Jurnal Pena Edukasi Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 261 – 268 Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE ISSN 2407-0769 e-ISSN 2549-4694 PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD Suciono Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan, kab. Langkat Abstract: The purpose of this school action research is to determine the extent to which the supervisory coaching improves the ability of teachers in applying the model model student achievement division team (STAD) in science lessons. In the research, this action is done in three cycles, the result of the action is proven to improve the ability of the teacher by reaching the ideal standard. From 56.78% in first cycle, it can be increased to 67.07% in second cycle, and third cycle 79.71%. The results of this action research indicate that supervisory coaching can improve the ability of teachers in learning model student achievement division team (STAD) science lesson SD Binaan Region sub Hinai discrit Langkat with mastery reaches 100%. Keywords: student teams achievement division, academic supervision Abstrak: Tujuan dari penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pembinaan pengawas meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran model student team achievement divition (STAD) pada pelajaran IPA. Dalam penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dalam 3 siklus, dari hasil tindakan yang dilakukan terbukti dapat meningkatkan kemampuan guru dengan mencapai standar ideal.Dari 56,78 % pada siklus I, dapat meningkat menjadi 67,07% pada siklus II, dan siklus ke III 79,71 %. Hasil penelitian tindakan ini menunjukkan bahwa pembinaan pengawas dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran model student team achievement divition (STAD) pelajaran IPA SD Binaan Wilayah Kec. Hinai Kab. Langkat dengan ketuntasan mencapai 100%. Kata kunci: student teams achievement division, supervisi akademik Guru yang profesional adalah guru yang kompeten dibidangnya. Kemampuan guru harus terasah dengan baik agar materi yang disampaikan mudah dicerna dan dimengerti oleh siswanya. Kemampuan guru bukan hanya dalam tataran desain perencanaan pembelajaran, akan tetapi juga dalam proses dan evaluasi pembelajaran. Dalam aspek perencanaan misalnya, guru dituntut untuk mampu mendesain perencanaan yang memungkinkan secara terbuka siswa dapat belajar sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti kemampuan merumuskan tujuan pembelajaran, kemampuan menyusun dan menyajikan materi atau pengalaman 261 Jurnal Pena Edukasi Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 261 – 268 Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE belajar siswa, kemampuan untuk merancang desian pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, kemampuan menentukan dan memanfaatkan media dan sumber belajar, serta kemampuan menentukan alat evaluasi yang tepat untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran. Kemampuan dalam proses pembelajaran berhubungan erat dengan bagaimana cara guru mengimplementasikan perencanaan pembelajaran, yang mencakup kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar dan keterampilan mengembangkan berbagai model pembelajaran yang dianggap mutakhir. Keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki oleh guru seperti yang dikemukakan oleh Sanjaya (2011:143) adalah seperti keterampilan bertanya, keterampilan variasi stimulus, ketrampilan membuka dan menutup pelajaran, ketrampilan memberikan penguatan (reinforcement) dan lain sebagainya. Sedangkan keterampilan mengembangkan model pembelajaran seperti keterampilan proses, model pembelajaran, metode klinis, dan pendekatan pembelajaran. Salah satu pendekatan dalam proses pembelajaran adalah pendekatan pembelajaran model Student Team Achievement Divition (STAD) yang merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses ISSN 2407-0769 e-ISSN 2549-4694 pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Guru SD Binaan Wilayah Kec. Hinai Kab. Langkat, dalam melaksanakan pembelajaran tidak banyak mendapatkan hasil yang memuaskan, dari hasil UAN rata-rata nilai yang dicapai siswa masih jauh dari yang diharapkan, dari 17 orang siswa, hanya 8 orang (47,06%) yang mencapai standar KKM dengan nilai di atas 65, tentau hal ini sangat memperihatikan kita, jika hal ini dibiarkan secara terus menerus maka capaian mutu pendidikan di SD Binaan Wilayah Kec. Hinai Kab. Langkat akan tetap ketinggalan dengan sekolah lain, baik yang ada di Wilayah Kec. Hinai Kab. Langkat, maupun di luar Kec. Hinai. Dari hasil pemantauan di lapangan menunjukan bahwa mayoritas guru IPA saat