Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MELALUI LS UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MATAKULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR OFF B UNIVERSITAS NEGERI MALANG Models Problem Based Learning ( Pbl) Through Ls To Increase Learning Activity And Learning Outcomes Biology In Strategy Learning Off B Subject State University of Malang Atok Masofyan Hadi1, Herawati Susilo2, Sri Endah Indriwati3 Program Studi Pendidikan Biologi, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 05 Malang, HP/Telp. 082326045891; Email: [email protected] 1) Abstrak Proses pembelajaran Biologi kelas SBM-B Biologi Universitas Negeri Malang selama proses pembelajaran Dosen lebih banyak menerapkan pembelajaran dengan transfer informasi melalui metode Active learning menggunakan power point, dan belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa tingkat keaktifan mahasiswa masih rendah, hal tersebut dilihat dari sedikitnya siswa yang antusias bertanya atau menjawab bahkan memberikan pendapat ketika diskusi yang berakibat pada hasil belajar siswa juga rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keterlaksanaan penerapan pembelajaran PBL melalui LS, dan mendeskripsikan peningkatan keaktifan mahasiswa dan hasil belajar pada Matakuliah Strategi Belajar Mengajar Mahasiswa OFF-B Universitas Negeri Malang. Penelitian ini menggunakan desain PTK yang dilaksanakan melalui Lesson Study. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based melalui Lesson Study dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar mahasiswa. Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Lesson Study (LS), Keaktifan, Hasil Belajar. Abstract The learning process SBM-B grade of Biology State University of Malang during the learning process more Lecturer apply learning to the transfer of information through Active learning method uses power point, and not using an innovative learning model. Based on the observation that the level of activity of students is still low, it is seen from the least enthusiastic students who ask or answer even give an opinion when discussions that result in student learning outcomes are also low. The purpose of this study was to describe the enforceability of the implementation of PBL through LS, and describe an increase in the activity of students and learning outcomes in subjects teaching and learning strategies students OFF-B State University of Malang. The design of this study PTK implemented through Lesson Study. The results showed that the application of problem based learning model through Lesson Study can enhance the activity and learning outcomes of student. Keywords: Problem Based Learning (PBL), Lesson Study (LS), activity, learning outcomes PENDAHULUAN Peningkatan mutu pendidikan guna mencapai perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia sangat penting dilakukan. Untuk mencapai perkembangan dan kemajuan tersebut, pendidikan harus diarahkan untuk menghasilkan manusia berkualitas yang mempunyai pengetahuan, keahlian, ketrampilan, dan mampu bersaing. Agar pembelajaran 837 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 maksimal dan tujuan pembelajaran tercapai maka diperlukan aktivitas belajar mahasiswa. Aktivitas belajar akan menyebabkan interaksi antara mahasiswa dengan dosen, antar mahasiswa itu sendiri, serta antara mahasiswa dengan materi yang dipelajari. Aktivitas belajar yang kurang melibatkan siswa dalam hal keaktifan baik memberikan argument maupun bertanya seperti tampak di kelas SBM Biologi Universitas Negeri Malang. Berdasarkan observasi pada tenggal 26 Agustus 2015 terkait materi pendekatan dalam pembelajaran biologi masalah yang ditemukan diantaranya beberapa mahasiswa masih enggan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh dosen. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat masih rendah. Selain itu, hanya 3-4 mahasiswa yang antusis menjawab pertanyaan dari dosen. Dengan demikian keaktifan siswa dalam hal menyampaikan jawaban ataupun pendapat masih rendah.Fakta lain yang dilakukan peneliti di kelas SBM adalah ketika mengikuti perkuliahan pada tanggal 02 September 2015 terkait materi pendekatan dalam pembelajaran biologi. pada pertemuan ini kegiatan mahasiswa presentasi terkait topik. Masalah yang ditemukan antara lain hanya sedikit mahasiswa yang ikut berpartisipasi dalam presentasi dan diskusi. Dari 19 mahasiswa tidak lebih 30% yang aktif dalam diskusi. Dengan demikian keaktifan mahasiswa dalam menyampaikan argument juga masih rendah. Berdasarkan fakta di atas, maka diperlukan upaya untuk memberdayakan keaktifan mahasiswa. Salah satu upaya yang dapat diajukan adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Strategi PBL merupakan pembelajaran yang dirancang berdasarkan masalah riil kehidupan yang bersifat tidak terstuktur (illstructured) dan terbuka. PBL merupakan suatu strategi untuk menampilkan situasi dunia nyata yang signifikan, terkontekstual, dan memberikan sumber, bimbingan, dan petunjuk pada pembelajar saat mereka mengembangkan isi pengetahuan dan ketrampilan memecahkan masalah. Ditambahkan pula oleh Ibrahim dan Nur (2004) bahwa strategi pembelajaran PBL adalah pembelajaran yang menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan untuk melakukan penyelidikan atau inkuiri. Pembelajaran akan dilaksanakan melalui Lesson Study. Lesson Study merupakan suatu kegiatan pengkajian pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh sekelompok guru guna meningkatkan kualitas pembelajarannya (Ibrohim, 2011). Langkah-langkah Lesson Studya dalah plan, do, dan see. METODE Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK) yakni penelitian praktis yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dengan melakukan tindakan tertentu. Tindakan yang dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran PBL dipadu TPS melalui LS. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus I dan II masingmasing dilakukan selama 5 jam pelajaran (2 pertemuan) dengan setiap siklus PTK dilakukan 1 kali siklus LS, sehingga 2 siklus PTK dilakukan 2 kali siklus LS. Data pertama yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data keterlaksanaan pembelajaran PBL yang diukur menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang diiisi oleh observer. Data kedua adalah keterlaksanaan LS yang bersumber dari anggota observer, dengan menggunakan lembar monitoring kegiatan plan, do, dan see. Data ketiga adalah data keaktifan mahasiswa yang diperoleh dengan menggunakan lembar observasi yang 838 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 didisi oleh observer. Data keempat adalah data ranah sikap yang diperoleh dengan menggunakan lembar observasi yang didisi oleh observer. Data kelima ranak kinerja yang diperoleh dengan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh observer. Data keenam adalah ranah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan lembar observasi yang diperoleh dari hasil tes tulis yang dilakukan di akhir tiap siklus HASIL 1. Keterlaksanaan Pembelajaran Problem Based Learning (PB L) Data dianalisis menggunakan teknik pengumpulan data triangulasi sumber. Peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kembali data yang diperoleh dengan cara membandingkan data dari berbagai sumber data. Data keterlaksanaan pembelajaran dapat diperoleh dengan menghitung jumlah check list () pada kolom ―Ya‖ atau ―Tidak‖ pada lembar observasi pembelajaran yang terlaksana. Observer dalam penelitan ini berjumlah 3 orang dengan satu observer bertanggung jawab mengawasi 7-8 Mahasiswa. Persentase data yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dari siklus I ke siklus II. Rekapitulasi persentase data keterlaksanaan pembelajaran PBL dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus I Siklus II Konsistensi keterlaksanaan PBL 91,6% 91,67% 2. KeterlaksanaanTahapanLesson Study Data dianalisis menggunakan teknik pengumpulan data triangulasi sumber seperti hanya pada keterlaksanaan PBL. Persentase data yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dari siklus I ke siklus II. Tabel Rekapitulasi Data Keterlaksanaan LS Tahap Plan, Do, dan See Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi Data Keterlaksanaan LS Tahap Plan, Do, dan See Siklus I dan Siklus II Keterlaksanaan LS Siklus I Siklus II Plan 100% 100% Do 76,4% 88,23% See 100% 100% 3. Keaktifan Mahasiswa Siklus I dan II Keaktifan mahasiswa diperoleh dari banyaknya persentase kemampuan dalam bertanya, menjawab, dan berpendapat menggunakan lembar observasi yang didisi oleh observer. Selanjutnya dibandingkan dari siklus I dengan siklus II rekapitulasi perbandingan siklus I dengan siklus II yang dapat dilihat pada Tabel 3. 839 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Tabel 3. Hasil Rerata Keaktifan Mahasiswa Aspek Keaktifan Mahasiswa Siklus I (%) Kemampuan bertanya 36,88 Kemampuan menjawab pertanyan 21,05 Kemampuan berpendapat 50 Siklus II (%) 26,31 39,47 55,26 4. Hasil Belajar Kognitif Mahasiswa Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II. Data ketuntasan belajar klasikal siswa pada tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi hasil belajar kognitif Siklus I dan II No. Siklus Persentase Keterangan Dari 19 mahasiswa, 4 orang mahasiswa masih 1. I 78,94% di bawah KKM yaitu 75. Rata-rata nilai ujian akhir siklus I secara klasikal adalah 83,38 Dari 16 siswa, nilai berada diatas KKM. KKM 2 II 100% yang ditetapkan adalah 75. Rata-rata nilai evaluasi siklus II secara klasikal adalah 89 PEMBAHASAN A. Keterlaksanaan Sintaks PBL Model pembelajaran PBL dalam penelitian ini ditujukan pada mahasiswa SBM-B Biologi Universitas Negeri malang pada materi metode pembelajaran dan pengelolaan kelas. Berdasarkan sintaks PBL terdapat kontribusi keterkaitan dalam tahapnya terhadap peningkatan keaktifan dan hasil belajar mahasiswa. Dosen memberikan pengetahuan awal materi kepada siswa, untuk memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai materi yang akan diajarkan. Dosen memberikan pertanyaan di awal pembelajaran sebagai masalah awal (orientasi terhadap masalah) dan guru juga dapat memberikan Lembar Kerja Mahasiswa (LKM). LKM diberikan dengan harapan agar mahasiswa lebih mengembangkan kemampuan berpikir dan lebih aktif lagi dalam menananggapi masalah yang terjadi berdasarkan LKM. Keterlaksanaan PBL lebih terlaksana dari siklus I ke siklus II karena adanya perbaikan pembelajaran di setiap pertemuan pada tahap plan dan see. Meski demikian dalam keterlaksanaan pembelajaran ini guru harus memahami sintaks. Pemberian masalah haruslah mengacu pada masalah yng bersifat autentik. Data keterlaksanaan pembelajaran yang diisi oleh observer terdiri dari lembar observasi keterlaksanaan sintaks yaitu terlaksana91,6%, untuk siklus I. Keterlaksanaan tidak 100%, terjadi karena tahap awal dosen model belum mencantumkan RPS dalam pembelajaran. Data untuk keterlaksanaan sintasks PBL terlaksana 100% pada siklus II. 840 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 B. Keterlaksanaan Lesson Study Lesson Study merupakan suatu kegiatan pengkajian pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh sekelompok guru untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya. Guru-guru secara kolaboratif mengembangkan rencana dan perangkat pembelajaran, melakukan observasi, refleksi dan revisi rencana pembelajaran secara bersiklus dan terus menerus. Berdasarkan analisis data berupa lembar observasi diketahui rata-rata keterlaksanaan meliputi kegiatan plan, do, dan see pada siklus I kegiatan plan 100%, kegiatan do 76,4%, dan kegiatan see 100%, belum terlaksananya kegiatan , do secara maksimal terjadi karena aspek yang tidak terlaksana yaitu tidak terjadi pembekalan observer sebelum masuk kelas, alokasi waktu yang kurang sesuai, adanya perbincangan sesame observer dan ada observer yang membantu modeling. Kegiatan see sudah terlaksana dengan baik. Pada siklus 2 sama seperti siklus 1 kegiatan Do kurang terlaksana dengan baik Aspek yang tidak