HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ISPA

advertisement
Jurnal Darul Azhar Vol 3, No.1 Februari 2017 – Juli 2017: 28 - 35
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA
(Relationship Between Nutrition Status With Infection Evaluation Influences On
Repectability)
Lidia Widia
Email: [email protected]
ABSTRACT
Nutrients obtained from food intake have a strong effect on immune reactions
and resistance to infection. In a state of good nutrition, the body has enough ability to
defend itself against infectious diseases. Whereas if the state of nutrition becomes bad, then
the immune reaction will decrease so that the body's ability to defend itself from infection
attacks will decrease. Respiratory Tract Infection or Acute Respiratory Infections are more
common in infants, this may be closely related to infant immune problems that are still less
strong than adults.
The purpose of this study to prove the relationship between nutritional status with
the incidence of acute respiratory infections in infants on Puskesmas Kuranji Kecamatan
Kuranji Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2017.
The design of this study used a case control approach (retrospective study). The
sample size in this research is 90 respondents, consisting of 45 case samples and 45 control
samples. The instrument used in this research is an observation sheet to measure
nutritional status and medical record to determine the diagnosis of respiratory tract
infections.
The analysis using chi-square test then obtained P value = 0,01 (CI: 95%, P
value <0,05) then H1 accepted and H0 rejected, hence can be concluded in this research
that there is correlation between malnutrition status With the incidence of Acute
Respiratory Infection in toddlers in the work area Puskesmas Kuranji Kecamatan Kuranji
Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2017.
Keywords : Nutrition, Respiratory Tract Infection
PENDAHULUAN
Status gizi balita merupakan hal
penting yang harus diketahui oleh setiap
orangtua. Perlunya perhatian lebih dalam
tumbuh kembang di usia balita didasarkan
fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada
masa emas ini akan berpengaruh pada
kualitas tumbuh kembang anak (Sastomo,
2008).
Balita
merupakan
kelompok
masyarakat yang rentan terhadap gizi
kurang,
pada
kelompok
tersebut
mengalami siklus pertumbuhan dan
perkembangan yang membutuhkan zat
gizi yang lebih besar dari kelompok umur
yang lain sehingga balita paling mudah
menderita kelainan gizi. Kejadian gizi
buruk seperti fenomena gunung es dimana
kejadian gizi buruk dapat menyebabkan
kematian. Pada kasus gizi kurang, akan
lebih rentan terhadap infeksi akibat
menurunnya kekebalan tubuh terhadap
invasi patogen. Pertumbuhan yang baik
dan status imunologi yang memadai akan
menghasilkan kesehatan yang baik pula.
Jurnal Darul Azhar Vol 3, No.1 Februari 2017 – Juli 2017: 28 - 35
Sebaliknya, pertumbuhan fisik yang
terhambat biasanya disertai dengan status
imunologi yang rendah sehingga mudah
terkena penyakit (Sastomo, 2008).
ISPA lebih sering menyerang pada
balita, hal ini kemungkinan berhubungan
erat dengan permasalahan daya tahan
tubuh bayi yang masih belum terlalu kuat
dibandingkan dewasa. Dalam keadaan gizi
yang baik, tubuh mempunyai cukup
kemampuan untuk mempertahankan diri
terhadap penyakit infeksi. Sedangkan jika
keadaan gizi menjadi buruk, maka reaksi
kekebalan tubuh akan menurun sehingga
kemampuan tubuh untuk mempertahankan
diri dari serangan infeksi pun akan
menurun. Kejadian ini disebabkan akibat
proses pembentukan antibodi yang
terganggu atau terhambat dan akhirnya
produksi dari antibodi ini akan menurun.
Penurunan ini mengakibatkan tubuh lebih
rentan atau mudah terkena infeksi. Maka
keadaan gizi buruk dan kejadian ISPA
sering
kali
bekerja
sama
dan
menumbuhkan prognosis yang buruk
(Heriana, 2005).
