837 model problem based learning (pbl) melalui

advertisement
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MELALUI LS UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI
MATAKULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR OFF B
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Models Problem Based Learning ( Pbl) Through Ls To Increase Learning Activity And
Learning Outcomes Biology In Strategy Learning Off B Subject State University of
Malang
Atok Masofyan Hadi1, Herawati Susilo2, Sri Endah Indriwati3
Program Studi Pendidikan Biologi, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang 05 Malang, HP/Telp. 082326045891; Email: [email protected]
1)
Abstrak
Proses pembelajaran Biologi kelas SBM-B Biologi Universitas Negeri Malang selama
proses pembelajaran Dosen lebih banyak menerapkan pembelajaran dengan transfer
informasi melalui metode Active learning menggunakan power point, dan belum
menggunakan model pembelajaran yang inovatif. Berdasarkan hasil observasi diketahui
bahwa tingkat keaktifan mahasiswa masih rendah, hal tersebut dilihat dari sedikitnya
siswa yang antusias bertanya atau menjawab bahkan memberikan pendapat ketika diskusi
yang berakibat pada hasil belajar siswa juga rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan keterlaksanaan penerapan pembelajaran PBL melalui LS, dan
mendeskripsikan peningkatan keaktifan mahasiswa dan hasil belajar pada Matakuliah
Strategi Belajar Mengajar Mahasiswa OFF-B Universitas Negeri Malang. Penelitian ini
menggunakan desain PTK yang dilaksanakan melalui Lesson Study. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based melalui Lesson Study
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar mahasiswa.
Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Lesson Study (LS), Keaktifan, Hasil
Belajar.
Abstract
The learning process SBM-B grade of Biology State University of Malang during the
learning process more Lecturer apply learning to the transfer of information through Active
learning method uses power point, and not using an innovative learning model. Based on
the observation that the level of activity of students is still low, it is seen from the least
enthusiastic students who ask or answer even give an opinion when discussions that result
in student learning outcomes are also low. The purpose of this study was to describe the
enforceability of the implementation of PBL through LS, and describe an increase in the
activity of students and learning outcomes in subjects teaching and learning strategies
students OFF-B State University of Malang. The design of this study PTK implemented
through Lesson Study. The results showed that the application of problem based learning
model through Lesson Study can enhance the activity and learning outcomes of student.
Keywords: Problem Based Learning (PBL), Lesson Study (LS), activity, learning
outcomes
PENDAHULUAN
Peningkatan mutu pendidikan guna mencapai perkembangan dan kemajuan bangsa
Indonesia sangat penting dilakukan. Untuk mencapai perkembangan dan kemajuan
tersebut, pendidikan harus diarahkan untuk menghasilkan manusia berkualitas yang
mempunyai pengetahuan, keahlian, ketrampilan, dan mampu bersaing. Agar pembelajaran
837
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
maksimal dan tujuan pembelajaran tercapai maka diperlukan aktivitas belajar mahasiswa.
Aktivitas belajar akan menyebabkan interaksi antara mahasiswa dengan dosen, antar
mahasiswa itu sendiri, serta antara mahasiswa dengan materi yang dipelajari. Aktivitas
belajar yang kurang melibatkan siswa dalam hal keaktifan baik memberikan argument
maupun bertanya seperti tampak di kelas SBM Biologi Universitas Negeri Malang.
Berdasarkan observasi pada tenggal 26 Agustus 2015 terkait materi pendekatan dalam
pembelajaran biologi masalah yang ditemukan diantaranya beberapa mahasiswa masih
enggan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh dosen. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa kemampuan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat masih
rendah. Selain itu, hanya 3-4 mahasiswa yang antusis menjawab pertanyaan dari dosen.
Dengan demikian keaktifan siswa dalam hal menyampaikan jawaban ataupun pendapat
masih rendah.Fakta lain yang dilakukan peneliti di kelas SBM adalah ketika mengikuti
perkuliahan pada tanggal 02 September 2015 terkait materi pendekatan dalam
pembelajaran biologi. pada pertemuan ini kegiatan mahasiswa presentasi terkait topik.
Masalah yang ditemukan antara lain hanya sedikit mahasiswa yang ikut berpartisipasi
dalam presentasi dan diskusi. Dari 19 mahasiswa tidak lebih 30% yang aktif dalam diskusi.
Dengan demikian keaktifan mahasiswa dalam menyampaikan argument juga masih rendah.
Berdasarkan fakta di atas, maka diperlukan upaya untuk memberdayakan keaktifan
mahasiswa. Salah satu upaya yang dapat diajukan adalah dengan menerapkan strategi
pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Strategi PBL merupakan pembelajaran
yang dirancang berdasarkan masalah riil kehidupan yang bersifat tidak terstuktur (illstructured) dan terbuka. PBL merupakan suatu strategi untuk menampilkan situasi dunia
nyata yang signifikan, terkontekstual, dan memberikan sumber, bimbingan, dan petunjuk
pada pembelajar saat mereka mengembangkan isi pengetahuan dan ketrampilan
memecahkan masalah. Ditambahkan pula oleh Ibrahim dan Nur (2004) bahwa strategi
pembelajaran PBL adalah pembelajaran yang menyajikan kepada siswa situasi masalah
yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan untuk melakukan
penyelidikan atau inkuiri. Pembelajaran akan dilaksanakan melalui Lesson Study. Lesson
Study merupakan suatu kegiatan pengkajian pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh sekelompok guru guna meningkatkan kualitas pembelajarannya (Ibrohim,
2011). Langkah-langkah Lesson Studya dalah plan, do, dan see.
METODE
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK) yakni penelitian praktis
yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dengan melakukan tindakan
tertentu. Tindakan yang dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran PBL
dipadu TPS melalui LS. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus I dan II masingmasing dilakukan selama 5 jam pelajaran (2 pertemuan) dengan setiap siklus PTK
dilakukan 1 kali siklus LS, sehingga 2 siklus PTK dilakukan 2 kali siklus LS. Data pertama
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data keterlaksanaan pembelajaran PBL yang
diukur menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang diiisi oleh
observer. Data kedua adalah keterlaksanaan LS yang bersumber dari anggota observer,
dengan menggunakan lembar monitoring kegiatan plan, do, dan see. Data ketiga adalah
data keaktifan mahasiswa yang diperoleh dengan menggunakan lembar observasi yang
838
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
didisi oleh observer. Data keempat adalah data ranah sikap yang diperoleh dengan
menggunakan lembar observasi yang didisi oleh observer. Data kelima ranak kinerja yang
diperoleh dengan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh observer. Data keenam
adalah ranah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan lembar observasi yang
diperoleh dari hasil tes tulis yang dilakukan di akhir tiap siklus
HASIL
1. Keterlaksanaan Pembelajaran Problem Based Learning (PB L)
Data dianalisis menggunakan teknik pengumpulan data triangulasi sumber. Peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kembali
data yang diperoleh dengan cara membandingkan data dari berbagai sumber data. Data
keterlaksanaan pembelajaran dapat diperoleh dengan menghitung jumlah check list ()
pada kolom ―Ya‖ atau ―Tidak‖ pada lembar observasi pembelajaran yang terlaksana.
Observer dalam penelitan ini berjumlah 3 orang dengan satu observer bertanggung jawab
mengawasi 7-8 Mahasiswa. Persentase data yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dari
siklus I ke siklus II. Rekapitulasi persentase data keterlaksanaan pembelajaran PBL dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
Keterlaksanaan Pembelajaran
Siklus I
Siklus II
Konsistensi keterlaksanaan PBL
91,6%
91,67%
2. KeterlaksanaanTahapanLesson Study
Data dianalisis menggunakan teknik pengumpulan data triangulasi sumber seperti
hanya pada keterlaksanaan PBL. Persentase data yang diperoleh selanjutnya dibandingkan
dari siklus I ke siklus II. Tabel Rekapitulasi Data Keterlaksanaan LS Tahap Plan, Do, dan
See Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Data Keterlaksanaan LS Tahap Plan, Do, dan See Siklus I dan
Siklus II
Keterlaksanaan LS
Siklus I
Siklus II
Plan
100%
100%
Do
76,4%
88,23%
See
100%
100%
3. Keaktifan Mahasiswa Siklus I dan II
Keaktifan mahasiswa diperoleh dari banyaknya persentase kemampuan dalam
bertanya, menjawab, dan berpendapat menggunakan lembar observasi yang didisi oleh
observer. Selanjutnya dibandingkan dari siklus I dengan siklus II rekapitulasi perbandingan
siklus I dengan siklus II yang dapat dilihat pada Tabel 3.
839
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Tabel 3. Hasil Rerata Keaktifan Mahasiswa
Aspek Keaktifan Mahasiswa
Siklus I (%)
Kemampuan bertanya
36,88
Kemampuan menjawab pertanyan
21,05
Kemampuan berpendapat
50
Siklus II (%)
26,31
39,47
55,26
4. Hasil Belajar Kognitif Mahasiswa
Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II.
Data ketuntasan belajar klasikal siswa pada tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rekapitulasi hasil belajar kognitif Siklus I dan II
No. Siklus
Persentase Keterangan
Dari 19 mahasiswa, 4 orang mahasiswa masih
1.
I
78,94%
di bawah KKM yaitu 75. Rata-rata nilai ujian
akhir siklus I secara klasikal adalah 83,38
Dari 16 siswa, nilai berada diatas KKM. KKM
2
II
100%
yang ditetapkan adalah 75. Rata-rata nilai
evaluasi siklus II secara klasikal adalah 89
PEMBAHASAN
A. Keterlaksanaan Sintaks PBL
Model pembelajaran PBL dalam penelitian ini ditujukan pada mahasiswa SBM-B
Biologi Universitas Negeri malang pada materi metode pembelajaran dan pengelolaan
kelas. Berdasarkan sintaks PBL terdapat kontribusi keterkaitan dalam tahapnya terhadap
peningkatan keaktifan dan hasil belajar mahasiswa. Dosen memberikan pengetahuan awal
materi kepada siswa, untuk memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai materi yang
akan diajarkan. Dosen memberikan pertanyaan di awal pembelajaran sebagai masalah awal
(orientasi terhadap masalah) dan guru juga dapat memberikan Lembar Kerja Mahasiswa
(LKM). LKM diberikan dengan harapan agar mahasiswa lebih mengembangkan
kemampuan berpikir dan lebih aktif lagi dalam menananggapi masalah yang terjadi
berdasarkan LKM.
Keterlaksanaan PBL lebih terlaksana dari siklus I ke siklus II karena adanya
perbaikan pembelajaran di setiap pertemuan pada tahap plan dan see. Meski demikian
dalam keterlaksanaan pembelajaran ini guru harus memahami sintaks. Pemberian masalah
haruslah mengacu pada masalah yng bersifat autentik.
Data keterlaksanaan pembelajaran yang diisi oleh observer terdiri dari lembar observasi
keterlaksanaan sintaks yaitu terlaksana91,6%, untuk siklus I. Keterlaksanaan tidak 100%,
terjadi karena tahap awal dosen model belum mencantumkan RPS dalam pembelajaran.
Data untuk keterlaksanaan sintasks PBL terlaksana 100% pada siklus II.
840
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
B. Keterlaksanaan Lesson Study
Lesson Study merupakan suatu kegiatan pengkajian pembelajaran yang dilakukan
secara kolaboratif oleh sekelompok guru untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya.
Guru-guru secara kolaboratif mengembangkan rencana dan perangkat pembelajaran,
melakukan observasi, refleksi dan revisi rencana pembelajaran secara bersiklus dan terus
menerus.
Berdasarkan analisis data berupa lembar observasi diketahui rata-rata
keterlaksanaan meliputi kegiatan plan, do, dan see pada siklus I kegiatan plan 100%,
kegiatan do 76,4%, dan kegiatan see 100%, belum terlaksananya kegiatan , do secara
maksimal terjadi karena aspek yang tidak terlaksana yaitu tidak terjadi pembekalan
observer sebelum masuk kelas, alokasi waktu yang kurang sesuai, adanya perbincangan
sesame observer dan ada observer yang membantu modeling. Kegiatan see sudah
terlaksana dengan baik. Pada siklus 2 sama seperti siklus 1 kegiatan Do kurang terlaksana
dengan baik Aspek yang tidak terlaksana yaitu yaitu tidak terjadi pembekalan observer
sebelum masuk kelas, alokasi waktu yang kurang sesuai. Dosen sodel sudah mencoba
untuk memperbaiki namun ada beberapa hal yang luput dari pengamatan dosen, selain
karena adanya waktu yang cukup singkat.
Keterlaksanaan siklus I hingga pada siklus II mengalami peningkatan menjadi dari
76,45% menjadi 88,23% untuk tahapan do. Adanya peningkatan keterlaksanaan tahap do
menunjukkan bahwa kualitas perencanaan (plan) semakin baik sehingga rencana
pembelajaran yang dirancang menjadi lebih operasional. Terbukti bahwa RPP yang
didiskusikan Dosen model dan rekan sejawat semakin operasional, kesesuaian sumber
belajar serta media yang digunakan semakin baik, waktu pembelajaran yang semakin
efektif, dan langkah-langkah pembelajaran yang semakin baik . Selain itu, adanya saran,
dan masukan antar teman sejawat dan guru mampu meningkatkan rancangan pembelajaran
yang lebih operasional dan efektif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Garfield (2006)
bahwa Lesson Study merupakan sebuah proses yang digunakan oleh para guru di Jepang
untuk menguji keefektifan pembelajaran dalam rangka mencapai keberhasilan tujuan
pembelajaran. Proses tersebut meliputi pengembangan dan perbaikan perangkat
pembelajaran yang meliputi perencanaan, pembelajaran, observasi, refleksi revisi rencana
pembelajaran secara bersiklus.
Tahap pelaksanaan (do) merupakan tahap di mana peran observer sangat
diperlukan. Tahap pelaksanaan (do) akan berjalan dengan baik jika jumlah observer
sebanding dengan jumlah kelompok siswa yang ada di kelas sehingga setiap observer
dapat mengamati satu kelompok tertentu. Jumlah observer pada penelitian ini sebanyak 3
orang dengan setiap observer mengamati 5-6 mahasiswa. Persamaan antara jumlah
observer dengan jumlah kelompok siswa akan mempermudah observer untuk mengamati
aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan memanfaatkan sumber belajar yang
tersedia. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa setiap pengamat dapat mengamati satu
kelompok tertentu, terutama bagi pengamat pemula (Syamsuri dan Ibrohim, 2008:89).
Penerapan model pembelajaran yang melalui LS juga telah dilakukan pada
penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian terkait LS seperti yang dilakukan oleh Kusuma
(2013) menyatakan bahwa implementasi LS untuk meningkatkan kemampuan berpikir
841
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
kritis dan hasil belajar siswa kelas VIIH SMP Negeri 5 Malang yang dapat diketahui dari
lembar observasi kemampuan berpikir kritis memperlihatkan hasil yang signifikan.
Penelitian Tindakan Kelas dan LS memiliki kesamaan yaitu suatu kegiatan untuk
meningkatkan keprofesionalan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Penelitian
tindakan kelas merupakan penelitian reflektif yang dilaksanakan secara berulang untuk
melakukan perbaikan terhadap seluruh proses kegiatan pembelajaran sehingga kualitas
pmbelajaran dapat meningkat (Susilo, 2011).
Kegiatan PTK yang dilaksanakan melalui LS dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran yang dilakukan guru di setiap pertemuan karena kegiatan perencanaan
hingga refleksi dilakukan di setiap pertemuan, sehingga kekurangan yang terdapat dalam
proses pembelajaran dapat diperbaiki pada pertemuan selanjutnya. Perbaikan dapat
terlaksana karena pada proses pembelajaran guru yang melaksanakan LS mendapatkan
banyak masukan dan penyelesaian dari permasalahan di kelas dari rekan sejawat.
Kegiatan LS dalam melakukan PTK sangat memberikan manfaat bagi guru. Guru
mendapatkan banyak masukan mulai dari tahap perencanaan hingga refleksi, sehingga
guru mendapatkan kemudahan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam proses
pembelajaran, dan dapat melakukan perbaikan diri pada kegiatan pembelajaran
selanjutnya. Guru dapat belajar mengamati cara siswa belajar, sehingga guru yang
menerapkan LS dalam kegiatan mengajarnya, maka guru dapat melakukan PTK dengan
lebih mudah (Susilo, 2011).
C. Penerapan PBL terhadap Keaktifan Mahasiswa
Data hasil keaktifan mahasiswa yang diperoleh dari hasil observasi, diperoleh hasil
persentase aspek menyampaikan pertanyaan sebesar 36,88%; Aspek menjawab pertanyaan
21,05%; aspek memberikan argument 50%. Terjadi peningkatan kemampuan keaktifan
mahasiswa berdasarkan hasil observasi dari siklus I ke siklus II, namun aktivitas yang
menurun disiklus II adalah kemampuan bertanya. Berdasarkan hasil observasi pada siklus
II diperoleh hasil aspek menyampaikan pertanyaan sebesar 26,31%; Aspek menjawab
pertanyaan 39,47%; aspek memberikan argument 55,26%. Berdasarkan hasil tersebut,
secara umum terbukti bahwa pembelajaran yang diterapkan dapat meningkatkan keaktifan
mahasiswa.
Pada pembelajaran aktif, peserta didik menjadi lebih aktif, karena peserta didik
berperan sebagai subyek belajar di kelas, yang aktif mempelajari materi pembelajaran,
aktif mengemukakan pendapat, tanya jawab, mengembangkan pengetahuannya,
memecahkan masalah, diskusi, dan menarik kesimpulan (Munir, 2008: 87). Karena
manusia itu aktif, maka pembelajaran seharusnya memberikan kesempatan kepada setiap
peserta didik untuk aktif melakukan kegiatan sendiri. Peserta didik diberi kesempatan
untuk menentukan apa yang akan dipelajari dan mengembangkan kemampuan yang sudah
dimilikinya. Materi pembelajaran yang harus dipelajari peserta didik, tidak harus selalu
ditentukan terlebih dahulu oleh pendidik. Materi pembelajaran ditentukan bersama-sama
dengan peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. Dengan demikian, peserta didik akan
belajar secara aktif, karena merasa membutuhkannya.
Peningkatan rata-rata nilai hasil belajar kognitif mahasiswa tidak terlepas dari
karakteristik sintaks strategi PBL. Strategi PBL merupakan pembelajaran yang dirancang
842
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
berdasarkan masalah riil kehidupan yang bersifat tidak terstuktur (ill-structured) dan
terbuka. PBL merupakan suatu strategi untuk menampilkan situasi dunia nyata yang
signifikan, terkontekstual, dan memberikan sumber, bimbingan, dan petunjuk pada
pembelajar saat mereka mengembangkan isi pengetahuan dan ketrampilan memecahkan
masalah. Ditambahkan pula oleh Ibrahim dan Nur (2000) bahwa strategi pembelajaran
PBL adalah pembelajaran yang menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan
bermakna yang dapat memberikan kemudahan untuk melakukan penyelidikan atau inkuiri.
Dalam PBL siswa bekerja sama untuk mempelajari isu suatu masalah sambil
mereka merancang suatu pemecahan masalah yang dapat dilakukan serta
mengkomunikasikan dalam presentasi. Kegiatan semacam ini diharapkan dapat
meningkatkan keaktifan mahasiswa. Ibrahim dan Nur (2000) dalam Corebima (2006)
menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu
siswa mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan keterampilan
intelektual. Hastings (2001) juga mengemukakan hal yang sama dengan menyatakan
bahwa pembelajaran berdasarkan masalah dapat mengembangkan keterampilan berpikir
kritis dan analisis, serta menghadapkan siswa pada latihan untuk memecahkan masalah.
Wang, dkk. (1998) dalam Corebima (2006) mengemukakan bahwa pembelajaran
berdasarkan masalah dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa, melatih
keterampilan memecahkan masalah, dan meningkatkan penguasaan materi pembelajaran.
D. Penerapan PBL terhadap Hasil Belajar Mahasiswa
Berdasarkan observasi pada siklus I tersebut rata-rata keaktifan mahasiswa secara
klasikal dengan aspek menyampaikan pertanyaan sebesar 36,88%; Aspek menjawab
pertanyaan 21,05%; aspek memberikan argument 50%. Dengan demikian masih perlu
dilakukan perbaikan keterlaksanaan pembelajaran. Berdasarkan observasi pada siklus II
diperoleh rata-rata keaktifan mahasiswa secara klasikal dengan aspek menyampaikan
pertanyaan sebesar 26,31%; Aspek menjawab pertanyaan 39,47%; aspek memberikan
argument 55,26%. Hasil tersebut memberikan makna bahwa ada peningkatan hasil belajar
mahasiswa dengan penerapan model PBL. Temuan ini sejalan dengan beberapa penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya. Suci (2008), Arianti (2012), Kurniawan (2012) hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat
meningkatkan aktivitas (partisipasi) siswa dalam KBM, meningkatkan hasil belajar,
mendapat respon yang positif dari siswa karena pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Hasil belajar kognitif merupakan salah satu indikator keberhasilan belajar kognitif.
Heasil belajar kognitif ini merupakan kemampuan untuk menangkap makna dari bahan
yang dipelajari/hasil dari proses pembelajaran. Kemampuan ini dinyatakan dalam
menguraikan isi pokok dari suatu bacaan; mengubah data yang disajikan dalam bentuk
tertentu ke bentuk lain; membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam
data tertentu seperti grafik. Hasil belajar kognitif siswa berkaitan dengan kemampuan
siswa dalam menerima dan memahami materi dalam pembelajaran.
SARAN
Sesuai dengan analisis data dan pembahasan, maka dapat dikemukakan
beberapa saran sebagaiberikut.
843
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
1.
2.
Hendaknya Dosen lebih cermat dan teliti lagi untuk membuat suatu kasus yang
bersifat autentik karena berhubungan erat dengan keterlaksanaan sintaks PBL
Penentuan 4 ranah yang diukur harus jelas dan sesuai dengan rubrik.
DAFTAR RUJUKAN
Amir, Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Arianti, Baiq Fitri. 2012 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Positif
Mahasiswa Akutansi Melalui Problem Based Learning (Studi Kasus Pada
Mahasiswa Akutansi Universitas Negeri Malang). Tesis: PPS. Universitas Negeri
Malang.
Corebima, A. D. 2006. Pembelajaran Biologi yang Memberdayakan Kemampuan Berpikir
Siswa. Makalah disajikan pada Pelatihan Strategi Metakognitif pada Pembelajaran
Biologi untuk Guru-Guru Biologi SMA di Kota Palangkaraya, 23 Agustus 2006
Garfield, J. 2006. Exploring the Impact of Lesson Study on Developing Effective Statistics
Curriculum.
(Online),
(www.stat.auckland.ac.nz/~iase/publications/11/Garfield.doc),
diakses
31
November 2015.
Hadi, Abdul Nurul. 2009. Pengaruh Penerapan Strategi Problem Based Learning (PBL)
terhadap Keterampilan Metakognisi dan Pemahaman Konsep Siwa Kelas X di SMA
N 8 Malang pada Kemampuan Akademik Berbeda. Skripsi tidak diterbitkan
Malang: Universitas Negeri Malang.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hopkins, David. 2011. Panduan Guru: Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan I
Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ibrahim dan Nur Moh. (2004). Pengajaran Berbasis Masalah. Surabaya: University press
Ibrohim. 2011. PPL Berbasis Lesson Study: Sebagai Pola Alternatif untuk Meningkatkan
Efektivitas Praktik Pengalaman Mengajar Mahasiswa Calon Guru. Makalah
disajikan dalam Workshop Lesson Study untuk Mahasiswa, Guru, dan Dosen,
FMIPA UM. Malang: Lemit Universitas Negeri Malang.
Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung:
Alfabeta.
Nurhadi, Yasin B dan Senduk A. G. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Intelectual
Teaching and Learning dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Retnosari, K. D. 2008. Pengaruh penerapan Strategi PBL (Problem Based Learning)
terhadap Kemampuan Berpikir, Ketrampilan Metakognitif dan Pemahaman
Konsep siswa kelas VII di SMP Khatolik Santa Maria II Malang dengan
Kemampuan Akademik Berbeda. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Sardiman, 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sanuriyawati. 2010. Penerapan Problem Based Learning untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII di SMPN I Ploso
844
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Jombang. Malang: Program Pascasarjana pendidikan Geografi. Universitas Negeri
Malang.
Suci, Ni. , Made. 2008. Penerapan model Problem Based Learning untuk Meningkatkan
Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Akutansin UNDHISKA. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan. Singaraja: Lembaga Penelitian UNDHSIKA.
Susilo, H. Dkk. 2011. Lesson Study Berbasis MGMP Sebagai Sarana Pengembangan
Keprofesionalan Guru. Malang: Surya Pena Gemilang.
FMIPA UM.Syamsuri, I dan Ibrohim. 2008. Lesson Study: Studi Pembelajaran. Malang:
Tan, O.S 2003, Problem Based Learning Innovation: Using Problem to Power Learning In
The 21st Century. Singapore: Thomson Learning.
845
Download