terlaksana yaitu yaitu tidak terjadi pembekalan observer sebelum masuk kelas, alokasi waktu yang kurang sesuai. Dosen sodel sudah mencoba untuk memperbaiki namun ada beberapa hal yang luput dari pengamatan dosen, selain karena adanya waktu yang cukup singkat. Keterlaksanaan siklus I hingga pada siklus II mengalami peningkatan menjadi dari 76,45% menjadi 88,23% untuk tahapan do. Adanya peningkatan keterlaksanaan tahap do menunjukkan bahwa kualitas perencanaan (plan) semakin baik sehingga rencana pembelajaran yang dirancang menjadi lebih operasional. Terbukti bahwa RPP yang didiskusikan Dosen model dan rekan sejawat semakin operasional, kesesuaian sumber belajar serta media yang digunakan semakin baik, waktu pembelajaran yang semakin efektif, dan langkah-langkah pembelajaran yang semakin baik . Selain itu, adanya saran, dan masukan antar teman sejawat dan guru mampu meningkatkan rancangan pembelajaran yang lebih operasional dan efektif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Garfield (2006) bahwa Lesson Study merupakan sebuah proses yang digunakan oleh para guru di Jepang untuk menguji keefektifan pembelajaran dalam rangka mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran. Proses tersebut meliputi pengembangan dan perbaikan perangkat pembelajaran yang meliputi perencanaan, pembelajaran, observasi, refleksi revisi rencana pembelajaran secara bersiklus. Tahap pelaksanaan (do) merupakan tahap di mana peran observer sangat diperlukan. Tahap pelaksanaan (do) akan berjalan dengan baik jika jumlah observer sebanding dengan jumlah kelompok siswa yang ada di kelas sehingga setiap observer dapat mengamati satu kelompok tertentu. Jumlah observer pada penelitian ini sebanyak 3 orang dengan setiap observer mengamati 5-6 mahasiswa. Persamaan antara jumlah observer dengan jumlah kelompok siswa akan mempermudah observer untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan memanfaatkan sumber belajar yang tersedia. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa setiap pengamat dapat mengamati satu kelompok tertentu, terutama bagi pengamat pemula (Syamsuri dan Ibrohim, 2008:89). Penerapan model pembelajaran yang melalui LS juga telah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian terkait LS seperti yang dilakukan oleh Kusuma (2013) menyatakan bahwa implementasi LS untuk meningkatkan kemampuan berpikir 841 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 kritis dan hasil belajar siswa kelas VIIH SMP Negeri 5 Malang yang dapat diketahui dari lembar observasi kemampuan berpikir kritis memperlihatkan hasil yang signifikan. Penelitian Tindakan Kelas dan LS memiliki kesamaan yaitu suatu kegiatan untuk meningkatkan keprofesionalan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian reflektif yang dilaksanakan secara berulang untuk melakukan perbaikan terhadap seluruh proses kegiatan pembelajaran sehingga kualitas pmbelajaran dapat meningkat (Susilo, 2011). Kegiatan PTK yang dilaksanakan melalui LS dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru di setiap pertemuan karena kegiatan perencanaan hingga refleksi dilakukan di setiap pertemuan, sehingga kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran dapat diperbaiki pada pertemuan selanjutnya. Perbaikan dapat terlaksana karena pada proses pembelajaran guru yang melaksanakan LS mendapatkan banyak masukan dan penyelesaian dari permasalahan di kelas dari rekan sejawat. Kegiatan LS dalam melakukan PTK sangat memberikan manfaat bagi guru. Guru mendapatkan banyak masukan mulai dari tahap perencanaan hingga refleksi, sehingga guru mendapatkan kemudahan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran, dan dapat melakukan perbaikan diri pada kegiatan pembelajaran selanjutnya. Guru dapat belajar mengamati cara siswa belajar, sehingga guru yang menerapkan LS dalam kegiatan mengajarnya, maka guru dapat melakukan PTK dengan lebih mudah (Susilo, 2011). C. Penerapan PBL terhadap Keaktifan Mahasiswa Data hasil keaktifan mahasiswa yang diperoleh