus Gestasional) di Klinik bersalin Kumala Bunda Kota Bandung Tahun 2012, peneliti dapat menyimpulkan bahwa : 1. Secara keseluruhan rata-rata pengetahuan Ibu hamil tentang pengertian diabetes mellitus dalam kehamilan berada pada kategori baik (78,85%). 2. Secara keseluruhan rata-rata pengetahuan ibu hamil tentang tanda dan gejala diabetes mellitus dalam kehamilan berada pada kategori baik (81,15%). Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 3. Secara keseluruhan rata-rata pengetahuan ibu hamil tentang pengaruh diabetes mellitus pada kehamilan dan janin berada pada kategori kurang (58,52%). 4. Secara keseluruhan rata-rata pengetahuan ibu hamil tentang penanganan diabetes mellitus dalam kehamilan berada pada kategori baik (77,31%). Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Pengetahuan Ibu Hamil tentang Diabetes Mellitus Dalam Kehamilan (Diabetes Mellitus Gestasional) di Klinik bersalin Kumala Bunda Kota Bandung Tahun 2012 berada pada kategori Cukup (72,02%) Saran 1. 2. 3. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini dapat dijadikan bahan refernsi bagi peneliti selanjutnya dan diharapkan agar koleksi kepustakaan tentang kader danPosyandu lebih dilengkapi. Bagi Ibu Hamil Ibu hamil harus selalu memeriksakan kehamilannya secara teratur sehingga jika terdeteksi penyakit yang menyertai kehamilan seperti diabetes mellitus ibu dapat segera konsultasikan dengan Bidan ataupun dokter. Bagi Tenaga Kesehatan Dapat memberikan informasi / konseling tentang penyakit Diabetes Mellitus dalam Kehamilan sehingga ibu hamil dapat mengetahui ISSN: 2356-5454 pengaruh yang akan terjadi bila penyakit ini tidak segera ditangani. REFERENSI Alimul, Aziz.. Metodologi Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika, 2007 Arikunto. S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Fitria , Ana. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Yogyakarta : Gala Ilmu Semesta, 2007 Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC, 1998 Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri I. Jakarta : EGC, 1998 Nurrahmani, Ulfa. Stop Diabetes. Yogyakarta : Familia, 2012 Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta, 2003 __________________. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2010 Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka : Jakarta, 2005. www.denggol.com. Diakses pada tanggal 2 April 2012 http://creasoft.wordpress.com/2008/04/26/diabetesmellitus-pada-kehamilan/. Diakses pada tanggal 2 April 2012 www.sehatgroup.web.id. Diakses pada tanggal 8April 2012 http://keluargacemara.com/kesehatan/kehamilan/di abetes-mellitus-pada kehamilan. Diakses pada tanggal 8 April 2012 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 47 jikk ISSN: 2356-5454 Nomor 03 Tahun 2012 PENGETAHUAN IBU HAMIL MENGENAI HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUANG POLI KEBIDANAN RSKIA KOTA BANDUNG TAHUN 2012 Oleh Esti Hitatami ABSTRAK Kehamilan menjadi sesuatu yang ditunggu pasangan suami istri, sekaligus menjadi masa yang menegangkan dalam hidup . Banyak sekali problema selama kehamilan yang dapat menimbulkan masalah besar, seperti kematian dan kecacatan ibu dan janin, salah satu problematika tersebut adalah hiperemesis gravidarum, yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar progesterone, estrogen, dan human chorionic gonadotropin (hCG) . Hiperemesis gravidarum ini dialami oleh sekitar 70 – 80 % wanita hamil dan merupakan fenomena yang sering terjadi pada kehamilan 5 – 12 minggu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis gravidarum di ruang poli kebidanan di RSKIA Kota Bandung tahun 2012 yang meliputi pengertian, penyebab, gejala, dan pencegahan hiperemesis gravidarum. Dalam penelitiaan ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang sedang memeriksakan diri di RSKIA Kota Bandung, pada bulan Mei