Templat tugas akhir S1

advertisement
13
Bagian organ larva ikan zebra yang diamati meliputi sumbu tubuh, panjang tubuh,
pigmentasi, kantong kuning telur, jantung, warna mata, telinga, dan sirkulasi
darah (Kumar et al. 2013)
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Identitas Sampel Tanaman Kunyit Putih
Identifikasi sampel tanaman dilakukan untuk mengkonfirmasi kembali
kebenaran dari identitas sampel yang digunakan. Karakteristik morfologi yang
diamati antara lain warna rimpang, bentuk rimpang, aroma rimpang, bentuk daun,
dan warna tulang tengah daun. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa ketiga
sampel tanaman tersebut adalah C. zedoaria (Christm.) Roscoe, yang termasuk
dalam genus Curcuma dalam famili Zingiberaceae (Tabel 3).
Tabel 3 Hasil identifikasi sampel tanaman kunyit putih di Herbarium Bogoriense
Lokasi sampel Nama koleksi
Famili
Species
Bojong Gede
Kunyit Putih Zingiberaceae Curcuma zedoaria (Christm.)
Roscoe
LIPI, Cibinong Kunyit Putih Zingiberaceae Curcuma zedoaria (Christm.)
Roscoe
IPB, Dramaga Kunyit Putih Zingiberaceae Curcuma zedoaria (Christm.)
Roscoe
Kelimpahan Bakteri Endofit
Isolasi bakteri endofit dilakukan dari tanaman kunyit putih yang diambil
dari lokasi tanam yang berbeda berdasarkan metode sterilisasi permukaan. Metode
sterilisasi permukaan yang digunakan pada penelitian ini dikatakan berhasil
karena tidak ada pertumbuhan mikrob pada cawan Petri kontrol. Hasil isolasi
menunjukkan bahwa bakteri endofit ditemukan pada semua bagian tanaman
kunyit putih meliputi bagian rimpang, batang dan daun. Keberadaan bakteri
endofit ditemukan hampir pada semua bagian tanaman inang termasuk akar,
batang, daun, biji, buah, umbi, dan juga dalam nodul tanaman legum (Sturz et al.
1997; Jalgaonwala dan Mahajan 2011). Struktur populasi bakteri endofit pada
suatu tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adanya rotasi tanaman,
kondisi tanah, umur tanaman, musim ketika dilakukan isolasi, jaringan tanaman,
dan keberadaan patogen tanaman.
Populasi bakteri endofit berbeda antar lokasi, umur, bagian tanaman
(rimpang, batang, daun), dan hal ini juga dipengaruhi oleh jenis media isolasi
yang digunakan. Tiga sampel tanaman kunyit putih yang diambil dari lokasi
berbeda diisolasi menggunakan empat macam media dan dua jenis metode
menunjukkan kelimpahan bakteri endofit yang berbeda. Sampel tanaman dari
CBN menunjukkan kelimpahan bakteri 3 log (CFU/g) sampel, sampel dari BG
adalah berkisar 2 sampai 3 log (CFU/g) sampel, dan sampel dari DRMG adalah
3 sampai 4 log (CFU/g) sampel (Gambar 4).
14
Gambar 4 Populasi bakteri endofit tanaman kunyit putih yang diambil dari tiga
lokasi menggunakan metode spread plate
NA adalah media yang lebih cocok untuk isolasi bakteri endofit
dibandingkan dengan WYEA. Bakteri endofit yang diisolasi menggunakan media
NAT dan WYEAT menunjukkan jumlah populasi bakteri endofit yang lebih
rendah dibandingkan dengan media NA dan WYEA dan hal ini juga berpengaruh
terhadap jumlah isolat yang diperoleh. Berdasarkan metode isolasi, jumlah bakteri
endofit yang diperoleh menggunakan metode spread plate lebih tinggi
dibandingkan dengan metode plant piece. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pada
saat persiapan sampel. Metode spread plate, sampel dihaluskan terlebih dahulu
dan disebar di atas permukaan media. Metode ini tampaknya memberikan peluang
lebih banyak bagi bakteri endofit untuk tumbuh. Bakteri endofit tumbuh lebih
terbatas pada metode plant piece, dikarenakan sampel tanaman dipotong menjadi
potongan kecil dan langsung diletakkan di atas permukaan media.
Jumlah populasi tertinggi ditemukan pada sampel yang diambil dari DRMG,
dan jumlah populasi bakteri dari masing-masing bagian tanaman berbeda antara
rimpang, batang dan daun. Jumlah populasi tertinggi dari ketiga bagian tanaman
adalah pada bagian rimpang. Family Zingiberaceae tidak memiliki akar, dan
dalam hal ini keberadaan rimpang adalah sama dengan akar. Jumlah populasi
mikrob endofit pada hampir semua tanaman, akar menunjukkan angka yang lebih
tinggi dibandingkan dengan jaringan lain (Rosenblueth dan Martinez 2006), dan
berdasarkan McInroy dan Kloepper (1995) jumlah tertinggi bakteri endofit
ditemukan pada akar tanaman yang berkisar 4-6 log (CFU/g) sampel. Akar
menunjukkan populasi tertinggi, diikuti daun dan batang, dikarenakan akar
merupakan tempat paling awal untuk masuknya segala sesuatu ke dalam tanaman
(Dalal dan Kulkarni 2013).
Tanaman obat merupakan salah satu tanaman yang sensitif terhadap
lingkungan tumbuh. Lingkungan tumbuh yang tidak sesuai akan mengurangi
kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan tanaman obat. Hal ini juga berpengaruh
terhadap mikrob yang terdapat pada tanaman tersebut. Sampel dari CBN memiliki
kelimpahan bakteri endofit paling rendah dikarenakan sampel tanaman pada
awalnya merupakan hasil kultur jaringan yang selanjutnya didomestikasi di kebun
percobaan Pusat Penelitian Biologi LIPI Cibinong (Tabel 4). Lama waktu
15
aklimatisasi juga berpengaruh terhadap populasi mikroba yang terdapat dalam
tanaman. Mikrob tertentu yang mampu menyesuaikan dengan habitat baru yang
akan hidup dan berkembang biak. Keragaman tanaman di lingkungan CBN relatif
lebih rendah jika dibandingkan dengan kebun di BG dan DRMG. Kebun
percobaan CBN lebih banyak didominasi oleh tanaman hortikultura dengan curah
hujan yang relatif lebih rendah sekitar 217 mm/tahun dibandingkan DRMG 10001500 mm/tahun. Kondisi ini berbeda dengan kebun koleksi tanaman obat
Biofarmaka DRMG yang mempunyai diversitas tanaman yang sangat tinggi.
Kebun dengan luas lahan sekitar 3,5 ha tersebut memiliki sekitar tiga ratus jenis
tanaman obat yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa populasi endofit dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk
kondisi lingkungan, lokasi geografis dan aklimatisasi.
Bakteri endofit terseleksi dari lokasi tanam yang berbeda menunjukkan
jumlah yang berbeda pula. Sampel yang digunakan memiliki tingkat umur yang
berbeda. Tahap reproduksi C. zedoaria adalah 11-12 bulan, sehingga sampel yang
digunakan diharapkan berada pada masa reproduksi. Sampel dari DRMG adalah
paling tua (12 bulan), diikuti sampel dari BG (11 bulan), dan kemudian sampel
dari CBN (8 bulan). Jumlah bakteri endofit akan bervariasi tergantung pada lokasi
dan umur tanaman. Usia tanaman dapat mempengaruhi variasi komunitas endofit
dalam tanaman gingseng (Vendan et al. 2010). Keragaman mikrob endofit
merupakan suatu fungsi dari tahap pematangan yang berbeda untuk setiap
tanaman, yang mungkin berpengaruh terhadap jenis dan jumlah eksudat akar yang
dihasilkan (Ferreira et al. 2008).