dari hasil observasi, diperoleh hasil persentase aspek menyampaikan pertanyaan sebesar 36,88%; Aspek menjawab pertanyaan 21,05%; aspek memberikan argument 50%. Terjadi peningkatan kemampuan keaktifan mahasiswa berdasarkan hasil observasi dari siklus I ke siklus II, namun aktivitas yang menurun disiklus II adalah kemampuan bertanya. Berdasarkan hasil observasi pada siklus II diperoleh hasil aspek menyampaikan pertanyaan sebesar 26,31%; Aspek menjawab pertanyaan 39,47%; aspek memberikan argument 55,26%. Berdasarkan hasil tersebut, secara umum terbukti bahwa pembelajaran yang diterapkan dapat meningkatkan keaktifan mahasiswa. Pada pembelajaran aktif, peserta didik menjadi lebih aktif, karena peserta didik berperan sebagai subyek belajar di kelas, yang aktif mempelajari materi pembelajaran, aktif mengemukakan pendapat, tanya jawab, mengembangkan pengetahuannya, memecahkan masalah, diskusi, dan menarik kesimpulan (Munir, 2008: 87). Karena manusia itu aktif, maka pembelajaran seharusnya memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk aktif melakukan kegiatan sendiri. Peserta didik diberi kesempatan untuk menentukan apa yang akan dipelajari dan mengembangkan kemampuan yang sudah dimilikinya. Materi pembelajaran yang harus dipelajari peserta didik, tidak harus selalu ditentukan terlebih dahulu oleh pendidik. Materi pembelajaran ditentukan bersama-sama dengan peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. Dengan demikian, peserta didik akan belajar secara aktif, karena merasa membutuhkannya. Peningkatan rata-rata nilai hasil belajar kognitif mahasiswa tidak terlepas dari karakteristik sintaks strategi PBL. Strategi PBL merupakan pembelajaran yang dirancang 842 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 berdasarkan masalah riil kehidupan yang bersifat tidak terstuktur (ill-structured) dan terbuka. PBL merupakan suatu strategi untuk menampilkan situasi dunia nyata yang signifikan, terkontekstual, dan memberikan sumber, bimbingan, dan petunjuk pada pembelajar saat mereka mengembangkan isi pengetahuan dan ketrampilan memecahkan masalah. Ditambahkan pula oleh Ibrahim dan Nur (2000) bahwa strategi pembelajaran PBL adalah pembelajaran yang menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan untuk melakukan penyelidikan atau inkuiri. Dalam PBL siswa bekerja sama untuk mempelajari isu suatu masalah sambil mereka merancang suatu pemecahan masalah yang dapat dilakukan serta mengkomunikasikan dalam presentasi. Kegiatan semacam ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan mahasiswa. Ibrahim dan Nur (2000) dalam Corebima (2006) menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan keterampilan intelektual. Hastings (2001) juga mengemukakan hal yang sama dengan menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analisis, serta menghadapkan siswa pada latihan untuk memecahkan masalah. Wang, dkk. (1998) dalam Corebima (2006) mengemukakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa, melatih keterampilan memecahkan masalah, dan meningkatkan penguasaan materi pembelajaran. D. Penerapan PBL terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Berdasarkan observasi pada siklus I tersebut rata-rata keaktifan mahasiswa secara klasikal dengan aspek menyampaikan pertanyaan sebesar 36,88%; Aspek menjawab pertanyaan 21,05%; aspek memberikan argument 50%. Dengan demikian masih perlu dilakukan perbaikan keterlaksanaan pembelajaran. Berdasarkan observasi pada siklus II diperoleh rata-rata keaktifan mahasiswa secara klasikal dengan aspek menyampaikan pertanyaan sebesar 26,31%; Aspek menjawab pertanyaan 39,47%; aspek memberikan argument 55,26%. Hasil tersebut memberikan makna bahwa ada peningkatan hasil belajar mahasiswa dengan penerapan model PBL. Temuan ini sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Suci (2008), Arianti (2012), Kurniawan (2012) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas (partisipasi) siswa dalam KBM, meningkatkan hasil belajar, mendapat respon yang