BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia, yang menganut prinsip politik luar negeri bebas aktif, terlibat dalam
kerjasama-kerjasama bilateral maupun multilateral dengan negara-negara lain di
kancah internasional. Keterlibatan Indonesia dalam kerjasama internasional baik
bilateral maupun multilateral tersebut tentunya tidak terlepas dari tujuan politik luar
negeri Indonesia yang memiliki kepentingan nasional di dalamnya. Dengan demikian,
Indonesia dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya dari kerjasama yang dilakukan,
khususnya ketika kerjasama dilaksanakan dengan negara-negara yang memiliki
kemampuan lebih dalam bidang politik, ekonomi ataupun keamanan.
Amerika Serikat, dalam konteks ini menjadi salah satu partner penting dalam
kerjasama bilateral yang dilakukan Indonesia. Hubungan bilateral Indonesia dan
Amerika Serikat telah lama terjalin, bahkan sejak awal kemerdekaan Indonesia pada
masa pemerintahan Presiden Soekarno, walaupun dengan adanya pasang surut dalam
hubungan bilateral tersebut. Hubungan Indonesia – Amerika Serikat dapat
dianalogikan seperti “when love and hate collide” dimana hubungan kedua negara ini
mengalami pasang surut dan perbedaan yang cukup signifikan pada masa
pemerintahan presiden-presiden Indonesia.
Pada masa Presiden Soekarno, Indonesia – Amerika Serikat memiliki
hubungan yang tidak begitu harmonis karena adanya isu komunisme di Indonesia.
Namun pada masa Presiden Soeharto, Amerika Serikat dengan perantara IMF
membantu Indonesia bangkit dari krisis moneter. Pasang surut hubungan bilateral
Indonesia-Amerika Serikat itu pun terus terjadi hingga saat ini. Pada masa
1
2
pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hubungan Indonesia – Amerika
Serikat lebih kepada penciptaan citra positif, terlebih semenjak peristiwa 9/11 dimana
Indonesia kemudian dianggap sarang teroris. Penciptaan citra positif ini ditujukan
demi tercapainya kepentingan nasional yang lebih luas khususnya dalam aspek politik,
ekonomi dan keamanan.
Pada hakekatnya prinsip kerjasama, baik bilateral maupun multilateral, adalah
saling menguntungkan, saling menghargai dan saling menghormati satu sama lain
tanpa melihat besar kecilnya atau mampu tidaknya suatu negara. Dengan demikian
hubungan bilateral Indonesia dengan Amerika Serikat dimaksudkan untuk mempererat
kerjasama di bidang tertentu dengan prinsip saling menghargai, menghormati dan
menguntungkan. Tujuan akhir dari hubungan bilateral yang didasari prinsip-prinsip
tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat di masingmasing negara.
Hubungan bilateral Indonesia dengan Amerika Serikat merupakan hubungan
bilateral yang istimewa dikarenakan adanya beberapa kesamaan dan perbedaan antara
Indonesia dan Amerika Serikat. Indonesia dan Amerika Serikat memiliki jumlah
penduduk yang sangat besar, yaitu kurang lebih sekitar 250 juta jiwa dan terus
meningkat dari tahun ke tahun. Selain luas wilayah kedua negara juga sangat besar,
keduanya merupakan negara yang multikultur dan multietnis. Perbedaannya terdapat
pada segi politik pemerintahan dimana Indonesia adalah negara republik sedangkan
Amerika Serikat adalah negara federal. Dan dari segi ekonomi, Amerika Serikat
3
merupakan negara donor dengan pendapatan per kapita yang lebih besar dibandingkan
dengan Indonesia.1
Terdapat dua poin utama mengapa Amerika Serikat menjadi penting bagi
Indonesia. Pertama, dengan menjaga dan memperkuat hubungan bilateral Indonesia –
Amerika Serikat, Indonesia dapat meningkatkan kapasitas sumber daya manusianya.
Hal ini dapat dicapai dengan peningkatan mobilitas masyarakat Indonesia ke Amerika
dengan tujuan sharing experience and knowledge yang dapat digunakan untuk
membangun bangsa. Kedua, Amerika Serikat tidak dipungkiri memiliki peran penting
dalam perekonomian global dan percaturan dunia. Jika hubungan bilateral IndonesiaAmerika Serikat terjaga stabilitasnya maka akan berdampak pada peningkatan
pembangunan perekonomian Indonesia. Tidak hanya itu, Indonesia juga dapat
menjadikan dukungan Amerika Serikat sebagai kesempatan untuk meningkatkan peran
sentralnya baik di kancah regional ataupun internasional. Peningkatan hubungan
Indonesia dengan Amerika Serikat juga akan berdampak pada peningkatan
pembangunan ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan, tidak hanya bagi
Indonesia, namun juga Amerika Serikat baik pada tingkat regional maupun
internasional. Hal ini dikarenakan Indonesia berperan penting dalam geopolitik Asia,
Indonesia menjadi pintu masuk Amerika dalam meloloskan kepentingannya di
wilayah tersebut. Selain itu Indonesia juga menjadi partner strategis Amerika dalam
pemberantasan terorisme.2
Pada hakikatnya, alat untuk mencapai tujuan politik luar negeri adalah dengan
menggunakan diplomasi. Namun, di era globalisasi ini, dimana mobilitas masyarakat
World Bank Data. 2013. United States of America – Indonesia Comparison Data.
http://databanksearch.worldbank.org/DataSearch/LoadChart.aspx?db=2&cntrycode=USA,IDN&sercode=&yrco
de=#. Diakses tanggal 20 Oktober 2014
2
Sukma, Rizal. 2010. Insight: Strategic Significance of Indonesia-US Relations. The Jakarta Post 10 November
2010.
1
4
telah semakin tinggi dan kesadaran politik bernegara di seluruh aspek masyarakat juga
semakin meningkat, diplomasi yang dilakukan tidak cukup pada diplomasi
konvensional. Hal ini dikarenakan diplomasi konvensional tersebut hanya melibatkan
aktor pemerintah dan hanya fokus pada relasi government to government. Oleh karena
itu, diperlukan strategi diplomasi yang mampu menginklusi seluruh aspek masyarakat
untuk berperan aktif. Disinilah diplomasi publik kemudian mengambil peran. Dengan
diplomasi publik relasi antara pemerintah dengan masyarakat dapat lebih terakomodir
karena fokus aktivitas diplomasinya adalah pada tataran government to people contact
dan people to people contact.
