1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang cukup sering dijumpai dan merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi diseluruh dunia. Prevalensi ini menunjukkan dimana 0,19% berusia < 20 tahun, 8,6% berusia > 20 tahun, dan 20,1% berusia > 65 tahun menderita diabetes melitus. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes melitus juga dapat mengakibatkan banyaknya manifestasi oral yang terkait dengan tingkat kontrol glikemik.1 Diabetes melitus tipe 2 dijumpai sebanyak 90-95% pada penderita diabetes melitus yang sebagian besar disebabkan oleh faktor lingkungan dan perilaku. Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan insiden dan prevalensi diabetes melitus tipe 2 diberbagai penjuru dunia. Saat ini penyakit diabetes melitus tipe 2 telah menjadi salah satu penyakit kronik yang paling sering diderita masyarakat Indonesia dan prevalensi diabetes melitus tipe 2 cenderung meningkat, disamping penyakit generatif lainnya.2,3 Menurut World Health Organization (WHO) Indonesia akan menempati peringkat nomor 5 terbesar di dunia setelah India, Cina, Amerika dan Pakistan dengan jumlah pengidap diabetes melitus sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2025, akan naik 2 tingkat dibanding tahun 1995.4 Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 memperlihatkan total diabetes melitus pada penduduk perkotaan di Indonesia sebanyak 5,7% dimana hanya 1,5% responden yang telah mengetahui dirinya menderita diabetes melitus sedangkan 4,2% responden lainnya belum mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes melitus dimana baru terdiagnosis dalam Riskesdas ini.5 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi Universitas Sumatera Utara 2 diabetes melitus dimana kecenderungan prevalensi diabetes melitus berdasarkan wawancara tahun 2013 adalah 2,1% lebih tinggi dibanding tahun 2007 yaitu 1,5%.6 Hal ini menunjukkan masih sedikit masyarakat yang menyadari menderita diabetes melitus dan masih banyak masyarakat yang belum terdiagnosis. Biasanya masyarakat yang tidak menyadari dirinya menderita diabetes melitus akan terdiagnosis ketika terdapat komplikasi penyakit dan pada saat kadar gula darahnya tinggi dan menyebabkan diabetes melitusnya tidak terkontrol atau dalam kelompok kategori risiko tinggi. Penderita diabetes melitus dengan risiko tinggi memiliki komplikasi dan kontrol metabolik yang buruk, seringkali mengalami hipoglikemi atau ketoasidosis dan membutuhkan injeksi insulin. Glukosa darah puasa terkadang melampaui 250 mg/dl, HbA1c > 9% dan kontrol glukosa yang buruk dalam waktu jangka panjang mempunyai risiko tinggi terhadap perawatan gigi dan mulut. Oleh karena itu, dengan memeriksa kondisi kesehatan rongga mulut dapat menjadi salah satu cara yang berharga dalam menunjang penegakan diagnosis untuk mengetahui seseorang menderita penyakit diabetes melitus atau tidak.7 Hubungan antara diabetes melitus tipe 2 dengan kelainan pada gigi dan mulut telah ditemukan oleh Seiffert sejak tahun 1862. Manifestasi terhadap gigi dan mulut pada penderita diabetes melitus tipe 2 mempunyai bentuk yang bermacam-macam tergantung pada kebersihan mulut, lamanya menderita diabetes melitus dan beratnya diabetes melitus tersebut.8 Manifestasi didalam rongga mulut lebih sering terjadi pada penderita diabetes melitus dengan kontrol gula darah yang buruk. Keluhan dan tanda kelainan didalam mulut pada penderita diabetes melitus sangat bervariasi dari yang ringan sampai berat antara lain xerostomia, burning mouth syndrome, halitosis, meningkatnya insidensi dan keparahan penyakit periodontal, oral lichen planus, perubahan flora normal rongga mulut yang didominasi oleh candida albicans dan luka bekas pencabutan gigi yang tidak sembuh.9 Suatu penelitian yang dilakukan oleh Bajaj S dkk (2012) menyatakan dari 50 pasien diabetes melitus tipe 2, 34% mengalami penyakit periodontal, diikuti Universitas Sumatera Utara 3 kandidiasis 24%, karies gigi 24%, halitosis 16%, xerostomia 14%, dan burning mouth syndrome 10%.11 Hamadneh dan Dweiri (2012) menyatakan bahwa dari 62 penderita diabetes melitus tipe 2 yang tidak terkontrol menemukan manifestasi oral berupa burning mouth syndrome pada 30 orang (48%), kandidiasis pada 20 orang (32%), dan xerostomia pada 54 orang (87%).14 Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed I dkk (2012) mengenai prevalensi oral lichen planus pada pasien diabetes mellitus tipe 2 juga menemukan bahwa dari 86 pasien diabetes mellitus tipe 2, sebanyak 8 pasien (6,9%) ditemukan adanya oral lichen planus.12 Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang mempengaruhi kesehatan pasien secara umum di mana terjadi komplikasi dan manifestasi oral yang tidak bisa disembuhkan secara total yang menyebabkan dampak dan pengaruh negatif yang berakibat pada Health Related Quality of Life (HRQOL). Suatu studi yang dilakukan Sari dkk (2011), melaporkan bahwa terdapat perbedaan quality of life antara penderita diabetes melitus tipe 2 yang tidak mempunyai komplikasi dengan mempunyai komplikasi. Hal ini dikarenakan pada penderita yang mempunyai komplikasi, fungsi fisik dan energinya lemah, kesehatan mentalnya merasa tertekan, kurang puas terhadap pengobatannya, serta merasa keluhan yang lebih banyak. Selain itu pasien juga lebih merasa cemas atau depresi dan nyeri akibat dari komplikasi karena diabetes melitus tipe 2 yang dideritanya.13 Penelitian di Indonesia sampai saat ini hanya berupa laporan kasus dimana dibahas tentang manifestasi oral penyakit diabates melitus tipe 2 dengan risiko tinggi di RSUP H. Adam Malik Medan sehingga perlu dilakukan penelitian yang mencakup prevalensi terjadinya manifestasi oral apa saja yang dapat terjadi pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan risiko tinggi di RS Haji Medan. RS Haji Medan merupakan salah satu rumah sakit pendidikan dan juga merupakan salah satu rumah sakit rujukan yang mempunyai penderita diabetes melitus tipe 2 yang banyak. 1.2 Permasalahan 1. Apa saja manifestasi oral yang ditemukan pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan risiko tinggi di RS Haji Medan? Universitas Sumatera Utara 4 2. Berapakah prevalensi manifestasi oral pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan risiko tinggi di RS Haji Medan? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui manifestasi oral apa saja waktu ditemukan pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan risiko tinggi di RS Haji Medan. 2. Untuk mengetahui prevalensi manifestasi oral pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan risiko tinggi di RS Haji Medan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan kepada instasi kesehatan maupun menjadi bahan ajar yang berguna bagi Dapertemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara mengenai manifestasi oral yang terjadi pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan risiko tinggi di RS Haji Medan. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Informasi yang diperoleh akan menambah pengetahuan kepada tenaga kesehatan, terutama Dokter dan Dokter Gigi bahwa penyakit diabetes melitus tipe 2 dengan risiko tinggi mempunyai manifestasi oral yang perlu mendapat perhatian terutama merencanakan perawatan penyakit mulut dengan baik secara bersama-sama. 2. Tenaga kesehatan dapat melakukan edukasi pada masyarakat bahwa penyakit diabetes melitus tipe 2 dengan risiko tinggi dapat terjadi pada siapa saja serta kesehatan dan kebersihan mulut sangat berperan untuk mencegah terjadinya komplikasi diabetes melitus tipe 2 dengan risiko tinggi. Universitas Sumatera Utara