positif dari siswa karena pembelajaran menjadi lebih bermakna. Hasil belajar kognitif merupakan salah satu indikator keberhasilan belajar kognitif. Heasil belajar kognitif ini merupakan kemampuan untuk menangkap makna dari bahan yang dipelajari/hasil dari proses pembelajaran. Kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan; mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain; membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu seperti grafik. Hasil belajar kognitif siswa berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menerima dan memahami materi dalam pembelajaran. SARAN Sesuai dengan analisis data dan pembahasan, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagaiberikut. 843 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 1. 2. Hendaknya Dosen lebih cermat dan teliti lagi untuk membuat suatu kasus yang bersifat autentik karena berhubungan erat dengan keterlaksanaan sintaks PBL Penentuan 4 ranah yang diukur harus jelas dan sesuai dengan rubrik. DAFTAR RUJUKAN Amir, Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Arianti, Baiq Fitri. 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Positif Mahasiswa Akutansi Melalui Problem Based Learning (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akutansi Universitas Negeri Malang). Tesis: PPS. Universitas Negeri Malang. Corebima, A. D. 2006. Pembelajaran Biologi yang Memberdayakan Kemampuan Berpikir Siswa. Makalah disajikan pada Pelatihan Strategi Metakognitif pada Pembelajaran Biologi untuk Guru-Guru Biologi SMA di Kota Palangkaraya, 23 Agustus 2006 Garfield, J. 2006. Exploring the Impact of Lesson Study on Developing Effective Statistics Curriculum. (Online), (www.stat.auckland.ac.nz/~iase/publications/11/Garfield.doc), diakses 31 November 2015. Hadi, Abdul Nurul. 2009. Pengaruh Penerapan Strategi Problem Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Metakognisi dan Pemahaman Konsep Siwa Kelas X di SMA N 8 Malang pada Kemampuan Akademik Berbeda. Skripsi tidak diterbitkan Malang: Universitas Negeri Malang. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara Hopkins, David. 2011. Panduan Guru: Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan I Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ibrahim dan Nur Moh. (2004). Pengajaran Berbasis Masalah. Surabaya: University press Ibrohim. 2011. PPL Berbasis Lesson Study: Sebagai Pola Alternatif untuk Meningkatkan Efektivitas Praktik Pengalaman Mengajar Mahasiswa Calon Guru. Makalah disajikan dalam Workshop Lesson Study untuk Mahasiswa, Guru, dan Dosen, FMIPA UM. Malang: Lemit Universitas Negeri Malang. Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. Nurhadi, Yasin B dan Senduk A. G. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Intelectual Teaching and Learning dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Retnosari, K. D. 2008. Pengaruh penerapan Strategi PBL (Problem Based Learning) terhadap Kemampuan Berpikir, Ketrampilan Metakognitif dan Pemahaman Konsep siswa kelas VII di SMP Khatolik Santa Maria II Malang dengan Kemampuan Akademik Berbeda. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Sardiman, 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sanuriyawati. 2010. Penerapan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII di SMPN I Ploso 844 Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016 Jombang. Malang: Program Pascasarjana pendidikan Geografi. Universitas Negeri Malang. Suci, Ni. , Made. 2008. Penerapan model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Akutansin UNDHISKA. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Singaraja: Lembaga Penelitian UNDHSIKA. Susilo, H. Dkk. 2011. Lesson Study Berbasis MGMP Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru. Malang: Surya Pena Gemilang. FMIPA UM.Syamsuri, I dan Ibrohim. 2008. Lesson Study: Studi Pembelajaran. Malang: Tan, O.S 2003, Problem Based Learning Innovation: Using Problem to Power Learning In The 21st Century. Singapore: Thomson Learning. 845