ini masih menggunakan cara-cara konvensional dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran ini dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab. Kelebihan dan pendekatan ini adalah dapat mengajarkan materi yang relatif banyak dalam waktu yang singkat, tetapi pembelajaran ini memperlakukan siswa hanya sebagai objek sehingga siswa cenderung pasif dan hanya menerima pengetahuan dari gurunya saja. Pembelajaran konvensional hanya menyajikan materi IPA secara tekstual sehingga siswa kesulitan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA dibutuhkan pembe- 262 Jurnal Pena Edukasi Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 261 – 268 Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE lajaran yang merangsang siswa untuk melakukan pengamatan, penyelidikan serta mengolah informasi sehingga pada akhirnya siswa dapat memahami konsep secara bermakna. Pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa dan berpusat pada siswa merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran IPA. ISSN 2407-0769 e-ISSN 2549-4694 HASIL DAN PEMBAHASAN Paparan Data dan Temuan Penelitian Perencanaan Tindakan Penelitian ini menggunakan pembinaan kepada guru melalui supervisi akademik Pengawas dalam menerapkan model STAD. Tujuan yang diharapkan pada pertemuan pertama dalam pembinaan ini adalah guru dapat memahami maksud dan tujuan pengawas melaksanakan kegiatan pembinaan dalam rangka meningkatkan kemampuan guru menerapkan model STAD dalam pembelajaran IPA. Agar tercapai tujuan di atas, peneliti yang bertindak sebagai Pengawas melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a) Menyusun instrumen pembinaan melalui binaan Pengawas. b) Menyusun Instrumen Monitoring c) Sosialisasi kepada guru IPA d) Melaksanakan tindakan dalam pembinaan e) Melakukan refleksi f) Menyusun strategi pembinaan pada siklus ke dua berdasar refleksi siklus pertama g) Melaksanakan pembinaan pada siklus kedua h) Melakukan Observasi i) Melakukan refleksi pada siklus kedua j) Menyusun strategi pembinaan pada siklus ketiga berdasar refleksi siklus kedua k) Melaksanakan pembinaan pada siklus ketiga l) Melakukan Observasi m) Melakukan refleksi pada siklus ketiga n) Menyusun laporan METODE Subjek dalam penelitian ini adalah Guru SD Binaan Wilayah kec. Hinai kab. Langkat yang merupakan wilayah binaan peneliti sebagai pengawas tahun pelajaran 2015/2016. Dalam penelitian tindakan sekolah ini variabel yang akan diteliti adalah Peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan STAD pada pelajaran IPA melalui Supervisi Akademik Pengawas di SD Binaan Wilayah kec. Hinai kab. Langkat. Penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan dalam tiga siklus dianggap sudah berhasil apabila terjadi peningkatan kemampuan guru mencapai 85% guru (sekolah yang diteliti) telah mencapai ketuntasan dengan nilai rata rata 75. Jika peningkatan tersebut dapat dicapai pada tahap siklus I dan II, maka siklus selanjutnya tidak akan dilaksanakan karena tindakan kepengawasan yang dilakukan sudah dinilai efektif sesuai dengan harapan dalam manajemen berbasis sekolah (MBS). 263 Jurnal Pena Edukasi Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 261 – 268 Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE ISSN 2407-0769 e-ISSN 2549-4694 Adapun data hasil penelitian pada siklus I. Dari siklus I dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan supervisi akademik Pengawas dalam menerapkan model STAD diperoleh nilai ratarata kinerja guru adalah 56,78 % atau ada 3 orang guru dari 14 orang sudah meningkat mutunya dalam proses belajar mengajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara kelompok guru (sekolah) belum meningkat mutunya, karena guru yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 31,25% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85 %. Hal ini disebabkan karena guru masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan oleh Pengawas dalam pembinaan dengan menerapkan model STAD pada pelajaran IPA. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan 3 siklus yang terdiri dari tiga kali pertemuan. Waktu yang digunakan setiap kali pertemuan adalah 2 x 60 menit. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus s.d 01 September 2015 dan pertemuan kedua pada tanggal 08 s.d 15 September 2015, dan pertemuan ke tiga 22 s.d 29 September 2015. Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan sesuai dengan prosedur rencana pembinaan dan skenario pembelajaran. Siklus I Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan yang terdiri dari rencana pembinaan I, Instrumen I, Evaluasi I dan alat-alat pembinaan yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolaan pembelajaran. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (1) Pengawas kurang baik dalam memotivasi guru dan dalam menyampaikan tujuan pembinaan. (2) Pengawas kurang baik dalam pengelolaan waktu (3) Guru kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan kegiatan pembinaan pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. (1) Pengawas perlu lebih terampil dalam memotivasi guru dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembinaan. Di mana guru diajak untuk terlibat langsung dalam Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan pembinaan untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus s.d 01 September 2015 di SD Binaan Wilayah Kec. Hinai Kab. Langkat tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah guru 14 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai Pengawas. Adapun proses pembinaan mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses pembinaan, guru diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan guru dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. 264 Jurnal Pena Edukasi Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 261 – 268 Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE setiap kegiatan yang akan dilakukan. (2) Pengawas perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan. (3) Pengawas harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi guru sehingga guru bisa lebih antusias. ISSN 2407-0769 e-ISSN 2549-4694 guru adalah 67,07 % dan ketuntasan pembinaan mencapai 56,78 % atau ada 9 orang guru dari 14 orang guru sudah meningkat kemampuannya dalam proses belajar mengajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan mutu guru ini karena setelah Pengawas menginformasikan bahwa setiap akhir pembinaan akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya guru lebih termotivasi meningkatkan mutunya dalam proses pembelajaran. Selain itu guru juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan Pengawas dengan menerapkan pembinaan melalui model pembelajaran STAD. Siklus II Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan yang terdiri dari rencana pembinaan 2, soal tes formatif II dan alat-alat pembinaan yang mendukung. Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan pembinaan untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 08 s.d 15 September 2015 di SD Binaan Wilayah kec. Hinai kab. Langkat tahun pelajaran 2015-2016. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai Pengawas. Adapun proses pembinaan mengacu pada rencana pembinaan dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses pembinaan, guru diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan guru dalam proses pembinaan yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Dari siklus II diperoleh nilai rata-rata peningkatan kemampuan Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (1) Memotivasi guru (2) Membimbing guru merumuskan kesimpulan/menemukan konsep (3) Pengelolaan waktu Revisi Pelaksanaaan Pelaksanaan kegiatan pembinaan pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus III antara lain: (1) Pengawas dalam memotivasi guru hendaknya dapat membuat guru lebih termotivasi selama proses belajar mengajar dan pembinaan berlangsung. (2) Pengawas harus lebih dekat dengan guru sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri guru 265 Jurnal Pena Edukasi Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 261 – 268 Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. (3) Pengawas harus lebih sabar dalam membina guru merumuskan kesimpulan/menemukan konsep. (4) Pengawas harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dan pembinaan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. (5) Pengawas sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pembinaan pada guru untuk dipedomani pada setiap kegiatan pembinaan berlangsung. ISSN 2407-0769 e-ISSN 2549-4694 tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam meningkatkan mutunya dalam pembelajaran yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Berdasarkan data diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 79,71 % dan dari 14 orang guru yang telah meningkatkan kemampuannya secara keseluruhan. Maka secara kelompok peningkatan kemampuan guru telah tercapai sebesar 100% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil pembinaan pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan pengawas dalam melakukan pembinaan melalui pembelajaran model STAD sehingga guru menjadi lebih terbiasa dengan pembinaan seperti ini sehingga guru lebih mudah dalam memahami pembinaan yang telah diberikan oleh pengawas (peneliti). Di samping itu ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama dari guru yang telah menguasai proses pembelajaran untuk membimbing guru yang belum menguasainya melalui pembinaan oleh Pengawas. Siklus III Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembinaan yang terdiri dari rencana pembinaan 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pembinaan yang mendukung. Tahap kegiatan dan pengamatan Pelaksanaan kegiatan pelatihan dan pembinaan untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 22 s.d 29 September 2015 di SD Binaan Wilayah Kec. Hinai Kab. Langkat tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah 14 orang guru. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai Pengawas. Adapun proses belajar mengajar dan pembinaan mengacu pada rencana pembinaan dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses pembinaan guru diberi tes formatif III dengan Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses pembinaan. Dari datadata yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut: (1) Selama proses pembinaan Pengawas telah melaksanakan semua pembinaan dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk 266 Jurnal Pena Edukasi Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 261 – 268 Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE masing-masing aspek cukup besar. (2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa guru aktif selama proses belajar berlangsung. (3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. (4) Hasil pembinaan melalui pembinaan Pengawas pada siklus III mencapai ketuntasan. b. c. Revisi Pelaksanaan Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran model STAD melalui supervisi akademik Pengawas dengan baik dan dilihat dari aktivitas guru serta hasil pembinaan guru pelaksanaan proses pembinaan sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya pembinaan yang dilakukan Pengawas dapat meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar dalam menerapkan model STAD sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. d. ISSN 2407-0769 e-ISSN 2549-4694 guru belum antusias, dan belum memahami apa yang dimaksudkan oleh Pengawas; Model pembinaan pengawas melalui supervisi akademik, dalam hal peningkatan kemampuan guru menggunakan model pembelajaran STAD pada mata pelajaran IPA belum tampak, sehingga hasil yang dicapai tidak tuntas. Mungkin karena proses pembinaan yang dilakukan Pengawas melalui melalui supervisi akademik dalam menerapkan model STAD yang baru mereka laksanakan sehingga guru merasa kaku dalam menerapkannya. Akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan buktinya pada pertemuan kedua dan ketiga proses pembinaan Pengawas berjalan baik, semua guru aktif dan lebih-lebih setelah ada rubrik penilaian proses, seluruh guru meningkat mutunya dalam proses belajar mengajar. SIMPULAN Dari hasil kegiatan pembinaan yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pembinaan Pengawas dalam meningkatkan kemampuan guru menerapkan model STAD memiliki dampak positif dalam meningkatkan kemampuan guru guru dalam proses belajar mengajar di SD Binaan Wilayah kec. Hinai kab. Langkat tahun Refleksi dan Temuan Berdasarkan pelaksanaan tindakan maka hasil observasi nilai, hasil dapat dikatakan sebagai berikut : a. Pertemuan pertama kegiatan pembinaan yang dilakukan Pengawas melalui supervisi akademik dalam penerapan model STAD belum berhasil karena dalam pembinaan masih terlihat 267 Jurnal Pena Edukasi Vol. IV No. 4, Juli 2017, hlm. 261 – 268 Available online at http://deacas.com/se/jurnal/index.php/JPE 2. pelajaran 2015/2016 yang ditandai dengan peningkatan kemampuan guru dalam setiap siklus, yaitu siklus I (56,78%), siklus II (67,07%), dan siklus III (79,71%). Pembinaan Pengawas dalam meningkatkan kemampuan guru mempunyai pengaruh positif, 3. ISSN 2407-0769 e-ISSN 2549-4694 yaitu dapat meningkatkan kinerja guru. Pembinaan Pengawas melalui pembinaan kepada guru dalam menerapkan model STAD efektif untuk meningkatkan mutu guru, sehingga mereka merasa siap untuk melaksanakan pembinaan berikutnya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widia. Dimyati dan Mudjiono. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Remajasa Rosdakarya. Bandung. Haryanto. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Kelas SD. Jakarta: Erlangga. Supridjono, A. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Cipta Pustaka Raya. Suryosubroto B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Trianto. 2010. Strategi Pembelajaran Umum. Bandung: Yrama Widya. Winataputra, S. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka. 268