Tabel 4 Jumlah bakteri endofit terisolasi dari tanaman kunyit putih (C. zedoaria)
pada media dan metode isolasi yang berbeda
Asal sampel
Bojong
Gede
Cibinong
Dramaga
Bagian
tanaman
Rimpang
Batang
Daun
Rimpang
Batang
Daun
Rimpang
Batang
Daun
NA
S
6
7
4
2
3
5
4
5
3
39
NAT
P
2
4
5
6
4
4
2
27
Total
S: metode spread plate; P: metode plant piece
S
1
2
7
3
1
1
4
3
2
24
P
3
3
3
3
3
6
5
4
4
34
207
WYEA
S
P
2
1
2
2
4
2
1
1
4
4
5
2
3
2
3
2
28
12
WYEAT
S
P
1
3
1
8
2
1
1
2
2
3
4
2
4
3
5
1
31
12
16
Populasi bakteri endofit dipengaruhi oleh fase pertumbuhan tanaman.
Kondisi fase reproduksi, populasi mikrob akan mencapai maksimal dibandingkan
dengan fase pertumbuhan lainnya. Perbedaan yang signifikan dalam jumlah
populasi bakteri ditemukan oleh Kuklinsky-Sobral (2004) dan hal ini dipengaruhi
oleh fase pertumbuhan dan jenis jaringan tanaman. Penurunan jumlah populasi
endofit dari fase vegetatif ke reproduksi dikarenakan tidak tersedianya nutrisi
penting selama pematangan dan penuaan tanaman. Tahap tanaman dewasa, semua
nutrisi yang diperlukan oleh bakteri berada dalam kondisi optimum dan akan
diperoleh populasi endofit yang stabil (Dalal dan Kulkarni 2013).
Sebanyak 207 isolat bakteri berhasil diisolasi dari tanaman kunyit putih dari
tiga lokasi yang berbeda. Berdasarkan karakteristik morfologi sebagian besar
isolat bakteri endofit berwarna putih susu, bentuk circular, tepian entire, elevasi
raised dan convex, serta permukaan shiny/opaque (Gambar 5 dan Lampiran 3).
Isolat selanjutnya dipilih berdasarkan koloni morfologi dan berdasarkan
karakteristik morfologi yang berbeda dari masing-masing lokasi sampel diperoleh
total 73 isolat terseleksi, yaitu 23 isolat dari BG (32%), 16 isolat dari CBN (22%)
dan 34 isolat dari DRMG (46%). Sebanyak 28 isolat dari rimpang (38%), 23 isolat
dari batang (32%) dan 22 isolat dari daun (30%) (Gambar 6). Hasil penentuan
sifat Gram melalui uji antara bakteri endofit terisolasi dengan larutan KOH 3%
(w/v) menunjukkan bahwa terdapat 30 isolat bakteri Gram positif dan 44 isolat
bakteri Gram negatif. Hal ini dapat dikatakan bahwa bakteri endofit di tanaman
kunyit putih didominasi oleh bakteri Gram negatif.
Gambar 5 Beberapa karakteristik fenotip bakteri endofit terseleksi
Gambar 6 Total bakteri endofit terseleksi dari tiga lokasi tanaman (A); total
bakteri endofit terseleksi dari bagian rimpang, batang dan daun (B)
17
Hasil Analisis Berdasar Sekuen 16S rDNA
Isolat bakteri terpilih selanjutnya diidentifikasi pada tingkat spesies dengan
analisis 16S rDNA. Sekuen 16S rDNA merupakan komponen subunit kecil 30S
dari ribosom prokariot bakteri dengan panjang 1.542 bp. Sekuen ini bersifat
spesifik, conserve antara spesies yang berbeda pada bakteri dan arkea, sangat
akurat dan bermanfaat dalam klasifikasi dan identifikasi bakteri, dan dapat
digunakan untuk membuat pohon kekerabatan dalam identifikasi bakteri (Xiang
2006; Sun et al. 2008). Amplifikasi sekuen 16S rDNA pada penelitian ini
menggunakan primer universal, yaitu primer forward dan reverse (27F dan
1492R), sehingga diperoleh daerah teramplifikasi sebanyak ~ 1500 bp (Gambar 7)
(Palaniappan et al. 2010). Identifikasi bakteri endofit berdasar sekuen 16S rDNA
dilakukan sekuensing secara parsial menggunakan primer 27F dan diperoleh
jumlah basa yang teramplifikasi sekitar 700−1200 pb. Sekuen 16S rDNA bakteri
terisolasi yang diperoleh ditentukan dan dicocokkan dengan strain referensi yang
terdapat di bank data NCBI dalam rangka memperoleh sekuen yang memiliki
kesamaan maksimal, dan hanya hasil sekuen yang bersih yang digunakan dalam
identifikasi 16S rDNA. Semua sekuen yang dihasilkan oleh program BLAST
menunjukkan kesamaan yang tinggi (≥ 97%) dengan spesies terdekat.
M
-
1
2
3
4
5
6
7
M
1500 pb
Gambar 7 Hasil amplifikasi sekuen 16S rDNA ~ 1500 bp (M: marker; -: kontrol
negatif; 1−7 : sampel DNA teramplifikasi)
Keragaman Bakteri Endofit asal Bojong Gede (BG)
Sebanyak 23 isolat diperoleh dari sampel yang diambil di BG. Delapan
isolat diisolasi dari bagian rimpang, 9 isolat dari batang dan 6 isolat dari daun.
Populasi mikrob endofit pada bagian batang adalah lebih tinggi jika dibandingkan
dengan bagian daun (Bhore et al. 2010). Jumlah isolat Gram positif (12 dari 23
isolat) yang diperoleh lebih banyak dengan jumlah Gram negatif (11 dari 23
isolat). Hasil analisis seken 16S rDNA seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5,
sebanyak 22 isolat menunjukkan kesamaan yang tinggi antara 99% dan 100%, dan
satu kandidat spesies baru yaitu isolat BB.S.5. Dua organisme yang memiliki
homologi sekuen 16S rDNA kurang dari 97.5%, maka kedua organisme tersebut
merupakan spesies yang berbeda (Stackebrandt dan Goebel 1994). Isolat BB.S.5
18
yang teridentifikasi sebagai Microbacterium hominis dengan homologi 97%
merupakan kandidat spesies baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat
didominasi oleh genus Klebsiella, Microbacterium dan diikuti oleh Pseudomonas.
Populasi bakteri endofit terdiri dari genus Pseudomonas (3 isolat),
Microbacterium (5 isolat), Bosea (2 isolat), Klebsiella (4 isolat), Bacillus (2
isolat), Agrobacterium, Mycobacterium, Erwinia, Xanthobacter, Enterobacter,
Pantoea, dan Cellulomonas (Tabel 5). Isolat bakteri terbagi ke dalam 4 kelompok
yaitu γ-Proteobacteria (10 isolat), Actinobacteria (7 isolat), α-Proteobacteria (4
isolat) dan Firmicutes (2 isolat). Genus Klebsiella ditemukan pada semua bagian
tanaman dan kelompok γ-Proteobacteria diantaranya Pseudomonas, Erwinia,
Pantoea, dan Klebsiella tersebar pada semua bagian tanaman.