Perkembangan teknologi informasi di era ini juga menjadi alasan tak
terelakkannya keterlibatan masyarakat dalam aktivitas diplomasi. Terlebih dengan
perkembangan isu-isu domestik dan internasional yang menuntut pemerintah untuk
membuka keterlibatan publik karena pemerintah tidak dapat menyelesaikan seluruh
permasalahan dari isu-isu tersebut jika bergerak sendirian. Perkembangan teknologi
informasi dan media ini, dalam konteks diplomasi publik, justru memberikan alternatif
instrumen dalam menjalankan diplomasi. Oleh karena itu, diplomasi publik menjadi
salah satu alternatif dalam praktek diplomasi untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi oleh negara baik dalam konteks hubungan bilateral atapun multilateral.
Sebagai jawaban dari tantangan globalisasi dan diplomasi yang semakin
kompleks, Indonesia secara inisiatif membentuk Dirjen Diplomasi Publik di
Kementerian Luar Negeri pada tahun 2002. Direktorat Diplomasi Publik diarahkan
untuk menampilkan wajah Indonesia yang moderat, demokratis, dan progresif, serta
membangun konstituen diplomasi dengan bekerjasama dan merangkul semua
5
pemangku kepentingan hubungan luar negeri.3 Pembentukan Dirjektorat Jenderal
Informasi dan Diplomasi Publik dipelopori oleh Menteri Luar Negeri Dr. Nur Hassan
Wirajuda. Kebijakan dipomasi publik luar negeri Indonesia memiliki dua sasaran.
Sasaran pertama adalah menampilkan wajah Indonesia baru yang moderat, demokratis
dan progresif, sedangkan sasaran kedua membangun konstituen diplomasi dengan
bekerjasama dan merangkul semua kalangan seperti ulama, cendekiawan dan
masyarakat umum. Misi diplomasi Indonesia sekarang telah meluas menjadi kontak
antar masyarakat Indonesia ke masyarakat di negara lain.
Diplomasi publik menjadi penting bagi Indonesia dalam peningkatan hubungan
bilateral, terhadap Amerika Serikat khususnya, karena dengan diplomasi publik
Indonesia dapat memberikan pemahaman mengenai kebijakan luar negeri dan
aktivitas-aktivitas politik atau diplomasinya kepada publik domestik ataupun
internasional dengan lebih mudah. Hal ini ditunjang dengan diplomasi publik yang
menawarkan berbagai instrumen yang dapat digunakan secara efektif dalam upaya
mempengaruhi opini publik, baik domestik maupun internasional. Selain itu,
diplomasi publik juga dapat membentuk mutual understanding antara publik Amerika
Serikat dan Indonesia yang pada akhirnya dapat memberikan dampak pada hubungan
bilateral yang lebih terjaga dan pencegahan konflik juga pencapaian kepentingan
nasional yang lebih luas. Hal tersebut dapat tercapai karena adanya dukungan dari
publik dan citra positif yang telah dibangun yang juga dapat membentuk kepercayaan
dalam menjalin kerjasama bilateral yang lebih matang dan komprehensif.
Diplomasi publik merupakan bagian penting dari soft power. Lain halnya
dengan hard power yang menggunakan kekuatan militer atau ekonomi demi mencapai
3
Hadi, Umar. 2007. Diplomasi Publik Menjembatani Persepsi Domestik dan Internasional. Tabloid Diplomasi
Edisi Desember 2007. http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/55-desember-2007/535-diplomasipublik-menjembatani-persepsi-domestik-dan-internasional.html. Diakses tanggal 20 Oktober 2014.
6
tujuan, soft power mengedepankan kepercayaan dan kerjasama melalui hal-hal seperti
nilai-nilai atau kebudayaan agar negara lain tertarik untuk mendukung atau sejalan
dengan negara kita.4 Disinilah kemudian diplomasi publik dapat menjadi alat
diplomasi soft power karena instrumen-instrumen diplomasi publik menggunakan
nilai-nilai dan kekhasan
suatu negara dengan tujuan membentuk mutual
understanding antar negara.
Di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam
menjalankan politik luar negeri Indonesia pendekatan yang dilakukan menekankan
pada pendekatan diplomasi soft power. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menekankan bahwa abad 21 ini adalah abad soft power dimana keutamaan akan
kepercayaan dan kerjasama antar negara patut ditingkatkan. Sebagaimana yang
diutarakan dalam pidato beliau di Universitas Harvard “The first imperative is to make
the 21st century the century of soft power. ...The more we exchange cultures and share
ideas, the more we learn from one another, the more we cooperate and spread
goodwill, the more we project soft power and place it right at the heart of
international relations, the closer we are to world peace. 5 Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono juga menginstruksikan untuk menekankan soft power dalam bentuk
kebudayaan, nilai-nilai, kebijakan, value dan achievement yang telah dicapai oleh
bangsa Indonesia.6 Hal-hal tersebut dapat berupa kebudayaan Indonesia seperti batik,
alat musik dan tarian tradisional, juga ideas seperti Indonesia as a peacekeeper,
Indonesia sebagai negara dimana agama dan demokrasi dapat berjalan beriringan dan
lain-lain. Diplomasi yang dilakukan melalui hal-hal tersebut sebagai bagian dari
4
Nye Jr, Joseph S. 2004. Soft Power: The Means to Success in World Politics. Public Affairs: New York. Pg.11
Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. 2009. Towards Harmony Among Civilizations. John F. Kennedy
School Of Government Harvard University: Boston.
http://www.presidenri.go.id/index.php/eng/pidato/2009/09/30/1228.html. Diakses Tanggal 29 Agustus 2014.
6
Direktorat Diplomasi Publik. 2010. “Presiden RI: Soft Power Memperkuat Formula Diplomasi”. Tabloid
Diplomasi No. 28 Tahun III. Direktorat Diplomasi Publik RI: Jakarta.
5
7
diplomasi publik menjadikan soft power sebagai penguat formula diplomasi Indonesia.
Dengan kata lain diplomasi publik dapat menjadi penunjang diplomasi yang dilakukan
dalam tingkat formal atau first track diplomacy yang pada akhirnya membantu
meningkatkan dan menjaga long term relationship dalam hubungan bilateral yang
dijalin oleh Indonesia dengan negara lain.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengapa Indonesia melakukan diplomasi publik secara aktif dalam hubungan
bilateralnya dengan Amerika Serikat?
b. Bagaimana diplomasi publik berperan dalam memperkuat hubungan bilateral
Indonesia dengan Amerika Serikat?