Menurut
World
Health
Organization (WHO) lebih dari 50%
kematian bayi dan anak terkait dengan
gizi buruk, 13 juta anak balita di dunia
meninggal setiap tahun dengan angka
kematian balita di atas 40 per 1000
kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun
pada golongan usia balita. Sebagian besar
kematian tersebut terdapat di Negara
berkembang, di mana ISPA (pneumonia)
merupakan salah satu penyebab utama
kematian dengan membunuh empat juta
anak balita setiap tahun (Sofyan, I. 2015).
Hasil survei oleh South East Asian
Nutrition
Surveys
(SEANUTS)
tahun 2012 terhadap sembilan Negara
(Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina,
Kamboja, Vietnam, Srilanka, Myanmar,
dan Timor Leste) menyatakan, gizi buruk
di Indonesia masih menjadi masalah
utama. Indonesia menempati di urutan
kelima di Asia untuk gizi buruk balita
terbanyak yakni 28%. Sementara ISPA
merupakan penyebab utama kematian bayi
di Asia, Sebanyak 2,1 juta balita
meninggal karena ISPA, berdasarakan
data pada tingkat regional Asia Tenggara
2002 – 2010 adalah 19 % episode batuk
pilek pada balita menderita ISPA tersebut
merupakan pneumonia Berat.(Suryadi,
2013).
Berdasarkan data Kementrian
Kesehatan RI tahun 2011, Jumlah balita
yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini
sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut
merupakan 4,5 % dari 23 juta jiwa balita
Indonesia,. Sementara penderita ISPA
tercatat mencapai 18.790.481 kasus balita
dengan 756.577 kasus balita lainya
menderita pneumonia (Ritzki, A. 2012)
Pada Tahun 2010 jumlah penderita
gizi buruk di Kalimantan Selatan
Mencapai 87 kasus balita, dan bertambah
menjadi 115 kasus pada tahun 2011.
Sementara cakupan penderita ISPA balita
pada awal tahun 2010 sampai dengan
2012 di Provinsi Kalimantan Selatan
mencapai 96.134 penderita pada balita,
yang mana rata – rata 14.000 kasus
perbulan nya pada tahun 2010, hingga
menjadi 22.000 kasus perbulannya pada
tahun 2012 (Werdiono, D. 2012).
Kemudian data dari Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Kotabaru
menyebutkan tahun 2014 balita dengan
gizi buruk sebanyak 32 kasus, dengan
angka kejadian ISPA sebanyak 10.721
kasus balita (Dinas Kesehatan Kabupaten
Kotabaru 2015)
Studi pendahuluan yang dilakukan
di Puskesmas Kuranji Kecamatan Kuranji
Kabupaten Tanah Bumbu dari tanggal 21
sampai dengan tanggal 25 maret 2017,
data yang didapat dari Puskesmas Kuranji
Kecamatan Kuranji Kabupaten Tanah
Bumbu tahun 2016 sampai dengan bulan
maret 2017, didapatkan jumlah balita di
wilayah kerja
Puskesmas
Kuranji
Jurnal Darul Azhar Vol 3, No.1 Februari 2017 – Juli 2017: 28 - 35
Kecamatan Kuranji Kabupaten Tanah
Bumbu sebanyak 538 balita. Sedangkan
yang menderita gizi buruk tahun 2016
sebanyak 3,3% atau 18 balita , dan
meningkat menjadi 4,3% atau 23 balita
pada bulan maret 2017, yang mana Laki –
laki 2,4 %, dan perempuan 1,8%. Dengan
angka kejadian ISPA sebanyak 646 kasus
pada tahun 2016, dan 477 kasus ISPA
pada bulan Januari sampai dengan April
2015. Serta pneumonia sebanyak 4 balita
tahun
2016
(Puskesmas
Kuranji
Kecamatan Kuranji Kabupaten Tanah
Bumbu 2017).
Hal inilah yang mendasari peneliti
tertarik untuk meneliti tentang hubungan
antara status gizi dengan kejadian infeksi
saluran pernafasan akut pada balita di
wilayah
kerja Puskesmas
Kuranji
Kecamatan Kuranji Kabupaten Tanah
Bumbu tahun 2017.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di
wilayah
kerja Puskesmas
Kuranji
Kecamatan Kuranji Kabupaten Tanah
Bumbu tahun 2017.