Tabel 5 Tingkat kesamaan sekuen 16S rDNA dari bakteri endofit tanaman kunyit
putih asal Bojong Gede (BG)
DB.S.1
DB.S.2
DB.S.3
DB.S.4
DB.P.1
DB.P.2
BB.P.1
BB.P.3
BB.P.4
BB.S.1
BB.S.3
Bagian
tanaman
D
D
D
D
D
D
B
B
B
B
B
BB.S.5
BB.S.6
BB.S.7
BB.S.8
RB.P.1
RB.P.2
RB.P.3
B
B
B
B
R
R
R
RB.P.4
RB.S.2
RB.S.3
RB.S.4
RB.S.5
R
R
R
R
R
Isolat
Identitas terdekat dengan referensi bank data
NCBI
Pseudomonas stutzeri strain TRA27A
Microbacterium laevaniformans strain G24a
Bosea thiooxidans strain RpPl3-VS
Micrococcus yunnanensis strain UAC-84
Klebsiella pneumoniae strain EB55-THQ
Agrobacterium larrymoorei strain EG27
Bacillus pumilus strain BVC9
Klebsiella pneumoniae strain SC
Erwinia chrysanthemi strain D4
Microbacterium laevaniformans strain G24a
Microbacterium trichothecenolyticum strain
Nomor
asesi
JQ782508
KC136835
AJ250798
KC634108
GQ166865
KC122702
JQ660592.
FJ232952
JF779683
KC136835
JQ039976
Persen
kesamaan
99%
100%
99%
100%
99%
100%
100%
99%
100%
99%
99%
HM629351
KF028777
JQ995474
JX088114
KF017557
KC211309
NR102805
97%
99%
100%
99%
100%
99%
100%
KF000099
KC510017
KC456523
JQ659804
FN392632
100%
100%
100%
99%
99%
YNA102
Microbacterium hominis strain B-LS-R2A3
Mycobacterium simiae strain AW27-2
Xanthobacter flavus strain ICS1
Enterobacter oryzae
Bacillus subtilis strain KtRA5-91
Klebsiella pneumoniae strain SI-2
Pseudomonas denitrificans strain
ATCC 13867
Pseudomonas stutzeri strain PW1
Pantoea dispersa strain XJ18
Klebsiella variicola strain ALK036
Cellulomonas hominis strain R6-344
Bosea thiooxidans
D: daun; B: batang; R: rimpang
Keragaman Bakteri Endofit asal Cibinong (CBN)
Keragaman bakteri endofit yang diisolasi dari CBN, diperoleh 13 spesies
yang berbeda dari 16 isolat terseleksi. Tujuh isolat dari bagian daun, 5 isolat dari
rimpang dan 4 isolat dari bagian batang. Keragaman bakteri endofit pada sampel
kurang beragam dibandingkan sampel lainnya. Jumlah bakteri Gram negatif (9
dari 16 isolat) lebih banyak daripada bakteri Gram positif (7 isolat). Hasil analisis
sekuen 16S rDNA menunjukkan semua isolat memiliki tingkat kesamaan yang
tinggi dengan referensi yaitu 99%-100% (Tabel 6). Genus Bacillus ditemukan
19
pada semua bagian tanaman, sedangkan Pseudomonas dan Stenotrophomonas
hanya ditemukan pada bagian daun dan batang. Populasi bakteri endofit terdiri
dari genus Bacillus (3 isolat), Pseudomonas (2 isolat), Enterobacter (2 isolat),
Stenotrophomonas (2 isolat), Microbacterium, Methylobacterium, Providencia,
Mycobacterium, Phenylobacterium, dan Roseomonas. Empat kelompok bakteri
ditemukan dari analisis hubungan kekerabatan bakteri dari tanaman yang diambil
dari CBN, diantaranya adalah γ-Proteobacteria (7 isolat), Actinobacteria (2
isolat), Firmicutes (4 isolat) dan α-Proteobacteria (3 isolat). Populasi bakteri dari
sampel ini didominasi bakteri dari kelompok γ-Proteobacteria, dengan jumlah
Bacillus lebih tinggi dibanding lainnya.
Tabel 6 Tingkat kesamaan sekuen 16S rDNA dari bakteri endofit tanaman kunyit
putih asal Cibinong (CBN)
DL.P.1
DL.P.2
DL.P.3
Bagian
tanaman
D
D
D
DL.P.4
D
DL.P.5
DL.P.6
DL.S.1
RL.P.1
RL.P.4
RL.S.1
RL.S.2
RL.S.3
BL.P.1
BL.P.2
BL.S.1
BL.S.2
D
D
D
R
R
R
R
R
B
B
B
B
Isolat
Identitas terdekat dengan referensi bank data
NCBI
Microbacterium testaceum strain: StLB018
Stenotrophomonas maltophilia strain SO
Pseudomonas denitrificans
strain ATCC 13867
Enterobacter cancerogenus
strain GRM903b
Bacillus safensis strain BAB-1846
Bacillus subtillis strain yxw5
Methylobacterium organophilum strain: NS8
Providencia vermicola strain Cu12a
Phenylobacterium koreense isolate MKC7
Bacillus safensis strain AL-A32
Enterobacter aerogenes strain NC4211
Roseomonas mucosa strain ES_21con
Stenotrophomonas maltophilia strain Kb2
Bacillus safensis strain WBD7
Pseudomonas otitidis strain PB5
Mycobacterium cosmeticum
strain 2003-11-06
Nomor
Asesi
AB478964
HQ631975
NR102805
Persen
kesamaan
100%
99%
100%
HM209774
99%
KF535137
KF278951
AB298393
KF471514
EF173338
KC844810
AB244472
EU934085
KC878468
KF550439
KC967287
AY44929
100%
100%
100%
99%
99%
100%
99%
100%
100%
100%
99%
99%
D: daun; B: batang; R: rimpang
Keragaman Bakteri Endofit asal Dramaga (DRMG)
Sebanyak 34 isolat dipilih dari sampel tanaman yang diambil dari DRMG.
Lima belas isolat diisolasi dari bagian rimpang, 10 isolat dari batang dan 9 isolat
dari daun. Bakteri endofit dari sampel ini lebih beragam dibanding sampel yang
lain. Keragaman bakteri endofit pada rimpang dan batang lebih bervariasi
dibandingkan bagian daun. Jumlah bakteri Gram negatif lebih banyak (23 dari 34
isolat) dibandingkan dengan bakteri Gram positif (11 dari 34 isolat). Hasil analisis
16S rDNA menunjukkan bahwa 33 isolat memiliki persentase kesamaan yang
tinggi dengan referensi yaitu antara 99% - 100% dan satu kandidat spesies baru
isolat BI.P.1 dengan homologi 98% (Tabel 7). Nilai persentase homologi untuk
penentuan spesies baru pada tahun 2006 meningkat menjadi 98.7% (Stackebrandt
dan Ebers 2006), sehingga isolat BI.P.1 yang teridentifikasi sebagai
Microbacterium resistens dengan homologi 98% merupakan kandidat spesies
baru.
20
Genus pada sampel ini lebih beragam dibanding sampel yang lain dan
sampel ini didominasi oleh bakteri genus Microbacterium. Populasi bakteri
endofit terdiri dari genus Microbacterium (6 isolat), Pseudomonas (5 isolat),
Enterobacter (4 isolat), Klebsiella (4 isolat), Bacillus (2 isolat),
Stenotrophomonas (2 isolat), Acinetobacter (2 isolat), Citrobacter, Ralstonia,
Brevibacterium, Alcaligenes, Pantoea, Rhizobium, dan Burkholderia. Bakteri dari
genus Microbacterium, Pseudomonas, Bacillus, dan Enterobacter ditemukan pada
semua bagian tanaman. Hal ini berbeda dengan genus Stenotrophomonas, Bacillus
dan Acinetobacter yang hanya ditemukan pada bagian rimpang dan batang.
Tabel 7 Tingkat kesamaan sekuen 16S rDNA dari bakteri endofit tanaman kunyit
putih asal Dramaga
Identitas terdekat dengan referensi bank data
NCBI
DI.P.1
Enterobacter cancerogenus strain cifa_chp29
DI.P.2
Brevibacterium epidermidis strain CICR-G1
DI.P.3
Alcaligenes faecalis subsp. Faecalis strain fwzb2
DI.P.4
Klebsiella variicola strain R5-431
DI.S.1
Pseudomonas moraviensis strain IARI-HHS1-33
DI.S.2
Microbacterium resistens strain DMMZ
DI.S.3
Microbacterium testaceum strain BAC2029
DI.S.4
Microbacterium laevaniformans strain G24a
DI.S.5
Rhizobium tarimense strain PL-41
RI.P.1
Burkholderia cenocepacia AU 1054
RI.P.2
Enterobacter cloacae strain FCC56
RI.P.3
Pantoea dispersa strain REB2
RI.P.4
Microbacterium trichothecenolyticum strain A5
RI.P.5
Bacillus cereus strain IAM 1561257
RI.P.6
Pseudomonas geniculata strain R6-798
RI.P.7
Stenotrophomonas maltophilia strain JN263
RI.P.8
Enterobacter ludwigii strain EG16
RI.S.2
Klebsiella pneumoniae strain cifa_chp15
RI.S.3
Acinetobacter calcoaceticus strain c33
RI.S.4
Pseudomonas nitroreducens strain B30
RI.S.5
Burkholderia phenoliruptrix BR3459a
RI.S.6
Pseudomonas gessardii strain KMBMa1
RI.S.7
Pantoea agglomerans strain BJCP3
RI.S.8
Klebsiella variicola strain DPMH
BI.P.1
Microbacterium resistens strain 3352
BI.P.2
Stenotrophomonas maltophilia strain JN263
BI.P.3
Enterobacter ludwigii strain EG16
BI.P.4
Acinetobacter calcoaceticus strain EU04
BI.P.6
Microbacterium laevaniformans strain G24a
BI.P.7
Bacillus cereus strain IAM 1561257
BI.S.1
Ralstonia mannitolilytica strain PapInBa6
BI.S.2
Klebsiella variicola strain R5-431
BI.S.3
Citrobacter freundii strain: GTC 09502
BI.S.4
Pseudomonas moraviensis
strain IARI-HHS1-33
D: daun; B: batang; R: rimpang
Isolat
Bagian
tanaman
D
D
D
D
D
D
D
D
D
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
Nomor
asesi
KC895920
JQ284034
KF208485
JQ659780
KF054775
NR026437
HM355620
KC136835
HM371420
CP000378
JF772094
KF036178
JX426095
JX519363
JQ659864
KF150498
KC122712
KC895887
JQ781531
KC415112
NR102849
KF481916
HM130694
JX968498
EU714361
KF150498
KC122712
JF681282
KC136835
JX519363
EU839654
JQ659780
AB741675
KF054775
Persen
kesamaan
99%
100%
100%
99%
100%
99%
99%
100%
99%
99%
99%
100%
100%
100%
100%
100%
99%
99%
100%
99%
99%
99%
99%
100%
98%
100%
99%
100%
100%
100%
99%
99%
100%
100%
21
Tabel 8 Keragaman bakteri endofit tanaman kunyit putih berdasarkan analisis 16S rDNA
Gram
+
Rimpang
Bojong Gede
1. Bacillus subtilis
2. Cellulomonas hominis
Cibinong
1. Bacillus safensis
1. Klebsiella pneumoniae
2. Klebsiella variicola
3. Pseudomonas denitrificans
4. Pseudomonas stutzeri
5. Pantoea dispersa
6. Bosea thiooxidans
1. Providencia vermicola
2. Phenylobacterium koreense
3. Enterobacter cancerogenes
4. Roseomonas mucosa
-
Batang
+
1. Bacillus pumilus
2. Microbacterium
laevaniformans
3. Microbacterium
trichothecenolyticum
4. Microbacterium hominis
5.Mycobacterium simiae
1. Bacillus safensis
2. Mycobacterium cosmeticum
Dramaga
1. Bacillus cereus
2. Microbacterium
trichothecenolyticum
1. Burkholderia cenocepacia
2. Burkholderia phenoliruptrix
3. Enterobacter cloacae
4. Enterobacter ludwigii
5. Pantoea dispersa
6. Pantoea agglomerans
7. Pseudomonas geniculata
8. Pseudomonas gessardii
9. Pseudomonas nitroreducens
10. Stenotrophomonas maltophilia
11. Klebsiella pneumoniae
12. Klebsiella variicola
13. Acinetobacter calcoaceticus
1. Bacillus cereus
2. Microbacterium resistens
3. Microbacterium laevaniformans
Total
5
23
10
22
Tabel 8 Keragaman bakteri endofit tanaman kunyit putih berdasarkan analisis 16S rDNA (Lanjutan)
Gram
Batang
-
+
Daun
-
Bojong Gede
1. Klebsiella pneumoniae
2. Erwinia chrysanthemi
3. Xanthobacter flavus
4. Enterobacter oryzae
Cibinong
Dramaga
1. Stenotrophomonas maltophilia 1. Stenotrophomonas maltophilia
2. Pseudomonas otitidis
2. Enterobacter ludwigii
3. Acinetobacter calcoaceticus
4. Ralstonia mannitolilytica
5. Klebsiella variicola
6. Citrobacter freundii
3. 7. Pseudomonas moraviensis
1. Microbacterium
1. Bacillus safensis
1. Microbacterium resistens
laevaniformans
2. Bacillus subtillis
2. Microbacterium testaceum
2. Micrococcus yunnanensis
3. Microbacterium testaceum
3. Microbacterium laevaniformans
4. Brevibacterium epidermidis
1. Pseudomonas stutzeri
1. Stenotrophomonas maltophilia 1. Enterobacter cancerogenus
2. Klebsiella pneumoniae
2. Pseudomonas denitrificans
2. Alcaligenes faecalis subsp.
3. Agrobacterium larrymoorei 3. Enterobacter cancerogenus
faecalis
4. Bosea thiooxidans
4.Methylobacterium
3. Klebsiella variicola
organophilum
4. Pseudomonas moraviensis
5. Rhizobium tarimense
Total
isolat
+: Gram positif; -: Gram negatif
23
16
34
Total
13
9
13
73
23
γ-Proteobacteria
β-Proteobacteria
α-Proteobacteria
Actinobacteria
Firmicutes
Outgroup
Gambar 8
Dendogram bakteri endofit berdasarkan sekuen gen 16S rDNA
menggunakan metode neighbor-joining, model Kimura-2-parameter
dan Gamma distributed dengan nilai bootstrap 1000 replikasi
24
Hubungan kekerabatan yang terbentuk antara isolat dan referensi
ditunjukkan pada Gambar 8. Berdasarkan hasil analisis, bakteri endofit
dikelompokkan menjadi lima kelompok yang berbeda: Firmicutes,
Actinobacteria, α-Proteobacteria, β-Proteobacteria, dan γ-Proteobacteria.
Kelompok γ-Proteobacteria 37 isolat (51%) adalah kelompok yang paling
dominan di antara isolat bakteri endofit terseleksi, meliputi genus
Stenothropomonas, Pseudomonas, Enterobacter, Providencia, Klebsiella,
Dickeya, Pantoea, Acinetobacter, dan Citrobacter, diikuti oleh kelompok
Actinobacteria 16 isolat (21.92%) termasuk Mycobacterium, Cellulomonas dan
didominasi oleh Microbacterium. Kelompok α-Proteobacteria 8 isolat (10.96%)
meliputi Methylobacterium, Penylobacterium, Roseomonas, Agrobacterium,
Bosea, Xanthobacter, Rhizobium, kelompok Firmicutes 8 isolat (10.96%)
didominasi oleh Bacillus, dan gugus β-Proteobacteria 4 isolat (5.48%) terdiri dari
Burkholderia, Ralstonia, dan Alcaligenes (Gambar 8).
Bakteri endofit yang berhasil diisolasi sangat beragam dan genus yang
paling banyak ditemukan adalah Entrobacter, Klebsiella, dan Pseudomonas.
Kelompok γ-Proteobacteria mendominasi semua sampel tanaman kunyit putih.
Bakteri yang termasuk dalam genus Pseudomonas, Klebsiella, Bacillus,
Enterobacter, dan Microbacterium ditemukan pada semua sampel. Keberadaan
mikrob dalam tanaman inang dapat dipengaruhi oleh senyawa yang terkandung
dalam tanaman tersebut (Strobel and Daisy 2003) dan tanaman dengan spesies
yang sama kemungkinan menghasilkan senyawa bioaktif yang relatif sama
(Bernhoft 2010). Genus Enterobacter, Pseudomonas, dan Bacillus merupakan
bakteri endofit yang paling banyak ditemukan pada tanaman legum dan lainnya
seperti kentang dan sorgum (Wang et al. 2006). Hasil penelitian menunjukkan
keberadaan dan distribusi yang luas dari genus Pseudomonas and Bacillus, yaitu
ditemukannya kedua genus tersebut pada semua sampel tanaman. Hal ini
dikarenakan genus Pseudomonas dan Bacillus sangat mudah untuk ditumbuhkan
dan berpotensi sebagai agen biokontrol (Miller et al. 2012). Sifat ini menyebabkan
Pseudomonas dan Bacillus dapat ditemukan pada semua tanaman. Hal yang
hampir sama juga dilaporkan oleh Vendan et al. (2010), yang menyatakan bahwa
bakteri dari genus Bacillus mendominasi pada semua umur tanaman.
Gambar 9 Komposisi kelompok bakteri endofit yang ditemukan pada bagian
rimpang, batang, dan daun tanaman kunyit putih (C. zedoaria)
25
Beberapa studi melaporkan bahwa telah banyak mikrob endofit yang
berhasil diisolasi dari famili Zingiberaceae, namun mikrob tersebut bukan berasal
dari tanaman C. zedoaria dan sebagian besar mikrob terisolasi merupakan
kelompok cendawan dan aktinomisetes. Hasil penelitian ini menambah daftar
jumlah jenis mikrob endofit terutama bakteri dari famili Zingiberaceae khususnya
tanaman C. zedoaria. Sebanyak 73 bakteri endofit yang termasuk dalam 23 genus
yang berbeda, merepresentasikan 46 spesies telah berhasil diidentifikasi dari tiga
lokasi, usia dan bagian tanaman kunyit putih yang berbeda (Tabel 8). Sebanyak 13
genus yang berbeda dari 63 isolat endofit berhasil diisolasi dari bagian akar
gingseng yang dibudidayakan di tiga wilayah yang berbeda (Cho et al. 2007).
Hasil penelitian Vendan et al. (2010) telah berhasil mengisolasi 51 isolat bakteri
endofit dari tanaman gingseng yang terdiri atas sembilan genus dalam empat
kelompok besar. Akar dan batang dari tanaman kapas dan jagung manis memiliki
1029 bakteri endofit yang terdiri dari 34 genus berbeda (McInroy dan Klopper
1995). Sebanyak 114 isolat endofit dalam 23 genus yang berbeda telah diisolasi
dari tanaman bit oleh Lilley et al. (1996). Akar tanaman Canola yang ditanam
pada tiga lokasi berbeda juga mengandung 220 isolat yang terdiri dari 18 genus
berbeda (Germida et al. 1998). Beberapa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
keragaman bakteri endofit dalam tanaman kunyit putih yang diambil di Bogor,
Jawa Barat, Indonesia dapat memberikan perkiraan bahwa keragaman bakteri
pada tanaman obat yang tumbuh di Indonesia lebih beragam dibandingkan dengan
hasil penelitian yang diperoleh negara lain.
Bakteri Endofit Penghasil Senyawa Antimikrob
Mikrob endofit dipercaya berperan dalam resistensi terhadap serangan
patogen melalui senyawa metabolit sekunder yang dihasilkannya (Tan dan Zou
2001). Beberapa studi melaporkan bahwa sejumlah senyawa antimikrob telah
berhasil diperoleh dari mikrob endofit, diantaranya senyawa yang termasuk dalam
alkaloid, peptida, steroid, terpenoid, fenol, quinon, dan flavonoid (Yu et al. 2010).
Penemuan senyawa antimikrob baru dari mikrob endofit merupakan alternatif
penting untuk mengatasi peningkatan masalah resistensi obat terhadap tanaman
dan patogen manusia. Senyawa antimikrob tidak hanya digunakan sebagai obat
oleh manusia. Senyawa ini juga digunakan sebagai pengawet makanan dalam
mengontrol pembusukan makanan dan penyakit terbawa makanan yang
merupakan salah satu masalah serius di dunia.
Mikrob uji yang digunakan dalam penelitian adalah B. subtilis dan
S. aureus mewakili bakteri Gram positif, P. aeruginosa dan E. coli mewakili
bakteri Gram negatif, C. albicans, dan S. cerevisiae mewakili yeast. Mikrob
tersebut merupakan mikrob patogen terhadap manusia dan hewan yang sudah
banyak dipelajari dan diketahui informasi genetiknya. Hasil uji antimikrob
menunjukkan bahwa beberapa bakteri endofit tanaman kunyit putih memiliki
potensi dalam menghasilkan senyawa antimikrob. Sebanyak 16 bakteri endofit
dari 73 bakteri terseleksi mampu menghasilkan senyawa antimikrob yang aktif
terhadap bakteri Gram positif, Gram negatif dan yeast. Bakteri endofit penghasil
antimikrob sebagian besar merupakan bakteri yang diisolasi dari DRMG (68.75%)
diikuti CBN (18.75%) dan BG (12.5%). Perbedaan ini kemungkinan disebabkan
oleh asal lokasi pengambilan sampel. DRMG merupakan kebun koleksi tanaman
26
obat yang mempunyai diversitas tanaman obat yang sangat tinggi. Sebanyak tiga
ratus jenis tanaman obat dapat ditemukan di tempat ini dan hal ini akan
berpengaruh terhadap senyawa yang terkandung dalam tanaman tersebut.
Aktivitas antimikrob yang dihasilkan bervariasi dari 1−22 mm.
Berdasarkan spektrum aktivitas penghambatannya, sebagian besar bakteri
menunjukkan diameter penghambatan yang relatif kecil dan berspektrum sempit.
B. subtilis (RB.P.1) dan B. cenocepacia (RI.P.1) hanya mampu menghambat satu
jenis mikrob uji dengan diameter penghambatan yang cukup besar yaitu >10 mm.
B. subtilis (RB.P.1) aktif terhadap C. albicans dan S. cerevisiae, sedangkan
B. cenocepacia (RI.P.1) aktif terhadap B. subtilis. Bakteri endofit lain yang
menghasilkan senyawa antimikrob adalah P. otitidis (BL.S.1) dan C. freundii
(BI.S.3) dengan spektrum penghambatan luas dan mampu menghambat bakteri
Gram positif dan negatif. P. otitidis (BL.S.1) mampu menghambat pertumbuhan
B. subtilis, S. aureus, dan P. aeruginosa, sedangkan C. freundii (BI.S.3) mampu
menghambat B. subtilis dan E. coli (Tabel 9 dan Gambar 10). Data diameter zona
hambat pada Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar senyawa antimikrob
yang dihasilkan bersifat lemah dikarenakan diameter zona hambat aktivitas
antimikrob yang dihasilkan adalah di bawah 5 mm. Daya hambat kuat dihasilkan
oleh dua bakteri endofit yaitu B. subtilis (RB.P.1) dan B. cenocepacia (RI.P.1)
dengan diameter sebesar 13 mm.
Tabel 9 Aktivitas antimikrob bakteri endofit tanaman kunyit putih
Mikrob uji
Bakteri endofit
Gram positif
Gram negatif
Yeast
BS
SA
EC
PA
CA
SC
B. subtillis (RB.P.1)
++++
+++
P. denitrificans (RB.P.3)
+
P. otitidis (BL.S.1)
+
++
+
M. cosmeticum (BL.S.2)
+
P. denitrificans (DL.P.3)
++
E. cancerogenus (DI.P.1)
+
B. cenocepacia (RI.P.1)
+++
B. cereus (RI.P.5)
+
P. geniculata (RI.P.6)
+
E. ludwigii (RI.P.8)
+
P. nitroreducens (RI.S.4)
+
S. maltophilia (BI.P.2)
+
E. ludwigii (BI.P.3)
+
A. calcoaceticus (BI.P.4)
++
C. freundii (BI.S.3)
+
+
P. moraviensis (BI.S.4)
+
-: tidak menghambat; +: menghambat < 2 mm; ++ : < 5 mm; +++:>10 mm; ++++: >20 mm; BS:
B. subtilis; SA: S. aureus; PA: P. aeruginosa; EC: E. coli; CA: C. albicans; SC: S. cerevisiae.
27
Senyawa antimikrob yang dihasilkan relatif lebih aktif terhadap bakteri
dibandingkan yeast. Bakteri cenderung lebih sensitif terhadap komponen
antibiotik jika dibandingkan dengan yeast. Bakteri merupakan sel prokariot
dengan struktur dinding sel yang sederhana terbuat dari peptidoglikan sehingga
memudahkan senyawa antibiotik masuk ke dalam sasaran untuk bekerja
sedangkan yeast merupakan sel eukariot yang memiliki komponen struktur
dinding sel yang ekstensif terdiri dari beta-glukan dan mannan-oligo-sakarida
(Aguilar-Uscanga dan Francois 2003). Hasil juga menunjukkan bahwa senyawa
antimikrob yang dihasilkan lebih aktif terhadap bakteri Gram positif dibandingkan
Gram negatif. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan sensitifitas yang dapat
dilihat dari perbedaan morfologi antara bakteri Gram positif dan Gram negatif.
Bakteri Gram positif lebih rentan karena pada bagian luar hanya memiliki lapisan
peptidoglikan yang tidak efektif sebagai penghalang, sedangkan bakteri Gram
negatif memiliki membran luar polisakarida yang menyebabkan dinding sel tidak
dapat ditembus oleh antibiotik, pewarna dan deterjen (Pandey et al. 2011).
Beberapa bakteri endofit telah dilaporkan mampu menghasilkan senyawa
antimikrob, diantaranya Bacillus pumilus dari cassava yang mampu menghasilkan
lipopeptida pumilacidin (Melo et al. 2009), Serratia, Bacillus, Pseudomonas,
Micrococcus, dan Enterobacter dari tanaman Rhizophora mucronata mampu
menghasilkan senyawa antimikrob yang aktif terhadap bakteri dan cendawan
patogen (Jose dan Christy 2013), Paenibacillus polymyxa, Pseudomonas poae,
Bacillus sp. dari tanaman gingseng mampu menghasilkan senyawa antifungi
berspektrum luas (Cho et al. 2007). P. otitidis memiliki aktivitas antimikrob yang
kuat terhadap C. albicans and E.coli (Kristija et al. 2013). Burkholderia cepacia
mampu menghasilkan senyawa antimikrob berspektrum luas phenylpyrole yang
aktif terhadap cendawan, yeast, dan bakteri Gram positif (El-Banna dan
Winkelmann 1998).
Tanaman obat dengan sejarah etnobotani tinggi memiliki peluang
ditemukannya spesies bakteri endofit yang membawa karakteristik tanaman
inangnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Tan dan Zou (2001) yang menyatakan
bahwa beberapa bakteri endofit penghasil senyawa bioaktif biasanya berhubungan
dengan karakteristik tanaman inangnya. Hasil ini juga sesuai dengan hasil studi
Banisalam et al. (2012), bahwa ekstrak rimpang kunyit putih memiliki efek
farmakologis sebagai antibakteri terhadap bakteri patogen E. coli, P. aeruginosa,
B. cereus dan Staphylococcus aureus. Hasil ini diharapkan mampu menghasilkan
senyawa antimikrob baru yang relatif sama dengan karakter tanaman kunyit putih
yang dapat diaplikasikan pada bidang kesehatan.
A
C
B
A
B
C
c
Gambar 10 Hasil uji aktivitas antimikrob terhadap mikrob uji (A: aktif terhadap
C. albicans; B: S. cerevisiae; C: B. subtilis)
28
Toksisitas Akut terhadap Embrio Ikan Zebra
Bakteri endofit terpilih yang memiliki aktivitas antimikrob yang besar
dalam menghambat pertumbuhan mikrob uji dilanjutkan dengan uji in vitro dan in
vivo toksisitas terhadap embrio ikan zebra. Bakteri terpilih yang digunakan untuk
uji toksisitas diantaranya C. freundii (BI.S.3), B. subtilis (RB.P.1), P. otitidis
(BL.S.1), dan B. cenocepacia (RI.P.1). Uji toksisitas akut dilakukan melalui uji in
vitro dengan penentuan nilai LC50. Lethal Concentration 50 (LC50) adalah
konsentrasi yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan. Penentuan
nilai LC50 menggunakan ikan zebra membantu lebih baik untuk memahami
pengaruh toksik dari senyawa obat terhadap mamalia (Kari et al. 2007).
Penentuan toksisitas akut dilakukan terhadap embrio ikan zebra yang telah
terpapar ekstrak selama 72 jam. Bakteri endofit yang digunakan adalah isolat
BI.S.3, RB.P.1, BL.S.1, RI.P.1 dengan identitas berturut-turut C. freundii,
B. subtilis, P. otitidis, dan B. cenocepacia. Tingkat kematian embrio serta kelainan
dalam pertumbuhannya diamati setelah pemberian fase ekstrak etil asetat dan fase
air. Tingkat kematian embrio disajikan dalam nilai LC50. Hasil nilai LC50
menunjukkan bahwa ekstrak dari semua bakteri endofit terpilih bersifat toksik
terhadap embrio ikan zebra. Fase ekstrak etil asetat lebih toksik dibandingkan
dengan fase air. Hal ini terlihat dari nilai LC50 fase ekstrak etil asetat lebih rendah
dibandingkan fase air. Ekstrak etil asetat dari C. freundii (BI.S.3), B. subtilis
(RB.P.1), P. otitidis (BL.S.1), dan B. cenocepacia (RI.P.1) memiliki nilai LC50
berturut-turut 63.5 ppm, 24.7 ppm, 13.4 ppm, dan 12.6 ppm, sedangkan nilai LC50
dari fase air adalah 109.9 ppm, 252.3 ppm, 132.4 ppm, 120.8 ppm (Lampiran 4
sampai 7). Hasil ini diringkaskan pada Gambar 11.
Gambar 11 menunjukkan bahwa nilai LC50 yang diperoleh berbeda antara
fase ekstrak etil asetat dan fase air. Konsentrasi yang menyebabkan kematian 50%
embrio ikan zebra pada fase ekstrak etil asetat lebih rendah dibandingkan fase air.
Hal ini disebabkan senyawa aktif sebagian besar sudah terbawa oleh etil asetat,
meskipun sebagian dari senyawa aktif yang dihasilkan oleh bakteri endofit masih
tertinggal dalam fase air. Rendahnya nilai LC50 fase etil asetat mengindikasikan
bahwa senyawa aktif yang dihasilkan oleh bakteri endofit sangat toksik dengan
tingkat urutan toksisitas B. cenocepacia (RI.P.1), diikuti P. otitidis (BL.S.1), B.
subtilis (RB.P.1), dan C. freundii (BI.S.3). Semakin toksik senyawa yang
dihasilkan, maka semakin rendah konsentrasi yang diperlukan untuk mematikan
50% dari total hewan percobaan.
Gambar 11 Nilai LC50 uji toksisitas terhadap ikan zebra
29
Efek Ekstrak Bakteri Endofit terhadap Organ Embrio Ikan Zebra
Langkah pertama dalam pengujian obat ke tahap penggunaan manusia
setelah uji in vitro adalah melalui uji in vivo yaitu bagaimana tubuh dapat
memetabolisme obat tersebut. Ikan zebra adalah vertebrata yang telah terbukti
menjadi model untuk analisis penyakit manusia, dikarenakan tingginya tingkat
kesamaan antara genom manusia dengan ikan zebra. Studi menunjukkan bahwa
ikan zebra dapat digunakan dalam pengembangan jenis obat tumor (Feitsma dan
Cuppen 2008), sehingga sangat bermanfaat untuk mengobati karsinoma manusia.
Uji in vivo yang dilakukan melalui pengamatan morfologi bertujuan untuk
mengetahui apakah toksisitas dari suatu senyawa hanya terfokus pada organ-organ
tertentu dalam tubuh ikan zebra. Pengamatan morfologi dilakukan terhadap
embrio ikan zebra yang telah terpapar ekstrak bakteri endofit selama periode
tertentu. Pengaruh pemberian ekstrak tersebut dapat menyebabkan kelainan pada
organ-organ tertentu pada larva ikan, diantaranya sumbu tubuh, otak, sirip,
sirkulasi darah, mata, telinga, rahang, jantung, tulang belakang, panjang tubuh,
pigmentasi, dan kantong kuning telur. Nilai LC50 dari uji in vitro yang dihasilkan
menunjukkan bahwa fase ekstrak etil asetat dan fase air memberikan nilai yang
berbeda dan hal ini juga akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap organ
ikan zebra.
a
a
a
a
b
b
b
b
c
c
c
c
d
d
d
d
e
e
f
e
f
e
f
f
A
B
C
D
Gambar 12 Embrio ikan zebra dengan penambahan fase ekstrak etil asetat bakteri
(A) C. freundii; (B) B. subtilis; (C) P. otitidis; (D) B. cenocepacia (a:
0 ppm; b: 50 ppm; c: 100 ppm; d: 150 ppm; e: 200 ppm; f: 250 ppm)
30
Pemberian fase ekstrak etil asetat dari bakteri endofit terpilih menunjukkan
perbedaan morfologi yang signifikan antara kontrol dengan perlakuan. Beberapa
telur mengalami koagulasi pada jam ke-24 dan tidak ada alasan yang spesifik
mengapa telur terkoagulasi. Koagulasi biasanya terjadi secara alami yaitu sekitar
4-5% dari jumlah telur yang dihasilkan, dan hal ini kemungkinan disebabkan oleh
kurangnya nutrisi yang diperoleh oleh induk ikan zebra (Kumar et al. 2013).
Embrio ikan zebra yang tidak diberi perlakuan (0 ppm), 48 jam setelah fertilisasi
embrio menetas dan berkembang menjadi larva dengan organ-organ yang
berkembang secara sempurna. Sumbu tubuh lurus, mata, ekor, kepala, tulang
belakang, dan pigmentasi normal (a). Larva ikan zebra yang normal akan
memiliki sumbu tubuh yang lurus (Heiden et al. 2007) dan jika larva ikan zebra
mengalami kelainan maka pigmentasinya akan berbeda dengan kontrol (Wei et al.
2010).
Embrio ikan zebra yang telah terpapar oleh beberapa fase ekstrak etil asetat
bakteri endofit C. freundii, B. subtilis, P. otitidis, dan B. cenocepacia pada
konsentrasi 50, 100, 150, 200, 250 ppm setelah 72 jam inkubasi menghasilkan
koagulasi embrio dan kelainan pada beberapa organ (Gambar 12). Embrio yang
telah menetas sebagian besar mengalami kelainan mayor pada organ sumbu tubuh,
kantong kuning telur, jantung, koagulasi darah, dan pigmentasi tubuh. Perubahan
ukuran kantong kuning telur terjadi pada semua embrio yang terpapar ekstrak.
Kantong kuning telur merupakan membran yang membungkus kuning telur dan
berisi makanan yang dibutuhkan selama minggu pertama pembentukan embrio.
Perubahan ukuran kantong kuning telur merupakan salah satu indikasi
terganggunya sistem pencernaan sehingga makanan tidak terdistribusi secara
sempurna pada embrio dan hal ini akan berakibat pada kematian embrio.
Koagulasi darah dan pembengkakan jantung juga mengalami kelainan akibat
paparan ekstrak. Koagulasi darah menyebabkan pembengkakan jantung dan hal
ini berakibat pada kematian larva dikarenakan tidak sempurnanya sirkulasi darah.
Koagulasi darah menyebabkan laju aliran darah menjadi terhambat dan hal ini
akan berakibat sel-sel dalam tubuh embrio ikan tidak akan mendapatkan nutrisi
(Wei et al. 2010). Hal yang sama juga terjadi pada hasil penelitian Kumar et al.
(2013) yang menyatakan bahwa pada jam ke-72 setelah pemaparan ekstrak
metanol dari kulit Streblus asper konsentrasi 100 ppm terjadi pembengkakan
jantung yang diakibatkan oleh meningkatnya denyut jantung.
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang diaplikasikan, maka semakin tinggi
kelainan organ yang dihasilkan. Pemberian ekstrak bakteri endofit yang berbeda
pada konsentrasi yang sama menghasilkan kelainan yang hampir serupa.
Pemberian ekstrak 50 ppm menunjukkan kelainan, terutama pada bentuk kantong
kuning telur yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan dengan
ekstrak B. subtilis konsentrasi 50 ppm, embrio mampu menetas menjadi larva
namun tidak berkembang menjadi larva yang sempurna karena mengalami
kelainan pada intensitas warna mata dan pigmentasi. Efek terbesar diakibatkan
oleh pemberian ekstrak C. freundii yang terlihat dari perbedaan sumbu tubuh yang
melengkung dan kantong kuning telur yang membesar. Hasil yang hampir sama
juga terjadi pada pemberian ekstrak bakteri endofit konsentrasi 100 ppm. Kelainan
yang terjadi adalah sumbu tubuh melengkung, ukuran kantong kuning telur
menjadi besar dan berubah bentuk, begitu pula dengan jantungnya. Berbeda
halnya dengan pemaparan ekstrak C. freundii yang tidak menyebabkan
31
pembengkakan jantung. Ekstrak B. cenocepacia menunjukkan kelainan yang
paling berat jika dibandingkan ekstrak lainnya yaitu pembesaran ukuran kantong
kuning telur, koagulasi darah yang berakibat pada pembengkakan jantung, sumbu
tubuh dan ukuran yang lebih panjang dibandingkan kontrol. Kelainan yang sudah
ditimbulkan pada konsentrasi 50 ppm mengindikasikan bahwa pada konsentrasi
yang rendah, ekstrak sudah bersifat toksik terhadap embrio ikan zebra.
Perlakuan dengan konsentrasi 150 ppm setelah 72 jam pemaparan ekstrak,
embrio setelah menetas menjadi larva mengalami kelainan pada sumbu tubuh,
kantong kuning telur, jantung, warna mata, dan pigmentasi warna. Kelainan yang
terjadi lebih kompleks dibanding konsentrasi 100 ppm. Sumbu tubuh sedikit
melengkung pada bagian ekor, ukuran kantong kuning telur yang membesar,
terjadi koagulasi darah sehingga jantung juga menjadi bengkak, dan pigmentasi
yang berbeda dengan kontrol. Pigmentasi yang disebabkan oleh pemaparan
ekstrak C. freundii, P. otitidis, dan B. cenocepacia lebih rendah dibandingkan
kontrol, berbeda dengan ekstrak B. subtilis yang menyebabkan pigmentasi lebih
gelap dibanding kontrol. Hal ini sesuai dengan Wei et al. (2010) yang menyatakan
bahwa embrio yang mengalami kelainan menunjukkan pigmentasi yang berbeda
dengan kontrol. Ekstrak B. cenocepacia menghasilkan kelainan yang paling berat,
terlihat dari pigmentasi tubuh, berubahnya warna kantong kuning telur, dan
intensitas warna mata yang berbeda dari kontrol. Warna mata embrio normal
adalah hitam, sedangkan warna mata embrio yang terpapar ekstrak B. cenocepacia
berubah menjadi putih.
Pemaparan ekstrak konsentrasi 200 ppm memberikan pengaruh yang
signifikan pada seluruh embrio ikan zebra. Pemaparan ekstrak P. otitidis, embrio
menetas menjadi larva namun belum sempat berkembang dengan sempurna.
Larva diperkirakan setelah menetas langsung mengalami kematian, hal ini terlihat
dari organ tubuh yang belum berkembang dan warna yang lebih gelap
dibandingkan dengan larva hidup. Pemaparan ekstrak B. cenocepacia
menyebabkan embrio tidak mampu menetas akan tetapi telah mengalami
perkembangan di dalam telurnya. Hal ini berbeda dengan perlakuan menggunakan
ekstrak 250 ppm yang menyebabkan kematian pada semua embrio. Embrio yang
terpapar ekstrak C. freundii mampu menetas menjadi larva akan tetapi larva mati
dikarenakan kantong kuning telur pecah. Pemaparan ekstrak B. subtilis, P. otitidis,
dan B. cenocepacia menyebabkan embrio tidak sempat menetas. Embrio yang
terpapar ekstrak P. otitidis tidak menetas, namun mengalami perkembangan di
dalam telurnya yaitu terlihat dari adanya larva dalam telur. Embrio yang mendapat
perlakuan dengan ekstrak B. subtilis dan B. cenocepacia telah mengalami
koagulasi setelah 24 jam pemaparan ekstrak. Senyawa yang terdapat dalam
ekstrak diperkirakan menghambat perkembangan embrio menjadi larva. Hasil ini
menunjukkan bahwa daya toksisitas ekstrak konsentrasi 250 ppm sangat tinggi,
terlihat dari tidak adanya embrio yang menetas.
Kelainan yang terjadi akibat pemaparan ekstrak bakteri endofit ekstrak
C. freundii, B. subtilis, P. otitidis, dan B. cenocepacia sebagian besar terjadi pada
organ sumbu tubuh, kantong kuning telur, jantung, adanya koagulasi darah, dan
pigmentasi tubuh. Kelainan kompleks yang ditimbulkan oleh pemaparan ekstrak
B. cenocepacia (RI.P.1), menunjukkan bahwa ekstrak dari B. cenocepacia
(RI.P.1) bersifat paling toksik dibandingkan dengan ekstrak ketiga bakteri endofit
lainnya. Hasil ini sebanding dengan nilai LC50 yang diperoleh yaitu ekstrak
32
B. cenocepacia (RI.P.1) memiliki nilai LC50 yang paling rendah. Hasil pemaparan
beberapa ekstrak bakteri endofit menunjukkan fenotif yang hampir sama dengan
penelitian Wei et al. (2010) yaitu pemaparan senyawa amphimedine dari sponge
Xestospongia cf. carbonaria pada konsentrasi 30 µM dan 50 µM selama 48 jam
menyebabkan embrio mengalami nekrosis, pembesaran ukuran kantong kuning
telur, sumbu tubuh melengkung, dan tubuh menjadi lebih pendek. Hasil ini
menunjukkan bahwa senyawa aktif yang dihasilkan oleh bakteri endofit memiliki
efek yang hampir sama seperti amphimedin. Konsentrasi amphimedin yang
digunakan rendah karena amphimedin merupakan senyawa yang sudah murni,
sedangkan ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini merupakan campuran dari
berbagai macam senyawa yang dihasilkan oleh bakteri endofit.
Hasil pengamatan pada perlakuan menggunakan fase air menunjukkan
perbedaan yang signifikan. Embrio yang diberi perlakuan fase air tidak banyak
menunjukkan kelainan. Kelainan yang dialami oleh sebagian besar larva adalah
pembengkakan ukuran kantong kuning telur dan rendahnya intensitas pigmen
warna. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh belum sempurnanya proses ekstraksi
dan diduga masih terdapat senyawa aktif yang tertinggal dalam fase air.
Data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa fase
ekstrak etil asetat dari ekstrak bakteri endofit C. freundii (BI.S.3), B. subtilis,
(RB.P.1), P. otitidis (BL.S.1) dan B. cenocepacia (RI.P.1) dapat menghambat
pertumbuhan embrio ikan zebra. Hasil ini diharapkan dapat memberikan efek
yang sama terhadap pertumbuhan sel kanker. Fase ekstrak etil asetat dapat
menghambat pertumbuhan dan merusak organ-organ embrio ikan zebra. Kematian
sel akan terjadi apabila hal ini berlangsung dalam waktu yang lama.. Efek ini
diharapkan dapat membunuh sel kanker di dalam tubuh manusia, sehingga perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kinerja spesifik senyawa
toksik dari ekstrak bakteri endofit yang diisolasi dari tanaman kunyit putih.
5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Bakteri endofit yang diisolasi dari tanaman kunyit putih dari tiga lokasi
tanam yang berbeda memiliki komposisi yang beragam. Sampel dari Dramaga
memiliki keragaman tertinggi dibandingkan sampel dari Bojong Gede dan
Cibinong. Bakteri dari kelompok γ-Proteobacteria mendominasi semua sampel
tanaman dan bakteri yang termasuk dalam genus Pseudomonas, Klebsiella,
Bacillus, Enterobacter, and Microbacterium ditemukan pada semua bagian
tanamnan. Lokasi tanaman, umur, bagian tanaman, media, dan metode isolasi
berpengaruh terhadap banyak dan jenis bakteri endofit yang diperoleh.
Sebanyak enam belas bakteri endofit asal tanaman kunyit putih memiliki
aktivitas dalam menghambat pertumbuhan B. subtilis, S. aureus, E. coli,
P. aeruginosa, C. albicans, dan S. cerevisiae. Hasil uji toksisitas yang merupakan
langkah awal untuk penapisan senyawa yang berpotensi menghasilkan senyawa
aktif, menunjukkan aktivitas tertinggi diperoleh dari ekstrak bakteri endofit
B. cenocepacia (RI.P.1). Empat bakteri endofit terpilih yang memilki kemampuan
Download