1.3 KAJIAN PUSTAKA
Sejauh ini, berdasarkan pengamatan peneliti, telah terdapat beberapa penelitian
dan publikasi mengenai diplomasi publik. Beberapa penelitian tersebut dapat dijadikan
acuan dalam penelitian ini. Tujuannya tidak hanya untuk meneruskan penelitianpenelitian yang telah ada tersebut namun juga mengembangkan pengetahuan yang
dihasilkan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian ini. Sebanyak pengamatan
peneliti, dalam penelitian-penelitian diplomasi publik yang telah ada penelitian
diplomasi publik yang fokus pada diplomasi publik Indonesia masih sangat sedikit.
Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
mengevaluasi aktivitas diplomasi publik yang dilakukan Indonesia agar dapat
dikembangkan dan ditingkatkan.
8
Penelitian pertama berjudul Public Diplomacy in ASEAN and the Cases of
Vietnam and Singapore. Penelitian ini merupakan sebuah disertasi yang ditulis oleh
Anh Dung Bui pada tahun 2011. Penelitian ini membahas diplomasi publik yang
dilakukan oleh ASEAN sebagai sebuah organisasi multilateral dan juga meneliti dan
mengkomparasi aktivitas diplomasi publik yang dilakukan oleh dua anggota ASEAN
yaitu Vietnam dan Singapura dalam arena ASEAN. Fokus dalam penelitian adalah
melihat karakteristik dari diplomasi publik ASEAN dan perbedaan instrumen
diplomasi publik yang dilakukan oleh Vietnam dan Singapura dalam tiga dimensi
diplomasi publik.
Hasil dari penelitian Anh Dung Bui menunjukkan tiga dimensi yang digunakan
ASEAN dalam diplomasi publiknya. Dimensi pertama adalah mengkomunikasikan
tujuan
dan
norma
ASEAN.
ASEAN
secara
aktif
memperkenalkan
dan
mengkomunikasikan tujuan dan kebijakan-kebijakannya kepada dunia internasional
khususnya kepada mitra – mitra kerjasama organisasi tersebut dengan tujuan agar
terdapat mutual understanding diantara mereka. Kedua, menggunakan media dialog
dan pertukaran dengan mengadopsi multi-track diplomacy demi tercapainya hubungan
yang lebih baik antar anggota ASEAN ataupun internasional. Ketiga, mengadakan
program atau proyek ASEAN dengan bekerjasama dengan para stakeholders. Ketiga
dimensi tersebut memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan bargaining position
ASEAN baik dalam lingkup anggotanya ataupun internasional.7
Selain melihat dimensi diplomasi publik ASEAN, Anh Dung Bui juga
mengkomparasi diplomasi publik yang dilakukan dua anggota ASEAN yaitu Vietnam
dan Singapura. Hasil dari komparasi aktivitas diplomasi publik oleh Vietnam dan
Singapura menunjukkan bahwa kedua negara lebih banyak menggunakan instrumen
7
Dung Bui, Anh. 2011. Public Diplomacy in ASEAN and the Cases of Vietnam and Singapore. A Dissertation.
Institute of Communication Studies: University of Leeds.
9
budaya dalam melakukan diplomasi publiknya. Instrumen budaya ini dilakukan
dengan melibatkan aktor negara maupun non-negara. Perbedaan mendasar dari
aktivitas diplomasi publik kedua negara terletak pada tujuannya. Vietnam melakukan
diplomasi publik dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan dan dipandang dalam
dunia internasional. Sedangkan Singapura lebih kepada ingin mendapatkan posisi vital
dalam kancah regional.8
Manfaat dari penelitian Anh Dung Bui ini bagi peneliti adalah untuk melihat
dan menilai dimensi-dimensi diplomasi publik ASEAN apakah juga digunakan oleh
Indonesia dalam aktivitas diplomasi publiknya atau tidak. Selain itu, peneliti juga
dapat melihat relevansi dari instrumen diplomasi publik yang digunakan oleh Vietnam
dan Singapura dengan instrumen diplomasi publik Indonesia.
Penelitian kedua yang menjadi acuan dalam penelitian ini berjudul
Understanding Social Media’s Contribution to Public Diplomacy: How Embassy
Jakarta’s Facebook Outreach Illuminates the Limitations and Potential for the State
Department’s Use of Social Media yang ditulis oleh Melani Ciolek pada tahun 2010.
Fokus dari penelitian yang dilakukan oleh Melanie Ciolek adalah melihat kontribusi
dari media sosial sebagai salah satu instrumen diplomasi publik. Penelitian ini
mendeskripsikan aktivitas diplomasi publik Kedutaan Besar Amerika Serikat yang
menggunakan media sosial Facebook dalam membentuk opini publik Indonesia.
Kontribusi signifikan media sosial yang ditunjukkan dari hasil penelitian ini adalah
media sosial mampu membentuk aktivitas komunikasi informal dengan target
audience. Penggunaan media sosial ini ditujukan untuk mempengaruhi opini publik
8
Ibid.
10
Indonesia mengenai Amerika Serikat yang akan memberikan kemudahan ketika
Amerika Serikat ingin meloloskan kepentingannya di Indonesia.9
Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pendekatan yang
dilakukan harus perlu dicermati dan dievaluasi jika ingin menggunakan media sosial
sebagai instrumen diplomasi publik. Hal ini dikarenakan sosial media tidak memiliki
batasan audience dan respon dari audience-nya masih sukar untuk diprediksi.
Walaupun dalam diplomasi publik terdapat berbagai macam instrumen yang bisa
digunakan, media sosial merupakan instrumen yang dapat dikatakan paling mudah dan
murah untuk dilakukan, terlebih dengan semakin berkembangnya teknologi informasi.
Oleh karena itu, penelitian dari Melanie Ciolek ini juga dapat menjadi acuan dalam
melihat konribusi dari instrumen media sosial yang digunakan oleh Indonesia dalam
praktek diplomasi publiknya terhadap Amerika Serikat. Namun instrumen media
sosial yang dilihat tidak hanya dari media sosial Facebook saja namun dalam skala
yang lebih luas.