tahun 2012, yaitu sebanyak 441 orang. Tekhnik pengambilan sampel dengan menggunakan accidental sampling. Jadi sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 82 orang. Data yang digunakan diambil sengan cara responden menhisi kuisioner yang dibuat peneliti sesuai dengan tujuan dari penelitian. Berdasarkan penelitian tentang pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis gravidarum di ruang poli kebidanan rskia kota bandung tahun 2012 hasil penelitian yaitu pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis gravidarum tentang pengertian hiperemesis gravidarum berada pada kategori baik (91 %). Penyebab hiperemesis gravidarum berada pada kategori cukup (66,46 %). Tanda dan gejala hiperemesis gravidarum berada pada kategori cukup (69,21 %). Dan pencegahan hiperemesis gravidarum berada pada kategori baik (71,13 %). Dari hasil keseluruhan pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis gravidarum berada pada kategori cukup (75,84%). Diharapkan dengan adanya penelitian ini menjadi bahan masukan bagi ibu hamil untuk lebih mengetahui mengenai hiperemesis gravidarum Kata kunci : Pengetahuan Hiperemesis Gravidarum PENDAHULUAN Latar Belakang Kehamilan menjadi sesuatu yang ditunggu pasangan suami istri, sekaligus menjadi masa yang menegangkan dalam hidup. Keadaan kehamilan yang tak selalu mulus sering kali membuat repot sang ibu. Apalagi, jika kehamilan tersebut adalah kehamilan pertamanya. (Nadjibah. 2011). Walaupun pada dasarnya kehamilan itu bersifat fisiologi artinya semua wanita yang sehat dan telah menikah akan mengalami proses kehamilan . (Yeyeh. Ai, 2010) . Kehamilan (Graviditas) adalah suatu proses dimana dimulai dengan konsepsi (pembuahan) dan berakhir dengan permulaan persalinan. ( Obstetri Patologi, 1983) . Dalam Hal | 48 kehamilan, tentu saja ada berbagai problema atau masalah yang membuat kehamilan tidak berjalan sebagaimana mestinya meskipun problema tersebut tidak selalu menimbulkan kematian atau kecacatan janin dan ibu, asal diketahui dan dikelola dengan baik sejak dini. Banyak sekali problema selama kehamilan yang dapat menimbulkan masalah besar, seperti kematian dan kecacatan ibu dan janin, salah satu problematika tersebut adalah hiperemesis gravidarum. (Nadjibah. 2011). Mual dan muntah pada kehamilan umumnya disebut morning sickness, dialami oleh sekitar 70 – 80 % wanita hamil dan merupakan fenomena yang sering terjadi pada kehamilan 5 – 12 minggu. Mual dan muntah pada kehamilan biasanya bersifat Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 ringan dan merupakan kondisi yang dapat dikontrol sesuai PEMBAHASAN Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai Hiperemesis Gravidarum Tentang Pengertian Hiperemesis Gravidarum Hasil penelitian menunjukan pengetahuan responden tentang pengertian hyperemesis gravidarum secara keseluruhan dalam kategori baik (91 %). Pengetahuan ibu hamil yang baik mengenai pengertian hiperemesis gravidarum ini disebabkan oleh factor pengalaman, baik itu pengalaman sendiri ataupun orang lain, pengalaman yang sudah diperolah dapat memperluas pengetahuan seseorang. Pengalaman ataupun pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan factor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang kita pelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi. (Notoatmodjo, 2005). Selain factor pengalaman, faktor usia,pun mempengaruhi bahwa semakin dewasa seseorang biasanya dia makin menambah nilai yang mendukung kemantapannya terhadap sesuatu pekerjaan atau kehidupannya jadi semakin bertambah umur semakin bertambah pengetahuannya. (Notoatmodjo, 2005). Secara garis besar hal ini dikarenakan responden mengetahui pengertian dari hiperemesis gravidarum itu sendiri yaitu muntah berlebihan pada wanita hamil yang menyebabkan terjadinya penurunan berat badan (lebih dari 5 % berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan tidak normalnya kadar elektrolit. Hiperemesis gravidarum dapat mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik umumnya pada usia kehamilan 20 minggu. (Runiari : 2, 2010). 