Jenis penelitian ini adalah penelitian
analitik komperatif, dengan Rancangan
penelitian menggunakan pendekatanm
case control (retrospektif study), yang
bertujuan untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara status gizi
dengan penyakit ISPA pada balita,
Populasi dalam penelitian ini sebanyak
538 balita yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Kuranji Kecamatan Kuranji
Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2017.
Teknik sampling yang digunakan dibagi
menjadi dua yaitu Untuk mencari sampel
kasus (ISPA) menggunakan accidental
sampling, Sedangkan untuk mencari
sampel kontrol menggunakan teknik
Qouta sampling yang mana masing
masing teknik sampling mempunyai
kretria inklusi dan eksklusi.
Instrumen Status Gizi menggunakan
lembar observasi dengan bantuan alat
Timbangan anak (untuk mengukur berat
badan), dan Mikrotoise (untuk mengukur
Tinggi / panjang badan balita). Instrumen
Kejadian ISPA menggunakan Rekam
Medik bedasarkan diagnosa dokter yang
diambil dari data status pasien.
HASIL dan PEMBAHASAN
Deskripsi Data
Distribusi Frekuensi status gizi
berdasarkan perhitungnan z- skore dari
total 90 Responden balita diwilayah kerja
Puskesmas Kuranji Kecamatan Kuranji
Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2017
Normal = 55
Kurus = 22
Gemuk = 5
6%
24
%
9%
Kategori Normal
= 55
Kategori Tidak
Normal = 35
39
%
61
%
61
%
Berdasarkan gambar diatas dapat
diketahui bahwa dari semua responden
Sebagian besar responden yaitu 61%
dalam kategori status gizi normal dan
Hampir setengahnya responden yaitu 39%
dalam kategori gizi tidak normal.
Distribusi
frekuensi
dan
persentasi status gizi berdasarkan sampel
kasus dan sampel kontrol dari total 90
Responden
balita
diwilayah kerja
Puskesmas Kuranji Kecamatan Kuranji
Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2017
Jurnal Darul Azhar Vol 3, No.1 Februari 2017 – Juli 2017: 28 - 35
Status Gizi
Sample Kontrol
Sample Kasus
20%
80%
57,8%
42,2%
0
50
Sample Kasus
Sample Kontrol
Tidak Normal
26
9
Normal
19
36
Berdasarkan gambar diatas dapat
diketahui bahwa dari semua responden
Pada sampel kasus sebagian besar
responden yaitu 58% dalam kategori
status gizi tidak normal, sedangkan gizi
normal hampir setengahnya yaitu 42%,
dan Pada sampel kontrol sebagian kecil
responden yaitu 20% dalam kategori
status gizi tidak normal, sedangkan gizi
normal hampir seluruhnya yaitu 80%
Distribusi frekuensi dan persentasi
kejadian infeksi saluaran pernafasan akut
berdasarkan karakteristik responden di
Puskesmas Kuranji Kecamatan Kuranji
Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2017
Kejadian ISPA
50%
50%
Positif ISPA = 45
(sampel Kasus)
Negatif ISPA= 45
(sampel Kontrol)
Berdasarkan gambar diatas dapat
diketahui bahwa dari semua responden
setengahnya responden yaitu 50% dengan
diagnosa positif Infeksi saluran pernafasan
akut sebagai sampel kasus, kemudian
setengahnya lagi responden yaitu 50%
dengan Infeksi saluran pernafasan akut
negatif sebagai sampel kontrol.
Keadaa
n
Status
Gizi
Tidak
Norm
al
Norm
al
Total
Diagnosis ISPA
(+ %
)
26 74,3
(-)
%
P
Ttl
val OR
(%)
ue
Cl
=
95
%
9 25,7 100
0,01 5,47 2,1
4 - 14
19 34,5
36 65,5 100
45
45
Berdasarkan pada tabel data diatas
hasil penelitian menunjukan bahwa
sebagian besar responden dengan status
gizi tidak normal yaitu 74,3% mengalami
ISPA Positif sedangkan sebagian besar
responden dengan gizi normal yaitu
65,5% mengalami ISPA Negatif.