Sukawarsini Djelantik dilain sisi dalam penelitiannya yang berjudul Diplomasi
Publik Indonesia terhadap Denmark dalam Kasus Pemuatan Karikatur Nabi
Muhammad di Harian Jylland Posten (2005-2006), meneliti mengenai strategi
diplomasi publik yang dilakukan Indonesia terhadap Denmark. Penelitian ini
menunjukkan bahwa strategi diplomasi publik yang dilakukan Indonesia mampu
menjadi penjembatan untuk menyelesaikan konflik antara Indonesia dan Denmark
terkait pemuatan karikatur Nabi Muhammad SAW di salah satu Pers Denmark.
Strategi diplomasi publik Indonesia dalam konteks ini adalah dengan menggunakan
Ciolek, Melani. 2010. Understanding Social Media’s Contribution to Public Diplomacy: How Embassy
Jakarta’s Facebook Outreach Illuminates the Limitations and Potential for the State Department’s Use of Social
Media. University of Southern California Center on Public Diplomacy: Annenberg School.
9
11
instrumen media dan multi-track diplomacy yaitu track 1. Government dan track 2.
Non-Government.10
Strategi diplomasi publik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia meliputi
pelaksanaan dialog antar agama dan dialog media global yang juga melibatkan pers
Indonesia sehingga dapat meredam emosi publik Indonesia dan Denmark yang
berujung pada normalisasi hubungan bilateral kedua negara. Strategi diplomasi publik
Indonesia yang melibatkan multi-track diplomacy dimana aktor negara dan non-negara
bekerjasama secara aktif memberikan fasilitas dialog dan komunikasi kepada
masyarakat dinilai efektif dalam penyelesaian koflik dan harmonisasi hubungan
Indonesia - Denmark. Oleh karena itu, keterlibatan diplomasi multi jalur dalam
aktivitas diplomasi publik Indonesia dapat menjadi acuan demi terciptanya efektivitas
praktek diplomasi publik dalam pencapaian kepentingan nasional yang lebih luas.
Selain kajian mengenai penelitian diplomasi publik, kajian mengenai hubungan
bilateral Indonesia-Amerika Serikat juga menjadi acuan dalam penelitian ini. Smith
dalam penelitiannya yang dimuat di Contemporary Southeast Asia Journal yang
berjudul A Glass Half Full: Indonesia-US Relations in the Age of Terror mengkaji
tentang hubungan Indonesia-Amerika Serikat khususnya mengenai kerjasama militer
dan terkait dengan kebijakan war on terrorism Amerika.11 Hubungan IndonesiaAmerika Serikat mengalami masa yang kompleks khususnya pasca peristiwa serangan
teroris pada 11 September 2001. Opini publik Indonesia terhadap Amerika pun
10
Djelantik, Sukawarsini. 2008. Trend in Diplomacy; Indonesian Diplomacy Toward Denmark; The Jylland
Posten Case. Conference Paper. World International Studies Conference (WISC). Ljubljana University:
Ljubljana, Slovenia.
11
Smith, Anthony L, (2003). “A Glass Half Full: Indonesia-US Relations in the Age of Terror”, dalam
Contemporary Southeast Asia Journal, 25 (3): 449-472.
12
didominasi ketidakpercayaan terhadap kebijakan Amerika terutama karena invasi dan
serangan-serangan Amerika terhadap Afghanistan dan Irak yang dianggap melanggar
hak asasi manusia. Walaupun begitu, terdapat kerjasama yang baik antara IndonesiaAmerika Serikat dalam memberantas terorisme. Pada masa Presiden Megawati,
Indonesia dibantu oleh Amerika untuk menyelesaikan masalah terorisme di Indonesia,
khususnya setelah serangan bom Bali pada tahun 2002. Indonesia menjadi partner
strategis Amerika Serikat dalam kebijakan war on terror dan kerjasama dibidang ini
terus meningkat.
Namun, persepsi anti Amerika masih tetap ada di publik Indonesia. Hal-hal
yang menjadi latar belakang adanya persepsi anti Amerika ini adalah Amerika
anggapan bahwa kebijakan war on terror ini adalah cara Amerika untuk melemahkan
Islam dan ketidakpercayaan atas bantuan Amerika terhadap upaya pembangunan
Indonesia. Di lain sisi, opini publik Amerika juga mengarah ke arah yang negatif
dimana peristiwa-peristiwa terorisme di Indonesia seperti bom Bali dan bom Hotel
J.W. Marriot menjadikan Indonesia dipandang sebagai negara yang tidak aman.
Ketidakpercayaan dari publik masing-masing negara menjadi tantangan besar bagi
harmonisasi hubungan
Indonesia-Amerika Serikat. Oleh karena itu, Smith
menegaskan dalam penelitiannya, strategi winning hearts and minds menjadi penting
jika Amerika ingin memenangkan kebijakan war on international terrorism. Selain
itu, dalam konteks Indonesia khususnya, kerjasama militer juga dapat membantu
meningkatkan hubungan Indonesia-Amerika Serikat namun perlu diseimbangkan
dengan penguatan demokrasi dan peningkatan hak asasi manusia demi perbaikan dan
pembentukan opini publik yang positif bagi Amerika di Indonesia.12
12
Ibid.
13
Dari penelitian tersebut terlihat bahwa opini publik suatu negara menjadi salah
satu hal yang crucial dalam upaya pencapaian kepentingan politik luar negeri suatu
negara. Dalam konteks ini Indonesia dan Amerika Serikat pasca peristiwa 9/11 berupa
membangun kerjasama untuk mendukung kebijakan war on terror Amerika. Amerika
pun berupaya menggandeng Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim
terbanyak di dunia13 sebagai partner strategis. Untuk memperoleh dukungan atas
kebijakan tersebut Amerika melakukan upaya-upaya diplomasi dengan strategi
diplomasi soft power yang bertujuan untuk mempengaruhi opini publik Indonesia.
Selain meningkatkan kerjasama militer dan memberikan bantuan finansial kepada
kepolisian, Amerika juga aktif memberikan pelatihan counterterrorism pada unit
kepolisian Indonesia, Densus 88 (Datasemen Khusus 88), selain itu media Amerika
seperti Voice of America aktif memberitakan upaya Amerika dalam penumpasan aksi
terorisme.14 Hal ini dilakukan untuk memberikan fasilitas dan informasi kepada publik
dengan tujuan menyampaikan kebijakan dan memperoleh dukungan atas kebijakan
tersebut.