5.2.2 Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai Hiperemesis Gravidarum Tentang Penyebab Hiperemesis Gravidarum Hasil penelitian menunjukan pengetahuan responden tentang penyebab ISSN: 2356-5454 hyperemesis gravidarum secara keseluruhan dalam kategori cukup (66,46 %). Pengetahuan ibu hamil yang cukup mengenai penyebab hiperemesis gravidarum ini disebabkan oleh faktor fasilitas dimana sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya televisi, radio, koran, majalah, dan buku. (Notoatmodjo, 2007) ini sudah cukup memberikan informasi mengenai penyebab hiperemesis gravidarum ini. Disamping itu responden sudah mengetahui mengetahui bahwa hiperemesis gravidarum ini disebabkan oleh adanya peningkatan hormon disamping itu, sudah banyak media – media yang membahas mengenai penyebab hiperemesis gravidarum, media itu baik berupa leaflet, artikel maupun yang lainnya. Adapun penyebab hiperemesis gravidarum itu sendiri belum pasti, namun ada beberapa teori yang mengemukakan mengenai penyebab hiperemesis gravidarum.Teori tersebut antara lain Teori Endokrin, Teori Metabolik, Teori Alergi, Teori Infeksi, dan Teori Psikosomatik.(Yahya, Nadjibah : 8, 2011). Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai Hiperemesis Gravidarum Tentang Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum Hasil penelitian menunjukan pengetahuan responden tentang penyebab hyperemesis gravidarum secara keseluruhan dalam kategori cukup (69,21 %). Pengetahuan ibu hamil yang cukup mengenai tanda dan gejala hiperemesis gravidarum ini disebabkan oleh factor pengalaman, baik itu pengalaman sendiri ataupun orang lain, pengalaman yang sudah diperolah dapat memperluas pengetahuan seseorang. Pengalaman ataupun pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan factor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang kita pelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi. Selain factor pengalaman, faktor fasilitas pun mempengaruhi pengetahuan dimana sumber Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 49 jikk ISSN: 2356-5454 informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya televisi, radio, koran, majalah, dan buku. (Notoatmodjo, 2007) ini sudah cukup memberikan informasi mengenai tanda dan gejalahiperemesis gravidarum ini. Disamping itu responden pun mengetahui tanda dan gejala hiperemesis gravidarum itu sendiri memiliki yaitu mual muntah lebih dari 10 kali mun tah atau kurang dari 10 kali muntah per hari. Namun, jika keadaan umum ibu menjadi buruk, tetap dianggap sebagai hiperemesisi gravidarum tanpa terpengaruh berapa jumlah mual dan muntah.(Yahya, Nadjibah : 9, 2011). Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai Hiperemesis Gravidarum Tentang Pencegahan Hiperemesis Gravidarum Hasil penelitian menunjukan pengetahuan responden tentang pencegahan hyperemesis gravidarum secara keseluruhan dalam kategori baik (77,13%). Pengetahuan ibu hamil yang baik mengenai pencegahan hiperemesis gravidarum ini disebabkan oleh factor pengalaman, baik itu pengalaman sendiri ataupun orang lain, pengalaman yang sudah diperolah dapat memperluas pengetahuan seseorang. Pengalaman ataupun pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan factor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang kita pelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi. Selain itu faktor usia pun mempengaruhi, bahwa semakin dewasa seseorang biasanya dia makin menambah nilai yang mendukung kemantapannya terhadap sesuatu pekerjaan atau kehidupannya jadi semakin bertambah umur semakin bertambah pengetahuannya. (Notoatmodjo, 2005). Kedua faktor ini lah yang mempengaruhi mengapa pengetahuan ibi hamil berada pada kategori baik . Responden pun mengetahui pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan Hal | 50 Nomor 03 Tahun 2012 sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan mudan dan akan hilang setelah kehamilan bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat.(Yeyeh, Ai : 122, 2010) . Deskriptif Kategori Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai Hiperemesis Gravidarum Dari hasil penelitian secara keseluruhan Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai Hiperemesis Gravidarum Di Ruang Poli Kebidanan RSKIA Kota Bandung Tahun 2012 dalam kategori cukup (75, 84). Hal ini dikarenakan oleh faktor usiadimana semakin dewasa seseorang biasanya dia makin menambah nilai yang mendukung kemantapannya terhadap sesuatu pekerjaan atau kehidupannya jadi semakin bertambah umur semakin bertambah pengetahuannya. (Notoatmodjo, 2005). PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis gravidarum di ruang poli kebidanan RSKIA Kota Bandung Tahun 2012, maka disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis gravidarum tentang pengertian hiperemesis gravidarum berada pada kategori baik yaitu (91 %) 2. Pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis gravidarum tentang penyebab hiperemesis gravidarum berada pada kategori cukup yaitu (66,46%) 3. Pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis gravidarum tentang tanda dan gejala hiperemesis gravidarum Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung jikk Nomor 03 Tahun 2012 berada pada kategori cukup yaitu (69,21%) 4. Pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis gravidarum tetang pencegahan hiperemesis gravidarum berada pada kategori baik yaitu (77,13 %) Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai Hiperemesis Gravidarum Di Ruang Poli Kebidanan RSKIA Kota Bandung Tahun 2012 berada pada kategori cukup (75,84 %) Saran 1. 2. 3. Bagi Peneliti Diharapkan penelitian ini berguna untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman mengenai hiperemesis gravidarum dan juga pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian dan strategi ilmu khususnya mata kuliah metodologi penelitian. Bagi Tempat Penelitian Diharapkan sebagai bahan masukan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung untuk terus meningkatkan mutu pelayanan kesehatan serta meningkatkan derajat kesehatan . Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan bagi institusi pendidikan dapat mengembangkan materi perkuliahan tentang kebidanan yang diberikan agar mendapat meningkatan kualitas dari tahun ke tahun baik pada program studi kebidanan maupun pendidikan kesehatan lainnya yang berhubungan dengan masalah kebidanan dan sebagai dokumen institusi dan dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan yang berguna bagi mahasiswa ISSN: 2356-5454 4. Akademi KebidananAr-Rahmah Bandung. Bagi Responden Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi bagi responden mengenai hiperemesis gravidarum. REFERENSI Arikunro, Suharsimi. Edisi Revisi 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta : Jakarta Fakultas kedokteran UNPAD, 1983, Obstetri Fisiologi, Elemean: Bandung Fakultas kedokteran UNPAD, 1984, Obstetri Patologi, Elstar Offset : Bandung Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta : Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka : Jakarta Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hiperemesis Gravidarum Penerapan Konsep Dan Teori Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta Yahya, Nadjibah. 2011. Problematika Selama Kehamilan. Metagraf, Creative Imprint of Tiga Serangkai : Solo Yeyeh, Ai dkk. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Trans Info Media : Jakarta (http://kti-akbid.blogspot.com/2011/04/ktigambaran-kasus hiperemesis.html) (http://nersyoedhistira.blogspot.com/2012/01/lphiperemesis gravidarum.html) (http://www.bandung.go.id/?fa=dilemtek.de tail&id=36) Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 51 jikk ISSN: 2356-5454 Standar Prosedur Operasional Publikasi Karya Tulis dan Artikel Ilmiah Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas JIKK Akademi Kebidanan Ar Rahman Ketentuan Umum 1. Topik dan tema karya tulis atau artikel (selanjutnya disebut naskah) memiliki keterkaitan dengan dunia kesehatan, khususnya bidang kebidanan; 2. Karya tulis ataupun artikel merupakan hasil penelitian lapangan (work-field study), penelitian pustaka (literature study) atau asah gagasan (proposition); 3. Karya tulis ataupun artikel ditulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia maupun English yang baik dan benar serta mengikuti aturan tata bahasa yang baku; 4. Setiap naskah yang masuk akan ditinjau ulang oleh Mitra Bestari yang memiliki kepakaran di bidangnya, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar institusi AKBID Ar Rahmah; 5. Penyerahan naskah dikirim selambatlambatnya dua bulan sebelum penerbitan reguler (bulan Februari dan Oktober) kepada redaksi JIKK; 6. Kepastian pemuatan atau tidaknya sebuah naskah akan diberitahukan secara tertulis, baik melalui surat ataupun email; 7. Naskah yang tidak dimuat dapat dikembalikan dengan sepengetahuan penulis naskah. Ketentuan Khusus 1. Naskah ditulis dengan menggunakan aplikasi Microsoft Office Word (baik itu XP, 2003 atau 2007); 2. Naskah ditulis menggunakan font Times New Roman atau Arial dengan ukuran font 12 (tanpa page number ataupun keterangan header/footer); 3. Panjang naskah maksimal 10 halaman dengan ukuran kertas A4 serta ukuran margin (kiri: 4, kanan: 3, atas: 3 dan bawah: 3). Sistematika Penulisan Judul (informatif, lugas, singkat dan jelas), Nama penulis (tanpa gelar), Abstrak/ Rangkuman eksekutif (ditulis dalam bentuk narasi dan terdiri atas 100-150 kata), Hal | 52 Nomor 03 Tahun 2012 Kata kunci (istilah teknis/ operasional yang digunakan dalam artikel), Pendahuluan (deskripsi sekilas mengenai topik yang dibahas, status topik saat ini, perubahan yang terjadi berkaitan dengan topik, dan kontribusi naskah dalam topik yang dibahas; akhir pendahuluan memuat tujuan, metode, manfaat pembahasan topik, dan harapan yang dapat diambil dari topik yang dibahas), Isi/ Pembahasan (uraian, pemaparan ataupun penjabaran yang berkaitan dengan hasil temuan penelitian atau asah gagasan untuk naskah non-penelitian; isi/ pembahasan dapat terdiri atas beberapa subbahasan, tergantung pada topik/masalah yang dibahas serta penjelasan yang mendalam dari topik/ tema yang dibahas), Simpulan dan Saran, Daftar pustaka atau Pustaka Rujukan, dan Riwayat penulis (ditulis secara singkat). Sistematika Penulisan Resensi Buku Buku yang diresensi harus aktual (up to date); buku berbahasa Indonesia terbitan satu tahun terakhir sedangkan buku berbahasa asing terbitan tiga tahun terakhir, Isi (content) buku yang diresensi berkontribusi signifikan bagi perkembangan dan peningkatan kualitas pendidikan, Susunan resensi terdiri atas deskripsi formal buku, ringkasan (summary), evaluasi/ kritik/ komentar, dan simpulan. Penyerahan Naskah (karya tulis ataupun artikel ilmiah) Penyerahan naskah dapat dilakukan melalui, Email; naskah tidak ditulis dalam kotak pesan (message box) melainkan disisipkan (attachment) dan dikirimkan ke [email protected] atau [email protected] , Surat/ pos; naskah dimasukkan ke dalam amplop ukuran A4 dan pojok kanan atas ditulis JIKK AKBID Ar Rahmah, kemudian dikirimkan ke alamat Jalan Pasteur No. 21 A, Bandung– Jawa Barat. Alamat Redaksi dan Tata Usaha JIKK Press – AKBID Ar Rahmah Jalan Pasteur no. 21, Bandung – Jawa Barat Telepon/ Faximile (022) 4214127 Email [email protected] Website www.arrahmah.ac.id Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung