model cooperative learning dalam pembelajaran ips

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN IPS
Jimmi Apul Maringan Manalu
Sekolah Dasar Swasta Pengharapan Patumbak Deli Serdang
Corresponding author: [email protected]
Abstrak
Model pembelajaran cooperative learning merupakan kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama
saling membantu mengonstruksi konsep dan menyelesaikan persolalan . Pembelajarn cooperative learning sesuai dengan
fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung
jawab bersama, pembagian tugas dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, pembelajarn IPS secara
kooperatif akan melatih siswa untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas dan tanggung jawab. Pada model
pembelajaran cooperative learning, pembelajaran IPS dilakukan melalui enam langkah utama. Pelajaran dimulai dengan
guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi yang sering kali
dengan bahan bacaan. Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Pada tahap ini guru membimbing siswa
bekerja sama untuk menyelesaikan tugas. Fase terakhir pemelajaran kooperatif meliputi hasil kerja kelompok atau evaluasi
tentang apa yang telah siswa pelajari dan memberi penghargaaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.
Evaluasi dilakukan pada tiga tingkatan, yaitu pada saat presentasi kelompok dievaluasi oleh kelas, kontribusi individual
terhadap kelompok dievaluasi oleh teman satu kelompok, presentasi kelompok dievaluasi oleh semua peserta didik.
Kata kunci : model cooperative learning, pembelajaran IPS
PENDAHULUAN
Kesadaran akan kebutuhan pendidikan kini cenderung meningkat. Pendidikan secara universal dapat dipahami
sebagai upaya pengembangan potensi kemanusiaan secara utuh dan penanaman nilai-nilai sosial budaya yang diyakini
oleh sekelompok masayrakat agar dapat mempertahankan hidup dan kehidupan secara layak. Secara lebih sederhana,
pendidikan dapat dipahami sebagai suatu proses yang diperlukan untuk mendapatkan keseimbangan dan kesempurnaan
dalam mengembangkan manusia. Penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesia umumnya lebih mengarah pada model
pembelajaran yang dilakukan secara masal dan klasikal, dengan beroroentasi pada kuantitas agar mampu melayani
sebanyak-banyaknya peserta didik sehingga tidak mampu mengakomodasi kebutuhan peserta didik secara individual di luar
kelompok. Pendidikan hendaknya mampu mengembangkan potensi kecerdasan serta bakat yang dimiliki peserta didik
secara optimal sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi diri yang dimilikinya menjadi suatu prestasi yang
punya nilai jual.
Berhasil atau tidaknya pendidikan bergantung pada apa yang diberikan dan diajarkan oleh guru. Hasil-hasil
pengajaran dan pembelajaran berbagai bidang disiplin ilmu terbukti selalu kurang memuaskan bagi berbagai pihak yang
berkepentingan. Hal tersebut setidak-tidaknya disebabkan oleh tiga hal. Pertama, pendidikan yang kurang sesuai dengan
kebutuhan dan fakta yang ada sekarang. Kedua, metodologi, strategi dan teknik yang tidak sesuai dengan materi. Ketiga,
prasarana yang mendukung proses pembelajaran. Ketiga hal tersebut memberikan dampak yang besar bagi perkembangan
pendidikan. Diakui atau tidak pada zaman modern ini, sebagian besar guru mengajar menggunakan metodologi mengajar
tradisional. Cara mengajar tersebut bersifat otoriter dan berpusat pada guru (teacher centered). Kegiatan pembelajaran
berpusat pada guru, sedangkan siswa hanya dijadikan sebagai objek bukan subjek. Guru memberikan ceramah kepada
siswa-siswanya sementara siswa hanya mendengarkan. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi jenuh sehingga sulit
menerima materi –materi yang diberikan guru. Metodologi mengajar tradisional menjadikan siswa tidak bebas untuk
mengemukakan pendapatnya. Mereka akan takut disalahkan apabila jawabannya ternyata salah sehingga merasa
kesulitan untuk menemukan dan mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya, siswa menganggap bahwa guru
mengetahui segalanya dan apa yang disampaikan oleh guru adalah benar , bersifat mutlak, dan tidak dapat dibantah.
Selain itu, komunikasi yang terjadi hanya sebatas satu arah, yaitu guru ke siswa. Dengan demikian guru kurang dapat
memahami bagaimana perkembangan siswa-siswanya.
Dalam model pembelajaran inovatif, siswa dilibatkan secara aktif dan bukan hanya dijadikan sebagai objek.
Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, tetapi pada siswa. Guru memfasilitasi siswa untuk belajar sehingga mereka
lebih leluasa untuk belajar. Dalam pembelajaran inovativ, metode yang digunakan bukan lagi bersifat monoton seperti
metode ekspositori atau metode ceramah, melainkan metode yang bersifat fleksibel dan dinamis sehingga dapat memenuhi
kebutuhan siswa secara keseluruhan. Metode yang dapat digunakan pada pembelajaran inovatif, misalnya diskusi. Metode
diskusi merupakan metode penyampaian bahan pengajaran yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan
menemukan alternatif pemecahansuatu topik bahasan yang bersifat problematis. Dengan adanya diskusi sakan
memunculkan ide-ide kreatif peserta didik sehingga menimbulkan kemampuan berpikir kritis dan membiasakan diri untuk
aktif dalam pembelajaran.
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
151
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
Model pembelajaran cooperative learning merupakan model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. (Shoimin, 2014: 22). Sesuai dengan Depdiknas
(2003) “Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa
yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Berkenaan dengan
pendapat tersebut Bern dan Erickson menyatakan bahwa “Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan
strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa
bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar”.
Berdasarkan pendapat tersebut model pembelajaran cooperative learning adalah kegiatan pembelajaran dengan
cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengonstruksi konsep dan menyelesaikan persolalan . Menurut
teori dan pengalaman agar kelompok kohesif ( kompak –partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang ,
heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggun jawab hasil kelompok berupa
laporan atau presentasi
PEMBAHASAN
Model Cooperativ Learning
Pengertian Cooperative Learning
Model pembelajaran cooperative learning merupakan model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. (Shoimin, 2014: 22). Sesuai dengan Depdiknas
(2003) “Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa
yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Johnson, et al. (1994);
Hamid Hasan (1996) “Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil (2-5 orang) dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam
kelompok”.
Slavin (2011) “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material
initially presented by the teacher”. Ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga
dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Eggen and Kauchak (1996) “Pembelajaran kooperatif
merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai
tujuan bersama”. Sunal dan Hans (2000) “Cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian
strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses
pembelajaran”. Stahl (1994) “Cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap
tolong menolong dalam perilaku sosial”. Kauchak dan Eggen dalam Azizah (1998) “Cooperative learning merupakan strategi
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan”. Djajadisastra (1982)
“Metode belajar kelompok merupakan suatu metode mengajar dimana murid-murid disusun dalam kelompok-kelompok
waktu menerima pelajaran atau mengerjakan soal-soal dan tugas-tugas”.
Berdasarkan pendapat tersebut model pembelajaran cooperative learning adalah kegiatan pembelajaran dengan
cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengonstruksi konsep dan menyelesaikan persolalan . menurut
teori dan pengalaman agar kelompok kohesif ( kompak –partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang ,
heterogen ( kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggun jawab hasil kelompok berupa
laporan atau presentasi.
Ciri-ciri Cooperative Learning
Didalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang berkaitan. Menurut Lie ( 2004 ): a) Saling
ketergantungan positif. Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa
saling membutuhkan atau yang biasa disebut dengan saling ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui : saling
ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber,
saling ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah. b) Interaksi tatap muka. Dengan hal ini dapat memaksa siswa
saling bertatap muka sehingga mereka akan berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman
sebaya juga karena biasanya siswa akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya dengan teman sebaya. c) Akuntabilitas
individual. Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk
mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian ini selanjutnya disampaikan oleh
guru kepada kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat
memberikan bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai kelompok tersebut harus didasarkan
pada rata-rata, karena itu anggota kelompok harus memberikan kontribusi untuk kelompnya. Intinya yang dimaksud dengan
akuntabilitas individual adalah penilaian kelompok yang didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota secara
individual. d) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa
harus diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga siswa
lainnya.
Tujuan Cooperative Learning
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
152
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
Tujuan model pembelajaran cooperative learning, yakni: a) Meningkatkan hasil belajar akademik. Meskipun
pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan social, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas – tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami
konsep – konsep yang sulit. b) Penerimaan terhadap keragaman. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa
yang berbada latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas – tugas bersama. c)
Pengembangan ketrampilan sosial. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk saling
berinteraksi dengan teman yang lain.
Penerapan Model Cooperative Learning dalam Pembelajarn IPS di SD
Pembelajaran IPS di SD
Di dalam Permen No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi KTSP disebutkan bahawa IPS merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan denan
isu sosial. IPS memuat materi Geografi, sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajarn IPS , siswa diarahkan untuk
dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab serta warga yang cinta damai. Supriya (dalam
Deni Setiawan, 2017:9) mengemukakan bahwa pembelajarn IPS di tingkat sekolah bertujuan mempersiapkan para peserta
didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan, keterampian, sikap dan nilaiyang dapat digunakan sebagai
kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi
dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.
Dengan demikian pendidikan IPS mempunyai tujuan sebagai pelajaran yang mengajarkan bagaimana menjadi
warga negara yang baikserta mampu menyesuaikan diri diberbagai lingkungan sehingga menjadi individu yang memiliki
kemampuan bersosialisasi yang baik. Lebih lanjut, Depdiknas ( dalam Deni Setiawan, 2017:11) menguraikan pembelajaran
pengetahuan sosial sebagai berikut: a) Tujuan pembelajaran Pengetahuan Sosial adalah 1) memperoleh pengetahuan; 2)
mengembangkan kemampuan berpikir dan menarik kesimpulan secara kritis;3) melatih kemampuan belajar mandiri;4)
mengembangkan kebiasaan dan keterampilan yang bermakna, serta 5) melatih menggunakan pola-pola kehidupan di
masyarakat; b) Tujuan pengetahuan sosial adalah mempersiapkan anak untuk menjadi warga negara yang baik,
mengajarkan anak tentang cara berpikir dan menyampaikan warisan kebudayaan kepada anak; dan c) Mengembangkan
kemampuan dan keterampilan agar siswa mampi hidup selaras, serasi, dan seimbang di lingkungan.
Ciri Khas dan Keuntungan Pembelajaran IPS Menggunakan Model Cooperative Learning
Pembelajaran cooperative learning sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh
ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan rasa senasib.
Dengan memanfaatkan kenyataan itu, pembelajarn IPS secara kooperatif akan melatih siswa untuk saling berbagi
pengetahuan, pengalaman, tugas dan tanggung jawab. Mereka juga akan belajar untuk menyadari kekurangan dan
kelebihan masing-masing. Selanjutnya menurut Sharan (1990), siswa yang belajar dengan mengunakan metode
pembelajaran koperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Cooperative
learning juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk
hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar menggunakan sopan-santun, rneningkatkan motivasi siswa
memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam
menghargai pokok pikran orang lain (Johnson, 1993).
Stahl et.al (1994), mengemukakan bahwa melalui model cooperative learning siswa dapat memperoleh
pengetahuan, kecakapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta berbuat dan berpartisipasi sosial.
Selanjutnya Zaltman et.al (1972) mengemukakan bahwa siswa yang bersama-sama bekerja dalam kelompok akan
menimbulkan persahabatan yang akrab, yang terbentuk dikalangan siswa. ternyara sangat berpengaruh pada tingkah laku
atau kegiatan masing-masing secara individual Kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar menurut Menurut Santos
(1983) dapat memberikan berbagai pengalaman. Mereka lebih banyak mendapatkan kesempatan berbicara, inisiatif,
menentukan pilihan dan secara umum mengembangkan kebiasaan yang baik Selanjutnya Jarolimek & Parker (1993)
mengarakan kelebihan yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut : 1) Saling ketergantungan yang
positif; 2). Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu; 3) Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan
pengelolaan kelas; 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenanakan; 5 Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat
antara siswa dengan guru; dan 6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang
menyenangkan. (2) Kekurangan Cooperative Learning.
Sejalan dengan uraian diatas (Shoimin, 2014: 44) keuntungan pembelajaran IPS menggunakan model cooperative
learning adalah sebagai berikut: a) Pembelajaran kontekstual dapat menekankan aktivitas berpikir siswa secara penuh, baik
fisik maupun mental; b) Pembelajaran kontekstual dapat menjadikan siswa belajar bukan dengan menghafal, melainkan
proses berpengalaman dalam kehiupan nyata; c) Kelas dalam kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh
informasi, melainkan sebagai tempatuntuk menguji data hasil temuan mereka dilapangan; dan d) Materi pelajaran
ditentukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain.
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
153
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
Pelaksanaan Model Cooperative Learning
Pelaksanaan pembelajaran IPS menggunakan Model cooperative learning memiliki enam langkah utama atau
tahapan dalam penerapannya. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa
belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi yang seringkali dengan bahaan bacaan dari pada verbal. Selanjutnya, siswa
dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Enam tahap pembelajaran kooperatif itu dirangkum pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Enam tahap pembelajaran kooperatif
Fase-fase
Aktivitas Guru
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin ducapai
pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok- Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
kelompok belajar
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas mereka
Evalusi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempersentasikan hasil kerjanya.
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai, baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Sumber: (Shoimin, 2014: 22)
Secara lebih rinci, langkah-langkah model pembelajarn cooperative learning dapat dilakukan dengan cara berikut: a)
Pada awal pembelajaran, guru mendorong peserta didik untuk menemukan dan mengekspresikan ketertarikan mereka
terhadap subjek yang akan dipelajari; b) Guru mengatur peserta didik ke dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5
peserta didik; c) Guru membiarkan peserta didik memilih topik untuk kelompok mereka; d) Tiap kelompok membagi topiknya
untuk membuat pembagian tugas di antara anggota kelompok. Anggota kelompok disorong untuk saling berbagi referensi
dan bahan pelajaran. Tiap topik kecil harus memberikan kontribusi yang unik bagi usaha kelompok; e) Setelah peserta didik
membagi topik kelompok mereka menjadi kelompok-kelompok kecil, mereka akan bekerja secara individual.. mereka akan
bertanggung jawab terhadap topik kecil masing-masing karena keberhasilan kelompok bergantung pada mereka. Persiapan
topik kecil dapat delakukan dengan mengumpulkan referensi-referensi yang terkait; f) Setelah peserta didik menyelesaikan
kerja individual. Mereka mempersentasikan topik kecil kepada teman satu kelompoknya; g) Peserta didik diminta untuk
memadukan semua topik kecil dalam persentasi kelompok; h) Tiap kelompok mempersentasikan hasil diskusinya pada topik
kelompok. Semua anggota kelompok bertanggung jawab terhadap persentasi kelompok; dan i) Evaluasi dilakukan pada tiga
tingkatan, yaitu pada saat presentasi kelompok dievaluasi oleh kelas, kontribusi individual terhadap kelompok dievaluasi
oleh teman satu kelompok, presentasi kelompok dievaluasi oleh semua peserta didik.
Pengelolaan Kelas Menurut Cooperative Learning
Dalam model pembelajaran cooperative learning, dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat (will and skill)
dari anggota kelompoknya Sehingga masing-masing siswa harus memiliki niat untuk bekerja sama dengan anggota lainnya,
di samping itu juga harus memiliki kiat-kiat bagaimana caranya berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Dalam
pengelolaan kelas model cooperative learning ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan yakni pengelompokan, pemberian
motivasi kepada kelompok, dan penataan ruang kelas. Oleh sebab itu, guru harus mampu menciptakan pengelolaan kelas
cooperative learning, sehingga terjadi suatu proses interaksi yang satu individu dengan individu lainnya dapat terjadi,
demikian pula interaksi antar kelompok dapat terbanguan. Karena inti dari cooperative learning adalah proses pembelajaran
secara kelompok (grup).
Model Evaluasi Belajar Cooperative Learning
Dalam penilian, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok. Siswa bekerja sama dengan metode cooperative
learning. Mereka saling membantu dalam memersiapkan diri untuk tes. Kemudian, masing-masing mengerjakan tes sendirisendiri dan menerima nilai pribadi. Nilai kelompok bisa dibentuk dengan beberapa cara. Pertama, nilai kelompok bisa
diambil dari nilai terendah yang didapat siswa dalam kelompok. Kedua, nilai kelompok yang bisa diambil dari rata-rata nilai
semua anggota kelompok, dari “sumbangan” setiap anggota. Kelebihan kedua cara ini adalah semangat gotong royong
yang ditanamkan. Dengan cara ini kelompok bisa berusaha lebih keras untuk membantu semua anggota dalam
mempersiapkan diri untuk tes. Namun, kekurangannya adalah perasaan negatif dan tidak adil. Siswa yang mampu akan
merasa dirugikan oleh nilai rekannya yang rendah, sedangkan siswa yang lemah mungkin bisa merasa bersalah karena
sumbangan nilainya paling rendah.
Untuk menjaga rasa keadilan ada cara lain yang bisa dipilih. Setiap anggota menyumbangkan poin diatas milai ratarata mereka sendiri. Misalnya, nilai rata-rata si A adalah 60 dan kali ini dia mendapat 65, dia akan menyumbangkan 5 poin
untuk kelompok. Ini berarti setiap siswa, pandai ataupun lamban, mempunyai kesempatan untuk memberikan kontribusi.
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
154
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
Siswa lamban tak merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena merekajuga bisa memberikan sumbangan. Malahan
mereka akan merasa terpacu untuk meningkatkan kontribusi mereka dan dengan demikian menaikan nilai pribadi mereka
sendiri.
SIMPULAN
Dari uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
menekankan pada aspek kerjasama diantara para anggotanya dimana di dalamnya ada ketergantungan yang positif,
interaksi, akuntabilitas serta ketrampilan individu dalam memproses kelompoknya. Tujuan pembelajaran ini juga
disesuaikan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk memperoleh ilmu dan mendidik anak didik, maka tujuan
pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan
ketrampilan social. Dalam pembelajaran kooperatif maka setiap anggota yang beragam ikut berpartisipasi secara aktif
sesuai dengan setiap pandangan yang mereka miliki masing – masing. Banyak model – model pembelajaran kooperatif
namun secara umum proses pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar. Mempresentasikan informasi
kepada paserta didik secara verbal. Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim
belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien. Membantu tim- tim belajar selama peserta didik
mengerjakan tugasnya. Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompokkelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun
kelompok.
Pembelajaran cooperative learning sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh
ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan rasa senasib.
Dengan memanfaatkan kenyataan itu, pembelajarn IPS secara kooperatif akan melatih siswa untuk saling berbagi
pengetahuan, pengalaman, tugas dan tanggung jawab. Mereka juga akan belajar untuk menyadari kekurangan dan
kelebihan masing-masing.
REFERENSI
Ajat Sudrajat dkk. 2015. Upaya Meningkatkan Hasil Belajarn IPS Melalui Metode Cooperative Learning Type Talking Sick
Pada Siswa Kelas IV SDN Pisangan Timur 122 Pagi Pulogadung Jakarta Timur. Jurnal INDI-Inovasi Didaktik. Vol I.
No. 1.
Joanne Dewi dkk. 2015. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS dengan Menggunakan Model
Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SD Inpres 2 Langaleso. Jurnal Kreatif Taduluko. Vol. 5. No. 7.
Setiawan, Deny. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Medan:2017. Larispa
Shimin, Aris. 68 Model Pembelajaran Inovativ dalam Kurikulum 2013. Jakarta: 2014 . AR-RUZZ MEDIA
Yulianto,
Toto.
2015.
Pengertian
Pembelajaran
Kooperative
Learning
Menurut
Para
Ahli.(https://totoyulianto.wordpress.com/2015/03/18/pengertian-pembelajaran-kooperatif-cooperative-learningmenurut-para-ahli). Diakses pada 09 Mei 2017
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
155
Download