Output terakhir penelitian ini
didapatkan dengan cara uji statistic chisquare diperoleh nilai P value = 0,01 <
0,05 yang berarti hipotesis diterima
sehingga
dapat
dinyatakan dalam
penelitian ini bahwa ada hubungan antara
status gizi dengan kejadian infeksi saluran
pernafasan akut pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Puskesmas Kuranji
Kecamatan Kuranji Kabupaten Tanah
Bumbu tahun 2017.
PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Berdasarkan pada gambar tentang
data status gizi dengan perhitungnan zskore dari Responden balita diwilayah
kerja puskesmas Puskesmas Kuranji
Kecamatan Kuranji Kabupaten Tanah
Bumbu tahun 2017 menunjukan bahwa
Sebagian besar responden dalam kategori
status gizi normal yaitu 61% dari semua
responden yang ada, dan Hampir
setengahnya responden dalam kategori
gizi tidak normal yaitu 39%.
Berdasarkan Pada gambar tentang
status gizi responden sampel kasus dan
sampel control diwilayah kerja Puskesmas
Puskesmas Kuranji Kecamatan Kuranji
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2017
Jurnal Darul Azhar Vol 3, No.1 Februari 2017 – Juli 2017: 28 - 35
menunjukan bahwa pada sampel kasus
sebagian besar responden dalam kategori
status gizi tidak normal yaitu 58%,
sedangkan
gizi
normal
hampir
setengahnya yaitu 42%, dan Pada sampel
kontrol sebagian kecil responden yaitu
20% dalam kategori status gizi tidak
normal, sedangkan gizi normal hampir
seluruhnya yaitu 80%.
Menurut Sastomo (2008) hasil
penelitian ini sesuai dengan teori yang
telah dikemukanan bahwa pertumbuhan
yang baik dan status imunologi yang
memadai akan menghasilkan kesehatan
yang baik pula. Status gizi yang kurang
atau tidak normal akan lebih rentan
terhadap infeksi akibat menurunnya
kekebalan tubuh terhadap invasi patogen.
Sebaliknya, pertumbuhan fisik yang
terhambat biasanya disertai dengan status
imunologi yang rendah sehingga mudah
terkena penyakit.
Berdasarkan pada gambar tentang
data ISPA pada balita diwilayah kerja
Puskesmas Kuranji Kecamatan Kuranji
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2017
diperoleh hasil setengahnya responden
dengan diagnosa positif Infeksi saluran
pernafasan akut yaitu 50%, kemudian
setengahnya lagi
responden dengan
Infeksi saluran pernafasan akut negatif
yaitu 50%.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
Reponden dengan ISPA positif sebagian
besar di dominasi oleh status gizi tidak
normal. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya ISPA adalah balita dengan
status gizi yang buruk atau tidak normal,
yang mana akan mudah terserang ISPA
dibandingkan dengan balita dengan gizi
yang normal, karena faktor daya tahan
tubuh yang kurang. Penyakit infeksi
sendiri akan menyebabkan balita tidak
mempunyai
nafsu
makan
dan
mengakibatkan kekurangan gizi, sehingga
pada keadaan gizi kurang, balita lebih
mudah terserang ISPA berat bahkan
serangannya lebih lama (Heriana, 2005).
Analisa bivariate
Berdasarkan
hasil
penelitian
dinyatakan ada hubungan antara status
gizi dengan kejadian ISPA pada balita
diwilayah kerja Puskesmas Puskesmas
Kuranji Kecamatan Kuranji Kabupaten
Tanah Bumbu tahun 2017.
Berdasarkan pada tabel data hasil
penelitian menunjukan bahwa sebagian
besar responden dengan status gizi tidak
normal yaitu 74,3% mengalami ISPA
Positif
sedangkan sebagian besar
responden dengan gizi normal yaitu
65,5% mengalami ISPA Negatif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang di lakukan
oleh penelitian Asmidiayanti S (2012)
dengan judul hubungan antara status gizi
dengan morbiditas ISPA anak usia balita
di kecamatan danau kerinci kabupaten
kerinci, Rahmawati D (2008) dengan
judul hubungan antara status gizi dengan
kejadian ISPA balita URJ RSUD dr
Soetomo Surabaya, Hadiana S (2013)
dengan judul hubungan status gizi
terhadap terjadinya ISPA pada balita di
Puskesmas Pajang Surakarta, dan East
Mediterr Health J (2013) tentang
Acute Respiratory
Infection And
Malnutrition In Erbil Governorate Iraq.
Dari keempat keaslian penelitian tersebut,
seluruhnya mempunyai hasil nilai P value
< dari 0,05. Yang mana menunjukkan
adanya hubungan antara status gizi
dengan kejadian ISPA.
Hasil
penelitian
tersebut
merupakan hubungan yang bersifat
negatif, yang mana status gizi tidak
normal akan lebih berisiko terjadi infeksi
saluran pernapasan akut. Berdasarkan
nilai OR yang didapat dari hasil penelitian
OR = 5,474 yang berarti balita yang
menderita gizi tidak normal 5 kali lebih
berisiko terhadap kejadian kejadian infeksi
Jurnal Darul Azhar Vol 3, No.1 Februari 2017 – Juli 2017: 28 - 35
saluran pernafasan akut. Kemudian nilai
CI 95% = 2,1 – 14 % yang berarti balita
yang mengalami gizi tidak normal
kemungkinan paling kecil 2 kali lipat
berisiko terhadap kejadian kejadian infeksi
saluran pernafasan akut dengan tingkat
kepercayaan 95%, sedangkan paling besar
kemungkinan 14 kali lipat berisiko
terhadap kejadian kejadian infeksi saluran
pernafasan
akut
dengan
tingkat
kepercayaan 95%.
KESIMPULAN
Sebagian besar responden dalam
kategori status gizi normal yaitu 61% dari
semua responden yang ada, dan Hampir
setengahnya responden dalam kategori
gizi tidak normal yaitu 39%.
pada sampel kasus sebagian besar
responden dalam kategori status gizi tidak
normal yaitu 58%, sedangkan gizi normal
hampir setengahnya yaitu 42%, dan Pada
sampel kontrol sebagian kecil responden
yaitu 20% dalam kategori status gizi
tidak normal, sedangkan gizi normal
hampir
seluruhnya
yaitu
80%.
Setengahnya responden dengan diagnosa
positif Infeksi saluran pernafasan akut
yaitu 50%, kemudian setengahnya lagi
responden
dengan
Infeksi
saluran
pernafasan akut negatif yaitu 50%.
sebagian besar responden dengan
status gizi tidak normal yaitu 74,3%
mengalami ISPA Positif sedangkan
sebagian besar responden dengan gizi
normal yaitu 65,5% mengalami ISPA
Negatif.
Dalam penelitian ini dinyatakan
bahwa ada hubungan antara status gizi
dengan kejadian ISPA pada balita
diwilayah kerja Puskesmas Kuranji
Kecamatan Kuranji Kabupaten Tanah
Bumbu tahun 2017.
SARAN
Dengan dilakukannya penelitian
ini disarankan bagi Bagi instansi terkait
Puskesmas Puskesmas Kuranji Kecamatan
Kuranji Kabupaten Tanah Bumbu
disarankan untuk lebih meningkatkan
kualitas kesehatan dan gizi balita dengan
a. Mensosialisasikan fungsi posyandu
dan imunasasi wajib bagi balita,
Melaksanakan kegiatan swiping dan
pendataan per trimester bagi balita
yang belum lengkap imunisasi,
maupun terindikasi gizi buruk guna
mendapatkan sasaran program yang
tepat.
b. Mensosialisasikan dan melaksanakan
dengan tepat sasaran Program Dinas
Kesehatan Pemerintah Kabupaten
Kotabaru untuk pembagian susu
gratis bagi ibu hamil dan balita
dengan berat badan di bawah garis
merah atau di bawah normal,
c. Mensosialisasikan dan melaksanakan
pemberian formula resomal (mineralmix) secara intensif dan tepat sasaran
bagi balita dengan status gizi di
bawah garis merah atau di bawah
normal.
Disarankan
kepada
peneliti
selanjutnya agar kedepan peneliti lebih
spesifik terhadap penelitianya terutama
pada metode penelitian case control
maupun cohort dengan cakupan populasi
dan sampel yang lebih luas, sehingga
dapat meneliti dengan cakupan variabel
yang lebih akurat, lebih luas, dan lebih
spesifik. Meskipun penelitian ini sudah
mememenuhi besar sampel minimum,
namun penelitian selanjutnya diharapkan
dapat menambah lagi jumlah dari sampel
yang akan di teliti, serta bisa mencari
faktor penyebab lain yang dapat
mempengaruhi terjadinya penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut.
DAFTAR PUSTAKA
Andarini. (2005). Pertahanan Tubuh Dari
Nutrisi Adekuat. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.
Jurnal Darul Azhar Vol 3, No.1 Februari 2017 – Juli 2017: 28 - 35
Almatsier. (2001). Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
Amirudin. Ridwan
(2005). Analisis
Faktor Resiko Kejadian Pneumonia
PadaAnak Umur Kurang Dari 1
Tahun Di RSUD Labuang Haji Kota
Makasar. Med Nus Vol 26 No.3.
Anonimus. (2003). Tumbuh Kembang
Status Gizi, dan Imunisasi Dasar
Pada
Balita.
Nuha
medika:
Yogyakarta.
Asmidayanti, Susi. (2012). Karya Tulis
Ilmiah
Hubungan Status Gizi
dengan Morbiditas ISPA Anak Usia
Balita di Kecamatan Danau Kerinci
Kabupaten Kerinci tahun 2012. Di
akses tanggal 27 april 2015, dari
http://www.sribd.com/mobile/doc/S
usi-Asmidayanti =1.
Choirunisa. (2009). Panduan Terpenting
Merawat Bayi Dan Balita. Moncher
Publisher: Yogyakarta.
Depkes
RI.
(2002).
Pedoman
Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran PernapasanAkut Untuk
Penanggulangan Pneumonia Pada
Balita. Di akses pada tanggal 27
april
2015,
dari
http://Litbang.Depkes.co.id.
Depkes
RI.
(2005).
Pedoman
Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran PernapasanAkut Untuk
Penanggulangan Pneumonia Pada
Balita. Di akses pada tanggal 30
april
2015,
dari
http://Litbang.Depkes.co.id
Depkes RI. (2008).Buku
Bagan
Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS). . Di akses pada tanggal 27
april
2015,
dari
http://Litbang.Depkes.co.id.
Depkes RI. (2010). Profil Kesehatan
Indonesia. Di akses pada tanggal 27
april
2015,
dari
http://www.depkes.go.id.
Depkes RI. (2010). Anak dengan Gizi
Baik Menjadi Aset dan Investasi
Bangsa DiMasa Depan. Di akses
pada tanggal 27 april 2015, dari
http://www.depkes.go.id.
Dinas Kesehatan Tanah Bumbu (2016).
Jumlah Balita Terkena ISPA dan
Gizi Buruk.
East Mediterr Health J. (2013).
Acute respiratory
infection and
malnutrition among children below
5 years of age in Erbil -governorate,
Iraq. Di akses tanggal 30 april 2015,
dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pubmed/23520908.
Hadiana, Suman Yus Mei. (2013). Karya
Tulis Ilmiah Hubungan Status Gizi
Terhadap
Terjadinya
Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Pada Balita Di Puskesmas Pajang
Surakarta tahun 2013. Di akses
tanggal 27 april 2015, dari
http://www.sribd.com/mobile/doc/S
uman-Yus-Mei-Hadiana =1
Heriana.
(2005).
Infeksi
Saluran
Pernapasan Akut, Konsep Dan
Aplikasi Penatalaksanaan. EGC:
Jakarta.