Penelitian lain yang juga mengkaji mengenai hubungan bilateral IndonesiaAmerika Serikat adalah penelitian yang ditulis oleh Murray Hiebert, Ted Osius, dan
Gregory B. Poling yang berjudul A US-Indonesia Partnership for 2020:
Recommendations for Forging a 21st Century Relationship. Tujuan dari penelitian ini
pada dasarnya fokus pada bagaimana Amerika Serikat dan Indonesia dapat
memperkuat hubungan bilateralnya dalam ranah kerjasama komprehensif yang
disepakati oleh kedua negara. Indonesia sebagai negara keempat terbesar di dunia,
negara demokrasi ketiga di dunia dan salah satu negara yang memiliki warga negara
13
Indonesia sebaga negara muslim terbanyak di dunia dapat dilihat dari data Pew Global Research Center.
http://www.pewforum.org/2011/01/27/the-future-of-the-global-muslim-population/
14
United States Department of State. 2014. Country Reports on Terrorism. Bureau of Counterterrorism.
http://www.state.gov/j/ct/rls/crt/index.htm. Diakses tanggal 8 Agustus 2014.
14
yang sangat pluralistik membuktikan bahwa norma dan nilai demokrasi tidak
bergantung pada budaya, sejarah atau agama. Hal ini menjadikan Indonesia dianggap
sebagai partner strategis bagi Amerika baik dalam konteks regional ataupun
multilateral.15
Comprehensive partnership agreement (CPA) yang disepakati IndonesiaAmerika Serikat pada tahun 2010 kemudian menjadi titik tolak dari babak baru
hubungan bilateral Indonesia-Amerika Serikat. Dalam penelitian ini, penulis
menegaskan bahwa hubungan bilateral Indonesia-Amerika Serikat dapat ditingkatkan
tidak hanya melalui aspek-aspek politik, keamanan dan ekonomi namun juga melalui
relasi antar warga negara (people to people contact). Kerjasama dalam tiga aspek ini
menjadi penting untuk ditingkatkan agar hubungan bilateral Indonesia-Amerika
Serikat tidak stagnan. Kerjasama dalam bidang politik dan keamanan telah dilakukan
oleh Indonesia dan Amerika Serikat sejak awal hubungan bilateral kedua negara
terjalin dan kerjasama dalam bidang ini menjadi pengikat yang cukup kuat dalam
hubungan bilateral kedua negara. Sebagai upaya untuk meningkatkan kerjasama
komprehensif dalam bidang politik dan keamanan, key recommendations yang
diberikan dalam penelitian ini adalah perlunya peningkatan official visits baik antar
presiden atau kabinet-kabinetnya. Hal ini ditujukan untuk pembentukan komitmen
hubungan jangka panjang dan lebih reliable. Selain itu peningkatan kerjasama
pelatihan militer Indonesia-Amerika Serikat dan peningkatan kerjasama trilateral
dengan negara-negara ASEAN serta dukungan atas posisi sentral Indonesia.
Pada bidang ekonomi, rekomendasi yang diberikan adalah pembentukan
mutual trust dan lingkungan yang mendukung untuk kerjasama perdagangan dan
investasi yang lebih baik. Kerjasam di bidang ekonomi adalah kerjasama yang paling
15
Hiebert, Murray et al. 2013. A US-Indonesia Partnership for 2020: Recommendations for Forging a 21st
Century Relationship. Centre for Strategic & Internastional Studies: Washington.
15
lemah antara Indonesia dan Amerika Serikat namun bidang ini merupakan kunci
kekuatan kerjasama bilateral. Oleh karena itu selain meningkatkan dialog antar
pemrintah terkait perdagangan dan investasi, Indonesia-Amerika Serikat perlu
membentuk dan menjaga long term perspective atas kerjasama perdagangan dan
investasi
yang
dijalankan.
Selain
kedua
bidang
tersebut,
people-to-people
collaboration juga menjadi poin penting dalam hubungan bilateral Indonesia-Amerika
Serikat. Hal ini dikarenakan kerjasama dalam bidang ini menjadi kunci untuk
membentuk kerjasama jangka panjang. People-to-people collaboration ini meliputi
kerjasama dalam aspek kebudayaan, pendidikan, lingkungan dan teknologi. Kerjasama
dalam aspek-aspek tersebut akan membangun mutual understanding antar warga
negara yang dapat berpengaruh pada pengambilan kebijakan pemerintah.16
1.4
KERANGKA KONSEPTUAL
1.4.1 PUBLIC DIPLOMACY
Istilah diplomasi publik digunakan pertama kali oleh Dean Edmund
Gullion dari Fletcher School of Law Diplomacy, Universitas Tufts, Amerika
Serikat Serikat, pada tahun 1965;
“Public diplomacy . . . deals with the influence of public attitudes
on the formation and execution of foreign policies. It encompasses
dimensions of international relations beyond traditional
diplomacy; the cultivation by governments of public opinion in
other countries; the interaction of private groups and interests in
one country with those of another; the reporting of foreign affairs
and its impact on policy; communication between those whose job
is communication, as between diplomats and foreign
correspondents; and
the processes of
inter-cultural
17
communications.
16
Ibid
United States Information Agency Alumni Association, “What
http://pdaa.publicdiplomacy.org/?page_id=6. Diakses tanggal 16 Oktober 2014
17
Is
Public
Diplomacy?
16
Definisi dari diplomasi publik pada dasarnya sangat beragam namun merujuk
dari definisi diplomasi publik pada awal kemunculannya dapat dikatakan bahwa
diplomasi publik didefinisikan sebagai upaya mencapai kepentingan nasional suatu
negara melalui understanding, informing, and influencing foreign audiences. Dengan
kata lain, jika proses diplomasi konvensional dikembangkan melalui mekanisme
government to government relations, maka diplomasi publik lebih ditekankan pada
government to people relations atau people to people relations. Tujuannya adalah agar
masyarakat internasional mempunyai persepsi tentang suatu negara, sebagai landasan
sosial bagi hubungan dan pencapaian kepentingan politik luar negeri yang lebih luas.