Isgianto,
Awal.
(2009)
Teknik
Pengambilan
Sampel
Pada
Penelitian Non- Eksperimental.
Mitra Cendikia: Yogyakarta.
Kepmenkes
RI.
(2012).
Standart
Perhitungan
Gizi
Balita
Di
Indonesia. Diakses pada tanggal 17
april
2015,
dari
http//Litbang.Depkes.co.id.
Muaris. (2006) Sarapan Sehat Untuk Anak
Balita. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
Natoatmodjo,
Soekidjo.
(2010).
Metodelogi Penelitian Kesehatan.
Rinekacipta: Jakarta.
Nelson. (2008). Ilmu Kesehatan Anak ,
EGC: Jakarta.
Nelson. (2007). Ilmu Kesehatan Anak ,
EGC: Jakarta.
Pukesmas Puskesmas Kuranji Kecamatan
Jurnal Darul Azhar Vol 3, No.1 Februari 2017 – Juli 2017: 28 - 35
Kuranji Kabupaten Tanah Bumbu.
(Tahun 2017). Jumlah Balita
Terkena Gizi Buruk dan ISPA.
Rahajoe, Supriyatno, dan Setyanto .
(2012). Buku Ajar Respirologi Anak,
Cetakan Ketiga. Ikatan Dokter Anak
Indonesia: Jakarta.
Rahmawati, Dewi. (2008). Karya Tulis
Ilmiah Hubungan antara Status
Gizi dengan Kejadian ISPA Balita
di URJ Anak RSU Dr. Soetomo
Surabaya tahun 2008. Di akses
tanggal 27 april 2015, dari
http://www.academia.com/mobile/d
oc/Dewi-Rahmawati=1
Ritzki, Aditia. (2012). Jumlah Data Gizi
Dan
ISPA
Di
Indonesia
Berdasarkan Kementrian Kesehatan
RI 2011. Diakses Pada Tanggal 26
April 2015, dari http://m.tempo.com
Rodrígues, Cervantes Leonarndo, dan
Ortiz, Riza. (2011). Malnutrition
And
Gastrointestinal
And
Respiratory Infections In Children:
A Public Health Problem. di akses
pada tangga 27 april 2015, dari
http://www. ncbi.com/journal
Saputri. (2013). Asuhan Kebidana Pada
Anak Dengan Ispa Sedang. Diakses
pada tanggal 26 april 2015, dari
http://www.doc.udesk.com
Sastomo. (2008). Patologi Gizi. Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.
Sastroasmoro, Sudigdo., & Ismail, Sofyan.
(2008). Dasar – Dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Sagung Seto:
Jakarta.
Sugiyono .(2012). Memahami penelitian
kualitatif. Alfa Beta: Bandung.
Sukirman. (2000). Penilaian Status Gizi
Balita. EGC: Jakarta.
Suryadi. (2013). Hasil survey oleh South
East Asian Nutrition Surveys
(SEANUTS) Tahun 2012 Tentang
ISPA dan Gizi Buruk. Diakses Pada
Tanggal 25 April 2015, dari
http://www.bkmp.go.id
Supriasa., Bakri, Bahyar., & Fazjar, Ibnu.
(2002). Penilaian setatus gizi. EGC:
Jakarta.
Sutomo. (2010). Menu Sehat Untuk Batita
Dan Balita. Demamadia: Jakarta.
Sofyan., Iyan. (2015). Data World Heart
Organization
(WHO)
Tentang
Phenomonia
Di
Negara
Berkembang. Diakses Pada Tanggal
25
April
2015,
dari
Http://www.academia.edu.com
Waryana. (2010). Tumbuh Kembang
Status Gizi, dan Resiko Infeksi Pada
Balita. Nuha medika: Yogyakarta.
Werdiono, Defri. (2012). Rata Rata
Keluhan Ispa Di Kalimantan
Selatan Naik 59 Persen Setiap
Tahunya. Diakses Pada Tanggal 26
April
2015,
Dari
http://regional.compas.com
Download