By public diplomacy we understand the means by which
governments, private groups and individuals influence the
attitudes and opinions of other peoples and governments in such
a way as to exercise influence on their foreign policy decisions 18
Kemudian, dari definisi diplomasi publik selanjutnya dapat disimpulkan bahwa
dengan melakukan diplomasi publik, suatu negara dapat mempengaruhi publik
domestik ataupun internasional demi mencapai kepentingan atau kebijakan luar
negerinya. Hal ini mengindikasikan bahwa opini publik juga memiliki peran penting
dalam membentuk kebijakan luar negeri dan juga pengaplikasian kebijakan tersebut.
Selain itu, merujuk pada definisi diplomasi publik menurut kamus istilah hubungan
internasional yang di terbitkan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Serikat
tahun 1987;
Public diplomacy refers to government-sponsored programs
intended to inform or influence public opinion in other countries; its
18
Wolf Jr, Charles & Rosen, Brian. 2004. Public Diplomacy: How to Think About and Improve It. Rand
Corporation. http://www.rand.org/. Pg.3
17
chief instrument are publications, motion pictures, cultural
exchange, radio and television.19
Definisi di atas mengindikasikan diplomasi publik yang dilakukan dengan
berbagai macam instrumen, seperti publikasi, film, pertukaran budaya, radio dan
televise, memerlukan dukungan atau inisatif dari pemerintah. Jadi dalam konteks ini,
peran pemerintah tetap menjadi yang utama dalam aktivitas diplomasi publik.
Walaupun di lapangan yang melakukan aktivitas diplomasi publik adalah aktor-aktor
non
pemerintah
yang
terlibat
aktif
seperti
NGO,
individu,
atau
media
(cetak/elektronik), pemerintah tidak boleh lepas pengawasan.
Diplomasi publik pada dasarnya meliputi seluruh aktivitas yang dilakukan oleh
pemerintah maupun aktor-aktor non pemerintah dalam berkontribusi
pada
pemeliharaan dan promosi soft power. Soft power negara dibentuk melalui aktivitasaktivitas para aktor dan beragam organisasi yang berpengaruh terhadap publik, baik
para seniman, galeri-galeri seni dan musik, aktivis masyarakat dan Lembaga Swadaya
Masyarakat, politisi, partai dan pakar politik, para penulis dan asosiasi literasi,
wartawan dan kelompok media, para pelaku bisnis, perusahaan dan produknya,
akademisi dan universitas, pemuka dan kelompok agama, dan lain-lain. Hal ini sesuai
dengan yang dinyatakan oleh konsep Soft Power Joseph S. Nye dimana beliau
menyatakan bahwa soft power sebuah negara bersumber dari tiga hal yaitu budaya,
nilai-nilai politik dan politik luar negeri negara tersebut.20 Ketiga sumber dari soft
power tersebut diimplementasikan dalam diplomasi publik melalui aktor-aktor yang
beragam baik dari pemerintah ataupun non-pemerintah.
19
20
U.S. Department of State. 1987. Dictionary of International Relations Terms, Washington, D.C. Pg. 85
Nye Jr, Joseph S. Op.Cit. 2004. Pg.11
18
Strategi diplomasi publik tidak hanya menempatkan negara pada programprogram pengembangan citra yang positif secara domestik saja tetapi juga
internasional. Interaksi antara pemerintah dengan berbagai aktor di dalam negeri
beperan penting dalam meningkatkan soft power dan implementasinya ke luar negeri.
Hal ini memungkinkan adanya berbagai kegiatan, aktivitas dan program yang dapat
membentuk keberhasilan diplomasi publik. Diplomasi publik merupakan sarana yang
tepat untuk merebut opini publik dengan mempromosikan citra negara. Hal ini
dikarenakan diplomasi publik lebih menekankan kepada hegemoni melalui informasi,
kebudayaan dan pendidikan. Proses pembentukan citra dan persepsi menjadi hal yang
sangat penting karena winning hearts and minds menjadi esensi dan tujuan utama dari
diplomasi publik, yang mana akan berdampak dalam memudahkan pencapaian
kepentingan nasional yang lebih luas.
Dalam konteks ini, konsep diplomasi publik digunakan untuk menganalisis
aktivitas diplomasi publik yang dilakukan oleh Indonesia terhadap Amerika Serikat
berdasarkan beberapa instrumen yang terdapat dalam diplomasi publik. Instrumeninstrumen dalam diplomasi publik meliputi media sosial, pernyataan publik,
kunjungan resmi, pertukaran budaya atau pendidikan, dan instrumen-instrumen
lainnya yang relevan dengan aktivitas diplomasi publik. Instrumen-instrumen yang
digunakan dalam diplomasi publik tidak memiliki batasan yang pasti dikarenakan
perkembangan dunia sosial, media dan teknologi infomasi yang sangat pesat. Berbagai
macam cara atau media bisa saja dijadikan instrumen dalam aktivitas diplomasi publik
selama tujuannya relevan dengan tujuan diplomasi publik yakni propaganda atau
mempengaruhi opini publik demi tercapainya kepentingan nasional atau implementasi
kebijakan luar negeri.
19
1.4.2
MULTI-TRACK DIPLOMACY
Dalam upaya melakukan diplomasi publik, diperlukan kerjasama antar aktor
pemerintah dan non-pemerintah yang melibatkan metode diplomasi multi jalur atau
yang biasa disebut dengan multi-track diplomacy. Diplomasi ini memiliki relevansi
dengan diplomasi publik dikarenakan terdapat peran yang signifikan dari pemerintah
hingga media dalam menjalankan diplomasi demi tercapainya kepentingan nasional,
yang dalam konteks ini adalah Indonesia terhadap Amerika Serikat.
Multi-track diplomacy refers to a conceptual framework we design
to reflect the variety of activities that contribute to international
peacemaking and peacebuilding.21
Pada mulanya, Louise Diamond dan John McDonald memperkenalkan konsep
multi-track diplomacy sebagai suatu kerangka berpikir dalam menjalankan diplomasi
dengan tujuan terciptanya perdamaian. Perdamaian akan tercipta jika diplomasi yang
dilakukan oleh suatu negara melibatkan seluruh jalur/track dari diplomasi dan tidak
bergantung pada aktor pemerintah saja. Relevansinya dengan praktek diplomasi publik
adalah diplomasi publik tidak akan dapat berjalan secara efektif jika beban aktivitas
diplomasi publik tersebut hanya pada pemerintah saja. Sejalan dengan tujuan
diplomasi publik yang mengedepankan government to people contact maka pemerintah
hingga media dapat berperan aktif dan bekerjasama dalam aktivitas diplomasi publik.
Kategorisasi tingkatan dalam diplomasi multijalur terbagi menjadi 9, yaitu:
Track One: Government, Track Two: Nongovernment/Professional, Track Three:
Business, Track Four: Private Citizen, Track Five: Research, Training, and Education,
Track Six: Activism, Track Seven: Religion, Track Eight: Funding, Track Nine:
21
Diamond, Louise & McDonald, John. 1996. Multi-Track Diplomacy: A System Approach to Peace, 3rd Ed.
Kumarian Press: University of Michigan. Pg: 20
20
Communications and Media.22 Diagram dibawah ini dapat membantu dalam
memahami kategorisasi kesembilan jalur diplomasi tersebut.
Gambar 1. The Nine Tracks of Multi-track Diplomacy
Sumber:
Diamond and McDonald. The Institute for Multi-Track Diplomacy (IMTD).
(http://www.beyondintractability.org/essay/multi-track-diplomacy). Diakses tanggal 14 September 2014
Walaupun kesembilan jalur diplomasi tersebut sangat mungkin digunakan
dalam praktek diplomasi publik, namun yang menjadi poin utama dalam praktek
diplomasi publik Indonesia terhadap Amerika dalam penelitian ini adalah peran
pemerintah, non-pemerintah, media dan pembentuk opini publik. Aktor pemerintah
menjadi poin penting karena pemerintah diharapkan tetap mengambil andil besar
dalam pengawasan praktek diplomasi publik. Pemerintah selain menjadi aktor utama
juga dibutuhkan untuk dapat membentuk kesepahaman mengenai kebijakan yang ingin
22
Ibid
21
dipromosikan dan kepentingan yang ingin dicapai dengan pelaku-pelaku diplomasi
publik. Aktor non-pemerintah, di sisi lain, dapat mengambil peran yang cukup
signifikan baik sebagai think-tank groups ataupun eksekutor dalam proses
pengimplementasian diplomasi publik Indonesia.
Selain itu, perkembangan dunia media massa pada saat ini juga memiliki
pengaruh dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya. Media massa
memberi pengaruh yang cukup signifikan dalam memberikan informasi kepada
publik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kepentingan individu-individu,
kelompok-kelompok ataupun pemerintah yang mengandung maksud dan tujuan
tertentu disampaikan dengan menggunakan media massa baik cetak maupun
elektronik kepada publik. Dukungan media massa dalam hubungan bilateral
Indonesia-Amerika Serikat dapat memberikan nuansa baru karena media masa mampu
memberikan pengaruh serta memberikan sebuah konstruksi sosial terhadap
masyarakat.
Media massa menjadi alat yang efektif dalam mempengaruhi pemikiran dan
tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pembentukan opini publik baik domestik
ataupun internasional bagi Indonesia akan dapat dimudahkan dengan menggunakan
media massa. Pada era globalisasi ini, audience dari media massa sangatlah tidak
terbatas sehingga diperlukan juga mutual understanding dari pemerintah dan aktor
media dalam pemberitaan atau penyebaran informasi agar tetap berada dijalur
kebijakan luar negeri yang telah diatur atau disepakati demi pembentukan opini publik
yang terarah dan sesuai dengan tujuan politik luar negeri Indonesia.
22
1.5 ARGUMEN PENELITIAN
Praktek diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menekankan pendekatan soft power dengan metode diplomasi
publik. Diplomasi publik Indonesia bertujuan untuk menciptakan citra positif
mengenai Indonesia pada publik internasional, khususnya Amerika Serikat, serta
menciptakan
mutual
understanding
antara
publik domestik dengan publik
internasional. Penciptaan opini publik yang positif bagi Indonesia dapat memberikan
dampak yang signifikan pada kepentingan politik luar negeri Indonesia dan
memperkuat hubungan bilateral Indonesia-Amerika Serikat.
Kepentingan politik luar negeri Indonesia di Amerika Serikat antara lain
adalah mempengaruhi keputusan kebijakan luar negeri Amerika Serikat agar lebih
memperhitungkan Indonesia dalam kerjasama di bidang ekonomi, keamanan dan
pertahanan dan dukungan pada keterlibatan Indonesia dalam konstelasi politik
internasional. Indonesia melakukan diplomasi publik secara aktif dalam kancah
internasional melalui instrumen-instrumen pertukaran budaya dan pendidikan,
kunjungan resmi dan media massa. Instrumen-instrumen diplomasi publik ini
diimplementasikan dengan melibatkan lebih banyak aktor-aktor non-government, atau
dengan kata lain dengan meningkatkan government to people relations dan people-topeople relations.
1.6 METODE PENELITIAN
Penelitian ini fokus pada praktek diplomasi publik yang dilakukan Indonesia
terhadap Amerika Serikat dan kontribusinya terhadap kepentingan politik luar negeri
Indonesia. Agar fokus dari penelitian ini tetap terarah maka metode penelitian yang
digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan metode
23
kualitatif karena instrumen utama yang diamati berupa aktivitas diplomasi publik yang
kemudian dianalisis secara deskriptif melalui interpretasi logis. Hal ini sejalan dengan
paradigma metode penelitian kualitatif yang dipaparkan oleh Creswell “Research that
is guided by the qualitative paradigm is defined as an inquiry process of
understanding a social or human problem based on building a complex, holistic
picture, formed with words reporting detailed views of informants, and conducted in a
natural setting.”23 Oleh karena itu dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif,
analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan dapat lebih efektif dan
terfokus. Formasi dalam menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini disusun
bertahap secara deduksi untuk menguraikan secara detail masalah yang diangkat.
Data-data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data-data sekunder
yang diperoleh melalui teknik studi kepustakaan (Library research). Data sekunder
diperoleh dengan membaca dan mempelajari sejumlah buku, literatur, jurnal ilmiah,
artikel online dan berita media massa yang terkait dengan diplomasi publik dan
hubungan bilateral Indonesia-Amerika Serikat. Kemudian, peneliti juga melakukan
pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dengan beberapa key
informans, yaitu orang-orang yang kompeten dari pihak akademisi dan praktisi yang
memahami permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.
Wawancara pertama dan kedua dilaksanakan di Kementerian Luar Negeri RI,
dengan Bapak Siauaji Raja dan Bapak Mulyanto Sastrowiranu selaku Staff Direktorat
Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri RI. Wawancara membahas tentang
aktivitas diplomasi publik Indonesia terhadap Amerika beserta program-program yang
dicanangkan oleh Direktorat Diplomasi Publik dan kerjasama bilateral IndonesiaAmerika Serikat yang relevan dengan aktivitas diplomasi publik. Wawancara ketiga
23
Creswell, John W. (2003). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Method Approaches, 2nd
ed. Sage Publications: University of Nebraska, Lincoln. Pg:20-21
24
dilaksanakan dengan Ibu Angela, selaku Staff Direktorat Amerika dan Eropa,
Kementerian Luar Negeri RI. Wawancara ini membahas mengenai hubungan bilateral
Indonesia – Amerika Serikat, dinamika hubungan bilateral tersebut dan perjanjianperjanjian yang telah disepakati antara Indonesia-Amerika Serikat.
Kemudian wawancara keempat dilaksanakan di Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI, yaitu dengan Bapak Restu selaku Ketua subbidang Diplomasi
Budaya, Direktorat Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
yang membahas mengenai praktek diplomasi budaya sebagai bagian dari diplomasi
publik yang dicanangkan oleh pemerintah, khususnya di Amerika Serikat. Selain itu
wawancara juga dilakukan dengan pihak akademisi yaitu dengan Bapak Tonny Dian
Effendi, Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang dan
penulis buku Diplomasi Publik Jepang: Perkembangan dan Tantangan. Wawancara
ini membahas diplomasi publik secara umum dan bagaiamana Indonesia dapat
menggunakan diplomasi publik tersebut sebagai media diplomasi yang efektif dalam
pencapaian politik luar negeri. Wawancara-wawancara mendalam tersebut dilakukan
dengan tujuan untuk memahami lebih jauh praktek diplomasi publik yang dilakukan
Indonesia dan aktor-aktor yang terlibat di dalamnya hingga tantangan dari diplomasi
publik tersebut.
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
1.7.1 BAB I PENDAHULUAN
Bab I meliputi Pendahuluan yang terdiri dari (a) Latar Belakang Masalah,
berisi pendeskripsian sejarah dan dinamika hubungan Indonesia-Amerika Serikat,
ulasan singkat mengenai upaya-upaya diplomasi yang dilakukan Indonesia pada masa
pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan mengenai alasan ketertarikan
25
peneliti mengenai pentingnya diplomasi publik bagi Indonesia. (b) Rumusan Masalah,
(c) Kajian Pustaka, mengulas reviu dari beberapa penelitan mengenai diplomasi publik
dan hubungan bilateral Indonesia-Amerika Serikat yang menjadi acuan dalam
penulisan penelitian ini, (d) Kerangka Konseptual, berisi tinjauan teori dan konsep
yang relevan untuk kebutuhan analisis penelitian ini, (e) Argumen Penelitian, sebagai
argumen sementara yang akan dibuktikan keabsahannya pada analisis dalam penelitian
ini, (f) Metode Penelitian, mendeskripsikan metode kualitatif deskriptif yang menjadi
metode yang dipilih dalam analisis penelitian ini dan (g) Sistematika Penulisan, berisi
deskripsi singkat dari keseluruhan substansi dalam penelitian.
1.7.2
BAB
II
DINAMIKA
HUBUNGAN
BILATERAL
INDONESIA-
AMERIKA SERIKAT
Bab II berisi pembahasan mengenai: (a) Pasang Surut Hubungan Bilateral
Indonesia-Amerika Serikat. Subbab ini menguraikan tentang dinamika hubungan
Indonesia dengan Amerika Serikat sejak awal kemerdekaan dan di masa-masa
pemerintahan presiden Indonesia. (b) Hubungan Bilateral Indonesia-Amerika Serikat
di bawah Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, pada subbab ini akan diuraikan
mengenai dinamika dan perkembangan hubungan bilateral Indonesia dengan Amerika
Serikat secara lebih spesifik yakni pada dua periode masa pemerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono. Pembahasan dalam subbab ini juga termasuk hal-hal
yang membedakan dengan pemerintahan presiden-presiden Indonesia sebelumnya
serta pencapaiannya dalam kaitannya dengan perjanjian-perjanjian yang dibentuk
selama masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
26
1.7.3
BAB
III
DIPLOMASI
PUBLIK
INDONESIA
DI
BAWAH
PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Pada Bab ke-III pembahasan yang diulas adalah jawaban dari pertanyan
penelitian pertama yakni mengenai: (a) Konsep Diplomasi Publik Indonesia, pada
subbab ini akan diuraikan mengenai pandangan dan tujuan umum Indonesia dalam
melakukan diplomasi publik, khususnya pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, (b) Tujuan Diplomasi Publik Indonesia di Amerika Serikat yang
membahas tentang apa saja yang menjadi titik fokus hubungan bilateral Indonesia
dengan Amerika Serikat dan melatarbelakangi alasan mengapa Indonesia melakukan
diplomasi publik.
1.7.4
BAB IV PERAN DIPLOMASI PUBLIK DALAM MEMPERKUAT
HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA-AMERIKA SERIKAT
Bab IV berisi uraian detail yang menjawab pertanyaan penelitian kedua yaitu
mengenai (a) Instrumen yang digunakan Indonesia dalam proses aktivitas diplomasi
publiknya dan alasan dari pemilihan instrumen-instrumen diplomasi publik tersebut.
Instrumen diplomasi publik disini diuraikan dalam beberapa kategori yaitu, exchanges
(educational, cultural, etc), official visits, online/social media networking. (b)
Implikasi Diplomasi Publik Indonesia terhadap Hubungan Bilateral Indonesia –
Amerika Serikat, yang mendeskripsikan kontribusi diplomasi publik yang telah
dilakukan oleh Indonesia dalam memperkuat hubungan bilateralnya dengan Amerika
Serikat. Selain itu juga menguraikan pencapaian politik luar negeri Indonesia sebagai
dampak dari aktivitas diplomasi publik yang telah dilakukannya.
27
1.7.5
BAB V KESIMPULAN
Bab V merupakan bab terakhir dalam penelitian ini yang berisi kesimpulan
dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam bab ini diutarakan hasil dari
penelitian yang menjadi penemuan penting dan juga memberi masukan bagi
pemerintah dan akademisi dalam pengembangan praktek diplomasi publik Indonesia
yang lebih efektif demi pencapaian kepentingan nasional yang lebih luas.
Download